BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Lambang utama tentang kenabian dan risalah Ilahiyah pada diri Nabi kita
Muhammad SAW adalah awal diturunkannya Al-Qur;an yang agung pada hati
Nabi SAW. Melalui wahu Ilahi, lewat Lisan Jibril Al-Amin as untuk disampaikan
kepada manusia. Wahyu itu sendiri tidak terbatas pada Al-Qur’an saja, tetapi juga
turun melalui sunnah Nabi SAW yang befungsi untuk memperjelas dan
mensyarah-i Al-Qur’an atau sebagai hukum sistematis (tafsili), berdasarkan
prinsip-prinsip utama syariat Al-Qur’an.
Maka wahyu dalam bentuk Al-Qur’an ataupun sunnah menjadi sumber
pembentukan syariat (tasyri’) atau hukum-hukum syara’ pada zaman Nabi SAW.
Keduanya mempunyai perbedaan bentuk, Al-Qur’an diturunkan Allah dengan
lafadz dan maknanya, sedangkan sunnah makna dan isinya berupa wahyu,lafadz
atau struktur gramatikalnya berasal dari Nabi SAW.
Al-Qur’anul Karim merupakan syariat yang universal, inti agama Islam
dan dasar agama. Mengetahui Al-Qur’an, akan berfungsi menjelaskan
argumentasi dalam menyimpulkan beberapa hukum dan menjelaskan pada pihak
yang pro atau kafir yang kontra, menjelaskan sah atau tidaknya ibadat atau salat.
Al-Qur’an sebagaimana yang telah disebutkan oleh para ulama adalah
kitab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafadz berbahasa
Arab yang dinukil secara mutawatir, termasuk ibadat bagi yang membacanya
diawali dengan surat Al- Fatihah dan diakhiri dengan Surat An-Nas.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah turunnya Al-Qur’an?
2. Bagaimana kemungkina dan terjadinya sebuah wahyu?
3. Bagaiman proses turunnya Al-Qur’an?
4. Apa saja hikmah turunny Al-Qur’an secara berangsur-angsur?
5. Apa faedah turunnyAl-Qur’an secara bertahap?
C. Tujuan
1. Mengetahui sejarah turunnya Al-Qur’an Al-Karim.
2. Mengetahui kemungkinan dan terjadinya sebuah wahyu.
3. Mengetahui proses turunnya Al-Qur’an.
4. Mengetahui hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur.
5. Mengetahui faedah turunnya Al-Qur’an secara bengasur.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian wahyu
Menurut bahasa wahyu bisa diartikan :
a. Ilham, sebagai bawaan dasar manusia, seperti wahyu terhadap ibu
Nabi Musa, “Dan kami ilhamkan kepada ibu Musa, ‘Susuilah dia …’.” (Al-
Qashash: 7). Ilham berupa naluri pada binatang, seperti wahyu kepada lebah,
“Dan Tuhanmu telah mewahyukan kepada lebah, ‘Buatlah sarang di bukit-bukit,
di pohon-pohon kayu, dan di rumah-rumah yang didirikan manusia’.” (An-Nahl:
68).
b. Isyarat yang cepat melalui rumus dan kode, seperti isyarat Zakaria
yang diceritakan Alquran, “Maka keluarlah dia dari mihrab, lalu memberi isyarat
kepada mereka, ‘Hendaknya kamu bertasbih di waktu pagi dan petang’.”
(Maryam: 11).
c. Apa yang disampaikan Allah kepada para malaikatnya berupa
suatu perintah untuk dikerjakan. “Ingatlah ketika Tuhanmu mewahyukan kepada
para malaikat, ‘Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah pendirian
orang-orang yang beriman’.” (Al-Anfal: 12).
Sedang wahyu syar’i didefinisikan sebagai kalam Allah yang diturunkan
kepada seorang nabi baik melalui perantara ataupun tidak. Definisi ini
menggunakan pengertian maf’ul, iaitu almuha (yang diwahyukan). pengetahuan
yang didapati oleh seseorang dari dalam dirinya dengan disertai keyakinan
bahawa pengetahuan itu datang dari Allah, melalui perantara ataupun tidak.
B. Kemungkinan Terjadinya Wahyu
Pembahasan psikologi dan rohani kini mempunyai tempat yang penting
dalam ilmu pengetahuan. Hal itu pun didukung dan diperkuat oleh perbedaan
manusia dalam kecerdasannya, kecenderungannya, dan nalurinya. Di antara
intelijensia itu ada yang istimewa dan cemerlang sehingga dapat menemukan
3
segala hal yang baru. Tetapi, ada pula yang dungu dan sukar memahami urusan
yang mudah sekalipun. Di antara dua posisi ini terdapat sekian banyak tingkatan.
Demikian pula halnya dengan jiwa, ada yang jernih dan cemerlang, ada pula yang
kotor dan kelam.
Di balik tubuh manusia ada roh yang merupakan raha sia hidupnya.
Tubuh itu kehabisan tenaga dan jaringan-jaringan mengalami kerosakan jika tidak
mendapatkan makanan menurut kadarnya. Demikian pula roh, ia memerlukan
makanan yang dapat memberikan tenaga rohani agar dapat memelihara sendi-
sendi dan ketentuan-ketentuan lainnya.
Bagi Allah bukan hal yang jauh dalam memilih dari antara hamba-
hamba-Nya sejumlah jiwa, yang dasarnya begitu jernih dan kudrat yang lebih
bersih, yang siap menerima sinar ilahi dan wahyu dari langit serta hubungan
dengan makhluk yang lebih tinggi, agar kepadanya diberikan risalah ilahi yang
dapat memenuhi keperluan manusia. Mereka mempunyai ketinggian perasaan dan
keluhuran budi, dan kejujuran dalam menjalankan hukum. Mereka itulah para
rasul dan nabi Allah. Maka, tidaklah aneh bila mereka berhubungan dengan
wahyu yang datang dari langit.
Rasul kita, Muhammad, bukan rasul pertama yang diberi wahyu. Allah
juga telah memberikan wahyu kepada rasul-rasul sebelumnya. Seperti firman
Allah, “Sesungguhnya Kami telah menyampaikan wahyu kepadamu seperti Kami
telah menyampaikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan
Kami telah menyampaikan wahyu pula kepada Ibrahim, Ismail, Ishak, Yakub, dan
anak cucunya, Isa, Ayub, Yunus, Harun, dan Sulaiman. Dan Kami berikan Zabur
kepada Dawud. Dan Kami telah mengutus rasul-rasul yang sungguh telah Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan rasul-rasul yang tidak Kami
kisahkan tentang mereka kepadamu. Dan Allah telah berbicara kepada Musa
dengan langsung.” (An-Nisa: 163–164).
“Patutkah menjadi kehairanan bagi manusia bahawa Kami mewahyukan
kepada seorang laki-laki di antara mereka, ‘Berilah peringatan kepada manusia
dan gembirakanlah orang-orang yang beriman bahawa mereka mempunyai
4
kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan mereka?’ Orang-orang kafir berkata,
‘Sesungguhnya orang ini (Muhammad) adalah benar-benar tukang sihir yang
nyata” (Yunus: 2).
C. PROSES TURUNNYA AL-QUR’AN
Allah SWT menjelaskan secara umum tentang turunnya Al-Quran dalam
tiga tempat dalam Al-Quran, masing-masing :
a. Al-Quran diturunkan pada bulan Ramadhan
�ن� آ �ق�ر� ال فيه �زل� �ن أ �ذي ال م�ض�ان� ر� ه�ر� ش�
Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan Al Qur`an ( al-
Baqarah: 185 ).
b. Al-Quran diturunkan pada malam Lailatul Qadar
�ق�د�ر ال �ة �ل �ي ل في �اه� �ن ل �ز� �ن أ �ا ن إ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya pada malam lailatul qadar. (al-
Qadr : 1 )
c. Al-Quran diturunkan pada malam yang diberkahi
�ة" ك �ار� م�ب �ة" �ل �ي ل في �اه� �ن ل �ز� �ن أ �ا ن إ
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ( Qur`an ) pada malam yang
diberkahi.` (QS ad-Dhukhan: 3 ).
Ketiga ayat diatas tidak bertentangan, karena malam yang diberkahi
adalah malam lailatul qadar dalam bulan ramadhan. Tetapi lahir ( zahir ) ayat-ayat
itu bertentangan dengan kehidupan nyata Rasulullah SAW , dimana Qur`an turun
kepadanya selama dua puluh tiga tahun. Dalam hal ini para ulama mempunyai
dua madzab pokok , dan satu madzhab lainnya:
1. Madzhab pertama yaitu, pendapat Ibn Abbas dan sejumlah ulama serta
yang dijadikan pegangan oleh umumnya para ulama.
Yang dimaksud dengan turunnya Qur`an dalam ketiga ayat diatas adalah
turunnya Qur`an sekaligus di Baitul `Izzah dilangit dunia agar para malaikat
menghormati kebesarannya. Kemudian sesudah itu Qur`an diturunkan kepada
5
rasul kita Muhammad saw. Secara bertahap selama dua puluh tiga tahun. sesuai
dengan peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian sejak dia diutus sampai
wafatnya. Pendapat ini didasarkan pada berita-berita yang sahih dari Ibn Abbas
dalam beberapa riwayat. Antara lain:
a. Ibn Abbas berkata: ` Qur`an sekaligus diturunkan ke langit dunia pada
malam lailatul qadar, kemudian setelah itu ia diturunkan selama dua puluh tahun.`
Lalu ia membacakan: `Tidaklah orang-orang kafir itu datang kepadamu sesuatu
yang ganjil, melainkan Kami datangkan kepadamu suatu yang benar dan yang
paling baik penjelasannya .`( al-Furqan : 33 ).
�زيال% �ن ت �اه� �ن ل �ز� و�ن م�ك�ث" ع�ل�ى �اس الن ع�ل�ى ه�� أ �ق�ر� ت ل �اه� ق�ن ف�ر� %ا �ن آ و�ق�ر�
`Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.` (al-Isra` : 106 ).
b. Ibn Abbas r.a berkata: ` Qur`an itu dipisahkan dari az-Zikr, lalu diletakkan
dai baitul Izzah di langit dunia. Maka jibril mulai menurunkannya kapada Nabi
saw.`
c. Ibn Abbas r.a mengatakan : ` Allah menurunkan Qur`an sekaligus kelangit
dunia , tempatnya turunnya secara berangsur-angsur. Lalu Dia menurunkannya
kepada Rasulnya bagian demi bagian.`
d. Ibn Abas r.a berkata : `Qur`an diturunkan pada malam lailatul qadar, pada
bulan ramadhan ke langit dunia sekaligus; lali ia diturunkan secara berangsur-
angsur.`
2. Madzhab kedua, yaitu yang diriwayatkan oleh as-Sya`bi .
Bahwa yang dimaksud dengan turunnya Quran dalam ketiga ayat diatas
adalah permulaan turunnya Qur`an pada Rasulullah SAW. Permulaan turunnya
Quran itu di mulai pada malam lailatul qadar di bulan ramadhan, yang merupakan
malam yang di berkahi. Kemudian turunnya berlanjut sesudah itu secara bertahap
sesuai dengan kejadian dan peristiwa-peristiwa selam kurang lebih dua puluh
tahun. Dengan demikian Qur`an hanya satu macam cara turun, yaitu turun secara
6
bertahap kepada Rasulullah SAW sebab yang demikian inilah yang dinyatakan
dalam Qur`an :
�زيال% �ن ت �اه� �ن ل �ز� و�ن م�ك�ث" ع�ل�ى �اس الن ع�ل�ى ه�� أ �ق�ر� ت ل �اه� ق�ن ف�ر� %ا �ن آ و�ق�ر�
`Dan Al Qur`an itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu
membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya
bagian demi bagian.` (al-Isra`: 106 )
3. Madzhab ketiga
Bahwa Qur`an diturunkan kelangit dunia selama dua puluh tiga malam
lalilatul qadar yang pada setiap malamnya selama malam-malam lailatul qadar itu
ada yang ditentukan Allah untuk diturunkan pada setiap tahunnya. Dan jumlah
wahyu yang diturunkan kelangit dunia pada malam lailatul qadar , untuk masa
satu tahun penuh itu kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada
Rasulullah SAW sepanjang tahun. Madzab ini adalah hasil ijtihad sebagian
mufasir.. pendapat ini tidak mempunyai dalil.
Perbedaan turunnya Al-Qur’an secara sekaligus dan berangsur-angsur
disebabkan karena merujuk kepada dua kata anzala dan nazala dalam ayat surat
al-Isra’ : 105.
: - * اإلسراء ا نذ�ير� و ا ر� بش م� إ�ال� ل�ناك س ر�آأ وم ل نز ق ب�ال�ح و ل�ناه� نز
أ ق ب�ال�ح و
105 -
Dan Raghib al-Asfahani mengatakan : perbedaan dua kata tersebut, kata
inzal dan tanzil, Yaitu bahwa kata tanzil ( ( التنزيل dimaksudkan berkenaan
turunya Al-Qur’an secara berangsur-angsur ( قا Sedangkan( منجما ) atau,( مفر'
kata inzal ditujukan berkenaan turunya al-qur’an secara sekaligus ( جملة ).
Dasar turunnya Al-Qur’an sekaligus
الدخان * - : ن�ذ�ر�ين م� ك�ن�ا �ن�ا إ كة2 بار م� لي�لة2 ف�ي ل�ناه� ن�ز أ �ن�ا –3إ
7
“Sesumgguhmya Kami menurunkan ( Al-Qur’an ) pada malam yang diberkahi
dan sesungguhnya Kamilah yang memberi peringatan “.( QS. Al-Dhukhan : 3 )
Firman Allah SWT Surat Al-Baqarah : 185
دى ال�ه� م�ن بي نات2 و ل�لن�اس� ه�د�ى ءان� ر� ال�ق� يه� ف� ن�ز�ل� أ ال�ذ�ي ان مض ر ر� ه� ش
البقرة * - : ان� ق ر� ال�ف� -185و
“ Bulan Ramadhan bulan yang didalmnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk
bagi manusia dan penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda antara yang
hak dan yang bathil “ ( QS. Al-Basqarah : 185 ).
Firman Allah SWT surat Al-Qadr : 1
القدر * – : د�ر� ال�ق لي�لة� ف�ي ل�ناه� ن�ز أ �ن�ا -1إ
“ Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam kemulyaan “
( QS. Al-Qadr : 1 )
Hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas ra, bahwa ia berkata :
وكان النجوم� بمواقع� وكان الدنيا اء� السم إلى واحدة جملة� القرأن� أنزل
بعض2 . إثر فى بعضه وسلم' عليه الله صلى علىرسوله ي�نزله الله�
“Allah menurunkan Al-Qur’an sekaligus ke langit dunia, tempat turunnya secara
berangsur-angsur. Lalu Dia menurunkannya kepada Rasul-Nya SAW bagian demi
bagian . “ ( HR. Al Hakim dan al-Baihaqi )
Dalam riwayat Ibnu Abbas ra yang lain, beliau berkata :
جملة� الدنيا السماء إلى رمضان هرى ش فى القدر� ليلة� فى القرأن� أنزل
. � نجوما أنزل ثم واحدة�
“Al-qur’an diturunkan pada malam lailatul Qadar pada bulan Ramadhan ke
langit dunia sekaligus, lalu ia menurunkan secara berangsur-angsur “. ( HR. Al-
Tabrani ).
8
Dasar Turun nya Al-Qur’an berangsur-angsur
Firman Allah SWT surat al-Isra’ : 106
اإلسراء * - : تن�ز�يال� ل�ناه� نز� و ك�ث2 م� على الن�اس� على ه�أ ر ل�تق� ناه� ق� ر ف ءان�ا ر� وق�
106_
“Dan Al-Qur’an telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur, agar kamu
membacanya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian-
demi bagian . “ ( QS. Al-Isra’ : 106 ).
Dan Firman Allah SWT surat Al-Furqan : 32
ب�ه� ل�ن�ثب ت كذل�ك دة� واح� لة� م� ج� ءان� ر� ال�ق� علي�ه� ل ن�ز لو�ال وا ر� كف ال�ذ�ين ال وق
الفرقان * – : ت�يال� تر� ت�ل�ناه� ر و ادك ؤ –32ف�
“Berkatalah orang-orang kafir : “ mengapa Al-Qur’an tidak dirunkan kepadanya
sekali turun saja ? Demikian supaya Kami perkuat hatimu dengannya, dan Kami
membacakannya kelompk demi kelompok “. ( QS. Al-Furqon : 32 ).
Hikmah Turunnya Al-Qur’an dengan berangsur-angsur
D. HIKMAH TURUNNYA AL-QUR’AN DENGAN BERANSUR-
ANGSUR.
Pertama : meguatkan dan meneguhkan hati Rasulullah SAW.
Sebagaimana Al-Qur’an Surat : Al-Furqan : 32
ب�ه� ل�ن�ثب ت كذل�ك دة� واح� لة� م� ج� ءان� ر� ال�ق� علي�ه� ل ن�ز لو�ال وا ر� كف ال�ذ�ين ال وق
الفرقان * – : ت�يال� تر� ت�ل�ناه� ر و ادك ؤ - 32ف�
Artinya : “Berkatalah orang-orang kafir:"Mengapa al-Qur'an itu tidak
diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah supaya Kami perkuat
hatimu dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).
(QS.Al-Furqan / 25:32)
9
Rasulullah SAW telah menyampaikan dakwahnya kepada menusia, tetapi
ia menghadapi sikap mereka yang membangkang dan watak yang begitu keras. Ia
ditantang oleh orang-orang yang berhati batu, berperangai kasar dan keras kepala.
Mereka senantiasa melemparkan berbagai macam gangguan dan ancaman kepada
Rasul.
Wahyu turun kepada Rasulullah SAW dari waktu kewaktu sehingga dapat
meneguhkan hatinya atas dasar kebenaran dan memperkuat kemauannya untuk
tetap melangkahkan kaki dijalan dakwah tanpa menghiraukan perlakuan jahil
yang dihadapinya dari masyarakatnya sendiri.
Contoh dari ayat-ayat tersebut, diantaranya sebagai berikut:
a. Ayat yang berisi anjuran langsung untuk bersabar
`Dan bersabarlah terhadap apa yang mereka ucapkan dan jauhilah mereka dengan
cara yang baik. Dan biarkanlah Aku bertindak terhadap orang-orang yang
mendustakan itu, orang-orang yang mempunyai kemewahan dan beri tangguhlah
mereka barang sebentar.`(al-Muzammil:10-11)
b. Ayat dari kisah-kisah nabi dan ajakan mengambil contoh
keteguhan mereka
Demikianlah hikmah yang terkandung dalam kisah para Nabi yang terdapay
dalam Qur`an: `Dan kisah rasul-rasul kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah
yang dengannya Kami terguhkan hatimu.` (Hud : 120 )
c. Ayat yang berisi janji-janji kemenangan
`Allah telah menetapkan: `Aku dan rasul-rasul-Ku pasti menang`. Sesungguhnya
Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.` (al-Mujadalah: 21 ).
Setiap kali penderitaan Rasulullah SAW bertambah karena didustakan
oleh kaumnya dan merasa sedih karena penganiayaan mereka, maka Qur`an turun
untuk melepaskan derita dan menghiburnya serta mengancam orang-orang yang
mendustakan bahwa Allah mengetahui hal ihwal mereka dan akan membalas apa
yang melakukan hal itu.
10
Kedua : Menjawab Tantangan dan sekaligus Mukjizat. Orang-orang
musyrik senantiasa berkubang dalam kesesatan dan kesombongan hingga
melampaui batas. Mereka sering mangajukan pertanyaan-pertanyaan dengan
maksud melemahkan dan menentang. Untuk menguji kenabian Rasulullah.
Mereka juga sering menyampaikan kepadanya hal-hal batil yang tak masuk akal,
seperti menanyakan tentang hari kiamat, "Bilakah terjadinya?" Katakanlah:
"Sesungguhnya pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak
seorangpun yang dapat menjelaskan waktu kedatangannya selain Dia.
Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di
bumi. kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba".
Mereka bertanya kepadamu seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya.
Katakanlah: "Sesungguhnya pengetahuan tentang bari kiamat itu adalah di sisi
Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak Mengetahui". (Al-A'roof 187)
Jadi hikmah yang bisa kita tangkap disini adalah, bahwasanya turunnya
Al-Quran secara berangsur-angsur juga agar bisa menjawab tantangan-tantangan
yang senantiasa dimunculkan oleh kaum kafir qurays, yahudi, bahkan juga kaum
munafik. Hikmah seperti ini telah diisyaratkan oleh keterangan yang terdapat
dalam beberapa riwayat dalam hadis Ibn Abbas mengenai turunnya Qur`an : `Apa
bila orang-orang musyrik mengadakan sesuatu, maka Allah pun mengadakan
jawabannya atas mereka.`
Ketiga : Mempermudah hafalan dan pemahaman, karena Al-Qur’an
diturunkan ditengah-tengah umat yang ummi dan yang tidak pandai membaca dan
menulis. Al-Quran Al-Karim turun ditengah-tengah umat yang ummi, yang tidak
pandai membaca dan menulis, catatan mereka adalah daya hafalan dan daya
ingatan. Mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang tata cara penulisan dan
pembukuan yang dapat memungkinkan mereka menuliskan dan membukukannya,
kemudian menghafal dan memuhaminya.
Umat yang buta huruf itu tidaklah mudah untuk menghafal seluruh Qur`an
apa bila Al-Quran Al-Karim diturunkan sekaligus, dan tidak mudah pula bagi
mereka untuk memahami maknanya serta memikirkan ayat-ayatnya, jelasnya
11
bahwa Al-Quran Al-Karim secara berangsur itu merupakan bantuan terbaik bagi
mereka untuk menghafal dan memahami ayat-ayatnya.
Setiap kali turun satu atau beberapa ayat, para sahabat segara
menghafalkannya. Memikirkan maknanya dan memahami hukum-hukumnya.
Tradisi demikian ini menjadi suatu metode pengajaran dalam kehidupan para
Tabi`in. Sebagaiman Allah SWT menegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Qamar :
17.
القمر * - : د�ك�ر2 Xم م�ن ل� ه ف ل�لذ ك�ر� ءان ر� ال�ق� نا ر� يس� د� لق –22و
Ketiga : Kesesuaian dengan Peristiwa-peristiwa Pentahapan dalam
Penetapan Hukum.
Manusia tidak akan mudah mengikuti dan tunduk kepada agama yang bau ini
seandainya Al-Quran Al-Karim tidak menghadapi mereka dengan cara yang
bijaksanadan memberikan kepada mereka beberapa obat penawar yang ampuh
yang dapat menyembuhkan mereka dari kerusakan dan kerendahan martabat.
Setiap kali terjadi suatu peristiwa, diantara mereka , maka turunlah hukum
mengenai peristiwa itu yang menjelaskan statusnya dan penunjuk serta
meletakkan dasar-dasar perundang-undangan bagi mereka, sesuai dengan situasi
dan kondisi, satu demi satu. Dan cara ini menjadi obat bagi hati mereka.
Tahapan Pengharaman Khamr contoh yang paling jelas mengenai
penetapan hukum yang berangsur-angsur itu ialah diharamkannya minuman keras,
mengenai hal ini pertama-tama Allah berfirman :
a. Pertama, Allah SWT berfirman : Dan dari buah korma dan anggur,
kamu buat minimuman yang memabukkan dan rezki yang baik. Sesunggguhnya
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda bagi orang yang
memikirkan.`(an-Nahl: 67).
Ayat ini menyebutkan tentang karunia Allah apa bila yang di maksud
dengan `sakar` ialah khamr atau minuman keras dan yang dimaksud dengan
`rezeki` ialah segala yang dimakan dari kedua pohon tersebut seperti kurma dan
kismis-dan inilah pendapat jumhur ulama- maka pemberian predikat `baik` kepada
12
rezeki sementara sakar tidak diberinya, merupakan indikasi bahwa dalam hal ini
pijian Allah hanya ditujukan kepada rezeki dan bukan kepada sakar.
b. Kedua, Allah SWT berfirman : `Mereka bertanya kepadamu
tentang khamar dan judi. Katakanlah: `Pada keduanya terdapat dosa yang besar
dan beberapa manfa`at bagi manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari
manfa`atnya`.(al-Baqarah:219).
Ayat ini membandingkan antara manfaat minuman keras (khamr)
yang timbul sesudah memminumnya seperti kesenangan dan kegairahan atau
keuntungan karena memperdagangkannya, dengan bahaya yang diakibatkannya
seperti dosa, bahaya bagi kesehatan tubuh, merusak akal, menghabiskan harta dan
membangkitkan dorongan-dorongan untuk berbuat kenistaan dan durhaka. Ayat
tersebut menjauhkan khamr dengan cara menonjolkan segi bahayanya dari pada
manfaatnya
c. Ketiga : Allah SWT berfirman : `Wahai orang-orang yang
beriman , janganlah kamu salat sedang kamu dalam keadaan mabuk.`(an-Nisa`: 43
).
Ayat ini menunjukkan larangan minuman khamr pada waktu-waktu
tertentu bila pengaruh minuman itu akan sampai kewaktu salat, ini mengingat
adanya larangan mendekati salat dalam keadaan mabuk, samppai pengaruh
minuman itu hilang dan mereka mengetahui apa yang mereka baca dalam
shalatnya.
d. Keempat : Firman Allah :`Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya khamar, berjudi, berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah
termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu
mendapat keberuntungan. Sesungguhnya syaitan itu bermaksud hendak
menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu lantaran khamar dan
berjudi itu, dan menghalangi kamu dari mengingat Allah dan sembahyang; maka
berhentilah kamu.`(al-Maidah:90-91)
Ini merupakan pengharaman secara pasti dan tegas terhadap minuman
dalam segala waktu.
Hikmah penetapan hukum dengan sistem bertahap ini lebih lanjut
diungkapkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a ketika mengatakan :
13
`Sesungguhnya yang pertama kali turun dari Qur`an ilah surah Mufassal yang
didalamnya disebutkan surga dan neraka, sehingga ketika manusia telah berlari
kepada Islam, maka turunlah hukum haram dan halal. Kalau sekiranya yang turun
pertama kali adalah `jJanganlah kamu meminum khamr` tentu meraka akan
menjawab: ` Kami tidak akan meninggalkan khamr selamanya.` Dan kalau
sekiranya yang pertama kali turun ialah ; janganlah kamu berzina, tentu mereka
akan menjawab: `Kami tidak akan meninggalkan zina selamanya.`
Keempat : Sebagai pendidikan terhadap umat islam, dengan turunnya Al-
Qur’an dengan cara bertahap, pelajaran dengan sabar dan hati-hati dalam
menghadapi segala cobaan, dan bertahap dalam memahami hukum islam.
Kelima : Denga cara ini, turunya ayat sesuai dengan peristiwa yang terjadi
akan lebih berkesan dihati, karena segala persoalan dapat ditanyakan langsung
kepada Nabi SAW, seperti yang terjadi, dan Al-Qur’an langsung menjawabnya,
dalam persoalan istri su’ad bin Rabi’ yang datang kepada Rasulullah.
Diriwayatkan oleh Jabir bin Abdullah, berkata : “ telah datang seorang istri
dari Su’ad bin Rabi’ kepada Rasul SAW dan bersamanya dua orang anak
perempuan, dan berkata : “ Ya Rasul, kedua anak perempuan ini adalah putri dari
Su’ad yang terbunuh dalam perang Uhud, dan pamannya tidak memberikan hak
keduanya. Maka bersabda Rasulullah SAW dalam persoalan tersebut dengan
turunnya ayat, QS. Al-Nisa’ : 11.
و�ق ف آء� ن�س ك�ن� إ�ن ف نثيي�ن�ا�أل� ظ ح ث�ل� م� ل�لذ�كر� و�الد�ك�م�
أ ف�ي الله� يك�م� يوص�
د2 واح� ل�ك�ل ي�ه� بووأل الن ص�ف� ا له ف دة� واح� كانت� إ�ن و ك اتر م ث�ل�ثا ن� له� ف اث�نتي�ن�
اه� بو أ ثه� ر� وو لد�� و ل�ه� يك�ن ل�م� إ�ن ف لد�� و له� كان إ�ن ك تر ا م� م� د�س� Xالس ا م ن�ه� م
ي�وص�ى ي�ة2 وص� بع�د� م�ن د�س� Xالس ه� أل�م� ف وة` إ�خ� له� كان إ�ن� ف الثXل�ث� ه� أل�م ف
ن م ة� ر�يض ف ع�ا نف� لك�م� ب� ر ق�أ م� يXه�
أ ون التد�ر� ب�ناؤ�ك�م� أ و ءابآؤ�ك�م� دي�ن2 و�
آأ ب�ه
النساء * - : ا ك�يم� ح ا عل�يم� كان الله إ�ن� - 11الله�
Keenam : Bukti yang pasti ( mu’jizat ) bahwa Al-Qur’an adalah dari sisi
Allah SWT Yang Maha bijaksana dan Maha Terpuji. Ketika terjadi pengingkaran
terhadap Al-Qur’an itu, maka Allah untuk mendatangkan yang serupa dengannya,
14
maka sekali lagi Allah menegasakan tidak akan bisa sebagaimana Allah SWT
berfirman : QS. Al-Isra’ : 88, QS. Hud : 13, QS. Al-Baqarah : 23.
E. FAEDAH TURUNNYA AL-QUR’AN SECARA BERTAHAP
Dalam hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap itu kita melihat adanya
suatu metode yang berfaedah bagi kita dalam mengaplikasikan kedua asas
tersebut seperti yang kami sebutkan tadi. Sebab Turunnya Al-Qur’an itu telah
meningkatkan pendidikan umat islam secara bertahapdan bersifat alami untuk
memperbaiki jiwa manusia, meluruskan perilakunya, membentukkepribadian dan
meyempurnakan eksistensinya sehingga jiwa itu tumbuh kokoh diatas pilar – pilar
yang kokoh dan mendatangkan buah yang baik bagi kebaikan umat manusia
seluruhnya dengan izin Tuhannya
Diantara ayat-ayat Al-Qur’an yang turun pertama kali didapati perintah
untuk membaca dan belajar dengan alat tulis (iqra’). Demikian pula dalam
turunnya ayat – ayat Al-Qur’an tentang riba dan warisan dalam masalah harta
kekayaan, atau turunnya ayat ayat tentang peperangan untuk membedakan secara
tegas anatara islam dengan kemusyrikan.Diantara itu semua, terdapat tahapan –
tahapan pendidikan yang mempunyai berbagai cara yang sesuai dengan tingkat
perkembangan masyarakat islam, dari kondisi lemah menjadi kuat dan tangguh.
Sistem belajar yang tidak mempehatikan tingkat pemikiran siswa dalam
tahap – tahap pengangguran, pembinaan bagian – bagian ilmu di atas sesuatuyang
bersifat menyeluru dan mutlak, serta dari yang umum menjadi yang lebih khusus,
atau tidak memperhatiakan pertumbuhan aspek – aspek kepribadian yang bersifat
intelektua, ruhani dan jasmani. Maka ia adalah sistem pendidikan yang gagal dan
tidak akan memberi hasil ilmu pengetahuan kepada umat, selain hanya menambah
kebekuan dan kemuduran.
Petunjuk Ilahi tentang hikmah turunnya Al-Qur’an secara bertahap
merupakan contoh yang paling baik dalam menyusun kurikulum pengajaran,
memilih metode, dan menyusun buku
15
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Allah menurunkan Al-Qur’an kepada Rasul kita Muhammad SAW untuk
membimbing manusia. Turunnya Al-Qur’an pertama kali pada lailatul-qodar
merupaka pemberitahuan kepada alam samawi yang dihuni para malaikat tentang
kemuliaan umat Muhammad. Umat ini telah dimuliakan oleh Allah dengan risalah
barunya agar menjadi umat yang paling baik yang dikeluarkan bagi manusia.
Turunnya Al-Qur’an yang kedua kali secara bertahap, berbeda dengan
kitab-kitab yang turun sebelumnya, sangat mengejutkan orang dan menimbulan
keraguan terhadapnya sebelum jelas bagi mereka rahasia hikmah Ilahi yang ada
dibalik itu. Rasulullah SAW tidak menerima risalah besar ini dengan cara sekali
jadi, dan kaumnyapun yang sombong dan keras kepala dapat ditaklukkan
dengannya. Wahyu turun secara berangsur-angsur untuk menguatkan hati Rasul
dan menghiburnya relevan dengan peristiwa dan kejadian-kejadian yang mengiri
sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmat-Nya.
16
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qaththan, Syaikh Manna’, 2008. Pengantar Studi Ilmu Al-Qur’an, Jakarta Timur: Pustaka Al-Kautsar.
http://donnysahabuddin.wordpress.com/2009/09/07/malam-turunnya- al-quran/
http://sirohcenter.blogspot.com/2009/03/5-turunyya-al-quran.html http://madinatulilmi.com/?prm=posting&kat=1&var=detail&id=160
17