20
Vaginosis Bakterial SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSD dr. Soebandi, Jember

Vaginosis Bakterial

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kulit kelamin

Citation preview

Vaginosis Bakterial

SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin

RSD dr. Soebandi, Jember

Gardnerella vaginalis Tidak mempunyai

kapsul, tidak bergerak dan berbentuk batang gram negatif. Tes katalase, oksidase, reduksi nitrat, indole, dan urease semuanya negatif

Kuman ini bersifat fakultatif, dengan produksi akhir utama pada fermentasi berupa asam asetat

Patogenis

Gardnerella vaginosis

Asam amino

Pelepasan

Degerenasi sel

Kuman-kuman

anaerob + bakteri

vagina fakultatif Duh

tubuh vaginaBau

Amin

pH

Sel epitel vagina

Gambaran Klinis adanya cairan vagina yang abnormal (terutama setelah

melakukan hubungan seksual) adanya bau vagina yang khas yaitu bau amis/bau ikan (fishy

odor) Iritasi daerah vagina atau sekitar vagina (gatal, rasa terbakar) Sekret vagina yang tipis dan sering berwarna putih atau abu-

abu, viskositas rendah atau normal, homogen, pH > 4,5, dan jarang berbusa. Sekret tersebut melekat pada dinding vagina dan terlihat sebagai lapisan tipis atau kelainan yang difus

Discharge Vaginosis Bakterialis

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan preparat basah Dilakukan dengan meneteskan satu atau dua tetes cairan

NaCl 0,9% pada sekret vagina diatas objek glass kemudian ditutupi dengan cover glass. Dan dilakukan pemeriksaan mikroskopik untuk melihat clue cells, yang merupakan sel epitel vagina yang diselubungi dengan bakteri (terutama Gardnerella vaginalis). Pemeriksaan preparat basah mempunyai sensitifitas 60% dan spesifitas 98% untuk mendeteksi bakterial vaginosis. Clue cells adalah patognomotik pada vaginosis bakterial.

Pengambilan Sediaan Basah

Clue cell

Whiff /Sniff test Whiff/Sniff test dinyatakan positif bila bau amis atau bau amin terdeteksi dengan

penambahan satu tetes KOH 10-20% pada sekret vagina. Bau muncul sebagai akibat pelepasan amin dan asam organik hasil alkalisasi bakteri anaerob. Whiff/Sniff test positif menunjukkan bakterial vaginosis.

Tes lakmus untuk pH Kertas lakmus ditempatkan pada dinding lateral vagina. Warna kertas dibandingkan

dengan warna standar pH vagina normal 3,8 - 4,2. Pada 80-90% bakterial vaginosis ditemukan pH > 4,5

Pewarnaan gram sekret vagina Pewarnaan gram sekret vagina dari bakterial vaginosis tidak ditemukan

Lactobacillus sebaliknya ditemukan pertumbuhan berlebihan dari Gardnerella vaginalis dan atau Mobilincus Spp dan bakteri anaerob lainnya.

Kultur vagina Kultur Gardnerella vaginalis kurang bermanfaat untuk diagnosis bakterial

vaginosis. Kultur vagina positif untuk G. vaginalis pada bakterial vaginosis tanpa gejala klinis tidak perlu mendapat pengobatan.

Diagnosis Banding

Kandidiasis Trikomoniasis V.Bakterialis

Gejala Gatal, iritasi Nyeri,iritasi Sekret Berbau

Warna duh Putih kental Kuning/hijau Abu-abu

Konsistensi Tebal Berbusa Cair

Bau Jamur Amis/bau busuk Amis menyengat

pH < 4,5 >5,0 >4,5

Mikroskopis Leukositosis 80%

Leukosit trikomonas

Leukosit,Clue cell

Kultur Perlu Bermanfaat Tidak perlu

Penatalaksanaan Terapi sistemik

Metronidazol merupakan antibiotik yang paling sering digunakan yang memberikan keberhasilan penyembuhan lebih dari 90%, dengan dosis 2 x 400 mg atau 500 mg selama 7 hari atau Tinidazol 2 x 500mg selama 5 hari.

Ampisilin oral (atau amoksisilin) 4 x 500 mg selama 5 hari yang merupakan pilihan kedua dari pengobatan. Keberhasilan penyembuhan sekitar 48-100%.

Klindamisin 300 mg, 2 x sehari selama 7 hari. Sama efektifnya dengan metronidazol untuk pengobatan bakterial vaginosis dengan angka kesembuhan 94%. Aman diberikan pada wanita hamil.

Terapi Topikal Metronidazol gel intravagina (0,75%) 5 gram, 1 x sehari selama

5 hari. Klindamisin krim (2%) 5 gram, 1 x sehari selama 7 hari. Triple sulfonamide cream. (Sulfactamid 2,86%, Sulfabenzamid

3,7% dan Sulfatiazol 3,42%), 2 x sehari selama 10 hari, tapi akhir-akhir ini dilaporkan angka penyembuhannya hanya 15-45%.

Komplikasi Pada kebanyakan kasus, bakterial vaginosis tidak menimbulkan

komplikasi setelah pengobatan. Namun pada keadaan tertentu, dapat terjadi komplikasi yang berat. Bakterial vaginosis sering dikaitkan dengan PID (Pelvic Inflamatory Disease), dimana angka kejadian bakterial vaginosis tinggi pada penderita PID.

Pada penderita bakterial vaginosis yang sedang hamil, dapat menimbulkan komplikasi antara lain : kelahiran prematur, ketuban pecah dini, berat bayi lahir rendah, dan endometritis post partum. Oleh karena itu, beberapa ahli menyarankan agar semua wanita hamil yang sebelumnya melahirkan bayi prematur agar memeriksakan diri untuk screening vaginosis bakterial, walaupun tidak menunjukkan gejala sama sekali.

Prognosis Prognosis bakterial vaginosis umumnya baik. Bakterial vaginosis dapat timbul kembali pada 20-

30% wanita walaupun tidak menunjukkan gejala.