V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Alat dan Bahan yang digunakan
5.1.1. Alat
Berikut ini peralatan yang digunakan untuk identifikasi bakteri dengan
metode konvensional terdapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Peralatan yang Digunakan Pada Persiapan dan Pemeriksaan di Laboratorium Bakteriologi
1 Autoclave basah 12 Mikroskop trinokuler
2 Autoclave kering 13 Nampan bedah
3 Botol semprot 14 Object glass
4 Cawan petri 15 Peralatan bedah (diseting set)
5 Cover glass 16 Peralatan gelas meliputi Gelas
ukur, Erlenmmayer, Beaker Glass.
6 Inkubator 17 Pipet tetes
7 Jarum ose 18 Rak tabung reaksi
8 Hot plate and stirer magnetic 19 Timbangan digital
9 Laminar air flow (safety cabinet) 20 Oven
10 Lampu bunsen 21 Peralatan cuci
11 Lemari pendingin
Sumber: Data Primer (2013)
Peralatan yang digunakan untuk pemeriksaan harus steril, maka
dilakukan proses sterilisasi baik basah maupun sterilisasi kering. Alat yang harus
disterilisasi antara lain: cawan petri, tabung reaksi, erlenmeyer.
46
Proses sterilisasi alat.
1. Mencuci alat hingga bersih dan kering.
2. Menutup mulut tabung reaksi menggunakan kapas kemudian
membungkus cawan petri,tabung reaksi, dan erlenmayer dengan kertas.
3. Memasukkan peralatan dalam autoclave untuk sterilisasi basah. Sebelum
mengaktifkan autoclave, periksa dulu air dalam autoclave tersebut.
4. Jika air yang digunakan tidak ada atau kurang maka ditambahkan dengan
memutar tombol pengeluaran air.
5. Menyalakan autoclave dan mengatur suhu pada 121OC dan tekanan 1
atm selama 15 menit.
6. Setelah autoclave mati maka masukkan peralatan tersebut dalam oven
yang sudah dalam keadaan menyala untuk sterilisasi kering, sterilisasi
kering pada suhu 100 OC selama 30 menit.
5.1.2. Bahan
Berikut ini bahan yang digunakan untuk identifikasi bakteri dengan
metode konvensional terdapat pada Tabel 3.
1 Akuades 15 Medium Malonate
2 Alumunium foil 16 Medium Nutrient Agar
3 Etanol 70% 17 Medium OF
4 Kapas 18 Medium Triple Suger Iron Agar
(TSIA)
5 Kertas label 19 Medium TSA
6 Kertas oksidase 20 Medium Simmons Citrate Agar
7 Larutan H2O2 3% (Hidrogen 21 Paraffin oil steril
47
Peroksida)
8 Larutan KOH 3% (Kalium
Hidroksida)
22 Medium Gula-gula
9 Medium Arginin Dehychrolysin 23 Reagen Kovacs
10 Medium Christensen’s urea 24 Reagen pewarnaan Gram
11 Medium Bila Aesculin Agar (BAA) 25 Reagen oksidase
12 Medium Lysin Iron Agar (LIA) 26 O/129 disc test
13 Medium motility Indol Ornithin
(MIO)
27 Novobicin disc test
14 Medium MRVP
Sumber: Data Primer
Bahan diatas digunakan untuk mendeteksi jenis bakteri yang terdapat
pada contoh uji yang terindikasi terserang penyakit jenis bakteri. Semua bahan
yang berupa medium rata-rata masih berbentuk padatan jadi harus dibuat dalam
bentuk larutan dan akan membentuk non-agar, semi agar, dan agar. Semua
proses tersebut dilakukan pada ruangan bahan.
5.2. Prosedur Pemeriksaan Contoh uji
Alur proses yang terdapat pada Laboratorium Bakteriologi di BKIPM
Kelas I Surabaya II.
Contoh Uji
Sterilkan Contoh uji dengan Iodine 2%
Isolasi bakteri dari organ target (Ginjal, Hati, Limpa, Ingsang, dan atau
Luka) pada plate TSA
Inkubasi pada suhu 27-30OC selama 24 jam
48
Murnikan plate TSA dan Media TSIA
Inkubasi pada suhu ruang 27-30OC selama 24 jam
Pewarnaan Gram morfologi sel bakteri
Uji biokimia
Identifikasi
Pada skema diatas contoh uji setelah di sterilkan dengan iodine maka dilakukan
isolasi dari organ target pada plate TSA. Lalu diinkubasi selama 24 jam. Pada
waktu isolasi keadaan harus steril agar bakteri dapat tumbuh sesuai habitatnya.
Orang yang melakukan isolasi harus bermain bakteri di belakang api akar tidak
kontam lingkungan sekitanya. Melakukan isolasi dilakukan pada Laminar Air flow
(safety cabinet). Sebelum melakukan isolasi Laminar air flow harus dilakukan
steril tempat kerja. Pada Laboratorium di BKIPM Kelas I Surabaya II Laminar Air
flow (safety cabinet) sudah dilengkapi dengan sinar UV yang mampu membunuh
pathogen agar tidak menkontaminasi hasil pemneriksaan laboratorium. Cara
penggunaan laminary air flow sebagai berikut:
1. Pertama tutup tempat kerja dengan penutup Laminar Air flow.
2. Lalu tombol sinar UV dinyalakan.
3. Secara otomatis bila tempat kerja sudah steril maka akan mati sendiri
sinar UV yang memancar.
4. Setelah itu penutup tempat kerja dilepas dan nyalakan tombol sirkulasi
udara yang ada dalam Laminar Air Flow, secara otomatis akan mati
dengan sendirinya dan lapu pada meja kerja akan menyala. Dan isolasi
dapat dilakukan.
49
Prosedur tersebut selalu dilakukan sebelum melakukan kerja pada meja
kerja. Agar meja kerja beserta lingkungan disekitarnya dalam keadaan steril.
Isolasi dilakukan pada plate TSA. Alat dan bahanyang digunakan pada
meja kerja yaitu jarum ose, Bunsen, Iodine 2 %, plate TSA, contoh uji. Adapun
gambar isolasi pada plate terdapat pada Gambar 17.
Gambar 17. Isolasi pada plate TSA.Sumber: Data Primer
Isolasi dilakukan juga teknik menggores yang baik dan benar. Adapun
gambar menggores terdapat pada Gambar 18.
Gambar 18. Teknik menggores
Sumber: http://www.microbelibrary.org
Setelah 24 jam, dilakukan pemurnian pada plate TSA dan TSIA pada tabung
miring. Koloni pemurnian yang diambil adalah koloni yang dominan yang paling
jauh dari goresan. Secara abstrak itu adalah koloni yang diduga HPI/HPIK.
50
Adapun gambar pemurnian koloni diduga HPI/HPIK pada media TSIA terdapat
pada Gambar 19.
Gambar 19. Pemurnian pada TSIA
Setelah pemurnian dan diinkubasi selama 24 jam, dilakukan pengamatan
morfologi koloni bakteri secara makroskopis. Pengamatan morfologi koloni ini
bertujuan untuk mengetahui karakteristik koloni bakteri yang terdapat pada hasil
pemurnian. Pengamatan meliputi warna, bentuk tepi, elevasi dan struktur dari
koloni yang tumbuh. Dari hasil pengamatan maka didapat hasil pada Tabel 4
berikut:
Tabel 4. Hasil morfologi Aeromonas hydrophila.Morfologi Warna Krem
Bentuk Tepi Rata
Elevasi Cembung
Struktur dalam Transparan
Sumber: Data Primer
Setelah melakukan pengamatan warna, bentuk dan struktur dari koloni
terduga HPI/HPIK dilakukan uji pewarnaan Gram bakteri dengan reagen Kristal
Violet, reagen Iodine 5%, reagen 95% ethyl Alkohol, dan reagen Safranin.
Adapun hasil yang diperoleh pada pewarnaan Gram pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil dari beberapa Reagen.Pewarnaan Gram
Bentuk Batang
51
warna Merah/-Sumber: Data Primer
Adapun gambar pewarnaan Gram setelah dilihat pada mikroskop
trinokular terdapat pada Gambar 20. Hasil pewarnaan Gram Aeromonas
hydropila adalah Gram negatif.
Gambar 20. Bakteri Aeromonas hydrophila dalam mikroskopSumber: Data Primer (2013)
Hal ini sesuai dengan pernyataan Waluyo (2008) dalam Nurhaidi (2013)
bahwa Perbedaan hasil dalam pewarnaan tersebut disebabkan perbedaan
struktur dinding sel dan komposisi dinding sel dari kedua kelompok bakteri
tersebut, karena kemampuannya membedakan suatu kelompok bakteri tertentu
dengan kelompok lainnya. Dan sesuai dengan tahapan pewarnaan Gram secara
manual.
Selain dengan pewarnaan Gram, uji Gram dapat dilakukan dengan
menggunakan reagen KOH 3% dengan cara :
- meneteskan KOH 3% di atas object glass
- mengambil sedikit koloni kemudian dihomogenkan dengan cara mengaduk
menggunakan jarum ose
- Apabila larutan menjadi kental maka bakteri yang diduga termasuk dalam
Gram negatif dan apabila tidak kental maka bakteri yang diduga temasuk
dalam Gram positif.
52
Selain dilakukan pewarnaan Gram juga dilakukan uji biokimia. Jenis – jenis uji
biokimia yang dilakukan yaitu: uji katalase , uji oksidase, uji TSIA, uji Oksidastif-
Fermentatif (OF), uji gula-gula/ fermentasi karbohidrat, uji nitrat, uji gelatinase, uji
MRVP, uji malonate, uji motilitas, uji indol, uji delkarboksilase ornithin, uji
dehydrolisi arginin, uji deaminase fenilalanin, uji hydrolisis aesculin, uji urease, uji
sitrat, uji dekarboksilase lysin, serta uji sensitivitas terhadap Novobiocin dan
O/129. Seluruh pengerjaan mikrobiologi begitu pula sebelum dan sesudah isolasi
dilakukan pembakaran mulut tabung dilakukan di balik nyala api bunsen,
tujuannya agar memperkecil kontaminasi. Isolasi menggunakan jarum ose yang
ditusuk pada media solid dan semi solid, sedangakan dicelup pada media cair.
Pada TSIA dan LIA dilakukan dengan cara gores tusuk.
A. Uji katalase
Uji katalase dengan menggunakan larutan H2O2 3%. Caranya
dengan mengambil sedikit koloni yang ada pada plate pemurnian lalu
tetesi dengan larutan H2O2 3% tunggu 10-30 detik. Bila ada gelembung
maka + katalase, bila tidak ada gelembung maka – katalase. Pada
pengujian contoh uji ini didapat hasil bahwa contoh uji tersebut positif(+)
terbukti dengan adanya gelembung.
Hal ini sesuai dengan peryataan Fardiaz (1992) dalam Nurhaidin
(2013) bahwa Katalase merupakan salah satu enzim yang digunakan
mikroorganisme untuk menguraikan hidrogen peroksida, enzim lainnya yang
dapat menguraikan hidrogen peroksida adalah peroksidase. Pada penguraian
hidrogen peroksida oleh peroksidase tidak dihasilkan gas atau gelembung
oksigen. Penentuan adanya katalase diuji dengan larutan 3% H2O2 pada koloni
53
terpisah. Pada bakteri yang bersifat katalase-positif terlihat pembentukan
gelembung udara sekitar koloni.
B. Uji oksidase
Uji oksidase dengan menggunkana kertas oksidase yang telah dicampur
dengan larutan tetra metal diamin. Masukkan kertas dalam plate TSA dan tunggu
10-30 menit. Lalu hasil dapat dilihat. Bila warna kertas ungu maka + oksidase,
bila kertas tidak ada perubahan maka – oksidase. Pada pengujian contoh uji ini
didapat hasil bahwa posifif (+) oksidase yang ditandai dengan warna kertas
berubah menjadi ungu.
Hal ini sesuai dengan pernyataan Lay (1994) dalam Nurhaidin (2013)
bahwa uji ini akan memberikan hasil uji positif yang ditunjukkan dengan
perubahan warna koloni bakteri menjadi hitam dalam waktu 30 menit setelah
penambahan reagen uji. Perubahan warna ini disebabkan sitokrom oksidase
mengoksidasikan larytan reagen. Pada mikroorganisme anaerobik obligat akan
memberikan hasil uji negatif yang ditandai dengan tidak terjadi peruabahan
warna.
C. Uji TSIA
Uji TSIA dilakukan dengan menganmbil koloni dari plate pemurnian lalu
tusuk gores atau gores tusuk. Lalu dinikubasi dalam suhu ruang selama 24 jam.
Lalu dilakukan pengamatan maka didapat hasil Alkaline/Acid (K/A) yang artinya
pada bagian atas atau yang bagian yang miring tabung ditandai dengan warna
merah tua yang bersifat basa sedangkan pada bagian dasar tabung berwarna
kuning yang bersifat asam pada dasar tersebut. Dalam TSIA juga dapat diamati
bagian dasar tabung yang berubah warna atau tidak, ini menunjukkan adanya
kandungan H2S ada atau tidak dalam koloni terduga bakteri tersebut. Pada
54
contoh uji diatas didapatkan hasil pada bagian dasar tabung tidak ada perubahan
warna maka pada koloni terduga tidak mengandung H2S. Hal ini sesuai dengan
pendapat Lay (1994) dalam Nurhaidin (2013) menyatakan bahwa dalam hal ini
dapat digunakan media TSIA (Triple Sugar Iron Agar). Pada media ini H2S akan
bereaksi dengan Fe menjadi FeS yang berwarna hitam. Jika medium yang
digunakan adalah lead asetat agar maka H2S bereaksi dengan Pb menjadi PbS
yang berwarna hitam.
D. Uji Oksidatif-Fermentatif (OF)
Uji OF dilakukan dengan mengambil koloni dari plate pemurnian lalu
gores. Lalu dinikubasi dalam suhu ruang selama 24 jam. Adapun gambar OF
yang positif terdapat pada Gambar 21.
Gambar 21. OF setelah inkubasi 24 jam.
Sumber: Data Primer (2013)
Pada pengujian ini didapat hasil bahwa fermentative posifif (+) yang
ditandai dengan contoh uji berwarna kuning baik yang ditutup paraffin maupun
yang tidak ditutup paraffin.
E. Uji gula-gula
Uji gula-gula dilakukan untuk mengidentifikasi bakteri uang mampu
memerfentasi karbohidrat. Pada uji biasanya digunakan media gula (glukosa,
55
laktosa, sukrosa, manitol, inositol, arabinosa, dan lain-lain). Lalu dilakukan
pengamatan warna. Apabila terjadi perubahan warna kuning berarti koloni bakteri
terduga dapat melakukan fermentasi glukosa. Berikut ini hasil uji gula-gula
terdapat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasi uji gula-gulaUji Gula Hasil Uji Gula Hasil
Glukosa + Rhamnosa -
Laktosa - Xylosa -
Sukrosa + Raffinosa -
Maltosa + Adonitol Tidak dikerjakan
Manitol + Dulcitol -
Arabinosa + Trehalosa +
Inositol - Salicin +
Sorbitol -
Sumber: Data Primer
Hal ini sesuai dengan pendapat Lay (1994) dalam Nurhaidin (2013)
menyatakan bahwa karbohidrat yang sering dipakai adalah glukosa, sukrosa,
laktosa, manitol dan maltosa. Pada uji ini gula-gula hanya terjadi perubahan
warna pada media glukosa yang berubah menjadi kuning, artinya bakteri ini
menbentuk asam dari fermentasi glukosa. Jika tidak terjadi perubahan maka
tidak mampu membentuk fermentasi glukosa.
F. Uji nitrate reduction
Pada pengujian nitrat(cairan berwarna bening) dilakukan dengan
meneteskan reagen A dan reagen B sulfani acid @5 tetes, maka akan diperoleh
hasil perubahan warna menjadi merah atau positif (+).
56
Hal ini sesuai dengan pendapat Lay (1994) dalam Nurhaidin (2013)
menyatakan bahwa kemampuan mereduksi nitrat dapat digunakan sebagai ciri
dalam identifikasi bakteri. Keberadaan nitrit dalam media dapat diuji dengan
penambahan asam sulfanilat dan α-naftilamin yang akan bereaksi dengan nitrit
yang ditunjukkan dengan perubahan warna media menjadi merah atau merah
muda.
G. Uji Gelatinase
Pengujian gelatin dilakukan pengamatan setelah disimpan selama 24-48
jam setelah penanaman. Pada saat pengujian disimpan dalam lemari es selama
10 menit pada suhu 5OC. setelah itu dapat dilihat hasilnya. Pada koloni terduga
Aeromonas hydrophila diperoleh hasil tabung tetap cair atau positif (+).
Hal ini sesuai dengan pernyataan Gupte (1990) dalam Nurhaidin (2013)
menyatakan bahwa uji gelatin di laboratorium digunakan dengan cara
menusukkan mikroorganisme yang diuji ke dalam media semi padat yang
mengandung kaldu nutrien dan gelatin. Media ini diinkubasi dan diamati
kemampuan mikroorganisme mencairkan gelatin. Gelatin yang telah dicerna
oleh mikroba tidak dapat membentuk gel dan akan berwujud cair.
H. Uji MRVP
Pengujian MR dilakukan untuk mengetahui pH koloni bakteri terduga
Aeromonas hydrophila dan diperoleh hasil adanya warna merah pada MR yang
berarti uji MR positif (+).
Sedangkan pengujian Voges-Proskauer dilakukan menggunkan dua jenis
reagen. Reagen pertama dengan VP1 Naphitol 5% dan VP2 KOH 40% dengan
perbandingan 0,5 : 0,25 atau dengan kata lain VP2 setengah dari VP1. Lalu
57
digoyang perlahan tabung tersebut. Maka akan diperoleh hasil warna merah
yang berarti uji VP tersebut positif (+). Adapun hasil MRVP terdapat pada
Gambar 22.
Gambar 22. Hasil uji MRVPSumber: Data Primer`(2013)
Hal ini seseuai dengan pendapat Waluyo (2008) dalam Nurhaidin (2013)
Uji methyl red (MR) dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri dapat
membentuk asam campuran dan asam yang sedemikian banyaknya sehingga
dapat mengubah indikator metil merah menjadi merah. Pada pengujian dengan
reagen Kovacs, terbentuknya indol ditandai dengan terbentuknya warna merah
pada lapisan larutan reagen.
Uji Voges-Proskauer digunakan untuk membedakan antara organisme yang
menghasilkan asam dalam jumlah yang besar dan yang menghasilkan nonasidik
atau produk netral seperti asetilmetilkarbinol (asetoin) dari hasil metabolisme
glukosa. Produk netral ini membuat bakteri dapat memfermentasi karbohidrat
dalam jumlah yang besar. Adanya kandungan asetoin yang diproduksi dalam
larutan ditandai dengan perubahan warna larutan dari kuning menjadi merah
muda hingga merah tua.
58
I. Uji Malonate
Pengujian malonate (hijau cair) bertujuan untuk mengetahi pH koloni
terduga Aeromonas hydrophila. Maka dapat diperoleh hasil positif (+). Adapun
gambar malonate positif terdapat pada Gambar 23.
Gambar 23. Hasil uji malonateSumber: Data Primer (2013)
J. Uji Arginine Dehydrolase
Pengujian arginin (ungu cair) untuk mengidentifikasi adanya proses
pembentukan amoniak (NH3) dalam koloni terduga Aeromonas hydrophila maka
diperoleh hasil adanya perubahan warna menjadi merah atai positif (+).
Hal ini sesuai dengan pendapat Akhdiya (2003) dalam Nurhaidin (2013)
menyatakan bahwa uji protease bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba yang
dapat menghasilkan enzim protease atau mikroba yang dapat menghidrolisis
protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti peptida-peptida
kecil dan dari peptida-peptida kecil menjadi asam amino.
59
K. Uji MIO
Pengujian Motility Indol Ornithine (MIO) dapat juga untuk menguji pH
dalam koloni terduga Aeromonas hydrophila. Pengujian Motil dapat dilihat pada
bekas tusukan jarum ose apakah tusukan tersebut melebar atau tidak. Dan pada
contoh uji terduga tersebut diperoleh hasil positif (+).
Sedangkan pada uji idol bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri
dalam memecah asam amino triptofan, dilakukan uji dengan meneteskan reagen
Kovacs sebanyak 4-5 tetes ke dalam tabung tunggu beberapa menit makan akan
muncul cincin merah melingkar pada tabung tersebut bila positif indol, dan
apabila tidak terjadi perubahan maka tidak terdapat indol. Pada hasil contoh uji
yang terduga Aeromonas hydrophila terdapat ciicin merah melingkar pada
permukaan tabung sehingga dapat diperoleh hasil positif (+). Adapun gambar
hasil indol terdapat pada Gambar 24.
Gambar 24. Hasil tes indol.Sumber: Data Primer (2013)
Sedangkan untuk mengetahui Ornithin dapat dilakukan pengamatan
perubahan warna pada tabung. Apabila warna tabung yang semula berwarna
perak ungu berubah menjadi ungu tua maka positif (+) ornithin. Sedangkan bila
terjadi perubahan warna kuning maka negatif (-) ornithin. Pada hasil koloni yang
terduga Aeromonas hydrophila diperoleh hasil positif (+) ornithin.
60
Hal ini sesuai dengan Volk (1988) menyatkan bahwa kemampuan suatu
organisme untuk bergerak sendiri disebut motilitas. Hampir semua sel bakteri
spiral dan sebagian dari sel bakteri basil bersifat motil, sedangkan bakteri yang
berbentuk kokus bersifat immotil. Sifat ini diakibatkan oleh adanya alat motor
cambuk yang disebut flagela sehingga sel bakteri dapat berenang di dalam
lingkungan air.
L. Uji Phenylalanine Deaminase
Pada pengujian Phenilalanine Deaminase dilakukan dengan reagen
FeCl3 10% ditetesi sebanyak 4-5- tetes lalu ditunggu 1-5 menit setelah itu akan
diperoleh hasil. Apabila ada perubahan warna dari putih tulang menjadi hijau
maka contoh uji tersebut positif (+). Pada contoh uji yang terduga Aeromonas
hydrophila dapat diperoleh hasil positif (+), yaitu dengan adanya perubahan
warna pada tabung tersebut.
Hal ini sesuai dengan pendapat Akhdiya (2003) dalam Nurhaidin
(2013)menyatakan bahwa uji protease bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba
yang dapat menghasilkan enzim protease atau mikroba yang dapat
menghidrolisis protein menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana seperti
peptida-peptida kecil dan dari peptida-peptida kecil menjadi asam amino
M. Uji Christensen’s urease
Pengujian contoh uji menggunakan Christensen’s urease dan dapat
dilakukan pengamatan perubahan warna yang awalnya menjadi merah muda
berarti contoh uji tersebut positif (+) mengandung urea. Sedangakan bila
perubahan warna menjadi kuning maka contoh uji tersebut negatif (-). Pada
koloni yang terduga Aeromonas hydrophila diperoleh hasil positif (+)
mengandung urea.
61
Hal ini sesuai pendapat Hadioetomo (1985) dalam Nurhaidin (2013)
menyatakan bahwa uji urease atau uji hidrolisis urea digunakan untuk
mengidentifikasi kelompok. Medium yang digunakan dalam uji ini adalah kaldu
urea yang merupakan larutan ekstrak khamir dan urea yang diberi larutan
penyangga. Medium tersebut juga mengandung merah fenol sebagai indikator
pH. Bila mikroba yang diidentifikasi menghasilkan urease, maka amonia yang
dilepaskan ke dalam medium akan menaikan pH. Bila pH menjadi makin tinggi
maka merah fenol akan berubah warna dari kuning menjadi merah keunguan.
N. Uji Simmons citrate
Pengujian menggunkan Simmons citrate. Pada contoh uji yang diduga
Aeromonas hydrophila terjadi perubahan warna yang tadinya hijau berubah
menjadi warna biru. Yang artinya positif (+) Simmons citrate. Adapun hasil uji
Simmons citrate terdapat pada Gambar 26.
Gambar 26. Hasil uji Simmons citrateSumber: Data Primer (2013)
Hal ini sesuai dengan pendapat Gupte (1990) dalam Nurhaidin (2013)
menyatakan bahwa penanaman dalam medium Simmon’s citrate agar (SCA)
dimaksudkan untuk mengetahui apakah senyawa sitrat dapat dipakai sebagai
satu-satunya sumber karbon bagi mikorganisme. Dalam medium ini digunakan
62
trinatrium sitrat sebagai sumber karbon. Bila trinatrium sitrat ini dapat diuraikan
maka amonium dihidrogenfosfat turut teruraikan dan akan melepaskan NH4+
sehingga menyebabkan medium menjadi alkalis, dan indikator brom timol biru
berubah dari hijau menjadi biru.
O. Uji Lysine Decarboxylase
Uji LIA dilakukan dengan mengambil koloni dari plate pemurnian lalu
tusuk gores atau gores tusuk. Lalu dinikubasi dalam suhu ruang selama 24 jam.
Setelah itu terjadi perubahan warna dari warna ungu menjadi kuning maka koloni
terduga tersebut negatif (-) mengandung lisin. Hasil koloni yang diduga
Aeromonas hydrophila diperoleh hasil tidak terjadi perubahan atau positif (+).
P. Uji Aesculine Hydrolisis
Uji Aesculine Hydrolisis dilakukan dengan mengambil koloni dari plate
pemurnian lalu gores pada permukaan. Lalu dinikubasi dalam suhu ruang selama
24 jam. Setelah itu terjadi perubahan warna dari putih tulang menjadi koclat
menuju hitam maka koloni terduga tersebut positif (+). Hasil koloni terduga
Aeromonas hydrophila diperoleh hasil positif (+).
Q. Uji Sensitivitas Novobiocin dan O/129
Pengujuan sensivitas menggunkan O/129 disc, bentuknya keping
lingkaran kecil yang diletakkan dalam cawan yang berisi bakteri pemurnian lalu
diinkubasi selama 24 jam. Setelah itu dilihat hasilnya. Pengamatan dilakukan
dibawah lampu. Apabila pada cawan ada bayangan pudar disekitar kepingan
(disc) berdiameter >4 cm maka bakteri terduga sensitive, tetapi kalau ada
bayangan hanya pudar disekitar kepingan (disc) berdiameter <1 cm maka bakteri
63
tersebut resistan. Pada hasil pengamatan bakteri yang diduga Aeromonas
hydrophila diperoleh hasil resistan terhadap O/129 dan Novobiocin.
Setelah rangkaian pengujian, maka akan didapat hasil yang akan
disesuaikan dengan buku petunjuk Identifikasi bakteriologi yang digunakan buku
panduan oleh BKIPM Kelas I Surabaya II yaitu Biochemical Tests for
Identification of Medical Bakteri karya Jean F. Mac Faddin (1980). Proses ini
merupakan proses terumit, hal ini karena proses ini memerlukan ketelitian yang
tepat untuk mengidentifikasi suatu bakteri. Selain itu juga memerlukan panduan
identifikasi yang sudah dimiliki standar yang sudah diakui dalam bakteriologi.