11
STUDI PROKONTRA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI AGRARIS DALAM UPAYA KETAHANAN PANGAN INDONESIA Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam Regional Sulawesi Selatan SIMPOSIUM Nasional Temu Ilmiah Nasional XIII FoSSEI SULSEL Makassar, 2014 ABSTRAK Teknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. Kalau tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun akan terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang main merajalela. Salah satu syarat keharusan bagi pengembangan agroindustri di suatu wilayah meliputi: (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, (3) adanya perangsang produksi bagi petani, dan (5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Paper ini menyajikan studi prokontra pengembangan teknologi agraris erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Didapatkan beberapa kesimpulan, pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat tani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mengisi dan memperluas pasar dalam dan luar negeri, meningkatkan keanekaragaman hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi, menunjang pembangunan wilayah, dan sesuai dengan kaidah syariah islam. Hingga pada akhirnya masyarakat Indonesia bisa menikmati kesejahteraan dari hasil keringat sendiri. PENDAHULUAN Swasembada pangan berarti kita mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai diperlukan masyarakat dengan kemampuan yang dimilki dan pengetahuan lebih yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang kebutuhan pangan. Teknologi pertanian menurut para ahli adalah merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu

file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

STUDI PROKONTRA PENGEMBANGAN TEKNOLOGI AGRARIS DALAM UPAYA KETAHANAN PANGAN INDONESIA

Forum Silaturahim Studi Ekonomi Islam Regional Sulawesi SelatanSIMPOSIUM Nasional Temu Ilmiah Nasional XIII FoSSEI SULSEL

Makassar, 2014

ABSTRAK

Teknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. Kalau tidak ada perubahan dalam teknologi maka pembangunan pertanian pun akan terhenti. Produksi terhenti kenaikannya, bahan dapat menurun karena merosotnya kesuburan tanah atau karena kerusakan yang makin meningkat oleh hama penyakit yang main merajalela. Salah satu syarat keharusan bagi pengembangan agroindustri di suatu wilayah meliputi: (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, (3) adanya perangsang produksi bagi petani, dan (5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Paper ini menyajikan studi prokontra pengembangan teknologi agraris erat kaitannya dengan pemenuhan kebutuhan pangan nasional. Didapatkan beberapa kesimpulan, pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat tani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mengisi dan memperluas pasar dalam dan luar negeri, meningkatkan keanekaragaman hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi, menunjang pembangunan wilayah, dan sesuai dengan kaidah syariah islam. Hingga pada akhirnya masyarakat Indonesia bisa menikmati kesejahteraan dari hasil keringat sendiri.

PENDAHULUAN

Swasembada pangan berarti kita mampu untuk mengadakan sendiri kebutuhan pangan dengan bermacam-macam kegiatan yang dapat menghasilkan kebutuhan yang sesuai diperlukan masyarakat dengan kemampuan yang dimilki dan pengetahuan lebih yang dapat menjalankan kegiatan ekonomi tersebut terutama di bidang kebutuhan pangan. Teknologi pertanian menurut para ahli adalah merupakan penerapan prinsip-prinsip matematika dan ilmu pengetahuan alam dalam rangka pendayagunaan secara ekonomis sumberdaya pertanian dan sumberdaya alam untuk kesejahteraan manusia.

Definisi ketahanan pangan menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1992, yakni akses setiap rumah tangga atau individu untuk dapat memperoleh pangan pada setiap waktu untuk keperluan hidup yang sehat. Konsep ketahanan pangan yang dianut Indonesia adalah bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan Rumah Tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, dan terjangkau. Ketahanan pangan nasional selama ini dicapai melalui kebijaksanaan swasembada pangan dan stabilitas harga.

Indonesia yang terkenal dengan sebutan Negara agraris, Negara yang kaya akan hasil alam dan hasil bumi, dinilai belum kuat dalam bahan pangannya, dimana Negara kita masih mengalami ketergantungan pangan dari luar (impor). Belum lagi adanya wacana dari Amien Subekti, direktur eksekutif ABAC (Asosiasi Pebisnis dari Negara anggota APEC) bahwa Indonesia akan membuka lahan di Negara tetangga, yakni Myanmar dengan tujuan

Page 2: file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

meningkatkan hasil produksi pangan. Masih menurut beliau, katanya daripada Indonesia terus mengimpor beras, ada baiknya mulai memikirkan untuk berekspansi lahan pertanian ke luar negeri. Selain lebih murah di ongkos, taktik ini juga lebih menjamin ketersediaan pangan. Jual beli lahan adalah lazim dalam perdagangan internasional.

Tapi sangat disayangkan, menurut FAO (Food and Agriculture Organisation), Indonesia berada di level serius dalam indeks kelaparan global. Hal ini diprediksi akan terus memburuk dengan terus bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia. Di masa depan diprediksi akan terjadi kelangkaan pangan yang diakibatkan oleh beberapa hal seperti kerusakan lingkungan, konversi lahan, tingginya harga bahan bakar fosil, pemanasan iklim dan lain-lain. Hingga tahun 2013, masalah ketahanan pangan khususnya beras menjadi persoalan besar bangsa Indonesia. Angka kuota impor beras rata-rata masih diatas angka jutaan ton. Pada tahun 2011, impornya 1,6 juta ton dan pada tahun 2012 impor beras 1,9 juta ton. Impor jagung 2 ton, kedelai 1,9 juta ton, daging sapi setara dengan 900 ribu ekor, gula 3,06 ton, dan teh senilai 11 juta US dolar atau setara 105 milyar.

Indonesia adalah negara agraris menurut masyarakat terdahulu, karena memang dahulu walaupun 1/3 dari luas wilayah indonesia adalah daratan dan sisanya yang 2/3 itu wilayah lautan, Indonesia masih bisa swasembada beras, rakyatnya makmur, begitupun dengan faktor lain iklim belum berubah seperti saat ini, bercocok tanampun bisa diperkirakan kapan panennya, belum terjadi intensifikasi pertanian yang menggunakan pupuk, benih, pestisida, dan peralatan pertanian yang mengandung bahan kimia yang dapat merusak ekosistem yang ada didalam tanah walaupun memang berpengaruh positif kepada hasil produksi dan produktivitas pertanian dari segi kuantitas maupun kualitas. Masih sedikitnya jumlah masyarakat indonesia pula mempengaruhi pertanian indonesia pada jaman dahulu, sehingga kebutuhan pangan di negri tercinta ini pada jamannya masih bisa surplus pangan. Walaupun demikian pada jaman dahulu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan:

1. Skala kecil2. Modal yang terbatas3. Penggunaan teknologi yang masih sederhana4. Sangat dipengaruhi oleh musim5. Wilayah pasarnya lokal6. Umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya

involusi pertanian (pengangguran tersembunyi)7. Akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah,8. Pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh

pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani

Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraris (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian

Page 3: file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

Di jaman Globalisasi yang serba praktis seperti ini, pertanian malah memburuk walaupun memang sumber daya alam (SDA) di negeri ini patut di syukuri, Indonesia yang Mega Biodiversity, negara kepulauan, negara agraris, negara maritim, dan lain sebagainya yang hanya bisa kita jadikan sebuah nama untuk membangga-banggakan masyarakat sekarang ini. Banyaknya pulau di negeri ini tidak bisa dihitung dengan jari, menurut data ada 17.540 pulau di negeri ini, termasuk tiga dari enam pulau terbesar di dunia di antaranya, pulau Papua dengan peringkat ke-6 pulau terluas di dunia, menyusul dengan pulau Sumatera dengan peringkat ke-5, dan pulau Kalimantan dengan peringkat ke-3.

Pembangunan pertanian di masa yang akan datang tidak hanya dihadapkan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada, namun juga dihadapkan pula pada tantangan untuk menghadapi perubahan tatanan politik di Indonesia yang mengarah pada era demokratisasi yakni tuntutan otonomi daerah dan pemberdayaan petani. Disamping itu, dihadapkan pula pada tantangan untuk mengantisipasi perubahan tatanan dunia yang mengarah pada globalisasi dunia. Oleh karena itu, pembangunan pertanian di Indonesia tidak saja dituntut untuk menghasilkan produk-produk pertanian yang berdaya saing tinggi namun juga mampu mengembangkan pertumbuhan daerah serta pemberdayaan masyarakat. Ketiga tantangan tersebut menjadi sebuah kerja keras bagi kita semua apabila menginginkan pertanian kita dapat menjadi pendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat dan dapat menjadi motor penggerak pembangunan bangsa.

PEMBAHASAN

Ketahanan pangan merupakan prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahap II 2010-2014. Adapun kebijakan Kementerian Pertanian tahun 2010-2014 berkaitan dengan pembangunan ketahanan pangan yaitu :

1. Melanjutkan dan memantapkan kegiatan tahun sebelumnya yang terbukti sangat baik kinerja dan hasilnya, antara lain bantuan benih/bibit unggul, subsidi pupuk, alsintan, Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SLPTT).

2. Melanjutkan dan memperkuat kegiatan yang berorientasi pemberdayaan masyarakat seperti Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3), Sarjana Membangun Desa (SMD) dan Penggerak Membangun Desa (PMD), dan rekrutmen tenaga pendamping lapang guna mempercepat pertumbuhan industri pertanian di perdesaan.

3. Pemantapan swasembada beras melalui peningkatan produksi yang berkelanjutan.4. Pencapaian swasembada kedelai, daging sapi, dan gula industri.5. Penguatan akses petani terhadap iptek, pasar, dan permodalan bunga rendah.

Berikut adalah isu-isu yang akan kami kaji terkait pola pengembangan teknologi agraris:

1. Urgensi Teknologi Pertanian

Peran teknologi dalam pertanian berkelanjutan ini sangatlah penting karena teknologi bersifat memperingan pekerjaan manusia. Manusia dibumi ini tentu telah diciptakan oleh Allah

Page 4: file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

SWT sebagai khalifah di bumi yang bertanggung jawab dalam pelestarian ibu pertiwi, yakni selalu memanfaatkan SDA yang ada, dan merawat serta melestarikannya.

Teknologi ini dapat berupa mesin. Misalnya, dalam penggilingan padi, digunakan mesin giling aar para petani dapat secara cepat dan mudah menyelesaikan pekerjaannya, sehingga beras dapat disirkulasikan ke seluruh penduduk Indonesia dan dapat menekan angka busung lapar, begitu juga dengan traktor. Selain itu, mesin-mesin pengemas da pembersih sayuran ataupun buah, mesin-mesin yang digunakan untuk menghasilkan produk secara insatan guna pemenuhan kebutuhan sehari-hari, mesin penyeteril, dan lainnya.

Berbagai teknologi yang dikembangkan, mulai dari teknologi benih yang menghasilkan benih unggul berproduksi tinggi, teknologi pemupukan yang antara lain menghasilkan urea tablet, teknologi pengendalian hama dan penyakit, termasuk teknologi pengembangan mesin budidaya dan pasca panen, kontribusinya sangat nyata terhadap peningkatan produksi dan perbaikan kesejahteraan sebagian petani.

Teknologi berperan penting di dalam penginovasian produk sehingga dapat memiliki nilai tambah. Oleh karena itu, perlu adanya industrialisasi pengembangan teknologi dari skala lab ke skala industri. Penerapan teknologi ke dalam skala komersial diperlukan adanya kerjasama dengan industri pangan. Kerjasama ini dapat memberikan manfaat kepada pihak petani. Para petani dapat meningkatkan pendapatan mereka melalui komoditi tertentu yang dijual kepada puhak industri. Secara tidak langsung melalui kegiatan ini dapat meningkatkan kesejahteraan mereka. Peranan teknologi pertanian antara lain dalam usaha peningkatan produktivitas, penjaminan mutu (gizi dan fisik), kemasan dan penampilan produk secara keseluruhan. Pemilihan teknologi juga berpeluang untuk menekan biaya produksi, menekan harga jual serta akan berpengaruh dalam meningkatkan daya saing.

2. Teknologi Pertanian, Syariahkah?

Dalam kajian agribisnis syariah, teknologi pertanian termasuk dalam pembahasan yang cukup penting. Syariah membolehkan sesuatu yang baru dalam muamalah, terkecuali ada larangan dari nash Allah SWT dan Rasulullah SAW. Prinsip tawazzun dalam agribisnis islam adalah perimbangan antara hasil (eksploitasi) yang diperoleh dari usaha pertanian dengan tidak merusak alam. Hal ini tercantum dalam QS. Al-Baqarah 2:11-12. Berikut teknologi yang berpotensi merusak alam:

1. Sebuah penelitian telah memperingatkan adanya temuan empat gas yang berpotensi merusak lapisan ozon Bumi. Menurut Science Recorder, Selasa 11 Maret 2014, Salah satu peneliti, Johannes Laube, menyebutkan CF-113a merupakan gas yang paling mengganggu dari empat gas yang ada. Laube memperkirakan sumber gas ini berasal dari insektisida pertanian, namun itu belum pasti karena asal usul pastinya belum diketahui. Ia menyerukan agar sumber menghilangkan aktivitas produksi gas ini oleh manusia.

2. Penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) memperlihatkan bahwa penggunaan senyawa kimia (terutama pestisida) secara berlebihan mengakibatkan kepunahan beberapa serangga penyerbuk tanaman sehingga produksi tidak optimal.

Page 5: file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

3. Pencemaran Agrokimia pada Tanah Pertanian. Tingkat pencemaran dan kerusakan lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia (pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional. Dampak negatif dari penggunaan agrokimia antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani dalam pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam. Penggunaan pestisida yang berlebih dalam kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah.

4. Penggunaan pupuk kimia yang berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan bahan organik tanah.

5. Penanaman varietas padi unggul secara mono cultur tanpa adanya pergiliran tanaman, akan mempercepat terjadinya pengurasan hara sejenis dalam jumlah tinggi dalam kurun waktu yang pendek. Hal ini kalau dibiarkan terus menerus tidak menutup kemungkinan terjadinya defisiensi atau kekurangan unsur hara tertentu dalam tanah.

6. Perkembangan teknologi pertanian di Indonesia sebenarnya sudah sangat lama, berbagai alat pertanian seperti cangkul, garu, waluku (alat bajak), sabit, hingga ani-ani mungkin bisa dijadikan contoh teknologi pertanian yang pada zamannya sangat membantu kehidupan petani. Sejak manusia mengembangkan mesin-mesin pertanian, perlahan tapi pasti, teknologi pertanian yang sederhana mulai ditinggalkan karena dianggap tidak produktif. Penggunaan handtractor, tressure, hingga penggilingan padi dapat kita temui di berbagai pedesaan di Indonesia.

3. Teknologi Yang Mesti digunakan

Perkembangan teknologi pertanian di Indonesia sebenarnya sudah sangat lama, berbagai alat pertanian seperti cangkul, garu, waluku (alat bajak), sabit, hingga ani-ani mungkin bisa dijadikan contoh teknologi pertanian yang pada zamannya sangat membantu kehidupan petani. Sejak manusia mengembangkan mesin-mesin pertanian, perlahan tapi pasti, teknologi pertanian yang sederhana mulai ditinggalkan karena dianggap tidak produktif. Penggunaan handtractor, tressure, hingga penggilingan padi dapat kita temui di berbagai pedesaan di Indonesia.

Akan tetapi, kondisi tanah masing-masing wilayah di Indonesia memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga teknologi yang mesti digunakan adalah teknologi yang ramah lingkungan yang tidak merusak alam dan tidak justru merugikan petani.

4. Perbandingan Penggunaan Teknologi Indonesia dengan Negara Lainnya dan Perbedaan Produktivitasnya

Page 6: file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

Keberhasilan Vietnam mengatasi masalah pangan dan kini menjadi pengekspor pangan, termasuk beras ke Indonesia patut dicontoh. Kerja sama yang intensif untuk bisa mengikuti jejak Vietnam perlu dijalin, khususnya dalam hal kebijakan dan penerapan teknologi pertanian. Stagnasi produksi beras di Indonesia perlu dihindari, dengan penggunaan teknologi terapan. Sebenarnya, mekanisme pertanian modern sudah ditawarkan tapi Indonesia belum mau memulainya. Seharusnya pemerintah mendorong petani untuk maju karena Indonesia memiliki lahan yang subur dan luas. "Saat ini kebutuhan beras di dunia mencapai 661 juta ton. Sedangkan, eksportir yang menonjol baru Thailand dan Vietnam. Sementara Indonesia masih impor beras.

Pada tahun 2013 ini, Indonesia tercatat melakukan importasi beras dari beberapa negara, diantaranya dari Thailand sebanyak 30,3 ribu ton, Vietnam 83 ribu ton, Pakistan 37 ribu ton, dan India 16 ribu ton. Importasi itu cukup rumit karena Indonesia tercatat sebagai negara agraris yang subur.

Dari data produksi, angka produksi beras di Indonesia masih kecil. Misalnya, kontribusi produksi dari Jawa Timur sebesar 1,1 juta ton, Jawa Tengah 790 ribu ton, Jawa Barat 540 ribu ton, Sulawesi 490 ribu ton dan sisanya tersebar dari berbagai daerah di Indonesia. Tidak sepatutnya Indonesia mengimpor beras. Padahal Indonesia memiliki lahan yang subur, petaninya pun rajin dan banyak ahli pertanian. Bahkan sejarah membuktikan Malaysia pernah belajar dari Indonesia. Vietnam bahkan jauh lebih unggul dari sisi penggunaan teknologi beras dan sudah terbukti Vietnam menjadi pengekspor beras. Karena teknologi ini mengambil peran dalam peningkatan produksi beras, mulai dari teknologi pembenihan padi, hingga pasca panen.

Di Indonesia, panen bisa mencapai 4 bulan. Itu pun hasilnya tergantung cuaca. Tapi kalau di Thailand dan Vietnam, panennya bisa lebih cepat sekitar 2 bulan dan pembenihannya tidak mengenal musim. Jadi mulai dari pengolahan sawah dengan cara yang tepat dan penggunaan teknologi yang tepat dengan sistem bioteknologi. Dengan hasil yang kurang memuaskan ini, seharusnya Indonesia sudah mau beralih ke teknologi modern. Sebab, teknologi pembenihan dan pengolahan sawah sebenarnya tidak cukup dengan menggunakan semi permanen seperti yang dilakukan Indonesia hingga saat ini.

Teknologi modern yang baik bisa menggunakan manajemen efisiensi. Seharusnya pemerintah mendorong petani untuk maju. Jika pemerintah menganggap teknologi sekarang tidak memadai, maka perlu di dorong agar petani Indonesia bisa mengikuti Jepang, Thailand dan Vietnam dalam pertanian. Dengan dukungan pemerintah, petani Indonesia akan merasa terhormat dan terangkat. Oleh karenanya, diperlukan strategi baru untuk mendorong petani berproduksi dan pemerintah memfasilitasi tersedianya teknologi. Sehingga petani Indonesia bisa mendapatkan jaminan jaminan pemasaran saat menjual hasilnya dan  kehidupan petani tidak lagi tertinggal. Hingga saat ini, pemanfaatan teknologi modern di Indonesia masih rendah. Jadi, bisa dibayangkan upaya pengadaan sarana dan prasarana pertanian di Indonesia dengan negara tetangga. Akibatnya produksi masih tertatih-tatih.

Pemanfaatan alat pertanian perlu didukung sambil mendorong petani demi meraih surplus pangan 10 juta ton. Saat ini, pemanfaatan bioteknologi menjadi salah satu cara untuk

Page 7: file · Web viewTeknologi yang senantiasa berubah merupakan syarat mutlak adanya pembangunan pertanian. ... tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal

mendongkrak produksi pangan. Karena dengan produksi gabah yang sama, namun produktivitasnya lebih tinggi. 

5. Hambatan Pengembangan

Berikut merupakan hambatan-hambatan dalam pengembangan teknologi agraris yang sempat kami identifikasi:

1. Terbatasnya kemampuan dalam penguasaan teknologi. Usaha pertanian merupakan suatu proses yang memerlukan jangka waktu tertentu. 

2. Lemahnya struktur permodalan dan akses terhadap sumber permodalan.3. Kurangnya kuantitas dan kualitas SDM untuk sektor agribisnis.4. Ketersediaan lahan dan masalah kesuburan tanah. Kesuburan tanah sebagai faktor

produksi utama dalam pertanian makin bermasalah. 

Untuk memasyarakatkan teknologi baru memang tidak mudah, memerlukan waktu dan proses, juga tergantung pada bagaimana kondisi masyarakat tani. Menurut Prof. Mubyarto, begitu petani merasa suatu hasil teknologi baru menguntungkan maka ia akan menerimanya. Tidak hanya petani Indonesia tetapi petani di mana saja, bahkan di Amerika Serikat dan Australia, memerlukan waktu berpikir yang lama.

KESIMPULAN

Pengembangan teknologi pertanian diharapkan dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat tani, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha, mengisi dan memperluas pasar dalam dan luar negeri, meningkatkan keanekaragaman hasil, meningkatkan mutu dan derajat pengolahan produksi, menunjang pembangunan wilayah, dan sesuai dengan kaidah syariah islam. Hingga pada akhirnya masyarakat Indonesia bisa menikmati kesejahteraan dari hasil keringat sendiri.

SARAN

Syarat keharusan di atas tidak memadai dalam mendukung pengembangan agroindustri di suatu wilayah. Keberhasilan pengembangan agroindustri perlu didukung oleh adanya syarat kecukupan, yang meliputi (1) adanya suatu pendekatan yang terpadu lintas sektoral dalam memenuhi semua syarat keharusan di atas, (2) adanya pengembangan SDM yang sejalan dengan semangat pertanian industrialis, (3) baiknya memiliki kemampuan untuk mengembangkan teknologi agraris yang bersifat terbuka sehingga eksploitasi terhadap sumberdaya alam dapat dikurangi, serta (4) mempersiapkan masyarakat yang sadar teknologi pertanian dengan upaya pelatihan dan pengenalan sejak dini.