BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perumahan adalah salah satu kebutuhan dasar manusia selain kebutuhan sandang dan pangan yang harus terpenuhi dan mempunyai pera yang sangat strategis dalam meningkatkan kesejahteraan manusia. Untuk mewujudkan kesejahteraan dan peningkatan taraf kehidupan dan penghidupan, maka perlu diusahakan secara optimal pemenuhan suplai perumahan yang terus defisit dibandingkan dengan akumulasi permintaan sesuai dengan pertambahan KK di Lhokseumawe
Salah satu upaya Pemerintah Lhokseumawe dalam memenuhi kebutuhan akan perumahan dengan melihat kendala seperti keterbatasan lahan dan harga yang tinggi , adalah dengan mengarahkan pembangunan perumahan yang berdaya guna yaitu dengan sistem perumahan yang vertikal dalam bentuk rumah susun.
B, MAKSUD DAN TUJUAN
MaksudMewujudkan kesejahteraan umum dan meningkatkan taraf hidup rakyat
dalam usaha pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok akan perumahan yang layak dengan harga yang terjangkau oleh daya beli masyarakat
Tujuan
Pembangunan perumahan dan pemukiman ditujukan untuk : 1. Memenuhi kebutuhan rumah sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, dalam
rangka peningkatan dan pemerataan kesejahteraan rakyat.2. Mewujudkan pemukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat, aman,
teratur.
3. Memberi arah pada pertumbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional.
4. Menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, budaya dan bidang lainnya.
B. DASAR PEMIKIRAN
A. Aspek-aspek dalam pembangunan Rumah Susun Rusunawa, adalah bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah horizontal maupun vertikal dan merupakan satuan-satuan yang masingmasing digunakan secara terpisah, status penguasaannya sewa serta dibangun dengan menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah dengan fungsi utamanya sebagai hunian.
Aspek-aspek dalam pembangungan Rusunawa antara lain: 1. Aspek Kontribusi Calon Penghuni
Dalam Inpres nomor 05/1990 tentang Peremajaan Pemukiman Kumuh di atas Tanah Negara, disebutkan bahwa dalam menentukan lokasi pemukiman kumuh yang akan diremajakan, disamping harus sesuai dengan Pola Dasar Rencana Pembangunan Daerah dan/atau Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), perlu ada pendekatan kepada masyarakat setempat agar masyarakat berperan secara aktif dalam proses peremajaan tersebut. Sedangkan dalam Kepmenpera nomor 06/KPTS/1994 tentang Pedoman Umum Pembangunan Perumahan Bertumpu Pada Kelompok, disebutkan bahwa pembangunan perumahan yang bertumpu pada masyarakat adalah pola pembangunan yang mendudukan masyarakat (individu/kelompok) sebagai pelaku utama dan penentu dimana semua keputusan dan tindakan pembangunan didasarkan pada aspirasi masyarakat, kepentingan masyarakat, Kemampuan masyarakat, Upaya masyarakat.
2. Aspek KeselamatanLampiran Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi menyebutkan struktur bangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi harus direncanakan secara terinci sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi strukturnya masih memungkinkan penghuni menyelamatkan diri. Rumah merupakan wadah/penampungan yang tujuan utamanya adalah meneduhi dan melindungi penghuni dan isinya.
3. Aspek Iklim
Di dalam lampiran Menteri Pekerjaan Umum nomor 05/PRT/M/2007 tentang Pedoman Teknis Pembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi dikatakan sebagai berikut
:a. Ventilasi Alami
Bangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan permanen, kisi-kisi pada pintu dan jendela dan/atau bukaan permanen yang dapat dibuka untuk kepentingan ventilasi alami.
b. Pencahayaan AlamiBangunan rusuna bertingkat tinggi harus mempunyai bukaan untuk pencahayaan alami yang optimal, disesuaikan dengan fungsi bangunan hunian dan fungsi masing-masing ruang di dalamnya. Pembangunan perumahan sangat berkaitan dengan iklim dimana bangunan tersebut dibangun.
4. Aspek BudayaRumah adalah suatu lembaga bukan hanya struktur, yang dibuat untuk berbagai
tujuan yang kompleks. Karena membangun suatu rumah merupakan suatu gejala budaya, maka bentuk dan pengaturan ini sangat dipengaruhi oleh budaya lingkungan pergaulan dimana bangunan tersebut berada.
5. Aspek KeterjangkauanSesuai PERMENPERA omor 18/PERMEN/M/2007 menyebutkan kriteria
penetapan tarif rusunawa harus terjangkau oleh masyarakat menengah bawah khususnya MBR dengan besaran tarif tidak lebih besar 1/3 dari penghasilan, sedangkan kriteri besaran tarif ditetapkan dengan diferensiasi dan subsidi silang antar kelompok tarif penghuni. Menurut Turner, permintaan efektif bila rumah tangga memiliki akses pilihan yang nyata dan seimbang antara harga dan pendapatan. Suatu keluarga dikatakan mampu membayar sewa rumah (ataupun angsuran sewa beli) jika persentase pengeluaran untuk sewa rumah ditambah biaya utilitas dasar, pajak dan asuransi adalah 20 sampai dengan 30% dari total pendapatan.
6. Ketersediaan Sarana dan PrasaranaPerumahan bukan merupakan tempat perlindungan atau hanya fasilitas
rumah tangga saja, tetapi terdiri dari sejumlah fasilitas, servis, dan utilitas yang menghubungkan individu dengan keluarganya untuk berkumpul dan bermasyarakat pada daerah yang tumbuh dan berkembang.
Kriteria Rusunawa yang Sesuai untuk Permukiman Kembali (Resettlement), antara lain:
a. Alasan utama masyarakat tinggal, yaitu karena dekat dengan tempat kerja. Lokasi hunian yang dekat dengan tempat kerja membuat penyewa lebih memilih berjalan kaki ke lokasi kerja. Hal ini dilakukan untuk menghemat pengeluaran. Dengan melihat kondisi ini, maka penempatan lokasi rusunawa harus berada dalam radius jangkauan pejalan kaki menuju tempat kerja dan tempat melakukan aktifitas harian.
b. Dalam menentukan luas hunian sebaiknya menggunakan luas hunian tempat asal sebagai luas minimum. Atau menggunakan standar luas Pusdiklat 7,2 m2/org atau standar Kepmen PU 9m2/org. Untuk mengatasi keberagaman luas hunian maka sebaiknya menggunakan modul fleksibel (kelipatan 3). Hunian perlu dilengkapi dengan fasilitas pribadi berupa ruang tidur, km/wc dan dapur.
c. Tingkat interaksi antar warga Rusunawa yang sangat tinggi.Untuk mengakomodasi kebiasaan ini, maka bentuk koridor yang bisa digunakan adalah koridor tengah. Koridor ini harus di bangun di semua lantai tingkatannya agar proses interaksi secara horisontal tetap terjaga. Lebar koridor tengah yang dapat diterapkan adalah 2,4 m (20% dari luas keseluruhan sarusunawa di masing-masing lantai). Sedangkan akses secara vertikal yaitu tangga yang berfungsi tidak hanya mempermudah penghuni berpindah dari lantai satu ke lantai lainnya (sebagai akses keluar-masuk) dengan berjalan kaki, tapi juga berfungsi sebagai tempat interaksi penghuni secara vertikal maupun horisontal. Untuk itu lebar tangga minimal dapat memuat 2 orang. Lebar tangga yang disyaratkan minimal 1,20 m. Di setiap lantai perlu juga disediakan ruang bersama, sebagai tempat sosialisasi.
c. Kondisi permukiman di lokasi penelitian, menunjukan semua hunian memiliki ventilasi. Untuk itu penghawaan di rusunawa harus memiliki bukaan permanen yang cukup besar menghadap arah ruang terbuka dan teras. Bukaan permanen udara paling sedikit adalah 5% dari luas lantai sarusunawa. Untuk penerangan alami, perlu penyediaan jendela-jendela yang besarnya cukup. Luas jendela paling sedikit 15% dari luas lantai sarusuna untuk menerangi ruang-ruang yang ada di dalamnya. Orientasi jendela dan ventilasi harus sama.
d. Jika dilihat penghasilan rata-rata, maka masyarakat pengguna rusunawa adalah mereka yang dikelompokkan ke dalam masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Untuk itu biaya sewa satuan rusunawa untuk setiap keluarga adalah maksimal sekitar 1/3 bagian dari pendapatan per bulan.
f. Dalam suatu lingkungan rusunawa harus tersedia prasarana untukmemberikan kemudahan bagi penghuni. Prasarana-prasarana yang harus disediakan antara lain berupa :1. Jalan
Klasifikasi jalan pada lingkungan rusunawa perlu disesuaikan dengan lokasi dimana rusunawa itu dibangun.2. Air Minum
Lingkungan rusunawa ini harus menyediakan sumber air bersih bagi penghuninya. Sumber air bersih ini sedapat mungkin disediakan per unit atau per lantai dan tidak secara sentral untuk seluruh area rusunawa. Kebutuhan air bersih dari tiap rumah tangga yaitu 100 liter/hari untuk setiap anggota keluarga, dengan kualitas jernih, tidak berasa dan tidak berbau.
3. Air LimbahLingkungan rusunawa harus memiliki sarana pengolahan air limbah, baik
yang berasal dari air bekas cucian, mandi ataupun kakus. Karena rusunawa memiliki fungsi yang hampir sama dengan perumahan, maka air limbah rumah tangga pengelolaannya cukup dengan menyediakan septic tank dan sumur resapan.4. Pembuangan Sampah
Dari hasil pengamatan, salah satu kebiasaan masyarakat tepian sungai adalah membuang sampah di sungai. Agar rusunawa tetap terjaga kebersihannya, maka sarana pembuangan sampah harus diperhitungkan dalam perencanaan dan perancangan rusunawa terkait dengan kesehatan lingkungan.5. Jaringan Listrik
Pada lingkungan rusunawa pasokan listrik diperhitungkan dengan standar minimal 450 VA per hunian.
B. Kendala-kendala dalam Pembangunan Rumah Susun :
1. Kendala pembiayaan.Hampir seluruh negara berkembang memiliki kemampuan ekonomi nasional
yang rendah atau sangat rendah. Sebagian besar anggaran biaya pemerintah yang
tersedia untuk pembangunan dialokasikan untuk kegiatan-kegiatan yang menunjang perbaikan ekonomi seperti industri, pertanian, pengadaan infrastruktur, pendidikan. Dan sebagainya. Anggaran pemerintah untuk pengadaan perumahan menempati prioritas yang rendah sehingga setelah dipakai untuk membayar makanan, pakaian, keperluan sehari-hari dan lainlain, hanya sedikit sekali yang tersisa untuk keperluan rumah. Sementara itu harga rumah terus meningkat sehingga pendapatan penduduk semakin jauh di bawah harga rumah yang termurah sekalipun.
2. Kendala ketersediaan dan harga lahan.Lahan untuk perumahan semakin sulit di dapat dan semakin mahal, di luar
jangkauan sebagian besar anggota masyarakat. Meskipun kebutuhan lahan sangat mendesak, terutama untuk pengadaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah, usaha-usaha positif dari pihak pemerintah di negaranegara berkembang untuk mengatasi masalah tersebut belum terlihat nyata. Mereka cenderung menolak kenyataan bahwa masyarakat berpenghasilan rendah memerlukan lahan untuk perumahan dalam kota dan mengusahakan lahan untuk kepentingan mereka.
3. Kendala ketersediaan prasarana untuk perumahan.’Ketersediaan prasarana untuk perumahan seperti jaringan air minum,
pembuangan air limbah, pembuangan sampah dan transportasi yang merupakan persyaratan penting bagi pembangunan perumahan. Kurangnya pengembangan prasaranan, terutama jalan dan air merupakan salah satu penyebab utama sulitnya pengadaan lahan untuk perumahan di daerah perkotaan.
4. Kendala bahan bangunan dan peraturan bangunan.Banyak negara berkembang belum mampu memproduksi bahan-bahan
bangunan tertentu seperti semen, paku, seng gelombang , dan lain-lain. Barang-barang tersebut masih perlu diimpor dari luar negeri sehingga harganya berada di luar jangkauan sebagian besar anggota masyarakat. Selain itu, banyak standar dan peraturan-peraturan bangunan nasional di negara-negara berkembang yang meniru negara-negara maju seperti Inggris, Jerman, atau Amerika Serikat yang tidak sesuai dan terlalu tinggi standarnya bagi masyarakat negara-negara berkembang. Kedua hal tersebut menyebabkanvpengadaan rumah bagi atau oleh masyarakat berpenghasilan rendah sulit untuk dilaksanakan.
C. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Terlampir
D. JUDUL PERANCANGAN
Dalam menyelesaikan proses tugas PERANCANGAN PERUMAHAN DAN PEMUKIMAN ini, penulis berusaha merangkum semua hasil rancangan yang telah dibuat. Laporan ini dibuat untuk memberikan gambaran dan konsep dari perancangan RUMAH SUSUN LHOKSEUMAWE ini kepada dosen pembimbing dan rekan-rekan mahasiswa arsitektur pada umumnya
E. SPESIFIKASI TEKNIS PROYEKRencana pembangunan RUMAH SUSUN LHOKSEUMAWE ini berada di
jalan Merdeka, Lhokseumawe dengan luas lahan kurang lebih 2 hektar. Pembangunan rumah susun ini di peruntukkan untuk masyarakat sekitar demi memenuhi kehidupan yang layak.
F. KERANGKA PIKIR
1.Permasalahan Terbatasnya lahan Mahalnya harga tanah Banyaknya jumlah penduduk Rumah yang tidak layak huni
2. AnalisisDengan dibangunnya Rumah susun, permasalahan yang ada akan teratasi,
sebab tidak perlu lahan yang luas untuk membangun rumah susun ini3. Konsep Perancangan
Konsep perancangan rumah susun ini adalah, semua aktivitas dan kebutuhan penghuni akan diterapkan dilingungan kawasan pemukiman ini.
BAB II
PEMBAHASAN DESIGN
A. Kebutuhan ruang
Privat
Rumah ( kamar tidur, kamar mandi, ruang keluarga serta ruang tamu, ruang
jemur dan dapur )
Sosial
Masjid.
Puskesmas.
Kantor kepala desa.
Sekolah.
1. Sekolah TK
2. Sekolah dasar (SD)
kantin
Pos satpam.
Ruang terbuka hijau.
Lapangan olahraga
B. Fasilitas dan Besaran ruang.
Fasilitas utama Rumah
Dengan jumlah rumah yang telah ditentukan berkisar 1000 unit, dan dari
jumlah tersebut dibagi dalam tiga kelompok
Kelompok atas ( TIPE 45 )
Kelompok menengah ( TIPE 36 )
Kelompok bawah ( TIPE 24 )
Dari kelompok tersebut dibuat perbandingan 1 : 2 : 3 = 1000 unit
Sehingga diperoleh hasil 160 : 320 : 520= 100 unit.
Namun dengan hasil dari penyusunan denah hasil yang di peroleh adalah
160 : 320 : 500 = 980 unit rumah.
Dari pembagian tiga kelompok tersebut maka untuk kebutuhan ruang
masing-masing kelompok ialah:
Kelompok atas ( TIPE 45 ) dengan jumlah rumah 160 unit, sehingga
kebutuhan besaran ruangnya ialah:
45m2 x 160 unit = 7.200 m2
Untuk rumah type ini di bangun dalam satu gedung dengan 10 lantai
sehingga jumlah rumah yang ada tiap lantainya adalah:
160 unit / 10 lantai = 16 unit rumah per lantai.
Ukuran gedung TIPE ialah: 78,70 m x 29.5m= 2.324m2 setiap
lantainya, sehingga untuk 10 lantai = 23.240 m2 . dengan luas untuk
rumahnya 7.200 m2 . jadi untuk luas area parkir dan ramnya adalah:
23.240 m2 - 7.200 m2 = 16.040m2
Kelompok menengah ( tipe 36) dengan jumlah rumah 320 unit, sehingga
kebutuhan besaran ruangnya ialah:
36m2 x 320 unit = 11.520 m2
Untuk rumah tipe ini di bangun dalam satu gedung dengan 10 lantai
sehingga jumlah rumah yang ada tiap lantainya adalah:
320 unit/ 10 lantai = 32 unit rumah per lantai.
Ukuran gedung type 36 ialah: 60.5m x 71.80m= ( ada void sehingga
luasnya 5820 m2 setiap lantainya, sehingga untuk 10 lantai = 58.200m2 .
jadi untuk luas area parkir dan ramnya adalah: 58.200 m2 – 11.520m2 =
46.680 m2
Kelompok bawah ( TIPE 24 ) dengan jumlah rumah 500 unit, sehingga
kebutuhan besaran ruangnya ialah:
24m2 x 500 unit = 12.000 m2
Untuk rumah tipe ini di bangun dalam satu gedung dengan 10 lantai
sehingga jumlah rumah yang ada tiap lantainya adalah:
(500 unit / 10 lantai = 50 unit rumah per lantai.
Ukuran gedung type 24 ialah: 54.5m x 88.5m= ( bentuk bangunan tidak
petak sehingga didapat 2900 m2 setiap lantainya, sehingga untuk 10
lantai = 29000m2 . jadi untuk luas area sirkulasi adalah: 29.000 m2 –
1.200m2 = 17.000m2
Fasilitas pendukung
1. Masjid
Dengan mengambil jumlah yang tinggal di komplek rumah susun ini
maka:
tipe 45 x 6 orang = (160 unit x 6 orang = 960 orang)
tipe 36 x 4 orang =( 320 unit x 4 orang = 1.280 orang )
tipe 24 x 2 orang = (500 unit x 2 orang = 1000 orang )
total = 3.240 orang
Dari jumlah itu dikurang 50% untuk perbedaan orang dewasa dan anak-
anak/remaja: 3.240 orang x 50% = 1.620 orang. Setelah itu dari 1.620
orang itu di kurangi lagi 30% untuk yang non muslim: 1.620 orang x 30% =
486 orang. Kemudian dikurangi 50% untuk wanita karena dalam islam wanita
tidak dituntut untuk ikut berjamaah di masjid dalam melaksanakan shalat
fardu namun tidak dilarang juga. Akan tetapi banyak hadits yang
menjelaskan bahwa wanita lebih baik shalat dirumah masing-masing dari
pada shalat di masjid. Sehingga:
486 orang x 50% = 243 orang. Dan dari jumlah tersebut dikurangi lagi 50 %
orang tidak shalat di masjid (malas) berjamaah dan orang yang memang
tidak melaksanakan shalat:
243 orang x 50% = 121 orang yang kemungkinan akan shalat di masjid.
Kita ambil standart untuk melaksanakan shalat, satu orang memerlukan
ruang 0.6 m x 1.3 m = 0.78 m2 . sehingga ruang yang dibutuhkan untuk
keseluruhan ialah 121 orang x 0.78 m2 = 94.38 m2 (minimal). Sehingga
ukuran masjid yang akan di buat ialah 20m x20m =400 m2.
Luas 400 m2 agar ketika ada acara islami, bias digunakan orang banyak,
misalnya idul adha, idhul fitri maupun maulid nabi.
2. Puskesmas dan kantor kepala desa
Puskesmas dan kantor kepala desa berada di samping masjid dengan
ukuran masing-masing 10mx6m
3. Sekolah
Karena anak-anak dibawah usia 13 tahun dalam standart 17% dari
jumlah populasi sehingga : 3.240 orang x 17% = 550 orang. Kemudian dari
jumlah itu dikurangi lagi 50% untuk yang masih balita : 550 orang x 50% =
275 orang dari jumlah tersebut di buat perbandingan antara usia yang SD
dengan yang masih TK:
2 : 1 = 180 : 95 jadi untuk usia yang masih SD=180 orang dan untuk usia TK
= 95 orang
Maka’:
a. Untuk SD,
standart kebutuhan ruang perorang dalam kelas adalah 1m x 1,2
m = 1,2 m2 .jadi 180 orang x 1,2m2 = 216 m2
Sedangkan untuk ruang guru di asumsikan 6m x12 m = 72m2.
masing-masing di asumsikan 6m x 6m = 36m2 jadi luas ruang
yang dibutuhkan untuk SD adalah:(36m2 x 12) + 216 m2= 648m2
b. Sekolah TK
Untuk TK dengan jumlah 98 orang tidak semua anak mau sekolah
TK. Dan tidak semua orang tua serta-merta memasukkan anaknya
ke suatu sekolah TK, bisa jadi mereka akan measukkan anaknya
kesekolah TK yang lebih dekat dengan tempat kerjanya karena
bisa jadi sebagian dari warga Rumah susun tersebut bekerja
diluar komplek tersebut. Sehingga dari jumlah diatas dikurangi lagi
50%. maka:
98 orang x 50% = 95 orang. Dan untuk anak TK yang suka
bermain Standart kebutuhan ruang perorang adalah 1,2m x 1,5m=
1,8m2. Sehingga 32 orang x 1,8m2 = 57.6 m2
Untuk ukuran sekolah TK yang gabung dengan SD adalah : 12m x
6m = 72m2 + wc(4x8m x 1,35m =43,2m2). Sehingga 72m2 +
43,2m2 =115.2m2
4. Pos satpam
Diasumsikan 4m X 4m = 16m2
5. Pasar
Warung 4x18 = 72
Kedai 4x 18 = 72 m2
6. Ruang terbuka hijau
Besaran RTH merupakan sisa lahan yang tidak terpakai
BAB IIIPENUTUP
A. KesimpulanBerdasarkan hasil pembahasan dan penelitian sebagaimana telah di uraiakan
pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pembangunan rumah susun sederhana sewa (rusunawa) harus memperhatikan beberapa aspek, yakni :
1. Aspek Kontribusi Calon PenghuniDalam menentukan lokasi pemukiman kumuh yang akan diremajakan,
disamping harus sesuai dengan Pola Dasar Rencana Pembangunan Daerah dan/atau Rencana Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), perlu ada pendekatan kepada masyarakat setempat agar masyarakat berperan secara aktif dalam proses peremajaan tersebut.
2. Aspek KeselamatanPembangunan Rumah Susun Sederhana Bertingkat Tinggi menyebutkan
struktur bangunan rumah susun sederhana bertingkat tinggi harus direncanakan secara terinci sehingga pada kondisi pembebanan maksimum yang direncanakan, apabila terjadi keruntuhan kondisi strukturnya masih memungkinkan penghuni menyelamatkan diri.
3. Aspek Iklim4. Aspek Budaya
Rumah adalah suatu lembaga bukan hanya struktur, yang dibuat untuk berbagai tujuan yang kompleks. Karena membangun suatu rumah merupakan suatu gejala budaya, maka bentuk dan pengaturan ini sangat dipengaruhi oleh budaya lingkungan pergaulan dimana bangunan tersebut berada.
7. Aspek KeterjangkauanPenetapan tarif rusunawa harus terjangkau oleh masyarakat menengah bawah
khususnya MBR dengan besaran tarif tidak lebih besar 1/3 dari penghasilan, sedangkan kriteri besaran tarif ditetapkan dengan diferensiasi dan subsidi silang antar kelompok tarif penghuni.
5. Ketersediaan Sarana dan PrasaranaPerumahan bukan merupakan tempat perlindungan atau hanya fasilitas
rumah tangga saja, tetapi terdiri dari sejumlah fasilitas, servis, dan utilitas yang menghubungkan individu dengan keluarganya untuk berkumpul dan bermasyarakat pada daerah yang tumbuh dan berkembang.
B. Saran
a. Diharapkan pada masa yang akan datang baik pemerintah maupun perusahaan swasta dalam melakukan pembangunan Rusunawa dapat terlebih dahulu memperhatikan aspek-aspek dalam pembangunan.
b. Diharapkan juga pembangunan Rusunawa akan lebih efketif dan efisien baik bagi pemerintah maupun masyarakat.
LAPORAN
PENELITIAN ARSITEKTUR
ANALISA PERANCANGAN RUMAH SUSUN LHOKSEUMAWE
DISUSUN OLEH
LOWSIGIN 120160031 VI-B
FAKULTAS TEKNIK
TEKNIK ARSITEKTUR
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH