Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
661
KOMPOSISI JENIS DAN VARIASI UKURAN HASIL TANGKAPAN GILL NET DI SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR
Eko Prianto1) dan Danu Wijaya2)
1) Pusat Penelitian Pengelolaan Perikanan dan Konservasi Sumberdaya Ikan 2) Balai Riset Pemulihan Sumberdaya Ikan
ABSTRAK
Penelitian untuk mengetahui komposisi jenis ikan hasil tangkapan gill net di Sungai Musi bagian hilir telah dilakukan pada bulan April dan Juni 2007. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis dan hasil tangkapan ikan di sungai Musi bagian Hilir. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan metode survei di 17 lokasi di Musi Bagian Hilir. Pengambilan sampel ikan dengan menggunakan jaring insang yang terbuat dari benang nilon dengan ukuran panjang 10 m dengan ukuran mata jaring (0,75; 1,0; 1,25; 1,5; 1,75; 2,0 dan 2,5 inci). Jaring dipasang memanjang di bagian tepi kiri dan kanan sungai selama + 4 jam untuk kemudian jaring diangkat dengan cara pengambilan melawan arus. Pada bulan April, total hasil tangkapan sebanyak 67 ekor dengan jumlah jenis 24 spesies dan pada bulan Juni total tangkapan 106 ekor dan jumlah jenis ikan sebesar 25 spesies. Mata jaring yang memiliki hasil tangkapan yang lebih bervariasi ditemukan pada ukuran 2,5 inci (April) dan 1,25 inci (Juni). Pada bulan April ukuran mata jaring 1,75 inci memperoleh hasil tangkapan yang lebih tinggi yaitu 546,44 gr. Pada bulan Juni hasil tangkapan yang tertinggi diperoleh pada mata jaring 1,25 inci dengan jumlah 727,10 gr.
KATA KUNCI : komposisi jenis ikan, hasil tangkapan, gill net, purposive sampling, sungai musi bagian
hilir.
ABSTRACT
The study on the composition of fish species of gill net catches in down stream of Musi River was done on April and June 2007. The aim of this research is to determine the species composition and the catch yiled of fish in down stream of Musi River. The fish was cautgh by using of gillnet with the length of 10 m and the mesh size of 0.75, 1, 1.25, 1.5, 1.75, 2, and 2.5 inch. Nets were set along on the left and the right of the river side for 4 hours and after that the nets were pulled. Based on the data analysis, the total fish caught in April was 67 with from 24 species, while in June the total catch was 106 from 25 species. The mesh size that has more varied catch was 2.5 inches (April) and 1.25 inches (June). The 1.75 inch mesh size gave the highest catch of 546.44 g in April, while in June the highest catch obtained from the 1.25 inches mesh with the amount of 727.10 g. KEYWORD : fish species compotition, fish catch, gill net, purposive sampling, Musi River PENDAHULUAN
Sungai Musi bagian hilir merupakan jantung transportasi bagi masyarakat
sehingga sebagian besar aktifitas masyarakat banyak dilakukan di sepanjang sungai.
Disamping itu wilayah ini dijadikan sebagai pusat perindustrian, pemukiman dan
pertanian sawah pasang surut oleh masyarakat sekitarnya. Pada sisi lain, dengan
memiliki banyak anak sungai, sungai Musi bagian hilir memiliki sumber daya perikanan
air tawar yang sangat besar yakni 42.534 ton pada tahun 2006 (Dinas Perikanan
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
662
Sumatera Selatan, 2006), sedangkan untuk sungai Musi secara keseluruhan sebesar
72.905 ton dan laut hanya 50,400 ton pada tahun 2001 (Japan International Cooperation
Agency and Directorat General of Water Resources, 2003). Sehingga hampir sebagian
besar ikan-ikan yang terdapat di Kota Palembang dan sekitarnya berasal dari hasil
penangkapan di perairan umum terutama sungai dan rawa banjiran.
Dilihat dari profil memanjang suatu sungai yang alirannya ke arah laut, sungai
dibagi menjadi 2 yaitu bagian hulu (rhitron) dan bagian hilir (potamon) (Welcome,
1979). Beberapa ahli membagi sungai menjadi 3 zone yang meliputi, bagian hulu (up
stream), tengah (middle stream) dan hilir (down stream). Ketiga zona tersebut memiliki
karakteristik ekologi yang berbeda-beda. Penangkapan ikan di Sungai Musi bagian hilir
merupakan aktifitas yang telah lama dilakukan masyarakat terutama yang hidup di
sepanjang sungai. Jika dilihat dari kegiatan penangkapannya maka masyarakat nelayan
di sepanjang sungai ini digolongkan menjadi 2 kelompok : 1) nelayan utama, yang
sepanjang tahun melakukan aktifitas penangkapan, 2) nelayan sambilan, hanya pada
musim-musim tertentu melakukan penangkapan. Dalam melakukan penangkapan, alat
tangkap yang digunakan bervariasi sesuai dengan jenis ikan yang ditangkap.
Alat tangkap yang biasa digunakan pada wilayah ini adalah belad (beach barrier
trap), jaring kantong (surrounding net), jaring insang (gillnet) dan rawai (long line).
Penggunaan jaring insang biasanya dilakukan di pinggiran sungai, danau dan rawa
bajiran. Kheng (2008) menyatakan penggunaan alat tangkap gill net dilakukan oleh
sebagian besar oleh nelayan tradisional dan peran mereka sangat penting untuk menjaga
ketahanan pangan dan mendukung perekonomian nasional.
Menurut Balik & Cubuk (2001) bahwa gill net biasanya digunakan secara luas di
daerah pantai dan perairan umum daratan karena harganya murah dan mudah dalam
pengoperasiannya. Sebagian besar ikan ditangkap oleh nelayan tradisional di perairan
umum dengan menggunanakn gill net (Lamberts, 2001). Jaring insang biasanya
digunakan untuk menangkap ikan yang bergerak dan bermigrasi melewati daerah
tangkapan (Kibria & Ahmed, 2005). Pengoperasiannya digunakan pada tipe perairan
yang agak tenang atau sungai dengan arus yang relatif lambat.
Menurut Nsje, et al (2004) bahwa gill net merupakan alat tangkap yang
selektif, dalam pengoperasiannya ukuran mata jaring yang berbeda akan menangkap
jenis dan ukuran ikan yang berbeda. Alat ini tergolong pasif dan ikan tertangkap
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
663
tergantung kepada pergerakannya. Alat ini biasanya dipasang pada perairan terbuka atau
ditepi sungai dengan arus yang pelan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
komposisi jenis dan variasi ukuran hasil tangkapan jaring insang secara longitudinal di
Sungai Musi bagian hilir.
BAHAN DAN METODE
Penelitian ini dilaksanakan di Sungai Musi bagian hilir pada bulan April dan
Juni 2007. Lokasi pengambilan sampel seperti terlihat dalam Lampiran 1 dibagi menjadi
17 titik yang tersebar di sepanjang lokasi penenelitian (Tabel 1).
Tabel 1. Lokasi sampling di sungai Musi bagian hilir
No Lokasi Sampling Sampling Station Posisi GPS/
GPS Position Keterangan/ Explanation
1. Anyar S 2 59.719 E 104 19.993 Desa 2. Tj. Menang S 3 01.613 E 104 28.638 Hutan Sekunder 3. Sejagung S 3 00.048 E 104 08.244 Hutan Sekunder 4. Pulokerto S 3 01.771 E 104 40.683 Desa
No Lokasi Sampling Sampling Station Posisi GPS/
GPS Position Keterangan/ Explanation
5. Gandus S 3 01.436 E 104 43.904 Pabrik Karet 6. Musi 2 S 3 01.284 E 104 43.552 PAM 7. Begayut S 3 01.392 E 104 44.381 Anak Sungai 8. Muara sungai Ogan S 3 00.467 E 104 45.077 Pabrik Semen 9. Pusri S 2 59.078 E 104 48.221 Pabrik Pupuk
10. Hoktong S 2 59.076 E 104 48.911 Pabrik Karet 11. Sinar Alam Permai S 2 56.242 E 104 53.275 Pabrik Sawit 12. Borang S 2 55.330 E 104 54.190 Anak Sungai 13. Sukses Sumatera Timber S 2 49.619 E 104 54.509 Pabrik Kayu 14. Upang S 2 42.964 E 104 57.595 Desa 15. Pre Selat cemara S 2 42.666 E 104 57.311 Sawah 16. Selat cemara Sawah 17. Sungsang Desa
Penangkapan ikan dilakukan dengan menggunakan jaring tangsi/insang (gill net)
yang terbuat dari benang nilon dengan ukuran panjang 10 m dan lebar 1 m. Jaring
dipasang memanjang di bagian sisi kiri dan kanan sungai dengan jumlah 14 buah.
Ukuran mata jaring yang dipasang masing-masing sisi (0,75; 1,0; 1,25; 1,5; 1,75; 2,0
dan 2,5 inci). Jaring diikat pada kayu pancang dan masing-masing jaring disambung
secara terus menerus. Jaring-jaring ini dipasang selama + 4 jam dan setelah empat jam
jaring diangkat dengan cara pengambilan melawan arus. Ikan yang tertangkap dicatat
jenis, ukuran mata jaring dan lokasinya. Selanjutnya ikan-ikan ini diawetkan dengan
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
664
formalin 10 % untuk diidentifikasi di Laboratorium Balai Riset Perikanan Perairan
Umum. Sebagai pedoman untuk identifikasi ikan digunakan buku Kottelat (1993) dan
Webber and Beauford (1916).
Data yang dikumpulkan meliputi jenis ikan, panjang dan berat ikan, jumlah
jenis, lokasi, waktu pemasangan alat tangkap dan pengangkatannya, kedalaman
perairan, koordinat lokasi dan ukuran mata jaring. Data jenis ikan yang tertangkap
dengan menggunakan jaring selanjutnya ditabulasi untuk dianalisa :
Komposisi jenis
Data jenis ikan yang tertangkap pada jaring insang dengan mata jaring yang
berbeda disusun untuk diketahui jumlah dan komposisi jenisnya. Data ini dimaksudkan
untuk mengetahui jenis ikan yang tertangkap dan jumlahnya pada setiap ukuran mata
jaring.
Variasi ukuran ikan yang tertangkap
Ikan yang tertangkap diukur panjang totalnya berdasarkan ukuran mata jaring.
Kisaran panjang ikan pada masing-masing mata jaring dibandingkan satu dengan
lainnya untuk mengetahui perbandingan variasi ukuran ikan yang tertangkap.
Hasil Tangkapan
Untuk mengetahui hasil tangkapan ikan per alat tangkap maka ikan hasil
tangkapan dipisahkan dan dicatat berdasarkan ukuran mata jaring/lokasi. Total hasil
tangkapan dihitung dari penjumlahan data hasil tangkapan/alat tangkap/lokasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Jenis
Pada bulan April 2007 jenis-jenis ikan yang tertangkap di 17 lokasi penelitian
adalah sebanyak 70 ekor yang terdiri dari 24 jenis. Jenis ikan yang banyak tertangkap
adalah ikan Lundu (Mystus gulio) dengan jumlah 11 ekor, Ikan Lumajang
(Cycloheilichthys enoplos) dan ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) masing-masing
sebanyak 8 ekor. Pada bulan Juni total ikan yang tertangkap yaitu 106 ekor yang teridiri
dari 25 Jenis. Jenis yang banyak tertangkap yaitu Lundu (Mystus gulio) sebanyak 50
ekor, Lampam (Barbodes schwanenfeldii) sebanyak 16 ekor dan Semuruk (Osteochillus
vittatus) sebanyak 7 ekor.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
665
Menurut Kibria & Ahmed (2005) hasil tangkapan ikan dengan menggunakan gill
net perairan umum Banglades yang memiliki panjang 10-30 m, lebar 1 meter dan mata
jaring 2-3 inci memperoleh jumlah jenis hasil tangkapan sebanyak 30 jenis ikan dengan
target utama ikan Puntius spp, Channa punctatus, Colisha fasciatus, dan
Heteropneustes fossilis. Sedangkan Lamberts (2001) menyatakan sebanyak 8 jenis ikan
ekonomis penting yang ditangkap di rawa banjiran dengan menggunakan gill net. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh Ozcan & Balik (2009) penggunaan gill net di waduk dan
sungai diperoleh jumlah jenis ikan yang tertangkap sebanyak 16 jenis yang terdiri dari
family Cyprinidae (10 jenis), Siluridae, Centrarchidae, Balitoridae, Salmonidae dan
Moronidae masing-masing 1 jenis.
Sungai Musi memiliki potensi sumberdaya ikan yang tinggi, karena sungai Musi
memiliki anak sungai yang banyak dan rawa banjiran yang luas. Menurut Utomo et al
(2007) jenis ikan yang terdapat di sungai Musi sekitar 125 jenis yang tersebar dari hulu
hingga hilir. Seluruh jenis ikan tersebut mendiami berbagai tipe habitat perairan umum
di DAS Musi mulai dari rawa banjiran, anak sungai, danau, estuaria dan sungai utama.
Husnah et al (2008) menyatakan bahwa jumlah jenis ikan yang terdapat di Sungai Musi
bagian hilir termasuk estuaria sebanyak 98 jenis. Selengkapnya komposisi jenis ikan
hasil tangkapan jaring insang (gill net) pada bulan April dan Juni dapat dilihat pada
Tabel 2.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
666
Tabel 2. Komposisi jenis ikan hasil tangkapan jaring insang (gill net) pada bulan April
dan Juni 2007
No Jenis Ikan/Species of fish Nama Ilmiah/ Scientific names
Jumlah/Total (ekor)
April Juni 1 Sepat siam Trichogaster pectoralis 1 - 2 Lemajang Cycloheilichthys enoplos 8 - 3 Coli Albulichthys albuloides 1 - 4 Seluang batang Rasbora argyrotaenia 4 3 5 Lundu Mystus gulio 11 50 6 Sepengkah Parambassis macrolepis 1 1 7 Juaro Pangasius polyuranodon 8 2 8 Permato Lycothrissa crocodilus 5 2 9 Si hitam Labeo chrysophekadion 7 -
10 Lidah Achiroides leucorhynchus 2 1 11 Aro mato merah Osteochillus melanopleura 2 - 12 Selontok dompok Bostrichthys sinensis 1 - 13 Parang-parang Chirocentrus dorab 2 - 14 Lidah Achiroides melanorhynchus 1 - 15 Lambak Labeobarbus ocellata 1 1 16 Selontok Glossogobius giuris 1 1 17 Bilis Escualosa thoracata 1 - 18 Kakap Lates calcarifer 2 - 19 Baung Mystus nemurus 1 - 20 Aro padi Osteochillus schlegelii 1 2 21 Janggut Polystonemus multifilis 1 1 22 Bulu ayam Coilia lindmani 2 - 23 Sepengkah Parambassis wolffii 1 2 24 Udang Macrobrancium equidens 1 - 25 Bengalan Puntioplites bulu - 3 26 Lampam Barbodes schwanenfeldii - 16 27 Selontok Butis butis - 2 28 Berengit Mystus nigriceps - 2 29 Semuruk Osteochillus vittatus - 7 30 Udang petak Harpiosquilla sp - 1 31 Bulu ayam 1 Coilia borneensis - 1 32 Betok Anabas testudineus - 1 33 Nila Oreochromis niloticus - 1 34 Sepatung Pristolepis fasciata - 1 35 Selontok Glossogobius giuris - - 36 Gulama keken (kepala batu) Johnius belengeri - 2 37 Tirusan putih Boesemania microlepis - 1 38 Lele Clarias batrachus - 1 39 Palau Osteochilus hasseltii - 1 Jumlah 67 106
(-) tidak tertangkap
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
667
Jumlah jenis ikan yang tertangkap pada bulan April dan Juni tidak berbeda nyata
yaitu sebanyak 24 jenis (April) dan 25 jenis (Juni), sedangkan total hasil tangkapan
mengalami peningkatan pada bulan Juni sebesar 106 ekor dan bulan April sebesar 67
ekor. Perbedaan ini disebabkan pada bulan Juni (musim kemarau) volume air kecil dan
hubungan sungai dengan rawa banjiran terputus (sungai dan rawa mulai kering),
sehingga sebaran ikan-ikan hanya terbatas di badan sungai. Berbeda dengan bulan April
yang kondisi air masih besar sehingga sungai dan rawa banjiran masih menyatu.
Kondisi ini menyebabkan ikan-ikan pada bulan Juni lebih mudah tertangkap
dibandingkan bulan April. Jenis ikan yang banyak tertangkap di sungai Musi adalah
ikan Lundu sebanyak 50 ekor (Juni) dan 11 ekor pada bulan April. Jenis ikan ini cukup
mendominasi hasil tangkapan nelayan. Ikan Lundu lebih menyukai tempat ditepi sungai
yang banyak terdapat tumbuhan air karena lebih mudah untuk mencari makan. Sehingga
ketika memasang jarring, maka ikan ini yang lebih banyak ditangkap.
Menurut Nsje, et al., (2004) bahwa musim tidak berpengaruh nyata terhadap
hasil tangkapan dengan menggunakan gill net di Sungai Kwando. Hal ini dapat dilihat
dari jumlah jenis ikan yang tertangkap menggunakan gill net pada musim gugur (26
jenis) dan semi (28 jenis) tidak jauh berbeda. Walaupun pada musim gugur terjadi
peningkatan tinggi air dan semi terjadi penurunan tinggi air, namun jumlah jenis hasil
tangkapan tidak jauh berbeda.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa jumlah jenis ikan yang tertangkap pada
bulan April dan Juni berbeda. Pada bulan April jumlah jenis ikan yang banyak
tertangkap adalah pada mata jaring 1,5, 1,75 dan 2,0 inci, sedangkan pada Juni, jumlah
jenis ikan yang paling banyak tertangkap adalah pada mata jaring 0,75; 1,0 dan 1,25
inci. Perbedaan hasil tangkapan ini berhubungan dengan tinggi air dan migrasi ikan.
Pada musim penghujan (November-Februari) ketinggian air disungai Musi mengalami
peningkatan (banjir). Pada saat banjir ikan-ikan sungai (ikan putih) akan beruaya
mencari makan dan memijah. Namun setelah, air mulai surut ikan-ikan sungai ini akan
kembali ke sungai. Pada bulan April kondisi air mulai surut, namun di badan sungai
volume air masih besar dan ukuran ikan lebih besar yang mendiami perairan ini,
sehingga ketika pemasangan jaring pada bulan April mata jaring yang lebih besar lebih
banyak menangkap ikan.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
668
Lambert (2001) menyatakan dalam ekosistem akuatik banyak biota perairan
umum yang melakukan migrasi ke wilayah rawa banjiran. Dimana, keberadaan habitat
rawa banjiran ini dibutuhkan oleh beberapa biota perairan sebagai bagian dari
perkembangan hidupnya. Selanjutnya tahapan perkembangan ikan dimulai pada saat
awal musim banjir dimana ikan melakukan pemijahan dan kondisi ini dapat berguna
untuk menentukan tingkatan stok dan produksi ikan.
54
6
10
7
11
2
6
15
9
4
23
2
-
2
4
6
8
10
12
14
16
1 2 3 4 5 6 7
Ukuran Mata Jaring (inci)
Jum
lah
Jeni
s
AprilJuni
Gambar 2. Jumlah jenis ikan yang tertangkap pada ukuran mata jaring insang yang
berbeda di sungai Musi bagian hilir pada bulan April dan Juni 2007.
Variasi Ukuran Panjang Ikan
Ukuran ikan yang tertangkap dengan menggunakan jaring insang bervariasi.
Pada bulan April ukuran ikan terbesar yang tertangkap memiliki panjang total 30,4 cm
yaitu ikan juaro (Pangasius polyuranodon) dan yang terkecil dengan panjang total 6,7
cm yaitu ikan Lelidah (Achiroides leucorhynchus) (Gambar 3). Setiap mata jaring dapat
menangkap ikan dengan ukuran yang bervariasi, namun ukuran mata jaring yang
berbeda ini memiliki kisaran ukuran ikan tertangkap yang sama. Kisaran ukuran ikan
yang sama memiliki kisaran panjang yaitu 11,1-13,2 cm. Artinya untuk menangkap ikan
dengan panjang 11-13 cm di bulan April dapat ditangkap dengan mata jaring ukuran
0,75; 1; 1,25; 1,5; 1,75; 2 dan 2,5 inci.
0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 2.5
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
669
0
5
10
15
20
25
30
35
0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 2.5
Mata Jaring (Inci)
Panj
ang
Tota
l (cm
)
Gambar 3. Variasi ukuran hasil tangkapan jaring insang pada bulan April 2010
Pada bulan April, mata jaring 1,5 inci lebih banyak menangkap ikan dengan
jumlah (15 ekor) dengan rata-rata ukuran panjang + 13,9 cm, sedangkan mata jaring
dengan jumlah yang terendah adalah ukuran 2,5 inci dengan jumlah (3 ekor) dengan
rata-rata ukuran panjang + 15,4 cm. (Tabel 3). Pada Tabel 3 dapat dilihat mata jaring
dengan variasi ukuran tangkapan (cm) yang lebar adalah mata jaring 2,5 inci (6,7-30,4
cm) dan yang terkecil mata jaring 0,75 inci (6,1-20,5 cm). Berdasarkan data ini dapat
ditelaah bahwa untuk mendapat hasil tangkapan dengan ukuran yang lebih bervariasi
pada bulan April dapat digunakan jaring yang berukuran 2,5 inci.
Tabel 3. Jumlah ikan dan ukuran panjang-berat ikan berdasarkan ukuran mata jaring di
bulan April.
Mata Jaring
Jumlah Ikan (ekor)
Kisaran Panjang
(cm)
Rata-rata Panjang
(cm)
Kisaran Berat
Rata-rata Berat
0,75 10 6,1-20,5 9,2 2,1-71,78 10,6 1 4 5-20,3 11,5 1,94-41,62 16,9
1,25 10 8,1-25 13,1 5,02-77,21 27,9 1,5 15 6,5-26,6 13,9 7,4-139,2 29,8
1,75 13 6-26,8 14,7 3-160 39,8 2 12 3,3-19,7 12,8 14,5-89,1 30,2
2,5 3 6,7-30,4 15,4 5,4-197 60,3 Jumlah 67
Pada bulan Juni ukuran ikan terbesar yang tertangkap memiliki panjang total
35,2 cm yaitu ikan Juaro (Pangasius polyuranodon) dan yang terkecil dengan panjang
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
670
total 0,5 cm yaitu ikan Bengalan (Puntioplites bulu) (Gambar 4). Pada Gambar 4 dapat
dilihat bahwa ukuran panjang minimal ikan yang tertangkap mata jaring 0,75-1,75 inci
meningkat sesuai dengan ukuran mata jaringnya. Untuk ukuran panjang maksimal ikan
mengalami peningkatan yang signifikan pada mata jaring 1,25 inci.
0
5
10
15
20
25
30
35
40
0.75 1 1.25 1.5 1.75 2 2.5
Mata Jaring (inci)
Panj
ang
Tota
l (cm
)
Gambar 4. Variasi ukuran hasil tangkapan jaring insang pada bulan Juni 2010
Pada bulan Juni, mata jaring 1 inci memperoleh tangkapan ikan tertinggi sebesar
(39 ekor) dengan rata-rata ukuran hasil tangkapan (8,9 cm) dan terendah mata jaring
1,75 dan 2 inci dengan rata-rata ukuran hasil tangkapan (17,4 dan 17,1 cm). Seperti
halnya di bulan April, pada bulan Juni jumlah hasil tangkapan setiap mata jaring
bervariasi. Variasi ukuran hasil tangkapan yang paling lebar yaitu mata jaring 1,25 inci
(7.4-35.2 cm) dan yang terendah yaitu mata jaring 2,5 inci (11.5-14.4 cm). Berdasarkan
data ini dapat ditelaah bahwa untuk mendapatkan hasil tangkapan dengan ukuran yang
lebih bervariasi pada bulan Juni dapat menggunakan mata jaring 1,25 inci. Kheng
(2008) menyatakan ukuran mata jaring yang berbeda akan memperoleh ukuran ikan
yang berbeda-beda. Pada ukuran mata jaring 6,7,8 dan 9 inci diperoleh rata-rata
ukuran ikan yaitu 83 cm, 87 cm, 95 cm dan 90 cm.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
671
Tabel 4. Jumlah ikan dan ukuran panjang-berat ikan berdasarkan ukuran mata jaring di
bulan Juni.
Mata Jaring
Jumlah Ikan (ekor)
Kisaran Panjang (cm)
Rata-rata Panjang (cm)
Kisaran Berat
Rata-rata Berat
0,75 14 0,5-9,4 6,4 1,8-5,6 4,2 1 39 5,6-13,3 8,9 2,6-31,7 11,3
1,25 28 7,4-35,2 12,5 9,6-250 26 1,5 9 11,5-14,4 12,5 17,04-30,45 22,5 1,75 2 13,9-20,8 17,4 26,76-69,2 48
2 12 9,4-18,8 12,7 10,5-65,8 27,2 2,5 2 12,4-21,8 17,1 25,6-216 120,8
Jumlah 106 Hasil Tangkapan
Hasil yang diperoleh masing-masing alat tangkap (belad, jaring insang, jala,
rawai, jaring kantong, bubu dan sebagainya) bervariasi tergantung dengan jenis dan
lokasi penangkapan. Penggunaan jaring insang lebih diutamakan untuk menangkap
ikan-ikan pelagis yang berada di pinggir sungai dan ukuran ikan yang tertangkap
tergantung pada ukuran mata jaring. Hasil tangkapan ikan berdasarkan ukuran mata
jaring dapat dilihat pada Gambar 5.
0
100
200
300
400
500
600
700
800
1 2 3 4 5 6 7
Ukuran Mata Jaring (inci)
Ber
at T
otal
(gr)
AprilJuni
Gambar 5. Berat total tangkapan ikan (gram) pada bulan April dan Juni 2007
berdasarkan mata jaring yang berbeda.
0,75 1 1,25 1,5 1,75 2 2,5
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
672
Pada Gambar 5 diatas dapat dilihat hasil tangkapan jaring insang di bulan April
dan Juni. Pada bulan Juni mata jaring 1,25 inci (727,10 gr) memperoleh hasil tangkapan
yang tertinggi dibandingkan dibanding dengan mata jaring lainnya, sedangkan di bulan
April mata jaring 1,75 inci (546 gr) memperoleh hasil tangkapan tertinggi. Hasil
tangkapan perlokasi dapat dilihat pada Tabel 6 dibawah.
Tabel 6. Hasil tangkapan jaring insang (gill net) berdasarkan lokasi pada bulan April
dan Juni 2007
No Lokasi Sampling Sampling Station
Hasil Tangkapan (gr)/ Catch (gr) Keterangan/ Remark April/ April Juni/June
1. Anyar 0 323 Desa 2. Tj. Menang 0 197,96 Hutan Sekunder 3. Sejagung 46,06 530,01 Hutan Sekunder 4. Pulokerto 124,96 229.39 Desa
No Lokasi Sampling Sampling Station
Hasil Tangkapan (gr)/ Catch (gr) Keterangan/ Remark April/ April Juni/June
5. Gandus 481,37 83,1 Pabrik Karet 6. Musi 2 0 10,4 PAM 7. Begayut 107,51 29,8 Anak Sungai 8. Muara sungai Ogan 0 157,08 Pabrik Semen 9. Pusri 0 0 Pabrik Pupuk 10. Hoktong 374,3 37,84 Pabrik Karet 11. Sinar Alam Permai 350,52 64,42 Pabrik Sawit 12. Borang 42,95 69,2 Anak Sungai 13. Sukses Sumatera Timber 120,94 34,24 Pabrik Kayu 14. Upang 243,99 204,04 Desa 15. Pre Selat cemara 219,8 18,33 Sawah 16. Selat cemara 33,6 638,4 Sawah 17. Sungsang 360,95 414,63 Desa
Keterangan : 0 (tidak mendapatkan hasil tangkapan) Dalam Tabel 3 dapat dilihat ada lokasi yang hasil tangkapanya 0 artinya tidak
mendapatkan hasil tangkapan seperti Pusri sedangkan beberapa lokasi pada bulan April
hasil tangkapannya 0. Untuk Selat Cemara pada bulan Juni memperoleh hasil tangkapan
yang tertinggi yakni 638,4 gr.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
673
KESIMPULAN
1. Variasi ukuran hasil tangkapan ikan dengan menggunakan jaring insang (gill net)
pada bulan April dan Juni berbeda-beda. Pada bulan April variasi hasil tangkapan
ikan yang lebar diperoleh pada mata jaring 2,5 inci sedangkan pada bulan Juni mata
jaring 1,25 inci. Artinya untuk mendapatkan ukuran ikan dengan ukuran bervariasi
dapat menggunakan kedua mata jaring ini sesuai dengan waktu penangkapan (April
dan Juni).
2. Untuk tujuan mendapatkan hasil tangkapan yang banyak mata jaring yang dapat
digunakan yaitu 1,75 inci (bulan April) dan 1,25 inci (bulan Juni).
PERSANTUNAN
Kegiatan dari hasil riset Komposisi Jenis Ikan Hasil Tangkapan Gillnet Di
Sungai Musi Bagian Hilir Tahun Anggaran 2007 di biayai oleh APBN di Balai Riset
Perikanan Perairan Umum (BRPPU).
DAFTAR PUSTAKA
Balik, I; H. Cubuk. 2001. Effect of Net Colours on Efficiency of Monofilament Gillnets for Catching Some Fish Species in Lake Beysehir. Turkish Journal of Fisheries and Aquatic Sciences. P 29-32.
Dinas Perikanan Propinsi Sumatera Selatan. 2002-2006. Statistika Perikanan. Husnah, Nurhayati, E. And N, K, Suryati. 2008. Diversity, Morpholoical Characters
and Habitat of Fish In Musi River Drainage Area South Sumatera. Research Institute for Inlandwater Fisheries.
Japan International Cooperation Agency (JICA) and Directorat General of Water
Resources. 2003. The Study on Comprehensive Water Management of Musi River Basin in the Republic of Indonesia. Directorat General of Water Resources. 275 hal.
Kheng, M. 2008. Gillnet Selectivity: A Case Study In Icelandic Lake And Marine
Environments With Reference To Cambodian Fisheries. United nationan University. Fisheries Training Programme. 34 P.
Kibria, M. G and K.K.U. Ahmed. 2005. Diversity of Selective and Non-Selective
Fishing Gear and their Impact on Inland Fisheries in Bangladesh. NAGA, World Fish Center Newsletter Vol. 28 No. 1 & 2 Jan-Jun 2005. P 43-48.
Prosiding Seminar Nasional Limnologi VI Tahun 2012
674
Kottelat, M., A. J. Whitten., S. N. Kartikasari., S. Wirjoatmodjo. 1993. Fresh Water Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited. 293 hal.
Lamberts, D. 2001. Tonle Sap fisheries: a case study on floodplain gillnet fisheries in
Siem Reap, Cambodia. FAO Regional Office for Asia and the Pacific, Bangkok, Thailand. RAP Publication 2001/11, 133 p.
Nsje, T.F; C. J. Hay; N. Nickanor; J. H. Koekemoer; R. Strand and E.B. Thorsta.
2004. Fish populations, gill net catches and gill net selectivity in the Kwando River, Namibia. Norwegian Institute for Nature Research Tungasletta 2, NO-7485 Trondheim, Norway. 65 P.
Ozcan, G & S. Balik. 2009. Species Composition Of The Fish Species In Kemer
Reservoir And Akcay Stream, Aydin, Turkey. Journal of Central European Agriculture. Volume 9 (2008) No.4 (683-688).
Utomo, A. D. S. Makmur, N. Muflikhah, M.F. Rahardjo dan S. Nurdawaty. 2007.
Ichtyofauna Sungai Musi Sumatera Selatan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Jakarta. 182 hal.
Weber, M. and L. F. De Beaufort. 1916. The Fishes of The Indo-Australian
Archipelago. E. J. Brill Ltd. Leiden. Jilid 1-12. Welcomme, R. L. 1979. Fisheries Ecology of Flood plain Rivers. Longman, London
and New York. P 106-136.
CoverPROSIDING SEMINARKATA PENGANTARDAFTAR ISISUSUNAN PANITIASAMBUTAN KETUA PANITIASAMBUTAN KEPALA LIPIPEMBICARA KUNCI I Prof. Takehiko Fukushima (Tsukuba University, Japan)PEMBICARA KUNCI II Ir. Arief Yuwono, MADeputi Bidang Pengendalian Kerusakan Lingkungan Dan Perubahan IklimPEMBICARA KUNCI III Ir. Diah Indrajati, M.ScKasubdit Konservasi dan Rehabilitasi Ditjen. Bina Pembangunan Daerah1. DAMPAK PENGGUNAAN LAHAN DAERAH TANGKAPAN DANPEMANFAATAN PERAIRAN DANAU PADA EUTROFIKASI DANKEBERLANJUTAN DANAU TONDANO, PROVINSI SULAWESI UTARA2. PERAN SUMBER DAYA PERIKANAN DALAM PENGEMBANGANWILAYAH PERDESAAN DI DANAU SEMAYANG-MELINTANG3. MITIGASI DANAU EUTROFIK :STUDI KASUS DANAU RAWAPENING4. PENGEMBANGAN SISTEM MONITORING ONLINE DAN PERINGATANDINI BENCANA LINGKUNGAN : (Studi Kasus di Danau Maninjau)5. PERTIMBANGAN DALAM PENGEMBANGAN BUDIDAYA IKANPADA KARAMBA JARING APUNG DI DANAU TOBA6. INDENTIFIKASI SISTEM PENGUASAAN SUMBERDAYATRADISIONAL GUNA MEMAHAMI KEARIFAN LOKAL MASYARAKATSEKITAR DANAU KERINCI7. DINAMIKA SULFIDA DI DANAU MANINJAU : IMPLIKASI TERHADAPPELEPASAN FOSFAT DI LAPISAN HIPOLIMNION8. PEMILIHAN POTENSI ZONA INTI UNTUK MENYUSUN KONSEPKONSERVASI SUMBERDAYA IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI9. IDENTIFIKASI KERENTANAN LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN AIRSEBAGAI DASAR PELESTARIAN DANAU RAWA PENING10. ANALISIS KERENTANAN SOSIAL EKONOMI KELEMBAGAAN UNTUKMITIGASI KERUSAKAN EKOSISTEM DANAU BATUR BALI11. STUDI PENGEMBANGAN PEMANFAATAN DANAU RAWADANAU DIPROVINSI BANTEN UNTUK BUDIDAYA PERIKANAN DAN EKOWISATA12. SUMBER-SUMBER SEDIMENTASI DI DTA WADUK GAJAHMUNGKUR,WONOGIRI13. KARAKTER LIMNOLOGIS PERAIRAN EMBUNG DI LOMBOK TENGAH,NUSA TENGGARA BARAT14. KELAYAKAN PERAIRAN WADUK PANGLIMA BESAR SOEDIRMANBANJARNEGARA BAGI KEGIATAN PERIKANAN15. KONSEP PENGELOLAAN SUMBERDAYA IKAN DAN LINGKUNGANNYADI DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT16. KOMPARASI INDEKS KEANEKARAGAMAN DAN INDEKS SAPROBIKPLANKTON UNTUK MENILAI KUALITAS PERAIRAN DANAU TOBAPROPINSI SUMATERA UTARA17. ANALISIS PERUBAHAN PENUTUP LAHAN DI DAERAH TANGKAPAN AIRSUB DAS TONDANO TERHADAP KUALITAS DANAU TONDANOMENGGUNAKAN DATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH18. LAJU DEKOMPOSISI PADATAN TERSUSPENSIDI PERAIRAN DANAU TOBAStudi kasus: Di Karamba Jaring Apung19. PEMANFAATAN SEDIMEN KJA DANAU MANINJAU UNTUKMEMPRODUKSI Chlorella sp.20. HASIL TANGKAP IKAN DAN KARAKTERISTIK LINGKUNGAN DANAUSENTARUM DAS KAPUAS KALIMANTAN BARAT21. FUNGSI STRATEGIS DANAU BATUR, PERUBAHAN EKOSISTEM DANMASALAH YANG TERJADI22. ANALISIS STATUS KEBERLANJUTAN UNTUK PENGEMBANGANPENGELOLAAN PADA DANAU LIMBOTO PROVINSI GORONTALO23 INUNDATION AND WATER LEVEL DYNAMICS OF THE MAHAKAMCASCADE LAKES FROM SATELLITE RADAR AND ON-GROUNDOBSERVATIONS24. AQUATIC MACROPHYTES BIODIVERSITYIN LAKE RAWA PENING, INDONESIA25. KAJIAN METODE PENENTUAN LUAS PERMUKAAN AIR DANAU DANSEBARAN VEGETASI AIR BERBASISDATA SATELIT PENGINDERAAN JAUH26. PEMANTAUAN PERUBAHAN KUALITAS DANAU SELAMA PERIODE 1990-2011 MENGGUNAKAN CITRA SATELIT MULTI TEMPORAL27. PEMANTAUAN LUAS RAWA PENING PERIODE 1992, 2001 dan 2006BERBASIS DATA LANDSAT-TM DAN IKONOS28. DAMPAK MUSIM HUJAN TERHADAP POLA SEBARAN TSM (TOTALSUSPENDED MATTER) DI DANAU LIMBOTO GORONTALOMENGGUNAKAN DATA LANDSAT-TM29. LOBSTER AIR TAWAR, Cherax quadricarinatus, JENIS ASING BARU DIPERAIRAN DANAU MANINJAU, SUMATERA BARAT30. KAJIAN KUALITAS PERAIRAN DAN POTENSI PRODUKSI SUMBER DAYAIKAN DI DANAU BATUR, BALI31. KONDISI POPULASI, KONDISI EKOLOGIS, DANPOTENSI UDANG Macrobrachium sintangenseSTUDI KASUS WILAYAH BOGOR-JAWA BARAT DANBREBES-JAWA TENGAH32. POTENSI PASOKAN AIR KE DANAU RAWA PENINGPADA MUSIM KEMARAU33. EVALUASI KESEIMBANGAN FOSFOR DI DANAU TOBA34. POLA PEMANFAATAN PERIKANAN OLEH MASYARAKATSELINGKAR DANAU TOWUTI35. PREDIKSI ERODIBILITAS DAN PENGARUH PEDOGENESIS TANAHTERHADAP SEDIMENTASI DI DAS LIMBOTO36 PENGUKURAN DAN EVALUASI KUALITAS AIR DALAM RANGKAMENDUKUNG PENGELOLAAN PERIKANAN DI DANAU LIMBOTO37. KAJIAN GARIS SEMPADAN DANAU SEMAYANG-MELINTANGUNTUK ANTISIPASI PENERAPANPP NO. 38 TAHUN 2011 TENTANG SUNGAI38 PRELIMINARY STUDY ON REMOTE SENSING TECHNIQUESTO ESTIMATE WATER QUALITY PARAMETERSAT LAKE MANINJAU AND SINGKARAK39 FRAKSINASI FOSFORUS PADA SEDIMEN DI BAGIAN LITORAL DANAUMATANO, SULAWESI SELATAN40 VIABILITAS AEROMONAS HYDROPHILA DALAM MEDIUM AIR DANAUMANINJAU PADA SUHU INKUBASI YANG BERBEDA41 ANALISIS SEDIMENTASI DANAU RAWAPENING DENGANMENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEMINFORMASI GEOGRAFIS42. KONDISI LIMNOLOGI DANAU TOLIRE,PULAU TERNATE43 PENGEMBANGAN KONSEP Screening Level Concentration (SLC) SEBAGAIDASAR PENYUSUNAN GUIDELINE KUALITAS SEDIMEN : STUDI KASUSPERAIRAN TERGENANG DI JAWA BARAT44 KEMAMPUAN ISOLAT BAKTERI DARI SEDIMEN SITU SEBAGAIAQUATIC BIOREMOVAL AGENT ION LOGAM TIMBAL (Pb)45 PERUBAHAN LINGKUNGAN DI DANAU SENTARUMKALIMANTAN BARAT : SINYAL DARI MINERALOGI LEMPUNG46 PHYTOPLANTON OF RAWA PENING LAKE AND GAJAHMUNGKURREVERVOIR OF CENTRAL JAVA47 KAJIAN LOGAM Fe, Al, Cu DAN Zn PADA PERAIRAN KOLONG PASKAPENAMBANGAN TIMAH DI PULAU BANGKA48 BUDIDAYA SEMI INTENSIF IKAN PELANGIPELANGI KUROMOI(Melanotaenia parva) DENGAN PADAT TEBAR BERBEDA49 LAJU PEMANGSAAN FITOPLANKTON OLEH Daphnia magna50 POTENSI PENGEMBANGAN UDANG HIAS ASAL DANAU MALILI,SULAWESI SELATAN51 EKOSISTEM DAN LINGKUNGAN SANGAT BERPENGARUH TERHADAPHASIL TANGKAPAN IKAN DI WADUK KOTOPANJANGKABUPATEN KAMPAR RIAU52 KOMPOSISI JENIS DAN VARIASI UKURANHASIL TANGKAPAN GILL NET DI SUNGAI MUSI BAGIAN HILIR53 GLOBAL NEWS MODEL FOR CALCULATION OF NITROGEN ANDPHOSPHORUS WASTE IN THE COASTALWATERS OF JAVA54 KUALITAS BIOLOGI PERAIRAN SITU CILEUNCAKABUPATEN BANDUNG JAWA BARATBERDASARKAN BIOINDIKATOR PLANKTON55 PRAKIRAAN DISTRIBUSI TOTAL SEDIMEN TERSUSPENSI DAN BESARBUTIR PARTIKEL SEDIMEN DASAR PADA DAERAH TANGKAPAN AIRWADUK CIRATA56 APLIKASI TRIX INDEX DALAM PENENTUAN STATUS TROFIK DI DANAULAUT TAWAR, KABUPATEN ACEH TENGAH, PROVINSI ACEH57. STUDI ASPEK FISIKA, KIMIA, DAN BIOLOGI KUALITAS AIR MEDIAPEMELIHARAAN KRABLET KEPITING BAKAU (Scylla olivacea) MELALUIPERCOBAAN DENGAN PENAMBAHAN SERASAH DAUN MANGROVE(Rhizophora mucronata)58 PENGEMBANGAN SILVOFISHERY KEPITING BAKAU (Scylla serrata)DALAM PEMANFAATAN KAWASAN MANGROVE DI KABUPATENBERAU, KALIMANTAN TIMURLampiranLAMPIRAN LAMPIRANGUNTING BERITAPRESS RELEASEDAFTAR HADIR PEMAKALAH