10
23 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Indonesia (Factors Affecng Indonesia’s Import) Oleh: Muhammad Nasir 1 , Harry Maulana 2 Abstrak Penelian ini bertujuan menganalisa factor-faktor yang mempengaruhi impor Indonesia dengan menggunakan data me series dari Tahun 1983 hingga Tahun 2007. Dalam menganalisa fungsi impor Indonesia digunakan metode kointegrasi dan Error Correcon Model (ECM). Dengan menggunakan variable ekonomi makro seper Produk Domesk Bruto (PDB) dan kurs, didapat bahwa ada hubungan kointegrasi antara variabel-variabel tersebut. Hasil esmasi menjelaskan bahwa PDB berpengaruh posif dan signifikan terhadap impor Indonesia sedangkan kurs berpengaruh negaf dan signifikan terhadap impor Indonesia. Kata kunci: Kointegrasi, ECM, PDB Abstract This study aims at analyzing factors affecng Indonesia’s import using me series data from 1983 to 2007. Indonesia import funcon is analyzed using cointegraon method and Error Correcon Model (ECM). Using macro economic variable like GDP and exchange rate, it is found that there is cointegrang relaon between these variales. Esmaon result shows that, as expected, increase in GDP would translate into increase of import while increase in exchange would reduce import significantly. 1 Muhammad Nasir adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh 2 Harry Maulana adalah Alumni Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh

V1N1 M Nasir

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Economic

Citation preview

  • 23

    Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Indonesia

    (Factors Affecting Indonesias Import)

    Oleh: Muhammad Nasir1, Harry Maulana2

    AbstrakPenelitian ini bertujuan menganalisa factor-faktor yang mempengaruhi impor

    Indonesia dengan menggunakan data time series dari Tahun 1983 hingga Tahun 2007. Dalam menganalisa fungsi impor Indonesia digunakan metode kointegrasi dan Error Correction Model (ECM). Dengan menggunakan variable ekonomi makro seperti Produk Domestik Bruto (PDB) dan kurs, didapat bahwa ada hubungan kointegrasi antara variabel-variabel tersebut. Hasil estimasi menjelaskan bahwa PDB berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor Indonesia sedangkan kurs berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor Indonesia.

    Kata kunci: Kointegrasi, ECM, PDB

    AbstractThis study aims at analyzing factors affecting Indonesias import using

    time series data from 1983 to 2007. Indonesia import function is analyzed using cointegration method and Error Correction Model (ECM). Using macro economic variable like GDP and exchange rate, it is found that there is cointegrating relation between these variales. Estimation result shows that, as expected, increase in GDP would translate into increase of import while increase in exchange would reduce import significantly.

    1 Muhammad Nasir adalah Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh2 Harry Maulana adalah Alumni Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Universitas Syiah Kuala, Darussalam,

    Banda Aceh

  • Faktor-Faktor Yang ...

    24

    PENDAHULUANPerekonomian yang terjadi pada

    saat ini mengacu pada perekonomian terbuka di mana setiap negara akan melakukan perdagangan antar negara atau perdagangan internasional. Motivasi utama untuk melakukan perdagangan internasional adalah mendapatkan gains from trade untuk meningkatkan pendapatan dan menurunkan biaya (cost). Perdagangan internasional memberikan akses terhadap barang dan jasa lebih murah bagi konsumen dan pemilik sumber daya (resources) untuk memperoleh peningkatan pendapatan karena menurunnya biaya produksi. Adanya perdagangan luar negeri akan memberikan dampak positif bagi suatu negara berupa sarana meningkatkan kemakmuran masyarakat melalui proses pertukaran. Adanya spesialisasi dan pembagian kerja, suatu negara dapat dapat mengekspor komoditas yang diproduksi lebih murah untuk dipertukarkan dengan komoditas yang dihasilkan oleh negara lain.

    Dalam perdagangan internasional dikenal istilah ekspor dan impor. Ekspor adalah tindakan untuk mengeluarkan barang atau komoditas dari dalam negeri dan memasukkan barang atau komoditas dari negara lain ke dalam negeri yaitu barang dan jasa dari luar suatu negara yang mengalir masuk ke negara tersebut. Ekspor dan impor akan sangat memepengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu negara.

    Seperti halnya ekspor, impor juga memiliki pengaruh yang besar dalam menunjang pertumbuhan ekonomi nasional. Impor mempunyai peranan yang positif terhadap perkembangan

    industri di dalam negeri khususnya dan terhadap perkembangan ekonomi pada umumnya. Peranan positif impor dapat dilihat dari fungsi impor tersebut dalam perekonomian suatu negara. Fungsi impor adalah untuk pengadaan bahan kebutuhan pokok (barang konsumsi), pengadaan bahan baku bagi industri dalam negeri, dan untuk pengadaan barang modal yang belum bisa dihasilkan sendiri di dalam negeri. Fungsi lainnya adalah untuk merintis pasaran di dalam negeri, merangsang pertumbuhan industri baru, dan perluasan industri yang sudah ada.

    Impor Indonesia tahun 2003 tumbuh 9,4 persen, sehingga mencapai US$ 39 miliar. Perkembangan tersebut bersumber dari peningkatan impor migas dan non migas. Peningkatan impor non migas terjadi pada hampir semua kelompok barang, seiring dengan peningkatan kebutuhan di dalam negeri. Sedangkan peningkatan impor migas terkait dengan semakin meningkatnya konsumsi bahan bakar minyak (BBM) domestik seiring tingginya kegiatan ekonomi di dalam negeri serta kenaikan harga minyak di pasaran internasional.

    Dilihat dari kelompok barang impor non migas, nilai impor barang konsumsi Indonesia mengalami peningkatan sebesar 7,6 persen seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi yang didorong oleh kegiatan konsumsi. Sementara itu, impor bahan baku meningkat 6,8 persen dari periode sebelumnya. Perkembangan impor barang modal mencatat pertumbuhan sebesar 7,6 persen atau mencapai US$ 5,9 miliar yang digunakan untuk menunjang kegiatan investasi di dalam negeri.

  • Faktor-Faktor Yang ...

    25

    Pada Tahun 2004, nilai impor secara keseluruhan meningkat 29,7 persen menjadi US$ 54,8 miliar. Peningkatan tersebut terjadi pada semua komponen impor baik migas maupun non migas sejalan dengan tumbuhnya permintaan domestik. Di samping itu, faktor kenaikan harga komoditas internasional seperti harga minyak turut memberikan beban tambahan bagi kenaikan impor. Meskipun kenaikan impor yang tinggi tersebut berdampak pada berkurangnya devisa nasional, perkembangan tersebut memberikan pengaruh positif bagi ketersediaan pasokan barang domestik, khususnya komoditas pangan sehingga tekanan pada kenaikan harga barang.

    Pada Tahun 2005, pertumbuhan impor barang dan jasa melambat cukup signifikan dari 27,07 persen pada Tahun 2004 menjadi 12,35 persen di Tahun 2005. Perlambatan pertumbuhan impor tersebut dipengaruhi oleh permintaan domestik, khususnya investasi yang juga tumbuh melambat. Dilihat dari kelompok barang, perlambatan pertumbuhan terutama terjadi pada impor bahan baku dan bahan setengah jadi, serta impor barang modal untuk peralatan transportasi industri.

    Pertumbuhan impor cukup tinggi sejalan dengan pertumbuhan ekonomi domestik yang meningkat. Secara keseluruhan, total impor tumbuh sebesar 15,0 persen menjadi US$ 92,4 miliar. Kenaikan impor yang cukup besar terjadi pada komoditas minyak seiring dengan kenaikan harga, penurunan produksi dalam negeri dan peningkatan konsumsi BBM domestik. Stabilnya pergerakan nilai tukar rupiah juga mendorong naiknya impor barang

    non migas, khususnya barang konsumsi yang mencapai 46,8 persen. Namun demikian, peningkatan tersebut perlu dicermati dan dapat menjadi indikasi daya saing produk dalam negeri yang semakin menurun. Sementara itu, impor barang modal dan bahan baku juga menunjukkan peningkatan sejalan dengan ekspansi ekonomi domestik.

    Melihat kecenderungan impor tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor industri sangat tergantung pada produk-produk impor, karena industri domestik tidak mampu menghasilkan produk-produk tersebut baik kuantitas maupun kualitas. Fenomena ini sangat merugikan posisi neraca pembayaran Indonesia karena peningkatan impor akan mempengaruhi pengeluaran devisa yang juga akan besar.

    Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam paper ini adalah: Apakah Produk Domestik Bruto (PDB) dan kurs rupiah terhadap dollar AS mempengaruhi impor Indonesia dan bagaimana pengaruhnya?.

  • Faktor-Faktor Yang ...

    26

    Model AnalisisA. Untuk mengetahui pengaruh

    Produk Domestik Bruto (PDB) dan kurs rupiah terhadap dolar AS terhadap impor Indonesia 1983-2007, peneliti menggunakan persamaan fungsi impor yang digunakan oleh Sugema (2005) sebagai berikut:

    ),( YqmM = (1)Di mana:M adalah impor riilq adalah kurs riilY adalah PDB riilq=eP*/P (2)Di mana:e adalah kurs nominalP* adalah harga internasionalP adalah harga domestik

    Untuk mengoperasionalkan formulasi tersebut dilakukan Uji Stationaritas Data dan Uji Kointegrasi. Pengujian Stasionaritas data perlu dilakukan karena regresi klasik tidak valid jika diaplikasikan pada varaibel data yang tidak stasioner. Untuk pengujian stasioneritas dan akar unit yang akan digunakan di sini adalah metode Augmented Dickey-Fuller (ADF) test. Di dalam menguji apakah data mengandung akar unit (unit root) atau tidak, Dickey-Fuller menyarankan untuk melakukan regresi model berikut (Gujarati, 2004):

    tit

    m

    iitt YYY ++++=

    =

    11211 (3)

    Di mana Yt adalah impor, t adalah trend waktu, dan adalah residual white noise, m adalah panjangnya lag yang digunakan. Sedangkan i ,,2,1adalah parameter yang akan diestimasi.

    Langkah selanjutnya adalah membandingkan nilai ADF tabel dengan

    nilai ADF statistik. Bila data yang diamati pada uji akar unit ternyata tidak stasioner, maka selanjutnya adalah melakukan uji derajat integrasi. Uji ini dilakukan untuk mengetahui pada derajat integrasi berapa derajat data yang diamati stasioner. Uji derajat integrasi mirip dengan uji akar unit (unit root).

    Prosedur untuk menentukan apakah data stasioner atau tidak dengan cara membandingkan antara nilai ADF dengan nilai kritis distribusi statistik McKinnon. Jika nilai absolut statistik ADF lebih besar dari pada nilai kritisnya, maka data yang diamati menunjukkan stasioner dan jika sebaliknya nilai absolut statistik ADF lebih kecil dari nilai kritisnya, maka data statistik tidak stasioner.

    Setelah diketahui bahwa variabel-variabel stasioner, selanjutnya dilakukan Uji kointegrasi. Uji ini digunakan untuk mengetahui kemungkinan terjadinya keseimbangan atau kestabilan jangka panjang di antara variabel-varaibel yang diamati. Penelitian ini menggunakan Metode Engle and Granger untuk menguji kointegrasi variabel-variabel yang ada dengan uji statistik DF-ADF yaitu untuk melihat apakah residual regresi kointegrasi stasioner atau tidak. Kemudian, juga dilakukan Model koreksi kesalahan (Error Correction Model atau ECM) yang merupakan teknik untuk mengoreksi ketidak seimbangan jangka pendek menuju pada keseimbangan jangka panjang. Metode ini adalah suatu regresi tunggal yang menghubungkan diferensiasi pertama (first difference) pada variabel terikat (

    tY ) dan diferensiasi pertama untuk semua variabel bebas dalam model. Metode ini dikembangkan oleh Engel

  • Faktor-Faktor Yang ...

    27

    dan Granger pada tahun 1987. Bentuk umum metode ECM (Nachrowi, 2006) adalah:

    etXXXXY tttttt ++++++= 15443322110 (4)

    Untuk mengetahui spesifikasi model dengan ECM merupakan model yang valid, dapat terlihat pada hasil uji statistik terhadap koefisien

    5 atau residual

    dari regresi pertama, yang selanjutnya disebut Error Correction Term (ECT). Jika variabel ECT signifikan pada = 5 persen, maka koefisien tersebut akan

    menjadi penyesuaian bila terjadi fluktuasi variabel yang diamati menyimpang dari hubungan jangka panjang. Dengan kata lain, spesifikasi model sudah valid dan dapat menjelaskan variabel-variabel tak bebas. Model analisis yang digunakan dalam tulisan ini adalah ECM yang dapat dirumuskan sebagai berikut:

    ECTkursDPDBDimporD 3210 )()()( ++= (5)

    DataB. Data yang digunakan dalam

    peelitian ini adalah data sekunder menurut runtut waktu (time series) tahunan, yaitu dari Tahun 1983 hingga Tahun 2007. Data yang digunakan adalah data Produk Domestik Bruto (PDB), Indeks Harga Impor, Indeks Harga

    Konsumen (IHK), kurs rupiah terhadap dollar AS dan total impor Indonesia. Data dalam penelitian ini berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS), Asean Development Bank (ADB) dan sumber-sumber lain yang terkait.

    Analisis dan Pembahasan C. Analisis yang dilakukan adalah

    dengan Uji Stationaritas untuk mengetahui apakah data impor, PDB, kurs rupiah terhadap dollar AS dan cadangan devisa Indonesia stasioner atau tidak. Hasil uji akar unit (unit root) dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1. Hasil Uji Akar Unit ADF Pada Tingkat Level

    Variabel ADFNilai Kritis McKinnon

    = 1% = 5% = 10%IMPOR -1,751803 -3,737853 -2,991878 -2,635542

    PDB 0,363102 -3,737853 -2,991878 -2,635542KURS -1,353675 -3,737853 -2,991878 -2,635542

    Sumber: Hasil estimasi

    Tabel di atas menunjukkan hasil Uji akar unit dengan menggunakan ADF test pada tingkat level. Pada tingkat ini, nilai ADF menunjukkan bahwa masing-masing variabel tidak stasioner, ini dapat dilihat dari nilai ADF test yang lebih rendah dari nilai kritis McKinnon pada berbagai tingkat . Untuk itu perlu dilakukan pengujian kembali dengan menggunakan ADF pada tingkat diferensiasi pertama.

  • Faktor-Faktor Yang ...

    28

    Tabel 2. Hasil Uji Akar Unit ADF Pada Tingkat Diferensiasi Pertama

    Variabel ADFNilai Kritis McKinnon

    = 1% = 5% = 10%IMPOR -4,132914 -3,737853 -2,991878 -2,635542

    PDB -3,410367 -3,737853 -2,991878 -2,635542KURS -6,608627 -3,737853 -2,991878 -2,635542

    Sumber : Hasil estimasi

    Tabel di atas menunjukkan hasil Uji akar unit dengan menggunakan ADF test pada tingkat diferensiasi pertama. Dengan membandingkan nilai ADF test dengan nilai kritis McKinnon, variabel impor dan kurs stasioner pada = 1 persen, sedangkan variabel PDB stasioner pada = 5 persen. Karena data sudah stasioner pada tingkat diferensiasi yang sama, maka dapat dilanjutkan dengan Uji kointegrasi.

    Uji kointegrasi merupakan kelanjutan dari Uji akar unit dan uji derajat integrasi. Uji kointegrasi dapat dipandang sebagai uji keberadaan hubungan jangka panjang, seperti yang dikehendaki oleh teori ekonomi. Tujuan utama Uji kointegrasi adalah untuk mengetahui apakah residual regresi terkointegrasi stasioner atau tidak. Apabila variabel terkointegrasi maka terdapat hubungan yang stabil dalam jangka panjang. Sebaliknya, jika tidak terdapat kointegrasi antar variabel maka implikasi tidak adanya keterkaitan hubungan dalam jangka panjang.

    Dalam pengujian ini digunakan juga Uji ADF untuk melihat apakah residual regresi kointegrasi stasioner atau tidak. Dari hasil pengujian terlihat bahwa nilai ADF untuk residual adalah -3,652998, signifikan pada nilai kritis 5 persen (-3,029970) pada tingkat level. Ini berarti bahwa nilai residual

    persamaan regresi pada model yang akan dibuat adalah stasioner sehingga dapat dikatakan model regresi tersebut adalah regresi yang terkointegrasi. Dalam ekonometrika, variabel yang saling terkointegrasi dikatakan dalam kondisi keseimbangan jangka panjang.

    Dalam jangka pendek sangat mungkin terjadi ketidakseimbangan, sehingga digunakan Model Koreksi Kesalahan (Error Correction Model) untuk mengoreksi ketidak seimbangan jangka pendek menuju keseimbangan jangka panjang. Untuk menyatakan apakah Model ECM yang digunakan valid atau tidak, maka koefisien Error Correction Term (ECT) harus signifikan. Jika koefisien ini tidak signifikan, maka model tersebut tidak sesuai dan perlu dilakukan perubahan spesifikasi lebih lanjut (Widarjono, 2005).

    Karena model regresi yang dikembangkan merupakan model dinamis, maka akan dilakukan perbandingan model regresi. Hasil pengolahan data tersebut untuk menentukan model mana yang terbaik.

    ECM dengan menggunakan trans-1. formasi bentuk natural logaritma (Ln)ECM tanpa menggunakan trans-2. formasi bentuk natural logaritma (Ln)

  • Faktor-Faktor Yang ...

    29

    Tabel 3. ECM Tanpa Menggunakan Bentuk Ln

    Variabel Koefisien t-hitung Prob.

    C -100,5017 -2,550642 0,0191D(PDB) 0,001510 2,966935 0,0076D(Kurs) -0,035208 -2,369656 0,0280ECT -0,445613 -3,231915 0,0042R-squaredF-hitung

    0,74956019,95314

    Sumber : Hasil estimasi

    Tabel 4. ECM yang Menggunakan Bentuk Ln

    Variabel Koefisien t-hitung Prob.

    C -0,137000 -2,222533 0,0379D(LPDB) 2,870386 3,119434 0,0054D(LKurs) -0,441356 -3,592424 0,0018ECT -0,629750 -3,730587 0,0013R-squaredF-hitung

    0,84418236,11842

    Sumber : Hasil estimasi

    Berdasarkan perbandingan dan uji model diketahui bahwa kedua model tersebut berbeda. Pemilihan model terbaik dilakukan dengan membandingkan kebaikan dan kelemahan dari tiap-tiap model (nilai F-statistik, nilai R2, dan t-hitung). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa nilai t-hitung, F-hitung dan R2 dengan menggunakan regresi linier biasa lebih rendah jika dibandingkan dengan transformasi bentuk natural logaritma. Hasil perbandingan antara model tersebut menunjukkan bahwa model terbaik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi impor Indonesia Tahun 1983-2007 adalah model pendekatan dengan bentuk Ln.

    Berikut merupakan persamaan regresi hasil ECM dengan menggunakan bentuk Ln:D(LImpor) = -0,137000 + 2,870386 D(LPDB) 0,441356 D(Lkurs) 0,629750 ECT

    Berdasarkan hasil estimasi model ECM di atas, nilai probabilitas ECT menunjukkan angka 0,0013 yang signifikan pada = 5 persen berarti kesalahan keseimbangan dapat mempengaruhi impor. Nilai koefisien dari ECT menentukan kecepatan keseimbangan bisa tercapai kembali bila didapat penyimpangan. Koefisien ECT sebesar -0,629750 berarti proporsi keseimbangan dan perkembangan impor pada periode sebelumnya yang disesuaikan pada periode sekarang adalah sekitar 63 persen. Berdasarkan Uji F didapat bahwa F-hitung sebesar 36,11842 lebih besar daripada F-tabel (3,44), hal ini berarti bahwa secara bersama-sama PDB dan kurs berpengaruh nyata terhadap impor Indonesia. Berdasarkan hasil estimasi diperoleh nilai R2 sebesar 0,844182 yang berarti sebesar 84,4 persen variasi perubahan dalam impor di Indonesia dapat dijelaskan/dipengaruhi oleh variasi perubahan dalam PDB dan kurs,

  • Faktor-Faktor Yang ...

    30

    sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel-variabel lain di luar model.

    Hasil estimasi menunjukkan bahwa koefisien regresi variabel PDB berpengaruh dan berhubungan positif terhadap impor dengan tingkat probabilitas 0,0054. Sedangkan variabel kurs berhubungan negatif terhadap variabel impor dan signifikan dengan tingkat probabalitas 0,0018.

    KESIMPULANBerdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan, maka dapat disimpulkan:Hasil Uji akar unit (unit root) 1. menunjukkan bahwa semua varia-bel yang digunakan dalam model mengandung akar unit, namun stasioner pada first difference.Hasil Uji kointegrasi menunjukkan 2. bahwa variabel-varaibel yang dipi-lih pada model saling berkointe-grasi, atau mempunyai hubungan keseimbangan jangka panjang.Berdasarkan estimasi dengan 3. menggunakan ECM, variabel PDB dan kurs secara bersamaan ber-pengaruh signifikan terhadap im-por Indonesia. Variabel PDB ber-pengaruh positif dan signifikan secara parsial terhadap impor In-donesia. Variabel kurs secara par-sial berpengaruh negatif dan sig-nifikan terhadap impor Indonesia.

  • Faktor-Faktor Yang ...

    31

    DAFTAR PUSTAKA

    Badan Pusat Statistik. Indikator Ekonomi, Berbagai Tahun Penerbitan.

    Bank Indonesia. Laporan Perekonomian Indonesia. Berbagai Tahun Penerbitan.

    Gujarati, Damodar N, 2004. Basic Econometrics, 4th Ed. New York: Mcgraw-Hill.

    http://www.adb.org/statistic

    Nachrowi D, Nachrowi dan Hardius Usman, 2006. Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: LPFE-UI

    Sugema, Imam, 2005. The Determinants of Trade Balance and Adjustment to the Crisis in Indonesia. Australia: University of Adeleide.

    Widarjono, Agus, 2005. Ekonometrika, Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Ekonosia.