Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

this is for finding economic journal

Citation preview

  • ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN

    PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN

    KONVENSIONAL

    Disusun Oleh

    Nama : Ema Rindawati

    Nomor Mahasiswa : 00312235

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    YOGYAKARTA

    2007

  • ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN

    PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN

    KONVENSIONAL

    SKRIPSI

    disusun dan diajukan untuk memenuhi sebagai salah satu syarat untuk mencapai

    derajat Sarjana Strata-1 jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi UII

    Oleh

    Nama : Ema Rindawati

    Nomor Mahasiswa : 00312235

    FAKULTAS EKONOMI

    UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

    YOGYAKARTA

    2007

    ii

  • PENYERTAAN BEBAS PLAGIARISME

    Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

    pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi,

    dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang

    pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

    dalam naskah ini dan disebutkan dalam referensi. Dan apabila dikemudian hari

    terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima

    hukuman/sangsi apapun sesuai peraturan yang berlaku.

    Yogyakarta,

    Penyusun,

    (Ema Rindawati)

    iii

  • ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN

    PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN

    KONVENSIONAL

    Diajukan Oleh

    Nama : Ema Rindawati

    Nomor Mahasiswa : 00312235

    Jurusan : Akuntansi

    Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing

    Pada Tanggal

    Dosen Pembimbing,

    (Dra. Yuni Nustini, MAFIS,AK)

    iv

  • BERITA ACARA UJIAN SKRIPSI

    SKRIPSI BERJUDUL:

    ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN

    PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN

    KONVENSIONAL

    Nama : Ema Rindawati

    Nomor Mahasiswa : 00312235

    Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan dinyatakan LULUS pada tanggal

    07 Agustus 2007

    Penguji I : Drs. Johan Arifin, M.Si

    Penguji II : Dra. Yuni Nustini, MAFIS, Ak

    Pembimbing Skripsi : Dra. Yuni Nustini, MAFIS, Ak

    Mengetahui

    Dekan Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Indonesia

    Drs. Asmai Ishak, M.Bus, P. Hd

    v

  • MOTTO

    Sesungguhnya sesudah ada kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila

    kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-

    sungguh (urusan yang lain) dan ingat kepada tuhanmulah hendaknya kamu

    berharap.

    (QS. Al Insyiroh : 6-8)

    Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sebelum kaum itu mau

    mengubah nasibnya sendiri.

    vi

  • PERSEMBAHAN

    1. Kupersembahkan rasa syukur kepada Allah SWT atas terselesaikannya

    penulisan skripsi ini

    2. Kedua orangtuaku yang telah membesarkan dan mendidik dengan cinta,

    kesabaran dan pengorbanannya

    3. Adikku David yang selalu memberikan semangat dan dukungan pada setiap

    langkahku

    4. Yang tercinta Mas May, yang dengan kesabaran memberikan semangat dan

    motivasi agar segera menyelesaikan skripsi ini

    5. Teman-teman DELS atas semangat untuk segera menyusul kalian semua

    vii

  • KATA PENGANTAR

    Assalamu`alaikum Wr.Wb

    Dengan mengucap puji syukur Alhamdullilah kepada Allah SWT yang

    melimpahkan rahmat, pertolongan dan petunjuk-Nya sehingga penulis dapat

    menyelesaikan skripsi dengan judul : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan

    Perbankan Syariah dengan Perbankan Konvensional.

    Tugas akhir ini disusun guna memenuhi persyaratan akademis untuk

    memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi

    Universitas Islam Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi

    ini, masih banyak kelemahan dan kekurangan yang disebabkan oleh keterbatasan

    pengetahuan dan pengalaman penulis. Namun dengan banyaknya pihak yang

    memberikan bantuan serta dukungannya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

    skripsi ini. Untuk itu, pada kesempatan ini dengan kerendahan hati penulis

    mengucapkan terimakasih kepada:

    1. Bapak Asmai Ishak, Drs, M.Bus, P.Hd, selaku dekan Fakultas Hukum

    Universitas Islam Indonesia.

    2. Ibu Yuni Nustini, Dra, MAFIS, AK, selaku dosen pembimbing skripsi yang

    dengan kesabaran hati memberikan bimbingan pada penulis dalam

    menyelesaikan skripsi ini.

    3. Keluarga tercinta : Bapak, Ibu, David, serta keluargaku di Solo untuk doa,

    perhatian, support, dan kasih sayang yang tak ternilai.

    4. Mas Mei Prihantoro, SH beserta keluarga atas semua doa dan dukungannya.

    viii

  • 5. Teman-teman DELS dan anak-anak Cemoro Jajar atas semangat dan doanya.

    6. Mas Budi BRI Syariah, atas masukan-masukannya yang sangat berharga

    7. Semua pihak yang ikut serta membantu penulisan skripsi ini yang tidak dapat

    penulis tuliskan satu persatu.

    Semoga semua bantuan dan jerih payah yang telah diberikan mendapat

    imbalan dari Allah SWT. Dan penulis juga berharap semoga karya tulis ini dapat

    bermanfaat.

    Amin.

    Wassalamualaikum WR.Wb

    Ema Rindawati

    ix

  • ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN

    PERBANKAN SYARIAH DENGAN PERBANKAN

    KONVENSIONAL

    Ema Rindawati

    ABSTRAK

    Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja keuangan

    perbankan syariah dengan perbankan konvensional pada periode 2001-2007

    dengan menggunakan rasio keuangan. Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari

    CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR.

    Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan, diperoleh dua

    kelompok sampel penelitian, yaitu 2 bank umum syariah dan 6 bank umum

    konvensional. Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam

    penelitian ini adalah independent sample t-test.

    Analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa rata-rata rasio keuangan

    perbankan syariah (NPL dan LDR) lebih baik secara signifikan dibandingkan

    dengan perbankan konvensional, sedangkan pada rasio-rasio yang lain perbankan

    syariah lebih rendah kualitasnya. Akan tetapi bila dilihat secara keseluruhan

    perbankan syariah menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan perbankan

    konvensional.

    Kata Kunci : Perbandingan Kinerja Bank, Rasio Keuangan, Bank Syariah, T-Test

    x

  • DAFTAR ISI

    Halaman Judul ................................................................................................. ii

    Pernyataan Bebas Plagiarisme ........................................................................ iii

    Halaman Pengesahan ....................................................................................... iv

    Berita Acara Ujian Skripsi .............................................................................. v

    Motto .............................................................................................................. vi

    Persembahan .................................................................................................. vii

    Kata Pengantar ................................................................................................ viii

    Abstraksi ....................................................................................................... x

    Daftar Isi ........................................................................................................ xi

    Daftrar Tabel .................................................................................................... xv

    Daftar Lampiran............................................................................................... xvi

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................. 1

    1.1 Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah Penelitian .................................................. 5

    1.3 Batasan Masalah ..................................................................... 5

    1.4 Tujuan Penelitian .................................................................... 6

    1.5 Manfaat Penelitian .................................................................. 7

    1.6 Hipotesis Penelitian ................................................................. 7

    1.7 Metode Penelitian ................................................................... 8

    xi

  • 1.7.1 Sumber Data ................................................................ 8

    1.7.2 Teknik Analisis ........................................................... 9

    1.8 Sistematika Penulisan ............................................................. 10

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................... 12

    2.1 Penelitian Terdahulu ............................................................... 12

    2.2 Pengertian Bank Konvensional ............................................... 14

    2.3 Bank Syariah ........................................................................... 15

    2.3.1 Pengertian Bank Syariah ............................................. 15

    2.3.2 Prinsip Dasar Perbankan Syariah ................................ 16

    2.3.3 Sistem Operasional Bank Syariah ............................... 21

    2.4 Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ............ 24

    2.5 Rasio Keuangan ...................................................................... 27

    2.5.1 Rasio Permodalan (Solvabilitas) ................................. 27

    2.5.2 Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP) ...................... 32

    2.5.3 Rasio Rentabilitas (Earning) ....................................... 33

    2.5.4 Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) ................. 34

    2.5.5 Rasio Likuiditas (Liquidity) ........................................ 35

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN .............................................. 36

    3.1 Populasi dan Sampel ............................................................... 36

    3.2 Pengumpulan Data .................................................................. 36

    3.3 Pengukuran Variabel ............................................................... 37

    3.4 Metode Analisis Data .............................................................. 41

    xii

  • BAB IV PEMBAHASAN ..................................................................... 42

    4.1 Analisis Rasio CAR ................................................................ 42

    4.1.1 Analisis Deskripsi Kedua Sampel ............................... 42

    4.1.2 Pengujian Hipotesis ..................................................... 43

    4.2 Analisis Rasio NPL ................................................................. 43

    4.2.1 Analisis Deskripsi Kedua Sampel ............................... 43

    4.2.2 Pengujian Hipotesis ..................................................... 44

    4.3 Analisis Rasio ROA ................................................................ 44

    4.3.1 Analisis Deskripsi Kedua Sampel ............................... 44

    4.3.2 Pengujian Hipotesis ..................................................... 45

    4.4 Analisis Rasio ROE ................................................................ 45

    4.4.1 Analisis Deskripsi Kedua Sampel ............................... 45

    4.4.2 Pengujian Hipotesis ..................................................... 46

    4.5 Analisis Rasio BOPO .............................................................. 46

    4.5.1 Analisis Deskripsi Kedua Sampel ............................... 46

    4.5.2 Pengujian Hipotesis ..................................................... 47

    4.6 Analisis Rasio LDR ................................................................ 47

    4.6.1 Analisis Deskripsi Kedua Sampel................................ 47

    4.6.2 Pengujian Hipotesis ..................................................... 48

    4.7 Analisis Kinerja Bank secara Keseluruhan ............................. 48

    4.7.1 Analisis Deskripsi Kedua Sampel ............................... 49

    4.7.2 Pengujian Hipotesis ..................................................... 49

    xiii

  • BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................... 51

    5.1 Kesimpulan ............................................................................. 51

    5.2 Saran ........................................................................................ 52

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 55

    xiv

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ............... 27

    Tabel 4.1 Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional .. 42

    xv

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Rasio Keuangan BMI .............................................................. 56

    Lampiran 2 Rasio Keuangan BSM ............................................................. 57

    Lampiran 3 Rasio Keuangan BPD Aceh .................................................... 58

    Lampiran 4 Rasio Keuangan BPD DKI ..................................................... 59

    Lampiran 5 Rasio Keuangan BPD Kaltim ................................................. 60

    Lampiran 6 Rasio Keuangan BPD Sumut .................................................. 61

    Lampiran 7 Rasio Keuangan BTPN ........................................................... 62

    Lampiran 8 Rasio Keuangan Bank Mizuho Indonesia ............................... 63

    Lampiran 9 Output SPSS Bagian Pertama ................................................. 64

    Lampiran 10 Output SPSS Bagian Kedua .................................................... 65

    Lampiran 11 Compare Means Bagian Pertama............................................. 66

    Lampiran 12 Compare Means Bagian Kedua................................................ 67

    xvi

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang Masalah

    Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai

    peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga

    perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No. 10 Tahun 1998

    tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan

    usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan

    menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-

    bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Jenis

    bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang dibedakan

    berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha:

    1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional.

    2. Bank yang melakukan usaha secara syariah.

    Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki

    persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme

    transfer, teknologi komputer yang digunakan, syarat-syarat umum

    memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan,

    dan sebagainya. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut

    aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja

    (SyafiI Antonio, 2001).

    Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah

    dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan

    1

  • 2

    operasional perbankan di Indonesia. Beberapa badan usaha pembiayaan

    non-bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan

    konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut

    menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi

    keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan

    syariah.

    Kebutuhan masyarakat tersebut telah terjawab dengan terwujudnya

    sistem perbankan yang sesuai syariah. Pemerintah telah memasukkan

    kemungkinan tersebut dalam undang-undang yang baru. Undang-Undang

    No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan secara implisit telah membuka peluang

    kegiatan usaha perbankan yang memiliki dasar operasional bagi hasil yang

    secara rinci dijabarkan dalam Peraturan Pemerintah No. 72 Tahun 1992

    tentang Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Ketentuan tersebut telah

    dijadikan sebagai dasar hukum beroperasinya bank syariah di Indonesia.

    Periode 1992 sampai 1998, hanya terdapat satu Bank Umum Syariah

    dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang telah beroperasi.

    Tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No 7

    Tahun 1992 tentang perbankan. Perubahan UU tersebut menimbulkan

    beberapa perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi

    pengembangan bank syariah. Undang-undang tesebut telah mengatur secara

    rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan

    diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga

  • 3

    memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang

    syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total menjadi bank syariah.

    Akhir tahun 1999, bersamaan dengan dikeluarkannya UU perbankan

    maka munculah bank-bank syariah umum dan bank umum yang membuka

    unit usaha syariah. Sejak beroperasinya Bank Muamalat Indonesia (BMI),

    sebagai bank syariah yang pertama pada tahun 1992, dengan satu kantor

    layanan dengan asset awal sekitar Rp. 100 Milyar, maka data Bank

    Indonesia per 30 Mei 2007 menunjukkan bahwa saat ini perbankan syariah

    nasional telah tumbuh cepat, ketika pelakunya terdiri atas 3 Bank Umum

    Syariah (BUS), 23 Unit Usaha Syariah (UUS), dan 106 Bank Perkreditan

    Rakyat Syariah (BPRS), sedangkan asset kelolaan perbankan syariah

    nasional per Mei 2007 telah berjumlah Rp. 29 triliyun.

    Perkembangan bank umum syariah dan bank konvensional yang

    membuka cabang syariah juga didukung dengan tetap bertahannya bank

    syariah pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada

    tahun 1998. Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam

    produk-produk Bank Muamalat menyebabkan bank tersebut relatif

    mempertahankan kinerjanya dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga

    simpanan yang melonjak sehingga beban operasional lebih rendah dari bank

    konvensional (Novita Wulandari, 2004).

    Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan

    konvensional dengan syariah adalah terletak pada pengembalian dan

    pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga

  • 4

    keuangan dan/atau yang diberikan oleh lembaga keuangan kepada nasabah

    (Muhammad, 2005). Kegiatan operasional bank syariah menggunakan

    prinsip bagi hasil (profit and loss sharing). Bank syariah tidak

    menggunakan bunga sebagai alat untuk memperoleh pendapatan maupun

    membebankan bunga atas penggunaan dana dan pinjaman karena bunga

    merupakan riba yang diharamkan.

    Pola bagi hasil ini memungkinkan nasabah untuk mengawasi

    langsung kinerja bank syariah melalui monitoring atas jumlah bagi hasil

    yang diperoleh. Jumlah keuntungan bank semakin besar maka semakin

    besar pula bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya.

    Jumlah bagi hasil yang kecil atau mengecil dalam waktu cukup lama

    menjadi indikator bahwa pengelolaan bank merosot. Keadaan itu

    merupakan peringatan dini yang transfaran dan mudah bagi nasabah.

    Berbeda dari perbankan konvensional, nasabah tidak dapat menilai kinerja

    hanya dari indikator bunga yang diperoleh (Novita Wulandari, 2004).

    Sebagai salah satu lembaga keuangan, bank perlu menjaga kinerjanya

    agar dapat beroperasi secara optimal. Terlebih lagi bank syariah harus

    bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang

    pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi

    dengan manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan.

    Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus

    bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu,

    penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis

  • 5

    Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah dengan

    Perbankan Konvensional.

    1.2. Rumusan Masalah Penelitian

    Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut, maka yang

    menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah:

    1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan

    dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan?

    2. Adakah perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan perbankan

    syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara

    keseluruhan?

    1.3. Batasan Masalah

    Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Bank umum syariah yang dipilih dalam penelitian ini adalah bank

    syariah yang telah berdiri lebih dari lima tahun. Bank umum syariah

    dalam hal ini diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia (BMI) dan Bank

    Syariah Mandiri (BSM). Bank umum konvensional yang dipilih untuk

    dibandingkan dengan bank umum syariah adalah bank konvensional

    dengan total asset sebanding dengan bank umum syariah. Pada saat

    penelitian ini total asset BMI sebesar Rp. 8.702.725.000.000, sedangkan

    total asset BSM sebesar Rp. 10.377.453.000.000. Bank umum

    konvensional yang memiliki total asset yang seimbang dengan dua bank

  • 6

    umum syariah tersebut adalah BPD Aceh (Rp. 10.248174.000.000),

    BPD DKI (Rp. 10.315.474.000.000), BPD Kalimantan Timur (Rp.

    11.805.784.000.000), BPD Sumatera Utara (Rp. 7.848.135.000.000),

    Bank Tabungan Pensiunan Nasional (Rp. 7.154.212.000.000) dan Bank

    Mizuho Indonesia (Rp. 9.138.892.000.000).

    b. Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah berdasar

    Laporan Publikasi Keuangan Bank selama periode Juni 2001-Maret

    2007. Data yang diambil adalah laporan triwulanan masing-masing

    bank yang dipublikasikan di surat kabar atau internet.

    c. Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio

    keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio

    permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva

    produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio

    rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional

    (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio

    likuiditas).

    1.4. Tujuan Penelitian

    Tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan penelitian ini antara lain:

    1. Menganalisa kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan

    dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan.

    2. Menganalisa kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan

    perbankan konvensional secara keseluruhan.

  • 7

    1.5. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diperoleh bagi beberapa pihak dari penelitian

    mengenai perbandingan kinerja keuangan perbankan syariah dengan

    perbankan konvensional antara lain:

    1. Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh

    pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah.

    2. Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk

    mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki

    apabila ada kelemahan dan kekurangan.

    3. Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

    acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha

    Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.

    1.6. Hipotesis Penelitian

    Hipotesis yang akan diuji untuk mencapai tujuan penelitian adalah

    sebagai berikut:

    H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

    dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio permodalan.

    H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

    dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio kualitas aktiva

    produktif.

  • 8

    H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

    dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio rentabilitas.

    H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

    dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio efisiensi bank.

    H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

    dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio likuiditas.

    H6 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

    dengan perbankan konvensional secara keseluruhan.

    1.7. Metode Penelitian

    1.7.1. Sumber Data

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

    berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan lain-lain

    yang berhubungan dengan aspek penelitian.

    Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

    a. Neraca Keuangan dari Juni 2001-Maret 2007

    b. Laporan Rugi Laba dari Juni 2001-Maret 2007

    c. Laporan Kualitas Aktiva Produktif dari Juni 2001-Maret 2007

    d. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dari Juni 2001-

    Maret 2007

    e. Ikhtisar Keuangan dari Juni 2001-Maret 2007

  • 9

    1.7.2. Teknik Analisis

    Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain:

    1. Menentukan sampel penelitian

    Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    a. Perbankan syariah yang diwakili oleh Bank Muamalat Indonesia

    (BMI) dan Bank Syariah Mandiri (BSM).

    b. Perbankan Konvensional yang diwakili oleh BPD Aceh, BPD DKI,

    BPD Kalimantan Timur, BPD Sumatera Utara, Bank Tabungan

    Pensiunan Nasional dan Bank Mizuho Indonesia.

    2. Menghitung variabel-variabel yang digunakan dalam perbandingan

    kinerja keuangan bank yang meliputi:

    a. Rasio permodalan, yang diwakili oleh variabel rasio CAR (Capital

    Adequacy Ratio)

    CAR = Modal Bank/Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

    b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang diwakili oleh NPL (Non

    Performing Loan).

    NPL = Total Kredit Bermasalah/Total Seluruh Kredit

    c. Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return

    on Asset) dan ROE (Return on Equity)

    ROA = Laba Bersih/Total Aktiva

    ROE = Laba Bersih/Modal Sendiri

    d. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO.

    BOPO = Biaya Operasional/Pendapatan Operasional

  • 10

    e. Rasio Likuiditas, yang diwakili oleh variabel rasio LDR (Loan to

    Deposit Ratio).

    LDR = Total Kredit yang Diberikan/Dana Pihak Ketiga

    3. Memasukkan rasio-rasio tersebut kedalam piranti lunak SPSS untuk

    selanjutnya dianalisis menggunakan uji statistik independent sample t-

    test.

    1.8. Sistematika Penulisan

    Bab I :Pendahuluan

    Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan

    masalah, batasan masalah serta tujuan dan manfaat penulisan. Selanjutnya

    disajikan pula hipotesis yang merupakan dugaan awal dari hasil penelitian.

    Bab II :Landasan Teori

    Bab ini menguraikan secara singkat teori yang melandasi penelitian,

    termasuk pembahasan tentang pengertian dan perbedaan bank syariah dan

    bank konvensional. Pembahasan berikutnya adalah mengenai teori

    pengukuran kinerja bank yang ditekankan pada perhitungan rasio keuangan

    bank (financial rasio).

    Bab III :Metode Penelitian

    Bab ini menguraikan secara detail tentang metode penelitian yang

    digunakan. Penjelasan dimulai dari metode pengumpulan data, dilanjutkan

    dengan metode analisis data.

  • 11

    Bab IV :Pembahasan Masalah

    Bab ini berisi analisa permasalahan berdasarkan data yang telah diolah

    pada bab sebelumnya.

    Bab V :Kesimpulan dan Saran

    Bab ini berisi intisari atau kesimpulan hasil penelitian. Berdasarkan

    kesimpulan itulah penulis akan memberikan saran kepada pihak-pihak yang

    terkait dalam upaya meningkatkan kinerja suatu bank.

  • BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    2.1. Penelitian Terdahulu

    Teori manajemen keuangan menyediakan banyak variasi indeks

    untuk mengukur kinerja suatu bank, salah satu diantaranya adalah rasio

    keuangan. Beberapa studi yang berhubungan dengan penilaian kinerja

    perusahaan perbankan dengan menggunakan indikator rasio keuangan

    adalah Thompson (1991), menguji manfaat rasio keuangan dalam

    memprediksi terjadinya kebangkrutan pada sebuah bank. Payamta dan

    Masud Machfoedz, (1999) mengukur kinerja keuangan perusahaan

    perbankan dengan menggunakan berbagai rasio CAMEL (Capital

    adequacy, Asset quality, Management, Earning, dan Liquidity). Eko

    Widodo (2001) dalam penelitiannya, menggunakan rasio keuangan untuk

    mengukur asosiasi likuiditas, struktur modal, dan kualitas aktiva dengan

    profitabilitas bank.

    Penelitian tentang perbandingan kinerja bank sudah dilakukan oleh

    beberapa orang peneliti, antara lain:

    1. Sabi (1996), melakukan penelitian perbandingan kinerja bank antara

    bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi

    yang berorientasi pasar (market-oriented economy) di Hungaria periode

    1992-1993. Ukuran kinerja yang digunakan adalah rasio keuangan yang

    dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas dan

    12

  • 13

    komitmen terhadap ekonomi domestik. Hasil penelitian menyimpulkan

    bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih

    tinggi, tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil.

    2. Samad dan Hasan (2000) melengkapi penelitian Sabi (1996) dengan

    menggabungkan metode inter-temporal dan inter-bank. Metode inter

    temporal digunakan untuk membandingkan kinerja Bank Islam

    Malaysia Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya. Hasil

    penelitian tersebut menunjukkan bahwa ROA dan ROE akhir periode

    lebih baik dibandingkan awal periode. Metode inter-bank digunakan

    untuk membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di

    Malaysia selama periode 1984-1997. Hasilnya menunjukkan bahwa

    BIMB mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil

    dibandingkan 8 bank konvensional.

    3. Chantapong (2003), merujuk dari penelitian Manijeh Sabi untuk

    membandingkan kinerja bank domestik dengan bank asing di Thailand

    setelah krisis keuangan melanda Asia Tenggara pada tahun 1997. Data

    yang digunakan adalah rasio keuangan yang dihitung berdasarkan

    neraca keuangan dan laporan laba/rugi dari kedua kelompok bank

    selama periode 1995-2000. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank

    asing mempunyai tingkat profitabilitas lebih tinggi dibandingkan bank

    domestik. Namun demikian angka profitabilitas semua bank

    menunjukkan peningkatan selama pascakrisis. Studi tersebut juga

  • 14

    membuktikan bahwa perbedaan bank asing dan bank domestik dimasa

    setelah krisis menjadi semakin kecil atau bahkan tidak ada.

    4. Rubitoh (2003), melakukan penelitian dengan membandingkan kinerja

    keuangan Bank Muamalat sebagai bank syariah pertama dengan enam

    bank konvensional selama 1997-2001. Kriteria yang digunakan dalam

    penelitian itu adalah RORA (profitabilitas), CAR (rasio kecukupan

    modal), LDR (rasio penyaluran terhadap dana pihak ketiga), FBI,

    NNRF, hasil kredit, dan produktifitas karyawan. Hasil dari penelitian

    tersebut menunjukkan bahwa secara umum kinerja keuangan bank

    syariah lebih baik, walaupun ada juga kinerja bank syariah dibawah

    bank konvensional. Bahkan perkembangan bank syariah mencapai 53

    persen, sedang bank konvensional hanya lima persen.

    2.2. Pengertian Bank Konvensional

    Pengertian bank menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1999 tentang

    perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan adalah

    badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk

    simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

    dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

    rakyat banyak.

    Di Indonesia, menurut jenisnya bank terdiri dari Bank Umum dan

    Bank Perkreditan Rakyat. Dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10

    Tahun 1998 menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang

  • 15

    melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan/atau berdasarkan

    prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas

    pembayaran.

    Bank konvensional dapat didefinisikan seperti pada pengertian bank

    umum pada pasal 1 ayat 3 Undang-Undang No. 10 tahun 1998 dengan

    menghilangkan kalimat dan atau berdasarkan prinsip syariah, yaitu bank

    yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang dalam

    kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

    2.3. Bank Syariah

    2.3.1. Pengertian Bank Syariah

    Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah

    bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank

    syariah juga dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang

    operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan Al-Quran dan

    Hadits Nabi SAW. Antonio dan Perwataatmadja membedakan menjadi dua

    pengertian, yaitu Bank Islam dan Bank yang beroperasi dengan prinsip

    syariah Islam. Bank Islam adalah bank yang beroperasi dengan prinsip

    syariah Islam dan bank yang tata cara beroperasinya mengacu kepada

    ketentuan-ketentuan Al-Quran dan Hadits. Bank yang beroperasi sesuai

    dengan prinsip syariah Islam adalah bank yang dalam beroperasinya

    mengikuti ketentuan-ketentuan syariah Islam, khususnya yang menyangkut

    tata cara bermuamalat secara Islam.

  • 16

    2.3.2. Prinsip Dasar Perbankan Syariah

    Batasan-batasan bank syariah yang harus menjalankan kegiatannya

    berdasar pada syariat Islam, menyebabkan bank syariah harus menerapkan

    prinsip-prinsip yang sejalan dan tidak bertentangan dengan syariat Islam.

    Adapun prinsip-prinsip bank syariah adalah sebagai berikut :

    1. Prinsip Titipan atau Simpanan (Al-Wadiah)

    Al-Wadiah dapat diartikan sebagai titipan murni dari satu pihak ke pihak

    lain, baik individu maupun badan hukum, yang harus dijaga dan

    dikembalikan kapan saja si penitip menghendaki (SyafiI Antonio,

    2001).

    Secara umum terdapat dua jenis al-wadiah, yaitu:

    a. Wadiah Yad Al-Amanah (Trustee Depository) adalah akad penitipan

    barang/uang dimana pihak penerima titipan tidak diperkenankan

    menggunakan barang/uang yang dititipkan dan tidak bertanggung

    jawab atas kerusakan atau kehilangan barang titipan yang bukan

    diakibatkan perbuatan atau kelalaian penerima titipan. Adapun

    aplikasinya dalam perbankan syariah berupa produk safe deposit

    box.

    b. Wadiah Yad adh-Dhamanah (Guarantee Depository) adalah akad

    penitipan barang/uang dimana pihak penerima titipan dengan atau

    tanpa izin pemilik barang/uang dapat memanfaatkan barang/uang

    titipan dan harus bertanggung jawab terhadap kehilangan atau

    kerusakan barang/uang titipan. Semua manfaat dan keuntungan yang

  • 17

    diperoleh dalam penggunaan barang/uang titipan menjadi hak

    penerima titipan. Prinsip ini diaplikasikan dalam produk giro dan

    tabungan.

    2. Prinsip Bagi Hasil (Profit Sharing)

    Sistem ini adalah suatu sistem yang meliputi tatacara pembagian hasil

    usaha antara penyedia dana dengan pengelola dana. Bentuk produk yang

    berdasarkan prinsip ini adalah:

    a. Al-Mudharabah

    Al-Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak

    dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh (100%)

    modal, sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib).

    Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan

    yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung

    oleh pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian si

    pengelola. Seandainya kerugian ini diakibatkan karena kecurangan

    atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab

    atas kerugian tersebut. Akad mudharabah secara umum terbagi

    menjadi dua jenis:

    1). Mudharabah Muthlaqah

    Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib

    yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi

    jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis.

  • 18

    2). Mudharabah Muqayyadah

    Adalah bentuk kerjasama antara shahibul maal dan mudharib

    dimana mudharib memberikan batasan kepada shahibul maal

    mengenai tempat, cara, dan obyek investasi.

    b. Al-Musyarakah

    Al-musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih

    untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak

    memberikan kontribusi dana dengan kesepakatan bahwa keuntungan

    dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.

    Dua jenis al-musyarakah:

    1). Musyarakah pemilikan, tercipta karena warisan, wasiat, atau

    kondisi lainnya yang mengakibatkan pemilikan satu aset oleh

    dua orang atau lebih.

    2). Musyarakah akad, tercipta dengan cara kesepakatan dimana dua

    orang atau lebih setuju bahwa tiap orang dari mereka

    memberikan modal musyarakah.

    3. Prinsip Jual Beli (Al-Tijarah)

    Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli,

    dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan

    atau mengangkat nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian

    barang atas nama bank, kemudian bank menjual barang tersebut kepada

    nasabah dengan harga sejumlah harga beli ditambah keuntungan

    (margin). Implikasinya berupa:

  • 19

    a. Al-Murabahah

    Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga

    perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

    dan pembeli.

    b. Salam

    Salam adalah akad jual beli barang pesanan dengan penangguhan

    pengiriman oleh penjual dan pelunasannya dilakukan segera oleh

    pembeli sebelum barang pesanan tersebut diterima sesuai syarat-

    syarat tertentu.

    Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual dalam suatu

    transaksi salam. Jika bank bertindak sebagai penjual kemudian

    memesan kepada pihak lain untuk menyediakan barang pesanan

    dengan cara salam maka hal ini disebut salam paralel.

    c. Istishna

    Istishna adalah akad jual beli antara pembeli dan produsen yang

    juga bertindak sebagai penjual. Cara pembayarannya dapat berupa

    pembayaran dimuka, cicilan, atau ditangguhkan sampai jangka

    waktu tertentu. Barang pesanan harus diketahui karakteristiknya

    secara umum yang meliputi: jenis, spesifikasi teknis, kualitas, dan

    kuantitasnya.

    Bank dapat bertindak sebagai pembeli atau penjual. Jika bank

    bertindak sebagai penjual kemudian memesan kepada pihak lain

  • 20

    untuk menyediakan barang pesanan dengan cara istishna maka hal

    ini disebut istishna paralel.

    4. Prinsip Sewa (Al-Ijarah)

    Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa,

    melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan hak

    kepemilikan atas barang itu sendiri.

    Al-ijarah terbagi kepada dua jenis: (1) Ijarah, sewa murni. (2) ijarah al

    muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana

    si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa

    sewa.

    5. Prinsip Jasa (Fee-Based Service)

    Prinsip ini meliputi seluruh layanan non-pembiayaan yang diberikan

    bank. Bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain:

    a. Al-Wakalah

    Nasabah memberi kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya

    melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti transfer.

    b. Al-Kafalah

    Jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada pihak ketiga untuk

    memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung.

    c. Al-Hawalah

    Adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada orang

    lain yang wajib menanggungnya.

  • 21

    Kontrak hawalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada

    Factoring (anjak piutang), Post-dated check, dimana bank bertindak

    sebagai juru tagih tanpa membayarkan dulu piutang tersebut.

    d. Ar-Rahn

    Adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan

    atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut

    memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan

    memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau

    sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn

    adalah semacam jaminan utang atau gadai.

    e. Al-Qardh

    Al-qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat

    ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan

    tanpa mengharapkan imbalan. Produk ini digunakan untuk

    membantu usaha kecil dan keperluan sosial. Dana ini diperoleh dari

    dana zakat, infaq dan shadaqah.

    2.3.3. Sistem Operasional Bank Syariah

    Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan

    uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka

    mendapatkan keuntungan bagi hasil. Dana nasabah tersebut kemudian

    disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha),

    dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan. Sistem

    operasional tersebut meliputi:

  • 22

    1. Sistem Penghimpunan Dana

    Metode penghimpunan dana yang ada pada bank-bank

    konvensional didasari teori yang diungkapkan Keynes yang

    mengemukakan bahwa orang membutuhkan uang untuk tiga kegunaan,

    yaitu fungsi transaksi, cadangan dan investasi. Teori tersebut

    menyebabkan produk penghimpunan dana disesuaikan dengan tiga

    fungsi tersebut, yaitu berupa giro, tabungan dan deposito.

    Berbeda halnya dengan hal tersebut, bank syariah tidak

    melakukan pendekatan tunggal dalam menyediakan produk

    penghimpunan dana bagi nasabahnya. Pada dasarnya, dilihat dari

    sumbernya, dana bank syariah terdiri atas:

    a. Modal

    Modal adalah dana yang diserahkan oleh para pemilik (owner).

    Dana modal dapat digunakan untuk pembelian gedung, tanah,

    perlengkapan, dan sebagainya yang secara tidak langsung

    menghasilkan (fixed asset/non earning asset). Selain itu, modal juga

    dapat digunakan untuk hal-hal yang produktif, yaitu disalurkan

    menjadi pembiayaan. Pembiayaan yang berasal dari modal, hasilnya

    tentu saja bagi pemilik modal, tidak dibagikan kepada pemilik dana

    lainnya.

    Mekanisme penyertaan modal pemegang saham dalam perbankan

    syariah, dapat dilakukan melalui musyarakah fi sahm asy-syarikah

    atau equity participation pada saham perseroan bank.

  • 23

    b. Titipan (Wadiah)

    Salah satu prinsip yang digunakan bank syariah dalam memobilisasi

    dana adalah dengan menggunakan prinsip titipan. Akad yang sesuai

    dengan prinsip ini ialah al-wadiah.

    Dalam prinsip ini, bank menerima titipan dari nasabah dan

    bertanggung jawab penuh atas titipan tersebut. Nasabah sebagai

    penitip berhak untuk mengambil setiap saat, sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    c. Investasi (Mudharabah)

    Akad yang sesuai dengan prinsip investasi adalah mudharabah yang

    mempunyai tujuan kerjasama antara pemilik dana (shahibul maal)

    dengan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini adalah bank.

    Pemilik dana sebagai deposan di bank syariah berperan sebagai

    investor murni yang menanggung aspek sharing risk dan return dari

    bank. Deposan, dengan demikian bukanlah lender atau kreditor bagi

    bank seperti halnya pada bank konvensional.

    2. Sistem Penyaluran Dana (Financing)

    Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan

    dengan tiga model, yaitu:

    a. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang

    dilakukan dengan prinsip jual beli.

    Prinsip jual beli ini dikembangkan menjadi bentuk pembiayaan

    pembiayaan murabahah, salam dan istishna.

  • 24

    b. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa

    dilakukan dengan prinsip sewa (Ijarah).

    Transaksi ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat. Jadi pada

    dasarnya prinsip ijarah sama dengan prinsip jual beli, namun

    perbedaannya terletak pada obyek transaksinya. Bila pada jual beli

    obyek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah obyek

    transaksinya jasa.

    c. Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk usaha kerjasama yang

    ditujukan guna mendapatkan sekaligus barang dan jasa, dengan

    prinsip bagi hasil.

    Prinsip bagi hasil untuk produk pembiayaan di bank syariah

    dioperasionalkan dengan pola-pola musyarakah dan mudharabah.

    c. Jasa Layanan Perbankan, yang dioperasionalkan dengan pola hiwalah,

    rahn, al-qardh, wakalah, dan kafalah.

    2.4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

    Bank konvensional dan bank syariah dalam beberapa hal memiliki

    persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme

    transfer, teknologi komputer yang digunakan, persyaratan umum

    pembiayaan, dan lain sebagainya. Perbedaan antara bank konvensional dan

    bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang

    dibiayai, dan lingkungan kerja.

  • 25

    1. Akad dan Aspek Legalitas

    Akad yang dilakukan dalam bank syariah memiliki konsekuensi

    duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum

    Islam. Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian

    yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif

    belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki

    pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti.

    Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku

    transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.

    2. Lembaga Penyelesai Sengketa

    Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada

    perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua

    belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di

    peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum

    materi syariah.

    Lembaga yang mengatur hukum materi dan atau berdasarkan prinsip

    syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah

    Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan

    Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia.

    3. Struktur Organisasi

    Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank

    konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur

    yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional

  • 26

    adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi

    mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan

    garis-garis syariah.

    Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat

    Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas

    dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena

    itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan

    oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan

    Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah

    Nasional.

    4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

    Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari

    kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan

    mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang

    diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan. Tidak

    semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank

    syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.

    5. Lingkungan dan Budaya Kerja

    Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai

    dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq,

    harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif

    muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional

    (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana

  • 27

    informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal

    reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan

    syariah.

    Secara garis besar perbandingan bank syariah dengan bank

    konvensional dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 2.1. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional. Bank syariah Bank Konvensional

    1. Melakukan investasi-investasi yang

    halal saja.

    2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual

    beli, atau sewa.

    3. Berorientasi pada keuntungan (profit

    oriented) dan kemakmuran dan

    kebahagian dunia akhirat

    4. Hubungan dengan nasabah dalam

    bentuk hubungan kemitraan.

    5. Penghimpunan dan penyaluran dana

    harus sesuai dengan fatwa Dewan

    Pengawas Syariah

    1. Investasi yang halal dan haram.

    2. Memakai perangkat bunga.

    3. Profit oriented

    4. Hubungan dengan nasabah dalam

    bentuk hubungan kreditur-debitur.

    5. Tidak terdapat dewan sejenis.

    2.5. Rasio Keuangan

    2.5.1. Rasio Permodalan (Solvabilitas)

    Bank pada umumnya dan bank syariah pada khususnya adalah

    lembaga yang didirikan dengan orientasi laba. Kekuatan aspek permodalan

  • 28

    ini memungkinkan terbangunnya kondisi bank yang dipercaya oleh

    masyarakat.

    Pengertian modal bank berdasar ketentuan Bank Indonesia dibedakan

    antara bank yang didirikan dan berkantor pusat di Indonesia dan kantor

    cabang bank asing yang beroperasi di Indonesia. Modal bank yang didirikan

    dan berkantor pusat di Indonesia terdiri atas modal inti atau primary capital

    dan modal pelengkap atau secondary capital.

    Komponen modal inti pada prinsipnya terdiri atas modal disetor dan

    cadangan-cadangan yang dibentuk dari laba setelah pajak, dengan perincian

    sebagai berikut:

    1. Modal disetor

    Modal disetor adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh

    pemiliknya. Bank yang berbadan hukum koperasi, modal disetor terdiri

    atas simpanan pokok dan simpanan wajib para anggotanya.

    2. Agio saham

    Agio saham adalah selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank

    sebagai akibat dari harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

    3. Cadangan umum

    Cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba ditahan atau laba bersih

    setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum

    pemegang saham atau rapat anggota sesuai anggaran dasar masing-

    masing.

  • 29

    4. Cadangan tujuan

    Cadangan tujuan adalah bagian laba setelah dikurangi pajak yang

    disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat

    umum pemegang saham atau rapat anggota.

    5. Laba ditahan

    Laba ditahan adalah saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh

    rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak

    dibagikan.

    6. Laba tahun lalu

    Laba tahun lalu adalah laba bersih tahun-tahun lalu setelah dikurangi

    pajak dan belum ditentukan penggunaannya oleh rapat umum pemegang

    saham atau rapat anggota. Jumlah laba tahun lalu yang diperhitungkan

    sebagai modal hanya sebesar 50%. Jika bank mempunyai saldo rugi

    pada tahun-tahun lalu, seluruh kerugian tersebut menjadi faktor

    pengurang dari modal inti.

    7. Laba tahun berjalan

    Laba tahun berjalan adalah laba yang diperoleh dalam tahun buku

    berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak. Jumlah laba tahun buku

    berjalan yang diperhitungkan sebagai modal inti hanya sebesar 50%.

    Jika bank mengalami kerugian pada tahun berjalan, seluruh kerugian

    tersebut menjadi faktor pengurang dari modal inti.

    8. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan keuangannya

    dikonsolidasikan.

  • 30

    Bagian kekayaan bersih tersebut adalah modal inti anak perusahaan

    setelah dikompensasikan nilai penyertaan bank pada anak perusahaan

    tersebut. Anak perusahaan adalah bank dan Lembaga Keuangan Bukan

    Bank (LKBB) lain yang mayoritas sahamnya dimiliki oleh bank.

    Modal pelengkap terdiri atas cadangan-cadangan yang tidak dibentuk

    dari laba setelah pajak dan pinjaman yang sifatnya dapat dipersamakan

    dengan modal, dengan perincian sebagai berikut:

    1. Cadangan revaliasi aktiva tetap

    Cadangan revaluasi aktiva tetap adalah cadangan yang dibentuk dari

    selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan

    dari Direktorat Jenderal Pajak.

    2. Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan

    Cadangan penghapusan aktiva yang diklasifikasikan adalah cadangan

    yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan. Hal ini

    dimaksudkan untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai

    akibat tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif.

    3. Modal kuasi

    Modal kuasi adalah modal yang didukung oleh instrumen atau warkat

    yang sifatnya seperti modal.

    4. Pinjaman subordinasi

    Pinjaman subordinasi adalah pinjaman yang harus memenuhi berbagai

    syarat, seperti ada perjanjian tertulis antara bank dan pemberi pinjaman,

    mendapat persetujuan dari bank Indonesia, minimal berjangka 5 tahun,

  • 31

    dan pelunasan sebelum jatuh tempo harus atas persetujuan Bank

    Indonesia.

    Dalam kerangka paket deregulasi tanggal 29 Februari 1991

    (Pakfeb91), Bank Indonesia mewajibkan setiap bank umum menyediakan

    modal minimum sebesar 8% dari total Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

    (ATMR). Presentase kebutuhan modal minimum ini disebut Capital

    Adequacy Ratio (CAR).

    Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank

    (capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal

    yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

    (ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum

    dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana

    tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau

    komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.

    Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank

    adalah sebagai berikut:

    1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal

    masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari

    masing-masing pos aktiva neraca tersebut.

    2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai

    nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko

    dari masing-masing pos rekening tersebut.

    3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administratif.

  • 32

    4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal

    bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    CAR = TotalATMRModalBank

    5. Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan

    kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%).

    Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah

    bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan

    modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan antara perhitungan rasio

    modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100%

    atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan

    CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%,

    modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.

    2.5.2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)

    Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank

    Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang

    Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah

    maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana

    antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening

    administratif.

    Kualitas Aktiva Produktif dinilai berdasarkan:

    1. Prospek usaha

    2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur

  • 33

    3. Kemampuan membayar

    Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian

    mengenai prospek usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan

    mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas

    kredit ditetapkan menjadi:

    a. Lancar (Pass)

    b. Dalam perhatian khusus (special mention)

    c. Kurang lancar (sub standard)

    d. Diragukan (doubtful)

    e. Macet (loss)

    Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif

    dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL

    dapat dirumuskan sebagai berikut:

    NPL = uhKreditTotalSelur

    htBermasalaTotalkredi

    2.5.3. Rasio Rentabilitas (Earning)

    Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau

    mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank

    yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).

    1. Return on Assets (ROA)

    Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank

    dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin

    besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang

  • 34

    dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari

    segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah:

    ROA = aTotalAktiv

    LabaBersih

    2. Return on Equity (ROE)

    ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal

    sendiri. Rasio dapat dirumuskan sebagai berikut:

    ROE = riModalSendi

    LabaBersih

    Rasio ini banyak diamati oleh para pemegang saham bank (baik

    pemegang saham pendiri maupun pemegang saham baru) serta para

    investor di pasar modal yang ingin membeli saham bank yang

    bersangkutan (jika bank tersebut telah go public).

    Dengan demikian rasio ROE merupakan indikator penting bagi para

    pemegang saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank

    dalam memperoleh laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran

    deviden. Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih

    dari bank yang bersangkutan.

    2.5.5. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)

    Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional

    dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat

    efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya.

    Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  • 35

    BO/PO = lOperasionaPendapa

    sionalBiayaOperatan

    2.5.4. Rasio Likuiditas (Liquidity)

    Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat

    memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua

    depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa

    terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis

    kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam

    penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio

    (LDR).

    Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah

    kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini

    digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali

    kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan

    kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi

    rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan

    sebagai berikut:

    LDR = etigaDanaPihakK

    ayaanTotalPembi

  • BAB III

    METODOLOGI PENELITIAN

    3.1. Populasi dan Sampel

    Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari

    berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan lain-lain

    yang berhubungan dengan aspek penelitian.

    Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut :

    a. Neraca Keuangan dari Juni 2001-Maret 2007

    b. Laporan Rugi Laba dari Juni 2001-Maret 2007

    c. Laporan Kualitas Aktiva Produktif dari Juni 2001-Maret 2007

    d. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dari Juni 2001-

    Maret 2007

    d. Ikhtisar Keuangan dari Juni 2001-Maret 2007

    3.2. Pengumpulan Data

    Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder

    berupa Laporan Keuangan Triwulanan Publikasi Bank selama periode Juni

    2001-Maret 2007. Data yang diperoleh diambil melalui beberapa website

    dari bank yang bersangkutan dan Perpustakaan Bank Indonesia. Jenis

    laporan yang digunakan antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi,

    Laporan Kualitas Aktiva produktif, Perhitungan Kewajiban Penyediaan

    Modal Minimum dan Ikhtisar keuangan.

    36

  • 37

    3.3. Pengukuran Variabel

    Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah

    pengolahan data yang diawali dengan menghitung variabel-variabel yang

    digunakan. Variabel-variabel tersebut yaitu rasio keuangan yang meliputi

    Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing

    Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return

    on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi

    Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit

    Ratio (mewakili rasio likuiditas). Setelah itu, untuk mengetahui kinerja

    bank secara keseluruhan dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh

    rasio yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu.

    a. Rasio permodalan, yang diwakili oleh variabel rasio CAR (Capital

    Adequacy Ratio)

    CAR = )(ATMRrutRisikoimbangMenuAktivaTert

    ModalBank

    b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang diwakili oleh NPL (Non

    Performing Loan).

    NPL = uhKreditTotalSelur

    htBermasalaTotalKredi

    c. Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on

    Asset) dan ROE (Return on Equity)

    ROA = aTotalAktiv

    LabaBersih

    ROE = riModalSendi

    LabaBersih

  • 38

    d. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO.

    BOPO = lOperasionaPendapa

    sionalBiayaOperatan

    e. Rasio Likuiditas, yang diwakili oleh variabel rasio LDR (Loan to

    Deposit Ratio).

    LDR = etigaDanaPihakK

    ikantYangDiberTotalKredi

    f. Kinerja bank secara keseluruhan

    Kinerja bank secara keseluruhan diketahui dengan cara menjumlahkan

    seluruh rasio keuangan, yaitu rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan

    LDR yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu. Perhitungan

    presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah:

    1. CAR

    Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang-

    kurangnya harus memiliki CAR 8%. Variabel ini mempunyai bobot

    nilai 20%. Skor nilai CAR ditentukan sebagai berikut;

    Jika CAR bernilai :

    a. Kurang dari 8%, skor nilai = 0

    b. Antara 8% - 12%, skor nilai = 80

    c. Antara 12%- 20%, skor nilai = 90

    d. Lebih dari 20%, skor nilai = 100

    Misalnya suatu bank memiliki nilai CAR 33,84%, maka skor akhir

    CAR adalah 20%*100 = 20

  • 39

    2. NPL

    Standar terbaik NPL menurut Bank Indonesia adalah bila NPL

    berada dibawah 5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%. Skor

    nilai NPL ditentukan sebagai berikut;

    Jika NPL bernilai :

    a. Lebih dari 8%, skor nilai = 0

    b. Antara 5% - 8%, skor nilai = 80

    c. Antara 3% - 5%, skor nilai = 90

    d. Kurang dari 3%, skor nilai = 100

    Misalnya suatu bank memiliki NPL 0,52%, maka skor akhir NPL

    adalah 20%* 100 = 20.

    3. ROA

    Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5%.

    Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai ROA

    ditentukan sebagai berikut;

    Jika ROA bernilai :

    a. Kurang dari 0%, skor nilai = 0

    b. Antara 0% - 1%, skor nilai = 80

    c. Antara 1% - 2%, skor nilai = 100

    d. Lebih dari 2%, skor nilai = 90

    Misalnya suatu bank memiliki nilai ROA 1,87%, maka skor akhir

    ROA adalah sebesar 15%* 100 = 15

  • 40

    4. ROE

    Standar ROE menurut Bank Indonesia adalah 12%. Variabel ini

    mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai

    berikut;

    Jika ROE bernilai :

    a. Kurang dari 8%, sor nilai = 0

    b. Antara 8% - 10%, skor nilai = 80

    c. Antara 10% - 12%, skor nilai = 90

    d. Lebih dari 12%, skor nilai = 100

    Misalnya suatu bank memiliki nilai ROE 27,67%, maka skor akhir

    ROE adalah sebesar 15%* 100 = 15

    5. BOPO

    Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 92%.

    Variabel ini mempunyai bobot nilai sebesar 15%. Skor nilai BOPO

    ditentukan sebagai berikut;

    Jika BOPO bernilai :

    a. Lebih dari 125%, skor nilai = 0

    b. Antara 92% - 125%, skor nilai = 80

    c. Antara 85% - 92%, skor nilai = 100

    d. Kurang dari 85%, skor nilai = 90

    Misalnya suatu bank memiliki BOPO 86,44%, maka skor akhir

    BOPO adalah 15%* 100 = 15

  • 41

    6. LDR

    Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85%-110%.

    Variabel ini diberi bobot nilai 15%. Skor nilai LDR ditentukan

    sebagai berikut;

    Jika LDR bernilai :

    a. Kurang dari 50%, skor nilai = 0

    b. Antara 50% - 85%, skor nilai = 80

    c. Antara 85% - 110%, skor nilai = 100

    d. Lebih dari 110%, skor nilai = 90

    Misalnya suatu bank memiliki nilai LDR 86,93%, maka skor akhir

    LDR adalah sebesar 15%* 100 = 15

    Selanjutnya dengan menggunakan Microsoft Exel 2003, skor masing-

    masing variabel tersebut dijumlahkan. Berdasarkan contoh diatas maka total

    skornya adalah 15 + 15 + 15 + 20 + 15 + 20 = 100.

    Setelah itu data-data tersebut dikonversi ke dalam SPSS 12 untuk

    selanjutnya dianalisa dengan menggunakan independent samples T-test.

    3.4. Metode Analisis Data

    Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

    menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata

    (independent sample t-test). Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda

    dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau

    menolak hipotesis yang telah dibuat.

  • BAB IV

    PEMBAHASAN

    Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian yang merupakan

    pengamatan terhadap obyek penelitian , yaitu dua bank syariah dan enam

    bank konvensional dari Juni 2001-Maret 2007. Dengan menggunakan uji

    statistic independent sample t-test, diperoleh hasil perbandingan kinerja

    antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional seperti tampak

    pada Tabel 4.1.

    Tabel 4.1. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank

    Syariah Bank

    Konvensional Statistical Test

    Levenes Test for Equality of Variance

    t-test for equality of Mean df = 70, confidence

    interval = 95% Ratio Mean Std. Dev Mean Std

    .Dev F Sig. T

    Sig. 2-

    tailed

    Mean Diff

    CAR 20.86 16.99 22.09 6.33 38.14 0.000 -0.506 0.615 -1.269NPL 3.78 2.86 4.96 3.50 2.48 0.117 -2.121 0.035 -1.186ROA 2.00 0.73 3.85 1.99 25.56 0.000 -9.427 0.000 -1.854ROE 14.34 8.01 39.26 26.83 17.17 0.000 -9.873 0.000 -24.915BOPO 85.61 5.00 70.65 11.73 22.43 0.000 12.314 0.000 14.961LDR 86.54 11.36 54.47 31.00 57.74 0.000 10.482 0.000 32.073Kinerja 87.96 7.18 81.84 10.60 1.91 0.169 3.718 0.000 6.115

    4.1. Analisis Rasio CAR

    4.1.1.Analisis Deskripsi Kedua Sampel

    Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-

    rata (mean) rasio CAR sebesar 20.86%, lebih kecil dibandingkan mean rasio

    CAR Bank Konvensional yang sebesar 22.09%. Hal ini berarti bahwa

    selama periode Juni 2001-Maret 2007 perbankan konvensional memiliki

    42

  • 43

    CAR lebih baik dibanding dengan perbankan syariah, karena semakin tinggi

    nilai CAR maka semakin bagus kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada

    ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik CAR adalah 8%,

    maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal karena memiliki

    nilai CAR diatas ketentuan BI.

    4.1.2.Pengujian Hipotesis

    Terlihat bahwa F hitung untuk CAR dengan Equal variance

    assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 38.14 dengan probabilitas

    0.000. Oleh karena probabilitas < 0.05, maka H ditolak atau dapat

    dinyatakan bahwa kedua varians berbeda.

    0

    Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua

    populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance not

    assumed (diasumsi kedua varian tidak sama). Terlihat bahwa t hitung

    untuk CAR dengan Equal variance not assumed adalah -0.506, dengan

    probabilitas 0.615. Oleh karena 0.615 > 0.05, maka H diterima atau

    dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka kinerja perbankan

    syariah dan kinerja perbankan konvensional tidak terdapat perbedaan yang

    signifikan.

    0

    4.1. Analisis Rasio NPL

    4.2.1.Analisis Deskripsi Kedua Sampel

    Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-

    rata (mean) rasio NPL sebesar 3.78%, lebih kecil dibanding dari mean rasio

  • 44

    NPL Bank Konvensional yang sebesar 4.96%. Hal ini berarti bahwa selama

    periode Juni 2001-Maret 2007 perbankan syariah memiliki NPL lebih baik

    dibanding dengan perbankan konvensional, karena semakin tinggi nilai NPL

    maka semakin buruk kualitasnya. Walaupun begitu, kualitas NPL bank

    konvensional masih berada pada kondisi ideal jika dilihat dari ketentuan BI

    yang menyatakan bahwa standar terbaik NPL adalah dibawah 5%.

    4.2.2.Pengujian Hipotesis

    F hitung untuk NPL dengan Equal variance assumed (diasumsi kedua

    varians sama) adalah 2.48 dengan probabilitas 0.117. Oleh karena

    probabilitas > 0.05, maka H 0 diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua

    varians sama.

    Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal

    variance assumed (diasumsi kedua varian sama). T hitung untuk NPL

    dengan Equal variance assumed adalah -2.121, dengan probabilitas 0.035.

    Oleh karena 0.035 < 0.05, maka H ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika

    dilihat dari rasio NPL maka kinerja perbankan syariah dan kinerja

    perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.

    0

    4.2. Analisis Rasio ROA

    4.3.1.Analisis Diskripsi Kedua Sampel

    Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-

    rata (mean) rasio ROA sebesar 2.00%, lebih kecil dibanding dari mean rasio

    ROA Bank Konvensional yang sebesar 3.85%. Hal ini berarti bahwa selama

  • 45

    periode Juni 2001-Maret 2007 perbankan syariah memiliki kualitas ROA

    lebih rendah dibanding dengan perbankan konvensional, karena semakin

    tinggi nilai ROA maka semakin bagus kualitasnya. Akan tetapi, jika

    mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik ROA

    adalah 1.5%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal.

    4.3.2. Pengujian Hipotesis

    Terlihat bahwa F hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed

    (diasumsi kedua varians sama) adalah 25.56 dengan probabilitas 0.000. Oleh

    karena probabilitas < 0.05, maka H ditolak atau dapat dinyatakan bahwa

    kedua varians berbeda.

    0

    Kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua populasi

    dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance not assumed

    (diasumsi kedua varian tidak sama). Terlihat bahwa t hitung untuk ROA

    dengan Equal variance not assumed adalah -9.427, dengan probabilitas

    0.000. Oleh karena 0.000 < 0.05, maka H ditolak atau dapat dikatakan

    bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah

    dan kinerja perbankan konvensional jika dilihat dari rasio ROA.

    0

    4.4. Analisa Rasio ROE

    4.4.1.Analis Deskripsi Kedua Sampel

    Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-

    rata (mean) rasio ROE sebesar 14.34%, lebih kecil dibanding dari mean

    rasio ROE Bank Konvensional yang sebesar 39.26%. Hal ini berarti bahwa

  • 46

    selama periode Juni 2001-Maret 2007 perbankan syariah memiliki ROE

    lebih rendah kualitasnya dibanding dengan perbankan konvensional, karena

    semakin tinggi nilai ROE maka semakin bagus kualitasnya. Akan tetapi, jika

    mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik ROE

    adalah 12%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal.

    4.4.2. Pengujian Hipotesis

    Terlihat bahwa F hitung untuk ROE dengan Equal variance assumed

    (diasumsi kedua varians sama) adalah 17.17 dengan probabilitas 0.000. Oleh

    karena probabilitas < 0.05, maka H ditolak atau dapat dinyatakan bahwa

    kedua varians berbeda.

    0

    Kedua varians berbeda, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal

    variance not assumed (diasumsi kedua varian tidak sama). T hitung untuk

    ROE dengan Equal variance not assumed adalah -9.873, dengan

    probabilitas 0.000. Oleh karena 0.000 < 0.05, maka H 0 ditolak atau dapat

    dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio ROE maka kinerja perbankan syariah

    dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.

    4.5. Analisis Rasio BOPO

    4.5.1.Analisis Deskripsi Kedua Sampel

    Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-

    rata (mean) rasio BOPO sebesar 85.61%, lebih besar dibanding dari mean

    rasio BOPO Bank Konvensional yang sebesar 70.65%. Hal ini berarti bahwa

    selama periode Juni 2001-Maret 2007 perbankan syariah memiliki BOPO

  • 47

    lebih rendah kualitasnya dibanding dengan perbankan konvensional, karena

    semakin tinggi nilai BOPO maka semakin buruk kualitasnya. Akan tetapi,

    jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik

    BOPO adalah 92%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi

    ideal.

    4.5.2. Pengujian Hipotesis

    Terlihat bahwa F hitung untuk BOPO dengan Equal variance assumed

    (diasumsi kedua varians sama) adalah 22.43 dengan probabilitas 0.000. Oleh

    karena probabilitas < 0.05, maka H ditolak atau dapat dinyatakan bahwa

    kedua varians berbeda.

    0

    Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua

    populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance not

    assumed (diasumsi kedua varian tidak sama). Terlihat bahwa t hitung untuk

    BOPO dengan Equal variance not assumed adalah 12.31, dengan

    probabilitas 0.000. Oleh karena 0.000 < 0.05, maka H 0 ditolak atau dapat

    dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio BOPO maka kinerja perbankan

    syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang

    signifikan.

    4.6. Analisa Rasio LDR

    4.6.1.Analisis Deskripsi Kedua Sampel

    Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-

    rata (mean) rasio LDR sebesar 86.54%, lebih besar dibanding dari mean

  • 48

    rasio LDR Bank Konvensional yang sebesar 54.47%. Hal ini berarti bahwa

    selama periode Juni 2001-Maret 2007 perbankan syariah memiliki LDR

    lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional. Selain itu, jika

    mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik LDR

    adalah 85%-110%, maka perbankan syariah berada pada kondisi ideal,

    sedangkan perbankan konvensional berada pada kondisi yang buruk selama

    periode penelitian.

    4.6.2. Pengujian Hipotesis

    Terlihat bahwa F hitung untuk LDR dengan Equal variance assumed

    (diasumsi kedua varians sama) adalah 57.74 dengan probabilitas 0.000. Oleh

    karena probabilitas < 0.05, maka H ditolak atau dapat dinyatakan bahwa

    kedua varians berbeda.

    0

    Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua

    populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance not

    assumed (diasumsi kedua varian tidak sama). Terlihat bahwa t hitung untuk

    LDR dengan Equal variance assumed adalah 10.482, dengan probabilitas

    0.000. Oleh karena 0.000 < 0.05, maka H ditolak atau dapat dikatakan

    bahwa kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional jika

    dilihat dari rasio LDR terdapat perbedaan yang signifikan.

    0

    4.7. Analisa Kinerja Bank Secara Keseluruhan

    Setelah diperoleh hasil dari rasio masing-masing bank, tahap

    selanjutnya adalah menganalisa kinerja bank secara keseluruhan dengan

  • 49

    menjumlahkan rasio masing-masing bank yang sebelumnya telah diberi

    bobot nilai yang sudah ditentukan. Variabel tersebut diberi nama Kinerja.

    Hasil penjumlahan variabel Kinerja tersebut kemudian diolah dengan

    SPSS menggunakan independent sample t-test, yang hasilnya sebagai

    berikut:

    4.7.1. Analisis Deskripsi Kedua Sampel

    Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-

    rata (mean) Kinerja sebesar 87.96%, lebih besar dibanding dari mean

    Kinerja Bank Konvensional yang sebesar 81.84%. Hal ini berarti bahwa

    selama periode Juni 2001-Maret 2007 secara keseluruhan perbankan syariah

    memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR) lebih baik

    dibanding dengan perbankan konvensional.

    4.7.2. Pengujian Hipotesis

    Terlihat bahwa F hitung untuk Kinerja dengan Equal variance

    assumed (diasumsi kedua varians sama) adalah 1.91 dengan probabilitas

    0.169. Oleh karena probabilitas > 0.05, maka H ditolak atau dapat

    dinyatakan bahwa kedua varians sama.

    0

    Bila kedua varians sama, maka untuk membandingkan kedua populasi

    dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed

    (diasumsi kedua varian sama). Setelah uji kesamaan varian selesai,

    selanjutnya dilanjutkan dengan analisis menggunakan t-test untuk

    mengetahui apakah rata-rata Kinerja perbankan syariah dengan perbankan

    konvensional berbeda secara signifikan. Terlihat bahwa t hitung untuk

  • 50

    Kinerja dengan Equal variance assumed adalah 3.718, dengan

    probabilitas 0.000. Oleh karena 0.000 < 0.05, maka H 0 ditolak atau dapat

    dikatakan bahwa secara keseluruhan kinerja perbankan syariah dan

    perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.

  • BAB V

    KESIMPULAN DAN SARAN

    5.1. Kesimpulan

    Berdasarkan pengolahan data dan hasil analisis data yang mengacu

    pada masalah dan tujuan penelitian, maka dapat dirumuskan beberapa

    kesimpulan penelitian sebagai berikut :

    1. Hasil uji statistic independent sample t-test menunjukkan rasio CAR

    perbankan syariah tidak berbeda secara signifikan dengan perbankan

    konvensional. Perbankan syariah memiliki kualitas CAR dibawah

    perbankan konvensional.

    2. Rasio NPL perbankan syariah berbeda signifikan dengan perbankan

    konvensional. Rasio NPL perbankan syariah lebih rendah dibandingkan

    perbankan konvensional. Hal ini berarti kualitas NPL perbankan syariah

    lebih baik dari perbankan konvensional.

    3. Rasio rentabilitas yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on

    Asset) dan ROE (Return On Equity) antara perbankan syariah dengan

    perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Kualitas

    ROA dan ROE perbankan syariah lebih rendah dibandingkan perbankan

    konvensional, yang artinya kemampuan perbankan syariah dalam

    memperoleh laba berdasarkan asset dan modal yang dimiliki masih

    dibawah perbankan konvensional.

    51

  • 52

    4. Dilihat dari rasio efisiensi operasional perbankan yang diwakili oleh

    variabel BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) terdapat

    perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan

    konvensional. Dalam hal ini, kinerja Perbankan syariah lebih buruk

    dibandingkan kinerja perbankan konvensional.

    5. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap rasio likuiditas yang

    diwakili oleh variabel rasio LDR (Loan Deposit Ratio). Perbankan

    syariah memiliki rasio LDR yang secara signifikan lebih baik

    kualitasnya dibandingkan dengan perbankan konvensional.

    6. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel

    Kinerja terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan

    syariah dibandingkan dengan perbankan konvensional. Secara umum

    jika dilakukan pemeringkatan terhadap 8 (delapan) bank berdasarkan

    mean kinerja, maka diperoleh rating sebagai berikut:

    1. Bank Tabungan Pensiunan Nasional

    2. Bank Muamalat Indonesia

    3. Bank Syariah Mandiri

    4. Bank Mizuho Indonesia

    5. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara

    6. Bank Pembangunan Kalimantan Timur

    7. Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta

    6. Bank Pembangunan Daerah Aceh

  • 53

    5.2. Saran

    Dari hasil kesimpulan dalam penelitian ini, penulis memberikan saran

    sebagai berikut:

    1. Bagi Perbankan Syariah

    Secara umum, kinerja perbankan syariah lebih baik dibandingkan

    dengan perbankan konvensional. Akan tetapi, ada beberapa rasio yang

    lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio permodalan

    (CAR), rasio rentabilitas (ROA, ROE), dan rasio efisiensi (BOPO).

    Untuk meningkatkan rasio-rasio tersebut, perbankan syariah perlu

    memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

    a. Rasio permodalan perbankan syariah dapat ditingkatkan dengan

    penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih

    memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit.

    Usahakan setiap asset yang berisiko tersebut menghasilkan

    pendapatan, sehinggga tidak perlu menekan permodalan.

    b. Rasio rentabilitas dapat ditingkatkan dengan lebih berhati-hati dalam

    melakukan ekspansi. Usahakan setiap ekspansi senantiasa

    menghasilkan laba. Selain itu jangan biarkan asset berkembang

    tanpa menghasilkan produktifitas.

    c. Rasio efisiensi dapat ditingkatkan dengan menekan biaya

    operasional dan meningkatkan pendapatan operasional. Hal ini dapat

    dilakukan dengan menutup berbagai cabang yang tidak produktif

  • 54

    dan melakukan outsourcing pekerjaan yang bukan pokok pekerjaan

    bank.

    2. Bagi Perbankan Konvensional

    Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja perbankan syariah secara

    umum lebih baik dibandingkan perbankan konvensional. Oleh karena

    itu, perbankan konvensional bisa mempertimbangkan untuk membuka

    atau menambah unit usaha syariah atau mengkonversi menjadi bank

    umum syariah.

    3. Bagi peneliti yang akan datang

    Karena penelitian ini hanya menggunakan enam rasio dalam mengukur

    kinerja perbankan, maka sebaiknya peneliti yang akan datang

    menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya. Selain itu,

    sebaiknya peneliti yang akan datang juga memperbanyak sampelnya,

    agar hasilnya lebih tergeneralisasi.

  • DAFTAR PUSTAKA Edy Wibowo, Untung Hendy Widodo, Mengapa Memilih Bank Syariah, Ghalia

    Indonesia, Bogor, 2005. Gemala Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan & Perasuransian Syariah

    Di Indonesia, Kencana, Jakarta, 2004. Heri Sudarsono, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi,

    EkonisiaFE UII, Yogyakarta, 2003. ____________, Perkembangan dan Prospek Bank Syariah di Indonesia, Fokus

    Ekonomi, Vol. 2, No. 2, Agustus 2003. Ikatan Akuntan Indonesia, Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan

    Keuangan Bank Syariah, Cetakan ke-1, Jakarta, 2002. Muhammad, Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2005. Novita Wulandari, Keunggulan Komparatif Bank Syariah, Suara Merdeka, Senin

    22 Nopember 2004. Nurmadi H. Sumarta, Yogiyanto, Evaluasi Kinerja Perusahaan Perbankan yang

    Terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Thailand, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan, September 2000.

    Singgih Santoso, SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT.

    Elexmedia Komputindo, Jakarta, 1999. Suhaji Lestiadi, Praktek Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah,

    Proceedings Seminar Nasional : Mencari Solusi Pembiayaan Bagi Hasil Perbankan Syariah, 2004.

    Surifah, Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Dan Setelah

    Krisis Ekonomi, Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia, Vol.6, No. 2, 2002. SyafiI Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani Press,

    Jakarta, 2001.

    55

    pelengkap skripsi.docBAB I.docBAB II.docBAB III.docBAB IV.docBAB V.docDAFTAR PUSTAKA.doc