60
NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

 · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

  • Upload
    others

  • View
    2

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONAL

DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

Page 2:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu
Page 3:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

BAB III

NERACA PEMBAYARAN INTERNASIONALDAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

A. PENDAHULUAN

Kebijaksanaan neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri sebagai bagian dari keseluruhan kebijaksanaan pembangunan, telah dilaksanakan dengan tetap berlandaskan pada Trilogi Pembangunan. Bersama-sama dengan kebijaksanaan fiskal dan moneter, kebijak-sanaan neraca pembayaran diarahkan untuk mempertahankan pembangunan yang berkesinambungan.

Dalam rangka menjaga kestabilan ekonomi, kebijaksanaan di bidang neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri diarahkan untuk terus meningkatkan penerimaan ekspor dan mengendalikan impor barang dan jasa sehingga besarnya defisit transaksi berjalan berada dalam batas yang aman. Kebijaksanaan neraca pembayaran juga

III/3

Page 4:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

ditujukan untuk terus meningkatkan produksi dan diversifikasi perdagangan luar negeri, penyediaan barang-barang untuk menunjang produksi dengan harga yang mantap dan terjangkau, pengelolaan hutang dan pinjaman luar negeri secara cermat, peningkatan penanaman modal luar negeri, terpeliharanya kurs valuta asing yang mantap dan realistic, serta mengupayakan tingkat cadangan devisa yang aman.

B. PERKEMBANGAN INTERNASIONAL

Keadaan neraca pembayaran dan perdagangan luar negeri dalam tahun kedua Repelita VI tidak terlepas dari perkembangan politik, ekonomi, perdagangan dan keuangan internasional. Dalam dua tahun terakhir proses pemulihan perekonomian dunia masih terus berlanjut sejak terjadinya resesi di awal tahun 1990-an. Produksi dunia pada tahun 1995 meningkat sebesar 3,5 persen, sedikit menurun dibandingkan tahun 1994 yang besarnya adalah 3,7 persen. Pertumbuhan ekono mi negara-negara maju pada tahun 1994 meningkat sebesar 2,8 persen, kemudian menurun menjadi 2,1 persen pada tahun 1995. Demikian juga pertumbuhan ekonomi negara-negara berkembang sedikit menurun dari 6,4 persen pada tahun 1994 menjadi 5,9 persen pada tahun 1995.

Laju pertumbuhan perdagangan internasional juga mengalami sedikit penurunan, yaitu dari 9,0 persen pada tahun 1994 menjadi 8,7 persen pada tahun 1995. Volume ekspor dan impor negara-negara industri dalam tahun 1995 meningkat masing-masing

III/4

Page 5:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

sebesar 7,1 persen dan 7,3 persen, sedangkan untuk negara-negara berkembang meningkat lebih tinggi lagi yaitu masing-masing sebesar 12,2 persen dan 11,8 persen.

Page 6:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

Pada tahun 1995 peningkatan harga-harga kelompok komoditi pertanian dan bahan minuman tidak setajam yang terjadi pada tahun 1994, yaitu dari masing-masing sebesar 10,1 persen dan 74,9 persen pada tahun 1994 menjadi masing-masing hanya sebesar 4,6 persen dan 0,9 persen. Sedangkan harga untuk kelompok barang-barang logam dan kelompok makanan mengalami peningkatan yaitu masing-masing dari 16,6 persen dan 5,1 persen pada tahun 1994 menjadi masing-masing sebesar 19,5 persen dan 8,1 persen.

Transaksi berjalan negara-negara industri mengalami surplus sebesar US$ 20,2 miliar pada tahun 1995, setelah mengalami defisit sebesar US$ 2,2 miliar pada tahun 1994. Perkembangan ini dipengaruhi oleh meningkatnya surplus transaksi berjalan negara-negara Uni Eropa menjadi US$ 67,0 miliar pada tahun 1995. Surplus transaksi berjalan Jepang sedikit mengalami penurunan sebagai akibat menguatnya nilai mata uang Yen terhadap mata uang dolar sehingga meningkatkan pertumbuhan impornya. Dalam tahun 1995 transaksi berjalan Jepang mengalami surplus sebesar US$ 111,2 miliar, sedikit menurun diban-dingkan surplus pada tahun 1994 yakni sebesar US$ 130,6 miliar. Defisit transaksi berjalan Amerika Serikat dalam tahun 1995 sedikit meningkat menjadi US$ 152,9 miliar dibandingkan tahun 1994 yang adalah sebesar US$ 151,2 miliar.

Dalam pada itu, defisit transaksi berjalan negara-negara berkem-bang justru makin membesar yaitu dari US$ 67,3 miliar pada tahun 1994 menjadi US$ 79,0 miliar pada tahun 1995. Dalam periode yang sama, defisit transaksi berjalan negara-negara dalam transisi seperti Rusia, negara-negara di Eropa Tengah dan Timur sedikit menurun dari sebesar US$ 2,7 miliar menjadi US$ 2,2 miliar.

Sejalan dengan arus globalisasi yang bergerak dengan cepat, kerja-sama di bidang ekonomi dan perdagangan internasional dan regional

III/5

Page 7:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

semakin diperlukan untuk menjembatani kepentingan yang berbeda di setiap negara sebagai upaya memecahkan masalah-masalah sekaligus meraih manfaat dari peluang-peluang yang tercipta secara optimal.

Sejak Januari 1995 telah dibentuk World Trade Organization (WTO) yang bersifat permanen dan berkedudukan setara dengan International Monetary Funds (IMF) dan Bank Dunia. Terbentuknya WTO telah memberikan harapan kepada masyarakat internasional akan adanya suatu lembaga multilateral yang mengatur sistem perdagangan internasional, dengan aturan yang lebih jelas dan komprehensif serta mekanisme penyelesaian sengketa dagang yang efektif. WTO diharapkan akan mampu menciptakan transparansi kebijakan perdagangan setiap negara anggota bagi anggota yang lain, sehingga semua negara anggota dapat memperkirakan dampak yang mungkin akan timbul akibat penerapan kebijakan tersebut.

Dalam rangka kerjasama keuangan, Indonesia telah berhasil memelihara kepercayaan dan dukungan masyarakat internasional terha-dap kebijakan pembangunan yang tercermin dari meningkatnya jumlah bantuan yang diterima Indonesia dari tahun ke tahun. Kerjasama ke-uangan antara Indonesia dengan negara-negara donor dilakukan melalui forum Consultative Group for Indonesia (CGI). Di bawah koordinasi Bank Dunia, CGI telah empat kali memberikan bantuan kepada Indonesia. Pada tahun 1995, Indonesia menerima US$ 5,3 miliar. Jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah bantuan pada tahun-tahun sebelumnya.

Sementara itu, kerangka Kelompok-77, Gerakan Non-Blok, Organisasi Konperensi Islam, dan Kelompok-15 adalah wahana kerja-sama antara negara-negara berkembang yang tidak kalah pentingnya. Dalam Gerakan Non-Blok, Indonesia telah berhasil membangun kepercayaan dan rasa solidaritas di antara negara-negara anggotanya,

III/6

Page 8:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

serta memelopori usaha meningkatkan kerjasama ekonomi melalui kerjasama teknik antarnegara berkembang dan sesama anggota GNB. Indonesia juga berusaha meningkatkan peran GNB dalam membangun tata dunia internasional yang demokratis. Sebagai wakil GNB, Indonesia berupaya meyakinkan negara-negara G-7 akan pentingnya mengadakan dialog konstruktif antara Utara-Selatan menyangkut berbagai permasalahan politik dan ekonomi.

Dalam KTT-XI GNB yang berlangsung pada bulan Oktober 1995 di Cartagena, Kolombia, Indonesia menyerahkan jabatan ketua GNB kepada Kolumbia setelah memangku jabatan tersebut sejak tahun 1992. Dalam KTT itu telah dikeluarkan "Deklarasi Kolumbia" yang antara lain berisikan usulan untuk menghapus hutang-hutang negara berkembang yang berpendapatan sangat rendah yang akan disampaikan pada perte-muan Kelompok G-7 mendatang.

OKI mempunyai kemampuan dan kesempatan untuk memberikan sumbangan yang lebih besar bagi kerjasama Selatan-Selatan. Dalam tahun 1996 Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah Konperensi Tingkat Menteri Luar Negeri, Pameran Dagang Islam dan Pertemuan Sektor Swasta Islam.

Dalam rangka meningkatkan kerjasama negara-negara di Asia dan Uni Eropa telah diselenggarakan Konferensi Tingkat Tinggi Asia-Eropa (ASEM) I pada tanggal 1-2 Maret 1996 di Bangkok, Thailand. Pertemuan tersebut merupakan terobosan yang menandai dimulainya suatu era baru dalam kerjasama Asia-Eropa di berbagai bidang antara lain bidang ekonomi, politik dan keamanan, dan sosial budaya. Di bidang ekonomi telah disepakati untuk meningkatkan arus perda-gangan dan investasi antara kedua kawasan. Selanjutnya di bidang politik telah disepakati penguatan hubungan Asia-Eropa yang dituju-kan un tuk men ingka tkan pe rdamaian , pe r tumbuhan yang

III/7

Page 9:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

berkelanjutan dan kesejahteraan rakyat di kedua kawasan. Selanjutnya, disepakati pula untuk mengadakan pertemuan berikutnya yang akan diadakan di Inggris pada tahun 1998 dan di Korea Selatan pada tahun 2000.

Dalam rangka kerjasama Asia-Pasifik, dalam pertemuan informal di bulan Nopember 1995 di Osaka-Jepang, anggota APEC telah sepakat untuk memperteguh komitmennya terhadap liberalisasi perdagangan dan investasi di kawasan tersebut yang diwujudkan dalam "Deklarasi Osaka" . Selain itu, telah disepakati pula Agenda Aksi Osaka yang memuat uraian langkah-langkah menuju liberalisasi, fasilitasi, dan kerjasama ekonomi dan teknik dalam rangka mengimplementasikan "Deklarasi Bogor".

Di bidang kerjasama regional, negara-negara anggota ASEAN pada KTT-ASEAN ke-5 di Bangkok pada bulan Desember 1995, menyetujui Agenda Integrasi Ekonomi yang lebih besar (Agenda for Greater Economic Integration) untuk meningkatkan, memperluas serta memperdalam kerjasama di lingkup ASEAN, yang berkembang secara global. Deklarasi Bangkok 1995 tersebut mencakup antara lain pening-katan kerjasama ekonomi ASEAN, pengaturan tentang Skema Common Effective Preferential Tariff (CEPT) dalam kerangka AFTA, persetujuan tentang kerjasama energi dan pengaturan perdagangan ASEAN, persetujuan ASEAN tentang jasa-jasa dan hak milik intelektual.

Selanjutnya, telah berkembang pula kerjasama regional ASEAN yang melibatkan sebagian anggota ASEAN, seperti IMT-GT (Indonesia, Malaysia, dan Thailand), Sijori (Singapura, Johor, Riau), dan BIMP-EAGA (Indonesia, Philipina, Malaysia). Tujuan kerja-sama-kerjasama regional ini adalah untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di wilayah-wilayah berbatasan yang dipromosikan.

III/8

Page 10:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

C. PERKEMBANGAN NERACA PEMBAYARAN DAN PERDAGANGAN LUAR NEGERI

1. Kebijaksanaan Perdagangan dan Keuangan Luar Negeri

Peranan perdagangan luar negeri dalam perekonomian nasional semakin penting dengan semakin terintegrasinya perekonomian dunia. Oleh karena itu dalam Repelita VI di bidang perdagangan dan keuangan luar negeri terus diupayakan untuk memanfaatkan berbagai peluang yang terbuka.

Upaya-upaya untuk mengantisipasi pasar bebas di tingkat regional dan internasional terus dilanjutkan. Sebagai kelanjutan dari kebijaksanaan-kebijaksanaan sebelumnya, telah dikeluarkan beberapa paket kebijaksanaan yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi, ketahanan ekonomi nasional, dan daya saing produk dalam negeri. Paket-paket kebijaksanaan ini meliputi antara lain entreport produksi dan tujuan ekspor (EPTE), tata niaga impor, penyempurnaan tarif bea masuk dan bea masuk tambahan, penanaman modal, serta perijinan industri dan restrukturisasi usaha.

Sementara itu, dalam menghadapi berbagai gejolak di pereko-nomian dunia serta untuk meningkatkan penerimaan devisa dari ekspor di luar minyak dan gas bumi, dalam tahun 1995/96 kebijaksanaan di bidang ekspor terus disempurnakan.

Untuk memperlancar kegiatan pengusaha kecil dalam meng-ekspor produknya, ketentuan mengenai penggunaan dokumen pemberi-tahuan ekspor barang (PEB) disempurnakan. Sejak Pebruari 1995, pengiriman barang ekspor yang nilainya kurang dari Rp10 juta menggunakan dokumen Permohonan Ekspor Tanpa PEB (PETP) sebagai pengganti dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB).

III/9

Page 11:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

Demikian pula barang-barang yang dikirim ke luar negeri untuk tujuan tertentu seperti barang pindahan, barang diplomatik, barang keperluan mini agama, olah raga, kesenian, kebudayaan, penelitian, kemanusiaan, barang pameran, dan barang contoh cukup meng-gunakan dokumen PETP.

Pengalokasian kuota ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) telah disempurnakan melalui penetapan tiga jenis kuota, yaitu kuota tetap, kuota sementara dan kuota pinjam. Dari kuota ekspor TPT yang dimiliki Indonesia, sekitar 85 - 90 persen merupakan kuota tetap yang dimiliki oleh eksportir terdaftar TPT. Di samping itu dengan berfungsinya WTO sejak Januari 1995, pengaturan perdagangan tekstil dalam ketentuan Multi Fiber Arrangement (MFA) yang bersifat bilateral secara bertahap akan dihapus. Sebagai gantinya dikeluarkan ketentuan baru yang mengacu pada Agreement on Textile and Clothing (ATC) yang telah disepakati pada Putaran Uruguay/GATT.

Sementara itu, ketentuan pembagian kuota ekspor maniok (ubi kayu) ke negara Masyarakat Eropa untuk tahun 1995 berjumlah sekitar 866 ribu ton telah diatur kembali melalui dua tahap. Tahap pertama sebesar 400 ribu ton dimulai bulan Januari 1995 diberikan kepada eksportir yang telah mempunyai stok yang dibuktikan dengan laporan hasil pemeriksaan PT Sucofindo, dan tahap kedua sekitar 466 ribu ton akan ditetapkan kemudian.

Selanjutnya, pada bulan Januari 1996 dikeluarkan paket kebijak-sanaan di bidang keuangan, industri dan perdagangan. Sasaran paket kebijaksanaan ini antara lain untuk meningkatkan efektivitas pelak-sanaan dari kebijaksanaan yang telah ditempuh, mewujudkan iklim usaha yang menarik bagi kegiatan ekspor, mendorong peningkatan efisiensi dan daya saing ekspor, menurunkan tarif bea masuk atas barang modal dan bahan baku yang terkait langsung dengan ekspor,

III/10

Page 12:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

dan menghapus pungutan yang dapat menghambat kegiatan ekspor dan impor.

Di bidang industri dan perdagangan, paket Januari 1996 antara lain menghapus biaya pemantauan ekspor tekstil dan produk tekstil yang dikenakan ketentuan kuota, mengijinkan perusahaan penanaman modal asing 100 persen untuk mendirikan usaha perdagangan ekspor dengan memperluas cakupan barang yang dapat diekspor, memberikan kemudahan impor bahan baku/penolong dan barang modal khusus untuk industri pengolahan di kawasan berikat (KB) dan EPTE, dan mengijinkan swasta mengusahakan Kawasan Berikat. Sedangkan di bidang keuangan antara lain memberikan perluasan fasilitas pembebasan dan penurunan tarif bea masuk (BM) dan bea masuk tambahan (BMT) atas impor barang modal dalam rangka restrukturisasi usaha, penangguhan BM/BMT, PPN, dan PPnBM atas barang modal yang masuk ke atau keluar dari kawasan berikat dan EPTE, penurunan tarif pajak ekspor untuk komoditi tertentu, penanggungan pembayaran PPN oleh pemerintah atas impor kapal untuk kegiatan usaha pelayaran niaga nasional, dan memberikan kesempatan bagi swasta dan koperasi untuk membuka balai lelang. Untuk tingkat bea masuk, sebanyak 428 pos tarif atau hampir 6 persen dari total tarif telah diturunkan.

Sementara itu di bidang impor dan jasa-jasa, tata niaga impor, tarif bea masuk dan bea masuk tambahan semakin disempurnakan.

Di bidang impor, paket Mei 1995 menyempurnakan mekanisme bea masuk dan bea masuk tambahan serta tata niaga impor atas barang-barang tertentu. Penurunan bea masuk dan bea masuk tambahan mencakup 6.030 pos tarif atau sekitar 64 persen dari 9.398 pos tarif yang berlaku, sedangkan sisanya telah terkena tarif bea masuk sebesar 0 sampai 5 persen.

III/11

Page 13:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

Berbeda dengan paket-paket sebelumnya, penurunan bea masuk dan bea masuk tambahan dilakukan secara berjadual sesuai dengan komitmen yang disepakati dalam AFTA, GATT/WTO, dan APEC. Bagi produk yang mempunyai tarif bea masuk dan bea masuk tambahan melebihi 20 persen secara bertahap diturunkan menjadi setinggi-tinggi-nya 20 persen pada tahun 1998, dan setinggi-tingginya 10 persen pada tahun 2003. Sedangkan produk yang tarif bea masuk dan bea masuk tambahannya sebesar 20 persen atau kurang, secara bertahap diturun-kan menjadi setinggi-tingginya 5 persen pada tahun 2000. Sedangkan beberapa produk pertanian, penurunan bea masuknya akan diatur tersendiri sesuai dengan komitmen GATT/WTO.

Sementara itu jumlah pos tarif yang diatur tata niaganya dikurangi dari 270 menjadi 189 pos tarif, atau sekitar 2 persen dari keseluruhan pos tarif yang ada. Di samping itu terhadap sejumlah komoditi impor tertentu yang impornya dibatasi pada importir terdaftar (IT), importir produsen (IP), dan Bulog, menjadi terbuka bagi importir umum (IU).

Paket Mei 1995 juga mengatur kembali jumlah barang yang dima-sukkan ke daerah pabean yang diproduksi oleh perusahaan pengolahan di kawasan berikat (PPDKB) dan Entrepot produksi untuk tujuan ekspor (EPTE). Selain itu, tatalaksana pabean atas pemasukan dan pengeluaran barang dari dan ke kawasan berikat di atur kembali. Untuk barang-barang yang masuk dan keluar dari kawasan tersebut tidak perlu dilaku-kan pemeriksaan pra-pengapalan, belum diberlakukan ketentuan tata niaga impor, dan belum dikenakan bea masuk, bea masuk tambahan, cukai, pajak pertambahan nilai, pajak penjualan barang mewah, dan pajak penghasilan.

Di bidang investasi, Paket Mei 1995 menyempurnakan pengelom-pokkan daftar negatif investasi (DNI) menjadi 4 kelompok, yaitu; (a)

III/12

Page 14:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

8 (delapan) bidang usaha dinyatakan tertutup bagi modal yang dimiliki oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing; (b) 6 (enam) bidang usaha dinyatakan tertutup bagi perusahaan yang sebagian mo-dalnya dimiliki warga negara asing/badan hukum asing; (c) 9 (sembilan) bidang usaha dinyatakan tertutup bagi penanaman modal kecuali bila memenuhi syarat-syarat tertentu, dan (d) sebanyak 11 (sebelas) bidang usaha dinyatakan mutlak tertutup bagi investasi.

Selanjutnya, untuk membuka peluang yang lebih besar kepada dunia usaha; memperbesar pemasokan untuk pasar dalam negeri dan ekspor, meningkatkan nilai tambah, dan meningkatkan alih pengetahuan dan teknologi telah dihapus 10 bidang usaha dari DNI. Penghapusan bidang usaha ini meliputi industri minyak goreng kelapa sawit, block board, barang jadi/setengah jadi dari rotan, ketel uap, kendaraan bermotor, sigaret putih mesin, disposable gas lighter, formulasi obat, perbengkelan pesawat dan komponennya yang beroperasi di bandar udara, dan jasa penunjang perdagangan periklanan diganti menjadi usaha penunjang perdagangan dalam negeri. Sebagai gantinya telah diputuskan untuk menambah 8 (delapan) bidang usaha ke dalam DNI yang meliputi: pembangunan dan pengusahaan pelabuhan; produksi, transmisi dan distribusi tenaga listrik untuk umum; telekomunikasi; pelayaran; pembangunan dan perusahaan air minum; kereta api umum; pembangkit tenaga atom; dan usaha penunjang perdagangan dalam negari, sebagai perluasan dari periklanan dengan kegiatan sejenisnya. Bidang-bidang usaha tersebut tidak boleh dimasuki oleh kegiatan penanaman modal yang seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing.

Di bidang perijinan usaha industri, Paket Mei 1995 mengatur kembali jenis perijinan dan kemudahan memperoleh ijin usaha industri dan perluasannya. Industri yang berlokasi di kawasan industri ter-masuk di kawasan berikat yang proses produksinya tidak merusak/

III/13

Page 15:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

membahayakan lingkungan dan tidak menggunakan sumber daya alam secara berlebihan, langsung diberikan ijin usaha industri tanpa perlu tahap persetujuan prinsip. Di samping itu, untuk meningkatkan iklim investasi dan mendorong efisiensi bagi perusahaan yang melakukan restrukturisasi usaha diberikan insentif tertentu. Bagi perusahaan yang melakukan penambahan investasi untuk restrukturisasi sekurang-kurangnya 30 persen dari besarnya investasi (mesin/peralatan), diberi -kan fasilitas keringanan bea masuk dan bea masuk tambahan atas impor barang modal dan bahan baku/penolong.

Kebijaksanaan di bidang pinjaman luar negeri, tetap dilaksanakan secara berhati-hati dan senantiasa mengutamakan pinjaman bersyarat lunak dan tanpa ikatan politik, memperhatikan kemampuan untuk membayar kembali, serta menggunakan pinjaman untuk proyek-proyek yang dipandang produktif dan sesuai dengan rencana pembangunan yang telah digariskan. Dalam kaitan ini, telah dilakukan usaha untuk mempercepat pembayaran pinjaman luar negeri yang memiliki tingkat bunga di atas 10 persen. Sementara itu, telah diatur kembali ketentuan mengenai tatacara, pelaksanaan, dan pemantauan pinjaman dan hibah luar negeri dalam rangka pelaksanaan APBN. Ketentuan baru ini dituju-kan untuk meningkatkan hasilguna dan dayaguna pinjaman dan hibah luar negeri, mendukung kebijaksanaan dan penggunaan pinjaman dan hibah luar negeri untuk pembangunan, serta memperlancar pelaksanaan proyek pembangunan yang dibiayai sebagian atau seluruhnya dari pinjaman dan atau hibah luar negeri.

2. Perkembangan Neraca Pembayaran

Dalam tahun 1995/96 perkembangan neraca pembayaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan-perkembangan tertentu di luar negeri dan di dalam negeri. Menurunnya volume ekspor minyak bumi, mero-sotnya harga dan volume ekspor beberapa komoditas pertanian, serta

III/14

Page 16:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

belum pulihnya ekspor beberapa komoditas manufaktur andalan, mempunyai dampak yang kurang menguntungkan terhadap neraca pembayaran Indonesia.

Perkembangan ekspor secara keseluruhan dalam tahun 1995/96 mengalami perlambatan. Hal ini terutama disebabkan oleh menurunnya penerimaan ekspor migas, dan melambatnya pertumbuhan ekspor nonmigas. Nilai ekspor secara keseluruhan hanya meningkat sebesar 9,8 persen dari nilai ekspor tahun 1994/95, yaitu dari US$ 42,2 miliar menjadi US$ 46,3 miliar. Penerimaan ekspor minyak bumi turun dengan 4,0 persen dan nilai ekspor gas alam cair (LNG), termasuk gas minyak bumi cair (LPG), turun dengan 0,5 persen. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya volume ekspor minyak bumi akibat meningkatnya konsumsi dalam negeri, sejalan dengan berkembangnya sektor industri dan transportasi.

Sementara itu, nilai ekspor nonmigas hanya meningkat sebesar 13,9 persen, yaitu dari US$ 31,7 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 36,1 miliar dalam tahun 1995/96 (lihat Tabel III-1 dan III-2). Dengan perkembangan ini peranan ekspor nonmigas dalam nilai ekspor secara keseluruhan meningkat dari 75,2 persen dalam tahun 1994/95 menjadi 78,0 persen dalam tahun 1995/96.

Nilai impor (f.o.b.) secara keseluruhan dalam tahun 1995/96 meningkat dengan 17,4 persen dari US$ 34,2 miliar menjadi US$ 40,1 miliar (Tabel III-3). Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan impor nonmigas sebesar 19,8 persen akibat dari peningkatan kegiatan investasi dan konsumsi masyarakat.

Pengeluaran devisa neto untuk jasa-jasa mengalami kenaikan sebesar 13,4 persen, yaitu dari US$ 11,5 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 13,1 miliar dalam tahun 1995/96. Peningkatan ini terutama

III/15

Page 17:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

disebabkan oleh kenaikan ongkos angkut dan asuransi impor nonmigas, pembayaran bunga pinjaman luar negeri, pembayaran bagian pendapatan kontraktor asing dan pembayaran jasa lainnya. Sementara itu, penerimaan devisa dari sektor pariwisata dan transfer pendapatan Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri tetap merupakan penyumbang terbesar pemasukan devisa di sektor jasa-jasa.

Perkembangan di atas telah menyebabkan mengecilnya surplus perdagangan, sementara defisit jasa-jasa semakin membesar. Sebagai akibatnya defisit transaksi berjalan meningkat dari US$ 3,5 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 6,9 miliar dalam tahun 1995/96.

Bersamaan dengan defisit transaksi berjalan yang membesar, arus modal masuk menunjukkan peningkatan yang sangat berarti terutama modal sektor swasta. Di sektor pemerintah, pinjaman luar negeri Pemerintah meningkat dari US$ 5,7 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 5,8 miliar dalam tahun 1995/96. Di sektor swasta, pemasukan modal lain (net()) melonjak tajam dari US$ 4,6 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 11,6 miliar dalam tahun 1995/96. Peningkatan ini terutama berasal dari peningkatan penanaman modal asing, yaitu dari US$ 4,0 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 7,1 miliar dalam tahun 1995/96 sejalan dengan membaiknya iklim usaha di Indonesia.

Berdasarkan perkembangan-perkembangan tersebut di atas, cadangan devisa meningkat dari US$ 13,3 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 16,0 miliar dalam tahun 1995/96. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai impor nonmigas (c&f) selama 4,7 bulan.

III/16

Page 18:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

D. EKSPOR

Dalam tahun 1995/96 ekspor secara keseluruhan mengalami perlambatan pertumbuhan (Tabel III-1 dan III-2). Nilai ekspor migas menurun sebesar 2,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari US$ 10,4 miliar dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 10,1 miliar dalam tahun 1995/96. Penurunan ini terutama disebabkan oleh menurunnya volume ekspor minyak bumi akibat meningkatnya konsumsi dalam negeri sejalan dengan berkembangnya sektor industri dan transportasi.

Sementara itu, ekspor nonmigas meskipun masih mengalami pe-ningkatan, laju pertumbuhannya menurun. Perlambatan pertumbuhan ini disebabkan oleh merosotnya harga dan volume ekspor beberapa komoditas pertanian serta belum pulihnya ekspor beberapa komoditas manufaktur andalan. Selain itu, masuknya negara-negara pesaing baru menyebabkan meningkatnya persaingan di pasar internasional, khususnya untuk komoditas tekstil, produk kayu dan alas kaki.

Perkembangan beberapa komoditi ekspor nonmigas dalam tahun 1995/96 secara lebih rinci adalah sebagai berikut.

Ekspor tekstil dan pakaian jadi masih tetap merupakan penyum-bang devisa terbesar dari ekspor nonmigas. Nilai ekspornya dalam tahun 1995/96 mencapai US$ 6.243 juta, atau meningkat sebesar 10,0 persen dibanding dengan tahun sebelumnya (lihat Tabel III-4). Peningkatan ini cukup berarti mengingat persaingan yang semakin tajam dan masih adanya hambatan-hambatan, balk berupa tarif maupun nontarif dari negara-negara industri.

Dalam tahun 1995/96 nilai ekspor kayu lapis mencapai US$ 3.384 juta, atau menurun sebesar 2,0 persen dari tahun sebelumnya. Muncul-nya negara-negara pesaing baru terutama Malaysia, serta harga yang

III/17

Page 19:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

merosot menyebabkan turunnya nilai ekspor kayu lapis (lihat Tabel III-5).

Perkembangan ekspor hasil tambang di luar timah dan aluminium dalam tahun 1995/96 tetap menggembirakan dengan kenaikan nilai ekspor sebesar 25;8 persen, yaitu dari US$ 2.373 juta menjadi US$ 2.986 juta. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya ekspor bijih tembaga, bijih nikel, dan batu bara. Di samping itu, nilai ekspor aluminium dan timah juga meningkat sangat pesat. Nilai ekspor aluminium mencapai US$ 355 juta dalam tahun 1995/96 atau meningkat sebesar 51,6 persen. Nilai ekspor timah bahkan meningkat sangat pesat sebesar 116,9 persen, yaitu dari US$ 117,6 juta dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 255,1 juta dalam tahun 1995/96.

Sementara itu, pertumbuhan nilai ekspor yang pesat juga terlihat pada ekspor alat-alat listrik. Nilai ekspornya mencapai US$ 2.870 juta dalam tahun 1995/96 atau meningkat dengan 58,0 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Ekspor alat-alat listrik terutama ditujukan ke Singapura, Malaysia dan Amerika Serikat.

Nilai ekspor karet juga meningkat pesat, sebesar 31,8 persen dari US$ 1.518 juta dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 2.001 juta dalam tahun 1995/96. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh mening-katnya bahan baku pembuatan ban di negara-negara industri.

Sebaliknya, perkembangan hasil-hasil pertanian seperti minyak sawit dan biji kelapa sawit serta kopi menunjukkan penurunan sebagai akibat menurunnya harga kedua produk pertanian tersebut di pasar dunia. Nilai ekspor minyak sawit dan biji kelapa sawit menurun sebesar 10,0 persen, yaitu dari US$ 1.560 juta dalam tahun 1994/95 menjadi US$ 1.403 juta dalam tahun 1995/96. Di samping itu, nilai ekspor kopi hanya mencapai US$ 630 juta dalam tahun 1995/96 atau

III/18

Page 20:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

menurun dengan 16,0 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Sementara itu nilai ekspor beberapa basil pertanian ada yang meningkat cukup pesat diantaranya adalah lada. Nilai ekspornya meningkat sebesar 98,1 persen menjadi US$ 160,3 juta dalam tahun 1995/96.

E. IMPOR DAN JASA-JASA

Memasuki awal Repelita VI, nilai impor terus mengalami pening-katan seiring dengan meningkatnya laju pembangunan dan juga ber-kaitan erat dengan laju pertumbuhan sektor industri. Upaya untuk meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian dengan mengem-bangkan kapasitas produksi dalam negeri memerlukan impor barang-barang modal yang belum dapat diproduksi di dalam negeri. Sejalan dengan itu, upaya untuk meningkatkan pertumbuhan sektor industri telah pula meningkatkan kebutuhan impor bahan baku/penolong. Di samping itu, kebutuhan impor barang konsumsi juga meningkat cukup tinggi yang disebabkan oleh terus meningkatnya pendapatan dan daya beli masyarakat.

Nilai impor secara keseluruhan meningkat dari US$ 34,1 miliar pada tahun 1994/95 menjadi US$ 40,1 pada tahun 1995/96 atau me-ningkat sebesar 17,4 persen. Nilai impor tersebut terdiri dari US$ 36,5 miliar impor nonmigas dan US$ 3,6 miliar impor migas (lihat Tabel III-1). Peningkatan ini terutama disebabkan oleh tingginya laju pertumbuhan impor nonmigas yang meningkat sebesar 19,8 persen yaitu dari US$ 30,5 miliar pada tahun 1994/95 menjadi US$ 36,5 miliar pada tahun 1995/96. Peningkatan yang tinggi tersebut terutama sebagai akibat dilanjutkannya kebijaksanaan deregulasi dan debirokratisasi dalam beberapa tahun terakhir ini sehingga meningkat-

III/19

Page 21:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

kan berbagai kegiatan perekonomian, termasuk peningkatan impor yang dilakukan oleh perusahaan PMA, PMDN, dan swasta lainnya.

Perkembangan beberapa komoditi impor nonmigas (c. i. f) menurut golongan barang ekonomi dapat dilihat pada Tabel I1I-6 dan Tabel III-7.

Adanya peningkatan kegiatan produksi dalam negeri telah menye-babkan impor bahan baku/penolong meningkat cukup pesat. Nilai impor bahan baku/penolong pada tahun 1994 sebesar US$ 20,8 miliar meningkat menjadi US$ 26,8 miliar pada tahun 1995. Peningkatan terse-but disebabkan oleh semakin besarnya impor bahan baku industri pangan dan minuman yang meningkat sebesar 38,7 persen, sedangkan impor bahan baku industri lainnya dan suku cadang meningkat masing-masing sebesar 30,2 persen dan 23,0 persen. Impor bahan baku industri lainnya yang meningkat antara lain adalah semen, besi baja dan logam, bahan karet dan plastik, bahan kertas, dan bahan kimia:

Impor barang modal juga terus mengalami peningkatan, yaitu naik sebesar 17,1 persen dari US$ 7,4 miliar pada tahun 1994 menjadi US$ 8,7 miliar pada tahun 1995. Kenaikan terbesar terjadi pada impor alat telekomunikasi sebesar 46,5 persen dan impor peralatan listrik sebesar 44,9 persen. Di samping itu, peningkatan impor barang modal tersebut antara lain disebabkan juga oleh naiknya impor generator listrik dan mesin-mesin. Sementara itu, impor alat pengangkutan sedikit turun sebesar 4,5 persen, sebagai akibat dari meningkatnya kemampuan industri nasional memproduksi barang sejenis yang sebelumnya masih diimpor.

Impor barang konsumsi meningkat dengan tajam sampai 63,7 persen yaitu dari US$ 1,4 miliar pada tahun 1994 menjadi US$ 2,2 miliar pada tahun 1995. Dalam kelompok ini, kenaikan tertinggi yaitu

III/20

Page 22:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

sebesar 99,8 persen terjadi pada impor pangan dan minuman, yang disebabkan oleh meningkatnya impor beras, gandum, susu, buah-buahan, dan alat-alat rumah tangga.

Dilihat dari segi komposisi barang impor (Tabel II1-7), pangsa dari masing-masing kelompok barang mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan industri di dalam negeri.

Pada tahun 1994 pangsa impor barang konsumsi sebesar 4,6 persen meningkat menjadi 5,9 persen pada tahun 1995. Pangsa impor bahan baku dan penolong semakin meningkat dari sebesar 70,3 persen menjadi 71,0 persen pada tahun 1995. Sebaliknya, pangsa impor barang modal terjadi penurunan dari 25,1 persen menjadi 23,1 persen pada tahun 1995. Turunnya impor barang modal erat kaitannya dengan terus berkembangnya kemampuan untuk memproduksi barang modal seperti mesin-mesin tenaga dan mesin-mesin untuk industri dan perdagangan yang di produksi di dalam negeri:

Di bidang jasa-jasa, pengeluaran devisa pada sektor jasa-jasa pada tahun 1995/96 terjadi kenaikan sebesar 13,4 persen hingga mencapai US$ 13,1 miliar dari sebesar US$ 11,5 miliar pada tahun 1994/95 (lihat Tabel III-1). Kenaikan tertinggi terjadi pada pengeluaran jasa -jasa nonmigas, yaitu dari US$ 8,5 miliar pada tahun 1994/95 menjadi US$ 9,9 miliar pada tahun 1995/96. Peningkatan yang cukup tinggi ini terutama disebabkan oleh meningkatnya pembayaran bunga pinjaman luar negeri, baik pemerintah maupun swasta, dan peningkatan yang terjadi dalam biaya angkutan barang impor terutama angkutan laut yang masih dilakukan oleh perusahaan pelayaran asing. Demikian jugs pengeluaran jasa-jasa migas meningkat dari sebesar US$ 3,0 miliar pada tahun 1994/95 menjadi US$ 3,2 miliar pada tahun 1995/96.

III/21

Page 23:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

Sumber penerimaan devisa terbesar dari jasa berasal dari pariwisata dan transfer penghasilan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja di luar negeri. Pada tahun 1995/96, penerimaan devisa dari pariwisata dan TKI mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu masing-masing menjadi sebesar US$ 5,2 miliar dan US$ 576 juta.

F. PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH

Dalam tahun 1995/96 persetujuan pinjaman luar negeri pemerintah adalah sebesar US$ 8.574,8 juta, mengalami kenaikan 1,2 persen dibanding dengan tahun 1994/95 sebesar US$ 8.470,8 juta (lihat Tabel III-8). Dilihat dari komposisinya, Bantuan Khusus mengalami kenaikan dari US$ 200 juta pada tahun 1994/95 menjadi US$ 400 juta di tahun 1995/96. Bantuan ini seluruhnya diperoleh dari Jepang.

Sementara itu, Bantuan Proyek mengalami penurunan sebesar 0,9 persen, dari US$ 5.002,7 juta pada tahun 1994/95 menjadi US$ 4.960,0 juta pada tahun 1995/96. Pinjaman setengah lunak dan komersial telah mengalami penurunan pula sebesar 16,9 persen, dari US$ 3.268,1 juta menjadi US$ 2.714,8 juta. Setelah tidak melakukan pinjaman tunai pada tahun 1994/95, pemerintah kembali melakukan pinjaman tunai sebesar Rp 500 juta pada tahun 1995/96.

Pelunasan pinjaman luar negeri pemerintah

III/22

Page 24:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

mengalami kenaikan dari US$ 8.606 juta pada tahun 1994/95 menjadi US$ 9.156 juta pada tahun 1995/96 (lihat Tabel III-10). Kenaikan ini berkaitan dengan percepatan pembayaran sebagian pinjaman pemerintah yang belum jatuh tempo. Hal ini merupakan upaya untuk meringankan beban pinjaman luar negeri di masa mendatang. Percepatan pembayaran

Page 25:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

pelunasan pinjaman luar negeri ini dilakukan terhadap beberapa pinjaman dari Bank Dunia dan Bank Pembangunan Asia yang mempunyai persyaratan suku bunga cukup tinggi. Pendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah.

Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu perbandingan antara jumlah pembayaran pinjaman luar negeri Pemerintah terhadap nilai ekspor barang, menurun dari 20,4 persen dalam tahun 1994/95 menjadi 19,8 persen dalam tahun 1995/96.

III/23

Page 26:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III - 1

NERACA PEMBAYARAN 1993/94,1994195 - 1995196 (juta US dolar)

R e p e l i t a VIU r a i a n 1993/94 1994/95 1995/96 I)

A. BARANG DAN JASA

1. Ekspor (f.o.b.) 2) 36.504 42.161 46.296bukan minyak bumi & gas alam cair 27.170 31.716 36.121minyak bumi 5.512 . 6.312 6.061gas alam cair 3) 3.822 4.133 4.114

2. Impor (f.o.b.) 2) -29.127 -34.122 -40.076

bukan minyak bumi & gas alam cair -25.311 - 30.476 - 36.524minyak bumi -3.555 -3.383 -3.282gas alam cair -261 -263 -270

3. Jasa-jasa (neto) -10.317 -11.527 -13.070bukan minyak bumi & gas alam cair -7.333 -8.515 -9.863minyak bumi -1.638 -1.557 -1.649gas slam cair -1.346 -1.455 -1.558

4. Transaksi Berjalan -2.940 -3.488 -6.850bukan minyak bumi & gas alam cair - 5.474 -7.275 -10.266minyak bumi 319 1.372 1.130gas alam cair 2.215 2.415 2.286

B. PINJAMAN PEMERINTAH 6.195 5.651 5.752

1. Bantuan Program 4) 0 0 02. Bantuan Proyek 5) 4.028 4.013 3.868

3. Pinjaman Proyek Lain 1.767 1.638 1.5344. Pinjaman Tunai/Lain 400 0 350

C. PELUNASAN PINJAMAN PEMERINTAH 6) -5.132 -5.546 -5.976

1. Hutang-hutang sebelum Juli 1966 -155 -158 - 212

2. Hutang-hutang setelah Juli 1966 -4.977 -5.388 -5.764

D. PEMASUKAN MODAL LAIN (neto) 4.648 4.645 11.610

1. Investasi langsung 3.026 3.963 7.090

2. Pelunasan pinjaman investasi -1.055 -1.397 -1.7323. Pinjaman lain 2.139 3.102 3.5944. Pelunasan alas pinjaman lain -781 -2.228 -2.5875. Modal lainnya 1.319 1.205 5.245

E. LALU LINTAS MONETER -727 -616 -2.651

1. Posisi kredit IMF (neto) 6 -27 15

2. Hutang jangka pendek (neto) - - -3. Piutang jangka pendek -733 -5 89 -2.666

F. SELISIH YANG TIDAK DIPERHITUNGKAN -2.044 -646 -1.885

1) Angka sementara2) Angka ekspor berdasarkan dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) dan angka

impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Bank Indonesia dengan menggunakan "open date system". Angka-angka ini berbeda dengan angka-angka Biro Pusat Statistik yang mengolah dokumen-dokumen PEB dan PPUD/PIUD dengan menggunakan "cut-off date system".

3) Mulai tahun 1987/88 termasuk gas minyak bumi cair (LPG)4) Tahun 1988/89 - 1990/91 termasuk yang dibiayai melalui Bantuan Khusus;III/24

Page 27:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

Mulai tahun 1991/92 termasuk yang dibiayai melalui Fast Disbursing Assistance.5) Tahun 1988/89 - 1990/91 termasuk Bantuan Khusus yang tidak berupa Bantuan Program;

Mulai tahun 1991/92 termasuk Fast Disbursing Assistance yang tidak berupa Bantuan Program.6) Pokok pinjaman

Page 28:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III — 2NILAI EKSPOR (F.O.B.) 1)

1993/94, 1994/95 — 1995/96

(juta US dolar)

R e p e l i t a VIJenis Komoditi 1993/94 1994/95 1995/96

Nilai Nilai % Kenaikan/Penurunan 3)

Nilai % Kenaikan/Penurunan 3)

Di luar Minyak dan 27.170 31.716 (16,7) 36.121 (13,9)Gas Bumi

Minyak Bumi dan 5.512 6.312 (14,5) 6.061 (4,0)Hasil—hasilnya

Gas Alam Cair 4) 3.822 4.133 (8,1) 4.114 (0,5)

J u m l a h 36.504 42.161 (15,5) 46.296 (9,8)

1) Angka ekspor berdasarkan dokumen pemberitahuan ekspor barang (PEB) yang diolah oleh Bank Indonesia dengan menggunakan "open date system". Angka —angka ini berbeda dengan angka—angka dari Biro Pusat Statistik yang mengolah dokumen PEB dengan menggunakan "cut—off date system".

2) Angka sementara3) Perubahan terhadap tahun sebelumnya4) Mulai tahun 1987/88 termasuk gas minyak bumi cair (LPG)

III/25

Page 29:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

GRAFIK III - 1PERKEMBANGAN NILAI EKSPOR (F.O.B)

1993/94, 1994/95 - 1995/96

(miliar US dolar)

II/26

Page 30:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III — 3NILAI IMPOR (F.O.B.) 1)

1993/94, 1994/95 — 1995/96(juta US dolar)

1)Angka

impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Bank Indonesia denganmenggunakan "open date system". Angka—angka ini berbeda dengan angka—angka Biro PusatStatistik yang mengolah dokumen PPUD/PIUD dengan menggunakan "cut—off date system".

2) Angka sementara3) Perubahan terhadap tahun sebelumnya

II/27

________R e p e l i t a __VI 1994/95 1995/96 2)

Nilai % Kenaikan/ Nilai % Kenaikan/Penurunan 3) Penurunan 3)

30.476 (20,4) 36.524 (19,8)

3.383 (—4,8) 3.282 3,0

263 (0,8) 270 (2,7)

J u m l a h 29.127 34.122 (17,1) 40.076 (17,4)

Jenis Komoditi 1993/94Nilai

Di luar Minyak dan 25.311 Gas Bumi

Minyak Bumi dan 3.555 Hasil—hasilnya

Gas Alam Cair 261

Page 31:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

GRAFIK I I I - 2PERKEMBANGAN NILAI IMPOR (F.O.B)

1993/94, 1994/95 - 1995/96

II/28

Page 32:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III - 4NILAI BEBERAPA BARANG EKSPOR DI WAR MINYAK DAN GAS BUMI 1)

1993/94,1994/95 - 1995/96(juta US dolar)

Page 33:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III - 5HARGA BEBERAPA JENIS BARANG EKSPOR 1)

1993/94, 1994/95 - 1995/96

Tahun/Bulan karet 2) Kopi 3) Minyak 4)

SawitLada 5) Kayu 6)

BulatKayu 7)

LapisTeh 8)

1993/94Juni 41,44 58,78 358,50 178,40 61,0 1345 1,03September 41,75 78,43 349,38 285,00 53,0 1250 1,13Desember 41,19 76,63 409,38 212,50 56,0 1240 1,11Maret 44,85 79,46 393,50 244,50 57,5 1210 1,22

1994/95Juni 53,88 141,36 511,25 260,63 57,5 1165 1,22September 64,06 220,25 631,25 320,63 57,5 1088 1,20Desember 75,00 174,10 715,00 335,00 57,5 995 1,06Maret 90,25 167,90 717,50 370,00 57,5 1200 0,92

1995/96Juni 75,38 145,49 658,75 377,50 50,5 980 0,90September 67,80 128,73 605,63 - 371,80 50,5 1070 0,86Desember 77,38 102,26 588,75 312,50 50,5 1060 0,96Maret 76,50 121,08 516,90 306,88 50,5 1200 1,01

Rata-ra ta 1993/94 42,31 73,33 377,69 230,10 56,88 1.261,25 1,12Rata - ra t a 1994/95 70,80 175,90 643,75 321,57 57,50 1.111,88 1,12Perubahan 1993/94 - 1994/95 67,3% 139,9% 70,4% 39,8% 1,1% - 1 1 , 8 % 0,2%

Rata - ra t a 1995/96 74,27 124,39 592,51 342,19 51,00 1.082,50 0,93Perubahan 1994/95 - 1995/96 4,9% - 2 9 , 3 % -8,0% 6,4% -11,3% - 2,6% - 1 7 , 1 %

Rata-ra ta Trw. IV 1994/95 86,92 172,05 580,83 358,33 57,5 1.147,00 0,95Rata-ra ta Trw. IV 1995/96 76,64 113,30 525,84 304,38 51,5 1.176,67 1,03Perubahan Trw. IV 1994/95 -

Trw. IV 1995/96 -11,8% -34,1% - 9 , 5 % -15,1% -10,4% 2,6% 8,4%

1) Harga rata-rata2) Karet RSS III New York dalam US$ sen/lb3) Kopi Robusta Lampung, New York dalam US$ sen/lb4) Minyak Sawit ex Sumatera, Rotterdam dalam US$/tor5) Lada Hitam Singapura dalam Sin.$/100 kg6) Kayu, US Lumber, Tokyo dalam 1.000 Y/meter kubik7) Plywood, Tokyo dalam Y/Ibr8) Tea Plain, London dalam /kg

III/30

Page 34:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III — 6PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS

BUMIMENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F.) 1)

1993, 1994 — 1995(juta US dolar)

R e p e l i t a VIGolongan Ekonomi 199

31994 1995

A. Barang—barang Konsumsi 1.098, 1.367,6 2.239,21. Pangan dan Minuman 319,8 568,2 1.135,22. Barang Konsumsi Tahan Lama 104,3 115,0 239,13. Barang Konsumsi

Setengah dan Tidak Tahan Lama 465,3 536,9 638,04. Lain—lain 209,2 147,5 226,9

B. Bahan Baku/Penolong 17 .91 20.828,9 26.787,1. Bahan Baku Industri

Pangan dan Minuman 987,2 1.205,3 1.672,32. Bahan Baku Industri Lainnya 11.65 13.232,4 17.227,3. Suku Cadang dan Perlengkapan 5.247, 6.363,8 7.826,24. Lain—lain 20,3 27,4 61,5

C. Barang Modal 7.146, 7.419,7 8.691,71. Mesin Pembangkit Listrik 370,6 367,7 487,32. Alat Telekomunikasi 979,5 741,2 1.086,23. Peralatan Listrik 955,9 956,9 1.386,94. Alat Pengangkutan 599,0 843,8 806,25. Mesin Industri dan

Barang Modal Lainnya

4.241,9

4.510,1 4.925,1

J u m l a h 26.157,3

29.616,2 37.717,9

1) Angka impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Biro Pusat Statistik dengan menggunakan "cut—off date system".

III/31

Page 35:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III — 7PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI

MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F.) 1)1993, 1994 — 1995

(%)

R e p e l i t a VI

Golongan Ekonomi 1993 1994 1995

1. Barang Konsumsi 4,2 4,6 5,92. Bahan Baku/Penolong 68,5 70,3 71,0

3. Barang Modal 27,3 25,1 23,1

J u m l a h 100,0 100,0 100,0

1) Angka impor berdasarkan dokumen PPUD/PIUD yang diolah oleh Biro Pusat Statistik dengan menggunakan "cut—off date system".

III/32

Page 36:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

GRAFIK III – 3PERKEMBANGAN IMPOR DI LUAR SEKTOR MINYAK DAN GAS BUMI

MENURUT GOLONGAN EKONOMI (C.I.F)1993, 1994 – 1995

Page 37:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

III/33

Page 38:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III — 8PERKEMBANGAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH 1)

1993194,1994/95 — 1995/96(juta US dolar)

R e p e l i t a VI

Janis Bantuan/Pinjaman 1993/94 1993/94 2) 1994/95 3)

Nilai Nilai % Kenaikan/Penurunan 4)

Nilai % Kenaikan/Penurunan 4)

1. Bantuan Khusus/ 325,0 200,0 (-38,5) 400,0 (100,0)Fast Disbursing Assistance 5)

2. Bantuan Proyek 4.785,6 5.002,7 (4,5) 4.960,0 (—0,9)

3. Pinjaman Setengah Lunak 2.692,2 3.268,1 (21,4) 2.714,8 (—16,9)dan Komersial (untuk Proyek)6)

4. Pinjaman Tunai 7) 500,0 0,0 — 500,0 —

J u m l a h 8.302,8 8.470,8 (2,0) 8.574,8 (1,2)

1) Pinjaman dan hibah CGI alas dasar pledge dan pinjaman di luar CGI atas dasar persetujuan.2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Perubahan terhadap tahun sebelumnya5) Berupa Bantuan Program, Dana Pendamping (Local Cost), Pinjaman Sektor (Sector Loan) dan Two Step Loan.6) Termasuk kredit ekspor7) Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dart kelompok bank

III/34

Page 39:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL 111 - 9PERSETUJUAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH t)

1993/94, 1994/95 - 1995/96(juta US dolar)

Jenis dan anal Pinjaman R e p e l i t a VI1993/94 1994/952) 1995/96 3)

1. Pinjaman Lunak 4) 5.110,6 5.202,7 5.360,0

Amerika Serikat 90,4 89,6 81,0Australia 40,2 47,7 47,0Austria 21,1 - 25,0Belgia - 14,6 -Denmark 5,4 - 4,0Finlandia 1,3 1,0 1,0Inggris 98,6 150,5 155,0Jepang 1.440,0 1.670,0 2.140,0Jerman Barat 138,7 157,4 125,0Kanada 30,5 25,3 20,0Korea Selatan 13,4 9,6 5,0Kuwait - 37,0Norwegia 1.0 - -Perancis 123,3 140,6 139,0Selandia Baru 2,7 3,0 3,0Spanyol 100,0 24,5 -Swiss 26,0 23,4 13,0ADB 1.200,0 1.100,0 1.200.0EIB - 54,9 -FAO/UNDP/UNFPA/WFP/WHO 32,0 50,5 36,0IDA/IBRD 1.600,0 1.500,0 1.200,01DB 40,0 65,0 70,0IFAD/UNICEF 51,0 40,1 34,0NIB 55,0 35,0 25,0

2. Pinjaman Setengah Lunak &Komersial (untuk Proyek) 5) 2.692,2 3.268,1 2,714,8

Amerika Serikat 620,0 190,8 110,6Australia 47,9 - 141,5Austria 266,3 135,3 210,7Belanda 105,7 275,7 229,7Belgia 96,3 31,9 4,7Denmark 2,4 - -Finlandia - - 3,6Inggris 193,7 229,7 634,5Jepang 166,0 1.456,5 531,8Jerman Barat 603,7 474,1 608,8Kanada 239,5 21,0 31,2Korea Selatan 10,1 125,3 10,6Norwegia - - 20,4Perancis 310,9 64,6 142,9Spanyol - - 16,7Swiss - 263,2 -Taiwan 29,7 - 17,1

3. Pinjaman Tunai 6) 500,0 - 500,0

J u m l a h 8.302,8 8.470.8 8.574.8

I) Pinjaman dan hibah CGI atas dasar pledge dan pinjaman di luar CG I atasdasar persetujuan

2) Angka diperbaiki3) Angka sementara4) Termasuk Bantuan Khusus/Fast Disbursing Assistance5) Termasuk kredit ekspor6) Berupa pinjaman obligasi dan pinjaman dari kelompok bank

III/35

Page 40:  · Web viewPendanaan pelunasan ini sebagian besar berasal dari hasil penjualan sebagian saham pemerintah dari PT Telkom dan PT Timah. Sementara itu, Debt Service Ratio (DSR), yaitu

TABEL III — 10PELUNASAN PINJAMAN LUAR NEGERI PEMERINTAH

1993/94, 1994/95 — 1995/96(juta US dolar.)

Tahun Pelunasan 1) Nilai 2) (% dari nilaiPinjaman Ekspor Ekspor)

Akhir Repelita V1993/94 7.975 36.504 21,8

Repelita VI8.606 42.161 20,41994/95

1995/96 3) 9.156 46.296 19,8

1) Pokok dan bunga pinjaman Pemerintah2) Termasuk ekspor minyak bumi, gas alam cair (LNG)

dan gas minyak bumi cair (LPG) atas dasar brut()3) Angka sementara

III/36