Transcript

ANALISIS MISKONSEPSI SISWA PADA MATERI FLUIDA STATIS

Alfi Nurlailiyah (083184012)

Pendidikan Fisika Reguler 2008

ABSTRAK

Pemahaman konsep fisika mempunyai peran penting dalam perkembangan pendidikan. Namun masih banyak terdapat miskonsepsi yang menyebabkan masih rendahnya mutu pendidikan IPA, misalnya pada materi fluida statis. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui miskonsepsi siswa pada materi fluida statis dan penyebab munculnya miskonsepsi. penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif dengan desain One Shot Case Study dengan metode pemberian tes diagnostik materi fluida statis pada 1 kelas eksperimen. Dari penelitian tersebut, diperoleh hasil yang menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi terhadap materi fluida statis cukup tinggi, yaitu pada beberapa aspek mencapai lebih dari 50% bahkan mencapai 100%. Miskonsepsi ini rata-rata disebabkan oleh pengaruh intuisi siswa, kurang memahami pengaruh perubahan nilai besaran-besaran yang ada dalam gaya Archimedes, hukum Pascal dan tekanan hidrostatis, serta pengaruh penggunaan perhitungan yang hanya berdasar pada sifat matematis tanpa memperhitungkan sifat fisisnya.

Kata kunci :analisis miskonsepsi, fluida statis

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan di Indonesia antara lain diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia karena diperlukan dalam pembangunan bangsa khususnya pembangunan di bidang pendidikan dan karena tuntutan zaman (era globalisasi). Sehubungan dengan hal tersebut, pendidikan formal merupakan salah satu wahana dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan IPA khususnya Fisika sebagai bagian dari pendidikan formal seharusnya juga ikut memberi kontribusi dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas.

Penyebab universal atas masih rendahnya mutu pendidikan IPA yang secara umum diterima oleh para pendidik IPA adalah adanya miskonsepsi dan kondisi pembelajaran yang kurang memperhatikan prakonsepsi yang dimiliki siswa. Penyebabnya mungkin karena para guru fisika lebih memfokuskan diri pada upaya penuangan pengetahuan ke dalam kepala para siswanya ketika pembelajaran (Sadia, 1996:1).

Dalam pembelajaran fisika, siswa sangat rentan mengalami miskonsepsi. Miskonsepsi biasanya menyangkut kesalahan siswa dalam pemahaman hubungan antar konsep atau juga pada beberapa bagian dalam konsep, misalnya dalam mekanika, kalor, optika geometri dan listrik yang telah diuraian oleh Berg (1991). Dari penelitian yang pernah dilakukan oleh I Putu Eka Wilantara (2003), juga diperoleh bahwa siswa banyak mengalami miskonsepsi dalam materi fluida. Menurut Suparno (2005:140), dalam materi fluida juga diperoleh beberapa miskonsepsi yang dialami siswa. Contohnya antara lain, benda melayang di air karena lebih ringan daripada air, tekanan dan gaya itu sinonim, tekanan fluida hanya berlaku ke arah bawah.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat bahwa miskonsepsi yang dialami siswa bersifat resisten dalam pembelajaran, sedangkan di sisi lain konsepsi awal siswa sangat beragam, terdiri dari konsepsi yang belum ilmiah dan konsepsi yang sudah ilmiah yang keduanya dipengaruhi oleh latar pengalaman, bahasa sehari-hari dan tingkat berpikir konkrit siswa. Dalam hal ini, perlu diketahui terlebih dahulu letak miskonsepsi siswa dan penyebabnya pada materi-materi fisika dan khususnya pada materi fluida yang diangkat dalam penelitian ini, sehingga untuk selanjutnya dapat menentukan langkah remediasi (penyembuhan) yang tepat.

Rumusan Masalah

Bagaimana tingkat miskonsepsi siswa pada materi fluida?Apa sajakah penyebab masih banyaknya miskonsepsi siswa?

Tujuan

Untuk memperoleh informasi tentang:

Persentase tingkat miskonsepsi siswa pada materi fluida statis.Penyebab miskonsepsi siswa

Manfaat

Miskonsepsi yang teridentifikasi pada diri siswa dan penyebab munculnya miskonsepsi akan bermanfaat bagi guru-guru IPA dalam menjalankan fungsinya secara efektif dan efisien. Bagi peneliti diharapkan dapat memberikan manfaat berupa pengalaman dalam pembuatan tes diagnostik yang tepat sasaran.

KAJIAN TEORI

Miskonsepsi

Konsepsi dan Miskonsepsi

Ausubel (dalam Berg, 1991: 8) mendefinisikan konsep sebagai benda-benda, kejadian-kejadian, situasi-situasi atau ciri-ciri yang memiliki ciri khas dan yang terwakili oleh suatu tanda atau simbol. Sedangkan tafsiran konsep oleh seseorang disebut konsepsi. Jika konsepsi siswa sesuai dengan konsepsi fisikawan dalam bentuk sederhana, maka dapat dinyatakan konsepsi itu benar. Sebaliknya jika konsepsi siswa tidak sesuai atau bertentangan dengan konsepsi fisikawan maka disebut siswa tersebut mengalami miskonsepsi. (Berg, 1991:10)

Beberapa fakta mengenai miskonsepsi menurut Berg (1991:17), adalah:

Miskonsepsi sulit sekali diperbaiki.Seringkali sisa miskonsepsi terus-menerus mengganggu. Seringkali terjadi regresi (pemunculan kembali)Dengan ceramah yang bagus, miskonsepsi tak dapat dihilangkan atau dihindariSiswa, mahasiswa, guru, dosen maupun peneliti dapat mengalami miskonsepsiGuru dan dosen pada umumnya tidak mengetahui miskonsepsi yang lazim antara (maha)siswanya dan tidak menyesuaikan proses belajar-mengajar dengan miskonsepsi (maha)siswanya.(maha)siswa yang pandai dan yang lemah dua-duanya punya. Kebanyakan cara remidiasi yang dicoba belum berhasil.

Kriteria Miskonsepsi

Hal-hal yang menyebabkan terjadinya miskonsepsi (Suparno: 2005)

Siswa

Banyak siswa yang sudah memiliki konsepsi atau pengetahuan awal yang berasal dari lingkungan sebelum mengikuti pembelajaran yang beberapa masih mengalami miskonsepsi. Selain itu juga bisa berasal dari intuisi yang salah, kemampuan dan minat belajar siswa.

Guru

Masih banyak guru di sekolah yang tidak menguasai bahan ajar atau memiliki pemahaman yang tidak benar tentang suatu konsep.

Buku teks

Beberapa buku ada yang memberikan penjelasan yang keliru dan salah tulis yang menyebabkan pemahaman siswa salah. Serta kadang karena tingkat kesulitan buku terlalu tinggi sehingga siswa pemikiran sifat tidak dapat menjangkau.

Konteks

Lingkungan siswa kadang juga menjadi sumber miskonsepsi. Baik dari lingkungan bergaul maupun media-media yang digunakan siswa. Seperti: TV, radio atau film yang salah konsep.

Metode pembelajaran

Guru perlu memahami dan memiliki keterampilan dalam memilih metode pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Cara Mendeteksi Miskonsepsi

Beberapa tes yang dapat digunakan untuk mendeteksi miskonsepsi (Suparno, 2005: 121-129) antara lain:

Peta konsep

Miskonsepsi siswa dapat diidentifikasi dengan melihat apakah hubungan antara konsep-konsep itu benar atau salah.

Tes multiple choice dengan reasoning terbuka

Beberapa peneliti menggunakan pertanyaan pilihan ganda digabungkan dengan alasan yang sudah tertentu. Model ini dipilih untuk memudahkan dalan menganalisis. Tapi kelemahannya, alasan siswa yang tidak tercantum dalam pilihan itu tidak terungkap.

Tes esai tertulis

Dengan memberikan pertanyaan esai, guru dapat mengetahui miskonsepsi siswadan dalam bidang apa.

Wawancara diagnosis

Wawancara mengarahkan siswa pada pemahaman konsep yang dimiliki siswa. Lebih baik menggunakan wawancara terstruktur.

Diskusi dalam kelas

Dari cara ini, dapat dideteksi ketepatan gagasan siswa dan dapat diketahui konsep-konsep alternatif yang dipunyai siswa.

Praktikum dengan Tanya jawab

Unsur penting dalam metode ini adalah:

Siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan konsep atau gagasannya.Dari ungkapan itu dapat diketahui apakah ada konsep alternatif atau tidak.Diwawancarai untuk dimengerti darimana mereka mendapatkan pengertian yang salah itu.

Materi Fluida

Fluida adalah sekumpulan molekul yang tersusun secara acak dan saling terikat oleh gaya kohesi lemah dan gaya yang timbul oleh dinding tempatnya (Serway dan jewett, 2004:421).

Fluida Statis

Fluida statis (Serway dan Jewett, 2004:421) adalah mekanika fluida dalam keadaan diam. Pada keadaan ini, fluida statis memiliki sifat-sifat seperti memiliki tekanan dan gaya apung (gaya archimedes).

Tekanan

Tekanan dalam fisika didefinisikan sebagai gaya yang bekerja pada suatu bidang persatuan luas bidang tersebut. Bidang atau permukaan yang dikenai gaya disebut bidang tekan, sedangkan gaya yang diberikan pada bidang tekanan disebut gaya tekan. Secara matematis tekanan dirumuskan dengan persamaan berikut.

(1)

Keterangan:

P : tekanan (Pa)

F : gaya tekan (N)

A : luas bidang tekan (m2)

Tekanan adalah suatu besaran skalar. Satuan internasional (SI) dari tekanan adalah pascal (Pa) atau N/m2. Satuan-satuan lain adalah bar (1 bar = 1,0 x 105 Pa), atmosfer (1 atm = 101,325 Pa) dan mmHg (760 mmHg = 1 atm). Tekanan pada fluida statis zat cair dikelompokkan menjadi dua yaitu tekanan pada ruang tertutup dan ruang terbuka.

Tekanan Fluida Statis Zat Cair dalam Ruang Tertutup

Hukum Pascal menyatakan bahwa tekanan yang diberikan di dalam ruang tertutup diteruskan sama besar ke segala arah. Berdasarkan hukum ini diperoleh prinsip bahwa dengan gaya yang kecil dapat menghasilkan suatu gaya yang lebih besar. Prinsip-prinsip hukum Pascal dapat diterapkan pada alat-alat seperti pompa hidrolik yang ditunjukkan gambar 1.1., alat pengangkat air, alat pengepres, alat pengukur tekanan darah (tensimeter), rem hidrolik, dongkrak hidrolik, dan dump truk hidrolik.

Gambar 1.1.gaya F1 yang bekerja pada piston dengan luas yang kecil menghasilkan gaya F2 yang lebih besar pada piston yang luasnya lebih besar (Griffith, 2009: 172)

Apabila pengisap 1 ditekan dengan gaya F1, maka zat cair menekan ke atas dengan gaya pA1. Tekanan ini akan diteruskan ke penghisap 2 yang besarnya pA2. Karena tekanannya sama ke segala arah, maka didapatkan persamaan sebagai berikut.

(2)

Pada bagian ini, miskonsepsi sering muncul ketika menganggap bahwa tekanan itu hanya berlaku kea rah bawah. (Suparno, 2005: 140)

Tekanan Fluida Statis dalam Ruang Terbuka

Tekanan Hidrostatis adalah tekanan yang terjadi pada zat cair. Untuk memahami tekanan hidrostatis, anggap zat terdiri atas beberapa lapisan. Setiap lapisan memberi tekanan pada lapisan di bawahnya, sehingga lapisan bawah akan mendapatkan tekanan paling besar.

Gambar 1.2. sebagian fluida (bagian gelap) dalam volume fluida yang lebih besar yang dipilih.(Serway, 2004: 423)

Perhatikan zat cair yang diam dengan massa jenis pada gambar 1.2. dianggap sama di seluruh bagian cairan, atau gas dalam keadaan mampat. Kemudian diambil sampel dalam cairan yang ada dalam sebuah silinder dengan luas permukaan A diperluas dengan kedalaman d ke d+h. Zat cair di luar sampel menekan ke semua titik pada permukaan sampel secara tegak lurus. Tekanan zat cair pada permukaan bawah sampel adalah P, dan tekanan pada permukaan atas adalah P0. Sehingga gaya ke atas oleh fluida luar pada bawah silinder mempunyai nilai PA, dan gaya ke bawah pada bagian atas bernilai P0A. Massa zat cair pada silinder adalah M=V=Ah. Sehingga berat zat cair pada silinder adalah Mg=Ahg. Karena silinder dalam keadaan setimbang, gaya total yang bekerja adalah 0. Jika arah ke atas menjadi arah y positif, maka:

atau

Tekanan P pada kedalaman h di bawah sebuah titik pada zat cair uang tekanan P0 lebih besar daripada gh. Jika zat cair terbuka dan P adalah tekanan pada permukaan zat cair, kemudian P0 adalah tekanan atmosfer. Tekanan atmosfer biasanya bernilai:

P0=1,00 atm=1,013 x 105 Pa

Dari persamaan disimpulkan bahwa tekanan adalah sama pada semua titik yang memiliki kedalaman sama, tidak bergantung pada bentuk wadah.

Pengukuran tekanan

Gambar 1.3. barometer air raksa

(Serway,2004: 426)

Salah satu alat yang digunakan untuk mengukur tekanan atmosfer adalah barometer yang ditemukan oleh Evangelista Torricelli (1608-1647). Ujung tabung tertutup berada dekat ruang hampa, sehingga tekanan pada bagian atas kolom air raksa dapat bernilai nol. Pada gambar 1.3, tekanan pada titik A, oleh kolom air raksa harus sama dengan tekanan pada titik B, oleh atmosfer. Jika hal ini tidak terjadi, maka akan ada gaya total yang menggerakkan air raksa dari satu titik ke titik yang lain sampai keadaan kesetimbangan dapat tercapai. Sehingga memenuhi P0=Hggh, seperti tekanan atmosfer yang bervariasi, ketinggian kolom air raksa juga bervariasi, sehingga ketinggian dapat dikalibrasi untuk mengukur tekanan atmosfer. Untuk mengukur panjang kolom air raksa untuk tekanan 1 atmosfer, P0=1 atm=1,013 x 105 Pa.

Berdasarkan perhitungan tersebut, tekanan 1 atm didefinisikan sebagai tekanan yang setara dengan panjang kolom air raksa 0,760 m pada 00C.

Alat untuk mengukur tekanan gas pada sebuah bejana berhubungan adalah tabung manometer terbuka (gambar 1.4). Tekanan pada titik A dan B harus sama dan tekanan pada A adalah tekanan gas yang tidak diketahui. Menyamakan tekanan yang tidak diketahui P dengan tekanan pada titik B, yaitu P=P0+gh. Perbedaan tekanan P-P0 sama dengan gh. Tekanan P disebut tekanan absolute, sedangkan selisih P-P0 disebut gauge pressure.

Gambar 1.2. manometer ujung terbuka (Serway, 2004: 426)

Hukum Archimedes

Gaya ke atas dalam zat cair disebut dengan gaya Archimedes. Suatu benda yang dicelupkan sebagian atau seluruhnya ke dalam zat cair mengalami gaya ke atas yang besarnya sama dengan berat zat cair yang dipindahkan oleh benda tersebut. Pernyataan ini dikenal sebagai hukum Archimedes. Secara matematis hukum archimedes dapat dirumuskan sebagai berikut.

..(4)

Keterangan:

Fa: gaya Archimedes

c : massa jenis zat cair (kg/m3)

V : volume benda yang tercelup (m3)

g : percepatan gravitasi bumi (m/s2)

Adanya gaya Archimedes dalam zat cair menjadikan benda yang dimasukkan ke dalam zat cair mengalami tiga kemungkinan, yaitu terapung, melayang, dan tenggelam.

Gambar 1.3. Keadaan benda di dalam zat cair (Nurachmandani, 2009:202)

Terapung karena massa jenis benda lebih kecil daripada massa jenis zat cair (bFA).

Dalam materi ini, miskonsepsi siswa yang biasa muncul adalah siswa menganggap benda yang dimasukkan ke dalam zat cair akan memiliki berat lebih kecil daripada di udara, padahal ketika berada dalam zat cair, benda mendapat gaya Archimedes. Sebagian siswa juga menganggap benda bisa tenggelam ketika zat cairnya memiliki berat yang lebih kecil dibandingkan dengan berat benda tersebut.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan desain One Shot Case Study, dimana terdiri dari satu kelompok eksperimen yang mendapat perlakuan.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di MA Negeri 1 Bojonegoro pada tanggal 3 desember 2011.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII bilingual MA Negeri 1 Bojonegoro yang terdiri dari satu kelas Bilingual. Cara menentukan sampel adalah dengan menggunakan teknik sampling peluang atau sampling acak dimana tiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk diambil menjadi anggota sampel. Dan diambil dari siswa yang sudah memperoleh materi fluida statis.

Rancangan Penelitian

Desain penelitiannya adalah sebagai berikut:

X O

Keterangan :

X = pemberian tes diagnostik materi fluida statis

O = Nilai Tes Diagnostik

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain One Shot Case Study dimana terdiri dari satu kelompok eksperimen yang telah mendapatkan materi fluida statis, diberi perlakuan yaitu berupa tes diagnostik untuk mengetahui miskonsepsi siswa. Kemudian dari hasil yang telah didapatkan, dianalisis sehingga diketahui seberapa besar tingkat miskonsepsi siswa dan penyebab-penyebab miskonsepsi tersebut.

Instrumen Penelitian

Instrumen dipakai pada penelitian ini adalah Tes Diagnosis.

Tes Diagnosis

Tes diagnosis yaitu tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan siswa sehingga berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut dapat dilakukan pemberian perlakuan (Arikunto, 2002: 34). Dalam penelitian ini, tes diagnosis diberikan pada siswa yang telah menerima materi fluida statis. Penyusunan tes ini dikembangkan dari tes diagnostik yang digunakan dalam tesis berjudul Implementasi Model Belajar Konstruktivis Dalam Pembelajaran Fisika Untuk Mengubah Miskonsepsi Ditinjau Dari Penalaran Formal Siswa yang disusun oeh I Putu Eka Wilantara. Tes ini terdiri dari 15 soal obyektif yang disertai penjelasan alasan dari jawaban yang dipilih siswa. Adapun tes diagnosisnya sebagai berikut:

Tabel 1. Tes Diagnosis

Soal

Jenis Miskonsepsi

1, 4, 5, 9, 10

7, 8

3, 13, 15

2, 6, 11, 12, 14

Tekanan Hidrostatis

Hukum Pascal

Konsep terapung, tenggelam, melayang

Hukum Archimedes

Teknik Analisis

Karena data bersifat kuantitatif (dari jumlah jawaban benar) dan kualitatif (berdasarkan penjelasan alasan siswa). Analisis yang digunakan adalah :

Teknik Deskriptif Kuantitatif

Teknik digunakan untuk menganalisis jawaban siswa. Dari tes diagnosis miskonsepsi siswa pada instrumen tes yang digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang dikelompokkan menurut kategori untuk memperoleh kesimpulan. Data yang diperoleh kemudian ditabulasikan dan dicari persentasenya. Besar presentase ini menyatakan seberapa besar salah konsep yang dialami siswa. Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentasenya adalah:

(Sudjana, 2004:129)

Dengan:

P = angka persentase miskonsepsi

F = skor rata-rata miskonsepsi

N = skor maksimal miskonsepsi

DATA DAN ANALISIS

Berdasarkan tes diagnostik yang dilakukan, diperoleh data jawaban siswa sebagai berikut:

Table 2. hasil tes diagnostik

No Soal

jumlah pemilih opsi

persentase benar (%)

A

B

C

D

1

1

0

27

0

96.43

2

14

1

12

0

0.00

3

5

1

9

13

32.14

4

0

17

8

3

28.57

5

22

1

2

3

3.57

6

10

14

0

2

53.85

7

2

21

1

4

3.57

8

5

21

2

0

75.00

9

1

20

0

7

71.43

10

0

0

28

0

100.00

11

0

4

20

3

14.81

12

0

5

2

20

74.07

13

6

21

1

0

21.43

14

5

23

0

0

82.14

15

0

27

0

0

100.00

Ket: angka berwarna merah adalah jumlah siswa yang menjawab benar

Jika ditabulasi akan diperoleh tingkat miskonsepsi siswa sebagai berikut:

Adapun hasil analisis dari tiap-tiap soal yang diujikan, diuraikan sebagai berikut:

Analisis soal no.1

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai konsep tekanan hidrostatis pada bejana berbeda dgn volume air yang sama. Dari 28 siswa yang menjadi sampel, siswa, semua menjawab benar. Hal ini berarti semua siswa memahami konsep tekanan hidrostatis yang bergantung pada kedalaman air.

Analisis soal no.2

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai konsep Gaya Archimedes. Tidak ada siswa yang menjawab benar. Dari hasil analisis jawaban siswa yang salah, diketahui bahwa miskonsepsi siswa terjadi karena siswa menyamakan menghitung gaya Archimedes dengan gaya menurut hukum Newton (F=ma)

Analisis soal no.3

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai konsep benda terapung. Siswa yang menjawab benar 32,14%, sedangkan yang menjawab salah lebih banyak yaitu 67,86%. Sehingga dapat diketahui bahwa siswa tidak memahami massa jenis benda dan air yang selalu tetap. Miskonsepsi siswa terjadi karena pengaruh intuisi siswa yaitu massa benda dan jumlah air mempengaruhi tenggelam atau terapungnya benda.

Analisis soal no.4

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai hubungan pancaran air dengan tekanan hidrostatis. Siswa yang menjawab benar 28,57%, sedangkan yang menjawab salah lebih banyak yaitu 71,43%. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa siswa tidak memahami bahwa kecepatan pancaran air dipengaruhi oleh tekanan hidrostatik dan semakin rendah kedalaman semakin kecil tekanannya. Miskonsepsi siswa terjadi karena siswa terpaku pada hitungan matematis tanpa memperhitungkan pengaruh tekanan.

Analisis soal no.5

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai hubungan pancaran air dengan tekanan hidrostatis sama dengan soal no.4. Siswa yang menjawab benar 3,57%, sedangkan yang menjawab salah lebih banyak yaitu 96,43%. Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui, siswa tidak memahami hubungan massa jenis dengan kecepatan pancaran (dihubungkan dengan tekanan hidrostatis).

Analisis soal no. 6

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai pengaruh gaya Archimedes pada berat semu benda. Siswa yang menjawab benar 53,85%, sedangkan yang menjawab salah 46,15%. Kesalahan siswa ini disebabkan pengaruh intuisi siswa yang menyatakan bahwa benda di dalam air lebih berat.

Analisis soal no. 7

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai konsep tekanan hidrostatis pada bejana berhubungan. Siswa yang menjawab benar 3,57%, sedangkan yang menjawab salah 96,43%. Kesalahan siswa ini disebabkan siswa tidak memahami konsep tekanan pada ruang terbuka yang dipengaruh ketinggian dan massajenis zat cair. Dan dalam soal ini disajikan zat cair dengan ketinggian yang sama.

Analisis soal no.8

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai besaran-besaran yang berpengaruh pada prinsip hukum Pascal. Siswa yang menjawab benar 75%, sedangkan yang menjawab salah 25%. Beberapa siswa masih menjawab salah karena tidak memahami konsep tekanan yang dipengaruhi gaya (pengaruh gaya berat) dan luas penampang.

Analisis soal no. 9

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai konsep tekanan hidrostatis. Siswa yang menjawab benar 71,43%, sedangkan yang menjawab salah 28,57%. Kesalahan siswa disebabkan beberapa siswa menganggap jarak pancaran akan sama jika jarak antar lubang dan diameter lubang sama.

Analisis soal no. 10

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai penerapan konsep tekanan hidrostatis. Semua siswa menjawab benar. Namun ada beberapa siswa yang tidak dapat menjelaskan alasannya dan menjelaskan dengan konsep terbalik (tekanan di bagian bawah sungai lebih besar daripada permukaannya)

Analisis soal no. 11

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai pengaruh gaya Archimedes pada zat cair yang berbeda massa jenis. Siswa yang menjawab benar 14,81%, sedangkan yang menjawab salah lebih banyak yaitu 85,19%. Sebagian besar siswa salah karena kurang memahami bahwa semakin besarnya gaya Archimedes, mengurangi gaya berat benda sehingga benda dalam zat cair yang massa jenisnya lebih kecil menjadi lebih berat ketika diukur dengan menggunakan neraca pegas.

Analisis soal no. 12

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai konsep gaya berat di udara dan di dalam air (yang dipengaruhi gaya Archimedes). Siswa yang menjawab benar 74,07%, sedangkan yang menjawab salah 25,93%. Kesalahan siswa disebabkan beberapa siswa menganggap benda di dalam air lebih berat.

Analisis soal no. 13

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai pengaruh volume terhadap gaya ke atas benda. Siswa yang menjawab benar 21,43%, sedangkan yang menjawab salah 79,57%. Kesalahan siswa sebagian besar disebabkan siswa menganggap benda yang lebih kecil akan lebih mudah terapung, padahal gaya Archimedes sebanding dengan volume benda yang tercelup.

Analisis soal no. 14

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai akibat adanya gaya Archimedes. Siswa yang menjawab benar 82,14%, sedangkan yang menjawab salah 17,86%. Kesalahan siswa disebabkan seperti pada soal no. 12 yaitu beberapa siswa menganggap benda di dalam air lebih berat.

Analisis soal no. 15

Soal ini mengukur pemahaman siswa mengenai penerapan hukum Archimedes pada prinsip kerja kapal selam. Semua siswa menjawab dengan benar namun sebagian besar siswa tidak dapat menjelaskan prinsip kerjanya secara tepat sesuai dengan prinsip gaya Archimedes.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Dari hasil pengamatan dan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa rata-rata siswa yang mengalami miskonsepsi terhadap materi fluida statis cukup tinggi, yaitu pada beberapa aspek mencapai lebih dari 50% bahkan mencapai 100%. Miskonsepsi ini rata-rata disebabkan oleh pengaruh intuisi siswa, kurang memahami pengaruh perubahan nilai besaran-besaran yang ada dalam gaya Archimedes, hukum Pascal dan tekanan hidrostatis, serta pengaruh penggunaan perhitungan yang hanya berdasar pada sifat matematis tanpa memperhitungkan sifat fisisnya.

Saran

Melihat tingginya tingkat miskonsepsi fisika siswa MAN 1 Bojonegoro, khususnya pada materi fluida statis disarankan kepada guru-guru fisika SMA pada umumnya untuk memberi perhatian lebih terhadap masalah miskonsepsi ini dalam melakukan kegiatan pembelajaran di kelas. Guru-guru fisika jangan hanya memberikan banyak rumus-rumus fisika tanpa menanamkan pemahaman konsep rumus tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Berg, Euwe van den. 1991. Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana

Eggen, Paul D dan Kauchak, Donald P. 1940. Strategy for teachers: teaching content and thinking skills. USA: Allyn and Bacon

Nurachmandani, Setya. 2009. Fisika 2: Untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional

Sadia, I Wayan. 1996. Efektivitas Strategi Konflik Kognitif dalam Mengubah Miskonsepsi Siswa (Suatu Studi Eksperimental dalam Pembelajaran Konsep Energi, Usaha dan Gaya Gesekan di SMU Negeri 1 Singaraja). Aneka Widya STKIP Singaraja, No. 4 Th. XXX

Serway dan Jewett. 2004. Physics for Scientists and Engineers 6th edition. Thompson Brooks.

Sudjana, Nana. 2004. Metode Statistika. Bandung: PT.Tarsito.

Suparno, Paul. 2005. Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: PT. Grasindo.

Wilantara, I Putu Eka. (2003). Implementasi Model Belajar Konstruktivis dalam Pembelajaran Fisika untuk Mengubah Miskonsepsi Ditinjau dari Penalaran Formal Siswa. Tesis, Program Studi Penelitian dan Evaluasi Pendidikan, PPS IKIP Negeri Singaraja.


Recommended