Transcript
  • Evaluasi Desain Meja dan Kursi Yang Terdapat di Ruang Baca

    Lantai 2 Perpustakaan Pusat Universitas Sebelas Maret

    (Berkaitan Dengan Pencahayaan)

    (Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Ergonomi III)

    Dosen Pengampu:

    Tarwaka, PGDip.Sc.,M.Erg

    Oleh:

    Ira Pracinasari R0012048

    Kelas B

    PROGRAM DIPLOMA 3 HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA

    FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2014

  • 2

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

    DAFTAR ISI .............................................................................................................. ii

    BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... 1

    A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

    B. Tujuan ............................................................................................................ 2

    C. Manfaat .......................................................................................................... 3

    BAB II. LANDASAN TEORI ................................................................................... 6

    A. Tinjauan Pustaka ........................................................................................... 6

    B. Perundang-undangan ..................................................................................... 22

    BAB III. HASIL ......................................................................................................... 23

    BAB IV. PEMBAHASAN ........................................................................................ 32

    BAB IV SIMPULAN DAN SARAN ......................................................................... 39

    A. Kesimpulan ..................................................................................................... 39

    B. Saran ............................................................................................................... 40

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

  • 3

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Konsep perkembangan informasi serta teknologi pendidikan menekankan

    kepada individu yang belajar melalui pemanfaatan dan penggunaan berbagai jenis

    sumber belajar terutama sarana perpustakaan umum. Dalam perjalanan

    perkembangannya layanan perpustakaan dan aspek pemanfaatannya oleh

    mahaiswa, nampak bahwa fasilitas-fasilitas yang terdapat di perpustakaan perlu

    adanya perbaikan untuk menunjang kelancaran proses pencarian informasi. Hal

    ini tercermin dari sarana perpustakaan yang bertindak sebagai wadah pelayanan

    ilmu dan sumber informasi yang di peruntukan bagi semua kalangan mahasiswa

    ternyata kurang di perhatikan baik dari segi funsi maupun kenyamanan pengguna

    dan pengelola perpustakaan.

    Perpustakaan pusat UNS adalah salah satu tempat yang memberikan

    pelayanan ilmu dan sumber informasi bagi semua kalangan mahasiswa yang

    berada di Universitas Sebelas Maret. Fasilitas-fasilitas pendukung yang ada di

    perpustakaan ini antara lain meja dan kursi, rak buku, dan internet. Meja kursi

    baca merupakan salah satu fasilitas pokok yang harus dipertimbangkan dalam

    pelayanan pengguna perpustakaan pusat UNS. Dampak dari ketidakserasian

    antara meja kursi baca yang ada di perpustakaan dengan kebutuhan penggunanya

    merupakan salah satu kendala dalam upaya meningkatkan mutu pelayannan yang

    ada di perpustakaan tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan pengukuran

    antropometri pada pengguna perpustakaan.

    Dalam melakukan pengukuran antropometri, maka pengetahuan tentang

    antropometri dijelaskan dengan menggunakan istilah dari berbagai tubuh atau

    pada lokasi bagian tubuh manusia. Subjek yang diukur diarahkan untuk

    mengansumsi posisi tertentu yang telah didefinisikan sebelumnya dengan

    menggunakan standar posisi secara anatomi, dimana orang yang diukur berdiri

  • 4

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    dengan kedua tangan disamping badan dan telapak tangan menghadap ke depan.

    Dari postur tubuh seperti tersebut, maka anatomi manusia dapat didefinisikan

    dengan istilah axis dan plane (belahan tubuh)

    Manusia selalu dijadikan objek dalam mengembangkan setiap produk yang

    dihasilkan. Produk-produk tersebut diharapkan dapat memuaskan dan memenuhi

    kebutuhan manusia. Tetapi banyak produk yang digunakan manusia dinilai tidak

    ergonomis, dan manusia juga tidak menyadari hal tersebut. Hal ini menimbulkan

    pernyataan bahwa produk yang digunakan hanya dapat memberikan sedikit

    manfaat dan akan membuat manusia sebagai pengguna produk merasa tidak

    nyaman karena produk yang selama ini dirancang tidak menggunakan konsep

    ergonomi, dan tidak dapat memberikan manfaat yang besar bagi penggunanya.

    Penerapan ergonomi dalam hal ini merupakan suatu aktivitas perancangan dalam

    membuat fasilitas atau produk yang lebih nyaman untuk digunakan

    Berdasarkan hasil wawancara kepada para pengguna perpustakaan, kursi

    baca yang digunakan oleh para pengguna perpustakaan sebenarnya sudah cukup

    nyaman di pakai karena material pelapis kursi maupun sandaran kursinya sudah

    dilapisi dengan busa sehingga pengguna nyaman saat duduk bersandar. Akan

    tetapi hanya dengan tinggi 32 cm dan lebar sandaran kursi berukuran 39 cm

    tersebut tidak dapat menyangga daan mengakomodasi bagian punggung

    seluruhnya sehingga menyebabkan posisi kurang nyaman.

    Berdasarkan latar belakang di atas penulis akan melakukan evaluasi kursi

    dan meja yang berada di Perpustakaan Pusat UNS yang tepatnya ruang baca yang

    berada di lantai 2.

    B. Tujuan

    1. Mengevaluasi desain kerja yang sudah ada dengan membandingkannya

    dengan antropometri pengguna

    2. Menganalisa data dari pengukuran antropometri mahasiswa dan ukuran

    sarana kerja (meja dan kursi)

  • 5

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    3. Menganalisa pengukuran alat kerja (meja dan kursi)

    4. Menganalisa kesesuaian anthropometri tenaga kerja dengan ukuran sarana

    kerja

    5. Membandingkan antara data hasil praktikum dengan standar kriteria yang

    sudah ditetapkan.

    6. Mengetahui penyakit atau efek apa saja yang ditimbulkan dari kesalahan

    metode antopometri.

    7. Mengurangi penyakit akibat kerja karena metode antopometri yang salah.

    8. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dimensi tubuh manusia.

    9. Mendapatkan data dari pengukuran anthropometri mahasiswa.

    10. Mengetahui kesesuaian anthropometri tenaga kerja dengan ukuran sarana

    kerja.

    11. Menggunakan metode pengolahan data antropometri untuk mendapatkan

    informasi yang valid untuk keperluan perancangan stasiun kerja.

    C. Manfaat

    1. Bagi Praktikan

    a. Dapat menerapkan teori yang sudah diperoleh dalam pengukuran.

    b. Praktikan dapat menggunakan alat-alat anhtropometer dengan benar dan

    tepat.

    c. Praktikan mampu mengetahui proses pengukuran antopometri dengan cara

    yang benar sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

    d. Praktikan dapat mengetahui metode-metode atau cara-cara pengukuran

    antropometri.

    e. Praktikan mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pengukuran

    atropometri.

    f. Praktikan dapat meminimalisir resiko akibat kerja yang dipengaruhi oleh

    antropometri seseorang.

    g. Praktikan dapat menghindari kelelahan akibat kerja.

  • 6

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    h. Praktikan dapat meningkatkan pengetahuan tentang antropometri.

    k. Dapat mengetahui data antropometri dari masing-masing praktikan.

    l. Dapat mengetahui perbedaan antara alat yang ergonomis dan yang tidak

    ergonomis.

    m. Dapat menciptakan suatu desain sesuai dengan antropometri tubuh.

    n. Dapat mengetahui fungsi dari antropometri dan mampu menerapkan teori

    yang sudah diperoleh dalam pengukuran.

    o. Dapat menambah pengetahuan tentang antropometri sehingga dapat

    menerapkannya di tempat kerja nanti.

    p. Meminimalisir kelelahan dalam belajar dan bekerja.

    2. Bagi Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja

    a. Memperoleh rasa aman dan nyaman pada saat perkuliahan.

    b. Dapat menambah kepustakaan yang diharapkan dapat bermanfaat untuk

    pengembangan ilmu dan peningkatan program belajar mengajar.

    c. Meminimalisir kelelahan mahasiswa pada saat perkuliahan.

    d. Mampu membekali mahasiswa dengan ilmu ergonomi tentang

    antropometri sehingga dapat menerapkannya di berbagai bidang dan dapat

    memberikan keterangan kepada tenaga kerja tentang antropometri yang

    benar setelah bekerja.

    e. Mengetahui ukuran pembuatan sarana perkuliahan yang sesuai dengan

    antropometri tubuh manusia.

    f. Dapat menjadi salah satu sumber pembelajaran dan sumber informasi bagi

    mahasiswa program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja.

    g. Dapat mengetahui data hasil percobaan anthropometri.

    h. Dapat mengetahui apakah peralatan kuliah ergonomis atau tidak

    ergonomis.

    i. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan perbaikan sarana kuliah agar

    dapat meminimalisir kelelahan mahasiswa pada saat perkuliahan.

  • 7

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    j. Dapat mengetahui tingkat pemahaman mahasiswa tentang penggunaan alat

    anthropometri.

    k. Dapat menambah inventarisasi data hasil penelitian atau pengukuran

    dimensi tubuh.

    l. Dapat melakukan pembaharuan alat-alat praktikum yang kurang layak

    digunakan.

    m. Mengetahui kesesuaian antropometri mahasiswa dengan ukuran sarana

    mahasiawa.

    n. Mengetahui tingkat kelayakan suatu barang atau fasilitas yang digunakan

    oleh mahasiswa, karyawan dan dosen .

  • 8

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    Istilah ergonomi diambil dari bahasa Yunani yaitu ergoyang berarti kerja

    dan nomosyang berarti hukum alam. Istilah tersebut mulai di

    cetuskan pada tahun 1949. Jadi ergonomi dapat didefinisikan sebagai

    studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang

    ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, manajemen, dan desain atau

    perancangan termasuk didalamnya mengenai peralatan dan perlengkapan yang

    digunakan pada saat manusia bekerja (Nurmianto,1996).

    Ergonomi sebagai suatu cabang ilmu yang sistematis untuk memanfaatkan

    informasi mengenai sifat ,kemampuan dan keterbatasan manusia untuk

    merancang suatu sistem kerja sehingga orang dapat hidup dan kerja pada sistem

    itu dengan baik, yaitu mencapai tujuan yang diinginkan melalui pekarjaan itu

    dengan efektif,aman dan nyaman.

    Aspek-aspek ergonomi dalam suatu proses rancang bangun fasilitas kerja

    adalah merupakan suatu faktor penting dalam menunjang peningkatan pelayanan

    jasa produksi. Perlunya memperhatikan faktor ergonomi dalam proses rancang

    bangun fasilitas pada dekade sekarang ini adalah merupakan sesuatu yang

    tidak dapat ditunda lagi. Hal tersebut tidak akan terlepas dari pembahasan

    mengenai ukuran anthropometri tubuh operator maupun penerapan data-data

    operatornya.

    Antropometri

    Antropometri berasal dari bahasa Yunani. Yang mempunyai definisi Anthro:

    Manusia dan Metri : Mengukur. Antropometri adalah ilmu yang mempelajari

    tentang pengukuran tubuh manusia. Pengertian antropometri menurut Stevenson

    (1989) dan Eko Nurmianto (1991) adalah suatu kumpulan data numerik yang

    berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan

    kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain.

  • 9

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Data antropometri akan menentukan bentuk, ukuran dan dimensi-dimensi yang

    tepat berkaitan dengan produk yang dirancang dan manusia yang akan

    mengoperasika menggunakan produk tersebut. Maka perancangan produk harus

    mampu mengakomodasikan dimensi tubuh dari populasi terbesar yang akan

    menggunakan produk hasil rancangan tersebut.

    Sedangkan menurut Sanders & Mc Cormick, Phesant (1988) dan pulat

    (1992), antropometi adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik fisik

    tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang.

    Penerapan data antopometri dapat dilakukan jika ada nilai mean (rata-rata dan

    standar deviasi dari suatu populasi tenaga kerja) dan persentil (suatu yang

    menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya

    sama atau lebih rendah dari nilai tersebut.

    Dalam suatu sistem kerja selalu terjadi interaksi antara manusia dengan

    lingkungan kerja pada umumnya. Interaksi ini dapat berlangsung baik jika

    lingkungan kerja dapat memberikan suasana yang efektif, nyaman, aman, sehat,

    dan efisien bagi manusia. Demikian pula pada proses perancangan stasiun kerja,

    Human Centered Design ditetapkan sehingga operator pada stasiun kerja tersebut

    akan memiliki daya tahan yang kuat terhadap berbagai macam gangguan dan

    kelelahan.

    Kata antropometri berasal dari bahasa Yunani (Greek), yaitu anthropos yang

    berarti antron (man, human, manusia) dan metrein/to measure

    (mengukur/ukuran). Antropometri adalah ilmu yang mempelajari tentang ukuran

    tubuh manusia. Menurut Sanders dan Mc. Cormick (1987); Pheasant (1988) dan

    Pulat (1992) bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau

    karakteristik tubuh lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang

    dipakai orang. Sedangkan menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991),

    antropometri didefinisikan sebagai kumpulan data numerik yang berhubungan

    dengan karakteristik fisik tubuh manusia baik ukuran, bentuk dan kekuatan serta

  • 10

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Menurut

    Tarwaka (2010), bahwa antropometri adalah studi tentang pengukuran yang

    sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk dan

    ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam klasifikasi dan perbandingan

    antropologis.

    Menurut Tarwaka (2010), posisi relatif dari struktur tubuh tertentu yang

    umum digunakan dapat dijelaskan sebagai berikut;

    1. Ventral/Dorsal atau Anterior/Posterior. Adalah struktur tubuh dari bagian

    depan atau sisi ventral adalah anterior (+X) ke lokasi bagian belakang atau

    permukaan dorsal adalah posterior.

    2. Medial/Lateral. Struktur yang berlokasi ke pusat bagian tubuh atau mid-

    sagital ke bagian lainnya yaitu dari pusat tubuh ke sisi kiri (+Y) atau ke sisi

    kanan (-Y) atau disebut dengan istilah lateral.

    3. Cranial/Caudal atau Superior/Inferior. Struktur yang berlokasi dekat kepala

    adalah lokasi cranial atau superior (+Z) ke bagian bawah yaitu lokasi inferior

    atau caudal (-Z). Sebagai contoh, lokasi Hati adalah superior ke lokasi

    ginjal.

    4. Proximal/Distal. Pada anggota tubuh, bagian yang dekat dengan badan (trunk)

    adalah proximal, sementara itu bagian yang lebih jauh dengan pusat tubuh

    adalah distal. Sebagai contoh; lokasi jari tangan adalah distal ke siku.

    Menurut Sanders dan McCormick (1987); Pheasant (1988) dan Pulat (1992)

    bahwa antropometri adalah pengukuran dimensi tubuh atau karakteristik tubuh

    lainnya yang relevan dengan desain tentang sesuatu yang dipakai orang. Menurut

    Sutarman (1972), bahwa dengan mengetahui ukuran antropometri tenaga kerja

    akan dapat suatu desain alat-alat kerja yang sepadan bagi tenaga kerja yang

    menggunakan, dengan harapan dapat menciptakan kenyamanan, kesehatan,

    keselamatan dan estetika kerja. Lebih lanjut MacLeod (1995) menjelaskan bahwa

    faktor manusia harus selalu diperhitungkan dalam setiap desain produk dan

    stasiun kerja.

  • 11

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Hal tersebut didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

    1. Manusia adalah berbeda satu dengan yang lainnya. Setiap manusia

    mempunyai bentuk dan ukuran tubuh yang berbeda-beda seperti tinggi-

    pendek, tua-muda, kurus-gemuk, normal-cacat dll.

    2. Manusia mempunyai keterbatasan atau limitasi. Manusia sering mempunyai

    keterbatasan fisik maupun mental.

    3. Manusia selalu mempunyai harapan tertentu dan prediksi terhadap apa yang

    ada di sekitarnya. Dalam kehidupan sehari-hari kita sudah terbiasa dengan

    kondisi seperti, warna hijau berarti aman atau jalan, sakelar lampu ke bawah

    berarti hidup, dll. Kondisi tersebut menyebabkan harapan dan prediksi kita

    bahwa kondisi tersebut juga berlaku di mana saja. Maka respon yang bersifat

    harapan dan prediksi tersebut harus selalu dipertimbangkan dalam setiap

    desain alat dan stasiun kerja untuk menghindarkan terjadinya kesalahan dan

    kebingungan pekerja atau pengguna produk.

    Menurut Tarwaka (2010), antropometri dibagi menjadi dua tipe, yaitu :

    1. Antropometri Dinamis (Fungsional)

    Adalah pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh melakukan gerakan

    dan pengukuran dinamis lebih sulit daripada pengukuran statis. Dimensi

    pengukuran antropometri dinamis dilakukuan pada saat tubuh sedang

    melakukan aktivitas fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi:

    jangkauan, lebar jalan lalu lalang untuk orang yang sedang berjalan, termasuk

    juga pengukuran kisaran gerak untuk variasi sendi dan persendian, tenaga

    injak kaki, kekuatan jari menggenggam, dan sebagainya. Pada sebagian besar

    aktivitas fisik mungkin beberapa bagian anggota tubuh melakukan aktivitas

    secara bersama-sama, seperti pengemudi mobil, dimana bagian kaki

    menginjak pedal rem dan posisi tangan tetap memegang kemudi.

  • 12

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    2. Antropometri Statis (Struktural)

    Adalah pengukuran yang dilakukan saat tubuh dalam keadaan posisi statis

    atau diam. Antropometris statis ini meliputi dimensi otot rangka atau skeletal

    yaitu antara pusat sendi (seperti; antara siku dengan pergelangan tangan) atau

    dimensi kontur yaitu dimensi permukaan tubuh seperti kulit (seperti; ke dalam

    atau tinggi duduk). Data-data antropometris statis sudah barang tentu banyak

    didapatkan dari berbagai sumber dan telah sering diaplikasikan di berbagai

    sektor kehidupan dan industri secara sngat luas. Namun demikian dari

    berbagai pengukuran antropometris statis tentunya mempunyai banyak

    aplikasi yang spesifik pula, seperti digunakan untuk mendesain helm, alat

    pelindung diri, kacamata, dan banyak yang lainnya. Namun demikian, hal

    yang tidak boleh dilupakan adalah setiap pengukuran harus mempunyai dan

    sesuai dengan tujuan penggunaan dalam desain. Secara umum, beberapa

    contoh pengukuran antropometri statis adalah:

    a. Tinggi dan berat badan.

    b. Tinggi siku duduk yang diukur dari tempat duduk.

    c. Ukuran: panjang, tinggi, lebar, dan tebal anggota tubuh tertentu.

    d. Jarak antara sendi-sendi segmen tubuh.

    e. Berat, volume, massa tubuh.

    f. Lingkar dari berbagai anggota tubuh tertentu.

    g. Pusat gravitasi tubuh.

    h. Dimensi dengan pakaian tipis vs berpakaian biasa.

    i. Dimensi antropometri duduk vs berdiri, dll.

    Adapun halhal yang harus diperhatikan dalam penerapan anthropometri adalah :

    1. Menentukan dimensi tubuh yang terpenting dalam suatu desain.

    2. Mengetahui secara pasti populasi yang akan menggunakan desain tersebut.

    3. Menentukan prinsip aplikasi yang akan digunakan dengan perencanaan

    distribusi ekstrim.

  • 13

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    4. Desain harus digunakan 90% - 95% dari suatu populasi.

    5. Harus bisa menentukan nilai kelonggaran.

    Hal-hal yang memengaruhi dimensi antropometri manusia adalah sebagai

    berikut:

    1. Umur

    Ukuran tubuh manusia akan berkembang dari saat lahir sampai sekitar 20

    tahun untuk pria dan 17 tahun untuk wanita. Ada kecenderungan berkurang

    setelah 60 tahun.

    2. Jenis kelamin

    Pria pada umumnya memiliki dimensi tubuh yang lebih besar kecuali bagian

    dada dan pinggul.

    3. Rumpun dan Suku Bangsa.

    4. Sosial ekonomi dan konsumsi gizi yang diperoleh.

    Kondisi ekonomi dan gizi juga berpengaruh terhadap ukuran antropometri

    meskipun juga bergantung pada kegiatan yang dilakukan.

    5. Pekerjaan, aktivitas sehari-hari juga berpengaruh.

    6. Kondisi waktu pengukuran

    Menurut Tarwaka (2010), permasalahan yang sering dihadapi dalam aplikasi

    antropometri adalah kurangnya pengukuran dari kebutuhan atau objek tertentu

    atau suatu kebutuhan untuk mengakomodasi rentangan yang sangat luas dari

    variabilitas ukuran dan bentuk ke dalam kebutuhan tunggal dan bahkan sering

    terjadi permasalahan desain yang tidak fleksibel.

    Setiap desain peralatan dan stasiun kerja harus memperhitungkan

    keterbatasan manusia di samping kemampuan dan kebolehannya. Aplikasi

    antropometri meliputi : desain untuk orang ekstrem, desain untuk orang per

  • 14

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    orang, desain untuk kisaran yang dapat diatur dengan menggunakan persentil-5

    dan persentil-95 dari populasi.

    Menurut Tarwaka (2010) terdapat tiga prinsip utama di dalam aplikasi data

    antropometri yang digunakan dalam desain yaitu:

    1. Desain untuk individu ekstrim.

    Didalam mendesain hal hal tertentu secara fisik, memungkinkan satu desain

    dimaksudkan untuk dapat mengakomodasi semua populasi. Di beberapa

    lingkungan, suatu spesifik dimensi desain adalah suatu pembatasan faktor

    yang mungkin hanya terbatas pada penggunaan fasilitas beberapa orang saja.

    Pembatasan faktor tersebut dapat digunakan untuk baik suatu variabel

    populasi dengan ukuran maksimum atau minimum

    2. Desain untuk ratarata populasi.

    Dari populasi penduduk dunia, secara individu tidaklah banyak orang yang

    mempunyai ukuran tubuh sama dengan nilai ratarata. Meski sampai sekarang

    masih banyak orang yang mendesain suatu benda, barang atau fasilitas

    kebutuhan hidup didasarkan pada ratarata populasi, tetapi kenyataanya hanya

    sedikit populasi pengguna yang benar-benar sesuai secara karakteristik fisik

    tepat dan nyaman menggunakannya. Sebagai gambaran sederhana, kita lihat

    suatu desain tentang tinggi meja konter di supermarket, apabila didasarkan

    pada data rata-rata antropometri pengunjung, maka dapat dipastikan sebagian

    besar pengunjung akan merasa ketinggian (populasi pengunjung yang berada

    pada distribusi dibawah 50%-ile), sebaliknya akan merasa kerendahan

    (populasi pengunjung yang berada pada distribusi diatas 50%-ile).

    3. Desain untuk ukuran yang dapat distel.

    Berbagai fasilitas atau peralatan tertentu tentunya dapat didesain, yang

    memungkinkan dapat distel sesuai dengan kebutuhan orang yang akan

    menggunakannya. Beberapa contoh yang lazim kita temui di dalam kehidupan

    kita sehari-hari seperti; tempat duduk mobil, kursi kantor, ketinggian landasan

    kerja, injakan kaki, sarana komputer, dll. Di dalam desain peralatan kerja, hal

  • 15

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    ini sering diterapkan untuk menyediakan penyetelan dengan kisaran dari 5%-

    ile sampai dengan 95%-ile dari karakteristik populasi pengguna yang relevan

    (tinggi tempat duduk, jangkauan tangan, tinggi landasan kerja, dll).

    Penggunaan kisaran tersebut, akan relevan jika terdapat kendala di dalam

    mengakomodasi suatu kasus yang sangat ekstrim untuk seluruh populasi

    (100%). Kendala teknis yang sering muncul adalah termasuk di dalam

    mengakomodasikan kasus ekstrim yang tidak proporsional dengan nilai

    keuntungan dari desain yang dibuat.

    Dengan mengetahui langkah-langkah penerapan data antropometri dalam

    pembuatan desain peralatan dan stasiun kerja yang ergonomis, kita akan dapat

    menciptakan suatu kondisi kerja yang nyaman, sehat dan produktif. Ketika telah

    tercipta suatu kondisi yang nyaman, sehat dan produktif, maka produktivitas

    pekerja juga akan meningkat.

    Tujuan dan manfaat dari penerapan antropometri:

    1. Tercipta desain peralatan dan stasiun kerja yang ergonomis.

    2. Dapat tercipta suatu kondisi kerja yang aman, nyaman, sehat dan produktif.

    3. Mengurangi kelelahan.

    4. Meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja.

    5. Meningkatkan produktivitas kerja. Jika produktivitas kerja meningkat, maka

    keuntungan perusahaan juga akan meningkat.

    Kerugian tanpa penerapan antropometri:

    1. Desain peralatan dan stasiun kerja tidak ergonomis.

    2. Pekerja akan mudah mengalami kelelahan.

    3. Produktivitas kerja menurun.

    4. Penurunan efektivitas dan efisiensi kerja.

    5. Produktivitas menurun. Jika produktivitas menurun, maka keuntungan

    perusahaan juga dapat menurun.

  • 16

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    B. Tinjauan Pustaka Penerangan

    1. Definisi Cahaya

    Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat ditangkap oleh

    cahaya mata dan dapat memungkinkan untuk membeda-bedakan warna-

    warni (Haryanto, 2007)

    2. Definisi Peneranagan

    Penerangan / pencahayaan adalah salah satu sumber cahaya yang

    menerangi benda-benda di tempat kerja (Budiono, 2003)

    Penggunaan energi yang baik adalah sesuai dengan kebutuhan. Ada

    langkah langkah dalam mencapai efisiensi yaitu pemasangan alat control

    pada lampu, pengelompokan titik-titik lampu terhadap sakelar, penggunaan

    luminer yang sesuai, pemanfaatan cahaya alam, pengoperasian dan

    perawatan sistem penerangan.

    Skema Pengaturan energy sistem penerangan Kualitas dan Kuantitas

    Iluminasi

    Kualitas dan kuantitas iluminasi ditentukan dari tingkat refleksi cahaya dan

    tingkat rasio iluminasi ruangan.

    Karakteristik & Ukuran Ruangan

    Penerangan Alam

    Penerangan Buatan

    Luminer

    Peralatan Control

    Pengoprasian & Perawatan

    Penerangan

  • 17

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    a. Refleksi

    Refleksi cahaya terjadi karena adanya bidang yang memantulkan cahaya

    masuk ke bidang tersebut, faktor refleksi yang terjadi sangat

    berpengaruh terhadap pemberian warna bidang tersebut. Pada ruangan

    pendidikan, refleksi cahaya terjadi pada dinding, langit-langit, lantai dan

    papan tulis. Terdapat tingkatan refleksi yang dibutuhkan yaitu pada

    langitlangit lebih dari 80%, dinding 80%, papan tulis 40-60%, dan lantai

    80%.

    b. Rasio iluminasi

    Penentuan tingkat rasio iluminasi dilakukan agar penyebaran cahaya

    lebih terarah dan tidak menyilaukan (gambar 2). Tingkatan rasio

    iluminasi yang dibutuhkan ruang pendidikan untuk dinding 40-60%,

    papan tulis diatas 20%, lantai 30-50%, dan meja belajar 35-50%. Untuk

    memberikan tingkat rasio yang diinginkan dengan menyesuaikan jenis

    lampu, luminer, penempatan luminer dan jendela.

    c. Lampu

    Penggunaan lampu yang sesuai untuk ruang pendidikan adalah lampu

    yang mempunyai efisiensi yang tinggi, cahayanya tidak menyilaukan

    dan masa pakai/umur yang lama

    d. Luminer

    Luminer sangat membantu dalam pengoptimalan penggunaan cahaya

    lampu dengan luminer pendistribusian cahaya lebih terarah.

    Pendistribusian cahaya luminer tergantung pada konstruksi luminer dan

    sumber cahaya yang digunakan. Penempatan luminer yang sesuai pada

    ruangan sangat berpengaruh terhadap efisiensi penerangan yang

    dihasilkan.

    3. Pemanfaatan Cahaya Matahari

    Cahaya yang dipancarkan matahari ke permukaan bumi menghasilkan

    iluminasi yang sangat besar, yaitu lebih dari 100.000 lux pada kondisi langit

  • 18

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    cerah dan 10.000 lux pada saat langit berawan. Apabila potensi cahaya alam

    ini dimaksimalkan pemanfaatannya untuk penerangan buatan maka

    penghematan energi listrik sangat besar. Pemanfaatan cahaya matahari

    tergantung pada letak ruangan atau gedung terhadap rotasi bumi pada

    matahari. Rotasi bumi yang bergerak dari arah barat menuju ke timur

    berpengaruh sangat baik terhadap ruangan yang mempunyai sistem

    penerangan matahari menghadap ke timur atau barat.

    4. Intensitas Penerangan

    a. Pengertian penerangan di tempat kerja

    Intensitas penerangan adalah banyaknya cahaya yang tiba pada

    satu luas permukaan (Ahmadi, 2009). Penerangan berdasar sumbernya

    dibagi menjadi tiga, yaitu :

    1) Penerangan alami

    yaitu penerangan yang berasal dari cahaya matahari,

    2) Penerangan buatan

    yaitu penerangan yang berasal dari lampu

    3) Penerangan alami dan buatan

    yaitu penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari

    dengan lampu/penerangan buatan (Cok Gd Rai, 2006).

    Menurut Ching (1996), ada tiga metode penerangan, yaitu :

    1) Penerangan umum atau baur menerangi ruangan secara merata dan

    umumnya terasa baur.

    2) Penerangan lokal atau penerangan untuk kegunaan khusus,

    menerangi sebagian ruang dengan sumber cahaya biasanya

    dipasang dekat dengan permukaan yang diterangi.

    3) Penerangan aksen adalah bentuk dari penerangan lokal yang

    berfungsi menyinari suatu tempat atau aktivitas tertentu atau obyek

    seni atau koleksi berharga lainnya.

  • 19

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi penglihatan menurut

    Dyer dan Morris (1990), adalah

    1) Faktor usia

    Dengan bertambahnya usia menyebabkan lensa mata berangsur-

    angsur kehilangan elastisitasnya, dan agak kesulitan melihat pada

    jarak dekat. Hal ini akan menyebabkan ketidaknyamanan

    penglihatan ketika mengerjakan sesuatu pada jarak dekat, demikian

    pula penglihatan jauh.

    2) Faktor penerangan

    Luminansi adalah banyaknya cahaya yang dipantulkan oleh

    permukaan objek. Jumlah sumber cahaya yang tersedia juga

    mempengaruhi kepekaan mata terhadap warna tertentu. Tingkat

    luminansi juga akan mempengaruhi kemampuan mata melihat objek

    gambar dan pada usia tua diperlukan intensitas penerangan lebih

    besar untuk melihat objek gambar. Semakin besar luminansi dari

    sebuah objek, rincian objek yang dapat dilihat oleh mata juga akan

    semakin bertambah.

    3) Faktor silau (glare)

    Menurut Grandjean (1988), silau adalah suatu proses adaptasi yang

    berlebihan pada mata sebagai akibat dari retina terkena sinar yang

    berlebihan.

    4) Faktor ukuran pupil

    Agar jumlah sinar yang diterima oleh retina sesuai, maka otot iris

    akan mengatur ukuran pupil. Lubang pupil juga dipengaruhi oleh

    memfokusnya lensa mata, mengecil ketika lensa mata memfokus

    pada objek yang dekat. Kelima adalah faktor sudut dan ketajaman

    penglihatan. Sudut penglihatan (visual angle) didefinisikan sebagai

    sudut yang berhadapan dengan objek pada mata.

  • 20

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Dalam ruang lingkup pekerjaan, faktor yang menentukan adalah

    ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan sekelilingnya,

    luminansi dari lapangan penglihatan, yang tergantung dari penerangan

    dan pemantulan pada arah si pengamat, serta lamanya melihat

    (Sumamur, 2009).

    b. Sistem Penerangan

    Menurut Prabu (2009), menyebutkan bahwa ada 5 sistem

    penerangan di ruangan, yaitu :

    1) Sistem Penerangan Langsung (direct lighting)

    Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan secara langsung

    ke benda yang perlu diterangi. Sistem ini dinilai paling efektif

    dalam mengatur penerangan, tetapi ada kelemahannya karena dapat

    menimbulkan bahaya serta kesilauan yang mengganggu, baik

    karena penyinaran langsung maupun karena pantulan cahaya. Untuk

    efek yang optimal, disarankan langi-langit, dinding serta benda

    yang ada di dalam ruangan perlu diberi warna cerah agar tampak

    menyegarkan.

    2) Penerangan Semi Langsung (semi direct lighting)

    Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan langsung pada

    benda yang perlu diterangi, sedangkan sisanya dipantulkan ke

    langit-langit dan dinding. Dengan sistem ini kelemahan sistem

    penerangan langsung dapat dikurangi. Diketahui bahwa langit-

    langit dan dinding yang diplester putih memiliki pemantulan 90%,

    apabila dicat putih pemantulan antara 5%-90%.

    3) Sistem Penerangan Difus (general diffus lighting)

    Pada sistem ini setengah cahaya 40%-60% diarahkan pada

    benda yang perlu disinari, sedangkan sisanya dipantulkan ke langit-

    langit dan dinding. Dalam penerangan sistem ini termasuk sistem

  • 21

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    direct-indirect yakni memancarkan setengah cahaya ke bawah dan

    sisanya keatas. Pada sistem ini masalah bayangan dan kesilauan

    masih ditemui.

    4) Sistem Penerangan Semi Tidak Langsung (semi indirect lighting).

    Pada sistem ini 60%-90% cahaya diarahkan ke langit-langit

    dan dinding bagian atas, sedangkan sisanya diarahkan ke bagian

    bawah. Untuk hasil yang optimal disarankan langit-langit perlu

    diberikan perhatian serta dirawat dengan baik. Pada sistem ini

    masalah bayangan praktis tidak ada serta kesilauan dapat dikurangi.

    5) Sistem Penerangan Tidak Langsung (indirect lighting)

    Pada sistem ini 90%-100% cahaya diarahkan ke langitlangit

    dan dinding bagian atas kemudian dipantulkan untuk menerangi

    seluruh ruangan. Agar seluruh langit-langit dapat menjadi sumber

    cahaya, perlu diberikan perhatian dan pemeliharaan yang baik.

    Keuntungan sistem ini adalah tidak menimbulkan bayangan dan

    kesilauan sedangkan kerugiannya mengurangi effisien cahaya total

    yang jatuh pada permukaan kerja.

    c. Efek Penerangan di tempat kerja

    Tenaga kerja dapat melihat obyek yang dikerjakannya karena

    adanya cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh obyek kerja

    tersebut menuju dan di tangkap oleh mata tenaga kerja.

    Cahaya tersebut masuk ke mata tenaga kerja melalui kunjunctiva,

    kornea, pupil pada iris, lensa mata, badan vitreus dan kemudian jatuh ke

    retina.

    Untuk itu maka lensa mata dapat lebih atau kurang dicembungkan

    sehingga cahaya dapat jatuh tepat pada retina. Di dalam retina, karena

    adanya cahaya maka timbul impuls pada ujung-ujung serabut sel saraf

    retina yang diteruskan menuju saraf Optik dalam otak sehingga timbul

    pensepsi.

  • 22

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    1) Tingkat Penerangan Kurang

    Apabila cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan obyek

    kerja dan masuk ke retina mata tenaga kerja tersebut sangat kurang

    maka impuls yang terjadi pada ujung-ujung serabut sel saraf retina

    akan sangat lemah.

    Hal ini akan menyebabkan obyek kerja tersebut terlihat

    kurang jelas, pada hal obyek kerja tersebut harus dilihat dengan

    jelas oleh tenaga kerja karena harus dikerjakannya, maka mata

    tenaga kerja akan mengadakan berbagai upaya yaitu dengan

    membelalakan mata atau dengan lebih mendekatkan matanya

    terhadap obyek kerja.

    Pada waktu mata membelalak, maka otot dilatator pada iris

    berkontraksi sehingga pupil melebar untuk memperbanyak jumlah

    cahaya yang jatuh ke retina, dan jika tenaga kerja lebih

    mendekatkan matanya terhadap obyek kerja untuk memperjelas

    bayangan obyek tersebut pada retina, ini berarti akomodasi lensa

    mata lebih dipaksakan.

    Jika hal ini terjadi agak lama dan terus menerus maka akan

    terjadi kelelahan mata yang ditandai dengan adanya penglihatan

    kabur dan rangkap, mata merah berair dan perasaan pegal-pegal di

    sekitar mata. Semua ini akan dapat menimbulkan kerusakan pada

    mata tenaga kerja, meningkatkan kemungkinan terjadinya

    kecelakaan kerja dan akhirnya akan dapat menurunkan

    produktivitas kerjanya.

    2) Tingkat Penerangan Berlebihan :

    Kemampuan retina mata menerima cahaya adalah terbatas,

    maka apabila cahaya baik yang langsung dari sumbernya maupun

    yang dipantulkan obyek kerja dan masuk ke retina tenaga kerja

  • 23

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    sangat berlebihan sehingga melampaui batas kemampuannya maka

    akan timbul kesilauan.

    Ini akan menyebabkan mata tenaga kerja melakukan upaya

    yaitu dengan- berkontraksinya otot spincter pada iris sehingga celah

    pupil mengecil untuk mengurangi jumlah cahaya yang masuk dan

    jatuh pada retina.

    Selain itu cahaya yang sangat berlebihan yang jatuh pada

    retina mata akan menimbulkan impuls pada ujung-ujung serabut sel

    saraf pada retina yang akan merangsang saraf optik yang terlalu

    besar sehingga dapat merusak sel-sel saraf pada retina tersebut,

    yaitu terlepas dari sklera.

    Oleh sebab itu terjadinya kesilauan mata akan dapat

    menyebabkan kelelahan mata berupa mata memerah, pandangan

    gelap dan kabur serta kerusakan pada retina yang pada akhimya

    dapat menimbulkan kebutaan.

    d. Standart Penerangan di Ruangan

    Menurut Sumamur (2009), menyebutkan bahwa kebutuhan

    intensitas penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan.

    Pekerjaan yang membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan

    cahaya di tempat kerja tidak memadai. Untuk lebih jelas, lihat tabel di

    bawah ini :

    Tabel 2.1 Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

    Jenis Pekerjaan Contoh Pekerjaan Tingkat Penerangan yang

    Dibutuhkan (Lux)

    Tidak Teliti Penimbunan barang 80-170

    Agak Teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350

    Teliti Membaca, menggambar 350-700

    Sangat Teliti Pemasangan 700-1000

    Sumber : Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Sumamur, 2009)

  • 24

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    C. Perundang-undangan

    1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 pasal 3 ayat 1 tentang keselamatan kerja

    yang isinya terdapat keserasian antara tenaga kerja, mesin, lingkungan kerja,

    dan proses kerja sehingga terbentuk suasana kerja yang ergonomis.

    2. Undang-undang No. 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Pasal 86.

    3. Undang-undang No. .14 tahun 1969 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok

    Tenaga Kerja,

    4. Peraturan Perundang-Undangan Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun

    1964 Tentang Syarat Kesehatan, Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat

    Kerja

    5. UU No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja

    BAB III pasal 3 Syarat-syarat Keselamatan Kerja No 1 point I Memperoleh

    penerangan yang cukup dan sesuai

    6. Peraturan Menteri Perburuhan No.7 Tahun 1964 Tentang Syarat Kesehatan,

    Kebersihan Serta Penerangan Dalam Tempat Kerja

    (Pasal 14 point 3 Penerangan untuk halaman dan jalan-jalan dalam

    lingkungan perusahaan harus paling sedikit mempunyai kekuatan 20 lux (2 ft.

    candles).

    7. SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat

    Kerja

  • 25

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    BAB III

    HASIL

    A. Gambar Alat, Cara Kerja, dan Prosedur Pengukuran

    1. Gambar Alat

    a. Busur

    Keterangan :

    Angka menunjukkan kemiringan

    Fungsi : Untuk mengukur kemiringan

    sandaran kursi

    b. Meteran gulung

    Fungsi : Untuk mengukur panjang, lebar,

    tinggi meja dan kursi.

    c. Meja

    Keterangan:

    1) Lebar kursi

    2) Panjang kursi

    3) Tebal kursi

    4) Tinggi kursi

    5) Sandaran tangan

  • 26

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    6) Sandaran punggung

    7) Sandaran kaki

    Fungsi : untuk membaca

    d. Kursi

    Keterangan:

    8) Lebar kursi

    9) Panjang kursi

    10) Tebal kursi

    11) Tinggi kursi

    12) Sandaran tangan

    13) Sandaran punggung

    14) Sandaran kaki

    Fungsi : untuk duduk

    2. Cara kerja alat

    a. Meteran jahit

    1) Meletakkan meteran jahit pada kedua ujung benda yang akan yang akan

    diukur.

    2) Mencatat hasil pengukuran.

    b. Busur Derajat

    1) Menarik garis lurus ke arah vertikal sebagai garis normal dari kursi.

    2) Kemudian melakukan pengukuran sudut kemiringan.

    3) Mencatat hasil pengukuran yang telah di dapat.

    3. Prosedur Pengukuran

    Untuk mengevaluasi alat kerja yang ergonomis atau tidak ergonomis,

    diperlukan data hasil pengukuran anggota tubuh baik dalam posisi duduk

  • 27

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    maupun dalam posisi berdiri yang dapat digunakan sebagai dasar

    mengevaluasi adalah:.

    a. Posisi Statis Berdiri

    JENIS UKURAN

    ANTHROPOMETRI BATASAN GAMBAR VISUAL

    1. Tinggi badan (Gidan)

    Bagian kepala paling atas sampai

    dengan alas kaki dalam keadaan

    berdiri tegak

    2. Tinggi bahu (Gihu)

    Bahu bagian atas sampai dengan

    alas kaki dalam keadaan berdiri

    tegak

    3. Tinggi siku (Giku)

    Siku lengan yang berada dalam

    posisi vertikal sampai dengan alas

    kaki dalam keadaan berdiri

    4. Tinggi pinggul

    (Gikul)

    Tulang pinggul paling atas sampai

    dengan alas kaki dalam keadaan

    berdiri tegak

  • 28

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    5. Lebar bahu (Barhu)

    Diukur bagian lengan atas kiri

    sampai dengan bagian luar lengan

    atas kanan dan diambil yang paling

    lebar

    6. Lebar pinggul

    (Bargul)

    Pinggul kiri sampai dengan pinggul

    kanan dan diambil yang paling lebar

    dalam posisi keadaan berdiri

    7. Panjang lengan

    (Pangleng)

    Diukur dari ujung ketiak sampai

    dengan pergelangan tangan

    8. Panjang lengan atas

    (Panglengtas)

    Diukur dari ketiak sampai siku

    9. Panjang lengan

    bawah (Panglengwah)

    Diukur dari siku sampai dengan

    pergelangan tangan

    10. Jangkauan atas

    ( Jangtas )

    Diukur dari titik tengah pergelangan

    teratas sampai dengan alas kaki,

    dalam keadaan berdiri

  • 29

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    11. Panjang depa

    ( Panpa )

    Ujung jari tengah kiri sampai

    dengan ujung jari tengah kanan

    12. Lingkar Kepala

    (Lingkep)

    Diukur dari satu titik di kening

    kepala melingkari kepala dan

    kembali ke titik tersebut

    13. Diameter Kepala

    (Diakep)

    Diukur dari satu titik di kening

    kepala ke kening di sebelahnya

    b. Posisi statis duduk

    JENIS UKURAN

    ANTHROPOMETRI BATASAN GAMBAR

    VISUAL

    1. Tinggi duduk (Giduk)

    Bagian kepala paling atas sampai

    dengan alas duduk, dengan posisi

    sikap duduk tegak

    2. Tinggi siku duduk

    (Gikuduk)

    Diukur dari siku sampai dengan alas

    duduk dengan sikap posisi duduk

    tegak

  • 30

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    3. Tinggi pinggul duduk

    (Gigulduk)

    Diukur dari tulang pinggul atas

    sampai dengan alas duduk

    4. Tinggi lutut duduk

    (Gitutduk)

    Diukur dari lutut sampai dengan alas

    kaki dengan posisi sikap duduk

    tegak

    5. Panjang tungkai atas

    (Pangkaitas)

    Diukur dari lutut sampai dengan

    garis vertikal punggung dan

    pinggang dengan posisi sikap duduk

    tegak

    6. Panjang tungkai

    bawah (Pangkaiwah)

    Lipat lutut belakang sampai dengan

    alas kaki dalam sikap duduk dengan

    betis kedudukan vertikal

    7. Tinggi bahu

    duduk (Gibaduk)

    Diukur dari alas kaki sampai dengan

    bahu pada posisi sikap duduk tegak

    c. Prosedur pengukuran meja

    1) Siapkan meja yang akan

    diukur

    2) Ukur tinggi meja

    3) Ukur lebar meja

    4) Ukur panjang meja

    5) Ukur tebal meja

  • 31

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    d. Prosedur pengukuran kursi

    1) Siapkan kursi yang akan

    diukur

    2) Ukur tinggi kursi

    3) Ukur lebar kursi

    4) Ukur panjang kursi

    5) Ukur tinggi sandaran

    6) Ukur panjang alas kursi

    7) Ukur lebar alas kursi

    8) Ukur sudut sandaran

    B. Hasil Pengukuran Kursi dan Meja

    a. Kursi

    Tinggi Kursi 78 cm

    Lebar Kursi 48 cm

    Panjang kursi 46 cm

    Tinggi tempat duduk /

    kursi 46 cm

    Ketebalan alas kursi 6

    cm

    Panjang alas kursi 40

    cm

    Lebar alas kursi 38 cm

    Tinggi sandaran kakai

    28 cm

    Sudut sandaran

    punggung 1000

    Panjang sandaran kursi

    39 cm

    Lebar sandaran kursi

    26 cm

    b. Meja

    Tinggi meja 73 cm

    Lebar meja 90 cm

    Pajang meja 150 cm

    Tebal meja 5 cm

    Tinggi pijakan kaki 27

    cm

    Jarak pijakan kakai

    dengan sisi meja 36 cm

  • 32

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    C. Hasil Pengukuran dan Penghitungan Antropometri Pengguna

    a. Posisi Berdiri

    b. Posisi Duduk

  • 33

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    D. Hasil Gambar Meja Dan Kursi Dan Penerangan Yang Ada Di

    Perpustakaan

    Gambar 2.1 meja yang terdapat di perpustakaan

    Gambar 2.1

    meja yang terdapat di perpustakaan

    Gambar 2.2 kursi yang terdapat di perpustakaan

  • 34

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Gambar 2.3 posisi duduk pungguna meja kursi di perpustakaan

  • 35

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    BAB IV

    PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Meja dan Kursi Baca di Perpustakaan Pusat UNS

    Ruang Baca

    Ruang baca di perpustakaan Pusat UNS ini memiliki luas ruangan

    kurang lebih sebesar 450 m2

    atau dengan panjang 30 m dan untuk lebar 15 m

    memiliki beberapa buah meja dan kusri baca yang di gunakan para pengguna

    untuk membaca maupun menulis dan barbagai macam koleksi buku, koran

    maupun majalah.

    Gambar 3.1 suasana membaca di perpustakaan

    Untuk model baca yang di gunakan para pengguna tersebut hanya

    berupa sebuah meja dengan panjang meja 150 cm dan lebar meja 90 cm yang

    dapat di gunakan oleh 4 pengguna perpustakaan secara bersama-sama. Meja

  • 36

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    tersebut di gunakan untuk 4 orang jadi mereka leluasa untuk bergerak dan

    harus tidak berdesak-desakan ketika akan membaca.

    B. Kuesioner

    Data kuesioner di ambil dari pengguna Perpustakaan Pusat UNS dengan

    mengambil pengguna sebanyak 10 pengguna. Kuesioner ini bertujuan untuk

    mengetahui keluhan-keluhan pengguna terhadap meja kursi baca serta

    penerangan selama di gunakan. Melalui kuesioner ini dapat di ketahui bagian-

    bagian anggota tubuh pengguna yang mengalami keluhan sakit atau rasa tidak

    nyaman. Berdasarkan kuesioner tersebut pengguna mengatakan sering

    mengalami keluhan sakit pada anggota tubuhnya di antaranya pada leher 27,5%,

    punggung 17,5%, pinggang 15%, kaki 20%, bahu 7,5%, dan pada paha 12,5%.

    Leher28%

    Punggung19%

    Pinggang15%

    Kaki20%

    Bahu8%

    Paha13%

    Keluhan Sakit Pada Anggota Tubuh Pengguna

    Kursi - Meja di Perpustakaan Pusat UNS

  • 37

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Sebanyak 82,5% pengguna menyatakan bahwa meja kursi yang ada

    sekarang belum membrikan kenyamanan pada waktu proses baca di

    perpustakaan. Keluhan sakit yang di alami pengguna yang terbesar ada pada

    leher.

    Gambar 3.2 posisi membaca yang sering membuat keluhan sakit pada leher

    Berdasarkan pengamatan hal tersebut di sebabkan karena pengguna

    terlalu lama membungkukkan kepala ketika sedang membaca.

    Ketidaksesuaian desain meja kursi dengan antropometri pengguna

    menyebabkan pengguna menjadi kurang nyaman. Selain itu, dari data

    kuesioner di ketahui bahwa sistem pencahayan yang terdapat di perpustakaan

    sudah cukup untuk membaca.

    Dapat di lihat dari pengukuran kursi dengan rata-rata data responden ,

    untuk tinggi tempat duduk yang di gunakan dengan menggunakan persentil

    95% telah sesuai dengan anthropometri praktikan karena tinggi kursi sesuai dengan

    tinggi kursi dan pangkaiwah praktikan, sehingga pangkaiwah praktikan tidak lebih

  • 38

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    rendah dari tinggi kursi dan tidak menggantung. Selain itu lebar kursi juga sudah

    sesuai dengan antropometri pengguna. untuk desain kursi kurang lebih sudah sesuai

    dengan antropometri pengguna. Tetapi ada yang di keluhkan oleh pengguna kursi,

    yaitu sandaran kaki yang terlalu tinggi. Dari data yang ada dengan membandingkan

    ukuran tinggi sandaran kakai, pengguna merasa tidak nyaman dengan sandaran kursi

    karena terlalu tinggi. Sandaran kaki sebaiknya tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu

    rendah sehingga praktikan dapat menyandarkan kakinya dengan nyaman dan kaki

    dapat bebas untuk bergerak.

    Selain kursi, juga ada beberapa bagian meja yang mereka gunakan

    tidak sesuai antropometri pengguna. dari data yang di peroleh, jarak pijakan

    kaki pada meja dengan jarak duduk pengguna terlalu jauh, jadi pengguna

    merasa tidak nyaman dalam merilekskan kaki mereka. Selain itu, lebar meja

    yang digunakan tidak ergonomis karena lebar meja melebihi panjang lengan

    responden. Lebar meja harus tidak melebihi panjang lengan agar memberikan

    kelonggaran untuk menjangkau.

    Jadi dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan

    bentuk, ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang

    dan manusia yang akan mengoperasikanya atau menggunakan produk

    tersebut. Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu

    mengakomodasikan dimensi dari populasi terbesar yang akan menggunakan

    produk hasil rancangan tersebut. Selain itu yang perlu di perhatikan adalah

    beberapa faktor yang mempengaruhi suatu desain dapat di katakan ergonomis

    atau tidak.

    Berkaitan dengan aplikasi data antropometri yang diperlukan dalam

    proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja, maka ada beberapa sarana/

    rekomendasi yang bisa diberikan sesuai langkah-langkah sebagai berikut:

    a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana yang

    nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut

  • 39

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,

    dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus menggunakan data

    dimensi tubuh statis ataukah data dimensi tubuh dinamis

    c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,

    diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk

    tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai segmentasi pasar seperti produk

    mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.

    d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan

    tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang

    fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran rata-rata.

    e. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th ataukah nilai

    persentil yang lain yang dikehendaki.

    f. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya

    pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai.

    Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance)

    bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuan akibat tebalnya pakaian

    yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-

    lain.

    C. Penerangan

    Penerangan yang terdapat di ruang baca perpustakaan memakai

    penerangan alami dan buatan Penerangan alami dan buatan yaitu

    penggabungan antara penerangan alami dari sinar matahari dengan

    lampu/penerangan buatan (Cok Gd Rai, 2006). Selain itu penerangan yang di

    gunakan yaitu menggunakan penerangan umum atau baur, yaitu penerangan

    yang menerangi ruangan secara merata dan umumnya terasa baur.

    Dari hasil kuisioner, pengguna menyatakan bahwa penerangan yang

    terdapat di ruang baca perpustakaan UNS sudah baik dan tidak terlalu

    menyilaukan. Karena dalam membaca penerangan yang di gunakan di dalam

  • 40

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    perpustakaan sudah sesuai. Selain itu penerangan yang terdapat di

    perpustakaan juga tidak menyilaukan atau membayang, sehingga kegiatan

    membaca yang di lakukan di perpustakaan tidak terganggu.

    Hal tersebut di karenakan tata bangun perpustakaan yang

    memperhatikan datangnya penerangan alami yaitu sinar matahari. Selain itu

    tata layout ruangan dan penempatan posisi meja, kursi dan rak buku juga di

    sangat di perhatikan. Sehingga, pengguna perpustakaan tidak terganggu akan

    sistem penerangan yang ada di perpustakaan.

    Menurut Sumamur (2009), menyebutkan bahwa kebutuhan intensitas

    penerangan tergantung dari jenis pekerjaan yang dilakukan. Pekerjaan yang

    membutuhkan ketelitian sulit dilakukan bila keadaan cahaya di tempat kerja

    tidak memadai. Untuk lebih jelas, lihat tabel di bawah ini :

    Tabel Tingkat Penerangan Berdasarkan Jenis Pekerjaan

    Sumber : Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Sumamur, 2009)

    Jenis Pekerjaan Contoh Pekerjaan Tingkat Penerangan yang

    Dibutuhkan (Lux)

    Tidak Teliti Penimbunan barang 80-170

    Agak Teliti Pemasangan (tak teliti) 170-350

    Teliti Membaca, menggambar 350-700

    Sangat Teliti Pemasangan 700-1000

  • 41

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Gambar 3.3 sistem penerangan di perpustakaan yang menggunakan

    penerangan alami dan buatan.

  • 42

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    BAB V

    SIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan

    1. Agar dapat mengetahui cara pengukuran sebuah produk dan antropometri

    pengguna.

    2. Setiap manusia pasti memiliki keterbatasan (limitasi) maupun kelebihan.

    Dengan memahami kekurangan serta kelebihan tersebut, kita dapat

    mengoptimalkan sistem kerja.

    3. Dengan melakukan pengukuran akan diperoleh data-data yang dapat

    digunakan untuk membuat desain stasiun kerja dan alat-alat kerja yang

    ergonomis. Desain stasiun kerja serta alat-alat kerja yang ergonomis akan

    dapat memberikan rasa nyaman, sehat dan selamat bagi para

    pekerja/karyawan. Ketika karyawan telah memperoleh rasa nyaman, sehat dan

    selamat, maka produktivitas pekerja akan meningkat.

    4. Jadi dapat disimpulkan bahwa data antropometri dapat menentukan bentuk,

    ukuran dan dimensi yang berkaitan dengan produk yang dirancang dan

    manusia yang akan mengoperasikanya atau menggunakan produk tersebut.

    Dalam kaitan ini maka perancangan produk harus mampu mengakomodasikan

    dimensi dari populasi terbesar yang akan menggunakan produk hasil

    rancangan tersebut.

    5. Yang diperlukan dalam proses perancangan produk ataupun fasilitas kerja,

    maka ada beberapa sarana/ rekomendasi yang bisa diberikan sesuai langkah-

    langkah sebagai berikut:

    a. Pertama kali terlebih dahulu harus ditetapkan anggota tubuh mana yang

    nantinya akan difungsikan untuk mengoperasikan rencana tersebut

  • 43

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    b. Tentukan dimensi tubuh yang penting dalam proses perancangan tersebut,

    dalam hal ini perlu juga diperhatikan apakah harus menggunakan data

    dimensi tubuh statis ataukah data dimensi tubuh dinamis

    c. Selanjutnya tentukan populasi terbesar yang harus diantisipasi,

    diakomodasikan dan menjadi target utama pemakai rancangan produk

    tersebut. Hal ini lazim dikenal sebagai segmentasi pasar seperti produk

    mainan anak-anak, peralatan rumah tangga untuk wanita, dll.

    d. Tetapkan prinsip ukuran yang harus diikuti semisal apakah rancangan

    tersebut untuk ukuran individual yang ekstrim, rentang ukuran yang

    fleksibel (adjustabel) ataukah ukuran rata-rata.

    e. Pilih prosentase populasi yang harus diikuti 90th, 95th, 99th ataukah nilai

    persentil yang lain yang dikehendaki.

    f. Untuk setiap dimensi tubuh yang telah diidentifikasikan selanjutnya

    pilih/tetapkan nilai ukurannya dari tabel data antropometri yang sesuai.

    Aplikasikan data tersebut dan tambahkan faktor kelonggaran (allowance)

    bila diperlukan seperti halnya tambahan ukuan akibat tebalnya pakaian

    yang harus dikenakan oleh operator, pemakaian sarung tangan dan lain-

    lain.

    B. Saran

    1. Bagi Praktikan

    a. Sebaiknya ukuran alat-alat kerja dan desain stasiun kerja dibuat sesuai

    dengan antropometri penggunanya.

    b. Praktikan diharapkan dapat menggunakan jangka sorong dengan baik dan

    benar.

    c. Sebaiknya mahasiswa mengetahui ukuran-ukuran dan kriteria-kriteria meja

    dan kursi yang ergonomis.

    d. Sebaiknya praktikan melaksanakan praktikum sesuai dengan prosedur yang

    sudah ada.

  • 44

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    e. Sebaiknya ukuran meja dan kursi kerja sedapat mungkin dibuat sesuai

    dengan antropometri penggunanya.

    2. Bagi Program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan kerja

    a. Untuk program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, sebaiknya

    membuat peralatan (meja dan kursi) sesuai dengan antropometri

    mahasiswa.

    b. Bagi program Diploma 3 Hiperkes dan Keselamatan Kerja, sebaiknya

    menyediakan alat-alat praktikum yang masih berfungsi dengan baik agar

    hasil yang didapat memperoleh data yang valid.

    c. Bagi Diploma 3 Hiperkes & Keselamatan Kerja hendaknya mempunyai

    sarana dan prasarana yang ergonomis.

  • 45

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    DAFTAR PUSTAKA

    Tarwaka.2010. Ergonomi Industri. Solo : Harapan Press Solo, pp :23-28.

    Wikipedia. Antropometri. http//id.wikipedia.org/wiki/Antropometri. (25 Februari

    2011)

    Sumamur, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT. Gunung

    Agung, pp:136-126.

    Sumamur, 1996. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta: CV. Haji

    Masagung, pp:39-29.

    Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi Untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

    Produktifitas. Surakarta: Uniba Press, pp:62-53.

    Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja Manajemen dan Implementasi K3

    di Tempat kerja. Surakarta: Harapan Press, pp:43-30.

    Tim penyusun, 2011. Buku Pedoman Praktikum Semester II. Program Diploma 3

    Hiperkes & KK Fakultas Kedokteran UNS Surakarta, pp:7-1.

  • 46

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    Kuesioner Data Evaluasi Desain Meja dan Kursi Serta Sistem

    Pencahayaan Yang Terdapat di Perpustakaan Pusat UNS

    Nama :

    Umur :

    Jenis Kelamin :

    Suku Bangsa :

    PERTANYAAN

    1. Apakah anda merasa nyaman ketika sedang membaca di perpustakaan pusat

    UNS?

    Nyaman

    Kurang Nyaman

    Tidak Nyaman

    2. Selama duduk membaca tersebut apakah anda merasakan keluhan-keluhan

    nyeri atau pegal-pegal di tubuh anda?

    Iya*: Leher Punggung Pinggang Kaki Bahu

    Paha

    Tidak

    3. Apakah perlu dilakukan redesain meja & kursi untuk membaca agar

    terciptanya kenyamanan dalam membaca?

    Iya

    Tidak

    4. Apakah kursi yang anda gunakan selama membaca memberikan kenyamanan?

    Iya

    Tidak

  • 47

    Doc. Ira Pracinasari/R0012048

    5. Apakah meja yang anda gunakan selama membaca memberikan kenyamanan?

    Iya

    Tidak

    6. Apa yang membuat anda tidak nyaman saat membaca di perpustakaan?

    7. Mengapa anda merasa tidak nyaman saat sedang membaca di perpustakaan

    ini?

    8. Apakah anda merasa nyaman dengan sistem pencahayaan di perpustakaan ini?

    Iya

    Tidak

    9. Adakah keluhan terhadap sistem pencahayaan di perpustakaan ini?

    Iya* Kesilauan

    Bayangan

    Kurangnya pencahayaan

    Tidak

    10. Apakah perlu adanya fasilitas tambahan pada meja baca ini untuk membuat

    anda merasa nyaman ketika membaca?

    Iya

    Tidak

    Sebutkan:


Recommended