Upload
axl
View
9
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
download
Citation preview
Aspek-Aspek Penilaian terdadap Tindakan Dokter
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dewasa ini kesadaran akan pentingnya kesehatan kiat meningkat di dalam diri tiap-tiap
individu. berusaha untuk memiliki standar kesehatan yang baik digembar-gemborkan baik di
dalam pemerintahan, maupun di dalam diri tiap individu. dunia kesehatan pun kian diminati oleh
berbagai kalangan. Banyak orang berlomba-lomba menjadi seorang dokter, banyak dokter
berlomba-lomba memperbaharui diri menjadi lebih baik.
Di dalam dunia kesehatan, dokter adalah aspek penting di dalamnya.untuk menjadi
dokter yang baik dan bermutu, dibutuhkan sebuah profesionalisme dalam bekerja. Dalam setiap
tindakan yang diambil, seorang doker harus menyelaraskannya dengan berbagai aspek.
Oleh karena itu pada bioetik merupakan hal pertama yang harus dikuasai oleh seorang
dokter, untuk menunjang tindakan-tindakan yang kelak dilakukannya. Pada makalah ini, saya
akan membahas tentang aspek apa sajakah yang akan dilihat oleh seorang dokter sebelum ia
melakukan tindakkan pada pasien. Aspek-aspek tersebut antara lain : Kode Etik Kedokteran
Indonesia (kodeki), Sumpah Dokter, Kaidah Dasar Bioetik, profesionlisme, dan aspek hukum.
B. Rumusan Masalah :
Pasien menderita radang usus buntu dalam keadaan darurat dilarikan ke rumah sakit,
sesampainya di rumah sakit, Penanganan yang diperoleh lambat dan tidak intensif.
Dokter yang hendaknya memeriksa pasien pun terlambat satu jam dari jadwal memeriksa
pasien. Keadaan pasien bertambah buruk dan jiwanya tidak tertolong
Adapun pertanyaan yang didapatkan antara lain:
1. Apa itu Kaidah Dasar Bioetik ? apakah dokter telah bertindak sesuai dengan Kaidah
Dasar Bioetik?
2. Apa itu Kode Etik Kedokteran Indonesia ? apakah dokter telah bertindak sesuai
dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia ?
3. Apa itu Sumpah Dokter ? apakah dokter telah bertindak sesuai dengan Sumpah
Dokter?
4. Apa itu profesionalisme di dalam bidang kedokteran ? apakah dokter telah bertindak
sesuai denganprofesionalisme di dalam bidang kedokteran?
5. Apa itu Eticomedicolegal? apakah dokter telah bertindak sesuai dengan
Eticomedicolegal?
C. Tujuan
1. Agar dapat mengetahui tentang Kaidah Dasar Bioetik
2. Agar dapat mengetahui tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia
3. Agar dapat mengetahui tentang isi Sumpah Dokter
4. Agar dapat mengetahui tentangProfesionalisme dalam Bidang Medis
5. Agar dapat mengetahui tentang Eticomedicolegal
D. Manfaat
1. mengetahui tentang Kaidah Dasar Bioetik
2. mengetahui tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia
3. mengetahui tentang isi Sumpah Dokter
4. mengetahui tentangProfesionalisme dalam Bidang Medis
5. mengetahui tentang Eticomedicolegal
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAIDAH DASAR BIOETIK
Bioetika (F. Abel) adalah studi interdisipliner tentang problem yang ditimbulkan oleh
perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran, pada skala mikro maupun makro,
termasuk dampaknya terhadap masyarakat luas serta system nilainya, kini dan masa
mendatang. Kaidah Dasar Bioetika bertolak dari Childress & Beauchmp yang
memaparkan adanya 4 kaidah dasar moral dalam bukunya The Principles of Biomedical
ethics (1994), antara lain :
1. Berbuat Baik (Beneficence)
Beneficence adalah prinsip bioetik dimana seorang dokter melakukan suatu tindakan
untuk kepentingan pasiennya dalam usaha untuk membantu mencegah atau
menghilangkan bahaya atau hanya sekedar mengobati masalah-masalah sederhana
yang dialami pasien. Prinsip prima facienya adalah sesuatu yang berubah menjadi
atau dalam keadaan umum
Ciri-ciri beneficence antara lain:
a. Alturisme (tanpa pamrih, rela berkorban)
b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
c. Manfaat lebih besar dari kerugian
d. Paternalisme bertnggung jawab
e. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
f. Pembatasan “goal-based”
g. Memaksimalisasi pemuasan kebahagiaan pasien
h. Meminimalisasi akibat buruk
i. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
j. Tidak menarik honorarium di luar kepantasan
k. Mengembangkan profesi secar terus-menerus
l. Memberikan obat berkhasiat namun murah
m. Menerapkan golden rule principle
2. Tidak merugikan (Non-maleficence)
Prinsip ini dalam konteks prima facienya adalah ketika pasien (berubah menjadi atau
dalam keadaan) gawat darurat dimana diperlukan suatu intervasi medic dalam rangka
penyelamatan nyawa. Prinsip non-maleficence adalah prinsip moral yang melarang
tindakan yang memperburuk keadaan pasien. Prinsip ini dikenal sebagai “primum
non nocere” atau “aboce all do no harm”.
Kaidah yang terdapat di dalam non-maleficence:
Menolong pasien emergensi
Mengobati pasien yang luka
Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
Tidak memandang pasien hanya sebgai objek
Mengobati secara profesional
Mencegah pasien dari bahaya
Menghindari mispresentasi dari pasien
Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
Memberikan semangat hidup
Melindungi pasien dari serangan
Tidak melakukan white collar crime
3. Autonomi
Dalam prinsip ini, setiap pasien harus diperlakukan sebagai manusia yang memiliki
otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri). Prinsip prima facienya muncul
(berubah menjadi atau dalam keadaan) pada sosok pasien yang dewasa dan
berkepribadian untuk menentukan nasib sendiri. Prinsip ini erat hubungannya dengan
informed-consent. Kaidah yang terdapat di dalam prinsip autonomi :
Menghargai hak menentukan nasib sendiri
Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
Berterus terang
Menghargai privasi
Menjaga rahasia pasien
Menghormati rasionalitas pasien
Melaksanakan informed-consent
Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
Sabar menunggu keputusan pasien dalam keadaan non emergensi
Tidak berbohong kepada pasien
Menjaga hubungan (kontrak)
4. Keadilan (Justice)
Prinsip justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam
bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice).
Kaidah yang terdapat didalam justice:
Memperlakukan segala sesuatu secara universal
Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
Memberi kesempatan yang sama pada pribadi dalam posisi yang sama
Menghargai hak sehat pasien
Menghargai hak hukum pasien
Menghargai hak orang lain
Menjaga kelompok rentan
Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar sara, status social, dll.
Tidak melakukan penyalahgunaan
Memberikan konntribusi yang sama dengan kebutuhan pasien
Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
Kewajiban mendistribusi keuntungan dan kerugian secara adil
Mengembalikan hak milik kepada pemiliknya Pada saat yang tepat dan
kompeten
Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah
Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan gangguan kesehatan
Bijak dalam makro alokasi
B. KODEKI (KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA )
Merupakan pedoman bagi dokter Indonesia anggota IDI dalam melaksanakan praktek
kedokteran.
Tertuang dalam SK PB IDI no 221/PB/A.4/04/2002 tanggal 19 April 2002 tentang
penerapan Kode Etik Kedokteran Indonesia .
Kode Etik Kedokteran Indonesia pertama kali disusun pada tahun 1969 dalam
Musyawarah Kerja Susila Kedokteran Indonesia.
Dan sebagai bahan rujukan yang dipergunakan pada saat itu adalah Kode Etik
Kedokteran Internadional yang telah disempurnakan pada tahun 1968 melalui Muktamar
Ikatan Dokter Sedunia ke 22, yang kemudian disempurnakan lagi pada MuKerNas IDI
XIII, tahun 1983.
KEWAJIBAN UMUM
Pasal1
Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan Sumpah Dokter.
Pasal2
Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan
standard profesi yang tertinggi.
Pasal3
Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh
sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi.
Pasal4
Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri.
Pasal5
Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik
hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan
pasien.
Pasal6
Setiap dokter harus senantiasa berhati hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap
penemuan tehnik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal hal yang
dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal7
Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
sendiri kebenarannya..
Pasal7a
Seorang dokter harus, dalam setiappraktek medisnya, memberikan pelayanan medis yang
kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang
( compassion ) dan penghormatan atas martabat manusia.
Pasal7b
Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dansejawatnya,
dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan
dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau
penggelapan, dalam menangani pasien.
Pasal7c
Seorang dokter harus menghormati hak hak pasien, hak hak sejawatnya, dan hak tenaga
kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien.
Pasal7d
Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup mahluk
insani.
Pasal8
Dalam melakukan pekerjaannya seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh
( promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif ), baik fisik maupun psiko-sosial,
serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar benarnya.
Pasal9
setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat dibidang kesehatan dan bidang
lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP PASIEN
Pasal10
Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan pasien. Dalam hal ini ia tidak mampu melakukan
suatu pemeriksaan atau pengobatan, maka atas persetujuan pasien, ia wajib
merujuk pasien kepada dokter yang mempunyai keahlian dalam penyakit tersebut.
Pasal11
Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada pasien agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga dan penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam masalah
lainnya.
Pasal12
Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
pasien, bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia.
Pasal13
Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas perikemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal14
Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
diperlakukan.
Pasal15
Setiap dokter tidak boleh mengambil alih pasien dari teman sejawat, kecuali dengan
persetujuan atau berdasarkan
prosedur yang etis.
KEWAJIBAN DOKTER TERHADAP DIRI SENDIRI
Pasal16
Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal17
Setiap dokter harus senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan tehnologi
kedokteran/kesehatan.
C. SUMPAH DOKTER
“Saya bersumpah bahwa saya akan membaktikan hidup saya guna kepentingan
perikemanusiaan.
Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan bersusila sesuai
dengan martabat pekerjaan saya.
Saya akan memelihara sekuat tenaga martabat, tradisi luhur jabatan kedokteran.
Saya akan merahasiakan segala sesuatu yang saya ketahui karena pekerjaan saya dan
karena keilmuan saya sebagai dokter.
Kesehatan penderita senantiasa akan saya utamakan dalam menunaikan kewajiban
terhadap penderita.
Saya akan berikhtiar dengan sungguh-sungguh, supaya saya tidak terpengaruh oleh
pertimbangan keagamaan, kebangsaan, kesukuan, politik kepartaian atau kedudukan
sosial.
Saya akan memberikan kepada guru-guru saya penghormatan dan pernyataan terima
kasih yang selayaknya.
Teman sejawat akan saya perlakukan sebagai saudara kandung.
Saya akan menghormati setiap insani mulai dari saat pembuahan.
Sekalipun diancam saya tidak akan mempergunakan pengetahuan kedokteran saya untuk
sesuatu yang bertentangan dengan hukum perikemanusiaan.
Saya ikrarkan sumpah ini dengan sungguh-sungguh dan dengan mempertaruhkan
kehormatan diri saya”
D. Profesionalisme dalam Bidang Medis
seorang profesional haruslah terdidik bukan hanya terlatih,juga dituntut untuk terus
menerus meningkatkan keahliannya. Seorang profesional harus memiliki otoritas yang
telah dilegitimasi, independen, memiliki asosiasi profesi, menggamarkan secara aktif
pengetahuannya, profesi tersebut memiliki moralitas, dan legitimasi legal.
Browne (1967) menyebutkan komponen utama dari profesionalisme dokter adalah
empati, kecakapan teoritis, keterampilan, dan kemampuan fisik yang prima.
Menurut David Morrell (2003) James Spence nilai nilai seorang profesional adalah :
Confidence
Kepercayaan pasien kepada dokter dapat diketahui melalui tingkat kepuasan
pasien yang berobat kepadanya. Kepuasan ini didapat dari kemempuan dokter
untuk menyediakan layanan kesehatan yang baik.
Confidentiality (kerahasiaan)
Kerja dokter melibatkan banyak pihak, namun kerahasiaan pasien harus tetap
disimpan oleh organisasi kerja
Competence
Seorang dokter wajib mengasah pengetahuan dan memiliki keterampilan dokter
yang baik, hal ini dapat diketahui denga akreditasi ulang, audit, dan pengujian.
Hal ini peru untuk menjaga mutu pelayanan masyarakat, kepercayaan masyarakat,
dan rasa hormat masyarakat.
Contract
Seorang dokter sebagai seorang profesional memiliki kontrak yang tidak tertulis
dengan pasiennya untuk memberikan pelayanan yang terbaik dengan fasilitas
yang tersedia.
Community care
Seorang dokter memiliki tanggung jawab social terhadap masyarakat yang terjalin
melalui kontrak tidak tertulis untuk memberikan pelayanan. Public health
physicians harus mengetahui kebutuhan masyarakat dan memenuhi kebutuhan itu
melalui penelituan. Public health physicians harus bebas dan tidak terpengaruh
oleh kepentingan-kepentingan lain yang dapat mempengaruhi rekomendasi
mereka dalam melihat kebutuhan kesehatan masyarakat.
Commitment
Seorang profesional harus berkomitmen untuk memberikan pelayanan yang
sempurna, selalu belajar, mengikuti peekembangan ilmu.
Penilaian profesionalisme adalah hati-hati dan bertanggungjawab, bertindak sesuai
prioritas, membuat pasien merasa nyaman, menghormati keputusan pasien, dan
memberikan rujukan bula sang dokter tidak mampu menangani masalah pasien.
E. ETICOMEDICOLEGAL
Pelanggaran disiplin (keputusan KKI No. 17/KKI/VIII/2006)
Kegagalan penatalaksanaan pasien OK : ketidakcakapan, kelalaian
Perilaku tercela (menurut ukuran profesi)
Ketidaklalaian fisik atau mental
Tujuan dari penegakan disiplin adalah untuk proteksi pasien, menjaga mutu dokter,
menjaga kehormatan profesi dokter.
Pengaduan (pasal 66 UU PRADOK)
Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan
dokter atau dokter gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan
secara tertulis kepada ketua MKDKI
Pengaduan sebagaimana dimaksut pada ayat (1) dan ayat (2) tidak menghilangkan
hak setiap orang untuk melaporkan adanya dugaan tindak pidana kepada pihak
yang berwenang dan atau menggugat kerugian perdata ke pengadilan.
Alat bukti antara lain ; surat-surat atau dokumentasi tertulis, keterangan saksi, pengakuan
teradu, keterangan saksi ahli, dan barang bukti.
Macam keputusan ; tidak bersalah, bersalah dengan sanksi; peringatan tertulis,
rekomendasi pencabutan STR,SIP sementara maksimal 1 tahun atau selamanya, dan
kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan.
Bentuk pelanggaran disiplin kedokteran :
1. Tidak kompeten/cakap
2. Tidak merujuk
3. Pendelegasian kepada nakes yang tidak kompeten
4. dr/drg tidak punya SIP
5. Tidak layak praktek (kesehatan fisik & mental)
6. Kelalaian dalam penatalaksanaan pasien
7. Pemeriksaaan dan pengobatan berlebihan
8. Tidak memberikan informasi yang jujur
9. Tidak ada informed consent
10. Tidak membuat atau menyimpan rekam medik
11. Penghentian kehamidan tanpa indikasi medis
12. Euthanasia
13. Penerapan pelayanan yang belum diterima kedokteran
14. Penelitian klinis tanpa persetujuan etis
15. Tidak memberi pertolongan darurat
16. menolak atau menghentikan pengobatan tanpa alasan yang sah
17. Membuka rahasia medis tanpa ijin18. Membuat keterangan medis palsu
18. Ikut serta tindakan penyiksaan
19. Peresepan obat psikotropik/narkotika tanpa indikasi
20. Pelecehan seksual, intimidasi, kekerasan
21. Penggunaan gelar akademik/ sebutan profesi palsu
22. Menerima komisi terhadap peresepan/rujukan
23. Pengiklanan diri yang menyesatkan
24. Ketergantungan NAPZA
25. STR, SIP, setrifikat kompetensi tidak sah
26. Imbal jasa tidak sesuai tindakan
27. Tidak memberikan data/informasi atas permintaan MKDKI
BAB III
ISI
HIPOTESIS
Tindakan dokter pada scenario diatas melanggar Kaidah Dasar Bioetik, Kode Etik
Kedokteran Indonesia , Sumpah Dokter, profesiomalisme dalam bidang medis, dan
Eticomedicolegal.
PEMBAHASAN SKENARIO
Seorang perempuan, 21 tahun, dengan radang usus buntu dibawa ke unit gawat darurat di
sebuah rumah sakit. Kondisi pasien dalam keadaan sakit parah dan membutuhkan perawatan
segera yang intensif. Setibanya di unit gawat darurat perawat yang menerima pasien itu terkesan
biasa-biasa saja, lamban dan tidak mengacuhkan. Dokter pun baru datang memeriksa pasien
setelah satu jam kemudian, setelah memeriksa pasien dokter mengatakan bahwa pasien harus
dioperasi. Pelaksanaan operasinya tidak bisa segera, karena dokter tersebut masih banyak jadwal
operasi yang lain. Keadaan pasien bertambah buruk dan jiwanya tidak tertolong lagi.
- Pada kalimat partama dan kedua “Seorang perempuan, 21 tahun, dengan radang
usus buntu dibawa ke unit gawat darurat di sebuah rumah sakit. Kondisi pasien
dalam keadaan sakit parah dan membutuhkan perawatan segera yang intensif.”
Diketahui pasien beradan dalam keadaan gawat darurat. Maka berlaku Kaidah
Dasar Bioetik Non-Maleficence
- Pada kalimat seterusnya “Setibanya di unit gawat darurat perawat yang menerima
pasien itu terkesan biasa-biasa saja, lamban dan tidak mengacuhkan. Dokter pun
baru datang memeriksa pasien setelah satu jam kemudian, setelah memeriksa
pasien dokter mengatakan bahwa pasien harus dioperasi.Pelaksanaan operasinya
tidak bisa segera, karena dokter tersebut masih banyak jadwal operasi yang lain.
Keadaan pasien bertambah buruk dan jiwanya tidak tertolong lagi.”
Tindakkan dokter melanggar:
1. Kaidah Dasar Bioetik Non-Maleficence
- Menolong pasien emergensi
- Mencegah pasien dari bahaya
- Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
2. Kode Etik Kedokteran Indonesia :
- pasal 1 : setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan
mengamalkan Sumpah Dokter.
- Pasal 13 : setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai
suatu tugas perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin ada orang lain
yang bersedia dan lebih mampu memberikan
3. Sumpah Dokter
- Saya akan menjalankan tugas saya dengan cara yang terhormat dan
bersusila, sesuai dengan martabat pekerjaan saya sebagai dokter.
- Saya akan selalu mengutamakan kesehatan pasien, dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat
4. Profesionalisme dalam bidang medis
- Tingah laku yang tidak merugikan
- Tepat waktu dan melakukan tindakan sesuai prioritas
- Bekerja dengan penuh kepedulian
- Hati-hati dan bertanggung jawab
5. Eticomedicolegal
- Kelalaian dalam penatalaksanaan pasien
- Tidak kompeten/cakap
- Tidak memberi pertolongan darurat
Bab IV
KESIMPULAN
Hipotesis diterima. Dari pembahasan mengenai scenario diatas, dokter terkesan tidak
peduli terhadap pasien, dokter bahkan tidak segara melakukan tindakkan kepada sang pasien
yang akhirnya mengakibatkan pasien meninggal dunia. Dari tindakkan dokter pada scenario diats
dapat ditarik kesimpulan bahwa tindakan dokter telah melanggar Kaidah Dasar Bioetik, Kode
Etik Kedokteran Indonesia , Sumpah Dokter, profesionalisme dalam bidang medis, dan
Eticomedicolegal.
DAFTAR PUSTAKA
(1) Hanafiah, M. J., Amir, Amri. 2009. Etika Kedokteran & Hukum Kesehatan, Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
(2) Hartono,Budiman dr, dr. Evalina Asnawi. WHO AM I? Bioetika, Humaniora, dan
Profesionalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta : Universitas Kristen Krida Wacana
(3) Archadiat, M. Dinamika Etika dan Hukum Kedokteran dalam Tantangan Zaman
(4) Sachrowardi, Qomariyah & Basbeth, Ferryal. 2011. Bioetik: Isu & Dilema. Jakarta Selatan
(5) Muchtadi, Tien R. Komisi Bioetika Nasional. Malang : Universitas Brawijaya