PATOFISIOLOGI
DM tipe 1 berkembang pada anak-anak atau pada awal masa dewasa yang
disebabkan oleh kerusakan sel beta pancreas akibat autoimun, sehingga terjadi defisiensi
insulin absolute. Reaksi autoimun umumnya terjadi setelah waktu yang panjang (9-13
tahun) yang ditandai oleh adanya parameter-parameter system imun ketika terjadi
kerusakan sel β. Hiperglikemia terjadi bila 80%-90% dari sel β rusak. Penyakit DM dapat
menjadi penyakit menahun dengan resiko komplikasi dan kematian. Factor-faktor yang
menyebabkan terjadinya autoimun tidak diketahui, tetapi prose situ diperantarai oleh
makrofag dan limfosit T dengan autoantibody yang bersirkulasi ke berbagai antigen sel β
(misalnya antibody sel islet, antibody insulin).
DM tipe 2 ditandai dengan peningkatan lipofisis dan produksi asam lemak bebas,
peningkatan produksi glukosa hepatic, dan penurunan pengambilan glukosa pada otot
skelet. Disfungsi sel β mengakibatkan gangguan pada pengobtrolan glukosa darah. DM tipe
2 lebih disebabkan karena gaya hidup penderita diabetes (kelebihan kalori, kurangnya
olahraga dan obesitas) dibandingkan pengaruh genetic.
Diabetes yang disebabkan oleh factor lain termasuk gangguan endokrin misalnya
akromegali, sindrom Cushing, diabetes mellitus gestasional (DMG), penyakit pancreas
eksokrin (pancreatitis), dank arena obat (glukokortikoid, pentamidin, niasin, dan α-
interferon).
Gangguan glukosa puasa dan gangguan toleransi glukosa terjadi pada pasien dengan
kadar glukosa plasma lebih tinggi dari normal tetapi tidak termasuk dalam DM. gangguan ini
merupakan factor resiko untuk berkembang menjadi penyakit DM dan kardiovaskular yang
berhubungan dengan sindrom resistensi insulin.
Komplikasi mikrovaskular berupa retinopati, nefropati, dan neuropati sedangkan
komplikasi makrovaskular berupa penyakit jantung koroner, stroke, dan penyakit vascular
peripheral.
TERAPI
TERAPI FARMAKOLOGI
1. Insulin
Mekanisme kerja
Insulin menurunkan kadar gula darah dengan menstimulasi pengambilan glukosa
perifer dan menghambat produksi glukosa hepatik.
Data farmakokinetik
Waktu paruh insulin pada orang normal sekitar 5-6 menit dan memanjang pada
pasien DM yang membentuk antibody terhadap insulin. Hormon ini dimetabolisme
terutama di hati, ginjal, dan otot; mengalami filtrasi di ginjal, kemudian diserap
kembali di tubulus ginjal yang juga merupakan tempat metabolismenya. Gangguan
fungsi ginjal yang berat lebih berpengaruh terhadap kadar insulin di darah
dibandingkan fungsi hati.
Tabel 1.1 Farmakokinetik Berbagai Insulin dan Nama Sediaan
Jenis Insulin Mulai Kerja (jam)
Puncak Efek (jam)
Lama Kerja (jam)
Nama Sediaan Kekuatan
Kerja singkat 0.5
0.5
1-3
2-4
8
6-8
Actrapis HMActrapis HMPenfil
40 IU/mL100 IU/mL
Kerja sedang(NPH=isophane)
1-2 6-12 18-24
Kerja sedang mulai kerja singkat
0.5
2.5
4-12
7-15
24
24
Insulatard HMInsulatard HMPenfilMonotard
40 IU/mL100 IU/mL40 IU/mL100 IU/mL
Kerja lama 4-6 14-20 24-36 Protamin Zinc SulfatSediaan campuran 0.5
0.50.5
1.5-81-81-8
14-1614-1514-15
Humulin 20/80Humulin 30/70Humulin 40/60MixtardPenfil
40 IU/mL100 IU/mL
40 IU/mL100 IU/mL
INSULIN
Indikasi : DM tipe 1, DM tipe 2 yang gula darahnya tidak dapat dikendalikan
dengan diet dan antidiabetik oral, DM dengan berat badan yang
menurun cepat, DM dengan komplikasi akut, DM paska bedah
pancreas, ketoasidosis, dan koma hiperosmolah, DM dengan
kehamilan.
Tabel 1.2 Obat Yang Menurunkan Efek Hipoglikemik Insulin
Kontrasepsi oralKortikosteroidSiklofosfamidDanazolDekstrotirosinDiazoxidaDiltiazemDiuretikaDobulaminEpinefrin
NikotinFenotiazinFenitoinProgesteron (kontrasepsi oral)Inhibitor proteaseSomatropinTerbutalinDiuretik tiazidHormon tiroid
Tabel 1.3 Obat Yang Meningkatkan Efek Hipoglikemik Insulin
ACE InhibitorAlkoholAnabolik steroidAntidiabetika oralBeta blokerKalsiumKlorokuinKlotibratKlonidinDisopramidFluoksetinFibratGuanetidin
Litium karbonatMAO inhibitorMebendazolPentamidinPentoksifilinFenilbutazonPropoxifenPiridoksinSalisilatAnalog somatostatin (oktreotid)Sulfin pirazonSulfonamida tetrasiklin
2. Sulfonilurea
Mekanisme kerja obat
Sulfonilurea bekerja merangsang sekresi insulin pada pancreas sehingga hanya
efektif bila sel beta pancreas masih dapat berproduksi.
KLORPROPAMIDA
Indikasi : NIDDM ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Gelaja saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik
dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamid dapat meningkatkan
antidiabetik hormone (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang
menyebabkan hiponatremia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia
dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada
gangguan fungsi hati/ ginjal atau pada orang usia lanjut.
GLIKAZID
Indikasi : NIDDM ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Gelaja saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik
dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamid dapat meningkatkan
antidiabetik hormone (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang
menyebabkan hiponatremia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia
dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada
gangguan fungsi hati/ ginjal atau pada orang usia lanjut.
GLIBENKLAMID
Indikasi : NIDDM ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Gelaja saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik
dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamid dapat meningkatkan
antidiabetik hormone (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang
menyebabkan hiponatremia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia
dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada
gangguan fungsi hati/ ginjal atau pada orang usia lanjut.
GLIPIZID
Indikasi : NIDDM ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Gelaja saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik
dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamid dapat meningkatkan
antidiabetik hormone (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang
menyebabkan hiponatremia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia
dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada
gangguan fungsi hati/ ginjal atau pada orang usia lanjut.
GLIKUIDON
Indikasi : NIDDM ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Gelaja saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik
dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamid dapat meningkatkan
antidiabetik hormone (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang
menyebabkan hiponatremia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia
dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada
gangguan fungsi hati/ ginjal atau pada orang usia lanjut.
GLIMEPIRID
Indikasi : NIDDM ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Gelaja saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik
dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamid dapat meningkatkan
antidiabetik hormone (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang
menyebabkan hiponatremia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia
dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada
gangguan fungsi hati/ ginjal atau pada orang usia lanjut.
TOLBUTAMID
Indikasi : NIDDM ringan-sedang
Kontraindikasi : Wanita menyusui, profiria, dan ketoasidosis
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Gelaja saluran cerna dan sakit kepala. Gejala hematologic
termasuk trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik
dapat terjadi walau jarang sekali. Klorpropamid dapat meningkatkan
antidiabetik hormone (ADH), dan dengan frekuensi sangat jarang
menyebabkan hiponatremia dan fotosensitivitas. Hipoglikemia
dapat terjadi bila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat; juga pada
gangguan fungsi hati/ ginjal atau pada orang usia lanjut.
3. Biguanida
Mekanisme kerja
Biguanida bekerja menghambat glukoneogenesis dan meningkatkan penggunaan
glukosida di jaringan.
Data farmakokinatik
Bioavaibilitas absolute metformin IR 500 mg yang diberikan dalam kondisi puasa
adalah sekitar 50-60%. Makanan menghambat absorbs metformin. Metformin
diekskresikan tidak berubah ke dalam urin dan tidak mengalami metabolism hepatic
atau ekskresi melalui kantung empedu. Waktu paruh eliminasi sekitar 17.6 jam.
METFORMIN HIDROKLORIDA
Indikasi : NIDDM yang gagal dikendalikan dengan diet dan sulfonylurea,
terutama pada pasien yang gemuk.
Kontraindikasi : Gangguan fungsi ginjal atau hati, predisposisi asidosis laktat, gagal
jantung, infeksi atau trauma berat, dehidrasi, alkoholisme, wanita
hamil, wanita menyusui.
Peringatan : Penggunaannya harus hati-hati pada pasien usia lanjut, gangguan
fungsi hati dan ginjal
Efek Samping : Mual, muntah, anoreksia, dan diare yang selintas; asidosis laktat;
gangguan penyerapan vitamin B12
4. Thiazolidindion
Mekanisme kerja
Thiazolidindion meningkatkan sensitivitas insulin pada otot dan jaringan adipose
dan menghambat glukoneogenesis hepatic.
PIOGLITAZON
Indikasi : Hiperglikemia
Kontraindikasi : hipersensitivitas terhadap pioglitazon
Peringatan : hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati, gangguan jantung,
kehamilan.
Interaksi Obat : Ativarsatin dan ketokonazol mempengaruhi pioglitazon dan
pioglitazon mempengaruhi atorvasatin, midazolam, nifedipin,
kontrasepsi oral.
Efek Samping : Udem, sakit kepala, hipoglikemia, mialgia, faringitis, sinusitis,
gangguan gigi, infeksi saluran pernapasan atas.
ROSIGLITAZON
Indikasi : Hiperglikemia
Kontraindikasi : Hipersensitivitas terhadap rosiglitazon
Peringatan : Hentikan terapi jika ditemukan gangguan hati, gangguan jantung,
kehamilan.
Efek Samping : Nyeri punggung, sakit kepala, hiperglikemia, luka, sinusitis, anemia
ketika digunakan bersamaan dengan metformin, udem ketika
digunakan bersamaan dengan insulin.
5. Penghambat α-glukosidase
Mekanisme kerja obat
Akarbosa bekerja menghambat α-glukosidase sehingga mencegah penguraian
sukrosa dan karbohidrat kompleks dalam usus halus dengan demikian
memperlambat dan menghambat penyerapan karbohidrat.
Data farmakokinetik
Konsentrasi plasma puncak akan bertahan 14-24 jam setelah konsumsi obat,
sedangkan konsentrasi plasma puncak dari zat aktif akan bertahan sekitar 1 jam.
Akarbosa dimetabolisme di saluran cerna oleh bakteri intestinal dan enzim
pencernaan. Fraksi metabolit ini diabsorbsi (34% dari dosis) dan diekskresikan
melalui urin.
AKARBOSA
Indikasi : Sebagai tambahan terhadap sulfonylurea atau biguanid pada DM
yang tidak dapat dikendalikan dengan obat dan diet.
Kontraindikasi : Anak usia dibawah 12 tahun, wanita hamil, wanita menyusui,
colitis ulseratif, obstruksi usus, gangguan fungsi hati, gangguan
fungsi ginjal berat, hernia, riwayat bedah abdominal.
Peringatan : Dapat meningkatkan efek hipoglikemik insulin; bila digunakan
dosis tinggi, transaminase hati perlu dimonitor.
Efek Samping : Flatulensi, diare, perut kembung dan nyeri, ikterus, hepatitis.