110
1 WANITA BEKERJA DENGAN POLA SHIFT MALAM DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM SKRIPSI Oleh : NAMA : DEWI SAPUTRI NIM/ NIMKO : 08.22.076/081108076 JURUSAN : MANAJEMEN SYARIAH

Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

Embed Size (px)

DESCRIPTION

SOSIAL

Citation preview

Page 1: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

1

WANITA BEKERJA DENGAN POLA SHIFT MALAM

DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Oleh :

NAMA : DEWI SAPUTRI

NIM/ NIMKO : 08.22.076/081108076

JURUSAN : MANAJEMEN SYARIAH

Page 2: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

2

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM HAMFARA

YOGYAKARTA

2013

WANITA BEKERJA DENGAN POLA SHIFT MALAM

DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi

Syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Program Studi Manajemen Syari’ah

Pada STEI Hamfara Yogyakarta

Page 3: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

3

Oleh :

Nama : DEWI SAPUTRI

NIM : 08.22.076

NIMKO : 081108076

SEKOLAH TINGGI EKONOMI ISLAM (STEI) HAMFARA

YOGYAKARTA

2013

WANITA BEKERJA DENGAN POLA SHIFT MALAM

DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi

Syarat guna memperoleh gelar Sarjana

Page 4: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

4

Oleh :

DEWI SAPUTRI

Telah diujikan dan disahkan untuk memenuhi syarat guna memperoleh gelar

Sarjana jenjang Strata-1

Skripsi berjudul

WANITA BEKERJA DENGAN POLA SHIFT MALAM

DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM

Nama : DEWI SAPUTRI

NIM : 08.22.076

Pembimbing Pertama

Wijiharta , SP, MM

Pembimbing Kedua

Shalihah Khairawati, S.Ag.,MM

Page 5: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

5

NIMKO : 081108076

Yogyakarta, 23-01-2013

Disahkan oleh :

Ir. M. Ismail Yusanto, MM

Ketua STEI HAMFARA Yogyakarta

Dewan Penguji :

1. …………………..

2. …………………..

3. …………………..

4. …………………..

PERSEMBAHAN

Perantara kehidupanku, orang tua ku tercinta; mama (Siti suniyah) dan bapak

(Karyo Raharjo).Terima kasih banyak atas segala bimbingan, pengorbanan,

serta motivasi yang telah diberikan, sehingga anakmu ini (atas izin-Nya) dapat

istiqomah menjadi pejuang syariah penegak khilafah. “[Ya Allah…

Tempatkanlah mereka kedalam surga-Mu]”. Amiin

Adik-adikku (Uswatun hasanah dan Rian Raharjo). Yang senantiasa istiqomah

di jalan Allah serta sabar dalam melalui lika liku kehidupan ini, engkaulah

matahari dikala cahaya yang lain mulai redup dan engkaulah bagaikan mata

Page 6: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

6

air yang menyejukkan mata hati kami .(Keep spirit and gambatte kudasai. O

hayo gozaimasu)

Para Hamlu ad-Dakwah, yang senantiasa memberikan motivasi perjuangan.

Semoga Allah SWT., senantiasa mempermudah setiap langkah kita menuju

jalan-Nya.

Keluarga besar mbah sunah (di kepel) dan keluarga besar di bumiharja,

semoga menjadi benteng perjuangan islam serta dilimpahi syafaat-Nya

Saudara-saudaraku keluarga besar pondok pesantren Al-Wutsqo, Depok, Jawa

Barat, tetaplah tegar dalam mengamalkan ilmu Allah SWT

Saudara-saudaraku keluarga besar STEI Hamfara, tetaplah Berjaya selalu

dalam membangun tatanan peradaban islam

MOTTO

“Jadilah Muslim Terbaik Dan Umat Terbaik Karena Rasul Memang

Hanya Mewariskan Individu, Umat, Dan

Peradaban Terbaik Bagi Dunia”

QS. Ali-Imran [3] : 110

Page 7: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

7

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi

mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan

kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

QS. Ali-Imran [3] : 104

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada

kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;

merekalah orang-orang yang beruntung.”

QS. At-Taubah [9] : 111

“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta

mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan

Page 8: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

8

Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar

dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih

menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli

yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.”

Imam Syafi’I dalam buku Fikhul Akbar

“Ketahuilah, kewajiban pertama bagi seorang mukallaf (muslim yang

telah baligh sehingga diberi beban (taklif) hukum atas setiap perbuatannya)

adalah berfikir dan mencari dalil untuk ma’rifat kepada Allah dan yang dengan

itu dapat sampai kepada ma’rifat kepada hal-hal yang ghaib dari indra dan yang

(ma’rifat itu) merupakan suatu keharusan…

Saya katakan bahwa kewajiban pertama adalah berfikir, karena sebagian

besar dari ibadah adalah bergantung dari niat, sedang yang namanya niat itu

adalah suatu maksud yang ditujukan untuk beibadah terhadap Dzat yang

disembah secara khusus. Maksud dalam bentuk semacam ini tidak mungkin

dicapai kecuali sesudah tercapainya ma`rifat terhadap Dzat yang disembah

tersebut, sedangkan ma`rifat itu sendiri tidak mungkin tercapai kecuali dengan

jalan berfikir dan pembuktian. Itulah mengapa saya mengatakan bahwa berfikir

itu merupakan kewajiban yang pertama bagi seorang mukallaf.”

THANKS TO

1. Saudari-saudariku seperjuangan dalam menyusun skripsi, penghuni kos

lapangan batok:

part 1: mb Cholifah, Mb Qulyuni, misliana dan titin

part 2: misliana, titin dan icha

Terimakasih atas motivasi dan kebersamaan di detik-detik terakhir masa

skripsi dalam bingkai izzul islam

Page 9: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

9

2. Sahabat-sahabatku Deti, Latifah, Miswanti, Mbak Erlina, Eni, Jumsinah,

Wulan, Hera, Ratih, Mega, Afifah, Mbak Kurniati, Jannah, Kiki, Mbak Intan,

Sumi, Vivi, Ize, Mbak Yeni, mb hera dan semua teman-teman angkatan 2008

Best Generation terimakasih atas bantuan yang telah kalian berikan.

3. Rekan-rekan seperjuangan dalam mencapai kesuksesan teman-teman KKN

Godegan, Srandakan, Bantul (Titin, Misliana, Latifah dan Rozak, Azzam,

Robi, Anto, Surur, Ilham, Pradana), serta sahabat-sahabat ku terucap indah

dan semangat atas yang kalian berikan, terima kasih atas doa dan dukungan

kalian. Semoga tiap langkah kita mendapatkan kemudahan, keberkahan dan

menjadi kunci kesuksesan bahwa kita menjadi manusia yang berguna bukan

hanya diri sendiri tetapi untuk orang lain pada setiap tempat kita berpijak dan

bertindak.

4. Adek-adek tingkat akademik jebolan AW (Riyan Triana dan Qisty) pantang

menyerah dan ciptakan prestasi. Dan adek-adek tingkat baru: elis, weni, alda..

Tetap semangat dan buktikan bahwa kita bisan dan tidak ada yang tidak

mungkin, Man Jadda wa Jadda.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, Ashadu Allaa Ilaa Hailallah wa Ashadu

Anna Muhammadar Rasulullah, segala puji hanyalah milik Allah SWT., Rabb

semesta alam, yang atas segala nikmat-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “WANITA BEKERJA DENGAN POLA

SHIFT MALAM DALAM TINJAUAN HUKUM ISLAM”.

Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan berbagai pihak, penulis tidak akan

pernah bisa menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Untuk itu dalam kesempatan

Page 10: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

10

ini, penulis dengan penuh ketulusan dan keikhlasan menyampaikan rasa hormat

dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT, Rabb semesta alam, Yang Maha Esa, yang telah memberi kita

nikmat hidup di dunia ini.

2. Rasulullah Muhammad SAW, teladan sejati dalam perjuangan menegakkan

kalimat LAA ILAAHA ILLALLAH – Tiada Tuhan Selain ALLAH di muka

bumi.

3. Mama dan Bapak tercinta yang selalu mendo’akan dan memberikan curahan

kasih sayang yang penulis dapatkan selama ini, serta seluruh motivasinya

dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Adek-adekku yang tercinta, semoga menjadi mujahid-mujahidah Allah SWT

di garda terdepan dalam barisan ketaqwaan.

5. Ir. Bambang Sutejo selaku Ketua Yayasan STEI HAMFARA yang telah

banyak berkorban untuk kami semua.

6. Ir. Ismail Yusanto, MM., selaku Ketua STEI Hamfara Yogyakarta.

7. Wijiharta, SP, MM, selaku Dosen Pembimbing pertama yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

8. Shalihah Khairawati, S.Ag.,MM, selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah

membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Segenap dosen STEI HAMFARA yang telah memberikan ilmu dan

pengetahuan kepada penulis. Dan Para staf pengajaran Pak Marsono, Bu Sulis,

Mbak Yani, Bu inti yang telah memberikan nasihat dan dukungan.

10. Pak Untung, Pak Wahyu, Pak Ibnu yang telah memberikan pelayanan parkir

setara dengan VVIP.

Page 11: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

11

11. Sahabat-sahabatku pengemban dakwah Ideologis pejuang Syariah dan

penegak Khilafah yang selalu mengarahkanku untuk terus berjuang demi

melanjutkan kehidupan Islam.

Akhir kata penulis mengharap semoga laporan penelitian ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan

rahmat-Nya kepada kita semua. Amien.

Yogyakarta, 23 Januari 2013

Penulis

DAFTAR ISI

Hal

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN UJIAN ............................................................ iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ..................................................................................... v

UCAPAN TERIMA KASIH ........................................................................... vii

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ................................................................................................... x

DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii

ABSTRAKSI ................................................................................................... xiv

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 6

C. Batasan Masalah ............................................................................. 6

D. Tujuan Penelitian ............................................................................ 6

E. Manfaat Penelitian ........................................................................... 7

Page 12: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

12

F. Metodologi Penelitian ..................................................................... 8

G. Sistematika Penulisan ..................................................................... 13

BAB II LANDASAN TEORI ......................................................................... 15

A. Kedudukan Wanita Dalam Syariah ................................................ 15

B. Aktivitas Wanita Bekerja Dalam Syariah ....................................... 18

1. Persfektif Fiqh Klasik ................................................................. 18

2. Pemikiran Taqiyuddin An-Nabhani ............................................ 21

C. Aqad Kerja Dalam Tinjauan Syariah ............................................. 35

1. Aqad Kerja ................................................................................. 35

2. Kerja Seorang Pekerja ............................................................... 41

D. Shift Kerja ....................................................................................... 50

1. Pengertian Shift Kerja ................................................................ 50

2. Dampak Kerja shift pada Kinerja Karyawan ............................ 51

3. Manajemen Kerja shift ................................................................ 52

4. Regulasi ...................................................................................... 53

5. Simulasi Pengaturan Jadwal Kerja shift ..................................... 56

6. Efek Kerja Malam ....................................................................... 62

BAB III DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN ................................................. 65

A. Pendahuluan ................................................................................... 65

B. Gambaran Umum Kondisi pada Pekerja Wanita di Indonesia ........ 65

1. Profil Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan ............................ 65

2. Peranan Wanita dalam Bidang Ketenagakerjaan ................... 66

3. Persoalan Beban Ganda (Double Burden) dan Partisipasi Kerja 66

4. Persoalan Kekerasan Terhadap Perempuan ............................. 67

5. Kondisi Jam Kerja Pada Pekerja Wanita .................................... 74

C. Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ......................... 77

1. Nasab Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ...................................... 77

2. Kelahiran dan Pertumbuhan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ... 77

3. Ilmu dan Pendidikan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ............... 79

4. Bidang-Bidang Aktivitas Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ........ 81

5. Aktivitas Politik Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ..................... 83

6. Karya-karya Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani ............................ 92

BAB IV ANALISIS HASIL PENELTIAN

A. Hukum Syariah ............................................................................... 96

B. Persyaratan Wanita Bekerja Shift Malam dalam Tinjauan Hukum

Islam dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI

Page 13: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

13

Nomor Per-04/Men/1989 ................................................................. 99

C. Batasan Syariah Terhadap Wanita bekerja dengan Pola Shift

Malam dalam Tinjauan Hukum Islam .......................................... 102

BAB V PENUTUP .......................................................................................... 115

A. Kesimpulan .................................................................................... 115

B. Saran .............................................................................................. 117

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 118

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1 Teknik Content Analysis 12

Tabel 2 Standar Internasional bagi Pekerja Malam 53

Tabel 3 Simulasi Penjadwalan 4 Grup 3 shift 57

Tabel 4 Simulasi Penjadwalan 3 Grup 3 shift 58

Tabel 5 Simulasi Penjadwalan 3 Grub 2 shift (long shift) 60

Tabel 6 Pekerja Kerja Malam Hari Dilihat dari Jam Kerja Menurut

Status Pernikahan 77

Tabel 7 Persyaratan Wanita Bekerja menurut hukum Islam dan

Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Per-04/Men/1989 89

Tabel 8 Rangkuman Fakta-Fakta Wanita Kerja Shift Malam Dalam

Tinjauan Hukum Islam 113

Page 14: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

14

ABSTRAKSI

Analisis Kritis terhadap jam kerja malam pada karyawan wanita dalam

tinjauan hukum Islam merupakan penelitian yang bertujuan untuk menganalisis

batasan-batasan wanita bekerja dan menjelaskan hukum wanita bekerja pada shift

kerja malam, dimana pemikiran Taqiyuddin An-nabhani sebagai tolak ukurnya

dan diperkuat dengan pandangan Fiqh klasik.

Dalam penelitian ini digunakan metode penelitian kualitatif, yang temuan-

temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan

lainnya. Penelitian dilakukan melalui studi literatur pada berbagai sumber data.

Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan komparasi antara fakta wanita

bekerja pada shift malam dan tinjauan hukum Islam. Hasil analisis selanjutnya

dideskripsikan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil bahwa wanita

bekerja pada shift malam dari segi faktanya tidak sesuai dalam hukum islam.

Sedangkan dari segi hukumnya haram, Keharaman ini hanya berlaku bagi seorang

pekerja wanita yang menimbulkan madharat/bahaya bagi kehormatan dan

agamanya. Namun tidak berlaku bagi pekerja wanita yang tidak mengalaminya.

Kemudian, diperoleh rekomendasi bahwa pekerjaan wanita hendaknya sesuai

dengan fitrah dan kemampuan fisiknya.

Kata Kunci : Wanita Bekerja dalam Syariah, Shift Kerja Malam.

BAB I

PENDAHULUAN

Page 15: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

15

A. Latar Belakang Masalah

Meski bukan sebuah fenomena yang baru lahir, akan tetapi permasalahan

mengenai wanita bekerja di ranah publik tampaknya masih terus menjadi

perdebatan hingga saat ini. Bagaimanapun, sebagian masyarakat masih

memandang keluarga yang ideal adalah suami bekerja di luar rumah dan isteri

di rumah dengan mengerjakan berbagai pekerjaan rumah tangga.1 Anggapan

negatif (stereotype) yang kuat di masyarakat masih menganggap idealnya

suami berperan sebagai pencari nafkah, dan pemimpin yang penuh kasih,

sedangkan istri menjalankan fungsi pengasuhan anak.2

Dalam rumah tangga, Allah memberikan peran bagi suami adalah

sebagai pemimpin rumah tangga dan wajib memimpin, melindungi dan

memberi nafkah kepada anggota keluarganya. Sedangkan peran istri sebagai

ibu dan pengatur rumah tangga yang bertanggug jawab mengatur rumah

tangganya di bawah kepemimpinan suami.3 Sebagaimana firman Allah yang

berbunyi:

Artinya: Suami itu pengayom bagi istri, karena Allah telah melebihkan

sebagian mereka atas sebagian yang lain, dan karena mereka telah

memberikan nafkah dari hartanya.(QS. Al-Nisa (4): 34)

Namun di sisi lain ada sebagian kelompok yang membuka pintu selebar-

lebarnya bagi seorang wanita untuk keluar rumah tanpa adanya ikatan dan

1 Amru Abdul Mun'in Salim, Sifat-sifat Istri Shalihah, Najla Press, Jakarta, 2005, hal. 141

2 Umi Sumbulah dkk, Spektrum Gender, UIN Press, Malang, 2008, hal. 2

3 Rahma Qomariyah, Wanita Dipersimpangan Jalan: Kepala Rumah Tangga Perempuan Atau Ibu

Rumah Tangga, http: hizbut-tahrir.or.id, diakses 13 Agustus 2012

Page 16: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

16

norma dan melepaskan pengawasan terhadapnya agar dia bisa berbuat sesuai

kehendaknya tanpa syarat dan batasan, sebagaimana keadaan wanita di Barat.4

Pada masa sekarang ini, wanita ikut berpartisipasi meningkatkan

kesejahteraan keluarga dengan cara bekerja merupakan hal biasa. Eksistensi

kaum wanita di abad ke-20 ini tidak hanya sebagai ibu rumah tangga, akan

tetapi juga dapat bekerja membantu suami meningkatkan penghasilan karena

tuntutan kebutuhan ekonomi keluarga. Wanita memiliki beberapa potensi yang

juga tidak kalah dibanding dengan kaum pria, baik dari segi intelektual,

kemampuan, maupun keterampilan.

Pekerja wanita atau buruh wanita yang bekerja di perusahaan saat

sekarang ini mengalami situasi dramatis. Situasi dilematis secara progresif

cenderung memiliki dampak "marginalisasi" dan "privatisasi" pekerjaan

wanita, serta mengkonsentrasikan di dalam bentuk pekerjaan pelayanan yang

tidak produktif. Kenyataan ini menimbulkan fenomena menurunnya posisi

kaum wanita dalam bidang pekerjaan.5

Fenomena wanita dalam bidang pekerjaan juga dikenal sebagai

"industrial redeployment", terutama terjadi melalui pengalihan proses produksi

di dalam industri manufaktur dari negara-negara maju ke negara-negara

berkembang. Pengalihan proses produksi yang meliputi transfer kapital,

teknologi, mesin-mesin, dan lingkungan kerja industrial barat ke negara-negara

sedang berkembang tersebut sebagaimana diketahui terutama terjadi di dalam

industri-industri tekstil, pakaian, dan elektronik. Akan tetapi, dikarenakan

komoditi industri-industri tersebut telah mencapai tingkat perkembangan lanjut

4Asyraf Muhammad Dawabah, Muslimah Karier (terj.), Mashun, Sidoarjo, 2009, hal. 2

5Iwan Prayitno, Wanita Islam Perubah Bangsa, Pustaka Tarbiatuna, Jakarta, 2003, hal. 185

Page 17: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

17

di dalam siklus produksi, hanya tenaga kasar dan tenaga setengah kasar yang

diperlukan di dalam pengalihan proses produksi dari negara-negara maju ke

negara-negara sedang berkembang. Termasuk Indonesia.6

Di dalam dunia usaha manusia tetap memegang peranan yang sangat

penting, karena manusia adalah sebagai pusat pelaksana dari segala kegiatan di

bidang usaha, baik itu usaha jasa maupun barang. Tetapi manusia akan lebih

memegang peranan penting di dalam bidang usaha jasa. Sebagai contohnya di

bidang manufaktur yang dewasa ini semakin berkembang. Seperti yang

diketahui saat ini bidang manufaktur di Indonesia sudah semakin maju dan

canggih. Seperti yang diketahui bahwa kemampuan kerja seseorang itu sangat

terbatas di mana banyak faktor yang membatasi kegiatan manusia, antara lain

fisik, daya pikir, pendidikan dan latihan, sikap, waktu, dan tempat.

Rutenfranz menyatakan adanya Shift kerja dan kelompok kerja juga dapat

berpengaruh terhadap manusia. Didalam dunia perusahaan oleh karena alasan

teknis, ekonomi maupun sosial, maka banyak dari perusahaan menerapkan

beberapa Shift kerja tambahan, yakni Shift kerja pagi, Shift siang dan malam.

Kondisi kerja dengan waktu yang berbeda tersebut sering menyebabkan

berbagai gangguan, seperti gangguan fisiologis (kualitas tidur rendah, kapasitas

fisik maupun mental turun, gangguan saluran pencernaan), gangguan

psikologis, sosial maupun gangguan performasi kerja. Sharpe menyatakan

bahwa pekerja pada shift malam memiliki resiko 28% lebih tinggi mengalami

cidera atau kecelakaan.7

6 Fauzi Ridzal, Dinamika Gerakan Wanita di Indonesia,Tiara Wacana, Yogyakarta, 2000, hal. 78

7 Sharpe, J, Shift work and long hours: risky business, Rock Product, January 2007, hal. 11

Page 18: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

18

Tarwaka mengatakan bahwa 63% pekerja menderita kelelahan akibat

pengaruh shift kerja yang dapat berakibat terjadi kecelakaan kerja.8 Sedangkan

menurut Manuaba kelelahan bersifat subjektif akibat shift kerja, yaitu tidak

dapat tidur siang, selera makan menurun, gangguan pencernaan, nyeri

lambung.9 Dan Grandjean sekitar 60–70% pekerja shift malam menderita

gangguan tidur.

Menurut Schultz shift kerja malam lebih berpengaruh negatif terhadap

kondisi pekerja dibanding shift pagi, karena pola siklus hidup manusia pada

malam hari umumnya digunakan untuk istirahat. Namun karena bekerja pada

shift malam maka tubuh dipaksa untuk mengikutinya. Hal ini relatif cenderung

mengakibatkan terjadinya kesalahan kerja, kecelakaan dan absentism. Pulat

mengatakan bahwa dampak shift kerja malam terutama gangguan irama tubuh

yang menyebabkan penurunan kewaspadaan, gangguan fisiologis dan

psikologis berupa kurang konsentrasi, nafsu makan menurun, penyakit jantung,

tekanan darah, stress dan gangguan gastrointestinal yang dapat meningkatkan

resiko terjadi kecelakaan kerja.

Kondisi seperti ini juga terjadi pada tenaga kerja Indonesia yang bekerja

shift malam baik pekerja laki-laki maupun wanita. Hal ini berdampak buruk

bagi kesehatan pekerja dan juga mempengaruhi kehidupan rumah tangganya.

Kasus ini juga terjadi di kota-kota industri seperti Bogor, Tanggerang, Bekasi

bahkan ibu kota Jakarta. Cerita salah satu pasien di bawah ini mungkin bisa

membantu memahami bagaimana waktu kerja bisa mempengaruhi tidurnya.

8 Tarwaka, Produktivitas dan Pemanfaatan Sumberdaya Manusia, Majalah Hiperkes dan

Keselamatan Kerja, Jakarta, XXI (4) dan XXII (1), 1999, hal. 29-32 9 Manuaba, A, Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Editor: Sritomo W dan Stefanus

E.W. Proceeding Seminar Nasional Ergonomi, Penerbit Guna Wijaya, Surabaya, 1999, hal. 1-4

Page 19: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

19

"Saya adalah seorang pekerja disuatu pabrik. Kerja saya kebanyakan

shift malam yang dimulai pukul 10 malam sampai pukul 6 pagi. Hal ini sudah

berlangsung hampir 5 tahun. Shift malam ini biasanya bergantian selang tiga

hari. Permasalahan tentang tidur saya mulai timbul mulai 3 tahun yang lalu.

Saya kesulitan tidur sepulang kerja shift malam. Ketika shift saya berganti ke

pagi hari juga saya sebaliknya tidak bisa tidur di malam hari. Sialnya walau

tidak bisa tidur saya kerap mengantuk dan sulit konsentrasi walaupun saya

tetap tidak bisa terlelap. Saya sudah mencoba beberapa obat tidur dari yang

dijual bebas sampai yang akhirnya diresepkan dokter tetapi tetap tidak banyak

membantu. Saya juga akhirnya menjadi mengalami kesulitan dalam hubungan

seksual karena tidak bergairah dan sulit terangsang". (Tuan A, Laki-laki, usia

50 tahun).10

Selain itu, gangguan tidur malam yang buruk selama enam kali berturut-

turut, juga dapat memicu timbulnya diabetes dan penyakit jantung.

Profesor Philippe Froguel dari Imperial College London mengatakan:

"Kontrol gula darah adalah salah satu dari banyak proses yang diatur oleh

jam biologis tubuh," katanya, Ahad (29/1).

Salah satu jam biologis tubuh adalah tidur. Terganggunya proses tidur itu

akan berdampak pada kontrol gula darah.11

Berdasarkan latar belakang inilah, penulis terdorong untuk menyusun

skripsi ini, sehingga mengambil judul “Wanita Bekerja Dengan Pola Shift

Malam Dalam Tinjauan Hukum Islam”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis menyusun rumusan masalah skripsi sebagai berikut:

1. Bagaimana batasan-batasan wanita bekerja dalan tinjauan Islam?

2. Bagaimana hukum wanita bekerja pada shift malam dalam Tinjauan Hukum

Islam?

10

Andri, gangguan tidur akibat shift kerja, http:health.detik.com, diakses 30 Oktober 2012 11

Waspada Serangan Jantung di Usia Muda, http:www.kabar6.com, diakses 30 Oktober 2012

Page 20: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

20

C. Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam skripsi ini lebih fokus dan memperoleh hasil

yang lebih baik serta berkualitas, maka penelitian ini lebih dititik beratkan pada

“Batasan dan hukum wanita bekerja pada shift malam dalam Tinjauan Hukum

Islam”. Dimana pemikiran taqiyuddin an-nabhani sebagai tolak ukurnya dan

diperkuat dengan pendapat fiqh klasik.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menjelaskan batasan-batasan wanita bekerja dalam Tinjauan Hukum

Islam

2. Menjelaskan mengenai hukum wanita bekerja pada jam kerja malam (shift

night) dalam Tinjauan Hukum Islam

E. Manfaat Penelitian

Peneliti pasti mengharapkan hasil penelitiannya mempunyai manfaat

tertentu bagi dirinya sendiri pada khususnya dan bagi orang lain pada

umumnya. Manfaat penelitian ini yaitu :

1. Secara teoritis

Dapat menambah khazanah keIslaman tentang wanita yang bekerja di

ranah publik dalam hukum Islam maupun pandangan manajemen

Page 21: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

21

sumberdaya manusia islami, serta dapat dijadikan bahan referensi bagi

penelitian yang sejenis dengannya di masa yang akan datang.

2. STEI Hamfara

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah-satu sumber

referensi dan masukan pemikiran baik untuk kalangan akademisi khususnya

STEI Hamfara, praktisi maupun mahasiswa serta dijadikan bahan

pertimbangan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang terkait dengan

wanita yang bekerja di sektor publik dengan pola shift malam.

3. Penulis

Melalui penelitian ini, penulis diharapkan dapat memperoleh

pengetahuan dan pemahaman yang lebih mendalam tentang fakta yang

diteliti, dalam hal ini adalah mengenai tinjauan hukum Islam tentang wanita

bekerja dengan pola shift malam.

4. Pihak Lain

Membantu menyumbangkan pemahaman yang berkaitan dengan

konsep ekonomi Islam sehingga dapat menambah khasanah keilmuan

khususnya bagi pengembangan ekonomi Islam.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Page 22: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

22

Penelitiant ini merupakan penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif

(deskriptive research). Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

menghasikan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai atau diperoleh

melalui prosedur-prosedur statistik atau dengan cara-cara lain dari

kuantifikasi (pengukuran). Selanjutnya, penelitian kualitatif dipilih karena

kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode

kualitiatif dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena

yang sulit diungkapkan oleh metode kuantitatif.12

2. Desain Penelitian

Sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad dari Kerlinger, desain

penelitian merupakan rencana dan struktur penyelidikan yang dibuat

sedemikian rupa agar diperoleh jawaban atas pertanyaan-pertanyaan

penelitian. Rencana ini merupakan program menyeluruh dari penelitian.

Suatu desain penelitian menyatakan baik struktur masalah penelitian

maupun rencana penyeledikan yang akan dipakai untuk memperoleh bukti

empiris mengenai hubungan-hubungan dalam masalah.13

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan oleh penulis adalah

penelitian deskriptif yaitu, penelitian yang bertujuan menguraikan sifat-sifat

atau karakteristik dari suatu fenomena tertentu.

a) Tahap Deskriptif

Tahap Deskriptif yang dilakukan pada penelitian ini adalah

tahapan pengkajian yang dilakukan dengan pendekatan fenomenologis.

12

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung,

2009 13

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, Rajawali Press,

Jakarta, 2008.

Page 23: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

23

Menurut Muhadjir Sebuah penelitian yang menggunakan pendekatan

fenomenologis menuntut dilakukannya pendekatan yang bersifat holistik,

mendudukkan obyek penelitian dalam konstruksi ganda, melihat

obyeknya dalam satu konteks natural, bukan parsial. Fenomenologis

menuntut bersatunya subyek peneliti dengan obyek penelitian. Untuk

menghasilkan gambaran yang tepat tentang fenomena antropologis,

peneliti menggunakan pendekatan induktif, dalam lingkup yang tidak

terlalu luas, fleksibel dan kontekstual.14

b) Tahap komparatif

Pendekatan yang digunakan pada tahap analitik ini adalah dengan

pendekatan analisis komparatif. Setelah mendeskripsikan obyek

penelitian, maka tahap selanjutnya adalah menganalisis objek penelitian

yang telah dideskripsikan sesuai dengan pembahasan masalah pada

penelitian ini. Menurut Utomo Analisis yang digunakan dengan

menggunakan analisis komparatif, yaitu suatu penelitian yang bersifat

membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian varabel

mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang

berbeda.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam pnelitian ini adalah data sekunder.

Data sekunder adalah data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi

yang di keluarkan oleh pihak yang berwenang, yang berupa buku literatur,

jurnal ilmiah, internet, dan sumber lain yang berhubungan dengan masalah

14

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung,

2009, hal. 65

Page 24: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

24

yang di teliti.15

Data ini diperoleh penulis antara lain dari literatur-literatur

yang mendukung, dengan melakukan pengumpulan bahan-bahan dari

berbagai perpustakaan dengan data tekstual. Data sekunder dalam penelitian

ini diantaranya adalah buku-buku karya Taqiyuddin An-Nabhani seperti

Membangun Sistem Ekonomi alternatif perspektif Islam, Sistem Ekonomi

Islam, An-Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam, Asy Syakhshiyah al Islamiyah

jilid 1, Asy Syakhshiyah al Islamiyah jilid 3, serta buku-buku lain yang

berkaitan dengan penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan adalah metode

dokumentasi. Dokumentasi berasal dari kata dokumen, yang artinya

barang-barang tertulis. Di dalam melaksanakan metode dokumentasi

peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti catatan, transkrip, buku,

surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan

sebagainya.16

Dokumen telah lama digunakan dalam penelitian sebagai sumber data

karena dalam banyak hal dokumen sebagai sumber data dimanfaatkan

sebagai alat untuk menguji, menafsirkan, bahkan untuk meramalkan.

Dokumen ini sesuai untuk digunkan dalam penelitian kualitatif karena

sifatnya alamiah dan sesuai dengan konteks yang ada.17

15

Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian Untuk Ekonomi dan Bisnis. UPP

AMPYKPN, 1999, hal. 76 16

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan dan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta,

2006, cet. XIII, hal. 231 17

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi, ROSDA, Bandung, 2007, hal.

217

Page 25: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

25

Dalam penelitian ini, dokumen-dokumen yang digunakan adalah

berupa buku-buku yang terkait dengan permasalahan perempuan yang

bekerja di sektor publik terutama pada shift malam.

5. Teknik Analis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data

ke dalam pola, kategori dan suatu uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh

data18

.

Penelitian deskriptif yaitu penelitian berusaha untuk menuturkan

pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan,

menganalisis dan menginterpretasi data.19

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan pendekatan analisis

isi (content analisis) adalah teknik penelitian untuk membuat inferensi-

inferensi yang dapat ditiru (replicable), dan sahih data dengan

memerhatikan konteksnya.20

Secara lebih jelas, alur analisis dengan

menggunakan Teknik Content Analysis seperti pada tabel berikut:

Tabel: 1 teknik content analysis

18

Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000. 19

Narbuko Cholid, Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2003, hal. 44 20

Burhan Bugin, penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan ilmu social

lainnya, kencana, Jakarta, ed. 1, cet. 4, 2010, hal. 159

Menemukan

lambang/simbol

Klasifikasi data

berdasarkan

lambang/simbol

Prediksi/

menganalis

data

Page 26: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

26

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menjabarkan tentang fakta-fakta wanita bekerja dengan pola shift malam

dan konsep mempekerjakan wanita pada malam hari yang diperoleh dari

data sekunder. Kemudian menganalisa data yang telah diperoleh dalam

Tinjauan Islam serta mencoba mengggali dasar hukum kasus pekerja

wanita dengan pola shift malam. Langkah akhir adalah penarikan

kesimpulan dari pembahasan yang telah diuraikan.

G. Sistematika Pembahasan

Agar memperoleh penulisan penelitian yang sistematis dan konsisten,

penulisan penelitian ini terdiri dari lima bab dan beberapa sub bab. Adapun

penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan gambaran umum mengenai sistematika

penulisan secara menyeluruh. Dimulai dengan penjelasan latar

belakang masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian dan

sistematika penulisan hasil penelitian.

BAB II. LANDASAN TEORI

Page 27: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

27

Bab ini menguraikan teori-teori yang digunakan untuk mendukung

penelitian agar didapat gambaran yang jelas tentang kedudukan

wanita dan aktivitas wanita bekerja dalam syariah, aqad kerja

dalam tinjauan syariah serta shift kerja. Adapun sumber teori-teori

adalah berasal dari berbagai buku referensi, internet dan sumber

lainnya yang dianggap representative sebagai pengayaan teori

penelitian.

BAB III. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum kondisi pekerja

wanita pada shift sebagai acuan penelitian.

BAB IV. ANALISIS DATA

Dalam Bab ini akan membahas tentang persyaratan wanita bekerja

menurut peraturan mentri dan Tinjauan Hukum Islam, Batasan-

batasan wanita bekerja shift malam dan menggali hukum wanita

bekerja shift malam menurut Tinjauan Islam, disajikan pembahasan

secara analisis untuk menemukan jawaban dari rumusan

permasalahan yang telah penulis susun dan dianalisis menurut

pendapat syaikh Taqiyuddin An-Nabhani sebagai tolak ukurnya.

BAB V. PENUTUP

Bab ini merupakan perumusan terakhir dari keseluruhan isi skripsi

yang diwujudkan dalam bentuk kesimpulan dari pembahasan

Page 28: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

28

penelitian, kemudian dilanjutkan dengan saran-saran serta harapan

penulis atas terselesaikannya skripsi ini.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kedudukan Wanita dalam Syariah

Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani menjelaskan dalam bukunya “peraturan

hidup dalam islam” bahwa Berbagai hak, kewajiban dan taklif syariah ada

kalanya terkait dengan karakter wanita dengan predikatnya sebagai wanita, dan

terkait dengan posisinya di dalam suatu komunitas (jamaah), atau

keberadaannya di dalam masyarakat.21

21

Taqiyuddin An-Nabhani, sistem pergaulan dalam islam (terj), Hizbut Tahrir Indonesia, Jakarta,

2007, hal. 124

Page 29: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

29

Imam al-Bukhârî mengeluarkan hadits dari jalur ’Uqbah bin al-Hârits, ia

berkata:

“Aku menikahi seorang wanita, lalu datang seorang wanita dan berkata:

“Sesungguhnya aku Allah SWT telah menetapkan bekerja untuk mencari

nafkah sebagai kewajiban bagi pria. Sebaliknya, bekerja untuk mencari nafkah

bukan merupakan kewajiban bagi wanita, tetapi hanya sekadar mubah (boleh)

saja. Jika dia menghendaki, dia boleh melakukannya; jika dia tidak

menghendakinya, dia boleh untuk tidak melakukannya”.

Allah SWT berfirman:

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut

kemampuannya.” (TQS ath-Thalâq [65]: 7).

Dan Allah SWT juga berfirman:

“Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu.”

(TQS al-Baqarah [2]: 233)

Jadi Allah menetapkan bekerja mencari nafkah sebagai kewajiban bagi

pria. Islam telah menetapkan bahwa urusan kepemimpinan (qawwâmah) adalah

diperuntukkan bagi pria atas wanita. Islam menetapkan para suami memiliki

hak kepemimpinan, mengeluarkan perintah dan larangan.

Allah SWT berfirman:

“Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena

Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang

lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari

harta mereka, sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah

lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah

memelihara (mereka).Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka

nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan

pukullah mereka. Kemudian jika mereka menta`atimu, maka janganlah kamu

mencari-cari jalan untuk menyusahkannya Sesungguhnya Allah Maha Tinggi

lagi Maha Besar.” (TQS an-Nisâ’[4]: 3) ”.

Allah SWT telah menjelaskan bahwa kepemimpinan dalam rumah tangga

adalah bagi kaum pria, karena Allah SWT telah menetapkan berbagai

tambahan taklif kepada mereka, seperti pemerintahan, imamah shalat,

Page 30: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

30

perwalian dalam pernikahan dan hak menjatuhkan talak ada di tangan kaum

pria.

Allah SWT berfirman:

“…oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (lakilaki)

atas sebahagian yang lain (wanita).” (TQS an-Nisâ’ [4]: 3).

Kepemimpinan tersebut juga dikarenakan berbagai beban yang telah

digantungkan oleh Allah di pundak kaum pria berupa taklif nafkah dalam

bentuk mahar, makanan, pakaian dan tepat tinggal. Hal itu sebagaimana Allah

berfirman:

“Dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta

mereka.” (TQS an-Nisâ’ [4]: 3)

Sebagaimana Allah SWT juga telah menetapkan adanya hak bagi seorang

suami untuk mendidik istrinya dengan cara memberi nasihat yang baik,

memisahkannya di tempat tidur, atau memukulnya dengan pukulan yang tidak

menyakiti (melukai) menurut dosa (pelanggaran) yang memerlukan pendidikan

itu. Hal itu dilakukan jika si istri melakukan nusyuz atau bermaksiat kepada

(melanggar perintah) suaminya, dan melakukan penentangan terhadap suami.

Sebaliknya, Allah SWT telah menetapkan bahwa hak mengasuh anak

yang masih kecil baik laki-laki atau perempuan ada ditangan wanita, sementara

kaum pria dilarang dari hal itu. Allah SWT juga telah menetapkan bahwa

wanita berhak untuk mengambil sendiri nafkah anak kecil (dari harta ayahnya)

jika si ayah mereka menelantarkan mereka atau berlaku kikir terhadap mereka;

sementaradalam kondisi semacam ini, pria dilarang untuk melakukannya.

Dalam konteks ini, Hindun pernah mendatangi Rasulullah SAW, lalu berkata:

“Ya Rasulullah, sungguh Abû Sufyân seorang pria yang sangat pelit. Ia

tidak memberikan nafkah yang cukup bagi diriku dan anakku”. Maka

Page 31: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

31

Rasulullah SAW bersabda: “Ambil saja olehmu apa yang mencukupi untuk

dirimu dan anakmu secara makruf”. (Muttafaq ‘alayh dari jalur ‘Aisyah)

Dalam kondisi semacam ini, seorang qâdhî (hakim) akan memaksa sang

suami untuk menyerahkan nafkah kepada istrinya dan menetapkan bagi si isteri

hak untuk mengelola langsung nafkah untuk diri dan anak-anaknya itu, dan

sebaliknya Qadhi akan menolak pengelolaan nafkah tersebut oleh si suami.22

B. Aktifitas Wanita Bekerja Perspektif Fiqh Klasik dan Pemikiran

Taqiyuddin An-Nabhani

1. Perspektif Fiqh Klasik

Kaum muslimin sepakat bahwa perkawinan merupakan salah satu

sebab yang mewajibkan pemberian nafkah, seperti halnya dengan

kekerabatan. Nafkah atas istri ditetapkan nashnya dalam surat sebagai

berikut23

:

“Dan kewajiban ayah adalah memberi makanan dan pakaian kepada

para ibu dengan cara yang ma’ruf.”(Q.S. Al-Baqarah:233)

Yang dimaksud para ibu di sini adalah istri-istri, sedangkan yang

dimaksud ayah adalah suami-suami. Para ulama madzhab telah sepakat

bahwa pemberian nafkah terhadap istri hukumnya adalah wajib.24

Seorang

perempuan (istri) dilarang untuk keluar rumah tanpa adanya izin dari pihak

laki-laki (suami).25

22

Ibid, hal. 130-132

23Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Madzhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki, Syafi’I, Hambali,

(terj), PT Lentera Basritama , Jakarta, 2001, cet. VII, hal. 400 24

Ibid, hal. 401 25

Husain Matar, Al-Targhib wa Al-Tarhib, Al-Hidayah, Surabaya, hal. 85

Page 32: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

32

Sejalan dengan hal tersebut, tanggung jawab kehidupan rumah tangga

terletak pada pundak seorang suami. Tanggung jawab tersebut khususnya

yang berkaitan dengan permasalahan pencarian nafkah, perlindungan

keamanan, dan hubungan keluar. Di dalam literatur-literatur klasik,

memandang bahwa itu mutlak menjadi tanggung jawab suami, sekalipun

seandainya sang istri adalah orang yang kaya raya.26

Hambali menyatakan bahwa, apabila seorang istri mengurung diri

terhadap suaminya dengan maksud agar si suami memenuhi nafkah atau

maharnya, maka bila sang suami tidak mampu memenuhi kewajiban-

kewajiban materilnya, maka kewajiban memberikan nafkah menjadi

gugur.27

Oleh karenanya sang istri tidak berhak menuntut suami untuk

memenuhi kebutuhannya dan dia dapat membantu sang suami untuk

memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Di dalam al-Qur’an disebutkan

bahwa:

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesulitan, maka berilah

tangguh sampai dia berkelapangan”.(Q.S. Al-Baqarah:280)

Hanafi menegaskan bahwa, jika seorang istri adalah seorang wanita

pekerja dan tidak menetap di rumah, maka dia tidak berhak atas nafkah

manakala suaminya memintanya untuk menetap di rumah akan tetapi

istrinya tidak menurutinya. Pendapat ini sejalan dengan pendapat yang

ditegaskan oleh madzhab-madzhab lainnya yang menyatakan

ketidakbolehan istri keluar rumah tanpa izin suaminya.28

26

Sa’di Abu Habib, Ensiklopedi Ijma’: Persepakatan Ulama Dalam Hukum Islam (terj), Pustaka

Firdaus, Jakarta, 1987, hal. 454 27

Muhammad Jawad Mughniyah, op.Cit, hal. 405 28

Ibid, hal. 426

Page 33: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

33

Bahkan Syafi’i dan Hambali lebih menegaskan bahwa, jika istri keluar

rumah dengan izin suami tapi demi kepentingannya sendiri, maka gugurlah

hak nafkah bagi sang istri tersebut. Serta jika seorang suami meminta

kepada istrinya untuk meninggalkan pekerjaannya, dan sang istri tidak

memenuhi permintaannya, maka sang istri juga tidak berhak atas nafkah

suami.29

Di dalam Q.S al-Ahzab: 33 disebutkan

“Dan tetaplah kamu di rumah kamu”. (Q.S. Al-Ahzab:33)

Al-Qurthubi-pakar tafsir dalam bidang hukum- (w. 671 H) menulis,

sebagaimana yang dikutip oleh Quraish Shihab, antara lain:

“Makna ayat di atas adalah perintah untuk menetap di rumah.

Walaupun redaksi ayat ini ditujukan kepada istri-istri Nabi, akan tetapi

selain dari mereka juga tercakup dalam perintah tersebut. Agama dipenuhi

oleh tuntunan agar wanita-wanita tinggal di rumah dan tidak keluar rumah

kecuali dalam keadaan darurat”.30

Di dalam dunia politik, disebutkan bahwa, dunia peran pada dasarnya

dibedakan ke dalam dua bagian.31

Pertama, wilayah publik (al-wilâyah al-

âmmah) dan yang kedua, wilayah domestik (al-wilâyah al-khâshshah).

Wilayah publik meliputi urusan-urusan sosial kemasyarakatan, seperti

penyusunan undang-undang, melakukan proses rekonsiliasi terhadap

konflik-konflik yang terjadi pada masyarakat umum, menjalankan

pemerintahan dan sebagainya. Wilayah ini menjadi kekuasaan kaum laki-

laki. Sedangkan wilayah khusus meliputi tugas-tugas rumah tangga,

29

Ibid, hal.426 30

Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol. 11, Lentera

hati , Jakarta, 2003, cet. I, hal. 266 31

Syafiq Hasyim, Hal-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuanan Dalam Islam:

Sebuah Dokumentasi, Mizan, Bandung, 2001, hal. 191

Page 34: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

34

mendidik anak, dan tugas-tugas yang bersifat internal, seperti wasiat kepada

anak dan mengurus harta suami di rumah menjadi tugas kaum perempuan.32

Berdasarkan pandangan tersebut, Islam telah menentukan peran

perempuan dalam wilayah khusus (domestic role). Menurut mereka, secara

historis sejak kelahirannya, Islam tidak pernah menyandarkan urusan publik

ke pundak perempuan. Sejak masa kenabian, tak satu pun perempuan yang

terlibat secara langsung ke dalam kegiatan-kegiatan politik.33

Salah satu landasan argumentasi yang digunakan adalah berdasarkan

ijma’. Dalam ijma’ telah disepakati bahwa pengalaman praktik Islam dalam

masa Nabi SAW, masa khalîfah, serta generasi sesudahnya tidak pernah

mengajak perempuan untuk terlibat dalam menyelesaikan urusan politik.

Memang, pada masa Rasulullah banyak perempuan yang cemerlang dalam

peradaban maupun pemikiran, seperti istri-istri Rasul, tetapi mereka tidak

pernah bergabung dalam urusan politik. Mereka juga tidak pernah diajak

untuk terjun ke dalamnya.34

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa, dalam pandangan

literatur klasik, seorang perempuan yang telah bersuami, dapat bekerja atau

beraktivitas di luar rumah jika dengan izin sang suami ataupun sang suami

memang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan nafkah sang istri. Akan

tetapi pekerjaan yang digeluti oleh seorang perempuan tidak boleh

merambah dunia politik.

2. Pemikiran Taqiyuddin An-Nabhani

32

Salah satu ulama yang mendukung pendapat ini adalah Imam al-Ghazali. 33

Syafiq Hasyim, Op.Cit, 191 34

Taqiyuddin An- Nabhani, sistem pergaulan dalam islam (terj), Hizbut Tahrir Indonesia, Jakarta,

2007Ibid, hal. 192

Page 35: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

35

Watak pandangan Islam secara yuristik telah menetapkan aktivitas-

aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kedudukannya sebagai

manusia, ada kalanya sebagai sesuatu yang mubah baik bagi kaum pria

maupun kaum wanita, tanpa membedakan keduanya ataupun

mendiskriminasi salah satunya dari yang lain. Atau menetapkan aktivitas-

aktivitas itu sebagai sesuatu yang wajib, haram, makruh, atau mandûb

(sunnah), tanpa ada pembedaan atau diskriminasi.

Adapun berbagai aktivitas yang dilakukan oleh laki-laki dengan

predikatnya sebagai laki-laki seiring dengan karakter kemanusiaannya, atau

yang dilakukan oleh perempuan dengan predikatnya sebagai perempuan seiring

dengan karakter kemanusiaannya, maka sungguh syara’ telah memisahkannya

di antara keduanya dan membedakannya terkait dengan masing-masing dari

keduanya, baik ditinjau dari sisi wajib, haram, makruh, mandûb (sunah), atau

pun mubah. Dari sinilah, kita menemukan bahwa pemerintahan dan kekuasaan

telah ditetapkan oleh syariah sebagai hak laki-laki dan bukan bagi perempuan.

Sebaliknya, pengasuhan anak baik anak laki-laki atau anak perempuan,

ditetapkan sebagai hak kaum wanita saja, dan bukan hak kaum pria. Karena itu,

merupakan keniscayaan untuk menyerahkan berbagai aktivitas yang berkaitan

dengan perempuan dengan predikatnya sebagai perempuan kepada kaum

wanita. Juga merupakan keniscayaan, menyerahkan berbagai aktivitas yang

berhubungan dengan laki-laki dengan sifatnya sebagai laki-laki kepada kaum

pria. Allah SWT sebagai Zat yang telah menciptakan laki-laki dan perempuan

adalah pihak yang paling mengetahui apakah sesuatu itu termasuk urusan laki-

laki atau urusan perempuan. Karena itu, kita harus berhenti pada batas hukum-

Page 36: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

36

hukum yang telah disyariatkan-Nya dan tidak melampauinya, baik hukum-

hukum itu bagi pria saja atau wanita saja, atau bagi manusia secara umum

tanpa memperhatikan posisinya sebagai pria atau wanita. Sebab, Allah SWT

adalah pihak yang paling mengetahui apa yang paling layak bagi manusia.

Dengan demikian, upaya-upaya akal untuk menghalangi wanita dari

melakukan berbagai aktivitas dengan alasan aktivitas itu tidak termasuk urusan

wanita, atau upaya akal untuk menyerahkan berbagai aktivitas kepada wanita

yang semestinya khusus untuk pria, dengan anggapan bahwa penyerahan itu

demi memberikan persamaan kepada wanita dan merealisasikan keadilan di

antara pria dan wanita, semua upaya itu merupakan upaya yang telah

melampaui batasan syara’, termasuk tindakan yang sama sekali salah dan

menyebabkan kerusakan.

Syariah Islam telah menetapkan bahwa wanita adalah seorang ibu dan

pengatur rumah tangga (ummun wa rabbah al-bayt). Untuk itu, syariah Islam

telah mendatangkan bagi wanita seperangkat hukum yang berkaitan dengan

kehamilan, kelahiran (wilâdah), penyusuan (radhâ‘ah), pengasuhan

(hadhânah), ataupun berkaitan dengan masalah ‘iddah. Semua itu sedikitpun

tidak ditetapkan bagi pria. Karena hukum-hukum tersebut memang hanya

berhubungan dengan perempuan dalam kedudukannya sebagai perempuan.

Maka, syara’ telah memberikan kepada wanita tanggung jawab terhadap anak

mulai dari hamil, kelahiran, penyusuan, dan pengasuhan. Aktivitas-aktivitas

tersebut merupakan aktivitas wanita yang paling penting dan tanggungjawab

yang paling besar bagi seorang wanita.

Page 37: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

37

Dari sini dapat dikatakan bahwa, aktivitas pokok bagi seorang wanita

adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga (ummun wa rabbah al-bayt).

Sebab, di dalam aktivitas tersebut terdapat rahasia kelangsungan jenis manusia.

Dan karena aktivitas-aktivitas tersebut telah dikhususkan bagi wanita, dan tidak

diberikan sedikit pun kepada pria.

Atas dasar ini, harus sudah menjadi sesuatu yang jelas dan gamblang

bahwa betapapun banyak aktivitas yang disandarkan kepada wanita dan

betapapun berbagai taklif yang dibebankan kepada wanita, maka yang wajib

menjadi aktivitas pokoknya adalah aktivitas keibuan (al-umûmah/motherhood)

dan aktivitas pendidikan anak-anak. Karena itu, kita jumpai syariah Islam telah

memperbolehkan wanita untuk berbuka pada siang hari bulan pada Ramadan

sementara ia sedang mengandung atau menyusui. Syara’ juga telah

menggugurkan kewajiban shalat dari wanita pada saat mereka sedang haidh

atau nifas. Syara’ pun telah melarang pria untuk bepergian bersama anaknya

selama ibunya masih mengasuh anak itu. Semua itu dalam rangka untuk

menyempurnakan aktivitas pokoknya selaku wanita, yaitu sebagai ibu dan

pengatur rumah tangga (ummun wa rabbah al-bayt).

Hanya saja, keberadaan aktivitas pokok wanita sebagai ibu dan pengatur

rumah tangga itu tidak berarti bahwa aktivitas wanita hanya dibatasi pada

aktivitas tersebut dan dilarang melakukan aktivitas-aktivitas lainnya.

Melainkan maknanya adalah bahwa Allah SWT telah menciptakan wanita agar

pria cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan agar pria (suaminya) bisa

memperoleh keturunan dan anak darinya. Allah SWT berfirman:

Page 38: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

38

“Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan

menjadikan bagimu dari isteri-isteri kamu itu, anak anak dan cucu-cucu.”

(TQS an-Nahl [16]: 72)

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan

untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa

tenteram kepadanya” (TQS ar-Rûm [30]: 21)

Akan tetapi, dalam waktu yang sama, Allah SWT juga telah menciptakan

wanita agar ia melakukan aktivitas di kehidupan umum, sebagaimana ia

melakukan aktivitas di kehidupan khusus. Maka Allah SWT telah mewajibkan

atas wanita untuk mengemban dakwah dan menuntut ilmu tentang apa yang

menjadi keharusan dari aktivitasaktivitas kehidupannya. Allah SWT juga telah

memperbolehkan seorang wanita untuk melakukan transaksi jual-beli, kontrak

kerja (ijârah), dan perwakilan (wakâlah). Di sisi lain, Allah SWT telah

mengharamkan wanita untuk berdusta, bertindak curang, dan berkhianat.

Sebagaimana semua itu telah diwajibkan, diperbolehkan, atau diharamkan

kepada pria.

Allah SWT juga telah menetapkan bahwa wanita boleh menekuni

aktivitas pertanian, industri, perdagangan. Ia juga boleh melakukan berbagai

transaksi (akad), memiliki setiap jenis kepemilikan yang dibolehkan, dan

mengembangkan hartanya. Wanita pun boleh untuk melakukan sendiri

berbagai urusannya di tengah kehidupan. Ia boleh menjadi pesero dalam suatu

syirkah (perseroan), menjadi pegawai, mempekerjakan orang, menyewakan

sesuatu atau melakukan semua bentuk muamalat lainnya. Semua itu

berdasarkan keumuman seruan Allah SWT dan tidak adanya larangan khusus

yang ditujukan bagi wanita.

Page 39: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

39

Hanya saja, wanita tidak boleh menduduki jabatan pemerintahan. Maka

ia tidak boleh menjadi kepala negara (Khalifah), mu‘âwin (pembantu)

Khalifah, Wali (gubernur), ‘âmil (setara walikota/bupati), atau jabatan apa saja

yang termasuk pemerintahan (kekuasaan). Hal itu didasarkan kepada apa yang

telah diriwayatkan dari Abû Bakrah, ia menuturkan:

“ketika sampai berita kepada Rasulullah SAW bahwa penduduk Persia

telah mengangkat putri Kisra sebagai ratu mereka, beliau lalu bersabda:

“Tidak akan pernah beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka

kepada seorang wanita.” (HR al-Bukhârî)

Hadits ini secara gamblang melarang wanita untuk memegang urusan

pemerintahan yaitu ketika mencela orang-orang yang menyerahkan urusan

mereka kepada wanita. Waliyul-Amri (pemegang urusan pemerintahan) tidak

lain adalah penguasa (pemerintah).

Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul

(Nya), dan ulil amri di antara kamu.” (TQS an-Nisâ’ [4]: 59)

Jadi, kekuasaan pemerintahan tidak boleh diserahkan kepada kaum

wanita. Selain urusan (kekuasaan) pemerintahan, wanita boleh memegang

(menjabat)-nya. Atas dasar ini, wanita boleh diangkat sebagai pegawai negara,

karena pekerjaan semacam itu tidak termasuk urusan pemerintahan, melainkan

termasuk kontrak kerja (ijârah). Pegawai pada hakikatnya adalah pekerja

khusus yang bekerja kepada pemerintah. Statusnya sama seperti pekerja yang

bekerja kepada seseorang atau suatu perusahaan. Wanita juga boleh menangani

urusan peradilan (menjabat sebagai qâdhî atau hakim), karena seorang qâdhî

bukanlah pemerintah (penguasa). Ia hanyalah orang yang memutuskan

Page 40: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

40

persengketaan di antara anggota masyarakat dan memberitahukan hukum

syara’ yang bersifat mengikat kepada pihak-pihak yang bersengketa.35

Dilihat dari aktivitas Sistem Pergaulan Islam (an-Nizhâm al-Ijtimâ’iy fî

al-Islâm) seorang Muslim, baik pria maupun wanita, wajib terikat dengan

hukum-hukum syara’ secara keseluruhan, supaya tidak terjadi kontradiksi

dalam diri seseorang sehingga pada akhirnya menampakkan adanya

pertentangan di antara hukum-hukum.36

Akidah Islam mengharuskan setiap Muslim untuk menerapkan seluruh

hukum Islam terhadap dirinya. Islam juga telah mensyariatkan hukum-hukum

yang meliputi pelaksanaan perbuatan secara positif (berupa perintah) atau pun

negatif (berupa larangan). Hukum-hukum tersebut dapat memelihara setiap

Muslim, baik pria ataupun wanita, sehingga mereka tidak keluar dari nilai-nilai

yang mulia.

Hukum-hukum tersebut juga bisa menjadi perisai bagi mereka, sehingga

mereka tidak tergelincir ke dalam pandangan yang bersifat seksual semata

tatkala mereka berada dalam suatu komunitas (jamaah) di tengah masyarakat.

Hukum-hukum tersebut banyak jumlahnya. Di antara hukum yang terkait

dengan pelaksanaan berbagai aktivitas secara positif (berupa perintah), adalah:

a. Islam telah memerintahkan baik kepada laki-laki maupun wanita agar

menundukkan pandangannya serta memelihara kemaluannya. Allah SWT

berfirman:

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: “Hendaklah

mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang

demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha

Mengetahui apa yang mereka perbuat”. Katakanlah kepada wanita yang

35

Ibid, hal. 135-139

36Ibid,

hal. 156

Page 41: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

41

beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara

kemaluannya.” (TQS an-Nûr [24]: 30-31)

Menahan (menundukkan) pandangan yang dilakukan oleh setiap pria

maupun wanita merupakan perlindungan yang hakiki bagi mereka masing-

masing. Perlindungan subyektif (internal) itu akan menghalanginya

sehingga tidak terjatuh ke dalam perkaraperkara yang diharamkan. Sebab,

mata merupakan sarana vital ke arah perbuatan-perbuatan yang terlarang itu.

Saat pandangan ditundukkan, saat itu juga kemungkaran telah dicegah.

b. Islam telah memerintahkan kepada kaum pria dan wanita agar bertakwa

kepada Allah SWT. Allah SWT berfirman:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan

katakanlah perkataan yang benar.” (TQS al-Ahzâb [33]: 70)

“Dan bertakwalah kamu (hai isteri-isteri Nabi) kepada Allah.

Sesungguhnya Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.” (TQS al-Ahzâb

[33]: 55)

c. Islam telah memerintahkan kepada kaum pria dan kaum wanita agar

menjauhi tempat-tempat syubhat (meragukan) dan agar bersikap hati-hati

sehingga tidak tergelincir ke dalam perbuatan maksiat kepada Allah.

Islam juga memerintahkan kepada pria maupun wanita untuk

menjauhi tempat manapun, dan untuk tidak melakukan aktivitas apapun

serta untuk tidak berada di dalam kondisi apa pun yang di dalamnya

terdapat perkara syubhat, supaya mereka tidak terjerembab ke dalam

perbuatan yang haram. Rasulullah SAW bersabda:

“Sesungguhnya perkara yang halal telah jelas dan perkara yang

haram pun telah jelas. Akan tetapi, di antara keduanya terdapat perkara

yang syubhat di mana banyak orang tidak mengetahuinya. Barangsiapa

yang menjauhi perkara-perkara yang syubhat, sesungguhnya ia telah

menjaga agama dan dirinya. Sebaliknya, barangsiapa yang terjatuh ke

dalam perkara syubhat, berarti ia telah terjatuh ke dalam yang haram.

Demikianlah, sebagaimana seorang penggembala yang menggembalakan

Page 42: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

42

gembalaannya di seputar hima, hampir-hampir ia terjatuh ke dalamnya.

Ketahuilah, setiap raja memiliki hima, dan hima Allah adalah apa yang

diharamkan- Nya.” (HR Muslim dari jalur an-Nu’mân bin Bisyir).

Perkara syubhat di sini bisa terjadi dalam tiga keadaan. Pertama,

syubhat (kesamaran) yang ada pada sesuatu, apakah hukumnya haram

ataukah mubah; atau syubhat (kesamaran) tentang suatu perbuatan, apakah

hukumnya wajib, haram, makruh, mandûb, ataukah mubah. Adanya syubhat

(kesamaran) tentang deskripsi sesuatu atau tentang hukum suatu perbuatan,

maka seseorang tidak boleh mengambil atau melakukan perbuatan itu

sampai jelas hukum syara’ tentangnya. Dengan begitu, seorang Muslim

akan mengambil atau melaksanakannya dengan perasaan tenang

berdasarkan dugaan kuatnya bahwa hukum itulah yang merupakan hukum

Allah tentang sesuatu atau perbuatan tersebut. Baik kejelasan hukum itu dia

peroleh setelah dia melakukan ijtihad, atau setelah ia mendapat pengetahuan

tentang hukum syara’ tersebut dari seorang mujtahid atau seseorang yang

mengetahui hukum, walaupun orang itu seorang muqallid atau pun ‘âmmî,

selama ia yakin akan ketakwaan dan pengetahuan orang itu atas hukum

tersebut, bukan keilmuan orang itu secara mutlak. Kedua, seseorang ragu-

ragu terjatuh ke dalam yang haram, dari perbuatannya yang mubah karena

begitu dekatnya perbuatan tersebut dengan yang haram atau karena diduga

bisa mengantarkan kepada yang haram. Misalnya, seseorang yang

menyimpan hartanya di bank yang melakukan aktivitas riba; seseorang yang

menjual anggur kepada pedagang yang memiliki pabrik khamr; atau

seseorang yang mengajar wanita secara rutin, baik mingguan atau harian,

dan perbuatan lain yang sejenis. Perbuatan-perbuatan semisal itu merupakan

Page 43: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

43

perbuatan yang mubah dan seseorang itu boleh melakukannya. Akan tetapi

yang lebih utama tidak melakukannya dalam rangka memelihara diri atas

dorongan sifat wara‘. Ketiga, masyarakat merancukan perbuatan mubah

yang dirancukan sebagai perbuatan haram. Akhirnya seseorang menjauhi

perbuatan mubah tersebut karena khawatir masyarakat menganggapnya

telah melakukan perbuatan haram. Misalnya, orang yang lewat di suatu

tempat yang di dalamnya penuh dengan kerusakan sehingga orang banyak

menyangkanya sebagai seorang yang rusak (bejat). Kekhawatiran bahwa

nanti masyarakat akan menilainya demikian menyebabkan dia menjauhi

sesuatu yang mubah itu. Contoh lain adalah seorang laki-laki bersikeras

menyuruh istrinya atau mahram-nya yang lain agar mengenakan cadar,

padahal ia berpendapat bahwa wajah bukanlah aurat. Akan tetapi laki-laki

itu tetap bersikeras akan hal itu karena khawatir masyarakat akan

mengatakan bahwa isteri atau saudari si Fulan membuka aurat. Dalam

konteks jenis ketiga ini terdapat dua aspek: Pertama, sesuatu yang

dirancukan oleh masyarakat sebagai sesuatu yang haram atau makruh,

nyatanya secara syar’i memang haram atau makruh. Dan seseorang

melakukan suatu perbuatan yang mubah, lalu dari hal itu orang-orang

memahami bahwa seseorang itu telah melakukan perbuatan yang terlarang.

Maka dalam keadaan seperti ini, seseorang itu hendaknya menjauhi

perbuatan mubah tersebut karena khawatir orang-orang menyangkanya

melakukan perbuatan haram, atau hendaknya ia menjelaskan perbuatannya

itu kepada mereka.

Page 44: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

44

d. kesopanan dan mengenakan pakaian yang sempurna di dalam kehidupan

umum.

Islam juga telah menetapkan kehidupan khusus hanya terbatas bagi

wanita dan para mahram-nya saja. Tidak diragukan lagi bahwa munculnya

wanita yang sopan lagi serius akan menghalanginya dari pandangan nakal

dari mereka yang tidak bertakwa kepada Allah SWT. Al-Quran telah

mendeskripsikan pakaian wanita dengan deskripsi yang detil, sempurna, dan

menyeluruh. Apabila seorang wanita telah mengenakan pakaiannya secara

sempurna; menutupkan kain kerudung atas kerah bajunya sehingga terulur

menutupi kepala, leher dan dadanya; serta mengulurkan jilbabnya sehingga

baju kurung atau jubahnya terulur sampai ke bawah supaya menutupi

seluruh tubuh hingga kedua telapak kakinya, maka artinya wanita tersebut

telah mengenakan pakaian yang sempurna, berhati-hati dalam memakainya

dan tampak kehormatan (kesopanan)-nya. Dengan pakaian yang sempurna

tersebut, ia dapat terjun ke tengah-tengah kehidupan umum untuk

melangsungkan berbagai aktivitasnya. Pada saat yang sama, ia berada dalam

kondisi yang sangat terhormat dan bermartabat. Semua itu akan dapat

menghalangi dirinya dari pandangan nakal orang-orang yang tidak bertakwa

kepada Allah SWT.

Inilah hukum-hukum syara’ yang mencakup pelaksanaan berbagai

aktivitas yang diperintahkan. Sedangkan hukum-hukum syara’ yang meliputi

berbagai perbuatan yang dilarang di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Islam melarang pria dan wanita untuk berkhalwat satu sama lain.

Page 45: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

45

Khalwat maknanya adalah seorang pria bertemu dan berkumpul

dengan seorang wanita di suatu tempat yang tidak memungkinkan orang

lain untuk bergabung dengan keduanya, kecuali dengan izin keduanya.

Misalnya, seorang pria dan wanita berkumpul di rumah atau di tempat sunyi

yang jauh dari jalan dan jauh dari orangorang.

Dikatakan di dalam kamus al-Muhîth: Dia meminta berduaan dengan

raja, maka raja pun menyendiri dengannya; khalâ bihi, khalâ ilayhi dan

khalâ ma’ahu (mashdarnya) khalwan, khalâ’an dan khalwat, maknanya

adalah memintanya untuk bertemu berduaan saja, lalu ia pun melakukannya.

Dengan demikian, khalwat adalah bertemunya dua orang secara menyendiri

sehingga aman dari keberadaan orang lain bersama keduanya. Khalwat

adalah perbuatan yang rusak. Karena itu, Islam melarang dengan tegas

setiap bentuk khalwat yang dilakukan oleh seorang pria dan seorang wanita

yang bukan mahram, siapa pun kedua orang tersebut dan bagaimanapun

bentuk khalwat yang dilakukan. Rasulullah SAW telah bersabda:

“Janganlah seorang pria berduaan dengan seorang wanita kecuali

wanita itu disertai mahramnya, (karena) sesungguhnya yang ketiga adalah

setan.” (HR Muslim dari jalur Ibn ’Abbâs)

Dengan melarang khalwat, syariah telah memberikan pemeliharaan

(penghalang) di antara pria dan wanita. Fakta khalwat menunjukkan, bahwa

khalwat itu telah menjadikan pria hanya mengenal wanita sebagai seorang

perempuan saja, sekaligus menjadikan wanita hanya mengenal pria sebagai

seorang laki-laki saja. Dengan adanya larangan khalwat maka sebab-sebab

kerusakan dapat dipupuskan, karena khalwat merupakan sarana yang secara

langsung dapat mengantarkan kepada kerusakan.

Page 46: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

46

b. Islam melarang kaum wanita untuk bertabarruj. Allah SWT berfirman:

“Dan perempuan-perempuan tua yang telah terhenti (dari haid dan

mengandung) yang tiada ingin kawin (lagi), tiadalah atas mereka dosa

menanggalkan pakaian mereka dengan tidak (bermaksud) menampakkan

perhiasan.” (TQS an-Nûr [24]: 60)

Ayat ini melarang wanita yang sudah tua untuk melakukan tabarruj.

Yaitu pada saat ayat ini mempersyaratkan terhadap wanita tua itu dalam

menanggalkan atau melepaskan pakaian yang boleh untuk ditanggalkan,

hendaklah ia tidak bertabarruj. Mafhumnya, ayat ini merupakan larangan

bertabarruj. Jika kaum wanita yang sudah tua dilarang melakukan tabarruj,

maka wanita selain mereka (yaitu wanita yang lebih muda dari mereka)

tentu lebih dilarang lagi.

Allah SWT berfirman:

“Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui

perhiasan yang mereka sembunyikan.” (TQS an-Nûr [24]: 31)

Semisal perbuatan yang disebutkan di dalam ayat ini dinilai sebagai

tabarruj. Tabarruj maknanya adalah: Menampakkan perhiasan dan

kecantikan kepada laki-laki asing (bukan mahram). Dikatakan tabarrajat al-

mar’ah (seorang wanita bertabarruj) artinya azhharat zînatahâ wa

mahâsinahâ li al-ajânib (wanita itu telah menampakkan perhiasan dan

kecantikannya kepada pria asing-bukan mahram-nya). Terdapat sejumlah

hadits tentang larangan atas setiap perbuatan yang dinilai sebagai tabarruj.

Abû Musâ al- Asy‘ari menuturkan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Wanita siapa saja yang memakai wewangian kemudian melewati

suatu kaum agar mereka mencium aromanya, maka ia (seperti) wanita yang

berzina (pelacur).” (HR Ibn Hibbân dan al-Hâkim).

Page 47: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

47

c. Islam melarang pria dan wanita untuk melakukan segala bentuk perbuatan

yang mengandung bahaya terhadap akhlak atau yang dapat merusak

masyarakat.

Karenanya seorang wanita dilarang untuk bekerja dengan pekerjaan

yang dimaksudkan untuk memanfaatkan aspek keperempuanan (feminitas).

Diriwayatkan dari Râfi‘ ibn Rifâ‘ah, ia menuturkan: “Nabi SAW telah

melarang kami dari pekerjaan seorang pelayan wanita kecuali yang

dikerjakan dengan kedua tangannya. Beliau bersabda, “begini (dia

kerjakan) dengan jari-jemarinya seperti membuat roti, memintal, atau

menenun.” (HR Ahmad)

Dengan demikian, seorang wanita dilarang untuk bekerja di tempat-

tempat penjualan untuk menarik pengunjung. Wanita dilarang bekerja di

kantor-kantor diplomatik dan konsulat atau yang sejenisnya, dengan maksud

untuk memanfaatkan unsure kewanitaannya dalam rangka mencapai tujuan-

tujuan politik. Wanita juga dilarang bekerja sebagai pramugari di pesawat-

pesawat terbang dan pekerjaan-pekerjaan lainnya yang mengeksploitasi

unsur kewanitaannya.

d. Islam melarang menuduh wanita yang baik-baik yaitu melontarkan tuduhan

zina kepadanya. Allah SWT berfirman:

“Dan orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik

(berbuat zina) dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka

deralah mereka (yang menuduh itu) delapan puluh kali dera, dan janganlah

kamu terima kesaksian mereka buat selama-lamanya. Dan mereka itulah

orang-orang yang fasik.” (TQS an-Nûr [24]: 4)

“Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-

baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena laknat di dunia

dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar” (TQS an-Nûr [24]: 23)

Rasulullah SAW pernah bersabda:

“Jauhilah oleh kalian tujuh dosa besar.” Para sahabat bertanya:

“Apa saja itu wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Menyekutukan Allah,

Page 48: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

48

sihir, membunuh jiwa yang diharamkan oleh Allah kecuali dengan alasan

yang dibenarkan, memakan riba, memakan harta anak yatim, lari dari

medan perang, dan menuduh berzina atas wanita yang suci, yang tidak

melakukan apa-apa.” (Muttafaq ’alayhi dari jalur Abû Hurayrah).37

C. Aqad Kerja dalam Tinjauan Syariah

1. Aqad Kerja

Aqad kerja merupakan salah satu hal yang penting dalam proses

Ijarah al ajiir, dimana dalam Aqad kerja terdapat perjanjian antara kedua

belah pihak (manajemen dan pekerja) dalam suatu waktu dan dalam

pekerjaan tertentu. Maka dari itu, penting untuk memperjelas kontrak kerja,

mengingat banyaknya permasalahan dalam hubungan antara manajemen

(perusahaan) dengan pekerja/karyawan dikarenakan masalah kontrak kerja.

a. Ijarah

1) Pengertian Ijarah

Secara bahasa, Ijarah berasal dari kata al-ajru. Al-ajru di dunia

adalah kompensasi, al-ajru di akhirat adalah pahala.38

Adapun definisi

lain yaitu akad atas manfaat/jasa dengan mendapat kompensasi dan

disyariatkannya manfaat/jasa itu harus bisa diperoleh oleh musta’jir

atau majikan.39

Ijarah adalah pemilikan jasa dari seorang ajiir (pekerja) oleh

musta’jir (majikan), serta pemilikan harta dari pihak musta’jir oleh

37

Ibid, hal. 157-172 38

Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009, hal. 321 39

Ibid, hal. 321

Page 49: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

49

seorang ajiir. Dimana Ijarah tersebut merupakan transaksi terhadap

jasa tertentu dengan disertai kompensasi.40

Hasan juga mengumpulkan definisi Ijarah dari ulama-ulama

madzhab yaitu:

i. Definisi Ulama Hanafiyah:

“Transaksi terhadap manfaat dengan kompensasi” (lihat juga

as-Sarakhsi, al-Mabsuth, XVIII/18; Fath al-Qadiir, XX/44

(Maktabah Syamilah)).

ii. Definisi Ulama Malikiyah dan Hanabilah:

“Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu

tertentu dengan suatu imbalan” (Lihat juga Syarh al-Kabir li as-

Syaikh ad-Dardir, II/4 (Maktabah Syamilah)).

iii. Deinisi Ulama Syafi’iyah:

“Transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu, bersifat

dapat dimanfaatkan da dibolehkan dengan suatu imbalan tertentu”

(Lihat juga asy-Syarbini, Mughni al-Muhjat, IX/363 (Maktabah

Syamilah); Ibnul Qasim, 1982: I/297)).

2) Pensyariatan Ijarah

Islam membolehkan seseorang untuk mengontrak tenaga para

pekerja atau buruh, agar mereka bekerja untuk dirinya.41

a) Al-Qur’an

i) Ath-Thalaq ayat 6:

40

Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi alternatif perspektif Islam, Risalah Gusti,

Surabaya, 1996, hal. 83 41

Taqiyuddin An- Nabhani, Sistem Ekonomi Islam, Tim HTI Press, Jakarta, 2010, hal. 106-108

Page 50: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

50

“…Jika mereka menyusukan (anak-anak) kalian untuk

kalian maka berikanah kepada mereka upahnya…”

ii) Al-Baqarah ayat 233:

“…Dan jika kalian ingin agar anak kalian disusukan

oleh orang lain maka tidak ada dosa bagi kalian jika kalian

memberikan pembayaran secara patut. Bertakwalah kepada

Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa saja

yang kalian kerjakan“

iii) As-Sunah

(1) Hadist Imam Bukhari dari ‘Aisyah ra:

“Rasulullah dan Abu Bakar (pada saat hijrah)

menyewa seorang dari suku Ad-Dil kemudian dari suku

‘Abdi bin ‘Adiy sebagai petunjuk jalan dan yang mahir

menguasai seluk beluk perjalanan yang sebelumnya dia

telah diambil sumpahnya pada keluarga al-‘Ash bin Wa’il

dan masih memeluk agama kafir Quraisy...” (Shahih

Bukhari No. 2103).

(2) Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Nabi SAW juga

bersabda:

“Berikanlah upah kepada pekerja sebelum kering

keringatnya”.

(3) Ijma42

Umat pada masa sahabat telah sepakat akan bolehnya akad

Ijarah , sebelum adanya al-Asham, Ibn Aliyah dan selain

keduanya, dikarenakan kebutuhan manusia akan berbagai

manfaat, seperti manfaat benda-benda yang terindera.

Ketika akad jual beli dibolehkan terhadap barang/benda,

42

(Ijma menurut ulama ushul adalah kesepakatan atas suatu hukum atas suatu fakta bahwa itu

adalah hukum syara'. …ijma yang dijadikan sebagai dalil syara adalah ijma sahabat saja)

Taqiyuddin An-Nabhani, as-Syakhshiyyah al-Islamiyyah, Juz III, 195. Hal. 297

Page 51: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

51

maka akad Ijarah (sewa) pun dibolehkan terhadap

manfaat. Dalil ijma juga diketengahkan oleh Sabiq,

menurutnya tidak ada ulama yang berbeda dalam hal ini

(dibolehkannya Ijarah ).

3) Rukun-Rukun Ijarah

Rukun-rukun Ijarah adalah:

a) Ijab dan qabul dengan lafal Ijarah/sewa atau dengan yang

maknanya sama.

b) Dua pihak yang berakad. Keduanya disyaratkan memiliki

kelayakan melangsungkan akad, yaitu keduanya harus berakal.

c) Objek yang diakadkan harus bisa dimanfaatkan.43

4) Syarat-Syarat Sah Ijarah

Syarat-syarat sah Ijarah adalah:

a) Adanya kerelaan kedua belah pihak. Seandainya salah satu

dipaksa atas Ijarah tersebut maka akadnya tidak sah.

b) Pengetahuan akan manfaat yang diakadkan dengan pengetahuan

yang menghilangkan perselisihan yaitu bisa dengan melihat

benda yang ingin disewa, penjelasan jangka waktu, dan

penjelasan pekerjaan yang diminta.

c) Pekerjaan yang diakadkan haruslah berada dalam batas

kemampuan untuk dipenuhi secara syar’i.

d) Manfaat tersebut haruslah manfaat yang mubah (boleh), bukan

haram dan bukan pula wajib.44

43

Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009, hal. 323

Page 52: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

52

b. Pekerja (Ajiir)

Syariah islam menganggap pekerja (ajiir) adalah setiap orang

yang bekerja dengan upah (honor) tertentu, baik yang mengontrak

(musta’jir) berupa pribadi, jamaah, maupun negara. Olek karena itu,

pekerja mencakup orang yang bekerja dalam bidang kerja apa pun,

yang ada dalam pemerintahan islam tanpa dibedakan apakah pegawai

negara maupun pekerja lain. Dengan demikian, buruh tani, pelayan,

buruh pabrik, akuntan dan pegawai negara adalah ajiir.45

As-Sabatin dalam bukunya “Bisnis Islami dan Kritik atas

Praktik Bisnis ala Kapitalisme” menjelaskan bahwa akad di dalam

Ijarah al-ajiir (kontrak kerja) kadangkala dinyatakan atas manfaat

pekerjaan yang dilakukan pekerja, dan kadangkala dinyatakan atas

manfaat pekerja itu sendiri.

1) Jika akad dinyatakanatas manfaat pekerjaan maka objek akadnya

adalah manfaat yang dihasilkan dari pekerjaan. Contoh:

mempekerjakan tukang pahat dan pengrajin untuk pekerjaan-

pekerjaan tertentu; mempekerjakan tukang celup, tukang potong

dan tukang kayu.

2) Jika akad Ijarah itu dinyatakan atas manfaat seseorang maka objek

yang diakadkan adalah manfaat/jasa seseorang itu. Contoh:

mempekerjakan pembantu dan buruh. Bentuk pekerja dibagi

menjadi dua:

44

Ibid, hal. 323-324 45

Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi alternatif perspektif Islam, Risalah Gusti,

Surabaya, 1996, hal. 100-101

Page 53: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

53

a) Pekerja ini kadangkala bekerja untuk individu saja untuk

selama jangka waktu tertentu. Contoh: orang yang bekerja di

kebun, ladang atau pabrik milik seseorang dengan gaji tertentu;

pegawai pemerintah di seluruh instansi pemerintah. Pekerja

bentuk ini dinamakan al-ajiir al-khash

b) Kadangkala pekerja itu melakukan pekerjaan tertentu untuk

semua orang dengan upah tertentu atas apa yang ia kerjakan.

Contoh: tukang kayu, tukang jahit, tukang sepatu dan

semacamnya. bentuk ini dinamakan al-ajiir al-musytarak atau

al-ajiir al-aam.46

2. Kerja Seorang Pekerja

Kerja seorang pekerja (Ajiir) berkaitan dengan sebagai berikut:

a. Ketentuan (Pembatasan) Kerja

Ijarah adalah memanfaatkan jasa sesuatu yang dikontrak. Apabila

Ijarah berhubungan dengan seorang pekerja (Ajiir) maka yang

dimanfaatkan adalah tenaganya. Sehingga untuk mengontrak seorang

pekerja harus ditentukan bentuk kerjaanya, waktu, upah, dan tenaganya.

Oleh karena itu, Jenis pekerjaanya harus dijelaskan sehingga tidak kabur.

Karena transaksi Ijarah yang masih kabur hukumnya adalah fasid

46

Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009

Page 54: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

54

(rusak). Dan waktunya juga harus ditentukan, semisal harian, bulanan

atau tahunan. Disamping itu, upah kerjanya juga harus ditetapkan.

Dari Ibnu Mas’ud berkata: Nabi SAW bersabda:“apabila salah

seorang diantara kalian, mengontrak (tenaga) seorang ajiir,

makahendaknya diberitahu tentang upahnya”.

Termasuk yang harus ditetapkan adalah tenaga yang harus

dicurahkan oleh para pekerja sehingga para pekerja tidak dibebani

dengan pekerjaan yang di luar kapasitasnya. Allah swt berfirman:

“Allah swt tidak akan membebani seseorang, selain dengan

kemampuannya.” (Q.s. Al-Baqarah:286).

Nabi saw juga bersabda:

“apabila aku telah memerintahkan kepada kalian suatu perintah maka

tunaikanlah perintah itu semampu kalian.” (H.r. Imam Bukhari dan

Muslim, dari Abu Hurairah)

Sehingga tidak diperbolehkan untuk menuntut seorang pekerja agar

mencurahkan tenaga, kecuali sesuai dengan kapasitasnya yang wajar.

Karena tenaga kerja tersebut tidak mungkin dibatasi dengan takaran yang

baku, maka membatasi jam kerja dalam sehari adalah takaran yang lebih

mendekati pembatasn tersebut. Sehingga pembatasan jam kerja sekaligus

merupakan tindakan pembatasan tenaga yang harus dikeluarkan.

Disamping itu, pekerjaannya juga juga harus ditetapkan, semisal

menggali tanah, menopang atau melunakkan benda, menempa besi,

memecah batu, mengemudikan mobil, atau bekerja di penambangan.

Disamping yang juga harus dijeaskan adalah kadar tenaganya.

Dengan begitu, pekerjaan tersebut benar-benar telah ditentukan

bentuknya, waktu, upah dan tenaga yang harus dicurahkan dalam

melaksanakannya. Atas dasar inilah, maka ketika syara’

Page 55: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

55

memperbolehkan menggunakan pekerja, maka syara’ juga menetapkan

pekerjaannya, waktu upah serta tenaganya. Sedangkan upah yang

diperoleh oleh seorang ajiir kompensasi dari kerja yang dia lakukan itu

merupakan hak milik orang tersebut, sebagai konsekuensi tenaga yang

telah dia curahkan.47

b. Bentuk Pekerjaan

Setiap pekerjaan yang halal boleh di-Ijarah -kan (diakad

kontrakan), karena itulah transaksi Ijarah boleh dilakukan dalam:

perdagangan, pertanian, industri, pelayanan, perwakilan. Yang termasuk

dalam Ijarah juga adalah menggali sumber dan pondasi bangunan,

mengemudikan mobil dan pesawat, mencetak buku, menerbitkan koran,

memindahkan kendaraan dan sebagainya.

Dalam menentukan bentuk pekerjaan, disyaratkan agar

ketentuannya bisa menghilangkan kekaburan (persepsi yang macam-

macam) sehingga transaksi Ijarah tersebut berlaku untuk pekerjaan yang

jelas. Sebab mengontrak sesuatu yang masih kabur hukumnya fasad

(rusak). Contoh: ada seorang yang mengatakan: “Saya mengontrak Anda

untuk membawakan kotak-kotak dagangan saya ini ke Mesir dengan

ongkos 10 dinar” maka transaksi Ijarah semacam ini sah. Atau

mengatakan: “… untuk membawakannya, tiap 1 ton ongkosnya 1 dinar,”

maka transaksi tersebut juga sah. Apabila dia mengatakan kepadanya:

“Tolong kamu bawakan barangku, tiap 1 tonnya dengan ongkos 1 Dinar.

Dan setiap ada lebihnya, maka disesuaikan dengannya”, Transaksi

47

Taqiyuddin An-Nabhani, Membangun Sistem Ekonomi Alternatif: Perspektif Islam, Risalah

Gusti, Surabaya, 1996, hal. 84-85

Page 56: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

56

semacam ini tidak sah, sebab yang disepakati hanya sebagian sementara

sebagian yang lain masih tetap majhul atau kabur.48

As-Sabatin juga

sepakat bahwa dalam menentukan jenis pekerjaan dalam akad Ijarah

(kontrak kerja) disyaratkan harus jelas, jika masuk unsur ketidakjelasan

(majhul) maka Ijarah tidak sah.49

Dalam hal ini, maka pentingnya menentukan bentuk dan jenis

pekerjaan sekaligus menentukan siapa yang akan melakukan pekerjaan

tersebut, agar dapat diketahui seberapa besar kadar pengorbanan yang

dikeluarkan. Juga disyaratkan agar ketentuannya dapat menghilangkan

kekaburan persepsi, sehingga transaksi Ijarah tersebut dapat berlangsung

secara jelas.50

c. Jangka Waktu Kerja

Di dalam Ijarah ada yang harus disebutkan jenis pekerjaan yang

dikontrakan saja tanpa menyebutkan jangka waktu kerjanya, misalnya

mengemudikan mobil sampai tempat tertentu. Sebaliknya ada Ijarah

yang harus disebutkan jangka waktu kerjanya saja dan tidak perlu

disebutkan kadar pekerjaannya. Misal: seseorang berkata “saya

mempekerjakan Anda satu bulan untuk menggali sumur atau parit”. Jadi

setiap pekerjaan yang tidak bisa diketahui kecuali dengan disebutkan

48

Ibid. hal. 87-88

49Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009, hal. 341 50

Tim Penulis Komunitas Pengusaha Rindu Syariah (PRS), Pokok-Pokok Panduan Implementasi

Syariah dalam Bisnis, Cetakan ke 2, Pustaka PRS, Bogor, 2010, hal. 72

Page 57: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

57

jangka waktunya maka harus disebutkan jangka waktunya. Sebab Ijarah

wajib jelas semuanya.51

An-Nabhani dalam perkara ini sepakat bahwa apabila waktu kerja

harus disebutkan dalam transaksi, dengan kata lain menyebutkan waktu

tersebut merupakan sesuatu yang urgen untuk menafikan ketidakjelasan,

maka waktunya harus dibatasi dengan jangka waktu tertentu, semisal satu

menit, satu jam, satu minggu, satu bulan, atau satu tahun.52

Dari segi masa kerja yang ditetapkan maka transaksi ijaratul ajiir

dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu:

1) Transaksi yang hanya menyebutkan takaran kerja pekerjaan yang

dikontrakan saja tanpa harus menyebutkan masa kerja/kontraknya.

Seperti, pekerjaan menjahit pakaian dengan model tertentu sampai

selesai. Maka berapapun lamanya, seorang pekerja harus

menyelesaikan pakaian tersebut.

2) Transaksi yang hanya menyebutkan masa kerjanya tanpa harus

menyebutkan takaran kerja. Contohnya, memperbaiki bangunan

selama satu bulan. Jika demikian, maka orang tersebut harus

memperbaiki bangunan selama satu bulan, baik bangunan tersebut

selesai diperbaiki atau belum.

51

Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009, hal. 341-342 52

Taqiyuddin An-Nabhani, op. Cit, hal.89

Page 58: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

58

3) Transaksi yang menyebutkan masa kerjanya sekaligus menyebutkan

takaran kerjanya. Misalnya, pekerjaan membangun rumah yang harus

selesai dalam waktu tiga bulan.53

d. Gaji (Upah) Kerja

Disyaratkan pula agar gaji akad Ijarah jelas, dengan bukti dan ciri

yang bisa menghilangkan ketidakjelasan. Hal ini dijelaskan dalam hadits-

hadits berikut:

Nabi SAW pernah bersabda:

“Apabila salah seorang dari kalian mengontrak tenaga seorang

pekerja maka hendaknya ia memberitahukan kepadanya gajinya” (HR.

ad-Daruquthni).

“Bahwa Rasulullah Saw melarang memperkerjakan seorang

pekerja hingga dijelaskan upah kepadanya” (HR Ahmad No. 11248).

Kompensasi Ijarah (gaji, upah, honor) boleh tunai dan boleh tidak,

boleh dalam bentuk harta maupun jasa. Intinya, apa saja yang tidak

dinilai dengan harga boleh dijadikan sebagai kompensasi, dengan syarat

harus jelas. Apabila tidak jelas maka transaksinya tidak sah. Misal:

apabila ada buruh pemanen tanaman dikontrak dengan upah dari hasil

panen tanaman maka transaksi tersebut tidak sah, karena masih belum

jelas. Berbeda halnya kalau orang tersebut dikontrak dengan kompensasi

satu sha’ atau satu mud maka sah transaksinya.54

Upah harus sudah fix disepakati sebelum dimulai pekerjaan.

Makruh mempekerjakan pekerja sebelum dipastikan upahnya. Jika Ijarah

itu dilakukan terhadap pekerjaan maka pekerja itu memiliki upah tersebut

53

Tim Penulis Komunitas Pengusaha Rindu Syariah (PRS), Pokok-Pokok Panduan Implementasi

Syariah dalam Bisnis, Cet.2, Pustaka PRS, Bogor, 2010, hal. 72-73 54

Taqiyuddin An-Nabhani, op. Cit, hal. 89

Page 59: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

59

dengan adanya akad Ijarah. Akan tetapi, upah itu tidak wajib diserahkan

kecuali setelah selesainya pekerjaan.

Nabi SAW bersabda:

“Berikanlah kepada pekerja upahnya sebelum kering

keringatnya”.55

Jika disyaratkan penundaan pembayaran upah maka upah itu

diserahkan sampai jatuh temponya. Jika disyaratkan diberikan secara

berangsur, harian, bulanan atau yang lain maka disesuaikan dengan

kesepakatan keduanya itu.56

Upah dapat diklasifikasikan menjadi dua. Pertama, upah yang telah

disebutkan (ajrun musamma), dan kedua, upah yang sepadan (ajrun

mitsli). Upah yang telah disebutkan itu syaratnya ketika disebutkan harus

disertai kerelaan kedua belah pihak yang bertransaksi. Sedangkan upah

yang sepadan adalah upah yang sepadan dengan kondisi pekerjaannya

(profesi kerja) jika akad Ijarah -nya telah menyebutkan jasa (manfaat)

kerjanya.57

Untuk upah sepadan (ajrun mitsli) ditentukan oleh mereka yang

mempunyai keahlian untuk upah, bukan standar yang ditetapkan negara,

juga bukan sekedar kebiasaan penduduk suatu negara, melainkan oleh

orang yang ahli dalam menangani upah kerja ataupun pekerja yang

55

Diriwayatkan oleh ibn Majah di Sunan-nya dari hadis Abdullah bin Umar. Dan di dalam

sanadnya terdapat Wahab bin Sa’id bin ‘Athiyah as-Sulami dan Abdurahman bin Aslam

sementara keduanya dhaif. 56

Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009, hal. 343-344 57

Tim Penulis Komunitas Pengusaha Rindu Syariah (PRS), Pokok-Pokok Panduan Implementasi

Syariah dalam Bisnis, cet.2, Pustaka PRS, Bogor, 2010, hal. 73-74

Page 60: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

60

hendak diperkirakan upahnya. Orang yang ahli dalam menentukan

besarnya upah disebut dengan khubara’u.58

e. Tenaga yang Dicurahkan saat Bekerja.

Akad di dalam Ijarah al-ajir (kontrak kerja) terjadi atas manfaat

tenaga/jasa yang dicurahkan. Upah ditentukan berdasarkan

manfaat/jasanya dan tenaga itu sendiri tidak menjadi standar

manfaat/jasa. Sebab, jika tenaga menjadi standar niscaya upah tukang

batu lebih besar daripada upah insinyur karena tenaga yang ia curahkan

lebih banyak daripada tenaga yang dicurahkan insinyur, padahal faktanya

sebaliknya. Atas dasar ini, upah merupakan kompensasi atas

manfaat/jasa, bukan kompensasi tenaga. Tenaga sama sekali tidak

dijadikan acuan dalam kompensasi.59

Apabila ada seseorang dikontrak untuk membangun (suatu

bangunan), maka kontrak tersebut harus diperkirakan waktu dan

kerjanya. Bila pekerjaan tersebut sudah diperkirakan, maka disitu baru

nampak jasanya, semisal tentang kejelasan tempatnya, tingginya,

spesifikasinya, langit-langitnya serta bahan-bahan bangunannya dan

sebagainya. Apabila sudah diperkirakan waktunya, maka jasanya tentu

akan bertambah dengan bertambahnya jumlah waktunya. Sehingga,

deskripsi kerja dan waktunya itulah yang menjadi standar jasanya. Sebab

apabila sudah diperkirakan waktunya, pekerjaan tersebut tidak akan

58

Ibid, hal. 74 59

Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009, hal. 345

Page 61: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

61

dikerahkan melebihi kapasitasnya yang wajar, dan tidak akan dipaksa

pula selain dengan kapasitas sewajarnya.60

Allah SWT berfirman:

“Allah tidak membebani seseorang, selain dengan

kemampuannya.” (QS. Al-Baqarah: 286)

Rasulullah SAW bersabda:

“Apabila aku telah memeritahkan kepada kalian suatu perintah,

maka tunaikanlah perintah itu semampu kalian,” (HR. Imam Bukhari

dan Muslim, dari Abu Hurairah).

Sehingga tidak diperbolehkan untuk menuntut seorang pekerja agar

mencurahkan tenaga, kecuali sesuai dengan kapasitas kemampuannya

yang wajar. Karena tenaga tersebut tidak mungkin dibatasi dengan

takaran yang baku, maka membatasi jam kerja dalam sehari adalah

takaran yang lebih mendekati pembatasan tersebut. Sehingga pembatasan

jam kerja sekaligus merupakan tindakan pembatasan tenaga yang harus

dikeluarkan oleh seorang pekerja.61

Dengan begitu, pekerjaan tersebut benar-benartelah ditentukan

bentuknya, masa, upah dan tenaga yang harus dicurahkan dalam

melaksanakannya. Atas dasar inilah, maka ketika syara’

memperbolehkan pekerjaannya, jenis, masa upah serta tenaganya.

Sedangkan upah yang diperoleh oleh seorang ajiir sebagai imbalan dari

kerja yang dia lakukan itu merupakan hak milik orang tersebut, sebagai

konsekuensi tenaga yang telah dia curahkan.62

60

Taqiyuddin An-Nabhani, op. Cit, hal. 92 61

Tim Penulis Komunitas Pengusaha Rindu Syariah (PRS), Pokok-Pokok Panduan Implementasi

Syariah dalam Bisnis, Cetakan ke 2, Pustaka PRS, Bogor, 2010, hal. 75 62

Muhammad ismail et.al, Pengantar Manajemen Syariat, cet. 2, Khairul Bayan, Jakarta Selatan,

2003, hal. 154

Page 62: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

62

f. Kebolehan Mempekerjakan Para Pekerja

Islam membolehkan individu untuk mempekerjakan pekerja untuk

mengajari dirinya. Allah SWT berfirman:

“Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhan kalian? Kami

telah menentukan diantara mereka penghidupan mereka dalam

kehidupan dunia dan meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang

lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan

sebagian yang lain (QS as-Zukhruf:32).”

Rasulullah saw. Pernah bersabda:

Allah ‘Azza wa Jalla telah berfirman, “Ada tiga orang yang akan

aku tuntut pada Hari Kiamat kelak: seseorang yang berjanji untuk

memberi dengan mengatasnamakan Aku, tetapi dia tidak menepati

janjinya; dan seseorang yang mempekerjakan pekerja, lalu telah

pekerjaan itu telah ditunaikan, tetapi ia tidak membayar upahnya.63

g. Mempekerjakan Perempuan yang Menyusui

Seorang laki-laki tidak boleh mempekerjakan istrinya untuk

menyusui anaknya dengan istrinya itu karena itu merupakan perkara yang

wajib bagi istrinya dalam menyusui anak keduanya. Allah SWT

menjelaskan:64

“Jika kalian ingin agar anak kalian disusukan oleh orang lain,

maka tidak ada dosa bagi kalian jika kalian memberikan pembayaran

secara patut. Bertakwalah kalian kepada Allah dan ketahuilah bahwa

Alla Maha Melihat apa saja yang kalian kerjakan.” (QS al-

Baqarah:233).

D. Shift Kerja

1. Pengertian shift Kerja

63

Yusuf As-Sabatin, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis (terj.), Al-Azhar

Press, Bogor, 2009, hal. 334-335 64

Ibid, hal. 347

Page 63: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

63

Tayari and Smith menjelaskan tentang definisi shift kerja sebagai

periode waktu 24 jam yang satu atau kelompok orang dijadwalkan atau

diatur untuk bekerja di tempat kerja.65

Selanjutnya Oxord Advanced

Learner’s Dictionary mendefinisikan shift kerja sebagai suatu periode

waktu yang dikerjakan oleh sekompok pekerja yang mulai bekerja ketika

kelompok yang lain selesai.66

Menurut Bhattacharya dan McGlothlin definisi shift kerja yang

mendasar adalah waktu dari sehari seorang pekerja harus berada di tempat

kerja. Dengan definisi ini, semua pekerja yang dijadwalkan berada di tempat

kerja secara teratur, termasuk pekerja siang hari, adalah pekerja shift.67

2. Dampak Kerja shift pada Kinerja Karyawan

Tayari and Smith mengungkapkan bahwa kerja shift dapat

mempengaruhi kinerja karyawan dalam berbagai cara. Namun demikian

pengaruh sekunder tidak penting dibandingkan pengaruh lain dari kerja

shift. Pengaruh utama adalah psikologis, sosial dan pribadi. Pengaruh dari

kerja shift pada kinerja karyawan dapat diringkas sebagai berikut:

a. Secara Umum, kinerja kerja shift dipengaruhi oleh kombinasi dari

faktor-faktor berikut:

65

Tayyari, F., and Smith J.L., Occupational Ergonomics Principles and applications, T.J. Press

Ltd, Great Britain, Smith, 1997, hal. 350 66

Oxford University Press, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, United Kingdom, 2005, hal.

1400 67

Bhattacharya A.,and J.D. Glothlin, Occupational Ergonomics Theory and applications, Marcel

Dekker, Inc. 1996, hal. 404

Page 64: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

64

1) Tipe Pekerjaan. Pekerjaaan yang menuntut secara mental (seperti

inspeksi dan kontrol kualitas) memerlukan kesabaran dan kehati-

hatian. Pekerja shift mungkin akan kekurangan dua hal tersebut.

2) Tipe Sistem shift. Gangguan irama tubuh (circadian rhythms) dapat

menimbulkan kerugian terhadap kemampuan fisik dan mental pekerja

shift, khususnya ketika perubahan shift kerja dan shift malam.

3) Tipe Pekerja. Untuk contoh, pekerja yang telah berusia tua memiliki

kemampuan yang minimal untuk untuk menstabilkan irama tubuh

ketika perubahan shift kerja.

b. Kinerja shift malam yang rendah dapat dikaitkan dengan;

a) Ritme tubuh yang terganggu

b) Adaptasi yang lambat terhadap kerja shift malam

c) Pekerja lebih produktif pada shift siang daripada shift malam

d) Pekerja membuat sedikit kesalahan dan kecelakaan pada shift siang

daripada shift malam.

e) Kehati-hatian pekerja menurun selama kerja shift malam, khususnya

ketika pagi-pagi sekali. Hal ini mungkin penting diperhatikan

terutama untuk tugas-tugas yang memerlukan pengawasan yang terus-

menerus (seperti operator mesin).

f) Jika pekerja tidak mendapatkan tidur yang cukup untuk shift kerja,

kinerja dapat dipengaruhi secara buruk khususnya.

g) pekerjaan yang memerlukan tingkat kehati-hatian yang tinggi.

3. Manajemen Kerja shift

Page 65: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

65

Menurut Tayari F and Smith J.L. ada beberapa hal yang perlu

diperhatikan untuk manajemen kerja shift adalah sebagai berikut.

1) Jika memungkinkan lamanya kerja shift malam dikurangi tanpa

mengurangi kompensasi dan benefit lainnya.

2) Jumlah karyawan shift malam yang diperlukan seharusnya dikurangi

untuk mengurangi jumlah hari kerja pekerja shift malam.

3) Lamanya kerja shift tidak melebihi 8 jam.

4) Tiap shift siang atau malam seharusnya diikuti dengan paling sedikit 24

jam libur dan tiap shift malam dengan paling sedikit 2 hari libur,

sehingga pekerja dapat mengatur kebiasaaan tidur mereka.

5) Memungkinkan adanya interaksi sosial dengan teman kerja.

6) Menyediakan fasilitas kegiatan olah raga seperti permainan bola

baskket, khususnya untuk pekerja shift malam.

7) Musik yang tidak monoton selama bekerja shift malam sangat berguna.68

4. Regulasi

a. Pada sidang ke-77 di Jenewa tanggal 26 Juni 1990 dibahas mengenai

standar Internasional bagi pekerja malam. Standar yang dimaksud

adalah The Night Work Convention and Recommendation. The Night

Work Convention membahas mengenai kesehatan dan keselamatan,

transfer kerja siang hari, perlindungan bagi kaum wanita, kompensasi dan

pelayanan sosial. Recommendation membahas mengenai batas waktu

kerja normal, waktu istirahat yang minimum antar shift, transfer kerja

siang pada situasi khusus, kesempatan pelatihan

68

Tayyari, F., and Smith, op.Cit, hal. 358-359

Page 66: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

66

Tabel: 2 Standar Internasional bagi Pekerja Malam

No. Bidang Ukuran

1 Jam kerja normal Tidak lebih dari 8 jam sehari

2 Overtime Tidak ada shift kerja yang penuh berurutan

3 Waktu istirahat Sekurang-kurangnya 11 jam antar shift

4 Jam kerja istirahat Istirahat utuk makan dan istirahat

5 Ibu/calon ibu Penugasan di siang hari (sebelum dan

sesudah kehamilan)

6 Pelayan social Batas waktu transfortasi, biaya dan

perbaikan keselamatan, perbaikan kualitas

istirahat

7 Situasi khusus Toleransi pada pekerja yang mempunyai

tanggung jawab bagi keluarga, pekerja

yang lamban dan tua

8 Pelatihan Mendapat kesempatan pelatihan

9 Transfer Pemikiran khusus untuk ditugaskan siang

hari (setelah bertahun-tahun bekerja pada

malam hari)

10 Pensiun Pemikiran khusus bagi pekerja yang

pensiun sebelum waktunya

b. Perusahaan memiliki beberapa kewajiban yang harus dipenuhi sesuai

dengan Undang-Undang No.13/2003 yang lebih lanjutnya diatur dalam

Kep.224/Men/2003 tentang Kewajiban Pengusaha yang Mempekerjakan

Pekerja Perempuan antara pukul 23.00 sampai dengan 07.00.

Pengusaha yang mempekerjakan pekerja/buruh perempuan antara

pukul 23.00 sampai dengan pukul 07.00 wajib :

1) Memberikan Makanan dan Minuman Bergizi

Makanan dan minuman yang bergizi harus sekurang-kurangnya

memenuhi 1.400 kalori, harus bervariasi, bersih dan diberikan pada

waktu istirahat antara jam kerja. Makanan dan minuman tidak dapat

diganti dengan uang.

2) Menjaga Kesusilaan dan Keamanan Selama di Tempat Kerja

Page 67: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

67

Pengusaha wajib menjaga keamanan dan kesusilaan

pekerja perempuan dengan menyediakan petugas keamanan di

tempat kerja dan menyediakan kamar mandi yang layak dengan

penerangan yang memadai serta terpisah antara pekerja perempuan

dan laki-laki. Pengusaha juga diharuskan menyediakan antar jemput

mulai dari tempat penjemputan ke tempat kerja dan sebaliknya. Lokasi

tempat penjemputan harus mudah dijangkau dan aman bagi

pekerja perempuan.

Pelaksanaan pemberian makanan dan minuman bergizi,

penjagaan kesusilaan, dan keamanan selama di tempat kerja serta

penyediaan angkutan antar jemput diatur lebih lanjut dalam perjanjian

kerja, Peraturan Perusahaan, atau Perjanjian Kerja Bersama. Jadi

ingat, sebelum menandatangani Perjanjian Kerja, harap dibaca dahulu

dengan sksama apa yang tertulis di Perjanjian Kerja.

Sebagaimana dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor

Per-04/Men/1989 Tentang Tata Cara Mempekerjakan Pekerja Wanita

Pada Malam Hari pasal 3, Pengusaha yang mempekerjakan pekerja

wanita pada malam hari harus menjaga keselamatan kesehatan dan

kesusilaan dengan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:69

1) Pekerja wanita tidak dalam keadaan hamil;

2) Pekerja wanita berumur sekurang-kurangnya 18 tahun atau sudah

kawin;

3) Menyediakan angkutan antar jemput;

69

Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.L. Nomor per-04/men/1989, web regulasi.com ,diakses 27

Juni 2012

Page 68: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

68

4) Memberi makanan dan minuman yang bergizi;

5) Mendapat persetujuan dari suami /orang tua/ wali;

6) Memperhatikan kebiasaan setempat.

c. Waktu Kerja Normal menurut Keputusan Menteri Tenaga kerja dan

Transmigrasi, No. KEP. 102/MEN/VI/2004.

1) Untuk 6 hari kerja : Waktu Kerja 7 jam/hari (hari ke1-5), 5 jam/hari

(hari ke-6) , 40 jam/minggu.

2) Untuk 5 hari kerja : Waktu Kerja 8 jam/hari, 40 jam/minggu

Lebih dari waktu ini dihitung waktu kerja lembur

5. Simulasi Pengaturan Jadwal Kerja shift

Pengaturan Jadwal kerja shift di Industri manufacture Indonesia

terdapat beberapa model yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan itu

sendiri. Penjadwalan Kerja shift yang biasa digunakan antara lain:70

a. Empat (4) Grup Tiga (3) shift

Penjadwalan model ini digunakan untuk aktivitas manufacture

selama 24 jam sehari dan beroperasi penuh selama sepanjang tahun,

terhenti pada hari besar Idul fitri dan Tahun Baru. Besarnya output

produksi yang ditetapkan dan aktivitas engineering yang menuntut

aktivitas ini berlangsung terus. Karyawan terbagi kedalam 4 Grup,

Bekerja selama 5 hari kerja dengan working hours 7+1. Pergantian shift

70

Dedy Londong, Penjadwalan Shift Kerja, www.dedylondong.blogspot.com, di akses 12 Oktober

2012

Page 69: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

69

dari 3 ke 1, karyawan mendapat libur 2 hari. Model ini menyebabkan

Hari Libur karyawan tidak menentu.

Tabel: 3 simulasi penjadwalan 4 Grup 3 shift

Keterangan :

a) shift 1 : Pk. 07.00 – 15.00 , shift 2 : Pk.15.00 – 23.00 , shift 3 : Pk.

23.00 – 07.00

b) Urutan Putaran shift, shift 3 -> shift 2 -> shift 1 (3-2-1) ,

Pergesaran shift menuju dan setelah shift 3 ada perlakuan khusus.

Setelah shift 3 karyawan mendapat libur lebih banyak (2 hari)

sebelum memasuki jadwal shift 1.

Page 70: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

70

Dua hari sebelum libur sebelum shift 3, aktual libur adalah 1

hari. Satu harinya lagi merupakan hari pertengahan, tapi karyawan

harus mulai masuk pada malam harinya (Pk. 23.00)

b. Tiga (3) Grup Tiga (3) shift

Penjadwalan shift model ini, memberikan peluang istirahat /

Libur secara Teratur. Karyawan bekerja dari Senin–Sabtu, minggu

istirahat. Dibanding model 4 Grup, Total karyawan yang dibutuhkan

pastinya lebih sedikit, begitu pula untuk out put volume Produksinya.

Jam kerja perhari 7 + 1 (7 jam kerja, 1 jam istirahat), kecuali

hari sabtu 5 Jam kerja dengan Total jam kerja 40 jam Seminggu. Jam

kerja ini fleksibel, jika diperlukan pada hari terakhir bisa dibuat

overtime (otomatis) selama 2 Jam.

Tabel: 4 simulasi Penjadwalan 3 grup 3 shift

Page 71: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

71

Keterangan :

a) Jam Kerja shift fleksibel, untuk shift 1, bisa dimulai di Pk. 06.00

atau Pk.07.00, shift berikutnya menyesuaikan.

b) Putaran shift shift 3 -> shift 2 -> shift 1 (3-2-1).

c) Jadwal ini bisa diterapkan untuk putaran 2 Grup, 2 shift

d) Berdasarkan Keputusan Menteri, Kep.102/MEN/2004, Pasal 3 ayat

1, “waktu Kerja lembur hanya dapat dilakukan paling banyak 3

jam dalam 1 hari dan 14 jam dalam 1 minggu”. Khusus shift 1 bisa

diberlakukan Long shift (Pk.07.00–Pk.19.00), dengan istirahat,

selama maksimal 15 Jam/orang perminggu.

c. Non shift

Non shift, pada umumnya diperuntukkan bagi departemen yang

memerlukan koordinasi internal dan eksternal saat jam-jam kerja pagi-

siang. Jam Kerja normal fleksible, Pk.08.00-Pk.16.00.

Jadwal kerja Non shift ada 2 model, 6 hari kerja dan 5 hari

kerja. Meski beda Lama jam kerja sehari namun tetap total jam kerja

seminggu 40 Jam.

d. Tiga (3) Group Dua (2) Shift atau Long Shift

Model penjadwalan shift ini untuk mengadopsi jam kerja bagian

petugas keamanan (security) atau karyawan dengan terlebih dahulu

ada kesepakatan antara perwakilan pekerja dan management.

Pengatuan jadwal kerjanya menggunakan formulasi 2-2-2. Yaitu

Page 72: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

72

dalam 1 minggu kerja terdiri dari 2 hari shift 1, 2 hari shift 2, dan 2

hari libur. seperti simulasi dibawah.

Tabel: 5 simulasi penjadwalan 3 Group 2 Shift atau Long Shift

Berikut contoh pegnaturan jam kerjanya :

Shift I

Senin-Kamis : Jam 08.00 wib – jam 20.00 wib

Sabtu-Minggu : Jam 08.00 wib – jam 20.00 wib

Istirahat : Jam 12.00 wib – jam 13.00 wib

Break : Jam 17.00 wib – jam 17.05 wib

Jumat : Jam 08.00 wib – jam 20.00 wib

Istirahat : Jam 11.45 wib – jam 13.15 wib

Page 73: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

73

Break : Jam 17.30 wib _ jam 17.35 wib

Shift II

Senin-Kamis : Jam 20.00 wib – jam 08.00 wib

Sabtu-Minggu : Jam 20.00 wib – jam 08.00 wib

Istirahat : Jam 00.00 wib –jam 01.00 wib

Break : Jam 05.00 wib – jam 05.05 wib

Perhitungan Jam kerja untuk long shift ini, ada beberapa macam :

1) Jam kerja 7 jam + 1 jam istirahat + 4 jam over time.

Perhitungan jam overtime perharinya = 1,5 + (2 x 3 ) jam = 7,5

jam/hari

2) Jam kerja 8 jam + 1 jam istirahat + 3 jam overtime

Perhitungan jam overtime per harinya = 1,5 + ( 2x2 ) jam = 5,5

jam/hari

Penentuan model penjadwalan kerja shift, perlu dipertimbangankan

tingkat fleksibilitasnya. Untuk Bagian produksi, pembagian shift terkait erat

dengan menambah jam kerja mesin. Biasanya terjadi saat Peak Seasion.

Sedangkan untuk bagian Engineering, Pada umumnya mengikuti jadwal

produksi, kecuali di bagian utility atau mesin-mesin yang akan

membutuhkan waktu lama (lebih dari 1 hari) saat running awal, biasanya di

setting 4 Grup 3 shift.

d. Efek Kerja Malam

Page 74: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

74

Banyak perusahaan beroperasi lebih dari 8 jam per hari untuk

memenuhi kebutuhan pasar dan karena keterbatasan sumberdaya/fasilitas.

Konsekuensinya, perusahaan harus melakukan shift kerja. shift kerja adalah

periode waktu dimana suatu kelompok pekerja dijadualkan bekerja pada

tempat kerja tertentu. Disamping memiliki segi positif yaitu

memaksimalkan sumberdaya yang ada, shift kerja akan memiliki resiko dan

mempengaruhi pekerja pada:

a. Efek Fisiologis

Fish mengungkapkan bahwa efek fisiologis bekerja pada (shift)

malam hari pada pekerja antara lain:71

1) Kualitas tidur: tidur siang tidak seefektif tidur malam, banyak

gangguan dan biasanya diperlukan waktu istirahat untuk menebus

kurang tidur selama kerja malam.

2) Menurutnya kapasitas fisik kerja akibat timbulnya perasaan

mengantuk dan lelah.

3) Menurunnya nafsu makan dan gangguan pencernaan

b. Aspek Psikologis

Tingkat kecelakaan dapat meningkat Stress akibat shift kerja akan

menyebabkan kelelahan (fatique) yang dapat menyebabkan gangguan

psikis pada pekerja, seperti ketidakpuasan dan iritasi dengan

meningkatnya stres, fatique, dan ketidakpuasan akibat shift kerja ini.72

71

Fish,D,. The Impact of SShift Work.Australia, 2002, www.healthservice.or.id, diakses 23

September 2012 72

Maurits, Lientje Setyawati, Widodo, Imam Djati “Faktor Dan Penjadualan Shift Kerja”

Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada dan

Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, jurnal

Teknoin, Volume 13, Nomor 2, Desember 2008, 11-22 ISSN: 0853-8697

Page 75: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

75

c. Efek Psikososial

Efek ini menunjukkan masalah lebih besar dan efek fisiologis,

antara lain adanya gangguan kehidupan keluarga, hilangnya waktu luang,

kecil kesempatan untuk berinteraksi dengan teman, dan gangguan

aktivitas kelompok dalam masyarakat. shift kerja akan berpengaruh

negatif terhadap hubungan keluarga seperti tingkat berkumpulnya

anggota keluarga dan sering berakibat pada konflik keluarga. Secara

sosial, shift kerja juga akan mempengaruhi sosialisasi pekerja karena

interaksinya terhadap lingkungan menjadi terganggu.73

Saksono menambahkan bahwa pekerjaan malam berpengaruh

terhadap kehidupan masyarakat yang biasanya dilakukan ada siang atau

sore hari. Sementara pada saat itu bagi pekerja malam diperlukan untuk

istirahat atau tidur, sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam

kegiatan tersebut, akibatnya tersisih dari lingkungan masyarakat.74

d. Efek Kinerja

Dari beberapa penelitian baik di Amerika maupun Eropa, shift kerja

memiliki pengaruh pada kinerja pekerja. Kinerja pekerja, termasuk

tingkat kesalahan, ketelitian dan tingkat kecelakaan, lebih baik pada

waktu siang hari dari pada malam hari, sehingga dalam menentukan shift

kerja harus diperhatikan kombinasi dari tipe pekerjaan, sistem shift dan

tipe pekerja.75

73

Ibid 74

Saksono,A, Perlindungan Tenaga Kerja Wanita. Model Kursus Tertulis bagi Dokter Hyperkes

Pusat Pelayanan Ergonomic KKK Departemen, Jakarta, 1991 75

Tayyari F. dan Smith, J. L, Occupational Ergonomics: Principles and Applications, Chaman &

Hall, London, 1997

Page 76: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

76

Fish mengemukakan bahwa Kinerja menurun selama kerja malam

yang diakibatkan oleh efek fisiologis dan efek psikososial. Menurutnya

kinerja dapat mengakibatkan kemampuan mental menurun yang

berpengaruh terhadap perilaku kewaspadaan pekerjaan seperti kualitas

kendali dan pemantauan.76

e. Efek Terhadap Kesehatan

Kerja malam menyebabkan gangguan gastrointestinal, masalah ini

cenderung terjadi pada usia 40-45 tahun. Kerja malam juga dapat

menjadi masalah terhadap keseimbangan kadar gula dalam darah bagi

penderita diabetes.77

BAB III

DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN

A. Pendahuluan

76

Fish,D. The Impact of SShift Work.Australia, 2002, www.healthservice.or.id 77

Ruri Kartika Puteri, “ gambaran stress kerja pada perawat shift malam di ruang instalasi gawat

darurat RSUD di pirngadi medan tahun 2009” Skripsi Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, Medan, 2009

Page 77: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

77

Dalam bab ini akan dijelaskan gambaran umum kondisi pekerja wanita

dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja RI Nomor Per-04/Men/1989 Tentang Tata

Cara Mempekerjakan Pekerja Wanita Pada Malam Hari.

B. Gambaran Umum Kondisi pada Pekerja Wanita di Indonesia

1. Profil Bidang Ekonomi dan Ketenagakerjaan78

Kesempatan kerja bagi warga negara Indonesia merupakan hak yang

dijamin oleh negara, seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar

1945 Pasal 27 Ayat 2 yang berbunyi bahwa “Tiap warga negara berhak atas

pekerjaan dan penghidupan yang layak”. Untuk itu, pemerintah memiliki

tanggung jawab yang besar dalam penyediaan lapangan pekerjaan bagi

warga negaranya.

Indikator ekonomi dan ketenagakerjaan merupakan indikator penting

dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, baik di bidang sosial

maupun di bidang ekonomi. Indikator ekonomi dan ketenagakerjaan dapat

memberikan gambaran tentang daya serap ekonomi terhadap pertumbuhan

penduduk dan produktifitas tenaga kerja. Apabila perekonomian tidak dapat

menyerap pertumbuhan tenaga kerja maka peningkatan pengangguran tidak

apat dihindari sehingga pada akhirnya, banyaknya pengangguran tersebut

akan mengakibatkan banyak terjadinya masalah sosial. Selain itu, informasi

dan kondisi ketenagakerjaan suatu daerah menjadi semakin penting

mengingat salah satu tujuan pembangunan adalah menciptakan lapangan

pekerjaan dalam jumlah dan kualitas yang memadai dan pada akhirnya

bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.

78

Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Masyarakat, Profil Gender Dan Anak, Profinsi Daerah

Istimewa Yogyakarta, 2011, hal. 34-35, diakses 5 Mei 2012

Page 78: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

78

2. Peranan Wanita dalam Bidang Ketenagakerjaan

Ditunjukkan oleh tingkat partisipasi angkatan kerja wanita yang

terus meningkat, dari 32,7 persen pada tahun 1980 menjadi 38,8 persen

pada tahun 1990. Bahkan, dalam kurun waktu 1980-1990, laju

pertumbuhan angkatan kerja wanita, adalah 4,4 persen atau lebih cepat

dari laju pertumbuhan angkatan kerja laki-laki, yaitu 3,1 persen.79

3. Persoalan Beban Ganda (Double Burden) dan Partisipasi Kerja80

Beban ganda (double burden) artinya beban pekerjaan yang diterima

salah satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya.

Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan

permanen. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang

bekerja diwilayah publik, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban

mereka di wilayah domestik. Upaya maksimal yang dilakukan mereka

adalah mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada perempuan lain, seperti

pembantu rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya. Namun

demikian, tanggung jawabnya masih tetap berada di pundak perempuan.

Akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat ganda.

Harbirson menyatakan, berkaitan dengan masuknya penduduk

perempuan dalam pasar kerja, setidaknya dapat dijelaskan: Pertama, teori

strategi kelangsungan rumah tangga (household survival strategy).

Sedangkan menurut Rodgers & Standing bahwa masuknya wanita dalam

pasar kerja merupakan strategi untuk menambah pendapatan, sebagai akibat

status ekonomi rumah tangganya rendah. Kedua, teori transisi

79

Peranan Wanita, Anak Dan Remaja Dan Pemuda, www.bappenas.go.id, diakses 25 Juli 2012 80

Ibid

Page 79: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

79

industrialisasi. Tenaga kerja wanita muncul akibat adanya akumulasi modal

pada saat awal industrialisasi. Pada kondisi ini, suatu industri cenderung

memilih tenaga kerja wanita untuk menekan biaya produksi, misalnya upah

buruh. Pengupahan yang rendah ini berawal dari asumsi bahwa tenaga kerja

wanita dapat menerima upah rendah dibandingkan tenaga kerja laki-laki

dewasa.

4. Persoalan Kekerasan Terhadap Perempuan81

Kekerasan (violence) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non

fisik yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi

keluarga, masyarakat atau negara terhadap jenis kelamin lainnya. Peran

gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Perempuan

dianggap feminism dan laki-laki maskulin. Karakter ini kemudian mewujud

dalam ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani dan

sebagainya. Sebaliknya perempuan dianggap lembut, lemah, penurut dan

sebagainya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pembedaan itu. Namun

ternyata pembedaan karakter tersebut melahirkan tindakan kekerasan.

Dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah, itu diartikan sebagai

alasan untuk diperlakukan semena-mena, berupa tindakan kekerasan.

Contoh :

a. Kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami terhadap

isterinya di dalam rumah tangga.

b. Pemukulan, penyiksaan dan perkosaan yang mengakibatkan perasaan

tersiksa dan tertekan.

81

Ibid

Page 80: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

80

c. Pelecehan seksual.

d. Eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi.

Penindasan terhadap kaum perempuan terkait bidang ekonomi yang

saat ini marak adalah fenomena pelecehan seksual di tempat kerja.

Eksploitasi perempuan dalam segala bentuk di tempat kerja merupakan

salah satu wujud dari pelecehan seksual dalam arti luas yang saat ini

menjadi perhatian masyarakat sosial di dunia. Pelecehan seksual di tempat

kerja dapat didefinisikan sebagai kejadian tak dikehendaki yang mengarah

pada seksualitas, berpengaruh terhadap martabat di tempat kerja, termasuk

di dalamnya perlakuan fisik tak dikehendaki, baik verbal maupun nonverbal

(CEC, 1993). Walaupun pelecehan seksual dapat terjadi pada jenis kelamin

laki-laki maupun perempuan, namun ketimpangan gender yang masih subur

di masyarakat menempatkan perempuan pada posisi yang rentan sebagai

subjek dari tindak pelecehan seksual. Berdasarkan Badan Survay Nasional

di Amerika pada tahun 1992 diproyeksikan bahwa sekitar 44 persen sampai

dengan 85 persen dari perempuan Amerika akan mengalami pelecehan

seksual di sepanjang karier pekerjaan mereka. Lebih dari itu, berdasarkan

hasil survey secara internasional terhadap korban tindak kekerasan pada

lebih dari 30 negara di dunia, ditemukan bahwa kekerasan seksual yang

terjadi di tempat kerja dapat berbentuk perkosaan, percobaan perkosaan, dan

perilaku menyimpang lain yang mengarah pada seks. Dalam ILO,

ditemukan bahwa pelecehan seksual di tempat kerja yang berat seperti

perkosaan tercatat 8 persen dan percobaan perkosaan sekitar 10 persen.

Telah sama-sama disadari bahwa semua bentuk kekerasan membawa imbas

Page 81: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

81

yang serius terhadap kesehatan perempuan dan kesehatan reproduksi

mereka. Watts mengatakan bahwa secara global di dunia diketahui

setidaknya satu dari lima perempuan yang disurvey melaporkan bahwa

mereka pernah mengalami tindak kekerasan seksual seperti perkosaan,

pelecehan seksual disertai dengan kekerasan fisik dan tindak pemaksaan

yang berkaitan dengan seksualitas. Sedangkan menurut Garcia-Moreno

diperkirakan bahwa di Amerika Serikat terdapat sekitar 32,000 kehamilan

pertahun, yang terjadi dari hasil dari perkosaan, kebanyakan dari mereka

masih dalam usia remaja putri dimana 50 persen diantaranya tidak

melanjutkan kehamilannya alias aborsi.

Tindak kekerasan dapat terjadi di ruang publik dan domestik seperti:

kekerasan domestik oleh suami (marital rape), kekerasan terhadap anak,

pemaksaan prostitusi, kekerasan terhadap pembantu rumah tangga, girls and

women-trafficking dan pelecehan seksual di tempat bekerja. Dalam

masyarakat tertentu, misalnya di India, terdapat bentuk-bentuk kekerasan

yang diperbolehkan oleh masyarakat karena berkaitan dengan tradisi dan

norma sosial, seperti pembunuhan yang terkait dengan mas kawin

(dowryrelated death), pembunuhan oleh keluarga sendiri dengan sebab

untuk menjaga nama baik atau martabat keluarga (killing honour) dan

mutilasi alat kelamin perempuan (female genital mutilation).

Selanjutnya, Committee of the Elimination of Discrimination Against

Women (CEDAW) dalam rekomendasi umum pasal 12 menyebutkan bahwa

kekerasan seksual di tempat bekerja mencakup kontak fisik secara seksual

tak dikehendaki, segala sesuatu yang mengarah pada aspek seksual,

Page 82: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

82

keinginan seksual dan pornografi baik dengan ucapan maupun tindakan.

Martin & Carson mengungkapkan bahwa pelecehan seksual yang dialami

oleh perempuan di tempat bekerja biasanya terkait dengan lemahnya posisi

tawar perempuan, misalnya pada hubungan kerja dengan rekan sejawat,

majikan, promosi jabatan dan saat rekrutmen tenaga kerja. Organisasi buruh

internasional (ILO) pada tahun 2001 memberikan beberapa kunci pokok

tentang elemen-elemen yang terkandung dalam definisi pelecehan seksual di

tempat bekerja sebagai berikut:

a. Tindakan yang berbasis seksual yang berpengaruh pada kehormatan atau

martabat perempuan dengan tidak dikehendaki, tidak diharapkan atau

tanpa disadari.

b. Tindakan tersebut secara eksplisit maupun tidak berkaitan dengan kinerja

atau prospek kerja perempuan.

c. Tindakan tersebut bersifat intimidasi, merendahkan martabat dan

mempunyai imbas pada lingkungan atau iklim bekerja yang tidak

kondusif bagi perempuan.

Komnas Perempuan dalam siaran pers Hari Ibu tahun 2011

menyebutkan, pada tahun 2010 terjadi 105.103 kasus kekerasan terhadap

wanita yang tercatat, 101.128 (96 %) nya adalah kasus KDRT. Komnas

Perempuan mendokumentasikan, pada periode 1998-2010 sebanyak 93.960

kasus (25%) adalah kasus kekerasan seksual berupa perkosaan, pelecehan

seksual, perdagangan wanita untuk tujuan seksual, eksploitasi seksual,

penyiksaan seksual. Bila dirata-ratakan maka setiap hari ada 28 wanita

menjadi korban kekerasan seksual di Indonesia.

Page 83: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

83

Wanita Indonesia juga rentan menjadi korban trafficking atau

perdagangan manusia. Indonesia berada dalam kategori “Tier 2”

(menengah) dalam laporan tahunan mengenai trafficking yang disusun

Deplu Amerika Serikat. Mengutip data dari Lembaga Swadaya Masyarakat

(LSM), Migrant Care, laporan tersebut menyebutkan bahwa 43 persen atau

sekitar tiga juta warga Indonesia yang bekerja di mancanegara merupakan

korban perdagangan manusia -yang digolongkan PBB sebagai perbudakan

moderen.

Banyaknya kasus kejahatan terhadap wanita itu tidak lain akibat

sistem Kapitalisme, liberalisme dan gaya hidup bebas yang berlaku di negeri

ini. Kapitalisme gagal mendistribusikan kekayaan secara merata dan adil,

dan hanya terkonsentrasi pada sebagian kecil kapitalis. Penghasilan seorang

suami yang menjadi kepala keluarga tidak lagi cukup untuk memenuhi

kebutuhan. Akibatnya wanita yang seharusnya lebih fokus dalam kehidupan

mengurus keluarga dan mendidik anak-anaknya, dipaksa untuk keluar

rumah bekerja dan bergulat mencari nafkah. Tak sedikit dari mereka

mengalami eksploitasi dan harus bekerja hingga larut malam.

Selain itu dengan dorongan ide liberalisme dan kesetaraan yang salah

kaprah, sebagian wanita terpedaya hingga lebih memilih mengejar karir dan

bekerja meski banyak mengeksploitasi feminitas dan sensualitas mereka.

Tak jarang pula mereka harus pulang malam hari. Dengan kondisi

keamanan yang minim, maka kaum wanita menjadi target empuk para

pelaku kriminal. Sejumlah kasus pemerkosaan di angkutan umum yang

marak belakangan ini terjadi saat kaum wanita beraktifitas di malam hari.

Page 84: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

84

Himpitan ekonomi juga menjadi penyebab maraknya kasus trafficking

di tanah air. Banyak wanita dari keluarga miskin yang tergiur dengan

tawaran kerja hingga akhirnya terperangkap sindikat trafficking.

Tindak kejahatan terhadap kaum wanita, khususnya kekerasan

seksual, juga sering dipicu oleh maraknya pornografi di negeri ini. Konten

pronografi dengan mudah ditemui di dunia maya, lapak pinggir jalan, media

cetak, beredar lewat HP, dsb. Ditambah lagi maraknya pergaulan bebas

makin mendorong dan memperbesar peluang terjadinya berbagai kejahatan

terhadap wanita itu.

Disamping itu, tidak bisa disangkal bahwa sebagian wanita juga

membiasakan diri mengumbar aurat dan sensualitasnya di ruang publik.

Mereka tidak malu lagi mempertontonkan lekukan tubuhnya dalam pakaian

ketat atau terbuka. Iklan dan tayangan film di televisi turut mendorong

kaum Hawa untuk tidak risih lagi mempertontonkan aurat mereka di muka

umum. Padahal sebuah studi oleh Georgia Gwinnett College, AS,

memperlihatkan bahwa pada otak lelaki terjadi efek seperti saat seseorang

meminum miras atau obat-obatan bila melihat lekuk tubuh wanita yang

ramping dan seksi.

Peluang terjadinya kejahatan terhadap wanita makin besar oleh

minimnya jaminan rasa aman bagi masyarakat. Kejahatan terhadap wanita

mudah terjadi tempat umum, di angkutan umum, terminal, dsb. Keberadaan

aparat keamanan belum mampu memberikan jaminan rasa aman, terlebih

bagi kaum wanita.

Page 85: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

85

Rasa keadilan bagi kaum wanita juga semakin sulit diperoleh.

Hukuman yang dijatuhkan pada pelaku kejahatan tidak memberi efek jera.

Hukumannya terlalu ringan dan tidak berempati pada korban. Vonis

hukuman terhadap pelaku pemerkosaan, misalnya, terbilang rendah. Dalam

Pasal 285 KUHP, hukuman bagi pelaku pemerkosaan paling lama dua belas

tahun. Hukuman ini dianggap masih terlalu ringan. Apalagi di pengadilan

para pemerkosa sering mendapat vonis yang ringan. Seperti dilangsir dalam

detik news bahwa pelaku tindak pemerkosaan di Bekasi yang terjadi pada

tahun 2010, misalnya, hanya divonis 4 tahun penjara.82

5. Kondisi Jam Kerja Pada Pekerja Wanita83

Berkaitan dengan masalah gaji Haruswati dalam “Pusat Penelitian dan

Pengembangan Kesejahteraan” meyatakan bahwa jam kerja khususnya jam

kerja malam hari masih merupakan hal yang sering dikeluhkan. Ketentuan

yang ada (UU nomor 25 tahun 1997, pasal 100(2)) menyebutkan bahwa jam

kerja yang diperbolehkan untuk siang hari adalah:

a. Tujuh jam satu hari dan 40 jam satu minggu untuk enam hari kerja dalam

satu minggu, atau

b. Delapan jam sehari dan 40 jam semiggu untuk lima hari kerja dalam satu

minggu

Khusus untuk malam hari, maka jam kerja yang diperkenankan

adalah:

82

Al-Islam, kapitalisme demokrasi gagal melindungi kaum wanita, www.hizbut-tahrir.or.id,

diakses 12 Oktober 2012 83

Indah Haruswati dkk, Masalah Tenaga Kerja Wanita di Sektor Industri, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Kesejahteraan Sosial Deputy IV, Cet. 1, Jakarta, 2000, hal. 48-50

Page 86: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

86

a. Enam jam satu hari dan 35 jam satu minggu untuk enam hari kerja dalam

satu minggu

b. Tujuh jam sehari dan 35 jam seminggu untuk lima hari kerja dalam satu

minggu

Haruswati dalam “Pusat Penelitian dan Pengembangan

Kesejahteraan” menunjukkan bahwa terdapat variasi jam kerja malam hari.

Jam kerja yang terbanyak dilakukan adalah antara jam 15.00-23.00 dengan

lama kerja delapan jam. Bahkan, terdapat pekerja wanita yang bekerja

dimalam hari sampai dengan 12 jam (11.1%), bahkan 14 jam (10.3%). Bila

dilihat dari setatus ketenagaan maka variasi jumlah dan jam kerja malam

hari ini berlaku bagi pekerja dengan seluruh variasi setatus ketenagakerjaan

di perusahaan mereka bekerja. Selain itu, umumnya (95,6%) merka adalah

pekerja yang bekerja di unit produksi. Bila dikaitkan dengan limit waktu

waktu yang diperkenankan oleh UU nomor 25/1997 pasal 100 (2)

nampaknya perlu ada perhatian khusus yang berkaitan dengan jumlah jam

kerja, terutama untuk malam hari. Sehubungan dengan hal ini, perusahaan

perlu adanya setandar jam kerja bagi tenaga kerja wanita, khususnya.

Jumlah jam kerja yang di usulkan adalah 8 jam sehari.

Selain dari limit waktu yang diperkenankan oleh Undang-Undang

tersebut, ketentuan yang sama melarang mempekerjakan wanita untuk

melakukan pekerjaan pada waktu tertentu malam hari (UU nomor 25 pasal

98 (1)). Alasan karena malam hari sangat dibutuhkan untuk keluarga dan

rawan bagi kesehatan dan kesusilaan pekerja wanita. Disisi lain, perlu pula

diperhatikan bahwa tenaga kerja wanita bersama dengan pasangan hidupnya

Page 87: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

87

mempunyai tugas dan tanggung jawab mendidik dan mengurus rumah

tangga.

Berlakunya jam kerja tersebut tampaknya tidak terlalu

menguntungkan bila dilihat dari hilangnya waktu istirahat malam, dan

masih adanya tuntutan untuk tetap beraktifitas di pagi hari sebagai sebagai

ibu rumah tangga. Disamping itu, tampaknya pemberlakuan jam kerja

malam oleh perusahaan secara nyata tidak sejalan dengan ketentuan yang

ditetapkan Undang-Undang itu. Masalah jam kerja malam hari perlu

mendapat perhatian sendiri.

Ketidak sesuaian penerapan peraturan lebih tampak dengan adanya

tenaga kerja wanita yang kebetulan bersetatus pernah menikah dan yang

bekerja dari malam hingga pagi hari. Selain bertentangan dengan peraturan,

mereka ini adalah orang tua tunggal yang mempunyai anak yang tinggal

bersamanya. Kondisi semacam ini menuntut mereka untuk dapat mengatur

waktu dan kesehatannya agar dapat mendampingi anaknya. Kalaupun

mereka bekerja malam hari hingga pagi hari, atau menggunakan waktu tidur

anak sebagai waktu bekerjanya, tetap saja mereka ini dituntut untuk “hadir”

saat anak memerlukannya di siang hari,. Akibatnya, tenaga kerja wanita

sebagai orang tua tunggal ini tidak lagi mempunyai waktu istirahat yang

cukup. Disisi lain, mereka ini tidak mempunyai pasangan hidup yang dapat

menggantikan perannya di saat mereka memerlukan istirahat setelah bekerja

di malam hari. Dengan tingkat kelelahan yang demikian dan bila ini berlaku

untuk waktu yang relaif panjang dapat diperkirakan tingkat kesehatan dan

kesejahhteraan ibu dan anak akan menjadi semakin rendah, apalagi jika

Page 88: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

88

ditunjang dengan tingkat konsumsi makanan yang kurang memenuhi

persyaratan kebutuhan gizi yang minimum dan tingkat kebersihan rendah

serta kepadatan lingkungan yang tergolong tinggi.

Tabel: 6 Pekerja Kerja Malam Hari Dilihat dari Jam Kerja menurut

Status Pernikahan

Status

pernikahan

Jam kerja

malam hari

Pernah bekerja

malam hari (f)

TOTAL

(%)

Kawin 15.00-23.00

19.00-07.00

23.00-07.00

20.00-08.00

18

3

2

8

22.79%

(31)

Tidak/belum

kawin

15.00-23.00

19.00-07.00

23.00-07.00

20.00-08.00

21.00-06.00

80

9

5

7

1

75%

(102)

Janda 15.00-23.00

19.00-07.00

1

2

2.21%

(3)

TOTAL 136 100%

Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan (2000)

C. Biografi Singkat Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani84

1. Nasab Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

Beliau adalah Syaikh Muhammad Taqiyyuddin bin Ibrahim bin

Musthafa bin Ismail bin Yusuf An Nabhani, dinisbahkan kepada kabilah

Bani Nabhan, yang termasuk orang Arab penghuni padang sahara di

Palestina. Mereka bermukim di daerah Ijzim yang termasuk wilayah Haifa

di Palestina Utara.

2. Kelahiran dan Pertumbuhan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

84

Ihsan Samarah, Mafhum Al Adalah al Ijtima’iyah fi Al Fikri Al Islami Al Mu’ashir (terj), Dar An

Nahdlah Al Islamiyah, Beirut, cet. II, 1991, hal. 140-151, dan hal. 266-267

(syaikh taqiyyuddin an-nabhani pendiri hizbut-tahrir, http://hizbut-tahrir.or.id)

Page 89: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

89

Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani dilahirkan di Ijzim, masuk wilayah

Haifa tahun 1909. Beliau mendapat didikan ilmu dan agama di rumah dari

ayah beliau sendiri, seorang syaikh yang faqih fid din. Ayah beliau adalah

seorang pengajar ilmu-ilmu syariat di Kementrian Pendidikan Palestina.

Ibunda beliau juga menguasai beberapa cabang ilmu syariat yang diperoleh

dari kakek beliau, Syaikh Yusuf An-Nabhani. Beliau ini adalah seorang

qadhi (hakim), penyair, sastrawan, dan salah seorang ulama terkemuka

dalam Daulah Utsmaniyah.

Mengenai Syaikh Yusuf An-Nabhani, beberapa penulis biografi

menyebutkan sebagaimana yang dikutip oleh Ihsan Samarah sebagai

berikut:

“(Dia adalah) Yusuf bin Ismail bin Yusuf bin Hasan bin Muhammad

An-Nabhani asy-Syafi’i. Julukannya Abul Mahasin. Dia adalah seorang

penyair, sufi, dan salah seorang qadhi yang terkemuka. Dia menangani

peradilan (qadho’) di Qushbah Janih, termasuk wilayah Nablus. Kemudian

beliau berpindah ke Konstantinopel (Istambul) dan diangkat sebagai qadhi

untuk menangani peradilan di Sinjiq yang termasuk wilayah Moshul. Dia

kemudian menjabat sebagai ketua Mahkamah Jaza’ di al-Ladziqiyah,

kemudian di al- Quds. Selanjutnya dia menjabat sebagai ketua Mahkamah

Huquq di Beirut. Dia menulis banyak kitab yang jumlahnya mencapai 80

buah.”

Pertumbuhan Syaikh Taqiyuddin dalam suasana keagamaan yang

kental seperti itu, mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan

kepribadian dan pandangan hidup beliau. Beliau telah hafal Al-Qur’an

seluruhnya dalam usia yang amat muda, yaitu dibawah usia 13 tahun.

Beliau banyak mendapat pengaruh dai kakek beliau, Syaikh Yusuf an-

Nabhani, dan menimba ilmu beliau yang luas. Syaikh Taqituddin juga sudah

mulai mengerti masalah-masalah politik yang penting, mengingat kakek

Page 90: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

90

beliau mengalami langsung peristiwa-peristiwanya karena mempunyai

hubungan erat dengan para penguasa Daulah Utsmaniyah saat itu.

Beliau banyak menarik pelajaran dari majelis-majelis dan diskusi-

diskusi fiqih yang diselenggarakan oleh kakek beliau, Syaikh Yusuf an-

Nabhani. Kecerdasan dan kecerdikan Syaikh Taqiyuddin yang nampak saat

mengikuti majelis-majelis ilmu tersebut telah mewnarik perhatian kakeknya.

Oleh karena itu, kakek beliau begitu memperhatikan Syaikh Taqiyuddin dan

berusaha meyakinkan ayah beliau -Syaikh Ibrahim bin Musthafa- mengenai

perlunya mengirimkan Syaikh Taqiyuddin ke Al Azhar untuk melanjutkan

pendidikan beliau dalam ilmu syariah.

3. Ilmu dan Pendidikan Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

Syaikh Taqiyyuddin menerima pendidikan dasar-dasar ilmu syari’ah

dari ayah dan kakek beliau, yang telah mengajarkan hafalan Al Qur’an

sehingga beliau hafal Al Qur’an seluruhnya sebelum baligh. Di samping itu,

beliau juga mendapatkan pendidikannya di sekolah-sekolah negeri ketika

beliau bersekolah di sekolah dasar di daerah Ijzim.

Setelah itu beliau berpindah ke sebuah sekolah di Akka untuk

melanjutkan pendidikannya ke sekolah menengah. Sebelum beliau

menamatkan sekolahnya di Akka, beliau telah bertolak ke Kairo untuk

meneruskan pendidikannya di Al Azhar, guna mewujudkan dorongan

kakeknya, Syaikh Yusuf An Nabhani.

Syaikh Taqiyyuddin kemudian meneruskan pendidikannya di

Tsanawiyah Al Azhar pada tahun 1928 dan pada tahun yang sama beliau

meraih ijazah dengan predikat sangat memuaskan. Lalu beliau melanjutkan

Page 91: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

91

studinya di Kulliyah Darul Ulum yang saat itu merupakan cabang Al Azhar.

Di samping itu beliau banyak menghadiri halaqah-halaqah ilmiyah di Al

Azhar yang diikuti oleh syaikh-syaikh Al Azhar, semisal Syaikh

Muhammad Al Hidlir Husain –rahimahullah– seperti yang pernah

disarankan oleh kakek beliau. Hal itu dimungkinkan karena sistem

pengajaran lama Al Azhar membolehkannya.

Meskipun Syaikh Taqiyyuddin menghimpun sistem Al Azhar lama

dengan Darul Ulum, akan tetapi beliau tetap menampakkan keunggulan dan

keistimewaan dalam kesungguhan dan ketekunan belajar.

Syaikh Taqiyyuddin telah menarik perhatian kawan-kawan dan dosen-

dosennya karena kecermatannya dalam berpikir dan kuatnya pendapat seta

hujjah yang beliau lontarkan dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-

diskusi fikriyah, yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga ilmu yang ada

saat itu di Kairo dan di negeri-negeri Islam lainnya. Syaikh Taqiyyuddin An

Nabhani menamatkan kuliahnya di Darul Ulum pada tahun 1932. Pada

tahun yang sama beliau menamatkan pula kuliahnya di Al Azhar Asy Syarif

menurut sistem lama, di mana para mahasiswanya dapat memilih beberapa

syaikh Al Azhar dan menghadiri halaqah-halaqah mereka mengenai bahasa

Arab, dan ilmu-ilmu syari’ah seperti fiqih, ushul fiqih, hadits, tafsir, tauhid

(ilmu kalam), dan yang sejenisnya.

Pada forum-forum halaqah ilmiyah tersebut, An Nabhani dikenal oleh

kawan-kawan dan sahabat-sahabat terdekatnya dari kalangan Al Azhar,

sebagai sosok dengan pemikiran yang genial, pendapat yang kokoh,

pemahaman dan pemikiran yang mendalam, serta berkemampuan tinggi

Page 92: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

92

untuk meyakinkan orang dalam perdebatan-perdebatan dan diskusi-diskusi

fikriyah. Demikian juga beliau sangatlah bersungguh-sungguh, tekun, dan

bersemangat dalam memanfaatkan waktu guna menimba ilmu dan belajar.

4. Bidang-Bidang Aktivitas Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Syaikh Taqiyyuddin An

Nabhani kembali ke Palestina untuk kemudian bekerja di Kementerian

Pendidikan Palestina sebagai seorang guru di sebuah sekolah menengah atas

negeri di Haifa. Di samping itu beliau juga mengajar di sebuah Madrasah

Islamiyah di Haifa.

Beliau sering berpindah-pindah lebih dari satu kota dan sekolah

semenjak tahun 1932 sampai tahun 1938, ketika beliau mengajukan

permohonan untuk bekerja di Mahkamah Syari’ah. Beliau ternyata lebih

mengutamakan bekerja di bidang peradilan (qadla’) karena beliau

menyaksikan pengaruh imperialis Barat dalam bidang pendidikan, yang

ternyata lebih besar daripada bidang peradilan, terutama peradilan syar’iy.

Dalam kaitan ini beliau berkata :

“Adapun golongan terpelajar, maka para penjajah di sekolah-sekolah

missionaris mereka sebelum adanya pendudukan, dan di seluruh sekolah

setelah pendudukan, telah menetapkan sendiri kurikulum-kurikulum

pendidikan dan tsaqafah berdasar filsafat, hadlarah (peradaban) dan

pemahaman kehidupan mereka yang khas. Kemudian tokoh-tokoh Barat

dijadikan sumber tsaqafah (kebudayaan) sebagaimana sejarah dan

kebangkitan Barat dijadikan sumber asal bagi apa yang mengacaukan cara

berpikir kita.”

Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani lalu menjauhi bidang pengajaran

dalam Kementerian Pendidikan, dan mulai mencari pekerjaan lain dengan

pengaruh peradaban Barat yang relatif lebih sedikit. Beliau tak mendapatkan

pekerjaan yang lebih afdol selain pekerjaan di Mahkamah Syar’iyah yang

Page 93: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

93

dipandangnya merupakan lembaga yang menerapkan hukum-hukum syara’.

Dalam hal ini beliau berkata;

“Adapun An Nizhamul Ijtima’iy, yang mengatur hubungan pria dan

wanita, dan segala hal yang merupakan konsekuensinya (yakni Al Ahwalu

Asy Syakhshiyyah), tetap menerapkan syari’at Islam sampai sekarang,

meskipun telah berlangsung penjajahan dan penerapan hukum-hukum

kufur. Tidak diterapkan sama sekali selain Syari’at Islam di bidang itu

sampai saat ini…”.

Syaikh Taqiyyuddin sangat berkeinginan untuk bekerja di Mahkamah

Syar’iyah. Dan ternyata banyak kawan beliau –yang pernah sama-sama

belajar di Al Azhar– bekerja di sana. Dengan bantuan mereka, Syaikh

Taqiyyuddin akhirnya dapat diangkat sebagai sekretaris di Mahkamah

Syar’iyah Beisan, lalu dipindah ke Thabriya. Namun demikian, karena

beliau mempunyai cita-cita dan pengetahuan dalam masalah peradilan,

maka beliau terdorong untuk mengajukan permohonan kepada Al Majelis

Al Islamy Al A’la, agar mengabulkan permohonannya untuk mendapatkan

hak menangani peradilan. Dalam hal ini beliau menganggap bahwa dirinya

mempunyai kecakapan untuk menangani masalah peradilan.

Setelah para pejabat peradilan menerima permohonannya, mereka lalu

membeliau ke Haifa dengan tsebagai Kepala Sekretaris (Basy Katib) di

Mahkamah Syar’iyah Haifa. Kemudian pada tahun 1940, beliau diangkat

sebagai Musyawir (Asisten Qadly) dan beliau terus memegang kedudukan

ini hingga tahun 1945, yakni saat beliau dipindah ke Ramallah untuk

menjadi qadly di Mahkamah Ramallah sampai tahun 1948. Setelah itu,

beliau keluar dari Ramallah menuju Syam sebagai akibat jatuhnya Palestina

ke tangan Yahudi.

Page 94: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

94

Pada tahun 1948 itu pula, sahabatnya Al Ustadz Anwar Al Khatib

mengirim surat kepada beliau, yang isinya meminta beliau agar kembali ke

Palestina untuk diangkat sebagai qadly di Mahkamah Syar’iyah Al Quds.

Syaikh Taqiyyuddin mengabulkan permintaan itu dan kemudian beliau

diangkat sebagai qadly di Mahkamah Syar’iyah Al Quds pada tahun 1948.

Kemudian, oleh Kepala Mahkamah Syar’iyah dan Kepala Mahkamah

Isti’naf saat itu –yakni Al Ustadz Abdul Hamid As Sa’ih– beliau lalu

diangkat sebagai anggota Mahkamah Isti’naf, dan beliau tetap memegang

kedudukan itu sampai tahun 1950.

Pada tahun 1950 inilah, beliau lalu mengajukan permohonan

mengundurkan diri, karena beliau mencalonan diri untuk menjadi anggota

Majelis Niyabi (Majelis Perwakilan).

Pada tahun 1951, Syaikh An Nabhani mendatangi kota Amman untuk

menyampaikan ceramah-ceramahnya kepada para pelajar Madrasah

Tsanawiyah di Kulliyah Ilmiyah Islamiyah. Hal ini terus berlangsung

sampai awal tahun 1953, ketika beliau mulai sibuk dalam Hizbut Tahrir,

yang telah beliau rintis antara tahun 1949 hingga 1953.

5. Aktivitas Politik Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

Sejak remaja Syaikh An Nabhani sudah memulai aktivitas politiknya

karena pengaruh kakeknya, Syaikh Yusuf An Nabhani, yang pernah terlibat

diskusi-diskusi dengan orang-orang yang terpengaruh peradaban Barat,

seperti Muhammad Abduh, para pengikut ide pembaharuan, tokoh-tokoh

Freemasonry, dan pihak-pihak lain yang merongrong dan membangkang

terhadap Daulah Utsmaniyah.

Page 95: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

95

Perdebatan-perdebatan politik dan aktivitas geraknya di antara para

mahasiswa di Al Azhar dan di Kulliyah Darul Ulum, telah menyingkapkan

pula kepeduliannya akan masalah-masalah politik.

Beberapa sahabatnya telah menceritakan sikap-sikapnya yang

menggaungkan seruan-seruan yang bersifat menantang, yang mampu

memimpin situasi Al Azhar saat itu. Di samping itu, beliau juga melakukan

berbagai perdebatan dengan para ulama Al Azhar mengenai apa yang harus

dilakukan dengan serius untuk membangkitkan umat Islam.

Pada saat Syaikh An Nabhani kembali dari Kairo ke Palestina dan

ketika beliau menjalankan tugasnya di Kementerian Pendidikan Palestina,

beliau sudah melakukan kegiatan yang cukup menarik perhatian, yakni

memberikan kesadaran kepada para murid yang diajarnya dan orang-orang

yang ditemuinya, mengenai situasi yang ada saat itu. Beliau juga

membangkitkan perasaan geram dan benci terhadap penjajah Barat dalam

jiwa mereka, di samping memperbaharui semangat mereka untuk berpegang

teguh terhadap Islam. Beliau menyampaikan semua ini melalui khutbah-

khutbah, dialog-dialog, dan perdebatan-perdebatan yang beliau lakukan.

Pada setiap topik yang beliau sodorkan, hujjah beliau senantiasa kuat.

Beliau memang mempunyai kemampuan yang tinggi untuk meyakinkan

orang lain.

Beliau pindah pekerjaan ke bidang peradilan, beliau pun lalu

mengadakan kontak dengan para ulama yang beliau kenal dan beliau temui

di Mesir. Kepada mereka beliau mengajukan ide untuk membentuk sebuah

partai politik yang berasaskan Islam untuk membangkitkan kaum muslimin

Page 96: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

96

dan mengembalikan kemuliaan dan kejayaan mereka. Untuk tujuan ini pula,

beliau berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain di Palestina dan

mengajukan ide yang sudah mendarah daging dalam jiwa beliau itu kepada

tokoh-tokoh terkemuka, baik dari kalangan ulama maupun para pemikir.

Kedudukan beliau di Mahkamah Isti’naf di Al Quds sangat membantu

aktivitas beliau tersebut.

Beliau dapat menyelenggarakan berbagai seminar dan mengumpulkan

para ulama dari berbagai kota di Palestina. Dalam kesempatan itu, beliau

mengadakan dialog dengan mereka mengenai metode kebangkitan yang

benar. Beliau banyak berdebat dengan para pendiri organisasi-organisasi

sosial Islam (Jam’iyat Islamiyah) dan partai-partai politik yang bercorak

nasionalis dan patriotis. Beliau menjelaskan kekeliruan langkah mereka,

kesalahan pemikiran mereka, dan rusaknya kegiatan mereka. Selain itu,

beliau juga sering melontarkan berbagai masalah politik dalam khutbah-

khutbah yang beliau sampaikan pada acara-acara keagamaan di masjid-

masjid, seperti di Al Masjidil Aqsha, masjid Al Ibrahim Al Khalil (Hebron),

dan lain-lain.

Di dalam kesempatan seperti itu beliau selalu menyerang sistem-

sistem pemerintahan di negeri-negeri Arab, dengan menyatakan bahwa

semua itu merupakan rekayasa penjajah Barat, dan merupakan salah satu

sarana penjajah Barat agar dapat terus mencengkeram negeri-negeri Islam.

Beliau juga sering membongkar strategi-strategi politik negara-negara Barat

dan membeberkan niat-niat mereka untuk menghancurkan Islam dan

Page 97: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

97

umatnya. Selain itu, beliau berpandangan bahwa kaum muslimin

berkewajiban untuk mendirikan partai politik yang berasaskan Islam.

Semua ini ternyata membuat murka Raja Abdullah bin Al Hussain,

lalu dipanggillah Syaikh An Nabhani untuk menghadap kepadanya,

terutama karena khutbah yang pernah beliau sampaikan di Masjid Raya

Nablus.

Beliau disuruh hadir di suatu majelis lalu ditanya oleh Raja Abdullah

mengenai apa yang menyebabkan beliau menyerang sistem-sistem

pemerintahan di negeri-negeri Arab, termasuk juga negeri Yordania. Namun

Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani tidak menjawab pertanyaan itu, dan malah

berpura-pura tidak mendengar. Ini mengharuskan Raja Abdullah

mengulangi pertanyaannya tiga kali berturut-turut. Akan tetapi Syaikh

Taqiyyuddin tetap tidak menjawabnya.

Maka Raja Abdullah pun naik pitam dan berkata kepada beliau:

”Apakah kamu akan menolong dan melindungi orang yang kami

tolong dan lindungi, dan apakah kamu juga akan memusuhi orang yang

kami musuhi?”.

Lalu, Syaikh Taqiyyuddin berkata kepada dirinya sendiri:

”Kalau aku lemah untuk mengucapkan kebenaran hari ini, lalu apa

yang harus aku ucapkan kepada orang-orang sesudahku nanti ?”.

Kemudian Syaikh Taqiyyuddin bangkit dari duduknya seraya berkata:

”Aku berjanji kepada Allah, bahwa aku akan menolong dan

melindungi (agama) Allah dan akan memusuhi orang yang memusuhi

(agama) Allah. Dan aku amat membenci sikap nifaq dan orang-orang

munafik !”.

Marahlah Raja Abdullah mendengarkan jawaban itu, sehingga dia lalu

mengeluarkan perintah untuk mengusir Syaikh Taqiyyuddin dari majelis

Page 98: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

98

tersebut dan menangkap beliau. Dan kemudian Syaikh Taqiyyuddin benar-

benar ditangkap. Namun kemudian Raja Abdullah menerima permintaan

maaf dari beberapa ulama atas sikap Syaikh Taqiyyuddin tersebut lalu

memerintahkan pembebasannya, sehingga Syaikh Taqiyyuddin tidak sempat

bermalam di tahanan.

Beliau lalu kembali ke Al Quds dan sebagai akibat kejadian tadi,

beliau mengajukan pengunduran diri dan menyatakan:

”Sesungguhnya orang-orang seperti saya sebaiknya tidak bekerja

untuk melaksanakan tugas pemerintahan apa pun.”.

Syaikh Taqiyyuddin kemudian mengajukan pencalonan dirinya untuk

menduduki Majelis Perwakilan. Namun karena sikap-sikapnya yang

menyulitkan, aktivitas politik dan upayanya yang sungguh-sungguh untuk

membentuk sebuah partai politik, dan keteguhannya berpegang kepada

agama, maka akhirnya hasil pemilu menunjukkan bahwa Syaikh

Taqiyyuddin dianggap tidak layak untuk duduk dalam Majelis Perwakilan.

Namun demikian, aktivitas politik Syaikh Taqiyyuddin tidaklah mandeg dan

tekadnya pun tiada pernah luntur. Beliau terus mengadakan kontak-kontak

dan diskusi-diskusi, sehingga akhirnya beliau berhasil meyakinkan sejumlah

ulama dan qadly terkemuka serta para tokoh politikus dan pemikir untuk

membentuk sebuah partai politik yang berasaskan Islam.

Beliau lalu menyodorkan kepada mereka kerangka organisasi partai

dan pemikiran-pemikiran yang dapat digunakan sebagai bekal tsaqafah bagi

partai tersebut. Ternyata, pemikiran-pemikiran beliau ini dapat diterima dan

disetujui oleh para ulama tersebut. Maka aktivitas beliau pun menjadi

semakin padat dengan terbentuknya Hizbut Tahrir.

Page 99: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

99

Publikasi pembentukan partai ini secara resmi tersiar tahun 1953, pada

saat Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani mengajukan permohonan resmi

kepada Departemen Dalam Negeri Yordania sesuai Undang-Undang

Organisasi yang diterapkan saat itu. Dalam surat itu terdapat permohonan

izin agar Hizbut Tahrir dibolehkan melakukan aktivitas politiknya. Dalam

surat itu terdapat pula struktur kepengurusan Hizbut Tahrir dengan susunan

sebagai berikut :

a. Taqiyyuddin An Nabhani, sebagai pemimpin Hizbut Tahrir.

b. Dawud Hamdan, sebagai wakil pemimpin merangkap sekretaris.

c. Ghanim Abduh, sebagai bendahara.

d. Dr. Adil An Nablusi, sebagai anggota.

e. Munir Syaqir, sebagai anggota.

Berdasarkan permohonan yang diajukan tadi, di mana pihak

pemerintah diharapkan dapat memaklumi pendirian sebuah partai politik,

maka Hizbut Tahrir pun lalu menyewa sebuah rumah di kota Al Quds dan

memasang papan nama yang mencantumkan nama Hizbut Tahrir. Akan

tetapi Departemen Dalam Negeri Yordania lantas mengirimkan sepucuk

surat kepada Hizb yang melarangnya untuk melakukan aktivitas. Inilah teks

suratnya :

No : ND/70/52/916

Tanggal : 14 Maret 1953

Page 100: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

100

Kepada Yang Terhormat :

Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani

dan seluruh pendiri Hizbut Tahrir

Saya telah meneliti berita yang dilansir oleh surat kabar Ash Sharih

edisi hari ini yang berjudul :

“Organisasi Pembebasan (Hai’atut Tahrir) : Pembentukan Partai

Politik Secara Resmi di Al Quds.”

Saya berharap dapat memberi pengertian kepada Anda sekalian,

bahwa apa yang dilansir mengenai pembentukan partai secara resmi di Al

Quds itu, ternyata tidak dapat dibenarkan. Selain itu, kami beritahukan

bahwa surat balasan yang Anda terima dari Kepala Kantor saya,

menjelaskan bahwa permohonan Anda telah sampai kepada saya.

Bahwasanya, Undang-Undang Dasar yang ada tidak mengizinkan aktivitas

Anda sekalian. Hal itu karena izin dan pengakuan pembentukan partai,

tergantung kepada kepentingan negara –seperti yang saya sampaikan

melalui beberapa catatan yang dikirimkan kepada Anda sekalian– yang

ternyata tidak mengizinkan adanya pendirian partai.

Atas Nama Departemen Dalam Negeri,

Ali Hasanah

Atas dasar surat ini, pihak kepolisian segera menyerbu rumah yang

disewa Hizb tadi dan mencabut papan nama yang ada di sana. Hizb lalu

dilarang untuk melakukan kegiatan apa pun.

Page 101: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

101

Sejak saat itu –dan bahkan sampai saat ini– Hizb tidak dibolehkan

melakukan aktivitas dan segala aktivitasnya pun dilarang. Namun demikian,

Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani sama sekali tidak peduli dan tak

menggubris semua itu, bahkan beliau tetap bersiteguh untuk melanjutkan

misinya menyebarkan risalah yang telah beliau tetapkan sebagai asas-asas

bagi Hizb. Beliau memang sangat menaruh harapannya untuk

membangkitkan umat Islam pada Hizbut Tahrir, gerakan yang telah beliau

dirikan dan beliau tetapkan falsafahnya dengan karakter-karakter tertentu

yang beliau gali dari nash-nash syara’ dan sirah Nabi saw. Oleh karena itu,

Syaikh Taqiyyuddin kemudian menjalankan aktivitas secara rahasia dan

segera membentuk Dewan Pimpinan (Qiyadah) yang baru bagi Hizb, di

mana beliau sendiri yang menjadi pucuk pimpinannya. Dewan Pimpinan ini

dikenal dengan sebutan Lajnah Qiyadah.

Beliau terus memegang kepemimpinan Dewan Pimpinan Hizb ini

sampai wafatnya beliau pada tanggal 25 Rajab 1398 H, bertepatan dengan

tanggal 20 Juni 1977 M. Sepanjang masa kepemimpinan beliau, beliau telah

melakukan berbagai kegiatan politik yang luas. Hasil yang paling gemilang,

ialah beliau mewariskan kepada kita sebuah partai politik yang bermutu

tinggi, kuat, dan tersebar luas.

Semua upaya beliau ini telah menjadikan Hizbut Tahrir sebagai partai

dengan kekuatan Islam yang luar biasa, sehingga Hizb sangatlah

diperhitungkan dan disegani oleh seluruh pemikir dan politikus, baik yang

bertaraf regional maupun internasional, kendatipun Hizb tetap tergolong

partai terlarang di seluruh negeri di dunia.

Page 102: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

102

Di bawah kepemimpinan beliau, Hizbut Tahrir telah melancarkan

beberapa upaya pengambil-alihan kekuasaan di banyak negeri-negeri Arab,

seperti di Yordania pada tahun 1969, di Mesir tahun 1973, dan di Iraq tahun

1972. Juga di Tunisia, Aljazair, dan Sudan. Sebagian upaya kudeta ini

diumumkan secara resmi oleh media massa, sedang sebagian lainnya

memang sengaja tidak diumumkan.

Selain itu, Hizbut Tahrir telah mengeluarkan banyak selebaran

(nasyrah) politik yang penting, yang membeberkan berbagai

persekongkolan jahat untuk melawan umat Islam. Hizb juga banyak

mengirimkan memorandum politik penting kepada para politikus dan

penguasa di negeri-negeri Islam dan negeri-negeri Islam lainnya, dengan

maksud agar mereka mundur dari pemerintahan dan menyerahkannya

kepada Hizb. Atau dengan maksud memberi nasehat dan peringatan atas

tindakan-tindakan mereka yang dianggap sebagai tindak pengkhianatan.

Atau dengan maksud mengancam mereka bahwa umat suatu saat akan

mengoreksi dan memperhitungkan tindakan-tindakan mereka.

Walhasil, aktivitas politik merupakan aspek paling menonjol dalam

kehidupan Syaikh Taqiyyuddin. Bahkan sampai-sampai ada yang

berpendapat bahwa beliau adalah Hizbut Tahrir itu sendiri, karena

kemampuan beliau yang tinggi untuk melakukan analisis politik,

sebagaimana yang nampak dalam kecermatan selebaran politik yang

dikeluarkan oleh Hizb. Beliau juga banyak menelaah peristiwa-peristiwa

politik, lalu mendalaminya dengan amat cermat, disertai pemahaman

sempurna terhadap situasi-situasi politik dan ide-ide politik yang ada.

Page 103: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

103

Mereka yang mencermati selebaran-selebaran politik yang

dikeluarkan oleh Hizb, juga kitab-kitab mengenai politik yang ditulis oleh

Syaikh Taqiyyuddin, serta garis-garis besar langkah politik yang beliau

susun untuk membina pemikiran politik syabab Hizb, akan dapat

menyimpulkan bahwa Syaikh Taqiyyuddin memang benar-benar

mempunyai kemampuan luar biasa dalam masalah politik. Sungguh, beliau

termasuk salah seorang pemikir dan politikus terulung pada abad XX ini.

6. Karya-karya Syaikh Taqiyuddin An-Nabhani

Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani wafat tahun 1398 H/ 1977 M dan

dikuburkan di Pekuburan Al Auza’i di Beirut. Beliau telah meninggalkan

kitab-kitab penting yang dapat dianggap sebagai kekayaan pemikiran yang

tak ternilai harganya. Karya-karya ini menunjukkan bahwa Syaikh

Taqiyyuddin An Nabhani merupakan seorang yang mempunyai pemikiran

brilian dan analisis yang cermat. Beliaulah yang menulis seluruh pemikiran

dan pemahaman Hizb, baik yang berkenaan dengan hukum-hukum syara’,

maupun yang lainnya seperti masalah ideologi, politik, ekonomi, dan sosial.

Inilah yang mendorong sebagian peneliti untuk mengatakan bahwa Hizbut

Tahrir adalah Taqiyyuddin An Nabhani.

Kebanyakan karya Syaikh Taqiyyuddin An Nabhani berupa kitab-

kitab tanzhiriyah (penetapan pemahaman/pandangan) dan tanzhimiyah

(penetapan peraturan), atau kitab-kitab yang dimaksudkan untuk mengajak

kaum muslimin untuk melanjutkan kehidupan Islam dengan mendirikan

Daulah Islamiyah. Al Ustadz Dawud Hamdan telah menjelaskan karakter

kitab-kitab Syaikh Taqiyyuddin –yang termasuk kitab-kitab yang

Page 104: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

104

disebarluaskan oleh Hizbut Tahrir– secara mendalam dan tepat dengan

pernyataannya :

“Sesungguhnya kitab ini –yakni kitab Ad Daulah Al Islamiyyah–

bukanlah sebuah kitab untuk sekedar dipelajari, akan tetapi kitab ini dan

kitab lainnya yang telah disebarluaskan oleh Hizbut Tahrir –seperti kitab

Usus An Nahdlah, Nizhamul Islam, An Nizham Al Ijtima’i fi Al Islam, An

Nizham Al Iqthishady fi Al Islam, Nizham Al Hukm, Asy Syakhshiyah Al

Islamiyah, At Takattul Al Hizbi, Mafahim Hizhut Tahrir, Mafahim Siyasiyah

li Hizbit Tahrir– menurut saya adalah kitab yang dimaksudkan untuk

membangkitkan kaum muslimin dengan jalan melanjutkan kehidupan Islam

dan mengemban dakwah Islamiyah.”

Alasan inilah yang menyebabkan kitab-kitab Syaikh Taqiyyuddin

terlihat istimewa karena mencakup dan meliputi berbagai aspek kehidupan

dan problematika manusia. Kitab-kitab yang membahas aspek-aspek

kehidupan individu, politik, kenegaraan, sosial, dan ekonomi tersebut,

merupakan landasan ideologis dan politis bagi Hizbut Tahrir, di mana

Syaikh Taqiyyuddin menjadi motornya.

Disebabkan beraneka ragamnya bidang kajian dalam kitab-kitab yang

ditulis oleh Syaikh Taqiyyuddin, maka tak aneh bila karya-karya beliau

mencapai lebih dari 30 kitab. Ini belum termasuk memorandum-

memorandum politik yang beliau tulis untuk memecahkan problematika-

problematika politik. Belum lagi banyak selebaran-selebaran dan

penjelasan-penjelasan mengenai masalah-masalah pemikiran dan politik

yang penting.

Karya-karya Syaikh Taqiyyuddin, baik yang berkenaan dengan politik

maupun pemikiran, dicirikan dengan adanya kesadaran, kecermatan, dan

kejelasan, serta sangat sistematis, sehingga beliau dapat menampilkan Islam

sebagai ideologi yang sempurna dan komprehensif yang diistimbath dari

Page 105: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

105

dalil-dalil syar’i yang terkandung dalam Al Kitab dan As Sunnah. Karya-

karya beliau dapat dikatakan sebagai buah usaha keras pertama yang

disajikan oleh seorang pemikir muslim pada era moderen ini di dalam

jenisnya.

Karya-karya syaikh taqiyuddin an-nabhani yang paling terkenal, yang

memuat pemikiran dan ijtihad beliaun diantaranya: Nizamul-Islam, Mafahim

Hizbut-Tahrir, At-Takatul-Hizbi, An-Nizamul-Iqtisadi fil-Islam, An-

Nizamul-Ijtima’i, Nizamul-Hukmi fil-Islam, Ad-Dustur, Muqqadimatud-

Dustur, Ad-Daulatul-Islamiyah, Asy-Syakhsiyatul-Islamiyah Juz I,II dan III,

Nazarah Siyasiyah, Nida’un Har, Al-Khilafah, At-Tafkir, Ad-Dausiyah,

Sur’atul-Badihah, Nuqtatul-Intilaq, Dukhulul-Mujtama’, Inqazu Falastin,

Risalatul-Arab, Tasalluh Misra, Ittifaqiyah As-Suna’iyatul-Misiriyah As-

Suriyah wal Yamaniyah, Hallu Qadiyati Falastina ‘Ala Tariqatil-Amrikiyah

wal-Injiliziyah, Nazariyatul-Faragus-Siyasa Haula Masyru’i Aizanhawer.

Semua ini belum termasuk ribuan selebaran-selebaran (nasyrah)

mengenai pemikiran, politik, dan ekonomi, serta beberapa kitab yang

dikeluarkan atas nama anggota Hizbut Tahrir –dengan maksud agar kitab-

kitab itu mudah beliau sebarluaskan– setelah adanya undang-undang yang

melarang peredaran kitab-kitab karya Syaikh Taqiyyuddin. Di antara kitab

itu adalah : As Siyasah Al Iqthishadiyah Al Mutsla, Naqdlul Isytirakiyah Al

Marksiyah, Kaifa Hudimat Al Khilafah, Ahkamul Bayyinat, Nizhamul

Uqubat, Ahkamush Shalat, Al Fikru Al Islami.

Apabila karya-karya Syaikh Taqiyyuddin tersebut ditelaah dengan

seksama, terutama yang berkenaan dengan aspek hukum dan ilmu ushul,

Page 106: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

106

akan nampak bahwa beliau sesungguhnya adalah seorang mujtahid yang

mengikuti metode para fuqaha dan mujtahidin terdahulu. Hanya saja, beliau

tidak mengikuti salah satu aliran dalam ijtihad yang dikenal di kalangan

Ahlus Sunnah. Artinya, beliau tidak mengikuti suatu madzhab tertentu di

antara madzhab-madzhab fiqih yang telah dikenal, akan tetapi beliau

memilih dan menetapkan (mentabanni) ushul fiqih tersendiri yang khusus

baginya, lalu atas dasar itu beliau mengistimbath hukum-hukum syara’.

Perlu diingat di sini bahwa ushul fiqih Syaikh Taqiyyuddin An

Nabhani tidaklah keluar dari metode fiqih Sunni, yang membatasi dalil-dalil

syar’i pada Al Kitab, As Sunnah, Ijma’ Shahabat, dan Qiyas Syar’iy, yakni

Qiyas yang illat-nya terdapat dalam nash-nash syara’ semata.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’an al-Karim, Departemen Agama RI

Afifuddin dan Beni Ahmad Saebani, Metodologi Penelitian Kualitatif, Pustaka

Setia, Bandung, 2009

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekata Praktek, Penerbit

Rineka Cipta, Jakarta, 2002

As-Sabatin, Yusuf, Bisnis Islami dan Kritik atas Praktik Bisnis ala Kapitalis

(terj.), Al-Azhar Press, Bogor, 2009

Page 107: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

107

‘Atha bin Khalil, Ushul Fiqh: Kajian Ushul Fiqh Mudah dan Praktis (terj.),

Pustaka Thariqul Izzah, Bogor, 2003.

An-Nabhani, Taqiyuddin, Membangun Sistem Ekonomi alternatif perspektif

Islam, Risalah Gusti, Surabaya, 1996

-----------, Sistem Ekonomi Islam, Tim HTI Press, Jakarta, 2010

-----------, An-Nizham Al-Ijtima’i fi Al-Islam (terj.), HTI Press, Jakarta, 2011

---------- , Asy Syakhshiyah al Islamiyah jilid 1 (terj.), HTI Press, Jakarta, 2008.

---------- , Asy Syakhshiyah al Islamiyah jilid 3 (terj.), HTI Press, Jakarta, 2008.

Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Masyarakat, Profil Gender Dan Anak,

Profinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011

Bugin, burhan, penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, kebijakan public, dan

ilmu social lainnya, kencana, Jakarta, ed. 1, cet. 4, 2010

Bhattacharya A.,and J.D. Glothlin, Occupational Ergonomics Theory and

applications, Marcel Dekker, Inc. 1996

Dawabah, Asyraf Muhammad, Muslimah Karier (terj.), Mashun, Sidoarjo, 2009

Fauzi, Ridzal, Dinamika Gerakan Wanita di Indonesia,Tiara Wacana,

Yogyakarta, 2000

Habib, Sa’di Abu, Ensiklopedi Ijma’: Persepakatan Ulama Dalam Hukum Islam

(terj), Pustaka Firdaus, Jakarta, 1987

Hasyim, Syafiq, Hal-hal Yang Tak Terpikirkan Tentang Isu-isu Keperempuanan

Dalam Islam: Sebuah Dokumentasi, Mizan, Bandung, 2001

Indah Haruswati dkk, Masalah Tenaga Kerja Wanita di Sektor Industri, Pusat

Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Deputy IV, Cet. 1,

Jakarta, 2000

Ismail, Muhammad et.al, Pengantar Manajemen Syariat, cet. 2, Khairul Bayan,

Jakarta Selatan, 2003

Iwan Prayitno, Wanita Islam Perubah Bangsa, Pustaka Tarbiatuna, Jakarta, 2003

Lexy J Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung

2000.

Manuaba, A, Ergonomi, Kesehatan dan Keselamatan Kerja, Editor: Sritomo W

dan Schultz, D.P. Psychology and Industry Today, An Introduction to

Page 108: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

108

Industrial and Organizational Psychology, Third Edition, Macmillan

Publishing Co. Inc., New York, 1982

Matar, Husain, Al-Targhib wa Al-Tarhib, Al-Hidayah, Surabaya

Maurits, Lientje Setyawati, Widodo, Imam Djati “Faktor Dan Penjadualan Shift

Kerja” Program Studi Ilmu Kesehatan Kerja, Fakultas Kedokteran,

Universitas Gadjah Mada dan Program Studi Teknik Industri, Fakultas

Teknologi Industri, Universitas Islam Indonesia, jurnal Teknoin,

Volume 13, Nomor 2, Desember 2008, 11-22 ISSN: 0853-8697

Mughniyah, Muhammad Jawad, Fiqh Lima Madzhab: Ja’fari, Hanafi, Maliki,

Syafi’I, Hambali, (terj), PT Lentera Basritama , Jakarta, , cet. VII,

2001

Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif,

Rajawali Press, Jakarta, 2008.

Oxford University Press, Oxford Advanced Learner’s Dictionary, United

Kingdom, 2005

Prayitno, Iwan, Wanita Islam Perubah Bangsa, Pustaka Tarbiatuna, Jakarta, 2003

Pulat, B.M. Fundamental of Industrial Ergonomics, Prentice Hall, Englewood

Cliffs, New Jersey, USA, 1992

Puteri, Ruri Kartika, “ gambaran stress kerja pada perawat shift malam di ruang

instalasi gawat darurat RSUD di pirngadi medan tahun 2009” Skripsi

Sarjana. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara,

Medan, 2009

Ridzal, Fauzi, Dinamika Gerakan Wanita di Indonesia,Tiara Wacana,

Yogyakarta, 2000

Saksono,A, Perlindungan Tenaga Kerja Wanita. Model Kursus Tertulis bagi

Dokter Hyperkes Pusat Pelayanan Ergonomic KKK Departemen,

Jakarta, 1991

Salim, Amru Abdul Mun'in, Sifat-sifat Istri Shalihah, Najla Press, Jakarta, 2005

Samarah, Ihsan, Mafhum Al Adalah al Ijtima’iyah fi Al Fikri Al Islami Al

Mu’ashir (terj), Dar An Nahdlah Al Islamiyah, Beirut, cet. II, 1991

(syaikh Taqiyyuddin An-Nabhani pendiri hizbut-tahrir, http://hizbut-

tahrir.or.id)

Sharpe, J, Shift work and long hours: risky business, Rock Product, January, 2007

Page 109: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

109

Shihab, Quraish, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, vol.

11, Lentera hati , cet. I, Jakarta, 2003

Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metode Penelitian Untuk Ekonomi Dan Bisnis,

Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN, Yogyakarta, 1993

Suma’mur, P.K. Ergonomi untuk Produktivitas Kerja, Yayasan Swabhawa Karya,

Jakarta, 1993

Sumbulah, Umi dkk, Spektrum Gender, UIN Press, Malang, 2008

Tarwaka, Produktivitas dan Pemanfaatan Sumberdaya Manusia, Majalah

Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Jakarta, XXI (4) dan XXII (1), 1999

Tayyari, F., and J.L., Occupational Ergonomics Principles and applications, T.J.

Press Ltd, Great Britain, Smith, 1997

----------- dan Smith, J. L, Occupational Ergonomics: Principles and

Applications, Chaman & Hall, London, 1997

Tim Penulis Komunitas Pengusaha Rindu Syariah (PRS), Pokok-Pokok Panduan

Implementasi Syariah dalam Bisnis, Cetakan ke 2, Pustaka PRS,

Bogor, 2010

Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Masyarakat, Profil Gender Dan Anak,

Profinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011, hal. 34-35, diakses 5 Mei

2012

http: hizbut-tahrir.or.id, Rahma Qomariyah, Wanita Dipersimpangan Jalan:

Kepala Rumah Tangga Perempuan Atau Ibu Rumah Tangga, diakses

13 Agustus 2012

http:health.detik.com, Andri, gangguan tidur akibat shift kerja, diakses 30

Oktober 2012

http:www.kabar6.com, Waspada Serangan Jantung di Usia Muda, diakses 30

Oktober 2012

web. regulasi.com, Peraturan Menteri Tenaga Kerja R.L. Nomor per-

04/men/1989, diakses 27 Juni 2012

www.dedylondong.blogspot.com, Dedy Londong, Penjadwalan Shift Kerja, di

akses 12 Oktober 2012

www.bappenas.go.id, Peranan Wanita, Anak Dan Remaja Dan Pemuda, diakses

25 Juli 2012

Page 110: Wanita Bekerja Dengan Pola Shift Malam Mnrt Islam

110

www.hizbut-tahrir.or.id, Al-Islam, kapitalisme demokrasi gagal melindungi kaum

wanita, diakses 12 Oktober 2012