Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ABSTRAK
Fika Khairistiva (NIM: 10010166). Komposisi Bentos yang terdapat di
Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir
Selatan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera
Barat, Padang, 2017.
Sungai Punggasan yang terdapat di Kecamatan Linggo Sari Baganti
Kabupaten Pesisir Selatan, sungai ini digunakan oleh masyarakat untuk mandi,
cuci, dan kakus (MCK) dan juga dilakukan tempat penambangan pasir. Sehingga
sungai tersebut menjadi tercemar dan menimbulkan gangguan terhadap ekosistem
perairan. Berbagai aktifitas yang dilkukan masyarakat di sungai Punggasan
kecamatan linggo sari baganti dapat mempengaruhi kehidupan organisme yang
ada di sungai seperti Bentos. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi
bentos dan faktor fisika kimia air sungai Punggasan Kecamtan Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2017 di sungai
Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Penelitian
ini menggunakan metode survey deskriptif. Pengambilan sampel dilakukan secara
langsung di lapangan. Jumlah stasiun ditetapkan sebanyak 3 stasiun. Penetapan
stasiun secara porposive sampling. Identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium
Zoologi Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Komposisi Bentos di
Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan
didapatkan 11 genus, yaitu (9 famili, 3 ordo, dan 2 kelas). Faktor fisika kimia
sungai Punggasan yaitu suhu berkisar antara 24 - 270C, pH berkisar 6,8 – 7,0,
kecepatan arus berkisar antara 0,15 – 0,17, Delsoved Oksigen (DO) berkisar
antara 6,6 – 7,0. Dapat disimpulkan Komposisi Bentos yang terdapat di sungai
Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak
11 genus dan kualitas air sungai berada pada kisaran normal dimana dapat
mendukung kehidupan Bentos.
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan judul Komposisi Bentos Yang Terdapat Di
Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
Adapun tujuan penulisan skripsi ini adalah salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bantuan
dan dorongan baik moril maupun materil dari berbagai pihak, untuk itu pada
kesempatan ini penulis dengan segala kerendahan hati mengucapkan terima kasih
atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan. Ucapan terima kasih
penulis ucapkan kepada yang terhormat:
1. Ibu Dra. Nursyahra, M.Si, pembimbing I yang telah menyediakan waktu,
tenaga, pikiran dan kesabaran dalam membimbing penulis dalam penyusunan
proposal hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
2. Ibu Ria Kasmeri, M.Si, pembimbing II yang telah menyediakan waktu,
tenaga, pikiran dan kesabaran dalam membimbing penulis dalam penyusunan
proposal hingga selesainya penyusunan skripsi ini.
3. Tim dosen penguji yang telah memberikan masukan yang sangat berharga
sejak proposal penelitian.
4. Pimpinan Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.
5. Ibu Vivi Fitriani, S.Si., M.Pd sebagai Penasehat Akademik.
iv
6. Pimpinan beserta Karyawan/i STKIP PGRI Sumatera Barat.
7. Teristimewa Kedua Orang Tua saya Ibunda Fariati dan Ayahanda Khairisman
dan adik-adik saya Maya Mutia Risva dan Ilham Ramadhan atas doa yang
selalu terlantun dan nasehat bijak yang menjadi penguat dalam studi serta
saudara tercinta atas doa, motivasi dan semangat yang telah diberikan.
8. Rekan-rekan dan semua pihak yang ikut membantu dalam penelitian dan
penyusunan skripsi ini.
9. Kepala laboratorium Zoologi dan teknisi laboratorium Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat.
Semoga segala bantuan dan bimbingan yang telah diberikan kepada penulis
menjadi amal ibadah di sisi Allah SWT, Amin.Penulis mengharapkan semoga
skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Tiada kata yang pantas penulis ucapkan
selain terima kasih.
Padang, Agustus 2017
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ..................................... i
HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ......................... ii
ABSTRAK .................................................................................................. iii
KATA PENGANTAR .................................................................................. iv
DAFTAR ISI ................................................................................................. vi
DAFTAR TABEL........................................................................................ viii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Batasan Masalah ................................................................................... 4
C. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
D. Tujuan Penelitian .................................................................................. 4
E. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bentos ................................................................................................... 6
B. Ekologi perairan.................................................................................... 8
C. Pencemaran sungai ............................................................................... 9
D. Klasifikasi bentos.................................................................................. 10
E. Bentos sebagai bio indikator................................................................ . 13
F. Faktor Fisika Kimia Air........................................................................ 14
G. Analisis data......................................................................................... 16
vi
BAB III METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat................................................................................ 18
B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18
C. Deskripsi Daerah Penelitian................................................................. 18
D. Metode Penelitian ................................................................................. 19
E. Cara Kerja ............................................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil .................................................................................................... 25
B. Pembahasan........................................................................................... 28
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................... 33
B. Saran ................................................................................................... 33
DAFTAR PUSTAKA 34
LAMPIRAN 36
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
Klasifikasi Pencemaran Air Berdasarkan Indeks Diversitas
Komunitas Hewan Bentos..................................................................
Klasifikasi Bentos di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.....................................................
Jumlah Rata-Rata Bentos Yang Ditemukan Di Sungai Punggasan
Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir
Selatan................................................................................................
Komposisi Bentos Per-Stasiun yang Ditemukan Di Sungai
Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kaupaten Pesisir
Selatan................................................................................................
Faktor Fisika Kimia Air di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo
Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.............................................
24
25
26
27
28
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Peta Penelitian....................................................................................
Lay Out Lokasi Penelitian Komposisi Bentos yang terdapat di
Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten
Pesisir Selatan.....................................................................................
Contoh Analisis Data Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR),
Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), dan
Indeks Diversitas (H’)........................................................................
Jumlah Bentos Per-Titik Pengamatan di Sungai Punggasan
Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir
Selatan................................................................................................
Dokumentasi Penelitian......................................................................
Foto Bentos yang Ditemukan............................................................
36
37
38
40
41
42
ix
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sungai adalah salah satu perairan yang menjadi habitat oleh organisme
dan mempunyai peranan penting dalam kehidupan. Sungai dapat dimanfaatkan
manusia dalam kehidupan sehari-hari seperti sumber air minum, transportasi,
irigasi, mandi, mencuci dan kakus. Aktivitas manusia inilah yang
menyebabkan terjadinya pencemaran sehingga kualitas air menjadi menurun
(Rahmawati, 2011). Pencemaran suatu perairan adalah suatu kondisi yang telah
berubah dari bentuk asalnya menjadi keberadaan yang lebih buruk, akibat
masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi atau benda asing
kedalam air oleh kegiatan manusia sehingga kualitas air menjadi menurun
(tercemar) sampai ke tingkat tertentu (Warlina, 2004).
Sungai Punggasan yang terdapat di Kecamatan Linggo Sari Baganti
Kabupaten Pesisir Selatan, sungai ini digunakan oleh masyarakat untuk mandi,
cuci, dan kakus (MCK) dan juga dilakukan tempat penambangan pasir.
Sehingga sungai tersebut menjadi tercemar dan menimbulkan gangguan
terhadap ekosistem perairan. Banyak penyebab sumber pencemaran air, tetapi
secara umum dapat dikategorikan menjadi 2 (dua) yaitu sumber langsung dan
tidak langsung. Sumber langsung meliputi industri, sampah, rumah tangga dan
sebagainya. Sumber tak langsung adalah yang memasuki badan air dari tanah,
air tanah atau atmosfir berupa hujan. Pada dasarnya sumber pencemaran air
berasal dari industri, rumah tangga (pemukiman), penambangan pasir dan
1
2
pertanian, sehingga berpengaruh terhadap organisme di dalammya. Salah satu
organisme perairan tersebut adalah Bentos yang merupakan organisme yang
hidup di dasar perairan (Warlina, 2004).
Bentos adalah organisme dasar perairan baik yang hidup di permukaan
dasar atau pun di dasar perairan (Fachrul, 2007). Menurut Lind (1979) dalam
Fachrul (2007) bahwa Bentos adalah semua organisme yang hidup pada
lumpur, pasir, batu, kerikil, maupun sampah organik baik di dasar perairan laut,
danau, kolam, ataupun sungai. Keberadaan hewan bentos pada suatu perairan,
sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor lingkungan, baik biotik maupun
abiotik.
Faktor biotik yang berpengaruh diantaranya adalah produsen, yang
merupakan salah satu sumber makanan bagi hewan bentos dan interaksi spesies
serta pola siklus hidup dari masing-masing spesies dalam komunitas. Adapun
faktor abiotik adalah fisika-kimia air yang diantaranya suhu, kecepatan arus,
oksigen terlarut (DO) dan pH (Odum,1998). Sastrawijaya (2009) menyatakan
bahwa Bentos juga dapat dijadikan sebagai indikator biologis dalam
pencemaran air sungai. Bentos hidup relatif menetap, sehingga baik digunakan
sebagai petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah
yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih
mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke
waktu.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan, Sungai yang terdapat di
Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan. Sungai
1
3
ini digunakan oleh masyarakat untuk mandi, cuci dan kakus (MCK) dan
dilakukan tempat penambangan pasir, sehingga menimbulkan pengaruh
terhadap Bentos yang ada di sungai tersebut.
Penelitian mengenai Bentos pernah dilakukan oleh Sari (2013) dengan
judul penelitian tentang Komposisi dan Keanekaragaman Bentos di Sungai
Asik Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman
di dapatkan hasil bahwa di Sungai Asik teridentifkasi sebanyak 13 genus
tergolong dalam 3 kelas yaitu Insecta 9 terdiri dari Tendipes, Simulium,
Hastaperla, Etrocorema, Macromia, Progamphus Dan Tinodes, Gastropoda 3
genus terdiri dari Melanoides, Thiara, Dan Physa dan kelas pelecypoda hanya 1
genus yaitu Corbicula. Kemudian Ika oktavia (2012) telah melakukan
penelitian tentang Komposisi Bentos di Sungai Siak Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru di dapatkan hasil bahwa di Sungai Siak
tersebut teridentifikasi Kelas Gastropoda yaitu sebanyak 12 genus Amnicola,
Ademietta, Melainoides, Thiara, Pachydrobiella, Physa, Pamacea, Pleurocera,
Viviparus, Trochotala, dan Tulotomo, sedangkan genus yang paling sedikit
ditemukan pada Kelas Pelecypoda yaitu ditemukan 1 genus (Mytilopsis).
Berbagai aktivitas yang ada di aliran sungai Punggasan dapat
mempengaruhi organisme yang ada di sungai tersebut seperti Bentos.
Berdasarkan permasalahan diatas, maka peneliti telah melakukan penelitian
tentang Komposisi Bentos yang terdapat di Sungai Punggasan Kecamatan
Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan.
4
B. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang di atas, maka batasan
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Identifikasi Bentos sampai tingkat genus.
2. Komposisi bentos yang meliputi kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi,
frekuensi relatif.
3. Faktor fisika dan kimia air yang di ukur adalah suhu, pH, kecepatan arus
dan oksigen terlarut (DO).
C. Rumusan masalah
Berdasarkan masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian
ini adalah:
1. Bagaimanakah Komposisi Bentos yang terdapat di Sungai Punggasan
Kecamatan Linggo Sari Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Bagaimanakah faktor fisika dan kimia di Sungai Punggasan Kecamatan
Linggo Sari Kabupaten Pesisir Selatan.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui Komposisi Bentos yang terdapat di Sungai Punggasan
Kecamatan Linggo Sari Kabupaten Pesisir Selatan.
2. Untuk mengetahui faktor fisika dan kimia di Sungai Punggasan
Kecamatan Linggo Sari Kabupaten Pesisir Selatan.
5
E. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Untuk menambah ilmu pengetahuan penulis tentang Bentos.
2. Sebagai informasi tentang keberadaan Bentos yang terdapat di Sungai
Punggasan Kecamatan Linggo Sari Kabupaten Pesisir Selatan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bentos
Bentos merupakan organisme tumbuhan dan hewan yang hidup
menempel atau di dalam substrat. Baik pada substrat pasir, lumpur, kerikil,
maupun batuan, serasah, potongan kayu dan lain-lain dengan gerakan relatif
terbatas (Odum, 1998). Zoobentos merupakan hewan yang sebagian atau
seluruh siklus hidupnya berada di dasar perairan, baik yang sesil, merayap
maupun menggali lubang (Odum, 1998). Bentos merupakan biota perairan
yang dengan mudah terpengaruh oleh adanya bahan pencemar, baik fisika,
kimia, biologi, lumpur, pasir dan arus air yang kuat. Hal ini di sebabkan karena
zoobentos tidak dapat bergerak cepat dan habitatnya di dasar yang pada
umumnya merupakan tempat penimbunan bahan pencemar, lumpur dan pasir.
Hewan ini memegang peranan penting dalam perairan seperti dalam
penghancur dan meneralisasi material organik yang memasuki perairan serta
menduduki beberapa tingkatan dalam rantai makanan.
Berdasarkan cara hidupnya, bentos dibedakan atas 2 kelompok yaitu
infauna dan epifauna. Infauna adalah kelompok zoobentos yang hidup
terbenam di dalam lumpur (berada di dalam substrat), sedangkan epifauna
adalah kelompok zoobentos yang hidup menempel di permukaan dasar
perairan (Hutchinson, 1993 dalam Sinaga, 2009). Krebs (1989) dalam Putra
(2013) menyatakan bahwa faktor biotik perairan yang mempengaruhi
komunitas hewan bentos adalah kompetisi baik persaingan terhadap ruang
6
7
hidup dan makanan (alga dan hewan kecil lainnya), pola siklus hidup dan
predator (pemangsa) serta tingkat produktivitas primer. Masing-masing faktor
biotik tersebut dapat berdiri sendiri, namun ada kalanya faktor tersebut saling
berinteraksi secara bersama-sama mempengaruhi komunitas pada suatu
perairan. Selain itu, keberadaan hewan bentos dalam suatu ekosistem perairan
juga dipengaruhi oleh faktor abiotik
Menurut Zairion (2003) berdasarkan cara dari setiap bentos untuk
memperoleh makanannya, membagi zoobentos ke dalam beberapa kelompok
yaitu:
1. Filter feeder atau sering disebut suspension feeder, adalah hewan yang
makan dengan menyaring padatan tersuspensi dan partikel makanan dari
air, biasanya dengan melewatkan air melalui struktur penyaringan khusus.
Contohnya seperti Mollusca, Spons, Bivalvia, beberapa jenis
echinodermata dan crustaea yang memiliki tubuh keras. Proses ini dapat
terjadi pada daerah yang berpasir.
2. Deposit feeders, adalah binatang atau hewan yang mengkonsumsi sisa-sisa
makanan pada substrat di bagian bawah air atau substrat dasar. Seperti
polychaetes yang memiliki permukaan tubuh yang lunak. Ikan, binatang
laut, siput, cumi dan Crustacea yang merupakan predator pada substrat
berlumpur.
3. Grazer, memakan alga seperti kelompok perifiton, misalnya Gastropoda.
4. Predator memakan organisme bentik lainnya misalnya Hirudineae.
8
Menurut Zairon (2003) berdasarkan kepekaan terhadap tingkat
pencemaran yang disebabkan oleh bahan organik, maka bentos dapat
dikelompokkan :
1. Intoleran, yaitu bentos yang mampu bertahan hidup dalam kisaran kondisi
lingkungan yang sempit dan mempunyai daya adaptasi yang rendah serta
jarang dijumpai di perairan yang kaya akan bahan organik. Yang termasuk
kelompoknya adalah Ephemeropeta, Trichoptera, Piccoptera.
2. Fakultatif yaitu bentos yang hidup dalam kisaran kondisi lingkungan yang
luas dibanding kelompok intoleren dan daya adaptasi terhadap bahan
organik relatif tinggi, yang termasuk kelomok ini diantaranya adalah
Odonata, beberapa jenis Gastropoda atau siput/keong dan Crustacea,
misalnya Corbula sp.
3. Toleran yaitu bentos yang hidup dan berkebang pada kondisi lingkungan
yang buruk (kaya organik) misalnya Tubificidae (Tubificoides bennedeni).
B. Ekologi Perairan
Ekosistem perairan yang terdapat di daratan secara umum dibagi atas
dua, yaitu perairan lentik (perairan tenang) misalnya danau, rawa, waduk, dan
perairan lotik (perairan mengalir) seperti sungai, kali, kanal dan air terjun.
Perbedaan utama antara perairan lotik dan perairan lentik adalah kecepatan
arus air. Perairan mempunyai arus air yang lambat cenderung terjadi akumulasi
massa air dalam periode waktu yang lama, sedangkan perairan lotik umumnya
memiliki kecepatan arus yang deras yang diikuti perpindahan massa air yang
berlangsung dengan cepat Barus, (2004) dalam Putra (2013).
9
Suatu ekosistem perairan mempunyai dua komponen penyusun yaitu
komponen biotik dan abiotik. Komponen biotik mencakup produsen,
konsumen, dan dekomposer. Komponen abiotik mencakup senyawa anorganik
(C, N, CO2, H2O dan lain-lain), senyawa organik (protein, karbohidrat, lemak,
dan sebagainya) dan faktor iklim (curah hujan, temperatur, kelembaban
(Odum, 1998) dalam Putra (2013).
Sungai merupakan wilayah yang dilalui oleh badan air yang bergerak
dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah dan melalui permukaan bawah
tanah. Sungai merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan dinamis.
Keberadaannya ditentukan oleh faktor biologi dan abiotik (Odum, 1998).
C. Pencemaran Sungai
Pencemaran air diakibatkan oleh masuknya bahan pencemar (polutan)
yang dapat berupa gas, bahan-bahan terlarut, dan partikulat. Pencemaran
memasuki badan air dengan berbagai cara, misalnya melalui atmosfer, tanah,
pertanian, pembuangan limbah industri, penambangan pasir, MCK, dan lain-
lain (Effendi, 2003).
Dampak terhadap pencemaran kehidupan biota air Banyaknya zat
pencemar pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen
terlarut dalam air tersebut. Sehingga akan mengakibatkan kehidupan dalam air
yang membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya.
Selain itu kematian dapat pula disebabkan adanya zat beracun yang juga
menyebabkan kerusakan pada tanaman dan tumbuhan air (Warlina, 2004). Bila
terjadi perubahan terhadap salah satu komposisi dalam perairan, maka
10
pengaruhnya akan terlihat pada keanekaragaman flora dan fauna yang hidup di
dalamnya. Penambahan zat hara tersebut merupakan faktor yang penting yang
dapat mempengaruhi kehidupan serta keanekaragaman organisme perairan,
salah satu diantaranya adalah Bentos (Sachlan, 1974).
Suatu lingkungan hidup dikatakan tercemar apabila telah terjadi, yaitu
perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan itu, akibat masuk atau
dimasukkannya suatu zat atau benda asing ke dalam tatanan lingkungan
tersebut sehingga pada tingkat lanjut dalam arti bila lingkungan tersebut telah
tercemar dapat membunuh bahkan menghapus satu atau lebih organisme yang
dahulunya hidup normal dalam tatanan lingkungan itu (Warlina, 2004).
D. Klasifikasi Bentos
Pengelompokan bentos selanjutnya lebih banyak diarahkan kepada
zoobentos, misalnya berdasarkan tempat hidup, ukuran, makanan dan cara
makan serta kepekaan terhadap tingkat pencemaran. Menurut Pennak (1978),
bentos terdiri dari 14 kelas dan umumnya ditemukan adalah 6 kelas yaitu:
1. Protozoa
Protozoa adalah organisme satu sel yang mempunyai alat gerak, hidup
secara soliter atau berkoloni dan simetri tubuh umumnya asimetri atau
simetri bulat. Reproduksi dengan cara seksual dan aseksual.
Contohnya :
a. Amoeba merupakan organisme satu sel yang memiliki satu kaki semu,
familinya Amoebidaceae.
11
b. Vorticella merupakan organisme yang hidup berkoloni dan
mempunyai alat gerak berupa cillia.
2. Turbellaria
Turbellaria adalah cacing pipih yang hidup di air tawar yang berbentuk
bulat memanjang. Warna tubuh umumnya hitam. Contohnya planaria
adalah organisme yang hidup pada perairan air bersih dan memiliki bintik
mata. Familinya Planariidae.
3. Nematoda
Nematoda adalah cacing ayng hidup di perairan tidak memiliki alat gerak
dan tidak bersegmen, bentuk tubuh bulat panjang atau silindris, memiliki
kutikula yang tebal dan dinding tubuh terdiri dari 3 lapisan. Belum
memiliki sistem respirasi. Contohnya Ascaris lumbricoides, familinya
Ascoridciidae.
4. Anellida
Anellida adalah cacing yang memiliki tubuh seperti cacing pita, memiliki
alat gerak berupa bulu-bulu kaku (setae) pada tiap ruas, tubuh panjang dan
bersegmen, alat eksresi berupa sepasang nephrida pada tiap segmen,
respirasi dengan kulit dan branchia, umumnya bersifat hermaprodit.
Contoh:
a. Tubifex adalah hidup secara berkoloni yang biasanya hidup di tempat
yang kotor. Familinya Tubificidae
b. Helobodella adalah cacing yang memiliki dua alat hisap, familinya
Helobodelladae.
12
5. Insecta
Insecta adalah kelompok hewan yang memiliki kaki bersegmen, memiliki
3 pasang extremitas, sepasang antena, sepasang mata dan mulut dianterior,
tubuh terbagi 3 bagian utama adalah caput, thorakx dan abdomen. Alat
eksresi berupa tabung malpighi, sistem saraf tangga tali, pada antena
terdapat indera pembau, memiliki sepasang mata majemuk, seks terpisah
dan terdiri dari beberapa ordo:
a. Diptera
Contohnya Chironomous adalah memiliki organ yang menyerupai kaki
pada thorax anus. Pada segmen terakhir abdomen terdapat rambut.
Familinya Culicidae
b. Tricoptera
Contohnya Rhyacophilla adalah pada bagian thorax dan abdomennya
terdapat rambu-rambu.
c. Plecoptera
Contohnya Hastarpela adalah memiliki 1 pasang circi, pada bagian
ekor memiliki 3 pasang kaki.
d. Ephemeroptera
Contohnya Baetis adalah memiliki 3 buah circi yang berambut dan
tidak sama panjang, pada abdomen terdapat organ yang berupa sayap,
Ephemerella adalah memiliki 3 buah circi yang sama panjang.
e. Odonata contohnya Macromia magnifika memiiliki 3 pasang kaki
yang panjang.
13
f. Coleoptera contohnya adalah Hydroporussegmen abdomennya 8 buah
dan memiliki 2 buah circi yang berdiri.
6. Mollusca
Memiliki tubuh bilateral simetris dan tidak bersegmen, umumnya
memiliki cangkang, memiliki extremitas, bentuk tubuh bervariasi, organ
digesti, respirasi, eksresi dan reproduksi lengkap. Terdiri dari 2 kelas yaitu
gastropoda contohnya Fluminicola muttaliana yaitu hewan yang memiliki
cangkang meruncing dan tebal dengan garis pertumbuhan yang jelas.
Pelecypoda contohnya Anadonata grandis yaitu hewan yang memiliki
cangkang yang tebal, berbentuk lonjong dan berwarna hitam. Famili dari
molusca yaitu Tridacnidae, Haliotidae, Cypraeidae, Strombiade,
Cerihiidae.
E. Bentos Sebagai Bio Indikator
Dampak pencemaran dapat mempengaruhi perubahan struktur dan
fungsi ekosistem, baik hewan maupun tumbuhan. Banyaknya bahan pencemar
dalam perairan akan mengurangi keanekaragaman yang ada. Pada umumnya
akan meningkatkan populasi jenis yang tahan terhadap kondidi perairan
tersebut. Indikator biologi digunakan menilai secara makro perubahan
keseimbangan ekologi khususnya ekosistem akibat pengaruh limbah (Hawkes,
1975 dalam Sastrawijaya, 2009).
Beberapa faktor lain yang menunjang bentos sebagai indikator biologi
seperti yang dinyatakan oleh Wilhm (1975) dalam Zairon, (2003):
1. Tingkat kepekaan berbeda-beda terhadap berbagai jenis bahan pencemar.
14
2. Memberikan reaksi yang relatif cepat terhadap perubahan fisika kimia
perairan dan substrat (sedimentasi).
3. Kemampuan mobilitasnya kurang (sesil) sehingga secara langsung dapat
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan perairan.
4. Relatif mudah di tangkap atau di ambil dengan alat sampling yang sesuai
dibanding dengan nekton dan relatif mudah diidentifikasi serta di analisis
dibandingkan plankton dan perifiton.
Daya tahan dan adaptasi bentos berbeda-beda antara jenis yang satu
dengan yang lainnya, yaitu ada yang tahan terhadap keadaan perairan setempat,
tetapi ada pula yang tidak tahan, sehingga keberadaan bentos tertentu dapat
dijadikan petunjuk dalam menilai kualitas perairan, penggunaan bentos sebagai
indikator kualitas perairan adalah karena sifat bentos yang relatif diam atau
memiliki mobilitas yang rendah sehingga sangat banyak mendapat pengaruh
dari lingkungan (Fachrul, 2007).
F. Faktor Fisika Dan Kimia Yang Mempengaruhi Keberadaan Bentos
Kehidupan organisme air sangat tergantung pada faktor fisika dan kimia
perairan adalah:
1. Suhu
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang berperan penting
dalam mengatur proses kehidupan dan penyebaran organisme termasuk
makrozoobentos. Suhu perairan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap
kelarutan oksigen dalam suatu perairan. Bila suhu dalam suatu perairan
mengalami kenaikan, maka kelarutan oksigen dalam perairan akan naik dan
15
menyebabkan hadirnya berbagai organisme perairan termasuk
makrozoobentos. Batas toleransi hewan bentos terhadap suhu perairan
tergantung jenisnya. Umumnya temperatur di atas 30°C dapat menekan
pertumbuhan populasi hewan bentos. Suhu permukaan air di daerah tropis
berkisar antara 24-30C (Michael, 1994).
2. Derajat Keasaman (pH)
Menurut Suin (2002) pengukuran pH dapat dilakukan dengan
menggunakan pH meter. Derajat keasaman menunjukkan kadar asam atau basa
dalam larutan berdasarkan konsentrasi ion H. Derajat keasaman (pH)
merupakan faktor yang sangat penting karena dapat mempengaruhi
pertumbuhan organisme air. Air normal yang memenuhi syarat untuk suatu
kehidupan mempunyai pH sekitar 6,5 – 7,5. Air akan bersifat asam atau basa
tergantung besar kecilnya pH. Bila pH di bawah pH normal, maka air tersebut
bersifat asam, sedangkan air yang mempunyai pH di atas pH normal bersifat
basa. Air limbah dan bahan buangan industri akan mengubah pH air yang
akhirnya akan mengganggu kehidupan biota akuatik. Sebagian besar biota
akuatik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai pH antara 7 – 8,5. Nilai
pH sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan. Perubahan pada badan
air pH rendah sangat menggangu kehidupan tumbuhan, hewan dan organisme
yang hidup dalam badan air tersebut. pH optimum untuk kehidupan bentos
berkisar antara 5,0-5,5 (Warlina, 2004).
16
3. Desolved Oksigen (DO)
Oksigen merupakan faktor yang paling penting bagi organisme air,
semua tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen yang
terlarut untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan
fotosintesis tumbuh-tumbuhan yang ada dalam air, kisaran oksigen yang ideal
yang dibutuhkan oleh makhluk hidup perairan adalah 5-7 ppm( Suin, 2002).
4. Kecepatan Arus
Kecepatan arus air dari suatu badan air ikut menentukan penyebaran
organisme yang hidup di badan air tersebut. Penyebaran bentos, baik
fitoplankton maupun zooplankton, paling ditentukan oleh aliran air. Tingkah
laku hewan air juga ikut ditentukan oleh aliran air. Selain itu, aliran air juga
ikut berpengaruh terhadap kelarutan udara dan garam-garam dalam air,
sehingga secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan
organisme air ( Suin, 2002). Kecepatan aliran dapat mempengaruhi konsentrasi
DO dan suhu (Sastrawijaya, 2009).
G. Analisis Data
1. Kepadatan (K)
Kepadatan adalah satu jenis atau kelompok hewan dapat dinyatakan
dalam dalam bentuk jumlah atau biomassa per unit, atau persatuan luas atau
persatuan volume atau persatuan penangkapan. Kepadatan pupolasi sangat
penting diukur untuk menghitung produktifitas, tetapi untuk membandingkan
suatu komunitas dengan komunitas lainnya (Suin, 2002).
17
2. Kepadatan relatif
Kepadatan relatif dapat dihitung dengan membandingkan kepadatan
suatu jenis dengan kepadatan semua jenis yang terdapat dalam unit tersebut.
Kepadatan relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.(Suin, 2002).
3. Frekuensi
Frekuensi yaitu peluang suatu jenis yang ditemukan dalam titik sampel
yang diamati. Frekuensi dipakai sebagai parameter yang dapat menunjukkan
distribusi jenis hewan. (Fachrul, 2007).
4. Frekuensi relatif
Frekuensi relatif dipakai sebagai parameter yang dapat menunjukkan
distribusi atau sebaran jenis hewan. Nilai yang diperoleh dapat pula
menggambarkan kapasitas reproduksi dan kemampuan adaptasi. Frekuensi
relatif biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase (Fachrul, 2007).
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah di laksanakan pada bulan Februari 2017 di Sungai
Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan dan
identifikasi sampel dilakukan di Laboratorium Zoologi Pendidikan Biologi
STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. Analisis faktor fisika kimia air dilakukan
langsung di lapangan tempat penelitian dilaksanakan.
B. Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Ekman drage
digunakan untuk mengambil sedimen dan biota dari dasar perairan yang terbuat
dari baja tahan karat dengan berat 3,2 kg dengan ukuran 15 cm x 15 cm
(Fachrul, 2007), botol film, thermometer Hg, pH meter, mikroskop stereo, baki
plastik, stopwatch, petridish, Saringan bentos dengan ukuran kasa 0,5 – 1 mm,
kaca penutup, kaca objek, pipet tetes, gelas ukur, kamera digital, dan alat-alat
tulis lainnya.
Bahan yang digunakan adalah bentos dan formalin 37%, amilum 1%,
kantong plastik, kertas label, botol sampel, MnSO4, H2SO4 pekat, alkohol 70%,
Na2SO4, dan NaOH, Na2S2O3 0,025 N.
C. Deskripsi Daerah Penelitian
Kecamatan Linggo Sari Baganti letak Geografisnya terletak pada
100,52 – 101,7 BT dan 149,53 – 1 LS, dengan luas daerah tercatat sebesar
315,41 Km atau 5,49% dari luas Kabupaten Pesisir Selatan, dengan ketinggian
18
19
dari permukaan laut lebih kurang 2,5 M – 7 m. Letak daerah sebelah Utara
berbatasan dengan kecamatan pancung soal, sebelah Timur berbatasan dengan
Kabupaten Solok Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Samudera
Indonesia. (Badan Pusat Statistik, 2015)
Sungai Punggasan merupakan salah satu sungai yang ada di Kecamatan
Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan yang memiliki panjang 93,70
Km, lebar rata-rata 25 m dan kedalaman kira-kira +1,5 m. Sungai ini mengalir
di sepanjang daerah Punggasan. Kondisi substrat sungai Punggasan berpasir
dan berlumpur, disekitar sungai terdapat rumah pemukiman penduduk,
perkebunan sawit, dan adanya penambangan pasir di aliran sungai Punggasan
tersebut.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif yaitu
melakukan pengamatan langsung ke lapangan. Penetapan lokasi penelitian
dilakukan dengan menggunakan metode purposive sampling berdasarkan
kondisi perairan Sungai Punggasan dengan menetapkan tiga stasiun penelitian.
Stasiun I sungai daerah pemukiman penduduk, stasiun II sungai daerah
perkebunan sawit dan stasiun III sungai daerah penambangan pasir. Pada setiap
stasiun terdapat 3 titik pengambilan sampel yaitu pada tepi kanan, tengah dan
tepi kiri sungai. Jarak antara stasiun I dan II adalah 500 m, jarak antara stasiun
II dan III adalah 600 m.
20
E. Cara Kerja
1. Di Lapangan
a. Penentuan titik sampling
Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu dilakukan survey
ke lapangan untuk mendapatkan gambaran umum mengenai lokasi
penelitian. Survey dilakukan untuk mengetahui area pengambilan sampel
atau stasiun yang dibuat. Stasiun sampling ditentukan secara purposive
sampling.
b. Pengukuran suhu
1. Suhu di ukur dengan thermometer Hg.
2. Thermometer dimasukkan ke dalam air pada masing-masing titik
pengambilan sampel dan biarkan selama 5 menit.
3. Selama 5 menit catat angka yang ditunjukkan pada thermometer Hg
sebagai suhu air (Suin, 2002).
c. Pengkuran pH
1. Derajat keasaman diukur dengan menggunakan pH meter.
2. pH meter dimasukkan kedalam air sampai angkanya konstan. (Suin,
2002)
d. Oksigen terlarut (DO)
Pengukuran oksigen terlarut dilakukan dengan metode titrimetri
dengan spesifikasi metode SNI 06-6989. 14. 2004, dengan prosedur
sebagai berikut:
21
1. Sampel air yang telah diambil dengan menggunakan botol Winkler
50 ml. Selanjutnya ditambahkan 5 tetes MnSO4 dan 5 tetes KOH-
KL lalu dihomogenkan, diamkan sebentar sehingga terbentuk
endapan.
2. Kemudian masukkan 10 tetes H2SO4 pekat dan kocok sampai
homogen sehingga endapan larut dan berwarna kekuningan.
3. Setelah itu ambil 5 ml larutan tersebut dan masukkan ke dalam
gelas ukur 10 ml kemudian tambahkan 1 tetes Amilum 1%
sehingga larutan berubah warna menjadi biru muda.
4. Selanjutnya titrasi dilakukan dengan menggunakan Na2S2O3
0.00625 N sampai larutan berubah menjadi bening.
5. Kemudian catat volume titran yang dipakai.
e. Pengukuran Kecepatan arus
Pengukuran kecepatan arus mengacu pada Suin (2002), untuk
mengukur kecepatan arus digunakan gabus yang mengapung di atas air.
Pengukuran kecepatan arus dilakukan pada masing-masing stasiun.
Tentukan jarak sepanjang 2 m diantara 2 titik, kemudian jatuhkan gabus
pada titik awal (A1) dan biarkan sampai titik akhir (A2), catat perjalanan
gabus dari (A1) sampai (A2) dengan menggunakan stopwatch, kecepatan
diperoleh dari jarak yang ditempuh persatuan waktu.
f. Pengambilan sampel bentos
Pengambilan bentos dilakukan pada 3 stasiun penelitian dan
masing-masing stasiun dibuat 3 titik pengambilan sampel yang telah
22
ditetapkan. Pengambilan sampel dengan menggunakan Ekman Drage
untuk mengambil sedimen dan biota dasar perairan, setelah lokasi
pengambilan sampel ditentukan maka alat Ekman Drage disiapkan.
Pertama buka mulut Ekman Drage, kemudian alat diturunkan perlahan-
lahan ke dasar perairan dengan menggunakan tali tambang. Jika alat ini
sudah menyentuh dasar perairan, maka pemberat dilepaskan kebawah
menyentuh alat Ekman Drage. Dengan sendirinya mulut Ekman Drage
tertutup dan alat ditarik lagi ke permukaan air. Sampel yang di dapat
disaring dengan saringan. Hasil saringan yang ditampung dalam plastik
diberi formalin 37% sebanyak 1 ml untuk pengawetan ditutup dengan
isolasi dan diberi label setelah pengukuran faktor fisika dan kimia air,
kemudian sampel bentos dibawa ke laboratorium untuk diidentifikasi.
2. Di Laboratorium
Setelah pengambilan sampel di lapangan, selanjutnya sampel
diidentifikasi di laboratorium Zoologi program studi Biologi STKIP PGRI
Sumatera Barat. Metode yang digunakan adalah metode Direct Count atau
menghitung langsung jumlah individu dan masing-masing stasiun diidentifikasi
dilakukan sampai tingkat genus dengan berpedoman kepada buku acuan
(Pennak, R. W,1978). Identifikasi bentos dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Sampel yang telah dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi
formalin 37% sebanyak 1 ml dibawa ke laboratorium .
2. Sampel dipisahkan dari lumpur atau pasir
23
3. Sampel tersebut langsung diidentifikasi di laboratorium
4. Bentos yang ditemukan dikelompokkan sampai tingkat genus di hitung
jumlah individunya.
3. Parameter
Parameter dalam penelitian ini adalah:
a. Komposisi terdiri dari kepadatan, kepadatan relatif, frekuensi, frekuensi
relatif.
b. Parameter faktor fisika dan kimia air meliputi suhu, pH, kecepatan arus,
oksigen terlarut (DO).
4. Analisis Data
Untuk menganalisis jumlah individu digunakan rumus:
1. Kepadatan (K) (Suin, 2002)
N= Jumlah individu
Luas area sampel
Dimana :
N = Kepadatan bentos (individu/cm2)
L = Luas area
2. Kepadatan Relatif (Suin, 2002)
KR= Jumlah kepadatan individu suatu genus X 100%
Jumlah kepadatan individu seluruh genus
3. Frekuensi(Fachrul, 2007)
Frekuensi= Jumlah stasiun yang ditepati suatu genus
Jumlah seluruh stasiun
4.Frekuensi Relatif( Fachrul, 2007)
Frekuensi relatif = Jumlah frekuensi suatu genus X 100%
Jumlah frekuensi seluruhya
24
5. Indeks Diversitas (Suin, 2002)
𝐻′ = − Pi InPi
s
t−1
H’ = Indeks diversitas
Pi = ni/N
ni = Jumlah individu jenis ke-I
N = Jumlah total individu
S = Jumlah semua jenis
Untuk menentukan tingkat pencemaran perairan berdasarkan indeks
diversitas komunitas hewan bentos.
Tabel 1. Klasifikasi Pencemaran Air Berdasarkan Indeks Diversitas Komunitas
Hewan Bentos:
Derajat Pencemaran Indeks Diversitas Komunitas
Tidak tercemar >2,0
Tercemar ringan 1,6-2,0
Tercemar sedang 1,0-1,5
Tercemar berat/parah <1,0
Sumber: Sastrawijaya, 2009.
25
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Komposisi Bentos
yang terdapat di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten
Pesisir Selatan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 2. Klasifikasi Bentos di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti
Kabupaten Pesisir Selatan
No
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Jumlah
yang
ditemukan
1 Gastropoda Mesogastropoda Thiaridae
Viviparidae
Pleuroceriidae
Ampullariidae
Hydrobiidae
Ancylidae
Cochlipidae
1. Thiara
2. Melanoides
3. Tulotoma
4. Pleurocera
5. Anculosa
6. Pomacea
7. Lacunopsis
8. Ferissia
9. Littoridina
9
5
4
2
1
1
1
2
10
2 Bivalvia Unionida
Veneroida
Unionidae
Sphaeriidae
10. Alasmidonta
11. Musculium
2
3
Dari tabel 2 terlihat bahwa genus yang banyak ditemukan adalah kelas
Gastropoda dengan 9 genus yaitu (Thiara, Melaniodes, Tulotoma, Pleurocera,
Anculosa, Pomacea, Lacunopsis, Ferissia, Littoridina). Yang paling sedikit
ditemukan adalah kelas Bivalvia dengan 2 genus yaitu Alasmidonta dan
Musculium.
25
26
Tabel 3. Jumlah Rata-Rata Bentos yang Ditemukan di Sungai Punggasan
Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan
No Kelas Dan Genus
Stasiun
I II III
Gastropoda
1 Thiara 0 3 0
2 Melaniodes 0 1.67 0
3 Tulotoma 1.33 0 0
4 Pleurocera 0.33 0 0.33
5 Anculosa 0.33 0 0
6 Pomacea 0 0 0.33
7 Lacunopsis 0.33 0 0
8 Ferrissia 0.67 0 0
9 Littoridina 0 0 3.33
Bivalvia
10 Alasmidonta 0 0 0.67
11 Musculium 0.33 0.67 0
Jumlah Seluruh Genus 6 3 4
Jumlah Seluruh Individu 3.32 5.34 4.66
Rata Rata Genus 4.33
Rata Rata Individu 4.44
Keterangan : Stasiun I (sungai di daerah pemukiman penduduk)
Stasiun II (sungai di dekat kelapa sawit)
Stasiun III (sungai di dekat penambangan pasir)
Dari tabel 3. Dapat dilihat bahwa jumlah rata-rata Bentos yang tertinggi
dijumpai pada stasiun II dengan rata-rata individu 5.34 individu. Jumlah rata-rata
individu Bentos paling sedikit dijumpai pada stasiun I yaitu 3.32 individu.
Sedangkan pada sasiun III jumlah rata-rata individu adalah 4.66 individu.
27
Tabel 4. Komposisi Bentos Perstasiun Yang Ditemukan di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisisr Selatan.
No Taksa Stasiun I Stasiun II Stasiun III
K KR F FR Pi ln pi K KR F FR Pi ln pi K KR F FR Pi ln pi
A Gastropoda
1 Thiara 0 0 0 0 0 133.33 48.78 0.67 40.11 -0.3479 0 0 0 0 0
2 Melanoides 0 0 0 0 0 74.22 27.15 0.67 40.11 -0.3537 0 0 0 0 0
3 Tulotoma 59.11 40.05 1.33 16.67 -0.368 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
4 Pleurocera 14.67 9.94 0.33 16.67 -0.2169 0 0 0 0 0 14.67 7.082 0.33 16.58 -0.1862
5 Anculosa 14.67 9.94 0.33 16.67 -0.2169 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
6 Pomacea 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 14.67 7.082 0.33 16.58 -0.1862
7 Lacunopsis 14.67 9.94 0.33 16.67 -0.2169 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Ferrissia 29,78 20.18 0.33 16.67 -0.322 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
9 Littoridina 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 148 71.45 1 50.25 -0.2414
B Bivalvia
10 Alasmidonta 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 29.78 14.38 0.33 16.58 -0.2758
11 Musculium 14.67 9.94 0.33 16.67 -0.2169 29.78 10.89 0.33 19.76 -0.2431 0 0 0 0 0
Total 147.57 99.99 2.98 100.02 -1.5576 273.33 86.82 1.67 99.98 -0.9447 207.12 99.99 1.99 99.99 -0.8896
Total Kepadatan
628.02
Indek Diversitas (H') 1.5576 0.9447 0.8896
Keterangan: K= Kepadatan (individu/cm2); KR = Kepadatan Relatif (%) ; F = Frekuensi; FR = Frekuensi Relatif (%); PiLnPi = Indeks Diver
27
28
Tabel 5. Faktor Fisika-Kimia Air di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari
Baganti Kabupaten Pesisir Selatan
No Parameter Stasiun
I II III
1 Suhu (°C) 24 27 26
2 pH 6,7 6,8 7,0
4 Kecepatan Arus (m
/s) 0,31 0,15 0,17
5 DO (mg/l) 7,0 6,6 6,8
Pada Tabel 5 dapat dilihat bahwa faktor fisika kimia air Sungai
Punggasan terlihat berbeda-beda dan diperoleh hasil yaitu suhu berkisar antara
24 - 27 0C, pH berkisar 6,7 – 7,0, kecepatan arus berkisar antara 0,15 – 0,31
m/s,
Dilsoved Oksigen (DO) berkisar antara 6,6 – 7,0 mg/l.
B. Pembahasan
Berdasarkan data yang didapatkan terhadap hewan Bentos di sungai
Punggasan Kecamatan Linggo Sari Kabupaten Pesisir Selatan ditemukan 11
genus yang tergolong kedalam 2 kelas yaitu kelas Gastropoda dengan genus
Thiara, Melanoides, Tulotoma, Pleurocera, Anculosa, Pomacea, Lacunopsis,
Ferrissia, Littoridina, dan kelas Bivalvia dengan genus (Alasmidonta dan
Musculium).
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tentang Komposisi Bentos
yang terdapat di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten
Pesisir Selatan dapat dilihat tabel 4 kepadatan genus tertinggi terdapat pada
stasiun III dengan genus Littoridina yaitu 148 ind/cm2. Genus Littoridina ini
termasuk kelompok infauna yang umumnya memiliki siphon yang panjang
untuk mengambil air saat dirinya berada dalam substrat sehingga memungkinkan
29
banyak genus yang ditemukan (Utami, 2009). Tingginya kepadatan bentos pada
stasiun ini karena kondisi dari sungai Punggasan yang masih mendukung untuk
habitat Bentos. Kepadatan genus terendah ditemukan pada stasiun I dan III
dengan genus Pleurocera, Anculosa, Lacunopsis, dan Pomacea sebanyak 14,67
ind/cm2. Rendahnya kepadatan Bentos pada stasiun I dan III ini disebabkan
karena adanya aktivitas masyarakat yaitu mandi, cuci, kakus (MCK), tempat
pembuangan sampah, dan terjadinya penambangan pasir. Adanya aktivitas yang
dilakukan masyarakat tersebut menyebabkan terganggunya habitat bentos yang
hidup pada substrat perairan. Menurut pendapat Warlina (2004) terjadinya
pencemaran air dapat berasal dari pemukiman penduduk seperti mandi, cuci,
kakus, tempat pembuangan sampah, dan penambangan pasir sehingga dapat
menganggu kehidupan organisme di perairan seperti Bentos.
Pada Tabel 4 dapat dilihat kepadatan relatif (KR) yang tertinggi terdapat
pada stasiun III pada genus Littoridina sebanyak 71,45%, hal ini disebabkan
bahwa kondisi faktor fisika kimia perairan yang sesuai untuk proses
perkembangbiakan suatu organisme, dimana suhu genus Littoridina ini sangat
cocok untuk perkembangbiakan suatu organisme dengan suhunya yaitu 260C.
Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (1994) bahwa suhu optimum untuk
kehidupan Bentos berkisar antara 240C-30
0C sehingga mampu mendukung
kehidupan Bentos. Kepadatan relatif terendah terdapat pada stasiun III dengan
genus Pleurocera dan Pomacea sebanyak 7,08% dengan substrat dasar perairan
berbatu dan berpasir. Rendahnya kepadatan relatif pada stasiun ini disebabkan
karena kondisi substrat yang kurang cocok bagi kehidupan hewan Bentos,
30
sementara substrat yang cocok untuk genus Pleurocera dan Pomacea adalah
substrat berlumpur dan berpasir (Pennak, 1987).
Frekuensi tertinggi terdapat pada stasiun I dengan genus Tulotoma yaitu
1,33. Tingginya frekuensi pada stasiun I disebabkan adanya kemampuan
adaptasi pada perairan yang diempatinya. Menurut Pennak (1987), organisme
yang mempunyai kemampuan adaptasi akan tersebar luas dan merata pada
kondisi lingkungannya, sedangkan frekuensi terendah terdapat pada genus
Pleurocera, Pomacea, Lacunopsis, Ferrissia, Alasmidonta, dan Musculium
sebanyak 0,33. Rendahnya frekuensi pada stasiun ini disebabkan kondisi habitat
yang terganggu sehingga sulit untuk bertahan hidup. Gangguan tersebut
ditimbulkan karena adanya aktivitas masyarakat di sungai tersebut. Aktivitas
masyarakat inilah yang menyebabkan terjadinya pencemaran sehingga kualitas
air menurun (Rahmawati, 2011).
Frekuensi relatif (FR) tertinggi dapat dilihat pada stasiun III dengan
genus Littoridina sebanyak 50,25%. Hal ini disebabkan bahwa kondisi faktor
fisika kimia perairan yang sesuai untuk proses perkembangbiakan suatu
organisme, dimana suhu genus Littoridina ini sangat cocok untuk
perkembangbiakan suatu organisme dengan suhunya yaitu 260C. Hal ini sesuai
dengan pendapat Michael (1994) bahwa suhu optimum untuk kehidupan Bentos
berkisar antara 240C-30
0C sehingga mampu mendukung kehidupan Bentos.
Untuk frekuensi relatif terendah terdapat pada stasiun III dengan genus
Pleurocera, Pomacea, dan Alamidonta sebanyak 16,58%. Hal ini disebabkan
pada stasiun ini terjadinya pencemaran seperti panambangan pasir sehingga
31
genus yang ditemukan sedikit. Menurut Warlina (2004) apabila sungai tercemar
akibat aktivitas manusia akan berpengaruh terhadap organisme yang ada di
dalamnya. Salah satu organisme perairan tesebut adalah Bentos.
Indeks diversitas masing-masing dari ketiga stasiun berbeda-beda. Indeks
diversitas tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 1,5576, sedangkan indeks
diversitas terendah terdapat pada stasiun III yaitu 0,8896. Indeks diversitas
1,5576 – 0,8896 pada Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti
Kabupaten Pesisir Selatan menandakan bahwa sungai Punggasan tersebut
tergolong ke dalam kondisi pencemaran ringan dan berat, seperti menurut
Sastrawijaya (2009) indeks diversitas komunitas > 2.0 termasuk derajat
pencemaran tidak tercemar, 1.6 – 2.0 termasuk derajat pencemaran tercemar
ringan, indeks diversitas 1.0 – 1.5 termasuk derajat pecemaran tercemar berat.
Pada Tabel 5 hasil pengukuran faktor fisika kimia air yaitu untuk
pengukuran suhu pada masing-masing stasiun berkisar antara 24-270C.
Berdasarkan hal tersebut suhu perairan pada stasiun pengamatan sangat cocok
untuk kehidupan Bentos. Hal ini sesuai dengan pendapat Michael (1994), bahwa
suhu optimum untuk kehidupan Bentos berkisar antara 24-300C. Nilai kisaran ini
mampu mendukung kehidupan yang layak dalam ekosistem dimana mereka
hidup.
Derajat keasaman (pH) merupakan faktor penting untuk menentukan
kehidupan aktivitas organisme perairan. Hasil pengukuran derajat keasaman
(pH) yang telah dilakukan di sungai Punggasan berkisar antara 6,7 - 7,0. Kisaran
pH yang di dapat pada pengukuran faktor fisika kimia air masih cocok untuk
32
kehidupan bentos. Ini sesuai dengan pendapat Putra (2009) menyatakan bahwa
pH optimum untuk kehidupan organisme perairan berkisar antara 7,0 – 8,5.
Kecepatan arus pada suatu badan air ikut menentukan penyebaran
organisme yang hidup pada badan air sungai tersebut. Hasil pengukuran
kecepatan arus air yang telah dilakukan di sungai Punggasan berkisar antara 0,15
– 0,31 m/dtk. Menurut pendapat Mason (1981) dalam Rizkya (2012)
mengelompokkan perairan berarus sangat cepat > 1m/dtk),(0,5-1m/dtk), sedang
(0,25-0,5m/dtk), lambat (0,1-0,2m/dtk, dan sangat lambat (,0,1m/dtk). Hasil
pengukuran kecepatan arus di Sungai Punggasan menunjukkan berarus sedang.
Hasil pengukuran kadar oksigen terlarut (DO) yang telah dilakukan pada
lokasi penelitian di Sungai Punggasan Kecamatan Linggo Sari Baganti Kabupaten
Pesisir Selatan berkisar 6,6 – 7,0. Hasil pengukuran yang di dapatkan tergolong
sesuai untuk kehidupan organisme air. Menurut Kordi (1996) larutan oksigen
ideal untuk organisme perairan yaitu berkisar antara 5-7 mg/l.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, Komposisi
Bentos yang ditemukan sebanyak 11 genus, 9 famili, 3 ordo, dan 2 kelas lebih
sedikit dibandingkan oleh peneliti sebelumnya yaitu Sari (2013) Komposisi dan
Keanekaragaman Bentos di Sungai Asik Kenagarian Lubuk Layang Kecamatan
Rao Selatan Kabupaten Pasaman di dapatkan hasil bahwa di Sungai Asik
teridentifkasi sebanyak 13 genus tergolong dalam 3 kelas.
33
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan Penelitian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Komposisi Bentos yang didapat pada penelitian ini yaitu 11 genus, 9
famili, 3 ordo dan 2 kelas. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun II
yaitu 273,33 ind/m2, dan terendah terdapat pada stasiun I yaitu 147,57
ind/m2. Frekuensi tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 1,99% dan
terendah pada stasiun II yaitu 1,67%. Berdasarkan indeks diversitas di
sungai Punggasan adalah tercemar ringan dengan indeks diversitas
tertinggi satsiun I yaitu 1,5576 dan terendah pada stasiun III yaitu 0,8896.
2. Faktor fisika kimia sungai Punggasan yaitu suhu berkisar antara 24 - 270C,
pH berkisar 6,8 – 7,0, kecepatan arus berkisar antara 0,15 – 0,17, Delsoved
Oksigen (DO) berkisar antara 6,6 – 7,0.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan, maka penulis
menyarankan :
1. Untuk penelitian selanjutnya supaya identifikasi sampai tingkat genus.
2. Kepada masyarakat setempat air tersebut tidak cocok digunakan untuk air
minum dan menjaga kebersihan di sungai Punggasan tersebut.
3. Kepada pemerintah daerah setempat agar dapat memperhatikan dan
menanggulangi pencemaran yang terjadi di Sungai Punggasan tersebut.
33
34
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. 2015. Padang Dalam Angka. Kota Padang
Barus, T.A. 2004. Pengantar Limnologi Studi Tentang Ekosistem Air Daratan.
Program studi biologi USU FMIPA. Medan
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya Dan
Lingkungan Perairan. Yogyakarta : Kanisius
Fachrul, M.F 2007. Metode Sampling Biologi. Bumi Aksara, Jakarta.
Hawkes, H.A. 1979. Invertebrates As Indicators Of River Water Quality. Dalam
Pencemaran Lingkungan. Sastrawijaya. Rineka Cipta. Jakara.
Hutchinson, G.E. 1993. A Treatise On Limnologi (I). New York: John Wiley and
Sons, Inc
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. New York: Harper & Row Inc.
Publiser.
Kordi, 1996. Parameter Kualitas Air. Karya Anda: Surabaya
Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang Dan
Laboratorium. UI Press, Jakarta.
Odum, P.E 1998. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Gramedia: Jakarta.
Oktavia, I. 2012. Komposisi Bentos Di Sungai Siak Kelurahan Sri Meranti
Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru. Stkip Pgri Sumbar : Padang (skripsi).
Pennak R.W 1978. Dasar-Dasar Ekologi. Gadjah mada university press,
Yogyakarta.
Putra, H. 2013. Komunitas Makrozoobentos Di Sungai Batang Ombilin.
Universitas Andalas: Padang Sumatera Barat. (online).
http://repository.unand.ac.id/21569/1/sampul.pdf (skripsi)
Rahmawati, D. 2011. Pengaruh Kegiatan Industri Terhadap Kualitas Air Sungai
Diwak Di Bergas Semarang Dan Upaya Pengendalian Pencemaran Sungai.
Universitas Dipenegoro : Semarang
Rizkya.S. 2012. Studi kelimpahan gastropoda pada daerah makroalga di pulau
pramuka, kepulauan seribu. Journal of managemen of aquatik resoursces
(online).
34
35
Sachlan, M. 1974. Planktonologi. Institut Pertanian Bogor: Bogor
Sari, 2013. Komposisi Dan Keanekargaman Bentos Di Sungai Asik Kenagarian
Lubuk Layang Kecamatan Rao Selatan Kabupaten Pasaman Timur. STKIP
PGRI Sumbar: Padang (skripsi)
Sastrawijaya , A.T. 2009. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta. Jakata.
Sinaga. T, 2009. Keanekaragaman Makrobentos Sebagai Indikator Kualitas
Perairan Danau Toba Balige Kabpuaten Toba Samosir. Tesis. Universitas
Sumatera Utara. Medan. (online). http: www. Thesis.id. diakses 11
desember 2016
Suin, M.N. 2002. Metode Ekologi. Universitas Andalas, Padang.
Utami, H. 2009. Komposisi Dan Struktur Gastropoda Di Sungai Kuantan Desa
Lubuk Terentang Kecamatan Gunung Toar Kabupaten Kuantan Singingi
Riau. STKIP PGRI Sumbar: Padang (Skripsi)
Warlina, L. 2004. Pencemaran Air Sumber Dan Dampak Penanggulangannya.
Institut Pertanian Bogor : Bogor
Zahra, W. M. 2017. Komposisi Bentos Pada Batang Kenaikan Di Kenagarian
Muara Kiawai Kecamatan Gunung Tuleh Kabupaten Pasaman Barat.
STKIP PGRI Sumbar. Padang (Skripsi)
Zairon. 2003. Dampak Pembangunan Pada Biota Air. Bogor.
36
Lampiran 1. Peta Penelitian
Sungai
punggasan
37
38
Lampiran 3. Contoh Analisis Data Kepadatan (K), Kepadatan Relatif (KR),
Frekuensi (F), Frekuensi Relatif (FR), dan Indeks Diversitas(H’)
1. Kepadatan (K)
a. Tulotoma
n =Jumlah Individu
Luas unit sampel (cm²)
= 1,33
0,0225 = 59,11 ind/cm
2
2. Kepadatan relatif (KR)
KR = Jumlah kepadatan individu suatu genus
Jumlah kepadatan individu seluruh genus x 100 %
= 59,11
147,57 × 100 %
= 40,05%
3. Frekuensi
F = Jumlah ulangan yang ditempati suatu genus
Jumlah ulangan seluruhnya
= 1
3
= 0,33
4. Frekuensi relatif (FR)
FR = Jumlah kehadiran suatu genus
Jumlah kehadiran seluruh genus x 100%
= 0,33
1,98 ×100 %
= 16,67 %
39
5. Indek Diversitas Shannon – Wiener
H'=- Pi In Pi
s
t-1
Pi = n
N
= 59,11
147,57
= 0,40
LnPi = -0,92
H´ = -{0,40 × (-0,92)}
= 0,368
40
Lampiran 4. Jumlah Bentos Per-titik Pengamatan di Punggasan Kecamatan
Linggo Sari Baganti Kabupaten Pesisir Selatan
Keterangan:
a = Titik pengambilan sampel pada kiri sungai
b = Titik pengambilan sampel pada tengah sungai
c = Titik pengambilan sampel pada kanan sungai
No
Kelas dan
genus
Stasiun `
I II III
A B C A B C A B C
Gastropoda
1 Thiara 0 0 0 0 5 4 0 0 0
2 Melaniodes 0 0 0 0 3 2 0 0 0
3 Tulotoma 0 0 4 0 0 0 0 0 0
4 Pleurocera 0 1 0 0 0 0 1 0 0
5 Anculosa 0 0 1 0 0 0 0 0 0
6 Pomacea 0 0 0 0 0 0 0 1 0
7 Lacunopsis 1 0 0 0 0 0 0 0 0
8 Ferrissia 0 2 0 0 0 0 0 0 0
9 Littoridina 0 0 0 0 0 0 4 2 4
Bivalvia
10 Alamidonta 0 0 0 0 0 0 2 0 0
11 Musculium 0 1 0 2 0 0 0 0 0
jumlah 1 4 5 2 8 7 7 3 4
41
Lampiran 5. Dokumentasi Penelitian
1. Pengukuran Suhu 2. Pengukuran DO
3. Pengambilan Sampel 4. Identifikasi bentos di laboratorium
42
Lampiran 6. Foto bentos yang ditemukan
a. Foto Bentos yang ditemukan pada kelas Gastropoda genusnya
1. Thiara 2. Melanoides
3. Tulotoma 4. Pleurocera
43
5. Anculosa 6. Pomacea
7. Lacunopsis 8. Ferrssia
44
9. Littoridina
45
B. Foto Bentos yang ditemukan pada kelas Bivalvia genusnya
10. Alasmidonta 11. Musculium
46
47
48