Upload
ledyashinta-xander
View
367
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
KESEPAKATAN GENCATAN SENJATA ANTARA
PEMERINTAH YAMAN PADA MASA PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DENGAN PEMBERONTAK
SUKU HOUTHI (2004-2009)
SKRIPSI
Disusun Oleh :
FENNA TRI KUSUMA 151040182
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2011
KESEPAKATAN GENCATAN SENJATA ANTARA PEMERINTAH YAMAN PADA MASA PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH SALEH DENGAN PEMBERONTAK
SUKU HOUTHI (2004-2009)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Syarat-syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S1) dalam Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
dengan Spesialisasi Ilmu Hubungan Internasional
Disusun Oleh :
FENNA TRI KUSUMA 151040182
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2011
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING NAMA MAHASISWA : FENNA TRI KUSUMA N . I . M : 151040182 JUDUL SKRIPSI : Kesepakatan Gencatan Senjata Antara
Pemerintah Yaman Pada Masa Pemerintahan Ali Abdullah Saleh Dengan Pemberontak Suku Houthi (2004-2009)
Skripsi ini telah diajukan dan dipertahankan di depan tim penguji
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Pada Hari : Jum’at Tanggal : 12 Agustus 2011 Jam : 08.00 WIB – Selesai Tempat : Ruang Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
(DRA. HARMIYATI, M.Si)
(IVA RACHMAWATI, SIP, M.Si )
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
NAMA MAHASISWA : FENNA TRI KUSUMA N . I . M : 151040182 JUDUL SKRIPSI : Kesepakatan Gencatan Senjata Antara
Pemerintah Yaman Pada Masa Pemerintahan Ali Abdullah Saleh Dengan Pemberontak Suku Houthi (2004-2009)
Skripsi ini telah diajukan dan dipertahankan di depan tim penguji Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta Pada Hari : Jum’at Tanggal : 12 Agustus 2011 Jam : 08.00 WIB – Selesai Tempat : Ruang Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Hubungan Internasional
Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
TIM PENGUJI
Dra. Harmiyati, M.Si KETUA
Iva Rachmawati, SIP, M.Si
ANGGOTA
Hikmatul Akbar, SIP, M.SiANGGOTA
Agussalim, SIP, M.Si ANGGOTA
PERNYATAAN
Dengan ini, saya menyatakan bahwa tulisan skripsi ini adalah benar-benar hasil karya sendiri. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa saya melakukan kecurangan / penjiplakan / plagiat, maka saya siap menerima sanksi akademik, sesuai peraturan perundangan yang berlaku.
Yogyakarta, 15 Agustus 2011
(Fenna Tri K)
MOTTO
“Waktu memang tak terbatas tapi waktu kita terbatas” “Sukses adalah ketika kita dekat dengan ALLAH”
(Kata penyemangat)
HALAMAN PERSEMBAHAN
To : Papa dan Mama .. My Sisters .. Dan Sang waktu ...
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT
yang telah memberikan kesempatan dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “KESEPAKATAN GENCATAN SENJATA ANTARA
PEMERINTAH YAMAN PADA MASA PEMERINTAHAN ALI ABDULLAH
SALEH DENGAN PEMBERONTAK SUKU HOUTHI (2004-2009)”
dengan baik dan lancar. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Ilmu Hubungan
Internasional, Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari
bimbingan, bantuan dan dorongan dari berbagai pihak
yang telah membantu penulis baik dalam penelitian,
penyusunan skripsi maupun selama kuliah disini. Untuk
itu penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. First of all, terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat,
hidayah, bimbingan, kesabaran sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
2. Papa & Mama, yang telah memberikan segala sesuatu
bagi penulis. Terima kasih yang tidak terhingga
dari penulis sehingga penulis dapat menjadi
seperti sekarang. Semoga apa yang telang engkau
berikan tidak akan pernah menjadi sia-sia. Do’a
dan restumu akan selalu ku tunggu. I Love You My
Dad and Mom.
3. Kedua saudara ku, my sister and my twin, Migma Dwi
R dan Fennie Tri K. terima kasih banyak karena
selalu mengingatkan, membantu dan berdo’a untuk
penulis. Akhirnya selesai juga, howreeeee …
4. Mamas ku, Arif P. terima kasih selalu menyemangati
kalau lg down, selesai juga skripsinya.
5. Dra. Harmiyati, M.Si selaku Dosen Pembimbing I
dalam penyusunan skripsi ini, yang telah dengan
sabar telah meluangkan waktunya memberikan
dorongan, bimbingan dan pengarahan-pengarahan
kepada penulis selama ini.
6. Iva Rachmawati, SIP, M.Si selaku Dosen Pembimbing
II atas bimbingan dan pengarahannya kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
7. Hikmatul Akbar, SIP, M.Si selaku Penguji I
Skripsi, terima kasih atas bimbingan dan arahan
yang diberikan.
8. Agussalim, SIP, M.Si selaku Penguji II Skripsi,
terima kasih atas bimbingan dan arahan yang
diberikan.
9. Pak Yoto, terima kasih atas bantuan dan
dukungannya selama menempuh pendidikan di UPN.
Akhir kata semoga skripsi ini membawa manfaat bagi
penulis maupun pembaca.
Yogyakarta, September 2011
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
1. Pertama-tama untuk kedua orangtua ku, Pah-Mah, terima
kasih banyak ya sudah selalu berdoa dan menyemangati dalam
menyelesaikan skripsi, maaf lama, hehehe …
2. My sister’s, Migma Dwi R dan Fennie Tri K. Thank’s you ya dah
banyak bantu, kasih support & semangat,jangan crewe-crewet
lagi yap using neh dengarnya, upts, hahaha … Dah selesai neh
brarti dah boleh main2 ya, hehehe …
3. Mamasku Arif P, makasih atas semua bantuan (ga bantu juga
seh tapi gapapa lah, he ..), dorongan, semangat dan do’anya.
Makasih juga dah jadi tempat marah, keluh kesah, curhat,
hehehe …
4. My brother’s and sister’s, ms’Arif, ms’Bizon, ms’Rijax, ms’Woto,
ms’Janu, ms’Rifki “opa”, ms’Iskax, mb’Novi, d’Fennie. Akhirnya
selesai juga, terima kasih supportnya selama ini.
5. Buat my best friend, Ria Rahmanita. Impian qta tidak semulus
yang qta bayangkan, makasih ya dah temanin Fna kemana aja.
Huhuhu ,, kangeeeeeeeeeen pengen crita2, kapan qta ketemu,
jalan-jalan + shoping2 lagi ya …
6. My friend Anggita J. Putra, terima kasih dah bantu doa dan
selalu tanyain skripsi jadi ingat harus selesein skripsi cepat2.
Gimana perkembangan grup “GEJE” qta, raja “Geje”nya
tetapkan ga ada perubahan, hehehe …
7. My sista mb’Nana a.k.a teteh makcik, semangat untuk
skripsinya ya, kalau bisa qta bareng biar rame, hahaha …
8. Buat Diah Ayu Padma P, tiada hari tanpa ketawa, kapan qta
ketawa sampai puas ??? Hahaha … Semangat selesaiin skripsinya
ya, maaf ga bisa bantu banyak cuma bisa bantu doa,
semangaaaaaaaat ya …
9. Retno, terima kasih ya dah bantuin cari judul walaupun
judulnya banyak yang ditolak tapi makasih banyak ya, miss u …
10. Anak-anak kost ijo jakal, my sister’s mb’Migma, d’Fennie, teh
Rina, mb’Vita, Ririn, mb’Nanik, kakak Oka, banyak cerita qta
disini. Kapan qta jalan-jalan & foto-foto lagi, hehehe …
11. Untuk teman seperjuangan angkatan ‘04, Ria, Diah, Hanggar,
Glen, Pongki, Anggi, Irvan, Wage, Harold, dan teman-teman
yang belum penulis sebutkan namanya terima kasih atas
bantuan, do’a dan supportnya.
12. Pihak-pihak yang telah membantu penulis selama menyusun
skripsi ini yang tidak dapat penulis cantumkan namanya satu
persatu.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i HALAMAN PERSETUJUAN iii HALAMAN PENGESAHAN iv HALAMAN PERNYATAAN v MOTTO vi HALAMAN PERSEMBAHAN vii KATA PENGANTAR viii UCAPAN TERIMA KASIH xi BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul .................. 1 B. Latar Belakang Masalah .................. 3 C. Perumusan Masalah ....................... 10 D. Kerangka Pemikiran ...................... 10 E. Argumen Pokok ........................... 18 F. Metode Penelitian ....................... 19 G. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........... 21 H. Batasan Penelitian ...................... 21 I. Sistematika Penulisan ................... 22 BAB II DINAMIKA HUBUNGAN PEMERINTAH YAMANN DENGAN
KELOMPOK PEMBERONTAK AL-HOUTHI
A. Pemerintah Yaman Di Bawah Kepemimpinan Presiden Ali Abdullah Saleh..............
25
B. Latar Belakang Munculnya Kelompok Pemberontakan Al-Houthi..................
31
BAB III UPAYA PEMERINTAH YAMAN MENGHADAPI
PEMBERONTAKAN AL-HOUTHI MELALUI KESEPAKATAN PENARIKAN DIRI PASUKAN PEMBERONTAK YAMAN DARI BANGUNAN MILIK NEGARA DAN PEMBUKAAN JALAN DI UTARA
A. Upaya Pemerintah Yaman Menghentikan Perang dengan Kelompok Al-Houthi Melalui Jalan Perundingan Damai dan Gencatan Senjata .................................
48
B. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman dengan Kelompok Al-Houthi Untuk Menarik Diri Dari Bangunan-bangunan Milik Pemerintah dan Pembukaan Jalan di Yaman Utara ...................................
57
BAB IV UPAYA PEMERINTAH YAMAN MENGHADAPI PEMBERONTAKAN AL-HOUTHI MELALUI KESEPAKATAN PENGEMBALIAN SENJATA, PEMBEBASAN SELURUH TAHANAN, PENGOSONGAN POS-POS MILITER DAN PENGHENTIAN SERANGAN TERHADAP WILAYAH ARAB SAUDI
A. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Penyerahan Senjata Kepada Pemerintah Yaman ...................................
62
B. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Pembebasan Seluruh Tahanan ..............
66
C. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Pengosongan Pos-pos Militer di Yaman Utara ...................................
69
D. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Permintaan Penghentian Serangan Terhadap Wilayah Arab Saudi ......................
72
BAB V KESIMPULAN 76 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Tabel Hal
Table I Daftar Nama Presiden Yaman .......... 27
RESUME
Sejak awal bersatu, Ali Abdullah Saleh dikukuhkan
sebagai presiden pertama Yaman Utara dan Selatan hingga
sekarang. Penyatuan itu diharapkan mewujudkan sebuah
negara yang integral dan sejahtera, namun kini justru
terjadi konflik. Kelompok al-Houthi merupakan kelompok
pemberontak yang berbasis di Yaman Utara. Pengikut al-
Houthi terkenal dengan sebutan Houthis. Penamaan ini
dinisbatkan pada pencetusnya, yaitu Husein Badaruddin
Houthi. Ia memulai karir politiknya yaitu sebagai salah
satu pendiri partai Al-Haq yang pandangannya
berdasarkan Islam.
Pada tahun 1993 Husein Al-Houthi mengikuti pemilu
legislatif dan terpilih menjadi anggota parlemen. Pada
tahun 1996 mulai terjadi friksi dan perpecahan dalam
tubuh pemerintah Yaman. Hal itu diakibatkan kembalinya
warga Yaman yang bermazhab Wahabi dari Afganistan. Demi
mencegah tersebarnya pemikiran ekstrim dan keras
tersebut, pemerintah Yaman meminta bantuan Husein Al-
Houthi.
Pada tahun 1997 Husein Al-Houthi keluar dari
Partai Al-Haq dan membentuk Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin
(Gerakan Pemuda Mukmin). Di masa itu pemerintah masih
memberikan bantuan kepada gerakan ini dan memberikan
kesempatan untuk melakukan aktivitas melawan pemikiran
Wahabi. Namun segalanya berubah total pada tahun 2003,
sekitar 650 anggota Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin
(Gerakan Pemuda Mukmin) ditahan dan dijebloskan ke
dalam penjara akibat menyerukan slogan yang menjelekkan
Amerika Serikat dan Israel. Upaya keras Husein Al-
Houthi dan teman-temannya untuk membebaskan mereka
tidak kunjung berhasil, bahkan mencapai jalan buntu.
Sejak saat itu friksi antara Gerakan Al-Syabab Al-
Mukmin dengan pemerintah semakin lebar. Pada Juni 2004,
pemerintah Yaman akhirnya menawarkan hadiah sebesar
55.000 USD bagi siapa yang berhasil menangkap Husein
Al-Houthi. Penangkapan itu sebagai taktik pemerintahan
mengendorkan intensitas protes dan pemberontakan yang
dipimpinnya. September 2004, Menteri Pertahanan Yaman
mengumumkan, bahwa Husein Al-Houthi telah tewas oleh
militer Yaman di pegunungan sekitar Saada.
Intensitas pertempuran juga mulai berkurang
bersamaan dengan pernyataan pemerintah yang mengumumkan
gencatan senjata dengan beberapa persyaratan atau
kesepakatan yang harus disetujui oleh pihak pemberontak
kelompok al-Houthi. Dan satu-satunya solui untuk
mengatasi masalah di Yaman tersebut adalah melalui
dialog antara semua pihak sesuai dengan konstitusi
Yaman. Pemerintahan Yaman telah melakukan berbagai
cara, salah satunya adalah melakukan kesepakatan
gencatan senjata dengan kelompok tersebut pada tanggal
12 Februari 2010. Dalam kesepakatan gencatan senjata
tersebut pemerintah Yaman mengajukan enam syarat,
yaitu:
1. Pertama, penarikan diri dari bangunan milik
negara. Pemberontak Houthi menargetkan
penghancuran proyek-proyek pembangunan di
beberapa kawasan di Saada, antara lain proyek
pengadaan air bersih, pertanian, dan proyek
gerbong kereta api.
2. Kedua, pembukaan kembali jalan-jalan di utara.
Kelompok pemberontak Houthi berbasis di daerah
utara Yaman maka kelompok Houthi menutup jalan-
jalan yang menghubungkan daerah-daerah
diwilayah utara Yaman, sehingga pemerintah
mengajukan syarat agar jalan-jalan di utara
dibuka kembali.
3. Ketiga, pengembalian senjata yang dirampas dari
aparat pemerintah. Hampir semua warga Yaman
bebas memegang senjata dan hingga kini
pemerintah San’a pun belum mencabut larangan
memiliki senjata bagi warganya. Oleh karena
itu, kelompok pemberontak Houthi tidak terlalu
kesulitan untuk pasokan senjata, apalagi
kelompok Houthi juga dilaporkan telah
memperoleh rampasan senjata dari tentara Yaman
dan Arab Saudi.
4. Keempat, pembebasan seluruh tawanan termasuk
warga Saudi. Orang-orang suku di kawasan miskin
Yaman seringkali melakukan penyanderaan untuk
menekan pemerintah agar memberikan bantuan,
pekerjaan atau membebaskan orang-orang suku
mereka yang ditahan. Lebih dari 200 warga asing
diculik di Yaman dalam 15 tahun terakhir.
5. Kelima, pengosongan pos-pos militer di daerah
pengunungan. Pemerintah akan menghapus pos-pos
militer yang dahulu digunakan untuk memeriksa
apakah warga sipil atau pemberontak kelompok
Houthi.
6. Keenam adalah penghentian serangan terhadap
wilayah Arab Saudi. Kelompok Houthi mengatakan
bahwa Arab Saudi telah melancarkan 31 serangan
udara di kawasan Jaberi, wilayah Arab Saudi
yang memiliki tempat-tempat pemberontak dalam
jumlah besar. Arab Saudi dianggap telah
bekerjasama dengan pemerintah Yaman untuk
melawan kelompok Houthi.
Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
pemerintah Yaman menggunakan bentuk kerjasama yaitu
dengan langkah gencatan senjata karena tidak ada
pihak ketiga yang ikut campur dalam penyelesaian
persoalan perselisihan tersebut. Pada awalnya para
pemberontak tersebut hanya menawarkan untuk menerima
lima persyaratan saja namun pemerintah Yaman menolak
mentah-mentah tawaran tersebut. Pihak pemerintah
mengatakan bahwa para pemberontak juga harus
menerima syarat keenam.
Pemerintah menetapkan batasan waktu kepada
kelompok pemberontak al-Houthi agar segera memenuhi
persyaratan untuk melakukan gencatan senjata,
menghentikan konflik di kawasan pegunungan utara
Yaman yang telah berlangsung selama bertahun-tahun
tersebut. Upaya yang pada akhirnya dapat
menyelesaikan konflik tersebut adalah dilakukan
dengan cara damai atau melakukan perundingan dengan
pihak-pihak yang terlibat konflik. Seperti keputusan
yang diambil pemerintah Yaman dalam menyelesaikan
konflik dengan meminta kepada mediator dari luar
negara Yaman adalah keputusan yang bijaksana dan
bersifat netral agar tujuan kesepakatan damai
tersebut bisa terjadi. Dalam perundingan damai
tersebut agar dapat tercapai kesepakatan, salah satu
pihak yang bertikai harus rela mengorbankan
kepentingannya demi tercapainya keamanan dan
stabilitas suatu negara, serta melindungi rakyat
sipil dari ancaman kekerasan perang.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Alasan Pemilihan Judul
Pasca penyerangan gedung World Trade Center
(WTC) 11 September 2001, pemerintahan Ali Abdullah
Saleh menyatakan dukungannya terhadap Amerika
Serikat yang berperang melawan terorisme. Kelompok
syi’ah al-Houthi merasa tidak puas dengan Pemerintah
pusat Yaman di San’a. Mereka tidak senang dengan
semakin eratnya hubungan baik antara pemerintahan
Yaman dengan Amerika Serikat. Kemarahan kelompok al-
Houthi muncul ketika Amerika Serikat melancarkan
agresi militernya ke Irak, aksi protes besar-besaran
muncul pada tahun 2003 di provinsi Sa’da mengecam
Israel, Amerika Serikat dan pemerintahan Ali
Abdullah Saleh.1
Presiden Ali Abdullah Saleh memerintahkan
melakukan tindakan militer ke basis-basis
pemberontak. Dalam menghadapi pemberontakan kelompok
al-Houthi ini pemerintah Ali Abdullah Saleh berupaya
1 “Menguak Konflik Yaman dan Dampaknya bagi Dunia Islam” http://www.eramuslim.com/berita/analisa/menguak-konflik-yaman-dan-dampaknya-bagi-dunia-islam.htm diakses pada tanggal 4 Februari 2010
2
melakukan perintah penangkapan terhadap tokoh-tokoh
al-Houthi dengan dukungan 78.000 personil tentara
dan beberapa pesawat tempur. Pemerintah Arab Saudi
pun ikut membantu Presiden Ali Abdullah Saleh dalam
mengatasi kelompok al-Houthi di Yaman Utara.2 Lebih
dari 100 orang pemberontak al-Houthi tewas karena
tembakan tank dan pemboman. Pemerintah Yaman
mengklaim bahwa telah berhasil menewaskan dua
pemimpin pemberontak al-Houthi. Tewasnya dua tokoh
pemberontak al-Houthi maka akan mempengaruhi
perjuangan dan gerakan pemberontakan yang dilakukan
kelompok al-Houthi. Pertempuran yang berlangsung
berhari-hari ini, menimbulkan kerugian yang sangat
besar, khususnya bagi para pemberontak kelompok
Syi’ah.3 Kebijakan reprensif pemerintah Yaman lewat
“Operasi Bumi Hangus” hingga kini belum mampu
menumpas perlawanan kelompok al-Houthi yang telah
menempati dan menguasai kawasan pegunungan di
Propinsi Saada, dan telah berhasil mengontrol 14
2 “Upaya Pemberontak Houthi Untuk Dirikan Negara Syiah di Yaman Utara” http://www.immasjid.com/?pilih=lihat&id=975 diakses 30 Oktober 2010
3 “Yaman : 100 Orang Tewas Akibat Perang Pemerintah-Syiah” http://www.eramuslim.com/berita/dunia/yaman-100-orang-tewas-akibat-perang-pemerintah-syiah.htm diakses pada tanggal 4 Februari 2010
3
kabupaten dari 15 kabupaten di Yaman Utara, kecuali
kota Saada.4
Intensitas pertempuran juga mulai berkurang
bersamaan dengan pernyataan pemerintah yang
mengumumkan gencatan senjata dengan beberapa
persyaratan atau kesepakatan yang harus disetujui
oleh pihak pemberontak kelompok al-Houthi.
Dengan adanya masalah tersebut penulis mencoba
untuk mengangkat hal di atas sebagai judul skripsi
yaitu “Kesepakatan Gencatan Senjata Antara
Pemerintah Yaman Pada Masa Pemerintahan Ali Abdullah
Saleh Dengan Pemberontak Suku Houthi (2004-2009)”.
Dengan membahas judul ini penulis dapat mengetahui
kesepakatan yang dilakukan pemerintah Yaman dalam
menghadapi pemberontakan dalam negeri di Yaman.
B. Latar Belakang Masalah
Yaman adalah sebuah negara di Jazirah Arab di
Asia Barat Daya, bagian dari Timur Tengah. Yaman
berbatasan dengan Arab Saudi di sebelah utara, di
sebelah selatan berbatasan dengan Laut Arab, di
4 “Intervensi Arab Saudi Dalam Konflik Yaman” http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=16801&Itemid=27 diakses 27 Desember 2010
4
sebelah timur berbatasan dengan Oman, dan di sebelah
barat berbatasan dengan Teluk Aden dan Laut Merah.
Peta Negara Yaman
Peta I : Letak geografis Yaman
Penduduk Yaman diperkirakan berjumlah sekitar
23 juta jiwa (Juli 2008). Luas negara Yaman sekitar
530.000 km2 dan wilayahnya meliputi lebih dari 200
5
pulau. Yaman adalah satu-satunya negara republik di
Jazirah Arab.5
Yaman bagian utara dan bagian selatan adalah
suatu negara yang terpisah sebelum tahun 1982.
Melihat dominannya persamaan dalam banyak hal,
akhirnya Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu pada
22 Mei 1990.6 Sejak awal bersatu, Ali Abdullah Saleh
dikukuhkan sebagai presiden pertama Yaman Utara dan
Selatan hingga sekarang. Penyatuan itu diharapkan
mewujudkan sebuah negara yang integral dan
sejahtera, namun kini justru terjadi konflik.
Kelompok al-Houthi merupakan kelompok
pemberontak yang berbasis di Yaman Utara. Pengikut
al-Houthi terkenal dengan sebutan Houthis. Penamaan
ini dinisbatkan pada pencetusnya, yaitu Husein
Badaruddin Houthi. Ia merupakan pengikut Syi’ah
Zaidiyah Jurudiyah, yang lebih dekat dengan Syi’ah
5 “ Republik Yaman” http://www.tropis.com/sejarah/republik-yaman/ diakses pada tanggal 4 Februari 2010 6 “Upaya Pemberontak Houthi Untuk Dirikan Negara Syiah di Yaman Utara” http://www.eramuslim.com/berita/analisa/upaya-pemberontak-houthi-untuk-mendirikan-negara-syiah-di-yaman-utara.htm, diakses pada tanggal 29 Maret 2010
6
Isna Assyiyah (Syi’ah 12) yang ada di Iran dan
lainnya.7
Husein Al-Houthi adalah anak Allamah Sheikh
Badruddin Al-Houthi, tokoh Syi’ah Zaidiah Yaman. Ia
memulai karir politiknya yaitu sebagai salah satu
pendiri partai Al-Haq yang pandangannya berdasarkan
Islam. Pada tahun 1991, Partai Sosialis berkuasa di
Yaman, untuk mencegah meluasnya pemikiran ekstrim
Partai Asosiasi Reformasi Yaman mereka membentuk
Partai Al-Haq yang pandangannya berdasarkan Islam,
Husein Al-Houthi termasuk pendiri partai ini. Pada
tahun 1993 Husein Al-Houthi mengikuti pemilu
legislatif dan terpilih menjadi anggota parlemen.
Pada tahun 1996 mulai terjadi friksi dan perpecahan
dalam tubuh pemerintah Yaman. Hal itu diakibatkan
kembalinya warga Yaman yang bermazhab Wahabi dari
Afganistan. Demi mencegah tersebarnya pemikiran
ekstrim dan keras tersebut, pemerintah Yaman meminta
bantuan Husein Al-Houthi.8
Pada tahun 1997 Husein Al-Houthi keluar dari
Partai Al-Haq dan membentuk Gerakan Al-Syabab Al-
Mukmin (Gerakan Pemuda Mukmin). Di masa itu
7 “Republik Yaman”, Loc. cit 8 Ibid
7
pemerintah masih memberikan bantuan kepada gerakan
ini dan memberikan kesempatan untuk melakukan
aktivitas melawan pemikiran Wahabi. Namun segalanya
berubah total pada tahun 2003, sekitar 650 anggota
Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan Pemuda Mukmin)
ditahan dan dijebloskan ke dalam penjara akibat
menyerukan slogan yang menjelekkan Amerika Serikat
dan Israel. Upaya keras Husein Al-Houthi dan teman-
temannya untuk membebaskan mereka tidak kunjung
berhasil, bahkan mencapai jalan buntu. Sejak saat
itu friksi antara Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin dengan
pemerintah semakin lebar. Awalnya pemerintah menekan
gerakan ini lewat politik, namun lambat laun tekanan
ini mulai memasuki tahapan militer dan hal itu terus
berlangsung hingga saat ini.9
Kini konstelasi politik Yaman telah berubah
seratus delapan puluh derajat. Bila sebelumnya untuk
mencegah penyebaran Wahabi, pemerintah memanfaatkan
Husein Al-Houthi dan para pendukungnya, kini
pemerintah malah meminta bantuan Wahhabi untuk
menumpas Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin.
Pada Juni 2004, pemerintah Yaman akhirnya
menawarkan hadiah sebesar 55.000 USD bagi siapa yang
9 Ibid
8
berhasil menangkap Husein Al-Houthi. Penangkapan itu
sebagai taktik pemerintahan mengendorkan intensitas
protes dan pemberontakan yang dipimpinnya. September
2004, Menteri Pertahanan Yaman mengumumkan, bahwa
Husein Al-Houthi telah tewas oleh militer Yaman di
pegunungan sekitar Saada. Pasca kematian itu sampai
sekarang, pemberontak al-Houthi dipimpin oleh adik
kandungnya, Abdul Malik Al-Houthi. Ia juga mempunyai
pengaruh yang luas di kawasan utara. Dalam melakukan
aksi pemberontak tahun ini, Abdul Malik Al-Houthi
tidak sendiri, ia juga dibantu oleh dua saudaranya,
Abdull Karim Houthi dan Yahya Houthi.
Pemberontakan al-Houthi kembali meletus dari
Juni hingga Oktober 2009, sebenarnya tak jauh
berbeda dengan peristiwa pembangkangan Husein Al-
Houthi di tahun 2004 silam. Pemerintah Yaman di
selatan menuding kelompok al-Houthi ingin
menggulingkan sistem pemerintahan dan
menggantikannya dengan imâmah. Sedangkan kelompok
Houthi yang didukung oleh penduduk Yaman utara
menuding pemerintah Yaman melakukan diskriminasi dan
marginalisasi ekonomi kawasan Saada di utara Yaman.
Para pemberontak kelompok al-Houthi menuntut untuk
pembebaskan semua tahanan, membangun kembali
9
provinsi Saada, dan memungkinkan mereka untuk
mendirikan partai politik.10 Dalam pemberontakannya,
kelompok al-Houthi bergabung dengan banyak kelompok
separatis, kabilah, dan sebagian kalangan Zaidiyah.
Meleburnya sebagian pengikut Zaidiyah ke dalam
barisan pemberontak al-Houthi, bukan sepenuhnya
karena kedekatan ideologi, tapi juga faktor
kemiskinan Yaman Utara akibat ketidakadilan
pemerintah di Yaman Selatan.11
Di tahun 2009, motif konflik sebenarnya cukup
kecil, yaitu pada Juni 2009 lalu pemerintah Yaman
menuduh kelompok al-Houthi menculik 9 WNA yang
berlibur di Provinsi Saada. Tuduhan ini berlarut-
larut hingga pemerintah melancarkan "Operasi Bumi
Hangus (Scorched Earth)" pada 11 Agustus 2009 yang
menelan banyak korban. Menurut Palang Merah
Internasional, konflik Yaman tahun 2009
mengakibatkan sekitar 30.000 warga sipil terlantar.
Sejak pemberontakan al-Houthi 2004-2009, total
korban tewas mencapai sekitar 1.000 orang dan
150.000 jiwa lainnya terlantar. Sedangkan menurut
10 Ibid 11 “Siapa Suku Houthi di Yaman?” http://www.sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=771:siapa-suku-houthi-di-yaman&catid=85:lintas-dunia&Itemid=284, diakses tanggal 29 Maret 2010
10
situs resmi Yaman, jumlah korban tewas mencapai
5.000 orang dan 500.000 lainnya mengungsi.12
Konflik juga mengancam kemajuan Yaman sendiri,
baik secara teknologi, pembangunan, dan lainnya,
sehingga Yaman menjadi negara miskin dan tertinggal
yang secara tidak langsung menghambat kemajuan dunia
Islam. Untuk mengatasi pemberontakan itu, maka
pemerintah Yaman melakukan sejumlah langkah agar
persoalannya tidak semakin meluas.
C. Perumusan Masalah
Dari uraian latar belakang diatas maka dapat
diambil permasalahan yang akan dibahas dalam skripsi
ini yaitu:
• Bagaimana kesepakatan gencatan senjata antara
pemerintah pusat Yaman dengan kelompok Houthi
pada masa pemerintahan Ali Abdullah Saleh?
D. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan rumusan permasalahan, maka dalam
pembahasan suatu masalah diperlukan suatu konsep
berpikir atau teori yang dapat digunakan untuk
12 “Republik Yaman”, Loc. cit
11
mencari pemecahan permasalahan. Dalam penelitian ini
penulis menggunakan teori Resolusi Konflik.
Resolusi konflik merupakan suatu proses untuk
menghentikan konflik dengan berimplikasi pada proses
atau tujuan untuk melakukan perubahan-perubahan dan
merujuk pada penyelesaian proses.13
Resolusi konflik merupakan suatu terminology
ilmiah yang menekankan kebutuhan untuk melihat
perdamaian sebagai suatu proses terbuka dan membagi
proses penyelesaian konflik dalam beberapa tahap
sesuai dengan dinamika siklus konflik.
K. J Holsti mengatakan bahwa studi resolusi
konflik bertujuan untuk menelaah berbagai macam
situasi, pemerintahan atau organisasi internasional
yang dapat menghindari krisis menjadi perang atau
jika perang terjadi maka akan berusaha mengakhiri
perang tersebut. Studi ini menjelaskan prosedur-
prosedur dan penyelesaian yang berkaitan dengan
berbagai bentuk kompromi dan penarikan mundur
pasukan. Studi resolusi juga bertujuan mencari
13 Hugh Miall, Resolusi Damai Konflik Kontemporer, terj. PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2002, Hal : 31
12
penyelesaian dan memenuhi kebutuhan serta
kepentingan semua pihak.14
Tahapan proses resolusi konflik dibuat untuk
empat tujuan. Pertama, konflik tidak boleh hanya
dipandang sebagai suatu fenomena politik-militer,
namun harus dilihat sebagai suatu fenomena social.
Kedua, konflik memiliki suatu siklus hidup yang
tidak berjalan linear, siklus hidup suatu konflik
yang spesifik sangat bergantung dari dinamika
lingkungan konflik yang spesifik juga. Ketiga, suatu
konflik social harus dilihat sebagai suatu fenomena
yang terjadi karena interaksi bertingkat berbagai
factor. Keempat, resolusi konflik hanya dapat
diterapkan secara optimal jika dikombinasikan dengan
beragam mekanisme penyelesaian konflik lain yang
relevan.
Usaha manusia untuk meredakan pertikaian atau
konflik dalam mencapai kestabilan dinamakan
akomodasi. Pihak-pihak yang berkonflik saling
menyesuaian diri pada keadaan tersebut dengan cara
14 K. J Holsti, Peace and War : Armed Conflict and International Order, Cambridge : Cambridge University Prss, 1991, Hal : 56
13
bekerja sama. Bentuk-bentuk akomodasi adalah sebagai
berikut :15
a. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan
untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan
suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh
diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan
bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau
mengadakan perundingan perdamaian, merayakan
hari suci keagamaan, dan lain-lain.
b. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang
langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang
memberikan keputusan dan diterima serta ditaati
oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini
terlihat setiap hari dan berulangkali di mana
saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan
informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih
maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
c. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh
pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan
yang mengikat. Contoh : PBB membantu
menyelesaikan perselisihan antara Indonesia
dengan Belanda.
15 “Penyelesaian Konflik” http://id.wikipedia.org/wiki/penyelesaian_konflik, diakses pada tanggal 8 April 2010
14
d. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan
keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga
tercapai persetujuan bersama. Misalnya :
Panitia tetap menyelesaikan perburuhan yang
dibentuk Departemen Tenaga Kerja, bertugas
menyelesaikan persoalan upah, jam kerja,
kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-
lain.
e. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah
pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak
saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena
kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju
atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa
Perang dingin.
f. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian
perkara atau sengketa di pengadilan.
Dalam menyelesaikan permasalahan tersebut
pemerintah Yaman menggunakan bentuk kerjasama yaitu
dengan langkah gencatan senjata karena tidak ada
pihak ketiga yang ikut campur dalam penyelesaian
persoalan perselisihan tersebut. Tawaran gencatan
15
senjata dari pemerintah Yaman diberikan setelah
sebuah pengadilan Yaman menjatuhkan vonis 15 tahun
penjara kepada Yahya Al-Houthi yang menjadi
buronan.16 Pengadilan tersebut menyatakan baha Yahya
Al-Houthi bersalah secara in absentia (terdakwa
tidak hadir dalam sidang) karena merencanakan
pembunuhan sejumlah tokoh senior, termasuk duta
besar Amerika Serikat untuk San’a.
Pemerintahan Ali Abdullah Saleh menyampaikan
pengumuman bahwa pemerintah dan pemberontak kelompok
al-Houthi hampir mencapai kesepakatan untuk
mengakhiri perang. Dan satu-satunya solui untuk
mengatasi masalah di Yaman tersebut adalah melalui
dialog antara semua pihak sesuai dengan konstitusi
Yaman.17 Pemerintahan Yaman telah melakukan berbagai
cara, salah satunya adalah melakukan kesepakatan
gencatan senjata dengan kelompok tersebut pada
tanggal 12 Februari 2010.18 Dalam kesepakatan
16 “Pemerintah Yaman – Pemberontak Syiah Dekati Kesepakatan” http://www.suaramedia.com/berita-dunia/timur-tengah/17138-pemerintah-yaman--pemberontak-syiah-dekati-kesepakatan.html diakses pada tanggal 4 Februari 2010 17 “Para Pejabat Yaman Bertemu Sekjen Liga Arab” http://id.berita.yahoo.com/para-pejabat-yaman-bertemu-sekjen-liga-arab-045806962.html, diakses tanggal 15 Agustus 2011 18 “Presiden Yaman Umumkan Gencatan Senjata Dengan Pemberontak Syiah” http;//antaranew.com/berita/126592011/presiden-yaman-umumkan-gemcatan–senjata-dengan–pemberontak-syiah, diakses tanggal 31 Mei 2011
16
gencatan senjata tersebut pemerintah Yaman
mengajukan enam syarat, yaitu :
1. Pertama, penarikan diri dari bangunan milik
negara. Pemberontak Houthi menargetkan
penghancuran proyek-proyek pembangunan di
beberapa kawasan di Saada, antara lain proyek
pengadaan air bersih, pertanian, dan proyek
gerbong kereta api.
2. Kedua, pembukaan kembali jalan-jalan di utara.
Kelompok pemberontak Houthi berbasis di daerah
utara Yaman maka kelompok Houthi menutup jalan-
jalan yang menghubungkan daerah-daerah
diwilayah utara Yaman, sehingga pemerintah
mengajukan syarat agar jalan-jalan di utara
dibuka kembali.
3. Ketiga, pengembalian senjata yang dirampas dari
aparat pemerintah. Hampir semua warga Yaman
bebas memegang senjata dan hingga kini
pemerintah San’a pun belum mencabut larangan
memiliki senjata bagi warganya. Oleh karena
itu, kelompok pemberontak Houthi tidak terlalu
kesulitan untuk pasokan senjata, apalagi
kelompok Houthi juga dilaporkan telah
17
memperoleh rampasan senjata dari tentara Yaman
dan Arab Saudi.
4. Keempat, pembebasan seluruh tawanan termasuk
warga Saudi. Orang-orang suku di kawasan miskin
Yaman seringkali melakukan penyanderaan untuk
menekan pemerintah agar memberikan bantuan,
pekerjaan atau membebaskan orang-orang suku
mereka yang ditahan. Lebih dari 200 warga asing
diculik di Yaman dalam 15 tahun terakhir.
5. Kelima, pengosongan pos-pos militer di daerah
pengunungan. Pemerintah akan menghapus pos-pos
militer yang dahulu digunakan untuk memeriksa
apakah warga sipil atau pemberontak kelompok
Houthi.
6. Keenam adalah penghentian serangan terhadap
wilayah Arab Saudi. Kelompok Houthi mengatakan
bahwa Arab Saudi telah melancarkan 31 serangan
udara di kawasan Jaberi, wilayah Arab Saudi
yang memiliki tempat-tempat pemberontak dalam
jumlah besar. Arab Saudi dianggap telah
bekerjasama dengan pemerintah Yaman untuk
melawan kelompok Houthi.
18
Pada awalnya para pemberontak tersebut hanya
menawarkan untuk menerima lima persyaratan saja
namun pemerintah Yaman menolak mentah-mentah tawaran
tersebut. Pihak pemerintah mengatakan bahwa para
pemberontak juga harus menerima syarat keenam.
Pemerintah menetapkan batasan waktu kepada
kelompok pemberontak al-Houthi agar segera memenuhi
persyaratan untuk melakukan gencatan senjata,
menghentikan konflik di kawasan pegunungan utara
Yaman yang telah berlangsung selama bertahun-tahun
tersebut.
E. Argumen Pokok
Dari penjelasan-penjelasan di atas, maka
didapat sebuah argumen bahwa upaya pemerintah Yaman
dalam menghadapi pemberontakan dalam negeri pada
masa pemerintahan Ali Abdullah Saleh adalah : dengan
mengadakan kesepakatan gencatan senjata dengan
kelompok al-Houthi, yaitu :
1. Penarikan diri dari bangunan milik negara.
2. Pembukaan kembali jalan-jalan di utara.
3. Pengembalian senjata yang dirampas dari aparat
pemerintah.
19
4. Pembebasan seluruh tawanan termasuk warga
Saudi.
5. Pengosongan pos-pos militer di daerah
pengunungan.
6. Penghentian serangan terhadap wilayah Arab
Saudi.
F. Metode Penelitian
Metode adalah cara untuk mengelola suatu teori
dengan cara mengaplikasikannya kedalam data-data.19
1. Metode Penelitian
Metode kualitatif dimaksudkan sebagai jenis
penelitian yang temuan-temuannya tidak
diperoleh melalui prosedur statistic atau
bentuk hitungan lainya, contohnya dapat berupa
tentang kehidupan, riwayat seseorang, perilaku
seseorang, peranan organisasi, pergerakan
sosial dan hubungan timbal balik.20 Metode
kualitatif digunakan penulis untuk menjelaskan,
menginterpretasikan dan menarik hubungan antara
19 Johari, J. C, International Relations and Politics : Theoritical Prospective, Sterling Publisher Private Ltd, New Delhi, 1985, Hal : 21–23 20 Anselm Strauss dan Julien Corbin, Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003, hal 14
20
fakta atau data dengan teori yang ada sehingga
sampai pada kesimpulan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam proses pengumpulan data, penulis tidak
melakukan observasi secara langsung (data
primer), penulis hanya melakukan studi pustaka
atau library research, yaitu penelitian melalui
buku, jurnal, media massa, skripsi-skripsi yang
telah ditulis sebelumnya, internet, dan media
elektronik serta data-data dari sumber-sumber
yang relevan lainnya.
3. Teknik Analisis
Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis
deskriptif kualitatif, melalui teknik ini
penulis memaparkan permasalahan melalui data-
data yang dikumpulkan untuk mendapatkan
gambaran-gambaran yang sebenarnya, kemudian
menganalisanya dan menarik hubungan-hubungan
dari gejala-gejala social yang ada,
mengintepretasikanya dan kemudian ditarik
kesimpulan.
21
G. Tujuan dan Manfaat Penelitian
• Agar dapat mengetahui upaya-upaya apa saja
yang dilakukan pemerintah Yaman dalam
menghadapi pemberontakan dalam negeri.
• Untuk melengkapi persyaratan dalam memperoleh
gelar sarjana Ilmu Politik pada Jurusan Ilmu
Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan
Nasional.
H. Batasan Penelitian
Penulisan skripsi ini agar tidak terlepas dari
inti penelitiannya, maka dalam penulisan ini
dibatasi dari masa pemerintahan Ali Abdullah Saleh
saat beliau menjabat presiden pada tahun 2003-2010.
Diambilnya batasan awal tahun 2003 karena pada saat
itu untuk pertama kalinya pemerintah Ali Abdullah
Saleh merubah sikap politiknya untuk melawan
kelompok Al-Houthi. Sedangkan di tahun 2010
merupakan masa diberlakukannya gencatan senjata
antara pemerintah Ali Abdullah Saleh dengan kelompok
Al-Houthi. Namun tidak menutup kemungkinan diambil
data-data yang lain sebagai masukan dalam penulisan
ini.
22
I. Rencana Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini disusun secara sistematis
berdasarkan kaidah yang berlaku dalam kerangka
penulisan karya ilmiah, dan dibagi dalam bab per
bab, dengan pembahasan dalam wilayahnya tersendiri
namun masih saling berhubungan.
Tujuannya adalah untuk mempermudah dalam
melakukan interpretasi terhadap topik persoalan,
maka skripsi ini di bagi dalam lima bab yaitu :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab pertama ini terdiri dari alasan
pemilihan judul, latar belakang masalah,
perumusan masalah, kerangka pemikiran,
argumen pokok, teknik pengumpulan data,
tujuan penelitian, jangkauan penelitian,
dan sistematika penulisan.
BAB II Menguraikan tentang dinamika hubungan
pemerintahan Yaman dengan kelompok
pemberontakan di Yaman.
BAB III Menguraikan tentang upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah Yaman dalam
menghadapi pemberontakan kelompok Houthi
yaitu penarikan diri dari bangunan milik
23
negara, pembukaan kembali jalan-jalan di
utara.
BAB IV Menguraikan tentang upaya-upaya yang
dilakukan pemerintah Yaman dalam
menghadapi pemberontakan kelompok Houthi
yaitu pengembalian senjata yang dirampas
kelompok Houthi, pembebasan seluruh
tawanan termasuk warga Arab Saudi,
pengosongan pos-pos militer ,dan
penghentian serangan terhadap wilayah
Arab Saudi.
BAB V KESIMPULAN
Bab ini berisi tentang kesan yang dapat
ditarik sebagai hasil pembahasan dibab-
bab sebelumnya.
24
BAB II
DINAMIKA HUBUNGAN PEMERINTAH YAMAN DENGAN KELOMPOK PEMBERONTAK AL-HOUTHI
Kelompok al-Houthi mulai melancarkan
pemberontakan terhadap pemerintah Yaman pada tahun
2003. Pemerintah Yaman mengatakan bahwa para
pemberontak mendapatkan dukungan dari Iran namun
kelompok al-Houthi menyangkal keterlibatan Iran dalam
konflik tersebut.21
Sejak peristiwa hancurnya gedung World Trade
Center (WTC) pada tanggal 11 September 2001, pemerintah
Yaman menjalin hubungan baik dengan Amerika Serikat
akan tetapi hubungan kerjasama tersebut menimbulkan
pertentangan oleh warga Yaman. Banyak terjadi
pertempuran dan pemboikotan terhadap barang-barang
Amerika Serikat, dan menyerukan slogan-slogan yang
mengecam Amerika Serikat.
Bagaimana dinamika hubungan antara pemerintah
Yaman dengan kelompok Al-Houthi, pada sub-sub bab
dibawah ini akan menjelaskan tentang pemerintahan yaman
di bawah kepemimpinan presiden Ali Abdullah Saleh dan
latar belakang munculnya gerakan Al-Houthi.
21 “Pimpinan Houthi Tewas Dalam Serangan Udara Saudi?” http://nurulilmi.com/akhbar/600-pimpinan-houthi-tewas-dalam-serangan-udara-saudi.html, diakses pada 19 Juli 2011
25
A. Pemerintah Yaman Di Bawah Kepemimpinan Presiden Ali Abdullah Saleh
Sepanjang sejarah perjalanan Yaman, negara ini
adalah negara pertama di Jazirah Arab yang
menyatakan kemerdekaannya. Sebelum terbentuknya
negara Yaman, negara ini terbagi menjadi dua wilayah
kekuasaan, yaitu wilayah yang mencakup bagian utara
dan Oman, disebelah selatan yang dikuasai oleh
Inggris. Sedangkan wilayah Yaman Utara dan Tengah
dipimpin oleh Imam Hammimuddin.
Pada tahun 1962 terjadi revolusi di Yaman,
dimana rakyat dan pemimpin negara tersebut
mengadakan perlawanan terhadap pendudukan Inggris.
Hingga pada tahun 1967 Revolusi Yaman telah secara
resmi menyatakan kemerdekaan atas pendudukan
Inggris.22
Sejak Yaman menyatakan kemerdekaannya, telah
membuka jalan bagi bersatunya Yaman Utara dan Yaman
Selatan. Melihat banyaknya persamaan dalam banyak
hal Yaman Selatan dan Yaman Utara, pada akhirnya
kedua wilayah tersebut secara resmi bersatu pada
22 “Sejarah Yaman” http://uin-malamg.ac.id/elvarug/2011/02/12/sejarag-yaman/ diakses tanggal 15 Juni 2011
26
tanggal 22 Mei 1990.23 Bersatunya Yaman Utara dan
Yaman Selatan tersebut sekaligus mengubah negara
tersebut menjadi Republik Yaman.
Pada tahun 1990 Ali Abdullah Saleh diangkat
sebagai Presiden Republik Yaman pertama dan wakilnya
Ali Salim Al-Baidh yang sebelumnya merupakan ketua
Negara Yaman Selatan.24 Ali Abdullah Saleh sendiri
sebelumnya pernah menjabat sebagai Presiden Arab
Yaman (Yaman Utara) yang ke-6 sejak 18 Juli 1978
sampai dengan 22 Mei 1990.25
23 “Upaya Pemerontak Houthi untuk dirikan Negara Syiah di Yaman Utara.” , loc.cit 24 Ibid. 25 Dresch, Paul,History of Modern Yemen, Cabridge: Cambridge Univercity Press, h.184
27
Tabel I : DAFTAR PRESIDEN YAMAN
NO. NAMA MULAI MENJABAT AKHIR JABATAN
1. Abdullah As-Sallal 27 September 1962 5 November 1967
2. Abdul Rahman Al-Iryani 5 November 1967 13 Juni 1974
3. Ibrahim Al-Hamdi 13 Juni 1974 11 Oktober 1977
4. Ahmed Al-Ghashmi 11 Oktober 1977 24 Juni 1978
5. Abdul Karim Abdullah
Al-Arashi 24 Juni 1978 18 Juli 1978
6. Ali Abdullah Saleh 18 Juli 1978 22 Mei 1990
7. Ali Abdullah Saleh 22 Mei 1990 Sekarang
Sumber : “Presiden Yaman”, http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Presiden_Yaman_Utara, diakses pada tanggal 23 Mei 2010
Dari table di atas dapat diketahui bahwa dari
awal bersatunya antara Yaman Selatan dan Yaman Utara
Ali Abdullah Saleh adalah presiden pertama dari
negara Yaman hingga saat ini.
Dalam memimpin pemerintahan Republik Yaman,
Presiden Ali Abdullah Saleh melakukan hubungan baik
dengan para oposisinya. Salah satunya, beliau
menjalin hubungan yang baik dengan Husein Baharuddin
Al-Houhti yaitu seorang tokoh sekaligus pemimpin
dari partai Al-Haq yang duduk di kursi parlemen
sejak partainya berhasil memperoleh banyak kursi
28
pada pemilu Yaman tahun 1993 sampai 1997. Bahkan
Husein Baharuddin Al-Houhti sendiri sempat
mendirikan batalion bersenjata yang bernama Al-
Syabab Al-Mukminin (Gerakan Pemuda Mukmin).26
Krisis politik di Yaman pada tahun 1996 telah
menyebabkan terjadinya perpecahan di tubuh
pemerintahan, hal ini disebabkan oleh kembalinya
warga Yaman dari Afganistan dan mendirikan pusat
penyebaran paham di dekat San’a. Pemikiran ekstrim
kelompok Wahabi ini diadopsi dari pemikiran tokoh
Islam Bin Abdul Wahab, yang menyamakan kemusrikan
umat Islam saat ini sama dengan kemusrikan yang
terjadi paa Zaman Nabi Muhammad SAW, dan
menghalalkan darah bagi orang-orang yang musrik.27
Aliran Wahhabi adalah aliran Islam yang
bertujuan untuk mengembalikan umat kepada ajaran
Islam yang murni seperti yang termuat dalam Al-
Qur’an. Ajaran aliran ini lebih difokuskan kepada
ketauhidan atau Keesaaan Allah. Dalam penyebaran
aliran Wahhabi ini, para pengikutnya sangat tidak
26 ”Menuak Konflik Yaman dan Dampaknya Bagi Dunia Islam”, Loc.cit
27 “Bukti dokrin Takfir Wahabi” http://myquran.com/forum/showthread.php/10411-Bukti-Doktrin-Takfir-WAHABI/page7, diakses 2tanggal 7 Februari 2011
29
sepakat dengan lawan-lawannya mengenai masalah
perantara. Bagi Muhammad bin Wahhab, ibadah itu
merujuk pada seluruh ucapan dan tindakan lahir dan
batin yang dikehendaki dan diperintah oleh Tuhan,
oleh karena itu mereka sangat melarang umat Islam
untuk menyembah kepada pohon, batu atau kuburan.
Mereka juga melarang berdoa di depan kuburan, meski
doa tersebut ditujukan untuk meminta kepada Tuhan.
Ajaran yang dibawa aliran Wahhabi ini sangat
bertentangan dengan warga muslim Yaman yang
kebanyakan beraliran Syi’ah. Moqbil Al-Waadi adalah
pembesar Salafi Takfiri yang berasal dari Arab Saudi
keturunan Yaman, Al-Waadi mendirikan sebuah pusat
penyebaran faham Wahabi dekat Sa’da. Al-Waadi
mempunyai banyak karya yang banyak menyudutkan
Syi’ah dan tulisan-tulisannya yang menyindir Imam
Khumaini (pendiri Revolusi Islam Iran) yang
dipercaya oleh kaum muslim Syi’ah menimbukan
kegelisahan dan kemarahan warga Yaman. Mencegah
semakin meluasnya dampak dari adaya aliran Wahhabi
di Yaman, maka pemerintah Ali Abdullah Saleh meminta
bantuan Husein Badaruddin Al-Houthi.
Husein Badaruddin Al-Houthi sendiri telah
mengundurkan diri dari partai Al-Haq pada tahun
30
1997, ia mendirikan Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin
(Gerakan Pemuda Mukmin). Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin
(Gerakan Pemuda Mukmin) yang didirikan Husein
Badaruddin Al-Houthi lebih condong pada kegiatan
keagamaan dan dakwah di Sa’da. Sejak awal berdirinya
Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan Pemuda Mukmin)
juga melakukan perlawanan dengan kelompok Wahhabi di
San’a. Kelompok ini menentang keras tulisan-tulisan
para tokoh Wahhabi yang secara terang-terangan
menyudutkan kaum Syi’ah. Kelompok Wahhabi juga
menghina Imam Khumaini yang merupakan tokoh revolusi
besar di Iran. Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan
Pemuda Mukmin) yang memiliki kedekatan dengan aliran
Syi’ah di Iran tentunya sangat marah terhadap
kelompok Wahhabi. Perlawanan Gerakan Al-Syabab Al-
Mukmin (Gerakan Pemuda Mukmin) terhadap kelompok
Wahhabi ini mendapatkan dukungan dari pemerintahan
Ali Abdullah Saleh, yaitu dengan memberikan
kebebasan gerakan ini melakukan perlawanan terhadap
kelompok Wahhabi.
31
B. Latar Belakang Munculnya Kelompok Pemberontakan Al-Houthi
Kelompok pemberontak Al-Houthi yang telah di
tanggap oleh pemerintah Ali Abdullah Saleh pada
awalnya adalah semacam gerakan pemuda Islam Yaman
yang bernama Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan Pemuda
Mukmin) yang dibentuk oleh Husein Badaruddin Al-
Houthi pada tahun 1997. Tujuan dibentuknya gerakan
Pemuda Mukmin ini adalah untuk melawan kelompok yang
beraliran Wahhabi di Yaman. Pemerintah Ali Abdullah
Saleh juga mendukung aktivitas perlawanan yang
dilakukan gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan
Pemuda Mukmin) terhadap kelompok Wahhabi.
Namun ketika Amerika Serikat dengan gencar
mengkampanyekan program “pemberantasan teroris”,
kepada negara–negara di seluruh penjuru dunia, hal
ini berdampak pula pada kondisi politik dalam negeri
Yaman. Yaman adalah salah satu negara sekutu penting
Amerika Serikat di Timur Tengah yang terlibat dalam
perjanjian anti terorisme dengan Amerika Serikat.
Dukungan pemerintah Yaman terhadap program Amerika
32
Serikat tersebut sehingga menerima kehadiran militer
dan intelejen Amerika Serikat di San’a.28
Dukungan pemerintahan Ali Abdullah Saleh
terhadap Amerika Serikat dan masuknya militer
Amerika Serikat di wilayah negara Yaman ini tentu
saja menimbulkan pertentangan dan protes dari
kelompok Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan Pemuda
Mukmin). Aksi protes tersebut semakin panas ketika
Amerika Serikat melakukan invasi militer ke Irak,
untuk menggulingkan rezim Sadam Husein. Bahkan
Sayyid Thaba ‘thaba’i Al-Houthi yang saat itu
menjabat sebagai anggota parlemen Yaman mewakili
Provinsi Sa’da sekaligus Sekjen Partai Al-Haq, ikut
memprotes arah kebijakan yang dikeluarkan Presiden
Ali Abdullah Saleh.29
Sayyid Thaba ‘thaba’i Al-Houthi menggantikan
peran ayahnya Husein Badaruddin Al-Houthi memimpin
kelompok Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan Pemuda
Mukmin), yang dikenal oleh pemerintah sebagai
kelompok Al-Houthi. Dalam upaya menentang keberadaan
28 Radio Islam, “Nasib Perang Yaman” http://politik.kompasiana.com/2010/01/03/nasib-perang-yaman/, diakses 27 Februari 2011
29“Perang Yaman” http://banjarkuumaibungasnya.com/2010/04/perang-yaman,hml, diakses tanggal 16 Juni 2011
33
militer Amerika Serikat di Yaman, Sayyid Thaba
‘thaba’i Al-Houthi aktif menyelenggarakan pertemuan-
pertemuan keagaaman dan pengajian Al-Quran. Salah
satunya adalah dalam pertemuan di Madrasah Imam
Hadias di Kota Marran tanggal 17 Januari 2002,
beliau meminta kepada masyarakat untuk memboikot
produk-produk Amerika Serikat dan Zionis Israel.
Sayyid Thaba ‘thaba’i Al-Houthi juga dengan lantang
menyerukan slogan yang menjelekkan Amerika Serikat
dan Israel. Slogan ini menjadi slogan resmi kelompok
Syi'ah untuk menentang keberadaan Amerika Serikat di
Yaman.30 Seruan Sayyid Thaba ‘thaba’i Al-Houthi
mendapat respon yang baik oleh seluruh kalangan
masyarakat, bahkan kelompok–kelompok pemuda
bergabung dengan organisasi Al-Syaba Al-Mukmin
(Gerakan Pemuda Mukmin) untuk ikut menentang
keberadaan Amerika Serikat dan Zionis Israel di
Yaman ini, sekaligus menetang sikap pemerintahan Ali
Abdullah Saleh yang telah menjadi sekutu Amerika
Serikat.
Fenomena ini tentu saja sangat mengkhawatirkan
pemerintahan Ali Abdullah Saleh. Bagi pemerintah,
Gerakan kelompok Al-Houthi ini mengingatkan pada
30 Ibid
34
semangat revolusi orang-orang Syi’ah dalam sepanjang
sejarah. Menurut pemerintah gerakan Al-Houthi akan
menimbulkan kendala besar terhadap berjalannya
pemerintahan di Yaman. Oleh karena itu langkah
pertama yang dilakukan pemerintah Ali Abdullah Saleh
adalah mencap kelompok Syi’ah Al-Houthi ini sebagai
kelompok pemberontak. Langkah pertama yang diambil
pemerintah ini bertujuan untuk dapat menarik
perhatian negara-negara lainnya untuk membantu
pemerintah Yaman dalam upaya meredam aksi kelompok
Al-Houthi.31
Demi menjalankan niatnya memberantas kelompok
Al-Houthi tersebut, Presiden Ali Abdullah Saleh pada
tahun 2004 ikut dalam pertemuan kepala-kepala negara
G-8 di Georgia, Amerika Serikat.32 Ia berunding
dengan George W. Bush dan kepala-kepala negara Eropa
lainnya dan berusaha untuk menarik dukungan mereka
menumpas orang-orang Syi’ah Yaman dan kelompok
teroris Al-Qaeda. Bersamaan dengan itu, Presiden Ali
Abdullah Saleh berusaha mempengaruhi negara-negara
lain dan memanfaatkan anasir-anasir Ahli Sunnah yang
31 “Sekilas tentang Gerakan Al–Houthi” http://Indonesian.irib.ir/index.php?option=comcontent&task=view&id=18214&Itemid=59, diakses pada tanggal 30 Oktober 2010 32 “Perang Yaman”, op.cit
35
memusuhi Syi’ah. Pada tahun 2003 pemerintah Ali
Abdullah Saleh berubah sikap seratus delapan puluh
derajat untuk melawan kelompok Al-Houthi. Upaya
pemerintah Ali Abdullah Saleh untuk menghentikan
gerakan kelompok Al-Houthi ini juga mendapat bantuan
dari negara-negara lain seperti Arab Saudi dan
Amerika Serikat. Bahkan dalam memberantas gerakan
pemberontak Al-Houthi ini pemerintah juga meminta
dukungan dari kelompok Wahabi.
Pertikaian antara pemerintahan Presiden Ali
Abdullah Saleh dengan kelompok pemberontak Al-Houthi
yang dipimpin oleh Sayyid Thaba ‘thaba’i Al-Houthi
anak dari Husein Al-Houthi ini berujung pada
bentrokan senjata. Hingga sekarang bentrokan
tersebut masih berlangsung, bahkan sejak Sayyid
Husein Al-Houthi diumumkan telah tewas oleh serangan
militer Yaman di pegunungan di sekitar Sa’da, pada
tahun 2004.
Pada tahun 2004 adalah untuk pertama kalinya
meletus perang antara pemerintah Yaman dengan
kelompok pemberontakan Al-Houthi. Perang ini dipicu
dari adanya penangkapan terhadap 650 anggota
gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan Pemuda Mukmin)
yang ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara
36
akibat menyerukan slogan yang menghina dan
menjelekkan Amerika Serikat. Upaya keras yang
dilakukan Sayyid Al-Houthi dan teman-temannya untuk
membebaskan anggota gerakan Al-Syabab Al-Mukmin
(Gerakan Pemuda Mukmin) yang ditangkap oleh
pemerintah Ali Abdullah Saleh tak pernah berhasil,
bahkan upaya ini menemui jalan buntu. Sejak saat itu
friksi antara Gerakan Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan
Pemuda Mukmin) dengan pemerintah semakin lebar. Pada
awalnya tindakan pemerintah Yaman untuk menghentikan
pemberontakan kelompok Al-Houti ini dilakukan lewat
jalur politik, namun lambat laun seiring dengan
semakin luasnya aksi yang dilakukan kelompok ini
membuat pemerintah Yaman lambat laun mulai melakukan
tahapan militer. Namun gerakan kelompok Al-Houthi
ini belum berhenti meski pemimpin mereka sudah tewas
ditangan miiliter Yaman. Perang antara kelompok Al-
Houthi dengan pemerintah Yaman terus berlanjut
hingga tahun 2009. Pasca kematian Sayyid Al-Houthi,
perjuangan kelompok Al-Houthi untuk melawan
pemerintah Yaman diteruskan oleh adik kandungnya.
Abdul Malik Al-Houthi yang merupakan adik kandung
Sayyid Al-Houthi memiliki pengaruh luas di kawasan
utara Yaman. Dalam melakukan aksi pemberotakannya
37
dengan pemerintah Yaman Abdul Malik Al-Houthi
dibantu oleh dua saudaranya, Abdull Karim Al-Houthi,
dan Yahya Al-Houthi.
Meletusnya pertikaian antara kelompok
pemberontak Al-Houthi dengan pemerintahan Yaman
bukan hanya dipicu oleh kedekatan pemerintah dengan
Amerika Serikat, tetapi juga dipicu oleh
diskriminasi dan marginalisasi ekonomi di daerah
Sa’da, Yaman Utara. Sementara pemerintahan Yaman
menuding pemberontakan yang dilakukan kelompok al-
Houthi ini merupakan aksi dalam upaya menggulingkan
pemerintahan Ali Abdullah Saleh di Yaman. Pada masa
pemerintahan Ali Abdullah Saleh Bank Dunia
menghancurkan perekonomian Yaman melalui program-
program reformasi keuangan dan administrasi. Ali
Abdullah Saleh pun akhirnya meminta bantuan kepada
IMF (International Monetary Fund) agar membiayai
anggaran belanja negara untuk pemerintahannya yang
berkuasa pada waktu itu dan mengarahkan perekonomian
Yaman sesuka Ali Abdullah Saleh. Perekonomian Yaman
tidak terlihat mengalami perbaikan dengan munculnya
minyak pada masa Ali Abdullah Saleh, sebaliknya
perekonomian Yaman justru mengalami keterpurukan
38
secara keseluruhan hingga mata uang lokal Real
terpuruk terhadap Dollar.
Munculnya indikasi-indikasi keterpurukan
ekonomi Yaman pada tahun 2006 sehingga meningkatkan
ketergantungan pada masa pemerintahan Ali Abdullah
Saleh kepada dana-dana investor asing.33 Hasil bumi
seperti minyak dan gas pun juga ikut terlantar
secara sengaja dan dijadikan sebagai alat untuk
menciptakan krisis-krisis mencekik dengan tujuan
untuk menyakiti masyarakat. IMF telah menyetujui
pinjaman sebesar 369,8 juta dollar Amerika (USD)
untuk membantu krisis moneter yang terjadi di negara
Yaman. Pada tahap wal IMF telah memberikan pinjaman
sebesar 52,8 juta USD dan sisanya akan diberikan
setelah evaluasi keuangan di negara Yaman
tersebut.34
Selama terjadinya konflik antara pemerintahan
Yaman dengan kelompok al-Houthi hingga tahun 2009
sudah terjadi enam kali bentrokan senjata antara
kedua kubu tersebut. Jumlah korban yang diderita
33 “Sebelum Meninggalkan Pemerintahan, Ali Abdullah Shalih Menghancurkan Perekonomian di Yaman” http://hizbut-tahrir.or.id/2011/05/20/sebelum-meninggalkan-pemerintahan-ali-abdullah-shalih-menghancurkan-perekonomian-di-yaman/, diakses pada 27 Februari 2011 34 “Yaman Krisis moneter” http://indo.hadhramaut.info/view/2662.aspx, diakses pada 19 Juli 2011
39
akibat perang selama kurang lebih enam tahun
tersebut sudah mencapai puluhan ribu orang. Menurut
Palang Merah Internasional, sejak pemberontakan
Houthi 2004-2009, total korban tewas mencapai
sekitar 1.000 orang dan 150.000 jiwa lainnya
terlantar. Sedangkan menurut situs resmi Yaman,
jumlah korban tewas mencapai 5.000 orang dan 500.000
lainnya mengungsi.35
Aksi militer pertama yang dilakukan tentara
Yaman dilakukan pada saat Presiden Ali Abdullah
Saleh kembali dari Amerika Serikat untuk mengikuti
KTT G-8 di Gorgia tahun 2004. Pada saat itu Presiden
Ali Abdullah Saleh memerintahkan seluruh pasukan
militernya untuk menyerang total Provinsi Sa’da,
khususnya daerah–daerah Nushur, Al-Shafi’ah,
Dhuhyan, dan Marran setelah dikeluarkannya perintah
tersebut, jet-jet tempur dan pesawat pembom militer
ikut membantu, ratusan kendaraan berlapis baja dan
alterari berat untuk membumi hanguskan kawasan
tersebut. Tepatnya pada pada Senin pagi tanggal 17
Juni 2004, kawasan hijau di pegunungan Provinsi
Sa’da menjadi sasaran serangan brutal pasukan
35 ”Sekilas tentang Gerakan Al Houthi”,loc.cit
40
militer dan hanya dalam waktu beberapa menit daerah
tersebut menjadi hancur.36
Pemerintah Yaman berusaha menutup-nutupi apa
yang sebenarnya terjadi di Propinsi Sa’da, dengan
menerapkan sensor berita ketat dan mengusir para
wartawan televisi termasuk Aljazeera, Al-rabiya dan
Al-Alam. Selama tiga bulan militer Yaman setiap
harinya membumihanguskan daerah-daerah Syi’ah di
utara negara ini. Mereka berhasil menguasai kota
Marran dan membunuh Sayyid Husein Thaba’thaba’i Al-
Houthi. Akhirnya pada tanggal 10 September
pemerintah secara resmi mengumumkan perang telah
berakhir.
Pasca kematian Sayyid Husein Al-Houthi,
pemerintah Yaman menganggap telah menguasai penuh
orang-orang Syi’ah Zaidiah yang berada di Provinsi
Sa’da dan merasa telah membersihkan kawasan dari
para pemberontak pemerintah. Dalam perang antara
pemerintah Yaman dengan kelompok pemberontak al-
Houthi, terdapat intervensi dari pemerintah Arab
Saudi yang mendukung pemerintah Yaman. Dukungan Arab
Saudi terhadap pemerintah Yaman diwujudkan oleh
penempatan ribuan tentara, pesawat tempur, kapal
36 “Perang Yaman”, Loc .cit
41
perang, tank serta alteri dikawasan perbatasan yang
berdekatan dengan Yaman pada tanggal 11 Agustus
2004.37
Pasca serangan militer Yaman yang pertama
tanggal tanggal 17 Juni 2004, ketertindasan penduduk
Provinsi Sa’da membuat orang-orang Syi’ah Zaidiah
Yaman semakin solid dan menyatakan rasa
solidaritasnya. Banyak orang Syi’ah dari daerah
Haydan dan sejumlah provinsi lainnya membangun
kembali bangunan-bangunan yang hancur.
Perang kedua antara militer Yaman dan kelompok
al-Houthi dimulai akhir Januari 2005. Perang kali
ini semakin luas mulai dari gunung Marran hingga ke
kota Haydan. Kali ini panglima perang langsung
diambil alih oleh Sayyid Badruddin Al-Hauthi, ayah
Sayyid Husein al-Hauthi. Di hari-hari pertama perang
23 anggota al-Houthi meninggal dan seperti yang
dilaporkan militer Yaman, hanya 8 tentaranya yang
tewas dan mereka berhasil menahan 55 orang.
Setelah perang kedua warga kota Nushur dan
Haydan ini mengungsi ke gunung-gunung Al-Naf’ah, Al-
Mathrah, Alu Salim, ‘Ashaid dan Bani Mu’adz.
37 “Intervensi Arab Saudi dalam Krisis Yaman” http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=17190&Itemid=71,diakses 27 Februari 2011.
42
Sementara itu pemerintah pada tanggal 27 Maret 2005
menyatakan perang kedua berakhir. Namun kali ini
dengan semakin meluasnya protes di dalam dan luar
negeri atas pembantaian warga Syi’ah Yaman,
pemerintah malah memutuskan untuk membantai seluruh
warga Syi’ah di Provinsi Sa’da. Pemerintah Yaman
menilai para pejuang Syi’ah sebagai penghalang utama
semakin kokohnya hubungan Yaman dengan Amerika
Serikat dan Arab Saudi. Pemerintah melarang segala
bentuk acara keagamaan di provinsi ini.
Perang Yaman ketiga terjadi di bulan Maret
2006. Kelompok al-Houthi kali ini dipimpin oleh
Abdul Malik Al-Houthi, adik Husein Al-Houthi. Luas
perang kali ini mencakup kota-kota di sekitar Sa’da
seperti Saqain, Majz, dan Haydan, hingga mengarah ke
pusat provinsi Sa’da. Perang ini untuk sementara
waktu dihentikan disebabkan masa pemilu presiden dan
kepala-kepala daerah di bulan Desember 2006.
Dalam perang ini, pasukan pemerintah dengan
alasan ingin membebaskan tentara Yaman yang ditawan
para pejuang al-Houthi, mereka menyerbu pusat-pusat
kekuatan kelompok Al-Houthi di ketinggian pegunungan
provinsi ini. Menurut klaim media-media pemerintah,
di awal serangan ini mereka berhasil menewaskan 80
43
pejuang al-Houthi. Sementara korban yang jatuh di
pihak militer dikabarkan hanya 27 orang. Di hari-
hari selanjutnya pemerintah mengkonfirmasikan
militer negara ini berhasil menewaskan 7 orang.
Tidak cukup dengan menyerang warga Syi’ah di
daerah-daerah mereka, pemerintah Yaman dalam
pernyataanya juga melakukan pembersihan terhadap
orang-orang Syi’ah mulai dari ibu kota San’a,
Ma’rib, Jauf, Hajjah dan di daerah-daerah lainnya.
Akibatnya ratusan aktivis politik dan budaya
ditangkap dan dijebloskan ke dalam penjara.
Perang Yaman keempat terjadi di bulan Februari
2008. Dalam perang keempat ini para pemuda anggota
Al-Syabab Al-Mukmin (Gerakan Pemuda Mukmin)
menjadikan seluruh Provinsi Sa’da sebagai tempat
operasi militer mereka terhadap pasukan pemerintah.
Dalam perang ini mereka berhasil memaksa pemerintah
mengalami kerugian besar, terutama gedung-gedung
pemerintah, keamanan dan militer. Kali ini para
pejuang al-Houthi lebih sigap dan menerapkan
strategi perang gerilya. Perang keempat ini pada
akhirnya memaksa militer Yaman mundur dari posisi-
posisi strategis di gunung-gunung dan Abdul Malik
44
Al-Houthi menjadi seorang pemimpin yang disegani. Ia
juga menjadi panglima perang Yaman kelima.
Perang Yaman kelima ini dimulai bulan Februari
2008. Gerakan al-Houthi dalam perang ini telah
memanfaatkan senjata-senjata sedang dan berat
terhadap militer Yaman. Kawasan perang kali ini
mencakup Provinsi Sa’da, daerah Al-Hashishiyah,
bagian dari ibu kota San’a, dan kawasan Harf Sufyan,
bagian Provinsi ‘Amran. Luasnya perang kali ini
sangat membahayakan pemerintah Yaman. Perang kelima
ini mencakup daerah yang lebih luas, tapi telah
terjadi perubahan dalam kualitas dan kinerja perang
kelompok al-Houthi.
Presiden Ali Abdullah Saleh dalam kondisi yang
sulit akhirnya harus menerima mediasi Qatar dan
berujung pada kesediaan kedua pihak untuk gencatan
senjata. Berdasarkan kesepakatan Doha yang
ditandatangani langsung oleh kedua pihak demi
mewujudkan perdamaian, kedua pihak berjanji untuk
menghentikan aksi militer. Sesuai dengan kesepakatan
ini, pemerintah Yaman harus mengampuni para anggota
al-Houthi dan kedua pihak harus membebaskan para
tahanannya. Sementara itu, kelompok al-Houthi harus
45
mengembalikan segala macam senjata yang mereka
rampas dari pasukan pemerintah.
Berdasarkan kesepakatan tersebut, kontrol
Provinsi Sa’da berada di tangan pemerintah pusat dan
gerakan Al-Houthi dapat membentuk partai politik
demi melaksanakan aktivitasnya. Namun kesepakatan
yang dihasilkan pasca lima kali perang berdarah
tidak dapat diterapkan, kecuali masalah penukaran
tawanan. Kedua pihak masing-masing menuduh pihak
lainnya melanggar kesepakatan Doha. Pemerintah Yaman
dan negara-negara Timur Tengah yang mendukung
pemerintah Yaman menjadikan kesepakatan Doha sebagai
kesempatan untuk melakukan konsolidasi dan
memulihkan kembali kekuatan militernya. Pasca upaya
gelar perang urat saraf dan propaganda di San’a dan
Riyadh, perlahan-lahan mereka telah mempersiapkan
munculnya perang keenam.
Perang Yaman keenam meletus bulan Agustus 2009.
Pada hakikatnya perang kali ini adalah perang habis-
habisan. Pembunuhan dan pembantaian menjadi bukti
lepas kendalinya para komandan militer Yaman yang
bersumber dari kekalahan di perang sebelumnya.
Perang ini dilakukan dengan koordinasi politik,
militer dan intelijen antara Riyadh dan San’a.
46
Pembantaian anak-anak dan wanita tidak berdosa
di Provinsi Sa’da dan daerah-daerah terpencil
provinsi ini menunjukkan kekalahan mutlak segala
program dan strategi pemerintah San’a. Dalam perang
ini ratusan warga sipil dan pasukan militer tewas,
ratusan ulama dan aktivis politik dan budaya diteror
atau dipenjara oleh agen-agen Yaman. Menurut Palang
Merah Internasional konflik Yaman tahun 2009
mengakibatkan 30.000 warga sipil terlantar. Sejak
pemberontakan al-houthi pada tahun 2004-2009 total
korban tewas mencapai sekitar 1.000 orang dan
150.000 jiwa laiinya terlantar, sedangkan menurut
situs resmi Yaman, jumlah korban tewas mencapai
5.000 orang dan 500.000 warga sipil lainnya
mengungsi.38
Di sini Abdullah ‘Aizhah Al-Razzami, komandan
militer para pejuang al-Houthi selalu menjadi tokoh
di balik layar setiap operasi militer gerakan ini.
Ia kini menjadi tangan kanan Sayyid Abdul Malik Al-
Houthi. Perbedaan perang kali ini dengan perang-
perang sebelumnya ada pada semakin kokohnya kekuatan
militer dan operasi militer para pejuang Syi’ah Al-
38 “Menguak Konflik Yaman dan Dampaknya Bagi Dunia Islam” http://www.eramuslim.com/berita/analisa/menguak-konflik-yaman-dan-dampaknya-bagi-dunia-islam.htm, diakses pada 19 Juli 2011
47
Houthi dalam menghadapi pasukan pemerintah. Kekuatan
ini dapat disaksikan saat para pejuang al-Houthi
berhasil menghancurkan tiga pesawat Sukhoi, sebuah
helikopter militer dan puluhan tank militer Yaman.
48
BAB III
UPAYA PEMERINTAH YAMAN MENGHADAPI PEMBERONTAKAN KELOMPOK AL-HOUTHI MELALUI KESEPAKATAN PENARIKAN DIRI
PASUKAN PEMBERONTAK YAMAN DARI BANGUNAN MILIK PEMERINTAH DAN PEMBUKAAN JALAN DI UTARA
Pemerintah pusat Yaman telah bertempur melawan
kelompok al-Houthi namun konflik meningkat ketika
Sana’a melancarkan Operasi Bumi Hangus untuk meredam
tindakan kekerasan oleh kelompok pemberontak. Sejak
pertempuran pada tahun 2004 ribuan orang dari pihak
tentara dan gerilyawan tewas di Sa’da.
Pada bulan Februari tahun 2010 pemerintah Yaman
dan kelompok Houthi menandatangani kesepakatan gencatan
senjata, terdapat enam syarat dalamkesepakatan gencatan
senjata tersebut.
A. Upaya Pemerintah Yaman Menghentikan Perang Dengan Kelompok Al-Houthi melalui jalan Perundingan damai Dan Gencatan Senjata
Upaya pemerintah Yaman untuk memberantas
kelompok pemberotakan Al-Houthi dengan melakukan
pendekatan militer ternyata tidak mampu menghentikan
gerakan tersebut hingga sekarang. Selama perang yang
terjadi selama enam tahun tersebut membuat situasi
keamanan di Yaman menjadi tidak stabil. Konflik ini
juga mengancam kemajuan Yaman sendiri, baik secara
49
teknologi, pembangunan, dan lainnya, sehingga Yaman
menjadi negara miskin dan tertinggal.
Pada perang yang berlangsung di negeri Yaman,
juga mengakibatkan penderitaan ratusan ribu rakyat
sipil dan ribuan tentara kedua belah pihak menjadi
korban akibat bentrokan senjata yang berlangsung
selama enam tahun tersebut. Dalam perang tersebut
pemerintah Yaman juga mengalami kerugian, berbagai
kemenangan-kemenangan yang diperoleh kelompok
pemberontak Al-Houthi, membuat kelompok tersebut
berhasil mengusai bangunan-bangunan milik negara dan
menutup jalan masuk menuju Yaman Utara.
Perang yang berlangsung berlarut-larut di
Yaman, timbul upaya dari pemerintah Yaman untuk
mengakhiri perang tersebut. Selama terjadinya perang
di Yaman situasi politik di negeri tersebut menjadi
tidak menentu, perdebatan yang timbul dikalangan
elit politik di Yaman. Kubu oposisi di Yaman
mendesak pemerintahan Ali Abdullah Saleh untuk
mengakhiri konflik dengan kelompok Al-Houthi dengan
mengelar perundingan damai. Menurut kubu oposisi
jika pemerintah Yaman dapat mengakhiri perang
tersebut dengan melalui penyelesaian damai bisa
dilakukan, maka masyarakat syi’ah di Yaman bisa
50
lebih optimis untuk memperoleh hak-hak politik dan
agamanya.39
Sebenarnya keinginan para politikus di Yaman
untuk dilakukannya gencatan senjata dan perundingan
damai telah disambut baik oleh para pemimpin milisi
Al-Houthi, namun pemerintah Yaman tetap saja
bertahan untuk melakukan serangan militernya yang
banyak mengorbankan warga sipil. Pada kali ini
adanya desakan dari oposisi di Yaman, mendorong
pemerintahan Ali Abdullah Saleh melakukan upaya
penyelesaian konflik dengan kelompok Al-Houthi
dengan jalan perundingan damai. Hal ini dilakukan
untuk mencegah semakin meluasnya perang yang terjadi
di Yaman, serta dampak terhadap jatuhnya banyak
korban warga sipil akibat perang yang berkepanjangan
tersebut.
Upaya pertama yang dilakukan pemerintah Yaman
untuk menghentikan perang dengan kelompok
pemberontak Al-Houthi adalah melakukan perundingan
dengan kelompok tersebut. Presiden Ali Abdullah
39 “Nasib Perang Yaman” http://politik.kompasiana.com/2010/01/03/nasib-perang-yaman/, diakses 27 Februari 2011
51
Saleh terpaksa meminta delegasi Qatar untuk masuk
menjadi mediator dalam perundingan antara pemerintah
Yaman dengan kelompok pemberontak Al-Houthi.
Perundingan antara pemerintah Yaman dan
kelompok Al-Houthi pernah terjadi pada tahun 2008,
tepatnya setelah meletusnya perang antara tentara
Yaman dengan kelompok pemberontak Al-Houthi.
Mencegah semakin meluasnya perang tersebut pemrintah
Qatar mengutus delegasinya untuk melakukan mediasi
antara pemerintah Yaman dengan kelompok Al-Houthi.
Upaya mediasi yang dilakukan delegasi Qatar tersebut
menghasilkan kesepakatan genjatan senjata yang
dilakukan kedua belah pihak yang bertikai di Yaman.
Dari hasil kesepakatan gencatan senjata tersebut
upaya mediasi yang dilakukan delegasi Yaman adalah
meminta kepada pemerintah Yaman untuk mengampuni
tindakan-tindakan yang pernah dilakukan kelompok Al-
Houthi. Kedua belah pihak juga diminta untuk segera
menghentikan perang tersebut, selain itu pemerintah
Yaman juga diminta untuk membebaskan seluruh
tawanan. Kepada kelompok al-Houthi juga diminta
menyerahkan segala persenjataan yang dirampas dari
tentara Yaman. Namun kesepakatan genjatan senjata
yang dilakukan kedua belah pihak tidak berlangsung
52
lama, pada tahun 2009 untuk ke enam kalinya tentara
Yaman dan kelompok pemberontak Al-Houthi bertemu
dalam baku tembak yang terjadi di Propinsi San’a.
Memperkuat upaya kesepakatan gencatan senjata
antara pihak pemerintah Yaman dengan kelompok Al-
Houthi, maka kedua belah pihak kembali dibawa kemeja
perundingan yang diselenggarakan di Doha pada
tanggal 19 Desember 2009.40 Dalam perundingan
tersebut delegasi-delegasi pemerintah Yaman yang
beranggotakan wakil-wakil mititernya berada di Doha
dalam usaha menjadikan gencatan senjata yang dinilai
lemah itu menuju ke perjanjian damai resmi dengan
bantuan para mediator dari Qatar, yang sebelumnya
pernah menjadi penengah dalam perjanjian gencatan
senjata di Yaman pada tahun 2008.
Dalam upaya melakukan perundingan tersebut
presiden Ali Abdullah Saleh meminta keikutsertaan
kelompok Al-Houthi dalam perundingan tersebut.
Pemimpin kelompok pemberontak di Yaman utara
mengatakan menerima tawaran pemerintah Yaman untuk
perundingan dan gencatan senjata asalkan pemerintah
40 “Laporan: Kronologi Kebengisan Arab Saudi di Yaman” http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=18934&Itemid=51, diakses 27 Februari 2011
53
mengakhiri perang terhadap mereka, yang dianggap tak
adil. “Kami ingin mengakhiri pertumpahan darah dan
juga menghindari bencana yang dihadapi negara baru-
baru ini serta mengakhiri aksi genosida melawan
penduduk sipil.”41 Menurut juru bicara kelompok Al-
Houthi, mengatakan bahwa: Yahya Al-Houthi yang
merupakan saudara kandung dari Sayyid Al-Houthi ikut
serta dalam perundingan tersebut.42
Pada perundingan damai yang dilakukan di
Doha, pemerintah Yaman mengajukan enam syarat kepada
kelompok pemeberontak AlHouthi. Keenam syarat yang
diajukan tersebut adalah:
1. Meminta kepada kelompok Al-Houthi untuk
menarik pasukannya dari bangunan milik negara,
2. Meminta kepada kelompok Al-Houthi untuk membuka
kembali jalan-jalan di utara Yaman,
3. Meminta kepada kelompok Al-Houthi untuk
mengembalikan senjata yang dirampas oleh
kelompok Al-Houthi kepada pemerintah Yaman,
41 “Pemerintah Yaman Tolak Tawaran Gencatan Senjata” http://bataviase.co.id/detailberita-10579920.html, diakses 27 Februari 2011.
42 “Pemerintah Yaman dan Gerilyawan berembuk di Qatar” http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/08/25/131907-pemerintah-yaman-dan-gerilyawan-berembuk-di-qatar, diakses 27 Februari 2011
54
4. Meminta kepada kelompok Al-Houthi untuk
membebaskan seluruh tawanan, termasuk tawanan
warga Arab Saudi,
5. Meminta kepada kelompok Al-Houthi untuk
mengosongkan pos-pos militer di wilayah
pegunungan, dan
6. Meminta kepada kelompok Al-Houthi untuk
menghentikan penyerangan terhadap tentara Arab
Saudi, yang dilakukan kelompok pemberontak Al-
Houthi.43
Hasil perundingan damai dan upaya melakukan
gencatan senjata antara pemrintah Yaman dengan
kelompok pemberontak Al-Houthi, ini hampir mencapai
satu kesepakatan damai anata kedua belah pihak.
Artinya kesepakatan tersebut, ada satu poin
persyaratan yang diajukan oleh pemerintah Yaman
kepada kelompok pemberontak Al-Houthi yang masih
menjadi perdebatan oleh kedua belah pihak.
Dari hasil perundingan tersebut para peminpin
kelompok Al-Houthi menyetuju permintaan persyaratan
dari pemerintah Yaman untuk menarik pasukannya dari
43 “Pemerintah Yaman–Pemberontak Syiah Dekati Kesepakatan” http://www.suaramedia.com/berita-dunia/timur-tengah/17138-pemerintah-yaman--pemberontak-syiah-dekati-kesepakatan.html diakses pada tanggal 4 Februari 2010
55
perbatasan (dengan Arab Saudi) dan menyerahkan
wilayah perbatasan tersebut kepada pemerintah Yaman.
Tujuan pemerintah Yaman mengajukan syarat ini adalah
untuk mencegah keberadaan kelompok Al-Houthi semakin
melewati perbatasan Yaman, memasuki wilayah Arab
Saudi untuk melakukan perlawanan terhadap tentara
pemerintah tersebut.
Para pemimpin kelompok Al-Houthi menyetujui
lima persyaratan yang diajukan oleh pemerintah
Yaman, tujuannya agar perang telah terjadi sejak
tahun 2004 tersebut bisa di akhiri. Hal ini seperti
yang dikatakan salah satu pemimpin kelompok Al-
Houthi Abdul Malik Al-Houthi yang menyatakan bahwa
kelompok Al-Houthi menerima lima poin untuk gencatan
senjata yang disampaikan pemerintah Yaman setelah
pemerintah Yaman mengakhiri agresi militernya.44
Namun lima persyaratan yang di tawarkan oleh para
pemimpin kelompok Al-Houthi ini mendapatkan
penolakan dari pemerintah Yaman. Pemerintah Yaman
juga mengiginkan kelompok Al-Houthi menerima
44 “Pemerintah Yaman Tolak Tawaran Gencatan Senjata”, op.cit
56
persyaratan keenam yaitu menghentikan penyerang
terhadap tentara Arab Saudi di perbatasan Yaman.45
Dalam perundingan tersebut, syarat yang
keenam yang di ajukan oleh pemerintah Yaman,
mengenai penghentian penyerangan terhadap tentara
Arab Saudi oleh kelompok pemberotak Al-Houthi, belum
tercapai kesepakatan. Menurut pendapat dari pihak
kelompok Al-Houthi bahwa pasukannya akan menarik
diri dari seluruh wilayah perbatasan Yaman yang
telah diduduki sejak bulan November 2008. Namun
tentara Arab Saudi yang terus menerus melakukan
penyerang kelompok Al–Houthi hingga memasuki wilayah
Yaman, maka untuk merespon aksi militer tentara Arab
Saudi tersebut, kelompok Al-Houthi terus melakukan
perlawanan. Sejak tanggal 24 Desember 2009 hingga
tanggal 24 Januari 2010 perlawanan yang dilakukan
kelompok Al-Houthi terus dilakukan dalam upaya
menahan agresi militer yang dilakukan tentara Arab
Saudi di perbatasan Yaman.46
Mencegah semakin meluasnya perang antara
kelompok Al-Houthi dengan tentara Arab Saudi di
45 IRIB (Islamic Republic of Iran Broatcasting), Laporan: Kronologi Kebengisan Arab Saudi di Yaman, Loc. cit 46 Ibid
57
perbatasan Yaman, maka Presiden Ali Abdullah Saleh
menyelenggarakan perundingan nasional pada tanggal
19 Desember 2009. Pada dasarnya perundingan ini
disenggarakan oleh pemerintah Yaman adalah menindak
lanjuti permintaan pemerintah kepada kelompok Al-
Houthi untuk menghentikan penyerangannya kepada
tentara Arab Saudi.
Dalam perundingan nasional tersebut kelompok
Al-Houthi mengajukan usulan agar Arab Saudi tidak
mencampuri urusan dalam negeri Yaman. Selain itu
kelompok Al–Houthi juga menyatakan bahwa pemerintah
Arab Saudi harus meminta maaf kepada Yaman dan
rakyat terkait dengan agresi militer mereka di
Yaman.47
B. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman Dengan Kelompok Al-Houthi untuk Manarik Diri Dari Bangunan-Bangunan Milik Pemerintah dan Pembukaan Jalan di Yaman Utara
Perang yang berlangsung sejak tahun 2004,
antara tentara pemerintah Yaman dengan kelompok Al-
Houthi, membuat pemerintah Yaman merasa kerepotan
menghadapi perlawanan yang dilakukan kelompok
pemberontak tersebut. Apalagi pada perang keempat
dimana seluruh wilayah di propinsi Sa’da oleh
47 Ibid
58
kelompok pemberontak Al-Houthi dijadikan sebagai
daerah operasi militer mereka. Selama perang yang
terjadi di negeri Yaman tersebut kelompok
pemberontak Al-Houthi telah berhasil menguasai
bangunan-bangunan milik pemerintah, serta melakukan
pemblokiran terhadap jalan–jalan utama yang
menghubungkan Yaman utara dengan daerah-daerah
lainnya.48
Sebagai upaya yang dilakukan pemerintah Yaman
untuk menguasai kembali bangunan-bangunan milik
pemerintah dan jalan-jalan utama di wilayah Yaman
Utara adalah dimasukannya permasalahan tersebut
dalam perundingan damai yang dilakukan di Doha. Para
pemimpin kelompok Al-Houthi menyetujui persyaratan
yang diajukan pemerintah Yaman mengenai penarikan
tentara Al-Houthi dari bangunan-bangunan milik
pemerintah serta pembukaan jalan utama di wilayah
Yaman Utara tersebut. Menurut keterangan salah
seorang pejabat mediator Qatar yang dekat dengan Al-
Houthi, mengatakan: “Para pemberotak Al-Houthi
setuju untuk membuka kembali blockade jalan di Yaman
48 Perang Yaman, Loc .cit
59
Utara dan mengosongkan bangunan-bangunan milik
pemerintah Yaman.”49
Pasca perundingan yang dilakukan di Doha
tersebut, Presiden Ali Abdullah Saleh menyerukan
kepada kelompok al-Houthi agar melakukan apa yang
menjadi kesepakatan perundingan damai tersebut,
untuk menghormati kesepakatan gencatan senjata yang
dilakukan oleh kedua belah pihak. Menanggapi
pernyataan Presiden Ali Abdullah Saleh, kelompok al-
Houthi tidak mengingkari hasil perundingan damai
yang disenggarakan di Doha tersebut. Menurut laporan
dari komandan militer Yaman bahwa: ia melihat
sendiri mereka melihat sendiri para gerilyawan Al-
Houthi menyingkirkan penghalang-penghalang jalan
yang mereka letakan pada beberapa jalan utama,
melewati pegunungan utara Yaman.50
Selain itu sebagai langkah pertama kelompok
Al-Houthi dalam mejalani kesepakatan perundingan
damai dan gencatan senjata di Yaman adalah membuka
kembali tiga jalur besar di Yaman Utara, pada tahap
pertama kelompok Al-Houthi telah membuka jalan raya
49 Pemerintah Yaman Tolak Tawaran Gencatan Senjata, Log.cit 50 “Tentara Yaman: Prajurit Mati Pasca Huthi Batalkan Gencatan Senjata” http://www.islamtimes.org/vdcc11qi.2bqxx8f5a2.txt, diakses pada 27 Februari 2011
60
yang menghubungkan Provinsi San’a dan provinsi
Sa’da. Membuka jalan raya barat yang menghubungkan
Provinsi Sa’da dengan dengan provinsi Walahids,
serta membuka kembali jalan raya timur yang
menghubungkan provinsi Sa’da dengan Al-Jawaf.
Bersamaan dengan itu para komandan militer Yaman
juga mengawasi upaya kelompok Al-Houthi memindahkan
ranjau-ranjau darat di wilayah Yaman Utara, tepatnya
disekitar pusat keberadaan kelompok Al-Houthi.51
Berdasarkan uraian di atas perang yang
berlangsung di Yaman sejak tahun 2004, upaya yang
dilakukan pemerintahan Yaman dalam untuk
menghentikan perang dengan kelompok Al-Houthi adalah
dengan meyelenggarakan upaya perundingan damai
sebanyak tiga kali. Mengenai hasil kesepakatan
perundingan yang dilakukan di Doha, kelompok Al-
Houthi setuju untuk menarik pasukannya dari
bangunan-bangunan milik negara serta penutupan jalan
di wilayah Utara Yaman. Upaya kelompok Al-Houthi
untuk mematuhi hasil perundingan damai di Doha
adalah dengan melakukan langkah pertama yaitu,
51 “Yaman Utara Tenang Setelah Gencatan Senjata” http://www.antaranews.com/berita/1265967135/yaman-utara-tenang-setelah-gencatan-senjata, diakses 27 Februari 2011
61
pembukaan 3 jalan utama di wilayah Utara Yaman.
Meski belum adanya kesepakatan mengenai penghentian
penyerangan yang dilakukan oleh kelompok pemberontak
Al-Houthi, namun lima persyaratan yang diajukan
pemerintah Yaman, secara keseluruhan telah disetujui
para pemimpin pemberontak Al-Houthi dalam
perundingan di Doha tersebut.
62
BAB IV
UPAYA PEMERINTAH YAMAN MENGHADAPI PEMBERONTAKAN KELOMPOK AL-HOUTHI MELALUI KESEPAKATAN PENGEMBALIAN
SENJATA, PEMBEBASAN SELURUH TAHANAN, PENGOSONGAN POS-POS MILITER DAN PENGHENTIAN SERANGAN TERHADAP WILAYAH
WILAYAH ARAB SAUDI
Pemimpin kelompok pemberontak di Yaman Utara
mengatakan menerima tawaran pemerintah Yaman untuk
melakukan gencatan senjata asalkan pemerintah Yaman
mengakhiri serangan terhadap kelompok Houthi. Keinginan
pemberontak melakukan gencatan senjata dinilai ada
kemungkinan mengakhiri serangan atau konflik yang telah
berlangsung lima tahun lebih di Yaman tersebut.
Gencatan senjata tersebut dilaksanakan pada tanggal 12
Februari 2010.
A. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman Dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Penyerahan Senjata Kepada Pemerintah Yaman
Pemerintah Yaman telah mengajukan enam syarat
atau kesepakatan yang harus disepakati oleh kelompok
pemberontak Al-Houthi untuk mengupayakan perdamaian
antara pemerintah Yaman dengan kelompok Al-Houthi.
Syarat-syarat yg diajukan oleh pemerintah Yaman
dapat disetujui oleh Al-Houthi akan tetapi syarat
keenam yaitu penghentian serangan terhadap wilayah
63
Arab Saudi awalnya tidak disetujui oleh kelompok
pemberontak Houthi dan kelompok Houthi hanya
menyetujui lima syarat. Pemerintah Yaman dengan
tegas menolak jika kelompok Houthi hanya menyetujui
lima syarat saja, pihak pemerintah mengatakan bahwa
kelompok Hothi juga harus menerima syarat keenam
tersebut. Pihak pemberontak mengatakan bahwa mereka
telah menarik diri dari seluruh wilayah Arab Saudi
pasca terjadi bentrokan di perbatasan bulan November
2009.
Selama perang yang terjadi di Yaman sejak
tahun 2004, kondisi stabiltas keamanan di Yaman
terus mengalami penurunan. Keberadaan kelompok
pemberontak Al-Houthi semakin kuat dalam melakukan
perlawanan menghadapi tentara Yaman dan tentara Arab
Saudi di wilayah Sa’da. Solidaritas yang digalang
kelompok-kelompok pejuang Al-Houthi untuk melawan
agresi militer yang dilakukan tentara Yaman dan Arab
Saudi membuat kelompok tersebut berhasil menguasai
wilayah provinsi Sa’da, dan menjadikan wilayah
tersebut menjadi daerah operasi militer kelompok
pejuang Al-Houthi.
Dari beberapa pertempuran yang terjadi antara
pemerintah Yaman dengan kelompok Al-Houthi. Tentara
64
Yaman berhasil dipukul mundur oleh kelompok Al-
Houthi. Begitu pula saat kelompok Al–Houthi
melakukan perlawanan kepada tentara Arab Saudi. Dari
beberapa kemenangan yang diperoleh kelompok Al-
Houthi, membuat kelompok ini semakin kuat. Ratusan
senjata yang mereka dapat dari hasil rampasan perang
digunakan oleh kelompok Al-Houthi untuk mendukung
setiap perlawanan yang mereka lakukan terhadap
tentara Yaman dan tentara Arab Saudi.
Baik tentara Yaman maupuan tentara Arab Saudi
mengalami kesulitan dalam mengahadapi perlawan
sengit yang dilakukan oleh pejuang Al-Houthi,
ditambah dengan adanya dukungan persenjataan yang
melengkapi tentara Al–Houthi. Banyaknya jumlah
kerugian berupa kehilangan persenjataan yang dialami
oleh tentara pemerintah, maka dalam perundingan yang
diselenggarakan di Doha, pemerintah Yaman mengajukan
poin persyaratan yang meminta kepada kelompok Al-
Houthi. Dalam perundingan tersebut mencapai
kesepakatan bahwa para pemimpin Al-Houthi menyetujui
permintaan pemerintah Yaman untuk menyerahkan segala
persenjataan yang mereka dapatkan selama perang
melawan tentara Yaman dan Arab Saudi. Seorang
65
pejabat suku membenarkan perjanjian itu telah
dicapai.52
Sebenarnya pada setiap perundingan gencatan
senjata yang dilakukan sejak meletusnya perang di
Yaman, pemerintah Yaman selalu mengajukan permintaan
kepada kelompok al-Houthi untuk menyerahkan
persenjataan yang mereka rampas dari tentara militer
pada saat terjadi bentrokan dan pihak al-Houthi
sendiri selalu menyetujui permintaan penyerahan
senjata untuk menghormati kesepakatan gencatan
senjata antara kedua belah pihak demi menghentikan
perang yang berlarut-larut di negara Yaman. Namun
gencatan senjata yang selalu berlangsung singkat.
Berdasarkan uraian di atas bahwa pada setiap
perundingan gencatan senjata yang dilakukan oleh
pemerintah Yaman dengan kelompok pemberontak al-
Houthi mengenai kesepakatan penyerahan senjata
kepada pemerintah Yaman selalu mendapatkan
persetujuan dari para pemimpin kelompok al-Houthi.
52 “Bentrokan Gagalkan Gencatan Senjata di Yaman” http://www.analisadaily.com/news/read/2011/06/01/2557/bentrokan_gagalkan_gencatan_senjata_di_yaman/#.Tkx8jW2osfU, diakses tanggal 15 Agustus 2011
66
B. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman Dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Pembebasan seluruh Tahanan
Sejak awal terjadinya konflik antara
pemerintah Yaman dengan kelompok Al–Houthi,
pemerintah Yaman melakukan penahanan terhadap
gerakan 650 anggota gerakan Al-Syabab Al-Mukmin
(Gerakan Pemuda Mukmin). Bukan hanya itu selama
perang senjata yang terjadi sejak tahun 2004 yang
berlangsung di provinsi Sa’da pemerintah Yaman dalam
perang tersebut juga menawan 54 anggota kelompok Al-
Houthi. Begitu pula sejak tentara Arab Saudi ikut
membantu pemerintah Yaman memerangi kelompok Al-
Houthi, perlawanan yang dilakukan kelompok Al-Houthi
terhadap tentara Yaman di perbatasan menyebabkan
puluhan tentara Arab Saudi menjadi tahan kelompok
Al-Houthi.
Upaya perundingan damai yang dilakukan antara
pemerintah Yaman dengan kelompok pemberontak Al-
Houthi menghasilkan enam kesepakatan. Salah satu
kesepakatan yang dihasilkan dalam perundingan yang
dimediasi oleh delegasi Qatar tersebut adalah
mengenai pembebasan tawanan tentara yang dilakukan
kedua pihak. Dari hasil perundingan damai tersebut
67
kedua belah pihak yang bertikai harus menghormati
hasil kesepakatan tersebut.
Pasca perundingan yang dilakukan di Doha
pemerintah Yaman telah mengeluarkan kebijakan untuk
membebaskan 164 tahanan. Tahanan yang dibebaskan
oleh pemerintah Yaman adalah mereka yang terlibat
dalam pertempuran di Utara Yaman. Kemudian
selanjutnya pemerintah Yaman membebaskan 54 tahanan
anggota Al- Houthi yang sebelumnya ditanggkap dalam
pertempuran yang terjadi di barat laut Yaman.53
Pembebasan tahanan kelompok Al-Houthi oleh
pemerintah Yaman dilakukan untuk menghormati
kesepakatan damai antara kedua belah pihak yang
telah mereka tandatangani pada perundingan di Doha,
serta sebagai upaya untuk menghentikan pertempuran
sporadis yang telah lama bergejolak di negeri Yaman.
Sedangkan langkah pemerintah Al-Houthi untuk
menghormati hasil kesepakatan tersebut, ia memenuhi
janjinya untuk membebaskan 5 orang tahanan Arab
Saudi yang terlibat dalam pertempuran 4 November
2009. Pemebebasan tahanan 5 tentara Arab Saudi ini
53 “Demi Gencatan Senjata Pemerintah Membebaskan 161 Tahanan” http://berita.liputan6.com/luarnegeri/201004/271319/Demi.Gencatan.Senjata.Yaman.Bebaskan.161.Pemberontak, diakses 27 Februari 2011
68
adalah atas permintaan pemerintah Arab Saudi kepada
pemerintah Yaman. Pasca perundingan genjatan senjata
tahun 2009 tersebut pemerintah Arab Saudi memberikan
waktu 48 jam kepada kelompok Al-Houthi untuk
menyerahkan tentara mereka. Menanggapi pernyataan
pemerintah Arab Saudi juru bicara kelompok Al-Houthi
Muhammad Abdul Salam menyatakan mereka siap
membebaskan tawanan Arab Saudi yang ditangkap pada
bentrokan di perbatasan pada bulan November 2009
lalu. Selanjutnya ia mengatakan juga bahwa langkah-
langkah sedang berlangsung untuk menyerahkan para
tahanan Saudi itu kepada perantara.54
Niat baik kelompok Al-Houthi untuk membebaskan
tawanan tentara Arab Saudi ini adalah juga untuk
menghentikan perang serta demi memperoleh kembali
hak-hak rakyat Yaman, agar terbebas dari bencana
perang di Yaman. Berdasarkan pernyataan yang
dikeluarkan Muhhamad Abdul Salam diatas bahwa
mengenai masalah pembebasan tahanan tentara Arab
Saudi dilakukan penyerahannya tidak secara langsung
akan tetapi dilakukan penyerannya kepada pemerintah
Yaman sebagai perantara.
54 ”Situasi Yaman Kian Memanas” http://Chairulakhmad. Wordpress.com/2010/02/18/berkecamuk –perang –di- Yaman, diakses 27 Februari 2011
69
Berdasarkan uraian dalam upaya menghormati
perjanjian damai antara pihak pemerintah Yaman
dengan kelompok Al-Houthi, kedua belah pihak sepakat
untuk sama–sama mematuhi kesepakatan mengenai
pembebasan tahanan perang. Hal ini sudah dilakukan
kedua belah pihak setelah perundingan damai yang
dilakukan di Doha dan ditandatangani bersama.
C. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman Dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Pengosongan pos–pos militer di Yaman Utara
Selama perang yang berlangsung di Yaman sejak
tahun 2004, kelompok Al-Houthi selain berhasil
menduduki bangunan-bangunan milik negara dan
penututupan jalan, kelompok ini juga berhasil
menduduki pos-pos militer di daerah Saa’da dan
perbatasan Yaman. Pendudukan pos-pos militer
terutama di daerah perbatasan Yaman adalah sebagai
bentuk perlawanan kelompok Al Houthi terhadap
pemerintah Yaman terutama terhadap serangan Agresi
militer tentara Arab Saudi.
Pada tanggal 24 November 2009 kelompok Al-
Houthi berhasil pangkalan militer di wilayah Al-
Ghawiyah setelah memukul mundur pasukan Arab Saudi
di wilayah tersebut. Tentara Arab Saudi gagal
70
mempertahankan pangkalan militernya didarah tersebut
karena ia kehilangan sejumlah panser yang hancur
oleh kelompok Al-Houthi. Kemudian pada tanggal 12
Desember 2009 kelompok pejuang Al-Houthi berhasil
menduduki pangkalan militer Arab Saudi di Al-Jabir,
sebagai bentuk perlawanan kelompok Al-Houthi sebagai
upaya serangan agresi militer Yaman dan Arab Saudi
yang melakukan pembunuhan masal terhadap warga
Yaman. Pada tanggal 20 Januari 2010 kelompok Al-
Houthi berhasil mengusai pakalan militer di daerah
Al-Mujaldalah, setelah melalui bentorkan senjata
menghadapi Pasukan Yaman dan Arab Saudi di daerah
Jabel Al- Dukhan.55
Jadi selama pertempuran yang berlangsung antara
kelompok Al-Houthi dengan pemerintah Yaman dan
tentara Arab Saudi, kelompok Al-Houthi berhasil
menduduki 3 pos strategis milik tentara gabungan
pemerintah Yaman dan Arab Saudi. Mencegah semakin
meluasnya perlawanan kelompok Al-Houthi di
perbatasan terutama perlawanan terhadap tentara Arab
Saudi, maka dalam salah satu poin persyaratan
perundingan damai di Doha pemerintah Yaman meminta
55 ”Kronologi Kebiadaban Arab Saudi Di Yaman” http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2010/03/kronologi-kebiadaban-arab-saudi-di- Yaman, diakses 28 Februari 2011
71
kepada kelompok Al-Houthi untuk mengosongkan pos-pos
militer tersebut. Tujuan pemerintah Yaman
memngajukan persayaratan ini adalah agar para
pejuang kelompok Al-Houthi menarik mundur pasukannya
menjauh dari perbatasan. Selain itu perayaratan ini
diajukan adalah untuk menghindari pasukan Al–Houthi
terus memasuki wilayah Arab Saudi untuk memukul
mundur tentara Arab Saudi yang selama ini ikut
campur dalam urusan dalam negeri Yaman.
Dari Hasil kesepakatan yang dilakukan dalam
perundingan di Doha, kelompok Al-Houthi menyetujui
poin mengenai permintaan pemerintah Yaman untuk
mundur dari pos militer di Yaman Utara.56
Berdasarkan uraian di atas bahwa upaya
perundingan damai antara pemerintah Yaman dengan
kelompok Al-Houthi, menghasilkan kesepakatan adanya
persetujuan dari para pemimpin kelompok Al-Houthi
terhadap permintaan Pemerintah Yaman untuk
mengosongkan pos-pos militer terutama yang dekat
dengan wilayah perbatasan Yaman dan Arab Saudi.
56 Pemerintah Yaman dan Pemberontak Syiah Dekati Kesepakatan, op.cit
72
D. Kesepakatan Antara Pemerintah Yaman Dengan Kelompok Al-Houthi Mengenai Permintaan Menghentikan Serangan Terhadap Wilayah Arab Saudi
Perang antara pemerintah Yaman dan kelompok
Al-Houthi tidak telepas dari campur tangan tentara
Arab Saudi di wilayah perbatasan Yaman yang menukung
pemerintah Yaman untuk membasmi keberadaan kelompok
tersebut. Sebagai respon terhadap keberadaan agresi
militer Arab Saudi ini, kelompok Al-Houthi melakukan
perlawan terhadap tentara Arab Saudi yang berada di
perbatasan Yaman.
Menurut kelompok Al-Houthi keberadaan tentara
Arab Saudi di wilayah perbatasan Yaman sebagai
bentuk ikut campur pemerintahan Arab Saudi terhadap
konflik intern yang terjadi di Yaman. Agresi militer
yang dilakukan tentara Arab Saudi terhadap
pemerintah Yaman memicu kemarahan kelompok Al-Houthi
untuk melakukan perlawanan mencegah agresi militer
tersebut. Ditambah lagi agresi militer yang
dilakukan tentara Arab Saudi di Yaman Utara telah
menewaskan banyak warga sipil yang tidak bersalah.
Pada setiap penyerangan yang dilakukan tentara
Arab Saudi, baik dengan menggunakan jet-jet tempur,
kendaraan panser serta senjata darat lainnya, telah
menewaskan warga sipil dan anak-anak yang tak
73
berdosa di wilayah tersebut. Hal ini membuat
kemarahan kelompok Al-Houthi memuncak dan melakukan
upaya perlawanan untuk membalas agresi militer Arab
Saudi, atas penembakan terhadap warga sipil di Yaman
Utara.
Pemerintah Yaman memandang perang antara
tentara Arab Saudi dengan kelompok pejuang Al-Houthi
menimbulkan semakin parahnya situasi kemamanan di
Yaman. Belum lagi adanya keterlibatan partai oposisi
yang prihatin atas pembantaian warga sipil yang
disebabkan adanya agresi militer Arab Saudi
tersebut. Kelompok oposisi Yaman, ikut membantu
pejuang Al-Houthi dengan peralatan senjata untuk
melawan agresi militer tentara Arab Saudi.
Menghindari dampak yang semakin parah di dalam
negeri Yaman akibat perlawanan para pejuang Al-
Houthi terhadap tentara Arab Saudi, maka dalam
perundingan yang berlangsung di Doha pemerintah
Yaman mengajukan persyaratan dalam poin ke enam.
Perseyaratan ini adalah mengenai permintaan kepada
kelompok Al-Houthi untuk mengentikan penyerangan
terhadap tentara Arab Saudi.
Mengenai permintaan kepada kelompok Al-Houthi
untuk mengentikan penyerangan terhadap tentara Arab
74
Saudi ini tidak disetujui oleh para pemimpin Al-
Houthi yang terlibat dalam perundingan damai di
Doha. Bagi pihak Al-Houthi sejak pasukannya menarik
diri dari pos-pos militer di perbatasan Yaman,
tentara Arab Saudi tetap terus melakukan penyerangan
terhadap para pejuang Al-Houthi. Oleh karena
kelompok Al-Houthi terus melakukan perlawanan. Sejak
tanggal 24 Desember 2009 hingga tanggal 24 Januari
2010 perlawanan yang dilakukan kelompok Al-Houthi
terus dilakukan dalam upaya menahan agersi militer
yang dilakukan tentara Arab Saudi di perbatasan
Yaman.57
Selain itu alasan kelompok Al-Houthi tidak
menyetujui permintaan pemerintah Yaman tersebut,
karena menurut para pemimpin Al-Houthi, pemerintah
Yaman harus meminta maaf secara resmi kepada Yaman
dan rakyat sipil yang selama ini ikut menjadi
sasaran penembakan tentara Arab Saudi di Yaman dan
berjanji tidak akan ikut campur dalam urusan dalam
negeri Yaman. Hingga memasuki tahun 2010 kelompok
Al-Houthi belum menyetujui permintaan pemerintah
Yaman pada poin ke enam dan terus melakukan
57 Irib(Islamic Republic of Iran Broatcasting), Laporan: Kronologi Kebengisan Arab Saudi di Yaman, Loc. cit
75
perlawanan dengan tentara Arab Saudi di perbatasan
Yaman sampai pemerintah Arab Saudi memenuhi tuntutan
kelompok Al-Houthi di Yaman.
Bardasarkan uraian syarat yang diinginkan
oleh pemerintah Yaman kepada kelompok Al-Houthi
mengenai penghentian penyerangan terhadap tentara
Arab Saudi belum mendapat persetujuan dari para
pemimpin Al–Houthi. Kelompok ini baru menyetujui
permintaan ini apabila tuntutan yang diminta yaitu
Arab Saudi meminta maaf kepada Yaman dan seluruh
rakyat Yaman dipenuhi.
76
BAB V
K E S I M P U L A N
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan
secara keseluruhan bahwa konflik yang terjadi di Yaman
antara pemerintahan Ali Abdullah Saleh dengan kelompok
al-Houthi menyebabkan terjadinya enam kali bentrok
senjata antara kedua belah pihak tersebut. Pada awalnya
kelompok al-Houthi tidak senang melihat semakin eratnya
hubungan baik antara pemerintahan Ali Abdullah Saleh
dengan Amerika Serikat pasca penyerangan gedung WTC
pada tanggal 11 September 2001. Pemerintah Yaman di
selatan menuding kelompok al-Houthi ingin menggulingkan
sistem pemerintahan dan menggantikannya dengan imâmah.
Sedangkan kelompok al-Houthi yang didukung oleh
penduduk Yaman utara menuding pemerintahan Yaman yang
sejak bergabungnya antara Yaman Utara dan Yaman selatan
pada tanggal 22 Mei 1990 ini dipimpin oleh Ali Abdullah
Saleh melakukan diskriminasi dan marginalisasi ekonomi
kawasan Sa’da di utara Yaman. Perekonomian Yaman pada
masa pemerintahan Ali Abdullah Saleh mengalami
keterpurukan dan meminta bantuan kepada IMF
(International Monetary Fund) agar membiayai anggaran
belanja negara pemerintah Yaman.
77
Konflik yang terjadi di Yaman tersebut semakin
diperparah dengan adanya campur tangan tentara Arab
Saudi yang ikut membantu pemerintah Yaman dalam
menghadapi kelompok pemberontak al-Houthi. Masalah
lainnya adalah hampir semua warga di Yaman bebas
memegang senjata. Senjata yang diperoleh oleh
pemberontak al-Houthi adalah dari rampasan dari senjata
militer Yaman pada saat terjadi bentrokan.
Presiden Ali Abdullah Saleh memerintahkan melakukan
tindakan militer ke basis-basis pemberontak. Pemerintah
Arab Saudi pun ikut membantu Presiden Ali Abdullah
Saleh dalam mengatasi kelompok Al-Houthi di Yaman
Utara. Untuk mencegah semakin parahnya kondisi konflik
di wilayah negara Yaman, maka pemerintah Yaman berupaya
untuk menghentikan perang tersebut melalui jalur
perundingan.
Pada perundingan pertama yang dilakukan di Doha,
pemerintah Yaman mengajukan enam persyaratan yaitu
meminta kepada kelompok al-Houthi untuk menarik
pasukannya dari bangunan milik negara, membuka kembali
jalan-jalan di utara Yaman, mengembalikan senjata yang
dirampas oleh kelompok al-Houthi kepada pemerintah
Yaman, membebaskan seluruh tawanan termasuk warga Arab
Saudi, mengosongkan pos-pos militer di wilayah
78
pegunungan, dan menghentikan penyerangan terhadap
tentara dan wilayah Arab Saudi yang dilakukan kelompok
pemberontak al-Houthi.
Namun dari hasil kesepakatan tersebut pada awalnya
hanya lima syarat saja yang disetujui oleh para
pemimpin kelompok pemberontak al-Houthi, sedangkan
syarat poin keenam mengenai penghentian penyerangan
terhadap Arab Saudi, kelompok pemberontak al-Houthi
tidak akan menghentikan perlawannya tersebut dengan
tentara Arab Saudi sampai pemerintah Arab Saudi meminta
maaf kepada Yaman karena telah ikut campur dalam
konflik intern di negara Yaman dan telah melakukan
penyerangan terhadap warga sipil di Yaman. Namun
pemerintah Yaman dengan tegas menolak jika kelompok
pemberontak al-Houthi hanya menerima lima syarat
tersebut, pemerintah Yaman tetap memerintahkan kepada
kelompok al-Houthi agar menghentikan penyerangan
terhadap tentara Arab Saudi yang menjadi syarat keenam
dalam perjanjian gencatan senjata tersebut. Pemerintah
Yaman mengumumkan mulai memberlakukan kesepakatan
gencatan senjata tersebut pada hari Jumat tanggal 12
Februari 2010.
Berdasarkan uraian dari penelitian tentang Upaya
Pemerintah Yaman pada masa Pemerintahan Ali Abdullah
79
Saleh dalam menghadapi pemberontakan al-Houthi ini
adalah dengan melakukan beberapa kesepakatan-
kesepakatan yaitu dengan melakukan gencatan senjata
yang disetujui oleh pemerintahan Yaman dan kelompok
pemberontak al-Houthi. Konflik intern atau dalam negeri
yang terjadi di suatu negara seperti yang terjadi di
negara Yaman ini dampaknya bukan hanya akan mengancam
stabilitas keamanan negara tersebut, hal yang
terpenting adalah dampak dari konflik tersebut adalah
terancamnya kehidupan warga sipil dalam suatu negara.
Terlebih jika konflik tersebut disertai adanya
intervensi dari negara lain seperti Arab Saudi dengan
tujuan membantu salah satu pihak yang terlibat konflik.
Situasi ini justru akan mengundang kemarahan dari salah
satu pihak dan sekaligus akan semakin memperparah
kondisi konflik tersebut.
Hal yang terpenting dari hasil penelitian ini
adalah tidak selamanya upaya pemerintah dalam
menyelesaikan konflik atau meredam munculnya perlawanan
dari kelompok yang tidak sejalan dengan kebijakan
pemerintah dilakukan dengan cara kekerasan atau
tindakan militer. Upaya yang pada akhirnya dapat
menyelesaikan konflik tersebut adalah dilakukan dengan
cara damai atau melakukan perundingan dengan pihak-
80
pihak yang terlibat konflik. Seperti keputusan yang
diambil pemerintah Yaman dalam menyelesaikan konflik
dengan meminta kepada mediator dari luar negara Yaman
adalah keputusan yang bijaksana dan bersifat netral
agar tujuan kesepakatan damai tersebut bisa terjadi.
Dalam perundingan damai tersebut agar dapat
tercapai kesepakatan, salah satu pihak yang bertikai
harus rela mengorbankan kepentingannya demi tercapainya
keamanan dan stabilitas suatu negara, serta melindungi
rakyat sipil dari ancaman kekerasan perang.
DAFTAR PUSTAKA
BUKU :
Dresch, Paul, History of Modern Yemen, Cabridge: Cambridge University Press
Holsti, K. J, Peace and War : Armed Conflict and
International Order, Cambridge University Press, Cambridge, 1991
Johari, J. C, International Relations and Politics :
Theoritical Prospective, Sterling Publisher Private Ltd, New Delhi, 1985
Miall, Hugh, Resolusi Damai Konflik Kontemporer,
terj. PT. Raja Grafindo Persada, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002
Strauss, Anselm dan Corbin, Julien, Dasar-Dasar
Penelitian Kualitatif, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2003
WEBSITE :
“Bentrokan Gagalkan Gencatan Senjata di Yaman” http://www.analisadaily.com/news/read/2011/06/01/2557/bentrokan_gagalkan_gencatan_senjata_di_yaman/#.Tkx8jW2osfU, diakses tanggal 15 Agustus 2011
”Bukti dokrin Takfir Wahabi” http://myquran.com/forum/showthread.php/10411-Bukti-Doktrin-Takfir-WAHABI/page7, diakses 27 Februari 2011
“Demi Gencatan Senjata Pemerintah Membebaskan 161 Tahanan”
http://berita.liputan6.com/luarnegeri/201004/271319/Demi.Gencatan.Senjata.Yaman.Bebaskan.161.Pemberontak, diakses 27 Februari 2011
“Intervensi Arab Saudi Dalam Konflik Yaman” http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=16801&Itemid=27 diakses 27 Desember 2010
“Laporan: Kronologi Kebengisan Arab Saudi di Yaman”
http://indonesian.irib.ir/index.php?option=com_content&task=view&id=18934&Itemid=51, diakses 27 Februari 2011
“Menguak Konflik Yaman dan Dampaknya bagi Dunia Islam”
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/menguak-konflik-yaman-dan-dampaknya-bagi-dunia-islam.htm diakses pada tanggal 4 Februari 2010
“Nasib Perang Yaman”
http://politik.kompasiana.com/2010/01/03/nasib-perang-yaman/, diakses 27 Februari 2011
“Para Pejabat Yaman Bertemu Sekjen Liga Arab” http://id.berita.yahoo.com/para-pejabat-yaman-bertemu-sekjen-liga-arab-045806962.html, diakses tanggal 15 Agustus 2011
“Pemerintah Yaman–Pemberontak Syiah Dekati Kesepakatan”
http://www.suaramedia.com/berita-dunia/timur-tengah/17138-pemerintah-yaman--pemberontak-syiah-dekati-kesepakatan.html diakses pada tanggal 4 Februari 2010
“Pemerintah Yaman dan Gerilyawan Berembuk di Qatar”
http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/internasional/10/08/25/131907-pemerintah-yaman-dan-gerilyawan-berembuk-di-qatar, diakses 27 Februari 2011
“Pemerintah Yaman Tolak Tawaran Gencatan Senjata”
http://bataviase.co.id/detailberita-10579920.html, diakses 27 Februari 2011
“Penyelesaian Konflik”
http://id.wikipedia.org/wiki/penyelesaian_konflik, diakses pada tanggal 8 April 2010
“Perang Yaman” http://banjarkuumaibungasnya.blogspot.com/2010/04/perang-yaman.html#axzz1F9zhv9pB, diakses 27 Februari 2011
“Pimpinan Houthi Tewas Dalam Serangan Udara Saudi?”
http://nurulilmi.com/akhbar/600-pimpinan-houthi-tewas-dalam-serangan-udara-saudi.html, diakses pada 19 Juli 2011
“Presiden Yaman”
http://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_Presiden_Yaman_Utara, diakses pada tanggal 23 Mei 2010
“Presiden Yaman Umumkan Gencatan Senjata Dengan Pemberontak Syiah”
http;//antaranew.com/berita/126592011/presiden-yaman-umumkan-gemcatan–senjata-dengan–pemberontak-syiah, diakses tanggal 31 Mei 2011
“Republik Yaman” http://www.tropis.com/sejarah/republik-yaman/ diakses pada tanggal 4 Februari 2010
“Sebelum Meninggalkan Pemerintahan, Ali Abdullah Shalih Menghancurkan Perekonomian di Yaman”
http://hizbut-tahrir.or.id/2011/05/20/sebelum-meninggalkan-pemerintahan-ali-abdullah-shalih-menghancurkan-perekonomian-di-yaman/, diakses pada 27 Februari 2011
“Sejarah Yaman”
http://uinmalamg.ac.id/elvarug/2011/02/12/sejarag-yaman/, diakses tanggal 15 Juni 2011
“Sekilas tentang Gerakan Al–Houthi”
http://Indonesian.irib.ir/index.php?option=comcontent&task=view&id=18214&Itemid=59, diakses pada tanggal 30 Oktober 2010
“Siapa Suku Houthi di Yaman?” http://www.sabili.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=771:siapa-suku-houthi-di-yaman&catid=85:lintas-dunia&Itemid=284, diakses tanggal 29 Maret 2010
”Situasi Yaman Kian Memanas” http://Chairulakhmad.Wordpress.com/2010/02/18/berkecamuk –perang –di- Yaman, diakses 27 Februari 2011
“Tentara Yaman: Prajurit Mati Pasca Huthi Batalkan Gencatan Senjata”
http://www.islamtimes.org/vdcc11qi.2bqxx8f5a2.txt, diakses pada 27 Februari 2011
“Upaya Pemberontak Houthi Untuk Dirikan Negara Syiah di Yaman Utara”
http://www.eramuslim.com/berita/analisa/upaya-pemberontak-houthi-untuk-mendirikan-negara-syiah-di-yaman-utara.htm, diakses pada tanggal 29 Maret 2010
“Yaman : 100 Orang Tewas Akibat Perang Pemerintah-Syiah”
http://www.eramuslim.com/berita/dunia/yaman-100-orang-tewas-akibat-perang-pemerintah-syiah.htm diakses pada tanggal 4 Februari 2010
“Yaman Krisis moneter”
http://indo.hadhramaut.info/view/2662.aspx, diakses pada 19 Juli 2011
“Yaman Utara Tenang Setelah Gencatan Senjata”
http://www.antaranews.com/berita/1265967135/yaman-utara-tenang-setelah-gencatan-senjata, diakses 27 Februari 2011