• SKENARIO• Kasus I. Abortus Ilegal
Ny Novi, 34 tahun PIIIA0, dengan riwayat ketiga anaknya lahir dengan seksio sesarea (indikasinya karena panggul sempit). Anak ketiga diseksio 4 bulan yang lalu ditolong oleh Dr Bram, SpOG waktu itu dr Bram telah memberi informed consent / konseling kepada ny Novi untuk menggunakan kontrasepsi dengan pertimbangan umur dan karena riwayat seksionya yang sudah tiga kali. Saat Ny Novi kembali datang kontrol ke dr Bram,SpOG dengan keluhan belum datang haid sejak operasi seksio anak ketiga, ternyanta hasil pemeriksaan ternyata ny Novi hamil dan kehamilannya adalah 10-12 minggu,
dari keterangan juga diperoleh informasi bahwa Ny Novi tidak mengikuti saran untuk menggunkan kontrasepsi. Ny Novi memohon kepada dr Bram agar kehamilannya ini digugurkan saja, dengan berbagai macam alasan yang dikemukakan al : masih trauma dengan operasi seksio yang baru 4 bulan kemarin dijalaninya, masalah anaknya yang masih kecil-kecil, dan juga masalah ekonominya yang juga pas-pasan. Dr Bram menjelaskan kehamilan ny Novi,tidak adanya alasan buat dia untuk melakukan abortus. Ny Novi tetap bersikeras memohon kepada dr Bram agar keinginannya untuk abortus bisa dilakukan, bahkan dengan jelas menyampaikan bahwa bila dr Bram tidak memenuhi keinginannya maka dia akan tetap mencari orang yang dapat menggugurkan kandungannya bagaimanapun caranya dan apapun risikonya akan dia hadapi.
Dr Bram menjelaskan kehamilan ny Novi,tidak adanya alasan buat dia untuk melakukan abortus. Ny Novi tetap bersikeras memohon kepada dr Bram agar keinginannya untuk abortus bisa dilakukan, bahkan dengan jelas menyampaikan bahwa bila dr Bram tidak memenuhi keinginannya maka dia akan tetap mencari orang yang dapat menggugurkan kandungannya bagaimanapun caranya dan apapun risikonya akan dia hadapi....
Pertanyaan :- Rumuskan beberapa dilema etik pada kasus ini- Bagaimana anda melihat dilema etik sentral pada kasus ini,
dimanapada satu pihak anda sebagai dokter dan dilain pihak anda sebagaikeluarga Ny Novi.
- Dari dilema etik yang ada, cobalah anda analisis berdasarkanKaidah Dasar Bioetik, Etika Klinik Jonsen Siegler. (gunakan tabelkriteria KDB & pertanyaan etik klinik Jonsen S)
- Jelaskan Isu lain (jika ada isu Hukum & HAM) yang relevandengan kasus ini dan bagaimana jika kita melihatnya dalamperspektif Agama.
KLARIFIKASI ISTILAH
- PIIIAO adalah singkatan dari Partus ( melahirkan ) = III ( 3 kali ), Abortus = 0
sumber : tutor ( dr. Wiliam )
SECTIO CAESARIA• Indikasi sectio caesaria dari ibu
- disproporsi kepala panggul/CPD//FPD - Disfungsi uterus - Distosia jaringan lunak - Plasenta previa
• Indikasi dari anak - Janin besar - Gawat janin - Letak lingtang
• Kontra indikasi sectio caesaria : pada umumnya sectio caesarian tidak dilakukan pada janin mati, syok, anemi berat, sebelum diatasi, kelainan kongenital berat (monster).
Sarwono, 1991)
• Sectio caesaria adalah suatu cara melahirkan janin dengan sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut. (Rustam Mochtar, 1992).• Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana
janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 1991).• Sesuai pengertian di atas maka penulis mengambil
kesimpulan, sectio caesaria adalah suatu pembedahan guna melahirkan janin lewat insisi pada dinding abdomen dan uterus persalinan buatan, sehingga janin dilahirkan melalui perut dan dinding perut dan dinding rahim agar anak lahir dengan keadaan utuh dan sehat.
KONTRASEPSIKontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Konsepsi (pembuahan, fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) isteri dengan sel mani (spermatozoa) suami pada saluran telur.
Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan memakai cara, alat atau obat-obatan. Pengaturan kelahiran (birth control) adalah penggunaan alat-alat atau cara-cara dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran. Keluarga berencana adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi.
SUMBER : BLOG dr. Diki, Sp.OG
ABORTUS
• Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (Prof. Dr. JS. Badudu dan Prof. Sutan Mohammad Zain, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, 1996) abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan pengguguran (dengan sengaja karena tak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Secara umum istilah aborsi diartikan sebagai pengguguran kandungan, yaitu dikeluarkannya janin sebelum waktunya, baik itu secara sengaja maupun tidak. Biasanya dilakukan saat janin masih berusia muda (sebelum bulan ke empat masa kehamilan).
PERMASALAHAN YANG TERDAPAT PADA KASUS
• Sesar Sudah 3 kali, terakhir 4 bulan yg lalu• Sulit melahirkan normal, karena pinggul
sempit sehingga haru sesar lagi• Ekonomi rendah• Tidak mengikuti saran dokter menggunakan
alat kontrasepsi
HUKUM DAN ABORSI • Apabila melakukan aborsi, maka yang
menerima hukuman adalah: 1. Ibu yang melakukan aborsi 2. Dokter atau bidan atau dukun yang membantu melakukan aborsi 3. Orang-orang yang mendukung terlaksananya aborsi
Beberapa pasal yang terkait adalah :• Pasal 229
1. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruhnya supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak tiga ribu rupiah.
2. Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencarian atau kebiasaan, atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga.
3. Jika yang bersalah, melakukan kejahatan tersebut, dalam menjalani pencarian maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencarian itu.
• Pasal 341
Seorang ibu yang, karena takut akan ketahuan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya, diancam, karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
• Pasal 342
Seorang ibu yang, untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan bahwa akan melahirkan anak, pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian merampas nyawa anaknya, diancam, karena melakukan pembunuhan anak sendiri dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.
• Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang, bagi orang lain yang turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan dengan rencana.
• Pasal 346
Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun.
• Pasal 347 1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama lima belas tahun.
• Pasal 348 1. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. 2. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun.
• Pasal 349
Jika seorang tabib, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian dalam mana kejahatan dilakukan.
ABORSI BERDASARKAN KODE ETIK KEDOKTERAN
Berdasarkan kode etik kedokteran pasal 7 b- Bahwa setiap dokter harus senantiasa
mengingat akan kewajiban melindungi mahluk insani
Perbuatan yang dilarang adalah menggugurkan kandungan ( abortus ) tanpa indikasi yang benar
• Tindakan aborsi yang dibenarkan menurut undang-undang sampai saat ini yaitu sebagaimana termuat dalam UU No. 23 thn 1992 tentang kesehatan, pasal 15, hanya dalam keadaan darurat sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu hamil,
ABORSI MENURUT AGAMA KRISTEN
Berdasarkan Al-kitab, yang ditekankan adalah :1. Jangan pernah berpikir bahwa janin dalam
kandungan itu belum memiliki nyawa. (Kej 16:11 dan Kej 25:21-26 , dll )
2. Anak-anak adalah pemberian Tuhan. Jagalah sebaik-baiknya. ( Kej 30:1-2, Mzm 127:3-5 )
3. Tuhan tidak pernah memperkenankan anak manusia dikorbankan. Apapun alasannya. (Yeh 16:20-21, Yer 32:35, dll )
ABORSI MENURUT AGAMA ISLAM
Yang paling penting seperti yang terkandung dalam Alquran : 1. Umat Islam dilarang melakukan aborsi dengan alasan tidak memiliki uang yang cukup atau takut akan kekurangan uang. Banyak calon ibu yang masih muda beralasan bahwa karena penghasilannya masih belum stabil atau tabungannya belum memadai, kemudian ia merencanakan untuk menggugurkan kandungannya. Alangkah salah pemikirannya. Ayat Al-Quran mengingatkan akan firman Allah yang bunyinya: “Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut melarat. Kamilah yang memberi rezeki kepada mereka dan kepadamu juga. Sesungguhnya membunuh mereka adalah dosa yang besar.” (QS 17:31)
• Aborsi adalah membunuh. Membunuh berarti melawan terhadap perintah Allah. (QS 5:36)
• Sejak kita masih berupa janin, Allah sudah mengenal kita. Sejak kita masih sangat kecil dalam kandungan ibu, Allah sudah mengenal kita. Al-Quran menyatakan:”Dia lebih mengetahui keadaanmu, sejak mulai diciptakaNya unsur tanah dan sejak kamu masih dalam kandungan ibumu.”(QS: 53:32) Jadi, setiap janin telah dikenal Allah, dan janin yang dikenal Allah itulah yang dibunuh dalam proses aborsi.
AnalisisKAIDAH DASAR BIOETIK I
Beneficence (Altruisme dalam Berpraktek)
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Mengutamakan altruisme (menolong tanpa pamrih, rela berkorban untuk kepentingan orang lain)
2. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
3. Memandang pasien/keluarga/sesuatu tak hanya sejauh menguntungkan dokter
4. Mengusahakan agar kebaikan/manfaatnya lebih banyak dibandingkan keburukan
5. Paternalisme bertanggung jawab/berkasih sayang
6. Menjamin kehidupan baik minimal manusia
7. Pembatasan goal-based
Kriteria Ada Tidak Ada
6. Tidak memandang pasien hanya sebagai objek
7. Mengobati secara tidak proporsional
8. Tidak mencegah pasien dari bahaya
9. Menghindari misrepresentasi dari pasien
10. Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian
11. Tidak memberikan semangat hidup
12. Tidak melindungi pasien dari serangan
13. Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/Rumah Sakit yang merugikan pihak pasien dan keluarganya
Kriteria Ada Tidak Ada
8. Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan/preferensi pasien
9. Minimalisasi akibat buruk
10. Kewajiban menolong pasien gawat-darurat
11. Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan
12. Tidak menarik horarium diluar kepantasan
13. Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara keseluruhan
14. Mengembangkan profesi secara terus-menerus
15. Memberikan obat berkhasiat namun murah
16. Menerapkan Golden Rule Principle
AnalisisKAIDAH DASAR BIOETIK II
Nonmaleficence (Do No Harm dalam situasi emergensi dan praktek klinik)
Kriteria Ada Tidak Ada
1. Menolong pasien emergensi
2. Kondisi untuk menggambarkan situasi ini adalah : Pasien dalam keadaan berbahaya atau beresiko hilangnya sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran tersebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien lebih besar daripada kerugian dokter atau hanya mengalami risiko minimal
3. Mengobati pasien yang luka
4. Tidak membunuh pasien (euthanasia)
5. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
AnalisisKAIDAH DASAR BIOETIK
Autonomi (Otonomi pasien dalam berbagai situasi)
Kriteria AdaTidak Ada
1. Menghargai hak menentukan nasib sendiri, menghargai martabat pasien
2. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan (pada kondisi kolektif)
3. Berterus terang
4. Menghargai privasi
5. Menjaga rahasia pasien
6. Menghargai rasionalitas pasien
Kriteria Ada Tidak Ada
7. Melaksanakan informed consent
8. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
9. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
10. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri
11. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non emergensi
12. Tidak berbohong ke pasien meskipun demi kebaikan pasien
13. Menjaga hubungan (kontrak)
AnalisisKAIDAH DASAR BIOETIK
Justice (Prinsip keadilan dalam konteks hubungan dokter-pasien)
Kriteria AdaTidak Ada
1. Memberlakukan segala sesuatu secara universal
2. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
3. Memberi kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang sama
4. Menghargai hak sehat pasien
5. Menghargai hak hukum pasien
6. Menghargai hak orang lain
7. Menjaga kelompok rentan (yang paling dirugikan)
Kriteria AdaTidak Ada
8. Tidak melakukan penyalahgunaan
9. Bijak dalam makro alokasi
10. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
11. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
12. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil
13. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
14. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan
15. Menghormati hak populasi yang sama-sama rentan penyakit
16. Tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, dll
AnalisisJONSEN, SIEGLER DAN WINSLADE
Medical Indication
1. Apakah masalah medis pasien? Riwayat? Diagnosis?
Prognosis?
Pasien mengalami masalah psikologis (tidak mengiginkan
bayinya, PIIIA0( panggul sempit), Kehamilan 12 minggu
2. Apakah masalah tersebut akut? Kronik? Kritis? Gawat
darurat? Masih dapat disembuhkan?
masalah masih dapat ditolong.
3. Apakah tujuan akhir pengobatannya?
menolong kelahiran dengan SC
4. Berapa besar kemungkinan keberhasilannya?
Tidak diketahui
Medical Indication5. Adakah rencana lain bila terapi gagal?
6. Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini diuntungkan
dengan perawatan medis, dan bagaimana kerugian dari
pengobatan dapat dihindari?
Pada dasarnya, perawatan medis yang dilakukan adalah
pemeriksaan kehamilan ibu mulai dari ANC sampai PNC.
Quality of Life
1. Bagaimana prospek, dengan atau tanpa pengobatan untuk
kembali ke kehidupan normal?
Kemungkinan untuk dapat kembali ke kehidupan normal
untuk menghindari kehamilan selanjutnya dengan
menggunakan kontrasepsi
Quality of Life2. Apakah gangguan fisik, mental dan sosial yang pasien alami
bila pengobatannya berhasil? Mengalami gangguan mental
karena SC yang ke-3 kalinya dan masalah ekonomi yang
rendah.
3. Apakah ada prasangka yang mungkin menimbulkan
kecurigaan terhadap evaluasi pemberi pelayanan terhadap
kualitas hidup pasien?
4. Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan,
apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai seperti
yang diharapkan?
saat sekarang pasien mengalami depresi akan ketakutan
kelahiran bayinya dengan kondisi pasien mempunyai
panggul sempit, untuk masa depan kehamilan dapat
dihindari dengan penggunaan kontrasepsi
5. Apakah ada rencana alasan rasional untuk pengobatan
selanjutnya?
Untuk tindakan selanjutnya dilakukan/penggunaan
kontrasespsi
6. Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan perawatan
paliatif?
Patient Preferrences
1. Apakah pasien secara mental mampu dan kompeten secara
legal?
secara mental pasien tidak mampu untuk menjalankan
kehamilannya karena trauma akan operasi SC 3kali, namun
tidak legal untuk menggurkan kehamilannya.
Apakah ada keadaan yang menimbulkan ketidakmampuan?
Ada, keadaan trauma, dan keadaan ekonomi
2. Bila berkompeten, apa yang pasien katakan mengenai
pilihan pengobatannya? Pasien menginginkan kehamilannya
di gugurkan (aborsi)
3. Apakah pasien telah diinformasikan mengenai keuntungan
dan risikonya, mengerti atau tidak terhdap informasi yang
diberikan dan memberikan persetujuan?
ada informasi yang diperoleh pasien, tetapi pasien tetap
bersikeras untuk menggugurkan kandungannya
Patient Preferrences
4. Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas
menggantikannya? Apakah orang yang berkompeten
tersebut menggunakan standar yang sesuai dalam
pengambilan keputusan?
Tidak ada --- dokter berkompeten melakukan aborsi jika
sesuai dengan indikasi medik
5. Apakah pasien tersebut telah menunjukkan sesuatu yang
lebih disukainya? Pasien ingin menggugurkan
kandungannya.
6. Apakah pasien tidak berkeinginan/tidak mampu untuk
bekerja sama dengan pengobatan yang diberikan? Kalau
iya, kenapa? Karena pasien mengalami kesulitan ekonomi
7. Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk memilih
untuk dihormati tanpa memandang etnis dan agama? tidak
Contextual Features
1. Apakah ada masalah keluarga yang mungkin
mempengaruhi pengambilan keputusan pengobatan?
Keluarganya memiliki ekonomi rendah.
2. Apakah ada masalah sumber data (klinisi dan
perawat) yang mungkin mempengaruhi pengambilan
keputusan pengobatan?
3. Apakah ada masalah faktor keuangan atau ekonomi? Iya
ada
4. Apakah ada faktor religius atau budaya?
iya ada
5. Apakah ada batasan kepercayaan?
Contextual Features
6. Apakah ada masalah alokasi sumber daya?
7. Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan keputusan
pengobatan?
Segala tindakan medis yang dilakukan oleh seorang dokter
berlandaskan dan dilindungi oleh hukum
8. Apakah penelitian klinik atau pembelajaran terlibat?
9. Apakah ada konflik kepentingan di dalam bagian
pengambilan keputusan di dalam suatu institusi? Iya ada,
konflik antara pasien yang ingin melakukan aborsi dan
dokter yang tidak ingin melakukan aborsi dengan
berlandaskan pada kode etik dan hukum.
• Tujuan Instruksional Umum :• Setelah selesai mempelajari modul ini
mahasiswa diharapkan mampu menganalisis• berbagai kasus dilema etik dalam situasi yang
“conflicting”, sesuai dengan tuntutan• masyarakat dalam negara berkembang dan
bertanggung jawab sebagai seorang• dokter yang profesional.
• Tujuan Instruksional Khusus :• Setelah selesai mempelajari modul ini mahasiswa diharapkan mampu :• Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip / Kaidah Dasar
Bioetika dalam keputusan etik kedokteran.• Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip Etika Klinik
menurut• Jonsen AR, Siegler dalam keputusan etik kedokteran.• Menganalisis kasus dilema etik berdasarkan prinsip etika dasar Agama
dalam• keputusan etik kedokteran• Memahami dan menerapkan Prinsip / Kaidah Dasar Bioetika, Etika
Klinik• menurut Jonsen AR, Siegler, dan prinsip Etika Dasar Agama terhadap
dilema• etik dan dalam mengambil keputusan etik kedokteran.
Tindakan medis sehubungan dengan informed consent diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
nomor 585/MEN.KES/PER/IX/1989
Persetujuan Tindakan Medik (Informed Consent) dapat
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1. Implied Consent, yaitu persetujuan yang dianggap
telah diberikan walaupun tanpa pernyataan resmi,
yaitu pada keadaan biasa dan pada keadaan darurat
atau emergency. Pada keadaan gawat darurat yang
mengancam jiwa pasien, tindakan menyelamatkan
kehidupan (life saving) tidak memerlukan Persetujuan
Tindakan Medik
2. Expresed Consent, yaitu Persetujuan Tindakan Medik yang
diberikan secara eksplisit, baik secara lisan (oral) maupun
tertulis (written)
Bila keadaan pasien gawat darurat, meliputi :
- Pasien dalam keadaan tidak sadar, sedangkan
kerabatnya tidak mungkin dihubungi, padahal secara
medis penanganan harus segera dilakukan
- Pasien di bawah umur, yang belum cakap untuk melakukan
tindakan hukum, sedangkan orang tuanya atau walinya tidak
diketahui dimana
- Atas dasar pertimbangan terapeutis, kepada pasien tidak
boleh diberikan penjelasan mengenai penyakitnya
- Pasien menderita sindrome “dokter, saya tidak mau
mendengar dan mengetahui penyakit saya”
Pada kondisi tersebut, dokter dapat melaksanakan
tindakan medik untuk menolong pasien.
Ninik Mariyanti, Malpraktek Kedokteran, halaman 50
Pernyataan Ikatan Dokter Indonesia bahwa :
- Informed consent diberikan kepada pasien dewasa yang berada
dalam keadaan sehat rohaniah
- untuk orang dewasa yang berada di bawah pengampuan,
informed consent diberikan kepada orang tua/wali, informed
consent diberikan kepada induk semang/keluarga terdekat
(guardian)
- dalam hal pasien tidak sadar/pingsan, serta tidak
didampingi oleh yang tersebut di atas, dan yang
dinyatakan secara medis berada dalam keadaan gawat
darurat yang memerlukan tindakan medis dengan
segera untuk kepentingan pasien, tidak diperlukan
informed consent dari siapapun dan ini menjadi
tanggung jawab dokter
Soerjono Soekanto, segi-segi hukum, hak dan kewajiban pasien,
1990:25