yuga ppt

Embed Size (px)

Citation preview

Terapi Perilaku Untuk Konstipasi Anak: Percobaan Terkontrol Yang DirandomisasiYuga kharismawanPembimbing : dr. kristina K SpA

Latar belakang Konstipasi pada anak merupakan masalah global dengan konstipasi fungsional menderita inkontensional fecal yang menunjukan masalah perilaku. Terapi laksatif memperbaiki konstipasi pada anak dengan inkontinensia fecal fungsional yang berkaitan dengan konstipasi.

Tujuan Mengevaluasi efektifitas klinis terapi perilaku dengan laksatif dibandingkan dengan tatalaksana konvensional dalam menangani konstipasi pada anak.

METODE

Percobaan terkontrol secara acak Sebanyak 134 anak

Dilakukan di RS tersier di Belanda

Antara periode Nopember 2002 dan Agustus 2004

Usia anak 4 18 tahun 67 anak menerima terapi perilaku dan 67 anak terapi konvesional

pengamatan

Frekuensi defekasi Frekuensi inkontinensia fecal

Kriteria inklusi Anak-anak usia 4-18 thn Frekuensi defekasi 3x/minggu Incontensia fekal 2x/minggu Banyaknya buang air besar sedikitnya tiap 7 hingga 30 hari Massa abdominal yang dapat di palpasi

Kriteria ekslusi Sudah menerima terapi prilaku komprehensif dalam 12 bulan terakhir Anak2 yg menggunakan obat2an yg mempengaruhi fungsi gastrointestinal selain laksatif Anak2 dengan kausa organik Anak2 dengan kelainan metabolik

Intervensi: Periode intervensi untuk kedua terapi terdiri dari 12 kunjungan selama 22 minggu Kedua terapi menggunakan terapi laksatif yang sama (polyethylene glcyol) Di simpasi dengan enema klyx harian untuk 3 hr berturut2 sebelum memulai terapi

Terapi konvensional:terdiri dari kunjungan selama 20-30 menit dilakukan terapi laksatif

Protokol terapi prilaku:Terdiri dari 2 modul terkait usia: satu model untuk anak 4-8 thn, satu model lagi unuk anak > 8 thn

Follow up Dilakukan pd kunjungan terakhir post terapi Waktu penilaian dasar dan follow up 1 th Dilakukan melalui telepon

Hasil primer

Frekuensi defekasi Frekuensi ikontensia fecal Dan tingkat kesuksesan

Hasil sekunder

Perilaku menahan buang air besar Masalah prilaku

Hasil. Frekuensi defekasi secara signifikan lebih tinggi pada terapi konvensional. Frekuensi inkontensia fecal tidak menunjukan perubahan antara kedua terapi. Tingkat kesuksesan tidak berbeda antara kedua terapi (setelah 22 mggu) Proporsi anak-anak menahan BAB tdk berbeda Saat follow up masalah prilaku secara signifikan lebih kecil untuk anak yang terapi prilaku

Patient flowchart

Tabel 1

DiskusiStudi ini merupakan percobaan terkontrol yang dirandomisasi terbesar yang mengevaluasi keefektifan klinis terapi perilaku dengan laksatif untuk konstipasi fungsional pada anak. Hasil-hasil ini mengindikasi bahwa terapi perilaku dengan laksatif tidak punya kelebihan dibandingkan terapi konvensional dalam menangani konstipasi anak.

Kedua terapi menurunkan frekuensi inkontinensia fecal dan meningkatkan frekuensi defekasi. Tetapi terapi konvensional menghasilkan frekuensi defekasi yang lebih tinggi dibandingkan terapi perilaku. Masalah perilaku umum ditemukan, dengan lebih dari sepertiga anak peserta menunjukkan masalah ini. Studi ini menunjukkan bahwa terapi perilaku lebih unggul dalam menangani masalah perilaku pada konstipasi anak.

kesimpulan Terapi perilaku dengan laksatif tidak mempunyai kelebihan dibanding terapi konvensional dalam mengobati konstipasi anak. Tetapi, pada adanya masalah perilaku, terapi perilaku atau rujukan ke pelayanan kesehatan jiwa perlu dipertimbangkan.

konstipasi Frekuensi defekasi Konsistensi tinja frekuensi defekasi umumnya kurang dari 3x defekasi per minggu. Konsistensinya yaitu tina yang berbentuk bulat2 seperti kotoran kambing.

Konstipasi dapat merupakan kelainan: Infeksi virus Hal yang lebih fatal lagi bila tidak dikenali secara dini adalah obstruksi usus Fisura ani

Patogenesis konstipasi Konstipasi dapat terjadi karena tidak terbentuknya massa tinja yang mengawali proses defekasi (misal diet kurang serat),lemahnya kontaraksi diafragma dan abdomen dalam mendorong tinja ke arah anus atau tidak membukanya sfingter anus secara memadai (nyeri pada fisura ani).

Manifestasi klinis Pada konstipasi yang kronis dapat terjadi gejala kecepirit (enkopresis), perut kembung dan nafsu makan yang menurun. Upaya menahan defekasi tampak dari tingkah laku anak dengan malas BAB di toilet, menyilangkan kaki dan posisi tubuh tertentu.

Kriteria diagnosis Frekuensi defekasi