Karakteristik dan Kebutuhan Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus dan Anak Berbakat
Mata Kuliah : Psikologi PendidikanDosen : Dra. Hj. Mulyani, M.PdKelas : D - PGSD 2012 Semester : 3 (Tiga)Kelompok: 6 (Enam)
PPT disusun untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Psikologi Pendidikan
UNESA
Anggota Kelompok
1. Fikahati Rachmawati (121644051)
2. Nurul Umami (121644062)
3. Elsa Daniar Fitriani (121644095)
4. Dewi Muthi’a Sari (121644296)
5. Asmaul Fauziah (121644301) KELAS D PGSD 2012
Karakteristik dan Kebutuhan
Pembelajaran Anak Berkebutuhan
Khusus
Kesulitan Menggunakan Bahasa dalam Berkomunikasi
Kesulitan menggunakan bahasa dalam berkomunikasi meliputi keterlambatan, kekacauan atau pertentangan di dalam mendengarkan dan mengatakan.
Masalah-masalah dalam perkembangan beberapa aspek kognitif sebagai berikut:
Kemampuan Metakognitif
Pengertian Metakognisi menurut para ahli:1. Livingstone : Metakognisi adalah kemampuan berpikir
di mana yang menjadi objek berpikirnya adalah proses berpikir yang terjadi pada diri sendiri.
2. Matlin : Metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran, dan kontrol terhadap proses kognitif yang terjadi pada diri sendiri.
3. Wellman : Metakognisi adalah sebagai suatu bentuk kognisi atau proses berpikir dua tingkat atau lebih yang melibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif.
4. Hamzah B. Uno (2007: 134) mengungkapkan metakognisi merupakan keterampilan seseorang dalam mengatur dan mengontrol proses berpikirnya.
Berdasarkan beberapa definisi yang telah dikemukakan dapat diidentifikasi pokok-pokok pengertian tentang metakognisi sebagai berikut:
1) Metakognisi merupakan kemampuan jiwa yang termasuk dalam kelompok kognisi.
2) Metakognisi merupakan kemampuan untuk menyadari, mengetahui, proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri.
3) Metakognisi merupakan kemampuan untuk mengarahkan proses kognisi yang terjadi pada diri sendiri.
4) Metakognisi merupakan kemampuan belajar bagaimana mestinya belajar dilakukan yang meliputi proses perencanaan, pemantauan, dan evaluasi.
5) Metakognisi merupakan aktivitas berpikir tingkat tinggi. Dikatakan demikian karena aktivitas ini mampu mengontrol proses berpikir yang sedang berlangsung pada diri sendiri.
Komponen metakognisi yaitu:1. Pengetahuan metakognitif
Pengetahuan tentang kognisi adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan kognisinya, yang mencakup tiga sub komponen yaitu declarative knowledge, procedural knowledge, conditional knowledge.
2. Regulasi metakognitifRegulasi kognisi terdiri dari sub
komponen-sub komponen yakni sebagai berikut: planning, information management strategies, comprehension monitoring, debugging strategies, evaluation.
Perkembangan Metakognitif AnakKemampuan metakognitif telah
berkembang sejak masa anak-anak awal dan terus berlanjut sampai usia sekolah dasar dan seterusnya sampai mencapai bentuknya yang lebih mapan. Kemampuan metakognitf anak tidak muncul dengan sendirinya, tetapi memerlukan latihan sehingga menjadi kebiasaan.
Suherman (2001 : 96) menyatakan bahwa perkembangan metakognitif dapat diupayakan melalui cara dimana anak dituntut untuk mengobservasi tentang apa yang mereka ketahui dan kerjakan, dan untuk merefleksi tentang apa yang dia observasi.
Peranan Metakognisi terhadap Keberhasilan Belajar
Keberhasilan seseorang dalam belajar dipengaruhi oleh kemampuan metakognisinya. Jika setiap kegiatan belajar dilakukan dengan mengacu pada indikator learning how to learn maka hasil optimal niscaya akan mudah dicapai.
Pengembangan Metakognisi Peserta Didik dalam Pembelajaran
Mengingat pentingnya peranan metakognisi dalam keberhasilan belajar, maka upaya untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan meningkatkan metakognisi mereka.
Mengembangkan metakognisi pembelajar berarti membangun fondasi untuk belajar secara aktif. Guru atau dosen sebagai perancang kegiatan belajar dan pembelajaran, mempunyai tanggung jawab dan banyak kesempatan untuk mengembangkan metakognisi pembelajar.
Bahasa dengan Tulisan; Berbagai Kesulitan dalam Membaca, Menulis, dan Mengeja
4. Lamban Belajar (Slow
Learner)
2. Kesulitan Menulis
(Disgrafia)
1. Kesulitan Berbicara (Disleksia)
6. Gangguan Komunikasi
5. Gangguan Emosi dan
Perilaku
7. Gangguan Gerakan
Anggota Tubuh
3. Kesulitan Berhitung
(Diskalkulia)
Disleksia memiliki arti adanya gangguan dalam berbicara atau secara harfiah dikatakan sebagai kesulitan yang berhubungan dengan kata-kata atau simbol-simbol tulis. Disleksia merupakan kelainan yang disebabkan oleh ketidakmampuan dalam menghubungkan antara lisan dan tertulis atau kesulitan mengenai hubungan antara suara dan kata secara tertulis. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan tidak mengolah dan memproses informasi tersebut.
Kesulitan Berbicara (Disleksia)
Disgrafia adalah kelainan saraf yang menghambat kemampuan menulis yang meliputi hambatan fisik seperti tidak dapat menulis dengan mantap atau tulisan tangannya buruk. Anak dengan gangguan disgrafia sebetulnya mengalami kesulitan dalam mengharmonisasikan ingatan dengan penguasaan gerak ototnya secara otomatis saat menulis huruf dan angka.
Kesulitan Menulis
(Disgrafia)
Diskalkulia adalah gangguan pada kemampuan kalkulasi secara matematis. Terbagi dalam bentuk kesulitan menghitung dan kesulitan kalkulasi.
Kesulitan Berhitung
(Diskalkulia)
Lamban Belajar (Slow
Learner)
Anak-anak yang mengalami lamban belajar memiliki nilai rata-rata pelajaran kurang dari 6 dan hasil tes IQ berkisar 70-90.
Anak-anak dengan gangguan emosi dan perilaku antara lain memiliki karakter pemalu, rendah diri, sering murung, penyendiri, pendiam, memiliki rasa takut yang berlebihan, mudah tersinggung atau marah, ingin menang sendiri, sering mengganggu orang lain, melanggar tata tertib, dan sering melakukan gerakan-gerakan aneh.
Gangguan Emosi dan Perilaku
Gangguan komunikasi muncul dengan ciri-ciri berikut:•Sulit menangkap makna pembicaraan orang lain.•Tidak lancar dalam berbicara atau mengungkapkan ide.•Sering menggunakan bahasa isyarat.Gagap.•Suara parau dan aneh yang mungkin disebabkan oleh organ bicara yang tidak sempurna.
Gangguan Komunikasi
Termasuk dalam kategori ini adalah anak-anak dengan cacat anggota tubuh, anggota tubuh tidak berfungsi normal, sikap atau keseimbangan tubuh tidak normal, koordinasi gerakan tangan atau kaki tidak normal, serta banyak gerakan yang tidak terkontrol.
Gangguan Gerakan Anggota Tubuh
Gangguan yang Berkaitan dengan Panca Indera
Anak yang Mengalami Gangguan Penglihatan (Tuna netra)
Tuna netra adalah anak yang mengalami gangguan daya penglihatannya, berupa kebutaan menyeluruh atau sebagian, dan walaupun telah diberi pertolongan dengan alat-alat bantu khusus, mereka masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak yang Mengalami Gangguan Pendengaran (Tuna rungu)
Tuna rungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal dan walaupun telah diberikan pertolongan dengan alat bantu dengar masih tetap memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak dengan Kelainan Anggota Tubuh atau Gerakan (Tuna daksa)
Tuna daksa adalah anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, dan otot) sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus. Jika mereka mengalami gangguan gerakan karena kelayuan pada fungsi syaraf otak, mereka disebut cerebral palsy (CP).
Pengertian anak tuna daksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tuna daksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalami masalah sehingga menghasilkan kelainan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan khusus. Sedangkan pengertian yang didasarkan pada anatomi biasanya digunakan dalam kedokteran, dengan merujuk pada anggota tubuh mana yang mengalami kelainan.
Anak dengan Keterbelakangan Kemampuan Intelektual (Tuna grahita)
Hal-hal yang perlu diperhatikan apabila terlibat dengan anak-anak dengan kesulitan belajar atau learning disabilities (LD) yaitu:
Identifikasi sedini mungkin. Tes dan observasi untuk memperoleh gambaran apa yang
menjadi kekuatan dan kelemahannya. Rencana Pembelajaran Individual (Individual Education
Program/IEP). Dukungan orang tua dan guru (pendidik) pada peserta
didik atau anak yang mengalami kesulitan belajar. Konseling dan profesional terkait. Pengembangan kemampuan dan keterampilan untuk
mandiri. Pendidikan kejuruan dan pelatihan kerja.
ANAK BERBAKAT Pengertian Anak Berbakat
U.S. Office of Education (USOE) (1971), anak berbakat ialah mereka yang diidentifikasi oleh orang-orang profesional, dimana anak tersebut karena kemampuannya yang sangat menonjol, memberikan prestasi yang tinggi. Kemampuan-kemampuan tersebut, baik yang secara potensial maupun yang sudah nyata, meliputi kemampuan intelektual umum, kemampuan akademik khusus, kemampuan kreatif dan produktif, kemampuan dalam salah satu bidang seni, dan kemampuan psikomotor (Mortison, 1974:6).
Keberbakatan dipengaruhi oleh berbagai unsur kebudayaan, bahkan menurut beberapa ahli, sifat-sifat anak berbakat tersebut bercirikan “cultur bound” (dibatasi oleh batasan kebudayaan). Dengan demikian ada dua petunjuk kunci dalam mengamati dan mengerti keberbakatan tersebut yaitu:1. Keberbakatan itu adalah ciri-ciri universal
yang khusus dan luar biasa yang dibawa sejak lahir maupun yang merupakan hasil interaksi dari pengaruh lingkungannya.
2. Keberbakatan itu ikut ditentukan oleh kebutuhan maupun kecenderungan kebudayaan dimana seseorang yang berbakat itu hidup. (Conny Semiawan, 1994 : 40).
Menurut beberapa tokoh :
William B. Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individu untuk melakukan sesuatu tugas, yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal tersebut.
Bingham menitik beratkan pada segi apa yang dapat dilakukan oleh individu, jadi segi performance, setelah individu mendapatkan latihan
Woodworth dan Marquis dimasukkan dalam kemampuan (ability). Menurutnya ability mempunyai tiga arti, yaitu:
1. Achievement2. Capacity3. Aptitude
Guilford mengemukakan, bahwa aptitude itu mencakup 3 dimensi psikologis, yaitu:
1. Dimensi perseptual2. Dimensi psiko – motor, dan3. Dimensi intelektual
Orientasi yang lebih luas mengenai berbagai pendapat tentang bakat menunjukkan, bahwa analisis tentang bakat merupakan analisis tentang tingkah laku. Dan dari analisis tentang tingkah laku itu kita ketemukan, bahwa dalam tingkah laku itu kita dapatkan gejala sebagai berikut :
Bahwa individu melakukan sesuatu, Bahwa apa yang di lakukan itu merupakan
sebab dari suatu tertentu ( atau mempunyai akibat atau hasil tertentu ), dan
Bahwa dia melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu.
Analisis tingkah laku ini memberi kesimpulan bahwa tingkah laku mengandung 3 aspek, yaitu: Aspek tindakan ( performance
atau act ) Aspek sebab atau akibat nya
( a person causes a result ) Aspek ekspresif
Ciri-ciri Anak BerbakatAnak berbakat dapat dikenali sejak dini dari ciri-ciri
kemampuan atau keterampilan tertentu. Apabila seorang anak memenuhi 18 ciri dari 25 ciri-ciri berikut, maka anak tersebut dapat digolongkan sebagai anak berbakat. (Drs. Mochamad Nursalim, dkk. 2007: 145-146)
Membaca pada usia lebih muda. Membaca lebih cepat dan lebih banyak. Memiliki perbendaharaan kata yang luas. Mempunyai rasa ingin tahu yang kuat. Mempunyai minat yang luas, juga terhadap masalah orang
dewasa. Mempunyai inisiatif dan dapat bekerja sendiri. Menunjukkan keaslian (orisinalitas) dalam ungkapan verbal. Memberi jawaban-jawaban yang baik. Dapat memberikan banyak gagasan. Luwes dalam berfikir. Terbuka terhadap rangsangan-rangsangan dari lingkungan.
Mempunyai pengamatan yang tajam. Dapat berkonsentrasi untuk jangka waktu yang panjang,
terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati. Berpikir kritis, juga terhadap diri sendiri. Senang mencoba hal-hal yang baru. Mempunyai daya abstraksi, konseptualisasi, dan sintesis
yang tinggi. Senang terhadap kegiatan intelektual dan pemecahan-
pemecahan masalah. Cepat menangkap hubungan sebab akibat. Berperilaku terarah pada tujuan. Mempunyai daya imajinasi yang kuat. Mempunyai banyak kegemaran (hobi). Mempunyai daya ingat yang kuat. Tidak cepat puas dengan prestasinya. Peka (sensitif) serta menggunakan firasat (intuisi). Menginginkan kebebasan dalam gerakan dan tindakan.
MENGEMBANGKAN BAKAT DAN KREATIVITAS ANAK
SEKOLAH
Dalam bukunya, Prof. Utami Munandar menuliskan indikator keberbakatan sebagai berikut:1. Ciri-ciri Intelektual/Belajar2. Ciri-ciri Kreativitas3. Ciri-ciri Motivasi
1. Ciri-ciri Intelektual/Belajar
Mudah menangkap pelajaran, ingatan baik, perbendaharaan kata luas, penalaran tajam (berpikir logis-kritis, memahami hubungan sebab-akibat), daya konsentrasi baik (perhatian tak mudah teralihkan), menguasai banyak bahan tentang berbagai topik, senang dan sering membaca, ungkapan diri lancar dan jelas, pengamat yang cermat, senang mempelajari kamus maupun peta dan ensiklopedi. Cepat memecahkan soal, cepat menemukan kekeliruan atau kesalahan, cepat menemukan asas dalam suatu uraian, mampu membaca pada usia lebih muda, daya abstraksi tinggi, selalu sibuk menangani berbagai hal.
2. Ciri-ciri Kreativitas
Dorongan ingin tahunya besar, sering mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah, bebas dalam menyatakan pendapat, mempunyai rasa keindahan, menonjol dalam salah satu bidang seni, mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya serta tak mudah terpengaruh orang lain, rasa humor tinggi, daya imajinasi kuat, keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya. Dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinal yang jarang diperlihatkan anak-anak lain), dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru, kemampuan mengembangkan atau memerinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
3. Ciri-ciri Motivasi Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus-menerus
dalam waktu lama, tak berhenti sebelum selesai), ulet menghadapi kesulitan (tak lekas putus asa), tak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi, ingin mendalami bahan/bidang pengetahuan yang diberikan, selalu berusaha berprestasi sebaik mungkin (tak cepat puas dengan prestasinya), menunjukkan minat terhadap macam-macam masalah “orang dewasa” (misalnya terhadap pembangunan, korupsi, keadilan, dan sebagainya).
Senang dan rajin belajar serta penuh semangat dan tidak cepat bosan dengan tugas-tugas rutin, dapat mempertahankan pendapat-pendapatnya (jika sudah yakin akan sesuatu, tak mudah melepaskan hal yang diyakini itu), mengejar tujuan-tujuan jangka panjang (dapat menunda pemuasan kebutuhan sesaat yang ingin dicapai kemudian), senang mencari dan memecahkan soal-soal. Hal ini menunjuk pada semangat dan motivasi untuk mengerjakan dan menyelesaikan suatu tugas. Suatu pengikatan diri dari dalam diri.
KARAKTERISTIK ANAK BERBAKAT
Anak-anak berbakat istimewa secara alami memiliki karakteristik yang khas yang membedakannya dengan anak-anak normal. Karakteristik ini mencakup beberapa domain penting, seperti : domain intelektual-koginitif, domain persepsi-emosi, domain motivasi dan nilai-nilai hidup, domain aktifitas, serta domain relasi sosial.
Kemampuan yang membedakan anak-anak berbakat dari anak-anak
sebayanya.
1. Karakteristik kognitif
2. Karakteristik bahasa
3. Karakteristik afektif
1. Karakteristik Kognitif
Kualitas luar biasa di informasi. Ingatan yang kuat. Ketidakbiasaan perubahan minat dan
keinginan. Kemampuan menghasilkan ide-ide dan
solusi yang asli.
2. Karakteristik Bahasa
Kemampuan verbal. Perkembangan yang tinggi pada
pengenalan bahasa dan penulisan bahasa.
Perkembangan yang baik pada perkembangan sensorik.
3. Karakteristik Afektif
Pendekatan evaluatif terhadap diri sendiri dan lainnya. Gigih, tujuan perilaku tidak langsung. Kepekaan yang tidak bisa untuk harapan dan
perasaan orang lain. Tingginya kesadaran diri, menyesuaikan dengan
perbedaan perasaan. Perkembangan awal dalam focus of control dan
kepuasan ke dalam dan identitas emosional yang tidak biasa.
Harapan yang tinggi dan lainnya, sering menuju tingkat frustasi dirinya, lainnya dan situasinya.
Kemampuan tingkat perkembangan moral. Kemampuan kognitif dan kapasitas afektif dan
konseptualisasi dan pemecahan masalah sosial.
Klasifikasi Anak Berbakat
1. Genius
2. Gifted
3. Superior
1. Genius
Genius ialah anak yang memiliki kecerdasan luar biasa, sehingga dapat menciptakan sesuatu yang sangat tinggi nilainya. Intelligence Quotien-nya (IQ) berkisar antara 140 sampai 200. Anak genius memiliki sifat-sifat positif sebagai berikut; daya abstraksinya baik sekali, mempunyai banyak ide, sangat kritis, sangat kreatif, suka menganalisis, dan sebagainya. Di samping memiliki sifat-sifat positif juga memiliki sifat negatif, diantaranya: cenderung hanya mementingkan dirinya sendiri (egois), temperamennya tinggi sehingga cepat bereaksi (emosional), tidak mudah bergaul, senang menyendiri karena sibuk melakukan penelitian, dan tidak mudah menerima pendapat orang lain.
2. Gifted
Anak ini disebut juga gifted and talented adalah anak yang tingkat kecerdasannya (IQ) antara 125 sampai dengan 140. Di samping memiliki IQ tinggi, juga bakatnya yang sangat menonjol, seperti: bakat seni musik, drama, dan ahli dalam memimpin masyarakat. Anak gifted diantaranya memiliki karakteristik: mempunyai perhatian terhadap sains, serba ingin tahu, imajinasinya kuat, senang membaca, dan senang akan koleksi.
3. SuperiorAnak superior tingkat kecerdasannya berkisar antara 110 sampai dengan 125 sehingga prestasi belajarnya cukup tinggi. Anak superior memiliki karakteristik sebagai berikut: dapat berbicara lebih dini, dapat membaca lebih awal, dapat mengerjakan pekerjaan sekolah dengan mudah, dan dapat perhatian dari teman-temannya. Anak-anak berbakat memiliki karakteristik belajar yang berbeda dengan anak-anak normal. Mereka cenderung memiliki kelebihan menonjol dalam kosa kata dan menggunakannya secara luwes, memiliki informasi yang kaya, cepat dalam menguasai bahan pelajaran, cepat dalam memahami hubungan antar fakta.
Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya keberbakatan seorang anak
HereditasHereditas, adalah faktor yang diwariskan dari orang tua, meliputi kecerdasan, kreatif produktif, kemampuan memimpin, kemampuan seni dan psikomotor.
LingkunganHal-hal yang mempengaruhi perkembangan anak berbakat ditinjau dari segi lingkungannya (keluarga, sekolah dan masyarakat).
Identifikasi Anak Berbakat
Sejak usia dini, sudah dapat dilihat adanya kemungkinan anak memiliki bakat yang istimewa. Anak-anak ini sedapat mungkin dikenali sedini mungkin dan dikelompokkan sebagai anak berkebutuhan khusus, karena mempunyai kebutuhan dan kemampuan tumbuh kembang yang berbeda dari anak-anak sebayanya.
Anak-anak berbakat pada masa balitanya mungkin menunjukkan perilaku khusus yang dapat disalahartikan sebagai anak dengan gangguan perkembangan, perilaku bermasalah, dan gangguan mental. Oleh sebab itu, sangat penting bagi seorang pendidik untuk dapat mendeteksi keterbakatan peserta didiknya dengan melihat berbagai karakteristik tumbuh kembang dan personalitas anak berbakat, agar anak-anak berbakat dapat menerima pembinaan sebaik-baiknya sebagai anak “gifted” sedari awal.
Menurut Conny Semiawan Dalam Bukunya Perspektif Pendidikan Anak Berbakat, Ada Beberapa Alat Identifikasi Dan Pengukuran Berbagai Aspek
Keterbakatan Yang Mencakup Empat Materi Bahasan, Yaitu:
Penjaringan dan penyaringan: pola tahapannya
Alat identifikasi Penilaian model keterbakatan Pengukuran aspek keterbakatan yang lain,
Penjaringan Dan Penyaringan: Pola Tahapannya
Penjaringan dan penyaringan: pola tahapannya, yang meliputi:› Penjaringan anak berbakat.› Penyaringan anak berbakat.› Pola dan tahap identifikasi anak berbakat.› Beberapa masalah identifikasi.› Prosedur identifikasi model penggayaan
sekolah (Schoolwide Enrichment Model - SEM).
› Beberapa persyaratan lain dalam identifikasi anak berbakat.
Alat Identifikasi
Alat identifikasi, yang meliputi:› Kemampuan intelektual umum.› Tes intelegensi umum.› Tes kelompok kontra tes individual.› Pengukuran hasil belajar.› Tes hasil belajar individual.› Sumber informasi orang tua.
Dua tes hasil belajar individual yang terkenal (Kitano & Kirby, 1986), yaitu :
1. Peabody Individual Achievement Test (PIAT)
2. Wide Range Achievement Test (WRAT).
1. Peabody Individual Achievement Test (PIAT)
PIAT adalah alat ukur yang mengacu pada norma (norm referenced), yang bermaksud mengukur kemajuan belajar dalam lima bidang akademis, yaitu matematika, pemahaman bacaan, bacaan dalam hati, ejaan dan informasi umum. Keempat subtes pertama bersifat tertulis dan terdiri dari item pilihan ganda ataupun bentuk lain, sedangkan subtes terakhir harus dijawab secara lisan oleh siswa. PIAT dipakai bagi siswa TK sampai dengan siswa SMA.
2. Wide Range Achievement Test (WRAT).
WRAT yang juga mengacu pada norna, juga merupakan tes tertulis yang mengukur kinerja siswa dalam membaca, berhitung, dan mengeja. Tingkat I dikembangkan untuk siswa di bawah umur 12 tahun dan tes tingkat II untuk siswa di atas 12 tahun.
Sumber Informasi Orang Tua
Informasi ini mencakup berbagai aspek kepribadian, minat, kemampuan, aspek sosial, emosional, dan lain-lain. Informasi ini menjadi acuan untuk merancang program sesuai kebutuhan, namun terus menerus diamati perkembangan dan hasil belajarnya.
Identifikasi itu berbentuk surat yang akrab kepada orang tua, dimana orang tua adalah orang yang paling mengenal putra putrinya, guna memperoleh informasi tentang anak.
3. Penilaian Model-model Keterbakatan
Konsep Renzuli
Model Chon
Model Gagne
Model Sternberg
Konsep Renzuli
Menurut Renzuli, keberbakatan di lihat dari dalam hasil. Dengan kata lain, keberbakatan seseorang harus ditunjukkan dalam suatu prestasi dan bahwa siswa yang tidak berprestasi tidak akan termasuk dalam kategori anak berbakat intelektual.
Konsep Renzuli, The Three Rings Conseption, juga sering disebut Three Ring Interaction atau Interaksi Tiga Lingkaran (ITL). ITL mencakup komitmen terhadap tugas, kreativitas, dan kemampuan intelektual umum.
Berikut secara satu persatu akan dijelaskan kluster dalam keterbakatan Renzuli.
a. Above Average Ability (Kemampuan Diatas Rata-Rata)
b. Task Commitment (Tanggung Jawab Kepada Tugas)
Kreativitas
Keterlekatan pada tugas
Kemampuan
intelektual umum di atas rata-
rata
Konsep RenzuliThe Three Rings Conseption
a. Above Average Ability (Kemampuan Diatas Rata-Rata)
Kemampuan diatas rata-rata yang dimaksud adalah kemampuan umum dan spesifik. Kemampuan umum yang kita kenal dengan Multiple Intelegence milik Daniel Gardner, seperti kemampuan verbal, musik, logika hitungan, spasial, dll. Sedangkan kemampuan spesifik merupakan spesifikasi dari kemampuan umum, yang terlihat dari kemampuannya dalam mengekspresikan pengetahuan alam kehidupan sehari-hari, seperti kemempuan dalam bidang kimia, metematika, komposisi musik, patung, fotografi, dan lain lain.
b. Task Commitment (Tanggung Jawab Kepada Tugas)
Seorang anak berbakat mempunyai tanggung jawab terhadap tugas yang diembannya, komitmen yang kuat terhadap tugas yang lahir dari dalam dirinya (motivasi intrinsik). Segala kemampuan dan keampuhan terhadap pekerjaan menjadi miliknya untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan secara moral. Dorongannya kuat untuk mencari alternatif penyelesaian tugas secara tuntas, walaupun banyak rintangan yang menghadang tetap berupaya untuk menyelesaikan secara baik walaupun situasi dan kondisi kurang mendukung.
Model Chon
Sanford J. Chon, yang berasal dari Arizona State University Temple (USA), juga percaya bahwa bukan kemampuan intelektual saja yang semata menandai keberbakatan. Motivasi untuk menggambarkan kemampuan itu juga sangat berpengaruh (Chon dalam Colangelo & David, 1991).
Cohn menyajikan suatu pendekatan yang disebut pendekatan multidimensional. Ia beranjak dari tiga klasifikasi kawasan, yaitu intelektual, artistic, dan sosial. Tiga kawasan itu ditambah lagi dengan kawasan kemanusiaan yang lain. Setiap kawasan terdiferensiasikan lagi dalam berbagai aspek.
Model Gagne
Perumusan Gagne tentang keberbakatan berbeda dari perumusan ahli lainnya, sebab amat membedakan keberbakatan intelektual (gifted) dan perolehan hasil belajar sekolastik, sedangkan keberbakatan yang lain (talented) terutama terkait dengan kualitas kepemimpinan, kinerja mekanik, keterampilan manipulatif dan ekspresi seni musik, literatur serta hubugan kemanusiaan dan kemajuan kemanusiaan lainnya (Khatena, 1992).
Pendekatan Sternberg didasarkan pada teori komponen intelegensi manusia. Stenberg menganalisis pengatasan masalah manusia (human problem solving) sebagai cakupan proses informasi elementer atau komponen, yang memiliki 5 fungsi, yaitu matematika, kinerja, perolehan, retensi, dan transfer (Kitano & Kirby, 1986).
Menurut Sternberg, teori keberbakatan intelektual harus dipahami dengan berfungsinya secara superior aktivitas dan umpan balik dari komponen informasi proses yang semuanya bisa dilatihkan.
MODEL
STERNBERG
Teori komponen Sternberg tentang proses informasi memiliki dua implikasi utama bagi keberbakatan intelektual, sebagai berikut:
Keberbakatan merupakan akses superior terhadap implementasi komponen informasi-proses, terutama dengan menggunakan umpan balik terhadap komponen lainnya.
Melatih orang untuk memperoleh informasi dan pelayanan implementasinya akan bisa menjadikan orang paling tidak lebih inteligen, atau menjadi berbakat (Kitano & Kirby, 1986).
4. Pengukuran Aspek Keberbakatan yang Lain
pengukuran kepemimpinan
identifikasi bakat seni rupa dan seni pertunjukan
pengukuran kreativitas
Pengukuran aspek keberbakatan yang lain, mencakup tiga hal, yaitu
1. Pengukuran Kepemimpinan
Foster (1981, dalam Khatena & Kirby, 1986) telah mencatat bahwa individu pemimpin seyogianya dapat ditandai dari tanggung jawabnya dalam mempertahankan dan mengubah proses sosial. Karenanya dapat diasumsikan, mereka pada umumnya dapat ditandai karena berprakarsa untuk mengambil tindakan tertentu dan menjadi penghubung yang baik antara kelompoknya dengan pihak luar kelompoknya dalam mencapai konsensus tertentu.
2. Identifikasi bakat seni rupa dan seni pertunjukan
Bakat seni rupa merupakan keunggulan dalam menggambar, melukis, memahat, dan berbagai ekspresi artistik lain yang dapat ditangkap oleh mata, sedangkan seni pertunjukan menunjuk pada keunggulan baik dalam musik instrumental maupun vokal, teater, dan tari.
Pada umumnya mereka yang berbakat seni termasuk unggul dalam arti keberbakatan intelektual, meskipun superioritas itu tak selalu tampak dalam tes yang mengukur IQ.
3. Pengukuran Kreativitas
Rogers (Kitano & Kirby, 1986) menjelaskan proses kreativitas yang menekankan produktivitas kreativitas adalah munculnya hasil ide yang diperoleh melalui interaksi antara keunikan individu dengan berbagai pengalamannya.
DAMPAK DARI ANAK BERBAKAT
Prestasi anak berbakat dapat ditinjau dari segi fisik, psikologis, akademik dan sosial.
Prestasi fisik yang dapat dicapai oleh anak-anak berbakat ialah mereka memiliki daya tahan tubuh yang prima serta koordinasi gerak fisik yang harmonis (French, 1959). Anak berbakat mampu berjalan dan berbicara lebih awal dibandingkan dengan masa berjalan anak-anak normal (Swanson, 1979).
Prestasi psikologis anak berbakat memiliki kemampuan emosi yang unggul dan secara sosial pada umumnya mereka adalah anak-anak yang populer serta lebih mudah diterima (Gearheart, Heward,1980).
Prestasi akademik, anak berbakat pada dasarnya memiliki sistem syaraf pusat (otak dan spinal cord) yang prima. Oleh karena itu anak-anak berbakat dapat mencapai tingkat kognitif yang tinggi. Menurut Bloom kognitif tingkat tinggi meliputi berfikir aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi dan kognitif tingkat rendah terdiri dari berfikir mengetahui dan komprehensif.
Dampak Positif
DAMPAK NEGATIF
Mampu mengaktualisasikan pernyataan secara fisik berdasarkan pemahaman pengetahuan yang sedikit.
Dapat mendominasi diskusi. Tidak sabar untuk segera maju ke tingkat berikutnya. Suka ribut. Memilih kegiatan membaca dari pada berpartisipasi
aktif dalam kegiatan masyarakat, atau kegiatan fisik. Suka melawan aturan, petunjuk-petunjuk atau prosedur
tertentu. Jika memimpin diskusi akan membawa situasi diskusi
ke situasi yang harus selalu tuntas. Frustasi disebabkan tidak jalannya aktivitas sehari-hari. Menjadi bosan karena banyak hal yang diulang-ulang.
TERIMA KASIH