BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kelenjar endokrin merupakan sekelompok susunan sel yang mempunyai
susunan mikroskopis sangat sederhana, kelenjar ini tidak mempunyai saluran
keluar dan mencurahkan sekresinya langsung ke sirkulasi darah. Misalnya
kelenjar adrenal yang berada di atas masing-masing ginjal (syaifuddin, 2006)
Kelenjar adrenal diproduksi dalam rangka untuk memproses berbagai
fungsi yang terjadi dalam tubuh manusia. Kelenjar adrenal yang paling dikenal
untuk mengembangkan banyak perempuan dan laki-laki hormon. Hormon-
hormon ini sangat penting bagi tubuh seseorang disebabkan oleh kenyataan bahwa
mereka terutama bertanggung jawab untuk memberikan tubuh dengan kortikal,
yang berkaitan dengan tingkat seseorang stres. Masalah dengan kelainan kelenjar
adrenal adalah bahwa mereka dapat menyebabkan seseorang kelenjar membangun
terlalu sedikit jumlah hormon dan juga mungkin bagi gangguan ini menyebabkan
kelenjar adrenal tubuh untuk membentuk sejumlah hormon yang mungkin terlalu
banyak bagi siapa pun tubuh untuk menangani (Sapto, 1996)
Anda bisa yakin untuk menemukan kelenjar adrenal ini di atas dasar
masing-masing ginjal. Masing-masing kelenjar ini memiliki banyak bentuk
segitiga kecil. Salah satu kelenjar adrenal ini mengambil ruang yang sedikit
kurang dari satu inci panjang dan lebar tentang empat inci paling. Meskipun
gangguan ini dapat menjadi perhatian besar, adalah bahwa itu mengancam
kehidupan, ada untungnya banyak kelompok-kelompok pendukung yang satu ini
pasti dapat menemukan secara lokal. Untungnya, banyak dokter telah menemukan
bahwa gangguan kelenjar adrenal dapat diperlakukan sesuai dengan kelainan
tertentu, seperti: Sindrom Cushing dan Tumor hipofisis. The National Institute of
Child Health dan Human Development adalah cabang utama dukungan yang juga
membimbing banyak penelitian untuk gangguan ini (Sapto, 1996)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan secara global didapatkan hasil
bahwa insiden terjadinya penyakit ini adalah 1 dari setiap 100,000 orang populasi
didunia. Penyakit ini dapat menyerang semua umur dan pada semua kelompok
jenis kelamin. Insufisiensi adrenal secara keseluruhan kejadiannya jarang, dengan
insiden <0,01% pada populasi umum. Pada kelompok tertentu risiko untuk
berkembangnya insufisiensi adrenal cukup signifikan. Beberapa penelitian
menunjukkan insiden insufisiensi adrenal pada pasien kritis bervariasi mulai 0-
77% tergantung pada populasi yang diperiksa dan kriteria diagnosis yang dipakai.
Namun secara keseluruhan insiden insufisiensi adrenal pada pasien dengan
penyakit kritis sekitar 30%, dengan insiden setinggi 50-60% pada pasien dengan
syok septic (Wikipedia, 2011)
Berdasarkan data tersebut kelompok tertarik untuk membahas topik
mengenai gangguan yang diakibatkan karena hiposekresi dan hipersekresi
kelenjar medula adrenal agar nantinya kita mengetahui asuhan keperawatan yang
akan dilakukan untuk mengatasi masalah hipersekresi dan hiposekresi kelenjar
medula adrenal tersebut.
B. Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Untuk memahami asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan
hiposekresi kelenjar medula adrenal.
Tujuan Khusus : setelah mempelajari topik tentang asuhan keperawatan pada
klien dengan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar medula adrenal harus mampu :
1. Menyebutkan anatomi dan fisiologi system endokrin
2. Menjelaskan pengertian kelenjar medula adrenal
3. Menyebutkan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar medula adrenal
4. Menjelaskan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan
hiposekresi kelenjar medula adrenal
5. Mengaplikasikan asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan
hiposekresi kelenjar medula adrenal
C. Ruang Lingkup
Dalam makalah keperawatan medikal bedah ini kami membahas tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar
mudula adrenal.
D. Metode Penulisan
Penulisan dalam menyusun makalah ini penulis menggunakan metode
deskriftif yaitu memaparkan atau mendeskripsikan tentang bagaimana asuhan
pada klien dengan hipersekresi dan hiposekresi kelenjar medula adrenal dengan
studi kepustakaan serta artikel-artikel yang kami dapatkan dari internet.
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan makalah ini terdiri dari 4 BAB, yaitu :
BAB I : Pendahuluan, Latar belakang, ruang lingkup, tujuan
penulisan,metode penulisan dan Sistematika penulisan
BAB II : Tinjauan teoritis yang berisikan anatomi dan fisiologi system
endokrin,Hipersekresi kelenjar medula adrenal, dan hiposekresi kelenjar medulla
adrenal
BAB III : asuhan keperawatan pada klien dengan hipersekresi dan
hiposekresi Kelenjar medula adrenal
BAB IV : penutup yang berisikan saran dan kesimpulan
Daftar Pustaka
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Anatomi dan Fisiologi Kelenjar Adrenal
1. Pengertian
Kelenjar adrenal atau suprarenal, terletak retroperitoneal pada ujung superior
tiap-tiap ginjal.. Kelenjar adrenal berbentuk ceper dan terdapat dibagian atas
ginjal dengan berat 5-9 gram, dan terdapat pada masing-masing ginjal. Kelenjar
adrenal terdiri dari dua bagian, yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian luar
( korteks) berasal dari sel mesodermal (hormone steroid), sedangkan bagian
dalam ( medula ) berasal dari sel ektodermal (hormone katekolamin). Meskipun
secara struktur bersambungan, korteks adrenal dan medula adrenal adalah organ
yang terpisah baik dari asal jaringan maupun fungsi fisiologik (Sapto, 2001)
Korteks adrenal bertanggung jawab untuk sekresi tiga kelompok hormone
steroid utama. Mineralokortikoid dan glukokortikoid adalah dua hormone yang
paling penting, dan hormone ketiganya adalah androgen. Glukokortikoid utama
adalah kortisol. Mineralokortikoid utama adalah aldosteron. Pengaturan sekresi
hormone adrenokortikal diselesaikan terutama melalui ACTH, yang bekerja
lansung mengontrol glukokortikoid dan steroid seks. Sekresi aldosteron terutama
dikontrol ole system rennin-angiotensin-aldosteron dan oleh kadar kalium dan
natrium serum.
2. Struktur dan Fungsi Kelenjar Adrenal
Bagian cortex adrenal ( kuning ) terdiri dari:
a. Zona glumerulosa mineralocortikoid (aldosteron )
Proses pengaturan renin Arah ke angiotensin dan menurunkan tekanan darahatau
aliran darah ginjal ke sel junkta glomeralis ginjal( Angiotensin Idan Angiotensin
II( vasokontriksi pembuluh darah))
b. Zona fasciculate Glukokorticoid (kortisol)
Fungsinya :
1. Meningkatkan kegiatan metabolisme berbagai zat dalam tubuh
Meningkatkan glikogenesis dan glukogenesis dalam sel hati
Meningkatkan metabolism protein terutama diotot dan tulang
Meningkatkan sintesis DNA dan RNA dalam sel hati
Menahan ion Na dan Cl, meningkatkan sekresi ion K di ginjal
Meningkatkan lipolisis jaringan perifer, deposit lemak
2. Menurunkan ambang ransang susunan saraf pusat
3. Menggiatkan sekresi asam lambung
4. Menguatkan efek noadrenalin terhadap pembuluh darah dan merendahkan
permeabilitas dinding pembuluh darah
5. Menurunkan daya tahan terhadap infeksi dan menghambat pembentukan atibodi
6. Menghambat pelepasan histamine dalam reaksi alergi
c. Zona retikularis Gonadocorticoid (estrogen & androgen)
1. Androgen; terutama ketosteroid dehidroepialdosteron maskulinisasi
meningkatkan anabolisme protein dan merangsang pertumbuhan
2. Estrogen; pada keadaan fisiologis tidak mempunyai efek feminisasi
d. Chromaffin in cells of medulla epinephrine & norepinephrine
1. Epinefrin (adrenalin), Meningkatkan denyut jantung dam kekuatan kontraksi
jantung, memfasilitasi aliran darah ke otot dan otak, menyebabkan relaksasi oto
halus, membantu dengan konversi glikogen menjadi glukosa dalam hati.
2. Nonepinefrin (nonadrenalin) hormone ini memiliki pengaruh yang kecil pada otot
polos, proses metabolism dan cardiac output, namun memiliki efek vasokontriktif
kuat (penyempitan pembuluh darah), dengan demikian meningkatkan tekanan
darah.
3. Vaskularisasi Kelenjar Adrenal
Kelenjar adrenal disuplai oleh sejumlah arteri yang masuk pada beberapa
tempat disekitar bagian tepinya. Ketiga kelompok utama arteri adalah arteri
suprarenalis superior, berasal dari arteri frenika inferior, arteri suprarenalis media,
berasal dari arteri aorta, dan arteri suprarenalis inferior berasal dari arteri
renalis.berbagai cabang arteri membentuk pleksus subkapsularis yang
mencabangkan tiga kelompok pembuluh : arteri dari simpai, arteri dari korteks,
yang benyak bercabang membentuk jaingan kapiler diantara sel-sel parenkim
(kapiler ini mengalir dalam kapiler medula) dan arteri dari medula, yang melintasi
korteks sebelum pecah membentuk bagian dari jalinan kapiler luas dari medula
(Karolin M, 1996)
Suplai vaskuler ganda ini memberikan medula dengan darah arteri (melalui
arteri medularis) dan darah vena (melalui arteri kortikalis). Endotel kapiler ini
sangat tipis dan diselingi lubang-lubang kecil yang ditutupi diafragma tipis. Di
bawah endotel terdapat lamina basal utuh. Kapiler dari medula bersama dengan
kapiler yang mensuplai kortex membentuk vena medularis, yang bergabung
membentuk vena adrenal atau suprarenalis.
4. Medula Adrenal
Kelenjar ini dasarnya merupakan modifikasi ganglion simpatis. Akson neuron
simpatis preganglion dating dari korda torakik melalui saraf spnknikus. Akson ini
bersinap pada medula adrenal dengan sel-sel posganglion termodifikasi yang
mengalami kehilangan aksonnya dan mensekresi bahan kimia lansung kedalam
aliran darah. Oleh karenanya medula adrenal dapat dengansesuai ditinjau sebagai
perpanjangan endokrin lengan simpatis dari sistm saraf otonom (Barbara, 1996)
Medula adrenal berfungsi sebagai bagian dari system saraf otonom. Stimulasi
serabut saraf simpatik preganglion yang berjalan lansung kedalam sel-sel pada
medula adrenal akan menyebabkan pelepasan hormone katekolamin, yaitu
epinefrin dan nonepinefrin. Katekolamin mengatur lintasan metabolic untuk
meningkatkan katabolisme bahan bakar yang tersimpan sehingga kebutuhan kalori
dari sumber-sumber endogen terpenuhi (Barbara, 1996)
Epinefrin dan nonepinefrin yang disekresi oleh medula adrenal menyerupai
efek dari rabas massa dari neuron simpatis. Terlepas dari hal tersebut keduanya
menghasilkan beberapa aksi metabolic. Epinefrin dan nonepinefrin juga dapat
menghasilkan efek yang berlawanan dengan menstimulasi reseptor-reseptor
adrenergik pada sel-sel islet. Karena efek banding dari kedua hormone pada
reseptor-reseptor adrenergik. Hasil akhirnya adalah bahwa epinefrin menaikan
glukosa plasma lebih banyak ketimbang nonepinefrin (Barbara, 1996).
Fungsi kelenjar suprarenalis bagian medula terdiri dari:
a. Vasokontriksi pembuluh darah perifer
b. Relaksasi bronkus
c. Kontraksi selaput lendir dan arteriole pada kulit sehingga berguna untuk
mengurangi perdarahan pada operasi kecil
B. Mekanisme Pengaturan Sekresi
Epinefrin disekresikan di bawah pengendalian sistem persarafan simpatis.
Dapat meningkat dalan keadaan dimana individu tidak mengetahui apa yang akan
terjadi. Pengeluaran yang bertambah akan meningkatkan tekanan darah untuk
melawan shok yang disebabkan oleh situasi darurat. Sekresi hormon ini terjadi
dengan meningkatan kerja sistem pernafasan yang mengakibatkan paru-paru
bekerja ekstra untuk mengambil oksigen lebih banyak hingga meningkatkan juga
peredaran darah di seluruh bagian tubuh mulai dari otot-otot hingga ke otak, dan
peningkatan tersebut disebutkan beberapa riset bisa naik mencapai 300% melebihi
batas normal. Akibatnya, bukan jantung saja yang dapat terasa berdebar, namun
keseluruhan sistem tubuh termasuk pengeluaran keringat juga akan meningkat
dengan cepat (black, 2009)
Aliran darah di kulit akan berkurang untuk dialihkan ke organ lain yang lebih
penting sehingga orang-orang yang menghadapi stress biasanya gampang
berkeringat, dimana dalam pengertian awam sering disebut keringat dingin.
Sekresi ini menaikkan konsentrasi gula darah dengan menaikkan kecepatan
glikogenolisis di dalam liver. Rangsangan sekresi epinefrin bisa berupa stres fisik
atau emosional yang bersifat neurogenik (black, 2009)
Faktor yang berfungsi mengatur sekresi epinefrin, antara lain :
a. Faktor saraf: Bagian medula mendapat pelayanan dari saraf otonom. Oleh karena
itu sekresinya diatur oleh saraf otonom
b. Faktor kimia: Susunan bahan kimia atau hormon lain dalam aliran darah
mempengaruhi sekresi hormon tertentu.
c. Komponen non hormonal
Epinefrin segera dilepaskan di dalam tubuh saat terjadi respon terkejut atau
waspada. Saat tubuh mengalami ketegangan yang parah, hipotalamus
mengirimkan perintah ke kelenjar pituitari agar melepaskan ACTH (hormon
adrenokortikotropis). Di sisi lain, ACTH merangsang korteks adrenal, mendorong
pembuatan kortikosteroid. Kortikosteroid ini memastikan produksi glukosa dari
molekul-molekul seperti protein, yang tak mengandung karbohidrat. Akibatnya,
tubuh menerima tenaga tambahan dan tekanan pun berkurang (Sapto, 2001)
Cairan ini mengirimkan lebih banyak gula dan darah ke otak, membuat orang
lebih siaga. Tekanan darah dan detak jantungnya meningkat, membuatnya lebih
waspada. Ini hanyalah beberapa perubahan yang dihasilkan epinefrin pada tubuh
seseorang. Saat ada bahaya, reseptor di dalam tubuh ditekan, dan otak
mengirimkan perintah secepat kilat ke kelenjar adrenal. Sel-sel di bagian dalam
kelenjar adrenal lalu beralih ke keadaan siaga dan melepaskan hormon epinefrin
untuk menghadapi keadaan darurat. Molekul-molekul epinefrin bercampur dengan
darah dan menyebar ke seluruh bagian tubuh (Sapto, 2001)
C. Gangguan Yang Terjadi Pada Kelenjar Medula Adrenal
Gangguan kelenjar adrenal adalah kondisi yang mengganggu fungsi normal
dari kelenjar adrenal. Mereka dicirikan oleh adrenal insufficiencies, di mana
terdapat kekurangan dalam ketersediaan steroid yang diproduksi oleh kelenjar
adrenal. Gangguan kelenjar adrenal menantang untuk mendiagnosis, tetapi jika
tidak diobati, mengancam kehidupan mereka. Adapun gangguan yang terdapat
pada kelenjar medula adrenal :
1. Hipersekresi Kelenjar Medula Adrenal
Berbagai gejala negatif pada aktivitas atau metabolisme organ tubuh karena
pengaruh epinefrin bisa disebabkan karena sekresi yang berlebihan.
a. Masalah yang timbul akibat hipersekresi kelenjar medula adrenal
1. Palpitasi
Merupakan gejala abnormal pada kesadaran detak jantung, bisa terlalu lambat,
terlalu cepat, tidak beraturan, atau berada dalam frekuensi normal. Gejala ini
disebabkan akibat sekresi epinefrin yang berlebihan. Tapi bisa juga karena
konsumsi alkohol, kafein, kokain, amfetamin, atau obat-obatan yang lain,
penyakit (seperti hipertiroidisme), atau efek panik.
2. Tachychardia
Peningkatan kecepatan aktivitas jantung. Kelainan endokrin seperti
feokromositoma dapat menyebabkan pelepasan epinefrin dan tachychardia bebas
dari sistem syaraf.
3. Arrhythmia
Keadaan abnormal pada aktivitas elektrik jantung. Jantung bisa berdetak lebih
cepat atau sebaliknya malah lebih lambat. Sama seperti palpitasi, kelainan ini
dipicu oleh sekresi epinefrin yang berlebihan.
4. Sakit kepala
Kondisi sakit pada kepala, pada bagian leher ke atas. Umumnya disebabkan
oleh ketegangan, migrain, ketegangan mata, dehidrasi, gula darah rendah dan
sinusitis. Beberapa sakit kepala juga karena kondisi ancaman hidup seperti
meningitis, ensephalatis, aneuisme cerebral, tekanan darah sangat tinggi, dan
tumor otak.
5. Tremor
Kebanyakan tremor terjadi pada tangan. Pada beberapa orang, tremor adalah
gejala kelainan saraf yang lain. Umumnya disebabkan karena masalah pada
bagian otak atau spinal cord yang mengontrol otot melalui tubuh atau area
tertentu, seperti tangan. Penyebabnya adalah stres yang teralu banyak sehingga
sekresi epinefrin menjadi tidak terkendali
6. Hipertensi
Merupakan suatu kondisi medis dimana tekanan darah naik secara kronis.
Hipertensi adalah karakter khas dari berbagai abnormalitas kortikal adrenal.
7. Edema paru-paru akut
Akumulasi fluida dalam paru-paru, disebabkan kegagalan jantung melepaskan
fluida dari sirkulasi paru-paru, akibat disnormalitas sekresi epinefrin.
8. Alergi
Alergi adalah suatu proses inflamasi yang tidak hanya berupa reaksi cepat dan
lambat tetapi juga merupakan proses inflamasi kronis yang kompleks dipengaruhi
faktor genetik, lingkungan dan pengontrol internal.Alergi dikaitkan dengan
peningkatan hormone epinefrin dan progesterone. Peningkatan hormon epinefrin
menimbulkan manifestasi klinis perubahan suasana hati, dan kecemasan.
9. Kelebihan kortisol
Penyebab tersering kelebihan kortisol adalah iatrogenik, yaitu penyebab tersebut
dikarenakan oleh dosisi terapeutik yang diberika untuk berbagai macam kondisi,
antara lain :
Pengobatan inflamasi, penyakit-penyakit autoimun, dan alergi
Pencegahan reaksi penolakan organ transplantasi
Pencegahan fibrosis )pembentukan jaringan parut) yang berlebihan setelah operasi
Mengurangi tekanan tinggi intrakranial akut
Mengurani ukuran dan aktivitas jaringan limfatik
Beberapa tanda dan gejala-gejala kelebihan kortisol berkaitan dengan keadaan
diabetogenik katabolik dan efek ketogenik yang ditimbulkannya.
Keilangan matriks tulang dan kalsium tulang
Penurunan intoleransi glukosa, penururnan penggunaan glukosadan peningkatan
glukoneogenesis
Peningkatan ketogenesis dan mobilitas asam lemak
Peningkatan retensi natriun dan air
Kelainan-kelainan yang menjadi resiko tinggi pada penderita kelebihan kortisol
antara lain :
Hipertensi
Diabetes millitus
Osteoporesis
Ulkus peptikum
Psikosis
10. Kelebian Aldosteron
Tiga efek utama aldosteron adalah hipertensi, hipokalemi, hipernatremia.
Hipertensi terjadi akibat peningkatan volume darah karena reabsorbsi natrium.
Bersamaan dengan tertahannya natrium, kalium diekskresikan dan menyebabkan
hipoklemi. Hipoklemia dapat menyebabkan hal berikut:
Perubahan excitabilitas membran otot, menyababkan kelemahan, parestesia,
bising usus yang hipoaktif, dan refleks tendon dalam
Aritmia jantung, perubahan gambar EKG
Hilangnya kemampuan ginjal untuk mengkonsentrasikan: urin encer, poliuria, dan
nocturia
Alkalosis metabolik
Penekanan pelepasan renin, dan selanjutnya teradap sekresi aldosteron
b. Pemeriksaan Penunjang
Ada beberapa pemeriksaan penunjang terkait dengan hiposekresi dan
hipersekresi kelenjar medula adrenal, diantaranya:
1. Pemeriksaan laboratorium:
a. Kadar kortisol dan aldosteron serum
b. Kadar ACTH serum, kadar glukosa darah
c. Pemeriksaan leukosit
d. Pemeriksaan elektrolit serum (Na, K, Cl), dengan nilai normal:
Natrium:
310-335 mg (13,6-14 meq/liter), Kalium: 14-20 mg% (3,5-5,0 meq/liter), Klorida:
350-375 mg% (100-106 meq/liter).
e. Pemeriksaan urine terhadap 17-OHC dan 17 ketosteroid
2. Pemeriksaan radiologi, anteriografi, CT scan, pemeriksaan EKG, anteriogram
adrenal.
2. Hiposekresi Kelenjar Medula Adrenal
Disfungsi kelenjar adrenal merupakan gangguan metabolik yang
menunjukkan kekurangan atau defisiensi kelenjar adrenal (Rumohorbo Hotma,
1999).
a. Insufisiensi
Insufisiensi merupakan ketidakmampuan untuk mensekresi
glukokortikoid, mineralokortikoid, dan androgen dapat terjadi keran atropfi, atau
kerusakan pada kelenjar adrenal.
1. Manifestasi Klinis
Hipotensi, hiponatremia, dan hiperkalemia terlihat khas pada pasien
insufisiensi adrenokortikal primer karena kekurangan mineralkortikoid. Pasien-
pasien ini dapat mengalami perubahan keadaan kardiovaskuler akibat berubahnya
keadaan cairan dan elektrolit. Volume darah sirkulasi yan rendah dan pengecilan
ukuran jantung terjadi. Perubahan EKG dapat terjadi dengan adanya hiperkalemia.
Sebaliknya, jika terdapat hipoplasia sekunder terhadap penurunan
sekresi ACTH, biasanya hanya sekresi kortisol yang menurun. Hal ini terjadi
karena ACTH memiliki pengaruh yang minimal pada sekresi aldosteron, yangs
ekresinya dikontrol oleh system rennin angiotensin. Bagaimanapun juga, mungkin
terdapat hiposekresi hormon hipofise lainnya.
Gejala-gejala gastrointestinal sering kali menjadi alasan yang membawa
penderita untuk berobat. Gejala-gejala insufisiensi adrenokortikal sering kali
memiliki onset yang berangsur-angsur dan samar. Asthenia (kelemahan)
merupakan keluhan utama, yang intensitasnya tidak sebanding dengan gejala-
gejala lain.
2. Pengobatan
Insufisiensi adrenokortikal iatrogenic terjadi karena atrofi adrenal yang di
induksi oleh terapi kortikosteroid. Peningkatan kadar kortisol serum akan
menghambat sekresi ACTH dan CRH, karenanya stimulasi pada sel-sel korteks
adrenal berkurang. Penurunan poros Hipotalamus Hipofise Adrenal (HPA) ini
dapat berlangsung lebih dari 1 tahun, jika kortikosteroid digunakan dalam dosis
besar atau jika terapi dilakukan dalam waktu yang lama. Selama terjadi penekanan
poros HPA, stress dapat mencetuskan insufisiensi adrenokortikal akut (krisis
adrenal).
Tindakan yang dapat mengurangi penekanan poros HPA antara lain dengan
pemberian kortisol dalam dosis besar di pagi hari dan dosis kecil di sore hari.
Pemberian kortikosteroid secara topical menyebabkan penekanan yang lebih kecil
daripada pemberian sistemik. Penghentian dosis secara bertahap sebelum
menghentikan semua kortikosteroid telah dilakukan sejak dulu dengan anggapan
bahwa hal ini dapat mencegah krisis adrenal, namun demikian, terlihat bahwa
penekanan HPA berlangsung lama dengan cara ini.
b. Krisis Adison (Krisis Adrenal)
Krisis adrenal merupakan suatu insufisiensi adrenal yang berat dengan
eksaserbasi yang tiba-tiba. Hal ini dapat menimbulkan kematian dengan cepat jika
tidak segera ditangani.
1. Etiologi
Kejadiannya biasanya dicetuskan oleh adanya stress atau bisa karena kelenjar
adrenal terkena infeksi atau oleh sebab autoimun.
2. Manifestasi Klinis
Tanda-tanda krisis adrenal, yaitu:
Berkurangnya volume dan tekanan darah karena turunnya kadar Na+ dan volume
air dari cairan tubuh.
Hipoglikemia dan turunnya daya tahan tubuh terhadap stress, sehingga penderita
mudah menjadi shock dan terjadi kematian hanya karena stress kecil saja misalnya
flu atau kelaparan.
Lesu mental dan fisik.
Tanda-tanda krisis adrenal antara lain, yaitu hiposekresi, shock, demam, nausea,
dan vomitus, serta kebingungan.
3. Pengobatan
Tindakan keperawatan pada pasien insufisiensi adrenokortikal meliputi:
Pemberian dan penyuluhan hormonal
Menjamin asupan makanan normal yang teratur dan adekuat untuk meningkatkan
kandungan protein
Menjamin asupan natrium dan cairan normal (meningkat)
Pengelolaan hipoglikemia
Menghindari stress
Istirahat yang sering
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN
HIPERSEKRESI DAN HIPOSEKRESI KELENJAR MEDULA ADRENAL
A. Pengkajian
1. Identitas klien
2. Keluhan utama : pusing, sakit kepala, pucat, badan lemah, tremor, dan lesu.
3. Riwayat kesehatan klien
Data Subjek:
a. Kelemaan yang luas
b. Persepsi klien terhadap perubaan gambaran tubuh
c. Perubahan suasana hati
d. Kemampuan untuk mentolerir stress
e. Perlunya bantuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari
f. Pola tidur dan makan
g. Pengetahuan mengenai disfungsi adrenal dan terapinya
h. Regiman terapi
i. Adanya gejala-gejala yang tidak menyenangkan
j. Pusing, sakit kepala
k. Pucat, tremor, dan lesu
Data Objek:
a. BB setiap hari
b. Suhu dan TD setiap 4 jam
c. Intake dan output setiap 4 jam
d. Interritas kulit
e. Intake makanan
f. Tanda-tanda awal infeksi
g. TTV: TD turun kalau terjadi hiposekresi dan naik kalau terjadi hipersekresi.
h. Sistem pernapasan: nafas cepat, dipsnea, tidak teraba massa saat dipalpasi, tidak
ada nyeri, suara resonan saat diperkusi, ronchi.
i. Sistem kardiovaskuler:
1) Jantung: Ictus cordis teraba pada ICS 5 mid klavikula, terdengar suara redup atau
dullness, suara jantung melemah
2) Capilarry Refill Time (CRT): hiposekresi >3 dtk, hipersekresi <3dtk
j. Sistem pencernaan:
1) mulut dan kerongkongan: mukosa kering
2) abdomen: terasa lembut atau keras, kram perut
3) anus: tidak terdapat iritasi
4) pola nutrisi: nausea, muntah, anoreksia berat, mual, muntah, BB menurun dengan
cepat
5) pola eliminasi (BAB): konstipasi atau diare
k. Sistem perkemihan (BAK): diuresis yang diikuti oliguria (hiposekresi)
l. Sistem integumen: turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul pada hipersekresi kelenjar medula
adrenal
a. Resiko Kelebihan volume cairan berhubungan dengan sekresi kortisol berlebih
karena sodium dan retensi cairan
Tujuan : Klien menunjukkan keseimbangan volume cairan setelah dilakukan
tindakan keperawatan
intervensi :
1) Ukur intake output
2) Hindari intake cairan berlebih ketika pasien hipernatremia
3) Ukur TTV
4) Timbang BB klien
5) Monitor ECG untuk abnormalitas (ketidakseimbangan elektrolit)
6) Lakukan alih baring setiap 2 jam
7) Kolaborasi hasil lab (elektrolit : Na, K, Cl)
8) Kolaborasi dalam pemberian tinggi protein, tinggi potassium dan rendah sodium
b. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan otot dan perubahan
metabolisme protein
Tujuan : Klien menunjukkan aktifitaskembali normal setelah dilakukan tindakan
keperawatan
Intervensi :
1) Kaji kemampuan klien dalam melakukan aktifitas
2) Tingkatkan tirah baring / duduk
3) Catat adanya respon terhadap aktivitas seperti: takikardi, dispnea, fatique
4) Tingkatkan keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya
5) Berikan bantuan aktivitas sesuai dengan kebutuhan
6) Berikan aktivitas hiburan yang tepat seperti : menonton TV dan mendengarkan
radio
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan respon imun, respon imflamasi
Tujuan : Infeksi tidak terjadi setelah dilakukan intervensi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi
2) Ukur TTV setiap 8 jam
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan keperawatan
4) Batasi pengunjung
5) Tempatkan klien pada ruang isolasi sesuai indikasi
6) Pemberian antibiotik sesuai indikasi
7) Pemeriksaan lab (Leukosit)
2. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada hiposekresi kelenjar medula
adrenal
a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kekurangan natrium dan
kehilangan cairan melalui ginjal, kelenjar keringat, saluran gastrointestinal
(karena kekurangan aldosteron)
Tujuan : Klien dapat mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit setelah
dilakukan tindakan
Intervensi :
1) Pantau TTV, catat perubahan tekanan darah pada perubahan posisi, kekuatan dari
nadi perifer
2) Kaji pasien mengenai ada rasa haus, kelelahan, nadi cepat, pengisian kapiler
memanjang, turgor kulit jelek, membran mukosa kering.
3) Periksa adanya perubahan status mental dan sensori.
4) Aukultasi bising usus (peristaltik usus). Catat dan laporkan adanya mual, muntah,
dan diare.
5) Berikan cairan, antara lain:
Cairan NaCl 0,9%
Larutan glukosa
6) Berikan obat sesuai dosis; Mineral kortikoid, fludokortison, deoksikortikosteron
25-30mg/hari peroral
7) Pantau hasil laboratorium
Hematokrit (Ht)
Ureum atau kreatinin
Kalium
b. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake tidak
adekuat (mual, muntah, anoreksia) defisiensi glukortikoid
Tujuan : kebutuhan nutrisi klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan
intervensi
Intervensi :
1) Aukultasi bising usus dan kaji apakah ada nyeri perut, mual atau muntah
2) catat adanya kulit yang dingin atau basah, perubahan tingkat kesadaran, nadi yang
cepat, nyeri kepal, sempoyongan
3) Pantau pemasukan makanan dan timbang BB tiap hari
4) Berikan atau Bantu perawatan mulut
5) Berikan lingkungan yang nyaman untuk makna contoh bebas dari bau tidak
sedap, tidak terlalu ramai
6) Berikan glukosa intravena dan obat obatan sesuai indikasi seperti glukokortikoid
c. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan penurunan produksi metabolime
ketidak seimbangan cairan elektrolit dan glukosa
Tujuan : Aktivitas klien kembali adekuat setelah dilakukan tindakan
Intervensi :
1) kaji tingkat kelemahan klien dan identifikasi aktifitas yang dapat dilakukan oleh
klien
2) Pantau TTV sebelum dan sesudah melakukan aktivitas
3) Sarankan pasien untuk menentukan masa atau periode antara istirahat dan
melakukan aktivitas
4) Diskusikan cara untuk menghemat tenaga misal: duduk lebih baik daripada
berdiri selama melakukan aktifitas
5) Tingkatkan keterlibatan pasien dalam beraktivitas sesuai kemampuannya
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kelenjar Adrenal atau Kelenjar Suprarenalis terletak diatas kedua ginjal.
Ukurannya berbeda-beda, beratnya 5-9 gram. Kelenjar adrenal ini terbagi atas 2
bagian, yaitu korteks adrenal yang menghasilkan kortisol, aldosteron dan
androgen, dan medula adrenal yang menghasilkan katekolamin yang mana di
dalamnya terdapat epinephrine dan nonepinephrine (Sapto, 2001)
Hiposekresi kelenjar medula adrenal berupa insufisiensi dan krisis adison
(krisis adrenal). Sedangkan hipersekresi kelenjar medula adrenal, palpitasi,
tachychardia, arrhythmia, sakit kepala, tremor, hipertensi, edema paru-paru akut,
dan alergi.
Pemberian asuhan keperawatan penderita kelainan fungsi kelenjar medula
adrenal difokuskan pada upaya pencegahan terhadap terjadinya komplikasi yang
berlanjut selama proses pemulihan fisik klien. Penentuan diagnosa harus akurat
agar pelaksanaan asuhan keperawatan dapat diberikan secara maksimal dan
mendapatkan hasil yang diharapkan. Pemberian asuhan keperawatan kepada klien
penderita kelainan fungsi kelenjar medula adrenal secara umum bertujuan untuk
menormalkan sekresi pada medula adrenal dengan menurunkan pencetus atau
tingkat stres seseorang. Oleh karena itu, dibutuhkan kreativitas dan keahlian
dalam pemberian asuhan keperawatan dan kolaborasikan dengan tim medis
lainnya yang bersangkutan (Black, 2009)
B. Saran
1. Bagi perawat yang akan memberikan asuhan keperawatan dengan klien dengan
gangguan fungsi sistem endokrin harus lebih memperhatikan dan tahu pada
bagian-bagian mana saja dari asuhan keperawatan pada klien dengn gangguan ini
yang perlu ditekankan.
2. Untuk pasien semestinya harus lebih tanggap terhadap pengkajian-pengkajian
yang dilakukan perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya dalam
asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan fungsi sistem endokrin, karena
peningkatan penyembuhan pasien, melakukan prosedur diagnostik, pemeriksaan-
pemeriksaan dan melakukan perawatan tindak lanjut sangat penting bagi pasien
maupun perawat.
3. Hendaknya mahasiswa keperawatan dapat menerapkan dan membandingkan ilmu
yang telah didapat di kampus berupa teori dengan kasus di ruangan, yang nantinya
mahasiswa mampu mengaplikasikan tindakan keperawatan dengan sebaik-
baiknya.
DAFTAR PUSTAKA
Harnowo, Sapto. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: widya Medika
Hudak, Karolin M. 1996. Keperawatan Kritis Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
Si. Long, Barbara. 1996. Perawatan Medikal Bedah Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan Padjadjaran: Bandung.
Black, Joyce M. 2009. Medical Surgical Nursing Clinical Management for Positif
Outcomese Eight Edition Vol I (Singapore) Elservier Pte LTd
Doenges, Marilyin. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. EGC: Jakarta.
Syaifuddin. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Perawat. EGC: Jakarta.
Wikipedia. 2011. Gangguan Kelenjar Adrenal (Online).
(http://www.wikipedia.com, diakses 11 Maret 2011)
Recommended