Upload
others
View
7
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
STUDI CADANGAN KARBON TERSIMPAN PADA LAHAN PERKEBUNANKARET NAGARI LUBUK TAROK KECAMATAN LUBUK TAROK
KABUPATEN SIJUNJUNG
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk MemperolehGelar Sarjana Pendidikan Stara Satu (S-I)
TIARA GUSLINDA11030312
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFISEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP) PGRI SUMATERA BARATPADANG
2016
HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI
Studi Cadangan Karbon Tersimpan Pada Lahan perkebunan Karet NagariLubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung
NamaMMProgram StudiInstitusi
Erna Juita,
Pembimbing II
-^1\ t 4rililn*JL*lt l' _t
Farida, S. Si, M. Sc
Tiara Guslinda1 1030312Pendidikan GeografiSekolah Tinggi Keguruan dan tlmu Pendidikan (STKIP)PGRI Sumatera Barat
Padang, 16 Agustus 2016
Disetujui oleh,
Mengetahui:Ketua Program Studi
,4,/ / .,,
/'' ,i^ 1 -{{ i,a r tYt4 f i Fl/ Y7'V' $ffiet Rianto, M.Pd
HALAMAN PENGESAIIAN LULUS UJIAN SKRIPSIDinyatakan lulus setelah dipertahankan di depan Tim penguji Skripsi
Program Studi Pendidikan Geografi srKlp PGRI sumatera Barat
Studi Cadangan Karbon Tersimpan Pada Lahan Perkebunan Karet Nagari LubukTarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung
\ama\I|\4Program StudiInsritusi
Jabatan
Kerua
S+kretaris
:;ggota
Tiara Guslindafiffiav2Pendidikan Geografisekolah ringgi K"gu** dan Ilmu Pendidikan (srKlp) pGRl SumateraBarat
Padang, 16 Agustus 2016Tim Penguji,
Nama
EmaJuita, S.Pd, M.Si
Farida" S. Si, M.Sc
1. Drs. Edi Suarto, M.Pd
2. Momon Dt- Tanamir, M.Pd
3. Nila Afryansih, M.Pd
Disahkan oleh,
Sekretaris Program Studi
Erna Juit4
Sumatera Barat
i
ABSTRAK
Tiara Guslinda (NIM:11030312), Studi Cadangan Karbon Tersimpan PadaLahan Perkebunan Karet Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk TarokKabupaten Sijunjung, Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi STKIP(PGRI) Sumatera Barat, Padang 2016.
Pemanasan global menimbulkan peningkatan temperatur atmosfer bumi,perubahan iklim, sehingga menimbulkan musim kering dan kenaikan suhu. Upayapenanggulangan pemanasan global adalah dengan adanya tanaman penyerap karbon.Salah satunya adalah tanaman karet yang memiliki potensi cadangan karbon yangtinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah cadangan karbon pada lahanperkebunan karet di Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok KabupatenSijunjung.
Jenis penelitian ini tergolong penelitian deskriptif kuantitatif. Sampel diambilpada penggunaan lahan perkebunan karet dengan jumlah titik sampel yaitu 10sampel. Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengumpulan data lapangan danpenghitungan data yang di dapat dari lapangan.
Hasil penelitian ini menunjukkan total cadangan karbon pada lahan perkebuankaret yang tertinggi dengan cadangan karbon sebesar potensi cadangan karbon tertinggi98,22 ton C/ha, sedangkan yang terendah sebesar 13,08 ton C/ha. Dengan rata-rata cadangankarbon sebesar 64,37 ton C/ha. Lahan tanaman karet berpotensi dalam menyimpankarbon apabila tutupan lahan dapat dipelihara dengan baik.
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT,
atas segala nikmat dan kasih saying-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Skripsi ini berjudul “Studi Cadangan Karbon Tersimpan
Pada Lahan Perkebunan Karet Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok
Kabupaten Sijunjung”.
Salawat beserta salam untuk Nabi Besar Muhammad SAW yang telah
membawa umat manusia dari alam jahiliyah sampai keperadaban akhlak yang mulia.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana
pendidikan pada program studi pendidikan geografi di STKIP PGRI Sumatera Barat.
Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada :
1. Ibu Erna Juita, S.Pd, M.Si selaku pembimbing I dan sekaligus sekretaris
Program Studi Pendidikan Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat yang
telah membimbing dan memberi arahan pada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
2. Ibu Farida, S.Si, M.Sc selaku pembimbing II yang telah membimbing dan
memberi arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
iii
3. Ibu Nila Afryansih, M.Pd, Bapak Drs. Edi Suarto, M.Pd dan Bapak
Momon Dt. Tanamir, M.Pd selaku tim dosen penguji yang telah
memberikan kritik dan saran serta arahan demi menyempurnakan skripsi
ini.
4. Bapak Slamet Rianto, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan
Geografi dan Bapak Yuherman, S.P, M.Pd selaku pembimbing akademik
tang telah membekali dengan ilmu yang berguna sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak/Ibu Ketua, Bapak/Ibu Staf dosen dan Staf Tata Usaha STKIP
PGRI Padang Sumatera Barat, serta Bapak/Ibu dosen Program Studi
Pendidikan Geografi yang telah membekali penulis dengan ilmu yang
berguna dan bermanfaat.
6. Bapak Kepala Kesbangpol, Bapak Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Badan
Balai Penyuluhan Kecamatan Lubuk Tarok, Bapak Camat Kecamatan
Lubuk Tarok dan Bapak Wali Nagari Lubuk Tarok beserta Staf dan
Karyawan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk
melaksanakan penelitian.
7. Paling istimewa buat orang tua penulis ayahanda Arlis dan mama
Nuryanti yang tidak henti-hentinya memberikan yang terbaik kepada
penulis, penulis ucapkan terima kasih banyak atas doa dan dukungannya
selama ini demi lancarnya skripsi ini.
iv
8. Buat keluarga besar penulis yang tidak penulis sebutkan satu persatu,
terima kasih atas dukungannya selama ini.
9. Kepada rekan-rekan seperjuangan yang sama-sama mengikuti proses
penulisan skripsi ini yang telah memberikan bantuan, kritik dan saran
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman seperjuangan kususnya mahasiswa/mahasiswi geografi
2011 dan 2012 F, terima kasih atas semangat yang telah di berikan kepada
penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak terdapat kekurangan
tentang menunjukkan ketidak sempurnaan penulis dengan berbagai kelemahan. Maka
dari itu penulis mengharapkan keritik dan saran yang membangun dari berbagai
pihak.
Padang, 16 Agustus 2016
Penulis
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ................................................................................ 7
D. Kegunaan Penelitian ............................................................................ 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori ........................................................................................ 8
B. Penelitian yang Relevan ...................................................................... 21
C. Kerangka Konseptual .......................................................................... 24
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .................................................................................... 26
B. Bahan dan Alat Penelitian ................................................................... 26
C. Wilayah Penelitian .............................................................................. 28
D. Sampel Penelitian ................................................................................ 28
E. Data Penelitian .................................................................................... 28
F. Tahapan Penelitian .............................................................................. 29
vi
G. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 30
H. Langkah Kerja ..................................................................................... 35
I. Teknik Analisa Data ............................................................................ 37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian .............................................................. 40
B. Hasil Penelitian ................................................................................... 43
C. Pembahasan ......................................................................................... 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ......................................................................................... 61
B. Saran .................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA
vii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
III.1: Bahan Penelitian ............................................................................. 27
III.2: Alat Penelitian ................................................................................ 27
IV.1: Jenis Penggunaan Lahan ................................................................. 42
IV.2: Biomassa dan karbon pohon ........................................................... 44
IV.3: Biomassa dan karbon sarasah ......................................................... 47
IV.5: Karbon tanah ................................................................................... 50
IV.6: Total cadangan karbon .................................................................... 52
IV.7: Cadangan karbon ............................................................................ 54
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
II.1 : Kerangka konseptual ....................................................................... 25
III.1: Contoh plot sampel ......................................................................... 31
III.2: Pengukuran lingkar batang pohon .................................................. 32
III.3: Langkah kerja .................................................................................. 37
IV.1: Biomassa dan karbon pohon ........................................................... 45
IV.2: Biomassa dan karbon sarasah ......................................................... 48
IV.3: Karbon tanah (C organik) ............................................................... 51
IV.4: Total cadangan karbon .................................................................... 53
IV.5: Cadangan Karbon ........................................................................... 55
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. a. Pengolahan data untuk menghitung biomassa dan karbon pohon
plot lingkar RI (diameter 2-19,9 cm) .............................................. 64
b. pengolahan data untuk menghitung biomassa dan karbon pohon
plot lingkar RII (diameter 20-39,9 cm) ........................................... 67
2. Pengolahan karbon pohon ................................................................... 70
3. Pengolahan karbon serasah ................................................................. 71
4. Pengolahan karbon tanah .................................................................... 72
5. Pengolahan cadangan karbon .............................................................. 73
6. Data curah hujan Kecamatan Lubuk Tarok ........................................ 74
7. Hasil analisa labor sampel tanah dan serasah ..................................... 75
8. SNI 7724:2011 .................................................................................... 76
9. Peta administrasi Kabupaten Sijunjung .............................................. 98
10. Peta administarsi Kecamatan Lubuk Tarok ....................................... 99
11. Peta penggunaan lahan ........................................................................ 100
12. Peta lokasi penelitian ........................................................................... 101
13. Peta titik plot ....................................................................................... 102
14. Dokumentasi penelitian ....................................................................... 103
15. Surat izin penelitian dari STKIP PGRI Sumatera Barat ..................... 104
16. Surat rekomendasi penelitian dari kantor KESBANGPOL ................ 105
17. Surat izin penelitian dari Kecamatan Lubuk Tarok ............................ 106
18. Surat izin penelitian dari Kantor Wali Nagari Lubuk Tarok ............... 107
19. Surat keterangan selesai penelitian dari Lab. Universitas Andalas ..... 108
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pemanasan global telah terjadi yang diindikasikan oleh peningkatan
suhu udara rata-rata selama 30 tahun terakhir (IPCC, dalam Indrajaya,
2007:99). Pemanasan global menyebabkan terjadinya perubahan iklim, antara
lain dengan meningkatnya frekuensi maupun intensitas terjadinya cuaca
ekstrim seperti badai tropis, El-Nino La-Nia, perubahan pola hujan, perubahan
pola angin, perubahan salinitas air laut dan lain-lain. Selain itu, perubahan
iklim dapat pula berdampak pada perubahan masa reproduksi hewan dan
tanaman, distribusi spesies dan ukuran populasi, frekuensi serangan hama dan
penyakit, serta berbagai perubahan pada ekosistem di daerah lintang yang
tinggi dan ekosistem pantai (IPCC, dalam Indrajaya, 2007:99).
Indonesia memiliki berbagai macam penggunaan lahan, mulai dari
yang paling ekstensif misalnya agroforestri kompleks yang menyerupai hutan,
hingga paling insentif seperti sistem pertanian semusim monokultor.
Indonesia juga merupakan salah satu negara tropis yang memiliki tingkat
keanekaragaman hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara
mega biodiversitas di dunia, baik flora maupun fauna yang penyebarannya
sangat luas (Heriyanto dan Garsetiasih, dalam Syam’ani, dkk, 2004:148).
Keanekaragaman spesies, ekosistem dan sumberdaya genetik semakin
menurun pada tingkat yang membahayakan akibat kerusakan lingkungan.
1
2
Perkiraan tingkat kepunahan spesies di seluruh dunia berkisar 100.000 setiap
tahun, atau beberapa ratus setiap hari. Kepunahan akibat beberapa jenis
tekanan dan kegiatan, terutama kerusakan habitat pada lingkungan alam yang
kaya dengan keanekaragaman hayati, seperti hutan tropik daratan rendah.
Bahkan dalam kurun waktu dua setengah abad yang akan datang diperkirakan
sebanyak 25% kehidupan akan hilang dari permukaan bumi. Hal tersebut
disebabkan oleh aktvitas manusia yang mengarah pada kerusakan habitat
maupun pengalihan fungsi lahan. Kondisi tersebut sangat mengkhawatirkan
karena kita ketahui keanekaragaman hayati mempunyai peranan penting
sebagai penyedia bahan makana, obat-obatan dan berbagai komoditi lain
penghasil devisa negara, juga beperan dalam melindungi sumber daya air,
tanah serta berperan sebagai paru-paru dunia dan menjaga kestabilan
lingkungan (Budiman, dalam Syam’ani, dkk, 2004:149).
Hutan lindung yang merupakan kawasan hutan yang memiliki sifat
khas yang mampu memberikan perlindungan kepada kawasan sekitar maupun
bawahannya sebagai pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
memelihara kesuburan tanah juga mendapatkan perhatian dalam Rencana
Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK), dimana
deforestasi dan degradasi hutan juga terjadi di kawasan hutan lindung (Harris,
dalam Indrajaya, 2008:100).
Oleh karenanya, menjaga hutan lindung dari perambahan dan
degradasi berperan dalam mengurangi emisi karbon (HL bebas emisi).
3
Rencana aksi yang terkait dengan hutan lindung adalah pengembangan
pemanfaatan jasa lingkungan dan pengembangan kawasan konservasi,
ekosistem esensial dan pembinaan hutan lindung (Perpres 61, dalam
Indrajaya, 2011:100).
Kepunahan keanekaragaman hayati sebagian besar karena ulah
manusia. Kepunahan oleh alam, berdasarkan catatan para ahli hanya sekitar
9% dari seluruh keanekaragaman hayati yang ada dalam kurun waktu sejuta
tahun. Saat ini, kepunahan keanekaragaman hayati di daerah tropis akibat ulah
manusia mencapai 1.000 sampai 10.000 kali laju kepunahan yang terjadi
secara alami (Alikodra dan Syaukani, 2004 dalam Syam’ani dkk, 2008:149).
Perubahan iklim global yang terjadi akhir-akhir ini disebabkan karena
terganggunya keseimbangan energi antara bumi dan atmosfir. Keseimbangan
tersebut dipengaruhi antara lain oleh peningkatan gas-gas asam arang atau
karbondioksida (CO2). Beralihnya sistem penggunaan lahan dari hutan alam
menjadi lahan pertanian, perkebunan atau hutan produksi atau hutan tanaman
industri mengakibatkan terjadinya perubahan jenis dan komposisi spesies di
lahan tersebut.
Isu peningkatan suhu bumi menunjukkan pentingnya fungsi ekologis
hutan sebagai penyerap karbon di atmosfer, dan menambah arti penting
konservasi hutan selain untuk menyelamatkan keanekargaman hayati. Dalam
4
melihat fungsi hutan sebagai penyerap karbon, informasi mengenai karbon
tersimpan oleh suatu kawasan hutan (stok karbon) menjadi penting.
Setiap karbon yang tersimpan pada lahan berbeda, tergantung
keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis tanahnya serta
pengelolaanya. Penyimpanan karbon suatu lahan menjadi lebih besar bila
kondisi kesuburan tanahnya baik, atau dengan kata lain jumlah karbon
tersimpan diatas tanah (biomssa tanaman) ditentukan oleh besarnya jumlah
karbon tersimpan di dalam tanah (bahan organik tanah) untuk itu pengukuran
banyaknya karbon yang di timbun dalam setiap lahan perlu dilakukan,
(Hairiah dan Rahayu, 2007:1).
Menurut (Herlin, 2015:3) untuk mengurangi dampak perubahan iklim,
upaya yang dapat dilakukan saat ini adalah menngkatkan penyerapan karbon
dan menurunkan emis karbon dapat dilakukan dengan mempertahankan
cadangan karbon yang telah ada, meningkatkan cadangan karbon melalui
penanaman tanaman berkayu, dan mengganti bahan bakar fosil dengan bahan
bakar yang dapat diperbarui secara langsung maupun tidak langsung, radiasi
matahari, atau aktivitas panas bumi.
Peningkatan penyerapan cadangan karbon dapat dilakukan dengan
meningkatkan pertumbuhan biomssa hutan secara alami, menambah cadangan
kayu pada hutan yang ada dengan penanaman pohon atau mengurangi
pemanen kayu, dan mengembangkan hutan dengan jenis pohon yang cepat
tumbuh. Karbon yang diserap oleh tanaman disimpan dalam bentuk biomssa
5
kayu, sehingga cara yang paling mudah untuk meningkatkan cadangan karbon
adalah dengan memelihara pohon.
Menurut (Supriadi, 2012:80) tanaman karet terpilih dalam kegiatan
RAN-GRK, karena tanaman ini mempunyai biomassa yang tinggi dan
menghasilkan biji yang dapat dijadikan sebagai bahan baku biodiesel yang
ramah lingkungan. Biomassa yang dihasilkan sebanding dengan jumlah CO2
yang ditambat oleh tanaman semakin tinggi biomassa maka CO2 ditambat
semakin besar dan sebaliknya.
Berdasarkan observasi awal peneliti yang dilakukan pada tanggal 12
Februari 2016, bahwa Nagari Lubuk Tarok terletak di Kecamatan Lubuk
Tarok Kabupaten Sijunjung. Nagari Lubuk Tarok merupakan wilayah dataran
tinggi yang ditutupi oleh hutan alam. Tetapi sebagian besar di Nagari Lubuk
Tarok terdapat kebun campuran ataupun kebun khusus satu jenis tanaman
seperti sawit dan coklat. Pemukiman penduduk hampir merata diseluruh
wilayah, kebanyakan masyarakat bertumpu pada hasil hutan seperti berladang
dan juga ada sebagai petani. Peneliti melakukan penelitian tentang cadangan
karbon yang tersimpan pada lahan perkebunan karet yang terdapat di Nagari
Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sjunjung. Menurut Unit
Pelaksanaan Teknis Badan Balai Penyuluhan Kecamatan Lubuk Tarok tahun
2015 perkebunan keret terletak pada wilayah dataran tinggi dengan luas lahan
3.378 ha, jumlah masyarakat yang memiliki tanaman karet ± 2.465 orang.
6
Sedangkan rata-rata luas lahan perorangan ± 2 ha, dan yang akan dijadikan
sampel sebanyak 10 plot. Pemilihan lahan karet yang peneliti lakukan, hal ini
berdasarkan bahwa penelitian sebelumnya telah menggunakan lahan
perkebunan campuran, lahan alang-alang dan semak belukar, lahan mangrove
dan lahan tanaman jati sebagai objek utama dalam penelitian cadangan
karbon.
Peranan hutan sangat penting untuk mengurangi konsentrasi gas
karbondioksida (CO2) dari atmosfer. Stok karbon yang tersimpan dalam
biomassa perlu diukur dan dipantau karena perubahan stok karbon akan
berpengaruh terhadap konsentrasi karbondioksida (CO2) di atmosfer. Untuk
mengetahui besarnya pengaruh perubahan penggunaan lahan, diperlukan
sistem untuk mendokumentasikan, melaporkan, dan memverifikasi perubahan
cadangan karbon secara transparan, konsisten, dan dapat dibandingkan,
lengkap dan akurat. Untuk itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
yakni “Studi Cadangan Karbon Tersimpan Pada Lahan Perkebunan
Karet Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten
Sijunjung ”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah: Berapakah cadangan karbon yang terdapat pada
lahan perkebunan karet Nagari Lubuk Tarok?
7
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah: Mengetahui dan menganalisis tentang besarnya cadangan karbon yang
terdapat pada lahan perkebunan karet.
D. Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dirumuskan, maka penelitian
ini berguna untuk :
a. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Stara
Satu (S1) pada Jurusan Geografi STKIP PGRI Padang.
b. Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang kemampuan
tanaman karet dalam menyimpan dan menyerap cadangan karbon.
c. Agar masyarakat memahami bahwa semakin banyak tanaman
maka semakin besar karbon yang disimpan dan diserap oleh
tanaman dari atmosfer.
d. Sebagai pedoman bagi yang ingin melanjutkan penelitian ini.
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Siklus Karbon
Jenis Gas Rumah Kaca (GRK) yang memberikan sumbangan
paling besar terhadap pemanasan global adalah karbon dioksida. Kenaikan
kadar karbon dioksida dipercepat dengan berkembangnya teknologi
dengan menggunakan bahan bakar dari biomassa fosil (Arifin, dalam
Nugraha 2001:5). Konsentrasi GRK di atmosfer dari waktu ke waktu terus
meningkat yang telah yang telah dilepaskan ke atmosfer dalam kurun
waktu 148 tahun yaitu dari tahun 1850 sampai 1998. Penyumbangan
pemanasan global yang terbesar adalah karbon dioksida sebesar 16%,
diikuti oleh meneta (CH4) sebesar 15%, cholorofluorocarbon (CFC)
sebesar 12%, dinitrogen monoksida (N O) sebesar 4% dan sumber lain
sebesar 8%. (Muhdi, dalam Nugraha, 2008:5).
Menurut Samsul, dalam Nugraha (2007:5), karbon dapat dijumpai
di atmosfer sebagai karbon dioksida, di dalam jaringan mahluk hidup, dan
terbesar di jumpai dalam batuan endapan serta bahan bakar fosil yang
terdapat dalam perut bumi. Karbon masuk kedalam tubuh organisme
melalui proses pencernaan dan kembali ke udara melalui proses respirasi.
Jumlah karbon di atmosfer dipengaruhi oleh besarnya hasil
fotosintesis, respirasi tegakan, respirasi serasah dan respirasi tanah.
8
9
Jumlah karbon dalam bentuk karbon bebas juga sangat dipengaruhi oleh
tambahan dari luar sistem seperti kebakaran hutan, letusan gunug api dan
sebagainnya (Muhdi, dalam Nugraha, 2008:6).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa karbon dapat
dijumpai di atmosfer sebagai karbon dioksida yang merupakan
penyumbang pemanasan global terbesar. Karbon juga berbentuk bebas
dan sangat dipengaruhi oleh tambahan dari luar.
2. Karbon Tersimpan
Melalui fotosintesis karbon dioksida diserap dan diubah oleh
tumbuhan menjadi karbon organik dalam bentuk biomassa. Biomassa
merupakan suatu penyerapan energi yang dapat di konversi ke dalam
bentuk karbon, alkohol maupun kayu. Kandungan karbon absolut dalam
biomassa atau jumlah karbon yang tersimpan pada suatu biomassa di
kenal dengan istilah carbon storange atau karbon tersimpan.
Tumbuhan merupakan salah satu tempat penimbunan atau
penyimpanan karbon (C sink). Salah satu cara untuk mengurangi dampak
pemanasan global adalah dengan mengendalikan konsentrasi karbon
melalui pengembangan sink, dimana karbon organik sebagai hasil
fotosintesa akan disimpan dalam biomassa tegakan hutan atau pohon
berkayu (Hairiah, dalam Nugraha, 2007:8).
Dalam rangka pengembangan program ini di perlukan data-data
pendugaan kandungan biomssa karbon, sehingga tersediannya model yang
10
memudahkan dalam pendugaan kandungan biomssa karbon sangat di
perlukan. Untuk menjawab kebutuhan tersebut maka dilakukan studi
tentang teknik megestimasi kandungan karbon hutan.
Menurut Surtayo, dalam Nugraha (2009:9), biomassa hutan sangat
relevan dengan isu perubahan iklim. Biomassa hutan berperan sangat
penting dalam siklus biogeokimia terutama dalam siklus karbon. Dari
keseluruhan karbon hutan, sekitar 50% diantaranya tersimpan dalam
vegetasi hutan. Sebagai konsekuensi, jika terjadi kerusakan hutan ,
kebakaran dan pembalakan akan menambah jumlah karbon di atmosfer.
Dinamika karbon di alam dapat di jelaskan secara sederhana dengan siklus
karbon. Siklus karbon adalah siklus biogeokimia yang mencakup
pertukaran atau karbon di antara biosfer, pedosfer, geosfer, hidrosfer dan
atmosfer bumi (Muhdi, dalam Nugraha, 2008:9).
Vegetasi, tanah laut dan atmosfer semuanya menyimpan karbon
yang berpindah secara dinamis diantara tempat-tempat penyimpanan
sepanjang waktu. Tempat penyimpanan ini disebut dengan kantong
karbon aktif (active carbon pool). Penggundulan hutan akan mengubah
ketesimbangan karbon dengan meningkatkan jumlah karbon yang berada
di atmosfer dan mengurangi karbon yang tersimpan di hutan, tetapi hal ini
tidak menanambah jumlah keseluruhan karbon yang berinteraksi di
atmosfer. Simpan karbon ini tersimpan jauh didalam perut bumi dan
secara alami terpisah dari siklus karbon di atmosfer, kecuali jika simpan
11
tersebut diambil dan di lepaskan ke atmosfer ketika bahan-bahan tersebut
di bakar (Sutaryo, dalam Nugraha, 2009:9).
Karbon dioksida berada di atmosfer dalam konsentrasi yang
rendah yakni sekitar 0,03%. Siklus karbon termasuk ke dalam sikus yang
sangat cepat karena tumbuhan mempunyai kebutuhan yang tinggi akan
gas. Setiap tahun, tumbuhannya mengeluarkan sekitar sepertujuh dari
keseluruhan karbon dioksida yang terdapat di atmosfer yang
diseimbangkan melalui respirasi. Sejumlah karbon bias dipindahkan dari
siklus karbon dalam waktu yang lama. Hal ini terjadi misalnya, ketika
karbon terakumulasi didalam kayu atau bahan organik yang tahan lama
lainnya. Perombakan metabolik oleh detritivora akhirnya mendaur ulang
karbon atmosfer sebagai karbon dioksida. (Campbell dkk, dalam Nugraha,
2002:9)
Menurut Hairiah, dalam Nugraha (2007:9), kebanyakan karbon
dioksida di udara di pergunakan oleh tanaman selama fotosintesis dan
memasuki ekosistem melalui serasah tanaman yang jatuh dan akumulasi
karbon dalam biomassa (tajuk) tanaman. Separuh dari jumlah karbon yang
diserap dari udara bebas tersebut diangkut ke bagian akar berupa
karbohidrat dan masuk ke dalam tanah melalui akar-akar yang mati.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa karbon
dioksida di pengaruhi oleh hasil fotosintesis yang sangat lama. Salah satu
cara untuk mengurangi dampak pemanasan global adalah dengan
12
mengendalikan konsentrasi karbon melalui pengembangan sink, dimana
karbon organik sebagai hasil fotosintesa akan disimpan dalam biomassa
tegakan hutan atau pohon berkayu.
3. Karbon Organik Tanah
Menurut Muhdi, dalam Nugraha (2008:12), jumlah karbon dalam
tanah selain dipengaruhi oleh jumlah karbon yang ada dalam tegakan juga
dipengaruhi oleh jumlah karbon dalam serasah. Proses respirasi tanah
yang dipengaruhi oleh suhu akan melepas karbon terkait menjadi
karbondioksida ke atmosfer.
Sebagian besar karbon bumi atau sebanyak 75% dilapisan satu
meter dari permukaan bumi (Muhdi, dalam Nugraha, 2008:12).
Peningkatan penyimpanan karbon dalam tanah dapat di lakukan dengan
meningkatkan masukan sumber karbon dan mengurangi kehilangan
melalui miniralisasi. Sisa tumbuhan, hewan dan manusia yang ada di
permukaan dan didalam tanah, sebagian atau seluruhnya di rombak oleh
organisme tanah sehingga melapuk dan menyatu dengan tanah dan
dinamakan bahan organik tanah.
Penentuan karbon bahan organik tanah di lakukan dengan dua
macam sampling yaitu sampling tanah terganggu untuk mendapatkan nilai
karbon organik dan sampling tanah tidak terganggu untuk mendapatkan
niai bobot isi. Sampling tanah terganggu di lakukan dengan mengambil
tanah dari ke dalam tertentu sedangakan sampling tanah tidak terganggu
13
di lakukan dengan menggunakan cincin pencuplik (core sampler) agar
tidak merubah porositas tanah sehingga dapat diketahui tekstur dan
porositas tanah (Nurmi, dalam Nugraha, 2005:13).
Jumlah karbon tersimpan pada berbagai tipe lahan berbeda-beda,
bergantung pada keragaman dan kerapatan tumbuhan yang ada, jenis
tanah serta cara pengelolaanya. Sistem perakaran yang luas dan besar
dapat memperbaiki kondisi fisik tanah, sehingga dapat meningkatkan
kualitas tanah dan memperbesar kapasitas tanah dalam menyerab karbon.
(Bardgett, dalam Nugraha, 2005:13).
Bobot isi tanah menunjukkan perbandingan antara masa tanah
pada keadaan kering kostan kering dengan volumenya. Tanah dengan
bobot isi yang rendah menunjukkan bahwa tanah tersebut memiliki
pertikel tanah yang kurang padat yang kemungkinan disebabkan
banyaknya fragmen berukuran besar seperti batu-batuan yang terdapat
pada tanah tersebut. Adanya fragmen batu-batuan pada tanah menurunkan
kapasitas tanah dalam menyerap dan menyimpan karbon (Carter dan
Gregorich, dalam Nugraha, 2008:13).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa penentuan
karbon bahan organik dilakukan dengan dua macam sampling yaitu
sampling tanah terganggu untuk mendapatkan nilai karbon organik dan
sampling tanah tidak terganggu untuk mendapatkan nilai bobot isi.
14
4. Mitigasi
Menurut Tim Arupra (2014:4), mitigasi adalah upaya untuk
mengurangi emisi gas rumah kaca yang merupakan sumber penyebab
terjadinya pemanasan global, misalnya dengan cara memperbanyak
penanaman dan pemeliharaan pohon, mengurangi penebangan pohon,
serta tidak melakukan pembakaran besar-besaran.
Menurut Samsudi, dalam Herlin (2013:15), mitigasi perubahan
iklim adalah proses mengurangi konsentrasi Gas Rumah Kaca (GRK)
yang berasal dari kegiatan industri, transportasi, kehutanan, dan pertanian.
Pada saat melakukan perubahan-perubahan berupa berbagai upaya
menurunkan CO2 yang dihasilkan kegiatan manusia guna pengurangan
gas rumah kaca di atmosfer, setiap negara harus mempertimbangkan
seluruh elemen dalam perekonomiannya. Dalam mengoperasikan pabrik-
pabriknya, sektor industri dengan cara-cara baru yang menggunakan
bahan bakar fosil dengan lebih efisien.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa mitigasi
merupakan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang
merupakan sumber penyebab terjadinya pemenasan global dengan cara
penanaman dan pemeliharaan pohon.
15
5. Pohon Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.)
Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting
dalam industri. Karet (Hevea brasiliensis Arg) berasal dari benua Amerika
dan saat ini menyebar ke seluruh dunia. Karet dikenal di Indonesia dan
merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memberikan
sumbangan besar bagi perekonomian Indonesia, Sumatera dan Kalimantan
adalah penghasil terbesar di Indonesia dengan sentral produksi terbesar di
Sumatera Selatan 668.000 ha, Sumatera Utara 465.000 ha, Jambi 444.000
ha, dan Kalimantan Barat 388.000 ha (ICRAF, dalam Sipayung R,
2013:5).
Diperkirakan ada lebih 3,4 juta ha perkebunan karet di Indonesia,
85% di antaranya 2,9 juta ha merupakan perkebunan karet yang di kelola
oleh rakyat atau petani skala kecil dan sisanya di kelola oleh perkebunan
besar milik swasta atau negara. Perkebunan karet rakyat biasanya dikelola
dengan teknik budidaya sederhana berupa pemupukan sesuai kemampuan
petani, pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap
kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan (Hadi, dalam Sipayung R,
2007:5).
Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting
dalam industri otomotif. Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) berasal
dari benua Amerika dan saat ini menyebar luas keseluruh dunia. Karet
dikenal di Indonesia sejak masa kolonial Belanda, dan merupakan salah
16
satu komoditas perkebunan yang memberikan sumbangan besar bagi
perekonomian Indonesia. Diperkirakan ada lebih dari 3,4 juta hektar
perkebunan karet di Indonesia, 85% diantaranya (2,9 juta hektar)
merupakan perkebunan karet yang di kelola oleh rakyat atau petani skala
kecil, dan sisanya dikelola oleh perkebunan besar milik negara atau swasta
(Prahmono, dalam Sipayung R, 2013:5).
Jika lahan di konversi dan di kelola dengan benar, maka kapasitas
resapan karbonnya dapat meningkat. Dengan demikian ketika hutan di
konversi menjadi bentuk penggunaan lain dan mengalami gangguan akan
berubah menjadi sumber emisi. Sejumlah hutan tropika mengalami
degradasi hebat di antaranya disebabkan konversi hutan. Pencemaran
udara di sertai dengan meningkatnya kadar karbon dioksida (CO2) di
udara akan mengakibatkan lingkungan yang kurang sehat dan dapat
mengakibatkan penyakit bagi manusia, oleh karena itu konsentrasi gas
CO2 di udara harus terus diupayakan tidak bertambah naik. Berbagai
upaya untuk mengatasi masalah tersebut telah dilakukan, salah satunya
dengan meningkatkan kualitas hutan yang luasnya semakin menurun
sehingga tetap mampu mempertahankan fungsi ekologi hutan sebagai
penyangga sistem kehidupan (Hadi, dalam Sipayung R, 2007:6).
Pada tahun 1968, luas areal karet hanya 2,208 juta ha dan pada
tahun 2006 meningkat menjadi 3,309 juta ha atau meningkat sekitar 50%.
17
Dari luasan 3,309 juta ha, produksi yang dihasilkan mencapai sebesar
2,637 juta ton. Status pengusahaan umumnya dikelola melalui Perkebunan
Rakyat/PR (85%) dengan melibatkan sekitar 2,1 juta KK petani.
Selebihnya diusahakan oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 8%
dan Perkebunan. Besar Negara (PBN) sebesar 7% (Direktorat Jenderal
Perkebunan, dalam Sipayung R, 2007:6).
Jumlah karbon dalam tegakan dipengaruhi oleh proses fotosintesis
dan respirasi dari tegakan yang akan mempengaruhi jumlah CO2 bebas di
atmosfer. Hubungan timbal balik ini merupakan proses pengikatan dan
pelepasan karbon bebas di atmosfer menjadi karbon terikat oleh tegakan.
Proses fotosintesis ini dipengaruhi oleh kadar CO2 dan suhu global di
atmosfer. Tegakan menggunakan energi cahaya dan menggunakannya
untuk memecah molekul air dan melepaskan karbondioksida untuk
dijadikan karbohidrat (Muhdi, dalam Sipayung R, 2008:7).
Pada dasarnya tanaman karet memerlukan persyaratan terhadap
kondisi iklim untuk menunjang pertumbuhan dan keadaan tanah sebagai
media tumbuhnya. Iklim Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah
pada zone antara 150 LS dan 150 LU. Diluar itu pertumbuhan tanaman
karet agak terhambat sehingga memulai produksinya juga terlambat.
Tanaman karet memerlukan curah hujan optimal antara 2.500 mm sampai
4.000 mm/tahun, dengan hari hujan berkisar antara 100 sd. 150 Ha/tahun.
Namun demikian, jika sering hujan pada pagi hari, produksi akan
18
berkurang. Pada dasarnya tanaman karet tumbuh optimal pada dataran
rendah dengan ketinggian 200 m dari permukaan laut. Ketinggian > 600 m
dari permukaan laut tidak cocok untuk tumbuh tanaman karet. Suhu
optimal diperlukan berkisar antara 25°C sampai 35°C (Suheriyanto D,
dalam Sipayung R, 2010:7).
Adapun Kecepatan angin yang terlalu kencang pada umumnya
kurang baik untuk penanaman karet. Lahan kering untuk pertumbuhan
tanaman karet pada umumnya lebih mempersyaratkan sifat fisik tanah
dibandingkan dengan sifat kimianya. Hal ini disebabkan perlakuan kimia
tanah agar sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet dapat dilaksanakan
dengan lebih mudah dibandingkan dengan perbaikan sifat fisiknya,
berbagai jenis tanah dapat sesuai dengan syarat tumbuh tanaman karet
baik tanah vulkanis muda dan tua, bahkan pada tanah gambut <2 m. Tanah
vulkanis mempunyai sifat fisika yang cukup baik terutama struktur,
tekstur, sulum, kedalaman air tanah, dan aerasi, tetapi sifat kimianya
secara umum kurang baik karena kandungan haranya rendah (Anwar,
dalam Sipayung R, 2006:7).
Karet merupakan salah satu komoditas pertanian di Indonesia.
Komoditas ini di budidayakan relatif lebih lama dari pada komoditas
perkebunan lainnya. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak
dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet di Indonesia
telah men-capai 3.262.291 hektar. Dari total area perkebunan di Indonesia
19
tersebut 84,5% milik perkebunan rakyat, 8,4% milik swas ta, dan hanya
7,1% merupakan milik negara (Heru dan Andoko, dalam Sipayung R,
2008:8).
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa tanaman
karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg.) merupakan salah satu komunitas
tanaman Indonesia dan di budidayakan relatif lebih lama dibandingkan
dengan komunitas tanaman lainya.
6. Cadangan Karbon Tersimpan
Menurut Hairiah dkk, dalam Herlin (2011:13) mengelompokan
cadangan karbon tersimpan menjadi 3 bagian di antaranya:
a. Bagian hidup (biomasa), masa dari bagian vegetasi yang masih hidup
yaitu batang, ranting, dan tajuk pohon (berikut akar atau
estimasinya), tumbuhan bawah atau gulma dan tanaman semusim.
b. Bagian mati (nekromasa), masa dari bagian pohon yang telah mati
baik yang masih tegak di lahan (batang atau tunggul pohon),kayu
tumbang/tergeletak di permukaan tanah. Tonggak atau ranting dan
daun-daun gugur yang belum terlapuk.
c. Tanah (bahan organik tanah), sisa makhluk hidup (tanaman, hewan,
dan manusia yang telah mengalami pelapukan baik sebagian maupun
seluruhnya dan telah menjadi bagian dari tanah. Ukuran partikel
biasanya lebih kecil dari 2 mm.
20
Berdasarkan keberadaannya di alam, ketiga komponen karbon
tersebut dapat dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu:
a. Karbon diatas permukaan tanah
1) Biomasa pohon. Proporsi terbesar cadangan karbon di daratan
umumnya terdapat pada komponen pepohonan. Untuk
mengurangi tindakan perusakan selama pengukuran, biomasa
pohon dapat diestimasi dengan menggunakan persamaan
alometrik yang didasarkan pada pengukuran diameter batang
dan tinggi pohon jika ada.
2) Biomasa tumbuhan bawah. Tumbuhan bawah meliputi semak
belukar yang berdiameter batang <5 cm, tumbuhan menjalar,
rumput-rumputan atau gulma. Estimasi biomasa tumbuhan
bawah dilakukan dengan mengambil bagian tanaman
(melibatkan perusakan).
3) Nekromasa. Batang pohon mati baik yang masih tegak atau
telah tumbang dan tergeletak di permukaan tanah, yang
merupakan komponen penting dari C dan harus diukur pula agar
diperoleh estimasi cadangan karbon yang akurat.
4) Seresah. Seresah meliputi bagian tanaman yang telah gugur
berupa daun dan ranting-ranting yang terletak di permukaan
tanah.
21
b. Karbon di dalam tanah
1) Biomasa akar. Akar mentransfer karbon dalam jumlah besar
langsung ke dalam tanah, dan keberadaannya dalam tanah
bisa cukup lama. Pada tanah hutan biomasa akar lebih
didominasi oleh akar-akar besar (diameter >2 mm),
sedangkan pada tanah pertanian lebih didominasi oleh akar-
akar halus yang lebih pendek daur hidupnya. Biomassa akar
dapat pula diestimasi berdasarkan diameter akar (akar utama),
sama dengan cara untuk mengestimasi biomasa pohon yang
didasarkan pada diameter batang.
2) Bahan organik tanah. Sisa tanaman, hewan, dan manusia yang
ada di permukaan dan di dalam tanah, sebagian atau
seluruhnya dirombak oleh organisme tanah sehingga melapuk
dan menyatu dengan tanah, dinamakan bahan organik tanah.
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pengukuran
cadangan karbon pada ekosistem daratan terdapat 3 komponen, yaitu biomasa,
nekromasa, dan bahan organik tanah. Ketiga komponen tersebut dapat
dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu karbon diatas permukaan tanah dan
karbon di dalam tanah.
B. Penelitian Yang Relevan
Untuk melihat perbedaan dengan penelitian sebelumnya maka dapat
dilihat penelitian lain dibawah ini :
22
Supriadi (2012) yang berjudul “Peranan Tanaman Karet Dalam
Mitigasi Perbahan Iklim” dalam penelitian ini menunjukkan bahwa tanaman
karet dalam mitigasi perubahan iklim dapat mengurangi emisi gas CO2 di
udara melalui penambatan CO2 oleh tajuk tanaman dan pemanfaatan biodiesel
minyak biji karet untuk campuran minyak solar dengan gas buang (CO2)yang lebih rendah dari minyak solar murni. Rata-rata stok karbon pada karet
tradisional (perkebunan rakyat) 19,8 ton C/ha, sedangkan pada karet klon
unggul (perkebunan besar) 42,4 ton C/ha. Jumlah gas CO2 yang ditambat oleh
perkebunan karet di Indonesia mencapai 291,16 Mton CO2. Potensi produksi
biodiesel dari RSO (rubber seed oil) di Indonesia mencapai 424.460 ton.
Campuran solar dan biodiesel dari RSO dapat menurunkan emisi gas
buang CO2 sebesar 40,14 ton C/ha.
Prayitno, dkk (2013) yang berjudul “Pendugaan Cadangan Karbon
Gambut Pada Agroekosistem Kelapa Sawit”, dalam penelitian ini
menunjukkan bahwa kandungan C organik pada lokasi penelitian adalah
tergolong tinggi yang berkisar dari 56,30 hingga 58,31%. Pendugaan
cadangan karbon gambut pada lokasi penelitian, dengan menggunakan rumus
CKG = (KI×C ×A×D), dimana CKG adalah cadangan karbon gambut (t ha-1),
KI adalah kerapatan isi (g cm-3), C adalah kandungan karbon (C-organik, %),
A adalah luas lahan (ha), dan D adalah ketebalan Gambut (m), hasilnya
berkisar dari 1.675,361 ton C ha-1 hingga 9.055,922 ton C ha-1. Tinggi nilai
23
cadngan karbon sangat ditentukan dari nilai kerapatan isi dan kedalaman
gambut pada masing-masing profil gambut. Semakin tebal gambut akan
semakin tinggi cadangan karbon pada lahan tersebut.
Primanika (2014) yang berjudul “Pendugaaan Cadangan Karbon Pada
Lahan Alang-alang dan Semak Belukar di Nagari Paninggahan Kecamatan
Junjung Sirih Kabupaten Solok” dalam penelitian ini menjukkan total
cadangan krabon tertinggi terdapat pada lahan semak belukar yang mencapai
38,4 ton C/ha. Total cadangan karbon terendah terdapat pada lahan alang-
alang sebesar 4,3 ton C/ha. Pada lahan semak belukar rata-rata total cadangan
karbon sebesar 26,3 ton C/ha sedangkan pada lahan alang-alang adalah 11,9
ton C/ha. Lahan alang-alang dan semak belukar berpotensi menyimpan
cadangan karbon apa bila jenis tanaman berupa pohon dapat dipelihara
dengan baik.
Herlin (2015) yang berjudul “Analisis Potensi Cadangan Karbon dan
Serapan Karbondioksida (CO2) pada Lahan Tanaman Jati di Kenagarian
Painan Timur Kecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan” dalam
penelitian ini menunjukkan potensi cadangan karbon pada lahan tanaman jati
yang tertinggi sebesar 129,15 ton C/ha, sedangkan yang terendah sebesar
37,96 ton C/ha. Hal ini disebabkan karena perbedaan jumlah tutupan lahan
dan diameter pohon yang terdapat pada tiap plot. Potensi serapan
karbondioksida (CO2) pada lahan tanaman jati yang tertinggi 139,31 ton/ha,
24
sedangkan yang terendah sebesar 139,31 ton/ha. Dengan rata-rata serapan
karbondioksida (CO2) sebesar 342,20 ton/ha. Tanaman jati mengurangi resiko
pemanasan global.
Berdasarkan penelitian yang relevan diatas dapat disimpulkan terdapat
beberapa perbedaan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Pebedaanya
berupa jenis vegetasi, penggunaan metode penelitian.
C. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual bermaksud untuk menjelaskan, mengungkapkan
dan menunjukkan konsepsi keterkaitan antara variabel yang akan diteliti dan
dikaitkan dengan teori yang ada. Peneliti bertujuan untuk mengetahui banyak
karbon yang telah tersimpan (cadangan karbon) dan banyak karbondioksida
yang diserap dari atmosfer pada lahan perkebunan karet Nagari Lubuk Tarok
Kabupaten Sijunjung. Estimasi cadangan karbon akan dilaksanakan
menggunakan metode alommetrik, metode ini menggunakan rumus yang
sudah ada. Untuk mengetahui jumlah cadangan karbon yang diserap dari
atmosfer akan dilakukan pengukuran lingkar batang pohon, berat serasah, dan
sampel tanah sehingga dapat diketahui secara keseluruhan banyak karbon
yang tersimpan dari atmosfer pada lahan perkebunan karet Nagari Lubuk
Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupeten Sijunjung. Untuk lebih jelasnya
dapa dilihat pada bagan berkut :
25
Gambar II.1 Kerangka Konseptual Penelitian
Peningkatan Rencana Aksi Nasional PenurunanEmisi Gas Rumah Kaca (RAN GRK) pada
lahan perkebunan
Proses penyerapan karbon dioksidamelaui proses fotosintesis pada
lahan perkebunan karet
Studi cadangan karbonpada lahan perkebunan
karet
Total cadangan karbon tersimpanpada lahan perkebunan karet Nagari
Lubuk Tarok Kecamatan LubukTarok Kabupaten Sijunjung
BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah dan tujuan penelitian
maka jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif. Menurut Sugiyono
(2014:56), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk
mengetahui nilai varabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih
tanpa membuat perbandingan dan mencari hubungan dengan variabel yang
lain. Sedangkan menurut Sugiyono (2014:14), penelitian kuantitatif adalah
suatu proses penelitian yang menggunakan data angka sebagai alat dan
analisis statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis (jawaban sementara)
yang telah ditetapkan.
Berdasarkan pengertian diatas, maka metode penelitian deskriptif
kuantitatif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel
dengan menggunakan angka sebagai alat dan analisis statistik dengan tujuan
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini bertujuan untuk memperkirakan cadangan karbon pada
lahan karet di Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten
Sijunjung.
B. Bahan dan Alat Penelitian
Adapun bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian dapat di lihat
pada Tabel 3 di bawah ini :
26
27
Tabel III.1 Bahan PenelitianNo Bahan Kegunaan Sumber1 Data curah hujan 5 tahun terakhir
(2011-2015)Untuk deskripsi
wilayah penelitianPSDA PropinsiSumatra Barat
2 Peta Administrasi Nagari LubukTarok Kecamatan Lubuk Tarok
Kabupaten Sijunjung, skla1:50.000
Untuk mengetahuibatas-bataspenelitian
BAPPEDAKabupatenSijunjung
3 Peta penggunaan lahan NagariLubuk Tarok Kecamatan LubukTarok Kabupaten Sijunjung, skla
1:50.000
Untuk mengetahuipenggunaan lahan
di wilayahpenelitian
BAPPEDAKabupatenSijunjung
Sumber : Yesi Oktaviani Herlin (2015:23)
Adapun alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel III.2 Alat PenelitianNo Alat Kegunaan Sumber1 GPS Menentukan titik plot sampel Labor Geografi
STKIP PGRISumatera barat
2 Meteran Mengukur Lingkaran batangpohon, panjang, dan ukuran plotsampel
Peneliti
3 Tali raffia Menentukan jarak antara titiktengah ke titik akhir plot
Peneliti
4 Angket Pengisian data , nama pohon, jenispohon, sampel serasah dan tanah
Peneliti
5 Plastik Untuk sampel serasah dan sampeltanah
6 Spidol dan kertas Mencatat nomor pohon, yang dijadikan sampel sehingga bisadiamati perkembangan pohontersebut
Peneliti
7 Cangkul Untuk mengambil sampel tanah Peneliti8 Hula hoop Titik ukur untuk mengambil
sampel serasahPeneliti
9 Kayu /pancang Menandai titik tengah plot yangsudah didapat dari GPS
Peneliti
28
10 Timbangan Menimbang sampel serasah dantanah
Labor GeografiSTKIP PGRI
Sumatera Barat11 Kamera Digital Keperluan doumentasi penelitian PenelitiSumber : Yesi Oktaviani Herlin (2015:23)
C. Wilayah Penelitian
Wilayah penelitian ini terletak di dusun Padang Basiku Nagari Lubuk
Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung yang memiliki lahan
keret yang luas di daerah Sumatera Barat.
D. Sampel Penelitian
Menurut Martono (2010:79) sampel penelitian diambil berdasarkan
jenis penggunaan lahan, berdasarkan teknik purposive sampling yaitu teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan. Pada purposive sampling, penentuan
titik sampel hanya dibatasi pada jenis penggunaan lahan perkebunan karet
yang akan diambil sebanyak 10 plot sampel, penetapan ini dirasa cukup untuk
mewakili luasan lahan perkebunan karet di lokasi penelitian.
E. Data Penelitian
1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari lapangan
dengan melakukan pengukuran dan pengambilan sampel penelitian. Untuk
mendapatkan data penelitian ini, dengan membuat plot sampel pada setiap
jenis penggunaan lahan yang akan diteliti. Pada penelitian ini yang
termasuk ke dalam data primer adalah lingkar pohon batang, jenis pohon,
sampel sarasah dan sampel tanah.
29
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka, dan
intansi terkait untuk memperoleh data sekunder perlu dilakukan
pengkajian kembali tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian
estimasi karbon. Untuk itu perlu dilakukan studi pustaka. Pada penelitian
ini yang termasuk ke dalam data sekunder adalah data yang diperoleh dari
perpustakaan, instasnsi pemerintah dan kantor camat.
F. Tahapan Penelitian
Suatu penelitian ilmiah dalam pelaksaanya harus berpedoman pada
prosedur ilmiah, prosedur harus disusun secara urut, berencana dan sistematis.
Pada dasarnya prosedur penelitian yang umumnya dipakai ada tiga langkah
utama :
1. Tahap Pra Lapangan
Pada tahap ini dilakukan persiapan seperti studi pustaka,
penyiapan perizinan penelitian, alat-alat yang dibutuhkan dalam penelitian
dan observasi lapangan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang
daerah penelitian.
2. Tahapan Lapangan
Pada tahap lapangan ini dilakukan dengan langkah-langkah
diantaranya :
a. Menentukan titik plot sampel dengan GPS.
b. Mempersiapkan pancang untuk menandai titik plot sampel..
30
c. Membuat titik plot sampel.
d. Mengukur lingkaran batang pohon.
e. Mengambil sampel serasah yang berada didekat titik plot.
f. Menimbang berat total serasah dan mengambilnya sebanyak ±300 gram.
g. Mengambil sampel tanah yang berada didekat titik plot sedalam 30 cm.
h. Menimbang berat sampel tanah dan mengambil sebanyak 300 gram.
3. Tahap Pasca Kerja Lapangan
Adapun langkah-langkah untuk tahap pasca lapangan adalah :
a. Menghitung biomassa pohon atau persamaan alometrik sesuai dengan
jenis pohon dan berat jenis pohon.
b. Menganalisa kandungan karbon organik tanah untuk mengetahui
cadangan karbon yang terdapat dibawah permukaan tanah.
c. Menghitung berat kering serasah, untuk mengetahui cadangan karbon
yang terdapat di permukaan tanah.
G. Teknik Pengumpulan Data
Untuk teknik pengumpulan data penelitian menggunakan Standar
Nasional Indonesia (SNI 7724:2011) dan berdasarkan buku pengukuran
cadangan karbon adalah sebagai berkut :
1. Mempersiapkan Plot Sampel
Untuk teknik pengumpulan data penelitian akan dilakukan dengan
pengambilan sampel yang akan diambil langsung di lapangan. Untuk
metode pengambilan sampel perlu dilakukan pembuatan plot di setiap
31
satuan lahan yang akan diteliti, berikut ini adalah bentuk plot sampel
penelitian :
Gambar III.1 Plot pengambilan data
Keterangan :
1. Plot lingkaran pertama (R1) ukuran jari-jarinya adalah 5,64 m, pohon
yang termasuk kedalam kategori plot R1 adalah pohon yang ukuran
lingkar batangnya 5 – 19,9 cm.
2. Plot lingkaran kedua (R2) ukuran jari-jarinya adalah 12,62 m, pohon yang
termasuk kedalam kategori R2 adalah pohon yang ukuran lingkar
batangnya 20 – 39,9 cm.
R1 =5,64 meter
Lingkar batang ∅ 5 – 19,9 cm
R2 =12,62 meter
Lingkar batang ∅ 20 – 39,9 cm
R3 = 17,84 meter
Lingkar batang ∅ ≥ 40 cm
32
3. Plot lingkaran ketiga (R3) ukuran jari-jarinya adalah 17,84 m, pohon yang
masuk kedalam kategori R3 adalah pohon yang ukuran lingkar batangnya
≥ 40 cm.
2. Pengukuran Lingkar Batang Pohon
Biomassa adalah total berat kering dari bahan organik dinyatakan
dalam satuan kilogram atau ton. Untuk mengetahui berat biomassa pada
sekitar pohon, akan dilakukan pengukuran lingkar batang pohon dengan
diameter setinggi dada (DBH) atau sekitar 1,3 m yang pengukurannya pada
berbagai kondisi pohon tiap lahan (Manuri dkk, 2011:20), dapat dilihat
pada gambar berikut ini :
a. Pohon normal : DBH diukur 1,3 m dari permukaan tanah.
b. Pohon miring : DBH diukur 1,3 m dari permukaan tanah terdekat,
atau serasah kemiringan pohon.
33
c. Pohon normal pada tanah miring : DBH diukur 1,3 m dari permukaan
tanah tertinggi.
d. Pohon cacat : jika 1,3 m tepat berada pada batang catat (gelembung),
DBH diukur pada batas bagian yang mulai normal, diatas atau
dibawah tergantung yang terdekat.
e. Pohon cabang : jika 1,3 m tepat berada pada awal percabangan, DBH
diukur dibagian bawah cabang yang masih normal.
34
f. Pohon cabang : jika 1,3 m berada diatas cabang, ukur DBH di kedua
cabang dan dianggap 2 batang.
g. Pohon berakar penunjang : DBH diukur 1,3 m dari batas atas akar
penunjang.
h. Pohon berbanir dan mangrove : DBH dukur 20 cm dari batas banir.
Sumber : Solichin Manuri, dkk (2011: 20)
Gambar III.2 Pengukuran diameter pohon pada berbagai jenis pohon
35
3. Pengukuran Untuk Bahan Organik Mati
Bahan organik mati meliputi kayu mati dan serasah. Serasah
dinyatakan sebagai bahan organik mati dengan diameter yang lebih kecil
dari diameter yang telah ditetapkan dengan berbagai tingkat dekomposisi
yang terletak di permukaan tanah. Kayu mati adalah semua bahan organik
mati yang tidak mencakup dalam serasah baik yang masih tegak maupun
yang sudah roboh di tanah, akar mati, dan tanggul dengan diameter yang
lebih besar dari diameter yang di tetapkan (Sutaryo, dalam Herlin,
2009:31).
4. Pengukuran Parameter Karbon Organik Tanah
Menurut (Herlin, 2015:31) bahan organik tanah mencakup karbon
pada tanah material dan tanah organik termasuk gambut. Pada penelitian
ini, untuk mengetahui besarnya karbon yang tersimpan pada tanah perlu
dilakukan pengambilan sampel dengan penggalian tanah sedalam 40 cm.
Pengambilan sampel dengan cara seperti ini termasuk pengambilan sampel
tanah terganggu.
H. Langkah Kerja
Agar penelitian ini dapat dilakukan sesuai dengan tahapan penelitian
yang telah dikemukakan terlebih dahulu, penelitian merincikan tata cara
pengambilan sampel di lapangan. Adapun langkah kerjanya yang dilakukan
pada penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut :
36
Gambar III.3 Langkah-langkah Kerja
Total cadangan C tumbuhan = Total biomssa tumbuhan × 0,46
Total cadangan karbon pada lahan = total cadangan C tumbuhan +total cadangan C tanah
Mengukur lingkarbatang pohon
(diameter pohon danjenis pohon
Mengukurserasah/kayu mati(berat basah dan
berat kering)
Mengukur bahanorganik tanah dan
menganalisa kadar Cpada tanah
Menghitung biomassaserasah dengan
persamaan alometrik
Penghitungan biomassanekromssa
Total cadangan Cpada tanah dapat
diketahui
Total biomssa tumbuhan = jumlahbiomssa pohon + jumlah biomssa serasah
37
I. Teknik Analisa Data
1. Perhitungan Biomassa Pohon
Perhitungan biomassa pohon dilakukan dengan menggunakan
persamaan alometrik. Menurut Stevanus dan Sahuri (2014:365) persamaan
alometrik yang digunakan untuk mengestimasi biomassa pada tanaman
karet dengan menggunakan rumus sebagai berikut:= , ,Keterangan :
BK = Berat Kering (kg)
= BJ kayu (g/cm³)
D = Diameter batang setinggi dada (± 1,3 m) (cm)
Berat jenis kayu karet = 0,63 g/cm³
2. Perhitungan Biomassa Nekromassa
Perhitungan nekromassa dapat dilakukan dengan rumus
(Hairiah, dalam Herlin, 2011:33) sebagai berikut :
a. Nekromassa Berkayu
BK = × % Pelapukan
Keterangan :
BK = Berat Kering (kg)
= 22/7 atau 3,14
H = Panjang/ tinggi nekromssa (cm)
38
D = Diameter nikromassa (cm)
b. Nekromassa Tidak Berkayu
Total BK =( )( ) × Total BB (g)
Keterangan :
BK = Berat Kering (g)
BB = Berat Basah (g)
3. Perhitungan Total Kadar karbon dari Tumbuhan
Perhitungan total karbon karbon pada tumbuhan dapat dihitung
dengan menambahkan total biomssa pohon dengan total biomssa
nekromssa, (SNI No 7724, 2011: 34) :
(Total biomassa pohon + total biomassa nekromassa) x 0,46
Keterangan :
Total biomassa pohon = Total per plot sampel (ton/ha)
Total nekromassa = Total per plot sampel (ton/ha)
0,46 = Nilai persentase kandungan karbon pada
tumbuhan.
4. Perhitungan Karbon Tanah
Perhitungan kandungan karbon organik tanah menggunakan
metode Standar Nasional Indonesia (SNI No 7724, 2011: 34). Metode ini
menggunakan perhitungan karbon organik tanah per hektar dapat
menggunakan persamaan sebagai berikut :
39
Ct = Kedalaman tanah × BD × % C oraganik tanah
Keterangan :
Ct = kandungan karbon tanah (g/cm²).
Kedalaman tanah = kedalaman contoh tanah (cm)
BD = berat jenis tanah
% C organik tanah = dari analisis labor.
5. Perhitungan Total Karbon Plot
Total cadangan karbon pada plot dapat dilakukan perhitungan
dengan menggunakan rumus sebagai berikut, (SNI No 7724, 2011: 35) :
Cplot= Ctumbuhan + Ctanah
Keterangan :
C plot = Total karbon pada setiap plot sampel (ton/ha)
C tumbuhan = Total karbon pada setiap plot (ton C/ha)
C tanah = Totalkarbon tanah pada setiap plot (ton C/ha).
BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Wilayah Penelitian
1. Kondisi Umum
Kecamatan Lubuk Tarok merupakan salah satu dari 8 (delapan)
kecamatan di Kabupaten Sijunjung. Kecamatan Lubuk Tarok memilki
luas wilayah 187,60 km² dan terbagi atas 6 nagari yaitu Nagari Lubuk
Tarok, Ngari Lalan, Nagari Kampung Dalam, Ngari Bulu Kasok Nagari
Silongo dan Nagari Latang. Secara astronomis Kecamatan Lubuk Tarok
berada pada 00° 34’29’’ - 00°44’17’’ LS dan 100°52’37’’ - 101°00’58’’
BT. (Kantor Camat Lubuk Tarok)
2. Batas Administrasi
Batas wilayah Nagari Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok,
sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatas dengan Nagari Lalan
Sebelah Selatan : berbatas dengan Nagari Kampung Dalam
Sebelah Barat : berbatas dengan Kecamatan IV Nagari
Sebelah Timur : berbatas dengan Nagari Latang
Adapun batas Kecamatan Lubuk Tarok, sebagai berikut :
Sebelah Utara : berbatas dengan Kecamatan Sijunjung
Sebelah Selatan : berbatas dengan Kabupaten Solok
Sebelah Barat : berbatas dengan Kecamatan IV Nagari
40
41
Adapun batas Kecamatan Lubuk Tarok, sebagai berikut :
Sebelah Timur : berbatas dengan Kecamatan Tanjung Gadang
(Kantor Camat Lubuk Tarok)
3. Topografi
Kondisi dan topografi Nagri Lubuk Tarok bervariasi ada yang
curam, berbukit, bergelombang dan hanya sebagian kecil yang
dikategorikan sebagai dataran. Nagari Lubuk Tarok terletak pada posisi
timur ke barat dengan kemiringan antara 15 - 40% . Dengan ketinggian
>800 mdpl (meter di atas permukaan laut) dan yang terendah 127 meter.
(Kantor Camat Lubuk Tarok).
4. Iklim
Iklim merupakan rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu
yang lama (minimal 30 tahun) yang sifatnya tetap atau merupakan rata-
rata kumpulan kondisi cuaca pada skla ruang atau tempat yang lebih luas
dan waktu yang lebih lama. Secara umum, Nagari Lubuk Tarok
Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung termasuk pada daerah
tropis dengan suhu rata-rata 21° - 31° C dengan ketinggian >800 mdpl.
Rata-rata curah hujan Kubupaten Sijunjung dari tahun 2011-2015 adalah
2.451 mm/tahun. (PSDA, 2015)
5. Penggunaan Lahan
Jenis penggunaan lahan di Nagari Lubuk Tarok Kecamatan
Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung di dominasi oleh tanah hutan seluas
42
6.872 ha. Sekarang lahan tersebut banyak digunakan sebagai lahan
pribadi, sehingga hutan alami banyak berkurang akibat dampak
pembangunan. Akan tetapi hal tersebut tidak dihentikan, karena hal
tersebut penting dilakukan untuk kepentingan Nagari. Jenis penggunaan
lahan di Nagari Lubuk Tarok dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel IV.1 Jenis Penggunaan LahanNo Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan (ha)1. Kebun campuran 5652. Perkebunan 3493. Pemukiman 5454. Sawah 1005. Padang rumput 96. Perikanan darat 97. Bangunan 108. Rawa-rawa 59. Hutan 2.050
Sumber : Kantor Wali Nagari Lubuk Tarok
Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hutan telah di alih
fungsikan menjadi kebun campuran, perkebunan, pemukiman, sawah,
padang rumput, perikanan darat, bangunan, rawa-rawa serta hutan.
(Kantor Wali Nagari Lubuk Tarok)
6. Jumlah Penduduk
Kecamatan Lubuk Tarok memiliki luas wilayah 187,60 km²
dengan jumlah nagari sebanyak 6 nagari. Pada tahun 2012 Kecamtan
Lubuk Tarok 15.125 orang dengan kepadatan 734,2 per km². Jumlah
penduduk Nagri Lubuk Tarok meningkat pada tahun 2015 sebanyak 7.721
orang dan 408 orang diantaranya telah memiliki lahan perkebunan sekitar
43
32,5 % penduduk di Nagari Lubuk Tarok sudah memiliki lahan sendiri.
(Kantor Wali Nagari Lubuk Tarok)
B. Hasil Penelitian
Perhitungan kandungan karbon di perkebunan karet Nagari
Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabuppaten Sijunjung didekati
dengan kajian cadangan (stock) karbon dalam ekosistem tanaman karet.
Perhitungan cadangan karbon meliputi pembuatan model penduga
biomassa dan karbon tegakan karet, dan perhitungan cadangan karbon
seluruh tegakan tanaman karet, karbon serasah dan karbon tanah dari
ekosistem pertanaman karet.
a. Biomassa Pohon
Proses pengukuran biomassa pohon di awali dengan
menggunakan persamaan rumus alometrik dengan menggunakan
variabel bebas yang sama pada persamaan alometrik dengan
persamaan model yang berbeda. Dari hasil pengukuran dan
perhitungan biomassa pohon dan karbon pada lahan tanaman karet
pada lokasi penelitian dapatkan hasil sebagai berikut :
44
Tabel IV.2 Biomassa dan Karbon PohonNo No Plot Biomassa Pohon
(ton/ha)Karbon Pohon Total
(ton C/ha)1. Plot 1 139,94 64,372. Plot 2 32,86 15,123. Plot 3 129,03 59,354. Plot 4 124,63 57,335. Plot 5 23,19 10,676. Plot 6 168,11 77,337. Plot 7 209,53 96,388. Plot 8 198,33 91,239. Plot 9 137,45 63,23
10. Plot 10 182,58 83,99Total 1.345,65 619,00
Rata-rata 134,57 61,90Sumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Tabel IV.2 di atas dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan
dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel,
agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Biomassa
dan karbon pohon total tiap plot berbeda-beda, tergantung diameter
dan umur tiap batang pohon yang ada. Biomassa pada plot 1 sebesar
139,94 ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar 64,37 ton C/ha.
Biomassa pada plot 2 sebesar 32,86 ton/ha sedangkan karbon pohon
total sebesar 15,12 ton C/ha. Biomassa pada plot 3 sebesar 129,03
ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar 59,35 ton C/ha. Biomassa
pada plot 4 sebesar 124,63 ton/ha sedangkan karbon pohon total
sebesar 57,33 ton C/ha. Biomassa pada plot 5 sebesar 23,19 ton/ha
sedangkan total karbon pohon sebesar 10,67 ton C/ha. Biomassa pada
plot 6 sebesar 168,11 ton/ha sedangkan karbon pohon total sebesar
45
77,33 ton C/ha. Biomassa pada plot 7 sebesar 209,53 ton/ha sedangkan
karbon pohon sebesar 96,38 ton C/ha. Biomassa pada plot 8 sebesar
198,33 ton/ha sedangkan karbon total 91,23 ton C/ha. Biomassa pada
plot 9 sebesar 137,45 ton/ha sedangkan karbon total sebesar 63,23 ton
C/ha. Pada plot 10 biomassa sebesar 182,58 ton/ha sedangkan karbon
total sebesar 83,99. Total biomassa sbesar 1.345,65 ton/ha sedangkan
karbon total sebesar 619,00 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon
sebesar 134,57 ton/ha sedangkan rata-rata karbon total sebesar 61,90
ton C/ha. Jadi apabila biomassa pohon dan karbon pohon tinggi maka
hal ini di pengaruhi oleh diameter dan umur pohon karet, begitu juga
dengan sebaliknya. Dari tabel di atas, setelah ditotal dan dirata-ratakan
hasil pohon karbon untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dagram
dibawah ini:
Gambar IV.1 : Bimassa dan Karbon PohonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
0
50
100
150
200
250
Plot 1 Plot 2
Karb
on p
ohon
tota
l pad
a la
han
kare
t(t
on C
/ha)
Biomassa pohonKarbon pohon
45
77,33 ton C/ha. Biomassa pada plot 7 sebesar 209,53 ton/ha sedangkan
karbon pohon sebesar 96,38 ton C/ha. Biomassa pada plot 8 sebesar
198,33 ton/ha sedangkan karbon total 91,23 ton C/ha. Biomassa pada
plot 9 sebesar 137,45 ton/ha sedangkan karbon total sebesar 63,23 ton
C/ha. Pada plot 10 biomassa sebesar 182,58 ton/ha sedangkan karbon
total sebesar 83,99. Total biomassa sbesar 1.345,65 ton/ha sedangkan
karbon total sebesar 619,00 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon
sebesar 134,57 ton/ha sedangkan rata-rata karbon total sebesar 61,90
ton C/ha. Jadi apabila biomassa pohon dan karbon pohon tinggi maka
hal ini di pengaruhi oleh diameter dan umur pohon karet, begitu juga
dengan sebaliknya. Dari tabel di atas, setelah ditotal dan dirata-ratakan
hasil pohon karbon untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dagram
dibawah ini:
Gambar IV.1 : Bimassa dan Karbon PohonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 Plot 7 Plot 8 Plot 9
Biomassa pohonKarbon pohon
45
77,33 ton C/ha. Biomassa pada plot 7 sebesar 209,53 ton/ha sedangkan
karbon pohon sebesar 96,38 ton C/ha. Biomassa pada plot 8 sebesar
198,33 ton/ha sedangkan karbon total 91,23 ton C/ha. Biomassa pada
plot 9 sebesar 137,45 ton/ha sedangkan karbon total sebesar 63,23 ton
C/ha. Pada plot 10 biomassa sebesar 182,58 ton/ha sedangkan karbon
total sebesar 83,99. Total biomassa sbesar 1.345,65 ton/ha sedangkan
karbon total sebesar 619,00 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon
sebesar 134,57 ton/ha sedangkan rata-rata karbon total sebesar 61,90
ton C/ha. Jadi apabila biomassa pohon dan karbon pohon tinggi maka
hal ini di pengaruhi oleh diameter dan umur pohon karet, begitu juga
dengan sebaliknya. Dari tabel di atas, setelah ditotal dan dirata-ratakan
hasil pohon karbon untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada dagram
dibawah ini:
Gambar IV.1 : Bimassa dan Karbon PohonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Plot 9 Plot 10
46
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa biomassa pohon dan cadangan karbon pohon yang tertinggi
terdapat pada plot 7 dengan biomssa pohon sebesar 209,53 ton C/ha
dan cadangan karbon pohon sebesar 96,38 ton C/ha. Sedangkan yang
terendah terdaat pada plot 5 dengan biomssa pohon sebesar 23,19 ton
C/ha dan cadangan karbon pohon sebesar 10,67 ton C/ha. Total
biomassa pohon 1.345,57 ton C/ha dengan rata-rata 134,57 ton C/ha.
Total karbon pohon 619,00 ton C/ha dengan rata-rata 61,19 ton C/ha.
Jadi apabila jumlah biomssa pohon semakin tinggi maka total karbon
pohon akan semakin tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah jumlah biomssa pohon, maka akan semakin rendah pula total
karbon pohon. Maka dari itu, biomassa sebuah pohon dapat
mempengaruhi total karbon pohon.
b. Biomassa dan Karbon Serasah
Proses pengukuran biomassa dan karbon serasah menggunakan
persamaan rumus alometrik dengan menggunakan variabel bebas yang
sama pada persamaan alometrik dengan persamaan model yang
berbeda. Dari hasil pengukuran dan penghitungan biomssa dan karbon
serasah pada lahan tanaman karet di dapatkan hasil sebagai berikut :
47
Tabel IV.3 Biomassa dan Karbon SerasahNo No Plot Biomassa Serasah
(ton C/ha)Karbon Serasah
(ton C/ha)1. Plot 1 4,83 2,222. Plot 2 5,30 2,443. Plot 3 4,50 2,074. Plot 4 4,40 2,035. Plot 5 5,03 2,316. Plot 6 5,66 2,607. Plot 7 3,98 1,838. Plot 8 6,39 2,949. Plot 9 6,51 2,9910. Plot 10 6,39 2,94
Total 52,99 24,38Rata-rata 5,30 2,44
Sumber :Pengolahan Data Primer (2016)
Tabel IV.3 di atas dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan
dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel,
agar mempermudah penelti dalam melakukan penelitian. Biomassa
serasah dan karbon serasah tiap plot berbeda, tergantung terhadap hasil
analisis labor dan sampel tanah yang peneliti ambil di lapangan.
Biomassa serasah pada plot 1 4,83 ton C/ha sedangkan karbon serasah
sebesar 2,22 ton C/ha. Biomassa serasah pada plot 2 sebesar 5,30 toon
C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,44 ton C/ha. Biomassa
serasah pada plot 3 sebesar 4,50 ton C/ha sedangkan karbon serasah
sebesar 2,70 ton C/ha. Biomassa serasah pada plot 4 sebesar 4,40 ton
C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,03 ton C/ha. Biomassa
serasah pada plot 5 sebesar 5,03 ton C/ha sedangkan karbon serasah
sebesar 2,31 ton C/ha. Bomassa serasah pada plot 6 sebesar 5,66 ton
48
C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,60 ton C/ha. Biomassa
sesarah pada plot 7 sebesar 3,98 ton C/ha sedangkan karbon serasah
sebesar 1,83 ton C/ha. Pada plot 8 biomassa karbon sebesar 6,39 ton
C/ha sedangkan pada karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha. Pada plot
9 biomassa karbon serasarah sebesar 6,51 ton C/ha sedangkan karbon
serasah sebesar 2,99 ton C/ha. Pada plot 10 biomassa karbon serasah
sebesar 6,39 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha.
Total biomassa karbon serasah sebesar 52,99 ton C/ha sedangkan total
karbon serasah sebesar 24,38 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon
serasah sebesar 5,30 ton C/ha sedangkan rata-rata karbon serasah
sebesar 2,44 ton C/ha. Jadi apabila biomassa serasah dan karon serasah
tinggi hal ini di pengaruhi oleh hasil analisa labor dan berat sampel
yang di teliti. Dari tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
Gambar IV.2 : Biomassa dan Karbon SarasahSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
0
1
2
3
4
5
6
7
Plot 1 Plot 2
Biom
assa
dan
kar
bon
sera
sah
pada
laha
n ka
ret (
ton
C/ha
)
Biomassa SerasahKarbon Serasah
48
C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,60 ton C/ha. Biomassa
sesarah pada plot 7 sebesar 3,98 ton C/ha sedangkan karbon serasah
sebesar 1,83 ton C/ha. Pada plot 8 biomassa karbon sebesar 6,39 ton
C/ha sedangkan pada karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha. Pada plot
9 biomassa karbon serasarah sebesar 6,51 ton C/ha sedangkan karbon
serasah sebesar 2,99 ton C/ha. Pada plot 10 biomassa karbon serasah
sebesar 6,39 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha.
Total biomassa karbon serasah sebesar 52,99 ton C/ha sedangkan total
karbon serasah sebesar 24,38 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon
serasah sebesar 5,30 ton C/ha sedangkan rata-rata karbon serasah
sebesar 2,44 ton C/ha. Jadi apabila biomassa serasah dan karon serasah
tinggi hal ini di pengaruhi oleh hasil analisa labor dan berat sampel
yang di teliti. Dari tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
Gambar IV.2 : Biomassa dan Karbon SarasahSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 Plot 7 Plot 8 Plot 9
Biomassa SerasahKarbon Serasah
48
C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,60 ton C/ha. Biomassa
sesarah pada plot 7 sebesar 3,98 ton C/ha sedangkan karbon serasah
sebesar 1,83 ton C/ha. Pada plot 8 biomassa karbon sebesar 6,39 ton
C/ha sedangkan pada karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha. Pada plot
9 biomassa karbon serasarah sebesar 6,51 ton C/ha sedangkan karbon
serasah sebesar 2,99 ton C/ha. Pada plot 10 biomassa karbon serasah
sebesar 6,39 ton C/ha sedangkan karbon serasah sebesar 2,94 ton C/ha.
Total biomassa karbon serasah sebesar 52,99 ton C/ha sedangkan total
karbon serasah sebesar 24,38 ton C/ha. Rata-rata biomassa karbon
serasah sebesar 5,30 ton C/ha sedangkan rata-rata karbon serasah
sebesar 2,44 ton C/ha. Jadi apabila biomassa serasah dan karon serasah
tinggi hal ini di pengaruhi oleh hasil analisa labor dan berat sampel
yang di teliti. Dari tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
Gambar IV.2 : Biomassa dan Karbon SarasahSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Plot 9 Plot 10
49
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa biomassa serasah dan cadangan karbon serasah yang tertinggi
terdapat pada plot 9 dengan biomssa serasah sebesar 6,51 ton C/ha dan
cadangan karbon serasah sebesar 2,99 ton C/ha. Sedangkan yang
terendah terdapat pada plot 7 dengan bimassa serasah sebesar 3,98 ton
C/ha dan cadangan karbon serasah sebesar 1,83 ton C/ha. Total
biomassa serasah 52,99 ton C/ha dengan rata-rata 5,30 ton C/ha. Total
karbon serasah 24,38 ton C/ha dengan rata-rata 2,44 ton C/ha. Jadi
apabila jumlah biomassa serasah semakin tinggi maka total karbon
serasah akan semakin tinggi pula. Begitu juga sebaliknya, semakin
rendah jumlah biomassa serasah maka akan semakin rendah pula total
karbon serasah. Maka dari itu, biomassa serasah dapat mempengaruhi
total karbon serasah.
c. Karbon Tanah
Proses penghitungan karbon tanah dilakukan melalui dua tahap,
yaitu pada tahap pertama dilakukan pengambilan sampel dilapangan
dan dianalisis di labor dan tahap kedua setelah hasil labor di dapatkan
maka dilakukan penghitungan terhadap analisis tersebut. Dari hasil
pengukuran dan penghitungan karbon tanah pada lahan tanaman karet
pada lokasi penelitian di dapatkan hasil sebagai berikut :
50
Tabel IV.4 Karbon Tanah (C organik)No No Plot C Organik (ton C/ha)1. Plot 1 0,032. Plot 2 0,023. Plot 3 0,054. Plot 4 0,025. Plot 5 0,106. Plot 6 0,017. Plot 7 0,018. Plot 8 0,029. Plot 9 0,01
10. Plot 10 0,02Total 0,29
Rata-rata 0,03Sumber :Pengolahan Data Primer (2016)
Tabel IV.4 di atas dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan
dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel,
agar mempermudah dalam penelitian. Biomassa karbon tanah di dapat
dari hasil analisis labor yang di lakukan oleh peneliti dengan
mengambil sampel tanah di lapangan. Pada plot 1 C organik sebesar
0,03 ton C/ha, pada plot 2 C organik sebesar 0,02 ton C/ha, pada plot 3
C organik sebesar 0,05 ton C/ha, pada plot 4 C organik sebesar 0,02
ton C/ha, pada plot 5 C organik sebesar 0,10 ton C/ha, pada plot 6 C
organik sebesar 0,01 ton C/ha, pada plot 7 C organik sebesar 0,01 ton
C/ha, pada plot 8 C organik sebesar 0,02 ton C/ha, pada plot 9 C
organik sebesar 0,01 ton C/ha, dan pada plot 10 C organik sebesar 0,02
ton C/ha. Total C organik sebesar 0,29nton C/ha sedangkan rata-rata C
organik sebesar 0,03 ton C/ha. Jadi C organik bisa tinggi tergantung
51
kandungan yang terdapat di dalam dan ketinggian wilayah yang di
teliti. Dari tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
Gambar IV.3 : Karbon Tanah (C organik)Sumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa C organik yang tertinggi terdapat pada plot 5 yaitu mendekati
angka sebesar 0,10 ton C/ha. Sedangkan yang terendah terdapat pada
plot 6, 7 dan 9 yaitu sebesar 0,01 ton C/ha. Total C organik sebesar
0,29 ton C/ha dengan rata-rata 0,03 ton C/ha. Jadi, berdasarkan hasil
labor dan dengan menggunakan rumus yang sudah ada jika nilai %
karbon tanah dari labor tertinggi maka jumlah C organik akan akan
semakin rendah. Dan jika nilai % karbon tanah dari labor rendah, maka
jumlah C organik akan semakin meningkat.
0
0,02
0,04
0,06
0,08
0,1
0,12
Plot 1 Plot 2
C O
rgan
ik (t
on C
/ha)
C Organik (ton C/ha)
51
kandungan yang terdapat di dalam dan ketinggian wilayah yang di
teliti. Dari tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
Gambar IV.3 : Karbon Tanah (C organik)Sumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa C organik yang tertinggi terdapat pada plot 5 yaitu mendekati
angka sebesar 0,10 ton C/ha. Sedangkan yang terendah terdapat pada
plot 6, 7 dan 9 yaitu sebesar 0,01 ton C/ha. Total C organik sebesar
0,29 ton C/ha dengan rata-rata 0,03 ton C/ha. Jadi, berdasarkan hasil
labor dan dengan menggunakan rumus yang sudah ada jika nilai %
karbon tanah dari labor tertinggi maka jumlah C organik akan akan
semakin rendah. Dan jika nilai % karbon tanah dari labor rendah, maka
jumlah C organik akan semakin meningkat.
Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 Plot 7 Plot 8 Plot 9
C Organik (ton C/ha)
51
kandungan yang terdapat di dalam dan ketinggian wilayah yang di
teliti. Dari tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
diagram dibawah ini :
Gambar IV.3 : Karbon Tanah (C organik)Sumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa C organik yang tertinggi terdapat pada plot 5 yaitu mendekati
angka sebesar 0,10 ton C/ha. Sedangkan yang terendah terdapat pada
plot 6, 7 dan 9 yaitu sebesar 0,01 ton C/ha. Total C organik sebesar
0,29 ton C/ha dengan rata-rata 0,03 ton C/ha. Jadi, berdasarkan hasil
labor dan dengan menggunakan rumus yang sudah ada jika nilai %
karbon tanah dari labor tertinggi maka jumlah C organik akan akan
semakin rendah. Dan jika nilai % karbon tanah dari labor rendah, maka
jumlah C organik akan semakin meningkat.
Plot 9 Plot 10
52
d. Total Cadangan Karbon
Proses pengukuran karbon pohon total plot, karbon serasah, C
organik dan karbon total menggunakan persamaan rumus alometrik
dengan menggunakan variabel bebas yang sama pada persamaan
alometrik dengan persamaan model yang berbeda. Dari hasil
pengukuran dan penghitungan karbon pohon, karbon serasah dan C
organik maka dapatlah hasil cadangan karbon pada lahan tanaman
karet sebagai berikut :
Tabel IV.5 Total Cadangan KarbonNo No Plot Karbon
PohonTotal Plot(ton C/ha
KarbonSerasah
(ton C/ha)
C Organik(ton C/ha)
KarbonTotal (ton
C/ha)
1. Plot 1 64,37 2,22 0,03 66,622. Plot 2 15,12 2,44 0,02 17,583. Plot 3 59,35 2,07 0,05 61,474. Plot 4 57,33 2,03 0,02 59,385. Plot 5 10,67 2,31 0,10 13,086. Plot 6 77,33 2,60 0,01 79,947. Plot7 96,38 1,83 0,01 98,228. Plot 8 91,23 2,94 0,02 94,199. Plot 9 63,23 2,99 0,01 66,23
10. Plot 10 83,99 2,94 0,02 86,95Total 619,00 24,38 0,29 643,66
Rata-rata 61,90 2,44 0,03 64,37Sumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Tabel IV.5 di atas dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan
dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel,
agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Karbon
pohon total, karbon serasah dan C organik, dijumlahkan menjadi satu
53
variabel. Dengan hasil karbon plot 1 sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot
2 karbon sebesar 17,58 ton C/ha, pada plot 3 karbon sebesar 61,47 ton
C/ha, pada plot 4 karbon sebesar 59,38 ton C/ha, pada plot 5 karbon
sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 karbon sebesar 79,94 ton C/ha,
pada plot 7 karbon sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 karbon sebesar
94,19 ton C/ha, pada plot 9 karbon sebesar 66,23 ton C/ha dan pada
plot 10 karbon sebesar 86,95. Total karbon sebesar 643,66 ton C/ha
sedangkan rata-rata karbon sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi karbon total
bisa tinggi di karenakan penjumlahan karbon pohon, karbon serasah
dan C organik, di jadikan satu variabel. Dari tabel di atas, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Gambar IV.4 : Total Cadangan KarbonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa cadangan karbon pada lahan perkebunan karet yang tertinggi
terdapat pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha. Sedangkan cadangan
0
20
40
60
80
100
120
Plot 1 Plot 2
Karb
on to
tal p
ada
laha
n ka
ret Karbon Total (ton C/ha)
53
variabel. Dengan hasil karbon plot 1 sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot
2 karbon sebesar 17,58 ton C/ha, pada plot 3 karbon sebesar 61,47 ton
C/ha, pada plot 4 karbon sebesar 59,38 ton C/ha, pada plot 5 karbon
sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 karbon sebesar 79,94 ton C/ha,
pada plot 7 karbon sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 karbon sebesar
94,19 ton C/ha, pada plot 9 karbon sebesar 66,23 ton C/ha dan pada
plot 10 karbon sebesar 86,95. Total karbon sebesar 643,66 ton C/ha
sedangkan rata-rata karbon sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi karbon total
bisa tinggi di karenakan penjumlahan karbon pohon, karbon serasah
dan C organik, di jadikan satu variabel. Dari tabel di atas, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Gambar IV.4 : Total Cadangan KarbonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa cadangan karbon pada lahan perkebunan karet yang tertinggi
terdapat pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha. Sedangkan cadangan
Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 Plot 7 Plot 8
Karbon Total (ton C/ha)
53
variabel. Dengan hasil karbon plot 1 sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot
2 karbon sebesar 17,58 ton C/ha, pada plot 3 karbon sebesar 61,47 ton
C/ha, pada plot 4 karbon sebesar 59,38 ton C/ha, pada plot 5 karbon
sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 karbon sebesar 79,94 ton C/ha,
pada plot 7 karbon sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 karbon sebesar
94,19 ton C/ha, pada plot 9 karbon sebesar 66,23 ton C/ha dan pada
plot 10 karbon sebesar 86,95. Total karbon sebesar 643,66 ton C/ha
sedangkan rata-rata karbon sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi karbon total
bisa tinggi di karenakan penjumlahan karbon pohon, karbon serasah
dan C organik, di jadikan satu variabel. Dari tabel di atas, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Gambar IV.4 : Total Cadangan KarbonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa cadangan karbon pada lahan perkebunan karet yang tertinggi
terdapat pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha. Sedangkan cadangan
Plot 8 Plot 9 Plot 10
54
karbon yang terendah terdapat pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha. Hal
ini disebabkan karena data diameter pohon yang terkecil dan tutupan
lahan yang sedikit. Total cadangan karbon sebesar 643,66 ton C/ha
dengan rata-rata sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi, tingginya cadangan
karbon pada suatu lahan dipengaruhi oleh karbon pohon, karbon
serasah, dan C organik. Akan tetapi yang lebih mempengaruhi
tingginya cadangan karbon adalah jumlah karbon pohon. Hal ini dapat
dibuktikan dengan membandingkan hasil cadangan karbon pada plot
2 dengan plot 6.
e. Cadangan Karbon Pada Lahan Tanaman Karet
Proses pengukuran cadangan karbon Dari hasil perhitungan
biomassa dan karbon pohon pada lahan tanaman karet di lokasi
penelitian maka di dapatlah hasil sebagai berikut :
Tabel IV.6 Cadangan KarbonNo No Plot Karbon Total (ton C/ha)1. Plot 1 66,622. Plot 2 17,583. Plot 3 61,474. Plot 4 59,385. Plot 5 13,086. Plot 6 79,947. Plot 7 98,228. Plot 8 94,199. Plot 9 66,23
10. Plot 10 86,95Total 643,66
Rta-rata 64,37Sumber : Pengolahan Data Primer (2016)
55
Tabel IV.6 di atas dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan
dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel,
agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Karbon total
menggunakan persamaan rumus alometrik dengan menggunakan
variabel bebas yang sama, sehingga di dapat karbon pada plot 1
sebesar sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot 2 sebesar 17,58 ton C/ha,
pada plot 3 sebesar 61,47 ton C/ha, pada plot 4 sebesar 59,38 ton C/ha,
pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 sebesar 79,94 ton C/ha,
pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 sebesar 94,19 ton C/ha,
pada plot 9 sebesar 66,23 ton C/ha, dan pada plot 10 sebesar 86,95 ton
C/ha. Berdasarkan tabel cadangan karbon di atas menunjukkan total
cadangan karbon pada lahan tanaman karet adalah 609,17 ton C/ha
sedangkan rata-rata cadangan karbon sebesar 60,92 ton C/ha. Dari
tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah
ini :
Gambar IV.5 : Cadangan KarbonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
0
20
40
60
80
100
120
Plot 1 Plot 2
Karb
on to
tal p
ada
laha
nka
ret
Karbon Total (ton C/ha)
55
Tabel IV.6 di atas dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan
dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel,
agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Karbon total
menggunakan persamaan rumus alometrik dengan menggunakan
variabel bebas yang sama, sehingga di dapat karbon pada plot 1
sebesar sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot 2 sebesar 17,58 ton C/ha,
pada plot 3 sebesar 61,47 ton C/ha, pada plot 4 sebesar 59,38 ton C/ha,
pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 sebesar 79,94 ton C/ha,
pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 sebesar 94,19 ton C/ha,
pada plot 9 sebesar 66,23 ton C/ha, dan pada plot 10 sebesar 86,95 ton
C/ha. Berdasarkan tabel cadangan karbon di atas menunjukkan total
cadangan karbon pada lahan tanaman karet adalah 609,17 ton C/ha
sedangkan rata-rata cadangan karbon sebesar 60,92 ton C/ha. Dari
tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah
ini :
Gambar IV.5 : Cadangan KarbonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Plot 2 Plot 3 Plot 4 Plot 5 Plot 6 Plot 7 Plot 8 Plot 9
Karbon Total (ton C/ha)
55
Tabel IV.6 di atas dapat diketahui bahwa tiap plot dibedakan
dengan penamaan plot 1 sampai dengan plot 10 setiap titik sampel,
agar mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian. Karbon total
menggunakan persamaan rumus alometrik dengan menggunakan
variabel bebas yang sama, sehingga di dapat karbon pada plot 1
sebesar sebesar 66,62 ton C/ha, pada plot 2 sebesar 17,58 ton C/ha,
pada plot 3 sebesar 61,47 ton C/ha, pada plot 4 sebesar 59,38 ton C/ha,
pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha, pada plot 6 sebesar 79,94 ton C/ha,
pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha, pada plot 8 sebesar 94,19 ton C/ha,
pada plot 9 sebesar 66,23 ton C/ha, dan pada plot 10 sebesar 86,95 ton
C/ha. Berdasarkan tabel cadangan karbon di atas menunjukkan total
cadangan karbon pada lahan tanaman karet adalah 609,17 ton C/ha
sedangkan rata-rata cadangan karbon sebesar 60,92 ton C/ha. Dari
tabel di atas, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram dibawah
ini :
Gambar IV.5 : Cadangan KarbonSumber : Pengolahan Data Primer (2016)
Plot 9 Plot 10
56
Berdasarkan tabel dan diagram di atas dapat kita simpulkan
bahwa cadangan karbon pada lahan perkebunan karet yang tertinggi
terdapat pada plot 7 sebesar 98,22 ton C/ha. Sedangkan cadangan
karbon yang terendah terdapat pada plot 5 sebesar 13,08 ton C/ha. Hal
ini disebabkan karena data diameter pohon yang terkecil dan tutupan
lahan yang sedikit. Total cadangan karbon sebesar 643,66 ton C/ha
dengan rata-rata sebesar 64,37 ton C/ha. Jadi, tingginya cadangan
karbon pada suatu lahan dipengaruhi oleh karbon pohon, karbon
serasah, dan C organik.
C. Pembahasan
Cadangan karbon yang tertinggi terdapat pada lahan perkebunan karet,
hal ini dipengaruhi oleh jenis tumbuhan atau vegetasi di suatu jenis
penggunaan lahan. Semakin banyak tumbuhan maka akan semakin banyak
cadangan carbon yang tersimpan. Berdasarkan hasil penelitian pendugaan
cadangan karbon menggunakan metode persamaan alometrik adalah sebagai
berikut:
Studi cadangan karbon pada lahan tanaman karet didapatkan hasil
penelitian yang menunjukkan potensi cadangan karbon sebesar 98,22 ton
C/ha, sedangkan yang terendah sebesar 13,08 ton C/ha. Dengan rata-rata
cadangan karbon sebesar 64,37 ton C/ha. Karbon yang tersimpan pada Nagari
Lubuk Tarok Kecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung berpotensi dalam
menyimpan karbon, apabila tutupan lahan dapat di pengaruhi dengan baik.
57
Menurut hasil penelitian Lia Cesylia (2009) dengan judul “Cadangan
Karbon Pada Tanaman Karet (Heave Brasiliensis) Di Perkebunan Karet
Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pangdeglang Banten”
menunjukkan hasil potensi biomassa tegakan karet di pertanaman karet
perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang
Banten adalah sebesar 96,73 ton/ha, sehingga dengan luas areal 3.292,47 ha
cadangan biomassa di pertanaman karet perkebunan Bojong Datar PTP
Nusantara VIII Kabupaten Banten adalah sebesar 318.480,62 ton, sedangkan
cadangan karbon sebesar 39,13 ton/ha,sehingga cadangan karbon untuk luasan
areal tanaman karet seluas 3.292,47 ha adalah sebesar 128.834,35 ton C.
Persamaan allometrik yang telah berhasil dibangun untuk menduga potensi
Biomassa total tanaman karet di perkebunan karet kebun Bojong Datar PTP
Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan variabel bebas
diameter adalah Y=419-16.9D+0.322D2 (R2=75,30%), sedangkan untuk
penduga cadangan karbon adalah Y=101.72-2.783D+0.07077D2
(R2=70,50%). Nilai ekonomi karbon tanaman karet di perkebunan karet
Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan
luasan areal 3.292,47 ha adalah Rp.59.466.030.281, dengan rata-rata per ha
adalah Rp.18.124.357.
Penerimaan devisa negara dari perkebunan karet dapat mencapai 5,27
miliar dolar AS. Selain berperan besar dalam perekonomian, perkebunan karet
juga berkontribusi penting dalam peningkatan cadangan karbon. Jumlah
58
penyerapan karbon di perkebunan karet dapat mencapai 4,65 ton CO2/ha tiap
tahunnya. Artinya jumlah karbon yang diserap dalam areal perkebunan karet
selama satu siklus penanaman (± 21 tahun) dapat mencapa 97,65 ton CO2/ha.
Penyerapan tersebut bersumber dari serasah tanaman karet (64,99 ton CO2/ha)
dan biomassa tanaman (32,59 ton CO2/ha).
Peningkatan penyerapan karbon di perkebunan karet akan sangat
potensial karena rata-rata areal perkebuanan karet sekitar 24.700 ha/tahun.
Selain itu, peningkatan karbon dapat dilakukan dengan sistem intercopping
karet dengan tanaman biomassa tertinggi seperti tanaman kehutan (jati,
mahoni dan trembesi) yang telah dilakukan oleh beberapa perkebunan rakyat.
Pola tanaman tersebut diprediksi akan meningkatkan penyerapan CO2.
(Ditjenbun dalam Stevanus dkk 2014:363).
Perbedaan jumlah cadangan karbon pada setiap lokasi penelitian
disebabkan karena perbedaan kerapatan tumbuhan pada setiap lokasi.
Cadangan karbon pada suatu sistem penggunaan lahan dipengaruhi oleh jenis
vegetasinya. Suatu sistem penggunaan lahan yang terdiri dari pohon dengan
spesies yang mempunyai nilai kerapatan kayu tinggi, biomassanya akan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan lahan yang mempunyai spesies dengan nilai
kerapatan kayu rendah (Rahayu dkk, 2007 dalam Bakri, 2009:48). Nilai
karbon tersimpan menyatakan banyaknya karbon yang mampu diserap oleh
tumbuhan dalam bentuk biomassa. Jumlah karbon yang semakin meningkat
59
pada saat ini harus diimbangi dengan jumlah serapannya oleh tumbuhan guna
menghindari pemanasan global. Dengan demikian dapat diramalkan berapa
banyak tumbuhan yang harus ditanam pada suatu lahan untuk mengimbangi
jumlah karbon yang terbebas di udara.
Nilai cadangan karbon mencerminkan dinamika karbon dari sistem
penggunaan lahan yang berbeda, yang nantinya digunakan untuk menghitung
'timeaveraged karbon di atas permukaan tanah pada masing-masing sistem.
Timeaveraged karbon tergantung pada laju akumulasi karbon, karbon
maksimum dan minimum yang tersimpan dalam suatu sistem penggunaan
lahan, waktu untuk mencapai karbon maksimum dan waktu rotasi (Rahayu
dkk, 2007 dalam Bakri 2009:48).
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa karet
merupakan tanaman yang ramah lingkungan karena dapat mengurangi emisi
CO2. Jenis tanaman karet juga dapat menyimpan karbon lebih lama pada
periode tertentu. Jadi tanaman jenis karet harus di budidayakan dan di tanam
lebih banyak, agar dapat mengurangi emisi CO2 atau pun yang disebut dengan
pemanasan global.
Kardono, dalam Primanika (2014:14), menjelaskan bahwa pasar
karbon wajib terbentuk oleh peraturan penurunan emisi karbon baik peraturan
yang bersifat nasional, regional, dan internasional. Pasar voluntary (sukarela)
terbentuk karena adanya upaya koperasi dan masyarakat di Negara maju
60
untuk mengurangi karbon footprint mereka. Pasar karbon sukarela
memungkinkan Negara atau perusahaan, ataupun orang perorangan untuk
berperan dalam mengurangi emisi dunia dengan membeli offset karbon (dapat
berupa CER melalui proyek CDM ataupun VER/Verified or Voluntary
Emissions Reduction dalam pasar sukarela). Tidak ada aturan dalam
perdagangan sukarel adalah bahwa pasar ini menyediakan ruang inovasi baik
prosedur, metodologi dan teknologi yang dalam pasar wajib dibatasi (diatur).
Disamping itu pasar sukarela dapat menampung proyek-proyek kecil yang
kesulitan masuk dalam CDM/ pasar wajib lainnya. Sisi negatifnya, lemahnya
control kualitas proyek menyebabkan penerbitan VER dari proyek-proyek
yang cenderung business as usual.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat di tarik
kesimpulan sebagai berikut : potensi cadangan karbon tertinggi 98,22 ton
C/ha, sedangkan yang terendah sebesar 13,08 ton C/ha. Dengan rata-rata
cadangan karbon sebesar 64,37 ton C/ha. Pada lahan perkebunan karet cukup
tinggi di bandingkan penelitian sebelumnya mengenai semak belukar, alang-
alang dan jati hal ini dipengaruhi oleh jenis tumbuhan yang lebih banyak dan
beragam.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian maka penelti dapat memberikan saran
sebagai berikut :
1. Masyarakat diharapkan dapat mengurangi resiko pemanasan global dengan
cara memperbanyak penanaman pohon hijau.
2. Penelitian ini diharapkan dapat membuka peluang bagi peneliti berikutnya
tentang hal yang lebih mendalam lagi tentang cadangan karbon yang
berkaitan dengan nilai ekonomi cadangan karbon.
3. Pemerintah lewat dinas kehutanan ataupun dinas terkait lainnya agar
mendukung dan menfasilitasi kegiatan rehabilitas lahan sebagai mitigasi
terhadap perubahan iklim.
61
62
DAFTAR PUSTAKA
Bakri. 2009. Analisis Vegetasi Dan Pendugaan Cadangan Karbon Tersimpan PadaPohon Di Hutan Taman Wisata Alam Taman Eden Desa Sionggang UtaraKecamatan Lumban Julu Kabupaten Toba Samosir. Medan : UniversitasSumatera Utara.
BPS. 2015. Sijunjung dalam angka 2015. Lubuk Tarok : BPS Kabupaten Sijunjung.
Cesylia, Lia. 2009. Cadangan Karbon Cadangan Karbon Pada Pertanaman Karet(Hevea Brasiliensis) Di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIIIKabupaten Pandeglang Banten. Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Ditjenbun (Direktorat Jenderal Perkebunan), 2007. Indonesia Miliki PerkebunanKaret Terluas di Dunia.http://www.kemenegpdt.go.id. Diakses 26 Agustus2014.
Hairiah K, Rahayu S. 2007. Pengukuran ‘Karbon Tersimpan’ di Berbagai MacamPenggunaan Lahan. Bogor. World Agroforestry Centre - ICRAF, SEARegional Office, University of Brawijaya, Unibraw, Indonesia. 77 p
Herlin, Yesi Oktavia. 2015. Analisis Potensi Cadangan Karbon dan SerapanKarbondioksida (CO2) pada Lahan Tanaman Jati di Kanagarian Painan TimurKecamatan IV Jurai Kabupaten Pesisir Selatan. Padang : STKIP PGRISUMBAR.
Indrajaya, Yonky. 2013. Cadangan Karbon Hutan Lindung Long KetrokDiKabupaten Malinau, Kalimantan Timur Untuk Mendukung MekanismeREDD+.http://forda-mof.org/files/Jurnal_Sosek_vol_10-2-2013-3/karbon-hutan-lindung. Diaskes pada tanggal 28 Mei 2015.
Manuri, Solichin, dkk. 2011. Tehnik Pendugaan Cadangan Karbon Hutan.Palembang. MRPP Dinas Kehutanan Sumsel.
Martono, Nanang. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: PT Raja GrafindoPersada.
Nugraha, Yudhi. 2011. Potensi Karbon Tersimpan di Taman Kota 1 Bumi SerpongDamai (BSD), Serpong, Tanggerang Selatan Banten.http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/2011/08/17/Karbon-tersimpan-pada-lahan. Diakses pada tanggal 28 September 2015.
63
Primanika, Aries. 2014. Pendugaan Cadangan Karbon Pada Lahan Alang-alang danSemak Belukar di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih KabupatenSolok. Padang: STKIP PGRI SUMBAR.
SNI, 7645. (2011). Pengukuran dan Penghitungan cadangan Karbon-PengukuranLapangan Untuk Penaksiran Cadangan Karbon Hutan. Badan StandarNasional.
Sipayung R, Frans. 2015. Pendugaan Cadangan Karbon Pada Tanaman Karet (Hevebrasiliensis Muell.Arg.) di Perkebunan Rakyat Desa Tarean KecamatanSilindak, Kabupaten Serang Bedagai.http://repository.usu.ac.id/bistream/2016/02/10/Pendugaan-cadangan-karbonpada-lahan-karet. Diakses pada tanggal 10 Februari 2016.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,dan R&D. Bandung : Alfabeta
Supriadi, Handi. 2012. Peranan Tanaman Karet dalam Mitigasi Perubahan Iklim.Sukabumi. http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/069/916/cadangan-karbon-pada-karet. Diakses pada tanggal 7 Januari 2016.
Stevanus Togi dan Sahuri. 2014. Potensi Peningkatan Penyerapan di PerkebunanKaret Sumbawa Sumatera Selatan.http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/2015/09/28/cadangan-karbon-padalahan-perkebunan-karet. Diakses pada tanggal 28 September 2015.
Syam’ani, dkk. 2012. Cadangan Karbon Di Atas Permukaan Tanah Pada BerbagaiSistem Penutupan Lahan Di Sub-sub Das Admandit.http://widyariset.pusbindiklat.lipi.go.id/2015/09/28/cadangan-karbon-emisi-karbon. Diaskes pada tanggal 10 Februari.
Tim Arupa. 2014. “Menghitung Cadangan Karbon di Hutan Rakyat Panduan bagiPara Pendamping Petani Hutan Rakyat”. Yogyakarta: Biro Penerbit AruPA
Yusuf, Prof. Dr. A Muri. 2005. Metode Penelitian. Padang: Universitas NegeriPadang.
64
Lampiran I.a Pengolahan Data Untuk Menghitung Biomssa dan Karbon PohonPlot LingkarPertama (RI)RI (diameter 5 - 19,9 cm)
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
I 2 52 16,56 108,32 Karet3 50 15,92 97,74 Karet4 18 5,73 6,72 Karet5 56 17,83 131,53 Karet7 49 15,61 92,70 Karet
437,02 43,70
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomassa(kg)
Biomassa(ton/ha)
NamaSpesies
II 2 40 12,74 54,47 Karet3 47 14,97 83,11 Karet4 15 4,78 4,17 Karet5 52 16,56 108,32 Karet6 46 14,65 78,56 Karet
328,64 32,86
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomassa(kg)
Biomassa(ton/ha)
NamaSpesies
III 2 38 12,10 47,62 Karet3 47 14,97 83,11 Karet4 22 7,01 11,37 Karet5 26 8,28 17,62 Karet6 20 6,37 8,86 Karet
168,59 16,86
65
Lampiran I.a Pengolahan Data Untuk Menghitung Biomssa dan Karbon PohonPlot LingkarPertama (RI)RI (diameter 5 - 19,9 cm)
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomassa(kg)
Biomassa(ton/ha)
NamaSpesies
IV 6 27 8,60 19,45 Karet7 59 18,79 150,80 Karet8 32 10,19 30,36 Karet9 30 9,55 25,64 Karet
226,25 22,62
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomassa(kg)
Biomassa(ton/ha)
NamaSpesies
V 2 24 7,64 14,29 Karet3 38 12,10 47,62 Karet4 40 12,74 54,47 Karet5 45 14,33 74,16 Karet6 36 11,46 41,33 Karet
231,88 23,19
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
VI 4 18 5,73 6,72 Karet5 50 15,92 97,74 Karet6 16 5,10 4,94 Karet7 16 5,10 4,94 Karet8 20 6,37 8,86 Karet
123,20 12,32
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
VII 4 30 9,55 25,64 Karet5 56 17,83 131,53 Karet6 41 13,06 58,11 Karet7 52 16,56 108,32 Karet
323,60 32,36
66
Lampiran I.a Pengolahan Data Untuk Menghitung Biomssa dan Karbon PohonPlot LingkarPertama (RI)RI (diameter 5 - 19,9 cm)
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
VIII 2 17 5,41 5,79 Karet3 42 13,38 61,90 Karet4 45 14,33 74,16 Karet5 13 4,14 2,87 Karet7 23 7,32 12,78 Karet8 31 9,87 27,93 Karet
185,43 18,54
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
IX 5 46 14,65 78,56 Karet6 59 18,79 150,80 Karet
229,36 22,94
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
X 4 50 15,92 97,74 Karet5 49 15,61 92,70 Karet6 28 8,92 21,40 Karet7 52 16,56 108,32 Karet8 40 12,74 54,47 Karet9 374,63 37,46
67
Lampiran I.b Pengolahan Data Untuk Menghitung Biomssa dan KarbonPohon Plot LingkarKedua (RII)RII (diameter 20 - 39,9 cm)
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
I 2 98 31,21 569,89 Karet3 85 27,07 392,51 Karet
962,40 96,24
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
III 3 84 26,75 380,53 Karet4 79 25,16 324,01 Karet5 87 27,71 417,17 Karet
1.121,72 112,17
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
IV 5 76 24,20 292,76 Karet6 85 27,07 392,51 Karet7 80 25,48 334,87 Karet
1.020,14 102,01
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
VI 4 83 26,43 368,78 Karet5 73 23,25 263,44 Karet6 92 29,30 482,95 Karet7 89 28,34 442,77 Karet
1.557,94 155,79
68
Lampiran I.a Pengolahan Data Untuk Menghitung Biomssa dan Karbon PohonPlot LingkarPertama (RI)RI (diameter 5 - 19,9 cm)
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
VII 2 81 25,80 345,95 Karet3 73 23,25 263,44 Karet4 74 23,57 273,00 Karet5 85 27,07 392,51 Karet6 93 29,62 496,82 Karet
1.771,73 177,17
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
VIII 4 82 26,11 357,25 Karet5 70 22,29 236,01 Karet6 73 23,25 263,44 Karet7 76 24,20 292,76 Karet8 63 20,06 179,08 Karet9 91 28,98 469,32 Karet
1.797,86 179,79
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
IX 3 80 25.48 334.87 Karet4 78 24.84 313.38 Karet5 93 29.62 496.82 Karet
1145.07 114.51
69
Lampiran I.b Pengolahan Data Untuk Menghitung Biomssa dan KarbonPohon Plot LingkarKedua (RII)RII (diameter 20 - 39,9cm)
NoPlot
NoPohon
Keliling(cm)
Diameter(cm)
Biomssa(kg)
Bimassa(ton/ha)
NamaSpesies
X 4 64 20,38 186,62 Karet5 85 27,07 392,51 Karet6 81 25,80 345,95 Karet7 73 23,25 263,44 Karet8 72 22,93 254,09 Karet
1.442,62 145,12
70
Lampiran 2. Pengolahan Data Karbon Pohon
No JenisBiomassa
Pohon KarbonBiomassa
Pohon KarbonBiomassa
Pohon Karbon Biomassa Karbon
Plot Penggunaan RI (ton/ha)RI
(ton/ha)RII
(ton/ha)RII
(ton/ha)RII
(ton/ha)RII
(ton/ha)Total (ton
C/ha) Total
LahanPlot
(ton/ha)1 Karet 43,70 20,10 96,24 44,27 0,00 0,00 139,94 64,37
2 Karet 32,86 15,12 0,00 0,00 0,00 0,00 32,86 15,12
3 Karet 16,86 7,76 112,17 51,60 0,00 0,00 129,03 59,35
4 Karet 22,62 10,41 102,01 46,92 0,00 0,00 124,63 57,33
5 Karet 23,19 10,67 0,00 0,00 0,00 0,00 23,19 10,67
6 Karet 12,32 5,67 155,79 71,66 0,00 0,00 168,11 77,33
7 Karet 32,36 14,89 177,17 81,50 0,00 0,00 209,53 96,38
8 Karet 18,54 8,53 179,79 82,70 0,00 0,00 198,33 91,23
9 Karet 22,94 10,55 114,51 52,67 0,00 0,00 137,45 63,23
10 Karet 37,46 17,23 145,12 66,76 0,00 0,00 182,58 83,99Total 1.345,65 619,00
Rata-rata 134,57 61,90
71
Lampiran 3. Pengolahan Data Karbon Serasah
No
No Berat Berat Berat Berat Biomassa Biomassa Biomassa Karbon
PlotSerasah Serasah Basah
SampelKeringSampel
Serasah Serasah Serasah Serasah
Total(gr)
Sampel(gr)
Lab. (gr) Lab. (gr) (kg/0,38m²)
(kg/1.000m²)
(tonC/ha)
(ton C/ha)
1 1 250 250 290,72 213,27 0,18 482,63 4,83 2,222 2 280 280 297,15 213,67 0,20 529,84 5,30 2,443 3 270 270 242,50 153,43 0,17 449,55 4,50 2,074 4 300 300 315,28 175,87 0,17 440,39 4,40 2,035 5 260 260 290,72 213,61 0,19 502,73 5,03 2,316 6 320 320 319,86 215,08 0,22 566,25 5,66 2,607 7 310 310 319,29 155,93 0,15 398,40 3,98 1,838 8 330 3310 253,57 186,67 0,24 639,30 6,39 2,949 9 350 350 295,72 208,99 0,25 650,92 6,51 2,9910 10 360 360 241,28 162,82 0,24 639,30 6,39 2,94
Total 52,99 24,38Rata-rata 5,30 2,44
72
Lampiran 4. Pengolahan Data Karbon Tanah
No
No Jenis % Karbon C Organik C Organik C Organik C Per C Organik
Plot Penggunaan Tanah (gr/cm²) (gr/0.38cm²)
(gr/1.000m²)
Plot (ton C/ha)
Lahan Hasil Lab. (kg/1.000m²)
1 Plot 1 Karet 1,29 0,310 1,19 3.230 3,23 0,032 Plot 2 Karet 2,34 0,562 2,16 1.781 1,78 0,023 Plot 3 Karet 0,86 0,206 0,79 4.845 4,84 0,054 Plot 4 Karet 2,63 0,631 2,42 1.584 1,58 0,025 Plot 5 Karet 0,40 0,096 0,37 10.417 10,42 0,106 Plot 6 Karet 2,80 0,672 2,58 1.488 1,49 0,017 Plot 7 Karet 4,24 1,018 3,91 983 0,98 0,018 Plot 8 Karet 2,63 0,631 2,42 1.584 1,58 0,029 Plot 9 Karet 3,32 0,797 3,06 1.255 1,26 0,0110 Plot 10 Karet 1,81 0,434 1,67 2.302 2,30 0,02
Total 0,29Rata-rata 0,03
73
Lampiran 5. Pengolahan Cadangan Karbon
No No PlotKarbon Pohon Total
Plot (ton C/ha)Karbon Serasah
(ton C/ha)C Organik(ton C/ha)
Karbon Total(ton C/ha)
1 Plot 1 64,37 2,22 0,03 66,622 Plot 2 15,12 2,44 0,02 17,583 Plot 3 59,35 2,07 0,05 61,474 Plot 4 57,33 2,03 0,02 59,385 Plot 5 10,67 2,31 0,10 13,086 Plot 6 77,33 2,60 0,01 79,947 Plot 7 96,38 1,83 0,01 98,228 Plot 8 91,23 2,94 0,02 94,199 Plot 9 63,23 2,99 0,01 66,2310 Plot 10 83,99 2,94 0,02 86,95
Total 643,66Rata-rata 64,37
74
Lampiran 6. Data Curah Hujan Kecamatan Lubuk Tarok Tahun 2011-2015
Tahun CURAH HUJAN
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November DesemberTOTALmm/thn
2011 107 126 106 306 212 10 17 87 109 209 252 271 1.8122012 27 257 86 287 165 68 126 106 234 303 376 311 2.3462013 91 261 239 189 178 148 250 20 199 350 154 242 2.3212014 152 21 57 240 334 1 53 174 225 135 424 174 1.9902015 199 152 305 301 252 209 39 67 50 50 280 271 2.175Total 576 817 793 1323 1.141 436 485 454 817 1.047 1.486 1.269 10.644
Rata-rata 2.129
IL,qBORATOKTW P3 N JURU S AN N.M(J TANAHFAKULTAS PERTANIAN UT,TTvSRSTTAS ANDALASKAMPUS LTNAND LIMAU MANIS PO.BOX 87 PADANG
Pengirim . Tiara Guslinda
Sampel Tanah
Juni 2016UNAND
3na9w96032001
Lampiran 8. SNI
BADAN STANDARDISASI NASIONAL. BSNGedung ifranggala llUanabakti Blok lV Lt. 3,4,7,{0Jl. Jend. Gatot Subroto, Senayan Jakarta 10274
Telp: 021- 5747043; Faks: 021- 5747O45i e-mail : [email protected]
o BSN 2011
Lampiran 9. Peta Administrasi Kabupaten Sijunjung
Lampiran 10. Peta Administrasi Kecamatan Lubuk Tarok
Lampiran 11. Peta Penggunaan Lahan
Lampiran 12. Peta Lokasi Penelitian
Lampiran 13. Peta Titik Plot
Lampiran . Dokumentasi Penelitian
Gambar 1. Perkebunan karet (30 Mei 2016)(Dokumentasi penelitian)
Gambar 2. Menentukan titik plot menggunakan GPS (30 Mei 2016)(Dokumentasi penelitian)
Gambar 3. Mengukur lingkar batang pohon (30 Mei 2016)(Dokumentasi penelitian)
Gambar 4. Mengambil sampel tanah (30 Mei 2016)(Dokumentasi penelitian)
Gambar 5. Mengambil serasah pohon menggunakan hula hoop (1 Juni 2016)(Dokumentasi penelitian)
Gambar 6. Mengukur lingakar batang pohon (1 Juni 2016)(Dokumentasi penelitian)
TedafrarAlamat:
:'i,"-p""-r fl, G]r1YE.Y1*;1r.3*s -cL -;*nkradf,F"*#;flUm::*f webarc:nttp/livwu.s**psri-smtuacid,
NomortamP.Hal
: s963/A/ STKIP-AK/ PGRI-SB I 2016
:-': Mollrln [zln Penelltlon
Padang,26 Mei 2016
Yth. Bapak/Ibu Walinagati Lubuk Tarok Kab' Sijunjung
ditemPat
Dengan loTil, mohon izin Bapakllbu bagi mahasiswa sTKIP
I)ensan ini kamtPaRI Sumatera Barat: ,^
Tiara GuslitrdsNama :11O3O312NPM
PIPSJunrsan--- crrrr{i t P""aia*" GeografiProgram SrudiJenjang : S'1
:lHtrlffiffi::H?-*'ffi "f ffi '"1'#'?$#n'"', studi .1t"frLrTHt ffirH""*h ffi
perkebunan l(atr.fr"t GtuPaten sijunjuag ''
Dcmikianharapankemi'atasbanhiandankerjasdrnaBapak/Ibu'il-i,r""Pkan lerima kasih'
t
d*"tua'
pEM ERTNTAH xR6uplrex suuNJUNGKANTOR KESATUAN BANGSA, POLITIK
DAN PERI,INDUNGAN MASYANAXETJt. Rrsuna Said No.47 rclp. (0754) 20120
MUARO SIJUNJLTNC - 2?5I I
REt(Ol't EN DASr PEN ELmAN
Dasar .1
::r1,::: yT,J:TfJ- [y. pr:::':or'.u,,. ,0,, tentans pedoman penerb,tan
Rekomendasi penelitian;
Menimbang
Dibenkan kepada:
Nama :
Alamat :
ludul i
Tujuan :
Lokasi :
Bidang :
status :
Anggota :
2' Peraturan Bupati Sijunjung No 37 Tahun 2010 tentang pedoman Tala Naskah Di di ungkungan- Pemerintah Kabupaten Sijunjung;3' Surat Ketua srKIP - PGRI Sumatera Barat Nomo.r 5964/A/srKIp-AlVp6RI,sgl2015 Enggal 26Mei 2016 perihal Mohon penerbitan surat izin penelitian.
a' bahwa untuk mevrujudkan Tertib Administrdsi dan Pelalcanaan peneilDdn di ling1ungdn, Pemenntah Kabupaten Sijunlung, diperlukan upaya pengendalian penelitian.b' bahwa berdasarkan peiirnuanlan'r"u.gui*J.i'dinraJaud o.r# nrrri"., perru memberikanRekomendasi penelitian sebagailcuan Oaii nenetiti.
TIAM GUSUNOA
]g9ng alunO Salosa Nagari Muaro Kec. Sijunjung.'studi cadangan Karbon Tersimpan pioa- t-atran perkebunan Karet Nagari LubukTarok Kecamatan Lubuk Tarok Xaiupai"n "U,Il""g .,.Pembuatan skipsi guna memenuhi p.rrvi,"tin mtnieresaircan studi program S.1.
Nagari Lubuk Tarok
30 Mei s/d 30 luni 201fi
Pendidikan Geografi
Peroranga n
Asal Kelembagaan : SfKIp-pGRl Sumatera Barat
Dengan ketentuan sebagai. berikut Penelitian harus sesuai dengan malsud dan tujuan yang disampaikan.1' Peneliti harus melapor kepada pemerintan sete-nrpat serta mematuhi Norma adavaudaya dan ketentuan yang berlaku.2' Rekomendasi Penelitian'berliku 6 (;;a;Jl;1 ru;.r lunJi.i o]t.ilJr"", biramana perakanaannya rebih dari;.i:ffi3#l',hmaka
saudara w"jio *Jneilukan ierwniaigrn iuk;"roasi densan menyerbkan raporan hasir
' ["Tffifiirff'Jr'rg[:ilr#;tl*,1,.,["t', ranskap kepada Pemerrntah Kabupaten sijunjuns cq,Kepara Kantort l:l#?;::irj:'i:ffiiffiTntuan'ini'oifiat dikenakan sankr berupa pencaburan rekomendasi penelitian ( sesuai
Dernikjan rekomendasi inj djbuat untuk dipergunakan seperlunya.
Muaro Sijunjung, 30 Mei 2016
o"\.--J
Tembusan Ythl )'Jip' 196'5 1224d99312 I OOI(1. Gubernur Sumbar Cq. Kepala Badan Keshang pol dan Linmas di padarrg. (, 1 93?^tig]ylunstiituaro Sijuniuns ( Seoasii laporan ;.r. Kerua S IKIp_pcRI Sumatera Barat rji padan.r.4' Kepala Dinas Pendidikan Kab' sijunjungLal rq'roro sijunjung.(Agar dirakukan.pengawasan seperrunya)Iru&::'Ji,H;i:t?':i[Jfl ;?s'-"ffi f rir,:rii:'.Tfi il;:,.ru,"1,.;;"""sepe'un7. Peneliti yang bersangkutan.B. Pertinggal.
a. n. B U p ATI_SIJUNIUNG--KEPALA KANlOLKESg.dric, poLmr oRru
__--K1iBU?ATEN sl,'' i / '<r r' --.----- - .--. .-
L):y^rJIoP(isc.i*, _,r( Lt\tq?
PETTIIERINTAH KABUPATEN SIJUNJUNG
KECAMATAN LUBUK TAROKAlamat: Jalan Raya SungaiJodi Lubuk Tarok
Nomor : 8.0701 v7 /Lb.T-2016Sifat : PentingLampiran :
Perihal : lZlN PENELITIAN
Nama
TempaUTgl.Lahir
Pekerjaan/Prog Studi
Alamat
Nomor ldentitaslNobp
Judul Penelitian
Lokasi Penelitian
Waktu Penelitian
Anggota
Lubuk Tarok, 30 Mei 2016
Kepada:Yth.Sdr.Wali Nagari Lubuk Tarok
: TIARA GUSLINDA
: Sijunjung, / 17 Agustus 1992.
Mahasiswi Jurusan Pendidikan Geografi
Jorong Batang Salosa Nagari Muaro
1 303045708920001*Studi Cadangan Karbon Tercimpan PadaLahan Perkebunan Karct Nagari LubukTarok Kecamatan Lubuk Tarok KabupatenSijuniungf'
Nagari Lubuk Tarok
30 Mei s/d 30 Juni2016
di Lubukrarok
Sehubungan dengan Rekomendasi Kepala Kantor Kesafuan Bangsa,Poitik dan Linmas Kabupaten S'riunjung Nomor: 8.070/219/KPUV-2016 tanggal30 Mei 2016 perihal Rekomendasi Penelitian, bersama ini kami informasikanpada saudara bahwa akan datang seorang Mahasiswi STKIP-PGRI SumateraBarat dengan maksud melakukan Penelitian di Wlayah Kerja Saudara ,
dengan identitas sebagai berikut :
Untuk kelancaran penelitian dimaksud mohon bantuan dan kerjasama
Saudara seperlunya.
Demikian disampaikan, atas keriasamanya diucapkan terima kasih.
..:. -i:"- . .
- {-.ncAMar LueuK TAROK
,i ---"- ' T"SEKCAM
..:,n..'."....' ;l''...', . l/>,',:' ".,;
;t"'- it --,;fr..IT:ZULKIFLI
hlfpi1ffi1008 199203 1 006.
Tembusan:l.Yth.Bapak Bupati Sijunjung di Muaro-Siiunjung
2.Yth. Ketua STKIP -PGRI Sumatera Barat di Padang
5,ytn. xuprla Dinas pendidikan Kab.sijunjung di Muaro Sijunjung
4.Yth.Sdr.Peneliti yang bersangkutan'
\
\
PEMERINTAH I(ABUPATEN SIJUNJUNG
KECAMATAN LUBUK TAROK
NAGARI LUBUK TAROKAtamat : Jalann"yt S"g' Jotdi Lubuk Tarok Kode Pos 27553
iilGT*"k rp? Iuni 2016
NoSifat
LampHal
ffi/Lbr-2016 KePada
Yth, SdN TIARA GUSLINDA
DiTemoat
:Penting
:Izin Penelitian
Dengan Hormat, -. r ..L,,r, Tqrnk Noffior : B.070/27fLb.T-2016 Perihal
Sehubungan dengan Surat Camat Lubuk Tlok'NoT-ot'-'
Izin peneliti*, r.aur,u-.."r,uu*g* dengan hal tersebut dengan iru Pemerintahan Nagari Lubuk
Tarok memberi Izin KePada :
: .IIARA GUSLINDA
: Sijunjung, 17 - 08 - 1992
. fufut uro*i Jurusan Pendidikan Geografi
,
-i"ro*g Batang Salosa Nagari Muaro Kec' Sijunjung
Nama
TemPat/Tgl.Latur
Pekedaan
AiamatKab'Sijun;ung
No ldentitaslBP : 1303045708920001
Judul Penelitian : " Stuai ia;;;** Karbon Tersimpan Pada Lahan
f"tXt-Uo"o frt'*t Nagari Lubuk Tarok Kecamatan
Lubuk Tarok KabuPaten Sijunj'ng'
Lokasi penelitian : Nagari iourt rutotKec.Lubuk Tarok Kab'sijunjung'
waktri t;;;;^ : 3o Mei S/d 30 Jum 2o16
Anggou : -
DemikianlahSuratKeteranganiniKamibuatdengansebenarnyadanKamiberikankepadayang bersangkutan "**
i"o* dipe-rgunakan sebagaimana perlunya'
Tembusan:' -:r. Yth'BaPak Camat Lubuk Tarok'
) Yth Bapak r"puto UPTB-BPK:":f Tarok
,' Yth'KetuaBPN Nagari Lubuk Tarotc'
1. "'ArsiP"""""
UNIVERSTTAS Ai{DAI.AS
IABORATORIUM P3IH FAKULTAS PERTANIAN
Nomor : a3 /Lab.P3iN/UNAND/2016
Lamp. : -
Padang,14Juni 2016
Universitas Andalas dengan ini
SU RAT KETERANGAN SELESAI PENELITIAN
Yang bertanda tangan dibawah ini Analis Laboratorium p3lN
menerangkan :
Nama
BP
Jurusan
Program Studi
Jenjang
Tiara Guslinda
11030312
PIPS
Pendidikan Geografi
s.1
Telah melakukan penelitian di Laboratorium P3lN Universitas Andatas dalam rangkapenelitian skripsi yang berjudul :
" Studi Cadangan Karbon Tersimpan Pada Lahan Perkebunan Karet Nagari Lubuk TarokKecamatan Lubuk Tarok Kabupaten Sijunjung ,,
Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
N Unand
\"+. \KraryZ+ttF"(?'iu,r,, u I $t''.'tl)-'
\-A}l.Pi'19631209 1996032001
/-q]t\+"&*-.r