ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
UMUM SYARIAH HASIL SPIN-OFF DAN BANK UMUM
SYARIAH HASIL AKUISISI PERIODE 2014-2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Zulisa Maulida
NIM. 11140850000014
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018 M
ii
ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK
UMUM SYARIAH HASIL SPIN-OFF DAN BANK UMUM
SYARIAH HASIL AKUISISI PERIODE 2014-2016
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Zulisa Maulida
NIM. 11140850000014
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439/2018 M
iii
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Rabu, 11 April 2018 telah dilakukan ujian skripsi atas mahasiswa/i:
1. Nama : Zulisa Maulida
2. NIM : 11140850000014
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah Hasil Spin-Off dan Bank Umum Syariah Hasil
Akuisisi Periode 2014-2016
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama ujian skripsi. Maka diputuskan bahwa mahasiswa/I tersebut
dinyatakan LULUS dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univers itas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 Mei 2018
1. Cut Erika Ananda Fatimah, SE.,M.B.A
NIP. 197410182014112001 Ketua
2. Umiyati, SE.I, M.Si ( )
NIDN. 2020047903 Sekretaris
3. Umiyati, SE.I, M.Si ( )
NIDN. 2020047903 Dosen Pembimbing I
4. YukeRahmawati, S.Ag., M.A.
NIP. 197509032007012023
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
(Curriculum Vitae)
I. Data Pribadi
Nama : Zulisa Maulida
Tempat &Tanggal Lahir : Tangerang, 18 Juli 1996
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jalan Inpres Gg. E No. 20 RT.009 RW.002
Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, Jakarta
12270
Telepon : 081297734822
Email : [email protected]
II. Pendidikan Formal
2001-2001 : TK Tunas Bangsa
2002-2008 : SD Negeri 05 Pagi Petukangan
2008-2011 : SMP Negeri 110 Jakarta
2011-2014 : SMA Negeri 90 Jakarta
2014-2018 : Strata 1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
III. Pengalaman Organisasi
Sekretaris Ninety Cup 2013
Kesekretariatan Islamic Banking Days (IBDAYS) 2015
Kesekretariatan Islamic Banking Days (IBDAYS) 2016
IV. PengalamanKerja
Karyawan Magang Bank BRI Syariah Cabang Pembantu Meruya 2017
vii
ABSTRACT
This research is a quantitative study that compares the financial
performance of Sharia Commercial Bank spin-off results and Sharia
Commercial Bank acquisition results. This research used BJB Syariah Bank
and BNI Syariah Bank as a sample from Syariah Bank of spin-off result
while Bank BRI Syariah and Bank BCA Syariah as sample from Sharia
Public Bank of acquisition result. This research uses annual data for the
period 2014-2016. Data analysis technique used is different test by using
hypothesis test Independent Sample T-Test and Mann Whitney processing
through SPSS 24 previously tested normality with Kolomogrov-Smirnov to
determine whether the data is normally distributed or not distributed
normally. The results of this study proves that there is no significant
difference between the financial performance of Sharia Commercial Bank
and spin-off of Shariah Bank acquisition in the ratio of CAR, NPF, ROA,
ROE, BOPO, and FDR.
Key Word: Financial Performance, Spin-Off, Acquisition
viii
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif yang membandingkan kinerja keuangan
Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah hasil akuisisi.
Penelitian ini menggunakan Bank BJB Syariah dan Bank BNI Syariah sebagai
sampel dari Bank Umum Syariah hasil spin-off sedangkan Bank BRI Syariah dan
Bank BCA Syariah sebagai sampel dari Bank Umum Syariah hasil akuisisi.
Penelitian ini menggunakan data tahunan periode 2014-2016. Teknik analisis data
yang digunakan adalah uji beda dengan menggunakan uji hipotesis Independent
Sample T-Test danMann Whitney yang pengolahannya melalui SPSS 24 yang
sebelumnya dilakukan uji normalitas dengan Kolomogrov-Smirnov untuk
menentukan apakah data terdistribusi normal atau tidak terdistribusi normal. Hasil
penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kinerja keuangan Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah hasil
akuisisi dalam rasio CAR, NPF, ROA, ROE, BOPO, dan FDR.
Kata Kunci :Kinerja keuangan, Spin-off, Akuisisi
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SubhanahuwaTa’ala yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesa ikan
skripsi yang berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah Hasil Spin-Off dan Bank Umum Syariah Hasil Akuisisi Periode 2014-
2016”. Shalawat serta salam tidak lupa tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad
Shallallahu Aalaihi wa Sallam beserta keluarga dan para sahabatnya.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari bahwa keberhasilan yang
diperoleh bukanlah semata-mata hasil penulis sendiri, melainkan berkat bantuan,
dorongan, bimbingan, dan pengarahan dari pihak lain. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis Bapak Syahrir dan Ibu Iis Widaningsih, yang tidak
pernah lelah memberikan semangat, dorongan, dan do’a yang tidak pernah
putus. Terima kasih atas jasa yang tidak akan mungkin terbayar sampai
kapanpun.
2. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc .,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini
sebagai syarat meraih gelar Sarjana Ekonomi.
3. Ibu Cut Erika Fatimah, S.E.,M.B.A. selaku Ketua Program Studi
Perbankan Syariah dan Ibu Fitri Damayanti, S.E.,M.Si selaku Sekretaris
Jurusan Program Studi Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu
pemenuhan berkas-berkas administrasi penulis.
4. Bapak Ade Suherlan, SE.,M.B.A. selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah membimbing penulis selama masa studi.
5. Ibu Umiyati, SE.I, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
meluangkan waktu, tenaga, dan ilmu untuk membimbing penulis selama
proses pengerjaan skripsi dari awal hingga selesai.
x
6. Bapak/Ibu dosen dan sifitas akademik Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik,
membimbing dan mengajarkan ilmu serta akhlak yang tidak ternila i.
Semoga selalu diberikan rahmat dan karunia dari Allah
SubhanahuwaTa’ala.
7. Untuk keluargaku tersayang Bi Dede, Cahya, Rian, Dhella, Tante Dewi,
Om Idir, Raffi, Sarifa, Mbun, Azarine, terkhusus Bismo yang turut
memberikan do’a, nasihat, serta semangat.
8. Untuk teman-teman seperjuangan terkhusus Vicka, Lita, Rahmi, Almira,
Arinda, Lulu, Lavena, Dewi, Qisthi. Terima kasih sudah bersedia
direpotkan, tanpa kalian ini tidak berarti apa-apa.
9. Teman-teman KKN Liga Cerdik 53 khususnya Bella dan Rere. Terima
kasih atas pengalaman dan hiburan yang selalu diberikan.
10. Untuk teman-teman Perbankan Syariah B 2014, semangat berjuang.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala selalu memudahkan setiap langkah
kita.
11. Semua pihak yang terlibat sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
ini dengan baik dan benar.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Dengan
segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran, masukan, arahan, maupun
kritik untuk menjadikan skripsi ini lebih baik. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi khazanah keilmuan.
Jakarta, 23 April 2018
Zulisa Maulida
NIM. 11140850000014
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI...................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN KOMPREHENSIF.................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH .............................v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP..............................................................................vi
ABSTRACT ...........................................................................................................vii
ABSTRAK............................................................................................................viii
KATA PENGANTAR ...........................................................................................ix
DAFTAR ISI ..........................................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1
A. Latar Belakang ......................................................................................1
B. Identifikasi Masalah ............................................................................12
C. Batasan Masalah..................................................................................12
D. Rumusan Masalah ...............................................................................13
E. Tujuan Penelitian.................................................................................13
F. Manfaat Penelitian...............................................................................14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................15
A. Landasan Teori ....................................................................................15
1. Pengertian Kinerja Keuangan........................................................15
2. Analisis Kinerja Keuangan............................................................17
3. Spin-Off.........................................................................................26
4. Akuisisi..........................................................................................32
5. Penelitian Deskriptif-Komparatif ..................................................37
B. Penelitian Sebelumnya ........................................................................39
C. Kerangka Pemikiran ............................................................................44
D. Hipotesis ..............................................................................................45
xii
BAB III METODELOGI PENELITIAN ...........................................................47
A. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................47
B. Populasi dan Sampel Penelitian ..........................................................48
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................50
D. Metode Analisis Data ..........................................................................52
E. Operasional Variabel Penelitian ..........................................................56
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN .......................................................59
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian........................................59
1. Sejarah Perbankan Syariah ............................................................59
2. Bank BJB Syariah .........................................................................62
3. Bank BNI Syariah .........................................................................64
4. Bank BRI Syariah..........................................................................65
5. Bank BCA Syariah ........................................................................67
B. Analisis Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Hasil Spin-Off dan Hasil Akuisisi.......................................................68
1. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)......................................68
2. Variabel Non Performing Financing (NPF)..................................70
3. Variabel Return on Assets (ROA) .................................................71
4. Variabel Return on Equity (ROE) .................................................72
5. Variabel Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO)..........................................................................................74
6. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR) .................................75
C. Pengujian Hipotesis.............................................................................77
1. Uji Normalitas (One Sample Kolomogrov-Smirnov) ....................77
2. Uji Independent Sample T-Test .....................................................80
3. Uji Mann-Whitney Test (U-Test)...................................................85
D. Interpretasi...........................................................................................89
BAB V PENUTUP ................................................................................................94
A. Kesimpulan..........................................................................................94
B. Saran ....................................................................................................94
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................95
xiii
LAMPIRAN ..........................................................................................................97
xiv
DAFTAR TABEL
1.1 Nama Bank Umum Syariah dan Cara Pendirian ................................................4
1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah Hasil Spin-Off dan Hasil Akuisisi .......5
3.1 Populasi Penelitian pada BUS di Indonesia .....................................................48
3.2 Proses Pengambilan Sampel Penelitian............................................................50
3.3 Sampel Penelitian .............................................................................................50
3.4 Operasional Variabel Penelitian .......................................................................53
4.1 Capital Adequacy Ratio (CAR) Tahun 2014-2016 ..........................................69
4.2 Non Performing Financing (NPF) Tahun 2014-2016......................................70
4.3 Return on Assets (ROA) Tahun 2014-2016 .....................................................71
4.4 Return on Equity (ROE) Tahun 2014-2016 .....................................................73
4.5 Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO) Tahun 2014-2016 .74
4.6 Financing to Deposit Ratio (FDR) Tahun 2014-2016 .....................................76
4.7 Hasil Uji Normalitas Data (Spin-off) ..............................................................78
4.8 Hasil Uji Normalitas Data (Akuisisi) ...............................................................78
4.9 Ringkasan Hasil Uji Kolomogrov-Smirnov......................................................79
4.10 Independent Samples Test (CAR) ..................................................................81
4.11 Independent Samples Test (NPF) ...................................................................83
4.12 Independent Samples Test (FDR)...................................................................84
4.13 Mann-Whitney U (ROA) ................................................................................86
4.14 Mann-Whitney U (ROE).................................................................................87
4.15 Mann-Whitney U (BOPO) ..............................................................................87
4.16Hasil Uji Beda SetiapVariabel ........................................................................88
xv
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kerangka Pemikiran .........................................................................................44
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Rasio Variabel Penelitian ..........................................................97
Lampiran 2: Statistik Deskriptif .............................................................................98
Lampiran 3: Uji Normalitas (One Sample Kolomogrov-Smirnov).......................100
Lampiran 4: Uji Independent Sample T-Test .......................................................101
Lampiran 4: Uji Mann-Whitney Test (U-Test) .....................................................102
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan bank umum syariah di Indonesia belakangan ini berjalan
cukup pesat. Statistik perbankan syariah menunjukkan bahwa hingga tahun
2007 telah ada 3 (tiga) BUS dan 26 UUS. Dengan total aset sebesar 36
Triliun dan DPK 28 Triliun. Ini merupakan perkembangan yang cukup pesat
jika dibandingkan data statistik pada tahun 2003 dengan jumlah BUS
sebanyak 2 (dua) dan UUS sebanyak 8 (delapan). Dengan total aset 7,8
Triliun dan DPK sejumlah 5,7 Triliun pada tahun 2003. Peningkatan ini
dipandang baik oleh pemerintah dan DPR sebagai pihak yang
berkepentingan dalam mengembangkan sektor ekonomi di Indonesia
sehingga menerbitkan Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah telah mewajibkan Bank Umum Konvensional (BUK)
untuk melakukan pemisahan terhadap Unit Usaha Syariah (UUS) agar
berdiri sendiri menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Hal tersebut
diungkapkan lebih jelas dalam Undang-Undang tersebut pasal 68 ayat 1
yang berbunyi sebagai berikut.
“Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah yang
nilai asetnya telah mencapai paling sedikit 50% (lima puluh persen) dari
total nilai aset bank induknya atau 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya
2
Undang-Undang ini, maka Bank Umum Konvensional yang dimaksud wajib
melakukan pemisahan Unit Usaha Syariah tersebut menjadi Bank Umum
Syariah” (UU No. 21 Tahun 2008 Pasal 68, Ayat 1).
Ada beberapa cara pemisahan yang dilakukan oleh Bank Konvensiona l
yaitu Spin-Off, Akuisisi, Konversi dan ada pula dengan cara mengkonvers i
lalu spin-off. Beberapa cara pemisahan diatas didukung dengan peraturan-
peraturan seperti ketentuan mengenai kewajiban pemisahan ini juga
didukung dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/14/PBI/2013 tentang
perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/10/PBI/2009 tentang
Unit Usaha Syariah. Dalam penjelasan peraturan tersebut terdapat
pemaparan seperti berikut.
“Kewajiban Bank Indonesia untuk menganalisis permodalan Bank
Umum Konvensional adalah bertujuan untuk mengukur kemampuan modal
Bank Umum Konvensional dalam rangka penyertaan modal pada Bank
Usaha Syariah hasil pemisahan (spin-off) Unit Usaha Syariah yang harus
dilakukan paling lambat Juli 2023” (PBI 15/14/PBI/2013).
Alasan yang melatarbelakangi munculnya ide pemisahan (spin-off)
antara lain, sebagai berikut (Nasuha, 2012): Pertama, restrukturisas i
perusahaan yang di prakarsai oleh perusahaan induk. Mereka sering
menjalankan sesuai konsekuensi restrukturisasi. Perusahaan induk memberi
dukungan dan dorongan semangat kepada pengusaha baru. Kedua, dalam
rangka pendirian usaha baru yang dijalankan oleh satu atau beberapa orang,
3
dengan memanfaatkan pengalaman yang diperoleh dari pengalaman
perusahaan induk.
Lalu untuk pemisahan Bank Umum Syariah melalui cara akuisis i,
merger, dan konsolidasi diatur oleh Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun
1999 tanggal 7 Mei 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank
serta didukung dengan Surat Keputusan Direksi Ban Indonesia No.
32/51/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Persyaratan dan Tata Cara
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank Umum.
Pemikiran akan mengemukanya kecenderungan baru pembentukan
BUS melalui akuisisi ini, mengingat adanya faktor-faktor yang
menguntungkan, baik bagi pihak yang mengakuisisi maupun pihak yang
diakuisisi. Pihak pengakuisisian akan memperoleh keuntungan, antara lain
berupa : kepemilikan atas bank yang sudah besar, tanpa harus terlebih
dahulu membuat dan membesarkannya; tidak perlu lagi mengurus perizinan
pendirian bank baru; dan langsung dapat mengambil sistem yang sudah
berjalan tanpa perlu pengadaan alat-alat perlengkapan baru, tenaga kerja
baru dan sebagainya. Keuntungan yang akan diterima bank terakuisis i,
berupa suntikan dana dan peningkatan image bank yang bersangkutan.
(Munir, 2001)
Dan cara pemisahan terakhir ini dilakukan dengan cara konversi. Proses
konversi bank konvensional menjadi bank syariah secara teknis tidak
dijumpai dalam UU No.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan. Ketentuan
mengenai konversi secara teknis dijumpai dalam Peraturan Bank Indonesia
4
No.8/3/PBI/2006 yang intinya mengatakan bahwa bank hanya dapat
mengubah kegiatan usahanya menjadi bank yang melaksanakan kegiatan
usaha berdasarkan Prinsip Syariah Dengan Izin Gubernur Bank Indonesia.
Dari 13 Bank Umum Syariah (BUS) saat ini yang sudah beroperasi, 8
BUS diantaranya adalah 2 BUS hasil Spin-Off UUS, 4 BUS hasil akuisisi,
4 BUS hasil konversi, 2 BUS kombinasi konversi bank konvensional dan
spin-off UUS, sedang 1 BUS hasil pendirian dari awal. Berikut ini adalah
daftar Bank Umum Syariah (BUS) berdasarkan cara pendiriannya.
Tabel 1.1
Nama Bank Umum Syariah dan Cara Pendirian
No. Nama Bank Umum Syariah Cara Pendirian
1. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk Pendirian dari awal
2. PT. Bank Jabar Banten Syariah Spin-Off UUS BJB
3. PT. BNI Syariah Spin-Off UUS BNI
4. PT. Bank Syariah Mandiri Konversi PT. Bank
Susila Bakti
5. PT. Bank Mega Syariah Indonesia Konversi PT. Bank
Umum Tugu
6. PT. Bank BRI Syariah Akuisisi PT. Bank Jasa
Arta
7. PT. Bank Syariah Bukopin Akuisisi PT. Bank
Persyarikatan Indonesia
8. PT. Bank Panin Dubai Syariah, Tbk Akuisisi PT. Bank Harfa
9. PT. Bank Victoria Syariah Konversi PT. Swaguna
10. PT. BCA Syariah Akuisisi PT. Bank UIB
11. PT. Maybank Syariah Indonesia Konversi PT. Bank
Maybank Indocorp
12.
PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional
Syariah
Konversi PT. Bank
Sahabat Purbadanarta
dan Spin-off UUS BTPN
13. PT. Bank Aceh Syariah Konversi PT. Bank Aceh
dan Spin-off Bank Aceh
Sumber: website masing-masing Bank Umum Syariah
5
Table 1.2
Rasio Keuangan Bank Umum Syariah
Hasil Spin-off dan Hasil Akuisisi
Rasio Hasil Spin-off Hasil Akuisisi
2014 2015 2016 2014 2015 2016
CAR 16,02% 19,00% 16,58% 21,24% 24,12% 28,66%
NPF 3,40% 3,68% 3,68% 2,35% 2,78% 2,53%
ROA 0,99% 0,84% -3,32% 0,44% 0,88% 1,02%
ROE 7,28% 6,15% -18,55% 1,67% 4,71% 5,45%
BOPO 90,40% 94,20% 105,22% 96,33% 93,14% 91,76%
FDR 88,31% 98,34% 91,65% 92,55% 87,78% 85,76%
Sumber: Data diolah
Dari tabel 1.2 menunjukkan rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) Bank
Umum Syariah periode 2014-2016 hasil spin-off ditahun 2014 sebesar
16,02% kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan 2,98% menjadi
19,00% dan mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar 2,42% menjadi
16,58%. Sedangkan Bank Umum Syariah hasil akuisisi pada tahun 2014
sebesar 21,24% kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2015 sebesar
2,88% menjadi 24,12% dan terus mengalami kenaikan yang pada tahun
2016 yaitu sebesar 4,54% menjadi 28,66%.
Untuk CAR pada BUS hasil spin-off maupun akuisisi masih dapat
dikatakan baik karena rasio CAR lebih tinggi dari kinerja perbankan syariah
untuk rasio kecukupan modal tahun 2016 sebesar 15,95%. Hal ini
dikarenakan pada BUS hasil spin-off yaitu Bank BJB Syariah dan Bank BNI
Syariah mendapatkan injeksi modal dari perusahaan induk sedangkan untuk
BUS hasil akuisisi yaitu Bank BRI Syariah dan Bank BCA Syariah masih
mencukupi untuk mendukung pertumbuhan bisnis dan belum memilik i
6
rencana untuk melakukan penambahan dan/atau perubahan modal.
(Laporan Tahunan Bank Umum Syariah, 2016)
Untuk rasio Non Performing Financing (NPF)-Gross Bank Umum
Syariah periode 2014-2016 hasil spin-off ditahun 2014 sebesar 3,405%
kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 0,28% menjadi
3,685% dan tetap stabil di tahun 2016 sebesar 3,68%. Sedangkan Bank
Umum Syariah hasil akuisisi pada tahun 2014 sebesar 2,35% kemudian
sedikit mengalami kenaikan pada tahun 2015 sebesar 0,21% menjadi 2,78%
dan mengalami sedikit penurunan pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,25%
menjadi 2,53%. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor
9/24/DPbs tahun 2007, tujuan dari rasio NPF adalah untuk mengukur
tingkat permasalahan pembiayaan yang dihadapi oleh bank. Semakin tinggi
NPF, menunjukkan kualitas pembiayaan yang dimiliki bank umum syariah
tersebut yang semakin buruk dikarenakan tingginya jumlah pembiayaan
bermasalah.
Non Performing Financing (NPF)-Gross pada BUS hasil spin-off dan
hasil akuisisi menunjukkan kenaikan setiap tahunnya dikarenakan kendala
utama yang dihadapi yaitu ketidakstabilan perekonomian Indonesia akibat
lesunya perekonomian global yang berdampak pada bisnis nasabah
pembiayaan sehingga kondisi keuangan nasabah menurun. Hal ini juga
disampaikan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia Ronald Wass bahwa
kondisi perekonomian global saat ini (2016) cenderung bias kebawah,
sebagai dampak pemulihan ekonomi global yang masih cenderung lambat.
7
Untuk menyikapi kondisi tersebut salah satu BUS hasil spin-off melakukan
strategi yaitu dengan memperbaiki struktur pendanaan diantaranya dengan
meningkatkan komposisi CASA dalam rangka menurunkan Cost of Fund
dan mengurangi potensi ketidaksesuaian antara arus kas yang masuk dengan
arus kas yang keluar (mismatch) pendanaan, melakukan perbaikan
manajemen pricing, serta melakukan optimalisasi portopolio pembiayaan
yang sehat dengan memperhatikan prudential banking serta mengelola dan
mengendalikan perfoming financing. (Laporan Tahunan Bank BJB Syariah,
2016)
Rasio yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja profitabilitas atau
rentabilitas adalah Return On Equity (ROE) dan Return On Assets (ROA).
ROE menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam mengelola modal
yang tersedia untuk mendapatkan Net Income, sedangkan ROA
menunjukkan kemampuan manajemen bank dalam menghasilkan income
dari pengelolaan aset yang dimiliki. Pada rasio Return On Asset (ROA)
Bank Umum Syariah periode 2014-2016 hasil spin-off ditahun 2014 sebesar
0,995% kemudian pada tahun 2015 mengalami penurunan sebesar 0,155%
menjadi 0,84% dan terus mengalami penurunan pada tahun 2016 sebesar
2,485% menjadi -3,325%. Sedangkan Bank Umum Syariah hasil akuisisi
pada tahun 2014 sebesar 0,44% kemudian sedikit mengalami kenaikan pada
tahun 2015 sebesar 0,44% menjadi 0,88% dan terus mengalami kenaikan
pada tahun 2016 yaitu sebesar 0,14% menjadi 1,02%.
8
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs tahun 2007,
tujuan dari rasio ROA adalah untuk mengukur keberhasilan manajemen dan
menghasilkann laba. Jadi jika suatu perusahaan mempunyai ROA yang
tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang besar dalam meningkatkan
pertumbuhan, tetapi jika total aktiva yang digunakan perusahaan tidak
memberikan laba maka perusahaan akan mengalami kerugian dan akan
menghambat pertumbuhan. Dilihat dari tabel diatas rasio ROA pada BUS
hasil spin-off selalu mengalami penurunan dari tahun ke tahun dikarenakan
NPF dan BOPO berada diatas rata-rata industri dan selalu meningkat tiap
tahunnya hal itu menyebabkan kinerja ROA berada di zona negatif ditahun
2016.
Total rasio Return on Equity (ROE) Bank Umum Syariah periode 2014-
2016 hasil spin-off ditahun 2014 sebesar 7,28% kemudian pada tahun 2015
mengalami penurunan sebesar 1,13% menjadi 6,15% dan mengalami
penurunan yang signifikan pada tahun 2016 sebesar 12,4% menjadi -
18,55%. Sedangkan Bank Umum Syariah hasil akuisisi pada tahun 2014
sebesar 1,67% kemudian mengalami kenaikan pada tahun 2015 sebesar
3,04% menjadi 4,71% dan terus mengalami kenaikan pada tahun 2016 yaitu
sebesar 0,74% menjadi 5,45%. Rasio ini digunakan untuk mengelola modal
yang tersedia untuk menghasilkan laba. Dari tabel diatas dapat dilihat ROE
BUS hasil spin-off selalu mengalami penurunan tiap tahunnya hal ini
menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
modal yang dimilikinya semakin menurun berbanding terbalik dengan BUS
9
hasil akuisisi yang meningkat dan terus stabil disetiap tahun kondisi ini
menujukkan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dengan
menggunakan modal yang dimilikinya semakin baik.
Pada rasio Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Bank
Umum Syariah periode 2014-2016 hasil spin-off ditahun 2014 sebesar
90,40% kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar 3,8%
menjad 94,20% dan mengalami kenaikan yang signifikan pada tahun 2016
sebesar 11,01% menjadi 105,22%. Sedangkan Bank Umum Syariah hasil
akuisisi pada tahun 2014 sebesar 96,33% kemudian mengalami penurunan
pada tahun 2015 sebesar 3,19% menjadi 93,14% dan terus mengalami
penurunan pada tahun 2016 yaitu sebesar 1,38% menjadi 91,76%. Untuk
BOPO bank umum syariah standar dari Bank Indonesia yaitu 92% semakin
rendah nilai BOPO maka akan semakin baik kualitasnya. Dapat dilihat
bahwa rasio BOPO pada BUS hasil spin-off mengalami kenaikan tiap
tahunnya hal ini dikarena efisiensi operasional yang belum terkelola dengan
baik oleh karena itu bank berupaya menurunkan dengan melakukan kerja
sama bisnis yang dapat menurunkan BOPO. Begitu pula dengan BUS hasil
akuisisi setiap tahunnya mengalami kenaikan dan penurunan hal ini sejalan
dengan kondisi ekonomi yang kurang mendukung yang berdampak pada
peningkatan pencadangan risiko kredit. (Laporan Tahunan Bank BRI
Syariah, 2016)
Pada Financing to Deposit Ratio (FDR) merupakan rasio yang
menunjukkan kemampuan suatu bank dalam menyediakan dana kepada
10
debiturnya dengan modal yang dapat dikumpulkan dari masyarakat. FDR
Bank Umum Syariah periode 2014-2016 hasil spin-off ditahun 2014
sebesar 88,31% kemudian pada tahun 2015 mengalami kenaikan sebesar
10.03% menjadi 98,34% dan mengalami penurunan pada tahun 2016
sebesar 6.69% menjadi 91,65%. Sedangkan pada Bank Umum Syariah
hasil akuisisi pada tahun 2014 sebesar 92,55% kemudian mengalami
penurunan pada tahun 2015 sebesar 4,77% menjadi 87,78% dan terus
mengalami penurunan pada tahun 2016 yaitu sebesar 2,02% menjadi
85,76%. Financing to Deposit Ratio (FDR) pada BUS hasil spin-off dan
hasil akuisisi mengalami fluktuasi namun masih didalam batas aman yaitu
diantara 85%-100% karena hal ini juga diimbangi dengan penyerapan
DPK yang lebih besar tiap tahunnya. Pada rasio FDR ini dimana apabila
melebihi batas sebesar 110% berarti likuiditas bank sudah termasuk
kategori buruk, sebagian praktisi perbankan menyepakati batas aman dari
Financing to Deposit Ratio (FDR) adalah sebesar 80% dengan batas
korelasi 85% dan 100%.
Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai kajian pustaka
dalam penelitian ini diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Saraya Izazi. S. H. dan Dina Fitrisia. S. (2016) dengan judul Analis is
Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah Hasil Spin-off dan
Hasil Non Spin-off periode 2013-2015, menunjukkan bahwa rasio CAR
tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan antara BUS hasil spin-off dan
hasil akuisisi sedangkan untuk rasio NPF, ROA, BOPO, FDR terdapat
11
perbedaan kinerja keuangan antara BUS hasil spin-off dan hasil akuisis i.
Penelitian oleh Noviani Kurniawati (2014) dengan judul Analis is
Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi Bank
Agroniaga oleh BRI, menunjukkan bahwa rasio ROA dan ROE hasil
akuisisi tidak terdapat perbedaan setelah dilakukan pengakuisisian.
Mengingat pentingnya penilaian kinerja keuangan guna menentukan
kebijakan-kebijakan yang akan dipilih dikemudian hari, maka penyusun
tertarik melakukan penelitian yang bertujuan untuk membandingkan
kinerja keuangan perbankan syariah hasil spin-off dan hasil akuisis i,
sehingga melalui hasil analisis dapat diketahui apakah hasil spin-off atau
hasil akuisisi yang dapat memaksimalkan kinerja keuangan Bank Umum
Syariah tersebut sehingga Bank Umum Konvensional yang belum dan
akan melakukan pemisahan menjadi Syariah dapat memilih manakah yang
lebih baik. Selanjutnya, penelitian ini dibuat dalam bentuk skirpsi yang
berjudul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah Hasil Spin-Off dan Bank Umum Syariah Hasil Akuisisi
Periode 2014-2016”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian, peneliti mengidentifikas ikan
masalah sebagai berikut :
1. Pemerintah melalui Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah Pasal 68 Ayat 1 mewajibkan Bank Umum
Konvensional (BUK) untuk melakukan pemisahan terhadap Unit
12
Usaha Syariah agar berdiri sendiri menjadi Bank Umum Syariah
(BUS).
2. Peningkatan kinerja tiap tahunnya antara Bank Umum Syariah hasil
spin-off dan Bank Umum Syariah hasil akuisisi cenderung sama.
C. Batasan Masalah
Setiap permasalahan yang ada hakikatnya sangat kompleks sehingga
penulis tidak dapat menyelidikinya secara keseluruhan karena keterbatasan
yang ada dalam diri penulis dan luasnya permasalahan yang ada dalam
fokus penelitian ini. Maka dalam hal ini penulis membatasi permasalahan
yang akan diteliti, yaitu Bank Umum Syariah yang merupakan hasil spin-
off dan hasil akuisisi. Untuk variabel yang akan digunakan untuk menelit i
adalah kinerja keuangan Bank Umum Syariah yang merupakan hasil spin-
off dan hasil akuisisi yang diwakili oleh CAR, NPF, ROA, ROE, BOPO,
dan FDR. Begitupun untuk data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
data tahunan laporan keuangan Bank Umum Syariah yang merupakan hasil
spin-off dan hasil akuisisi dari tahun 2014-2016.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, maka
penulis dapat mengidentifikasi masalah yang ada dalam penelitian ini yaitu
sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan Bank Umum Syariah hasil spin-off dan
hasil akuisisi dilihat dari rasio CAR, NPF, ROA, ROE, BOPO dan
FDR ?
13
2. Apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada Bank Syariah hasil
spin-off dan hasil akuisisi dilihat dari rasio CAR, NPF, ROA, ROE,
BOPO dan FDR ?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini berdasarkan perumusan masalah
diatas adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis bagaimana kinerja keuangan Bank Syariah hasil spin-off
dan hasil akuisi dilihat dari rasio CAR, NPF, ROA, ROE, BOPO dan
FDR.
2. Mengetahui apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan pada Bank
Syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi dilihat dari rasio CAR, NPF,
ROA, ROE, BOPO dan FDR.
F. Manfaat Penelitian
Penelitiaan ini dilakukan dengan harapan bemanfaat bagi:
a. Pihak Bank
Untuk pihak bank dengan penelitian ini dapat memberikan
gambaran evaluasi serta analisis terhadap kinerja keuangan untuk
melihat pemisahan mana yang paling baik dilakukan bank.
b. Umum
Untuk memberikan wawasan mengenai teori beberapa pemisahan
bank dengan melihat dari kinerja keuangan bank yang dijadikan
acuan sebagai alat analisis untuk mengetahui pemisahasan mana
yang dipilih.
14
c. Akademisi
Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu serta dapat dijadikan
sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
15
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pengertian Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk
melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan dengan
menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar (Irhan Fahmi, 2011). Kinerja keuangan merupakan gambaran
kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana, yang biasanya
diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas
(Jumingan, 2006).
Menurut menteri keuangan Republik Indonesia No.
112/KMK.02/2012, kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari
suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kualitas dan kualitas
terukur yang dicapai oleh perusahaan dalam suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan dari perusahaan tersebut. Untuk
mengetahui kondisi keuangan suatu periode tertentu yang
mencerminkan tingkat kesehatan suatu perbankan maka dapat dilihat
laporan keuangan yang disajikan oleh suatu bank secara
periodik.Penilaian kinerja bank dapat dilakukan dengan menggunakan
laporan keuangan yang dipublikasikan oleh bank tersebut. Kinerja bank
pada dasarnya dinilai dengan pendekatan kuantitatif dilakukan dengan
16
penilaian terhadap faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif,
manajemen, profitabilitas, dan likuiditas. Oleh karena itu, dari analis is
rasio-rasio tersebut akan dapat diketahui pula tingkat kesehatan suatu
bank.
Tujuan penilaian kinerja keuangan perusahaan menurut Munawir
(2002) :
1. Untuk mengetahui tingkat likuiditas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memperoleh kewajiban keuangannya yang
harus segara dipenuhi atau kemampuan untuk memenuhi
keuangannya saat ditagih.
2. Untuk mengetahui tigkat solvabilitas, yaitu kemampuan
perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya apabila
perusahaan tersebut dilikuidasi baik kewajiban keuangan jangka
pendek maupun jangka panjang.
3. Untuk mengetahui tingkat rentabilitas dan profitabilitas, yaitu
menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
selama periode tertentu.
4. Untuk mengetahui tingkat stabilitas usaha, yaitu kemampuan
perusahaan untuk melakukan usahanya dengan stabil, yaitu
diukur dengan mempertimbangkan kemampuan perusahaan
untuk membayar beban bunga atas hutang-hutangnya termasuk
membayar kembali pokok hitungnya tepat pada waktunya serta
kemampuan membayar deviden secara teratur kepada para
17
pemegang saham tanpa mengalami hambatan atau krisis
keuangan.
2. Analisis Kinerja Keuangan
Pengertian rasio keuangan menurut James C Van Horne merupakan
indeks yang menghubungkan dua angka akuntansi dan diperoleh dengan
membagi satu angka dengan angka lainnya. Rasio keuangan digunakan
untuk mengevaluasi kondisi keuangan dan kinerja perusahaan. Dari
hasil rasio keuangan ini akan terlihat kondisi kesehatan perusahaan yang
bersangkutan.
Jadi rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-
angka yang ada dalam laporan keuangan dengan cara membagi angka
satu dengan angka lainnya. Perbandingan dapat dilakukan antara satu
komponen dengan komponen dalam satu laporan keuangan atau antar
komponen yang ada di antara laporan keuangan. (Kasmir, 2012)
Adapun rasio-rasio yang digunakan seperti :
a. Rasio Likuiditas
Likuiditas ialah kemampuan suatu bank melunasi kewajiban-
kewajiban keuangan yang segera dapat dicairkan atau yang sudah
jatuh tempo. Secara lebih spesifik likuiditas ialah kesanggupan bank
menyediakan alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang
jatuh tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat
yang memerlukan (Simorangkir, 2004)
18
Rasio likuiditas merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek
(Fred Weston). Fungsi lain rasio likuiditas adalah untuk
menunjukkan atau mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya yang jatuh tempo, baik kewajiban kepada
pihak luar perusahaan (likuiditas badan usaha) maupun di dalam
perusahaan (likuiditas perusahaan). Atau dengan kata lain, rasio
likuiditas merupakan yang menunjukkan kemampuan perusahaan
untuk membayar utang-utang (kewajiban) jangka pendek yang jatuh
tempo, atau rasio untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam
membiayai dan memnuhi kewajiban (utang) pada saat ditagih.
(Kasmir, 2012)
Rasio likuiditas adalah analisis yang dilakukan terhadap
kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka
pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh tempo. (Dendawijaya,
2009).
Rasio likuiditas salah satunya dapat ditentukan dengan
menggunakan Loan to Deposit Ratio (LDR) untuk bank
konvensional, Financing to Deposit Ratio (FDR) yang digunakan
pada bank syariah. Dari penggunaan sebenarnya LDR dan FDR
sama, tetapi bank syariah tidak menggunakan sistem kredit hanya
menggunakan system pembiayaan.
19
Almilia dan Herdaningtyas (2005), menyebutkan LDR
digunakan untuk menilai likuiditas suatu bank dengan cara membagi
jumlah kredit dengan jumlah dana. Loan to deposit ratio (LDR)
merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan suatu bank dalam
menyediakan dana kepada debiturnya dengan modal yang dapat
dikumpulkan dari masyarakat.
LDR merupakan rasio yang mengukur kemampuan bank untuk
memenuhi kewajiban keuangan yang harus segera dipenuhi.
Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada
saat adanya kewajiban kliring, dimana pemenuhannya dilakukan
dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan (Sudarini, 2005).
Menurut Dendiwijaya (2005) Loan to Deposit Ratio (LDR)
menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang
akan menguntungkan, namun hal ini terkait risiko apabila sewaktu-
waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat
mengembalikan dana yang dipinjamnya.
Secara lebih rinci LDR dapat dijelaskan sebagai rasio antara
seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang
diterima bank. Rasio ini menunjukkan salah satu penilaian likuid itas
bank dan dapat dirumuskan sebagai berikut :
20
𝑳𝑫𝑹 =𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝑲𝒓𝒆𝒅𝒊𝒕 𝒚𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒔𝒂𝒍𝒖𝒓𝒌𝒂𝒏
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐃𝐞𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Dalam perbankan syariah tidak dikenal istilah kredit (loan),
namun pembiayaan (financing), sehingga modifikasi rumus tersebut
untuk bank syariah menjadi :
𝑭𝑫𝑹 =𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐃𝐢𝐬𝐚𝐥𝐮𝐫𝐤𝐚𝐧
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐃𝐞𝐩𝐨𝐬𝐢𝐭𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Rasio ini menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit/pembiayaan yang diberikan sebagai
likuiditasnya. Semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi
semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan.
Hal ini disebabkan karena jumlah dana yang diperlukan untuk
pembiayaan menjadi semakin besar.
Para praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari
LDR adalah sekitar 80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%
- 100%. Namun oleh Bank Indonesia, suatu bank masih dianggap
sehat jika LDR nya masih dibawah 110%.
b. Rasio Profitabilitas/Rentabilitas
Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan
keputusan yang dilakukan oleh perusahaan (Brigham dan Houston,
2006). Untuk menjaga kelangsungan hidupnya suatau perusahaan
haruslah berada dalam keadaan menguntungukan (profitable).
21
Profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan
para investor atas investasi yang dilakukan. Kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba akan dapat menarik para investor untuk
menanamkan dananya guna memperluas usahanya, sebaliknya
tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para investor
menarik dananya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri
profitabilitas dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas
pengelolaan badan usaha tersebut.
Return on Assets (ROA) merupakan salah satu rasio
profitabilitas yang dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba dari aktiva yang digunakan. ROA merupakan
perbandingan laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan total
aktiva yang dimiliki perusahaan. Return on Assets (ROA) yang
positif menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan
untuk beroperasi, perusahaan mampu memberikan laba bagi
perusahaan. Sebalikanya apabila Return on Assets (ROA) yang
negatif menujukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan
perusahaan mendapatkan kerugian. Jadi jika suatu perusahaan
mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut berpeluang
besar dalam meningkatkan pertumbuhan, tetapi jika total aktiva
yang digunakan perusahaan tidak memberikan laba maka
perusahaan akan mengalami kerugian dan akan menghambat
pertumbuhan.
22
Rumus yang digunakan untuk mencari ROA adalah sebagai
berikut (Husnan,1998):
𝑹𝑶𝑨 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐒𝐞𝐛𝐞𝐥𝐮𝐦 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐀𝐬𝐞𝐭𝒙 𝟏𝟎𝟎%
Return on Equity (ROE) adalah rasio profitabilitas yang
membandingkan antar laba bersih (net profit) perusahaan dengan
aset bersihnya (ekuitas atau modal). Rasio ini mengukur berapa
banyak keuntungan yang dihasilkan oleh Perusahaan dibandingkan
dengan modal yang disetor oleh pemegang saham. Rasio ini
menggunakan hubungan antara keuntungan setelah pajak dengan
modal sendiri yang digunakan perusahaan, yang dianggap sebagai
modal sendiri adalah saham biasa, agio saham, laba ditahan, saham
preferen, dan cadangan-cadangan lain.
Return On Equity (ROE) diasumsikan sebagai ekspektasi
investor atas semua dana yang ditanamkan pada perusahaan.
Semakin besar profitabilitas perusahaan, maka investor akan tertarik
membeli atau mencari saham tersebut karena berharap di kemudian
hari akan mendapatkan mengembalian yang besar atas
penyertaannya yang besar. Dan hal ini memungkinkan naiknya
harga penawaran saham disaat dilakukan perdagangan yang
disebabkan karena permintaan akan saham tersebut meningkat.
Perolehan laba cukup tinggi atau rasio ROE berkisar antara 5%
sampai 12,5% (SE BI No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004).
23
Return On Equity (ROE) merupakan pengembalian atas equitas
biasa merupakan laba bersih terhadap equitas biasa yang mengukur
tingkat pengembalian atas investasi pemegang saham biasa (Kasmir,
2012). Adapun rumus untuk mengitung Return On Equity (ROE)
adalah sebagai berikut:
𝑹𝑶𝑬 =𝐋𝐚𝐛𝐚 𝐁𝐞𝐫𝐬𝐢𝐡 𝐒𝐞𝐭𝐞𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐚𝐣𝐚𝐤
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐄𝐪𝐮𝐢𝐭𝐲𝒙 𝟏𝟎𝟎%
BOPO termasuk rasio rentabilitas (earnings). Keberhasilan bank
didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank
dapat diukur dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional. Menurut Dendawijaya (2009) rasio biaya
operasional digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya.
Rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional
(BOPO) sering disebut rasio efisiensi digunakan untuk mengukur
kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya
operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio
ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank
yang bersangkutan (Almilia dan Herdaningtyas, 2005).
BOPO dinyatakan dalam rumus berikut :
𝑩𝑶𝑷𝑶 =𝐁𝐢𝐚𝐲𝐚 𝐎𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥
𝐏𝐞𝐧𝐝𝐚𝐩𝐚𝐭𝐚𝐧 𝐎𝐩𝐞𝐫𝐚𝐬𝐢𝐨𝐧𝐚𝐥𝒙 𝟏𝟎𝟎%
24
c. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas bank umum adalah kesanggupan untuk membayar
semua utang dari aktiva yang dimilikinya. Utang yang dimaksud
adalah utang bank kepada dana pihak ketiga, tidak termasuk utang
pada pemegang saham (Simorangkir, 2004)
Rasio solvabilitas merupakan rasio untuk mengukur kemampuan
bank dalam memenuhi kewajibannya baik yang bersifat jangka
pendek maupun jangka panjang.
CAR merupakan rasio permodalan yang menunjukan
kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan
pengembangan usaha serta menampung kemungkinan risiko
kerugian yang diakibatkan dalam opersional bank. Semakin besar
rasio tersebut akan semakin baik posisi modal.
Menurut peraturan Bank Indonesia Nomor 10/15/PBI/2008
pasal 2 ayat 1 tercantum bank wajib menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari asset tertimbang menurut risiko (ATMR). CAR
adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh
aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat
berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri
disamping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank
(PBI, 2008). Capital adequacy adalah kecukupan modal yang
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dan kemampuan manajeman bank dalam
25
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi, dan mengontrol risiko -
risiko yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal
(Almilia dan Herdiningtyas, 2005).
Perhitungan CAR didasarkan pada prinsip bahwa setiap
penanaman yang mengandung risiko harus disediakan jumlah modal
sebesar persentase tertentu terhadap jumlah penanamannya. Sejalan
dengan standar yang ditetapkan Bank of International Settlements
(BIS), seluruh bank yang ada di Indonesia diwajibkan untuk
menyediakan modal minimum sebesar 8% dari ATMR (Kuncoro
dan Suhardjono, 2002). Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝑪𝑨𝑹 =𝐌𝐨𝐝𝐚𝐥
𝐀𝐓𝐌𝐑𝒙 𝟏𝟎𝟎%
d. Rasio Kualitas Aset
Penilaian atas kualitas asset dimaksudkan untuk menilai kondisi
asset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari
pembiayaan (credit risk) yang akan muncul dan kecukupan dari
manajemen risiko kredit perbankan yang bersangkutan.
Non Performing Financing adalah rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit
bermasalah yang ada dapat dipenuhi dengan aktiva produktif yang
dimiliki oleh suatu bank.
Menurut Bayu Edhi dan Heriyanto (2009) NPF berpengaruh
negatif terhadap profitabilitas (ROA) perbankan.Semakin tinggi
26
NPF maka semakin menurun kinerja atau profitabilitas perbankan.
Besarnya kredit bermasalah dibandingkan dengan aktiva
produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh
pendapatan dari kredit yang diberikan, sehingga mengurangi laba
dan berpengaruh negatif pada profitabilitas bank. Agar kinerja bank
meningkat, maka setiap bank harus menjaga NPF-nya dibawah 5%.
Hal ini sejalan dengan ketentuan Bank Indonesia.
Besarnya nilai NPF suatu bank dapat dihitung dengan rumus :
𝑵𝑷𝑭 =𝐉𝐮𝐦𝐥𝐚𝐡 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧 𝐁𝐞𝐫𝐦𝐚𝐬𝐚𝐥𝐚𝐡
𝐓𝐨𝐭𝐚𝐥 𝐏𝐞𝐦𝐛𝐢𝐚𝐲𝐚𝐚𝐧𝒙 𝟏𝟎𝟎%
3. Spin-Off
a. Pengertian spin-off
Pemisahan atau spin-off adalah suatu tindakan hukum yang
bertujuan untuk memisahkan diri yang terjadi sebelumnya dalam
suatu badan hukum kemudian ia ‘memekarkan’ atau ‘membelah diri
dengan pengakuan hukum atas pemekaran atau pembelah diriannya
tersebut. Kondisi pembelahdiriannya atau pemekaran badan hukum
dalam bentuk perseroan terbatas tersebut diawali dengan kehendak
dari para pihak yang tertuang dalam kesepakatan atau perjanjian
yang dibuat oleh para pihak yang memiliki kewenangan dalam organ
perseroan tersebut. Kemudian, pada Pasal 1 angka 32 UU No. 21
Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Pemisahan didefiinis ikan
sebagai berikut “Pemisahan adalah pemisahan usaha dari satu bank
27
menjadi dua badan usaha atau lebih sesuai dengan ketentuan yang
berlaku”.
Menurut UU No 40 Tahun 2007, pemisahan (spin-off) adalah
perbuatan hukum yang dilakukan oleh perseroan untuk memisahkan
usaha yang mengakibatkan seluruh aktiva dan pasiva perseroan
beralih karena hukum kepada dua perseroan atau lebih atau sebagian
aktiva dan pasiva perseroan beralih karena hukum kepada satu
perseroan atau lebih. Menurut PBI No 11/10/PBI/2009 tentang Unit
Usaha Syariah, pemisahan (spin-off) diartikan sebagai pemisahan
usaha dari satu BUK (Bank Umum Konvensional) menjadi dua
badan usaha atau lebih sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Pemisahan UUS dari BUK dapat dilakukan dengan dua macam
cara, yaitu dengan mendirikan BUS baru atau mengalihkan hak dan
kewajiban UUS kepada BUS yang telah ada. Pendirian BUS hasil
pemisahan hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia.
Pemberian izin pendirian BUS hasil pemisahan dilakukan dalam dua
tahap, yaitu:
b. Persetujuan prinsip, yaitu persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian BUS hasil pemisahan.
c. Izin usaha, yaitu izin yang diberikan setelah BUS hasil
pemisahan siap melakukan kegiatan operasional (Anshori 2010).
28
b. Tata Cara Spin-off dalam PBI Nomor. 11/10/PBI/2009
Berdasarkan Pasal 40 PBI Nomor. 11/10/PBI/2009 tentang Unit
Usaha Syariah pemisahan Unit Usaha Syariah dari Bank Umum
Konvensional menyatakan :
(1) Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah
wajib memisahkan Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum
Syariah apabila :
(a) Nilai aset Unit Usaha Syariah telah mencapai 50% (lima
puluh persen) dari nilai total asset Bank Umum
Konvensiona induknya; atau
(b) Paling lambat 15 (lima belas) tahun sejak berlakunya
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah.
(2) Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah
dapat memisahka Unit Usaha Syariah sebelum terpenuhinya
kondisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dengan
memenuhi persyaratan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia ini.
Dalam pasal 41 dinyatakan bahwa pemisahan Unit Usaha
Syariah dari Bank Umum Konvensional sebagaimana dimaksud
dalam pasal 40 dapat dilakukan dengan cara :
a. Mendirikan Bank Umum Syariah baru; atau
29
b. Mengalihkan hak dan kewajiban Unit Usaha Syariah kepada
Bank Umum Syariah yang telah ada.
Pemberian izin pendirian Bank Umum Syariah hasil pemisahan
dilakukan dalam 2 (dua) tahap:
1. Persetujuan Prinsip
Persetujuan prinsip adalah persetujuan untuk melakukan
persiapan pendirian Bank Umum Syariah hasil pemisahan.
Permohonan persetujuan prinsip tersebut diajukan oleh Bank
Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah disertai
dengan antara lain rancangan akta pendirian Bank Umum
Syariah hasil pemisahan, yang memuat paling kurang:
a) Nama dan tempat kedudukan Bank Umum Syariah spin off;
b) Kegiatan usaha sebagai Bank Umum Syariah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku;
c) Modal disetor paling kurang sebesar Rp.
500.000.000.000,00 (lima ratus milyar rupiah);
d) Ketentuan syarat, jumlah, tugas, kewenangan, tanggung
jawab, serta hal lain yang menyangkut Dewan Komisaris,
Direksi, dan Dewan Pengawas Syariah (selanjutnya disebut
DPS) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku;
30
e) Ketentuan pengangkatan anggota Dewan Komisaris,
anggota Dereksi dan anggota DPS dengan memperoleh
persetujuan Bank Indonesia terlebih dahulu;
f) Ketentuan rapat umum pemegang saham Bank Umum
Syariah yang menetapkan tugas manajemen, remuneras i
Dewan Komisaris, anggota Direksi, laporan
pertanggungjawaban tahunan, penunjukan dan biaya jasa
akuntan public, penggunaan laba, dan hal-hal lainnya yang
ditetapkan dalam ketentuan Bank Indonesia; dan
g) Ketentuan rapat umum pemegang saham yang harus
dipimpin oleh Presiden Komisaris atau Komisaris Utama.
Kemudian Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit
Usaha Syariah yang mengajukan permohonan persetujuan
prinsip, harus memberikan penjelasan mengenai keseluruhan
rencana pendirian Bank Umum Syariah hasil pemisahan.
Permohonan persetujuan prinsip tersebut diajukan dengan
format surat yang diatur melalui Surat Edaran Bank Indonesia
Nomor. 11/28/DPbS perihal Unit Usaha Syariah di seluruh
Indonesia
2. Permohonan Izin Usaha
Apabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan terhitung sejak
tanggal persetujuan prinsip diberikan, Bank Umum
Konvensional yang telah mendapat izin prinsip belum
31
mengajukan Izin Usaha Bank Umum Syariah hasil spin-off,
maka persetujuan prinsip yang telah diberikan menjadi tidak
berlaku. Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit Usaha
Syariah dala surat kabar yang memiliki peredaran nasional yang
paling lambat 10 (sepuluh) hari sejak tanggal persetujuan prinsip
diberikan.
3. Pengalihan Hak dan Kewajiban
Pengalihan hak dan kewajiban Unit Usaha Syariah hanya
dapat dilakukan apabila Izin Usaha Bank Umum Syariah hasil
spin-off telah diberikan. Permohonan IzinUsaha Bank Umum
Syariah hasil spin-off Unit Usaha Syariah diajukan oleh Bank
Umum Konvensional yang telah memperoleh persetujuan
prinsip disertai dengan antara lain akta pendirian Bank Umum
Syariah hasil spin-off.
Setelah mendapatkan izin usaha, Bank Umum Syariah hasil
spin-off wajib melakukan kegiatan usaha paling lambat 30 (tiga
puluh) hari terhitung sejak tanggal Izin Usaha diberikan.
Pelaksanaan kegiatan usaha wajib dilaporkan paling lambat 10
(sepuluh) hari setelah tanggal pelaksanaan. Apabila dalam
jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Bank Umum
Syariah hasil spin-off belum melakukan kegiatan usaha, maka
Izin Usaha ditinjau kembali. Dalam hal Izin Usaha Bank Umum
Syariah hasil spin-off dibatalkan, maka seluruh kewajiban Unit
32
Usaha Syariah waib diselesaikan oleh Bank Umum
Konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah paling lambat
1 (satu) tahun terhitung sejak tanggal Izin Usaha Bank Umum
Syariah hasil spin-off dibatalkan.
4. Pencabutan Izin Usaha Unit Syariah Syariah
Kemudian Bank Umum Konvensional yang memiliki Unit
Usaha Syariah wajib mengajukan permohonan pencabutan Izin
Usaha paling lambat 10 (sepuluh) hari setelah hak dan kewajiban
Unit Usaha Syariah dialihkan kepada Bank Umum Syariah hasil
spin-off.
4. Akuisisi
a. Pengertian Akuisisi
Akuisisi sendiri berasal dari kata acquisitio (Latin) dan
acquisition (Inggris), secara harfiah akuisisi mempunyai makna
membeli atau mendapatkan sesuatu atau objek untuk ditambahkan
pada sesuatu atau objek yang telah dimiliki sebelumnya. Dalam
terminologi bisnis, akuisisi dapat diartikan sebagai pengambilal ihan
kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu
perusahaan oleh perusaahaann (Aji, 2010). Sementara menurut
Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK) No.22 menyatakan
bahwa akuisisi (Acquisition) adalah suatu penggabungan usaha di
mana salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali atas aktiva neto operasi perusahaan yang di
33
akuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu dan juga
mengakui suatu kewajiban, atau mengeluarkan saham.
Menurut Sjahrial (2007) akuisisi adalah perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseroan untuk mengambil
alih baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat
mengakibatkan beralihnya pengendalian terhadap perseroan
tersebut.
Menurut Moin (2003) akuisisi adalah bentuk pengambil alihan
kepemilikan perusahaan oleh pihak pengakuisisi (acquirer)
sehingga akan mengakibatkan berpindahnya kendali atas
perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Biasanya pihak
pengakuisisi memiliki ukuran yang lebih besar dibanding dengan
pihak yang diakuisisi. Yang dimaksud dengan pengendalian adalah
kekuatan yang berupa kekuasaan untuk: (a) Mengatur kebijakan
keuangan dan operasi perusahaan; (b) Mengangkat dan
memberhentikan manajemen; (c) Mendapatkan hak suara mayoritas
dalam rapat direksi.
Dengan adanya pengendalian ini maka pengakuisisi akan
mendapatkan manfaat dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisis i
berbeda dengan merger karena akuisisi tidak menyebabkan pihak
lain bubar sebagai entitas hukum. Perusahaan-perusahaan yang
terlibat dalam akuisisi secara yuridis masih tetap berdiri dan
34
beroperasi secara independen tetapi telah terjadi pengalihan
pengendalian oleh pihak pengakuisisi.
b. Tata Cara Akuisisi dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 28 Tahun 1999
Berdasarkan Pasal 29 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 28 Tahnun 1999 tentang Merger, Konsolidasi, dan Akuisis i
Bank :
(1) Pihak yang akan mengakuisisi menyampaikan maksud untuk
melakukan Akuisisi kepada Direksi Bank yang akan diakuisisi.
(2) Direksi Bank yang akan diakuisisi dan pihak yang akan
mengakuisisi masing-masing menyusun usulan rencana
Akuisisi.
(3) Usulan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), masing-mas ing
wajib mendapat persetujuan Komisaris Bank yang akan
diakuisisi dan yang mengakuisisi atau lembaga serupa dari pihak
yang mengakuisisi dengan memuat sekurang-kurangnya :
a. nama dan tempat kedudukan Bank serta badan hukum lain,
atau identitas perorangan yang melakukan Akuisisi;
b. alasan serta penjelasan masing-masing Direksi Bank
pengurus badan hukum atau perorangan yang melakukan
Akuisisi;
c. neraca, perhitungan laba rugi yang meliputi 3 (tiga) tahun
buku terakhir, terutama perhitungan tahunan tahun buku
35
terakhir dari Bank dan badan hukum lain yang melakukan
Akuisisi;
d. tata cara konversi saham dari masing-masing pihak yang
melakukan Akuisisi apabila pembayaran Akuisisi dilakukan
dengan saham;
e. rancangan perubahan Anggaran Dasar Bank hasil Akuisisi;
f. jumlah saham yang akan diakuisisi;
g. kesiapan pendanaan;
h. cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas;
i. cara penyelesaian status karyawan dari Bank yang akan
diakuisisi;
j. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Akuisisi.
Pada Pasal 30 dijelaskan bahwa usulan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 29 merupakan bahan untuk menyusun Rancangan
Akuisisi yang disusun bersama antara Direksi Bank yang akan
diakuisisi dengan pihak lain yang akan mengakuisisi.
Rancangan Akuisisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30
sekurang kurangnya memuat hal-hal yang tercantum dalam usulan
rencana Akuisisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.
Berdasarkan Pasal 32 sampai dengan Pasal 36 Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahnun 1999 tentang
Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi Bank :
36
(1) Sebelum pemanggilan Rapat Umum Pemegang Saham masing
masing Bank, Direksi berkewajiban untuk mengumumkan
ringkasan Rancangan Akuisisi selambat-lambatnya:
c. 30 (tiga puluh) hari sebelum Rapat Umum Pemegang Saham
dalam 2 (dua) surat kabar harian yang berperedaran luas;
d. 14 (empat belas) hari sebelum Rapat Umum Pemegang
Saham kepada karyawan Bank secara tertulis.
(2) Khusus untuk Bank Perkreditan Rakyat yang asetnya kurang
dari Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah),
pengumuman sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat
dilakukan ddengan cara lain.
Rancangan Akuisisi berikut konsep Akta Akuisisi wajib
mendapatkan persetujuan dari :
a. Rapat Umum Pemegang Saham Bank yang akan diakuisisi; dan
b. pihak yang
Rancangan Akuisisi berikut konsep Akta Akuisisi yang telah
disetujui sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 dituangkan dalam
Akta Akuisisi.
Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16, Pasal 17,
Pasal 18, Pasal 19 dan Pasal 22 berlaku pula untuk Akuisisi.
1) Akuisisi Bank mulai berlaku sejak tanggal penandatanganan
Akta Akuisisi.
37
2) Akta Akuisisi dibuat dan ditandatangani setelah adanya izin
Akuisisi dari Bank Indonesia.
5. Penelitian Deskriptif-Komparatif
Penelitian deskriptif-komparatif termasuk kedalam jenis penelitan
kuantitatif, yaitu jenis kegiata penelitian yang spesifikasinya adalah
sistimatis, terencana, dan terstuktur sejak awal hingga pembuatan
struktur penelitian, baik tentang tujuan penelitian, subjek penelitian,
objek penelitian, sampel data, sumber data, maupun metodeloginya.
(Suharso, 2009)
Penelitian deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti yang
melakukan pengumpulan data untuk diuji hipotesis atau menjawab
pertanyaan mengenai status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang
paling umum dari penelitian deskriptif meliputi penilaian sikap atau
pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan, ataupun prosedur.
(Kuncoro, 2003) Uji statistic dalam analisis deskriptif adalah bertujuan
untuk menguji hipotesis (pernyataan sementara) dari penelitian yang
bersifat deskriptif. Penerapan jenis uji statistic untuk penelitian yang
bersifat deskriptif sangat tergantung dari skala pengukurannya, seperti:
nominal, ordinal dan interval/rasio.
Penelitian komparatif atau analisis perbedaan adalah suatu analis is
yang digunakan untuk mengetahui perbedaan antara dua variabel (data)
atau lebih. Uji statistik yang digunakan untuk menganalisis apakah ada
perbedaan antara dua kelompok data (variabel) tergantung dari jenis
38
data yang digunakan. Jenis analisis komparatif terbagi menjadi dua
jenis, yaitu:
1. Analisis komparatif untuk dua variabel sampel
2. Analisis komparatif untuk lebih dari dua variabel/sampel
Kedua jenis analisis komparatif ini dapat dibedakan lagi dengan
sampel berkorelasi (dependent) dan sampel tidak berkorelasi
(independent). Kelompok sampel dikatakan berkorelasi adalah bila
sampel–sampel yang menjadi objek penelitian tidak dapat dipisahkan
secara tegas, arinya anggota sampel kelompok A ada yang menjadi
anggota sampel kelompok B. adapun sampel tidak berkorelasi
(independent) antara dua kelompok, bila sampel-sampel yang menjadi
objek penelitian dapat dipisahkan secara tegas, artinya anggota sampel
kelompok A tidak ada yang menjadi anggota sampel kelompok B.
B. Penelitian Sebelumnya
No. Peneliti,
Tahun
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Temuan Persamaan Perbedaan
1. Saraya Izazi
S.H. dan Dina
Fitrisia.S. ,
2016
Analisis
Perbandingan
Kinerja
Keuangan
Bank Umum
Syariah Hasil
Spin Off dan
Non Spin Off
Periode 2013-
2015
Variabel
yang diuji
adalah
CAR, NPF,
ROA,
BOPO, dan
FDR ;
metodelogi
yang
digunakan
adalah Uji
Beda Dua
Variabel
yang diuji
adalah ROE
; sampel
penelitian
Pada rasio CAR,
NPF, ROA,
BOPO, dan FDR
tidak terdapat
perbedaan kinerja
keuangan antara
bank umum
syariah hasil spin-
off dan hasil non
spin-off.
39
No. Peneliti,
Tahun
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Temuan Persamaan Perbedaan
Rata-rata
(Uji beda
Independent
Sampel t-
Test dan Uji
beda Mann
Whitney)
2. Noviani
Kurniawati,
2014
Analisis
Perbandingan
Kinerja
Keuangan
Sebelum Dan
Sesudah
Akuisisi Bank
Agroniaga
oleh BRI
Variabel
yang diuji
adalah
ROA, ROE
Variabel
yang diuji
adalah
CAR, NPF,
FDR,
BOPO ;
sampel
penelitian ;
metodelogi
yang
digunakan
adalah uji
beda dua
rata-rata
berpasangan
(Paired
Sampel
Test)
Dari 6 rasio
keuangan
membuktikan
bahwa ada 4 rasio
yang tersidiri dari
Current Ratio,
Debt to Total
Ratio, Return On
Equity, Return On
Asset
menunjukkan
tidak adanya
perbedaan yang
signifikan kinerja
keuangan sebelum
dan sesudah
akuisisi.
Sedangkan untuk
kinerja keuangan
yang diukur
dengan Debt
Equity Ratio dan
Net Profit Margin
menunjukkan
perbedaaan yang
signifikan antara
sebelum dan
sesudah akuisisi.
40
No. Peneliti,
Tahun
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Temuan Persamaan Perbedaan
3. Abdul Hamid,
2015
The Impact
Of Spin-Off
Policy To The
Profitability
On
Indonesian
Islamic
Banking
Industry
Variabel
yang diuji
adalah NPF,
BOPO,
ROA
Variabel
yang diuji
adalah
CAR, ROE,
FDR ;
sampel
penelitian ;
sedangkan
metodelogi
yang
digunakan
adalah
Analisis
Regresi
Hasil penelit ian
menunjukkan
variable dummy
spin-off, NPF dan
BOPO
memberikan
pengaruh yang
signifikan
terhadap rasio
probabilitas
(diukur dengan
ROA) industry
perbankan syariah
Indonesia.
Namun, Margin
deposit tidak
berpengaruh
terhadap rasio
probabilitas.
4. Amalia
Nasuha,
2012
Dampak
Kebijakan
Spin-Off
terhadap
Kinerja Bank
Syariah
Variabel
yang diuji
adalah
CAR, NPF,
ROA, ROE,
FDR
Variabel
yang diuji
adalah
BOPO ;
sampel
penelitian ;
sedangkan
metodelogi
yang
digunakan
adalah
Wilcoxon
Match Pairs
Test
Dari hasil
pengujian
didapatkan, dari
Sembilan variabel
yaitu aset,
pembiayaan,
DPK, laba bersih,
CAR, NPF, FDR,
ROA, dan ROE
yang diuji dengan
metode Wilcoxon
Signed Ranks
Test
menunjukkan
bahwa perbedaan
kinerja antara
sebelum dan
41
No. Peneliti,
Tahun
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Temuan Persamaan Perbedaan
sesudah spin-off
terjadi pada tiga
variabel, yaitu:
aset, pembiayaan,
dan dana pihak
ketiga
(DPK).Sedangkan
pada variabel
lainnya, CAR,
FDR, ROA, dan
ROE tidak
menunjukkan
perbedaan kinerja
antara satu tahun
sebelum dan satu
tahun sesudah
spin-off, dengan
nilai signifikansi
lebih besar dari α.
Hal ini mungkin
disebabkan
karena spin-off
masih baru
dipraktikkan di
industri
perbankan
syariah, sehingga
jangka waktu
pengujian masih
pendek.
5. M. Nur
Rianto Al
Arif,
2014
Keterkaitan
Kebijakan
Pemisahan
Terhadap
Tingkat
Efisiensi
Variabel
yang diuji
adalah NPF,
ROA, dan
BOPO.
Variabel
yang diuji
adalah
CAR, ROE,
dan FDR;
sampel
Hasil penelitian
ini menunjukkan
bahwa terdapat
keterkaitan antara
kebijakan
pemisahan
42
No. Peneliti,
Tahun
Judul
Penelitian
Metode Penelitian Hasil
Temuan Persamaan Perbedaan
Pada Industri
Perbankan
Syariah di
Indonesia
penelitian;
sedangkan
metodelogi
yang
digunakan
adalah
analisis
regresi
berganda.
dengan tingkat
efisiensi
operasional di
industri
perbankan
syariah.
6. Sri Subakti,
2015
Pengaruh
Spin-Off Unit
Usaha
Syariah
Terhadap
Profitabilitas
Bank Syariah
Variabel
yang diuji
adalah
ROA, FDR,
dan BOPO.
Variabel
yang diuji
adalah
CAR,
NPF,dan
ROE;
sampel
penelitian;
sedangkan
metodelogi
yang
digunakan
adalah
analisis
regresi data
panel
Spin-off terbukti
memengarugi profitabilitas bank syariah, faktor-
faktor yang memengaruhi
profitabilitas bank syariah yaitu tabungan
mudharabah berpengaruh
positif dan signifikan terhadap ROA,
BOPO berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap ROA,
FDR berpengaruh positif dan
signifikan
terhadap ROA,
sedangkan inflasi
tidak berpengaruh
terhadap ROA.
43
C. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah Pasal
68 Ayat 1 yang mewajibkan Bank Umum Konvensional melakukan
pemisahan, hal ini bisa dilakukan dengan berbagai cara diantaranya
spin-off dan akuisisi. Setelah dilakukan pemisahan kinerja keuangan
hasil spin-off dan hasil akusisi cenderung sama. Untuk menjawab hal itu
perlu dilakukan perbandingan kinerja keuangan.
Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah
Hasil Spin-off
Kinerja Keuangan Bank
Umum Syariah
Hasil Akuisisi
CAR NPF ROA ROE BOPO FDR
Uji Normalitas
Uji Beda
Independent Sampel t-Test
Uji Beda
Mann-Whitney
Interpretasi
Kesimpulan
44
D. Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang masih harus
dibuktikan kebenarannya di dalam kenyataan (empirical veriefication),
percobaan (experimentation), atau praktek (implementation). (Umar, 2003).
Jadi hipotesis, merupakan dugaan sementara yang harus dibuktikan
kebenarannya.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. CAR (Capital Adequacy Ratio)
H01: Tidak terdapat CAR perbedaan yang signifikan pada kinerja
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Ha1: Terdapat perbedaan CAR yang signifikan pada kinerja keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
2. NPF (Non Performing Finance)
H02: Tidak terdapat perbedaan NPF yang signifikan pada kinerja
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Ha2: Terdapat perbedaan NPF yang signifikan pada kinerja keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
3. ROA (Return on Asset)
H03: Tidak terdapat perbedaan ROA yang signifikan pada kinerja
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Ha3: Terdapat perbedaan ROA yang signifikan pada kinerja keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
45
4. ROE (Return on Equity)
H04: Tidak terdapat perbedaan ROE yang signifikan pada kinerja
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Ha4: Terdapat perbedaan ROE yang signifikan pada kinerja keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
5. BOPO (Beban Operasional dan Pendapatan Operasional)
H05: Tidak terdapat perbedaan BOPO yang signifikan pada kinerja
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Ha5: Terdapat perbedaan BOPO yang signifikan pada kinerja keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
6. FDR (Finance to Deposit Ratio)
H06: Tidak terdapat perbedaan FDR yang signifikan pada kinerja
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Ha6: Terdapat perbedaan FDR yang signifikan pada kinerja keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
46
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Jenis penelitian ini tergolong penelitian komparatif yang merupakan
bentuk atau metode penelitian yang dilakukan untuk membandingkan suatu
variabel. Adapun yang termasuk dalam penelitian komparatif yaitu
membandingkan kinerja keuangan bank hasil spin-off dengan bank hasil
akuisisi.
Jenis penelitian ini menggunakan analisis data kuantitatif dengan
melakukan pengolahan variabel input dan output yang digunakan dalam
penelitian. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai dengan
bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis dengan
menggunakan teknik perhitungan statistik (Siregar, 2013)
Penelitian ini dilakukan pada Bank Umum Syariah (BUS) yang
merupakan hasil spin-off dan hasil akuisisi yang memiliki data laporan
keuangan tahunan dari tahun 2014 sampai dengan 2016.
Sumber data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder
yaitu data yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi, sudah dikumpulkan
dan diolah oleh pihak lain, biasanya sudah dalam bentuk publikasi dan
terdikumentasi (Suryani, 2015). Data yang diperoleh berasal dari Laporan
Keuangan tahun 2014-2016 yang dipublikasikan di website resmi bank
syariah yang menjadi sampel penelitian.
47
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Sugiyono (2009), menyatakan populasi adalah wilayah generalisas i
yang terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah
yang terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan yaitu sebanyak 13 BUS, adapun
gambaran lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 3.1 : Populasi Penelitian pada BUS di Indonesia
No. Nama Bank Umum Syariah Kode Bank
1. Bank Muamalat Indonesia BMI
2. Bank Jabar Banten Syariah BJBS
3. Bank BNI Syariah BNIS
4. Bank Syariah Mandiri BSM
5. Bank Mega Syariah BMS
6. Bank BRI Syariah BRIS
7. Bank Syariah Bukopin BSB
8. Bank Panin Syariah BPS
9. Bank Victoria Syariah BVS
10. BCA Syariah BCAS
11. Maybank Syariah Indonesia MSI
12. Bank Tabungan Pensiun Nasional
Syariah BTPNS
13. Bank Aceh Syariah BAS
48
Metode penentuan sampel dalam penelitian ini menggunakan
nonprobability sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel yang
tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Dari berbagai macam jenis teknik
sampling nonprobability sampling, peneliti melakukan teknik sampling
secara purposive sampling yang merupakan teknik penentuan sampel
dengan berdasarkan kriteria tertentu yang sesuai dengan tujuan penelit ian
(Sugiyono, 2009).
Adapun kriteria dalam penentuan sampel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Bank Umum Syariah yang beroperasi di Indonesia yang terdaftar di
Otoritas Jasa Keuangan atau Bank Indonesia selama periode penelit ian
2014-2016, tidak termasuk Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS)
dan Unit Usaha Syariah (UUS).
2. Bank Umum Syariah yang menyajikan laporan keuangan selama
periode penelitian 2014-2016 dan telah dipublikasikan di website
resmi bank umum syariah yang bersangkutan.
3. Bank Umum Syariah yang merupakan hasil spin-off.
4. Bank Umum Syariah yang merupakan hasil akuisisi.
Berdasarkan kriteria di atas, maka untuk gambaran lebih detailnya
dapat dilihat pada tabel seleksi kriteria penentuan sampel di bawah ini :
49
Tabel 3.2 : Proses Pengambilan Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Sampel Penelitian
1. Populasi Bank Umum Syariah
Periode 2014-2016 13
2.
Bank Umum Syariah yang sudah
mempublikasikan laporan
keuangan dari tahun 2014-2016
12
3. Bank Umum Syariah yang
merupakan hasil spin-off 2
4. Bank Umum Syariah yang
merupakan hasil akuisisi 2
Jumlah Bank Umum Syariah sebagai
sampel 4
Jumlah Data Penelitian (4 x 3 tahun) 12
Sumber : Telaah Peneliti
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, maka diambil 6 sampel
penelitian yaitu 2 Bank Umum Syariah yang merupakan hasil spin-off dan
2 Bank Umum Syariah hasil akuisisi. Sampel penelitian dapat dilihat pada
tabel berikut :
Tabel 3.3 : Sampel Penelitian
Bank Umum Syariah Hasil Spin-
off
Bank Umum Syariah Hasil
Akuisisi
Bank Jabar Banten Syariah Bank BRI Syariah
Bank BNI Syariah Bank BCA Syariah
Sumber : Daftar BUS di Otoritas Jasa Keuangan
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan penelitian ini merupakan sekunder, data
sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono,
50
2010). Data penelitian ini diperoleh langsung dari website resmi Bank
Umum Syariah seperti laporan keuangan tahunan. Metode yang digunakan
dalam pengumpulan data untuk melakukan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Field Research
Peneliti menggunakan data sekunder berupa data rutut waktu (time
series) dengan skala tahunan yang diambil dari data publikasi laporan
keuangan berupa kinerja keuangan (rasio Capital Adequacy Ratio
(CAR), rasio Non Performing Financing (NPF), rasio Returm On
Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Beban Operasional
Pendapatan Operasional (BOPO), serta rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR)) dengan rentang waktu dari tahun 2014 sampai dengan
tahun 2016.
2. Library Research
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh
dari membaca literature, buku, artikel, jurnal dan sejenisnya yang
berhubungan dengan aspek yang diteliti sebagai upaya memperoleh
data yang valid.
3. Internet Research
Terkadang buku referensi atau literature yang kita miliki atau pinjam
di perpustakaan tertinggi selama beberapa waktu atau kadaluarsa,
karena ilmu selalu berkembang seiring berjalannya waktu. Oleh
karena itu, untuk mengantisipasi hal tersebut penulis melakukan
51
penelitian dengan menggunakan teknologi yang juga berkembang
yaitu internet sehingga data yang diperoleh merupakan data yang
sesuai dengan perkembangan zaman.
D. Metode Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan data kuantitat if
dengan melakukan pengolahan variable input dan output yang digunakan
dalam penelitian. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka. Sesuai
dengan bentukya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisisi dengan
menggunakan teknik perhitungan statistik (Siregar, 2013).
1. Uji Normalitas Data
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah masing-mas ing
variable terdistribusi normal atau tidak (Ghozali, 2016). Uji Normalitas
data akan dilakukan dengan uji One Sampel Kolomogrov-smirnov Test.
Uji One Sampel Kolomogrov-smirnov Test sangat membantu penelit ian
untuk mengetahui apakah sampel yang dipilih berasal dari data yang
terdistribusi secara normal atau data yang tidak berdistribusi normal
(Bhuono Agung, 2005). Jika data yang diuji tidak normal maka
dilakukan uji beda non parametic yang menggunakan Mann-Whitney
Test sebaliknya jika data normal digunakan Independent Sampel T-Test
(Almilia dan Herdiningtyas, 2005)
Menurut Imam Ghazali yang dapat dibuat adalah:
H0 : Variabel residual berdistribusi normal.
Ha :Variabel residual tidak berdistribusi normal.
52
Dasar pengambilan keputusan pada uji ini adalah :
Jika Asmp. Sig. atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal (H0 diterima)
Jika Asmp. Sig. atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal (H0 ditolak)
2. Uji Beda
a. Uji Independent sampel T-Test
Uji Independent Sample T-Test adalah uji yang digunakan untuk
menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memilik i
nilai rata-rata yang berbeda. Uji beda T-Test dilakukan dengan cara
membandingkan perbedaan antara dua nilai rata-rata dengan
standard error dari perbedaan rata-rata dan sampel. Jadi, tujuan dari
uji beda T-Test adalah membandingkan rata-rata dari grup yang
tidak berhubungan satu dengan yang lain, apakah kedua grup
tersebut mempunyai nilai rata-rata yang sama ataukah tidak secara
signifikan (Ghozali, 2016).
Jika F hitung dengan equal variance assumed (diasumsikan
kedua varians sama) memiliki nilai sig. > 0.05 maka dinyatakan
kedua varians sama. Jika kedua varians dinyatakan sama maka
sebaiknya menggunakan dasar equal variance assumed
(diasumsikan kedua varian sama) untuk t hitung. Jika t hitung sig. <
0.05 dapat dikatakan kinerja keuangan antara bank umum syariah
53
hasil spin-off dan hasil akuisisi tidak dapat perbedaan yang
signifikan.
Jika F hitung equal variance assumed (diasumsikan kedua
varians sama) memiliki nilai sig. 0.05 maka dinyatakan kedua
varians berbeda. Jika kedua varians berbeda maka menggunakan
dasar equal variance not assumed (diasumsikan kedua varians tidak
sama) untuk t hitung. Jika t hitung untuk equal variance not assumed
(diasumsikan kedua varians tidak sama) memiliki sig > 0.05 maka
dapat dinyatakan kinerja keuangan antara bank umum syariah hasil
spin-off dan hasil akuisisi tidak memiliki perbedaan yang signifikan,
sebaliknya jika t hilang untuk equal variance not assumed
(diasumsikan kedua varians tidak sama) memiliki sig. < 0.05 maka
dapat dinyatakan kinerja keuangan bank umum syariah hasil spin-
off dan hasil akuisisi memiliki perbedaan yang signifikan.
Hipotesis uji F sebagai berikut :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dengan rasio
keuangan bank umum syariah hasil akuisisi.
Ha : Terdapat perbedaan signifikan pada pada rasio keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dengan rasio keuangan
bank umum syariah hasil akuisisi.
54
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp.sig (2-tailed) > 0.05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.sig (2-tailed) <0.05 maka H0 ditolak.
b. Uji Mann-Whitney
Statistik nonparametik digunakan bila asumsi distribusi dati
statistic parametik tidak terpenuhi .salah satu uji statistik
nonparametik yaitu uji Mann-Whitney (Mann-Whitney Test) disebut
juga uji U. Uji Mann-Whitney merupakan alternatif dari uji T dua
sampel independen dengan tujuan melakukan uji beda statistik
nonparametik. Ada dua kriteria utama yang digunakan untuk
menentukan apakah uji statistic nonparametik diperlukan
(Stanislaus, 2006:265).
Hipotesis yang digunakan dalam pengujian ini :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada rasio
keuangan bank umum syariah hasil spin-off dengan rasio
keuangan bank umum syariah hasil akuisisi.
Ha : Terdapat perbedaan signifikan pada pada rasio keuangan
bank umum syariah hasil spin-off dengan rasio keuangan
bank umum syariah hasil akuisisi.
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp. Sig (2-Tailed)> 0.05 maka H0 diterima.
Jika Asymp. Sig (2-Tailed)< 0.05 maka H0 ditolak.
55
E. Operasional Variabel Penelitian
Operasional variabel penelitian merupakan spesifikasi kegiatan
penelitian dalam mengukur suatu variabel. Spesifikasi tersebut
menunjukkan indikator dari variabel peneliti yang diperoleh melalui
pengamatan dan penelitian terdahulu. Adapun variabel operasional yang
digunakan dapat dilihat dalam tabel berikut:
Tabel 3.4 : Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Pengukuran
Variabel
Skala
Ukur
Sumber
1. Capital
Adequacy
Ratio
(CAR)
CAR adalah
rasio
perbandingan
rasio modal
terhadap aktiva
tertimbang
menurut resiko.
Modal
ATMR𝑥 100%
Rasio Mandasari
(2015)
2. Non
Performin
g Finance
(NPF)
NPF adalah
suatu keadaan
dimana nasabah
sudah tidak
sanggup
membayar
seluruh
kewajibannya
kepada bank
seperti yang
telah dijanjikan.
Jumlah Pembiayaan
BermasalahTotal
Pembiayaan
𝑥 100%
Rasio Mudrajat
dan
Suharjono
(2002)
3. Return on
Asset
(ROA)
ROA adalah
kemampuan
bank untuk
memperoleh
laba atas
sejumlah asset
yang dimiliki
oleh bank.
Laba Sebelum
Pajak
Total Aset𝑥 100%
Rasio Azis
(2015)
56
No Variabel Definisi Pengukuran
Variabel
Skala
Ukur
Sumber
4. Return on
Equity
(ROE)
ROE adalah
rasio untuk
mengindikasika
n kemampuan
bank
menghasilkan
laba dengan
menggunkan
ekuitasnya.
Laba Bersih Setelah Pajak
Total Equity
𝑥 100%
Rasio Azis
(2015)
5. Biaya
Operasion
al dan
Pendapata
n
Operasion
al (BOPO)
BOPO adalah
rasio yang
membandingkan
antara biaya
operasional dan
pendapatan
operasional
dalam
mengukur
tingkat efisiensi
dan kemampuan
bank dalam
melakukan
kegiatan
operasionalnya.
Biaya OperasionalPendapatan Operasional
𝑥 100%
Rasio Rivai
(2007)
6. Finance
Deposit to
Ratio
(FDR)
FDR adalah
rasio yang
menyatakan
seberapa jauh
kemampuan
bank dalam
membayar
kembali
penarikan dana
yang dilakukan
deposan dengan
mengandalkan
pembiayaan
yang diberikan
Jumlah Pembiayaan
yang
DisalurkanTotal Deposit
𝑥 100%
Rasio Dendawija
ya (2005)
57
No Variabel Definisi Pengukuran
Variabel
Skala
Ukur
Sumber
sebagai sumber
likuiditasnya.
58
BAB IV
HASIL DAN PENELITIAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah Perbankan Syariah
Pendirian bank Islam Indonesia dimulai pada tahun 1980 melalui
diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar ekonomi Islam.
Pada tahun 1990 Majelis Ulama Indonesia (MUI) membentuk kelompok
kerja untuk mendirikan Bank Islam di Indonesia. Pada tanggal 18 – 20
Agustus 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyelenggarakan
lokakarya bunga bank dan perbankan di Cisarua, Bogor, Jawa Barat.
Hasil lokakarya tersebut kemudian dibahas lebih mendalam pada
Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta 22 – 25 Agustus 1990, yang
menghasilkan amanat bagi pembentukan kelompok kerja pendirian
bank Islam di Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim
Perbankan MUI dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan
konsultasi dengan semua pihak yang terkait.
Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah berdirilah
bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat Indonesia
(BMI), yang sesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1 Nopember
1991. Sejak tanggal 1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi dengan modal
awal sebesar Rp 106.126.382.000,-
Pada awal masa operasinya, keberadaan bank syariah belumla h
memperolehperhatian yang optimal dalam tatanan sektor perbankan
59
nasional. Landasan hukum operasi bank yang menggunakan sistem
syariah, saat itu hanya diakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank
dengan sistem bagi hasil pada UU No. 7 Tahun 1992; tanpa rincian
landasan hukum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan.
Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1998
melakukan penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10
Tahun 1998, yang secara tegas menjelaskan bahwaterdapat dua sistem
dalam perbankan di tanah air (dual banking system), yaitu sistem
perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Peluang ini
disambut hangat masyarakat perbankan, yang ditandai dengan
berdirinya beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI, Bank Syariah
Mandiri, Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank
Bukopin, BPD Jabar dan BPD Aceh dll.
Pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan
kepastian hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah,
seperti: (i) UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah; (ii) UU
No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara (sukuk); dan
(iii) UU No.42 tahun 2009 tentang Amandemen Ketiga UU No.8 tahun
1983 tentang PPN Barang dan Jasa. Dengan telah diberlakukannya
Undang-Undang No.21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah yang
terbit tanggal 16 Juli 2008, maka pengembangan industri perbankan
syariah nasional semakin memiliki landasan hukum yang memadai dan
akan mendorong pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan
60
progres perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata
pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir,
maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung
perekonomian nasional akan semakin signifikan.Lahirnya UU
Perbankan Syariah mendorong peningkatan jumlah BUS dari sebanyak
5 BUS menjadi 11 BUS dalam kurun waktu kurang dari dua tahun
(2009-2010).
Sejak mulai dikembangkannya sistem perbankan syariah di
Indonesia, dalam dua dekade pengembangan keuangan syariah nasional,
sudah banyak pencapaian kemajuan, baik dari aspek lembagaan dan
infrastruktur penunjang, perangkat regulasi dan sistem pengawasan,
maupun awareness dan literasi masyarakat terhadap layanan jasa
keuangan syariah. Sistem keuangan syariah kita menjadi salah satu
sistem terbaik dan terlengkap yang diakui secara internasional. Per Juni
2015, industri perbankan syariah terdiri dari 12 Bank Umum Syariah,
22 Unit Usaha Syariah yang dimiliki oleh Bank Umum Konvensiona l
dan 162 BPRS dengan total aset sebesar Rp. 273,494 Triliun dengan
pangsa pasar 4,61%. Khusus untuk wilayah Provinsi DKI Jakarta, total
aset gross, pembiayaan, dan Dana Pihak Ketiga (BUS dan UUS)
masing-masing sebesar Rp. 201,397 Triliun, Rp. 85,410 Triliun dan Rp.
110,509 Triliun.
Pada akhir tahun 2013, fungsi pengaturan dan pengawasan
perbankan berpindah dari Bank Indonesia ke Otoritas Jasa Keuangan.
61
Maka pengawasan dan pengaturan perbankan syariah juga beralih ke
OJK. OJK selaku otoritas sektor jasa keuangan terus menyempurnakan
visi dan strategi kebijakan pengembangan sektor keuangan syariah yang
telah tertuang dalam Roadmap Perbankan Syariah Indonesia 2015-2019
yang dilaunching pada Pasar Rakyat Syariah 2014. Roadmap ini
diharapkan menjadi panduan arah pengembangan yang berisi insiat if-
inisiatif strategis untuk mencapai sasaran pengembangan yang
ditetapkan. (www.ojk.go.id)
2. Bank BJB Syariah
Pendirian bank bjb syariah diawali dengan pembentukan Divisi/Unit
Usaha Syariah oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan
Banten Tbk. pada tanggal 20 Mei 2000, dengan tujuan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat Jawa Barat yang mulai tumbuh keinginannya
untuk menggunakan jasa perbankan syariah pada saat itu.
Manajemen PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten
Tbk. setelah 10 tahun beroperasi, berpandangan bahwa untuk
mempercepat pertumbuhan usaha syariah serta mendukung program
Bank Indonesia yang menghendaki peningkatan share perbankan
syariah, maka dengan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. diputuskan
untuk menjadikan Divisi/Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum
Syariah.
62
Sebagai tindak lanjut keputusan Rapat Umum Pemegang Saham PT
Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. maka pada
tanggal 15 Januari 2010 didirikan bank bjb syariah berdasarkan Akta
Pendirian Nomor 4 yang dibuat oleh Notaris Fathiah Helmi dan telah
mendapat pengesahan dari Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia
Nomor AHU.04317.AH.01.01 Tahun 2010 tanggal 26 Januari 2010.
Pada saat pendirian bank bjb syariah memiliki modal disetor sebesar
Rp.500.000.000.000 (lima ratus milyar rupiah), kepemilikan saham
bank bjb syariah dimiliki oleh PT Bank Pembangunan Daerah Jawa
Barat dan Banten Tbk. dan PT Global Banten Development, dengan
komposisi PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk.
sebesar Rp.495.000.000.000 (empat ratus sembilan puluh lima milyar
rupiah) dan PT Banten Global Development sebesar Rp.5.000.000.000
(lima milyar rupiah).
Pada tanggal 6 Mei 2010 bank bjb syariah memulai usahanya,
setelah diperoleh Surat Ijin Usaha dari Bank Indonesia Nomor
12/629/DPbS tertanggal 30 April 2010, dengan terlebih dahulu
dilaksanakan pemisahan dari Divisi/Unit Usaha Syariah PT Bank
Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. yang akan menjadi
Bank BJB Syariah.
3. Bank BNI Syariah
Tempaan krisis moneter tahun 1997 membuktikan ketangguhan
sistem perbankan syariah. Prinsip Syariah dengan 3 (tiga) pilarnya yaitu
63
adil, transparan dan maslahat mampu menjawab kebutuhan masyarakat
terhadap sistem perbankan yang lebih adil, dengan berlandaskan pada
Undang-undang No.10 Tahun 1998, pada tanggal tanggal 29 April 2000
didirikan Unit Usaha Syariah (UUS) BNI dengan 5 kantor cabang di
Yogyakarta, Malang, Pekalongan, Jepara dan Banjarmasin. Selanjutnya
UUS BNI terus berkembang menjadi 28 Kantor Cabang dan 31 Kantor
Cabang Pembantu.
Disamping itu nasabah juga dapat menikmati layanan syariah di
Kantor Cabang BNI Konvensional (office channelling) dengan lebih
kurang 1500 outlet yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Di dalam
pelaksanaan operasional perbankan, BNI Syariah tetap memperhatikan
kepatuhan terhadap aspek syariah. Dengan Dewan Pengawas Syariah
(DPS) yang saat ini diketuai oleh KH.Ma’ruf Amin, semua produk BNI
Syariah telah melalui pengujian dari DPS sehingga telah memenuhi
aturan syariah.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/2010 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah dan di dalam Corporate Plan UUS
BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat temporer dan
akan dilakukan spin off tahun 2009. Rencana tersebut terlaksana pada
tanggal 19 Juni 2010 dengan beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank
Umum Syariah (BUS). Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak
terlepas dari faktor eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu
64
dengan diterbitkannya UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dan UU No.21 tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap pengembangan
perbankan syariah semakin kuat dan kesadaran terhadap keunggulan
produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
4. Bank BRI Syariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007 dan setelah
mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober 2008 melalui
suratnya o.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada tanggal 17
November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi beroperasi.
Kemudian PT. Bank BRISyariah merubah kegiatan usaha yang semula
beroperasional secara konvensional, kemudian diubah menjadi kegiatan
perbankan berdasarkan prinsip syariah Islam.
Dua tahun lebih PT. Bank BRISyariah hadir mempersembahkan
sebuah bank ritel modern terkemuka dengan layanan finansial sesuai
kebutuhan nasabah dengan jangkauan termudah untuk kehidupan lebih
bermakna. Melayani nasabah dengan pelayanan prima (service
excellence) dan menawarkan beragam produk yang sesuai harapan
nasabah dengan prinsip syariah.
Kehadiran PT. Bank BRISyariah di tengah-tengah industr i
perbankan nasional dipertegas oleh makna pendar cahaya yang
mengikuti logo perusahaan. Logo ini menggambarkan keinginan dan
65
tuntutan masyarakat terhadap sebuah bank modern sekelas PT. Bank
BRISyariah yang mampu melayani masyarakat dalam kehidupan
modern. Kombinasi warna yang digunakan merupakan turunan dari
warna biru dan putih sebagai benang merah dengan brand PT. Bank
Rakyat Indonesia (Persero), Tbk.,
Aktivitas PT. Bank BRISyariah semakin kokoh setelah pada 19
Desember 2008 ditandatangani akta pemisahan Unit Usaha Syariah PT.
Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., untuk melebur ke dalam PT.
Bank BRISyariah (proses spin-off) yang berlaku efektif pada tanggal 1
Januari 2009. Penandatanganan dilakukan oleh Bapak Sofyan Basir
selaku Direktur Utama PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dan
Bapak Ventje Rahardjo selaku Direktur Utama PT. Bank BRISyariah.
Saat ini PT. Bank BRISyariah menjadi bank syariah ketiga terbesar
berdasarkan aset. PT. Bank BRISyariah tumbuh dengan pesat baik dari
sisi aset, jumlah pembiayaan dan perolehan dana pihak ketiga. Dengan
berfokus pada segmen menengah bawah, PT. Bank BRISyariah
menargetkan menjadi bank ritel modern terkemuka dengan berbagai
ragam produk dan layanan perbankan.
Sesuai dengan visinya, saat ini PT. Bank BRISyariah merint is
sinergi dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk., dengan
memanfaatkan jaringan kerja PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero),
Tbk., sebagai Kantor Layanan Syariah dalam mengembangkan bisnis
66
yang berfokus kepada kegiatan penghimpunan dana masyarakat dan
kegiatan konsumer berdasarkan prinsip Syariah.
5. Bank BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam
beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengena i
ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi kebutuhan
nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta Akuisisi No. 72
tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris Dr. Irawan
Soerodjo, S.H., Msi, .PT.Bank Central Asia, Tbk (BCA) mengakuis is i
PT Bank Utama Internasional Bank (Bank UIB) yang nantinya menjadi
PT. Bank BCA Syariah.
Berdasarkan Akta Pernyataan Keputusan di Luar Rapat Perseroan
Terbatas PT Bank UIB No. 49 yang dibuat dihadapan Notaris Pudji
Rezeki Irawati, S.H., tanggal 16 Desember 2009, tentang perubahan
kegiatan usaha dan perubahan nama dari PT Bank UIB menjadi PT Bank
BCA Syariah. Akta perubahan tersebut telah disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No. AHU-
01929. AH.01.02 tanggal 14 Januari 2010. Pada tanggal yang sama telah
dilakukan penjualan 1 lembar saham ke BCA Finance, sehingga
kepemilikan saham sebesar 99,9997% dimiliki oleh PT Bank Central
Asia Tbk, dan 0,0003% dimiliki oleh PT BCA Finance.
Perubahan kegiatan usaha Bank dari bank konvensional menjadi
bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui
67
Keputusan Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2
Maret 2010. Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April
2010, BCA Syariah resmi beroperasi sebagai bank umum syariah.
B. Analisis Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Bank Umum Syariah
Hasil Spin-off dan Hasil Akuisisi
Statistik deskriptif berguna untuk melihat distribusi pemusatan dan
penyebaran data. Distribusi pemusatan data digunakan ukuran rata-rata.
Rata-rata ini merupakan ukuran tunggal untuk melihat dimana data
berpusat. Ukuran penyebaran data dapat diketahui dari nilai minimum dan
maksimum. Berikut adalah statistik deskriptif kinerja keuangan Bank
Umum Syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi :
1. Variabel Capital Adequacy Ratio (CAR)
Dalam menjalankan fungsinya bank harus menjaga rasio kecukupan
modalnya atau CAR (Capital Adequacy Ratio). Perkembangan Capital
Adequacy Ratio (CAR) dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 4.1
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Tahun 2014-2016
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
15.78% 22.53% 18.25% 14.92% 22.53% 17.20%
Bank BNI Syariah 16.26% 15.48% 14.92%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 12.89% 13.94% 20.63% 12.89% 36.70% 24.68%
Bank BCA Syariah 29.60% 34.30% 36.70%
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
68
Pada tabel 4.1 dapat diketahui bahwa nilai minimum CAR Bank
Umum Syariah hasil akuisisi lebih kecil dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil spin-off dimana CAR hasil spin-off sebesar 14,92% dan
hasil akuisisi 12,89%. Berbeda dengan nilai minimum, nilai maksimum
CAR Bank Umum Syariah hasil akuisisi lebih besar dibandingkan Bank
Umum Syariah hasil spin-off, yaitu sebesar 36,70% hasil akuisisi dan
22,53% hasil spin-off.
Nilai rata-rata yang merupakan ukuran pemusatan data diketahui
bahwa Bank Umum Syariah hasil akuisisi memiliki rata-rata CAR lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata Bank Umum Syariah hasil spin-
off, yaitu rata-rata Bank Umum Syariah hasil akuisisi sebesar 24,68%
dan Bank Umum Syariah hasil spin-off sebesar 17,20%. Dengan
melihat nilai mean tersebut dapat disimpulkan bahwa CAR Bank
Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah hasil akuisis i
dikatakan baik karena lebih dari batas minimal Bank Indonesia sebesar
8%.
2. Variabel Non Performing Financing (NPF)
NPF merupakan rasio yang digunakan mengukur kemampuan
manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang ada dapat
dipenuhi dengan aktiva produktif yang dimiliki oleh suatu bank.
Perkembangan Non Performing Financing (NPF) dapat dilihat melalui
tabel berikut :
69
Tabel 4.2
Non Performing Financing (NPF)
Tahun 2014-2016
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
4.95% 4.84% 4.42% 1.86% 4.95% 3.59%
Bank BNI Syariah 1.86% 2.53% 2.94%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 4.60% 4.86% 4.57% 0.10% 4.86% 2.56%
Bank BCA Syariah 0.10% 0.70% 0.50%
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa nilai minimum NPF Bank
Umum Syariah hasil akuisisi lebih kecil dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil spin-off dimana NPF hasil spin-off sebesar 1,86% dan
hasil akuisisi 0,10%. Sama halnya dengan nilai maksimum NPF Bank
Umum Syariah hasil spin-off lebih besar dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi, yaitu sebesar 4,95% hasil spin-off dan 4,86%
hasil akuisisi.
Nilai rata-rata yang merupakan ukuran pemusatan data diketahui
bahwa Bank Umum Syariah hasil spin-off memiliki rata-rata lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata Bank Umum Syariah hasil
akuisisi, yaitu rata-rata Bank Umum Syariah hasil spin-off sebesar
3,59% dan Bank Umum Syariah hasil akuisisi sebesar 2,56%. Mengacu
pada ketentuan Bank Indonesia, dengan melihat nilai mean tersebut
dapat disimpulkan bahwa NPF Bank Umum Syariah hasil spin-off
70
maupun hasil akuisisi dapat dikatakan sehat karena terletak diantara 2%
- 5%.
3. Variabel Return on Assets (ROA)
Rasio Return on Assets (ROA) ini sering digunakan manajemen
untuk mengukur kinerja keuangann perusahaan dan menilai kinerja
operasional dalam memanfaatkan sumber daya yang dimilik i
perusahaan. Perkembangan Return on Assets (ROA) dapat diliha t
melalui tabel berikut:
Tabel 4.3
Return on Assests (ROA)
Tahun 2014-2016
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
0.72% 0.25% -8.09% -8.09% 1.44% -0.50%
Bank BNI Syariah 1.27% 1.43% 1.44%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 0.08% 0.77% 0.95% 0.08% 1.10% 0.78%
Bank BCA Syariah 0.80% 1.00% 1.10%
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai minimum ROA Bank
Umum Syariah hasil spin-off lebih kecil dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi dimana hasil spin-off sebesar -8,09% dan hasil
akuisisi 0,08%. Nilai maksimum ROA Bank Umum Syariah hasil
akuisisi lebih kecil dibandingkan Bank Umum Syariah hasil spin-off,
yaitu sebesar 1,44% hasil spin-off dan 1,10% hasil akuisisi.
71
Nilai rata-rata yang merupakan ukuran pemusatan data diketahui
bahwa Bank Umum Syariah hasil akuisi memiliki rata-rata lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata Bank Umum Syariah hasil spin-off, yaitu
rata-rata Bank Umum Syariah hasil akuisisi sebesar 0,78% dan Bank
Umum Syariah hasil spin-off sebesar -0,50%. Menurut Surat Edaran
Bank Indonesia No.9/24/DPbs/2007 jumlah minimal ROA yang harus
dipenuhi oleh suatu bank adalah 0,5%-1.25%. Mengacu pada kentuan
tersebut, dengan melihat nilai mean tersebut dapat disimpulkan bahwa
ROA Bank Umum Syariah hasil akuisisi lebih baik karena berada di
atas 0,5% sedangkan untuk Bank Umum Syariah hasil spin-off
dinyatakan kurang baik karena berada di bawah 0,5%.
4. Variabel Return on Equity (ROE)
Return on Equity (ROE) merupakan ukuran rate of return menurut
pemilik saham bank. Hal ini memperkirakan keuntungan bersih yang
diterima pemilik saham dari menginvestasi modal ke bank.
Perkembangan Return on Equity (ROE) dapat dilihat melalui tabel
berikut:
72
Tabel 4.4
Return on Equity (ROE)
Tahun 2014-2016
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
3.73% 0.92% -49.05% -49.05% 11.94% -1.71%
Bank BNI Syariah 10.83% 11.39% 11.94%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 0.44% 6.33% 7.40% 0.44% 7.40% 3.95%
Bank BCA Syariah 2.90% 3.10% 3.50%
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pada tabel 4.4 dapat diketahui bahwa nilai minimum ROE Bank
Umum Syariah hasil spin-off lebih kecil dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi dimana hasil spin-off sebesar -49,05% dan hasil
akuisisi 0,44%. Berbeda dengan nilai minimum, nilai maksimum ROE
Bank Umum Syariah hasil spin-off lebih besar dibandingkan Bank
Umum Syariah hasil akuisisi, yaitu sebesar 11,94% hasil akuisisi dan
7,40% hasil spin-off.
Nilai rata-rata yang merupakan ukuran pemusatan data diketahui
bahwa Bank Umum Syariah hasil akuisisi memiliki rata-rata lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata Bank Umum Syariah hasil spin-off, yaitu
rata-rata Bank Umum Syariah hasil akuisisi sebesar 3,95% dan Bank
Umum Syariah hasil spin-off sebesar -1,71%. Apabila semakin tinggi
Return on Equity (ROE) menunjukkan kinerja yang baik, karena tingkat
pengembalian akan semakin besar. Dengan melihat nilai mean tersebut
73
dapat disimpulkan bahwa Bank Umum Syariah hasil akuisisi lebih baik
dari pada Bank Umum Syariah hasil spin-off.
5. Variabel Beban Operasional dan Pendapatan Operasional
(BOPO)
BOPO merupakan rasio rentabilitas, keberhasilan bank didasarkan
pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank dapat diukur
dengan menggunakan rasio biaya operasional terhadap pendapatan
operasional. Perkembangan BOPO dapat dilihat melalui tabel berikut :
Tabel 4.5
Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Tahun 2014-2016
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
91.01% 98.78% 122.77% 87.67% 122.77% 96.61%
Bank BNI Syariah 89.80% 89.63% 87.67%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 99.77% 93.79% 91.33% 91.33% 99.77% 93.75%
Bank BCA Syariah 92.90% 92.50% 92.20%
Sumber: Data sekunder yang telah diolah
Pada tabel 4.5 dapat diketahui bahwa nilai minimum BOPO Bank
Umum Syariah hasil akuisisi lebih besar dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil spin-off dimana hasil akuisisi sebesar 91,33% dan hasil
spin-off sebesar 87,67%. Sama halnya nilai maksimum ROA Bank
Umum Syariah hasil spin-off lebih besar dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi, yaitu sebesar 122,77% hasil spin-off dan 99,77%
hasil akuisisi.
74
Nilai rata-rata yang merupakan ukuran pemusatan data diketahui
bahwa Bank Umum Syariah hasil spin-off memiliki rata-rata lebih besar
dibandingkan dengan rata-rata Bank Umum Syariah hasil akuisisi, yaitu
rata-rata Bank Umum Syariah hasil spin-off sebesar 96,61% dan Bank
Umum Syariah hasil akuisisi sebesar 93,75%. Untuk BOPO bank
umum syariah standar dari Bank Indonesia yaitu 92%, semakin rendah
nilai BOPO maka akan semakin baik kualitasnya. Mengacu pada
ketentuan Bank Indonesia, dengan melihat nilai mean tersebut dapat
disimpulkan bahwa BOPO Bank Umum Syariah hasil akuisisi lebih
baik dari pada Bank Umum Syariah hasil spin-off.
6. Variabel Financing to Deposit Ratio (FDR)
Financing to Deposit (FDR) merupakan perbandingan antara
pembiayaan yang diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang
berhasil dihimpun perbankan syariah. tinggi rendahnya rasio ini
menunjukkan tingkat likuiditas bank tersebut. Perkembangan
Financing to Deposit Ratio (FDR) dapat dilihat melalui tabel tersebut:
Tabel 4.6
Financing to Deposit Ratio (FDR)
Tahun 2014-2016
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
84.02% 104.75% 98.73% 84.02% 104.75% 92.77%
Bank BNI Syariah 92.60% 91.94% 84.57%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 93.90% 84.16% 81.42% 81.42% 93.90% 88.70%
Bank BCA Syariah 91.20% 91.40% 90.10%
75
Pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa nilai minimum FDR Bank
Umum Syariah hasil akuisisi lebih kecil dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil spin-off dimana hasil akuisisi sebesar 81,42% dan hasil
spin-off sebesar 84,02%. Sama halnya nilai maksimum FDR Bank
Umum Syariah hasil spin-off lebih besar dibandingkan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi, yaitu sebesar 104,75% hasil spin-off dan
93,90% hasil akuisisi.
Nilai rata-rata yang merupakan ukuran pemusatan data diketahui
bahwa Bank Umum Syariah hasil spin-off memiliki rata-rata lebih
besar dibandingkan dengan rata-rata Bank Umum Syariah hasil
akuisisi, yaitu rata-rata Bank Umum Syariah hasil spin-off sebesar
92,77% dan Bank Umum Syariah hasil akuisisi sebesar 88,70%.
Dengan nilai rasio FDR masing-masing Bank yang berada dibawah
110% sesuai ketentuan Bank Indonesia, maka kedua Bank dikatakan
baik. Dengan melihat nilai mean tersebut dapat disimpulkan Bank
Umum Syariah hasil akuisisi memiliki rasio FDR lebih baik
dibandingkan dengan rasio FDR Bank Umum Syariah hasil spin-off.
C. Pengujian Hipotesis
1. Uji Normalitas (One Sample Kolomogrov-Smirnov)
Sebelum melakukan pengujuan hipotesis perlu dilakukan uji
normalitas untuk melihat data terdistribusi normal. Uji normalitas data
menggunakan One Sample Kolomogrov-Smirnov Test dengan meihat
tingkat signifikan 5% untuk mengetahui metode uji beda statistik yang
76
digunakan pada penelitian ini. Jika data tersebut normal, maka alat uji
beda yang digunakan adalah uji statistik parametik uji Independent
Sample T-Test.
Pengujian ini digunakan untuk menguji dua sampel yang tidak
berhubungan (Independent) antara Bank Umum Syariah hasil spin-off
denga Bank Umum Syariah hasil akuisisi. Dasar pengambilan
keputusan dalam pengujian ini adalah jika nilai probabilitas >0,05 maka
variable residual terdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai probabilitas
<0,05 maka variable residual tidak terdistribusi normal.
Hipotesis yang dapat dibuat adalah
H0 : Variabel residual berdistribusi normal
Ha : Variabel residual tidak berdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan pada uji ini adalah :
Jika Asmp. Sig. atau probabilitas > 0,05, maka distribusi data
adalah normal (H0 diterima)
Jika Asmp. Sig. atau probabilitas < 0,05, maka distribusi data
adalah tidak normal (H0 ditolak)
Tabel 4.7 adalah hasil Uji Normalitas dengan menggunakan Uji
Kolomogrov-Smirnov. Rasio yang digunakan yaitu CAR, NPF, ROA,
ROE, BOPO, dan FDR.
77
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Sumber : Output IBM SPSS 24
Hasil Uji Kolomogrov-Smirnov Test pada tabel 4.7 dan tabel 4.8
diringkas dalam tabel 4.9 sebagai berikut :
Tabel 4.9
Ringkasan Hasil Uji Kolomogrov-Smirnov
Kategori Kolomogrov-Smirnovα
Distribusi Statistik N Sig.
CAR Spin-off .296 6 .108 Normal
Akuisisi .184 6 .200
NPF Spin-off .236 6 .200 Normal
Akuisisi .306 6 .083
ROA Spin-off .412 6 .002 Tidak Normal
Akuisisi .258 6 .200
ROE Spin-off .378 6 .008 Tidak Normal
Akuisisi .237 6 .200
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Spin-Off)
CAR NPF ROA ROE BOPO FDR
N 6 6 6 6 6 6
Normal
Parametersa,b
Mean .172033 .035900 -.004967 -.017067 .965983 .927683
Std. Deviation .0284844 .0131453 .0374914 .2363375 .1335497 .0804441
Most Extreme
Differences
Absolute .296 .236 .412 .378 .329 .179
Positive .296 .190 .303 .282 .329 .179
Negative -.211 -.236 -.412 -.378 -.252 -.138
Test Statistic .296 .236 .412 .378 .329 .179
Asymp. Sig. (2-tailed) .108c .200c,d .002c .008c .041c .200c,d
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Akuisisi)
CAR NPF ROA ROE BOPO FDR
N 6 6 6 6 6 6
Normal
Parametersa,b
Mean .246767 .025550 .006633 .039450 .937483 .886967
Std. Deviation .1031490 .0233437 .0046436 .0252643 .0305895 .0481975
Most Extreme
Differences
Absolute .184 .306 .258 .237 .328 .281
Positive .184 .287 .229 .237 .328 .160
Negative -.183 -.306 -.258 -.173 -.215 -.281
Test Statistic .184 .306 .258 .237 .328 .281
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .083c .200c,d .200c,d .043c .149c
78
BOPO Spin-off .329 6 .041 Tidak Normal
Akuisisi .328 6 .043
FDR Spin-off .179 6 .200 Normal
Akuisisi .281 6 .149
Dari Hasil Uji Normalitas data pada tabel 4.9 diatas dapat
dijelaskan bahwa :
1) Variabel CAR untuk Bank Umum Syariah hasil spin-off dan hasil
akuisisi signifikan dengan Asymp.Sig (2-Tailed) > α= 0.05 maka
H0 diterima. Variable CAR terdistribusi dengan normal.
2) Variabel NPF unruk Bank Umum Syariah hasil spin-off dan hasil
akuisisi signifikan dengan Asymp.Sig (2-Tailed) > α= 0.05 maka
H0 diterima. Variabel NPF terdistribusi dengan normal.
3) Variabel ROA untuk Bank Umum Syariah hasil spin-off tidak
signifikan dengan Asymp. Sig (2-Tailed) < α=0.05 maka H0
ditolak. Variable ROA tidak terdistribusi dengan normal.
4) Variabel ROE untuk Bank Umum Syariah hasil spin-off tidak
signifikan dengan Asymp.Sig (2-Tailed) < α= 0.05 maka H0
ditolak. Variable ROE terdistribusi tidak normal.
5) Variable BOPO untuk Bank Umum Syariah hasil spin-off tidak
signifikan dengan Asymp.Sig (2-Tailed) < α=0.05 maka H0 ditolak.
Variable BOPO terdistribusi tidak normal.
6) Variable FDR signifikan dengan Asymp.Sig (2-Tailed) > α= 0.05
maka H0 diterima. Variable FDR terdistribusi dengan normal.
Uji Kolomogrov-Smirnov Test sangat membantu penelitian untuk
mengetahui apakah sampel yang dipilih berasal dari data yang
79
terdistribusi dengan normal atau tidak. Jika data terdistribusi normal
digunakan Uji Parametik dengan menggunakan Uji Sampel
Independent T-Test, sebaliknya jika data tidak normal maka dilakukan
Uji Beda Nonparametik dengan menggunakan Mann-Whitney Test.
Dari hasil pengujian normalitas data dapat diketahui bahwa variable
CAR, NPF, dan FDR data terdistribusi dengan normal sedangkan
variable ROA, ROE, dan BOPO data tidak terdistribusi dengan normal.
2. Uji Independent Sample T-Test
Uji Independent T-Test dilakukan pada variable-variabel rasio
keuangan yang datanya terdistribusi dengan normal dari uji normalitas
data. Hasil Uji One Sampel Kolomogrov-Smirnov diketahui bahwa
rasio keuangan yang terdistribusi dengan normal adalah variable
Capital Adequacy Ratio (CAR), Non Performing Financing (NPF), dan
Financing to Deposit Ratio (FDR).
Pada Uji Independent Sampel T-Test terdapat dua hipotesis, yaitu :
H0: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank
Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah hasil
akuisisi
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank Umum
Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah hasil
akuisisi
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp.Sig (2-Tailed) > 0.05 maka H0 diterima.
80
Jika Asymp.Sig (2-Tailed) < 0.05 maka H0 ditolak
a) Capital Adequacy Ratio (CAR)
Berikut adalah hasil uji dari variable CAR dengan
menggunakan Independent T-Test :
Tabel 4.10
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
CAR Equal
variances
assumed
18.170 .002 -1.711 10 .118 -.0747333 .0436865 -.1720730 .0226063
Equal
variances
not
assumed
-1.711 5.758 .140 -.0747333 .0436865 -.1827281 .0332615
Sumber : Output IBM SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.10 dapat dilihat bahwa hasil dari Levene’s
Test didapat p-value= 0.002 < α = 0.05 dengan kata lain bahwa
asumsi kedua varians tidak sama (equal variances not assumed).
Karena hasil test diatas menyatakan bahwa asumsi kedua varians
tidak sama (equal variances not assumed) maka digunakan hasil
Uji Independent T-Test dengan asumsi kedua varian tidak sama
(equal variances not assumed) dengan demikian nilai t= -1.711
untuk asumsi kedua varian tidak sama (equal variances not
assumed) p-value (2-tailed) = 0.140 > α = 0.05, maka hipotesis 1
81
(H01) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan
CAR Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah
hasil akuisisi tidak terdapat perbedaan.
b) Non Performing Finance (NPF)
Berikut adalah hasil uji dari variable NPF dengan menggunakan
Independent T-Test :
Tabel 4.11
Sumber : Output IBM SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.11 dapat dilihat bahwa hasil dari Levene’s
Test didapat p-value= 0.000 < α = 0.05 dengan kata lain bahwa
asumsi kedua varians tidak sama (equal variances not assumed).
Karena hasil test diatas menyatakan bahwa asumsi kedua varians
tidak sama (equal variances not assumed) maka digunakan hasil
Uji Independent T-Test dengan asumsi kedua varian tidak sama
(equal variances not assumed) dengan demikian nilai t= 0.946
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differe
nce
Std.
Error
Differe
nce
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
NPF Equal
variances
assumed
28.852 .000 .946 10 .366 .01035
00
.01093
71
-.0140195 .034719
5
Equal
variances
not
assumed
.946 7.881 .372 .01035
00
.01093
71
-.0149374 .035637
4
82
untuk asumsi kedua varian tidak sama (equal variances not
assumed) p-value (2-tailed) = 0.372 > α = 0.05, maka hipotesis 2
(H02) diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan
NPF Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah
hasil akuisisi tidak terdapat perbedaan.
c) Finance Deposit to Ratio (FDR)
Berikut adalah hasil uji dari variable NPF dengan menggunakan
Independent T-Test :
Tabel 4.12
Sumber : Output IBM SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa hasil dari Levene’s
Test didapat p-value= 0.353 > α = 0.05 maka H0 diterima, dengan
kata lain bahwa asumsi kedua varians sama (equal variances
assumed). Karena hasil test diatas menyatakan bahwa asumsi
kedua varians sama (equal variances assumed) maka digunakan
hasil Uji Independent T-Test dengan asumsi kedua varian sama
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Differenc
e
Std.
Error
Differenc
e
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
FDR Equal
variances
assumed
.949 .353 1.064 10 .313 .0407167 .0382846 -.0445866 .1260200
Equal
variances
not assumed
1.064 8.180 .318 .0407167 .0382846 -.0472308 .1286641
83
(equal variances assumed) dengan demikian nilai t= 1.064 untuk
asumsi kedua varian sama (equal variances assumed) p-value (2-
tailed) = 0.313 > α = 0.05, maka hipotesis 6 (H06) diterima sehingga
dapat disimpulkan bahwa rasio keuangan FDR Bank Umum
Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah hasil akuisisi tidak
terdapat perbedaan.
3. Uji Mann-Whitney Test (U-Test)
Uji ini dilakukan pada variable-variabel rasio keuangan yang
datanya tidak terdistribusi normal yang sudah diolah menggunkan uji
One Sample Kolomogrov-Smirnov.
Hasil pengujian normalitas data dapat diketahui bahwa rasio
keuangan yang tidak terdistribusi normal adalah Return on Assests
(ROA), Return on Equity (ROE), dan Beban Operasional dan
Pendapatan Operasional (BOPO).
Pada Uji Man-Whitney Test terdapat dua hipotesis, yaitu :
H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank
Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah
hasil akuisisi.
Ha : Terdapat perbedaan yang signifikan antara Bank Umum
Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah hasil
akuisisi.
84
Dasar pengambilan keputusan :
Jika Asymp.Sig > 0.05 maka H0 diterima.
Jika Asymp.Sig < 0.05 maka H0 ditolak.
a) Return on Asset (ROA)
Berikut adalah hasil uji dari variable ROA dengan
menggunakan Mann-Whitney Test :
Tabel 4.13
Sumber : Output IBM SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.13 nilai Z hitung dari Uji Mann Whitney
adalah -0.642 dengan Asymp.Sig (2-Tailed) = 0.589 > α = 0.05.
Hipotesis 3 (H03) diterima. Maka dengan kata lain menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio
keuangan ROA pada Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank
Umum Syariah hasil akuisisi.
Test Statisticsa
ROA
Mann-Whitney U 14.000
Wilcoxon W 35.000
Z -.642
Asymp. Sig. (2-tailed) .521
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .589b
85
b) Return on Equity (ROE)
Berikut adalah hasil uji dari variable ROE dengan
menggunakan Mann-Whitney Test :
Tabel 4.14
Sumber : Output IBM SPSS 24
Berdasarkan tabel 4.14 nilai Z hitung dari Uji Mann Whitney
adalah -0.801 dengan Asymp.Sig (2-Tailed) = 0.485 > α = 0.05.
Hipotesis 4 (H04) diterima. Maka dengan kata lain menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio
keuangan ROE pada Bank Umum Syariah hasil spin-off dan
Bank Umum Syariah hasil akuisisi.
c) Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Berikut adalah hasil uji dari variable ROE dengan
menggunakan Mann-Whitney Test :
Tabel 4.15
Test Statisticsa
ROE
Mann-Whitney U 13.000
Wilcoxon W 34.000
Z -.801
Asymp. Sig. (2-tailed) .423
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .485b
Test Statisticsa
BOPO
Mann-Whitney U 11.000
Wilcoxon W 32.000
Z -1.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .262
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .310b
86
Berdasarkan tabel 4.15 nilai Z hitung dari Uji Mann Whitney
adalah -1.121 dengan Asymp.Sig (2-Tailed) = 0.310 > α = 0.05.
Hipotesis 5 (H05) diterima. Maka dengan kata lain menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara rasio
keuangan BOPO pada Bank Umum Syariah hasil spin-off dan
Bank Umum Syariah hasil akuisisi.
D. Interpretasi
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan pada
rasio CAR, NPF, ROA, ROE, BOPO, dan FDR maka dilakukan
perhitungan uji beda dengan menggunaka Uji Independent T-Test.
Sebelum melakukan Uji Independent T-Test dilakukan uji normalita s
dengan menggunakan Uji One Sample Kolomogrov Smirnov yang
menunjukkan data terdistribusi normal. Untuk data yang tidak terdistribus i
dengan normal di uji dengan Mann-Whitney Test.
Tabel 4.16
Hasil Uji Beda Setiap Variabel
No. Variabel Nilai Statistik Hasil Uji Beda
1. Capital Adequacy
Ratio (CAR)
Sig. = 0.140 > α =
0.05
Tidak Terdapat
Perbedaan
2. Non Performing
Finance (NPF)
Sig. = 0.372 > α =
0.05
Tidak Terdapat
Perbedaan
3. Return on Asset
(ROA)
Sig. = 0.589 > α =
0.05
Tidak Terdapat
Perbedaan
4. Return on Equity
(ROE)
Sig. = 0.485 > α =
0.05
Tidak Terdapat
Perbedaan
5.
Beban
Operasional dan
Pendapatan
Operasional
(BOPO)
Sig. = 0.310 > α =
0.05 Tidak Terdapat
Perbedaan
87
6. Finance Deposit
to Ratio (FDR)
Sig. = 0.313 > α =
0.05
Tidak Terdapat
Perbedaan
a. Capital Adequacy Ratio (CAR)
Hasil pengujian hipotesis pada CAR tidak terdapat perbedaan
antara Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah
hasil akuisisi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Saraya Izazi dan Dina Fitrisia (2016)
menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rasio CAR pada Bank
Umum Bank Syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Rata-rata rasio kecukupan modal Bank Umum Syariah hasil
spin-off dan Bank Umum Syariah hasil akusisi dikatakan baik masih
diatas 8% walaupun rasio kecukupan modal kedua bank dikatakan
baik, Bank Umum Syariah hasil akuisisi lah yang lebih baik dalam
aspek permodalan hal ini karena Bank Umum Syariah hasil akusisi
bisa menjaga kecukupan modal sedangkan Bank Umum Syariah
hasil spin-off mendapatkan injeksi modal perusahaan induk. Sesuai
dengan teori Slamet Riyadi (2004) Capital Adequacy Ratio (CAR)
rasio kewajiban pemenuhan modal minimum yang harus dimilik i
oleh bank untuk saat ini minimal CAR sebesar 8%.
b. Non Performing Finance (NPF)
Hasil pengujian hipotesis pada NPF tidak terdapat perbedaan
antara Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum Syariah
hasil akuisisi. Hasil penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya
yang dilakukan oleh Saraya Izazi dan Dina Fitrisia (2016)
88
menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rasio NPF pada Bank
Umum Bank Syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi. Dan juga
sejalan dengan hasil penelitian Amalia Nasuha (2012) menyatakan
tidak terdapat perbedaan rasio NPF yang signifikan sebelum dan
sesudah spin-off.
NPF hasil spin-off dan hasil akuisisi menunjukkan kenaikan
setiap tahunnya dikarenakan kendala utama yang dihadapi yaitu
ketidakstabilan perekonomian Indonesia akibat lesunya
perekonomian global yang berdampak pada bisnis nasabah
pembiayaan sehingga kondisi keuangan nasabah menurun. Diantara
kedua bank tersebut, Bank Umum Syariah hasil akuisisi lebih baik
dalam meminimalisir hal ini sedangkan Bank Umum Syariah hasil
spin-off masih memperbaiki strategi dengan memperbaiki struktur
pendanaan.
c. Return on Asset (ROA)
Hasil pengujian hipotesis pada ROA tidak terdapat perbedaan
antara Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi. Hasil penelitian ini mendukung penelit ian
sebelumnya yang dilakukan oleh Saraya Izazi dan Dina Fitrisia
(2016) menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rasio ROA pada
Bank Umum Bank Syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi. Dan
sejalan dengan penelitian Noviani Kurniawati (2014) menyatakan
89
tidak terdapat perbedaan rasio ROA yang signifikan sebelum dan
sesudah akuisisi.
Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 9/24/DPbs tahun
2007, tujuan dari rasio ROA adalah untuk mengukur keberhasilan
manajemen dan menghasilkan laba. Dalam hal ini, Bank Umum
Syariah hasil spin-off kurang berhasil menghasilkan laba karena
mengalami minus dalam rasio ini padahal disisi lain bank hasil
spin-off memiliki aset tertinggi dibanding bank lainnnya
seharusnya pertumbuhan aset ini dimanfaatkan untuk
memaksimalkan laba.
d. Return on Equity (ROE)
Hasil pengujian hipotesis pada ROE tidak terdapat perbedaan
antara Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi. Hasil penelitian ini mendukung penelit ian
sebelumnya yang dilakukan oleh Noviani Kurniawati (2014)
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan rasio ROE yang
signifikan antara sebelum dan sesudah akuisisi.
Rasio ini digunakan untuk mengelola modal yang tersedia
untuk menghasilkan laba (EBIT). Semakin besar ROE, semakin
besar pula tingkat keuntungan yang dicapai. Tingkat ROE Bank
Umum Syariah hasil akuisisi lebih besar dibanding Bank Umum
Syariah hasil spin-off kondisi ini menunjukkan bahwa Bank Umum
90
Syariah hasil akuisisi mampu menunjukkan kemampuannya dalam
menghasilkan laba dengan menggunakan modal yang dimilikinya.
e. Beban Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
Hasil pengujian hipotesis pada BOPO tidak terdapat perbedaan
antara Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi. Hasil penelitian ini mendukung penelit ian
sebelumnya yang dilakukan oleh Saraya Izazi dan Dina Fitrisia
(2016) menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rasio BOPO
pada Bank Umum Bank Syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Dalam rasio ini Bank Umum Syariah hasil akuisisi memilik i
rata-rata yang lebih baik walaupun kedua bank tidak memilik i
selisih yang berbeda jauh. Hal ini bisa disebabkan karena Bank
Umum Konvensional melakukan pembinaan kepada Bank Umum
Syariah agar nantinya Bank Umum Syariah dapat tetap
berlangsung dengan kinerja yang baik termasuk dalam manajemen
efisiensi dengan selalu mengimbangi beban operasional dengan
pendapatan operasionalnya.
f. Finance Deposit to Ratio (FDR)
Hasil pengujian hipotesis pada FDR tidak terdapat perbedaan
antara Bank Umum Syariah hasil spin-off dan Bank Umum
Syariah hasil akuisisi. Hasil penelitian ini mendukung penelit ian
sebelumnya yang dilakukan oleh Saraya Izazi dan Dina Fitrisia
91
(2016) menyatakan bahwa tidak adanya perbedaan rasio FDR pada
Bank Umum Bank Syariah hasil spin-off dan hasil akuisisi.
Menurut Dendawijaya (2009) rasio likuiditas adalah analis is
yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam memenuhi
kemampuan jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah jatuh
tempo. FDR Bank Umum Syariah hasil akuisisi memiliki rata-rata
yang lebih baik dibanding Bank Umum Syariah hasil spin-off hal
ini terjadi karenakan semakin meningkatnya DPK (Dana Pihak
ketiga) sedangkan untuk DPK (Dana Pihak ketiga) Bank Umum
Syariah hasil spin-off tetap.
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan menunjukkan
bahwa Bank Umum Syariah hasil akuisisi memiliki kinerja keuangan
yang lebih baik di bandingkan Bank Umum Syariah hasil spin-off dalam
rasio CAR, NPF, ROA, ROE, BOPO, dan FDR.
2. Hasil Uji Beda pada rasio keuangan Bank Umum Syariah hasil spin-off
dan Bank Umum Syariah hasil akuisisi menunjukkan bahwa rasio CAR,
NPF, ROA, ROE, BOPO, dan FDR tidak terdapat perbedaan yang
signifikan.
B. Saran
1. Bagi Perbankan
Berdasarkan dari hasil penelitian ini diketahui bahwa pemisahan
secara akuisisi yang lebih baik dibandingkan dengan cara spin-off.
Untuk cara pemisahan akuisisi pihak perbankan akan memperoleh
keuntungan, antara lain berupa : kepemilikan atas bank yang sudah besar
tanpa harus terlebih dahulu membuat dan membesarkannya; tidak perlu
lagi mengurus perizinan pendirian bank baru; dan langsung dapat
mengambil sistem yang sudah berjalan tanpa perlu pengadaan alat-alat
perlengkapan baru, tenaga kerja baru dan sebagainya. Untuk cara
pemisahan spin-off pihak perbankan tetap akan terus menyalurkan dana
94
kepada Bank Umum Syariah yang didirikan karena masih terhubung
sebagai bank induk.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini dapat dijadikan bahan referensi tambahan bagi
kepustakaan pihak kampus. Untuk peneliti selanjutnya sebaiknya
memperbanyak jumlah variabel. Periode penelitian dapat diperpanjang
atau diperbaharui agar hasil yang didapat lebih dapat menjelaska
berbagai fenomena yang terjadi berkaitan dengan penelitian ini.
95
94
DAFTAR PUSTAKA
Al-Arif, M. Nur Rianto. Dasar-Dasar Ekonomi Isla. Solo: PT Era Adicitra
Intermedia, 2011.
Almalia, Luciana Spica dan Winny Herdiningtyas. Analisis Rasio CAMEL
Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga Perbankan Periode
2000-2002. Jurnal Akuntansi dan Keuangan. Vol. 7, No. 2, 2005.
Azis, Azlina. Analisa Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Devisa dan Bank Non
Devisa di Indonesia. Fakultas Ekonomi Universitas Riau: Jom FEKON Vol.
2 No.1, 2015.
Brigham dan Houston. “Dasar-dasar Manajemen Keuangan”, Edisi Kesepuluh,
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
Fuadi, Munir. Hukum tentang Akuisisi, Take Over dan LBO. Bandung: Citra Aitya
Bakti, 2001.
Gitosudarmo, Indriyo dan Basri. Manajemen Keuangan. BPFE: Yogyakarta, 2002.
Gozhali, Imam. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS 23. Edisi 8.
Semarang: Universitas Diponegoro, 2016.
Hamid, Abdul. The Impact of Spin-Off Policy to The Profitability on Indonesian
Islamic Banking Industry. Al-Iqtishad: Vol. VII No. 1, 2015.
Hasan, Nurul Ichsan. Pengantar Syariah (Sebuah Pengantar). Ciputat: GP Press
Group, 2014.
Indriyanto, Nur dan Supono, Bambang. Metodologi Penelitian Bisnis untuk
Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta: Lembaga Penerbit BPFE, 2002.
Irham, Fahmi. Analisis Laporan Keuangan. Lampulo: Alfabeta, 2011.
Izazi, Saraya dan Dina. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Umum
Syariah Hasil Spin-Off dan Non Spin-Off Periode 2013-2015. Al/Jurna l
EkonOMI Syariah Teori dan Terapan Vol 3 No. 11, 2016.
Karim, Adiwarman A. Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2010.
_____. Analisis Antara Fiqh dan Keuangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
2013.
95
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2009
______. Manajemen Perbankan. Edisi ke-9. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
______. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2012.
Kuncoro, Mudrajat. Metode Riset untuk Ekonomi dan Bisnis. Jakarta: Erlangga,
2003.
Kurniawati, Noviani. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Sebelum dan
Sesudah Akuisisi Bank Agroniaga oleh BRI. Jurnal Ilmu dan Riset Vol. 3
No. 5, 2014.
Mandasari, Jayanti. Analisis Kinerja Keuangan dengan Pendekataan Metode
RGEC pada BUMN Periode 2012-2013. E-Journal Ilmu Administra s i
Bisnis Universitas Mulawarman. Volume 3, Nomor 2, 2015.
Moin, A. Merger, Akuisisi, dan Divestasi. Edisi Pertama, Ekonisia, Yogyakarta,
2003.
Munawir. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty, 2000.
Nasuha, A. Dampak Kebijakan Spin-off Terhadap Kinerja Keuangan Bank
Syariah. Al-Iqtishad: Jurnal Ilmu Ekonomi Syariah (Journal of Islamic
Economics). Vol. 4, No. 2, 2012.
Ramdani, Andreyanto. Pengaruh Kebijakan Pemisahan Terhadap Laba Pada Bank
BNI Syariah. Etikonomi volume 14, 2015.
Rivai, Veithzal, dkk. Bank and Financial Institution Management: Conventional
and Sharia System. Jakarta: Rajawali Press, 2007.
Rodoni, Ahmad. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Center or Social
Economics Studies (CSES) Press, 2006.
Simorangkir, O.P. Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Non Bank. Cetakan
Kedua, Galia Indonesia, Bogor Selatan, 2004.
Slamet Riyadi. Banking Assets and Liability Management. Edisi ketiga. Jakarta:
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2004.
Soemitra, Andri. Bank dan Lembaga Keuangan Syariah. Jakarta: Kencana, 2014.
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian. Jakarta: CV ALFABETA, 2009.
96
Syahrial, D. Manajemen Keuangan Lanjutan. Jilid Pertama, Mitra Wacana Media,
Jakarta, 2007.
Tangkilisan, Hesel Nogi. Kebijakan Publik Yang Membumi. Yogyakarta: Lukman
Offset YPAPI 2003
Wijaya, Denda, Lukman. “Manajemen Perbankan”, Edisi kedua, Ghalia Indonesia,
Jakarta 2009
https://www.bi.go.id
https://www.ojk.go.id
https://www.bjbsyariah.co.id
https://www.bnisyariah.co.id
https://www.brisyariah.co.id
https://www.syariahbukopin.co.id
https://www.paninbanksyariah.co.id
https://www.bcasyariah.co.id
97
LAMPIRAN
Lampiran 1: Data Rasio Variabel Penelitian
Bank Tahun CAR NPF ROA ROE BOPO FDR
BJBS 2014 15.78% 4.95% 0.72% 3.73% 91.01% 84.02%
2015 22.53% 4.84% 0.25% 0.92% 98.78% 104.75%
2016 18.25% 4.42% -8.09% -49.05% 122.77% 98.73%
BNIS 2014 16.26% 1.86% 1.27% 10.83% 89.80% 92.60%
2015 15.48% 2.53% 1.43% 11.39% 89.63% 91.94%
2016 14.92% 2.94% 1.44% 11.94% 87.67% 84.57%
BRIS 2014 12.89% 4.60% 0.08% 0.44% 99.77% 93.90%
2015 13.94% 4.86% 0.77% 6.33% 93.79% 84.16%
2016 20.63% 4.57% 0.95% 7.40% 91.33% 81.42%
BCAS 2014 29.60% 0.10% 0.80% 2.90% 92.90% 91.20%
2015 34.30% 0.70% 1.00% 3.10% 92.50% 91.40%
2016 36.70% 0.50% 1.10% 3.50% 92.20% 90.10%
98
Lampiran 2: Statistik Deskriptif
A. Capital Adequacy Ratio (CAR)
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
15.78% 22.53% 18.25% 14.92% 22.53% 17.20%
Bank BNI Syariah 16.26% 15.48% 14.92%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 12.89% 13.94% 20.63% 12.89% 36.70% 24.68%
Bank BCA Syariah 29.60% 34.30% 36.70%
B. Non Performing Financing (NPF)
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
4.95% 4.84% 4.42% 1.86% 4.95% 3.59%
Bank BNI Syariah 1.86% 2.53% 2.94%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 4.60% 4.86% 4.57% 0.10% 4.86% 2.56%
Bank BCA Syariah 0.10% 0.70% 0.50%
C. Return on Assests (ROA)
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
0.72% 0.25% -8.09% -8.09% 1.44% -0.50%
Bank BNI Syariah 1.27% 1.43% 1.44%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 0.08% 0.77% 0.95% 0.08% 1.10% 0.78%
Bank BCA Syariah 0.80% 1.00% 1.10%
99
D. Return on Equity (ROE)
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
3.73% 0.92% -49.05% -49.05% 11.94% -1.71%
Bank BNI Syariah 10.83% 11.39% 11.94%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 0.44% 6.33% 7.40% 0.44% 7.40% 3.95%
Bank BCA Syariah 2.90% 3.10% 3.50%
E. Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional (BOPO)
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
91.01% 98.78% 122.77% 87.67% 122.77% 96.61%
Bank BNI Syariah 89.80% 89.63% 87.67%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 99.77% 93.79% 91.33% 91.33% 99.77% 93.75%
Bank BCA Syariah 92.90% 92.50% 92.20%
F. Financing to Deposit Ratio (FDR)
BANK TAHUN
MIN MAX MEAN 2014 2015 2016
Hasil Spin-Off
Bank Jabar Banten Syariah
84.02% 104.75% 98.73% 84.02% 104.75% 92.77%
Bank BNI Syariah 92.60% 91.94% 84.57%
Hasil Akuisisi
Bank BRI Syariah 93.90% 84.16% 81.42% 81.42% 93.90% 88.70%
Bank BCA Syariah 91.20% 91.40% 90.10%
100
Lampiran 3: Uji Normalitas (One Sample Kolomogrov-Smirnov)
A. Hasil Uji Normalitas Data (Spin-off)
B. Hasil Uji Normalitas Data (Akuisisi)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Spin-Off)
CAR NPF ROA ROE BOPO FDR
N 6 6 6 6 6 6
Normal
Parametersa,b
Mean .172033 .035900 -.004967 -.017067 .965983 .927683
Std. Deviation .0284844 .0131453 .0374914 .2363375 .1335497 .0804441
Most Extreme
Differences
Absolute .296 .236 .412 .378 .329 .179
Positive .296 .190 .303 .282 .329 .179
Negative -.211 -.236 -.412 -.378 -.252 -.138
Test Statistic .296 .236 .412 .378 .329 .179
Asymp. Sig. (2-tailed) .108c .200c,d .002c .008c .041c .200c,d
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test (Akuisisi)
CAR NPF ROA ROE BOPO FDR
N 6 6 6 6 6 6
Normal
Parametersa,b
Mean .246767 .025550 .006633 .039450 .937483 .886967
Std. Deviation .1031490 .0233437 .0046436 .0252643 .0305895 .0481975
Most Extreme
Differences
Absolute .184 .306 .258 .237 .328 .281
Positive .184 .287 .229 .237 .328 .160
Negative -.183 -.306 -.258 -.173 -.215 -.281
Test Statistic .184 .306 .258 .237 .328 .281
Asymp. Sig. (2-tailed) .200c,d .083c .200c,d .200c,d .043c .149c
101
Lampiran 4: Uji Independent Sample T-Test
Independent Samples Test
Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Sig.
(2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
95% Confidence Interval
of the Difference
Lower Upper
CAR Equal
variances
assumed
18.170 .002 -1.711 10 .118 -.0747333 .0436865 -.1720730 .0226063
Equal
variances
not
assumed
-1.711 5.758 .140 -.0747333 .0436865 -.1827281 .0332615
NPF Equal
variances
assumed
28.852 .000 .946 10 .366 .0103500 .0109371 -.0140195 .0347195
Equal
variances
not
assumed
.946 7.881 .372 .0103500 .0109371 -.0149374 .0356374
FDR Equal
variances
assumed
.949 .353 1.064 10 .313 .0407167 .0382846 -.0445866 .1260200
Equal
variances
not
assumed
1.064 8.180 .318 .0407167 .0382846 -.0472308 .1286641
102
Lampiran 5: Uji Mann-Whitney Test (U-Test)
Test Statisticsa
ROA ROE BOPO
Mann-Whitney U 14.000 13.000 11.000
Wilcoxon W 35.000 34.000 32.000
Z -.642 -.801 -1.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .521 .423 .262
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .589b .485b .310b