35
Vimala Ratna Lekha Nama SURAT YANG LAKSANA PERMATA CEMERLANG Selamat pagi, Namo Buddhaya. Hari ini kita akan mempelajari teks yang ditulis oleh Lama Atisha yaitu Vimala-ratna-lekha-nama. Sebagaimana judulnya bahwa teks ini disebut sebagai Lekha yang berarti surat. Teks ini oleh Guru Atisha diberi judul Vimala-ratna-lekha-nama, artinya: Surat yang laksana permata cemerlang. Ini berkaitan dengan riwayat hidup Guru Atisha, bahwa ketika Guru Atisha masih hidup, ada seorang raja di India yang sangat antusias terhadap ajaran Sang Buddha; selain menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang raja, Raja Niryaphala ini juga merupakan seorang praktisi yang selalu menghormati para guru-guru, dalam hal ini pada zaman itu adalah Guru Atisha Dipamkara-Srijnana. Raja Niryaphala meminta Guru Atisha untuk menuliskan nasihat-nasihat atau memberikan Dharma dalam bentuk tertulis melalui utusan, jadi tidak bertemu secara langsung. Guru Atisha menanggapi permintaan itu, kemudian menulis surat ini yang berisi ajaran-ajaran Dharma sesuai dengan situasi Raja Niryaphala. Guru Atisha pertama-tama menuliskan penghormatan kepada para Guru, juga kepada Dewi Tara. Di sini terdapat tulisan Namo

Vimala Ratna Lekha Nama - Bhumisambhara

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Vimala Ratna Lekha NamaSURAT YANG LAKSANA PERMATA CEMERLANG

Selamat pagi, Namo Buddhaya.

Hari ini kita akan mempelajari teks yang ditulis oleh Lama Atishayaitu Vimala-ratna-lekha-nama. Sebagaimana judulnya bahwa teks inidisebut sebagai Lekha yang berarti surat. Teks ini oleh Guru Atishadiberi judul Vimala-ratna-lekha-nama, artinya: Surat yang laksanapermata cemerlang. Ini berkaitan dengan riwayat hidup Guru Atisha,bahwa ketika Guru Atisha masih hidup, ada seorang raja di India yangsangat antusias terhadap ajaran Sang Buddha; selain menjalankantanggung jawabnya sebagai seorang raja, Raja Niryaphala ini jugamerupakan seorang praktisi yang selalu menghormati para guru-guru,dalam hal ini pada zaman itu adalah Guru Atisha Dipamkara-Srijnana.

Raja Niryaphala meminta Guru Atisha untuk menuliskannasihat-nasihat atau memberikan Dharma dalam bentuk tertulismelalui utusan, jadi tidak bertemu secara langsung. Guru Atishamenanggapi permintaan itu, kemudian menulis surat ini yang berisiajaran-ajaran Dharma sesuai dengan situasi Raja Niryaphala.

Guru Atisha pertama-tama menuliskan penghormatan kepadapara Guru, juga kepada Dewi Tara. Di sini terdapat tulisan Namo

Vimala Ratna Lekha Nama

2

Guruye, juga Namo Bhatarika Taraye. Menurut tradisi sastra suci,menuliskan pujian sebagai manggala atau sebagai kalimat pertamadalam suatu karya sastra suci, adalah seperti memberikan kalimat yangdapat memastikan keberhasilan baik yang menulis maupun yangmembacanya di kemudian hari.

Jadi Guru Atisha memohon blessing dari para Gurunya (lineagemaster) kemudian juga kepada Dewi Tara sebagai kegiatan dari paraBuddha, agar kehendaknya untuk menasihati atau memberikan ajarankepada Raja Niryaphala memberikan pengaruh dan kemudian Dharmaitu juga dapat dipahami serta dijalankan oleh Raja Niryaphala.

Slokha pertama, di sini tertulis:Niryaphala, engkau yang lahir di Magadha,Telah menyebarkan ajaran Bhatara Hyang Buddha,Dan telah mengatur kerajaan sesuai denganajaran Dharma,Semoga engkau sejahtera. (1)

Slokha pertama ini mengungkapkan kualifikasi dan situasi hidupdari Raja Niryaphala. Yang pertama Raja Niryaphala lahir di Magadha,Magadha adalah suatu kota yang sangat kuno di India, mungkinberusia lebih dari 5.000 tahun. Jadi selama kurun waktu 5.000 tahunMagadha selalu menjadi pusat kerajaan, walaupun berganti-gantidinasti tetapi wilayah Magadha adalah pusat peradaban dankebudayaan di India.

Banyak para guru yang lahir di Magadha, hidup di Magadhadan melakukan aktivitas kebodhisattvaan di Magadha. Guru Atishamemuji Raja Niryaphala ini lahir di Magadha, adalah semacam suatupredikat yang menunjukkan bahwa seseorang berasal dari lingkunganyang berperadaban tinggi, seperti bila kita berjumpa dengan seseorangdan kita bertanya “Anda dari mana?” “Dari Afrika”, misalnya, kitaakan langsung berpikir “Wah ini adalah orang-orang yang sukamemalsukan dolar, suka tidak jujur”, dan sebagainya. Tetapi bila orangberkata “Saya dari Swiss”, kita akan berpikir “Wah, dia terbiasa dengan

Vimala Ratna Lekha Nama

3

kehidupan yang nyaman”, dan sebagainya. Jadi pada zaman itu kalauseseorang dikatakan berasal dari Magadha maka berarti dia berasaldari lingkungan peradaban dan kebudayaan yang sangat tinggi.

“Telah menyebarkan ajaran Bhatara Hyang Buddha”, jadi sebagaiseorang raja telah mengupayakan atau telah menyusun atau membuatsuatu konsep yang dijalaninya sehingga apa yang dilakukannyamembuat ajaran Sang Buddha berkembang luas.

Banyak raja-raja Buddhis seperti itu, misalnya di India selain RajaNiryaphala ada Raja Asoka. Raja Asoka merekrut orang-orang yangmau menjadi misionaris, bahkan keluarganya sendiri, putrinya sendirimenjadi bhiksuni kemudian ditunjang untuk pergi ke negara-negaralain seperti di Srilangka, Burma, daerah Kashmir, daerah dataran-dataran tinggi di Himalaya, semuanya atas prakarsa dari raja, denganmaksud dan tujuan untuk menyebarkan ajaran Sang Buddha.

Di Tibet, Raja Rinchen Zangpo juga melakukan hal yang sama;beliau mengumpulkan para pemuda yang sangat cerdas, yang cepatberbahasa Sanskrit serta memiliki kesehatan fisik dan mental yang baik,lalu berpuluh-puluh dari mereka dikirim ke India untuk mendalamiajaran Dharma, menyalin kitab suci dalam bahasa Sanskrit, kemudianmembawa ajaran kembali ke Tibet; bukan hanya Dharma tetapi jugakebudayaan, tata cara hidup, kemudian teknologi India pada zamanitu seperti peleburan logam, pengolahan mineral dan sebagainya; danmotivasi dari Raja Rinchen Zangpo adalah untuk membawa ajaranSang Buddha bersinar di Tibet.

Lalu di Indonesia juga terdapat banyak dinasti yang demikian:para Raja Syailendra, juga raja-raja Buddhis di Jawa Timur, di Sriwijaya;semua menggunakan hal yang sama, yaitu berusaha untukmenyebarluaskan Dharma Sang Buddha. Bila seseorang telahmemahami bahwa ajaran Sang Buddha baik bagi dirinya, bagikeluarganya, bagi orang-orang di sekelilingnya, tentu ajaran SangBuddha baik juga bagi masyarakat luas; ini memotivasi seseorang yangmemiliki kemampuan dan situasi yang menunjang, untuk berusahaagar makhluk-makhluk lain, agar orang-orang lain juga memilikikesempatan berinteraksi dengan Dharma Sang Buddha.

Vimala Ratna Lekha Nama

4

Jadi Raja Niryaphala telah menyebarluaskan ajaran BhataraHyang Buddha, dan telah mengatur kerajaan sesuai dengan ajaranDharma. “Mengatur kerajaan sesuai dengan ajaran Dharma”, ini tidakbegitu mudah, karena segala hal dan segala sesuatu harus disesuaikandengan aspirasi atau berbagai aspek Dharma.

Kalau kita ingin melihat bagaimana raja-raja mengaturkerajaannya sesuai dengan Dharma, kita bisa membaca biografi SangBuddha atau biografi para Bodhisattva yang terdapat dalam Jatakamalamaupun Avadana. Dalam dua sastra suci tersebut terdapat contoh-contoh bagaimana raja-raja mengatur kerajaannya sesuai denganDharma.

Seperti pada zaman Majapahit, ada seorang raja yang bernamaRaja Hayam Wuruk, pada masa pemerintahannya dikatakan oleh MpuTantular (seorang pendeta Buddha yang menulis sastraNegarakrtagama) bahwa Majapahit juga diatur berdasarkan ajaranDharma atau ajaran agama, sehingga teks yang sangat populer tersebut,Negarakrtagama, artinya adalah negara yang diatur berdasarkankaidah agama.

Jadi Raja Niryaphala adalah raja yang sangat ideal, lahir di pusatkebudayaan dan peradaban, kemudian sebagai seorang Buddhis jugamembantu menyebarluaskan Dharma Sang Buddha, lalu jugamengatur kerajaannya (artinya membawa kebaikan, membawakesejahteraan, membawa segala hal yang membuat rakyatnya menjadilebih baik) dengan mengatur kerajaannya berdasarkan ajaran Dharma.Ini semua merupakan kualitas yang sangat baik yang bisa dimiliki olehseorang pemimpin.

Slokha yang kedua:Engkau telah melaksanakan dana di masa lalu,Telah melakukan dasa punya (sepuluh kebajikan),Telah menjalankan ksama (ketabahan) dan virya (usaha).Itu sebabnya mengapa engkau (kini), wahai dewa,diberkati dengan trilaksana(kemuliaan, keagungan dan kekayaan). (2)

Vimala Ratna Lekha Nama

5

Pada slokha yang kedua, Guru Atisha memuji keberadaan RajaNiryaphala dan mengaitkannya dengan sebab yang menyebabkankeberadaannya. Di dunia ini kita melihat apa yang tampak secarakasatmata; bilamana seseorang lahir dalam lingkungan keluarga raja,misalnya menjadi putra pertama, berarti orang itu otomatis akanmenjadi seorang raja.

Di dunia orang jarang mempertanyakan apa yangmenyebabkannya menjadi seorang raja, apalagi kalau di daerah atauwilayah itu paham yang dianut adalah bahwa segala sesuatu ada yangmenentukan, ada yang memberikan nasib, ada yang memberikananugerah dan sebagainya.

Tetapi pada zaman Guru Atisha, segala sesuatu dilihat sebagaisebab akibat; jadi apa yang menyebabkan seorang makhluk menjadiRaja Niryaphala terdapat di slokha kedua, yaitu “Telah melakukan dasapunya (sepuluh kebajikan)” dalam kehidupan masa lalunya, “Telahmenjalankan ksama” (ksanti, ketabahan, kegigihan, keteguhan hati)“dan virya” atau semangat pantang menyerah dalam mengusahakankebajikan. “Itu sebabnya mengapa engkau (kini), wahai dewa”, pararaja di masa dulu disebut sebagai bhatara jadi sama dengan dewakarena sebetulnya para raja tersebut lebih mirip sebagai dewa daripadasebagai manusia, “diberkati dengan trilaksana”.

Jadi seorang raja memiliki tiga atribut, yang pertama adalahkemuliaan karena dimuliakan oleh seluruh rakyatnya; yang keduaadalah keagungan, karena setiap pikiran, ucapan dan perilakunyadiikuti oleh semua orang tanpa dicela; dan yang ketiga adalahkekayaan. Ketiga ini, kemuliaan, keagungan dan kekayaan, berasal daritiga macam sebab, yaitu sepuluh kebajikan atau dasa punya, ksantiatau kesabaran dan virya atau usaha.

Bilamana ketiga hal itu tidak hadir dalam perjalanan hidupseseorang, maka tentu dia tidak akan menjadi seorang raja. Ini jugamenjadi pelajaran Dharma bagi makhluk yang lain, barang siapa yangmelibatkan dirinya atau mewarnai perjalanan hidupnya dengansepuluh kebajikan, lalu dengan gigih berpegang pada ajaran tentangkesabaran, lalu diikuti dengan sikap pantang menyerah dalam

Vimala Ratna Lekha Nama

6

mengusahakan kebajikan; maka sudah dapat dipastikan bahwa diujung jalan dalam siklus kelahiran dan kematiannya nanti, dia akanmemiliki kemuliaan, keagungan dan harta kekayaan yang berlimpahseperti seorang raja.

Sebagaimana yang kita lihat, ini merupakan hal yang sangat sulituntuk diwujudkan, orang sangat sulit mengusahakan sepuluhkebajikan (dasa punya) dan sebaliknya lebih banyak orang yangmenjalankan dasa akusala atau sepuluh ketidakbajikan seperti lebihbanyak membunuh daripada menghidupi, lebih banyak mengambildaripada memberi dan seterusnya. Jadi ini menunjukkan pada kitabahwa sangat sulit mengusahakan sebab-sebab kemuliaan, keagungandan kekayaan. Kita juga sangat sulit menstabilkan mental agar sabar,sabar menurut perasaannya sendiri, sabar menurut kebijaksanaan,sabar menurut sunyata, semuanya sangat sulit, sehingga teramat sangatsedikit orang yang berpotensi untuk menjadi seorang raja.

Slokha yang ketiga:Tempatkan ajaran para Guru dengan hormat di atas mahkotamu,Serta hormatilah sutra dan tantra sastra.Yang demikian akan membawa berkahBagi dirimu serta yang lain. (3)

Bila pada slokha yang pertama dan kedua berisi puji-pujiankepada Raja Niryaphala atau menyemangati Raja Niryaphala, makapada slokha yang ketiga ini Guru Atisha mulai menasihati RajaNiryaphala. Setelah seseorang memiliki kemuliaan, keagungan dankekayaan sebagai raja, yang disebabkan oleh karma baik yang besar dimasa lalu dari dasa punya, Ksantiparamita dan Viryaparamita; lalusekarang Guru Atisha menasihati agar menempatkan ajaran para Gurudi atas mahkota kepala seorang raja. Ini artinya, Raja Niryaphalasebagai seorang raja, dianjurkan untuk menjunjung tinggi semuanasihat dari para Guru suci; karena nasihat para Guru suci akanmenolong dan membawa keagungan menjadi kesempurnaan.

Vimala Ratna Lekha Nama

7

“Serta hormatilah sutra dan tantra sastra”, dan hargailah sutra-sutra Sang Buddha yang mencakup Abhidharma dan Vinaya,kemudian tantra sastra atau ajaran tantra. Dengan menghormati sutramaka seseorang akan dengan seksama membaca sutra, jadi bila kitamenghargai ajaran Sang Buddha, memiliki sraddha kepada DharmaSang Buddha, maka kita akan membaca dengan antusias apa yangmenjadi kandungan atau isi dari suatu sutra, apalagi yang terkaitdengan praktik kita. Dengan membaca secara seksama kemudianmuncullah inspirasi. Dharma kebijaksanaan yang berasal darimembaca akan membawa pada kebijaksanaan batin.

Dan tantra sastra yaitu teks-teks sastra suci tantra yang ditulisoleh para Guru, para Achrya, para Mahasiddha, semua teks tersebutberasal dari pengalaman usaha-usaha menuju kesempurnaan hidup.Jadi bila seseorang raja menghormati sutra dan sastra, keagungannyasebagai raja akan berkembang menjadi kesempurnaan sebagaimakhluk samsara. “Yang demikian akan membawa berkah bagi dirimuserta yang lain”. Bila seorang raja berada dalam situasi seperti itu, iaakan berguna bagi dirinya sendiri, juga kepada rakyat dan semua orangyang berada di bawahnya.

Tetapi sebaliknya bila raja menjauhi kitab suci, menjauhi sastrasuci, mungkin dia akan diwarnai oleh lobha, dosa dan moha;keberadaannya sebagai raja akan menjadi raja yang lalim, raja yangmenindas, raja yang menginvasi negara lain, yang menghancurkanrakyatnya sendiri; dengan demikian ia menghancurkan dirinya sendiri,juga menghancurkan semua yang lainnya yaitu rakyatnya, negaratetangganya dan sebagainya.

Slokha yang keempat:Hindari segala kebimbangan dan kemalasan.Secara serius rajinlah berusaha untuk mencapai siddhi.Hindari tidur, kemalasan dan keenggananbersemangat serta waspadalah. (4)

Slokha yang keempat ini adalah nasihat dalam usaha untukmencapai kemajuan batin, ini adalah formula bagaimana kemajuan

Vimala Ratna Lekha Nama

8

batin dapat dicapai. Yang pertama Guru Atisha menyinggung tentangkebimbangan atau inkonsistensi, yaitu suatu sikap yang tidak mantap,tidak terfokus dan tidak memusat kepada persoalan yangsesungguhnya membawanya maju.

Misalnya, seseorang yang ingin mempraktikkan ataumematangkan meditasinya, yang harus ia lakukan adalahmemfokuskan diri untuk bermeditasi, yaitu fokus melatih diri dudukbermeditasi, melatih kemampuannya untuk duduk lama, kemampuanuntuk selalu berkesadaran, kemampuan untuk terus-menerus lebihlama mengasah kesadarannya.

Tetapi dalam usahanya ini ia kemudian beralih ke subjek yanglain, misalnya melakukan ibadah yang lain misalnya namaskara ataupelafalan dan sebagainya; sehingga kebimbangan muncul, ia tidakyakin bahwa apa yang dilakukannya merupakan bagian darikeseluruhan keberhasilan yang akan diraihnya; lalu ia berubah ke lainhal lagi tetapi nanti pindah lagi ke subjek yang lain dan seterusnya,sehingga mengakibatkan apa yang diusahakan tidak mencapaitujuannya. Hal itu disebut sebagai kebimbangan.

Yang kedua adalah kemalasan. Dari seluruh praktik Buddhisyaitu paramita maupun tantra, kemalasan adalah musuh yang utama.Bila kemalasan dominan dalam diri seorang praktisi, maka hampirtidak ada yang dapat dipraktikkan atau direalisasikan baik itupenimbunan kebajikan maupun kebijaksanaan, ataupun tantra. Semuaajaran, apakah itu paramita (yang empat atau yang enam); tantra (kriya,yoga, carya, anuttara), yang kriya seperti sadhana kemudian pelafalan;enam paramita yang mendatangkan rupakaya Buddha pada ujungnya,juga pada awalnya bisa membawa seseorang bisa memiliki kemuliaan,keagungan dan kekayaan seperti Raja Niryaphala; semua itu hampirtidak dapat dipraktikkan dan tidak dapat diraih realisasinya bilakemalasan sangat kuat dalam diri seseorang.

Walaupun seseorang telah bertemu dengan guru yang luar biasa,seorang mahasiddha telah mengabishekanya ke jalan tantra,memberinya commentary praktik, memberinya mantra, memberinyainstruksi, tetapi bila seseorang malas menjalankannya, para Buddha-

Vimala Ratna Lekha Nama

9

Bodhisattva pun tidak akan dapat menolongnya. Jadi kemalasanmerupakan musuh yang sangat besar setelah keragu-raguan yangmenyebabkan selalu berpindah-pindah dari anggapan yang satu kedalam anggapan yang lain dari praktik spiritual.

Lalu baris yang kedua, “Secara serius rajinlah berusaha untukmencapai siddhi”, ini nasihat tantra. Jadi siddhi tidak bisa dicapaisecara sambilan; sambilan kalau senggang saya akan duduk melafal,bermeditasi, tetapi kalau tidak senggang saya tidak akan bermeditasi,tidak akan melafalkan mantra, tidak akan bersadhana; cara itu tidakakan dapat mendatangkan siddhi. Begitupun dengan abhijnana yangberasal dari meditasi, begitupun juga dengan Danaparamita,Silaparamita, Ksantiparamita, Viryaparamita; semuanya hanya bisadiraih melalui usaha yang sungguh-sungguh, yang berkelanjutan, yangdari hari ke hari mengalami perkembangan dan peningkatan.

Guru Atisha menasihati Raja Niryaphala “Secara serius rajinlahberusaha untuk mencapai siddhi”. Seorang raja yang memilikitanggung jawab terhadap masyarakat yang besar di mana semua orangdi wilayah kekuasaannya berfokus pada dirinya, bergantung padapemikiran dan kepandaiannya dalam mengelola kesejahteraan dankeamanan rakyatnya, kebesaran negaranya dan sebagainya, sebetulnyasangat banyak tanggung jawab sebagai seorang raja yang harusdipikulnya.

Namun demikian, seberapa besar pun kesibukan dan tanggungjawab yang dipikul oleh seseorang, itu adalah aspek eksternal ataukesibukan itu bersifat fisik. Sedangkan mental seseorang tetap beradadalam situasi yang kosong, libur, senggang, lengang. Itulah seseorangyang secara fisik sangat sibuk, apakah bekerja di mekanik, bekerjadengan kegiatan tangan atau kaki, masih bisa sambil menyanyi,melamun, mengkhayal dan sebagainya. Bila itu kenyataannya, makasesungguhnya semua orang, terlepas dari situasi lahiriahnya, dapatmencapai realisasi.

Ini banyak contohnya, contoh yang sangat terkenal adalahbeberapa mahasiddha. Yang pertama adalah Mahasissdha Darikapa,beliau mendapat instruksi dari gurunya untuk bekerja pada seorang

Vimala Ratna Lekha Nama

10

dakini yang pada waktu itu menjelma di dunia sebagai seorang pelacur.Jadi ada seorang dakini penjelamaan dari Vajrayogini yang menyamardi antara masyarakat India pada zaman itu sebagai seorang pelacur,memiliki rumah bordil.

Lalu mahasiddha yang terkenal sebagai Mahasiddha PemakanIkan, yang sebelumnya juga seorang raja, melihat bahwa bila muridnyabekerja atau berbakti kepada Vajrayogini ini yang secara lahiriahtampak sebagai seorang pengelola rumah bordil, maka muridnyatersebut akan mencapai siddhi dalam hidupnya saat itu. Maka ia diberitugas oleh Gurunya (pada zaman itu apa pun yang dikatakan olehGuru maka murid akan menjalankan dengan bersemangat) walaupunia dianjurkan untuk menjadi pembantu di rumah bordil.

Mahasiddha Darikapa oleh gurunya dijual kepada pemilikrumah bordil, dengan perjanjian bila nanti sudah punya uang lagi diaakan dibeli kembali, tidak boleh dimiliki oleh pengelola rumah bordilitu untuk seterusnya. Lalu di situ ia bekerja menurut situasinya yaitumencuci, menyediakan air, melakukan pekerjaan-pekerjaan dapur dansebagainya. Hampir 24 jam setiap sehari tidak ada masa jeda darikegiatan fisik, jadi secara fisik ia tidak pernah libur, terus-menerusbekerja, hanya pada malam hari saja kadang-kadang memiliki waktusenggang yang digunakan untuk bermeditasi.

Oleh karena di sini ada kombinasi antara devosi pada Guru,positive thinking atau pure vision (pandangan murni) bahwa semuamakhluk adalah makhluk suci, kemudian aktivitas batin yang terpisahdari aktivitas lahiriah di mana secara lahiriah ia bekerja yang secaraduniawi sebetulnya tergolong sangat rendah yaitu menjadi pembantuseorang pelacur, tetapi secara batinnya ia terus mengkonsentrasikandiri kepada yidamnya, dan akhirnya ia menjadi seorang mahasiddha.

Mahasiddha Virupa juga demikian, beliau menjadi buruh ditempat penggilingan wijen yang digunakan untuk membuat minyak.Setiap hari ia mendapat tugas dari majikannya untuk menggiling wijendengan fisiknya, tetapi secara mental ia terus berkonsentrasi padapraktiknya.

Vimala Ratna Lekha Nama

11

Itulah sebabnya para Guru menganjurkan bahwa sebetulnyaantara kegiatan fisik dan mental pada level tertentu sangat berbeda.Fisiknya bisa melakukan pekerjaan apa saja, membajak, menjadipembantu, menjadi pelayan, tetapi secara mental seseorang tidak dapatdijauhkan dari yidamnya.

Masih banyak contoh-contoh lain bagaimana konsistensi, terus-menerus berkonsentrasi pada praktiknya, secara mental mengabaikanpekerjaan lahiriah juga bisa membawa seseorang mencapai siddhi. Jaditidak harus meninggalkan kerajaan, mengenakan jubah pertapa danhidup berkelana sebagai seorang pertapa. Raja Niryaphala diberikaninsipirasi oleh Guru Atisha, bahwa bila rajin berusaha, maka akan dapatmencapai siddhi.

“Hindari tidur, kemalasan dan keengganan”. Ini selalu disebutdi banyak sastra yang ditulis oleh Guru Atisha, hindari tidur minimalpada dua waktu yaitu pada awal malam dan pada akhir malam, sebagaiseorang praktisi adalah tidur yang harus dihindari. Awal malam artinyasore antara jam 6 – 9 malam; lalu akhir malam yaitu antara jam 3 ataujam 4 sampai matahari terbit; karena pada waktu tersebut dikatakansebagai waktu yang sangat baik untuk mempraktikkan semua bentukmeditasi maupun pelafalan.

Kemalasan, tadi sudah disebutkan. Keengganan mirip dengankemalasan tetapi diwarnai oleh klesha yang lebih berat yaitu anggapantubuh yang berat, kepala yang berat, kaki yang berat, tangan yang berat,sehingga untuk beranjak saja tidak mampu, tidak mampu mengangkattubuhnya sendiri, tidak mampu membangunkan dirinya sendiri, tidakmampu membuka matanya sendiri, dan sebagainya.

“Bersemangat serta waspadalah”. Bersemangat artinya janganada henti-hentinya. Kalau hari ini demikian yang dikerjakan makabesok juga sama, lusa juga sama, bulan depan juga sama, tahun depanjuga sama, itu artinya bersemangat.

Waspada di sini artinya memahami apabila ada hal yang kelirupada dirinya, misalnya ia menyadari bahwa dirinya diliputi olehkemalasan, diliputi tidur yang salah yaitu tidur pada awal dan akhirmalam, tidur oleh keengganan dan sebagainya. Situasi mental yang

Vimala Ratna Lekha Nama

12

melihat kelemahan sendiri disebut sebagai kewaspadaan. Sebaliknyabila orang tidak sadar bahwa dirinya malas, bahwa dirinya enggan,bahwa dirinya tidak bersemangat, berarti dia berada dalam situasi yangtidak waspada.

Slokha yang kelima:Jagalah selalu setiap pintu indriawi dengan mengingatPengetahuan (ajaran) secara terus-menerus serta penuh perhatian.Perhatikanlah berulang kaliKeadaan pikiran di siang dan di malam hari. (5)

Yang dinasihati oleh Guru Atisha ini adalah seorang raja. Tadisudah saya sebutkan bahwa raja berada dalam situasi lahiriah yangsangat sibuk, karena semua kepentingan kerajaan biasanya berpusatpada raja. Namun demikian, oleh karena Raja Niryaphala inginmemaknai keberuntungannya hidup di dunia yang memilikikeagungan, kemuliaan dan kekayaan yang berasal dari perjuanganbesar dasa punya, ksanti dan virya, maka ia berkomitmen untukberusaha mencapai realisasi Dharma seperti siddhi, kesempurnaan dansebagainya.

Menjaga pintu indriawi sangat sulit untuk dilakukan, karena kitasendiri identik dengan indriawi itu. Jadi menjaga pintu indriawi adalahsangat sulit dilakukan karena makhluk samsara secara umum sebelumDharma menguat dalam dirinya, dia adalah aku, dia adalah diri, diaadalah suatu pribadi, dan semua indriawi adalah atribut dari pribadiitu.

Ini adalah persepsi duniawi di mana sebagian besar orang belumberhasil untuk meluruskannya. Jadi yang menghinggapi semua orangdi dunia ini adalah anggapan bahwa dirinya adalah suatu pribadi,dirinya adalah suatu keberadaan, dan indriawinya adalah atribut daripribadi itu; yang menganggap apa yang didengar adalah kenikmatandirinya, apa yang dilihat adalah kesenangan dirinya, apa yangdirasakan adalah kesenangan dirinya; selama situasi itu masihberlangsung maka menjaga indirawi menjadi tidak mungkin atau

Vimala Ratna Lekha Nama

13

sangat sulit karena antara indriawi dan diri belum diketahuiperbedaannya, belum diketahui bagaimana yang sesungguhnya.

Dan ini juga termasuk di lingkungan orang Buddhis; kita sebagaiBuddhis, masih jauh dari kemampuan untuk mencapai realisasi itu,yaitu mengawasi dan menjaga pintu indriawi. Hampir semua orang,walupun dia Buddhis yang sudah senior, sudah lama, atau mungkinsudah mengambil tanggung jawab besar sebagai seorang bhiksu atausebagai seorang praktisi, tetapi menjaga indriawi merupakan pekerjaanyang lebih sulit daripada pekerjaan duniawi mana pun juga. Ini terkaitdengan sesuatu yang sangat akut yaitu anggapan keberadaan diri.

Pada zamannya, tentu saja Raja Niryaphala memiliki kualifikasispiritual, ia diasuh oleh para Guru, ia memiliki kehendak yang kuatuntuk mencapai kemajuan, dan ia menjunjung tinggi ajaran-ajaran paraGuru, sehingga semua filosofi dan semua ungkapan Dharma berusahauntuk direalisasikan, termasuk di antaranya memandang eksistensinyasebagai nama dan rupa. Bila seseorang sampai pada kesimpulan diadapat melihat dirinya sebagai nama dan rupa, yaitu fisik dan mental,semata proses yang sedang berjalan, maka itu memudahkannya untukbisa mengawasi pintu indriawinya.

Baris kedua, “Mengingat pengetahuan (ajaran) secara terus-menerus serta penuh perhatian”. Ini juga luar biasa sulitnya, setiapkali kita merasakan pengalaman batin tertentu, misalnya kita jealous,kesal, kecewa dengan suatu hal, yang muncul adalah pendekatan yangtadi saya sebutkan, yaitu bahwa kita adalah pribadi, kita adalahseseorang, kita adalah orang dengan atribut dan kepentingan tertentu,dan sebagainya.

Oleh karena itu yang muncul, maka sulit sekali ajaranditumbuhkan dalam pikiran kita. Tetapi manakala kita sudahberpegang pada bahwa diri kita adalah nama dan rupa, diri kita adalahskandha, maka Dharma menjadi mudah untuk diadaptasikan.

Kita akan dengan gampang sekali mengusir rasa jealous,membuat diri kita rendah hati, membuat diri kita tidak terlalu pedulidengan hal-hal seperti predikat, status, dan sebagainya, karena kitaberangkat dari pijakan yang benar yaitu anggapan tiadanya diri.

Vimala Ratna Lekha Nama

14

Tetapi selama anggapan adanya diri masih kuat dalam diri kita,maka menjadi sangat sulit untuk mengingat ajaran Dharma; ketika kitaemosi, ketika kita melihat sesuatu yang menyenangkan, ketika kitamemiliki harapan atau dambaan tertentu, maka sudah pasti semuaakan didukung oleh pandangan salah yaitu keberadaan diri, kebalikandari nama dan rupa atau skandha.

“Perhatikanlah berulang kali keadaan pikiran di siang dan dimalam hari”. Ini juga menjadi sangat sulit bila kita tidak berpijak padaapa yang tadi saya sebutkan.

Slokha yang keenam:Jadilah sebagaimana (orang dengan) mata hanyamengamati kesalahan sendiri,Tetapi seakan buta melihat kesalahan orang lain.Hindari kesombongan dan mementingkan diri sendiriBermeditasilah selalu pada sunyata. (6)

Ini juga subjek yang sangat berat, tidak mudah, tetapi nasihatyang bagus bagi para praktisi Dharma. Guru Atisha menganjurkanagar hanya melihat kesalahan sendiri, hampir tidak usah menghiraukankesalahan orang lain. Ini artinya kita tidak menilai seseorang sudahmelafal berapa banyak, sudah bernamaskara atau beribadah apa saja,menjalankan Dharma apa saja; tidak perlu kita melihat orang lain tetapisebaliknya kita melihat hal-hal buruk yang ada pada diri kita denganmaksud untuk dapat senantiasa memperbaruinya.

Memperbarui kesalahan atau kekurangan atau keterbatasan diri,menurut Sang Buddha adalah sesuatu yang mungkin. Orang yangsebelumnya memiliki karakteristik akibat proyeksi karma yang negatif:bengis, culas, kejam, jahat, pikiran negatif, kehendak jahat dansebagainya; bilamana ia berhasil meresapkan Dharma dalam dirinya,maka ia akan berubah; seperti Raja Asoka, dari raja yang sangat kejammenjadi raja yang penuh maitri karuna. Angulimala juga demikian,banyak lagi figur-figur yang lain juga demikian; itu semuanya berkatmelihat kesalahan sendiri dan berusaha untuk memperbaikinya.

Vimala Ratna Lekha Nama

15

Pikiran kita tidak seperti batu atau besi, kalau batu atau besi tidakbisa dirubah-rubah atau membutuhkan usaha yang keras untukmerubahnya, tetapi pikiran kita sangat elastis. Orang yang sangat egois,bila diberikan penyuluhan Dharma dan bisa mengadaptasikannya, diaakan menjadi pelayan bagi semua makhluk.

Orang yang sangat mementingkan diri sendiri, orang yangsenantiasa melihat dirinya superior dari yang lain, bilamana diaberhasil meresapkan Dharma dia juga dapat berubah menjadi baik.

Itu artinya, mental seseorang, kesimpulan pemikiran seseorangsebetulnya bersifat temporary, bisa dirubah; bahkan dalam pelajaranTantra kita bisa merubah diri kita, kita bisa membuat diri kita dariorang yang kita persepsikan seperti kita menjadi istadevata atau yidamkita.

Bila kita melihat diri kita orang yang pemalu, orang yangberkelemahan, orang yang tidak bisa, maka persepsi kita itulah yangakan membentuk diri kita. Tetapi kalau kita melihat diri kita sebagaiseorang yidam: Saya adalah seorang Tara, yang selalu melihat makhluklain dengan belas kasih, saya selalu mengirimkan duplikat saya,menyentuh mereka semuanya, membuat mereka bebas dari dukaderita; itu akan membangun suatu perasaan pada diri kita, walaupunpada awalnya adalah dikreasikan atau ditimbulkan atau dibuat-buat,tetapi pada akhirnya akan menjadi suatu realitas.

Jadi ini sekali lagi sebagai bukti bahwa melihat kesalahan sendirimerupakan nasihat para Guru, dan kita tidak perlu melihat kesalahanorang lain. Dalam etika pergaulan sehari-hari kita juga berkepentinganmenasihati orang lain, tetapi menasihati orang lain tidak identik denganmelihat kesalahan orang lain.

Melihat kesalahan orang lain, bila disertai dengan kleshakebencian, klesha lebih unggul dari orang lain akan menimbulkankarma tidak baik; tetapi bila melihat kesalahan orang lain denganmotivasi untuk menolongnya melepaskan diri dari kesalahan itu, makaitu bukan yang dimaksudkan sebagai hal yang harus dihindari.

Lalu baris yang ketiga “Hindari kesombongan danmementingkan diri sendiri”. Kesombongan adalah suatu perasaan

Vimala Ratna Lekha Nama

16

bahwa kita lebih superior daripada orang lain: saya bernamaskara lebihbenar dari orang lain, saya melafal lebih baik daripada orang lain, sayamemberi offering lebih besar daripada orang lain, saya lebih muliadaripada orang lain, saya lebih mengerti daripada orang lain.

Semua perasaan-perasaan yang menganggap diri lebih ungguldari orang lain, disebut sebagai kesombongan; menganggap orang lainlebih unggul adalah kesombongan. Ini kebalikan dari sifat rendah hatiyang bila dipuji akan selalu berpikir: “Kalaupun saya terpelajar,kalaupun saya banyak mengerti, itu karena akibat saya telahmeresapkan berbagai pengetahuan kebijaksanaan dalam pikiran saya,tetapi itu sifatnya hanya temporary.

“Dan mementingkan diri sendiri”. Mementingkan diri sendiriadalah kelanjutan dari menganggap orang lain inferior, yang lain tidakpenting, yang lain tidak perlu tahu, yang lain tidak usah pintar, yanglain tidak usah menjadi banyak kebajikan; ini semua adalah subjek-subjek lojong.

Mementingkan diri sendiri adalah racun yang sangat mematikan,semua Guru Mahayana memusuhinya, mencela sikap mementingkandiri sendiri. Guru Shantideva mengatakan bahwa semua kesengsaraandi dalam samsara ini disebabkan karena mementingkan diri sendiri.

Orang menjadi gelandangan, menjadi penderita cacat fisik, cacatmental, apa sebabnya? Karena sikap mementingkan diri sendiri. Orangmenjadi miskin sekali karena dalam hidupnya yang lalu dia sangatketakutan untuk mendanakan hartanya, dia berpikir bahwa uang susahdicari, uang dan harta benda sulit dikumpulkan, maka saya nikmatisendiri; kalau orang atau makhluk lain membutuhkan hal itu, biarlahdia mencari sendiri.

Pikiran seperti ini disebut mementingkan diri sendiri; diamementingkan kenyamanannya sendiri, mementingkan keamanannyasendiri tanpa memedulikan yang lain; akibatnya ia tidak memilikikarma baik apa pun, karma kesejahteraan apa pun, karma kesehatanapa pun, dan dia kemudian terlahir sebagai makhluk yang menderita.

Jadi Guru Shantideva mengatakan, segala duka derita di dalamsamsara disebabkan karena mementingkan diri sendiri; sementara

Vimala Ratna Lekha Nama

17

segala kebahagiaan, segala kemuliaan dan keagungan di dalamsamsara ini berasal dari mementingkan atau mendahulukan makhluklain.

“Bermeditasilah selalu pada sunyata”. Ini anjuran dari GuruAtisha; orang yang melihat sunyata secara imajinatif, secara mental,kebijaksanaan dari mendengar atau membaca, akan berada dalamsituasi batin yang tenang, dia akan memiliki mental yang tenang.Kenapa? Karena dia akan selalu berpikir bahwa segala sesuatusebetulnya hanya proyeksi karma saja, sedangkan eksistensinya sendiritidak ada. Untuk apa saya dipermainkan oleh eksistensi? Tetapi iniadalah latihan yang sangat lanjut, yang hanya bisa dilakukan olehmereka yang telah kuat berpijak pada subjek-subjek terdahulu.

Slokha yang ketujuh:Akui kesalahan sendiri;Jangan mencari kesalahan orang lain.Pujilah kebajikan orang lain;Sembunyikan kebajikan sendiri. (7)

Ini juga sangat sulit sekali. Kita sering menyebut kesalahan oranglain dan menyebut kebajikan diri sendiri, menyembunyikan kesalahansendiri dan menyembunyikan kebaikan orang lain. MoralitasMahayana ini sangat baik bagi masyarakat luas, ini akan melahirkansuatu kebiasaan untuk bersikap positive thinking dan bersikap ramahkepada siapa pun.

Senang memuji kebajikan orang lain adalah karma baik karenaitu adalah apresiasi kita kebaikan orang lain, dan ada sutra yangmengatakan bahwa bila kita merasa bergembira atas kebajikanmakhluk lain, maka kebajikan makhluk lain akan menjadi bagian darikebajikan kita juga.

“Menyembunyikan kebajikan sendiri”, ini adalah fenomena lainatau ciri lain dari orang yang telah mencapai egolessness atau tiadanyaego yaitu di mana seseorang melihat tidak penting lagi menyebut apadan bagaimana dirinya. Sebelum mencapai tingkatan pemikiran itu,

Vimala Ratna Lekha Nama

18

kita akan selalu mengumumkan kebaikan kita; walaupun sebetulnyapada level tertentu para Bodhisattva, para mahasiddha juga menyebutkebajikan sendiri tetapi bukan didorong oleh ego, dorongannya adalahmemberi inspirasi pada orang lain.

Kalau kita sudah menjadi seorang dewa, katakanlah DewaBrahma seperti dalam cerita Jataka, kemudian kita muncul dan berkatakepada orang yang kita temui: “Kamu memahami atau tidak bahwasesungguhnya saya menjadi Dewa Brahma karena saya melakukan hal-hal tertentu, karena saya telah beribadah sekian banyak, saya memberioffering sekian banyak, saya berpradaksina sekian banyak”, dansebagainya.

Ini mirip dengan membuka kebaikan diri sendiri, tetapi bila itutidak diucapkan maka orang lain tidak akan menangkap apamanfaatnya. Jadi tergantung motivasinya, bila motivasinya adalahuntuk memamerkan kebajikan sendiri, itu adalah kesalahan; tetapi bilamotivasinya adalah untuk memotivasi orang lain agar ikut sertamelakukannya, itu menjadi kebajikan.

Slokha yang kedelapan:Jangan menerima pujian dan pemberian.Hindari selalu mencari keuntungan dan ketenaran.Bermeditasilah pada maitri dan karuna.Kokohkan bodhicitta. (8)

Ini agak sulit. “Jangan menerima pujian dan pemberian”,misalnya begini: “Kamu muridnya Dagpo Rinpoche ya? Silahkanduduk di atas.” “Kamu belum tahu saya ini murid Rinpoche, harusnyasaya di depan. Ayo, yang di depan minggir, saya ini murid Rinpoche.”Ini kaitannya dengan slokha yang kedelapan. Itu sebetulnya pujiankepada diri kita.

Menerima pujian saja merupakan bentuk penghormatan padadiri sendiri, balik lagi pada yang di awal tadi, anggapan adanyaeksistensi. Kemudian menerima pemberian yang disebabkan daripenghormatan, itu juga terkait dengan keberadaan diri. Namun

Vimala Ratna Lekha Nama

19

demikian, berdasarkan kelas sosial masyarakat, bahwa orang muliaharus duduk di atas, orang terhormat harus duduk di depan,pemberian sebagai bentuk interaksi sosial, ini juga perlu dipikirkan,khususnya di Indonesia.

Pada zaman Guru Atisha, apalagi muridnya ini adalah seorangraja, tidak perlu lagi menerima penghormatan karena memang sudahterhormat; dan tidak perlu lagi menerima pemberian karena sudahmemiliki segala sesuatu. Tetapi dalam kasus yang sama, Guru Atishamemaksudkan, mungkin, agar Raja Niryaphala jangan mau misalnyabila pergi ke vihara dan para bhiksu menghormatinya secara berlebihandan sebagainya.

“Hindari selalu mencari keuntungan dan ketenaran”. Ini bukanuntuk pedagang tetapi untuk para praktisi. Bila orang sudah berfokuspada praktik Dharma tetapi masih berpikir tentang keuntungan,misalnya: Saya akan offering 10 gelas lilin, saya akan mencaripendukung 5 orang, dan dikalkulasi bagaimana caranya supayaofferingnya mendatangkan keuntungan yang instant dan sebagainya.

Ketenaran yaitu dengan sengaja menginspirasikan ataumengusahakan agar dirinya terkenal: terkenal sebagai seorang praktisi,terkenal sebagai orang yang memiliki kelebihan, memiliki kepandaian,memiliki atribut yang mungkin juga tidak dimilikinya; itu adalah suatukesalahan.

“Bermeditasilah pada maitri dan karuna”, ini kebalikan dari yangsebelumnya, kita harus berusaha untuk memantapkan bodhicitta.

Slokha yang kesembilan:Dasa akusala karma harus dihindari.Puja harus selalu dilakukan.Ingatlah selalu untuk mengekang keinginan,Berpuas diri dan bertindak dalam kebajikan. (9)

“Puja harus selalu dilakukan” untuk mendapatkan blessing daripara istadevata. “Ingatlah selalu untuk mengekang keinginan”: belajaruntuk tidak setiap perasaan atau pikiran yang muncul di benak kita

Vimala Ratna Lekha Nama

20

harus diikuti dengan mewujudkannya. Misalnya, lagi duduk-duduk“Wah, ini minum sesuatu cocok nih.” Atau misalnya kita lagi tidurmalam “Wah makan nasi goreng cocok jam segini,” dan sebagainya.

Boleh saja kalau memang memerlukan, tetapi mengekangkeinginan adalah bagian dari mendisiplinkan mental kita. Orang yangtidak pernah mengenal pengekangan keinginan, mungkin dia akankesulitan dalam mempraktikkan berbagai Dharma, terutamamengawasi indriawi, skhanda, bodhicitta dan sebagainya; itu akansangat sulit karena terkait dengan bagaimana orang mengelolakeinginan hatinya. Pada saat orang melihat sesuatu yang bagus, yangsecara alamiah membuatnya tertarik dan ingin memilikinya, kemudiandireview lagi dengan tema-tema Dharma dan sebagainya.

“Berpuas diri dan bertindak dalam kebajikan”. Berpuas diri itubisa membatasi diri, ini sangat sulit; dan bertindak dalam kebajikanadalah berperilaku penuh kebaikan, ramah, mendahulukan orang lain,bersedia membantu orang, ringan tangan, dan sebagainya; itu adalahciri-ciri kebaikan.

Slokha yang kesepuluh:Tinggalkan kemarahan dan mementingkan diri.Bersikaplah rendah hati.Jauhi kehidupan yang salahDan hiduplah sesuai Dharma. (10)

“Tinggalkan kemarahan dan mementingkan diri”, artinyamentalitas pikiran yang marah oleh karena kebodohan orang lain, olehkarena keinginan tidak terpenuhi, itu harus bisa diatasi dengankebijaksanaan. Mengapa kita harus marah? Karena orang lain telahberlaku bodoh kepada kita. Mengapa orang lain berlaku bodoh kepadakita? Karena dia memang karmanya bodoh. Kalau begitu mengapakita marah?

Mengapa orang lain menyerang kita? Dengan kata-kata, denganfitnah, dengan fisik? Mungkin orang lain itu jahat. Mengapa oranglain jahat pada kita? Mungkin orang itu memang jahat, karena

Vimala Ratna Lekha Nama

21

karmanya jahat; atau kita memiliki karma untuk menerima perbuatanitu; sehingga kita tidak marah. Di mana letaknya rasa kecewa? Di manaletak kekecewaan? Di mana dan apa sebabnya muncul rasa kecewa,resah dan marah?

Menurut Dharma, itu tidak ada, karena segala sesuatu sunyata.Pikiran sunyata, perasaan sunyata, rupa sunyata. Kalau semua sunyatamaka kita tidak perlu lagi memikirkan kemarahan, kita harusmendiamkan pikiran kita dan melihatnya sebagai suatu fenomena yangsedang berlangsung dan berlalu.

“Mementingkan diri”, Guru Atisha berkali-kali menyebutmementingkan diri sendiri, karena ini yang merusak pergaulan sosialjuga merusak diri sendiri. Mementingkan diri sendiri artinyamenganggap dirinya superior dan orang lain inferior, dirinya yangpaling pintar orang lain tidak pintar, dirinya paling suci orang laintidak suci, dirinya yang layak untuk dipuji orang lain tidak layak dipujidan sebagainya; itu adalah mementingkan diri sendiri.

“Bersikaplah rendah hati”, memiliki sikap rendah hati adalahtidak mudah. Dalam beberapa sastra dikatakan, rendah hati adalahsuatu sikap yang seperti seorang pelayan.

Pelayan bila digedor pintunya jam 12 malam dia akan bangundan melakukan tugas yang diberikan majikannya; di pagi buta dia akanbangun dan melakukan pekerjaannya; siang hari dia akan bangun danmelakukan pekerjaannya; hujan dia akan menjalankannya, panas diaakan menjalankannya; tanpa mengeluh atau menggerutu sedikit pun.

Orang yang memiliki kemuliaan, keagungan dan kekayaan; laludia memiliki sikap tidak menggerutu; tidak melihat situasi panas,hujan, siang, malam; ramah kepada siapa pun, mendengar keluh kesahsiapa pun, menganggap orang lain mulia, menganggap orang lain lebihpandai dari dirinya, lebih baik dari dirinya; maka ia disebut sebagairendah hati.

“Jauhi kehidupan yang salah”, yaitu kehidupan yang berlawanandengan ajaran Dharma; “Dan hiduplah sesuai Dharma”, yaitukehidupan yang diwarnai oleh kebajikan dan menjauhi ketidakbajikan.

Vimala Ratna Lekha Nama

22

Slokha yang kesebelas:Tinggalkan segala keduniawianDapatkan kekayaan Aryadana.Selalu hindari tempat yang ramai,Dan hiduplah di tempat yang sunyi. (11)

“Tinggalkan segala keduniawian”, ini sangat sulit, ini sudahsangat lanjut, tetapi kalau diluruskan: keduniawian yang bagaimana?Yaitu keduniawian di mana kita menjalani kehidupan sehari-harimenurut sudut pandang orang duniawi, kalau itu artinya mudah.Meninggalkan keduniawian dalam hal ini dimaknai bahwa kita tidakmenggunakan cara pandang atau filosofi hidup orang duniawi.

Bagi orang duniawi, semakin banyak kita menyimpan uang,semakin banyak kita memiliki harta benda, itu semakin baik; semakinbanyak kita makan enak, berplesir, pergi ke lebih banyak negara,mengoleksi souvenir dari setiap negara, di rumah kita mendisplayberbagai souvenir, itu semakin baik; itu pandangan duniawi. Tetapipandangan Dharma, sebaliknya; semakin banyak kita beramal, itu lebihbaik, daripada kita menikmatinya sendiri; semakin banyak kitamemiliki rasa puas diri, semakin baik, misalnya: “Kamu sudah pernahmencoba makanan ini belum?” “Tidak, saya tidak ingin mencobanya,toh rasanya sama saja.” Itu adalah salah satu yang mungkin terjadisetelah seseorang memiliki kepuasan diri; kalau tidak: “Wah sayapingin makan itu, saya menabung setiap bulan supaya bisa makan disitu karena mahal sekali,” dan sebagainya. Ini adalah cerminan daripola pikir duniawi.

Jadi tinggalkan segala keduniawian, kita balik lagi ke depan:murid Guru Atisha adalah raja yang dilengkapi dengan segalakemegahan duniawi, ia dikelilingi oleh para pelayan, ia dikelilingi olehmakanan-makanan terbaik, hiburan-hiburan terbaik; tetapi GuruAtisha mengatakan: “Tinggalkan segala keduniawian.” Bukan berartiGuru Atisha menyuruh Raja Niryaphala turun takhta kemudianmencukur rambut dan mengenakan jubah bhiksu, tetapi “Ubahlahpikiranmu, jangan seperti orang duniawi.”

Vimala Ratna Lekha Nama

23

Orang duniawi pada saat matahari tenggelam sudahmendengkur, sebelum matahari terbit tidak akan pergi dari tempattidur; karena Anda meninggalkan keduniawiaan, ubahlah cara hidupseperti itu. Melihat penderitaan makhluk lain: orang duniawi tidakakan peduli, masing-masing punya keluarganya, ada yangbertanggung jawab.

Tetapi orang spiritual tidak bisa melihat penderitaan makhluklain, tidak bisa hanya lewat saja bila makhluk lain menderita ataumembiarkannya berlangsung begitu saja. Jadi yang dianjurkan GuruAtisha adalah mengenai mental atau pola berpikir kita.

Baris ke dua, “Dapatkan kekayaan Aryadana”. Tujuh harta paraArya, dianjurkan oleh Guru Atisha untuk dimiliki oleh Raja Niryaphala.Tujuh harta para Arya itu sangat penting, karena akan membuatseseorang memiliki kehidupan yang baik dari kehidupan yang satu kekehidupan yang lain.

Itu juga yang menyebabkan kita di sini memelihara kebiasaanuntuk terus-menerus melakukan offering kepada Buddha Jambhala;karena Sang Buddha Jambhala selain memberikan blessing duniawi,juga memberikan blessing Sapta Aryadana (Tujuh Harta Para Arya)yang tidak bisa didapatkan menurut cara lain.

Bila kita terus-menerus memuja Buddha Jambhala, dari duablessing yang dapat diterima yaitu blessing kemakmuran duniawi danSapta Aryadana, sebetulnya kita lebih menginginkan blessing tujuhharta para Arya yang tidak bisa hilang, tidak bisa tertinggal ketikaseseorang meninggal, dan tidak bisa rusak, serta tidak dapat dirampasdari diri kita. Memuja Buddha Jambhala, memberikan offering,melafalkan mantranya, mengingat kegiatannya; akan membuat kitamenerima blessing Sapta Aryadana yang dianjurkan Guru Atishatersebut.

“Selalu hindari tempat yang ramai”. Tempat yang ramai artinyatempat yang berisi hiruk pikuk di mana semua orang sangat duniawi;betapapun sangat kokohnya batin seseorang, sangat teguhnya imanatau sraddha seseorang, tetapi kalau dia terus-menerus terhasut olehapa yang ada di luar dirinya, terus-menerus dihasut oleh orang lain

Vimala Ratna Lekha Nama

24

untuk melakukan seperti yang mereka lakukan, maka pada akhirnyaorang ini juga akan jatuh seperti mereka.

Mengenai hal tersebut ada Dharmanya sendiri, yaitu pergaulanyang benar. Pergaulan yang benar adalah bilamana kita masuk kedalamnya, kita akan mengalami kebaikan, dari satu level ke levelberikutnya, dari satu kemuliaan ke kemuliaan berikutnya. Tetapipergaulan yang salah adalah pergaulan yang menjerumuskan kita.

Zaman sekarang banyak orang yang terlibat narkoba, terlibatpergaulan bebas, terlibat kehidupan yang tidak menentu, pandanganhidup yang tidak baik dan sebagainya.

Pergaulan seperti itulah yang akan membuat kehidupan kitasebagai manusia, yang dahulu kala sangat sulit untuk dirintis dandidapatkan, di mana kita telah menjalankan dasa kusala (sepuluhkebajikan), kita telah menjadi praktisi Buddhis, kita telah bertemudengan Guru-guru; semuanya itu hanya akan menjadi sia-sia bila kitasalah bergaul dalam kehidupan ramai; karena akhirnya kita akanterlepas dari jalan Dharma, mungkin kita juga tidak akan menjadimanusia lagi, disebabkan karena cara pergaulan kita.

Bila kita bergaul dengan para penjahat, maka pikiran kita akanmenjadi penjahat; bila kita bergaul dengan para pemalas maka pikirankita akan menjadi malas, bila kita bergaul dengan para pedagang makakita akan terinspirasi untuk menjadi seperti para pedagang, bila kitabergaul dengan ajaran-ajaran spiritual maka pikiran dan kehidupankita akan terinspirasi oleh ajaran spiritual.

“Dan hiduplah di tempat yang sunyi”, artinya senang untukmemutuskan diri dari interaksi dunia luar, yaitu duduk menyendiridalam usaha untuk lebih memahami dirinya.

Slokha yang kedua belas:Jangan banyak bicara;Buatlah lidah selalu dalam kendali.Ketika berjumpa dengan Guru atau Acharya,Layani mereka dengan rasa hormat. (12)

Vimala Ratna Lekha Nama

25

“Jangan banyak bicara”. Guru Atisha menganjurkan kepadaGuru Niryapahala agar jangan banyak bicara. Ini sama dengan dasaakusala tentang etika ucapan yaitu berbicara yang tidak berguna yangpada akhirnya hanya akan membuang waktu hidup kita saja. Deskripsilengkap mengenai banyak berbicara tersebut ada di dalam dasa akusala(sepuluh ketidakbajikan).

Seorang praktisi spritual sebaiknya memang sedikit berbicara,karena sesungguhnya hampir tidak ada gunanya banyak berbicara.Para Bodhisattva dan para Buddha hanya berbicara seperlunya saja,yaitu ketika mereka menasihati orang lain dan menyampaikanpengalaman kepada orang lain.

“Buatlah lidah selalu dalam kendali”. Perselisihan, pertengkaran,percekcokan, bahkan kekerasan, banyak disebakan karena lidah yangtak terkendali; ini juga termasuk para praktisi spiritual.

“Ketika berjumpa dengan Guru atau Acharya, layani merekadengan rasa hormat”. Ini etika Guru-murid; jadi bila kita bertemudengan Guru atau dengan Acharya (Acharya adalah para mahaguru)atau para Upajhaya yang menjadi guru di suatu komunitas vihara,maka harus melayani dengan rasa hormat. Ini adalah anjuran GuruAtisha kepada Raja Niryaphala.

Slokha yang ketiga belas:Siapa pun yang bertindak sesuai Dharma,Ia menjadi orang mulia,Seorang pemula ataupun hanya orang biasa,Juga harus dihargai seperti kepada Guru. (13)

“Siapa pun yang bertindak sesuai Dharma, ia menjadi orangmulia”. Barang siapa yang hidup sesuai Dharma, walaupun secaralahiriah mengecewakan penampilannya; misalnya karena dia terlaluberfokus pada praktik meditasi, ia tampak kurang menggosok giginya,kurang merawat wajahnya, kurang memandikan tubuhnya sehinggakeringatnya bau, mulutnya bau, wajahnya tidak menyenangkan dansebagainya, tetapi sebetulnya dia orang mulia, karena dia telah

Vimala Ratna Lekha Nama

26

mengentaskan kesadarannya dari level makhluk biasa menjadimakhluk mulia.

“Seorang pemula ataupun hanya orang biasa, juga harus dihargaiseperti kepada Guru”. Bila kita melihat orang biasa, itu juga harusdihormati dan dihargai, “Mari silahkan, apa yang bisa saya bantu?”Ramah, “Ayo silahkan duduk, Anda sudah makan belum? Sudahminum belum?” Itu etika Buddhis dasar.

Jadi bila orang datang ke tempat kita, kita harus bertanyapadanya apa yang bisa kita bantu, walaupun jawabannya nanti kitatidak bisa membantu apa-apa, tetapi pertanyaan itu sudahmenunjukkan bahwa kita berpegang pada prinsip Buddhis.

Menghormati semua orang seperti Guru, seperti orang yangterhormat, orang yang sangat penting, orang yang sangat berjasakepada kita, itu etika Buddhis Mahayana yang pada akhirnya akanmembawa kita pada kemuliaan.

Apa yang menyebabkan orang memiliki daya tarik luar biasa didunia ini? Seperti Sang Buddha yang hingga sekarang semua orangtakjub kepada beliau. Sutra mengatakan itu adalah praktikKsantiparamita, kesabaran. Kesabaran di dalamnya juga termasukkerendahan hati, ketabahan, keuletan dan sebagainya. Jadi bila kitaramah kepada orang lain, selalu menawarkan bantuan kepada oranglain dan sebagainya dengan mengabaikan situasi hidup kita sendiri,itu adalah bentuk aplikasi dari Ksantiparamita. Karmanya sangat besardan juga membuat orang lain sangat menghargai dan sangat baikkepada kita.

Slokha yang keempat belas:Ketika melihat makhluk hidup dirundung penderitaan,Bangkitkan bodhicitta dalam hatimu.Bersikaplah kepada merekaSebagaimana sikap orang tua kepada anaknya. (14)

Slokha keempat belas juga tidak mudah, tetapi bila kita bisamembangun kesadaran mental seperti ini, maka akan menyehatkan

Vimala Ratna Lekha Nama

27

jiwa kita, akan melapangkan aspirasi Mahayana kita. Jadi kalau kitatidak bisa membantu orang lain, katakanlah kita melihat orang sudahsekarat mau mati karena penyakit yang tidak mungkin tersembuhkan,kita dapat membangun bodhicitta yang kuat dalam hati kita:“Seandainya saya memiliki kemampuan, saya akan membantumakhluk hidup bebas dari duka derita seperti itu. Saya sungguh tidaktahan melihat penderitaan makhluk hidup seperti itu,” dan sebagainya.

Perasaan-perasaan seperti itu akan berakumulasi, akanmembentuk pikiran kita dan melapangkan jalan Kebodhisattvaan kita.Tetapi kalau kita melihat orang menderita, orang sakit parah, orangmati; tanpa perasaan simpati atau empati apa pun, ini adalah kebiasaanyang sangat buruk; ini akan membuat jalan Mahayana kita sangat sulitdikembangkan, karena kita berada pada jarak yang sangat jauh, bahwaapa yang menimpa orang lain sebetulnya tidak ada hubungannyadengan diri kita.

Tetapi setelah kita merenungkan kembali apa yang terjadi padaorang lain, itulah tanggung jawab saya sebagai seorang Mahayana:berduka, bersedih, berempati, bersimpati; itu ciri-ciri seorangMahayanis. Bodhisattva Avalokiteshvara dikatakan senantiasamengucurkan air mata manakala memandang alam neraka, alambinatang, alam manusia seperti ini.

Memandang alam neraka: semua orang menjerit ketakutan dankesakitan di sana, dan tidak ada yang menolong. Memandang alambinatang: binatang yang kecil ketakutan dikejar yang besar, yang besarketakutan dikejar yang lebih besar darinya; di laut, di darat, di hutan;di komunitas manusia binatang-binatang diangkut untuk dipotong,diternakkan untuk dibunuh, dikonsumsi dan sebagainya.

Kita melihatnya sebagai suatu rutinitas hidup tetapi paraBodhisattva tidak melihatnya sebagai hal yang dapat diterima. ParaBodhisattva mendengar tangisan ayam-ayam, mendengar jeritan sapi-sapi yang dipotong, babi-babi yang menjerit, ikan-ikan yang ketakutandikejar oleh pemangsanya. Ini adalah kehalusan batin yang diasahmelalui usaha selama berkalpa-kalpa.

Vimala Ratna Lekha Nama

28

Jadi kepekaan mental kita, kepekaan batin belas kasih kita,sebetulnya muncul pada saat momentum kita melihat penderitaanorang lain. Misalnya kita melihat orang dihukum gantung, pada waktuitu kita akan merasakan perasaan kasihan yang sangat kuat.

Kalau kita melihat film India atau Mandarin di mana adapenganiayaan atau ketidakadilan, kita akan merasakan kegetiran hatiyang sangat kuat. Ini adalah pikiran murni belas kasih, bukan dipupusdengan berkata “Buat apa bersedih?” Tetapi kemudian diperluasskalanya: bukan hanya sedih melihat derita di film-film yang kita tontontetapi melihat semua penderitaan; semakin banyak kesedihan kitaterbagi pada penderitaan makhluk hidup maka semakin besarkekuatan belas kasih kita terakumulasi.

Bodhisattva Avalokiteshvara adalah “Sang Pendengar SuaraDunia”. Avaloka = Sang Pendengar; Shvara = suara; jadi “SangPendengar Suara Dunia”, oleh karena semua jeritan di dunia initerdengar olehnya. Orang yang susah melahirkan, orang yang sedangmengalami musibah, sapi yang sedang dipotong, binatang yangketakutan dikejar oleh pemangsanya, orang-orang di neraka yang hirukpikuk berlari ke sana kemari; semuanya didengar oleh Avalokiteshvaradan menggugah belas kasihnya.

Lalu “Bersikaplah kepada mereka sebagaimana sikap orang tuakepada anaknya”. Kalau orang tua melihat anaknya sakit ataumenderita, dia tidak ingat lagi pada dirinya sendiri. Dia lupa makan,lupa tidur; dia akan menjaga anaknya walaupun belum makan, belumtidur, belum istirahat.

Kalau orang tua melihat anaknya dalam mara bahaya, dia lupakeselamatannya sendiri, tidak memedulikan lagi keselamatan dirinya.Misalnya orang tua yang melihat anaknya di dalam kobaran api rumahyang terbakar, maka tidak ada rasa takut atau enggan untuk larimemasuki api itu untuk menyelamatkan anaknya, dia lupa bahwa apiitu juga panas bagi dirinya.

Orang tua yang melihat anaknya jatuh ke laut dan timbul-tenggelam dalam air, ia akan langsung meloncat menyelamatkan anakitu walaupun ia sendiri mungkin tidak bisa berenang. Ini adalah

Vimala Ratna Lekha Nama

29

gambaran Sang Buddha bahwa rasa cinta kasih, kepedulian terhadappenderitaan makhluk lain harus dibangun hingga mencapai levelseperti orang tua yang melihat anaknya sendiri.

Slokha yang kelima belas:Hindari segala pekerjaan duniawidan bermeditasilah selalu dalam samadhi.Hindari sahabat yang merusak,Ikuti kalyanamitra. (15)

“Hindari segala pekerjaan duniawi”, ini pengulangan slokhakesebelas tadi yang bunyinya “Tinggalkan segala keduniawian”. “Danbermeditasilah selalu dalam samadhi. Hindari sahabat yang merusak.Ikuti kalyanamitra”. Ini mudah dimengerti, sekarang kita ke slokhaenam belas.

Slokha yang keenam belas:Jangan biarkan para bhiksu yang melanggar sila,Mereka yang menginginkan DharmaDan mereka yang bermaksudBerbuat dosa. (16)

Guru Atisha menganjurkan, sebagai Raja Dharma, RajaNiryaphala juga harus mengawasi bagaimana para bhiksumenjalankan sila mereka, dalam kedudukannya sebagai raja yangberkuasa; karena kalau para bhiksunya rusak maka Buddhasasana jugaakan rusak.

Menghiraukan “Mereka yang menginginkan Dharma”, artinyamereka yang bermaksud mempraktikkan Dharma, membangunvihara, membangun tempat suci, maka raja juga harus menunjangnya.

“Dan mereka yang bermaksud berbuat dosa”, artinya melakukanperbuatan-perbuatan yang salah, raja juga harus menegakkankebenaran dengan cara membuat hukum dan aturan-aturan.

Vimala Ratna Lekha Nama

30

Slokha yang ketujuh belas dan kedelapan belas:Jangan tinggal lebih dari tiga hari bersama mereka yangtidak suci atau kawan yang berdosa,Mereka yang tidak menghargai Acharya serta lainnya,Mereka yang tidak tahu kebajikan, mereka yang hanyamemikirkan kehidupan saat ini,Dan mereka yang menyukai penghormatan. (17/18)

“Jangan tinggal lebih dari tiga hari bersama mereka yang tidaksuci atau kawan yang berdosa”, ini anjuran Guru Atisha. Untuk zamansekarang sebetulnya ini sambungan penjelasan di depan tadi mengenaipergaulan.

“Mereka yang tidak menghargai Acharya serta lainnya”. GuruAtisha menganjurkan Raja Niryaphala agar tidak berdiam bersamamereka yang tidak menghargai para Guru spiritual. Mengapa? Karenananti akan menularkan pemikirannya, kritikannya, sanggahannya,akan mempengaruhi kita.

“Mereka yang tidak tahu kebajikan”, artinya mereka yang tidakmemedulikan baik dan buruk, tidak percaya karma, dan sebagainya.Opini mereka akan meracuni kita, gagasan-gagasan dan penentangan-penentangan mereka akan membuat sraddha kita merosot.

“Dan mereka yang hanya memikirkan kehidupan saat ini, danmereka yang menyukai penghormatan”.

Slokha 17/18 ini adalah etika pergaulan; kombinasi antaraduniawi, Mahayana dan Tantra. Yang duniawi yaitu memikirkankehidupan saat ini saja; yang Tantra adalah tidak menghormati Guru;yang Mahayana adalah orang yang berdosa dan tidak suci.

Jadi etika duniawi dalam Buddhis disebut Ratna Nidhi (hartaduniawi) yaitu bagaimana seseorang bergaul, memilih teman,bagaimana berperilaku di antara masyarakat. Lalu etika Mahayanaadalah bersumber dari paramita. Dan etika Tantra bersumber darisastra-sastra suci Tantra.

Pada dasarnya menurut Ratna Nidhi, semua yang menyebabkankemerosotan kita saat ini seperti kesehatan, harta benda, nama baik

Vimala Ratna Lekha Nama

31

dan sebagainya dalam hidup ini, itu harus dijauhi. Biasanya temanyang menyebabkan itu adalah para penjudi, orang-orang yangberkebiasaan buruk dan sebagainya. Itu harus dijauhi karena dia akanmembuat hidup kita menjadi miskin, tidak terhormat dan terhina;mereka akan membuat hidup kita menjadi kacau, tidak bahagia dantidak harmonis.

Lalu etika Mahayana, paramita, semua yang tidak membuatkehidupan menjadi sumber realisasi Mahayana, maitri karuna pupus,motivasi kebajikan mengendur; itu harus dijauhi. Lalu etika Tantraadalah etika yang sangat lanjut, dikatakan bahwa semua yangmenentang Guru, merendahkan Guru, kemudian tidak menghargaijalan-jalan Tantra, itu juga merupakan subjek untuk ditinggalkankarena mereka akan membuat kita kehilangan antusiasme kitamempraktikkan Tantra dan membuat kita tidak akan berhasil dalampraktik Tantra.

Slokha yang kesembilan belas:Hindari tempat yang menimbulkan kemarahan dantidak menyenangkan.Pergilah ke tempat di mana di sana terdapat kebahagiaan.Hindari mereka di mana engkau terikat kepadanya,Hiduplah bebas dari keterikatan. (19)

Ini agak sulit karena subjeknya sangat mendalam yaitu tentangkemarahan, tempat-tempat yang menimbulkan kemarahan sepertiarena perlombaan, arena olahraga dan sebagainya di mana orangterlibat dalam menjatuhkan salah satu pihak dan sebagainya, sehinggarentan menimbulkan kemarahan.

“Pergilah ke tempat di mana di sana terdapat kebahagiaan”.Kebahagiaan terdapat di tempat-tempat yang tidak menghasut pikirannegatif.

“Hindari mereka di mana engkau terikat kepadanya”. Sesuatuyang menyebabkan keterikatan, menurut tradisi Kadampa harusditinggalkan. Ini tidak berarti bahwa seseorang harus membuang

Vimala Ratna Lekha Nama

32

segala sesuatu seperti orang tua, sanak keluarga dan sebagainya; tetapiharus dipahami bahwa interaksi si praktisi dengan mereka adalahinteraksi karma dalam samsara. Jadi tidak ada hal yang melebihi halitu.

“Hiduplah bebas dari keterikatan”. Ini subjek yang sangat rumitdan sangat sulit.

Slokha yang kedua puluh:Keterikatan tak akan membawa kebajikan.Ia menghancurkan setiap benih moksha.Tinggallah selalu bersama kalyanamitra. (20)

“Keterikatan benar-benar tidak membawa kebajikan”.Contohnya begini, kalau kita menjadi seekor burung, kemudian kitahidup dalam komunitas burung, kita mengembangkan perilakukehidupan sebagai burung, maka keterikatan terhadap mereka akanmenyebabkan kita lahir kembali di antara mereka.

Dalam hal keluarga misalnya, di dunia ini, bila kita memilikiketerikatan membuta kepada anak, istri, suami, orang tua kita; makaketerikatan tersebut hanya akan mengirim kita untuk bertemu denganorang tua yang baru, dengan sanak keluarga yang baru; akhirnya kitaharus berulang kali muncul di dalam kelahiran dan kematian. Itu yangdisebut bahwa keterikatan tidak akan membawa kebajikan.

“Ia menghancurkan setiap benih moksha”. Karena kecintaankepada keluarga maka orang tidak akan mau melepaskan mereka,dalam arti kata tidak akan mengambil jarak, dan tidak akanmenggunakan keluarganya sebagai penopang atau penunjangkehidupan spiritual; akhirnya tidak akan ada tercapainya kebebasan.

“Tinggallah selalu bersama kalyanamitra”, artinya berinteraksiterus-menerus dengan pembimbing (kalyanamitra adalah terjemahandari Guru spiritual dalam bahasa Sanskrit) untuk memelihara agaraspirasi spiritual kita tidak pernah padam.

Slokha yang kedua puluh satu:Selesaikan usaha yang telah engkau mulai di awal

Vimala Ratna Lekha Nama

33

Dan lakukan dengan mengikuti (petunjuk) Guruserta pelajarilah sutra,Serta lainnya,Padukan keduanya. (21)

Yaitu petunjuk Guru dan ungkapan sutra harus dipadukan.

Slokha yang kedua puluh dua:Sekali lagi bertobatlah atas segala dosa.Lakukan pengumpulan kebajikan.Meskipun sambil terlibat dalam kehidupan duniawiJagalah agar pikiran tak terikat. (22)

Jadi terus-menerus membarui kebajikan. Saya sendirimenganjurkan agar setiap malam setiap orang melafalkan mantraVajrasattva, melafalkan mantra yidamnya, dalam rangkamempurifikasi ketidakbajikan keseharian kita. Kita telah berkata,melihat, berpikir, kadang-kadang mengakumulasi ketidakbajikan, danitu dipurifikasi pada hari itu juga yaitu pada saat menjelang tidur.

Slokha yang kedua puluh tiga:Diamkan keakuan,ketika pikiran bengkok.Ingatlah ajaran GuruKapan pun pikiran tak terkendali. (23)

Bila dalam pikiran sedang muncul ide yang tidak-tidak, yangbukan-bukan, maka kita harus mendiamkannya, ini anjuran GuruShantideva. Kalau pikiran kita resah, pikiran kita menginginkansesuatu yang tidak tepat atau tidak benar, kita harus membiarkannyasaja, tidak usah diikuti, tidak usah dituruti.

Kemudian “Ingatlah ajaran Guru kapan pun pikiran takterkendali”. Jadi kalau pikiran kita sedang kacau, kalut, sedih, terlalugembira, terlalu sedih, terlalu malas, terlalu berlebih-lebihan; maka kitaingat pada ajaran Guru.

Vimala Ratna Lekha Nama

34

Slokha yang kedua puluh empat:Hiburlah pikiran ketika merasa tertekan.Ingatlah pada Prajnaparamita,Dan lakukan usaha untuk menenangkannya. (24)

Kalau pikiran kita depresi, tertekan, tidak bisa konsentrasi, makakita kita lepaskan saja, kita hibur dia. Bila melatih diri dengan terus-menerus menyebabkan kejenuhan dan tertekan, maka kita harusmengendurkan syaraf kita, menghentikan apa yang kita lakukan,kemudian melihat sesuatu yang dapat meredakan ketegangan kita.

Slokha yang kedua puluh lima dan kedua puluh enam:Saksikan objek yang menyenangkanAtau tolaklah hanya sebagai sebuah maya belaka.Anggaplah suara yang tak menyenangkan sebagai sebuah gema. (25)Anggaplah penderitaan tubuh sebagai karmaphala hidup masa lalu. (26)

Guru Atisha menawarkan dua solusi: kalau ada tekanan mental,kejenuhan mental, kegelisahan mental, kekesalan mental, kita bisamencari objek yang menyenangkan untuk dilihat, didengar, dirasakan;tetapi bilamana tidak mau begitu, kita bisa juga menerapkan bahwasegala…….

Slokha yang kedua puluh tujuh:Setelah menyelesaikan tanggung jawabmuberistirahatlah di pertapaan,Dan hiduplah di sana laksana bangkai binatangyang tak terjumpai oleh siapa pun.Engkau sendiri harus menjaga ketersembunyiannya. (27)

Slokha yang kedua puluh delapan:Selalu berjaga. Hitunglah keburukanmu sendiriDan ingatlah tujuan vrata ketika keinginan, kejengkelan,rasa kantuk, keengganan, kemalasan dan kelesuanserta lainnya muncul dalam dirimu.Bermeditasilah atas ketidakkekalan dan kematian. (28)

Vimala Ratna Lekha Nama

35

Slokha yang kedua puluh sembilan:Berbicaralah dengan hati-hati di hadapan orang lain. Hindarimenakutkan serta mengundang gunjingan orang lain. (29)

Slokha yang ketiga puluh:Tersenyumlah selalu.Teruslah memberi pada orang lain, jangan kikir,Hindari selalu iri hati.Bertindaklah sebagai penjaga pikiran yang lain. (30)

Kelihatannya kita cukupkan sampai slokha ketiga puluh, kitasambung pada waktu yang akan datang.