23
Aspek-Aspek Penilaian terdadap Tindakan Dokter BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini kesadaran akan pentingnya kesehatan kiat meningkat di dalam diri tiap-tiap individu. berusaha untuk memiliki standar kesehatan yang baik digembar-gemborkan baik di dalam pemerintahan, maupun di dalam diri tiap individu. dunia kesehatan pun kian diminati oleh berbagai kalangan. Banyak orang berlomba-lomba menjadi seorang dokter, banyak dokter berlomba- lomba memperbaharui diri menjadi lebih baik. Di dalam dunia kesehatan, dokter adalah aspek penting di dalamnya.untuk menjadi dokter yang baik dan bermutu, dibutuhkan sebuah profesionalisme dalam bekerja. Dalam setiap tindakan yang diambil, seorang doker harus menyelaraskannya dengan berbagai aspek. Oleh karena itu pada bioetik merupakan hal pertama yang harus dikuasai oleh seorang dokter, untuk menunjang tindakan- tindakan yang kelak dilakukannya. Pada makalah ini, saya akan membahas tentang aspek apa sajakah yang akan dilihat oleh seorang dokter sebelum ia melakukan tindakkan pada pasien. Aspek-aspek tersebut antara lain : Kode Etik Kedokteran Indonesia (kodeki), Sumpah Dokter, Kaidah Dasar Bioetik, profesionlisme, dan aspek hukum.

Vilda

  • Upload
    axl

  • View
    9

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

download

Citation preview

Page 1: Vilda

Aspek-Aspek Penilaian terdadap Tindakan Dokter

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini kesadaran akan pentingnya kesehatan kiat meningkat di dalam diri tiap-tiap

individu. berusaha untuk memiliki standar kesehatan yang baik digembar-gemborkan baik di

dalam pemerintahan, maupun di dalam diri tiap individu. dunia kesehatan pun kian diminati oleh

berbagai kalangan. Banyak orang berlomba-lomba menjadi seorang dokter, banyak dokter

berlomba-lomba memperbaharui diri menjadi lebih baik.

Di dalam dunia kesehatan, dokter adalah aspek penting di dalamnya.untuk menjadi

dokter yang baik dan bermutu, dibutuhkan sebuah profesionalisme dalam bekerja. Dalam setiap

tindakan yang diambil, seorang doker harus menyelaraskannya dengan berbagai aspek.

Oleh karena itu pada bioetik merupakan hal pertama yang harus dikuasai oleh seorang

dokter, untuk menunjang tindakan-tindakan yang kelak dilakukannya. Pada makalah ini, saya

akan membahas tentang aspek apa sajakah yang akan dilihat oleh seorang dokter sebelum ia

melakukan tindakkan pada pasien. Aspek-aspek tersebut antara lain : Kode Etik Kedokteran

Indonesia (kodeki), Sumpah Dokter, Kaidah Dasar Bioetik, profesionlisme, dan aspek hukum.

B. Rumusan Masalah :

Pasien menderita radang usus buntu dalam keadaan darurat dilarikan ke rumah sakit,

sesampainya di rumah sakit, Penanganan yang diperoleh lambat dan tidak intensif.

Dokter yang hendaknya memeriksa pasien pun terlambat satu jam dari jadwal memeriksa

pasien. Keadaan pasien bertambah buruk dan jiwanya tidak tertolong

Adapun pertanyaan yang didapatkan antara lain:

Page 2: Vilda

1.     Apa itu Kaidah Dasar Bioetik ? apakah dokter telah bertindak sesuai dengan Kaidah

Dasar Bioetik?

2.      Apa itu Kode Etik Kedokteran Indonesia ? apakah dokter telah bertindak sesuai

dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia ?

3. Apa itu Sumpah Dokter ? apakah dokter telah bertindak sesuai dengan Sumpah

Dokter?

4. Apa itu profesionalisme di dalam bidang kedokteran ? apakah dokter telah bertindak

sesuai denganprofesionalisme di dalam bidang kedokteran?

5. Apa itu Eticomedicolegal? apakah dokter telah bertindak sesuai dengan

Eticomedicolegal?

C. Tujuan

1.      Agar dapat mengetahui tentang Kaidah Dasar Bioetik

2.      Agar dapat mengetahui tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia

3.      Agar dapat mengetahui tentang isi Sumpah Dokter

4.      Agar dapat mengetahui tentangProfesionalisme dalam Bidang Medis

5. Agar dapat mengetahui tentang Eticomedicolegal

D. Manfaat

1. mengetahui tentang Kaidah Dasar Bioetik

2. mengetahui tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia

3. mengetahui tentang isi Sumpah Dokter

4. mengetahui tentangProfesionalisme dalam Bidang Medis

5. mengetahui tentang Eticomedicolegal

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. KAIDAH DASAR BIOETIK

Page 3: Vilda

Bioetika (F. Abel) adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh

perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro,

termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta system nilainya, kini dan masa

mendatang. Kaidah Dasar Bioetika bertolak dari Childress & Beauchmp yang

memaparkan adanya 4 kaidah dasar moral dalam bukunya The Principles of Biomedical

ethics (1994), antara lain :

1. Berbuat Baik (Beneficence)

Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan

untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau

menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana

yang dialami pasien. Prinsip prima facienya adalah sesuatu yang berubah menjadi

atau dalam keadaan umum

Ciri-ciri beneficence antara lain:

a. Alturisme (tanpa pamrih, rela berkorban)

b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

c. Manfaat lebih besar dari kerugian

d. Paternalisme bertnggung jawab

e. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia

f. Pembatasan “goal-based”

g. Memaksimalisasi pemuasan kebahagiaan pasien

h. Meminimalisasi akibat buruk

i. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

j. Tidak menarik honorarium di luar kepantasan

k. Mengembangkan profesi secar terus-menerus

l. Memberikan obat berkhasiat namun murah

m. Menerapkan golden rule principle

2. Tidak merugikan (Non-maleficence)

Prinsip ini dalam konteks prima facienya adalah ketika pasien (berubah menjadi atau

dalam keadaan) gawat darurat dimana diperlukan suatu intervasi medic dalam rangka

penyelamatan nyawa. Prinsip non-maleficence adalah prinsip moral yang melarang

Page 4: Vilda

tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum

non nocere” atau “aboce all do no harm”.

Kaidah yang terdapat di dalam non-maleficence:

Menolong pasien emergensi

Mengobati pasien yang luka

Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

Tidak memandang pasien hanya sebgai objek

Mengobati secara profesional

Mencegah pasien dari bahaya

Menghindari mispresentasi dari pasien

Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

Memberikan semangat hidup

Melindungi pasien dari serangan

Tidak melakukan white collar crime

3. Autonomi

Dalam prinsip ini, setiap pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki

otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri). Prinsip prima facienya muncul

(berubah menjadi atau dalam keadaan) pada sosok pasien yang dewasa dan

berkepribadian untuk menentukan nasib sendiri. Prinsip ini erat hubungannya dengan

informed-consent. Kaidah yang terdapat di dalam prinsip autonomi :

Menghargai hak menentukan nasib sendiri

Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan

Berterus terang

Menghargai privasi

Menjaga rahasia pasien

Menghormati rasionalitas pasien

Melaksanakan informed-consent

Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri

Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan

Sabar menunggu keputusan pasien dalam keadaan non emergensi

Page 5: Vilda

Tidak berbohong kepada pasien

Menjaga hubungan (kontrak)

4. Keadilan (Justice)

Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).

Kaidah yang terdapat didalam justice:

Memperlakukan segala sesuatu secara universal

Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan

Memberi kesempatan yang sama pada pribadi dalam posisi yang sama

Menghargai hak sehat pasien

Menghargai hak hukum pasien

Menghargai hak orang lain

Menjaga kelompok rentan

Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar sara, status social, dll.

Tidak melakukan penyalahgunaan

Memberikan konntribusi yang sama dengan kebutuhan pasien

Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian secara adil

Mengembalikan hak milik kepada pemiliknya Pada saat yang tepat dan

kompeten

Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah

Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan gangguan kesehatan

Bijak dalam makro alokasi

B. KODEKI (KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA )

Merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan praktek

kedokteran.

Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002 tentang

penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia .

Page 6: Vilda

Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam

Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia.

Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu adalah Kode Etik

Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar

Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI

XIII, tahun 1983.

KEWAJIBAN UMUM

Pasal1

Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.

Pasal2

Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan

standard profesi yang tertinggi.

Pasal3

Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh

sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.

Pasal4

Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.

Pasal5

Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik

hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan

pasien.

Pasal6

Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap

penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang

dapat menimbulkan keresahan masyarakat.

Page 7: Vilda

Pasal7

Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa

sendiri kebenarannya..

Pasal7a

Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang

kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang

( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.

Pasal7b

Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dansejawatnya,

dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan

dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau

penggelapan, dalam menangani pasien.

Pasal7c

Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak tenaga

kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.

Pasal7d

Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk

insani.

Pasal8

Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan

masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh

( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial,

serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.

Pasal9

setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang

lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.

Page 8: Vilda

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN

Pasal10

Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan

ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan

suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib

merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.

Pasal11

Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat

berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah

lainnya.

Pasal12

Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang

pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.

Pasal13

Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,

kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT

Pasal14

Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin

diperlakukan.

Pasal15

Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan

persetujuan atau berdasarkan

prosedur yang etis.

KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI

Pasal16

Page 9: Vilda

Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.

Pasal17

Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi

kedokteran/kesehatan.

C. SUMPAH DOKTER

“Saya bersumpah bahwa saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan

perikemanusiaan.

Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai

dengan martabat pekerjaan saya.

Saya akan memelihara sekuat tenaga martabat, tradisi luhur jabatan kedokteran.

Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan

karena keilmuan saya sebagai dokter.

Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan dalam menunaikan kewajiban

terhadap penderita.

Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh, supaya saya tidak terpengaruh oleh

pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan

sosial.

Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima

kasih yang selayaknya.

Teman sejawat akan saya perlakukan sebagai saudara kandung.

Saya akan menghormati setiap insani mulai dari saat pembuahan.

Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk

sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.

Page 10: Vilda

Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan

kehormatan diri saya”

D. Profesionalisme dalam Bidang Medis

seorang profesional haruslah terdidik bukan hanya terlatih,juga dituntut untuk terus

menerus meningkatkan keahliannya. Seorang profesional harus memiliki otoritas yang

telah dilegitimasi, independen, memiliki asosiasi profesi, menggamarkan secara aktif

pengetahuannya, profesi tersebut memiliki moralitas, dan legitimasi legal.

Browne (1967) menyebutkan komponen utama dari profesionalisme dokter adalah

empati, kecakapan teoritis, keterampilan, dan kemampuan fisik yang prima.

Menurut David Morrell (2003) James Spence nilai nilai seorang profesional adalah :

Confidence

Kepercayaan pasien kepada dokter dapat diketahui melalui tingkat kepuasan

pasien yang berobat kepadanya. Kepuasan ini didapat dari kemempuan dokter

untuk menyediakan layanan kesehatan yang baik.

Confidentiality (kerahasiaan)

Kerja dokter melibatkan banyak pihak, namun kerahasiaan pasien harus tetap

disimpan oleh organisasi kerja

Competence

Seorang dokter wajib mengasah pengetahuan dan memiliki keterampilan dokter

yang baik, hal ini dapat diketahui denga akreditasi ulang, audit, dan pengujian.

Hal ini peru untuk menjaga mutu pelayanan masyarakat, kepercayaan masyarakat,

dan rasa hormat masyarakat.

Contract

Page 11: Vilda

Seorang dokter sebagai seorang profesional memiliki kontrak yang tidak tertulis

dengan pasiennya untuk memberikan pelayanan yang terbaik dengan fasilitas

yang tersedia.

Community care

Seorang dokter memiliki tanggung jawab social terhadap masyarakat yang terjalin

melalui kontrak tidak tertulis untuk memberikan pelayanan. Public health

physicians harus mengetahui kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan itu

melalui penelituan. Public health physicians harus bebas dan tidak terpengaruh

oleh kepentingan-kepentingan lain yang dapat mempengaruhi rekomendasi

mereka dalam melihat kebutuhan kesehatan masyarakat.

Commitment

Seorang profesional harus berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang

sempurna, selalu belajar, mengikuti peekembangan ilmu.

Penilaian profesionalisme adalah hati-hati dan bertanggungjawab, bertindak sesuai

prioritas, membuat pasien merasa nyaman, menghormati keputusan pasien, dan

memberikan rujukan bula sang dokter tidak mampu menangani masalah pasien.

E. ETICOMEDICOLEGAL

Pelanggaran disiplin (keputusan KKI No. 17/KKI/VIII/2006)

Kegagalan penatalaksanaan pasien OK : ketidakcakapan, kelalaian

Perilaku tercela (menurut ukuran profesi)

Ketidaklalaian fisik atau mental

Page 12: Vilda

Tujuan dari penegakan disiplin adalah untuk proteksi pasien, menjaga mutu dokter,

menjaga kehormatan profesi dokter.

Pengaduan (pasal 66 UU PRADOK)

Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan

dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan

secara tertulis kepada ketua MKDKI

Pengaduan sebagaimana dimaksut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan

hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak

yang berwenang dan atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.

Alat bukti antara lain ; surat-surat atau dokumentasi tertulis, keterangan saksi, pengakuan

teradu, keterangan saksi ahli, dan barang bukti.

Macam keputusan ; tidak bersalah, bersalah dengan sanksi; peringatan tertulis,

rekomendasi pencabutan STR,SIP sementara maksimal 1 tahun atau selamanya, dan

kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan.

Bentuk pelanggaran disiplin kedokteran :

1. Tidak kompeten/cakap

2. Tidak merujuk

3. Pendelegasian kepada nakes yang tidak kompeten

4. dr/drg tidak punya SIP

5. Tidak layak praktek (kesehatan fisik & mental)

6. Kelalaian dalam penatalaksanaan pasien

7. Pemeriksaaan dan pengobatan berlebihan

8. Tidak memberikan informasi yang jujur

9. Tidak ada informed consent

10. Tidak membuat atau menyimpan rekam medik

11. Penghentian kehamidan tanpa indikasi medis

12. Euthanasia

Page 13: Vilda

13. Penerapan pelayanan yang belum diterima kedokteran

14. Penelitian klinis tanpa persetujuan etis

15. Tidak memberi pertolongan darurat

16. menolak atau menghentikan pengobatan tanpa alasan yang sah

17. Membuka rahasia medis tanpa ijin18. Membuat keterangan medis palsu

18. Ikut serta tindakan penyiksaan

19. Peresepan obat psikotropik/narkotika tanpa indikasi

20. Pelecehan seksual, intimidasi, kekerasan

21. Penggunaan gelar akademik/ sebutan profesi palsu

22. Menerima komisi terhadap peresepan/rujukan

23. Pengiklanan diri yang menyesatkan

24. Ketergantungan NAPZA

25. STR, SIP, setrifikat kompetensi tidak sah

26. Imbal jasa tidak sesuai tindakan

27. Tidak memberikan data/informasi atas permintaan MKDKI

BAB III

ISI

HIPOTESIS

Page 14: Vilda

Tindakan dokter pada scenario diatas melanggar Kaidah Dasar Bioetik, Kode Etik

Kedokteran Indonesia , Sumpah Dokter, profesiomalisme dalam bidang medis, dan

Eticomedicolegal.

PEMBAHASAN SKENARIO

Seorang perempuan, 21 tahun, dengan radang usus buntu dibawa ke unit gawat darurat di

sebuah rumah sakit. Kondisi pasien dalam keadaan sakit parah dan membutuhkan perawatan

segera yang intensif. Setibanya di unit gawat darurat perawat yang menerima pasien itu terkesan

biasa-biasa saja, lamban dan tidak mengacuhkan. Dokter pun baru datang memeriksa pasien

setelah satu jam kemudian, setelah memeriksa pasien dokter mengatakan bahwa pasien harus

dioperasi. Pelaksanaan operasinya tidak bisa segera, karena dokter tersebut masih banyak jadwal

operasi yang lain. Keadaan pasien bertambah buruk dan jiwanya tidak tertolong lagi.

- Pada kalimat partama dan kedua “Seorang perempuan, 21 tahun, dengan radang

usus buntu dibawa ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit. Kondisi pasien

dalam keadaan sakit parah dan membutuhkan perawatan segera yang intensif.”

Diketahui pasien beradan dalam keadaan gawat darurat. Maka berlaku Kaidah

Dasar Bioetik Non-Maleficence

- Pada kalimat seterusnya “Setibanya di unit gawat darurat perawat yang menerima

pasien itu terkesan biasa-biasa saja, lamban dan tidak mengacuhkan. Dokter pun

baru datang memeriksa pasien setelah satu jam kemudian, setelah memeriksa

pasien dokter mengatakan bahwa pasien harus dioperasi.Pelaksanaan operasinya

tidak bisa segera, karena dokter tersebut masih banyak jadwal operasi yang lain.

Keadaan pasien bertambah buruk dan jiwanya tidak tertolong lagi.”

Tindakkan dokter melanggar:

1. Kaidah Dasar Bioetik Non-Maleficence

- Menolong pasien emergensi

- Mencegah pasien dari bahaya

- Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

Page 15: Vilda

2. Kode Etik Kedokteran Indonesia :

- pasal 1 : setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan

mengamalkan Sumpah Dokter.

- Pasal 13 : setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai

suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain

yang bersedia dan lebih mampu memberikan

3. Sumpah Dokter

- Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan

bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.

- Saya akan selalu mengutamakan kesehatan pasien, dengan

memperhatikan kepentingan masyarakat

4. Profesionalisme dalam bidang medis

- Tingah laku yang tidak merugikan

- Tepat waktu dan melakukan tindakan sesuai prioritas

- Bekerja dengan penuh kepedulian

- Hati-hati dan bertanggung jawab

5. Eticomedicolegal

- Kelalaian dalam penatalaksanaan pasien

- Tidak kompeten/cakap

- Tidak memberi pertolongan darurat

Bab IV

KESIMPULAN

Hipotesis diterima. Dari pembahasan mengenai scenario diatas, dokter terkesan tidak

peduli terhadap pasien, dokter bahkan tidak segara melakukan tindakkan kepada sang pasien

yang akhirnya mengakibatkan pasien meninggal dunia. Dari tindakkan dokter pada scenario diats

Page 16: Vilda

dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan dokter telah melanggar Kaidah Dasar Bioetik, Kode

Etik Kedokteran Indonesia , Sumpah Dokter, profesionalisme dalam bidang medis, dan

Eticomedicolegal.

DAFTAR PUSTAKA

(1) Hanafiah, M. J., Amir, Amri. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4. Jakarta:

Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 17: Vilda

(2) Hartono,Budiman dr, dr. Evalina Asnawi. WHO AM I? Bioetika, Humaniora, dan

Profesionalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta : Universitas Kristen Krida Wacana

(3) Archadiat, M. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman

(4) Sachrowardi, Qomariyah & Basbeth, Ferryal. 2011. Bioetik: Isu & Dilema. Jakarta Selatan

(5) Muchtadi, Tien R. Komisi Bioetika Nasional. Malang : Universitas Brawijaya