BIODATA KELOMPOK 5 ASKEP ANEMIA
KETUA
NAMA : KHAIRUL AMIN
NAMA PANGGILAN : : IRUL
NIM : 08.070
ALAMAT : Kel.MATA IWOI Kec.LAMBUYA
TEMPAT TINGAL : Kel.TUOI UNAAHA
ASAL SEKOLAH / SD : SDN I SUKA MAJU / 2002
ASAL SEKOLAH SMP : SMPS SUKA MAJU /2005
ASAL SEKOLAH SMA : SMA N 1 LAMBUYA / 2008
AGAMA : ISLAM
SUKU : JAWA
No.TLPN : 085241893360
e-mail : -
NAMA ORTU(AYAH) : AHMAD
NAMA ORTU (IBU) : SITI
PEKERJAAN (AYAH ) : TANI
PEKERJAAN (IBU ) : IBU RUMAH TANGGA
1
WAKIL KETUA
NAMA : ASDRIL MALAKA
NAMA PANGGILAN : : ASRIL
NIM : 08.053
ALAMAT : Kel.LATOMA UNAAHA
TEMPAT TINGAL : Kel.LATOMA UNAAHA
ASAL SEKOLAH / SD : SDN I AMBEKAIRI / 2002
ASAL SEKOLAH SMP : SMPS 1 UNAAHA / 2005
ASAL SEKOLAH SMA : SMA N 1 UNAAHA / 2008
AGAMA : ISLAM
SUKU : TOLAKI
No.TLPN :
e-mail : -
NAMA ORTU(AYAH) : SUPU MALAKA
NAMA ORTU (IBU) : SITI JAMIAH
PEKERJAAN (AYAH ) : POLISI
PEKERJAAN (IBU ) : IBU RUMAH TANGGA
2
ANGOTA KELOMPOK
NAMA : MEY LESTARI
NAMA PANGGILAN : : MEY
NIM : 08.074
ALAMAT : DESA WAWOONE
TEMPAT TINGAL : DESA WAWOONE
ASAL SEKOLAH / SD : SDN 3 LALAOTIAO / 2002
ASAL SEKOLAH SMP : SMP 4 PUNDIDAHA / 2005
ASAL SEKOLAH SMA : SMA N 1 PUNDIDAHA / 2008
AGAMA : ISLAM
SUKU : TOLAKI –BUGIS
No.TLPN : 085255323640
e-mail : -
NAMA ORTU(AYAH) : H.UMAR .R
NAMA ORTU (IBU) : MARPHIA
PEKERJAAN (AYAH ) : PENSIUN TELKOM
PEKERJAAN (IBU ) : IBU RUMAH TANGGA
3
ANGOTA KELOMPOK
NAMA : NOVIANTI GAU
NAMA PANGGILAN : : NOVI
NIM : 08.080
ALAMAT : DESA AMBERI LAMBUYA
TEMPAT TINGAL : Jel. TUOI
ASAL SEKOLAH / SD : SDN I AWULITI / 2002
ASAL SEKOLAH SMP : SMP 1 LAMBUYA / 2005
ASAL SEKOLAH SMA : SMA N 1 LAMBUYA / 2008
AGAMA : ISLAM
SUKU : TOLAKI
No.TLPN : 085656555835
e-mail : -
NAMA ORTU(AYAH) : M.SALEH
NAMA ORTU (IBU) : HAARNI
PEKERJAAN (AYAH ) : GURU PNS
PEKERJAAN (IBU ) : IBU RUMAH TANGGA
4
TUGAS :
M A K A L A H
“ANEMIA PADA ANAK”
OLEH:KELOMPOK :
1. Mey Lestari 2. Khairul Amin 3. Putu Puja 4. Asril malaka 5. Novianti Gau
AKADEMI KEPERAWATAN PEMDA KABUPATEN KONAWE
U N A A H A2010
DAFTAR ISI
5
ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ......................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ........................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..................................................................................................... 1
B. Tujuan.................................................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN
I. Definisi Anemia .................................................................................................. 2
II. Asuhan Keperawatan .......................................................................................... 9
III. Diagnosa Keperawatan ....................................................................................... 11
IV. Rencana Asuhan Keperawatan ........................................................................... 12
V. Evaluasi................................................................................................................ 21
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ......................................................................................................... 22
B. Saran ................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
6
KATA PENGANTAR
Assyalamualaikum wr.wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas nikmat,
karunia, dan rahmat-Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “ANEMIA PADA ANAK” tak juga ucapan rasa trima kasih kami ucapkan
kepada Dosen kami yang telah memberikan tugas kepeda kami, makalah ini kami
susun berdasarkan referensi-referensi yang kami gunakan, baik itu dari buku ataupun
situs internet yang demi untuk memperlengkap dan menyempurnakan makalah kami.
Kami menyadari bahwa makalah kami masih banyak kekurangan-kekuranganya
baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya, Oleh karena itu kami selalu berharap
agar pembaca senantiasa memberikan saran dan kritik agar dapat menyempurnakan
dalam penulisan selanjutnya.
Wassyalamualaikum wr.wb
Unaaha, 24 April 2010
Kelompok
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar Belakang Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita
masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya
sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin
B12, sampai kelainan hemolitik. Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik
maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah,
dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari
harga normal B.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum:
Mahasiswa mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2. Tujuan Khusus:
a. Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia
b. Mahasiswa mampu menyebutkan penyebab anemia
c. Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada
pasien anemia.
d. Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
8
BAB II
PEMBAHASAN
I. TINJAUAN TEORITIS
A. PENGERTIAN
Anemia adalah istilah yang menunjukkan rendahnya hitung sel darah merah dan
kadar hemoglobin dan hematokrit dibawah normal. Anemia bukan merupakan
penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau akibat
gangguan fungsi tubuh. Secara fisiologis anemia terjadi apabila terdapat
kekurangan jumlah hemoglobin untuk mengangkut oksigen ke jaringan.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih
rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb
dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red
cells volume) dalam 100 ml darah.
B. ETIOLOGI:
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan,
kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia
antara lain sebagai berikut:
1) Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi
dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
2) Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake
kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
3) Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor
intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi,
infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4) Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang
(kerusakan sumsum tulang).
C. PATOFISIOLOGI
Timbulnya anemia mencerminkan adanya kegagalan sumsum atau kehilangan
sel darah merah secara berlebihan atau keduanya. Kegagalan sumsum dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau kebanyakan akibat
9
penyebab yang tidak diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau
hemplisis (destruksi), hal ini dapat akibat defek sel darah merah yang tidak sesuai
dengan ketahanan sel darah merah yang menyebabkan destruksi sel darah merah.
Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama dalam sel fagositik atau dalam
system retikuloendotelial, terutama dalam hati dan limpa. Hasil samping proses ini
adalah bilirubin yang akan memasuki aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah
merah (hemolisis) segera direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma
(konsentrasi normal ≤ 1 mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada
sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi, (pada
kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma (hemoglobinemia).
Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas haptoglobin plasma (protein
pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk mengikat semuanya, hemoglobin akan
berdifusi dalam glomerulus ginjal dan kedalam urin (hemoglobinuria).
Kesimpulan mengenai apakah suatu anemia pada pasien disebabkan oleh
penghancuran sel darah merah atau produksi sel darah merah yang tidak mencukupi
biasanya dapat diperleh dengan dasar:1. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah; 2.
derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan cara
pematangannya, seperti yang terlihat dalam biopsi; dan ada tidaknya
hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia.
Anemia↓
viskositas darah menurun↓
resistensi aliran darah perifer↓
penurunan transport O2 ke jaringan↓
hipoksia, pucat, lemah↓
beban jantung meningkat↓
kerja jantung meningkat↓
payah jantung
10
D. KLASIFIKASI ANEMIA :
Klasifikasi berdasarkan pendekatan fisiologis:
1. Anemia hipoproliferatif, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh defek produksi sel darah merah, meliputi:
1. Anemia aplastik
Penyebab:
agen neoplastik/sitoplastik
terapi radiasi
antibiotic tertentu
obat antu konvulsan, tyroid, senyawa emas, fenilbutason
benzene infeksi virus (khususnya hepatitis)
↓Penurunan jumlah sel eritropoitin (sel induk) di sumsum tulang
↓Kelainan sel induk (gangguan pembelahan, replikasi, deferensiasi)
Hambatan humoral/seluler↓
Gangguan sel induk di sumsum tulang↓
Jumlah sel darah merah yang dihasilkan tak memadai↓
Pansitopenia ↓
Anemia aplastik
Gejala-gejala:
Gejala anemia secara umum (pucat, lemah, dll)
Defisiensi trombosit: ekimosis, petekia, epitaksis, perdarahan saluran cerna,
perdarahan saluran kemih, perdarahan susunan saraf pusat
Morfologis: anemia normositik normokromik
2. Anemia pada penyakit ginjal
Gejala-gejala:
Nitrogen urea darah (BUN) lebih dari 10 mg/dl
Hematokrit turun 20-30%
Sel darah merah tampak normal pada apusan darah tepi
11
Penyebabnya adalah menurunnya ketahanan hidup sel darah merah
maupun defisiensi eritopoitin
3. Anemia pada penyakit kronis
Berbagai penyakit inflamasi kronis yang berhubungan dengan anemia
jenis normositik normokromik (sel darah merah dengan ukuran dan warna
yang normal). Kelainan ini meliputi artristis rematoid, abses paru, osteomilitis,
tuberkolosis dan berbagai keganasan
4. Anemia defisiensi besi
Penyebab:
a) Asupan besi tidak adekuat, kebutuhan meningkat selama hamil, menstruasi
b) Gangguan absorbsi (post gastrektomi)
c) Kehilangan darah yang menetap (neoplasma, polip, gastritis, varises
oesophagus, hemoroid, dll.)
↓gangguan eritropoesis
↓Absorbsi besi dari usus kurang
↓sel darah merah sedikit (jumlah kurang)
sel darah merah miskin hemoglobin↓
Anemia defisiensi besi
Gejala-gejalanya:
a) Atropi papilla lidah
b) Lidah pucat, merah, meradang
c) Stomatitis angularis, sakit di sudut mulut
d) Morfologi: anemia mikrositik hipokromik
5. Anemia megaloblastik
Penyebab:
Defisiensi defisiensi vitamin B12 dan defisiensi asam folat
Malnutrisi, malabsorbsi, penurunan intrinsik faktor (aneia rnis st
gastrektomi) infeksi parasit, penyakit usus dan keganasan, agen
kemoterapeutik, infeksi cacing pita, makan ikan segar yang terinfeksi,
pecandu alkohol.
↓
12
Sintesis DNA terganggu↓
Gangguan maturasi inti sel darah merah↓
Megaloblas (eritroblas yang besar)↓
Eritrosit immatur dan hipofungsi
6. Anemia hemolitika, yaitu anemia defisiensi jumlah sel darah merah
disebabkan oleh destruksi sel darah merah:
Pengaruh obat-obatan tertentu
Penyakit Hookin, limfosarkoma, mieloma multiple, leukemia limfositik
kronik
Defisiensi glukosa 6 fosfat dihidrigenase
Proses autoimun
Reaksi transfusi
Malaria
↓Mutasi sel eritrosit/perubahan pada sel eritrosit
↓Antigesn pada eritrosit berubah
↓Dianggap benda asing oleh tubuh
↓sel darah merah dihancurkan oleh limposit
↓Anemia hemolisis
E. TANDA DAN GEJALA
1. GEJALA
Lemah, letih, lesu dan lelahSering mengeluh pusing dan mata berkunang-
kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan
menjadi pucat.
tacicardi,
bising sistolik anorganik,
bising karotis,
pembesaran jantung
13
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis,
ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10
gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi,
murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau
aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah,
pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir,
farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar
bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.
F. PENATALAKSANAAN
1. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau
plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
2. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi
darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
3. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi
sekunder, makanan dan istirahat
G. KEMUNGKINAN KOMPLIKASI YANG MUNCUL
Komplikasi umum akibat anemia adalah:
Gagal jantung,
Parestisia dan
Kejang.
H. PEMERIKSAAN KHUSUS DAN PENUNJANG
Kadar Hb, hematokrit, indek sel darah merah, penelitian sel darah putih, kadar Fe,
pengukuran kapasitas ikatan besi, kadar folat, vitamin B12, hitung trombosit,
waktu perdarahan, waktu protrombin, dan waktu tromboplastin parsial.
Aspirasi dan biopsy sumsum tulang. Unsaturated iron-binding capacity serum
Pemeriksaan diagnostic untuk menentukan adanya penyakit akut dan kronis serta
sumber kehilangan darah kronis.
14
I. TERAPI YANG DILAKUKAN
Penatalaksanaan anemia ditujukan untuk mencari penyebab dan mengganti
darah yang hilang:
1. Anemia aplastik:
Transplantasi sumsum tulang
Pemberian terapi imunosupresif dengan globolin antitimosit(ATG)
2. 2. Anemia pada penyakit ginjal
Pada paien dialisis harus ditangani denganpemberian besi dan asam folat
Ketersediaan eritropoetin rekombinan
3. Anemia pada penyakit kronis
Kebanyakan pasien tidak menunjukkan gejala dan tidak memerlukan penanganan
untuk aneminya, dengan keberhasilan penanganan kelainan yang mendasarinya,
besi sumsum tulang dipergunakan untuk membuat darah, sehingga Hb meningkat.
4. Anemia pada defisiensi besi
Dicari penyebab defisiensi besi
Menggunakan preparat besi oral: sulfat feros, glukonat ferosus dan fumarat
ferosus.
5. Anemia megaloblastik
Defisiensi vitamin B12 ditangani dengan pemberian vitamin B12, bila
difisiensi disebabkan oleh defekabsorbsi atau tidak tersedianya faktor intrinsik
dapat diberikan vitamin B12 dengan injeksi IM.
Untuk mencegah kekambuhan anemia terapi vitamin B12 harus diteruskan
selama hidup pasien yang menderita anemia pernisiosa atau malabsorbsi yang
tidak dapat dikoreksi.
Anemia defisiensi asam folat penanganannya dengan diet dan penambahan
asam folat 1 mg/hari, secara IM pada pasien dengan gangguan absorbsi.
15
II. ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
a. Usia anak: Fe ↓ biasanya pada usia 6-24 bulan
b. Pucat
pasca perdarahan
pada difisiensi zat besi
anemia hemolistik
anemia aplastik
c. Mudah lelah
Kurangnya kadar oksigen dalam tubuh
d. Pusing kepala
Pasokan atau aliran darah keotak berkurang
e. Napas pendek
Rendahnya kadar Hb
f. Nadi cepat
Kompensasi dari refleks cardiovascular
g. Eliminasi urnie dan kadang-kadang terjadi penurunan produksi urine
Penurunan aliran darah keginjal sehingga hormaon renin angiotensin aktif untuk
menahan garam dan air sebagai kompensasi untuk memperbaiki perpusi dengan
manefestasi penurunan produksi urine
h. Gangguan pada sisten saraf
Anemia difisiensi B 12
i. Gangguan cerna
Pada anemia berat sering nyeri timbul nyeri perut, mual, muntah dan penurunan nafsu
makan
j. Pika
Suatu keadaan yang berkurang karena anak makan zat yang tidakbergizi, Anak yang
memakan sesuatu apa saja yang merupakan bukan makanan seharusnya (PIKA)
k. Iritabel (cengeng, rewel atau mudah tersinggung)
l. Suhu tubuh meningkat
Karena dikeluarkanya leokosit dari jaringan iskemik
16
m. Pola makan
n. Pemeriksaan penunjang
- Hb
- Eritrosit
- Hematokrit
Program terapi, perinsipnya :- Tergantung berat ringannya anemia
- Tidak selalu berupa transfusi darah
- Menghilangkan penyebab dan mengurangi gejala
B. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya
komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak
seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kurangnya selera makan.
C. TINDAKAN KEPERAWATANB. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan adekuat
- Memonitor tanda-tanda vital, pengisian
kapiler, wama kulit, membran mukosa.
- Meninggikan posisi kepala di tempat
tidur
- Memeriksa dan mendokumentasikan
adanya rasa nyeri.
- Observasi adanya keterlambatan respon
verbal, kebingungan, atau gelisah
- Mengobservasi dan mendokumentasikan
adanya rasa dingin.
- Mempertahankan suhu lingkungan agar
tetap hangat sesuai kebutuhan tubuh.
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan
17
- Mendukung anak tetap toleran terhadap
aktivitas.
- Menilai kemampuan anak dalam
melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.
- Memonitor tanda-tanda vital selama dan
setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap
aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas
cepat).
- Memberikan informasi kepada pasien
atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala-gejala
peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau
kelelahan).
- Berikan dukungan kepada anak untuk
melakukan kegiatan sehari hari sesuai dengan kemampuan anak.
- Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement
terhadap partisipasi anak di rumah.
- Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan
melibatkan tim kesehatan lain.
- Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang
kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemampuan melakukan
aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah.
2. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat
~ Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi
anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak
meningkat.
~ Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk
meningkatkan kualitas intake nutrisi.
~ Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan
makanan
~ Mengevaluasi berat badan anak setiap hari.
III.DIAGNOSA KEPERAWATAN
18
1. Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan)).
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
9. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot
10. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan
11. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum
tulang.
IV. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
1. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan
sekunder (penurunan hemoglobin leucopenia, atau penurunan granulosit (respons
inflamasi tertekan).
Tujuan : Infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil :
mengidentifikasi perilaku untuk
mencegah/menurunkan risiko infeksi.
meningkatkan penyembuhan
luka, bebas drainase purulen atau eritema,dan demam
19
Intervensi dan implementasi
Tingkatkan cuci tangan yang
baik ; oleh pemberi perawatan dan pasien.
Rasional : mencegah
kontaminasi silang/kolonisasi bacterial. Catatan : pasien dengan anemia
berat/aplastik dapat berisiko akibat flora normal kulit
Pertahankan teknik aseptic ketat pada prosedur/perawatan luka.
Rasional : menurunkan risiko kolonisasi/infeksi bakteri.
Berikan perawatan kulit, perianal dan oral dengan cermat.
Rasional : menurunkan risiko kerusakan kulit/jaringan dan infeksi.
Motivasi perubahan posisi/ambulasi yang sering, latihan batuk dan napas dalam.
Rasional : meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu
memobilisasi sekresi untuk mencegah pneumonia.
Tingkatkan masukkan cairan adekuat.
Rasional : membantu dalam pengenceran secret pernapasan untuk mempermudah
pengeluaran dan mencegah stasis cairan tubuh misalnya pernapasan dan ginjal.
Pantau/batasi pengunjung. Berikan isolasi bila memungkinkan.
Rasional : membatasi pemajanan pada bakteri/infeksi. Perlindungan isolasi
dibutuhkan pada anemia aplastik, bila respons imun sangat terganggu.
Pantau suhu tubuh. Catat adanya menggigil dan takikardia dengan atau tanpa
demam.
Rasional : adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi/pengobatan.
Amati eritema/cairan luka.
Rasional : indikator infeksi lokal. Catatan : pembentukan pus mungkin tidak ada
bila granulosit tertekan.
Ambil specimen untuk kultur/sensitivitas sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : membedakan adanya infeksi, mengidentifikasi pathogen khusus dan
mempengaruhi pilihan pengobatan.
Berikan antiseptic topical ; antibiotic, sistemik (kolaborasi).
Rasional : mungkin digunakan secara propilaktik untuk menurunkan kolonisasi
atau untuk pengobatan proses infeksi local.
20
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk
mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan /absorpsi nutrient yang
diperlukan untuk pembentukan sel darah merah.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria hasil :
menunujukkan peningkatan/mempertahankan berat badan dengan nilai
laboratorium normal.
tidak mengalami tanda mal nutrisi.
Menununjukkan perilaku, perubahan pola hidup untuk meningkatkan dan atau
mempertahankan berat badan yang sesuai.
Intervensi dan Implementasi
Kaji riwayat nutrisi, termasuk makan yang disukai.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi, memudahkan intervensi.
Observasi dan catat masukkan makanan pasien.
Rasional : mengawasi masukkan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi
makanan.
Timbang berat badan setiap hari.
Rasional : mengawasi penurunan berat badan atau efektivitas intervensi nutrisi.
Berikan makan sedikit dengan frekuensi sering dan atau makan diantara waktu
makan.
Rasional : menurunkan kelemahan, meningkatkan pemasukkan dan mencegah
distensi gaster.
Observasi dan catat kejadian mual/muntah, flatus dan dan gejala lain yang
berhubungan.
Rasional : gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
Berikan dan Bantu hygiene mulut yang baik ; sebelum dan sesudah makan,
gunakan sikat gigi halus untuk penyikatan yang lembut. Berikan pencuci mulut
yang di encerkan bila mukosa oral luka.
Rasional : meningkatkan nafsu makan dan pemasukkan oral. Menurunkan
pertumbuhan bakteri, meminimalkan kemungkinan infeksi. Teknik perawatan
mulut khusus mungkin diperlukan bila jaringan rapuh/luka/perdarahan dan nyeri
berat
21
Kolaborasi pada ahli gizi untuk rencana diet.
Rasional : membantu dalam rencana diet untuk memenuhi kebutuhan individual.
Kolaborasi ; pantau hasil pemeriksaan laboraturium.
Rasional : meningkatakan efektivitas program pengobatan, termasuk sumber diet
nutrisi yang dibutuhkan.
Kolaborasi ; berikan obat sesuai indikasi.
Rasional : kebutuhan penggantian tergantung pada tipe anemia dan atau adanyan
masukkan oral yang buruk dan defisiensi yang diidentifikasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen
(pengiriman) dan kebutuhan.
Tujuan : dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
Kriteria hasil :
melaporkan peningkatan toleransi aktivitas (termasuk aktivitas sehari-hari)
menunjukkan penurunan tanda intolerasi fisiologis, misalnya nadi, pernapasan, dan
tekanan darah masih dalam rentang normal.
Intervensi dan Implementasi
Kaji kemampuan ADL pasien.
Rasional : mempengaruhi pilihan intervensi/bantuan.
Kaji kehilangan atau gangguan keseimbangan, gaya jalan dan kelemahan otot.
Rasional : menunjukkan perubahan neurology karena defisiensi vitamin B12
mempengaruhi keamanan pasien/risiko cedera.
Observasi tanda-tanda vital sebelum dansesudah aktivitas.
Rasional : manifestasi kardiopulmonal dari upaya jantung dan paru untuk
membawa jumlah oksigen adekuat ke jaringan.
Berikan lingkungan tenang, batasi pengunjung, dan kurangi suara bising,
pertahankan tirah baring bila di indikasikan.
Rasional : meningkatkan istirahat untuk menurunkan kebutuhan oksigen tubuh dan
menurunkan regangan jantung dan paru.
Gunakan teknik menghemat energi, anjurkan pasien istirahat bila terjadi kelelahan
dan kelemahan, anjurkan pasien melakukan aktivitas semampunya (tanpa
memaksakan diri).
Rasional : meningkatkan aktivitas secara bertahap sampai normal dan
22
memperbaiki tonus otot/stamina tanpa kelemahan. Meingkatkan harga diri dan rasa
terkontrol.
4. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel.
Tujuan : peningkatan perfusi jaringan
Kriteria hasil : menunjukkan perfusi adekuat, misalnya tanda vital stabil.
Intervensi Dan Implementasi
Awasi tanda vital kaji pengisian kapiler, warna kulit/membrane mukosa, dasar
kuku.
Rasional : memberikan informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan
membantu menetukan kebutuhan intervensi.
Tinggikan kepala tempat tidur sesuai toleransi.
Rasional : meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler. Catatan : kontraindikasi bila ada hipotensi.
Awasi upaya pernapasan ; auskultasi bunyi napas perhatikan bunyi adventisius.
Rasional : dispnea, gemericik menununjukkan gangguan jajntung karena regangan
jantung lama/peningkatan kompensasi curah jantung.
Selidiki keluhan nyeri dada/palpitasi.
Rasional : iskemia seluler mempengaruhi jaringan miokardial/ potensial risiko
infark.
Hindari penggunaan botol penghangat atau botol air panas. Ukur suhu air mandi
dengan thermometer.
Rasional : termoreseptor jaringan dermal dangkal karena gangguan oksigen.
Kolaborasi pengawasan hasil pemeriksaan laboraturium. Berikan sel darah merah
lengkap/packed produk darah sesuai indikasi.
Rasional : mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan /respons terhadap
terapi.
Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi.
Rasional : memaksimalkan transport oksigen ke jaringan.
5. Risiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan
sirkulasi dan neurologist.
Tujuan : dapat mempertahankan integritas kulit.
23
Kriteria hasil : - mengidentifikasi factor risiko/perilaku individu untuk mencegah
cedera dermal.
Intervensi dan Implementasi
Kaji integritas kulit, catat perubahan pada turgor,gangguan warna, hangat local,
eritema, ekskoriasi.
Rasional : kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilisasi. Jaringan
dapat menjadi rapuh dan cenderung untuk infeksi dan rusak.
Reposisi secara periodic dan pijat permukaan tulang apabila pasien tidak bergerak
atau ditempat tidur.
Rasional : meningkatkan sirkulasi kesemua kulit, membatasi iskemia
jaringan/mempengaruhi hipoksia seluler.
Anjurkan pemukaan kulit kering dan bersih. Batasi penggunaan sabun.
Rasional : area lembab, terkontaminasi, memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik. Sabun dapat mengeringkan kulit secara
berlebihan.
Bantu untuk latihan rentang gerak.
Rasional : meningkatkan sirkulasi jaringan, mencegah stasis.
Gunakan alat pelindung, misalnya kulit domba, keranjang, kasur tekanan udara/air.
Pelindung tumit/siku dan bantal sesuai indikasi. (kolaborasi)
Rasional : menghindari kerusakan kulit dengan mencegah /menurunkan tekanan
terhadap permukaan kulit.
6. Konstipasi atau Diare berhubungan dengan penurunan masukan diet; perubahan proses
pencernaan; efek samping terapi obat.
Tujuan : membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
Kriteria hasil : - menunjukkan perubahan perilaku/pola hidup, yang diperlukan sebagai
penyebab, factor pemberat.
Intervensi dan Implementasi
Observasi warna feses, konsistensi, frekuensi dan jumlah.
Rasional : membantu mengidentifikasi penyebab /factor pemberat dan intervensi
yang tepat.
24
Auskultasi bunyi usus.
Rasional : bunyi usus secara umum meningkat pada diare dan menurun pada
konstipasi.
Awasi intake dan output (makanan dan cairan).
Rasional : dapat mengidentifikasi dehidrasi, kehilangan berlebihan atau alat dalam
mengidentifikasi defisiensi diet.
Dorong masukkan cairan 2500-3000 ml/hari dalam toleransi jantung.
Rasional : membantu dalam memperbaiki konsistensi feses bila konstipasi. Akan
membantu memperthankan status hidrasi pada diare.
Hindari makanan yang membentuk gas.
Rasional : menurunkan distress gastric dan distensi abdomen
Kaji kondisi kulit perianal dengan sering, catat perubahan kondisi kulit atau mulai
kerusakan. Lakukan perawatan perianal setiap defekasi bila terjadi diare.
Rasional : mencegah ekskoriasi kulit dan kerusakan.
Kolaborasi ahli gizi untuk diet siembang dengan tinggi serat dan bulk.
Rasional : serat menahan enzim pencernaan dan mengabsorpsi air dalam alirannya
sepanjang traktus intestinal dan dengan demikian menghasilkan bulk, yang bekerja
sebagai perangsang untuk defekasi.
Berikan pelembek feses, stimulant ringan, laksatif pembentuk bulk atau enema
sesuai indikasi. Pantau keefektifan. (kolaborasi)
Rasional : mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi.
Berikan obat antidiare, misalnya Defenoxilat Hidroklorida dengan atropine
(Lomotil) dan obat mengabsorpsi air, misalnya Metamucil. (kolaborasi).
Rasional : menurunkan motilitas usus bila diare terjadi.
7. Kurang pengetahuan sehubungan dengan kurang terpajan/mengingat ; salah
interpretasi informasi ; tidak mengenal sumber informasi.
Tujuan : pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan
rencana pengobatan.
Kriteria hasil : - pasien menyatakan pemahamannya proses penyakit dan
penatalaksanaan penyakit.
Mengidentifikasi factor penyebab.
Melakukan tiindakan yang perlu/perubahan pola hidup
25
Intervensi dan Implementasi
Berikan informasi tentang anemia spesifik. Diskusikan kenyataan bahwa terapi
tergantung pada tipe dan beratnya anemia.
Rasional : memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan
yang tepat. Menurunkan ansietas dan dapat meningkatkan kerjasama dalam
program terapi.
Tinjau tujuan dan persiapan untuk pemeriksaan diagnostic.
Rasional : ansietas/ketakutan tentang ketidaktahuan meningkatkan stress,
selanjutnya meningkatkan beban jantung. Pengetahuan menurunkan ansietas.
Kaji tingkat pengetahuan klien dan keluarga tentang penyakitnya.
Rasional : megetahui seberapa jauh pengalaman dan pengetahuan klien dan
keluarga tentang penyakitnya.
Berikan penjelasan pada klien tentang penyakitnya dan kondisinya sekarang.
Rasional : dengan mengetahui penyakit dan kondisinya sekarang, klien dan
keluarganya akan merasa tenang dan mengurangi rasa cemas
Anjurkan klien dan keluarga untuk memperhatikan diet makanan nya.
Rasional : diet dan pola makan yang tepat membantu proses penyembuhan.
Minta klien dan keluarga mengulangi kembali tentang materi yang telah
diberikan.
Rasional : mengetahui seberapa jauh pemahaman klien dan keluarga serta menilai
keberhasilan dari tindakan yang dilakukan.
8. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan gangguan integritas kulit
Tujuan : Mencegah / menurunkan resiko infeksi
Berikan perawatan kulit
Rasional : Menurunkan resiko kerusakan kulit / jaringan dan infeksi
Dorong perubahan posisi / ambulasi yang sering
Rasional : Meningkatkan ventilasi semua segmen paru dan membantu mobilisasi
sekresi
Tingkatkan masukan cairan adekuat
Rasional : Membantu dalam mengencerkan sekret pernafasan untuk
mempermudah pengeluaran dan mencegah statis cairan tubuh
26
Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikardia.
Rasional : Adanya proses inflamasi / infeksi membutuhkan evaluasi / pengobatan.
9. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan otot
Tujuan : aktifitas toleransi, dengan kriteria : klien bisa melakukan aktivitas sendiri.
Intervensi dan Implementasi
.Kaji tingkat aktifitas klien
Rasional : Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan klien dan untuk menetukan
intervensi selanjutnya.
Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Untuk membantu klien dalam memenuhi kebutuhannya.
Bantu pasien dalam melakukan latihan aktif dan pasif
Rasional : Untuk meningkatkan sirkulasi jaringan
Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan ADLnya
Rasional : Dengan bantuan perawat dan keluarga klien dapat memenuhi
kebutuhannya.
Berikan lingkungan tenang
Rasional : Meningkatkan istirahat untuk menurunkan regangan jantung dan paru..
10. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan menurunnya aliran darah ke jaringan
Tujuan : Mempertahankan integritas kulit dengan kriteria : kulit segar, sirkulasi darah
lancer
Intervensi dan Implementasi
Kaji integritas kulit, catat pada perubahan turgor, gangguan warna
Rasional : Kondisi kulit dipengaruhi oleh sirkulasi, nutrisi dan imobilitas
Anjurkan permukaan kulit kering dan bersih
Rasional : Area lembab, terkontamiansi memberikan media yang sangat baik untuk
pertumbuhan organisme patogenik
.Ubah posisi secara periodik
Rasional : Meningkatkan sirkulasi ke semua area kulit membatasi iskemia jaringan
/ mempengaruhi hipoksia selular.
Tinggikan ekstremitas bawah bila duduk
Rasional : Meningkatkan aliran balik vena menurunkan statis vena / pembentukan
edema.
27
11. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan penurunan fungsi / gangguan sumsum
tulang.
Tujuan : Perfusi jaringan adekuat
Intervensi dan Implementasi
Ukur tanda-tanda vital :
Rasional : Untuk mengetahui derajat / adekuatnya perfusi jaringan dan
menentukan intevensi selanjutnya.
Tinggikan kepala tempat tidur klien
Rasional : Meningkatkan ekspansi paru dan memaksimalkan oksigenasi untuk
kebutuhan seluler
.Pertahankan suatu lingkungan yang nyaman.
Rasional : Vasekonstriksi menurunkan sirkulasi perifer dan menghindari panas
berlebihan penyebab vasodilatasi.
.Anjurkan klien untuk menghentikan aktivitas bila terjadi kelemahan.
Rasional : Stres kardiopulmonal dapat menyebabkan kompensasi
V. EVALUASI
Evaluasi adalah perbandingan yang sistemik atau terencana tentang kesehatan
pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara berkesinambungan,
dengan melibatkan pasien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya. (Lynda Juall
Capenito, 1999:28)
Evaluasi pada pasien dengan anemia adalah :
1) Infeksi tidak terjadi.
2) Kebutuhan nutrisi terpenuhi.
3) Pasien dapat mempertahankan/meningkatkan ambulasi/aktivitas.
4) Peningkatan perfusi jaringan.
5) Dapat mempertahankan integritas kulit.
6) Membuat/kembali pola normal dari fungsi usus.
7) Pasien mengerti dan memahami tentang penyakit, prosedur diagnostic dan rencana
pengobatan.
28
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali (di diagnosa ). Tanda
dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di
tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb. B.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah
dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3
darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam
100 ml darah.
GEJALA
Lemah, letih, lesu dan lelahSering mengeluh pusing dan mata berkunang-kunang
Gejala lanjut berupa kelopak mata, bibir, lidah, kulit dan telapak tangan menjadi pucat.
tacicardi,
bising sistolik anorganik,
bising karotis,
pembesaran jantung
B. SARAN
Sebagai perawat kita harus mampu mengenali tanda tanda anemia dan memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia secara benar.
29
DAFTAR PUSTAKA
1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV
Sagung Seto.
3. Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC.
4. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth.
Edisi 8. Jakarta, EGC.
5. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
6. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
7. ACS. (2003). What is Anemia ?. Available (online) http: // www // yahoo / nurse /
leucemia / htm.
8. Nursalam, Rekawati, Sri Utami, Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak, Jakarta,
Medika, 2005
9. Robins, Dasar-dasar Patologi Penyakit, EBC, 2005
Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Jakarta, Medika, 2006
30
Recommended