Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Upload
    adnan

  • View
    195

  • Download
    1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Buku ini berisi materi semi-populer tentang Tata Surya. Kesukaran materinya di atas ensiklopedia, namun di bawah buku pelajaran.Yang dibahas yaitu planet, Hukum Kepler dan Hukum Gravitasi Newton, benda-benda selain Matahari dan planet, serta teknik pengumpulan data dalam astronomi.Versi blog buku ini ada di gocodealpha.blogspot.com.

Citation preview

  • Wawasan Mutakhir Tata SuryaEtty Jaskarti

    Alma Nuradnan Pramudita

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdu lillah buku Wawasan Mutakhir Tata Surya telah selesai.

    Bagaimanapun tanpa berbagai kemudahan dari Allah, tidak mungkin

    buku ini dapat selesai.

    Buku ini merupakan peralihan antara ensiklopedia dan buku pelajaran.

    Isinya sengaja dibuat lebih berat dari ensiklopedia untuk menegaskan

    fakta bahwa astronomi merupakan bagian dari ilmu fisika. Pertimbangan

    penegasan ini yaitu belum banyak diketahuinya kondisi belajar dan pola

    pikir ilmu astronomi. Pun isi buku ini sengaja dibuat lebih ringan dari buku

    pelajaran karena astronomi, sebagai ilmu tersendiri, tidak diajarkan di

    sekolah menengah.

    Meskipun penalaran matematika dan fisika dalam buku ini boleh jadi

    membuat dahi berkerut, namun semoga buku ini justru menjadi hiburan

    menantang bagi siswa sekolah menengah atas.

    Semoga buku ini bermanfaat. Saran dan kritik akan sangat diperlukan

    untuk menambah manfaat buku ini.

    Bandung, 25 Juli 2011

    Penulis

    Wawasan Mutakhir Tata Surya i

  • DAFTAR ISI

    Kata Pengantar i

    Daftar Isi ii

    Daftar Gambar v

    Daftar Tabel viii

    BAB I. PENDAHULUAN 1

    BAB II. PLANET DI TATA SURYA 3

    A. Tata Surya dan Karakteristiknya 3

    1. Matahari Sebagai Pusat Tata Surya 3

    2. Anggota Tata Surya 4

    a. Matahari 4

    b. Planet 6

    1) Merkurius 6

    2) Venus 8

    3) Bumi 10

    4) Mars 11

    5) Jupiter 12

    6) Saturnus 13

    7) Uranus 15

    8) Neptunus 16

    B. Klasifikasi Planet 17

    C. Tugas Bab II 20

    ii Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • BAB III. HUKUM KEPLER DAN HUKUM NEWTON 21

    A. Hukum Kepler 21

    1. Hukum I Kepler 21

    2. Hukum II Kepler 22

    3. Hukum III Kepler 22

    B. Hukum Gravitasi Universal 24

    C. Penerapan Hukum Gravitasi Universal 29

    D. Percepatan Gravitasi Bumi 33

    E. Hubungan Hukum Newton dan Hukum III Kepler 35

    F. Tugas Bab III 38

    BAB IV. WAWASAN MUTAKHIR TATA SURYA 39

    A. Asteroid 37

    1. Sabuk Asteroid 38

    2. Asteroid Trojan 42

    3. Near Earth Asteroid (NEA) 43

    B. Komet 45

    C. Sabuk Kuiper 49

    D. Planet Kerdil 51

    1. Sejarah Penemuan Pluto 52

    2. Kelompok Baru Tempat Pluto 54

    E. Awan Oort 56

    F. Tugas Bab IV 60

    BAB V. PENGUMPULAN DATA ASTRONOMI 61

    A. Pencatatan Posisi Benda Langit 59

    1. Sistem Koordinat Horizon 59

    Wawasan Mutakhir Tata Surya iii

  • a. Deklinasi Magnetik 62

    2. Sistem Koordinat Ekuatorial 65

    B. Gerak Semu Planet dan Bintang 68

    C. Teleskop 70

    D. Fotometri 74

    E. Spektroskopi 77

    F. Tugas Bab V 84

    GLOSARIUM 85

    DAFTAR PUSTAKA

    iv Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar II.1. Perbandingan jarak dan ukuran planet-planet. 3

    Gambar II.2. Foto Matahari. 5

    Gambar II.3. Foto permukaan Matahari. 5

    Gambar II.4. Foto Merkurius. 7

    Gambar II.5. Foto Caloris Basin. 7

    Gambar II.6. Foto permukaan Venus dalam gelombang radio. 9

    Gambar II.7. Foto Venus dalam sinar tampak. 9

    Gambar II.8. Foto Bumi. 10

    Gambar II.9. Perbandingan ukuran planet-planet kebumian. 10

    Gambar II.10. Foto Mars. 11

    Gambar II.11. Foto Kawah Victoria, Cape Verde. 12

    Gambar II.12. Foto Jupiter. 13

    Gambar II.13. Foto Bintik Merah Jupiter. 13

    Gambar II.14. Foto Saturnus. 14

    Gambar II.15. Foto badai Saturnus. 14

    Gambar II.16. Foto Uranus. 16

    Gambar II.17. Foto cincin dan awan Uranus. 16

    Gambar II.18. Foto Neptunus. 17

    Gambar II.19. Foto badai Neptunus. 17

    Gambar II.20. Posisi planet terhadap Bumi. 19

    Gambar III.1. Anatomi elips. 22

    Gambar III.2. Ilustrasi Hukum II Kepler. 22

    Gambar III.3. Instrumen Henry Cavendish. 28

    Gambar III.4. Resultan gaya gravitasi. 30

    Gambar III.5. Sudut siku-siku Matahari, Bulan, Bumi. 31

    Wawasan Mutakhir Tata Surya v

  • Gambar IV.1. Foto Ceres. 41

    Gambar IV.2. Foto Ida dan Dactyl. 41

    Gambar IV.3. Ilustrasi model kerapatan sabuk asteroid. 42

    Gambar IV.4. Ilustrasi sebaran asteroid. 42

    Gambar IV.5. Ilustrasi titik-titik Lagrange. 45

    Gambar IV.6. Ilustrasi orbit NEA. 46

    Gambar IV.7. Potret komet Halley. 47

    Gambar IV.8. Inti komet Tempel 1. 47

    Gambar IV.9. Anatomi komet. 49

    Gambar IV.10. Ilustrasi sabuk Kuiper. 52

    Gambar IV.11. Plat foto penemuan Pluto. 55

    Gambar IV.12. Plat foto penemuan Charon. 56

    Gambar IV.13. Foto Pluto dan tiga satelitnya. 56

    Gambar IV.14. Ilustrasi sistem Pluto-Charon. 57

    Gambar IV.15. Ilustrasi ukuran awan Oort. 58

    Gambar IV.16. Ilustrasi ukuran awan Oort. 59

    Gambar V.1. Ilustrasi sudut ketinggian. 62

    Gambar V.2. Sudut ketinggian dua objek yang berbeda. 62

    Gambar V.3. Ilustrasi sudut azimut. 63

    Gambar V.4. Sudut azimut dua objek yang berbeda. 63

    Gambar V.5. Arah pengukuran sudut azimut. 63

    Gambar V.6. Pengukuran sudut azimut menggunakan kompas. 63

    Gambar V.7. Variasi posisi kutub utara magnet Bumi. 63

    Gambar V.8. Konvensi tanda deklinasi magnetik. 65

    Gambar V.9. Peta deklinasi magnetik. 66

    Gambar V.10. Program prediksi deklinasi dari NOAA. 67

    Gambar V.11. Ekuinoks dan titik balik Matahari. 68

    vi Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar V.12. Ilustrasi sistem koordinat ekuatorial. 69

    Gambar V.13. Orientasi pengamat terhadap ekuator. 70

    Gambar V.14. Orientasi ekuator terhadap pengamat. 71

    Gambar V.15. Garis edar Matahari pada 21 Desember. 72

    Gambar V.16. Bayangan nyata pada lensa cembung. 73

    Gambar V.17. Bayangan maya pada lensa cembung. 74

    Gambar V.18. Sistem optik dengan dua lensa cembung. 75

    Gambar V.19. Foto gugus Pleiades. 77

    Gambar V.20. Penentuan intensitas piksel foto bintang. 78

    Gambar V.21. Spektrum langit. 79

    Gambar V.21. Ilustrasi spektrum kontinu benda hitam. 80

    Gambar V.22. Warna lava. 80

    Gambar V.23. Pembentukan garis emisi dan serapan. 81

    Gambar V.24. Nebula planet M 57. 82

    Gambar V.24. Korona Matahari. 82

    Gambar V.24. Spektrograf sederhana. 83

    Wawasan Mutakhir Tata Surya vii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel II.1. Kala rotasi, kala revolusi, dan jarak planet. 6

    Tabel III.1. Hubungan percepatan gravitasi dengan ketinggian. 33

    Tabel III.2. Percepatan gravitasi beberapa tempat di Bumi. 34

    Tabel IV.1. Perbandingan jarak planet dari Matahari. 39

    Tabel IV.2. Tahun penemuan dan massa asteroid. 40

    Tabel IV.3. Sumbu semimayor komet. 51

    viii Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    Banyak kalangan yang senang pada dunia astronomi. Namun sering bagi

    yang belum pernah mendalami astronomi, Tata Surya merupakan

    lingkungan terbesar yang dapat dibayangkan. Ini lazim karena ukuran

    dalam kehidupan sehari-hari jauh lebih kecil dari ukuran di Tata Surya.

    Dapat dengan mudah dibayangkan sejauh apa 1.000 km itu, namun tidak

    selalu mudah membayangkan sejauh apa 8 menit cahaya itu.

    Dalam buku ini, dibahas Tata Surya, yang merupakan lingkungan

    terdekat di luar atmosfer Bumi. Biasanya dalam buku teks sekolah

    menengah, materi astronomi disajikan sebagai penambah wawasan saja.

    Pembahasan paling dalam biasanya seputar fase Bulan, jarak planet dari

    Matahari, periode revolusinya, pembentukan Tata Surya, atau komet.

    Pada permulaan buku ini, hanya disajikan wawasan seputar Matahari

    dan planet. Kemudian, aliran informasi ini segera diikuti dengan paparan

    matematis tentang hukum-hukum di Tata Surya.

    Baik menyenangkan maupun tidak, kajian matematis menimbulkan

    kepenatan. Kepenatan ini diredakan dengan wawasan mutakhir tentang

    Tata Surya. Bahasannya yaitu anggota Tata Surya selain Matahari dan

    planet. Termasuk di dalamnya yakni status baru Pluto dan lingkungan

    terluar Tata Surya. Dua hal tadi cukup ramai dikaji seiring dengan makin

    canggihnya teknologi penginderaan. Akhirnya sebagai penutup buku ini,

    disajikan sejumlah hal terkait pengumpulan data dalam astronomi.

    Pendahuluan 1

  • Berikut poin-poin bahasan dalam buku ini.

    Planet di Tata Surya: Matahari dan planet, temperatur lingkungan

    planet, kala revolusi, kala rotasi, klasifikasi planet

    Hukum Kepler dan Hukum Newton: Hukum Kepler, alur pemikiran

    Hukum Gravitasi Universal, contoh kasus terkait gaya gravitasi,

    gaya gravitasi dan gaya berat, gaya gravitasi dan percepatan

    gravitasi

    Wawasan Mutakhir Tata Surya: ragam kelompok asteroid, anatomi

    komet, orbit komet, sabuk Kuiper, planet kerdil, status mutakhir

    Pluto, awan Oort

    Pengumpulan Data Astronomi: koordinat benda langit, variasi gerak

    semu benda langit, bayangan pada lensa, fotometri, sistem

    magnitudo bintang, spektroskopi, penentuan jenis unsur pada

    bintang

    Meskipun tidak memuat materi kalkulus, selain sedikit materi limit pada

    akhir buku, penalaran matematika dan fisika dalam buku ini

    membutuhkan kompetensi akademik setingkat sekolah menengah atas.

    2 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • BAB II

    PLANET DI TATA SURYA

    A. Isi Tata SuryaSistem Tata Surya merupakan kumpulan benda langit yang terdiri atas

    Matahari, planet, planet kerdil, asteroid, komet, serta meteoroid, yang

    semuanya mengitari Matahari akibat gaya gravitasi.

    Gambar II.1. Perbandingan jarak dari Matahari dan

    ukuran planet di Tata Surya. (NASA/JPL)

    1. Matahari Sebagai Pusat Tata SuryaMatahari merupakan pusat Tata Surya. Bumi yang hanyalah satu dari

    anggota Tata Surya. Pun Matahari hanya satu dari jutaan bintang yang

    ada di Galaksi.

    Planet di Tata Surya 3

  • Sebagai bintang, Matahari sama saja dengan bintang-bintang lain.

    Karena jauh lebih dekat ke Bumi dibandingkan bintang-bintang lain,

    Matahari tampak seperti piringan cahaya besar. Bintang-bintang lain

    sangat jauh dari Bumi sehingga hanya tampak sebagai titik-titik cahaya.

    2. Anggota Tata SuryaSemua anggota Tata Surya beredar mengitari Matahari, atau berevolusi,

    dalam lintasan elips. Akibatnya, anggota Tata Surya pada suatu waktu

    berada pada titik terdekat dan pada waktu lain berada pada titik terjauh

    dari Matahari. Titik terdekat dengan Matahari disebut perihelion,

    sedangkan titik terjauhnya disebut aphelion. Laju revolusi anggota Tata

    Surya tidak tetap. Di dekat dekat perihelion, kelajuannya lebih besar

    dibandingkan dengan di dekat aphelion. Bentuk orbit, laju revolusi, serta

    hubungan antara ukuran orbit dan kala revolusi dirangkum dalam Hukum

    Kepler.

    a. Matahari

    Matahari merupakan bintang terdekat dari Bumi. Jarak rata-rata Bumi

    dari Matahari yaitu 149.600.000 km. Jarak ini dijadikan rujukan satu

    satuan astronomi (SA: Satuan Astronomi atau AU: Astronomical Unit).

    Matahari merupakan pusat gerak anggota Tata Surya. Gaya gravitasi

    Matahari menjadikan semua planet beredar mengitari Matahari, dan

    demikian juga benda-benda lainnya, seperti asteroid dan komet. Matahari

    sendiri berotasi dengan arah sesuai arah rotasi sebagian besar planet

    dan satelit.

    4 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar II.2. Foto Matahari.

    Nampak letupan plasma Matahari,

    yang cukup besar dibandingkan

    jari-jari Matahari. (NASA/ESA)

    Gambar II.3. Foto permukaan

    Matahari, diambil menggunakan

    wahana Hinode. (JAXA/NASA)

    Periode rotasi ekuator Matahari yaitu sekitar 34 hari, sedangkan rotasi

    kutubnya butuh waktu sekitar 27 hari. Perbedaan itu disebabkan wujud

    gas Matahari. (Sebenarnya, materi di Matahari berwujud plasma, bukan

    gas. Meskipun demikian dalam banyak kasus, dapat dianggap materi di

    Matahari berwujud gas.) Matahari bukanlah bintang yang besar.

    Letaknya yang lebih dekat dari Bumi dibandingkan bintang-bintang

    lainnya menjadikan Matahari tampak seperti bola besar bercahaya,

    sedangkan bintang-bintang lainnya tampak seperti titik bercahaya.

    Panas dan cahaya Matahari berasal dari reaksi fusi, yaitu penggabungan

    inti hidrogen menjadi helium pada suhu dan tekanan yang sangat tinggi.

    Suhu di pusat Matahari sekitar 35.000.000 C. Panas ini merambat dari

    Planet di Tata Surya 5

  • dalam ke luar bola Matahari. Suhu di permukaan Matahari sekitar 6.000

    C. Panas inilah yang dipancarkan ke ruang angkasa hingga akhirnya

    mencapai permukaan Bumi.

    b. Planet

    Sampai saat ini, dikenal delapan planet yang mengelilingi Matahari, yaitu

    Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus.

    Planet-planet tersebut tidak memancarkan cahaya sendiri, tetapi

    memantulkan cahaya Matahari. Kata planet berasal dari bahasa Yunani,

    yaitu planetei, yang artinya pengembara. Namanya demikian karena

    kedudukan planet terhadap bintang-bintang pada bola langit tidak tetap.

    Selain mengitari Matahari, planet juga berotasi pada sumbunya. Periode

    revolusi dan rotasi setiap planet dapat dilihat dalam tabel II.1.

    Tabel II.1. Delapan planet yang Mengelilingi Matahari.

    planet kala rotasi

    (hari)

    kala revolusi

    (hari)

    rerata jarak ke

    Matahari (juta km)

    Merkurius 58,6 88 57,9

    Venus 243 224,7 108,23

    Bumi 23,9 365,25 150

    Mars 24,6 687 228

    Jupiter 9,8 11,9 778

    Saturnus 10,2 29,5 1.427

    Uranus 10,8 84 2.870

    Neptunus 15,6 164,8 4.497

    1) Merkurius

    6 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Merkurius berdiameter 4.878 km dan merupakan planet terdekat dari

    Matahari. Jarak rata-rata Merkurius-Matahari yaitu 57,9 juta km. Karena

    ukuran dan kedekatannya dengan Matahari, planet ini sulit diamati dari

    Bumi jika tanpa teleskop. Merkurius dapat diamati sebagai titik terang di

    dekat cakrawala timur sebelum Matahari terbit atau di dekat cakrawala

    barat sesudah Matahari terbenam. Laju revolusinya mencapai 48 km/s

    dan kala revolusinya 88 hari Bumi.

    Gambar II.4. Foto Merkurius.

    Nampak banyak kawah tumbukan. (NASA/Johns Hopkins University Applied

    Physics Laboratory/Carnegie Institution of

    Washington)

    Gambar II.5. Caloris Basin, satu

    daerah di permukaan Merkurius,

    dipotret menggunakan wahana

    Mariner 10. (NASA)

    Meskipun Merkurius memiliki permukaan yang mirip Bulan, namun

    struktur dalamnya lebih menyerupai Bumi. Diperkirakan bahwa Merkurius

    Planet di Tata Surya 7

  • sebagian besar juga terdiri atas besi dan unsur-unsur berat seperti di

    Bumi. Keadaan cuaca di Merkurius sangat kering dan panas pada bagian

    siang, serta hampir tanpa udara. Intensitas sinar Matahari di

    permukaannya tujuh kali lebih kuat dibandingkan di permukaan Bumi.

    Atmosfer Merkurius sangat tipis dan tidak menyerap banyak sinar

    Matahari. Dampaknya yaitu suhu siang hari di Merkurius mencapai 427

    C, sedangkan suhu malam hari mencapai -173 C. Tipisnya atmosfer

    Merkurius juga menyebabkan langit Merkurius gelap sehingga mungkin

    bintang-bintang terlihat di siang hari.

    2) VenusVenus dikenal sebagai kembaran Bumi karena ukuran keduanya hampir

    sama. Diameter Venus 12.100 km, atau 644 km lebih kecil dari diameter

    Bumi. Jarak terdekat Venus dari Bumi yaitu 41,4 juta km, lebih dekat dari

    jarak terdekat Mars dari Bumi (55,7 juta km). Jarak Venus-Matahari

    sekitar 108 juta km. Venus mengitari Matahari dalam 225 hari. Dilihat dari

    Bumi, Venus merupakan benda langit paling terang setelah Matahari dan

    Bulan. Kala rotasi Venus sangat lama, yaitu 243 hari. Tidak seperti Bumi

    dan planet lain yang arah rotasinya sama dengan arah revolusinya, arah

    rotasi Venus berlawanan dengan arah revolusinya (retrograde).

    Para geolog mengalami kesulitan mempelajari permukaan Venus karena

    terhalang awan tebal. Dengan radar pada wahana ruang angkasa

    Venera, Pioneer, dan Magellan, informasi tentang permukaan Venus

    dapat diperoleh. Permukaan Venus sangat kering dan panas. Tidak ada

    zat cair pada permukaan Venus akibat tingginya temperatur, yang

    menyebabkan semua cairan menguap.

    8 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar II.6. Permukaan Venus,

    dipotret dalam sinar radio dan

    ditampilkan dalam warna sintetik. (NASA)

    Gambar II.7. Venus dalam sinar

    tampak. Permukaannya tidak

    terlihat karena sinar tampak tidak

    dapat menembus atmosfernya

    yang kedap. (NASA/Ricardo Nunes)

    Atmosfer Venus lebih tebal dari atmosfer planet kebumian lain. Penyusun

    utama atmosfernya adalah karbondioksida serta sejumlah kecil nitrogen

    dan uap air. Tekanan atmosfer Venus diperkirakan mencapai 90 kali

    tekanan atmosfer Bumi. Temperatur lapisan paling atas Venus sekitar 13

    C, namun temperatur permukaannya 462 C, lebih panas dibandingkan

    permukaan planet lainnya. Tingginya suhu permukaan Venus merupakan

    akibat efek rumah kaca. Energi sinar Matahari masuk dan ditahan oleh

    molekul-molekul udara di Venus; awan tebal dan atmosfer Venus

    menjadi penjebak energi sinar Matahari.

    Planet di Tata Surya 9

  • 3) BumiBumi merupakan planet tempat manusia hidup, satu-satunya planet yang

    diketahui memiliki kehidupan sampai saat ini. Bumi merupakan planet

    kelima terbesar, dengan diameter kira-kira 13.000 km (lima kali diameter

    Pluto, yang merupakan planet kerdil, dan 1/11 kali planet Jupiter, yang

    merupakan planet terbesar). Bumi berada pada jarak kira-kira 150 juta

    km dari Matahari. Jarak ini disebut satu satuan astronomi (SA). Suhu

    rata-rata permukaan Bumi 14 C. Hanya planet Bumi yang atmosfernya

    memiliki cukup oksigen untuk mendukung kehidupan.

    Gambar II.8. Foto Bumi. (NASA)

    Gambar II.9. Perbandingan ukuran

    Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars. (NASA)

    Bumi mengitari Matahari dalam waktu 365 hari, 6 jam, 9 menit, 10 detik

    dan menempuh jarak 958 juta kilometer. Waktu yang diperlukan Bumi

    untuk sekali berevolusi disebut satu tahun Bumi. Pada orbitnya, Bumi

    bergerak dengan kelajuan rata-rata 107,2 km/jam. Kala rotasi Bumi yaitu

    23 jam, 56 menit, dan 4 detik, yang disebut sebagai satu hari Bumi.

    10 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • 4) MarsMars merupakan satu-satunya planet yang permukaannya dapat dilihat

    dengan jelas menggunakan teleskop di permukaan Bumi. Mars berwarna

    kemerahan karena tanahnya banyak mengandung oksida besi. Jarak

    rata-rata Mars-Matahari yaitu 227,9 juta km. Diameter Mars diperkirakan

    6.796 km, sedikit lebih dari setengah diameter Bumi. Kala revolusi Mars

    687 hari dan kala rotasinya 24 jam 37 menit, sedikit lebih lama dari

    periode rotasi Bumi.

    Bentang alam permukaan Mars mirip dengan Bumi, dengan gunung,

    ngarai, gurun, dan es di kedua kutubnya, walaupun tumbuhan dan

    binatang tidak dapat hidup di Mars. Suhu permukaan Mars jarang lebih

    dari 0 C. Diperkirakan jutaan tahun yang lalu, Mars memiliki air berwujud

    cair dalam jumlah besar, namun saat ini, dipastikan tidak ada lagi aliran

    air di permukaan Mars.

    Gambar II.10. Foto Mars. Nampak

    permukaan, awan, dan kutub Mars. (NASA/JPL)

    Planet di Tata Surya 11

  • Gambar II.11. Kawah Victoria, Cape Verde, satu daerah di Mars,

    dipotret menggunakan wahana pendarat Opportunity. (NASA/JPL/Cornell University)

    Atmosfer Mars lebih tipis dari atmosfer Bumi. Atmosfer Mars sebagian

    besar terdiri atas karbondioksida, dengan sejumlah kecil nitrogen, argon,

    oksigen, karbonmonoksida, neon, kripton, dan xenon. Atmosfer Mars

    juga mengandung uap air dalam jumlah yang sangat sedikit. Tekanan

    atmosfer Mars sangat kecil, kurang dari 1/100 tekanan atmosfer Bumi.

    Suhu permukaan Mars lebih rendah dari suhu permukaan Bumi karena

    Mars lebih jauh dari Matahari. Di dekat khatulistiwa, suhunya dapat

    setinggi 25 C, tetapi di kutub suhunya dapat serendah -123 C.

    5) JupiterJupiter merupakan planet terbesar di Tata Surya. Diameternya mencapai

    142.984 km, lebih dari 11 kali diameter Bumi. Jarak Jupiter-Matahari

    sekitar 778,3 juta km. Jupiter merupakan bola besar gas dan cairan,

    dengan sedikit padatan. Permukaannya berupa awan kemerahan,

    membentuk barisan mengikuti garis lintang. Kala revolusi Jupiter 4.333

    hari, atau hampir 12 tahun. Jupiter berotasi dengan periode 9 jam 55

    menit, paling cepat di antara planet di Tata Surya. Atmosfer Jupiter terdiri

    12 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • atas 86% hidrogen, 14% helium, dan gas organik seperti metana dan

    amonia.

    Gambar II.12. Foto Jupiter. Di kiri

    bawah, nampak bayangan Eropa,

    salah satu satelit Jupiter. Bintik Merah,

    sistem badai Jupiter, terlihat di kanan. (NASA/JPL/University of Arizona)

    Gambar II.13. Bintik Merah,

    sistem badai di Jupiter,

    dipotret menggunakan

    wahana Voyager 1. (NASA)

    Suhu awan teratas Jupiter diperkirakan -140 C, dan suhu mencapai 21

    C pada lapisan yang tekanan atmosfernya sepuluh kali tekanan

    atmosfer Bumi. Suhu pusat Jupiter bahkan jauh lebih tinggi dari suhu

    permukaan Matahari, yakni mencapai 24.000 C.

    6) SaturnusSaturnus merupakan planet terbesar sesudah Jupiter. Jarak Saturnus-

    Matahari sekitar 1.429,4 juta km. Ciri khas Saturnus yaitu cincin di

    sekelilingnya. Cincin ini merupakan kumpulan partikel es. Planet lain

    yang juga memiliki cincin yaitu Jupiter, Uranus, dan Neptunus, walaupun

    tidak secerah cincin Saturnus.

    Planet di Tata Surya 13

  • Cincin Saturnus terbagi menjadi tiga lapisan. Lebar lapisan terluar sekitar

    16.990 km. Antara cincin luar dan cincin tengah terdapat ruang kosong

    yang lebarnya sekitar 5.000 km. Cincin dalam berjarak sekitar 11.265 km

    dari permukaan Saturnus. Cincin Saturnus pertama kali ditemukan oleh

    astronom Italia, Galileo Galilei, pada awal tahun 1600. Dengan teleskop

    kecilnya, Galileo mengira cincin tersebut satelit. Baru tahun 1656

    menggunakan teleskop yang lebih besar, Christian Huygens dapat

    melihat dengan lebih jelas struktur cincin Saturnus. Dihipotesiskan

    awalnya cincin Saturnus merupakan kumpulan satelit yang kemudian

    pecah. Pecahannya menyebar mengelilingi Saturnus sehingga dari jauh

    tampak seperti cincin melingkar.

    Gambar II.14. Foto Saturnus,

    dipotret dengan wahana Cassini. (NASA/JPL/STScI)

    Gambar II.15. Daerah terang

    pada foto merupakan badai

    yang menyapu Saturnus. (NASA/JPL/STScI)

    14 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Diameter Saturnus sekitar 120.540 km, hampir sepuluh kali diameter

    Bumi. Saturnus dapat dilihat dari Bumi dengan mata telanjang, walaupun

    cincinnya tidak akan terlihat. Kala revolusi Saturnus 29,5 tahun dan kala

    rotasinya 10 jam 39 menit. Suhu awan teratas Saturnus diperkirakan

    -178 C.

    7) UranusUranus merupakan planet terjauh yang masih dapat dilihat dari Bumi

    tanpa teleskop, walaupun sangat redup. Letaknya sedemikian jauh dari

    Bumi sehingga intensitas sinar Matahari yang dipantulkan ke Bumi

    sangat kecil. Jarak rata-rata Uranus-Matahari yaitu 2.875 juta km.

    Cahaya memerlukan waktu 2 jam 40 menit untuk menempuh jarak

    sejauh ini. Diameter Uranus 51.118 km, lebih dari empat kali diameter

    Bumi. Atmosfer atasnya berupa awan metana hijau-biru.

    Kala revolusi Uranus lebih dari 84 tahun, sedangkan kala rotasinya 17

    jam 14 menit. Awan atau atmosfer Uranus berotasi lebih cepat dari rata-

    rata rotasi keseluruhan massa Uranus. Sumbu rotasi Uranus sangat

    miring sehingga seolah-olah Uranus menggelinding pada lintasan

    orbitnya.

    Atmosfer Uranus tersusun oleh 83% hidrogen, 15% helium, 2% metana,

    sejumlah kecil etana, dan gas-gas lain. Tekanan atmosfer di Uranus

    diperkirakan 1,3 kali tekanan atmosfer Bumi. Suhu atmosfer Uranus

    sekitar -214 C. Makin ke dalam, suhu naik dengan cepat dan

    diperkirakan mencapai 7.000 C di intinya.

    Planet di Tata Surya 15

  • Gambar II.16. Foto Uranus. Titik

    terang di kanan adalah Ariel, salah

    satu satelit Uranus; bayangannya

    nampak di lapisan awan Uranus. (NASA/STScI)

    Gambar II.17. Cincin dan

    awan Uranus terlihat jelas,

    dipotret menggunakan

    teleskop Hubble. (NASA/ESA/M. Showalter)

    8) NeptunusMeskipun berdiameter sekitar 49.100 km, hampir empat kali diameter

    Bumi, Neptunus tidak dapat lagi dilihat dari Bumi tanpa teleskop. Jarak

    Neptunus-Matahari 4.504,3 juta km, sekitar 30 kali jarak Bumi-Matahari.

    Kala revolusi Neptunus 165 tahun. Neptunus berotasi dengan periode 16

    Jam 7 menit. Laju rotasi awan Neptunus mencapai 1.100 km/jam.

    16 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar II.18. Foto Neptunus.

    Nampak Bintik Gelap, sistem

    badai di Neptunus. Atmosfer

    Neptunus termasuk yang paling

    aktif di Tata Surya. (NASA)

    Gambar II.19. Beberapa sistem

    badai di Neptunus, dipotret

    menggunakan wahana Voyager 2. (NASA/Tim Voyager 2)

    Neptunus terdiri atas hidrogen, helium, air dan silikat. Silikat merupakan

    mineral penyusun kerak Bumi, meskipun permukaan Neptunus tidak

    padat seperti Bumi. Awan tebal selalu menyelimuti permukaan Neptunus.

    B. Klasifikasi PlanetPlanet di Tata Surya dapat diklasifikasikan menjadi kelompok berikut.

    1. Planet Dalam dan Planet Luar. Planet dalam berada di sebelah

    dalam sabuk asteroid dan planet luar berada di sebelah luarnya.

    Yang termasuk planet dalam yaitu Merkurius, Venus, Bumi, dan

    Mars, sedangkan yang termasuk planet luar yaitu Jupiter,

    Saturnus, Uranus, Neptunus.

    Planet di Tata Surya 17

  • 2. Planet Terestrial (Kebumian) dan Planet Jovian (Raksasa Gas).

    Kelompok planet terestrial meliputi Merkurius, Venus, Bumi, dan

    Mars, yang semuanya memiliki permukaan padat. Planet Jupiter,

    Saturnus, Uranus, dan Neptunus termasuk kelompok planet

    raksasa, yang semuanya diselubungi gas tebal.

    3. Planet Inferior dan Planet Superior. Acuan pembagian ini yaitu

    Bumi. Yang termasuk planet inferior yakni Merkurius dan Venus,

    sedangkan planet superior yaitu Mars, Jupiter, Saturnus, Uranus,

    dan Neptunus. Digunakan istilah inferior dan superior untuk

    merujuk pada jaraknya dari Matahari dilihat dari permukaan

    Bumi. Pada bola langit, planet inferior tidak akan jauh dari

    Matahari, sementara planet superior dapat sangat jauh dari

    Matahari.

    4. Konjungsi dan Oposisi. Pembagian ini hanya untuk menunjukkan

    posisi. Ketika Merkurius atau Venus berada di antara Bumi dan

    Matahari, posisinya disebut konjungsi bawah. Ketika keduanya

    berada di belakang Matahari dan tidak terlihat dari Bumi,

    posisinya disebut konjungsi atas. Untuk planet superior ketika

    mereka terletak di belakang Matahari (tidak terlihat dari Bumi),

    posisinya disebut konjungsi, sedangkan ketika berada di

    belakang Bumi, atau Bumi terletak di antara planet dan Matahari,

    maka posisinya disebut oposisi.

    18 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar II.20. Kemungkinan posisi planet inferior dan superior

    terhadap Bumi. Planet inferior tidak akan pernah berada dalam posisi

    oposisi; Bumi tidak mungkin berada di antara Matahari dan planet

    inferior.

    Planet di Tata Surya 19

  • C. Tugas Bab IICarilah informasi dari buku atau situs di internet untuk mengisi tabel

    berikut!

    planet jari-jari (km) massa (kg) jumlah satelit

    Merkurius

    Venus

    Bumi

    Mars

    Jupiter

    Saturnus

    Uranus

    Neptunus

    Sumber:

    Catatan:

    Astronom dapat mengetahui jari-jari planet melalui pengamatan dengan

    teleskop. Massa planet dapat diketahui melalui pengamatan satelitnya.

    Jika jarak satelit dari planet dan kala revolusinya dapat diamati dengan

    teleskop, maka dapat dihitung massa planet. Perhitungan ini akan

    disinggung dalam bab selanjutnya.

    20 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • BAB III

    HUKUM KEPLER DAN HUKUM NEWTON

    A. Hukum KeplerLaju revolusi planet tidak tetap. Di dekat perihelion, kelajuan planet lebih

    besar daripada di dekat aphelion. Laju orbit dan kala revolusi planet

    dijelaskan dengan Hukum Kepler.

    Pada abad 2, Claudius Ptolomeus merumuskan teori geosentris, yaitu

    model Bumi sebagai pusat alam semesta dan planet-planet bergerak

    melingkar mengelilingi Bumi. Pada abad 16, Copernicus (1473-1543)

    mengajukan kembali teori heliosentris, dengan Matahari sebagai pusat

    Tata Surya dan planet-planet beredar mengelilinginya.

    Pertentangan kedua teori tadi mendorong para ahli mengumpulkan data

    pengamatan, seperti yang dilakukan oleh Tycho Brahe (1546-1601). Data

    gerak planet dari pengamatan Tycho Brahe dianalisis selama kurang

    lebih 20 tahun oleh Johannes Kepler (1571-1630). Berikut kesimpulan

    Kepler.

    1. Hukum I KeplerSemua planet bergerak dalam lintasan elips dan Matahari terletak pada

    salah satu fokusnya. Dalam lintasan elips, ada posisi terdekat dan terjauh

    dari titik fokusnya. Elips adalah suatu kurva tertutup sedemikian sehingga

    jumlah jarak dari sembarang titik ke kedua titik fokusnya tetap. Definisi ini

    diilustrasikan dalam gambar III.1.

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 21

  • 2. Hukum II KeplerSetiap planet bergerak sedemikian sehingga suatu garis khayal yang

    ditarik dari Matahari ke planet tersebut akan menyapu luas yang sama

    dalam selang waktu yang sama.

    Gambar III.1. Kurva elips.

    Definisi elips yaitu kumpulan

    titik. atau kurva, yang jumlah

    jaraknya dari kedua fokus

    selalu tetap; F1P1 + F2P1 = F1P2

    + F2P2.

    Gambar III.2. Jika sebuah planet

    yang mengorbit Matahari menyapu

    daerah A dan B yang luasnya

    sama, maka waktu tempuh

    sapuannya juga sama. Ini berarti

    kelajuan ketika menyapu A lebih

    kecil dari ketika menyapu B.

    3. Hukum III KeplerKuadrat kala revolusi planet sebanding dengan pangkat tiga jarak rata-

    rata planet tersebut ke Matahari.

    periode2

    jarak rata-rata ke Matahari 3=konstan (III.1)

    22 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • atau

    T2

    P3=k (III.2)

    dengan T periode, R jarak rata-rata dari Matahari, dan k tetapan, yang

    nilainya sama untuk semua planet di Tata Surya.

    Untuk dua planet, persamaan tadi dapat dituliskan menjadi berikut.

    T12

    R13=

    T22

    R23 (III.3)

    Hukum Kepler merupakan dukungan kuat untuk teori Copernicus. Meski

    demikian, Kepler tidak memiliki konsep gaya sebagai penyebab

    berlakunya kesimpulannya. Newtonlah yang berhasil menurunkan

    Hukum Kepler dari Hukum Gravitasi Universal yang digagasnya.

    Hukum Gravitasi Universal mengharuskan setiap planet ditarik menuju

    Matahari dengan sebuah gaya yang berbanding terbalik dengan kuadrat

    jarak dari Matahari. Dengan gagasan ini, Newton mampu menerangkan

    gerak planet di Tata Surya dan gerak jatuh di dekat permukaan Bumi

    dengan satu konsep saja. Dengan kata lain, Newton berhasil

    menyatukan mekanika benda langit dan mekanika kebumian, yang

    sebelumnya dua kajian terpisah.

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 23

  • B. Hukum Gravitasi UniversalSebelumnya, Galileo telah mempelajari gerak benda di Bumi dan Kepler

    telah menyatakan tiga hukum yang menggambarkan gerakan planet.

    Kajian keduanya dilanjutkan oleh Newton, yang berusaha menjelaskan

    gerakan benda di Bumi dan gerakan planet. Akhirnya, Newton

    memperoleh rumusan yang mendeskripsikan mekanisme umum

    pergerakan segala benda.

    Newton memikirkan kasus benda jatuh. Karena setiap benda jatuh

    mengalami percepatan, Newton menyimpulkan bahwa terdapat gaya

    yang bekerja pada benda tersebut. Gaya ini disebut gaya gravitasi.

    Pertanyaannya yaitu bagaimana gaya ini bekerja pada. Jika pada benda

    bekerja suatu gaya maka gaya itu tentu saja berasal dari benda lain.

    Karena setiap benda yang dilepaskan selalu jatuh ke Bumi, Newton

    menganggap bahwa Bumi sendiri yang melakukan gaya pada setiap

    benda. Arah gaya gravitasi ini selalu menuju pusat Bumi.

    Jika gaya gravitasi Bumi bekerja pada puncak pohon dan juga pada

    puncak gunung, tentu gaya ini juga bekerja pada Bulan dan juga bekerja

    pada benda-benda langit. Berdasarkan inspirasi ini, dan dengan bantuan

    dan dorongan yang kuat dari Robert Hooke (1635-1703), Newton

    kemudian membangun Hukum Gravitasi Universal.

    Dari hasil pekerjaan Galileo dan ilmuwan lainnya, Newton mengetahui

    bahwa percepatan benda yang jatuh bebas dekat permukaan Bumi yaitu

    9,8 m/s2 ke arah pusat Bumi. Selanjutnya, Newton membandingkan

    percepatan sentripetal bulan yang bergerak mengelilingi Bumi dan

    24 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • percepatan gravitasi di permukaan Bumi. Newton mengetahui bahwa

    Bulan mempunyai percepatan yang arahnya ke Bumi dan orbit yang

    hampir melingkar. Percepatan ini disebabkan oleh suatu gaya dari Bumi,

    yang secara kontinu menarik Bulan. Inilah gaya gravitasi, gaya yang

    sama dengan yang menarik apel jatuh ke Bumi. Tapi apakah gaya tarik

    ini sama untuk Bulan, yang jaraknya lebih jauh dari permukaan Bumi,

    dan apel? Apakah lebih kuat atau lebih lemah?

    Mula-mula, Newton mencari kelajuan Bulan mengelilingi Bumi. Rata-rata

    jarak orbit Bulan yaitu 384.000 km. Untuk sekali mengorbit Bumi,

    dibutuhkan waktu bagi Bulan sebanyak 27,3 hari, atau

    27,3 hari=27,3243.600 detik . Dapat dihitung bahwa kelajuan Bulan

    mengelilingi Bumi besarnya 1.033,75 m/s. Dapat dihitung pula bahwa

    percepatan sentripetal Bulan asp=42 /T2 R=2,72103 m /s2 . Jika dibandingkan dengan percepatan gravitasi di permukaan Bumi sebesar

    9,8 m/s2, maka besar percepatan sentripetal Bulan sama dengan berikut.

    asp=2,72103 m /s2

    9,8 m/s2g 1

    3.600g (III.4)

    Inilah percepatan Bulan menuju Bumi, yaitu kira-kira 1/3.600 kali

    percepatan gravitasi di permukaan Bumi. Jarak Bumi-Bulan, atau jari-jari

    orbit Bulan mengelilingi Bumi, yaitu 384.000 km, sedangkan jari-jari Bumi

    sekitar 6.380 km.

    jarak Bumi-Bulanjari-jari Bumi

    60 (III.5)

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 25

  • Ini berarti kedudukan bulan 60 kali lebih jauh daripada benda-benda di

    permukaan Bumi. Perhatikan bahwa 6060=3.600 . Jadi ada

    kemungkinan hubungan antara jarak benda dan gaya gravitasi yang

    dialaminya. Newton akhirnya berkesimpulan bahwa besarnya gaya

    gravitasi pada benda berkurang seiring kuadrat jaraknya dari pusat Bumi.

    F 1R2

    (III.6)

    Bulan yang jauhnya 60 kali jari-jari Bumi merasakan gaya gravitasi

    sebesar 1/602=1/3.600 kali gaya gravitasi di permukaan Bumi. Setiap

    benda yang ditempatkan sejauh 384.000 km dari pusat Bumi akan

    mengalami percepatan gravitasi sebesar yang dialami Bulan, yakni

    0,00272 m/s2.

    Newton menyadari bahwa gaya gravitasi pada benda tidak hanya

    bergantung pada jaraknya dari pusat Bumi, tetapi juga pada massanya.

    Menurut Hukum III Gerak Benda, ketika Bumi melakukan gaya gravitasi

    pada benda, Bulan misalnya, benda itu juga melakukan gaya reaksi pada

    Bumi. Besar kedua gaya tersebut sama tetapi arahnya berlawanan.

    Akhirnya, Newton mengemukakan bahwa besarnya gaya gravitasi

    berbanding lurus dengan massa kedua benda.

    FMmR2

    (III.7)

    26 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Dalam hubungan di atas, M massa Bumi, m massa benda, dan R jarak

    antara pusat Bumi dan pusat benda.

    Newton melangkah lebih jauh dalam menganalisis gravitasi. Dalam

    kajiannya tentang orbit planet, ia menyimpulkan bahwa gaya yang

    diperlukan untuk mempertahankan planet-planet itu bergerak mengelilingi

    Matahari juga berkurang, berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya

    terhadap Matahari. Hal itu membuatnya semakin yakin bahwa

    gravitasilah yang bekerja pada Matahari dan planet-planet sehingga

    setiap planet tetap pada orbitnya. Jika gaya gravitasi bekerja pada

    benda-benda ini, mengapa tidak sekalian bekerja pada semua benda?

    Pemikiran inilah yang mendasari dirumuskannya Hukum Gravitasi

    Universal.

    Setiap benda di alam semesta menarik benda lain dengan suatu gaya

    yang besarnya sebanding dengan hasil kali kedua massa benda dan

    berbanding terbalik dengan kuadrat jarak antara keduanya. Gaya ini

    bekerja sepanjang garis yang menghubungkan kedua benda itu.

    Secara matematis, besarnya gaya gravitasi dapat ditulis sebagai berikut.

    F1,2=F2,1=Gm1 m2

    R2(III.8)

    Dengan m1 dan m2 massa masing-masing benda, R jarak antara kedua

    benda, dan G tetapan yang nilainya ditentukan melalui eksperimen.

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 27

  • Gaya gravitasi antara dua benda pertama kali diukur oleh Henry

    Cavendish pada tahun 1798, lebih dari seratus tahun setelah

    diterbitkannya hukum-hukum Newton. Dalam eksperimennya, ia

    menggunakan peralatan yang dibuatnya sendiri, sebagaimana yang

    ditunjukkan pada gambar.

    Gambar III.3. Instrumen dalam eksperimen

    Cavendish. (Henry Cavendish)

    Pada peralatan Cavendish, dua bola ditempatkan pada ujung-ujung

    tongkat horizontal yang digantung pada pusatnya dengan seutas benang

    halus. Bila bola ketiga didekatkan ke salah satu benda yang digantung,

    gaya gravitasi menyebabkan bola yang digantung bergerak. Hal ini akan

    memuntir benang. Pergerakan yang kecil ini selanjutnya diperbesar

    menggunakan berkas cahaya, yang diarahkan ke cermin. Berkas cahaya

    28 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • ini kemudian memantul dan menimpa skala. Penentuan besarnya gaya

    yang memuntir benang selanjutnya memungkinkan penentuan besarnya

    gaya gravitasi antara dua benda.

    Cavendish tidak hanya memperkuat temuan Newton bahwa dua buah

    benda saling tarik-menarik, tetapi ia juga dapat mengukur besarnya F,

    m1, m2, dan R secara akurat sehingga ia mampu menentukan nilai

    tetapan G. Berikut nilai G yang diterima sampai sekarang.

    G=6,671011 Nm2/kg2 (III.9)

    C. Penerapan Hukum Gravitasi UniversalHukum Kepler dan Hukum Gravitasi Universal memungkinkan

    diketahuinya besaran-besaran pada anggota Tata Surya. Tinjaulah kasus

    berikut!

    Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam orbit yang berbentuk hampir

    lingkaran. Dengan demikian, pada Bumi bekerja gaya sentripetal Fsp.

    Gaya ini berasal dari gaya gravitasi antara Bumi dan Matahari.

    Fsp=Fgrav

    m v2

    R=G Mm

    R2(III.10)

    Sementara itu, v=2R/T . Diketahui kala revolusi Bumi yaitu 3,15.107 s

    dan jarak Bumi-Matahari yaitu 1,5.1011 m. Dari data ini, dapat dihitung

    besar massa Matahari.

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 29

  • MMat= 2RT 2

    RG= 4

    2R3

    T2 G

    MMat=421,51011 m3

    3,15107 s2 6,671011 Nm2/kg2 =2,011030 kg (III.11)

    Gaya gravitasi merupakan besaran vektor sehingga penjumlahannya

    harus menggunakan kaidah penjumlahan vektor. Gambar menunjukkan

    sebuah benda yang massanya m1 dipengaruhi oleh benda yang

    massanya m2 dan m3. Akibatnya pada benda m1, bekerja gaya F1,2, yaitu

    interaksi antara m1 dan m2, serta F1,3, yaitu interaksi antara m1 dan m3.

    Berikut resultan gaya gravitasi yang bekerja pada m1.

    F1=F1,2F1,3 (III.12)

    Gambar III.4. Benda m1

    dipengaruhi gravitasi m2 dan m3.

    30 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Besar resultan gayanya dihitung dengan aturan penjumlahan vektor.

    F1=F1,22 F1,32 F1,2F1,3cos (III.13)

    Tinjaulah kasus ketika posisi Matahari, Bumi, dan Bulan membentuk

    sudut siku-siku pada Bulan! Dapat dihitung gaya gravitasi pada Bulan

    untuk kasus ini.

    Gambar III.5. Susunan ketika Bumi, Bulan,

    dan Matahari membentuk sudut siku-siku

    pada Bulan.

    Diketahui mBulan = 7,35.1022 kg, mBumi = 5,89.1024 kg, mMatahari = 1,99.1030

    kg, RBulan,Bumi = 3,84.108 m, dan RBulan,Matahari = 1,50.1011 m. Berikut gaya

    gravitasi Bulan-Bumi.

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 31

  • FBulan,Bumi=GmBulan mBumiRBulan,Bumi

    2

    FBulan,Bumi=6,671011 7,351022 5,891024

    3,841082 N

    FBulan,Bumi=1,961020 N (III.14a)

    Berikut gaya gravitasi Bulan-Matahari.

    FBulan,Matahari=GmBulan mMatahariRBulan ,Matahari

    2

    FBulan,Matahari=6,671011 7,351022 1,991030

    1,501011 2 N

    FBulan,Matahari=4,341020 N (III.14b)

    Karena gaya pada III.14a dan III.14b saling tegak lurus, berikut resultan

    gaya pada Bulan.

    FBulan=FBulan ,Bumi2 FBulan ,Matahari2

    FBulan= 1,961020 24,341020 2 NFBulan=4,7610

    20 N (III.15)

    Berikut sudut antara gaya resultan dan Fbulan,Bumi.

    =arctan FBulan,MatahariFBulan ,Bumi =arctan 4,341020

    1,961020 =65,70 (III.16)

    32 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • D. Percepatan Gravitasi BumiGaya gravitasi pada benda-benda di permukaan Bumi tidak lain

    merupakan berat benda. Jadi, mg=GMm /R2 sehingga g=GM /R2 .

    Percepatan gravitasi Bumi g ditentukan oleh massa Bumi dan jaraknya

    dari pusat Bumi. Jika diketahui percepatan gravitasi di permukaan Bumi

    9,8 m/s2 dan jari-jari Bumi R = 6,38.106 m, dapat ditentukan massa Bumi.

    M=gR2

    G=

    9,8 m /s2 6,38106 m2

    6,671011 Nm2/kg2=5,981024 kg (III.17)

    Dapat pula dihitung percepatan gravitasi di permukaan planet lain,

    dengan terlebih dahulu mengganti M dengan massa planet yang

    dimaksud. Tentu saja, R yaitu jarak antara permukaan dan pusat planet

    yang ditinjau.

    Bentuk Bumi bukan bulat sempurna, tetapi agak pepat pada kedua

    kutubnya. Oleh karena itu, jari-jari Bumi berbeda-beda dari satu tempat

    ke tempat lain. Perbedaan jari-jari Bumi mengakibatkan perbedaan nilai g

    di permukaan Bumi. Tempat yang jari-jarinya lebih kecil percepatan

    gravitasinya lebih besar dari tempat yang jari-jarinya lebih besar.

    Tabel III.1. Percepatan gravitasi di atas permukaan Bumi.

    ketinggian (km) percepatan gravitasi (m/s2)

    1 9,80

    10 9,77

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 33

  • ketinggian (km) percepatan gravitasi (m/s2)

    1.000 7,32

    2.000 5,68

    3.000 4,35

    4.000 3,70

    5.000 3,08

    6.000 2,60

    7.000 2,23

    8.000 1,93

    9.000 1,69

    10.000 1,49

    50.000 0,13

    0,00

    Tabel III.2. Percepatan gravitasi di berbagai tempat di Bumi.

    tempat garis lintang

    ()

    Ketinggian

    (m)

    percepatan gravitasi

    (m/s2)

    Kutub Utara 90 0 9,832

    Greenland 70 20 9,825

    Stockholm 59 45 9,818

    Brussels 51 102 9,811

    Banff 51 1.376 9,808

    New York 41 38 9,803

    Chicago 42 182 9,803

    Denver 40 1.638 9,796

    San Fransisco 38 114 9,800

    Canal Zone 9 6 9,782

    34 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • E. Hubungan antara Hukum Newton dan Hukum III

    KeplerNewton dapat menunjukkan bahwa Hukum Kepler dapat diturunkan

    secara matematis dari Hukum Gravitasi Universal dan Hukum Gerak

    Benda. Dalam penurunannya, digunakan kalkulus dan transformasi

    koordinat. Rumit memang, tapi dapat dilakukan perhitungan sederhana

    untuk menggambarkan hubungan antara Hukum Newton dan Hukum III

    Kepler.

    Akan dianalisis gerak melingkar planet. Asumsi gerak melingkar planet

    dapat digunakan karena memang kenyataannya orbit sebagian besar

    planet hampir lingkaran. Diandaikan sebuah planet dengan massa m1

    bergerak mengelilingi Matahari yang massanya Mmat dengan kelajuan v1.

    Jika jarak antara planet dan Matahari R1, maka berlaku hubungan

    berikut.

    Fgravitasi=Fsentripetal

    Gm1 MMat

    R12 =m1

    v12

    R1

    GMMatR1

    =v12 (III.18)

    Jika periode planet ini adalah T1, maka v 1=2R1/T1 dan berlaku

    hubungan berikut.

    GMMatR1

    =42R1

    2

    T12

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 35

  • T1

    2

    R13=

    42

    MMat G(III.19)

    Untuk planet lain, berlaku hubungan yang sama.

    T22

    R23=

    42

    MMat G(III.20)

    Jadi, T12/R1

    3=T22 /R2

    3 atau T12/T2

    2=R13 /R2

    3 , serupa dengan Hukum III

    Kepler.

    Tinjau kasus berikut! Periode Bumi mengelilingi Matahari yaitu satu tahun

    dan jarak Bumi-Matahari yaitu 1,5.1011 m. Jika diketahui periode revolusi

    planet Mars yaitu 1,87 tahun, dapat dihitung jarak rata-rata Mars-

    Matahari.

    TBumi2

    RBumiMat3 =

    TMars2

    RMarsMat3

    RMarsMat3 =

    TMars2

    TBumi2 RBumiMat

    3

    RMarsMat=3 1,87212 1,51011 m 3=2,281011 m (III.21)

    36 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • F. Tugas Bab IIIJika diketahui massa dan jari-jari planet, dapat ditentukan percepatan

    gravitasi di permukaannya dengan persamaan g=GM /R2 . Gunakan

    data dari tugas bab sebelumnya untuk mengisi tabel berikut!

    planet percepatan gravitasi (m/s2)

    Merkurius

    Venus

    Bumi

    Mars

    Jupiter

    Saturnus

    Uranus

    Neptunus

    Matahari

    Catatan:

    Tentu saja permukaan padat hanya ada pada planet kebumian. Matahari

    dan planet jovian tidak memiliki permukaan padat.

    Hukum Kepler dan Hukum Newton 37

  • BAB IV

    WAWASAN MUTAKHIR TATA SURYA

    A. AsteroidMenurut Aturan Titius-Bode, perbandingan jarak planet dari Matahari

    mengikuti pola 4, 7, 10, 16, 28, 52, 100, 196, 388, 772. Meskipun tidak

    ada penjelasan mengapa pola ini berlaku, pola ini memang terjadi pada

    beberapa planet. Berikut nilai jarak rata-rata planet dari Matahari dan

    perbandingannya satu sama lain.

    Tabel IV.1. Perbandingan jarak planet dari Matahari.

    planet sumbu semimayor (km) sumbu semimayor (SA)

    pengamatan Titius-Bode

    Merkurius 57,91.106 km 0,4 0,4

    Venus 108,21.106 km 0,7 0,7

    Bumi 149,60.106 km 1,0 1,0

    Mars 227,92.106 km 1,5 1,6

    Jupiter 778,57.106 km 5,2 5,2

    Saturnus 1.433,53.106 km 9,6 10,0

    Uranus 2.872,46.106 km 19,2 19,6

    Sekali lagi perlu ditegaskan bahwa tidak ada penjelasan mengapa

    perbandingan jarak planet dari Matahari hampir cocok dengan Aturan

    Titius-Bode. Bagaimanapun, astronom ingin tahu apakah memang

    Aturan Titius-Bode memang berlaku. Jika memang Aturan Titius-Bode

    berlaku, maka di antara Mars dan Jupiter ada planet yang jaraknya

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 39

  • sekitar 2,8 SA dari Matahari. Alih-alih menemukan planet, astronom

    menemukan sabuk asteroid.

    Kini, telah diketahui bahwa hanya Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Jupiter,

    Saturnus, Uranus, dan sabuk asteroid saja yang mengikuti Aturan Titius-

    Bode. Benda lain di Tata Surya sama sekali tidak mengikuti aturan

    tersebut.

    1. Sabuk AsteroidSabuk asteroid dinamai demikian karena isinya bukan benda tunggal,

    melainkan kumpulan benda yang membentang membentuk daerah mirip

    sabuk atau cincin. Sabuk asteroid berada di antara orbit Mars dan

    Jupiter.

    Tabel IV.2. Tahun penemuan dan massa beberapa asteroid.

    asteroid tahun

    penemuan

    massa

    (1016 kg)

    massa asteroidmassa Bumi

    Ceres 1801 87.000 0,000145641

    Pallas 1802 31.800 0,000053234

    Vesta 1807 30.000 0,000050221

    Hygiea 1849 8.850 0,000014815

    Fides 1855 130 0,000000218

    Ida 1884 4,2 0,000000007

    Umumnya makin kecil massanya, makin sukar suatu benda diamati.

    Inilah sebabnya makin kecil massa asteroid, makin terlambat dia

    ditemukan.

    40 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar IV.1. Foto Ceres,

    asteroid terbesar, diambil

    dengan teleskop Hubble. (NASA/ESA/J. Parker/P. Thomas/L.

    McFadden)

    Gambar IV.2. Foto Ida dan

    satelitnya, Dactyl. Foto diambil

    dengan wahana Galileo. (NASA/JPL)

    Asteroid paling besar dinamai Ceres. Bentuknya bulat, diameternya

    sekitar 950 km. Ceres juga merupakan asteroid pertama yang ditemukan.

    Sementara itu, kebanyakan asteroid bentuknya tidak teratur. Bulatnya

    Ceres terjadi karena cukup besarnya massa Ceres sehingga dapat

    menarik komponen dirinya membentuk bulatan. Tabel IV.2 memuat

    perbandingan massa beberapa asteroid.

    Jumlah asteroid sangat banyak. Dapat diperkirakan seberapa rapat

    sabuk asteroid. Asumsikan bahwa sabuk asteroid tipis, rata-rata orbit

    asteroid berbentuk lingkaran, dan asteroid tersebar merata! Kemudian,

    definisikan n jumlah asteroid, d jarak rata-rata antarasteroid, ro jarak

    batas luar sabuk asteroid dari Matahari, r i jarak batas dalam sabuk

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 41

  • asteroid dari Matahari, r jarak rata-rata sabuk asteroid dari Matahari, w

    lebar sabuk asteroid, dan kerapatan asteroid di sabuk asteroid!

    = n ro2r i2

    = n ror i ror i

    = n2 wr (IV.1)

    Besaran pada dasarnya menyatakan berapa banyak asteroid per luas

    area. Jadi, 1/ menyatakan berapa luas area yang ditempati tiap

    asteroid.

    Gambar IV.3. Ilustrasi asumsi

    daerah yang ditempati tiap

    asteroid di sabuk asteroid.

    Ditunjukkan juga dua

    kemungkinan besar jarak

    sebuah asteroid ke asteroid

    terdekat.

    Gambar IV.4. Ilustrasi sebaran

    asteroid di sabuk asteroid pada 14

    Agustus 2006, ditandai sebagai titik-

    titik putih, dilihat tegak lurus bidang

    ekliptika. (NASA/JPL/Minor Planet Center)

    42 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Berikut jarak rata-rata antarasteroid.

    d=4d14d2

    8=1

    2 12 =122 2 r wn (IV.2)Dapat dilihat pada gambar IV.4 bahwa lebar sabuk asteroid kira-kira

    sama dengan radius orbit Bumi. Jadi, r2,8150.000.000 km dan

    w150.000 .000 km . Dua nilai ini dimasukkan ke hubungan IV.2

    sehingga didapat hubungan berikut.

    d 759.461.738n

    km (IV.3)

    Jika dianggap terdapat sejuta asteroid, berikut jarak rata-rata

    antarasteroidnya.

    d 759.461.7381.000 .000

    km759.462 km (IV.4)

    Jadi jika ada sejuta asteroid, maka jarak rata-rata antarasteroid hampir

    dua kali jarak Bumi-Bulan. (Jarak rata-rata Bumi-Bulan sekitar 384.0000

    km.) Pada jarak sebesar ini, berikut diameter sudut Ceres.

    Ceres2arcsin 950 km/2759.461 km 0,07 (IV.5)

    Dengan demikian jika dianggap sabuk asteroid tipis, sebarannya merata,

    dan orbit asteroid berupa lingkaran, maka dari asteroid lain, Ceres

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 43

  • tampak sepuluh kali lebih kecil dari ukuran Bulan. (Diameter sudut Bulan

    sekitar 0,5.)

    Perkiraan tadi menggunakan asumsi sabuk asteroid tipis. Kenyataannya,

    sabuk asteroid memiliki ketebalan yang cukup signifikan. Dampaknya

    yaitu asteroid lebih tersebar karena lebih banyak ruang yang dapat

    ditempati. Tidaklah aneh jika belum pernah ada wahana luar angkasa

    yang menabrak asteroid ketika melewati sabuk asteroid.

    2. Asteroid TrojanSekitar seratus tahun setelah Ceres ditemukan, ditemukan kumpulan

    asteroid yang mengiringi Jupiter. Kumpulan ini dinamai asteroid Trojan.

    Sebarannya pada 14 Agustus 2006 dapat dilihat pada gambar IV.4,

    ditandai sebagai titik-titik hijau.

    Pada sistem tiga benda, terdapat lima lokasi di sekitar mereka yang

    besar gaya gravitasinya sama dengan besar gaya sentripetalnya. Lokasi

    ini dinamai titik Lagrange. Tiga titik Lagrange berada segaris dengan

    garis hubung pusat massa dua benda, sementara dua titik lainnya

    membentuk segitiga samasisi yang alasnya garis hubung dua benda.

    Telah ditemukan juga asteroid Trojan yang mengiringi Mars dan

    Neptunus.

    44 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar IV.5. Ilustrasi posisi titik Lagrange

    sistem tiga benda.

    3. Near Earth Asteroid (NEA)Ada juga asteroid yang orbitnya dekat atau memotong orbit Bumi.

    Asteroid ini dinamai Near Earth Asteroid (NEA). Dengan demikian jika

    dulu dikatakan bahwa asteroid berada di sabuk asteroid, kini dikatakan

    bahwa ada asteroid yang di sabuk asteroid, ada yang mengiringi Jupiter,

    Mars, dan Neptunus, dan ada yang di sekitar Bumi.

    Daerah Tata Surya Dalam lebih rapat daripada Tata Surya Luar karena

    lebih banyak planet untuk luas area tertentu. Dampaknya yaitu usikan

    gravitasi di Tata Surya Dalam sering terjadi. Jadi, orbit NEA tidak akan

    berumur panjang. Seiring waktu, orbitnya akan berubah akibat usikan

    gravitasi dari planet dalam. Asal NEA mungkin dari sabuk asteroid atau

    daerah tertentu yang mendapat usikan gravitasi Jupiter, planet termasif di

    Tata Surya.

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 45

  • Gambar IV.6. Ilustrasi orbit NEA Atira, Aten,

    Apollo, dan Amor.

    Ditinjau dari orbitnya, ada empat kelompok NEA. (Besaran a yaitu sumbu

    semimayor, Q yaitu aphelion, dan q yaitu perihelion.)

    1. Atira. Orbit asteroid ini berada di dalam orbit Bumi, a < 1 SA, Q <

    0,983 SA.

    2. Aten. Orbit asteroid ini memotong orbit Bumi, namun sumbu

    semimayornya lebih pendek dari sumbu semimayor orbit Bumi, a

    < 1 SA, Q > 0,983 SA.

    3. Apollo. Orbit asteroid ini memotong orbit Bumi dan sumbu

    semimayornya lebih panjang dari sumbu semimayor orbit Bumi,

    a > 1 SA, q < 1,017 SA.

    4. Amor. Orbit asteroid Amor hampir selalu berada di antara Bumi

    dan Mars, a > 1 SA, 1,017 SA < q < 1,3 SA.

    46 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • B. KometKomet juga merupakan anggota Tata Surya. Pun komet beredar

    mengelilingi Matahari. Ketika mendekati Matahari, bahan pada komet

    dipanasi Matahari dan menguap.

    Rata-rata ukuran dan massa komet lebih kecil dari rata-rata ukuran dan

    massa asteroid. Intinya tersusun atas batuan, debu, bekuan air, dan

    bekuan gas. Karena massanya kecil, bentuk inti komet tidak teratur. Jika

    hanya inti saja yang teramati, maka komet hampir tidak dapat dibedakan

    dari asteroid.

    Gambar IV.7. Potret komet Halley,

    29 Mei 1910. (The Yerkes Observatory)

    Gambar IV.8. Inti komet Tempel

    1, dipotret dengan wahana Deep

    Impact. (NASA/JPL/Caltech/UMD)

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 47

  • Komet berasal dari luar orbit Neptunus. Jauhnya jarak daerah ini dari

    Matahari memungkinkan bahan-bahan pada komet tetap beku. Karena

    usikan gravitasi planet-planet jovian atau bintang yang melintas dekat

    Tata Surya, orbit komet berubah sedemikian sehingga lintasannya masuk

    ke daerah Tata Surya Dalam.

    Di Tata Surya Dalam, radiasi Matahari menguapkan bekuan pada komet.

    Aliran uap ini membawa serta debu. Jika gaya gravitasi inti komet

    sanggup menahan uap dan debu ini, terbentuk selubung uap dan debu

    yang disebut koma.

    Radiasi Matahari memiliki tekanan. Selain itu, Matahari juga

    memancarkan angin Matahari, yang isinya ion. Baik tekanan radiasi

    maupun angin Matahari mendorong koma sehingga terulur membentuk

    ekor. Ekor komet dapat membentang hingga sejauh 1 SA dari inti komet.

    Seperti koma, ekor komet terdiri atas debu dan gas. Rata-rata massa

    debu lebih besar dari rata-rata massa gas. Jadi, pengaruh tekanan

    radiasi dan angin Matahari pada debu lebih kecil dari pengaruhnya pada

    gas. Debu yang terlontar dari inti komet akan tertinggal, membentuk ekor

    debu yang melengkung. Sementara itu, tekanan radiasi dan angin

    Matahari selalu mengarah menjauhi Matahari. Akibatnya yaitu ekor gas

    komet selalu lurus dan menjauhi Matahari.

    48 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar IV.9. Ekor debu dan gas

    komet. Ekor gas selalu menjauhi

    Matahari, sementara ekor debu selalu

    terseret, melengkung menjauhi arah

    gerak komet. (NASA Ames Researh Center/K. Jobse/P. Jenniskens)

    Kebanyakan komet memiliki orbit yang sangat lonjong. Berdasarkan

    orbitnya, komet dibagi menjadi kelompok-kelompok berikut.

    1. Komet Periode Pendek. Komet ini memiliki periode kurang dari

    200 tahun. Komet periode pendek dibagi lagi menjadi dua

    kelompok, yakni komet keluarga Jupiter (JFC, Jupiter Family

    Comet), jika periodenya kurang dari 20 tahun, dan komet

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 49

  • keluarga Halley (HFC, Halley Family Comet), jika periodenya

    antara 20 dan 200 tahun.

    2. Komet Periode Panjang. Komet ini memiliki periode lebih dari

    200 tahun.

    3. Komet Penampakan Tunggal. Komet ini memiliki lintasan berupa

    parabola atau hiperbola. Dua jenis lintasan ini bukan lintasan

    tertutup sehingga bisa saja komet ini kemudian lepas dari Tata

    Surya. Walaupun demikian ketika di Tata Surya Dalam, komet ini

    belum tentu lepas. Ini karena usikan gravitasi planet jovian dapat

    menjadikan lintasan komet tersebut elips.

    4. Komet Sabuk Asteroid. Telah ditemukan adanya komet di sabuk

    asteroid. Penemuan komet ini mengaburkan perbedaan antara

    asteroid dan komet. Boleh jadi komet merupakan asteroid yang

    memiliki bahan mudah menguap, atau boleh jadi asteroid

    merupakan komet yang tidak aktif.

    Dari Hukum III Kepler, dapat ditentukan panjang sumbu semimayor orbit

    jika diketahui kala revolusi.

    Tkomet2

    akomet3

    =TBumi

    2

    aBumi3

    =1 tahun2/SA3

    akomet=3 Tkomet21 tahun2 SA (IV.6)

    Dari persamaan IV.6, dapat ditentukan panjang sumbu semimayor orbit

    komet.

    50 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Tabel IV.3. Panjang sumbu semimayor komet.

    kelompok asteroid sumbu semimayor

    JFC < 7,4 SA

    HFC 7,4-34,2 SA

    periode panjang > 34,2 SA

    Tentu saja bentuk dan orientasi orbit komet beragam dan tidak tetap,

    tergantung eksentrisitas, sudut kemiringannya terhadap ekliptika, dan

    usikan gravitasi Neptunus, Uranus, Saturnus, dan, terutama, Jupiter.

    C. Sabuk KuiperTahun 1943, Kenneth Essex Edgeworth mengajukan hipotesis

    keberadaan benda-benda kecil di luar orbit Neptunus. Hipotesis serupa

    juga diajukan oleh Gerard Kuiper pada tahun 1951.

    Hipotesis ini didukung oleh kondisi fisik komet. Ketika dekat dengan

    Matahari, bahan inti komet menguap. Padahal, usia Tata Surya 4,5

    milyar tahun. Rentang waktu ini tentu cukup untuk menguapkan seluruh

    bahan inti komet. Kenyataannya, penampakan koma dan ekor komet

    masih saja ada hingga kini. Jadi, mungkin saja ada daerah di luar orbit

    Neptunus yang isinya benda-benda kecil dan inti komet. Dari daerah

    inilah mungkin komet berasal. Penampakan koma dan ekor terjadi ketika

    komet ditarik ke Tata Surya Dalam oleh planet jovian. Daerah asal komet

    periode pendek dinamai sabuk Kuiper, sementara daerah asal komet

    periode panjang dinamai awan Oort.

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 51

  • Gambar IV.10. Sebaran benda-benda di sabuk Kuiper

    pada 1 Januari 2000, ditandai sebagai titik-titik hijau.

    Matahari dan planet-planet jovian diberi label nama. (Minor Planet Center)

    Tahun 1992, David Jewitt dan Jane Luu berhasil mendeteksi keberadaan

    dua benda di daerah sabuk Kuiper. Kini, telah dideteksi keberadaan

    puluhan benda di sabuk Kuiper.

    Pluto merupakan anggota sabuk Kuiper. Meskipun demikian ketika Pluto

    ditemukan, keberadaan sabuk Kuiper tidak dapat dipastikan.

    52 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • D. Planet KerdilKetika Pluto ditemukan tahun 1930, telah diketahui keberadaan Matahari,

    komet, asteroid, dan tentu saja planet. Dibandingkan planet, orbit Pluto

    sangat lonjong. Pun orbitnya memotong orbit Neptunus. Bagaimanapun,

    Pluto berbentuk bundar dan orbitnya bersih dari benda lain. (Ceres juga

    bundar, namun di sekelilingnya banyak asteroid lain.) Karena itu, Pluto

    dikelompokkan sebagai planet.

    Tahun 1990-an, telah ditemukan benda-benda di daerah sabuk Kuiper.

    Benda-benda ini memiliki orbit serupa Pluto, yakni sangat lonjong dan

    tidak sebidang dengan ekliptika. Astronom mulai curiga bahwa Pluto

    merupakan bagian dari kelompok tersendiri yang menghuni sabuk

    Kuiper.

    Tahun 2005, telah diketahui keberadaan Quaoar, Sedna, dan Eris.

    Ukuran ketiganya tidak jauh berbeda dengan Pluto, pun orbitnya juga

    lonjong dan tidak sebidang dengan ekliptika. Akhirnya pada tahun 2006,

    International Astronomical Union (IAU) menetapkan definisi-definisi

    berikut untuk anggota Tata Surya.

    1. Planet. Planet yaitu benda langit yang a) orbitnya mengelilingi

    Matahari, b) massanya cukup besar sehingga bentuknya hampir

    bulat, dan c) telah membersihkan orbitnya dari benda-benda lain.

    2. Planet Kerdil. Planet kerdil yaitu benda langit yang a) orbitnya

    mengelilingi Matahari, b) massanya cukup besar sehingga

    bentuknya hampir bulat, c) belum membersihkan orbitnya dari

    benda-benda lain, dan d) bukan satelit.

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 53

  • 3. Benda Kecil. Benda kecil yaitu benda-benda selain planet, planet

    kerdil, atau satelit.

    Dalam definisi IAU di atas, satelit yaitu benda yang mengelilingi benda

    lain selain Matahari, yang pusat massa sistemnya di bawah permukaan

    benda yang dikelilingi. Sementara itu, maksud membersihkan orbitnya

    yaitu massanya dominan sehingga sekalipun ada benda-benda lain di

    orbitnya, mereka di bawah pengaruh gravitasi massa dominan tersebut.

    Dengan demikian, Jupiter merupakan planet karena kumpulan asteroid di

    orbitnya terikat gravitasi Jupiter, sementara Ceres bukan planet karena

    pengaruh gravitasinya pada asteroid lain tidak dominan.

    Melalui spektroskopi, diketahui bahwa kebanyakan benda di sabuk

    Kuiper tersusun terutama atas bekuan air dan senyawa hidrokarbon.

    1. Sejarah Penemuan PlutoTahun 1906, Percival Lowell mengadakan pencarian planet kesembilan.

    Hingga meninggalnya, Percival Lowell tidak menemukannya.

    Tahun 1929, Vesto Melvin Slipher, kepala observatorium yang didirikan

    Lowell, menugaskan pencarian planet kesembilan pada Clyde

    Tombaugh. Setelah setahun mencari objek yang perpindahan posisinya

    besar pada plat-plat foto, Tombaugh menemukan planet kesembilan.

    Nama Pluto diusulkan oleh Venetia Burney, siswa sekolah dasar di

    Inggris.

    54 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar IV.11. Dua dari sekian banyak plat foto yang diperiksa Clyde

    Tombaugh. Yang dicari yaitu objek yang pergeserannya besar. Pada

    gambar, objek tersebut ditandai dengan tanda panah; itulah Pluto. (Lowell Observatory Archives)

    Tahun 1978, James W. Christy memeriksa kembali plat-plat foto Pluto.

    Dia menemukan bahwa foto Pluto lonjong pada sejumlah plat. Ternyata,

    periode kelonjongan foto Pluto sama dengan periode rotasi Pluto.

    Disimpulkan bahwa ada benda lain yang mengorbit Pluto, dengan

    periode revolusi sama dengan periode rotasi Pluto.

    Tahun 1985, dipastikan bahwa memang ada benda yang mengorbit

    Pluto. Satelit Pluto ini dinamai Charon. Akhirnya pada tahun 2005,

    ditemukan lagi dua satelit Pluto, yakni Nix dan Hydra.

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 55

  • 2. Kelompok Baru Tempat PlutoPluto mengelilingi Matahari dan bentuknya hampir bulat. Sementara itu

    sejak 1985, diketahui bahwa lingkungan Pluto ditempati oleh banyak

    benda yang tidak banyak terpengaruh gravitasi Pluto. Jadi, Pluto belum

    membersihkan orbitnya. Sejak 2006, Pluto dinyatakan sebagai planet

    kerdil.

    Gambar IV.12. Dua dari plat-

    plat foto yang diperiksa James

    W. Christy pada tahun 1978.

    Foto kiri lebih lonjong dari foto

    kanan. (United States Naval Observatory)

    Gambar IV.13. Pluto dan tiga

    satelitnya, dipotret dengan

    teleskop Hubble. (H. Weaver/A. Stern/HST Pluto Companion Search Team)

    Pun status Charon sebagai satelit dipertanyakan. Jika m yaitu massa dan

    d jarak pisah Pluto-Charon diukur dari Pluto, dapat dihitung C, jarak

    pusat massa Pluto-Charon dari Pluto.

    C=mPluto0mCharond

    mPlutomCharon=

    mCharonmPlutomCharon

    d (IV.7)

    56 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Diketahui massa Pluto 1,31.1022 kg dan massa Charon 1,52.1021 kg.

    C= 1,521021 kg

    1,311022 kg1,521021 kgd=0,104 d (IV.8)

    Jadi, pusat massa Pluto-Charon selalu terletak pada sekitar 1/10 jarak

    pisah Pluto-Charon. Sementara itu, diketahui jarak rata-rata Charon-Pluto

    yaitu 19.600 km. Dapat dihitung jarak pusat massa Pluto-Charon dari

    pusat massa Pluto.

    C=0,10419.600 km=1.960 km (IV.9)

    Gambar IV.14. Posisi pusat massa Pluto-Charon berada di atas

    permukaan Pluto. Jadi, Pluto dan Charon saling mengelilingi.

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 57

  • Padahal, jari-jari Pluto 1.195 km. Jadi, pusat massa Pluto-Charon selalu

    di atas permukaan Pluto. Dengan demikian, ada kejanggalan jika Charon

    dikelompokkan sebagai satelit. Kini, ada anggapan bahwa Pluto-Charon

    merupakan sistem planet kerdil ganda.

    E. Awan OortTahun 1932 untuk menjelaskan keberadaan komet periode panjang,

    Ernst pik mengajukan hipotesis keberadaan kumpulan inti komet di

    bagian luar Tata Surya, lebih jauh daripada sabuk Kuiper. Tahun 1950,

    Jan Hendrik Oort mengajukan hipotesis serupa.

    Gambar IV.15. Ilustrasi perbandingan ukuran awan Oort

    terhadap sabuk Kuiper dan orbit Pluto. (NASA/JPL)

    58 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Benda-benda di awan Oort kebanyakan tersusun atas bekuan air dan

    gas. Meskipun demikian pada tahun 1996, ditemukan asteroid yang

    menghuni awan Oort. Ada juga planet kerdil di awan Oort, yang

    ditemukan tahun 2003 dan dinamai Sedna.

    Gambar IV.15. Perbandingan ukuran Tata Surya Dalam, Tata

    Surya Luar, orbit Sedna, dan awan Oort. (NASA/JPL-Caltech/R. Hurt)

    Wawasan Mutakhir Tata Surya 59

  • F. Tugas Bab IVCarilah informasi dari buku atau situs di internet untuk mengisi tabel

    berikut!

    Wahana Luar Angkasa Era Setelah 2000nama wahana objek tujuan jenis

    pengorbit pendarat pelintas

    Sumber:

    Catatan:

    Meskipun suatu wahana memiliki objek tertentu sebagai sasaran misi,

    seringkali wahana tersebut juga digunakan untuk meneliti objek lain yang

    dilintasi dalam perjalanannya.

    60 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • BAB V

    PENGUMPULAN DATA ASTRONOMI

    A. Pencatatan Posisi Benda LangitObjek yang dikaji dalam astronomi yaitu benda langit. Padahal, benda

    langit ada banyak. Di Tata Surya saja, ada sebuah bintang, delapan

    planet, ratusan satelit, ribuan asteroid, puluhan benda kecil, dan ribuan

    komet. Untuk menghindari kebingungan, disusun cara menyatakan posisi

    benda langit.

    Umumnya, astronom mengamati benda langit dari permukaan Bumi. Dari

    permukaan Bumi, benda langit tampak bergerak pada bola langit. Inilah

    sebabnya rujukan kebanyakan sistem koordinat langit berupa besaran-

    besaran kebumian. Dalam pencatatan posisi benda langit, Bumi

    dianggap sebagai pusat langit. Selain itu, informasi jarak tidak disertakan.

    1. Sistem Koordinat HorizonHorizon, atau cakrawala, yaitu garis pemisah Bumi dan langit. Di laut

    lepas, pengamat seolah-olah berada di pusat horizon. Di daratan atau

    tepi pantai, horizon bisa saja tidak terlihat karena terhalang bentukan

    alami, seperti pohon atau gunung, atau bentukan buatan, seperti

    bangunan.

    Setiap sistem koordinat pasti memiliki rujukan. Sebagai contoh, rujukan

    koordinat Kartesian yaitu titik nol. Nilai x, y, dan z diukur dari titik nol ini.

    Pengumpulan Data Astronomi 61

  • Dalam koordinat horizon, rujukannya ada dua, yaitu horizon dan arah

    utara.

    Gambar V.1. Ilustrasi sudut

    ketinggian.

    Gambar V.2. Dua objek yang

    sudut ketinggiannya sama belum

    tentu posisinya sama juga.

    Di permukaan Bumi, langit tampak sebagai bola raksasa. Sudut yang

    dibentuk oleh benda langit, pengamat, dan proyeksi benda langit pada

    horizon disebut sudut ketinggian.

    Ada banyak kemungkinan posisi yang sudut ketinggiannya sama. Bisa

    saja suatu objek yang sudut ketinggiannya tertentu ada di timur, barat,

    tenggara, atau selatan. Dengan kata lain, sudut ketinggian saja tidak

    cukup untuk menyatakan posisi benda langit. Jadi, perlu didefinisikan

    satu lagi sudut.

    Sudut kedua berkaitan dengan jarak objek dari utara. Sudut ini, yang

    dibentuk oleh utara, pengamat, dan proyeksi benda pada cakrawala,

    disebut sudut azimut.

    62 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar V.3. Ilustrasi sudut

    azimut.

    Gambar V.4. Dua kemungkinan

    posisi proyeksi benda di

    cakrawala jika arah pengukuran

    azimut tidak ditentukan.

    Sudut azimut dapat diukur dari utara ke timur atau dari utara ke barat.

    Tidak ada kendala teknis untuk arah manapun yang dipilih. Semata-mata

    supaya seragam, disepakati bahwa arah yang digunakan selalu utara ke

    timur.

    Gambar V.5. Ilustrasi

    kesepakatan arah pengukuran

    sudut azimut.

    Gambar V.6. Ilustrasi

    pengukuran sudut azimut

    suatu objek dengan

    kompas.

    Pengumpulan Data Astronomi 63

  • a. Deklinasi Magnetik

    Sudut azimut yaitu sudut yang dibentuk oleh utara, pengamat, dan

    proyeksi benda pada cakrawala. Dari definisi ini, dapat disimpulkan

    bahwa bentangan sudut azimut terletak pada bidang pengamatan.

    Dengan demikian, nilai sudut azimut dapat diukur dengan kompas.

    Gambar V.7. Posisi Kutub Utara Magnet sejak 1931 dan Kutub Utara

    Geografi. Proyeksi Kutub Utara Geografi pada bola langit merupakan

    Kutub Utara Langit. Kutub Utara Langit merupakan salahsatu ujung

    sumbu edar gerak semu harian benda langit. (Off the Beaten Path Maps)

    Gerak semu harian benda langit terjadi karena rotasi Bumi. Kutub Utara

    dan Selatan Langit berhimpit dengan sumbu rotasi Bumi. Sementara itu,

    medan magnet Bumi timbul bukan karena rotasi, melainkan gerakan

    64 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • logam cair di inti Bumi. Tentu saja inti Bumi ikut berotasi bersama

    keseluruhan Bumi, namun laju dan variasinya tidak sama. Akibatnya

    yaitu kutub magnet tidak selalu sama dengan kutub geografi.

    Yang ditunjuk jarum kompas yaitu utara magnet, bukan utara geografi.

    Selisih sudut antara utara magnet dan utara geografi disebut deklinasi

    magnetik. Deklinasi magnetik bernilai positif jika utara magnet di timur

    utara geografi; nilainya negatif jika utara magnet di barat utara geografi.

    Gambar V.8. Deklinasi magnetik bernilai positif

    jika arah utara magnet di timur utara geografi.

    Pengumpulan Data Astronomi 65

  • Nilai deklinasi magnetik bervariasi untuk tiap tempat dan waktu. Idealnya,

    dilakukan pengukuran setiap saat. Namun karena aktivitas semacam ini

    pasti butuh biaya dan perubahan deklinasi berlangsung lambat, dapat

    digunakan program, misalnya, yang dibuat National Oceanic and

    Atmosphere Administration (NOAA), atau peta deklinasi magnetik.

    Gambar V.9. Peta deklinasi magnetik untuk tahun 2000. Garis-garis

    pada peta menghubungkan daerah-daerah dengan deklinasi magnetik

    sama. (National Imaging and Mapping Agency)

    66 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar V.10. Layanan internet prediksi deklinasi magnetik. (NOAA)

    2. Sistem Koordinat EkuatorialTinjaulah kasus pengamatan di khatulistiwa! Lintasan Matahari tegak

    lurus terhadap bidang cakrawala. Di utara khatulistiwa, lintasan Matahari

    condong ke selatan. Sementara itu di selatan khatulistiwa, lintasan

    Matahari condong ke utara. Dengan demikian, sistem koordinat horizon

    berlaku lokal, bukan global.

    Pengamatan dapat dilakukan di mana saja. Jika data pengamatan

    disampaikan pada pengamat dari lokasi lain menggunakan sistem

    koordinat horizon, dapat terjadi kebingungan. Karena itu, dikembangkan

    sistem koordinat ekuatorial, yang berlaku global. Sistem koordinat ini

    pada dasarnya merupakan perluasan sistem koordinat geografi ke bola

    langit. Rujukan sistem ini yaitu ekuator langit dan Titik Aries. Titik Aries

    yaitu posisi Matahari ketika tepat di ekuator langit dan Belahan Bumi

    Utara mengalami musim semi.

    Pengumpulan Data Astronomi 67

  • Gam

    bar V.11. Posisi-posisi B

    umi saat ekuinoks dan titik balik M

    atahari.

    68 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar V.12. Koordinat ekuatorial merupakan perluasan koordinat

    geografi ke bola langit. Ekuator langit sebidang dengan ekuator

    Bumi. Ekliptika yaitu posisi tahunan Matahari terhadap bola langit.

    Dalam sistem koordinat geografi, posisi lokasi terhadap ekuator disebut

    lintang, sedangkan posisi lokasi terhadap Greenwich disebut bujur.

    Sementara itu dalam sistem koordinat langit, posisi benda langit terhadap

    ekuator langit disebut deklinasi, sedangkan posisi benda langit terhadap

    Pengumpulan Data Astronomi 69

  • titik Aries disebut asensiorekta. Nilai deklinasi bervariasi dari -90 hingga

    90, dengan tanda negatif berarti di selatan ekuator. Nilai asensiorekta

    bervariasi dari 0h hingga 24h, diukur ke arah timur, dengan 1h sama

    dengan 15.

    B. Gerak Semu Planet dan BintangBenda langit sebenarnya memang bergerak, namun pergerakannya

    sangat kecil jika dilihat dari Bumi. Penampakan bergeraknya benda langit

    dari timur ke barat terutama disebabkan oleh rotasi Bumi. Selain itu, garis

    edar benda langit akan berbeda jika dilihat dari lintang yang berbeda.

    Gambar V.13. Orientasi pengamat pada lintang 0, 30 LU,

    60 LS, dan 90 LS yang berbeda terhadap ekuator.

    70 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Jika ditinjau dari bidang pengamatan, yang bervariasi yaitu orientasi

    ekuator terhadap bidang pengamatan. Hal ini diilustrasikan dalam

    gambar V.14

    Gambar V.14. Variasi orientasi ekuator terhadap bidang pengamatan.

    Jika orientasi ekuator terhadap bidang pengamatan diketahui, dapat

    diketahui pula garis edar benda langit dengan deklinasi tertentu. Pada

    gambar V.15, ditunjukkan garis edar Matahari pada tanggal 21

    Desember, yang deklinasinya -23,5.

    Lintasan benda langit sejajar dengan ekuator. Selain itu jika deklinasinya

    negatif, lintasan benda langit berada di selatan ekuator.

    Pengumpulan Data Astronomi 71

  • Gambar V.15. Garis edar Matahari pada tanggal 21 Desember di

    lintang 0, 30 LU, 60 LS, dan 90 LS.

    C. TeleskopTanpa alat bantu, planet tampak sebagai titik bercahaya di langit. Tidak

    banyak yang dapat diketahui tentang titik bercahaya ini selain tentang

    posisi dan pola geraknya.

    Dengan teleskop, dapat diamati bentuk planet. Hal ini dimungkinkan oleh

    sifat pembiasan cahaya ketika melewati lensa. Dalam konteks teleskop,

    lensa yang banyak digunakan yaitu lensa cembung. Pada lensa

    cembung, 1) berkas sinar sejajar dikumpulkan di titik fokus dan 2) berkas

    sinar yang melewati pusat lensa diteruskan tanpa dibelokkan.

    72 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar V.16. Berkas sinar yang melalui lensa cembung untuk

    kasus terbentuknya bayangan nyata.

    Jika f yaitu titik fokus, s posisi benda, dan s' posisi bayangan benda,

    berlaku hubungan berikut.

    1s 1

    s'=1

    f(V.1)

    Perbesaran bayangan, M, dirumuskan sebagai berikut.

    M= s 's

    M= fsf

    (V.2a)

    M=s ' ff

    (V.2b)

    Pengumpulan Data Astronomi 73

  • Bayangan nyata memiliki perbesaran positif, sedangkan bayangan maya

    memiliki perbesaran negatif.

    Gambar V.17. Berkas sinar yang melalui lensa cembung

    untuk kasus terbentuknya bayangan maya.

    Bayangan maya lebih mudah dilihat daripada bayangan nyata. Ini karena

    bayangan maya selalu berada di belakang lensa sehingga hampir selalu

    terlihat jika mata berada dekat dengan lensa. Sementara itu untuk

    melihat bayangan nyata, jarak mata dari lensa harus diatur sesuai

    dengan hubungan V.1. Karena itu jika mata yang digunakan untuk

    74 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • melihat bayangan benda, sebaiknya bayangan akhir yang terjadi

    merupakan bayangan maya.

    Posisi benda langit sangat jauh dari pengamat sehingga berkas sinar

    yang datang dapat dianggap sejajar. Dari asumsi ini dan hubungan V.1,

    berlaku hubungan berikut pada lensa objektif.

    s 'obj= limsobj

    fobj sobjsobjfobj

    = fobj (V.3)

    Gambar V.18. Sistem optik dengan dua lensa, seperti yang

    ada pada teleskop sederhana.

    Bayangan lensa objektif bersifat nyata dan berfungsi sebagai benda bagi

    lensa okuler. Karena jarak bayangan ini dari okuler sama dengan fokus

    lensa okuler, berlaku hubungan berikut.

    Pengumpulan Data Astronomi 75

  • s 'oku= limsokuf oku

    f okusokusokuf oku

    = (V.4)

    Berikut persamaan perbesaran teleskop.

    Mtele= limsobj ,s 'oku

    MobjMoku

    Mtele= limsobj ,s 'oku

    s'objsobj

    s 'okusoku

    Mtele=s 'objsoku

    (V.5a)

    Mtele=fobjfoku

    (V.5b)

    D. FotometriFotometri yaitu pengukuran kecerlangan bintang. Tanpa alat bantu

    sekalipun, dapat ditentukan mana bintang yang lebih terang dari yang

    lainnya. Masalahnya yaitu terang atau redup merupakan penilaian

    subjektif; dibutuhkan penilaian baku yang objektif.

    Kecerlangan bintang dinyatakan dalam besaran magnitudo melalui

    hubungan berikut.

    m2m1=2,5log I2I1 (V.6)Besaran m yaitu magnitudo dan I yaitu fluks radiasi bintang. Fluks radiasi

    yaitu energi dari bintang per detik per luas area pada jarak tertentu dari

    76 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • bintang. Satuan fluks radiasi yaitu J.m-2.s-1. Makin terang suatu bintang,

    makin kecil magnitudonya.

    Gambar V.19. Foto gugus Pleiades. Bintang yang lebih terang

    nampak lebih besar. (NASA/ESA/AURA/Caltech/Palomar Observatory)

    Fluks radiasi diterima pada jarak tertentu dari bintang. Jadi makin jauh

    jarak dari bintang, makin kecil fluksnya. Dampaknya yaitu kecerlangan

    bintang tergantung pada 1) energi yang dihasilkan per detik dan 2)

    jaraknya dari pengamat. Berikut perluasan hubungan V.6.

    m2m1=2,5 log I2I1

    Pengumpulan Data Astronomi 77

  • m2m1=2,5 log L2/4D22L1/4D12 m2m1=2,5 log L2L1 D1

    2

    D22 (V.7)

    Besaran L yaitu luminositas bintang dan D jarak bintang dari pengamat.

    Luminositas yaitu energi yang dipancarkan bintang per detik ke segala

    arah. Satuan untuk luminositas yaitu J.s-1.

    Gambar V.20. Contoh tampilan intensitas piksel foto bintang pada

    perangkat Iris. Nilai intensitas piksel kedua bintang ditandai dengan

    kotak merah.

    Dengan perangkat lunak pengolah citra, dapat dihitung nilai intensitas

    piksel foto bintang. Intensitas piksel jelas tidak sama dengan fluks

    radiasi, tetapi berbanding lurus dengan fluks radiasi. Dengan demikian

    78 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • jika diketahui perbandingan intensitas piksel dua bintang, dapat diketahui

    pula selisih magnitudo kedua bintang tersebut.

    E. SpektroskopiSpektroskopi yaitu penguraian cahaya bintang. Dari spektroskopi, dapat

    diketahui, diantaranya, jenis zat pada bintang.

    Gambar V.21. Spektrum langit, dengan garis-garis serapan

    unsur-unsur di atmosfer dan Matahari. (Eric Bajart/G. Maureen)

    Setiap benda bertemperatur pasti memancarkan gelombang

    elektromagnetik. Jika temperaturnya rendah, kebanyakan sinarnya

    Pengumpulan Data Astronomi 79

  • berupa inframerah. Jika temperaturnya sangat tinggi, kebanyakan

    sinarnya berupa ultraviolet. Jika sinar ini melalui prisma, akan terbentuk

    spektrum kontinu.

    Gambar V.22. Spektrum kontinu dari benda bertemperatur.

    Gambar V.23. Lava dengan temperatur

    1.000-1.200 C. Lava memancarkan sinar

    pada semua panjang gelombang, namun

    yang paling tinggi intensitasnya yaitu sinar

    merah-kuning. (Hawaii Volcano Observatory)

    80 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Radiasi dengan frekuensi tertentu yang diterima gas bertekanan rendah

    digunakan untuk menaikkan tingkat energi elektron. Ketika elektron ini

    kembali ke tingkat energi semula, radiasi tadi dipancarkan kembali. Nilai

    frekuensi radiasi ini bergantung pada selisih tingkat energi elektron.

    Karena susunan elektron bersifat khas untuk tiap atom, frekuensi yang

    diserap dan dipancarkan akan berbeda untuk atom yang berbeda. Yang

    teramati oleh pengamat yaitu garis-garis terang pada frekuensi tertentu,

    tanpa disertai kontinum.

    Gambar V.24. Jika terdapat gas renggang di antara pengamat dan

    sumber radiasi, terjadi garis-garis serapan. Jika sumber radiasi tidak

    segaris dengan pengamat dan gas renggang, terjadi garis-garis emisi.

    Spektrum energi sumber radiasi berupa spektrum kontinu pada semua

    panjang gelombang. Jika terdapat gas bertekanan rendah di antara

    sumber radiasi dan pengamat, radiasi dengan frekuensi tertentu

    digunakan untuk menaikkan tingkat energi elektron. Ketika elektron ini

    Pengumpulan Data Astronomi 81

  • kembali ke tingkat energi semula, radiasi tadi dipancarkan kembali ke

    segala arah. Yang teramati oleh pengamat yaitu spektrum kontinu

    dengan garis gelap pada frekuensi tertentu.

    Gambar V.25. Nebula planet M 57,

    yang merupakan lontaran material

    bintang. Spektrum nebula planet

    berupa garis-garis terang pada

    frekuensi tertentu. (AURA/STScI/NASA)

    Gambar V.26. Korona

    merupakan gas renggang di

    antara pengamat dan inti

    Matahari. Spektrum korona

    berupa kontinum dengan garis-

    garis gelap pada frekuensi

    tertentu. (Luc Viatour)

    Alat pengurai cahaya disebut spektrograf/spektrometer. Spektrum

    cahaya dapat direkam dengan, misalnya, kamera digital. Untuk

    mengetahui frekuensi garis emisi atau serapan, digunakan spektrum

    pembanding dari percobaan di laboratorium.

    82 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • Gambar V.27. Searah jarum jam dari kiri atas, logam natrium

    dipanaskan hingga menguap. Gas panas natrium akan memancarkan

    sinar pada frekuensi tertentu. Sinar ini diuraikan dengan prisma pada

    spektrograf. Ditampilkan dua garis emisi sampel gas natrium, dilihat

    dari teropong pada ujung spektrograf. Tentu saja kini, digunakan

    spektrograf dan perekam data elektronik. (BBC Chemistry: A Volatile History - The Order of the Elements)

    Pengumpulan Data Astronomi 83

  • F. Tugas Bab VGunakan persamaan V.6 dan V.7 untuk mengisi tabel berikut!

    Kecerlangan Relatifmagnitudo IMatahari

    ISiriusMatahari Sirius

    -26.7 -1.44

    Dari permukaan Bumi, yang lebih terang yaitu (Matahari/Sirius).

    (Lingkari jawabannya!)Kecerlangan Mutlak

    DSiriusDMatahari

    LMatahariLSirius

    540.000

    Jika ditaruh pada jarak yang sama dari permukaan Bumi, yang lebih

    terang yaitu (Matahari/Sirius). (Lingkari jawabannya!)

    Catatan:

    Fluks bintang diukur dengan bolometer, yang pada dasarnya merupakan

    pengukur besar energi radiasi yang datang. Jarak bintang diukur

    menggunakan pengamatan paralaks.

    84 Wawasan Mutakhir Tata Surya

  • GLOSARIUM

    Aphelion: Jarak terdekat antara Matahari dan benda yang

    mengelilinginya.

    Asensiorekta: Sudut antara titik Aries dan proyeksi benda langit pada

    ekuator langit.

    Asteroid: Benda yang bentuknya tidak beraturan karena gaya

    gravitasinya tidak cukup besar untuk membulatkan dirinya.

    Awan Oort: Daerah terluar Tata Surya, diperkirakan merupakan asal

    komet periode panjang. Sedna merupakan planet kerdil yang

    aphelionnya mencapai awan Oort. Sebaran benda-benda di awan

    Oort membentuk bola, melingkupi Tata Surya Dalam.

    Azimut: Sudut yang dibentuk utara, pengamat, dan proyeksi benda pada

    cakawala, diukur ke timur.

    Bayangan Nyata: Bayangan yang dapat diproyeksikan dengan jelas

    pada layar.

    Bayangan Maya: Bayangan yang tidak dapat diproyeksikan dengan

    jelas pada layar.

    Bintang: Benda yang 1) melangsungkan reaksi fusi sehingga 2)

    memancarkan sinar. Seringkali, benda yang tidak lagi

    melangsungkan reaksi fusi, tapi masih memancarkan sinar melalui

    mekanisme lain, juga disebut bintang. Contohnya yaitu bintang

    neutron, bintang katai putih, dan bintang katai hitam, yang semuanya

    tadi sebelumnya merupakan bintang juga.

    Deklina