Upload
dianningrum56
View
60
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
varisela dalam kehamilan
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Varicella merupakan suatu penyakit infeksi primer yang disebabkan oleh virus
Varicella Zoster yaitu virus DNA dari golongan virus Herpes dan merupakan salah satu
infeksi yang dapat menyebabkan mortalitas dan morbiditas maternal yang tinggi. Penyakit ini
dapat lebih berat pada wanita hamil dibanding wanita yang tidak hamil karena pada wanita
hamil terjadi penurunan imunitas tubuh baik humoral maupun seluler. Varisela pada
kehamilan adalah jarang. Penelitian oleh Balducci dkk terhadap 30.000 kehamilan, insidens
varisela hanya sebesar 0,7 per 1000 kehamilan.
Virus ini memiliki masa inkubasi 1-3 minggu dan bersifat virulen pada saat 2 hari
sebelum timbulnya lesi pada kulit dan terus aktif sampai vesikel pada kulit berbentuk krusta.
Setelah terjadi infeksi primer, virus ini dapat bersifat dorman pada akar ganglia saraf
dandapat aktif kembali menjadi lebih berat yang disebut herpes zoster.
Varicella dapat menular dari ibu ke janin transplasenter saat antepartum maupun
infeksi asending melalui luka pada jalan lahir pada saat intrapartum. Penularan varicella
dapat juga melalui droplet maupun kontak langsung pada saat bayi lahir.
Ibu hamil merupakan salah satu dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap
penyakit ini, apabila pada masa mudanya tidak atau belum pernah terkena penyakit cacar air
ini. Pada usia kehamilan 1-3 bulan bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti
keguguran, kelahiran mati atau bahkan bayinya terkena sindrom congenital varicella atau
infeksi pada janin bulan pertama yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si
ibunya tersebut. Namun, prevelensi ibu hamil penderita cacar air ini yang mendapat
komplikasi ini masih rendah.
1
Ibu hamil trimester pertama yang menderita cacar air akan dapat menularkan cacar air
kepada si janin. Bahayanya, bayi sangat mungkin terkena herpes zooster pada usia 10 tahun.
Bila mengenai wanita hamil trimester kedua, virus ini dapat menyebabkan gangguan
kehamilan. Sementara itu, ibu hamil yang terkena cacar air pada saat akan melahirkan,
akibatnya bisa lebih berat lagi, yaitu kematian.
Attack Rate pada individu yang rentan sekitar 90%.
B. TUJUAN
Tujuan dari pembuatan refarat ini sebagai tugas Kepanitraan Klinik Senior di Bagian
Ilmu Kedokteran Penyakit Obstetri dan Ginekologi di Rumah Sakit Umum Daerah R.M
Djoelham Binjai yang bertujan menambah ilmu pengetahuan kami dalam memahami
varisela dalam kehamilan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Varicella / chickenpox atau sering disebut cacar air adalah suatu infeksi virus menular,
yang menyebabkan ruam kulit berupa sekumpulan bintik – bintik kecil yang datar maupun
menonjol, lepuhan berisi cairan serta keropeng, yang menimbulkan rasa gatal.
Infeksi varicella akut ( chicken pox , cacar air , waterpoken ) disebabkan oleh virus
varicella zoster yang merupakan virus herpes DNA ( famili herpesviridae) dan ditularkan
melalui kontak langsung atau via pernafasan. Hamper seluruh tubuh bisa terkena benjolan
yang akan menyebar ke seluruh bagian tubuh dan tanpa terkecuali pada bagian muka, kulit
kepala, mulut bagian dalam, mata, termasuk bagian tubuh yang paling intim.
Penyakit kulit ini pun merupakan salah satu penyakit kulit yang penularannya sangat
cepat dan timbulnya pun secara tiba-tiba. Penyakit ini paling sering terjadi pada anak-anak.
Namun, orang dewasa juga bisa terkena penyakit ini kalau daya tahan tubuh menurun.
Biasanya, penyakit cacar air ini terjadi selama 17-21 hari. Cacar air biasanya menyerang
anak-anak yang dimulai dengan demam dan diikuti munculnya bintil merah berair. Bintil-
bintil ini baru akan hilang selama 17-24 hari.
Jika seseorang pernah menderita cacar air, maka dia akan memiliki kekebalan dan tidak
perlu divaksin lagi. Lamanya perlindungan dari vaksin ini belum dapat diketahui secara pasti.
Tapi biasanya, vaksinasi ulangan diberikan setelah 4-6 tahun. Tetapi virusnya bisa tetap
tertidur didalam tubuh manusia, lalu kadang menjadi aktif kembali dan menyebabkan herpes
zoster.
3
B. PENYEBAB VARICELLA
Secara morfologis identik dengan virus Herpes Simplex. Virus ini dapat berbiak dalam
bahan jaringan embrional manusia. Virus yang infektif mudah dipindahkan oleh sel-sel yang
sakit. Virus ini tidak berbiak dalam binatang laboratorium. Pada cairan dalam penderita, virus
ini juga dapat ditemukan. Antibodi yang dibentuk tubuh terhadap virus ini dapat diukur
dengan tes ikatan komplemen, presipitasi gel, netralisasi atau imunofluoresensi tidak
langsung terhadap antigen selaput yang disebabkan oleh virus.
Pada varicella neontal (karena kontak bayi dengan ibu pada saat kelahiran) angka kematian
dapat mencapai 20%. Anak-anak dengan penyakit defisiensi kekebalan tubuh, atau yang
memperoleh obat imunosupresor atau obat sitotoksik mempunyai resiko tinggi terkena
varicella berat dan kadang fatal.
Penyebab virus varicella :
Cara penularan melalui percikan ludah, kontak langsung dengan barang yang digunakan
penderita, udara.
Biasanya menyerang anak di bawah 10 tahun meskipun dapat juga menyeang orang
dewasa.
Pada anak dengan daya tahan tubuh cukup, penyakit ini bersifat ringan dan jarang
menimbulkan komplikasi, terapi pada anak dengan immunodefisiensi, maka penyakit ini
dapat menimbulkan komplikasi bahkan kematian.
Virus varicella termasuk golongan herpes virus yang disebut varicella herpes virus
(VZV).
Kontak pertama dengan virus akan menimbulkan kekebalan yang permanen kecuali
pada anak dengan immunodeficiency atau pada anak yang mendapatkan pengobatan
immunosupresif (hipostatiska).
4
Virus yang masuk ke dalam tubuh umumnya melalui saluran pernapasan, kemudian
masuk ke sirkulasi darah dan kelenjar getah bening dan akan brakhir dengan manifestasi
dengan kulit.
Mula-mula akan membentuk peradangan pada folikel kulit dan glandula sebasea,
kemudian membentuk makula (bentuknya hampir rata dengan sekitarnya) yang
berkembang cepat menjadi papula (bentuknya lebih menonjol) dan berubah lagi menjadi
vesikula (papula yang berisi cairan) dan akhirnya mengering menjadi krusta.
Pada pelapisan mukosa, terbentuknya makula, papula, dan vesikula tidak akan menjadi
krusta, namun biasanya vesikula akan pecah membentuk luka yang terbuka, tetapi luka
tersebut akan sembuh dengan cepat.
C. PATOGENESIS
Infeksi virus masuk bersama airborne droplet masuk ke traktus respiratorius, tidak tertutup
kemungkinan penularan juga lewat lesi kulit tapi penyebaran paling efektif melalui sistem
respirasi. Selanjutnya virus akan berkembang di dalam sistem retikuloendotelial, kemudian
akan terjadi virema disertai gejala konstitusi yang diikuti dengan munculnya lesi di
permukaan virus.
Jalur transmisi varicella melalui inhalasi/droplet infection, yang dianggap mulai infeksius
sejak 2hari sebelum lesi kulit muncul. Kemungkinan lain penularan terjadi melalui lesi di
kulit. Lesi di kulit dianggap tidak infeksius setelah semua menjadi krusta, dengan
kemungkinan penularan terjadi sampai 10-21 hari (rata-rata 15 hari, sejak awal muncul lesi
kulit).
Tanda awal varicella mungkin mirip gejala flu, dengan malaise dan demam, diikuti
munculnya lesi kulit yang khas. Pada suatu periode waktu didapatkan lesi berupa makula,
papula, vesikel/pustula, dan krusta, dengan lokasi tersebar/tidak berkelompok.
Penyebarannya :
5
Biasanya mulai dar badan (dada), menyebar ke wajah dan ekstremitas.
Bentuk makula, papula vesikuladan krusta dapat terjadi pada waktu yang sama.
Bila terjadi infeksi skunder, cairan vesikula yang jernih akan berubah menjadi nanah
lymfodenopati.
D. TANDA DAN GEJALA
Pada penderita akan merasa sedikit demam, pilek, cepat merasa lelah, lesu, dan lemah.
Gejala-gejala ini khas untuk infeksi virus. Pada kasus yang lebih berat, bisa di dapatkan nyeri
sendi, sakit kepala dan pusing. Berapa hari kemudian timbullah kemerahan pada kulit yang
berukuran kecil yang pertama kali ditemukan di sekitar dada dan perut. Gejalanya mulai
timbul dalam waktu 10-21 hari setelah terinfeksi.
Pada anak-anak yang berusia diatas 10 tahun, gejala awalnya berupa sakit kepala, demam
sedang dan rasa tidak enak badan. Gejala tersebut biasanya tidak ditemukan pada anak-anak
yang lebih muda, gejala pada dewasa biasanya lebih berat. Setelah 24-36 jam timbulnya
gejala awal, muncul bintik-bintik merah datar (makula).
Kemerahan pada kulit ini lalu berubah menjadi lenting berisi cairan dengan dinding tipis.
Ruam kulit ini mungkin terasa agak nyeri atau gatal sehingga dapat tergaruk secara tidak
sengaja. Jika lenting ini tidak dibiarkan maka akan segera membentuk keropeng (krusta) yang
nantinya akan terlepas dan meninggalkan bercak di kulit yang lebih gelap (hiperpigmentasi).
Bercak ini lama-kelamaan akan pudar sehingga beberapa waktu kemudian tidak akan
meninggalkan bekas lagi. Proses ini memakan waktu selama 6-8jam. Selanjutnya akan
terbentuk bintik-bintik dan lepuhan yang baru.
Lain halnya jika lentingan cacar air tersebut dipecahkan. Krusta akan segera terbentuk
lebih dalam sehingga akan mongering lebih lama. Kondisi ini memudahkan infeksi bakteri
terjadi pada bekas luka garukan tadi, setelah mengering bekas cacar air tadi akan
menghilangkan bekas yang dalam. Terlebih lagi jika penderita adalah dewasa. Paada hari
6
kelima biasanya sudah tidak terbentuk lagi lepuhan yang baru, seluruh lepuhan akan
mengering pada hari keenam dan menghilang dalam waktu kurang dari 20 hari.
Pada bayi, misalnya bayi yang usianya belum genap satu tahun akan lebih menderita pada
saat terserang virus ini karena demamnya bisa sangat tinggi. Kulitnya pun akan bisa terinfeksi
bakteri. Mereka belum bisa mengeluarkan apa yang dirisaukannya kecuali menangis
E. DIAGNOSIS
Diagnosa ditegakkan atas dasar gambaran klinik meskipun usaha diagnosa juga dapat
ditegakkan dengan melakukan biakan virus dari vesikel dalam jangka waktu 4 hari setelah
munculnya ruam
Pada tes serologi IgM varicella zoster muncul pada minggu ke 2 melalui pemeriksaan
ELISA atau CFT. IgG juga meningkat dalam waktu 2 minggu setelah pemeriksaan IgM.
Pemeriksaan untuk menentukan imunitas seorang wanita adalah dengan menggunakan
FAMA – Fluorescent Antibody Membrane Antigen.
F. DAMPAK TERHADAP KEHAMILAN
5 – 10% wanita dewasa rentan terhadap infeksi virus varicella zoster.
Infeksi varicella akut terjadi pada 1 : 7500 kehamilan
Komplikasi maternal yang mungkin terjadi :
1. Persalinan preterm.
2. Ensepalitis
3. Pneumonia
Penatalaksanaan terdiri dari terapi simptomatik namun harus dilakukan pemeriksaan sinar x
torak untuk menyingkirkan kemungkinan pneumonia mengingat bahwa komplikasi
pneumonia terjadi pada 16% kasus dan mortalitas sampai diatas 40%.Bila terjadi pneumonia
7
maka perawatan harus dilakukan di rumah sakit dan diterapi dengan antiviral oleh karena
perubahan dekompensasi akan sangat cepat terjadi.
Sindroma varicella kongenital dapat terjadi. Diagnosa sindroma didasarkan atastemuan
IgM dalam darah talipusatdan gambaran klinik pada neonatus antara lain :
Hipoplasia tungkai
Parut kulit
Korioretinitis
Katarak
Atrofi kortikal
mikrosepali
PJT simetrik
Resiko terjadinya sindroma fetal adalah 2% bila ibu menderita penyakit pada kehamilan
antara 13 – 30 minggu ; dan 0.3% bila infeksi terjadi pada kehamilan kurang dari 13 minggu.
Bila infeksi pada ibu terlihat dalam jangka waktu 3 minggu pasca persalinan maka resiko
infeksi janin pasca persalinan adalah 24% . Bila infeksi pada ibu terjadi dalam jangka waktu
5 – 21 hari sebelum persalinan dan janin mengalami infeksi maka hal ini umumnya ringan
dan “self limiting”
Bila infeksi terjadi dalam jangka waktu 4 hari sebelum persalinan atau 2 hari pasca
persalinan, maka neonatus akan berada pada resiko tinggi menderita infeksi hebat dengan
mortalitas 30%.
Imunoglobulin varicella zoster (VZIG) harus diberikan pada neonatus dalam jangka
waktu 72 jam pasca persalinan dan di isolasi. Plasenta dan selaput ketuban adalah bahan yang
sangat infeksius.
8
Pada ibu hamil yang terpapar dan tidak jelas apakah sudah pernah terinfeksi dengan
virus varicella zoster harus segera dilakukan pemeriksaan IgG. Bila hasil pemeriksaan tidak
dapat segera diperoleh atau IgG negatif, maka diberikan VZIG dalam jangka waktu 6 minggu
pasca paparan. Imunisasi varciella tidak boleh dilakuykan pada kehamilan oleh karena vaksin
terdiri dari virus yang dilemahkan/. Pada masa kehamilan angka kejadian Herpes Zoster tidak
lebih sering terjadi dan bila terjadi maka tidak menimbulkan resiko terhadap janin. Bila
serangan Herpes Zoster sangat dekat dengan saat persalinan maka varicella dapat ditularkan
secara langsung pada janin sehingga hal ini harus dicegah.
G. DAMPAK BAGI IBU HAMIL DAN JANIN
Jika Anda sedang hamil, sepatutnya perlu waspada jika tiba-tiba demam tinggi disertai
bintik-bintik seperti lepuhan kecil pada kulit. Kemungkinan besar Anda terkena cacar air.
Berarti Anda sudah terjangkit virus varicella zooster. Jika tidak ditangani secara cepat dan
tepat, penyakit ini menandatangkan masalah. Khusus untuk ibu hamil, cacar air juga bisa
menyebabkan kematian.
Ibu hamil pada masa trimeter pertama biasanya kondisinya sedang lemah. Maklum, pada
saat ini biasanya sedang mual, muntah dan sering tidak mau makan, yang menyebabkan daya
tahan tubuh menurun. Pada saat sperti inilah kemungkinan cacar air bisa menyerangnya.
Jika terjadi pada trimester kedua dan ketiga, cacar air umumnya tak menyebabkan
kelainan bawaan. Namun kemungkinan bayi lahir prematur atau menderita bintil-bintil berisi
air setelah 10 hari dilahirkan. Pencegahan hanya bisa dilakukan dengan vaksinasi.
Kehamilan cenderung memperburuk perjalanan penyakit varicella. Infeksi varicella
pada kehamilan meningkatkan resiko kejadian komplikasi pneumonia. Infeksi varicella pada
trimester awal kehamilan memunculkan resiko kelainan konginital, sebesar 0,4-2%. Pada
9
infeksi yang terjadi pada akhir kehamilan (secara kesepakatan ditetapkan 5 hari sebelum atau
sesudah kelahiran) memunculkan resiko transmisi vertikal.
Pada ibu hamil penyakit ini dapat menular kepada janinnya lewat plasenta. Namun
yang lebih fatal apabila varicella zooster terjadi pada ibu hamil yang beberapa hari lagi
melahirkan, yang penularannya lewat darah karena bayi belum punya antibody dari ibu
sehingga teridentifikasi baru yang bisa berakibat kematian dan mengakibtkan bayi baru lahir
mengalami infeksi varicella berat.
Menurut situs CDC (Center for Disease Control and Pravention), pada ibu hamil yang
tidak imun, terutama di empat bulan pertama kehamilan, penyakit cacar dapat membuat janin
berisiko terkena kelahiran bawaan yang disebut sindroma varicella. Kondisi ini ditandai oleh
adanya kelainan bawaan bisa berupa :
Kerusakan otak : ensefalitas (radang otak), mikrosefal (perkembangan otak terhambat,
shingga otaknya menjadi kecil), hidrosefal (gangguan sirkulasi cairan otak, sehingga
otaknya menjadi besar), aplasia otak, dan lain-lain.
Kerusakan mata : Mikro-oftalmik (ukurannya kecil) katarak, korioretinitis, gangguan
saraf mata, dan lain-lain.
Gangguan saraf : Kerusakan saraf spinal (tulang belakang), gangguan saraf motorik
(penggerak) dan sensorik (perasa), hilangnya refleks, sindroma horner, dan lain-lain.
Kerusakan tubuh : kegagalan pembentukan tungkai tubuh (jari, tangan, kaki),
gangguan anus dan otot kandung kencing, dan lain-lain.
Gangguan kulit : timbul jaringan parut ( seperti luka dalam ), gangguan warna kulit,
dan lain-lain.
Ibu hamil yang terkena cacar dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan ultrasound secara
rinci setidaknya pada usia kehamilan 18-20 minggu, guna melihat ada tidaknya tanda-tanda
10
kelainan bawaan gangguan lain. Ada kalanya diperlukan konsultasi dengan ahli genetik untuk
membicarakan risiko yang akan timbul dan keputusan apa yang sebaiknya diambil.
Jika sakit cacar terjadi pada kehamilan tua dan lebih dari lima hari sebelum melahirkan,
kemungkinan kondisi bayi akan baik-baik saja. Ini karena lima hari setelah terinfeksi virus
cacar, tubuh si ibu membangun antibodi terhadap virus dan bayi mendapatkan antibody
tersebut lewat plasenta. Apabila ibu terkena cacar 5-21 hari sebelum bayi lahir, ada
kemungkinan si bayi terkena cacar beberapa hari setelah lahir. Namun, karena sudah ada
antibody, kondisinya tidak parah.
Akan lebih membahayakan jika penyakit cacar itu dialami ibu hamil antara 5 hari
sebelum melahirkan dan 2 hari setelah melahirkan. Si kecil beresiko terpapar virus dan bisa
menjadi serius karena tidak sempat mendapat kiriman antibody dari sang ibu. Pada kasus ini,
30-40 % beresiko mengalami varicella neonatal yang mungkin memerlukan penanganan
jangka panjang, bahkan sepanjang hidup. Keparahan ini bisa dikurangi dengan suntikan
varicella zoster immune globulin (VZIG) segera setelah lahir.
Adapun yang harus dilakukan oleh ibu hamil :
Ibu hamil harus diperiksa status imunitasnya sebelum hamil atau paling tidak pada masa
trimester pertama.
Pencegahan dengan mendapat suntikan VZIG (Varicella Zooster ImunoGlobulin) atau
obat anti virus lain jika diketahui ibu hamil kontak dengan penderita cacar air.
Jika sudah terlanjur terjangkit, ibu perlu dirawat untuk mencegah terjadinya komplikasi.
Kalau terjangkit cacar menjelang masa persalinan sampai setelah melahirkan, bayinya
harus segera mendapat suntikan VZIG atau penanganan maksimal dari dokter yang
menangani ibu dan bayinya.
Pembeian vaksinasi kepada ivu hamil harus dilakukan dengan ekstra hati-hati agar tidak
menimbulkan dampak lain yang merugikan ibu maupun janin yang dikandung.
11
H. PENCEGAHAN
Untuk mencegah cacar air diberikan suatu vaksin. Kepada orang yang belum pernah
mengalami komplikasi (misalnya penderita gangguan system kekebalan), bisa diberikan
immunoglobulin zoster atau immunoglobulin varicella-zoster. Vaksin varicella biasanya
diberikan kepada anak yang berusia 12-18 bulan.
Pencegahan varicella, selain dengan meningkatkan daya tahan tubuh, dapat ditempuh
dengan pemberian vaksinasi atau imunisasi immunoglobulin (IG) anti varicella. Vaksinasi
diberikan untuk mereka yang belum pernah terkena varicella. Immunoglobulin diberikan
setelah tejadi paparan (postexposure), terutama pada pasien dengan status imun rendah, bayi
baru lahir (BBL), dan ibu hamil. Bila sudah terjadi infeksi, prinsip terapi adalah suportif dan
pemberian anti viral sesuai indikasi. Anti viralterpilih adalah acyclovir, yang akan bekerja
efektif bila diberikan 72 jam pertama sesudah munculnya lesi. Indikasi mutlak pemberian
terapi anti viral meliputi status imun rendah, manifestasi klinis berat, serta kehamilan
trimester ke-3. Pasien dengan varicella perlu dirawat bila keadaan umum lemah, lesi luas,
atau untuk keperluan isolasi.
Adapun pemeriksaan khusus yang dilakukan pada kehamilan di setiap trimesternya ialah
sebagai berikut :
Trimester I
Selama trimester pertama (0-12 minggu) pemeriksaan dilakukan setiap 4 minggu atau
setiap bulannya.
1. Pap Smear
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mendeteksi adanya infeksi Chlamydia dan gonorea
sehingga bayi terhindar dari resiko infeksi mata, serta kanker leher rahim. Pemeriksaan
dilakukan dengan mengambil contoh lendir dari leher rahim. Dilakukan pada kunjungan
pertama namun tidak perlu dilakukan bila sebelumnya sudah melakukan pemeriksaan ini.
12
2. TORCH
Mengetahui apakah janin terkena 5 jenis infeksi mikroorganisme seperti, toxoplasma,
rubella, virus cytomegalovirus,dan herpes simpleks. Infeksi virus rubella pada trimester
pertama bisa menyebabkan buta,tuli, atau gagal jantung.
Trimester II
Pada trimester kedua (13-26 minggu) pemeriksaan dilakukan setiap empat minggu, baik
pemeriksaan umum kehamilan dan pemeriksaan khususnya.
1. Alpha Fetoprotein/Triple Marker
Alpha fetoprotein merupakan protein yang diproduksi oleh janin. Tes AFP biasanya
mengambil contoh darah ibu atau air ketuban. Tes AFP biasanya diikuti dengan pengecekan
hormone kehamilan estriol dan human Chorionic Gonadotropin (hCG). Pemeriksaan ini
dikenal sebagai triple marke. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui tingkat
resiko janin terkena down syndrome atau neural tube defect (cacat batang saraf). Kadar AFP
yang terlalu rendah menandakan semakin tinggi resiko down syndrome. Sebagai catatan,
AFP tidak menujukan kondisi janin, hanya menghitung resiko. Triple marker berfungsi
mengetahui perlu tidaknya perawatan insulin bagi ibu hamil penderita diabetes. Pemeriksaan
biasanya dilakukan pada usia kehamilan 16-18 minggu.
2. Amniocentesis
Tes ini dianjurkan untuk ibu hamil yang berusia lebih dari 35 tahun, ada anggota keluarga
yang mengalami kelainan genetik, atau anak yang lahir sebelumnya menderita cacat bawaan.
Tujuan tes ini untuk mendeteksi down syndrome dan kelainan kromosom, cacat structural,
(spina bifida atau anensefali). Jika dilakukan pada akhir kehamilan, hasinya bisa
menggambarkan kondisi paru-paru bayi. Yang diperiksa adalah contoh air ketuban dan tes ini
dilakukan pada umur kehamilan 16-18 minggu paling lambat pada umer 20 minggu.
13
3.Kardosentesis
Mengambil sampel darah dari tali pusat janin bertujuan untuk mendeteksi kelainan
kromosom lebih cepat daripada amniocentesis atau ultrasonografi. Memeriksa kemungkinan
adanya anemia pada janin.
Trimester III
Pemeriksaan ini biasanya dilakukan pada kehamilan beresiko tinggi. Tujuannya untuk
mengetahui reaksi janin terhadap stimulant yang diberikan. Jika dilakuakn setelah melewati
tanggal perkiraan bayi, tes ditujukan untuk memastikan bayi mendapat cukup oksigen.
Pemeriksaan ini dilakukan pada minggu 26-28 ketika detak jantung janin bisa merspon
sstimulus yang diberikan. Atau seminggu setelah melewati tanggal perkiraan lahir.
I. Penatalaksanaan
Seperti penyakit yang disebabkan oleh virus pada umumnya, cacar air juga memiliki vaksin
yang mampu menangkalnya. Bahkan dapat menembus angka smapai 90%. Bila sebelum usia
13 tahun anak sudah mendapatkan vaksin cacar air, ia tidak akan terkena cacar air seumu
hidupnya. Tidak ada terapi yang spesifik untuk penyakit yang satu ini. Apabila demam,
diberikan obat penurun panas. Untuk mrngurangi rasa gatal dapat diberika bedak ditambah
dengan zat antigatal. Bedak ini, selain untuk mengurangi rasa gatal, juga mencegah pecahnya
lepuhan secara cepat. Jika cacar air ini dapat timbul infeksi sekunder, maka akan dapat
diberikan antibiotika.
Untuk mengurangi rasa gatal dan mencegah pergarukan, sebaiknya kulit dikompres dingin.
Bisa juga dioleskan lotion kalamin, anthihistamin atau lainnya yang mengandung mentol dan
fenol.
Untuk mengurangi resiko terjadinya infeksi bakteri, sebaiknya :
Kulit dicuci sesering mungkin dengan air dan sabun.
14
Menjaga kebersiahan tangan.
Kuku dipotong pendek.
Pakaian tetap kering dan bersih.
Adapun penderita varicella dapat diberikan pengobatan sebagai berikut :
1. Topical : Bedak dan antibiotika
2. Sistemik : Sedativa, antipiretik, antibiotika untuk infeksi sekunder, acyclovir.
Pengobatan varicella dibagi menjadi 2, yaitu pada penderita normal dan penderita dengan
imunokompromise atau penurunan system imun :
1. Normal
Neonatus → Acylovir 500mg/m2 setiap 8 jam selama 10 hari.
Anak-anak → terapi sintomatis atau Acyclovir 20mg/kgBB selama 7 hari.
Dewasa atau dengan kortikostreoid → Acylovir 5x 800mg selama 7 hari.
Wanita hamil, Pnemonia → Acylovir 5x 800mg selama 7 hari atau Acylovir IV 10mg/BB
setiap 8jam selama 7 hari.
2. Imunokompromise
Selain pengobatan diatas untuk menurunkan demam, sebaiknya digunakan Asetamofen,
jangan Aspirin. Obat anti-virus boleh diberikn kepada anak yang berusia lebih dari 2 tahun.
Asiklovir biasanya diberikan kepada remaja, karena pada remaja penyakit ini lebih berat.
Asikloir bisa mengurangi beratnya penyakit jika diberikan dalam waktunya 24 jam setelah
munculnya ruam yang pertamanya. Obat anti-virus lainnya adalah Vidarabin.
Setelah masa penyembuhan varicella, dapat dilanjutkan dengan perawatan bekas luka yang
ditimbulkan dengan banyak mengkonsumsi air mineral untuk menetralisir ginjal setelah
mengkonsumsi obat. Konsumsi vitamin C placebo ataupun yang langsung dari buah-buahan
segar seperti juice jambu biji, juice tomat atau anggur. Vitamin E untuk kelembaban kulit
15
bisa didapat dari placebo, minuman dari lidah buaya, ataupun runput laut. Penggunaan lotion
yang mengandung pelembab ekstra saat luka sudah benar-benar sembuh diperlukan untuk
menghindari iritasi lebih lanjut.
Selain pengobatan di atas dapat dilakukan pemeriksaan penunjang untuk mengetahui hasil
pemeriksaan, seperti :
Labolatorium
Pemeriksaan labolatorium tidak dibutuhkan untuk diagnosis karena varicella dapat terlihat
dari gejala klinis. Kabanyakan pada anak-anak dengan varicella terjadi leukopeni pada 3 hari
pertama, kemudian diikuti dengan leukositosis. Leukositosis mengindikasikan adanya infeksi
bakteri sekundre, tetapi tidak selalu. Kebanyakan pada anak-anak dengan infeksi bakteri
sekunder terjadi leukositosis.
Pemeriksaan serologi
Digunakan untuk mengkonfirmasi infeksi yang lalu untuk menentukan status kerentanan
pasien. Hal ini berguna untuk menentukan terapi pencegahan pada dewasa yang terekspos
dengan varicella. Identifikasi virus varicella zoster secara cepat diindikasikan pada kasus
yang parah atau penyakit belum jelas yang membutuhkan pengobatan antiviral dengan cepat.
Metode yang paling spesifik yang digunakan adalah Indirect Fuorescent Antibody (IFA),
Fluorecent Antibody to Membrane Antigen (FAMA), Neutralization Test(NT), dan
Radioimmunoassay (RIA). Tes serologis tidak diperlukan pada anak, karena infeksi pertama
memberikan imunitas yang pasti pada anak.
Radiologi
Foto Toraks : Anak-anak dengan suhu yang tinggi dan gangguan respirasi seharusnya
dilakukan foto toraks untuk mengkonfirmasi atau menyingkirkan adanya pneumonia.
BAB III
KESIMPULAN
16
Varisela merupakan penyakit yang sering menyerang anak usia 5-9 tahun. Kasus varisela
meningkat pada musim peralihan dari musim panas ke musim hujan atau sebaliknya. Namun
kasus ini dapat menjadi penyakit musiman jika terjadi penularan dari seorang penderita yang
tinggal di populasi padat.
Ibu hamil merupakan salah satu dalam kelompok orang dewasa yang rentan terhadap
penyakit ini, apabila pada masa mudanya tidak atau belum pernah terkena penyakit cacar air
ini. Pada usia kehamilan 1-3 bulan bisa terjadi komplikasi terhadap janin bayi, seperti
keguguran, kelahiran mati atau bahkan bayinya terkena sindrom congenital varicella atau
infeksi pada janin bulan pertama yang cukup berbahaya baik bagi sang janin maupun si
ibunya tersebut. Namun, prevelensi ibu hamil penderita cacar air ini yang mendapat
komplikasi ini masih rendah.
Ibu hamil trimester pertama yang menderita cacar air akan dapat menularkan cacar air
kepada si janin. Bahayanya, bayi sangat mungkin terkena herpes zooster pada usia 10 tahun.
Bila mengenai wanita hamil trimester kedua, virus ini dapat menyebabkan gangguan
kehamilan. Sementara itu, ibu hamil yang terkena cacar air pada saat akan melahirkan,
akibatnya bisa lebih berat lagi, yaitu kematian.
17