CARA PENEGAKAN DIAGNOSA
I. ANAMNESIS
Anamnesis merupakan kumpulan informasi subjektif yang diperoleh dari
apa yang dipaparkan oleh pasien terkait dengan keluhan utama yang
menyebabkan pasien mengadakan kunjungan ke dokter. Anamnesis diperoleh
dari komunikasi aktif antara dokter dan pasien atau keluarga pasien. Anamnesis
yang baik harus mengacu pada pertanyaan yang sistematis, yaitu dengan
berpedoman pada empat pokok pikiran (The Fundamental Four) dan tujuh butir
mutiara anamnesis (The Sacred Seven).
Yang dimaksud dengan empat pokok pikiran, adalah melakukan
anamnesis dengan cara mencari data :
1. Riwayat Penyakit Sekarang (RPS)
2. Riwayat Penyakit Dahulu (RPD)
3. Riwayat Kesehatan Keluarga
4. Riwayat Sosial dan Ekonomi
Sebelum melakukan anamnesis lebih lanjut, pertama yang harus
ditanyakan adalah identitas pasien, yaitu umur, jenis kelamin, tempat tanggal
lahir, ras, status pernikahan, agama, telepon , alamat, dan pekerjaan.
a. Nama pasien
Sebaiknya nama lengkap bukan nama panggilan atau alias.
b. Jenis kelamin
Sebagai kelengkapan harus juga ditulis datanya.
c. Umur
Terutama penting pada pasien anak-anak karena kadang-kadang digunakan untuk menentukan dosis obat. Juga dapat digunakan untuk memperkirakan kemungkinan penyakit yang diderita, beberapa penyakit khas untuk umur tertentu.
d. Alamat
Apabila pasien sering berpindah-pindah tempat maka tanyakan bukan hanya alamat sekarang saja tetapi juga alamat pada waktu pasien merasa sakit untuk pertama kalinya. Data ini kadang diperlukan untuk mengetahui terjadinya wabah, penyakit endemis atau untuk data epidemiologi penyakit.
e. Pekerjaan
Bila seorang dokter mencurigai terdapatnya hubungan antara penyakit pasien dengan pekerjaannya, maka tanyakan bukan hanya pekerjaan sekarang tetapi juga pekerjaan- pekerjaan sebelumnya.
f. Perkawinan
Kadang berguna untuk mengetahui latar belakang psikologi pasien dan juga hubungan dengan status penyakit-penyakit tertentu.
g. Agama
Keterangan ini berguna untuk mengetahui apa yang boleh dan tidak boleh (pantangan) seorang pasien menurut agamanya.
h. Suku bangsa
Berhubungan dengan kebiasaan tertentu atau penyakit-penyakit yang berhubungan dengan ras/suku bangsa tertetu.
i.Pendidikan
Berhubungan dengan sejauh kemampuan komunikasi pasien.
1. Riwayat Penyakit Sekarang
Hal ini meliputi keluhan utama dan anamnesis lanjutan. Keluhan utama
adalah keluhan yang membuat seseorang datang ke tempat pelayanan
kesehatan untuk mencari pertolongan dan pengobatan. Keluhan utama ini
sebaiknya tidak lebih dari satu keluhan. Kemudian setelah keluhan utama,
dilanjutkan anamnesis secara sistematis dengan menggunakan tujuh butir
mutiara anamnesis, yaitu :
1. Lokasi (dimana ? menyebar atau tidak ?)
2. Onset / awitan dan kronologis (kapan terjadinya? berapa lama?)
3. Kuantitas keluhan (ringan atau berat, seberapa sering terjadi ?)
4. Kualitas keluhan (rasa seperti apa ?)
5. Faktor-faktor yang memperberat keluhan.
6. Faktor-faktor yang meringankan keluhan.
7. Analisis sistem yang menyertai keluhan utama.
2. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditanyakan adakah penderita pernah sakit serupa sebelumnya, bila dan
kapan terjadinya dan sudah berapa kali dan telah diberi obat apa saja, serta
mencari penyakit yang relevan dengan keadaan sekarang dan penyakit kronik
(hipertensi, diabetes mellitus, dll), perawatan lama, rawat inap, imunisasi,
riwayat pengobatan dan riwayat menstruasi (untuk wanita).
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Anamnesis ini digunakan untuk mencari ada tidaknya penyakit keturunan
dari pihak keluarga (diabetes mellitus, hipertensi, tumor, dll) atau riwayat
penyakit yang menular.
4. Riwayat sosial dan ekonomi
Hal ini untuk mengetahui status sosial pasien, yang meliputi pendidikan,
pekerjaan pernikahan, kebiasaan yang sering dilakukan (pola tidur, minum
alkohol atau merokok, obatobatan, aktivitas seksual, sumber keuangan, asuransi
kesehatan dan kepercayaan).
II. STATUS UMUM
1. Keadaan umum
Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :
1. Compos Mentis (conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawab semua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..
2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya, sikapnya acuh tak acuh.
3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.
4. Somnolen (Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yang lambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.
5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap nyeri.
6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsangan apapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada respon pupil terhadap cahaya).
Penyebab Penurunan Kesadaran
Penurunan tingkat kesadaran mengindikasikan difisit fungsi otak. Tingkat
kesadaran dapat menurun ketika otak mengalami kekurangan oksigen
(hipoksia); kekurangan aliran darah (seperti pada keadaan syok); penyakit
metabolic seperti diabetes mellitus (koma ketoasidosis) ; pada keadaan hipo
atau hipernatremia ; dehidrasi; asidosis, alkalosis; pengaruh obat-obatan,
alkohol, keracunan: hipertermia, hipotermia; peningkatan tekanan intrakranial
(karena perdarahan, stroke, tomor otak); infeksi (encephalitis); epilepsi.
Mengukur Tingkat Kesadaran
Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif
mungkin adalah menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk
menentukan derajat cidera kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan
motorik diukur dan hasil pengukuran dijumlahkan jika kurang dari 13, makan
dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang menunjukan adanya
penurunan kesadaran.
Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa
apakah sadar baik (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon
jika dirangsang nyeri (pain), atau pasien tidak sadar sehingga tidak berespon
baik verbal maupun diberi rangsang nyeri (unresponsive).
Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan
hasil yang kurang lebih sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa
kesadarannya apakah baik (alertness), bingung / kacau (confusion), mudah
tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon (unresponsiveness).
2. Denyut nadi
Nilai denyut nadi merupakan indikator untuk menilai sistem
kardiovaskuler. Denyut nadi dapat diperiksa dengan mudah menggunakan jari
tangan (palpasi) atau dapat juga dilakukan dengan alat elektronik yang
sederhana maupun canggih. Pemeriksaan denyut nadi dapat dilakukan pada
daerah arteri radialis pada pergelangan tangan, arteria brakhialis pada siku
bagian dalam, arteri karotis pada leher, arteri temporalis pada samping muka
bagian atas didepan-atas telinga, arteri femoralis, arteri dorsalis pedis, dan pada
arteri frontalis pada bayi. Lakukan palpasi ringan arteri radialis dengan
menggunakan jari telunjuk dan jari tengah ,lakukan palpasi sepanjang lekuk
radial pada pergelangan tangan. Denyut nadi normal untuk dewasa adalah 70-
90 kali permenit. Lebih dari 100 kali dnamakan takikardi dan kurang dari 60 kali
dinamakan bradikardi.
Takikardi dapat terjadi setelah berolahraga, bekerja sangat keras, atau
dapat disebabkan oleh karena: kerusakan jaringan jantung, tanda awal penyakit
jantung, gelombang listrik abnormal yang terjadi saat lahir, sakit jantung
bawaan, tekanan darah tinggi, konsumsi alkohol dan kafein dosis tinggi. Oleh
karena itu pada pasien dengan takikardi perlu ditelusuri lagi apakah ada riwayat
penyaki sistemik seperti jantung atau kebiasaan-kebiasaan tertentu sehngga
dokter gigi bisa mengantisipasi jika ingin melakukan tindakan misalnya
pencabutan. Sedangkan, pada pasien bradikardi dokter sebaiknya juga
mengantisipasi terjadinya syok terutama setelah anastesi jika ingin melakukan
pencabutan.
3. Pernafasan
Pemerksaan pernafasan ini adalah dengan menghitung berapa banyak
proses pertukaran udara yang terjadi di rongga paru pasien. Hal ini dapat
dilakukan dengan melihat dan meraba bagian paru pasien dan menghitung
berapa kali rongga paru mengembang dan mengempis. Normalnya jumlah
pernafasan adalah 20 kali permenit.
4. Pupil mata
Pada pemeriksaan pupil mata, operator harus memriksa bentuk dan
lebarnya, bila kedua pupil sama besar disebut isokor. Pupil yang mengecl
disebut miosis, kadang-kadang sangat kecil (pin point), pupil yang dilatasi
disebut midriasis mislanya pada kerusakan saraf kranial III. Pemeriksaan pupil
ini berfungsi untuk mengetahui refleks pasien yang berhubungan dengan
kesadaran dan kerja saraf simpatis-parasimpatis.
III. RIWAYAT PENYAKIT
Pada pemeriksaan riwayat penyakit/kelainan sistemik, pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan oleh operator dapat berupa :
1. Alergi
• Apakah anda mempunyai pantangan makanan dan obat?
• Apakah anda pernah mengalami bercak merah atau gatal setelah makan makanan tertentu ?
• Apakah anda pernah sesak nafas setelah makan makanan atau obat?
• Sejak kapan anda mengalaminya?
Manifestas penyakitalergi akan berdampak langsung dengan perawatan
gigi pasien, antara lain dalam hal pemilihan anastesi dan pemilihan obat selama
perwatan.
2. Penyakit jantung
• Apakah anda pernah merasa nyeri di sekitar dada? Jika iya, bagaimana rasanya dan di daerah mana?
• Sejak kapan nyeri itu muncul? Berapa lama biasanya terjadi?
• Apakah anda pernah merasa jantung berdebar-debar?
Manifestasi penyakit jantung akan berdampak langsung pada ekstraksi
gigi, konservasi dan periodonsi sehingga membuat operator harus lebih berhati-
hati dalam melakukan tindakan. Sebaiknya sebelum melakukan perawatan
pasien dikontrol ke bagian penyakkit dalam.
3. Penyakit tekanan darah tinggi
• Bagaimana tensi ibu/bapak?
• Apakah anda pernah merasa pusing dan berat di tengkuk setelah beraktivitas berat atau makan makanan tertentu?
• Apakah mengonsumsi obat-obatan tertentu dalam jangka waktu lama?
Sebaiknya pasien dengan penyakit tekanan darah tingg dirujuk terlebih
dahulu sebelum melakukan tindakan perawatan terutama ekstraksi. Diharapkan
tekanan darah pasien akan lebih terkontrol dengan mengkonsumsi obat-obatan
tertentu.
4. Diabetes melitus / kencing manis
• Apakah ibu rutin memeriksa gula darah? Bagaimana hasilnya?
• Apakah ada keluarga yang diabetes?
• Bagaimana nafsu makan setiap hari?
• Apakah sering buang air kecil pada malam hari? Berapa kali dalam semalam?
• Apakah jika luka akan sulit sembuh?
Manifestasi penyakit ini berhubungan dengan keadaan gigi dan oral
hygiene pasien. Pada penderita DM, seringkali mengalami xerostomia,
periodontitis, gingivitis, dan gigi goyang. Oleh karena itu, dokter gigi sangat
berperan dalam upaya meningkatan orl hygiene pasien.
5. Penyakit hepatitis?
• Apakah anda pernah terkena sakit kuning?
• Jika iya, kapan itu terjadi? Apakah anda dirawat di rumah sakit ?
Pada perawatan gigi, diharapkan operator lebih berhati-hati karna
penyakit ini dapat menular melalui scairn tubuh.
6. HIV/AIDS
• Apakah anda sering memakai jarum suntik bersama-sama?
• Apakah anda memiliki pasangan?
• Apakah anda pernah mencoba obat-obat tertentu (jenis-jenis narkoba) ?
Manifestasi penyakit ini paling banyak dan paling mudah ditemui di
rongga mulut, misalnya oral hairy leukoplakia. Dampaknya, operator harus
ekstra hati-hati dalam melakukan tindakan untuk mencegah penularan karena
penularan yang sangat efektf melalui darah.
7. Penyakit pernafasan
• Apakah anda pernah bernafas dengan disertai bunyi/ asma?
• Apakah anda pernah batuk parah dan tidak sembuh-sembuh?
• Apakah anda pernah sesak nafas tiba-tiba? Jika iya, sejak kapan dan berapa lama?
Manifestasi penyakit ini dapat berupa bau mulut, bibir pecah, gigi ngilu
dan oral hygiene yang rendah. Pada dasarnya penyakit ini berpengaruh pada
prognosis individual pasien.
8. Penyakit kelainan pencernaan
• Apakah anda sering mengalam kembung, mual, dan muntah?
• Apakah anda pernah merasa nyeri perut bagian atas?
• Apakah anda mengalami gangguan buang air besar?
Manifestasi penyakit ini pada perawatan dental lebih mengarah pada
pemilihan obat-obatan selama terapi agar tidak memilih obat yang sifatnya
asam.
9. Penyakit ginjal
• Apakah anda pernah buang air kecil yang berwarna selain kuning?
• Apakah anda pernah merasa sakit saat buang air kecil?
• Apakah anda menjalankan cuci darah? Jika iya, seberapa sering?
Manifestasi perawatan dental lebih ke pemilihan obat dan prognosis.
10. Kelainan kelenjar ludah
• Apakah anda merasa mulut terlalu kering atau basah?
• Apakah anda sering meludah?
• Apakah anda pernah merasa sakit di bawah lidah, di leher bagian atas, dan di bawah telinga?
Manifestasinya bisa langsung diraba pada daerah anatomis kelenjar ludah.
Jika teraba mungkin ada nfeksi atau penyakit diderita.
11. Epilepsi
• Apakah ada keluarga anda dan anda yang menderita penyakit ayan?
• Apakah anda pernah kejang-kejang mendadak?
Manifestasi pada rongga mulut biasanya terjadinya pembesaran gingiva
karena konsumsi dilantin. Operator harus hati-hati dan siap jika kekambuhan
terjadi pada pasien pada saat perawatan.
IV. PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL
1. Bibir
Otot-otot mastikasi dan bibir mempunyai tonus yang dalam keadaan
normal terdapat keseimbangan yang harmonis, bila tidak normal tonus otot
sangat kuat (hypertonus) atau sangat lemah (hipotonus) dapat menimbulkan
anomali pada lengkung gigi akibat adanya ketidakseimbangan atara tekanan
otot di luar dan di dalam mulut.
Pada pemeriksaan klinis, periksa :
- Otot bibir atas : normal / hypertonus / hypotonus
Bibir periksa secara visual dan palpasi. Vermilion border seharusnya halus
dan lembut. Kerusakan aktinik pada bibir (actinic cheilitis), terutama pada bibir
bawah bermanifestasi pada perubahan atrofi yang berkaitan dengan eritema
atau leukoplakia dengan penebalam epitelium. Kedua perubahan ini sering
ditemukan secara simultan pada area yang berdekatan dengan vermilion border.
Maserasi dan cracking pada sudut mulut (angular chelitis) dianggap disebabkan
oleh:
• Infeksi lokal, terutama melibatkan Candida albicans
• Kekurangan vitamin B kompleks
2. Kelenjar getah bening submandibula
Memeriksa kelenjar getah bening di bawah rahang bawah dengan cara
meraba menggunakan jari telunjuk dan jari tengah menekan dengan lembut
menyusuri dari belakang telinga ke submandibula sampai arah depan/dagu
untuk menemukan adanya pembesaran kelenjar getah bening. Kelenjar getah
bening juga memiliki makna klinis. Mereka menjadi meradang atau pembesaran
di berbagai kondisi, yang dapat berkisar dari sepele, seperti infeksi tenggorokan,
mengancam hidup seperti kanker. Kelainan kelenjar limfe lainnya misalnya
pembengkakan limfe node servikal karena virus dan bakteri serta limfe denitis
tuberculosis.
3. Wajah
Melalui pengamatan dan palpasi yang dilakukan pada wajah, pemeriksa
dapat mengamati simetris atau tidaknya wajah. Adanya ketidaksimetrisan pada
wajah, yang secara jelas kemungkinan disebabkan oleh masalah gigi geligi,
khususnya berhubungan dengan nyeri. Adanya abses pada gigi atau jaringan
periodontal merupakan penyebab umum, adanya pembengkakan pada wajah.
Selain itu, bisa juga disebabkan oleh adanya trauma. Melihat garis median
wajah dengan 4 titik acuan yaitu glabella, lip contur atas, lip kontur bawah, dan
pogonion.
V. KEADAAN UMUM INTRA ORAL
1. Debris
Debris adalah sisa2 makanan yang biasanya menempel di celah gigi dan
merupakan faktor pendukung timbulnya karies (lubang gigi). Debris dibedakan
menjadi food retention (sisa makanan yang mudah dibersihkan dengan air liur,
pergerakan otot2 mulut, berkumur, atau dengan menyikat gigi) dan food
impaction (sisa makanan yang terselip dan tertekan di antara gigi dan gusi,
biasanya hanya bisa dibersihkan dengan dental floss/benang gigi atau tusuk
gigi).
2. Plak
Plak gigi merupakan deposit/massa lunak yang terakumulasi di
permukaan gigi. Plak ini berisi pelikel (lapisan bening dari gigi), sisa makanan,
dan komunitas bakteri yang komplek dan diperkirakan lebih dari 400 bakteri
yang berbeda. Plak dapat hilang dengan menyikat gigi.
3. Kalkulus
kalkulus terjadi akibat akumulasi sisa2 makanan yang dibiarkan akan
mengalami kalsifikasi (pengerasan). Kalkulus yang dibiarkan lama-kelamaan
akan menumpuk dan dapat menutup permukaan gigi, selain itu juga dapat
menyebabkan gigi goyang. Karang gigi tidak bisa dihilangkan hanya dengan
menyikat gigi, untuk membersihkannya dibutuhkan bantuan dokter gigi dengan
menggunakan scaler. Kalkulus terbagi menjadi kalkulus supragingiva dan
kalkulus subgingiva. Kalkulus supragingiva dapat terlihat pada daerah sekitar
servikal, keras dan rapuh, dapat dibersihkan dengan scaler. Sedangkan,
kalkulus subgingiva biasanya tidak terlihat kasat mata, harus diperiksa dengan
probe dan kuret terlebih dahulu.
Indeks pemeriksaan
1. OHI-S (Green and Vermillion)
Memeriksa indeks debris dan kalkulus pada 6 gigi.
Gambar 1. Gigi yang diperiksa
Gambar2. Skor penilaian permukaan gigi
Kriteria debris/plak indeks Green and Vermillion
Criteria
0 No debris or stain present
1 Soft debris covering not more than one third of the tooth surface, or presence of extrinsic stains without other debris regardless of surface area covered
2 Soft debris covering more than one third, but not more than two thirds, of the exposed tooth surface.
3 Soft debris covering more than two thirds of the exposed tooth surface.
Debris indeks : nilai debris
----------------
Jumlah gigi yang diperiksa
Kriteria indeks kalkulus
Scores Criteria
0 No calculus present
1 Supragingival calculus covering not more than third of the exposed tooth surface.
2 Supragingival calculus covering more than one third but not more than two thirds of the exposed tooth surface or the presence of individual flecks of subgingival calculus around the cervical portion of the tooth or both.
3 Supragingival calculus covering more than two third of the exposed tooth surface or a continuos heavy band of subgingival calculus around the cervical portion of the tooth or both.
Kalkulus indeks : nilai kalkulus
----------------
Jumlah gigi yang diperiksa
OHI-S : indeks debris+ indeks kalkulus
4. Keadaan lidah : normal / macroglossia / microglossia
Pasien yang mempunyai lidah besar ditandai oleh :
- Ukuran lidah tampak besar dibandingkan ukuran lengkung giginya
- Dalam keadaan relax membuka mulut, lidah tampak luber menutupi
permukaan oklusal gigi-gigi bawah.
- Pada tepi lidah tampak bercak-bercak akibat tekanan permukaan lingual
mahkota gigi (tongue of identation)
- Gigi-gigi tampak renggang-renggang (general diastema)
5. Palatum : normal / tinggi / rendah serta normal / lebar / sempit
Pasien dengan pertumbuhan rahang rahang atas kelateral kurang
(kontraksi) biasanya palatumnya tinggi sempit, sedangkan yang pertumbuhan
berlebihan (distraksi) biasanya mempunyai palatum rendah lebar.
6. Gingiva : Normal / hypertophy / hypotropy
Adanya peradangan pada gingiva bisa ditetentukan dengan gingival
indeks (GI) dan Papilla bleeding indeks (PBI).
7. Hubungan rahang
- Retrognatik (Dorsaly rotated dintition ) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi
ke arah belakang sehingga posisi titik Pogonion tampak lebih ke belakang
dari posisi Nasion
- Ortogantik (Unrotated dentition): Bila gigi-geligi rahang bawah tidak berotasi
posisinya normal titik Pogonion tampak lurus terhadap Nasion
- Prognatik (Ventraly rotated dentition) : Bila gigi-geligi rahang bawah berotasi
ke depan, dagu (titik Pog) tampak maju terhadap Nasion.
VI. TEMUAN MASALAH
1. Lesi karies
Menurut ICDAS, karies diklasifikasikan :
1. D1, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat kering
2. D2, terlihat lesi putih pada permukaan gigi saat basah
3. D3, karies mencapai email
4. D4, karies hampir menyerang dentin (mencapai DEJ)
5. D5, karies menyerang dentin
6. D6, karies menyerang pulpa
2. Flourosis
Adalah kelainan pada struktur gigi yang disebabkan karena jumlah asupan
fluor yang terlalu tinggi. Makin tinggi derajat Fluorosis, risiko karies juga
meningkat karena adanya ceruk dan hilangnya lapisan permukaan email
(mottled email). Pemberian CPP-ACP (tooth mousse) dapat menjadi pilihan
untuk terapi dan juga dapat dilakukan teknik mikroabrasi.
3. Gingiva sehat
• Warna. Gingiva normal berwarna merah muda, tetapi banyak bervariasi
untuk tiap-tiap orang. Adanya sel-sel melanin (melanosit) pada penduduk
Afrika dan Asia adalah normal.
• Ukuran. Adanya pertambahan ukuran gingiva merupakan tanda adanya
penyakit periodontal.
• Kontur. Istilah ini mengacu khususnya untuk penampakan festoon gingiva.
• Konsistensi. Pada keadaan yang sehat, konsistensi gingiva kenyal, dan
melekat erat pada tulang di bawahnya.
• Tekstur permukaan. Secara normal terlihat adanya stippling di gingiva cekat;
hilangnya stippling merupakan tanda adanya penyakit periodontal. Stippling
terjadi karena proyeksi lapisan papilar lamina propria, yang mendorong epitel
menjadi tonjolan-tonjolan bulact yang berselang-seling dengan perlekukan
epitel.
• Kecenderungan perdarahan pada palpasi atau probing dengan tekanan
lembut. Gingiva yang sehat tidak akan berdarah pada saat sonde (probe)
peridontal dimasukkan ke dalam sulkus dengan hati-hati, atau bila gingiva
bebas dipalpasi dengan jari.
4. TMJ
TMJ atau sendi rahang adalah sendi yang menghubungkan temporal dan
mandibula yang terdiri dari:
1. Tulang mandibula dengan kondilusnya (ujung membulat)
2. Diskus yaitu jaringan penyambung antara kondilus dengan soketnya pada
tulang temporal
3. Sistem neurovaskuler
Persendian ini di lapisi oleh lapisan tipis dari kartilago dan dipisahkan oleh
diskus. Persendian ini secara konstan terpakai saat makan, berbicara dan
menelan.
Ada tiga gangguan tempotomandibular yang tesering, yaitu nyeri miofasial,
internal2 dearrangement, dan osteoartrosis. Nyeri miofasial adalah gangguan
yang tersering ditemukan.2 Adapun gejala lain yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut:
• Nyeri pada telinga
• Kekakuan atau nyeri pada otot rahang
• Nyeri pada daerah pipi
• Bunyi pada rahang
• Keterbatasan pergerakan pada rahang
• Lock jaw
• Nyeri kepala yang sering
• Kekakuan pada otot wajah dan leher, daerah preaurikuler
• Asimetris dari wajah
• Maloklusi
• Kronik postural head tilting
VII. PRIORITAS MASALAH
• PRO-PERIO
1. Scalling
Scalling bertujuan untuk membersihkan kalkulus supragingiva. Alat yang
digunakan adalah scaler hoe, chisel, dan sickle.
2. Oral hygiene instruction
Mengintruksikan pasien untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut.
DHE adalah dental health education yang merupakan cara penyuluhan dan
sasarannya adalah orang banyak (populasi).
• PRO-KONSERVASI
1. GIC dipilih karena luas lesi yang masih kecil (sebesar ujung sonde) dan
diharapkan terjadinya remineralisasi. Komposisi GIC terdiri dari bubuk kaca dan
larutan asam poliakrilat.
Indikasi :
- untuk gigi anterior dan posterior
- karies proksimal gigi anterior, karies permukaan halus (sisi bukal atau lingual)
- pasien menginginkan tambalan sewarna gigi 4
Kontra-indikasi :
- gigi yang menerima tekanan kunyah berat
Kelebihan :
- estetis (sewarna gigi)
- bersifat adhesif terhadap jaringan gigi
- tidak iritatif terhadap pulpa
- mengandung ion fluor untuk mencegah karies lebih lanjut
- sifat penyebaran panasnya kecil
- daya larut rendah
Pesiapan kavitas untuk GIC :
• Preparasi kavitas• Permukaan kavitas di beri dentin conditioner• Irigasi• Aplikasi GIC (tidak perlu di buat lapis perlapis tapi hanya langsung
di buat struktur anatomis gigi saja)• Aplikasi vernis pada tumpatan. • Pemolesan
2. Mikroabrasi
Mikroabrasi dilakukan untuk menghilangkan diskolorisasi yang terjadi pada
permukaan enamel yang tidak dalam dapat pula unutk menghilangkan white
spot. Pada karies yang sedang berkembangdan memiliki permukaan kasar,
teknik mikroabrasi ditambah dengan program remineralisasi merupakan pilihan
awal. Pada perubahan warna yang dikarenakan trauma lokal saat perkembangan
seperti amelogenesis imperfecta, prognosis yang akurat untuk mikroabrasi tidak
dapat diberikan,namun mikroabrasi adalah yang pertama diterapkan. Jika teknik
ini tidak berhasil karena kedalaman kerusakan melebihi 0,2-0,3mm, maka gigi
akan direstorasi dengan menggunakan tumpatan sewarna gigi.
Diskolorisasi permukaan yang disebabkan flourosis juga dapat dihilangkan
dengan teknik ini selama kedalamannya tidak melebihi 0,2-0,3mm. Teknik ini
bukan merupakan teknik bleaching,namun penghilangan struktur gigi yang
mengalami diskolorisasi dengan cara mekanik. Teknik ini dilakukan secara
eksternal dengan menggunakan campuran asam Hidroklorik 18 % dengan bubuk
pumis membentuk pasta yang padat, dan diletakkan pada permukaan email dan
ditekankan dengan gerakan memutar menggunakan spatel kayu selama 5 detik,
kemudian dicuci dengan air dan untuk menetralisir asam digunakan campuran
Natrium Bikarbonat dan air. Isolasi pada gingiva dengan menggunakan rubber
dam.
3. CPP-ACP
CPP-ACP adalah suatu sistem pengangkutan dimana ion kalsium dan fosfat
yang tersedia bebas dapat melekat pada email dan berubah bentuk menjadi
kristal kalsium fosfat. Ion kalsium dan fosfat bebas keluar dari CPP-ACP, masuk
ke dalam enamel rod dan membentuk kristal apatit. Telah diproduksi sejumlah
media untuk menghasilkan CPP-ACP, seperti water-based mousse, krim topikal,
permen karet, larutan kumur, dan tablet bebas-gula. Bahan-bahan tersebut
dijual dengan merek “Recaldent.” Beberapa penelitian tentang pengaruh CPP-
ACP menunjukkan peningkatan remineralisasi email sesuai-dosis dalam lesi yang
terdemineralisasi.
4. Bleaching
Bleaching merupakan suatu cara pemutihan kembali gigi yang berubah
warna, sampai mendekati atau bahkan sama dengan warna gigi aslinya melalui
proses kimia yang bertujuan untuk mengembalikan faktor estetik penderita.
Bleaching dapat dilakukan pada gigi vital maupun non vital. Pemutihan gigi vital
berupa prosedur ekstrakoronal pada permukaan gigi sedangkan pemutihan gigi
pada gigi non vital biasanya menggunakan prosedur intrakoronal, yaitu di dalam
ruang pulpa.
Bahan bleaching :
1. Hidrogen peroksida
Merupakan bahan pemutih yang paling sering digunakan, tidak berwarna,
viskositasnya rendah dan merupakan oksidator kuat sehingga dalam
pengguanaannya harus hati-hati. Contohnya adalah superoxol yang merupakan
bahan pemutih yang mengandung 30% H2O2.
2. Sodium perborat
Penggunaan campuran superoxol dengan sodium peroksida lebih efektif dalam pemutihan gigi.
3. Karbamid peroksida
Merupakan kristal yang berwarna putih dan tidak toksik. Pada in office
bleaching digunakan karbamid peroksida dengan konsentrasi 30-50% sedangkan
pada pemutihan ekstrakorona konsentrasinya 10-16%. Efektivitas bahan
pemutih intrakorona dipengaruhi oleh pH,konsentrasi,suhu, waktu dan
penyimpanan. Pada pH basa, proses oksidasi lebih aktif. Penggunaan bahan
dengan konsentrasi tinggi prosesnya lebih cepat namun ada kemungkinan
menyebabkan kaustik pada jaringan lunak. Pengaruh adanya kenaikan suhu dan
pemanasan/energi cahaya akan mempercepat reaksi, selain itu, adanya kontak
bahan pemutih yang lama hasilnya akan lebih baik.
Teknik non vital bleaching :
Teknik yang dipakai dalam bleaching pada gigi non vital adalah teknik
walking bleach dan termokatalitik. Adanya oksigen bebas akan mendorong zat
warna keluar dari tubulus dentin.
a. Teknik walking bleach
Teknik walking bleach menggunakan campuran hidrogen peroksida 35%
dan sodium perborat.
Prosedur perawatannya:
• Jaringan sekitar gigi yang akan dirawat dilindungi dengan vaselin
• Gigi diisolasi menggunakan rubberdam
• Kamar pulpa dan tanduk pulpa dibersihkan, kemudian dentin bagian labial dalam kamar pulpa dikurangi 0,5mm dengan bur low speed
• Guttaperca dikurangi dengan plugger panas sepanjang 2mm ke arah apikal
• Daerah orifice ditutup dengan ZnO eugenol setebal 1mm
• Kamar pulpa dibersihkan dengan xylene atau isopropil alkohol 70%, kemudian dikeringkan dengan aliran udara
• Pasta campuran hidrogen peroksida 35% dan sodium perborat diletakkan di dalam kamar pulpa, kemudian ditekan dengan kapas ke arah dinding labial kemudian ditumpat sementara dengan ZnO eugenol.
• Kunjungan berikutnya dilakukan 3-7 hari kemudian. Jika pemutihan belum berhasil,maka langkah tersebut diulangi. Jika berhasil, bersihkan gigi lalu tumpat denga resin komposit.
b. Teknik termokatalitik
Teknik ini dilakukan dengan bantuan cahaya dan panas. Caranya
dengannmeletakkan bahan oksidator Hidrogen Peroksida dalam kamar pulpa
dan dipanaskan dengan menggunakan lampu atau alat yang dipanaskan atau
alat pemanas listrik hingga menghasilkan oksigen bebas yang aktif. Prosedur
yang dilakukan meliputi, persiapan sama dengan teknik walking bleach,
sepotong kapas diletakkan pada labial dan lainnya pada kamar pulpa, kapas
dibasahi superoxol, diberi pencahayaan hingga 6,5 menit, larutan ditambahkan
lagi kapas dengan Superoxol / Sodium Perborat, ditumpat sampai kunjungan
lagi.
c. Teknik pemutihan intrakoronal dengan karbamid peroksida 10%
Cara pertama dengan menggunakan tray yang diisi karbamid peroksida
10% tetapi akses orifice terbuka dan diisi karbamid peroksida. Pasien tidur
dengan menggunakan tray. Pada pagi hari gigi diirigasi dan ditutup cotton pellet.
Proses ini diulang sampai warna yang dikehendaki, tumpat sementara,
penumpatan dengan komposit setelah 2 minggu. Cara kedua dengan Karbamid
Peroksida diinjeksikan setiap 2 jam.
Teknik vital bleaching
Teknik ini dilakukan dengan mengaplikasikan oksidator pada permukaan
email gigi yang masih vital. Hasilnya kurang meyakinkan jika dibandingkan
dengan teknik bleaching internal, karena permukaan email gigi kurang
permeable dan sedikit peluangnya bahan mencapai daerah yang berubah warna.
a. Mouth guard bleaching
Teknik ini biasanya digunakan untuk kasus perubahan warna gigi yang
ringan. Pada dasarnya merupakan Home Bleaching sebagai teknik pemutihan
dirumah. Variasi teknik ini bermacam-macam, baik dari jenis bahannya,
frekuensi dan waktu yang digunakan di rumah maupun di tempat praktik.
Sebagian besar terdiri 1,5 – 10 % Hidrogen Peroksida atau 10 – 15 % Karbamid
Peroksida.
Efek samping bleaching intrakoronal dan ekstrakoronal
1. Gigi sensitif
Bahan bleaching merusak enamel rods, menyebabkan dentin terekspose
secara mikroskopis. Hidogen lperoksida bersifat hipertonic dibandingkan dengan
struktur gigi dan jaringan sekitarnya menyebabkan penyerapan air dari tekanan
yang lebih rendah (dari email, tubulus dentin, dan lapisan epitel
mukosa/gingiva), proses dehidrasi tersebut menyebabkan rasa ngilu dan sensitif.
2. Iritasi gingiva
Konsentrasi peroxide yang tinggi dapat menyebabkan trauma khemis dan
tray yang mendorong melawan gingiva selama proses bleaching menyebabkan
trauma mekanis. Hal-hal tersebut menyebabkan resesi gingiva secara permanen.
3. Resorpsi eksternal
Bahan kimia yang dikombinasikan dengan panas dapat menyebabkan
nekrosis sementum, inflamasi ligamen periodontium dan resorpsi akar.
4. Perubahan morfologi enamel
Carbamide peroxide menyebabkan sedikit perubahan morfologi pada
permukaan enamel pada level pH yang beragam.
5. Mengurangi perlekatan
Sisa peroxide pada enamel dan dentin dapat menghambat polimerisasi
sistem resin bonding. Oleh karena itu, jika akan melakukan restorasi
mengguanakan resin komposit dianjurkan untuk melakukannya paling tidak 10
hari setelah bleaching.
6. Masalah dengan material restorasi gigi
Gel carbamide peroxide meningkatkan pelepasan merkuri dari amalgam,
sehingga menyebabkan perubahan warna menjadi lebih buram. Untuk resin
komposit dapat menyebabkan perubahan pada kekasaran dan kekerasan.
5. Perawatan orthodonti
• Removable
Alat yang didesain sedemikian rupa sesuai indikasi dan memberikan
tekanan terhadap gigi dan jaringan pendukung yang penentuan arahnya
ditentukan dari komponen aktif dari alat itu sendiri.
Keuntungan :
1. Pembersihan mudah
2. Kekuatan terhadap gigi terkontrol
3. Waktu pembuatan singkat
4. Waktu kontrol lebih singkat
5. Dapat dimodifikasi
6. Murah
Keterbatasan :
1. Mengoreksi kasus maloklusi ringan
2. Gerakan yang dihasilkan terbatas, yaitu hanya tipping.
3. Susah bicara pada pemakain awal
4. Mudah patah
5. Retensi lebih sulit dibanding pesawat cekat
6. Kooperatif dan keterampilan pasien sangat diperlukan
Komponen :
1. Caninus retraktor. Berfungsi untuk menarik caninus ke distal.
2. Adam’s clasp.
3. Short labial bow. Digunakan untuk retensi dan menjaga kestabilan
lengkung gigi.