PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
PENYANDANG TUNAGRAHITA
Kajian Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial
Di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong Bogor
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi
Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ANDI MAJID
1110054100027
PROGRAM STUDI KESEJAHTERAAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1435 H/2014 M
i
ABSTRAK
Andi Majid
1110054100027
Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita (Kajian
Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)
Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat
kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh
keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus. Layanan
rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami kecacatan fisik, mental,
perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai kehidupan yang mandiri
dengan cara penerapan layanan pribadi dan vokasional. Agar layanan rehabilitasi
yang diberikan terarah dan sistematis perlu adanya metode yang tepat sebagai
pelaksanaannya. Untuk itu penting untuk diteliti Dengan menerapkan metode
layanan rehabilitasi yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat
berkembang secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan
meningkat.
Penelitian ini merumuskan beberapa masalah yaitu Bagaimana metode
layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor? Bagaimana pencapaian tujuan
dari metode rehabilitasi sosial terhadap peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong-Bogor? Dan pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian
kualitatif dengan menggunakan metode deskripstif yakni menjelaskan dan
menuturkan data yang ada. Data yang diperoleh dari hasil wawancara terstruktur
bertahap dan observasi langsung. Pemilihan informan dengan menggunakan
purposive sampling yakni dengan sampel bertujuan. Penulis mengambil informan
sebanyak 20 orang dengan sesuai tujuan penelitian.
Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Dalam penelitian metode
rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi, yaitu
dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan konseling secara
pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita cukup baik
namun belum mencapai optimal, total keberhasilan dari keseluruhan aspek
tunagrahita ringan dan sedang mecapai 63%. Hal ini bisa dikatakan belum
mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total keseluruhan mencapai
70%, itu terutama dalam bidang kemampuan yang membutuhkan pikiran
dalam aspek mental psikologis dan vokasional.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Semesta Alam,
Allah SWT yang telah memberi rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam semoga
senantiasa tercurah kepada Nabi Besar Muhammad SAW, beserta seluruh
keluarganya, para sahabatnya, sampai kepada kita selaku umatnya hingga akhir
zaman. Amin.
Alhamdulillah, penulis telah dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan
skripsi yang berjudul program rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita
dalam peningkatan keberfungsian sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dan membimbing
penyusunan skripsi ini, diantaranya:
1. Bapak Dr. Arif Subhan, MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta beserta para pembantu
Dekan.
2. Ibu Siti Napsiyah, MSW selaku Ketua Jurusan Kesejahteraan Sosial dan
Bapak Ahmad Zaki, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Kesejahteraan Sosial UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Prof. Dr. Syamsir Salam, MS selaku Dosen pembimbing skripsi ini,
yang telah meluangkan waktu ditengah kesibukan, tetapi bersedia memberikan
perhatian, arahan dan motivasi yang bermanfaat kepada penulis.
iii
4. Seluruh Dosen Jurusan Kesejahteraan Sosial yang telah mendidik,
membimbing dan memberikan ilmu-ilmu bermanfaat selama penulis kuliah di
Jurusan Kesejahteraan Sosial.
5. Pimpinan dan staf perpustakaan utama, perpustakaan Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Perpustakaan Kementrian
Sosial yang telah banyak memberikan fasilitas kepada penulis dalam
penyelesaian studi pustaka.
6. Bapak Cecep Sutriaman, S.Sos.MPS.Sp selaku Kepala Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG), Ibu Dra. Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,
Dra. Lisdiana, Msi selaku Kepala Seksi Pegawai Program dan Advokasi
Sosial, dan seluruh pegawai Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) yang tidak bisa
disebutkan satu persatu tapi tetap tidak mengurangi rasa terimakasih penulis
serta anak-anak penerima manfaat di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG),
Ciungwanara yang telah mengizinkan, dan membantu penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
7. Yang tercinta kedua orang tua penulis ayahanda Adin (Alm) dan Ibunda
A.Andayani, Spd serta selaku wali ayahanda Arif Ampriawan, yang senantiasa
memberikan motivasi, moril dan materil, pengorbanan, doa dan kasih sayang
yang tak pernah henti.
8. Adikku tersayang Afifah Ampriyani yang memberikan semangat, bantuan dan
hiburan yang bermanfaat sehingga penulis termotivasi untuk menyeselesaikan
skripsi ini.
iv
9. Keluarga Besar Bapak H. Muhtar Idris yang selalu memberikan motivasi dan
kemudahan dalam bantuan baik secara moril dan material dalam kelancaran
skripsi ini.
10. Nur Hikmah yang telah ikut serta dalam membantu penyelesaian skripsi ini
dengan memberikan waktu untuk memotivasi, sharing, semangat, canda gurau
dan doa-doa untuk sukses bersama.
11. Kawan-kawan seperjuangan www.BASKOM.org (Bryan Petet, Habib Ndut,
Soleh Zamet dan Eza Oye). Terima kasih atas segala kebersamaan menggapai
cita-cita bersama, dan selalu memberikan pelajaran terbaik disaat bersama.
12. Teman-teman Jurusan Kesejahteraan Sosial yang sudah mau bertukar pikiran
dalam penyelesaian skripsi yang tidak bisa disebutkan satu persatu namanya
tapi tetap tidak mengurangi kasih sayang penulis. Terima kasih atas
kebersamaan dan kekompakkannya.
Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat untuk penulis dan
kepada para pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih Semoga Allah SWT
memberikan balasan kebaikan. Aamiin Ya Robbal Alamin.
Jakarta, 9 Desember 2014
ANDI MAJID
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1-6
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ................................. 6-7
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9
D. Tinjauan Pustaka .................................................................... 10
E. Metode Penelitian .................................................................... 12
F. Sistematika Penulisan ............................................................. 18
BAB II KAJIAN TEORITIS
A. Tunagrahita .............................................................................. 20
1. Pengertian Tunagrahita ......................................................... 20
2. Klasifikasi Tunagrahita ......................................................... 22
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita .................................... 24
B. Rehabilitasi ............................................................................... 25
1. Pengertian Rehabilitasi .......................................................... 25
2. Metode Rehabilitasi .............................................................. 26
3. Jenis Rehabilitasi ............................................................ 30-32
4. Perangkat Rehabilitasi..................................................... 32-34
C. Keberfungsian Sosial ............................................................... 34
vi
BAB III PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG
Ciungwanara Bogor ................................................................. 37
B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan
Fasilitas, Klien dan Dana Penyelenggaraan Panti ................ 38
C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di
PSBG Ciungwanara Bogor ..................................................... 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial ........................................ 51
1. Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas,
Kondisi Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara ............................................................ 52
2. Proses Rehabilitasi Sosial ..................................................... 57
B. Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita .................... 67
1. Hasil Rehabilitasi Sosial ...................................................... 81
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan
Rehabilitasi Sosial ................................................................. 85
a. Faktor Pendukung .......................................................... 85
b. Faktor Penghambat ........................................................ 86
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 88
B. Saran ........................................................................................ 89
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
1. Tabel 1.1 Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial ......................................... 2
2. Tabel 1.2 Tabel Pemilihan Informan ................................................................. 16
3. Tabel 1.3 Tebel Kegiatan Penelitian .................................................................. 17
4. Tabel 3.1 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin ........................... 44
5. Tabel 3.2 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Pendidikan ............................... 44
6. Tabel 3.3 Tabel Jumlah Pegawai Berdasarkan Tenaga Profesi ......................... 45
7. Tabel 4.1 Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial ....................................... 62
8. Tabel 4.2 Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara ..... 63
9. Tabel 4.3 Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014 .......... 68
10. Tabel 4.4 Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita
Tahun 2014 ........................................................................................................ 79
viii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat Pengajuan Bimbingan Skripsi
2. Surat Izin Penelitian Skripsi di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor
3. Surat Keterangan mengadakan penelitian di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor
4. Jadwal Bimbingan Fisik, Mental, Sosial, dan Keterampilan di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor
5. Absensi Penerima Manfaat
6. Rekapitulasi Indikator Keberhasilan Penerima Manfaat
7. Persyaratan Pendaftaran Calon Penerima Manfaat
8. Pedoman Wawancara
9. Identitas Informan
10. Tabel Observasi Penelitian di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemahaman masyarakat umum mengenai anak berkebutuhan khusus
masih sangat minim, kebanyakan mereka menganggap bahwa anak
berkebutuhan khusus merupakan anak yang tidak memiliki kemampuan
apapun. Salah satu dari mereka adalah anak tunagrahita. Tunagrahita yang
berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita berarti pikiran. Anak
Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki tingkat kecerdasan yang
sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai oleh keterbasan
intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas perkembangannya
memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1
Menurut Sensus Nasional Biro Pusat Statistik Tahun 2006, dari
222.192.572 penduduk Indonesia, sebanyak 0,7% atau 2.810.212 jiwa adalah
penyandang cacat, 601.947 anak (21,42%) diantaranya adalah anak cacat usia
sekolah (5-18tahun). Sedangkan populasi ADTG (Anak Dengan Tuna Grahita)
menempati angka paling besar dibanding jumlah anak dengan kecacatan
lainnya. Sementara itu, data Sekolah Luar Biasa Tahun 2006/2007 jumlah
peserta didik penyandang cacat yang mengenyam pendidikan baru mencapai
27,35% atau 87.801 anak. Dari jumlah itu, populasi ADTG menrmpati paling
besar yaitu 66.610 anak dibanding jumlah anak dengan kecacatan lainnya.
1 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 9.
2
Sekitar 57% dari jumlah itu adalah ADTG ringan dan sedang.2
Data PMKS (Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial) tahun 2012,
disablitas menurut usia yakni sebagai berikut3:
Tabel 1.1
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
PMKS Usia <18
Thn
Usia 18-
24 thn
Usia 25-
55 thn
Usia 56>
thn Total
Netra 5921 3869 46960 86110 142860
Rungu wicara 7632 4410 17482 7432 36956
Tubuh 32990 18384 129272 83233 263879
Mental retardasi 30460 31821 120737 30015 213033
Gangguan jiwa 2257 5105 44514 13246 65122
Fisik mental 19438 9935 47944 24991 102308
Dari perkembangan data di atas, terdapat perbedaan yang cukup
signifikan bagi penyandang tunagrahita dari tahun sebelumnya yaitu mencapai
66.610, kemudian pada tahun 2012 penyandang tunagrahita termasuk paling
tinggi ke-2 diantara penyandang yang lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya
pemberian program rehabilitasi sosial guna mengembalikan kembali
keberfungian sosial mereka dalam masyarakat.
Undang-Undang No. 4 tahun 1997 menegaskan bahwa penyandang
cacat merupakan bagian masyarakat Indonesia yang juga memiliki kedudukan,
hak, kewajiban, dan peran yang sama. Mereka juga mempunyai hak dan
kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Pada
Pasal 6 ayat 5-6, dijelaskan bahwa setiap penyandang cacat berhak
memperoleh rehabilitasi, bantuan sosial, dan pemeliharaan taraf kesejahteraan
2 http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-dengan-tunagrahita-
perlu-pendekatan-khusus.html (dikutip pada tanggal 23 Januari 2014) 3 Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012
3
sosial; dan hak yang sama untuk menumbuhkembangkan bakat, kemampuan,
dan kehidupan sosialnya, terutama bagi penyandang cacat anak dalam
lingkungan keluarga dan masyarakat.4
Ketetapan dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1997 itu sangat berarti
bagi anak tunagrahita, karena memberi landasan yang kuat bahwa tunagrahita
mempunyai hak yang sama untuk peningkatan kesejahteraan sosial di segala
aspek kehidupan dan penghidupan dalam rangka terwujudnya kesamaan
kedudukan, hak, kewajiban, dan peran.
Melihat dari Undang-Undang di atas, untuk mengembalikan fungsi
penyandang masalah kecacatan mental/psikotik diperlukan pendekatan secara
medis maupun sosial. Penanganan secara medis menjadi kewenangan
Kementerian Kesehatan (dalam hal ini Rumah Sakit Jiwa) baik pemerintah
maupun swasta dan untuk memulihkan fungsi sosialnya, peran Kementerian
Sosial menjadi tumpuan untuk melakukan rehabilitasi.
Pemerintah dalam hal ini menyediakan tempat khusus bagi tunagrahita.
Tempat khusus ini salah satunya dikenal dengan Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor, yang merupakan salah satu unit teknis
Kementerian Sosial yang berfungsi memberikan pelayanan sosial untuk
penyandang tunagrahita dalam menyelenggarakan pelayanan dalam bentuk
rehabilitasi sosial yang bertujuan untuk proses refungsionalisasi dan
pengembangan untuk memungkinkan tunagrahita mampu melaksanakan
fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Rehabilitasi merupakan istilah yang berakar dari pandangan plato
terhadap pelaku kejahatan, namun pada perkembangannya, istilah tersebut
4 Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun 1997
4
meluas penggunaannya di berbagai bidang. Tidak hanya oleh mereka yang
berkutat dibidang kriminologi saja, tetapi juga pada bidang-bidang medis,
sosial, psikologi, dan kesejahteraan sosial. Rehabilitasi menawarkan
optimisme dan harapan yang terkait dengan semangat kemanusiaan yang kuat
untuk membantu memperoleh kesembuhan dan hidup yang lebih baik.
Rehabilitasi mempertemukan keahlian dari tenaga profesional, seperti dokter,
psikolog, kriminolog, pendidik, konselor dan pekerja sosial.5
Layanan rehabilitasi ditujukan bagi individu yang mengalami
kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai
kehidupan yang mandiri dengan cara penerapan layanan pribadi dan
vokasional. Agar layanan rehabilitasi yang diberikan terarah dan sistematis
perlu adanya metode yang tepat sebagai pelaksanaannya. Untuk itu penting
untuk diteliti bagaimana metode layanan rehabilitasi guna mengetahui sejauh
mana efektivitas dan efisiensi dari metode yang efektif agar dapat
meningkatkan keberfungsian sosial tunagrahita secara optimal.
Dalam praktiknya terdapat tiga metode layanan rehabilitasi sosial yaitu
metode secara pribadi, metode secara kelompok, dan metode layanan yang
diberikan oleh masyarakat. Untuk itu perlu adanya penelitian khususnya bagi
penyandang tunagrahita, karena tunagrahita menghadapi masalah dalam
keberfungsian sosial, maka perlu adanya penentuan metode yang sesuai bagi
penyandang tunagrahita. Dengan menerapkan metode layanan rehabilitasi
yang efektif diharapkan kemampuan kerja tunagrahita dapat berkembang
5 Philip Bean, Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia ilmu-ilmu
sosial Ed1 get7, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000), hlm. 913-914.
5
secara optimal, sehingga keberfungsian sosialnya juga akan meningkat.
Terdapat dua jenis layanan program rehabilitasi sosial yang
dilaksanakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG), yang pertama Program
Pelayanan Pokok meliputi: pendekatan awal, penerimaan, pengasramaan,
orientasi, asesmen, perumusan rencana intervensi, pelaksanaan intervensi
(Bimbingan fisik, mental, sosial, dan keterampilan), resosialisasi, penyaluran,
bimbingan lanjut, terminasi. Kedua Pelayanan Penunjang, meliputi:
pendataan, sosialisasi program, Rehabilitasi Sosial Berbasis Keluarga
(RSBK), Program Pelayanan Jarak Jauh (PPJJ), Pembinaan Persatuan Orang
Tua (POT), pengembangan SDM.6
Program pembinaan merupakan bagian yang integral dalam rangkaian
proses pelayanan sosial dan tidak dapat dianggap sebagai modalitas treatment
yang berdiri sendiri. Hal ini berkaitan dengan pemahaman umum bahwa
setelah klien menjalani program rehabilitasi primer di panti rehabilitasi,
mereka masih memerlukan perawatan atau bimbingan lanjutan agar proses
reintegrasi ke masyarakat dapat berlangsung lancar. Pada kenyataannya
treatment tidak berhenti di dalam panti rehabilitasi melainkan terus berlanjut
sampai klien kembali ke masyarakat, mampu mengembangkan gaya hidup
yang sehat dan menjadi manusia yang produktif (BNN,2008).7
Oleh sebab itu Program Rehabilitasi Sosial di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara itu sendiri adalah bertujuan untuk memulihkan
kemauan, kemampuan dan harga diri tunagrahita sehingga dapat
melaksanakan kegiatan dalam kehidupan sehari-hari serta dapat bergaul dan
6 Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja panti
Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor. 7 Widodo Nurdi, Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial, h. 214.
6
mengembangkan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat, mencegah
tumbuh dan berkembangnya pandangan yang negatif dari masyarakat terhadap
tuna grahita, dan menumbuhkan kesadaran dan pemahaman masyarakat
tentang keadaan, permasalahan dan kebutuhan tuna grahita sehingga
masyarakat sadar dan mendukung usaha rehabilitasi tuna grahita.
Dalam hal ini peningkatan usaha kesejahteraan sosial yang dilakukan
oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara dengan mengetahui
metode layanan Rehabilitasi Sosial yang tepat diharapkan dapat meningkatkan
Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatan untuk memenuhi hak-hak dasar penyandang tunagrahita.
Oleh sebab itu perlu adanya metode layanan rehabilitasi yang
komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat
dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,
kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di
tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan latar
belakang diatas maka penulis memiliki judul “PENINGKATAN
KEBERFUNGSIAN SOSIAL PENYANDANG TUNAGRAHITA (Kajian
Terhadap Pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong Bogor)”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) mempunyai beberapa layanan program yaitu program
7
pelayanan pokok dan program pelayanan penunjang. Namun karena
layanan rehabilitasi sosial yang lebih pokok terdapat dalam kegiatan di
dalam panti, maka dalam hal ini peneliti membatasi masalah yang akan
diteliti pada salah satu metode pelayanan pokok meliputi: pendekatan awal,
penerimaan, pengasramaan, orientasi, asesmen, perumusan rencana
intervensi, pelaksanaan intervensi (Bimbingan fisik, mental, sosial, dan
keterampilan), resosialisasi, penyaluran, bimbingan lanjut, terminasi yang
dilakukan di dalam panti dalam kurun waktu lima bulan, dari bulan Mei
sampai dengan bulan September 2014.
2. Perumusan Masalah
Selanjutnya berdasarkan batasan masalah di atas maka terlihat
bahwa permasalahan pokok dalam penelitian ini meliputi:
a. Metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita dalam Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
b. Berdasarkan permasalahan di atas (a), terlihat dengan nyata bahwa hal
ini berkesinambungan pada hasil peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
3. Identifikasi Masalah
Untuk menyusun metode layanan rehabilitasi sosial penyandang
tunagrahita diperlukan data-data tentang kemampuan tunagrahita,
bimbingan yang telah diberikan, dan faktor pendukung serta faktor
penghambatnya. Terdapat beberapa macam identifikasi masalah yang
timbul, yaitu:
a. Bagaimana kondisi penyelenggaraan, sarana prasarana rehabilitasi
8
sosial?
b. Bagaimana proses rehabilitasi sosial yang diselenggarakan melalui
panti?
c. Seperti apakah bimbingan yang diberikan bagi penyandang tunagrahita
dalam panti?
d. Bagaimana kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di
panti?
e. Faktor-faktor apa saja yang mendukung peningkatan keberfungsian
sosial tunagrahita dalam panti?
f. Faktor-faktor apa saja yang menghambat peningkatan keberfungsian
sosial tunagrahita dalam panti?
g. Bagaimana model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial
yang efektif dalam panti yang dilakukan oleh panti?
h. Bagaimana pencapaian tujuan dari program layanan Rehabilitasi Sosial
terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas
intelektual tunagrahita di panti?
Oleh karenanya, untuk membatasi masalah sebagaimana dimaksud,
maka permasalahan pokok dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita
dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-
Bogor?
b. Bagaimana pencapaian tujuan dari metode rehabilitasi sosial terhadap
peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor?
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Secara umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
pelaksanaan model program rehabilitasi sosial dalam meningkatkan
keberfungsian sosial bagi penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara Cibinong-Bogor.
Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan:
a. Untuk mengetahui metode layanan rehabilitasi sosial penyandang
tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
Cibinong-Bogor.
b. Untuk mengetahui hasil dari metode layanan Rehabilitasi Sosial
terhadap peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas
intelektual tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Manfaat Praktis
1) Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan
kebijakan di bidang Program Rehabilitasi Sosial bagi penyandang
tunagrahita.
2) Dapat berkontribusi dalam memberikan gambaran tentang model
dan metode peningkatan keberfungsian sosial penyandang
tunagrahita.
b. Manfaat Akademis
1) Dapat dijadikan sebagai bahan referensi atau bahan kepustakaan
10
bagi pengembangan ilmu kesejahteraan sosial.
2) Dapat menambah khazanah keilmuan baru dalam program
pelayanan masyarakat melalui lembaga dan ilmu kesejahteraan
sosial.
3) Dapat menambah wawasan dan pengalaman penulis secara
langsung dalam penelitian lapangan melalui penelitian ilmiah.
D. Tinjauan Pustaka
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan tinjauan pustaka terhadap
beberapa skripsi terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.
Adapun beberapa skripsi tersebut antara lain:
Nama : Rian Rusdiyanto
NIM : 104054002094
Jurusan : Pengembangan Masyarakat Islam
Judul : Pemberdayaaan Penyandang Cacat Tunagrahita Oleh Yayasan
Wahana Bina Karya Penyandang Cacat di Kelurahan Lebak Bulus
Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan
Skripsi tersebut membahas tentang pemberdayaan Tunagrahita yang
dilaksanakan oleh Yayasan Wahana Bina Karya. Yang menjadi pembeda
dengan skripsi tersebut dengan skripsi penulis yakni skripsi diatas
menggunakan variabel konsep pemberdayaan yang diberikaan oleh Yayasan
Wahana Bina Karya dalam lingkungan kelurahan, sedangkan skripsi penulis
yaitu penulis mengangkat program rehabilitasi sosial yang ada dalam
lingkungan panti sosial. Persamaanya yakni skripsi tersebut dan skripsi
penulis menggunakan subjek yang sama yaitu penyandang tunagrahita.
11
Nama : B.Mujiani dan Setyo Sumarno
Jurnal : Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol.11 No.2 2012
Judul : Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi Pekerjaan Sosial Tentang
Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A Study on Mentally
Retardation.
Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
menggunakan fokus atau kajian pada penyandang tunagrahita. Sedangkan
perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam memberikan
cakupan layanan yang dijalankan oleh lembaga, yaitu dengan program layanan
dalam panti dengan menempatkan penerima manfaat ke dalam asrama untuk
mengikuti program-program yang diberikan oleh lembaga.
Nama : Mulia Astuti
Jurnal : Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Vol.18 No.01
2013
Judul : Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina
Netra „Tumou Tou Tomohon Manado Dan „Tan Miyat‟ Bekasi
Persamaan jurnal di atas dengan skripsi penulis yaitu sama-sama
menggunakan kajian pada pemberian program rehabilitasi sosial. Sedangkan
perbedaan jurnal tersebut dengan skripsi penulis yaitu dalam objek sasaran
yang diberikan, yaitu jurnal di atas menempatkan penyandang tuna netra
sebagai penerima program rehabilitasi sosial, sedangkan penulis menempatkan
penyandang tunagrahita sebagai penerima program rehabilitasi sosial.
12
E. Metode Penelitian
Sebagai karya ilmiah, setiap pembahasan menggunakan metode untuk
menganalisa dan mendeskripsikan suatu masalah. Metode itu sendiri berfungsi
sebagai landasan dalam mengelaborasi suatu masalah, sehingga suatu masalah
dapat diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci.
1. Pendekatan Penelitian
Dalam penelitian dikenal dua macam pendekatan penelitian yang
dapat dilakukan, yaitu pendekatan kuantitatif dan pendekatan kualitatif.
Pendekatan kuantitatif yaitu penelitian yang informasinya atau data-
datanya berbentuk angka (scoring) dan diolah dengan statistik.8
Sedangkan pendekatan kualitatif yaitu upaya untuk memahami makna
yang terkandung dalam program ini. Hal ini selaras dengan pandangan
Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode kualitatif adalah prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata yang tertulis
atau lisan dari orang-orang yang diamati.9
Dalam Penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kualitatif,
pendekatan kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan yaitu
dengan menggunakan pendekatan kualitatif ini didapatkan hasil penelitian
secara mendalam untuk mengetahui makna dari sesuatu secara jelas dari
kondisi sebenarnya.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif.
8 Poerwandari, E.K, Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia, (Jakarta:
Perfecta, 2005) h.23 9 Lexi. J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2007), h.4.
13
Data tersebut bisa berasal dari wawancara, foto, videotape, dokumen
pribadi, catatan lapangan, dan dokumen resmi lainnya. Penelitian
deskriptif ditujukan untuk mengumpulkan data aktual secara rinci yang
melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memeriksa
kondisi, juga menentukan apa yang dilakukan oleh orang lain dalam
menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka
untuk menetapkan rencana yang akan datang.10
3. Metode Penetapan Lokasi
Penelitian ini dilakukan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
Ciungwanara Bogor, dengan pertimbangan untuk mengetahui upaya
penanganan permasalahan sosial rehabilitasi sosial tunagrahita yang
dilaksanakan di wilayah pemerintahan daerah, khususnya di wilayah
Cibinong Bogor, Provinsi Jawa Barat.
Terdapat dua metode dalam menetapkan lokasi, yaitu:
a. Random, penetapan lokasi secara acak.
b. Purposive, penetapan lokasi secara sengaja atau mempunyai tujuan dan
alasan tertentu.
Untuk penelitian ini penulis memilih menentuan lokasi secara
purposive dengan alasan agar lebih mudah mengenal lokasi penelitian,
lebih mudah menjangkau lokasi penelitian guna mendapatkan data yang
lebih rinci dan akurat.
10
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2006), cet. 12, h.25.
14
4. Sumber Data
Sumber data terdiri dari dua macam data yaitu:
a. Data primer adalah data yang diperoleh pada saat penelitian itu
berlangsung, baik melalui observasi, wawancara ataupun dalam materi
yang berhubungan dengan masalah penelitian.
b. Data Sekunder adalah data yang dikumpulkan melalui penelitian
kepustakaan untuk mencari konsep dari teori-teori yang berhubungan
dengan penulisan skripsi ini seperti buku-buku, internet, brosur, serta
catatan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini.
5. Metode Pengumpulan Data
a. Observasi atau pengamatan adalah kegiatan dengan menggunakan
pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya
seperti telinga, penciuman, mulut, dan kulit. oleh karena itu observasi
adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya
melalui hasil kerja pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra
lainnya.11
Dalam penelitian ini diperoleh informasi pelakasanaan
observasi atau pengamatan secara langsung pada program rehabilitasi
sosial, yang dilakukan oleh pengelola panti, penerima manfaat,
fasilitas, proses rehabilitasi dan keberfungsian sosial tunagrahita
melalui pencatatan apa yang terlihat, didengar dan diraba kemudian
penulis tuangkan dalam laporan penulisan skripsi sesuai data yang
dibutuhkan. Dalam hal ini penulis mengamati langsung kegiatan
tunagrahita dan pegawai yang ada di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
11
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h. 115.
15
Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
b. Wawancara adalah proses memperoleh data dengan cara tanya jawab
serta secara langsung, bertatap muka antara penanya dengan pengelola
perusahaan.12
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
wawancara bertahap, yakni wawancara yang dilakukan secara bertahap
dan pewawancara tidak harus terlibat dalam kehidupan informan.
Kehadiran pewawancara sebagai peneliti yang sedang mempelajari
objek penelitian yang dapat dilakukan secara tersembunyi atau terbuka.
Sistem “datang dan pergi” dalam wawancara ini mempunyai keandalan
dalam mengembangkan objek-objek baru dalam wawancara berikutnya
karena pewawancara memperoleh waktu yang panjang di luar
informan untuk menganalisis hasil wawancara yang telah dilakukan
serta dapat mengoreksinya bersama tim yang lain.13
c. Studi Pustaka, studi kepustakaan yang dilakukan guna mendapatkan
teori yang akan digunakan sebagai analisis hasil penelitian sosial
dalam program rehabilitasi sosial penyandang tunagrahita.
6. Teknik Pemilihan Informan
Berkenaan dengan tujuan penelitian ini maka pemilihan informan
menentukan informasi kunci (key informan) tertentu serta informasi
sesuai dengan fokus penelitian.
Untuk memilih sample (dalam hal ini informan kunci) lebih tepat
dilakukan secara sengaja (purposive sampling). Selanjutnya, apabila
dalam proses pengumpulan data sudah tidak lagi ditemukan variasi
12
Adang Rukhyat, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta: Dinas Olahraga dan
Pemuda, 2003) h.51 13
Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik, dan
Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2007), h.110.
16
informasi maka peneliti tidak perlu lagi untuk mencari informan baru,
proses pengumpulan informasi sudah selesai.
Tabel 1.2
Tabel Pemilihan Informan
Informan Informasi yang
dicari
Metode Jumlah Alasan
Klien (Penerima
Manfaat)
Manfaat Program
Rehabilitasi yang
diberikan oleh
Lembaga
Wawancara 10 orang
(5 ringan)
(5 sedang)
Sebagai objek
penerima manfaat
program
rehabilitasi
Kepala Seksi
Rehabilitasi Sosial
dan Pegawai
Rehabilitasi Sosial
Model pelaksanaan
Program Rehabilitasi
Sosial dan
peningkatan
keberfungsian sosial
Wawancara 5 orang Sebagai penentu
kebijakan
pelaksanaan
program
rehabilitasi dan
beberapa disiplin
ilmu Profesional
Pendamping Asrama
dan Warga Sekitar
Mengetahui
keberhasilan
program dan
menguji kebenaran
data pihak panti
Wawancara 5 orang Sebagai pihak
netral dan
sebagai
pihak ke 3
7. Analisa Data
Adapun metode yang penulis gunakan dalam menganalisa data
adalah analisis deskriptif. Fungsi analisis deskriptif yaitu memberikan
gambaran umum tentang data yang telah diperoleh. Gambaran umum ini
bisa menjadi acuan untuk melihat karateristik data yang kita peroleh.14
Ciri dari analisis ini adalah menitik beratkan pada observasi dan
suasana alamiah (naturalistis setting). Peneliti hanya bertindak sebagai
14
Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi. 2005, h.25
17
pengamat. Ia hanya membuat kategori perilaku, mengamati gejala, dan
mencatatnya dalam buku observasinya.15
Secara singkat, hasil penelitian diolah dan disajikan dengan cara
melaporkan data dengan menerangkan dan memberi gambaran mengenai
data yang terkumpul secara apa adanya, kemudian data tersebut
disimpulkan.
8. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dimulai sejak bulan Februari 2014 dan selesai
sampai bulan Agustus 2014. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan
dalam melaksanakan proses penelitian, sebagai berikut:
Tabel 1.3
Tebel Kegiatan Penelitian
N
O
KEGIATAN
BULAN
Februari
2014
Maret
2014
April
2014
Mei
2014
Juni
2014
Juli
2014
Agustus
2014
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Penelitian
Pendahuluan
2 Pengumpulan
Data
3 Pengumpulan data
dan analisis data
4 Penulisan dan
penyelesaian Bab I
5 Penulisan dan
penyelesaian Bab II
6 Penulisan dan
penyelesaian Bab
III
7 Penulisan dan
penyelesaian Bab
IV
8 Penulisan dan
penyelesaian Bab V
15
Ibid., h.25
18
9. Keabsahan Data
Untuk memeriksa keabsahan data, penulis menggunakan teknik
triangulasi. Teknik ini merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data
yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau pembanding terhadap data tersebut.
Triangulasi data digunakan sebagai proses memantapkan derajat
kepercayaan (kredibilitas/validitas) dan konsistensi (realibilitas) data, serta
bermanfaat juga sebagai alat bantu analisis data dilapangan.
Keabsahan data yang digunakan penulis adalah triangulasi sumber
yakni menggali kebenaran informasi tertentu melalui berbagai sumber
memperoleh data.16
Penulis menggunakan observasi dan membaca arsip-
arsip sekolah untuk membandingkan data yang sudah diperoleh dari
wawancara
10. Teknis Penulisan
Untuk mempermudah dalam penulisan, penulis mengacu pada
pedoman karya ilmiah (skripsi, tesis, dan disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Develoopment and Assurance) UIN Syarif
Hidayatuullah Jakarta tahun 2007.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mengetahui secara global tentang penelitian ini, maka
sistematika penulisannya ialah sebagai berikut:
BAB I : Berisi pendahuluan yang mencakup latar belakang masalah,
pembatasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan
16
Ibid., h. 219
19
manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
BAB II : Berisikan landasan teoritis mengenai pokok pembahasan meliputi
pengertian tunagrahita, klasifikasi tunagrahita, faktor-faktor
penyebab tunagrahita, pengertian rehabilitasi sosial, metode
rehabilitasi, jenis rehabilitasi, perangkat rehabilitasi,
keberfungsian sosial.
BAB III : Memberikan gambaran umum tentang profil lembaga dan sejarah
perkembangan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
BAB IV : Bab ini merupakan inti penelitian, dijelaskan secara rinci
mengenai bagaimana metode pelaksanaan rehabilitasi sosial bagi
penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
BAB V : Merupakan Bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran
mengenai metode pelaksanaan program rehabilitasi sosial bagi
penyandang tunagrahita dan peningkatan keberfungsian sosial
penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
20
BAB II
KAJIAN TEORETIS
A. Tunagrahita
1. Pengertian Tunagrahita
Tunagrahita yang berasal dari kata tuna berarti merugi, dan grahita
berarti pikiran. Anak Tunagrahita berarti anak yang diidentifikasi memiliki
tingkat kecerdasan yang sedemikian rendahnya (di bawah normal) ditandai
oleh keterbasan intelejensi/cacat pikiran sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara khusus.1
Ada beberapa deskripsi tentang konsep dan pengertian tunagrahita
dari beberapa ahli, antara lain2:
1. Cacat mental merupakan suatu keadaan dari perkembangan mental
yang tidak lengkap, yang menyebabkan individu kurang dapat
menyesuaikan diri dengan kawan-kawannya yang normal, sehingga
memerlukan pengawasan maupun bantuan khusus. (Tredgold,Hutt,
1976).
2. Retardasi mental ialah suatu keadaan perkembangan mental yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh adanya
kendala (impairment) keterampilan (kecakapan, skills) selama masa
perkembangan, sehingga berpengaruh pada semua tingkat intelegensia,
yaitu kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan sosial. (WHO, 1992,
Lumban Tobing, 1997).
1 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 9. 2 Mulia Astuti, Rehabilitasi sosial Tunagrahita Melalui Panti Sosial Bina Grahita
(Jakarta: P3KS Press, 2010), h.10.
21
3. Cacat mental retardasi adalah seseorang yang mengalami
penyimpangan / kelainan dalam pertumbuhan dan perkembangan pada
mental intelektual, yang terjadi sejak bayi dalam kandungan, atau masa
bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh faktor organik biologis
maupun faktor fungsional. (Depsos, 1999).
Istilah anak berkelainan mental subnormal dalam beberapa
referensi disebut pula dengan terbelakang mental, lemah ingatan,
febleminded, mental subnormal, tunagrahita. Semua makna dari istilah
tersebut sama, yakni menunjuk kepada seseorang yang memiliki
kecerdasan mental di bawah normal.
Seorang dikategorikan berkelainan mental subnormal atau
tunagrahita, jika ia memiliki tingkat kecerdasan yang sedemikian
rendahnya (di bawah normal), sehingga untuk meniti tugas
perkembangannya memerlukan bantuan atau layanan secara spesifik,
termasuk dalam program pendidikannya (Bratanata, 1979).
Kecerdasan yang dimiliki seseorang, di samping menggambarkan
kesanggupan secara mental seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap
situasi dan kondisi yang baru, atau kesanggupan untuk bertindak secara
terarah, berfikir secara rasional dalam menghadapi lingkungan secara
efektif, juga sebagai kesanggupan untuk belajar dan berpikir secara
abstrak.
Edgar Doll berpendapat seorang dikatakan tunagrahita jika: (1)
secara sosial tidak cakap, (2) secara mental di bawah normal, (3)
kecerdasannya terhambat sejak lahir atau pada usia muda, dan (4)
22
kematangannya terhambat (Kirk, 1970). Sedangkan menurut The
American Association on Mental Defeciency (AAMD), seseorang
dikategorikan tunagrahita apabila kecerdasannya secara umum di bawah
rata-rata dan mengalami kesulitan penyesuaian sosial dalam setiap fase
perkembangannya (Hallahan dan Kauffman, 1986).3
2. Klasifikasi Tunagrahita
Pengelompokan pada umumnya didasarkan pada taraf intelegensi,
yang terdiri dari tunagrahita ringan, sedang dan berat. Kemampuan
intelegensi anak tunagrahita kebanyakan diukur dengan tes Stanford Binet
dan Skala Weschlee (WISC).
a. Anak tunagrahita ringan (IQ 50-75)
Anak tunagrahita ringan disebut juga debil atau moron. Mereka
masih dapat berfungsi secara individu seperti membaca, menulis dan
berhitung sederhana. Dengan bimbingan dan pendidikan yang baik,
anak terbelakang mental ringan pada saatnya dapat memperoleh
penghasilan untuk dirinya sendiri.
Akan tetapi anak tunagrahita ringan perlu mendapat bimbingan
dalam melakukan penyesuaian sosial secara independent. Seperti
contoh ia akan membelanjakan uangnya dengan lugu, tidak dapat
merencanakan masa depan, dan bahkan sering melakukan kesalahan.
Namun pada umumnya anak tunagrahita ringan tidak mengalami
gangguan secara fisik.
Kesimpulannya, anak tunagrahita ringan mampu dididik untuk
bisa melakukan kegiatan pribadinya seperti bidang akademis, sosial
3Ibid., h.88-89
23
dan pekerjaan.
b. Anak tunagrahita sedang (IQ 30-50)
Anak tunagrahita sedang disebut juga imbesil. Mereka sangat
sulit bahkan tidak dapat belajar secara akademik seperti belajar
menulis, membaca dan berhitung. Tetapi mereka masih dapat dididik
untuk mengurus diri seperti mandi, berpakaian, makan minum,
mengerjakan pekerjaan rumah dan sebagainya. Namun dalam
kehidupan sehari-hari mereka membutuhkan pengawasan terus
menerus.
Kesimpulannya, anak tunagrahita sedang hanya dapat dilatih
untutk mengurusi dirinya sendiri melalui aktifitas sehari-hari (daily
living), serta bisa melakukan fungsi sosial kemasyarakatan sesuai
kemampuannya.
c. Anak tunagrahita berat (0-25)
Anak tunagrahita berat sering disebut idiot, adalah anak
tunagrahita yang memiliki kecerdasan sangat rendah sehingga tidak
mampu mengurus diri sendiri atau sosialisasi. Untuk mengurus
kebutuhan diri sendiri sangat membutuhkan orang lain. Dengan kata
lain, anak tunagrahita berat selalu membutuhkan pereawatan
sepenuhnya sepanjang hidupnya, karena ia tidak mampu terus hidup
tanpa bantuan orang lain (totally dependent).
Kesimpulannya, anak tunagrahita berat akan selalu memerlukan
bantuan perawatan total dalam hal merawat diri, makan dan lainnya.
24
Bahkan mereka memerlukan perlindungan dari bahaya sepanjang
hidupnnya.
3. Faktor-faktor Penyebab Tunagrahita
Menelaah sebab terjadinya ketunagrahitaan pada seseorang
menurut kurun waktu terjadinya, yaitu dibawa sejak lahir (faktor endogen)
dan faktor dari luar seperti penyakit atau keadaan lainnya (faktor eksogen).
Kirk berpendapat bahwa ketunagrahitaan karena faktor endogen,
yaitu faktor ketidaksempurnaan psikobiologis dalam memindahkan gen
(Hereditary transmission of psycho-biological insufficiency). Sedangkan
faktor eksogen, yaitu faktor yang terjadi akibat perubahan patologis dari
perkembangan normal.
Dari sisi pertumbuhan dan perkembangan, penyebab
ketunagrahitaaan menurut Devenport dapat dirinci melalui jenjang berikut:
(1) kelainan atau ketunaan yang timbul pada benih plasma, (2) kelainan
atau keturunan yang dihasilkan selama penyuburan telur, (3) Kelainan atau
keturunan yang dikaitkan dengan implantasi, (4) Kelainan atau keturunan
yang timbul dalam embrio, (5) kelainan atau keturunan yang timbul dari
luka saat kelahiran, (6) kelainan atau ketunaan yang timbul dalam janin,
dan (7) kelainan atau ketunaan yang timbul pada masa bayi dan masa
kanak-kanak.4
Dari penyebab di atas diketahui bahwa ketidakmampuan anak
tunagrahita meraih prestasi yang lebih baik dan sejajar dengan anak
4 Mohammad Efendi, Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), h. 91.
25
normal karena keterbatasan fungsi kognitif dan kesetiaan ingatan anak
tunagrahita sangat lemah dibanding dengan anak normal. Maka tidak
heran jika ada instruksi yang diberikan kepada anak tunagrahita tidak
melalui proses kognitif, akibatnya proses pemanggilan kembali
pengalaman atau peristiwa yang lalu, sering mengalami kesulitan.
B. Rehabilitasi
1. Pengertian Rehabilitasi
Menurut UU No.11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan sosial Bab 1
Pasal 1 ayat 8, Rehabilitasi sosial adalah:
“Proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk
memungkinkan seseorang mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara
wajar dalam kehidupan masyarakat”
Tujuan rehabilitasi sosial dijelaskan dalam UU No.11 Tahun 2009
Bab III Pasal 7 ayat 1:
“Rehabilitasi sosial dimaksudkan untuk memulihkan dan
mengembangkan kemampuan seseorang yang mengalami disfungsi sosial
agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar”
Rehabilitasi adalah pemulihan kepada kedudukan yang dahulu,
perbaikan anggota tubuh yang cacat dan sebagainya atas individu (misal
pasien rumah sakit, korban bencana) supaya menjadi manusia yang
berguna dan memiliki tempat di masyarakat.5
Rehabilitasi sosial mempunyai beberapa tujuan, diantaranya adalah
sebagai berikut :
5 Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3”. (Jakarta: Balai Pustaka
Depdiknas, 2002)., h.940.
26
1. Memulihkan kembali rasa harga diri, percaya diri, kesadaran serta
tanggung jawab terhadap masa depan diri, keluarga maupun
masyarakat atau lingkungan sosialnya.
2. Memulihkan kembali kemauan dan kemampuan untuk dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
2. Metode Rehabilitasi
Metode yang digunakan dalam pemberian layanan rehabilitasi
sosial dan vokasional penyandang cacat antara lain adalah6:
1. Pekerjaan Sosial dengan Individu (Sosial Case Work)
a. Pengertian
Pekerjaan Sosial dengan individu adalah suatu proses
pelayanan profesional yang diberikan oleh pekerja sosial kepada
penyandang cacat secara perseorangan yang mengalami
permasalahan psikososial yang mengganggu peranan sosialnya.
b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang
diberikan
1) Intervensi Krisis.
2) Terapi Perilaku (Behavior Therapy).
3) Intervensi Lingkungan (Milieu Treatment).
4) Terapi Bermain (Play Therapy).
5) Terapi Realitas (Reality Therapy).
6) Konseling.
7) Kunjungan Rumah (Home Visit).
6 Haryati Roebyantho, dkk, Penelitian Pola Multi Layanan Pada Panti Sosial
Penyandang Cacat, h.13.
27
c. Aplikasi pelayanan individual:
1) Diterapkan pada penyandang cacat yang mempunyai masalah
yang bersifat pribadi.
2) Dilakukan dengan berbicara dari hati ke hati, dapat
mendengarkan cerita penerima manfaat dengan sepenuh hati.
3) Dilakukan secara berulang-ulang dalam rangka untuk
mendapatkan informasi yang lebih lengkap.
4) Diterapkan pada masalah yang sulit diungkapkan penyandang
cacat dan menggali berbagai hal yang dianggap penting untuk
penanganan masalah.
5) Dilaksanakan secara terencana dan sistematis.
6) Dibuatkan kesimpulan hasil dari setiap pertemuan sehingga dapat
mengetahui perkembangan penanganan permasalahan penerima
manfaat.
2. Pekerjaan Sosial dengan Kelompok (Sosial Group Work)
a. Pengertian
Pekerjaan sosial dengan kelompok adalah proses pelayanan
profesional yang dilakukan pekerja sosial untuk membantu
penyandang cacat mengatasi permasalahan psikososialnya dengan
memanfaatkan proses dan interaksi kelompok.
b. Jenis pelayanan yang diberikan:
Pelayanan (terapi) yang diberikan melalui pendekatan
kelompok dipandang efektif untuk mengatasi masalah psikososial
28
yang dialami penyandang cacat. Terdapat 9 (sembilan) tipe
kelompok dalam Group Work:
1) Kelompok Percakapan Sosial (Sosial Conversation).
2) Kelompok Rekreasi (Recreation Group).
3) Kelompok Rekreasi dan Keterampilan (Recreation & Skill
Group).
4) Kelompok Pendidikan (Educational Group).
5) Kelompok Pemecahan Masalah dan Pembuatan Keputusan
(Problem Solving and Decission Making Group).
6) Kelompok Bantu Diri (Self-Help Group).
7) Kelompok Sosialisasi (Sosialization Group).
8) Kelompok Penyembuhan (Therapeutic Group).
9) Kelompok Sensitivitas (Sensitivity Group).
c. Aplikasi Pelayanan:
1) Membentuk kelompok penyandang cacat (5-10 orang) sebagai
media pelaksanaan pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional.
2) Kegiatan yang dilakukan harus bersifat kreatif dan berorientasi
pada pemecahan permasalahan dan kebutuhan penyandang cacat.
3) Setiap anggota kelompok harus diberikan kesempatan yang sama
dalam mengungkap permasalahan yang dialami.
4) Diterapkan untuk mengembangkan sikap peniruan terhadap
pengalaman positif penyandang cacat yang lainnya.
5) Pekerja sosial berperan sebagai fasilitator dalam kelompok.
29
6) Membuat catatan perkembangan penyandang cacat dari setiap
pertemuan yang diadakan.
3. Pengembangan dan Pengorganisasian Masyarakat (Community
Organization/Community Development)
a. Pengertian
Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat adalah suatu
proses pelayanan dan rehabilitasi sosial professional yang dilakukan
pekerja sosial bersama profesi lain kepada kelompok-kelompok
masyarakat yang memiliki penyandang cacat agar mereka
mempunyai kepedulian dan tanggungjawab untuk membantu
memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah penyandang cacat.
b. Jenis-jenis pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional yang
diberikan.
1) Promosi sosial (sosial promotion).
2) Mediasi.
3) Kemitraan (partnership).
4) Penggalangan dana (fundrising).
c. Aplikasi pelayanan
1) Perlu dilakukan pemetaan terhadap kelompok kelompok
masyarakat yang diharapkan mempunyai kepedulian dan dapat
berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang cacat.
30
2) Perlu diidentifikasi pihak-pihak yang dapat diajak bekerjasama
dan bermitra dalam pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional
penyandang cacat.
3) Perlu diidentifikasi pihak-pihak penyandang dana yang
diharapkan dapat berpartisipasi dalam pelayanan rehabilitasi
sosial dan vokasional penyandang cacat.
4) Perlu sosialisasi program pelayanan rehabilitasi sosial dan
vokasional penyandang cacat kepada masyarakat luas.
Kegiatan yang Dilakukan dalam Rehabilitasi:
1. Pencegahan; artinya mencegah timbulnya masalah sosial, baik
masalah datang dari diri klien itu sendiri, maupun masalah yang
datang dari lingkungan klien.
2. Rehabilitasi; diberikan melalui bimbingan sosial dan pembinaan
mental, bimbingan keterampilan.
3. Resosialisasi; adalah segala upaya bertujuan untuk menyiapkan klien
agar mampu berintegrasi dalam kehidupan masyarakat.
4. Pembinaan tidak lanjut; diberikan agar keberhasilan klien dalam
proses rehabilitasi dan telah disalurkan dapat lebih dimantapkan.7
3. Jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi pada tataran praktik, mempertemukan berbagai disiplin
ilmu mulai dari medis, psikologis, sosial, bahkan pendidikan
multidispliner tersebut menghasilkan proses rehabilitasi yang saling terkait
dan mendukung upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu
7 Muis, Ichwan, Rehabilitasi Sosial, h. 23.
31
dapat menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya. Pada
perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi empat jenis rehabilitasi8
sebagai berikut:
a. Rehabilitasi Medis
Rehabilitasi ini memberikan berbagai perawatan secara medis dalam
upaya untuk memulihkan kondisi fisik klien. Rehabilitasi medis
menawarkan pelayanan kesehatan bagi klien, yang mempertemukan
tenaga profesional seperti dokter, psikiater, psikolog, bahkan pekerja
sosial medis. Umumnya proses rehabilitasi medis berlangsung di
rumah sakit, khususnya yang memiliki Instalasi Rehabilitasi Medis
(IRM), Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan Rumah Sakit
Fatmawati merupakan contoh rumah sakit yang telah memiliki (IRM).
b. Rehabilitasi Pendidikan
Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya pengembangan potensi
intelektual klien pada setting Sekolah Luar Biasa (SLB). Rehabilitasi
ini mengandalkan tenaga pendidik, terutama para pendidik yang
menekuni bidang khusus Pendidikan Luar Biasa (PLB).
c. Rehabilitasi Vokasional
Rehabilitasi ini, memberikan keterampilan-keterampilan khusus pada
klien sesuai dengan minat dan kemampuannya, seperti keterampilan
dalam bidang musik, pijat, masak, olah raga, komputer, dan lain
sebagainya. Rehabilitasi vokasional memerlukan tenaga-tenaga khusus
8 Caroline Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial
Konsepsi dan Strategi, (Jakarta: Badan Penelitian dan pengembangan Departemen Sosial RI,
2004)., h.185.
32
yang menguasai keterampilan-keterampilan tersebut. Sehingga dapat
mewujudkan tujuan proses rehabilitasi vokasional yaitu kemandirian
ekonomi.
d. Rehabilitasi Sosial
Proses rehabilitasi sosial mengupayakan agar klien dapat memulihkan
fungsi sosialnya di masyarakat. Proses rehabilitasi sosial juga
bertujuan untuk mengintegrasikan klien kembali ke lingkungan
masyarakat. Pada prosesnya, rehabilitasi sosial mengintervensi klien
sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya.
Dalam hal ini, proses tersebut melibatkan sikap klien terhadap
keluarga, komunitas, bahkan masyarakat, juga sebaliknya. Peranan
pekerja sosial, psikolog, dan konselor menjadi sangat penting pada
proses rehabilitasi ini.
4. Perangkat Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan proses pemulihan kepada kondisi yang
semula, agar dapat mencapai tujuan tersebut. Rehabilitasi memerlukan
serangkaian perangkat sebagai penunjang berlangsungnya proses
rehabilitasi yang integratif dan komprehensif. Perangkat tersebut meliputi
“sarana dan prasarana” yang menunjang proses rehabilitasi yaitu:
a. Program Rehabilitasi
Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang
terencana, terorganisir, dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi
menjadi bagian dan sebuah kegiatan organisasional lembaga, baik
lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Jangkauan program
33
dapat meliputi lingkup lokal, nasional, regional. Keterkaitan dan
kerjasama antara lembaga-lembaga menyelenggarakan program
rehabilitasi merupakan hal penting mencapai tujuan rehabilitasi itu
sendiri. Dimana, tujuan dan fokus rehabilitasi akan tergantung pada
kebijakan lembaga dan dapat bervariasi pada lembaga lain. Seperti
pada lembaga yang menyelenggarakan program rehabilitasi bagi
penyandang disabilitas yang mengkhususkan pada program
rehabilitasinya saja.
b. Pelayanan
Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas khusus yang
dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien.
Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintegrasikan berbagai
pendekatan, disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk
mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut.
c. Sumber Daya Manusia (SDM)
Proses rehabilitasi tidak mungkin berjalan tanpa adanya sumber daya
manusia sebagai pelaksana proses tersebut. Pelaksana rehabilitasi
melibatkan tenaga-tenaga profesional dari berbagai latar belakang
pendidikan dan keterampilan-keterampilan khusus, seperti dokter,
pekerja sosial, psikolog, konselor, terapis, edukator, pengajar
vokasional, dan lain sebagainya. Sumber daya manusia memegang
peranan utama dalam pelaksanaan rehabilitasi.
d. Fasilitas Penunjang Rehabilitasi
Fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan rehabilitasi meliputi
fasilitas tempat sebagai wadah pelaksanaan rehabilitasi, seperti
34
Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM) pada rumah sakit, panti sosial
binaan pemerintah, dan lembaga sosial yang menyelenggarakan
program dan layanan rehabilitasi. Selain tempat pelaksanaan, fasilitas
penunjang lainnya adalah peralatan rehabilitasi. Jenis dan jumlah
peralatan tersebut, tergantung pada program, dan layanan rehabilitasi
yang diselenggarakan.
5. Keberfungsian Sosial
Keberfungsian Sosial secara sederhana dapat didefinisikan sebagai
kemampuan seseorang dalam melaksanakan fungsi sosialnya atau kapasitas
seseorang dalam menjalankan tugas-tugas kehidupannya sesuai dengan status
sosialnya.9
Menurut Achlis dalam bukunya, Praktek Pekerjaan Sosial I,
keberfungsian sosial adalah kemampuan seseorang dalam melaksanakan
tugas dan peranannya selama berinteraksi dalam situasi sosial tertentu yang
bertujuan untuk mewujudkan nilai dirinya demi pencapaian kebutuhan hidup.
Indikator peningkatan keberfungsian sosial dapat dilihat dari ciri-
ciri seperti yang diungkapkan Achlis:10
1. Individu mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupan, peranan dan
fungsinya
2. Individu intens menekuni hobi serta minatnya
3. Individu memiliki sifat afeksi pada dirinya dan orang lain atau
lingkungannya
4. Individu menghargai dan menjaga persahabatan
9 Abu Huraerah, "Pekerjaan Sosial Dalam Menangani Kemiskinan". (Jakarta: Pikiran
Rakyat, 2005). 10
Achlis, Praktek Pekerjaan Sosial I, (Bandung: STKS 2011) h.21.
35
5. Individu mempunyai daya kasih sayang yang besar serta mampu mendidik
6. Individu semakin bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya
7. Individu memperjuangkan tujuan hidupnya
8. Individu belajar untuk disiplin dan memanajemen diri
9. Individu memiliki persepsi dan pemikiran yang realistik.
Keberfungsian sosial mengacu pada cara yang dilakukan individu-
individu atau kelompok dalam melaksanakan tugas kehidupan dan memenuhi
kebutuhannya. Konsep ini pada intinya menunjuk pada “kapabilitas”
(capabilities) individu, keluarga atau masyarakat dalam menjalankan peran-
peran sosial di lingkungannya.
Baker, Dubois dan Miley menyatakan bahwa keberfungsian sosial
berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan dasar
diri dan keluarganya, serta dalam memberikan kontribusi positif bagi
masyarakat.11
Konsep ini mengedepankan nilai bahwa manusia adalah subyek dari
segenap proses dan aktifitas kehidupannya. Bahwa manusia memiliki
kemampuan dan potensi yang dapat dikembangkan dalam proses pertolongan.
Bahwa manusia memiliki dan/atau dapat menjangkau, memanfaatkan, dan
memobilisasi asset dan sumber-sumber yang ada di sekitar dirinya.
Pendekatan keberfungsian sosial dapat menggambarkan karakteristik
dan dinamika kehidupan yang lebih realistis dan komprehensif. Ia dapat
menjelaskan bagaimana keluarga merespon dan mengatasi permasalahan
11
Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial Republik
Indonesia.
36
sosial-ekonomi yang tekait dengan situasi lingkungannya.
Selaras dengan adagium pekerjaan sosial, yakni “to help people to help
themselves”,12
pendekatan ini memandang individu bukan sebagai objek pasif
yang hanya dicirikan oleh kondisi dan karakteristik. Melainkan orang yang
memiliki seperangkat pengetahuan dan keterampilan yang sering
digunakannya dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial.
Dari pemikiran di atas, keberfungsian sosial individu dalam situasi ini
seringkali tergantung pada keluarga yang secara bersama-sama dengan
jaringan sosial membantu para anggotanya dengan pemberian bantuan
ekonomi, tempat tinggal dan bantuan-bantuan mendesak lainnya. Seharusnya
konsep keberfungsian sosial lebih menekankan pada “apa yang dimiliki
individu”, ketimbang “apa yang tidak dimiliki si individu”.
12
Edi Suharto, Coping Strategies dan Keberfungsian Sosial: Mengembangkan
Pendeketan Pekerjaan Sosial dalam Mengkaji dan Menangani Kemiskinan (Bogor: Institut
Pertanian Bogor, 2002).
37
BAB III
PROFIL LEMBAGA
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian PSBG Ciungwanara Bogor
Pada tanggal 5 September 1885 diresmikan berdirinya panti yang
berlokasi di Jl.SKB No.3 Desa Karadenan Kecamatan Cibinong Kabupaten
Bogor, dengan nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM)
Retardasi, peresmiannya dilakukan oleh Bupati KDH Tk.II Kabupaten Bogor.
Nama Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Mental (PRPCM) diganti nama
menjadi Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Sosial RI No.14 Tahun 1994, tanggal 23 April 1994.
PSBG Ciungwanara Bogor diklasifikasikan ke dalam Panti Sosial type
A (Eselon IIIa) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Sosial RI
No.59/HUK/2003, tanggal 23 Juli 2003.
Visi Misi PSBG Ciungwanara Bogor
1. Visi
Mewujudkan kemandirian penyandang cacat mental retardasi
(tunagrahita).
2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan dan rehabilitasi sosial bagi penyandang cacat
tunagrahita.
b. Meningkatkan profesionalisme petugas pelayanan penyandang cacat
tunagrahita.
c. Menjalin kerjasama dengan organisasi sosial/LSM dan instansi terkait.
38
B. Kondisi Sumber Daya Manusia, Kapasitas dan Fasilitas, dan Dana
Penyelenggaraan Panti
1. Sumber Daya Manusia (SDM)
Dalam penyelenggaraan rehabilitasi sosial di PSBG Ciungwanara
Bogor, dilaksanakan oleh 43 orang personil, bila dilihat dari jabatannya,
komposisinya adalah sebagai berikut:
a. Eselon III (Kepala Panti) 1 orang
b. Eselon IV (Kabag TU, Kasie PAS dan Rehsos) 3 orang
c. Tenaga Fungsional 8 orang
d. Staff 31 orang
Dalam melaksanakan tugasnya kekuatan personil tersebut dapat
dilihat dalam struktur organisasi berikut:
a. Kepala panti, bertanggung jawab atas keseluruhan pelaksanaan
kegiatan panti. Dalam pelaksanaan tugasnya kepala panti dibantu oleh
tiga orang eselon IV atau pejabat struktural beserta stafnya dan delapan
orang pejabat fungsional pekerja sosial.
Kepala
Instalasi Produksi (WorkShop)
Kelompok Jabatan
Fungsional
Seksi Program &
Advokasi Sosial
Sub Bag Tata Usaha
Seksi Rehabilitasi Sosial
39
Uraian tugas jabatan struktural dapat dilihat dari uraian tugas
masing-masing eselon empat sebagai berikut.
b. Kasubag TU mempunyai tugas:
1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan
ketentuan, yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.
3) Melakukan konsultasi kegiatan kepada kepala panti.
4) Urusan cuti, KARIS/KARSU, ASKES dan TASPEN.
5) Menyiapkan usulan diklat pegawai dan kenaikan pangkat serta
kenaikan gaji berkala.
6) Membuat LAKIP panti
7) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.
8) Melakukan urusan surat menyurat.
9) Melakukan persiapan bahan rencana kegiatan tahunan.
10) Menyiapkan bahan laporan kegiatan panti.
11) Melakukan kegiatan administrasi perkantoran.
12) Menghimpun dan merekapitulasi DP3, DUK dan daftar hadir.
13) Menyiapkan bahan mutasi dan pembinaan pegawai.
14) Melakukan penyusunan dan pembahasan anggaran.
15) Menyiapkan bahan sanksi administrasi kepegawaian.
16) Menyiapkan analisa kebutuhan pegawai.
17) Melakukan urusan gaji dan honor pegawai.
18) Menyiapkan rencana dan analisa penggunaan dana.
19) Menyiapkan laporan realisasi keuangan.
40
20) Melakukan Unit Akuntansi Wilayah (UAW) dan Sistem Akuntansi
Instansi (SAI) mengenai barang dan keuangan (SIMAK BMN).
21) Mengusulkan kepanitiaan pengadaan barang dan jasa.
22) Menyiapkan analisa kebutuhan sarana dan prasarana UPT.
23) Menyelenggarakan keamanan, kebersihan, dan penerangan
lingkungan panti.
24) Mengelola permakanan dan kebutuhan klien.
25) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional
dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
26) Menyiapkan bahan kehumasan.
27) Menyiapkan bahan dokumentasi pameran, dan sosialisasi program.
28) Melakukan tugas lain dari kepala panti sesuai dengan pereaturan
perundang-undangan yang berlaku.
Dari 28 tugas sub bagian tata usaha, pada umumnya adalah
tugas-tugas penunjang penyelenggaraan rehabilitasi sosial kecuali
mengelola permakanan.
c. Kepala Seksi Program dan Advokasi Sosial (PAS), mempunyai tugas:
1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan ketentuan
yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.
3) Melakukan perumusan rencana kegiatan tahunan.
4) Melakukan konsultasi kegiatan kepada pemimpin.
5) Melakukan pengkajian program, penyiapan standarisasi pelayanan,
pemantauan dan evaluasi.
41
6) Melakukan penyiapan bahan program, pendampingan yang
memerlukan advokasi.
7) Menyiapkan bahan panduan operasional panti.
8) Menyiapkan bahan panduan petugas pelayanan klien.
9) Melakukan program persatuan orang tua klien (POT) keluarga.
10) Melakukan pendistribusian informasi ketentuan/ peraturan/ tata
tertib setiap unit pelayanan dan klien yang wajib dipatuhi.
11) Melakukan identifikasi, registrasi, seleksi, dan penerimaan serta
penjelasan program kepada calon klien.
12) Melakukan pendampingan penyesuaian bagi setiap klien yang
terhambat selama mengikuti tahapan/proses rehabilitasi dalam
panti.
13) Melakukan penghimpunan dan pengolahan hasil pelaksanaan
kegiatan bidang sebagai bahan laporan.
14) Melakukan penghimpunan, pengolahan perpustakaan.
15) Melakukan penghimpunan, pengolahan, data awal dan informasi
klien sebagai bahan penyusunan laporan.
16) Melakukan koordinasi dengan pejabat struktural dan fungsional
dalam rangka penyusunan laporan kegiatan panti.
17) Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai dengan
peraturan berlaku.
Dari 17 tugas yang harus dilakukan seksi PAS, 10 diantaranya
dapat dikategorikan pada kegiatan penunjang dan 7 lainnya dapat
dikategorikan kegiatan rehabilitasi sosial (kegiatan pokok).
42
d. Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial, mempunyai tugas:
1) Mempelajari, memahami peraturan perundang-undangan,
ketentuan yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.
2) Membagi tugas/kegiatan kepada staff.
3) Melakukan persiapan rencana kegiatan bimbingan fisik, perawatan
kesehatan, mental, sosial, dan keterampilan serta
mengkonsultasikan kepada kepala panti.
4) Melakukan koordinasi kegiatan dengan unit terkait.
5) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi penempatan, kegitan
bimbingan sosial, mental, fisik, kecerdasan dan keterampilan.
6) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial
termasuk perkembangan klien.
7) Melakukan penyusunan kurikulum, seleksi, kegiatan bimbingan
sosial, mental, fisik, Kecerdasan dan keterampilan.
8) Melakukan monitoring dan evaluasi kegiatan rehabilitasi sosial
termasuk perkembangan klien.
9) Melakukan test awal untuk pengungkapa dan pemahaman masalah
(Assesment).
10) Melakukan test penelusuran minat dan bakat termasuk kemampuan
didik dan latih.
11) Melakukan penempatan klien pada program.
12) Melakukan pendekatan kepada masyarakat, dunia usaha, dan
instansi terkait dalam rangka resosialisasi.
13) Melakukan magang klien pada perusahaan dan atau tempat usaha
sesuai jenis keterampilan.
14) Menyiapkan bahan rajukan.
43
15) Melakukan konsultasi keluarga.
16) Menghimpun kelengkapan data/file klien.
17) Melakukan kegiatan ekstra kurikuler.
18) Penempatan klien dalam asmara.
19) Melakukan persiapan kegiatan UEP, magang, wirausaha dan
kunjungan keluarga.
20) Melakukan penyiapan bahan keterampilan, bimbingan kepribadian
klien.
21) Melakukan peningkatan prilaku, pengetahuan, dan keterampilan
klien.
22) Melakukan pembinaan terhadap pengasuh dan instruktur.
23) Melakukan konsultasi kegiatan dengan pemimpin.
24) Melakukan penghimpunan dan pengolahan data sebagai bahan
laporan.
25) Melakukan tugas lain dari atasan/pimpinan sesuai peraturan yang
berlaku.
Dari 25 tugas kepala seksi rehabilitasi sosial, 20 atau 80%
diantaranya merupakan kegiatan rehabilitasi sosial yang langsung
berhubungan dengan klien dan 20% lainnya merupakan kegiatan
penunjang.
e. Pekerja Sosial mempunyai tugas secara keseluruhan terlibat dalam
kegiatan rehabilitasi sosial mulai dari pendekatan awal sampai
bimbingan lanjut kecuali pengarsipan.
44
f. Instalasi Produksi (work shop)
Secara fisik unit ini sudah tersedia, namun kegiatannya belum berjalan
karena keterampilan bekerja yang diperoleh selama di panti belum bisa
diterapkan untuk menghasilkan barang dan jasa yang sesuai dengan
standar pasar.
Jumlah pegawai PSBG Ciungwanara Bogor sebanyak 57 orang
dengan klasifikasi sebagai berikut:
Tebel 3.1
Tabel jumlah pegawai berdasarkan jenis kelamin
di Panti PSBG Ciungwanara Bogor
No Jenis kelamin ƒ
1 Laki-laki 20
2 Perempuan 26
Total 46
Tebel 3.2
Tabel jumlah pegawai berdasarkan pendidikan
di Panti PSBG Ciungwanara Bogor
No Tingkat pendidikan ƒ
1 SD 3
2 SMP 15
3 SMA 10
4 D III 11
5 D-IV / S I 15
6 S2 4
45
Tebel 3.3
Tabel jumlah pegawai berdasarkan tenaga profesi
di Panti PSBG Ciungwanara Bogor
No Jenis Profesi ƒ
1 Dokter Umum 1
2 Perawat 2
3 Psikolog 1
4 Pekerja sosial 9
5 Okupasi therapy 1
2. Kapasitas dan Fasilitas Panti
Kapasitas di PSBG Ciungwanara Bogor dapat menampung 75
orang, yang ditempatkan pada delapan asrama, terbagi atas tiga asrama
putra, dan lima asrama putri dalam satu asrama dapat menampungkan
sembilan sampai sepuluh klien, pada setiap asrama ditempatkan satu
pembimbing asrama.
PSBG Ciungwanara Bogor menempati tanah seluas 5,3 Ha dengan
luas bangunan 3,888 M2. Fasilitas penunjang berupa bangunan fisik yang
tersedia di PSBG Ciungwanara Bogor adalah sebagai berikut:
a. Kantor
b. Ruang data/Perpustakaaan
c. Ruang Kesehatan (Poliklinik)
d. Ruang Pamer/show room hasil karya/kerajinan
e. Rumah dinas pegawai
f. Aula
g. Gudang dan garasi
h. Ruang observasi
46
i. Lokal pendidikan
j. Mushola
k. Ruang kesenian
l. Asrama
Asrama Garuda
Asrama Merpati
Asrama Parkit
Asrama Flamboyan
Asrama Melati
Asrama Kenanga
Asrama Kakatua
Asrama Nuri
m. Wisma tamu
n. Ruang makan dan dapur
o. Sarana air bersih
p. Sarana penerangan listrik
q. Sarana taman bermain
r. Sarana olah raga
s. Pos satpam
3. Klien
Klien yang diterima pada PSBG Ciungwanara Bogor, berasal dari
Provinsi Lampung, Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat. Namun tidak
menutup kemungkinan untuk daerah lain seperti dari Jawa Timur, dan
47
Kalimantan Selatan.
4. Dana Penyelenggaraan Panti
Sumber dana PSBG Ciungwanara Bogor berasal dari APBN yang
tertuang dalam DIPA. Untuk tahun 2014 berjumlah Rp. 5.006.013.000
C. Proses Rehabilitasi Sosial yang Diselenggarakan di PSBG Ciungwanara
Bogor
1. Program Pokok
Program pokok pelayanan dan rehabilitasi Orang dengan Kecacatan (ODK)
Intelektual/ Grahita di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
meliputi :
a. Rehabilitasi sosial
1) Pendekatan awal
2) Penerimaan.
Penerimaan calon klien harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut;
a) Orang dengan kecacatan (ODK) Intelektual/grahita:
Debil/ mampu didik = IQ antara 50 s/d 70
Imbisil/ mampu latih= IQ antara 30 s/d 49
b) Tidak menderita cacat ganda (tuna netra, bisu tuli)
c) Tidak mempunyai penyakit menular/kronis
d) Tidak menderita gangguan jiwa
e) Tidak mengidap epilepsi
f) Mampu mengurus diri
48
g) Usia antara 15 s/d 35 tahun.
Perlengkapan persyaratan penerimaan :
a) Permohonan pendaftaran calon klien
b) Isian formulir pendaftaran
c) Isian angket riwayat anak
d) Isian anket kepribadian anak
e) Surat pernyataan orangtua/wali bermaterai
f) Data pengkajian keadaan keluarga dan lingkungan
g) Surta keterangan psikolog
h) Surat keterangan sehat dari dokter
i) Surat keterangan RT/RW domisili
j) Pas poto 4x6 sebanyak 5 lembar
k) Pas poto seluruh badan ukuran post card sebanyak 1 lembar
l) Foto copi KTP orang tua/ wali
m) Poto copy kartu keluarga 2 lembar
n) Poto copy akte kelahiran 2 lembar
o) Hasil rontgen
p) Hasil tes psikiater
3) Akomodasi
Merupakan kegiatan penyediaan sarana prasarana yang diberikan
kepada seluruh klien dengan memperhatikan kondisi masing-
masing, berupa:
1) Penempatan di asrama
2) Pemenuhan kebutuhan makan
49
3) Pemenuhan kebutuhan sandang
4) Pemenuhan kebutuhan kebersihan dan pemeliharaan kesehatan
5) Pendampingan penyesuaian diri bagi klien baru
6) Pengisian waktu luang
4) Asesmen
Merupakan kegiatan kajian tentang klien, keluarga dan masyarakat.
5) Perumusan rencana intervensi
6) Kontrak pelayanan
7) Pelayanan therapy khusus
8) Bimbingan rehabilitasi.
Serangkaian upaya memulihkan dan menumbuh kembangkan
kemauan dan kemampuan penerima manfaat yang meliputi:
Bimbingnan fisik (olah raga, kesehatan dan kesenian)
Bimbingan sosial (pramuka, dll)
Bimbingan mental (agama, budi pekerti, kecerdasan, mental
psikologis)
Bimbingan keterampilan kerja/ usaha (keterampilan dasar,
keterampilan kejuruan dan PBK).
b. Advokasi / perlindungan sosial
c. Instalasi produksi
d. Resosialisasi
Merupakan kegiatan aktualisasi kemampuan fisik, mental, sosial dan
keterampilan klien pasca rehabilitasi dan berada ditengah keluarga dan
masyarakat, yang meliputi:
50
1) Bimbingan kesiapan dan peran serta keluarga dan masyarakat.
2) Bimbingan sosial hidup bermasyarakat
3) Bimbingan pembinaan bantuan /stimulant usaha produktif
4) Bimbingan usaha ekonomi produktif
5) Penempatan kerja
e. Bimbingan lanjut
Proses peningkatan dan pemantapan aktualisasi kemampuan fisik,
mental, sosial dan keterampilan.
2. Program penunjang
a. Pendataan
b. Pengkajian evaluatif
c. Penyebaran informasi (sosialisasi program)
d. Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT)
e. Penyediaan sarana dan prasarana aksesibilitas
f. Rekreasi klien
g. Kerjasama instansional
h. Pengembangan mutu Sumber Daya Manusia (SDM).
3. Pengembangan program
Pengembangan program mencakup program Pelayanan Panti Jarak
Jauh (PPJJ) yang dilaksanakan di lokasi yang terdapat Orang Dengan
Kecacatan (ODK) Intelektual/Grahita.
51
BAB IV
METODE DAN PENINGKATAN KEBERFUNGSIAN SOSIAL
PENYANDANG TUNAGRAHITA
Pada bab ini akan dipaparkan temuan dan analisis metode rehabilitasi
sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, yang
terdiri dari sumber daya manusia, kapasitas dan fasilitas, kondisi
penyelenggaraan, proses rehabilitasi, dan peningkatan keberfungsian sosial yang
terdiri dari hasil rehabilitasi serta faktor pendukung dan penghambat rehabilitasi
sosial.
A. Metode Layanan Rehabilitasi Sosial
Dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model layanan yang
tersedia, yaitu metode individu (case work), metode kelompok (grup work)
dan pengorganisasian masyarakat (Community Development) bagi penyandang
tunagrahita1.
Dalam menentukan metode perlu adanya layanan rehabilitasi yang
komprehensif, direncanakan secara bersama -sama oleh penerima manfaat
dan pelaksana rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja,
kemandirian, integrasi, partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di
tempat kerja dan masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat
melaksanakan fungsi sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat.
Dalam penelitian metode rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, menggunakan metode kelompok
dengan penilaian pribadi, yaitu dengan menempatkan penerima manfaat
1 Metode layanan rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.
52
melalui bimbingan konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan
bimbingan di kelas.2
Hal ini seperti pernyataan yang diutarakan oleh ibu Wiwik kepada
penulis:
Dalam pelaksanaan program rehabilitasi, pihak panti
menjalankan metode individual (direct service) dengan
bimbingan individu dan metode kelasikal yaitu dengan
bimbingan kelas atau secara berkelompok.3
Belum terlihat jelas bagaimana bentuk metode rehabilitasi yang
digunakan, namun metode rehabilitasi yang digunakan harus memperhatikan
beberapa faktor seperti; karakteristik tunagrahita, kurikulum, kondisi guru,
dukungan sistem, lingkungan keluarga siswa, dan lingkungan masyarakat.
Terlihat pihak panti menggunakan tahap pelaksanaan metode
rehabilitasi multi terhadap pemilihan kurikulum yang terstruktur, yaitu metode
yang diberikan berupa bimbingan pendampingan pribadi yang dilakukan oleh
pekerja sosial yang sesuai dengan standar pelayanan rehabilitasi sosial, baik
itu secara langsung maupun secara kelasikal/kelompok.4 Pendampingan yang
dilakukan seorang pekerja sosial dengan mengikuti pedoman-pedoman sesuai
dengan keputusan Kementrian Sosial yang seolah menjadi acuan pedoman
yang digunakan oleh Panti Sosial Bina Grahita (PSBG).
1. Sumber Daya Manusia, Kapasitas & Fasilitas. dan Kondisi
Penyelenggaraan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara
Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami gangguan secara
mental, sehingga perlu adanya layanan dari penerapan secara individu
2 Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 3 Wawancara pribadi dengan Ibu Wiwik selaku Seksi Program dan Advokasi Sosial, Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara. Bogor, 8 Juli 2014. 4 Metode rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 26.
53
maupun vokasional. Dalam hal ini dibutuhkan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang mampu memberikan metode layanan rehabilitasi sosial, yaitu
dengan proses refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan
tunagrahita mampu melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam
kehidupan masyarakat.5
Penerapan metode layanan rehabilitasi yang didukung dengan
adanya perangkat rehabilitasi diharapkan kemampuan kerja tunagrahita
dapat berkembang secara optimal, sehingga keberhasilan kerjanya juga
sangat ditentukan dengan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dan
fasilitas penunjang yang tersedia merupakan salah satu perangkat
berjalannya rehabilitasi.6
Dalam menjalankan metode rehabilitasi layanan profesional yang
diberikan oleh pekerja sosial kepada penerima manfaat (sedang) sektor
mampu latih dengan menggunakan metode individu (case work) yaitu
dilakukan secara berulang-ulang dalam rangka untuk mendapatkan
informasi yang lebih lengkap dan diterapkan pada masalah yang sulit
diungkapkan penerima manfaat dan menggali berbagai hal yang dianggap
penting untuk penanganan masalah.
Sedangkan untuk penerima manfaat (ringan) sektor mampu didik
dengan metode kelompok (group work) layanan profesional yang
diberikan oleh pekerja sosial kepada para tunagrahita yaitu dengan
membentuk kelompok atau bimbingan kelas sebagai media pelaksanaan
pelayanan rehabilitasi sosial dan vokasional. Kegiatan yang dilakukan
bersifat kreatif dan berorientasi pada pemecahan permasalahan dan
5 Pengertian rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 25.
6 Perangkat rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 32.
54
kebutuhan penyandang tunagrahita. bisa meningkatkan kebutuhan mereka
baik itu secara pribadi maupun secara kehidupan sosial penyandang
tunagrahita.7
Sumber daya manusia yang terdapat dalam Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) dalam penyelenggaraan program rehabilitasi sosial
berjumlah 43 personil yang terdiri dari pejabat struktural dan fungsional.
Dari hasil observasi dan wawancara informan, terlihat masih
memiliki kekurangan Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada di dalam
panti, seperti psikolog, psikiater, peksos, tenaga perpustakaan, dan supir
lembaga.8 Hal ini dikarenakan minimnya dana yang tersedia, karena hanya
cukup untuk melaksanakan kegiatan rutin di dalam panti. Tetapi tidak
tersedia untuk kegiatan luar panti, seperti ketika mengikuti beberapa
undangan jambore pramuka. Lain halnya dalam memenuhi kebutuhan
Sumber Daya Manusia (SDM) dalam panti, pihak panti harus menyiapkan
dana sendiri guna membayar pekerja honorer untuk mendatangkannya.
Sebagaimana pernyataan Bapak Jarmadi kepada penulis:
Pihak panti kekurangan sumber daya manusianya disini,
karena inikan milik Kementrian Sosial, kan setiap tahun ada
pendaftaran calon anggota yang baru pada mau masuk, tapi
banyak yang tidak sesuai dengan kriteria calon yang diminta,
sehingga kadang kita harus menyewa pegawai honorer untuk
menutupinya.9
Bertolak belakang dengan permasalahan Sumber Daya Manusia
(SDM), justru banyak terdapat fasilitas yang tersedia di dalam panti. Hal
7 Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 8 Hasil Observasi Pengamatan Keadaan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara.
Bogor, 21 Mei 2014. 9 Wawancara pribadi dengan Bapak Jarmadi selaku KA SubBag TU Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara, Bogor, 21 Mei 2014.
55
ini akan berakibat kurangnya Sumber Daya Manusia (SDM) sebagai
pengolola mengakibatkan terbengkalainya beberapa fasilitas yang tersedia,
seperti mobil dinas, perpustakaan, dan koperasi.
Dalam proses penerimaannya terdapat klasifikasi kriteria atau
syarat penerimaan bagi penerima manfaat yang baru yaitu harus memiliki
IQ 50-75 atau biasa disebut debil, dan paling rendah mencapai IQ 30-50
atau imbesil, dibawah IQ ˂ 30 pihak panti tidak dapat menerima penerima
manfaat tersebut, karena dikhawatirkan tidak mampu untuk diberikan
bimbingan baik itu secara latih ataupun didik.10
Hal tersebut dikarenakan kapasitas tampung maksimal panti juga
hanya bisa menerima 75 orang, sehingga daya tampung yang minim juga
menimbulkan banyak penerima manfaat yang baru akan masuk harus
menunggu giliran untuk bisa masuk ke panti. Hal ini menunjukkan bahwa
kebutuhan akan rehabilitasi sosial bagi penyandang tunagrahita tidak
sebanding dengan dengan jumlah panti rehabilitasi yang tersedia.
Ditambah lagi adanya kiriman dari instansi lain seperti satpol pp
maupun lembaga terkait yang sering mengirimkan beberapa calon
penerima manfaat yang baru dari luar daerah ke dalam panti yang
sebenarnya daya tampung panti juga sangat terbatas.
Untuk mengantisipasi hal di atas, pihak panti berusaha untuk
bekerjasama dengan dengan lembaga lain untuk membantu memberikan
solusi tentang minimnya tempat penampungan penerima manfaat. Salah
satunya yaitu dengan lembaga Pusat Layanan Terpadu Anak Dengan
10
Klasifikasi tunagrahita, Lihat Bab 2, h.23.
56
Kecacatan (PLT-ADK). Salah satunya dengan menyalurkan menerima
manfaat baru yang belum bisa masuk ke dalam panti agar bisa
mendapatkan tempat sementara sambil menunggu giliran jika ada yang
kosong baru akan dipindahkan ke dalam panti. Hal ini diperkuat dari
pernyataan Ibu Adiningsih kepada penulis:
Kadang kita juga kelimpungan untuk menerima penerima
manfaat baru, karena kan kapasitas disini juga terbatas
hanya 75 orang, jadi kalo ada penerima manfaat baru dari
masyarakat atau kiriman dari satpol pp, kita mengantisipasi
bekerja sama dengan PLT-ADK di daerah Ceger untuk
penampungan sementara, nanti kalo udah ada yang kosong
disini, baru kita konfirmasi kesana unutk memindahkan lagi
kesini.11
Namun sayangnya, permasalahan ini tak cukup berhenti disitu saja,
lembaga Pusat Layanan Terpadu Anak Dengan Kecacatan (PLT-ADK)
hanya menampung penerima manfaat anak dengan batas usia 18 tahun
sesuai dengan undang-undang anak, sedangkan PSBG sendiri bisa
menampung penerima manfaat dari usia 15-35 tahun. Jadi jika ada
penerima manfaat yang melebihi usia di atas 18 tahun, pihak panti
memasukkan ke dalam daftar tunggu, yaitu jika ada kekosongan baru akan
dipanggil. Kemudian juga adanya sebagian penerima manfaat yang tidak
memiliki keluarga, sehingga setelah mendaptkan program rehabilitasi
sosial selama 4 tahun, pihak panti harus tetap menahannya di dalam panti
sampai ada keputusan dari kementrian sosial atau adanya pihak lembaga
tertentu yang bersedia untuk mempekerjakan mereka di dalam instansinya.
11
Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,
Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.
57
2. Proses Rehabilitasi Sosial
Dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara,
penyandang tunagrahita diberi nama dengan sebutan “Penerima Manfaat”
(PM), dikarenakan mereka adalah objek sasaran dari program rehabilitasi
sehingga mereka disebut penerima manfaat di dalam panti. Proses
rehabilitasi ini berlangsung dalam panti selama 4 tahun.
Program rehabilitasi sosial PSBG merupakan suatu program
kegiatan yang berkesinambungan dilakukan oleh pihak panti dan akan
diteruskan oleh pihak lain seperti keluarga atau disalurkan ke masyarakat
untuk bisa bekerja secara mandiri. Tujuannya agar meningkatnya peran
dan partisipasi masyarakat dalam upaya peningkatan usaha kesejahteraan
sosial bagi penyandang tunagrahita semakin tumbuh dan berkembang.
Dalam menjalankan program rehabilitasi yang dilaksanakan di
Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, pihak panti bertujuan
untuk mengintegrasikan penerima manfaat kembali ke lingkungan
masyarakat melalui proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung
upaya pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat menjalankan
perannya sesuai dengan tuntutan lingkungannya dengan menggunakan
jenis rehabilitasi sosial.12
Akan tetapi dalam hasil observasi program
rehabilitasi ini menyangkut pada dua program rehabilitasi, yaitu
rehabilitasi sosial dan rehabilitasi vokasional, dikarenakan selain
bimbingan sosial, pihak panti juga melakukan bimbungan dalam
memberikan pelatihan vokasional guna melatih skill dan keterampilan para
12
Jenis rehabilitasi, Lihat Bab 2, h. 30-32.
58
penerima manfaat.13
Dalam dua bulan pertama, penerima manfaat akan diberikan masa
orientasi dan observasi, yaitu dimana penerima manfaat akan selalu
diawasi oleh pendamping agar bisa mengikuti program-program yang ada
di dalam panti. Tujuan dari adanya orientasi dan observasi ini untuk dapat
mengetahui sejauh mana kemampuan, bakat dan minat penerima manfaat
baru dalam mengikuti program-program yang diberikan.
Kemudian dalam enam bulan sekali mereka akan mendapatkan
evaluasi peningkatan keberhasilan kerja, dan bagi mereka yang sudah bisa
mendapatkan penempatan program kerja, mereka akan diberikan pelatihan
vokasional sesuai minat dan kemampuan dari masing-masing tunaagrahita
itu sendiri. Ada juga yang mengalami perubahan keterampilan vokasional
karena baru terbentuk atau karena faktor lingkungan teman mereka yang
membuat penerima manfaat bisa mengubah minat awal masuk, menjadi
sesuai dengan bakat yang mereka miliki setelahnya. Hal ini dapat
diperkuat oleh pernyataan Ibu Adningsih kepada penulis:
Kita memang melakukan tahapan orientasi dan observasi
bagi penerima manfaat yang baru masuk, tujuan yang
pertama agar kita bisa mengetahui sejauh mana kemampuan
IQ penerima manfaat baru ini, apakaah layak untuk diterima
atau tidak? Kemudian setelah itu kita juga sambil
menentukan kegiatan apa sih yang disukai awalnya sama
anak ini, kemudian kita biarin mereka, nanti setelah enam
bulan baru kita evaluasi apa bener ini cocok dengan mereka,
klo engga ya kita pindahkan sesuai hasil evaluasi.14
Terlihat bahwa pada proses penerimaan tahap seleksi pihak panti
tidak mau kecolongan dengan data yang diberikan dari sumber
13
Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014. 14
Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,
Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.
59
sebelumnya seperti keluarga atau masyarakat yang kadang tidak sesuai
dengan kenyataan penerima manfaat. Oleh sebab itu diadakan proses
orientasi dan observasi yang menentukan apakah penerima manfaat ini
layak atau tidak diterima untuk menerima proses rehabilitasi sosial dalam
panti.
Intervensi yang dilakukan PSBG Ciungwanara selama empat tahun
dalam melaksanakan metode rehabilitasi sosial melalui berbagai macam
kegiatan bimbingan antara lain; Bimbingan sosial, Bimbingan mental,
Bimbingan fisik, dan Bimbingan keterampilan.15
a. Bimbingan Sosial
Bimbingan Sosial yang dilakukan dalam metode kelompok
dimana para penerima manfaat dikelompokkan untuk saling
berkomunikasi baik itu sesama penerima maupun dengan pegawai
panti. Bimbingan ADL (activity day living), yaitu dalam hasil
pengamatan terlihat bahwa penerima manfaat diajarkan untuk bisa
melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci dan
membersihkan lingkungan. Tujuan ini dimaksudkan agar penerima
manfaat memiliki kesadaran diri dan tanggung jawab sosial agar
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya dan dapat
membantu dirinya sendiri.16
Dalam bimbingan sosial ini berdampak besar pada kemampuan
penerima manfaat dalam peningkatan keberfungsian sosialnya, karena
15
Buku Pedoman Kementrian Sosial Panti Sosial Bina Grahita tentang Penyandang
Disabilitas. 16
Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 11 Juni 2014.
60
mereka akan terbiasa mengurus diri sendiri dan mampu melakukan
pergaulan dengan orang lain dengan komunikasi sosialnya sehingga
melatih penerima manfaat agar bisa bercakap guna memudahkan
interaksi mereka dalam kehidupan bermasyarakat.
b. Bimbingan Mental
Bimbingan Mental, meliputi bimbingan kecerdasan, bimbingan
agama, dan bimbingan budi pekerti. Bimbingan kecerdasan yaitu dari
hasil pengamatan, pegawai memberikan materi pelajaran di kelas
seperti matematika dasar, bahasa Indonesia dasar, dan bahasa Inggris
dasar, kegiatan ini bertujuan untuk melatih kemampuan berfikir
penerima manfaat. Dalam bimbingan kecerdasan pembagian kelas
dibagi menjadi 6 kelas, yaitu kelas dasar 1,2,3 dan kelas lanjutan 1,2,3.
Pembagian kelas berdasarkan tingkat kecerdasan (IQ) dan perilaku
yang ditunjukkan oleh penerima manfaat.17
Sedangkan Bimbingan Agama secara metode individu dan
kelompok yang diberikan guna mengajak penerima manfaat agar
memahami kebutuhan jiwa spiritual mereka, biasanya untuk yang
beragama Islam, mereka diajarkan untuk sholat, menghafal doa dalam
kegiatan sehari-hari, dan membaca Al-Qur’an. Untuk yang beragama
Kristen mereka diajarkan cara berdoa, nyanyian rohani, perjanjian
lama, perjanjian baru, dan hukum taurat.
17
Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 2 Juni 2014.
61
Bimbingan Budi Pekerti dengan metode individu agar penerima
manfaat lebih banyak mengenal nilai/norma yang berlaku dalam
masyarakat. Seperti sopan santun, tenggang rasa, percaya diri dan
harga diri, serta memiliki kondisi psikologi yang sehat dalam berfikir,
bersikap, dan bertindak.
c. Bimbingan Fisik
Bimbingan Fisik dan olahraga yaitu dengan metode kelompok
sebagai proses mendidik, mengarahkan secara terencana, terarah,
sistematik dan profesional agar dapat menumbuh kembangkan
kamauan dan kemampuan penerima manfaat bagi segi fisik dan
olahraga sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan dalam
bimbungan fisik antara lain: Senam, Olah raga (sepakbola, volly, bulu
tangkis, dan atletik), permainan, jalan sehat, terapi, dan pemeliharaan
kesehatan.
Hasil pengamatan, kegiatan ini sangat bermanfaat dalam
membantu mengingkatkan kesehatan penerima manfaat agar
memperoleh kesegaran dan kebugaran. Disamping itu fungsi lain dari
bimbingan fisik juga untuk mengajak penerima manfaat agar cepat
merespon segala yang ada di sekitar lingkungannya, sehingga cepat
tanggap untuk berfikir langkah apa yang selanjutnya mereka akan
lakukan. Hal ini sangat berkaitan untuk peningkatan keberfungsian
sosial penerima manfaat dalam masyarakat nanti.18
18
Hasil Observasi, Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 26 Mei 2014.
62
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
BimbinganSosial
BimbinganMental
Bimbingan Fisik BimbinganKeterampilan
Minat
Waktu/Minggu
Keberhasilan
d. Bimbingan Keterampilan
Bimbingan Keterampilan dengan mengelompokkan secara
minat dengan pengembangan kemampuan secara individu, meliputi
keterampilan membuat keset, keterampilan menjahit, menyulam, olah
pangan, handicraft, house keeping dan bercocok tanam. Diharapkan
dengan adanya program keterampilan dapat meningkatkan
kemandirian, mengembangkan potensi dan bakat serta menambah
fungsi menerima dalam masyrakat agar bisa bekerja sehingga tidak
menjadi beban masyarakat dan keluarga.
Terlihat dari hasil pengamatan para penerima manfaat juga
dilibatkan dalam kebersihan lingkungan panti, bagi penerima manfaat
yang sudah bisa bekerja, dikaryakan untuk membersihkan asrama dan
teras-teras panti, dan diberi isentif uang jajan.19
Tabel Alokasi Kegiatan Bimbingan Rehabilitasi Sosial Panti
Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara
Tabel 4.1
Tabel Alokasi Program Rehabilitasi Sosial
19
Hasil Observasi Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara. Bogor, 10 Juni 2014.
63
Dalam prosesnya rehabilitasi sosial yang dilaksanakan di panti
terdapat beberapa tahapan
Tabel 4.2
Alur Pelayanan Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara
Dalam tahap pendekatan awal pihak panti, melakukan
pendataan tentang konsentrasi tempat/lokasi potensial para
penyandang tunagrahita dari dinas sosial dan masyarakat. Kemudian
mengetahui kondisi calon penerima manfaat di daerah yang dilakukan
penjajakan.
Kegiatan ini dilakukan oleh Ketua Panti, Kepala Seksi dan
Advokasi Sosial (PAS) dan Pekerja Sosial (PekSos). Dalam hal ini
pelaksana melakukan pendataan dan menentukan daerah mana yang
memiliki jumlah para penyandang tunagrahita yang potensial.
Kemudian melakukan pendekatan kepada keluarga calon penerima
64
manfaat, setelah itu melakukan sosialisasi program panti dan
pendidikan, terakhir menentukan penjemputan penerima manfaat baru
setelahnya. Hal ini seperti diperkuat oleh pernyataan Ibu Adiningsih
kepada penulis:
Kita dalam proses pendekatan awal melakukan
pendekatan dengan mencari data, kemudian kita tentukan
daerah potensial untuk kita datangi nantinya, disana kita
bisa bekerja sama dengan pekerja sosial kelurahan untuk
melakukan assesment ditempat tinggal klien, kemudian
nanti setelah kita dapatkan hasilnya kita kembali pulang,
nanti setelahnya kita melakukan menjemputan kalau
memang nanti dipanti kita terdapat kekosongan, kalau
untuk yang masyarakat umum biasanya mereka langsung
datang kemari kemudian nanti kita panggil atau kita
hubungi.20
Jadi terdapat dua metode yang dilakukan pihak panti dalam
melakukan pendekatan awal, untuk calon penerima manfaat yang
didatangi pihak panti dilakukan dengan cara penjemputan, dan untuk
masyarakat umum dilakakun dengan cara pemanggilan kembali.
Dalam hal ini proses pendekatan harus lebih spesifik lagi mana yang
dapat diterima di dalam panti dan mana yang masih bisa dilakukan di
dalam keluarga dalam memberikan proses rehabilitasi klien.
Hambatan dari proses ini seperti data yang diterima kadang
tidak sesuai dengan kondisi penerima manfaat, calon penerima manfaat
berat untuk meninggalkan keluarga, komunikasi yang terhambat
(perbedaan bahasa), perspektif masyarakat terhadap kehidupan dalam
panti.
20
Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,
Panti Sosial Bina Grahita 21 Mei 2014.
65
Dari proses penerimaan, pihak panti menentukan kelayakan
calon penerima manfaat untuk mendapatkan pelayanan rehabilitasi di
panti yang dilakukan oleh Kepala Seksi dan Advokasi Sosial (PAS),
Psikolog, beserta Pekerja Sosial (PekSos). Pada tahapan ini calon
penerima manfaat mengisi formulir dan mengikuti beberapa seleksi
seperti, tes kesehatan, seleksi intelektual (IQ), dan kemampuan
mengurus diri sendiri (ADL).
Dalam proses penerimaan terkadang orang tua kurang terbuka
tentang kondisi kecacatan calon penerima manfaat sehingga para
pelaksana mengadakan tahap orientasi selama dua bulan untuk
mengetahui langung kondisi calon penerima manfaat dalam proses
pengasramaan sebelum dilakukan assesmen dan rumusan rencana
intervensi.
Resosialisasi adalah suatu kegiatan untuk mempersiapkan
peyandang tunagrahita, keluarga dan masyarakat agar dapat menerima
penerima manfaat setelah proses rehabilitasi sesuai dengan
kemampuan yang dimilikinya. Kegiatan resosialisasi yang dilakukan
diantaranya magang, kegiatan ini bertujuan agar klien siap kembali ke
lingkungan masyarakat. Untuk mempersiapkan orang tua/keluarga
telah dilakukan pertemuan dan beberapa kegiatan bersama orang tua
seperti melibatkan orang tua pada saat kegiatan dalam panti, rekreasi
bersama penerima manfaat dengan harapan orang tua mengetahui
perkembangan anak selama berada di dalam panti.
Sedangkan untuk kegiatan mempersiapkan masyarakat hanya
66
terbatas pada pemilik tempat usaha dimana klien magang, sperti
pernyataan yang diutarakan Ibu Agustin kepada penulis:
Dalam proses resosialisasi para penerima manfaat
diberikan pelatihan magang (PBK) seperti menjahit kita
bekerja sama dengan taylor yang ada di masyarakat,
kemudian bercocok tanam kita bekerjasama dengan
pembibitan pertanian dan pemilik kebun untuk nanti kita
jual hasil tanaman dan buah anak-anak dipasar, untuk
olah pangan kita bekerja sama dengan pabrik kerupuk,
untuk supaya anak-anak bisa bekerja disana dalam
jangka waktu satu bulan.21
Dalam hal ini pihak panti bisa memperjuangkan hak
penyandang tunagrahita seperti yang tertuang dalam UU No.4 Tahun
1997 pasal 14 tentang Penyaandang Cacat, dimana setiap perusahaan
wajib minimal 1% dalam seluruh jumlah karyawan mempekerjakan
penyandang cacat. Akan tetapi timbul hambatan dalam hal ini karena
lemahnya hukum di Indonesia yang belum sepenuhnya membuat
perusahaan di Indonesia mempekerjaan 1% penyandang cacat dari
seluruh jumlah karyawannya, jika dibanding dengan Negara Jepang
sudah diwajibkan dan jika tidak akan mendapatkan hukuman sangki
yang sesuai.
Kemudian setelah mendapatkan proses resosialisasi, dilakukan
penyaluran penerima manfaat kepada pihak keluarga dan dunia kerja.
Penerima manfaat yang sudah selesai mengikuti program rehabilitasi
sosial akan mendapatkan bantuan stimulan berupa uang pengembangan
usaha dengan syarat bisa mandiri secara ekonomi. Seperti pernyataan
Ibu Adiningsih kepada penulis:
21
Wawancara pribadi dengan Ibu Agustin selaku Pekerja Sosial, Panti Sosial Bina
Grahita 2 Juni 2014.
67
Kita juga memberikan bantuan stimulan kepada anak-
anak untuk usaha setelah nanti kembali disalurkan
kepada keluarga dengan cacatan mereka yang bisa
mandiri secara ekonominya, untuk besarnya bantuan
biasanya disesuaikan dengan daerah kondisi dan
kemampuan anak itu sendiri.22
Selanjutnya kegiatan pembinaan lanjut dilakukan kepada eks
penerima manfaat yang sudah menerima rehabilitasi di panti, dengan
kurun waktu satu tahun setelah penyaluran guna memantau keadaan
penerima manfaat setelah menerima program rehabilitasi, apakah klien
mengalami kemajuan atau kemunduran.
B. Peningkatan Keberfungsian Sosial Tunagrahita
Terdapat beberapa indikator pencapaian tujuan dalam keberfungsian
sosial tunagrahita, diantaranya: (1) aspek fisik; (2) aspek mental psikologis,
meliputi kemampuan intelektual, emosi, dan kemauan; (3) aspek sosial,
meliputi pengaturan bahasa, kontak dengan orang lain, mengerti hak milik,
dan kerjasama; (4) aspek vokasional, meliputi inisiatif, kreatifitas, kerajinan,
kedisiplinan, keterampilan kehidupan sehari-hari, prestasi kerja, penyesuaian
dalam pekerjaan, tanggung jawab, dan daya penerimaan instruksi kerja; (5)
apek religi.
Untuk mengetahui keberhasilan peningkatan keberfungsian sosial
tunagrahita, penulis membagi kolom keberhasilan antara penyandang
tunagrahita ringan (debil) dan tunagrahita sedang (embisil), untuk mengetahui
perbedaan hasil diantara keduanya. Kemudian penulis menyajikan indikator
pencapaian tujuan dalam keberfungsian sosial tunagrahita dalam bentuk 18
22
Wawancara pribadi dengan Ibu Adiningsih selaku Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial,
Panti Sosial Bina Grahita 17 Juni 2014.
68
tabel yang akan dianalisis setiap aspeknya.
Dalam setiap tabel yang disajikan terdapat lima pernyataan penilaian
yang akan diteliti oleh penulis dalam mengetahui keberhasilan, setiap
penerima manfaat (PM) akan dinilai berdasarkan kemampuan yang dimiliki.
Hasil maksimal 25 poin, penilaian akan nyatakan berdasarkan total jumlah
keberhasilan dibagi ( : ) 25 poin, presentasi mencapai 70% dinyatakan berhasil
dalam meningkatkan keberfungsian sosialnya. Hal ini dapat dilihat dari tabel-
tabel berikut:
Tabel 4.3
Indikator Keberhasilan Penyandang Tunagrahita Tahun 2014
1. Aspek Fisik
Berdasarkan aspek fisik tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. N: 10
No Aspek Fisik Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Mampu memelihara kesehatan
diri dengan baik 1 orang - 5 5 -
2 Mampu memelihara kesehatan
diri dengan cukup 1 orang - 4 4 -
3 Mampu memelihara kesehatan
diri dengan hasil kurang 3 orang 3 orang 3 9 9
4
Mampu memelihara kesehatan
diri dengan bantuan orang lain
masih kurang
- 2 orang 2 - 4
5 Apabila sama sekali tidak bisa
mengurus diri - - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang 18 13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam aspek fisik mencapai (72%), keberhasilan penyandang tunagrahita
sedang dalam aspek fisik mencapai (52%) dalam memelihara kesehatan diri
secara mandiri maupun dengan bimbingan yang amat ringan.
2. Aspek Mental Psikologis
69
Berdasarkan aspek mental psikologis tunagrahita, Panti Sosial Bina
Grahita (PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014.
A. Kemampuan Intelektual N: 10
No Kemampuan Intelektual Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 mampu membaca menulis dan
berhitung dengan lancar 1 orang - 5 5 -
2
mampu membaca menulis dan
berhitung dengan sedikit
bantuan orang lain
1 orang - 4 4 -
3
mampu membaca menulis dan
berhitung dengan masih banyak
memerlukan bantuan orang lain
3 orang 1 orang 3 9 3
4 mampu membaca menulis dan
berhitung dengan sederhana
dan terbatas
- 4 orang 2 - 8
5 tidak mampu membaca menulis
dan berhitung - - 1 -
Total: 5 orang 5 orang 18 11
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam kemampuan intelektual mencapai (72%), keberhasilan penyandang
tunagrahita sedang dalam kemampuan intelektual mencapai (44%) dalam
kemampuan membaca, menulis dan berhitung secara lancar maupun dengan
bimbingan.
B. Emosional N: 10
No Emosi Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Mempunyai kestabilan
emosional secara layak 1 orang 5 5
2 Dengan bantuan minimal,
mampu mengendalikan emosi 4 orang 1 orang 4 16 4
3 Dengan bantuan maksimal,
mampu mengendalikan emosi - 1 orang 3 - 3
4
Dengan bantuan maksimal,
masih kurang mampu
mengendalikan emosi
- 3 orang 2 - 6
70
5 tidak mampu sama sekali
mengendalikan emosi - 1 -
Total: 5 orang 5 orang 21 13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam mengontrol emosional mencapai (84%), keberhasilan penyandang
tunagrahita sedang dalam mengontrol emosional mencapai (52%) dalam
kemampuan kestabilan emosional secara layak.
C. Kemauan N: 10
No Kemauan Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1
Tanpa inisiatif orang lain
mampu mengespresikan suatu
yang positif
1 orang - 5 5 -
2
Dengan inisiatif yang ringan
mampu mengespresikan suatu
yang positif
2 orang - 4 8 -
3
Dengan inisiatif yang ringan
mampu mengespresikan suatu
cukup baik
2 orang 2 orang 3 6 6
4 Memerlukan bantuan orang lain
dalam mengespresikan suatu - 3 orang 2 - 6
5 Sama sekali tidak mempunyai
kehendak - - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang 19 12
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam kemauan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita
sedang dalam kemauan mencapai (48%) dalam memiliki kehendak inisiatif
dalam mengespresikan suatu yang positif.
3. Aspek Sosial
Berdasarkan aspek sosial tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014.
A. Pengaturan Bahasa N: 10
No Pengaturan Bahasa Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
71
1 Dapat menyampaikan kehendak
dengan bahasa yang baik 1 orang - 5 5 -
2
Dapat menyampaikan kehendak
dengan bahasa yang baik
walaupun kurang lancar
2 orang - 4 8 -
3 Masih sukar menyampaikan
kehendak dengan ucapan 2 orang 2 orang 3 4 6
4
Sukar atau tidak lengkap
menyampaikan kehendak
dengan ucapan
- 3 orang 2 - 6
5 Sama sekali tidak dapat
menyampaikan kehendak - - 1 -
Total: 5 orang 5 orang 17 12
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam pengaturan bahasa mencapai (68%), keberhasilan penyandang
tunagrahita ringan dalam pengaturan bahasa mencapai (48%) dalam
kemampuan menyampaikan kehendak dengan bahasa yang baik walaupun
kurang lancar.
B. Kontak dengan orang lain N: 10
No Kontak dengan Orang Lain Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Dapat menjalin hubungan
dengan orang lain dengan baik 2 orang - 5 10
2
Dapat menjalin hubungan
dengan orang lain dengan
cukup
2 orang 2 orang 4 8 8
3 Kurang dapat menjalin
hubungan dengan orang lain 1 orang 3 orang 3 3 9
4
Tidak dapat menjalin hubungan
dengan orang lain secara
langsung
- - 2 -
5
Tidak dapat sama sekali
menjalin hubungan dengan
orang lain
- - 1 -
Total: 5 orang 5 orang
21 17
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam kontak dengan orang lain mencapai (84%), keberhasilan penyandang
72
tunagrahita sedang dalam kontak dengan orang lain mencapai (68%) dalam
menjalin hubungan dengan orang lain secara baik.
C. Mengerti Hak Milik N: 10
No Mengerti Hak Milik Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Mengerti hak milik fungsional
baik dirinya maupun orang lain 1 orang - 5 5 -
2 Mengerti hak milik secara
fungsional 2 orang 1 orang 4 8 4
3 Ada kemampuan mengerti hak
milik dengan sedikit pengertian 2 orang 3 orang 3 6 9
4 Dengan bantuan orang lain baru
mengerti hak milik - 1 orang 2 - 2
5 Tidak sama sekali mengerti hak
milik - - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang
19 15
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam mengerti hak milik mencapai (76%), keberhasilan penyandang
tunagrahita sedang dalam mengerti hak milik mencapai (60%) dalam
mengerti hak milik fungsional baik dirinya maupun orang lain.
D. Kerja Sama N: 10
No Kerja Sama Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Berkomunikasi sosial secara
baik dan dapat berpartisipasi - - 5 -
2 Berkomunikasi sosial secara
baik dan mampu berpartisipasi 2 orang - 4 8
3
Dengan bimbingan orang lain
mampu berkomunikasi sosial
dan dapat berpartisipasi
3 orang 3 orang 3 9 9
4
Dengan bimbingan orang lain
masih sulit berkomunikasi
sosial dan dapat berpartisipasi
- 2 orang 2 - 4
5
Tidak sama sekali memiliki
kemampuan berkomunikasi
sosial dan berpartisipasi
- - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang
17 13
73
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam kerja sama mencapai (68%), keberhasilan penyandang tunagrahita
ringan dalam kerja sama mencapai (52%) dalam berkomunikasi sosial secara
baik dan dapat berpartisipasi.
4. Aspek Vokasional
Berdasarkan aspek vokasional tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014.
A. Inisiatif Kerja N: 10
No Inisiatif Kerja Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Mampu tanpa bimbingan dan
bekerja sendiri 1 orang - 5 5 -
2 Dapat bekerja sendiri dengan
bimbingan yang ringan 2 orang 1 orang 4 8 4
3 Dapat bekerja sendiri dengan
bimbingan berkelanjutan 2 orang 2 orang 3 6 6
4 Dengan bimbingan yaang ketat
baru bisa mengerjakan - 2 orang 2 - 4
5 Dengan bimbingan yaang ketat
masih belum bisa mengerjakan - - 1 -
Total: 5 orang 5 orang
19 14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam inisiatif kerja mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita
sedang dalam inisiatif kerja mencapai (56%) dapat bekerja sendiri walaupun
dengan bimbingan yang ringan.
B. Kreatifitas N: 10
No Kreatifitas Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Mempunyai daya cipta dan
kreasi yang banyak - - 5 - -
74
2 Mempunyai daya cipta dan
kreasi yang cukup 1 orang - 4 4 -
3 Mempunyai daya cipta tetapi
kreasinya belum menarik 4 orang 2 orang 3 12 6
4
Mempunyai daya cipta kalau
dirangsang dan variasinya tidak
menarik
- 2 orang 2 - 4
5 Tidak atau belum mempunyai
daya cipta dan variasi - 1 orang 1 - 1
Total: 5 orang 5 orang
16 11
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam kreatifitas mencapai 4 orang (64%), keberhasilan penyandang
tunagrahita sedang dalam kreatifitas mencapai (44%) dalam mempunyai daya
kreasi walaupun kreasinya belum begitu menarik.
C. Kerajinan N: 10
No Kerajinan Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Rajin datang dan mau bekerja
dengan penuh perhatian 1 orang - 5 5
2 Rajin datang dan mau bekerja 2 orang 1 orang 4 8 4
3 Kadang-kadang rajin datang
dan mau bekerja 2 orang 2 orang 3 6 6
4 Sering tidak mau datang
bekerja - 1 orang 2 - 2
5
Sering sekali melalaikan tugas
dan tidak menepati waktu dan
tata tertib
- 1 orang 1 - 1
Total: 5 orang 5 orang
19 13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam kerajinan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita
sedang dalam kerajinan mencapai (52%) untuk rajin datang dan mau bekerja
dengan penuh perhatian.
D. Kedisiplinan N: 10
No Kedisiplinan Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
75
1
Mengetahui tugas yang
diberikan dan mengerjakan
dengan penuh perhatian
1 orang - 5 5 -
2 Mau mengerjakan tugas yang
diberikan 2 orang 1 orang 4 8 4
3 Mau mengerjakan tugas tetapi
dengan sulit 2 orang 1 orang 3 6 3
4 Sering melalaikan tugas - 3 orang 2 - 6
5
Sering kali melalaikan tugas
dan tidak menepati waktu dan
tata tertib
- - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang
19 13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam kedisiplinan mencapai (76%), keberhasilan penyandang tunagrahita
sedang dalam kedisiplinan mencapai (52%) dalam mengetahui tugas yang
diberikan dan mengerjakan dengan penuh perhatian.
E. Keterampilan Kehidupan Sehari-hari N: 10
No Keterampilan sehari-hari Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Dapat melakukan perawatan
diri tanpa bantuan orang lain 1 orang - 5 5 -
2
Dapat melakukan perawatan
diri dengan sedikit bantuan
orang lain
2 orang 1 orang 4 8 4
3 Dapat melakukan perawatan
diri dengan bantuan orang lain 2 orang 2 orang 3 6 6
4 Melakukan perawatan diri
apabila dibantu orang lain - 2 orang 2 - 4
5 Tidak dapat melakukan
perawatan terhadap diri sendiri - - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang
19 14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam keterampilan kehidupan sehari-hari mencapai (76%), keberhasilan
penyandang tunagrahita sedang dalam keterampilan kehidupan sehari-hari
mencapai (56%) dalam melakukan perawatan diri walaupun dengan sedikit
bantuan orang lain.
76
F. Prestasi Kerja N: 10
No Prestasi Kerja Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Hasil Pekerjaannya baik sekali - - 5 - -
2 Hasil Pekerjaannya baik 1 orang - 4 4 -
3 Hasil Pekerjaannya cukup baik 2 orang 1 orang 3 6 3
4 Hasil Pekerjaannya kurang baik 1 orang 3 orang 2 2 6
5 Hasil Pekerjaannya kurang
sekali 1 orang 1 orang 1 1 1
Total: 5 orang 5 orang
13 10
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam prestasi kerja mencapai (52%), keberhasilan penyandang tunagrahita
sedang dalam prestasi kerja mencapai (40%) untuk hasil pekerjaan yang baik
dan cukup baik dengan bimbingan yang ringan.
G. Penyesuaian Dalam Pekerjaan N: 10
No Penyesuaian dalam Pekerjaan Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Dapat mengikuti tata kerja
dengan penuh perhatian - - 5 - -
2 Dapat mengikuti tata kerja
dengan cukup baik 3 orang 1 orang 4 12 4
3 Agak sukar mengikuti tata kerja 2 orang 2 orang 3 6 6
4 Kurang mengikuti tata kerja - 2 orang 2 - 4
5 Sulit mengikuti tata kerja dan
tidak ada perhatian - - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang
18 14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam penyesuaian pekerjaan mencapai (72%), keberhasilan penyandang
tunagrahita sedang dalam penyesuaian pekerjaan mencapai (56%) untuk
dapat mengikuti tata kerja dengan cukup baik.
H. Tanggung Jawab N: 10
No Tanggung Jawab Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1
Mentaati peraturan dan perintah
serta menjalankan tugasnya
dengan baik
- - 5 - -
2 Mentaati peraturan dan perintah
serta menjalankan tugasnya 1 orang 1 orang 4 4 4
77
3 Mentaati peraturan dan perintah 2 orang 1 orang 3 6 3
4 Kadang-kadang melanggar
peraturan dan larangan 2 orang 3 orang 2 4 6
5 Tidak mengikuti peraturan dan
perintah - - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang
14 13
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam tanggung jawab mencapai (56%), keberhasilan penyandang tunagrahita
sedang dalam tanggung jawab mencapai (52%) dalam mentaati peraturan dan
perintah serta menjalankan tugasnya walaupun kadang sedikit melanggar.
I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja N: 10
No Daya Penerimaan Instruksi
Kerja
Penerima Manfaat (PM) Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1
Dapat mengikuti tata tertib dan
petunjuk kerja dengan penuh
perhatian
- - 5 - -
2
Dapat mengikuti tata tertib dan
petunjuk kerja dengan cukup
baik
2 orang 1 orang 4 8 4
3 Masih agak dapat mengikuti
tata tertib dan petunjuk kerja 2 orang 2 orang 3 6 6
4 Sukar mengikuti tata tertib
lingkungannya 1 orang 2 orang 2 2 4
5 Sukar sekali mengikuti tata
tertib lingkungannya - - 1 - -
Total: 5 orang 5 orang
16 14
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam daya penerimaan instruksi kerja mencapai (64%), keberhasilan
penyandang tunagrahita sedang dalam daya penerimaan instruksi kerja
mencapai (56%) dalam mengikuti tata tertib dan petunjuk kerja dengan cukup
baik.
78
5. Aspek Religi
Berdasarkan aspek vokasional tunagrahita, Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara Bogor, Tahun 2014. N: 10
No Aspek Religi Penerima Manfaat (PM)
Skor
Poin
(Keberhasilan)
Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Mampu menjalankan ibadah
sesuai agamanya dengan benar - - 5 - -
2
Mempunyai inisiatif dalam
beribadah tetapi belum
maksimal
2 orang 1 orang 4 8 4
3 Menjalankan ibadah atas
bimbingan orang lain 2 orang 3 orang 3 6 9
4
Menjalankan ibadah masih sulit
walaupun atas bimbingan orang
lain
1 orang 1 orang 2 2 2
5 Tidak mampu menjalankan
ibadah - - 1 -
Total: 5 orang 5 orang
16 15
Berdasarkan tabel di atas, keberhasilan penyandang tunagrahita ringan
dalam aspek religi mencapai (64%), keberhasilan penyandang tunagrahita
ringan dalam aspek religi mencapai (60%) untuk mempunyai inisiatif dalam
beribadah tetapi belum maksimal.
Dari keseluruhan tabel indikator keberhasilan di atas, maka didapatkan
hasil dari peningkatan keberfungsian sosial penyandang tunagrahita
berdasarkan 5 aspek yang terbagi dalam 18 indikator pencapaian peningkatan
keberfungsian sosial penyandang tunagrahita. Hasil tersebut dipilah menjadi
dua bagian, yaitu berdasarkan tingkat kemampuan dan karateristiknya. Untuk
yang berada dikriteria ringan (debil) dan embisil (sedang) memiliki penilaian
berbeda. Pada dikriteria ringan (debil) maka tingkat kemampuan
kemandiriannya diukur dengan presentasi 60% - 75% (baik), untuk yang
berada dikriteria sedang (embisil) maka tingkat kemampuan kemandiriannya
hanya diukur dengan presentasi 40% - 60% (cukup).
79
Tabel 4.4
Peningkatan Keberfungsian Sosial Penyandang Tunagrahita Tahun 2014
No. ITEM
Penerima Manfaat (PM)
Keberhasilan Setiap Aspek Penerima Manfaat (PM)
Total Keberhasilan Seluruh Aspek
Ringan Sedang Ringan Sedang Ringan Sedang
1 Aspek Fisik 72% 52% 72% 52%
71% 54%
2
Aspek Mental Psikologis
A. Kemampuan Intelektual 72% 44%
77% 48% B. Emosi 84% 52%
C. Kemauan 76% 48%
3
Aspek Sosial
A. Pengaturan Bahasa 68% 48%
74% 57% B. Kontak dengan orang lain 84% 68%
C. Mengerti Hak Milik 76% 60%
D. Kerja Sama 68% 52%
4
Aspek Vokasional
A. Inisiatif Kerja 76% 56%
68% 52%
B. Kreatifitas 64% 44%
C. Kerajinan 76% 52%
D. Kedisiplinan 76% 52%
E. Keterampilan sehari-hari 76% 56%
F. Prestasi Kerja 52% 40%
G. Penyesuaian Pekerjaan 72% 56%
H. Tanggung Jawab 56% 52%
I. Daya Penerimaan Instruksi Kerja 64% 56%
5 Aspek Religi 64% 60% 64% 60%
Dari tabel diatas dapat dipaparkan keberhasilan dari setiap aspek
berdasarkan klasifikasi kemampuan tunagrahita ringan dan sedang. (1) aspek
fisik total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan mencapai 72% dengan
penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita sedang mencapai 52%
dengan penilaian cukup. Oleh sebab itu untuk aspek fisik peningkatan
keberfungsian bisa dikatakan baik namun belum optimal.
(2) aspek mental psikologis, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita
ringan mencapai 77% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi
80
tunagrahita sedang mencapai 48% dengan penilaian cukup. Sehingga
peningkatan keberfungsian aspek mental psikologis bisa dikatakan cukup baik
namun belum optimal.
(3) aspek sosial, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan
mencapai 74% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita
sedang mencapai 57% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan
keberfungsian aspek sosial bisa dikatakan sangat baik dan cukup optimal.
(4) aspek vokasional, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan
mencapai 68% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita
sedang mencapai 52% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan
keberfungsian aspek vokasional bisa dikatakan cukup baik namun masih
belum optimal.
(5) apek religi, total keberhasilan klasifikasi tunagrahita ringan
mencapai 64% dengan penilaian baik, sedangkan untuk klasifikasi tunagrahita
sedang mencapai 60% dengan penilaian cukup. Sehingga peningkatan
keberfungsian aspek religi bisa dikatakan cukup baik dan cukup optimal.
Total dari keberhasilan seluruh aspek klasifikasi tunagrahita ringan
mencapai 71% dan untuk keberhasilan seluruh aspek klasifikasi tunagrahita
sedang mencapai 54% sehingga jika diakumulasikan memiliki nilai 63%
dengan penilaian cukup baik. Namun hal ini bisa dikatakan belum mencapai
hasil yang optimal jika total akumulasi keduanya belum mencapai total
keseluruhan 70%.
Waktu maksimal yang diberikan tunagrahita dalam mencapai
keberfungsian sosial selama 4 tahun di panti, bukan menjadikan salah satu
81
batas ukuran dalam pencapaian tujuan, karena dalam jangka waktu 2 tahun
sebenarnya anak sudah bisa dikembalikan ke dalam keluarga, dengan
indikator pencapaian tujuan di atas.
Dalam permasalahan sosial yang berkaitan dengan penyandang
disabilitas tunagrahita, pencapaian keberfungsian sosial dapat dilihat dari
tingkat kemandiriannya, karena suatu perkembangan kemandirian tunagrahita
menjadi nilai utama yang difokuskan dalam meningkatkan keberfungsian
tunagrahita dalam kehidupan sehari-hari.
Tingkat kemandirian seorang tunagrahita berbeda dengan seseorang
pada umumnya, tingkat kemandirian seseorang dinilai berdasarkan tingkat
kemampuan dan karateristiknya, yaitu untuk yang berada dikriteria embisil
(sedang) maka tingkat kemampuan kemandiriannya hanya diukur untuk
sebatas mampu latih, yaitu dengan melatihnya berulang kali untuk
mengerjakan kegiatan pribadi sehari-hari tunagrahita seperti, mandi, memakai
baju, mengenal beberapa fungsi benda dan ruangan.
Bagi tunagrahita yang berada dikriteria debil (ringan) maka tingkat
kemandiriannya lebih meningkat lagi, yaitu ditambah untuk belajar
bersosialisasi, berkomunikasi, dan pengembangan keterampilan sesuai bakat
dan minat yang dimilikinya.
1. Hasil Rehabilitasi Sosial
a. Klien (Penerima Manfaat)
Dari jumlah penerima manfaat 75 orang selama 4 tahun, jumlah
ini merupakan maksimal penempatan dalam panti untuk mendapatkan
program rehabilitasi sosial. Hasil rehabilitasi sosial dari 6 indikator
82
keberhasilan yaitu: melakukan kegiatan sehari-hari (ADL), relasi
sosial, kemampuan berfikir, kemampuan keterampilan, penyaluran,
kemampuan kemandirian.
Dari hasil pengumpulan data dan penelitian penulis diketahui
bahwa hanya tiga indikator yang dapat dilakukan oleh klien yaitu;
ADL, relasi sosial, dan kemampuan berfikir sesuai dengan derajat
kemampuannya. Sedangkan untuk kemampuan keterampilan dan
kemampuan kemandirian belum sepenuhnya mampu dilakukan sendiri
oleh penerima manfaat, keterampilan dan kemandirian yang
dimaksudkan adalah keterampilan yang bertujuan untuk bekerja dan
kemandirian dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Proses rehabilitasi hanya tergantung pada input penerimaan
yang baik kepada klien atau yang mampu latih dan dapat dilihat dari
kemampuan awal klien yang baik, kemudian proses rehabilitasi bisa
berjalan dengan baik dan sehingga menghasilkan kemampuan baru
yang dimiliki klien setelahnya. Sebaliknya jika terdapat klien yang
tidak bisa mampu latih, maka proses rehabilitasi sosial juga terhambat
sehingga tidak menimbulkan keberfungsian sosial klien yang
diharapkan. Seperti pernyataan dari Ibu Azmi kepada penulis:
Proses rehabilitasi dipanti tergantung pada kemampuan
calon penerima manfaat di awal, klo dia mampu latih,
maka proses rehabilitasinya bisa berjalan dan
menghasilkan hasil yang diharapkan, walaupun kadang
tidak jauh berbeda dengan hasil awalnya.23
23
Wawancara pribadi dengan Ibu Azmi Rahmi Deni Aziz selaku Pekerja Sosial, Panti
Sosial Bina Grahita 8 Juli 2014.
83
Dalam penyaluran, baru dapat dilakukan penyaluran kepada
keluarga saja, karena keterampilan yang dimiiliki penerima manfaat
belum dapat memenuhi standar yang dibutuhkan oleh dunia usaha.
b. Keluarga
Keluarga adalah faktor utama yang seharusnya bertanggung
jawab penuh terhadap keberfungsian sosial klien, karena keluarga yang
lebih mengetahui apa yang dibutuhkan klien dan pengembangan diri
seperti apa yang ada dalam diri klien.
Keluarga belum siap atau enggan menerima kembali anaknya
keluar dari panti, hal ini di sebabkan karena kurangnya pemahaman
keluarga dalam membimbing anak dengan tunagrahita, pada saat
bimbingan lanjut petugas telah memberikan edukasi kepada keluarga,
tetapi belum dilengkapi dengan pemberian panduan praktis dengan
cara membimbing anak dengan tunagrahita.
Adanya program Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT) juga
terlihat belum maksimal, karena hanya sebatas ceremony atau sebatas
temu kangen keluarga dengan klien, namun tidak menanyakan
perkembangan klien kepada salah satu peksos yang bertanggung jawab
terhadap peningkatan kemampuan klien.
Kedepan seharusnya perlu adanya penggalakan program
Pembinaan Persatuan Orang Tua (POT) untuk meningkatkan peran
keluarga dalam membantu perkembangan anak yang dilakukan pihak
panti dengan mewajibkan orangtua untuk datang dalam jangka waktu
tertentu dan wajib untuk dipertemukan dengan peksos guna mencari
solusi bersama baiknya untuk perkembangan anak selanjutnya.
84
Untuk selanjutnya, program rehabilitasi terbaik ada di dalam
lingkungan keluarga, sedangkan pihak panti hanya berperan sebagai
advokasi dan fasilitator bagi keluarga. Sehingga penyandang
tunagrahita merasakan dirinya diterima di dalam keluarga sebelum
mereka mengenal lingkungan masyarakat nantinya.
c. Masyarakat
Masyarakat belum memberikan dukungan kepada para
tunagrahita yang telah memperoleh rehabilitas sosial di panti, hal ini di
sebabkan masih kurangnya sosialisasi tentang tunagrahita, disamping
itu kemampuan yang diperoleh selama empat tahun di panti belum
maksimal untuk disalurkan ke dunia usaha.
Secara konseptual kegiatan penyaluran dilakukan kepada dunia
kerja dan keluarga, namun sampai saat ini hanya 1% yang bisa masuk
dalam dunia kerja dan sisanya sebatas penyaluran kepada keluarga. Di
samping itu juga penulis melihat masyarakat luas dan dunia usaha pada
umumnya belum bisa menerima keberadaan penyandang tunagrahita
dalam perusahaan mereka karena belum adanya kepercayaan pihak
luar terhadap penyandang tunagrahita dalam bekerja.
Hal ini disebabkan karena kemampuan hasil yang bisa diberikan
penerima manfaat atau penyandang tunagrahita belum dapat memenuhi
standar yang dibutuhkan pasar dan dunia usaha. Sebagian dari
penerima manfaat masih selalu membutuhkan bimbingan dalam proses
dalam mencapai tujuan akhirnya, sehingga sulit bagi mereka untuk
bisa bersaing dalam dunia kerja yang ada di masyarakat.
85
Terlihat bahwa belum maksimalnya peran masyarakat dalam
menerima keberadaan penyandang tunagrahita, sehingga menghambat
keberfungsian sosialnya, perlu adanya penyadaran dan perubahan
perspektif dari masyarakat bahwa penyandang tunagrahita untuk
mendukung segala usaha-usaha yang dilakukan penyandang
tunagrahita dalam melakukan tugasnya.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Dalam Pelaksanaan Rehabilitasi
Sosial
a. Faktor Pendukung
PSBG berada dibawah naungan Kementrian Sosial RI sehingga
memiliki payung hukum dan lembaga cukup besar. Sehingga
memudahkan PSBG untuk melakukan kerjasama dengan instansi
terkait guna membantu proses rehabilitasi sosial. Salah satunya seperti
bekerjasama untuk melakukan bimbingan lanjut sebelum melakukan
terminasi. Penerima manfaat dipindah ke dalam rumah bekerja yang
bekerjasama dengan PSBG utuk memantau kemajuan atau
kemunduran penerima manfaaat selama mendapatkan program
rehabilitasi sosial di PSBG.
Faktor pendukung lainnya program rehabilitasi sosial di PSBG
salah satunya adalah sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai
dan memiliki halaman yang luas, sehingga penerima manfaat dapat
melakukan ekspresi dirinya sesuai minat dan bakat penerima manfaat.
Dengan adanya beberapa alat keterampilan yang ada, sangat
memudahkan proses belajar penerima manfaat guna meningkatkan
86
keberhasilan kerja tunagrahita.
Adanya upaya pegawai untuk meningkatkan keberhasilan
peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita, antara lain: mencari
informasi tentang jenis-jenis pekerjaan, kondisi dan tuntutan pekerjaan
serta latihan kerja, menetapkan pilihan bidang pekerjaan yang sesuai
dengan kemampuan dan minat siswa, memahami persyaratan kerja
tentang jenis pekerjaan yang diminati, dan memantapkan keterampilan
yang sesuai dengan bidang pekerjaan yang dipilihnya.
b. Faktor Penghambat
Temuan penelitian menggambarkan bahwa kurangnya
pemahaman pegawai akan keadaan penerima manfaat sehingga dapat
mempengaruhi keterarahan program yang sesuai dengan kebutuhan
penerima manfaat. Pegawai merumuskan program belum berdasarkan
hasil asesmen, pandangan masyarakat, dan orang tua sehingga program
ini tidak dapat dimanfaatkan tunagrahita untuk menggalang masa
depannya. Temuan ini juga menggambarkan bahwa lemahnya
dukungan sistem dari beberapa sumber kemungkinan disebabkan
pegawai panti dan anggota masyarakat lainnya belum memahami apa
yang dapat dilakukan oleh tunagrahita. Sementara program rehabilitasi
bagi penerima manfaat masih terpaku pada pedoman pelaksanaan
rehabilitasi lembaga yang hanya melakukaan pendekatan kuratif
semata dan bukan mengarah pada pengembangan semua aspek baik ia
sebagai individu maupun sebagai makhluk sosial.
87
Faktor penghambat program rehabilitasi lembaga lainnya
adalah orang tua kilen yang kurang terbuka tentang kondisi kecacatan
klien, karena kondisi keadaan klien yang sebenarnya tidak sesuai
dengan data yang diisikan dalam formulir sehingga rencana intervensi
yang dibuat tidak sesuai dengan kenyataan klien.
Kepercayaan pihak luar (dunia usaha) terhadap klien kurang,
karena keterampilan klien belum memenuhi standart yang dibutuhkan,
sehingga penyaluran hanya terbatas pada pihak keluarga dan hanya
sebagian kecil yang bisa diterima dalam dunia kerja.
88
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian penulis dari hasil observasi, wawancara dan
studi dokumen di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwana, Cibinong-
Bogor dalam menjawab perumusan masalah yang sudah diuraikan pada bab
sebelumnya yaitu bagaimana metode layanan rehabilitasi sosial penyandang
tunagrahita dalam Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-
Bogor, maka dengan menggunakan metode rehabilitasi sosial, dapat terlihat
pencapaian tujuan dari layanan Rehabilitasi Sosial terhadap peningkatan
keberfungsian sosial penyandang tunagrahita di Panti Sosial Bina Grahita
(PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, temuan penelitian
menunjukkan bahwa dalam teori metode rehabilitasi terdapat tiga model
layanan yang tersedia, yaitu metode individu (case work), metode
kelompok (grup work) dan pengorganisasian masyarakat (Community
Development) bagi penyandang tunagrahita. Dalam menentukan metode
perlu adanya layanan rehabilitasi yang komprehensif, direncanakan
secara bersama -sama oleh penerima manfaat dan pelaksana
rehabilitasi, untuk memaksimalkan daya kerja, kemandirian, integrasi,
partisipasi individu -individu penyandang kecacatan di tempat kerja dan
masyarakat sehingga pada akhirnya mereka dapat melaksanakan fungsi
sosialnya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian metode
rehabilitasi sosial yang digunakan di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG)
89
Ciungwanara, menggunakan metode kelompok dengan penilaian pribadi,
yaitu dengan menempatkan penerima manfaat melalui bimbingan
konseling secara pribadi maupun dengan mendapatkan bimbingan di kelas.
2. Peningkatan keberfungsian sosial; Hasil penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan keberfungsian sosial tunagrahita belum mencapai optimal,
Total keberhasilan dari keseluruhan aspek menjadi 63%. Hal ini bisa
dikatakan belum mencapai hasil yang optimal jika belum mencapai total
keseluruhan mencapai 70% baik dilihat dari perilaku kerja maupun
dari hasilnya walaupun penyandang tunagrahita telah mendapatkan
program rehabilitasi sosial dalam waktu yang cukup lama jika
dibandingkan rehabilitasi dalam lembaga lainnya. Penambahan bobot
waktu ini didasarkan pada tujuan peningkatan keberfungsian sosial
tunagrahita. Pencapaian yang belum optimal itu terutama dalam bidang
kemampuan yang membutuhkan pikiran dalam beberapa aspek, seperti:
(2) aspek mental psikologis, meliputi kemampuan intelektual, emosi, dan
kemauan; (2) aspek vokasional, meliputi inisiatif, kreatifitas, kerajinan,
kedisiplinan, keterampilan kehidupan sehari-hari, prestasi kerja,
penyesuaian dalam pekerjaan, tanggung jawab, dan daya penerimaan
instruksi kerja. Kemampuan ini bersifat semi skills, yang kesemuanya itu
seharusnya dapat dilakukan oleh siswa tunagrahita yang telah mengikuti
program rehabilitasi sosial.
B. Saran
Dari hasil penelitian dan informasi yang sudah dapatkan, penelitian ini
hanya terbatas pada pelayanan yang diselenggarakan panti dan keluaran
90
(output) saja, maka penelitian ini perlu ditindak lanjuti dalam mengkaji
hasilnya (outcome dan dampaknya). Ada beberapa cacatan yang menjadikan
dasar penulis memberikan saran atau usulan untuk meningkatkan rehabilitasi
sosial di Panti Sosial Bina Grahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor:
a. Pemerintah sebagai penentu kebijakan utama perlu mengkaji kebijakan
terhadap pemenuhan hak-hak penyandang tunagrahita dan perlu adanya
ajuan untuk pemerintah membuat peraturan tentang penerimaan
rehabilitasi panti sosial yang sesuai dengan Undang-Undang Penyandang
Cacat No.4 Tahun1997.
b. Pihak Panti Sosial dalam proses penerimaan perlu adanya pendekatan pada
sumber penerima manfaat, seperti keluarga atau masyarakat umum untuk
mengidentifikasi lebih jauh alasan keluarga mememasukkan salah satu
anggota keluarga atau saudaranya ke dalam panti. Perlu adanya proses,
kajian metode yang jelas dalam proses kegiatan program Rehabilitasi
Sosial yang dilakukan lembaga.
c. Peran orang tua yang masih mampu untuk mengurusnya alangkah lebih
baiknya bimbingan dilakukan dalam keluarga karena lebih memiliki
kedekatan emosional dan mengetahui permasalahan yang dihadapi klien.
Keberadaan penyandang tunagrahita dalam panti yang seharusnya menjadi
solusi akhir keluarga jika memang benar-benar tidak mampu untuk
memenuhi segala kebutuhan yang harus didapatkan klien.
d. Masyarakat ikut memperhatikan penyandang tunagrahita dan memberikan
dukungan bagi yang telah memperoleh rehabilitasi sosial dengan
memberikan kesempatan yang sama seperti pada masyarakat umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Arikunto, Suharsimi. Evaluasi Program Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara,
2008.
Astuti, Mulia. Penelitian Tentang Rehabilitasi Sosial di PSBG. Jakarta: P3KS
Press 2010.
Bean, Philip. Rehabilitation, dalam Adam Kuper, Jessica Kuper, Ensiklopedia
ilmu-ilmu sosial Ed1 get7, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2000.
Bungin, Burhan. Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi, Kebijakan Publik,
dan Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana, 2007.
Efendi, Mohammad. Pengantar Psikopedagogik Anak Berkelainan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2006.
Maleong, Lexi. J. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
2007.
Nitimiharjo, Caroline. Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan
Sosial Konsepsi dan Strategi. Jakarta: Badan Penelitian dan
pengembangan Departemen Sosial RI, 2004.
Nurdi, Widodo. Evaluasi Pelaksanaan Rehabilitasi Sosial Pada Panti Sosial.
Poerwandari, E.K. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia.
Jakarta: Perfecta, 2005.
Pusat Bahasa. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-3”. (Jakarta: Balai
Pustaka Depdiknas, 2002).
Rukhyat, Adang. Panduan Penelitian Bagi Remaja. Jakarta: Dinas Olahraga dan
Pemuda, 2003.
Soetarso. Standardisasi Perlindungan Sosial dan Aksesibilitas Lanjut Usia.
Bandung; PT Remaja Rosdakarya, 1997.
Wirawan. Evaluasi Teori, Model, Standar, Aplikasi Dan Profesi; Contoh Aplikasi
Evaluasi Program Pengembangan Sumber Daya Manusia, Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat, Mandiri Pedesaan, Kurikulum,
Perpustakaaan dan Buku Teks. Jakarta: Rajawali Press, 2011.
B. Jurnal, Buku Panduan, dan Undang-Undang
B Mujiyadi dan Setyo Sumarno “Kuriusitas terhadap Temanggung: Studi
Pekerjaan Sosial Tentang Tunagrahita Curiosity about Temanggung: A
Study on Mentally Retardation”. Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial
Volume 11, No 2 Juni 2012.
Mulia Astuti “Rehabilitasi Sosial Orang Dengan Kecacatan Di Panti Sosial Bina
Netra „Tumou Tou Tomohon Manado Dan „Tan Miyat‟ Bekasi ”. Jurnal
Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial Volume 18, No 01
April 2013.
Program Perlindungan Sosial PPLS Bappenas 2012.
Undang-undang Republik Indonesia tentang Penyandang Cacat No. 4 Tahun
1997.
Undang-undang No.11 tentang Kesejahteraan Sosial Tahun 2009.
C. Internet
Departemen Kesehatan. Anak dengan tunagrahita perlu pendekatan.
http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/460-anak-
dengan-tunagrahita-perlu-pendekatan-khusus.html. Artikel ini diakses
pada tanggal 23 Januari 2014.
Keputusan Menteri Sosial RI. No.59HUK2003 tentang Organisasi dan Tata kerja
panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor.
Pekerjaan Sosial Dan Paradigma Baru Kemiskinan. Kementrian Sosial. (Diakses
pada tanggal 17 Juni 2014).
Pedoman Wawancara
1. Jumlah informan : 20 orang
2. Status : 10 penerima manfaat, 5 pegawai, 5 warga sekitar
3. Jenis kelamin : 8 laki-laki, 12 perempuan
Meliputi :
1. Kondisi penyelenggaraan, sarana dan prasarana rehabilitasi sosial.
2. Proses rehabilitasi sosial dalam panti.
3. Kondisi anak yang telah menerima pelayanan rehabilitasi di panti.
4. Pola pengasuhan yang diberikan.
5. Keterkaitan Program Rehabilitasi dengan Kondisi Klien di Asrama.
6. Pengetahuan Masyarakat Tentang Penyandang Tunagrahita.
7. Faktor-faktor yang mendukung peningkatan keberhasilan sosial
tunagrahita.
8. Faktor-faktor yang menghambat peningkatan keberhasilan sosial
tunagrahita.
9. Model pelaksanaan program layanan Rehabilitasi Sosial yang efektif dalam
panti.
10. Peningkatan keberfungsian sosial penyandang disabilitas intelektual
tunagrahita.
I
KBMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH qAN ILMU KOMUNIKASIJl. lr. H. Juanda No. 95 Ciputat 15412 IndonesiaWebsite: www.fdkuiniakarta.ac.id
Telepon/Fax : (021 ) 7 432728 / 74703 580E-mail : dakwah(rDl'dk.uinjakarta.ac.id
Nomor :Lamp :Hal :
Un.0 1 /F5/PP .00.9 /2393 120 | 4I ( satu) bundelBimbingan Skripsi
Kepada Yth.Prof. Dr. Syamsir Salam, MSDosen Fakultas Dakwah dan Ilmu KomunikasiUIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta. 26 Maret2}l4
Assalamu' alaikum Wr. Wb.
Bersama ini kami sampaikan outline dan naskah proposal skripsi yang diajukan olehmahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagaiberikut,
NamaNomor PokokJurusanSemesterJudul Skripsi
Tembusan:l. Dekan2. Ketua Jwusan Kesejahteraan Sosial (Kessos)
Andi Majid1110054100027Kesejahteraan Sosial (Kessos)VIII (Delapan)Program Rehabilitasi Sosial bagi Penyandang Tunagrahitadalam Peningkatan Keberfungsian Sosial di Panti Sosial BinaGrahita (PSBG) Ciungwanara, Cibinong-Bogor.
Kami mohon kesediaannya untuk membimbing mahasiswa tersebut dalampenyusunan dan penyelesaian skripsinya selama 6 (enam) bulan dari tanggal 24 Maret s.d.24 September 2014.
Demikian, atas perhatian dan kesediaannya kami sampaikan terima kasih.
ll/as salamu' alaikun Ih. Wb.
an. Dekan,Wakil Dekan Bidang Akademik
' Ph.D o1199803/1 004
,/
NomorLampiranHal
w xaw,wwww
Tembusan
iI KEMENTERIAN AGAMAUNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIi9SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
Jl. Ir. H. JuandaNo. 95 Ciputat 15412 IndonesiaTelepon/Fax : (021) 7 432728 | 7 47 03590
Website: www.fdkuiniakarta.ac.id- E-mail : [email protected]
Un.O I lF5lPP .00.9 I 4265 I 201 4
Izin Penelitian (Skripsi)
Kepada Yth,Kepala Panti Sosial Bina grahita (PSBG)Ciungwanara-Bogordi
Tempat
As s al amu' al aikum Wr. Wb.
Jakarta, 30 April2014
Dekan FakultasJakarta menerangkan
NamaNomor PokokTempat/Tanggal LahirSemesterJurusan/KonsentrasiAlamatTelp.
1. Wakil Dekan Bidang Akademik2. Ka/Sekorodi Keseiahteraan Sosial
Dakwah dan IJmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullahbahwa:
Andi Majid1 I 10054100027Jakarta, 07 Novemb er 1992VIII (Delapan)Kesejahteraan SosialJl. Lapangan Roos II RT 010/05 No. 30081299222971
adalah benar nahasiswa Fakultas Dakwah dan Ihnu Komunikasi UIN SyarifHidayatullah Jakarta yang akan melaksanakan penelitian/mencari data dalam rangkapenulisan skripsi berjudul Program Rehabilitasi Sosial bagi PenyandangTunagrahita dalam Peningkatan Keberfungsian Sosial di Panti Sosial Bins Grahita(PSBG) Ciungwanara - Bogor. Kegiatan penelitian akan dilakukan dari bulan Meisampai dengan Juli 2014.
Sehubungan dengan itu, dimohon kiranya Bapak/Ibu/Sdr. dapatmenerima/mengizinkan mahasiswa kami tersebut dalam pelaksanaan kegiatandimaksud.
Demikian, atas kerjasama dan bantuannya kami rnengucapkan terima kasih.
Wassalamu' alaikum Wr.Wb.
N
thW
KEMENTERIAN SOSIAL RIPANTI SOSIAL BINA GRAHITA CIUNGWANARAJI.SKB No.3 Karadenan Cibinong Bogor. Telp/Fax: (0251) 8652979-8661832
SURAT KETERANGANNomor :77? PSBG-TU/KS.01/1O12014
Yang bertanda tangan di bawah ini,
Nama
NIP
Jabatan
: Dra. TriSukreni, M.Si
: 19620928 198703 20O2
: Kepala PSBG Ciungwanara
Menerangkan dengan sesungguhnya bahwa :
Nama
NIM
UmurMahasiswa
:Andi Maj id
:111005410027
:2?Tahun
: UIN Syarif Hidayatullah Fakultas Dakwah dan llmu Komunikasi
Jurusan Kesejahteraan Sosial
telah melaksanakan penelitian di Panti Sosial Bina Grahita Ciungwanara Bogor dari bulan
Mei s.d Agustus 2014.
Demikian Surat keterangan ini dibuat untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya:
:-*"{
I . E w r ,rif .
falnMoE[l -
4. Alrunar
I D E N T I T A S O R A N G T I J AWALI
l , Narnc
Lahir
j i . Pr..ku'r. jarrr
5,,Tar g ga.l pencJa ti iuiur
6. Tanggal penerirrraan
Berkas Pendaftarur
P E P . S Y A R A T A NP E N D A F T A R A N
Psiko iog
Dokter
r . ( t / K w
I
Permohonan pendaftaran Calorr pMAda/Be lum adals ian Formul i r penr ja f la ranAda/Be lum adals ian Angkqt R iwayat AnakAda/Be lum'adals ian Angket kepr ibad ian AnakAda/Belum adals ian Sura t PernyataanAda Be lum adaDataPengka j ian Keadaan Ke l ta rga dan L ingkunganAda Be lum adaSura t Ke ie rangar . lAda/Be lum ada$urat Keterar. lgar. l, {da/Belum adaSura t KeteranganAda/Be lum ada' t0 , Pas Photo 4x 6 cm se jumla , r 5 lenrbar dengan k l i senyaAda/Be lum adb
1 1 , Pas Photo Berd i r i ukuran poscar se iumlah 1 lembarAcia/Belum adai2. Plroto Copy l(Tp Orang TuaA//al i Caton pM
Ada/Be lurn ada'13, Photo Copy Kar tuKe lua rga (KK)2LembarAda/Be lum ada'14 . Photo Copy At ( teAda/Be lum ada
1 5 H a s i l R o u n t g e nr \da /Be lum ada
1 6 . H a s i l t e s p s i k i a t e rAda/Belum ..rda
Ke lah i ran 2 lenrbar
A S P E R SL e n g k a p
ARA AN PENDAFTARAN
Belum LengkapNomor :
PFFF svr\RrrPE} . ]D \FTA,RAN- Lengrap- Belum lengki rp- f . lomor:
t ,
2lembar
a
" . . I. ' ' t , :
.'.z
l ' t rN
-Persyaratan penOaftaEnTang;ga l :
di lengkapi
=_-_--renyerahan BerkasPendaf tarandiTim Rehab i l i tas iTanggal [ :
I€ '
r - ( i l t t l d l
Lamp i ran
; PermohonanCalon PMCiungwanara
PendaflaranPSBG
Bogor
KepadaYth Kepala Panti SosialBina Gralr i ta CiungwanaraBogor.
ber l<as
Dengan Hormat ,Yang ber tanda tangan d jNama orang tua/waliTempaV tangga l l ah i rPeker jaan
A{amat
bawah in i , saya :
Mengaju l<an Permcrronan pendaf taran ca lon pM ,Jengarr ident i tas :Nanra
TempaVtangga l l ah i rA lamat
Status : Arral< : l (andung/ Angl<aV Tirr / Asui . t / ,Sebaga i bahan per t imbangan, bersama i r . r i kami lampi rkan :
1 Pernrohonan pendaftaran calon pMz. rormul i r pendaftaran3. Riwayat Anak4. Kepr ibadian anak5. Surat pernyataan
9 l (eadaan Keluarga dan !_ingkungan Masyarakat7. Hasi l tes psikoloo8. Hasi t tes psik iate?
?: ! r t " i keterangan berbadan sehat dar i Dol<terru , DUra t Keterangan domis i l RVRw1 1. pas photo axd,.s l ; ;b; ; d; ; ; ; " kt isenya1?. f " r
Photo Bercrn ukuran pos tcard , 1 lembar]9, || 'roio gopy K'l-p orang rrumdii Caton pM 2 Lernbar14. Photo Copy Kartu ketr iarga ( :<f< I 2 Lembar]: lholo_Coby nr,,te Kelahiran 2 lembarro . nas l xountqen17' Riwayat keslhatan (pernah operasi , saki t menahun cJr)18 , Matera i 6OOO, 2 ie rnbar
Demik ian ; ' a tas pe :ha l i an danban tuannya kami ucapkan te r ima kas ih .
PemohonOrang tua/wali
Ir ( | !
J
q, ,,i:;'tt,\ , / f . t ' . ' i t - -
\'ri?-
j ," ] l_lh formulir: Cibarvah init tdak p€rr lu.
A . . " lden t i tas Ca lon pM
] . , N a m a L o n g k a p! , N a . n a p a n g g i l b n3 J e n i s K e l a m i n
- KErvlEN-t-ERtAN SOSTAL RtPANTI SOSIAL BIUN,CH,iHITA CIU NGWANAR,A.J I ,SKB No.3 Karadenan C ib inong Bqg; r , re rp iFax : (0251) 1J652979
I I . FOR,MULIR PENDAFTARAN
sesua i de ngan koadaan ana l< yang sosunggu i rnya dan cororah yang
: fu fo3u. r r tLahi r /unrur: , : y K U b a n g s ao . s t a t u s K e v r a r g c n e g a r a a n. , ( ^? i , " WNt ke t i runan WNA/ A g a m a8 , , , 3 i l a i 1 r a t
V\/NI/ WNh a r a p d i l a m p i r l < a n[urunan sura t kor , l ,a rga r re g a raan)
Desa,/ Kel iKecamaLanKabupa tenp rop ins i
9, Tetepon/Hp10 , Pend id i kan
kode pos )
: Bolum. pern"n'sf i ioi;h:;ps;11 . Pe rnah d iasuh a tau d id id i k
SDI-B/SLB kelas :l (e las
H l den t i t as Orang Tuar , Ayan
a . Nanra
I Tempd t i angga lq pend id i kan -o. poker jaan.e. A lamat
f . No te lepon /Hp
oala m pa nt i Asuhan/penyan tunan
lah i r
a . N a m ab ,
e . A lamat
I!95;*-nn"'Peker jaan
l a h i r
f . No te lepon/Hp
\).:1 " " ̂ iit:l 3
e n a n s s u n giarva b/rva I i: Tempat ranggat lah i r
t ,
: Hub keluardJshtus
d . p e k e r j a a n ' v w e r € r r ' u s :e. Alamat
r . N o t e l e p o n / H p
tJ
t ! l)i
KEMENTERIAN SOSIAL RIPA N rj s?p,.:l*L,ptxA q-nAnITe c I u N GWANARAJl.sKs No,3 Karadenan Crblnone B;s;.'i.jpA; i.;ri; }d##
l r ] l : f ansket di ibavrah in iser ta corot lah yang t ida, (
A. ldor i t iLas Calon pM
i I I , R IWAYAT CALON KLIEN
JJr i ,a. tu ju jur /seuuoi dengen r iv, ,ayat calon pM ycr.rg sesunggulrrryo,
I N a m a L o n g k a p
; ' T j j : " , l l "es i tan : " " " ' . . : , . . . , ,. ] ,
len ig Ko lamin
l ! * : o3 .n { "u - ' ' | , v | | | l J I ; . . . - , , . . . ' . . . : : : : ' : .
1 0 , P e n d i d i k a n . F _ , . i . , . . . : . , .
11, pernah i ia ,^ , . , - . J : ' , '3 ,3" : "an seko ian 'n i< lso rce ias . . . . . . . . . . . . : , . : . . : . . : . .suh atau cjididik oJril'"i""ii xl',]'il;,,penvanrun3n :. .,B . S g v r a k t u D a l a m K a n r { , , A A a _ / ^ - " r - t ' ' s r i s " " " "
1. Umur ,u, " . ,1, f
lgungan ( Pranatal )z, 5"rr,.,..'. ilw'oi'itU
mengandr:nepe rn a h r, #11i:
ng,naPaka fr
3 Sak i t apa : Ya l t i dakU. Be rapa l an ranya .
l . i , ] i l? 'err vv 'YA
' " : ' ' : '1 : . ' l : -o ' ' ] :u ' ,1: . . :nun surat kewarsa'rosaraan)
K e c a m a t a i - - - t - - " 7 ; . . , , .
K a b u p a t e n :
" : , _ y r r i kandungan ke t i ka sa r r t :J ' 1p * :h i ' bupe rnah ja tuh ; ' ; ^ . , ; , : . ] ; ' . , . . , . . . '
4 a '^€aga imono;u t l i i v "u ' : Ya / t idak
t, ;1,11l pernah terg";Jg,Keten t ramun buunnya . \ , ^ / , : r _ ,
., I ^ j??kah .se,babnya- :. yattidak
6. ,Slq,tr: xuil.isaneearaan ; i;.,"i i **7. !3Xi ly" '
kot i runan wNA ha,ap d i rampir l<an tur . r - rnan c, , r . , r ,^ . . ,^ . .
5. Apakah riri, i l" '""toA F!y;r;,r';T!?iif;i[iJ,"- F: :n; :a
tetak auyi J" iu i l , " ' " : terus nrenerus/ l<adang- lcadan; i r ic ta l<
perrah7 ' senang[ah ' lbu dengan : Nornra l / t idak normalo 11?du.ngan torsebuto ' t -e rnahkah tbu , minum obat , p i l
; Ya l t idck
^ p e n B n a n g / o b a
s. apar<"n iB;;|:-Y"nisnya : yal t idal<
I u n", g _ri3"n"J""#,i i. TrT s a I a m iI l e raOaka l i
- " " ' r q :Pe rnah / t i dakpe rnaS
,o l - f l l yebabnya apa ; ,,n l^ , - f loyebabnya apa ; ,l u . ̂ e J a i n a n p a d a
" r J - r l ^ ^ ^ ^ _ , : . . , , , .s a a t m e n g a n d u n g : . , , .
,,J. 1
Sewak tu Anak Lah i r (Na ta l1 . Lah i r d i?, Yang member iKan
Waktu melalr i rkan3. Baga inrana proses
; lRunrah/rumah SakiVRumah bersal in /n a r t n l n n n a ̂y u r r v r v r t \ j c U I
k e l a h i r a n n y aDol<ter/B ida n/D urkun B ayi lTa n per pertolon ; an/.a . M u d a h b . S u k a r c . D e n g a n a l a td . . O O T r a s i e . d e n g a n d i p e i : uI . t -e t1c_ l ranan
Ya/ t idak
Apakah wak tu l ah i r l angsungdapa t menang i sUs ia kandungan saa t me lah i r kan :B e r a t d a n p a n j a n g s a a t l a h i r : . . . . , . .K e t a t n a n s a a t l a h i r
Sete lah Lahi r . ( post l .Jata l )1 , Apakah tbu member i AS I
a . Dar i umur be rapa
b . Sampa i Lnnur be rapac . B i l a t i dak d ibe r i AS I apa sebabnyaApakah i t r u pe rnah sak i t wak tu menvusu ia . Apa sak i tnya
b. Berapa lama saki tnya
c . Wak tu i bu sak i t anak un ru r be rapad , Sewak tu sak i t i bu mas ih menyusu iSewak tu mas ih kec i l apak? l r pgpns6 .uL ' ta , Apa sak i tnya
b . P a d a L J m U f I o r a n o c n t z i { ^ , , ^' s f c r l . / c l ) c l n t U t y i : i
c , Apakah pe rnah menga lami_keku rangan V i tam in /g i z i
d . Apa. l<ah tampak geja la_geja la kemundrr ranse te lah sembuh
.4, Apakal r pernah Step ( ke jang )a . Ka rena aoa
, Berapa ka l i S tepc , Wak tu umur be rapa sa jaUmur be rapa anak dapa t cJuduk
a , Umur be rape ca lon pM d : l pe tb. Umur berapa ealon p( t t dapatc . Umur be rapa ca lon pM dapa t
Baga i mana pe rkembangan b i ca raSejak kapan/umur berapa caton pM
ngomot l ag i
Apakah pernah ja tuh
a . Baga imana ja tu lnnya
b . wak tu j a tuh umur DeraDaPernah ma in -ma in dengan pe rma inanAtau a la t yang te rbua t da r i t imah
lancar /seda ng/kurang lancar
Pernai r / t idak pernah
q .
D.
2 , Ya / t idak
: Pernah/ t idak
: Pernah/ t idak pernan
b e r d i r i
h c r i n l n . r
bicara
t i dak
Pernah / t idak pernah
F J r'p
'fWrAf,##ffi ffififrU msksnsn,lye ceharl_harit r
^ Surdah seimbangi ' t I A - - t ,r r , Apakah calon plvr
. v s , v , r r r v r m e m l l l k i a l e r o i t e r f o n l , I_ _ , * , v , r e _ r ( r i t t [ U : . . ,
, r - :
I ) C A T A T A N :
Bogor,
Yang mengis i angket .
\
,; ;- i{fq
Wt , . ' l
6foo(T
c tB4 l -
Efs'El s
Flsp lEF I E
;z,
(t6oq)6a!
..o.!.
EoGo
&
dl(s(E
&M
FG
+
il
Etgtn
6IEILg.
v,oclsotY6-t
FEET
.YoAs(Dx{tr-v,f,g€
..voo
5(Dx|u
.g
F.ge
c(|tID'ppo oo - E
F.g5sEa
ctua'pP8Eg*. E F.Eco
c(uU'"gso ( !I r :g f
s*5 'Eir
c(!g,'g '9O ( lo - Eg tP. ti; ' t u65.Eo
EE
6E{uPEEE o
c(!
.*6gGg
_iqEa.l
jttr(EA{}fa
avt
-f
vut
|l'CD(lt
G.cooatuCDGl!.6rD
(ott,(uE-c(B
actucttc.ctEm
c(!:o .-€ P.86E * a1f?aBE'C E. o c o.E0a
Fsg
FF€E(!th
S et s q ,SF<gg's.oEifi
c(!
' l -
$ogE(oG"G
Ee
@
ct!'T
H(DY.c(qE
xtF
,!
eo
cIU. I
s|t)Y.F6cttcEF
rtato
([v,
Ia0ct
f;ctEEa
nFg
'&$a;'oI
r0.v
F&
Fe&
a!.9g
EE
A
FI6E{n
{u,g=€ErFIE'Egt
{I(g
.g
cFc ' ( Ex ' 6- o6 cr)E'AEir
'a(t
.Y
FO ( [Y' f r '- c ,1 a ( / )CDc
-tlEifr
g-sE E3 EJ . c too: c g(g artc 0 ( o
s8F6
FRE Ef s
J Aeo: o o( E U 'c D ( E. g E.ct qt
EE
q(E(EcoIDo,:(coE tg
EE
ir
g
l!!Eo.Dattv.c(!ItcEEia
E(EEo.Ac':(CItl(JlE,GIF
a
E(!.E
frC}:(.EfitolE.clEco
efftsE(ott
Fo,f;Efi
!'acE
FE
t<
EEa?EdE( - 1
$B;EEE
eEa?sEgAQESm
Edcna g t
H5AR- = Ht{ tt
ffi
f,ssb " E
$a$€EE00
ESFb^E$"AsrE€iE
E(g
at
Egc(E(')c
tt.gco
E(Epgcfitt't
c(u(t,c
-oC(D
e,o
..Y'=tI6 tY ' 668ct)caEia
'aox5I
6 isv ' 6f ;8ct)c
Eln
EIo,TL
E6
(Uqr
3tE
to
Eo
Itt,o-!t5cog(g(tcbE
6
Eo
$FE.EIIl
{sta.t!g
tl,
CDIEc-
E.4
"$$t rE
€$FS€t
SEH 6
€sF$E$
Fgc L t l
. o -
?ggEE Er isFE
E-tr'F _95e?gq cgEE E
F i 5EE
. J! t . -(tr ct. o 0
EPdE{ e- ( oE 9PE. & E. E c oo
c(t,Eo)o.rE5coc(oD'cEEct
Eqt.Yq,o.!,5ocol',c:E€iE
ct[t=o.EEatotvq([orc
llE
g)
c-glo-E(oltc):<c(Eotc:EEto
sCLEoll)
oYc(!9lc€.Etc
EaEt!d,$
YGTEGt,.c,EIEID
E{!g($Eocl
c(c
.g
.a
.EE
tE
I
'6-to(l.o'€
; ' 6 .
fi,tz '
f iH
frg.F€EEi ad
J - 6 .
frE$s$Emd
cEa
H#E$EScc
cIEtg
.g$to,vcl D rttt I,F . il;ffi
(ETE
E.D
Y- G ,
T L M
f lP- E
ffi
E-go(EE(oPf;t',.E.t:lEi6
E-(ou,(!EocD
gt[ctt
EEco
Eoo-E(Eoc)Yc(Egrg
EE
in
coE-e(E[)c)xE(Eg:l.Eco
GoEEga{}XE(Ecn
Ea
E(uEE6sxE€E
fi.E@
E(t6
gt!E{FEEec
J-{t=
Iditrr
I
G-Grt
b
oa.{6cl
I
t3qE
ct6diE
I
otn
d
6cqoiG
I
ota
a
*d
I
q4'ta
o6.to
I
qttel
(to;
I
ococ|
rD
oc?
rt).q
I
tr7r
rt
(\l
I
rf'!f
oof''
I
!.}
c\t
o(rtto
I
(tq(q
eltr
I
6rr?(ri
or.lf
I
rrf
o(:tf,
I
qary+
firrt
I
r=qr*?
tlnlldt
@a.6
az, Fir (a rtf r*? (l' ql o) a , N aa t rl! IB li*
,J
a4J-&.-ufl8HEg<
E'HaH#s-E
3g#Hgdft (/I
fis#ne?
ols?l -KIeEl -
#1fisle
*tF$s
sc
Ie3
(J(5'
EL{[g'{,g
I
ft€I(IPTTUIASI INDItfiTO* IGSERHASII.AN PEI\TI RTMA MAHFAATI
PADA PSEG CIUHGWAITIARA BOGOR
NAMA PTilIRIMA MANFA,AT
Mengetahui IKepata Panti
TRIWULAN; TH.. , . . . . . . . . .
Bogor,PekerJa Sosial
Aspek PslkologiA. Kcmam uen IntefisktualB. Erno$iC. l(ernauan
A*pak SosfalA. Pengaturan BahasaB. Kontak dengan orang lainC. Mengarti ltak Milik
AspekVokasiormtA- lnisiatif KerjaS. KreatMtasC. KeraiinanD. KedisiplinanE. Retrarnpilan Kehidupan sehari-
hariF. frestasi Kerja
l.Kualltatlf2. Kuantitatif
G, Penyusuaian dalam pekerjaanH. TanggungJawabl. Daya Penerimaan Instruksi Kerja
/ \a r
INDIKATOR KEBERHASILAN PENERIMA MANFAAT
NO.I
I T E M NIIAI
I Aspek . tstK
1. Apabila marnpu memelihara kesehatan diri atas inisiatif sendiri,denganhasi lbaik
5
2. Apabila rnarnpu memelihara kesehatan diri sendiri, dengan hasil cukup 4a. Apabila rnampu memelihara kesehatan diri dengan hasil kurang 34. Apablla mampu memellhara kesehatan dirisendlrl, dengan batuan orang
fain masih kurans2
5. Apabi la sama sekal i t idak bisa mensurus dir i sendir i 1
tf Aspek Mental Psikologis
A Kemampuan lntelektual1 . Apabila mampu dan dapat membaca, menulis,berhitung dengan lancar
serta memiliki pengetahuan urnum secara praktis fungslonaldan dapatmenerapkan dalam kebutuhan sehari-hari
5
2. Apabifa dapat mernbaca, menulis, berhitung dengan lancar serta mernilikipengetahuan umum secara praktis fungsional dengan sedikit memerlukanbantuan orans lain,
4
3. Apabita dapat membaca, menulis, berhltung dengan lancar serta memiliklpengetahuan umum secara praktis fungsional secara sederhana dan masihbanyak memerlukan bantuan orans lain
3
4. Apabila dapat membaca, menulis, berhitung dengan lancar serta memilikipengetahuan umum secara praktis fungsional sederhana sekali terbatashanya bisa baca tulis nama sendiri
2
5, Apabila tidak memiliki kemampuan membaca,rnenulis, berhitung denganlancar serta memillkl penBertahuan umum secara praktls fungsional
1
B Emosi1". Apabila mempunyai kestabilan emosional, da pat mengendal i kan emoslnya
terhadao ranssansan-ranssansan dari luar secara lavak5
2. Dengan bantuan rninimat , dapat mengendalikan emosi terhadapranfiSanflan -rangsangan emosi dari luar
4
3. Dengan bantuan maksimal , dapat mengendalaikan ernosl terhadaprangsanf, an-rangsanRan dari lua r
3
4. Derrgan bantuan maksimal , masih kurang dapat mengendalikan emositerhadao ranssansan-rangsangan dari luar
2
5. Apabila sama sekali tidak dapat mengendalikan emositerhadaprangsangan-rangsangan dari luar
I
c Kernauan1. Tanpa inisiatif orang lain bisa mengekspresikan suatu kehendak positif
vane kreatif5
2. Apabila atas pengalarnan filasa lampau mempunyal kemampuan dapatmengekspreslkan suatu kehendak yang posltif walaupun dengan Inislatifvans minim
4
3. Apabila mampu rnengekspresikan suatu kehendak yang positif dengancukup baik, tetapi dengan bantuan inisiatif orang lain
3
4. Apabila dalam rnengekspresikan kehendaknya masih memertukan bantuanorans lain
2
5. Apabila sama sekali tidak mempunyai kehendak I
4/
ill Aspek Sosial
A Pengaturan BahasaL, Apabila rlapat menyampaikan kehendaknya kepada orang lain dengan
ucapanartikulasl atau simbol-simbol bahasa vanc baik,betul dan lance 52. Apabila dapat menyampaikan kehendaknya kepada orang lain dengan
ucapan ,betul walaupun kurang lancer 4
3. Apabila maslh sukar atau tidak mampu m€yarnpaikan kehendaknya kepadaorang lain dengan ucapan , artikulasi atau dalam menggunakan simbol-stmbol
3
4, Apabila sukar dan tidak lengkap dalam meyampaikan kehendaknya kepadaorang lain dengan ucapan ,artikulasi dalam menggunakan sirnbol-simbol
2
5 , Apabi la sama sekal i t idak dapat menyampaikan kehendaknya denganbahasa
7
B Kontak dengan orang lain
t . Apabi la dapat menjal in hubungan dengan orang lain, dengan penuhrlengertian , kehangatan , dan konstruktif
5
2. Apabita dapat menjalin hubungan dengan orang lain , dengan cukuppengertlan, kehansatan, dan konstruktif
4
3, Apablfa kurang dapat menjalin hubungan dengan orang lain denganpengertlan,dan relative konstruktif
3
4. Tldak dapat berhubungan dengan orang lain dengan pengerttan dankonstruktlf , serta tidak dapat merasakan kehangatan (kaku, dingln ) sepertfada tirai pemisah .
7
5" Apabila sama sekalitidak dapat berhubunean densan oranc lain L
c Mengerti Hak Milik
t . Apablla rnengerti hak mif ik secara fungsional baik dirinya maupun oranglain
5
z, Apabila rneneerti hak milik secara funssional 43. Apabila ada kemampuan mengerti hak milik dengan sedikit pengertian
fungsional3
4. Apabila dengan bantuan orang lain , baru mengerti hak milik sedikitfungsional
2
5. Apabila sama sekali tidak men*erti hak miliknya L
D KerJa Sama
L. Apabila ada kemampuan berkomunikasi social secara baik dan dapatberpartislpasi secara konstruktif dalam linckunsannva
5
z. Apabila memiliki kemampuan berkomunikasi social dan mampuberoartisipasi secara konstruktif dalam linskunsannva
4
3, Apabila dengan bimbingan orang lain mampu berkomunikasi socialdanmampu berpartisipasi secara konstruktif dalam lingkungannya
3
4, Apabila dengan bimbingan orang lain masih sulit berkomunikasi social dankurang rnampu berpartlsipasi secara konstruktif dalam lingkungannya
2
5. Apabila sama sekalt tidak memiliki kemampuan berkomunikasi sosia !
#
IV Aspek Vokaslonal
A lnlsiatif KerJaL, Apabila mampu tanpa bimbingan dan bekerja sendiri sesuai dengan
pekeriaan yans di tusaskan5
2. Apabila dapat bekeria sendiri dengan bimbinsan vans ringan 43. Apabila dapat bekerja sendlri tetapi perfu pengawasan dan bfmbingan
secara bsrkefanjutan3
4, Apabila dengan bimbingan yang ketat baru dapat bekeria 25. DenEan bimbinean vanE ketat rnasih belum mau bekeria 1
I Kreativitast . Apabila rn€mpunyai daya cipta dan variasi vans benvak 52. Apabila mempunvai daya cipta dan variasi vans cukuo 43. Apablla mernpunyaldaya cipta tetapl varlasinya belum menarlk 34. Mempunyai daya cipta kalau dirangsang dan dibimbing tetapr: variasinya
tidak menarikz
5 . Apabita tldak/ belum mempunvai daya cipta dan variasi 1
c Keraiinan3., Apabila rajin datang ke tempat kerja dan mau bekerja dengan penuh
perhatian5
2. Apabila railn datang ke tempat keria dan mau bekeria 43. Apabila rnau datang ke tempat kerja tetapi kadang-kadang tidak mau
bekerja atau kadang-kadane tidak mau datane ke tempat keria3
4. Sering tldak datang ketempat kerja dan sering tidak mau bekerja 25. Serlng sekali melalaikan tusas dan tidak meneoati waktu dan tata tertlb I t
D KedisiolinanL, Apabila tahu tugas-tugasnya yang diberikan dan mengerjakan dengan
pengertian serta mematuhi tata tertib keria5
2. Apablla mau menserkakan tusas-tupas vans diberikan 43. Apabila mau mengerjakan tetapi dengan sulit, kadang-kadang melalaikan
tugas-tugasnya3
4. Apabila sering melalaikan tugasnya 25. Sering sekali melalalkan tugas dan tidak menepati waktu dan tata tertib 1
E Ketrampilan kehiduoan sehari-harit. Apabila dapat melakukan perawatan diri tanpa bantuan orang lain 52. Apabila dapat melakukan perawatan diri dengan sedikit bantuan orang lain 43 . Apabila dapat rnelakukan perawatan diri denqan bantuan orane lain 34, Melakukan perawatan diri apabila dibantu orang lain 25. Tidak dapat metakukan p€rawatan terhadap diri sendiri dengan atau tanpa
banttran orans lain1
F Prestasi Kerjat Kualitatif
n, Apabita mutu pekerjaannya baik sekafi (melebihitemannya) 5b. Apabila mutu pekeriaannva baik 4c. Apabila mutu pekerjaannya cukup baik 3d, Apabifa mutu pekeriaannva kurang baik 2
2.e. Apbila mutu pekerjaannya kurang sekaliKuantltatlf
1
a. Apabifa hasil pekerjaannva banyak sekali (melebihi ternannyal 5b. Apabila hasil pekerjaannya banyak 4c. Apabila hasil pekeriaanrrya cukup banvak 3d. Apabila hasil pekerlaannva kurans banvak 2e. Apabila hasil pekerjaannya kurang sekali L
a/
G PenyuEualan dalalr pekerJaan1 . Apqlita dapat mengikutltata kerja dengan penuh perhatian 52- ipablla dapat mengikuti tata kerja dengan cukup batk 43. Apabila agak sukar mensikuti tata keria 34. Apablfa kurang mengikuti tata keria 25 Sulit mengikuti tata kerja dan tidak ada perhatian L
H Tanggung Jawabx, Apabila mentaatiperaturan dan perintah dengan menjalankan tugasnya
dengan sebaik-baiknva5
z. Apabita mentaati peraturan dan perintah serta menialankan tugasnva 43. Apabila mentaati peraturan dan perintah 34, Apabila kadang-kadang melanggar peraturan dan larangan 25. Apabila tidak mengikuti peraturan dan perintah (menolak ) 1Daya Penerimaan lnstruksi KeriaL, Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan petunjuk kerja dengan
penuh perhatian5
2. Apabila dapat mengikuti tata tertib lingkungan dan petunjuk kerja dengancukup baik
4
3. Apabila sukar mensikuti tata tertib l inekunsannva 34, Apabila dapat mensikuti tata tertib linskuneannva dan Detuniuk keria 25. Sukar sekali mengukuti tata tertib dan menolak petunjuk I
V Aspek Religi
5t , Penerima manfaat rnarnpu menjalankan ibadah sesuaidengan agarna dankepercayannva atas inisiatif sendiri dengan benar
2, Mempunyai inisiatif dalam beribadah tetapi belum maksimal 43. Menjalankan ibadah atas bimbingan orang lain 34. Menjalankan ibadah masih sulit walaupun atas bimbingan orang lain 25. 1Tidak mampu menjalankan ibadah 1
Tot Nilai 100KE'TERANGAN TENTANG GRAFIK PENTLAIAN
1, Jenis / itern penifeian2. Eesartlya {angka )
Nifai (1)jumlah item kurang sekaliNitai {2 } jumlah item kurang
' Nilai {3 } jumlah item cukupNilai (4) jumalah item baikNitai (5 ) jumtah item baik sekali
3. Kplom angka romawi (l s/d f f ) = jumlah angka selama 1 (satu ) bulan dari 19 item4. Jumlah angka penllafan (score) = Jumlah angka yang dlcapal dalam 1 (satu ) bulan darl 19 lt6m
Antara O- 19 = kurang sekaliAntara 2$38 = kurangAntera 39 - 57 : cukupAntara 58 -75 = baikAntara 77 -95 = baik sekali
' 'Bogor,
Mengetahui:
Kepala Panti, Pekerja Sosial,
Nip. Nip.
Identitas Informan
A. Pegawai Lembaga
Nama : Dra. Adiningsih
Status : Kepala Seksi Rehabilitasi Sosial
NIP : 19660430 199102 2 003
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pendidikan : PLS, STKS D-IV
Pangkat / golongan : III.a
Nama : Burhanudin, SST,MPS.Sp
Status : Pekerja sosial
NIP : 19780210 200604 1 012
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Pendidikan : Pekerja Sosial Klinis, STKS-S2
Pangkat / golongan : III.c
Nama : Agustin Indriyani
Status : Pekerja Sosial
NIP : 19650802 198803 2 002
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pendidikan : PLB, SGPLB-DII
Pangkat / golongan : II.b
Nama : Dra.Wiwik Kusdiyanti
Status : Seksi Program Dan Advokasi Sosial
NIP : 19640322 199102 2 001
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pendidikan : Kesejahteraan Sosial, STKS-S1
Pangkat / golongan : III.a
Nama : Azmi Rahmi Deni Aziz, SST
Status : Pekerja sosial
NIP : 19770824 200502 2 002
Jenis Kelamin : Perempuan
Status Pendidikan : Pekerjaan Sosial, STKS D-IV
Pangkat / golongan : III.a
B. Pembina Asrama dan Masyarakat
Nama Pegawai : Ibu Wiwin
Jabatan : Pembina Asrama
Nama Pegawai : Ibu Een
Jabatan : Pembina Asrama
Nama Pegawai : Ibu Lena
Jabatan : Pembina Asrama
Nama Pegawai : Pak Ade
Jabatan : Pembina Asrama
Nama Pegawai : Pak Udin
Jabatan : Pembina Asrama
Nama Warga : Ibu Dedah
Profesi : Penjual warung sembako disekitar lembaga
Nama Warga : Pak Farhan
Profesi : Penjual warung soto mie disekitar lembaga
Nama Warga : Pak Jarwo
Profesi : Penjual buah disekitar lembaga
C. Penerima Manfaat
Nama : RY
Daerah Asal (Usia) : Padang (18th)
Nama : KR
Daerah Asal (Usia) : Cilacap (19th)
Nama : AN
Daerah Asal (Usia) : Tanggerang, Banten (18th)
Nama : II
Daerah Asal (Usia) : Cilegon, Banten (18th)
Nama : NN
Daerah Asal (Usia) : Tasik, Jawa Barat (37th)
Nama : KS
Daerah Asal (Usia) : Serang, Banten (15th)
Nama : EN
Daerah Asal (Usia) : Subang, Jawa Barat (28th)
Nama : RG
Daerah Asal (Usia) : Bekasi (25th)
Nama : LL
Daerah Asal (Usia) : Karawang, Jawa Barat (23th)
Nama : RZ
Daerah Asal (Usia) : Tanggerang, Banten (23th)
Tabel Observasi Penelitian Skripsi PSBG Ciungwanara
No Hari/Tanggal Kegiatan Observasi Harian
1 Rabu, 21 Mei 2014 a. Mengamati keadaan lembaga PSBG Ciungwanara
Penulis mengamati setiap lokasi dan isi ruangan terdiri
dari 19 ruangan dan 8 diantaranya ruang asrama.
Kemudian penulis juga melihat struktur pegawai
PSBG dan membuat denah peta lokasi di dalam PSBG
b. Mengamati kegiatan pegawai PSBG
Penulis berkenalan dengan pegawai yang bertemu hari
ini di kantor salah satunya kepada bapak Jarmadi
dengan memberitahukan tujuan penulis untuk
melakukan kegiatan penelitian skripsi di lembaga.
Penulis juga mengamati keberedaan pegawai dan
jumlah fasilitas yang tersedia di lembaga, banyak
fasilitas yang tidak digunakan karena kurangnya
pegawai yang tersedia di lembaga.
c. Mengamati Kegiatan Rehabilitasi Sosial
Setelah berkenalan dengan pegawai, penulis mengikuti
Bimbingan Agama Islam yang diajarkan oleh bapak
Burhanuddin yang sedang belajar menghafal doa-doa
harian. Kemudian setelah itu penulis mengikuti
Bimbingan Komunikasi yang sedang diisi oleh siswa
praktikum dengan mengajak bercakap dan
berkomunikasi para penerima manfaat. Pada kegiatan
terakhir penulis mengisi Program Bimbingan Budi
Pekerti yang diisi oleh penulis sendiri, penulis
mengajarkan tentang sopan santun dan tata krama.
2 Senin, 26 Mei 2014 a. Pengamatan Perilaku Penerima Manfaat
Mengikuti kegiatan pribadi penerima manfaat: sholat
Dzuhur dan piket, penulis mengetahui kemampuan
bekerja dan aspek religius penerima manfaat hari itu.
Penerima manfaat yang masih dalam kategori debil
(ringan) mampu mengerjakan tugas piket dan
mengerjakan sholat, sedangkan untuk yang embisil
(sedang) hanya mampu mengerjakan sekedarnya saja.
b. Pengamatan Kegiatan Rehabilitasi Sosial
Hari ini penulis mengamati metode rehabilitasi panti
dengan mengikuti Bimbingan Kesehatan, disitu PM
diajarkan untuk menjaga pola hidup sehat dan bersih
seperti mengenal makanan 4 sehat 5 sempurna, serta
mencuci tangan sebelum dan sesudah makan. Kegiatan
ini harus rutin dilakukan agar PM terbiasa dengan pola
hidup yang sudah diajarkan dalam panti ketika mereka
sudah berada di luar panti.
Kemudian penulis juga mengikuti Bimbingan
Keterampilan pada hari itu dengan mengamati setiap
kegiatan keterampilan yang diberikan petugas seperti
keterampilan, olah pangan, menjahit, menyulam,
membuat keset, handicraft, dan bercocok tanam. Sore
harinya penulis mengikuti kegiatan Olah raga yang
hanya diikuti oleh anak lelaki, karena memang sedang
melakukan olahraga futsal dan bulutangkis. Terlihat
anak-anak bisa mengekspresikan hobi dan
kemampuannya dari olahraga yang mereka ikuti.
Terlihat dengan menggunakan metode rehabilitasi
pribadi dan kelompok penerima manfaat melalui
sektor kemampuan latih dan kemampuan didik para
tunagrahita bisa meningkatkan kebutuhan mereka baik
itu secara pribadi maupun secara kehidupan sosial
penyandang tunagrahita.
3 Senin, 2 Juni 2014 a. Mengamati Kegiatan Rehabilitasi Sosial
Penulis mengikuti Mengikuti Bimbingan Kecerdasan
yang diadakan panti pada pagi hari sekitar jam 7
sampai jam 9. Pada kesempatan kali ini penulis
mengamati cara penerima manfaat menerima
bimbingan kecerdasan melalui pendidikan di dalam
kelas seperti murid pada umumnya, kemampuan
penerima manfaat bermacam-macam dan tingkatannya
disesuikan berdasarkan kemampuan IQ bukan dari
umurnya. Bimbingan kecerdasan ini memiliki fungsi
untuk melatih daya pikir penerima manfaat.
Pada pukul 10 pagi, penulis kemudian Mengikuti
Bimbingan Kesehatan. Dari hasil pengamatan penulis
penerima manfaat diajarkan untuk menjaga kesehatan
diri seperti menggunting kuku dan mencukur rambut
oleh pegawai.
Kemudian pada siang harinya penulis Mengikuti
Bimbingan Agama Islam yaitu pegawai yang
kebetulan sedang diisi oleh bapak Burhan kembali
mengajarkan penerima manfaat untuk belajar sholat
bagi yang beragama Islam.
Kemudian penulis juga mengamati Kegiatan Makan
Siang Penerima Manfaat, mulai dari cara makan
mereka yang mampu menggunakan sendok sampai
yang langsung menggunakan tangan mereka sendiri
untuk makan, pola makan mereka berbeda pada
masyarakat pada umumnya, mereka tidak mengenal
istilah jijik dan aneh terhadap makanan sisa temannya,
jika tidak cepat dibereskan oleh pegawai, maka
makanan sisa temannya bisa di makan sampai tak
tersisa.
4 Selasa, 10 Juni 2014 a. Mengamati biodata masing-masing penerima
manfaat
Pada hari ini penulis mengamati hasil case conference
guna mengetahui biodata penerima manfaat yang
sudah masuk dalam data panti, berbagai latar belakang
penulis temui, mulai dari anak yang kurang mampu
sampai anak yang mampu, namun sayangnya ada
keengganan orang tua untuk merawat anaknya dalam
lingkungan keluarga, karena menganggap bahwa anak
mereka memiliki kekurangan.
b. Mengamati kegiatan keterampilan penerima
manfaat
Kemudian penulis juga mengamati hasil pembagian
kemampuan dasar keterampilan penerima manfaat,
disini penulis bisa mengetahui kemampuan pola pikir
dari masing-masing penerima manfaat.
5 Rabu, 11 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan ADL penerima manfaat di
pagi hari
Penulis mengamati pelatihan ADL oleh pembina dari
mulai bangun tidur sampai penerima manfaat mandi
piket dan membersihkan lingkungan di pagi hari, ada
penerima manfaat yang mampu bergereak tanpa harus
diinstruksikan namun ada juga dari mereka yang perlu
bimbingan dan instruksi khusus dari pembina asrama.
Penulis juga mengamati kegiatan apel pegawai dan
penerima manfaat yang bertujuan untuk menjadikan
penerima manfaat menjadi pemimpin kelak, disana
pegawai menjadikan penerima manfaat sebagai
pemimpin upacara.
b. Mengamati kegiatan bimbingan agama
Penulis juga mengetahui cara belajar sholat penerima
manfaat dan mengetahui cara bersuci penerima
manfaat (wudhu) pada hari itu.
6 Kamis, 12 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan persami PSBG
Pada hari ini penulis Mengikuti kegiatan persami yang
berlangsung selama dua hari (bermalam di lembaga),
penulis mengamati bagaimana pembekalan jiwa
mandiri yang bisa diterapkan dalam ilmu pramuka
kepada para penerima manfaat yang mampu
mengikuti, karena tidak semua dari penerima manfaat
yang mampu mengikuti kegiatan yang diadakan oleh
panti.
7 Selasa, 17 Juni 2014 a. Mengamati proses kerja pegawai rehsos
Penulis hari ini mengamati pembuatan laporan
pertanggung jawaban dinas oleh pegawai, dimana
setiap pegawai diwajibkan untuk melaporkan hasil
kegiatan mereka selama beberapa bulan kepada
pembuat kebijakan.
b. Mengamati kegiatan penerima manfaat
Penulis Mengikuti kegiatan olah vokal (karokean),
disini penulis mengamati bahwa penerima manfaat
sangat cepat dan mudah untuk menghafal lagu-lagu
yang mereka suka, seharusnya ini bisa dijadikan bahan
referensi untuk dijadikan metode dalam pengajaran
oleh pegawai kepada penerima manfaat.
8 Rabu, 25 Juni 2014 a. Mengamati lingkungan asrama penerima manfaat
Penulis Mengamati kegiatan penerima manfaat di
asrama, pada hari ini terlihat sedang tidak ada kegiatan
yang dilaksanakan oleh pegawai. Oleh sebab itu,
penulis manfaatkan untuk mengetahui kegiatan yang
dilakukan oleh penerima manfaat jika mereka sedang
tidak mengikuti kegiatan. Kebanyakan dari mereka
bercanda dengan teman-temannya layaknya anak kecil
yang bermain dengan teman sebayanya sambil berlari
dan mengejar satu sama lain. Bagi penerima manfaat
yang kurang aktif dalam bersosialisasi biasanya
mereka berdiam diri atau akan mencari sesuatu untuk
mereka bisa mainkan sendiri.
Pada hari ini, penulis juga mengamati kerja pramu saji
yang berada ditengah asrama penerima manfaat.
Penulis menanyakan perihal makanan dan asupan gizi
yang diberkan untuk penerima manfaat guna
meningkatkan kemampuan berfikir penerima manfaat.
b. Mengamati lingkungan sekitar lembaga
Penulis juga mengamati kegiatan para petugas
keamanan dan lingkungan di daerah sekitar lembaga,
tidak ada kegiatan yang mereka lakukan selain
menunggu kedatangan tamu dan menemani penerima
manfaat jika ingin pergi ke warung untuk membeli
sesuuatu yang mereka butuhkan.
9 Jum’at, 27 Juni 2014 a. Mengamati kegiatan lembaga
Penulis hari ini Mengikuti kegiatan munggahan
(sedang berlangsung) karena untuk menyambut
datangnya bulan ramadhan, pegawai dan penerima
manfaat duduk bersama dalam aula untuk
mendengarkan tausiyah yang diisi oleh ustad yang
diundang oleh pihak panti untuk mengisi acara.
Kemampuan para penerima manfaat untuk
mendengarkan terlihat sulit karena keterbatasan
mereka dalam menangkap tujuan dalam bicara dalam
proses seperti ini, cara yang efektif sepertinya
pengajak mereka untuk ikut berkomunikatif.
b. Mengamati kerja pegawai lembaga
Kemudian setelahnya penulis mengamati laporan
susunan pegawai panti, mulai dari struktur, latar
belakang, sampai posisi dari masing-masing pegawai.
Penulis juga mengamati proses pendanaan lembaga,
namun tidak bisa secara rinci karena memang ada
kewenangan khusus yang diberlakukan jika ingin
mengetahui lebih detail.
10 Selasa, 8 Juli 2014 a. Mengamati kegiatan pegawai Program dan
Advokasi Sosial (PAS)
Pada hari ini penulis mengamati proses kerja pegawai
program dan advokasi sosial, dimana biasanya mereka
yang menerima penerima manfaat di awal proses
penerimaan untuk dilakukan tahapan asessmen dan
menjangkau kondisi lingkungan keluarga penerima
manfaat. Penulis mengamati laporan hasil kerja
pegawai advokasi melalui program layanan jarak jauh
yang melakukan kadernisasi kepada warga sekitar
untuk dijadikan pekerja sosial kecamatan guna
pendampingi penyandang tunagrahita yang ada di
lingkungan mereka, salah satunya di Indramayu.
b. Mengamati Kegiatan Penerima Manfaat
Penulis juga kembali mengikuti kegiatan penerima
manfaat yang sedang mendapatkan bimbingan
keterampilan, masing-masing penerima manfaat
mengikuti kegiatan bimbingan keterampilan sesuai
dengan bakat dan minat yang sudah ditentukan pada
tahapan asessmen.
11 Jum’at, 11 Juli 2014 a. Mengamati kegiatan pegawai Rehabilitasi Sosial
(Rehsos)
Pada hari ini penulis mengamati proses kerja pegawai
rehabilitasi sosial, di dalam ruangan kebanyakan para
pegawai membuat data sesuai dengan tanggung jawab
mereka masing-masing, pegawai rehabilitasi sosial
terdiri dari beberapa disiplin ilmu diantaranya pekerja
sosial, psikologi, perawat sosial dan pengembangan
masyarakat.