BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tak dapat dipungkiri, dewasa ini media telah menjadi bagian penting
dalam kehidupan kita. Di negara maju , media telah mempengaruhi hampir
sepanjang waktu kehidupan kita, bahkan seorang insiyur ternama Amerika
Serikat B .Fuller menyatakan bahwa media telah menjadi “ orang tua ketiga”
bagi anak dan (guru adalah orang tua kedua). Meskipun dalam
perkembangannya di Indonesia belum mencapai taraf seperti itu namun
kecendrungan kearah itu sudah mulai nampak. Dalam dunia pendidikan dan
pembelajaran peranan media juga tidak bisa diabaikan sebagai salah satu
komponen pembelajajaran.
Media tidak luput dari pembahasan sistem pembelajaran secara
menyeluruh. Pemamfaatan media seharusya merupakan bagian yang harus
mendapat perhatian guru dalam setiap kegiatan pembelajaran . Namun
kenyataannya bagian inilah yang masih sering terabaikan dengan berbagai alasan
yang sering muncul antara lain : terbatasnya waktu untuk membuat persiapan
mengajar, sulit mencari media yang tepat, kurangnya biaya dll. Hal ini
sebenarnya tidak perlu terjadi jika saja setiap guru telah membekali dirinya
dengan pengetahuan dan keterampilan dalam hal media pembelajaran.
Sesungguhnya berapa banyak jenis media yang biasa dipilih , dikembangkan dan
1
dimampaatkan sesuai dengan kondisi dan waktu , biaya maupun tujuan
pembelajaran yang dikehendaki. Setiap jenis media memiliki karakteristik tertentu
yang perlu dipahami, sehingga kita dapat memilih media yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi yang ada di lapangan .
Media pengajaran dalam hal ini media gambar diartikan juga sebagai
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (Message) , merangsang
pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses
belajar. Bentuk media gambar digunakan untuk meningkatkan pengalaman
belajar agar menjadi lebih kongkrit. Pengajaran dengan menggunakan media
gambar tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata atau simbol verbal saja.
Dengan demikian dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar dapat lebih berarti
dan lebih berkesan dalam ingatan siswa khususnya di tingkat taman kanak-kanak.
Pada dasarnya pemilihan media sangat diharuskan bagi guru guna
memberikan pemahaman kepada peserta didik terutama di Sekolah Taman Kanak
(STK) yang secara kebahasaan belum memahami kosakata dalam bentuk tulisan.
Guru dianjurkan untuk memeilih salah satu strategi belajar mengajar dengan
menggunakan media yang tepat yang dalam hal ini menggunakan media gambar.
Dengan menggunakan media gambar peserta didik dapat memahami pesan yang
disampaikan guru sehingga mereka dapat menyebutkan kosakata apa yang
dimaksudkan pada gambar tersebut, seperti air, kapur dan lain sebagainya.
Selanjutnya penggunaan media gambar dalam pengajaran
kosakata diharapkan agar dapat menarik perhatian siswa dalam mempelajari
2
kosakata. Karena media gambar memiliki warna yang menarik dan memiliki daya
tarik yang khusus bagi siswa khususnya siswa TK. Penggunaan media gambar
dalam hubungannya dengan pembelajaran kosakata dapat membantu daya
nalar siswa untuk menjelaskan apa yang dilihatnya yang kemudian dituangkan
melalui kata-kata yang akan menjadi kata kunci dalam melafalkan dan
mengapresiasikannya dalam bentuk kosakata.
Melalui media gambar, siswa dapat melihat, meperhatikan,
merenungkan, dan pada akhirnya menyebutkan ide- ide melalui fakta yang
dilihat berdasarkan media gambar tersebut. Dengan demikian, media
gambar bukan hanya sebagai alat bantu semata, akan tetapi dapat membantu
penafsiran siswa tentang objek yang sedang diamatinya. Objek yang diamati
mampu dihafal dan difahami oleh siswa. Dengan media gambar siswa dapat
menganalisa kosakata yang tersembunyi dan menafsirkan dengan kata-kata yang
akan terbentuk menjadi sebuah kosakata yang mudah dipahaminya.
Dengan melihat media gambar, siswa mulai terbentuk pemahamannya
tentang gambar yang dimaksud dan mereka tergerak untuk menyebutkan gambar
yang diperlihatkan oleh guru. Hal ini juga dijelaskan oleh Brown pada tahun
1977 (dalam Soeharto, 2003: 115) dari hasil penelitiannya menunjukkan
bahwa : (1) penggunaan gambar dapat merangsang minat dan perhatian
siswa; (2) gambar-gambar yang dipilih dan diadaptasi secara tepat,
membantu siswa memahami dan mengingat isi informasi bahan-bahan
verbal yang menyertainya. Demikian juga hasil penelitian Wilbur
3
Sehramm pada tahun 1973 (dalam Soeharto, 2003: 115) menunjukkan
bahwa siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari medium apa saja,
jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan disesuaikan dengan
kebutuhannya.
Selanjutnya berdasarkan observasi awal di TK Aisyiyah Narmada
Lombok Barat, penulis menemukan sebuah realita bahwa siswa siswi di TK
tersebut cukup menaruh minat dan perhatian mereka dalam menekuni dan
mendalami kosakata dengan menggunakan media gambar. Oleh karena
itu. maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana media gambar dapat
meningkatkan minat siswa di TK Aisyiyah Narmada dalam mempelajari
kosakata.
Berdasarkan uraian di atas, untuk meningkatkan minat siswa, timbul
keinginan penulis untuk melakukan penelitian tentang "Meningkatkan
Perbendaharaan Kosakata Anak Dengan Menggunakan Media Gambar Pada
Tk Aisyiyah Narmada Tahun Pelajaran 2011/2012.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis paparkan tersebut di
atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah upaya
meningkatan perbendaharaan kosakata siswa dengan menggunakan media gambar
pada siswa TK Aisyiyah Kecamatan Narmada tahun pelajaran 2010/2011”.
4
• Tujuan Penelitian
Apabila mencermati rumusan masalah tersebut, maka peneliti dapat
menyimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
upaya meningkatkan perbendaharaan kosakata dengan menggunakan
media gambar. pada siswa TK Aisyiyah Kecamatan Narmada tahun pelajaran
2011/2012.
• Manfaat Penelitian
Sedangkan manfaat atau kegunaan dari hasil penelitian ini diharapkan
sebagai berikut:
• Kegunaan Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dalam menentukan dan
menerapkan media yang digunakan dalam meningkatkan
perbendaharaan kosakata anak.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pedoman penggunaan media
dalam meningkatkan perbendaharaan kosakata anak.
c. Hasil penelitian ini dapat menambah perbendaharaan ilmu pengetahuan
dalam bidang pendidikan khususnya dalam kajian tentang sastra pada
umumnya dan khususnya pada pengajaran kosakata.
• Kegunaan Praktis
Hasil dari penelitian ini diharapkan untuk dapatdijadikan sebagai
bahan pertimbangan bagi Yayasan, Lembaga, Kepala Madrasah, ataupun
5
guru mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia untuk lebih memperhatikan
penggunaan media yang tepat dalam meningkatkan perbendaharaan
kosakata anak.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
• Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini, penulis bukan hanya mengambil sampel dari
beberapa buku saja melainkan dari dua hasil penelitian orang lain yang masih ada
kaitannya dengan judul yang penulis teliti yang berkaitan dengan “Meningkatkan
Perbendaharaan Kosakata Siswa Dengan Menggunakan Media Gambar”,
diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Sri Indrawati, pada tahun 2011
dengan judul “Pembentukkan Karakter Anak pada Kelompok Bermain ABATA
Mataram Melalui Metode Bercerita Tahun Pelajaran 2011/2012”, ia
mengemukakan bahwa: (1) dengan menggunakan metode bercerita dengan alat
peraga seperti gambar-gambar dapat membantu imajinasi anak (2) dengan media
gambar anak dapat mengingat kosakata dengan kuat (3) penggunaan media
gambar dapat merangsang minat dan perhatian siswa (4) gambar-gambar
yang dipilih dan diadaptasi secara tepat, membantu siswa memahami
dan mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya (5)
siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari medium apa saja, jika
media itu dipakai menurut kemampuan dan disesuaikan dengan
kebutuhannya.
Menurut penelitian Ratna Harwiyati pada tahun 2006 dengan judul
“Gambar Berantai Sebagai Media Pengembangan Kreatifitas dan
7
Imajinasi pada Pelajaran Menggambar”, ia mengemukakan bahwa: (1)
agar pembelajaran berhasil dengan baik maka diperlukan perencanaan
berupa program (media gambar) yang tersusun dengan baik sesuai
dengan program kegiatan belajar mengajar yang ada di TK (2) dengan
menggunkan media gambar dapat membentuk peningkatan kosakata
siswa tanpa harus menulisnya (3) gambar yang menarik akan
membangkitkan jiwa seni, meningkatkan daya imajinasi dan ingatan
anak (4) dengan media gambar siswa mampu berkomunikasi dengan
guru (5) dengan media gambar siswa akan terangsang untuk berbicara.
Dari beberapa contoh penelitian di atas menunjukkan bahwa media
gambar sebagai salah satu media yang membantu imajinasi, daya ingat, dan
pemahaman anak tentang kosakata.
• Kerangka Teori
• Definisi Meningkatkan
Kata “meningkatkan” memiliki kata dasar “tingkat”. Kata “tingkat”
dilihat dari segi “kata benda (nomina)” memiliki makna sebagai berikut: (1)
susunan yg berlapis-lapis atau berlenggek-lenggek seperti lenggek rumah,
tumpuan pada tangga (jenjang) (nomina) Contoh:rumah tiga ~; tangga lima
belas ~; (2) tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban,
dan sebagainya); pangkat; derajat; taraf; kelas (nomina) Contoh:duta besar
8
sama ~ nya dengan menteri; pangkatnya lebih tinggi dua ~ daripada sersan,
tidak memandang ~ dan golongan; (3) batas waktu (masa); sempadan suatu
peristiwa (proses, kejadian, dan sebagainya); babak(an); tahap (nomina)
Contoh: perundingan sudah sampai pada ~ yg terakhir; (internet, sumber:
kbbi3)
Sedangkan kata “tingkat” dilihat dari segi “kata kerja (verb)
memiliki makna sebagai berikut: (1) menginjak (tangga dan
sebagainya) untuk naik; menaiki (kuda, sepeda, dan sebainya); memanjat
(pohon dan sebagainya): ~ tangga sampai ke lantai; ~ pohon yg tinggi; (2)
naik (dalam berbagai arti, seperti meninggi, mengatas, membumbung): harga
emas terus ~; panas tubuhnya ~; dri SLTP ~ ke SLTA; (3) beralih pada
keadaan (peristiwa, masa, bulan, dan sebagainya) yang lain; berubah menjadi:
percekcokan mulut ~ menjadi perkelahian yg sengit; sudah mulai ~ usia
dewasa; November telah lewat, kini ~ permulaan Desember; (4) menjadi
bertambah banyak (hebat, sangat, genting, dan sebagainya): produksi beras ~
hingga melebihi produksi sebelum perang; kejahatan dalam kota semakin ~;
(internet, sumber: kbbi3)
• Definisi Kosakata
Setiap bahasa memiliki sejumlah kata yang sewaktu-waktu digunakan
oleh penuturnya untuk berkomunikasi. Jumlah kata yang dimiliki oleh setiap
9
bahasa disebut dengan perbendaharaan kata atau khazanah kata atau kosakata
yang bersangkutan. Kosakata yang telah mereka hafal akan berbuah pada
komunikasi dua arah yaitu guru dan siswa. Kemampuan berbicara atau
berkomunikasi bukanlah kemampuan yang berdiri sendiri, tetapi saling
berkaitan dengan kemampuan yang lain (Arsjad, 2000: 23).
Kemampuan berbicara adalah kemampuan mengucapkan kalimat-
kalimat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan fikiran, gagasan
dan perasaan. Arsjad (2000: 17) menjelaskan bahwa “Kemampuan berbicara
didukung oleh beberapa aspek antara lain: (1) ketepatan ucapan, yaitu seorang
pembicara harus membiasakan diri mengucapkan bunyi-bunyi bahasa secara
tepat (2) penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai, merupakan
daya tarik tersendiri dalam berbicara. Bahkan kadang-kadang merupakan
factor penentu (3) pilihan kata, kata-kata yang belum dikenal memang
membangkitkan rasa ingin tahu, namun akan menghambat kelancaran
komunikasi. Oleh sebab itu guru hendaknya memilih kata-kata yang mudah
dipahami siswa dan (4) ketepatan sasaran pembicaraan, yaitu seorang
pembicara harus mampu menyusun kalimat efektif kalimat yang mengenai
sasaran, sehingga mampu menimbulkan pengaruh, meninggalkan kesan, atau
menimbulkan akibat.
Dari penjelasan di atas, menggambarkan bahwa kosakata yang sudah
dihafal oleh anak akan berpengaruh pada komunikasi anatara dua arah. Untuk
10
lebih memudahkan dan memahami jenis-jenis kosakata, kosakat memiliki
banyak jenis seperti kosakata dasar, umum, khusus, konkret, dan abstrak.
Sedangkan kosakata menurut jenis kata terdiri dari kosakata nomina, verba
dan ajektiva.
• Jenis-jenis Kosakata
Menurut jenisnya kosakata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis
yaitu kosakata dasar, kosakata umum, kosakata khusus, kosakata
konkrret dan kosaakata abstrak.
• Kosakata Dasar
Kosakata dasar (basic vocabuktry) diperkenalkan bukan untuk
berkomunikasi, tetapi sengaja diusulkan untuk memudahkan
penelitian. Penelitian yang dimaksud yakni untuk menentukan tingkat
kekerabatan bahasa. Dengan kata lain kosakata dasar biasa digunakan
dalam bidang linguistik komperatif.
Salah seorang sarjana yang mengusulkan kosakata dasar, yakni
Morrish Swadesh yang mengusulkan kosakata dasar yang bersifat
universal, bukan kata budaya, dan diperkirakan berdaya tahan 100
tahun, kosakata dasar itu dikelompokkan sebagai berikut : (1) kata
yang berhubungan dengan Alam (2) kata yang berhubungan dengan
Flora (3) kata yang berhubungan dengan Proses (4) kata yang
berhubungan dengan bagian tubuh (5) kata depan (6) kata bilangan (7)
11
kata sambung (8) kata yang berhubungan dengan kekerabatan (9) Kata
yang berhubungan dengan nomina (10) kata yang berhubungan
denngan musim.
Kosakata oleh Morris Swadesh ini ditulis dalam bahasa
inggris dan telah dipindahkan ke dalam bahasa Indonesia.
Seperti telah dipaparkan di atas, kosakata di atas tidak untuk
diajarkan. Kosakata ini hanya untuk digunakan jika kita
memperbandingkan, bahasa untuk mengetahui tingkat
kekerabatan bahasa yang diperbandingkan.
• Kosakata Umum
Kosakata umum adalah kosakata yang umum digunakan di
Negara, di Daerah tertentu yang digunakan oleh hampir seluruh
lapisan masyarakat pemakai bahasa tersebut. Kosakata umum selain
digunakan secara luas, maknanya dipahami secara luas, dan
masyarakat penuturbahasa Indonesia mengenal acuan kata jalan .
Dihubungkan dengan pembidangan kosakata, maka kata jalan
dapat dimasukkan ke dalam kosakata bidang transportasi. Untuk
mengetahui kosakata umum dalam bahasa tertentu, kita dapat
mempelajarinya melalui kamus bahasa yang bersangkutan.
• Kosakata Khusus
12
Kosakata khusus adalah kata-kata yang khusus
digunakan dalam bidang ilmu, bidang kegiatan tertentu, atau di
lingkungan tertentu. Kata lego adalah kata khusus yang digunakan
dilingkungan pelabuhan laut, sedangkan kata-kata sunlik, pasien,
rontgen, resep adalah kata-kata khusus yang biasa digunakan di rumah
sakit.
• Kosakata Konkret
Kosakata konkret adalah kata-kata yang acuannya nyata, kata-
kata yang acuannya dapat diindra. Kata-kata seperti buku, kapur,
kertas, adalah sebagian dari kata-kata yang termasuk kata-kata
konkret.
• Kosakata Abstrak
Kosakata abstrak adalah kat-kata yang acuannya hanya dapat
dibayangkan. Kata-kata seperti ajaib, demokrasi, gengsi, hasutan dan
sebagainya adalah kata-kata yang termasuk abstrak
• Pembagian Kosakata Menurut Jenis Kata
• Kosakata Nomina
Kosakata nomina di bawah ini adalah kosakata konkret yang
banyak dihayati oleh peserta didik, anatara lain : air, baju, bola,
buku, lemari, mangga, nanas, pensil, sabun, tangan, uang us,
dinding, es, gambar, halaman, jalan, kaki, kue, kertas,dan lain
sebagainya.
13
• Kosakata Verba
Kosakata yang termasuk kelas kata verba lebih banyak
yang berhubungan dengan pekerjaan atau kegiatan, dan
dicontohkan dalam bentuk bebas. Kata-kata itu, ialah berbicara,
berdiri, berbaring, berhitung, berjalan, duduk, lari, mandi,
makan, memasak, membeli, membaca, melihat, meminta,
menyapa, menyapu, mengangkat , t idur, akurlah, dan
sebagainya.
• Kosakata Ajektiva
Kosakata ajektiva dikemukakan dalam bentuk dasar,
misalnya asam, bare, basi, besar, dekat, gemuk, halus, jauh, kasar,
kering, kurus, lama, lambat, males, pahit, pendek, rajin, sulit, tebal,
tipis dan sebagainya.
• Definisi Kata
Kata adalah satuan kumpulan bunyi atau huruf yang
terkecil yang mengandung pengertian ( Alisjahbana. 1978 58).
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Keraf ( 1978 : 57)
yang berbunyi, "Kata adalah kesatuan-kesatuan yang terkecil yang
diperoleh sesudah sebuah kalimat dibagi atas bagianbagiannya, dan
yang mengandung suatu ide". Sedangkan Harimurti ( 1982 : 76 )
mengatakan, " Kata, 1. morfem atau kombinasi morfem yang oleh
bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan
14
sebagai bentuk yang bebas; 2. satuan bahasa yang dapat berdiri sendiri,
terjadi darimorfem tunggal. (batu, ruang, dating dan sebagainya)
atau gabungan morfem. (misalnya, pejuang, mengikuti, pancasila,
mahakuasa, dan sebagainya). Berdasarkan definisi-definisi di atas,
peneliti dapat menyimpulkan tentang pengertian kata yakni sebagai
berikut: (1) berdiri sendiri (2) dapat dipisahkan (3) dapat dipindahkan (4)
dapat ditukar bermakna, dan (5) berfungsi dalam ujaran.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kata adalah
bentuk linguistik yang berdiri sendiri, dapat dipisahkan, dapat
dipindahkan, dapat ditukar bermakna dan berfungsi dalam ujaran.
• Ciri Kata
Bloomfie ld (dalam Pateda, 1997:21)
mengemukakan bahwa kebebasan berdiri sendiri dalam ujaran
sebagai ciri kata. Kalimat yang berbunyi , " Penyanyi tenor Luciano
Pavarotti (57) akan mengadakan pertunjukan besar di udara terbuka di
bawah menara Eiffel di Paris tanggal 2 September
mendatang" (Kompas, tanggal 26 April 1933, halaman 16) dapat
dipisahkan atas kata-katanya berdasarkan ciri ini. Kitada pat mengatakan
bahwa bentuk penyanyi, mengadakan, pertunjukan adalah kata, karena
bentuk ini berdiri sendiri dalam ujaran.
Ciri kata juga dikemukakan pula oleh de Groot (Groot : 117),
yakni (i) berdiri sendiri, dan (ii) bermakna; sedangkan (Uhlenbeck, 1982 :
15
21) menggunakan ciri keajengan fonologis dan/atau morfologi, dan
kemobilan sintakmatis sebagai ciri kata.
• Batasan Kata
Berdasarkan ciri kata yang telah dikemukakan di atas, penulis
sudah dapat membatasi atau memberikan definisi kata. Namun, agar
pendapat mendapatkan bahan bandingan ada baiknya penulis
mengemukakannya, definisi yang tertera dalam kamus maupun
batasan kata yang dikemukakan oleh ahli di Indonesia maupun ahli
bahasa manca negara.
Pengertian kata sebagaimana yang tertera dalam KBBI
(Depdikbud, 1988 : 395) yang berbunyi:
" Kata n 1 unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa; 2 ujar; bicara; 3 satuan (unsur) bahasa yang terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas".
Defmisi ini lebih banyak melihat kata dari segi makna. Hal
itu tidak mengherankan karena kata yang dimasukkan di dalam kamus
pada umumnya diberikan penjelasan dari segi makna. Penulis tidak akan
memberikan komentar terhadap definisi ini.
• Media Gambar
• Definisi Media Gambar
Sebelum memaparkan definisi tentang media gambar, ada
baiknya penulis menjelaskan arti dan makna dari media dan
16
gambar secara terpisah. Kata media dalam kamus besar bahasa
Indonesia berarti "serene, alat" (Ibid. : 22). Arsjad menjelaskan dalam
bukunya tentang pengertian media sebagai berkut: "Kata Media berasal
daribahasa Latin Medius yang secara harfiyah berarti 'tengah",
Perantara’, atau 'pengantar'. Subana dan Sunarti mengutip penjelasan
Gagne ("1977) ". Media adalah salah satu komponen sari suatu sistem
penyampaian. Di dalamnya tercakup segala peralatan fisik pada
komunikasi, seperti buku, modul, komputer, slide, tape recorder"
(Subana, 2000 : 289). Kata "media" berasal dari kata latin, merupakan
bentuk jamak dari kata "medium". Secara harfiyah kata tersebut
mempunyai arti perantara atau pengantar. Akan tetapi kata tersebut
sekarang'digunakan, baik untuk bentuk jamak maupun inufrad
(Susilana, 2008 - 8). Secara umum, media adalah semua bentuk
perantara yang dipakai orang untuk penyebar ide atau gagasan sehingga
ide atau gagasan tersebut sampai pada penerima.
Dengan kata lain, media adalah alat untuk menyampaikan
atau menghantarkan pesan. Dalam konteks pendidikan, media dapat
diartikan sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dari proses belajar
mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan di sekolah. Gambar dalam
kamus besar bahasa Indonesia berarti "tiruan sesuatu yang dilukis di atas
kertas atau kanvas" (Tim Prima Pena 270). Sedangkan (Subana 2000:
17
322 ) menjelaskan bahwa "gambar merupakan media visual dua dimensi
di atas bidang yang tidak transparan"
Jadi, apabila mencermati pendapat para ahli tentang,
pengertian media dan gambar, penulis dapat menyimpulkan bahwa
media gambar adalah semua bentuk balai atau perantara yang dipakai
orang untuk penyebar ide atau gagasan yang dimilikinya berupa gambar
visual yang tidak bergerak sehingga ide atau gagasan tersebut sampai
pada penerima pesan. Dalam hal ini, penerima pesan yang dimaksudkan
adalah siswa.
• Fungsi dan Manfaat Media
Posis i media sangat lah pent ing bagi ke lancaran
transpormasi ilmu pengetahuan di lembaga-lembaga formal atau di
bangku sekolah. Penggunaan media yang efektif akan semakin
memudahkan siswa dalam memahami materi pelajaran yang
sedang dipelajari. Susilana dan Riana (dalam Susilana 2000: 9)
menjelaskan tentang manfaat media antara lain : (1) mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu tenaga dan daya (2) memperjelas pesan
agar tidak terlalu verbalistic (3) menimbulkan gairah belajar, interaksi
lebih langsung antara murid dengan Sumber belajar (4) memungkinkan
anak belajar sendiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
auditori dan kinestetiknya (5) memberi rangsangan yang sama,
mempersamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama.
18
Jadi , menuru t pendapa t t e r sebu t , penu l i s dapa t
menyimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran, dalam hal
ini media gambar, bukan merupakan fungsi tambahan,
melainkan memiliki fungsi tersendiri sebagai sarana untuk
membantu mewujudkan situasi pembelajaran yang lebih efektif media
gambar juga sebagai salah satu komponen yang tidak berdiri
sendiri, melainkan sating berhubungan dengan komponen lainnya seperi
guru dan siswa dalam rangka menciptakan situasi belajar yang
diharapkan.
Selain itu, media gambar bukan hanya berfungsi sebagai
balai hiburan semata, dengan demikian tidak diperkenankan
menggunakannya hanya sekedar untuk permainan atau
memancing perhatian siswa semata.
Selain memiliki fungsi, media gambar juga memiliki
manfaat. Dalam buku yang sama, Susilana dan Riana juga menjelaskan
tentang manfaat dari media gambar, antara lain sebagai berikut: (1)
membuat konkrit konsep-konsep yang abstrak. Konsep-konsep yang
dirasakan masih bersifat abstrak dan sulit dijelaskan secara langsung
kepada siswa bisa dikonkritkan atau disederhanakan melalui
pemanfaatan media pembelajaran (2) menghadirkan objek-objek yang
terlalu berbahaya atau sukar didapat kedalam lingkungan belajar.
19
Misalnya guru menjelaskan dengan menggunakan gambar tentang
binatan binatang Was seperti harimau dan beruang, -atau hewan-hewan
lainnya seperti gajah, jerapah, dinosaurus, dan sebagainya (3)
menampilkan objek yang terlalu besar atau kecil. Misalnya guru
akan menyampaikan gambaran mengenai sebuah kapal laut,
pesawat udara, pasar, candi, dan lain sebagainya. Atau menampilkan
objekobjek yang terlalu kecil seperti bakteri, virus, semut, nyamuk atau
hewan kecil lainnya. (Ibid : 10).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sunarti (dalam Subana,
2000: 10) juga memaparkan manfaat gambar sebagai media
pembelajaran sebagai berikut: (1) menimbulkan daya tarik pada diri
siswa (2) mempermudah pengertian dan pemahaman siswa (3)
memudahkan penjelasan yang sifatnya abstrak sehingga siswa
lebih mudah memahami apa yang dimaksud (4) memperjelas
bagian-bagian yang penting. Melalui gambar, kita dapat memperbesar
bagian-bagian yang penting atau bagian yang kecil sehingga dapat
diamati (5) menyingkat suatu uraian. Informasi yang dijelaskan dengan
kata-kata mungkin membutuhkan uraian panjang. Uraian
tersebut dapat ditunjukkan pada gambar.
Jadi, media gambar tidak hanya memilki fungsi melainkan
media gambar juga memilki manfaat yang sangat memudahkan guru
20
sebagai fasilitator di kelas dalam menghadirkan suasana yang
berbeda dalam proses pembelajaran, khususnya pengajaran apresiasi
kosakata. Dengan menggunakan media gambar, para siswa akan
semakin mudah dalam mengembangkan imajinasi, komunikasi dan
mereka masing-masing menuangkan fikiran ke dalam bait-bait
kosakata.
• Kriteria Penggunaan Gambar yang Efisien
Gambar adalah salah satu media pembelajaran yang cukup
populer dan sudah lama digunakan dalam pembelajaran. Hal ini
dikarenakan gambar cukup praktis, sederhana, mudah digunakan dan
tidak membutuhkan alat proyeksi dan tidak membutuhkan peralatan
tambahan.
Keberhas i l an penggunaan media gambar da lam
pembelajaran ditentukan oleh kualitas dan efektivitas bahanbahan
gambar. Menurut Subana dan Sunarti, agar tujuan penggunaan
media gambar dapat tercapai, gambar harus mempunyai syarat-
syarat sebagai berikut: (1) bagus, jelas, menarik, dan mudah dipahami
(2) cocok dengan materi pembelajaran (3) benar dan otentik, artinya
menggambarkan situasi yang sebenarnya (4) sesuai dengan tingkat
umur/kemampuan siswa (5) wa l aupun t i dak mu t l ak . ,
s eba iknya gamba r menggunakan warna yang menarik sehingga
tampak lebih realita dan merangsang minat siswa untuk mengamatinya
21
(6) perbandingan ukuran gambar harus sesuai dengan ukuran
objek yang sebenarnya (7) agar siswa lebih tertarik dan memahami
gambar, hendaknya menunjukkan hal yang sedang melakukan
perbuatan, dan (8)gambar yang dipilih hendaknya mengandung
nilai-nilai murni dalam kehidupan sosial (Ibid : 323 ).
Dari pendapat tersebut di atas, dapat disimpulkan
bahwa media gambar harus sesuai dengan kondisi, umur dan
psikologi siswa. Dalam konteks pembelajaran apresiasi
kosakata, dengan menggunakan gambar yang jelas dan menarik, siswa
dapat dengan mudah mencerna dan menyampaikan kembali
makna yang ada dalam gambar kedalam perbendaharaan
kosakata.
Hal ini juga dijelaskan oleh Brown pada tahun 1977
(dalam Soeharto 2003: 115) dari hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa : (1) penggunaan gambar dapat merangsang
minat dan perhatian siswa; (2) gambar-gambar yang dipilih dan
diadaptasi secara tepat, membantu siswa memahami dan
mengingat isi informasi bahan-bahan verbal yang menyertainya.
Demikian juga hasil penelitian Wilbur Sehramm pada
tahun 1973 (dalam Soeharto 2003: 115) menunjukkan bahwa
siswa yang telah bermotivasi dapat belajar dari medium apa
22
saja, jika media itu dipakai menurut kemampuannya dan
disesuaikan dengan kebutuhannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
• Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah Penlitian Tindakan Kelas (PTK). Menurut Arikunto,
2006:16 dalam (Suyadi, 2011:49) menjelaskan bahwa Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) mempunyai empat tahapan yaitu: (1) perencanaan tindakan (planning); (2)
pelaksanaan tindakan (acting); (3) pengamatan tindakan (observing) dan
evaluasi; (4) refleksi (reflecting). Adapun model tahapan pelaksanaan PTK
adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Model Tahapan Pelaksanaan TKP
Perencanaan
PelaksanaanSiklus IRefleksi
Observasi & Evaluasi
Perencanaan
23
Pelaksanaan• Perencanaan Tindakan
Pada penelitian ini melibatkan observer untuk mengamati apakah
kegiatan penelitian ini berjalan sesuai dengan sekenario pembelajaran yang
direncanakan. Untuk memudahkan observer untuk melakukan pengamatan,
maka penulis membuat alat observasi. Pada tahap ini, kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan meliputi: (a) membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH); (b)
menyiapkan lembar observasi aktivitas siswa; (c) menyiapkan Lembar
Kegiatan Siswa (LKS) dan soal-soal latihan yang disertai kunci jawabannya
• Pelaksaan Tindakan
Pelaksanaan adalah menetapkan apa yan g telah direncanakan pada
tahap satu yaitu bertindak di kelas ( Suyadi, 2011: 62).
Tahap ini merupkan tahap pelaksanaan semua tindakan pembelajaran
di kelas yang telah direncanakan pada rencana pelaksanaan pembelajaran.
• Pengamatan Tindakan (Observasi) dan Evaluasi
Prof. Supardi (dalam Suyadi, 2011: 63) menyatakan bahwa observasi
yang dimaksud pada tahap III adalah pengumpulan data. Dengan kata lain,
observasi adalah alat untuk memotret seberapa jauh efek tindakan setelah
mencapai sasaran.
Selama pelaksanaan tindakan dilakukan observasi yang bertujuan
untuk mengamati kesesuaian antara rancangan pembelajaran dengan
24
pelaksanaannya, yaitu yang berkaitan dengan aktivitas guru dan siswa yang
nampak selama proses pembelajaran berlangsung. Kegiatan yang dilakukan
adalah mengisi lembar obeservasi oleh observer yang telah dibuat sebelumnya
oleh peneliti.
• Refleksi
Refleksi dilakukan pada akhir siklus yaitu mengemukakan kembali apa
yang telah dilakukan (Suyadi, 2011: 64). Pada tahap ini, peneliti bersama
observer mengkaji hasil yang diperoleh dari pemberian tindakan pada tiap
siklus. Sebagai acuan dalam refleksi ini adalah hasil observasi dan evaluasi.
Hasil refleksi ini digunakan sebagai dasar untuk memperbaiki dan
menyempurnakan perencanaan serta pelaksanaan tindakan pada siklus
selanjutnya.
• Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya
lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah
diolah (Arikunto, 2006: 160).
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
penomena alam maupun sosial yang diamati (Sugiyono, 2011: 148).
• Lembar Observasi
25
Lembar observasi digunkan untuk mengumpulkan data kualitatif yang
berkenaan dengan nilai kualitas seperti: sangat aktif, aktif, cukup aktif, dan
kurang aktif. Dalam hal ini penggunaan lembar observasi digunaklan untuk
mendapatkan hasil belajar siswa.
Untuk mampu menjawab permasalah tersebut di atas ada beberapa
faktor yang perlu diselidiki antara lain:
• Siswa
Adapun indikator perilaku siswa yang diturunkan dari konsep
pembelajaran bahasa Indonesia yang akan diamati selama proses
pembelajaran tertuang dalam scenario pembelajaran dalam setiap
pertemuannya, sehingga hal yang seharusnya diobservasi adalah
kesesuaian aktivitas siswa terhadap tindakan yang diberikan oleh peneliti
dalam sekenario pembelajaran.
• Guru
Adapun perilaku guru yang akan diamati yaitu kesesuaian antara
tindakan guru selama kegiatan pembelajaran dengan sekenario
pembelajaran yang telah dibuat. Jadi yang akan menjadi bahan observasi
adalah sekenario pembelajaran.
• Tes
Tes yang digunakan sebagai alat penelitian untuk mendapatkan data
kuantitatif, yaitu data pencapaian hasil belajar oleh siswa. Tes akan diberikan
pada setiap akhir siklus dalam bentuk soal-soal evaluasi.
26
• Teknik Pengumpulan Data
• Sumber Data
Dalam penelitian ini sumber data diperoleh dari siswa TK Aisyiyah
Kecamatan Narmada yang berjumlah 25 orang, guru mata pelajaran dan hasil
observasi.
• Jenis Data
Jenis data yang digunakan adalah: (a) data kualitatif yang berupa data
hasil observasi terhadap aktivitas belajar siswa selama pembelajaran; (b) data
kuantitatif yang berupa data hasil belajar siswa.
• Cara Pengambilan Data
Adapun cara pengambilan data dalam penelitian ini adalah: (a) data
tentang aktivitas belajar siswa yang didapatkan dari hasil observasi; (b) data
hasil belajar diperoleh dengan cara memberikan tes evaluasi yang dilakukan
pada tiap akhir siklus.
• Teknik Analisa Data
Teknik analisis data merupakan suatu cara yang digunakan
dalam mengolah data yang telah terhimpun dari berbagai penelitian,
sehingga dapat diperoleh berbagai informasi yang berdaya guna dan
berhasil guna sebagaimana yang diharapkan. Untuk memperoleh kesimpulan
27
yang berarti, data tersebut akan di analisis dengan menggunakan diskriptif
kwantitatif.
Data kemampuan anak dikumpulkan melalui lembar observasi yang
disusun berdasarkan kategori yang telah ditentukan. Selama satu siklus anak
dikatakan baik jika dibantu satu kali, cukup dibantu dua kali dan kurang jika
dibantu dua kali.
Pedoman observasi untuk kemampuan memahami kosakata disiusun
sebanyak 20 pernyataan dengan alternative 3 pilihan, jawaban sering skornya
3, kadang-kadang skornya 2, dan tidak peata-rata ditentukan dengan rumus rnah
skornya 1. Untuk menganalisa data perkembangan kemampuan memahami
kosakata digunakan statistik sederhana yaitu mencari skor Mean Ideal (Mi) dan
Standar Deviasi Ideal (SDi) dengan rumus :
Skor Maksimal Ideal = 20x3=60
Skor Minimal Ideal = 20x1=20
Mean Ideal (Mi)= ½ x (skor Maksimum Ideal +skor Minimum Ideal)
= ½ (60 + 20)
= 1/2x80
= 40
Standar Deviasi Ideal (SDi) = 1/6 (skor maksimal ideal- skor Minimum
Ideal) = 1/6 (60-20)
= 40/6
= 6,6
28
Berdasarkan Mi dan SDi dapat disusun standar pengkatagorian tingkat
kemampuan anak dalam memahami kosakata dengan klasifikasi sebagai
berikut:
Mi + (1 SDi) s/d Mi + 3 (SDi) baik
40 + (1 x 6,6) 40 + 3 x 6,6
40 + 6,6 40 + 19,8
46,6 s/d 59,8
Mi – 1 SDi s/d < Mi + 1 (SDi) cukup
40 – 1x 6,6 < 40 + 1 x 6,6
33,4 s/d < 46,6
Mi – 3 SDi s/d < Mi - 1 SDi kurang
40 – 3x 6,6 < 40 – 1 x 6,6
40 – 19,8 s/d < 40 – 6,6
20,2 s/d < 43,4
29
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Lembaga Sekolah
Salah satu syarat sebuah penelitian adalah tercapainya unsure
keterpecayaan. Artinya bahwa laporan penelitian yang disampaikan
merupakan suatu hasil penelitian yang betul batul dilakukan oleh peneliti.
Dengan demikian hasil yang diperoleh pun tidak meragukan bagi siapa saja
yang membaca laporan penelitian itu.
Salah satu cara untuk meyakinkan bahwa suatu penelitian benar-benar
dilakukan adalah dengan memberikan gambaran tentang lokasi penelitian,
miskipun sifatnya masih umum.
Sehubungan dengan hal tersebut maka gambaran umum lokasi
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Nama Sekolah : TK Aisyiyah M.Parmadi M Narmada.
Status TK : Swasta
Alamat : Jln.A. Yani No 64
Kelurahan/Desa : Narmada
Kecamatan : Narmada
Kota/kabupaten : Lombok Barat
Provinsi : NTB
30
Kode Pos : 83371
Akte Notaris No : -
Tahun Pendirian : 1999
No. Statistik : -
2. Keadaan Siswa
Tahun 2009/2010 2011/2012 2011/2012
Kelompok L P JML L P JML L P JML
A
Pendaftar 25 15 40 25 22 47 18 26 44
Diterima 25 15 40 25 22 47 18 26 44
B
Pendaftar 24 43 67 36 35 71 30 24 54
Diterima 24 43 67 36 35 71 30 24 54
3. Keadaan Guru
No Tenaga Kependidikan Negeri Swasta
1 Guru 3 2
2 Tenaga Tata Usaha - -
3 Penjaga TK - -
4 Pembantu TK - -
5 Tenaga Lainnya - -
31
Jumlah 3 2
4. Keadaan Sarana Prasarana
a) Kondisi Ruangan/Lahan
N
o
Jenis
Sarana/Prasarana
Jumla
h
Keadaan
(beri tanda cek)
Baik Rusak DigunakanTidak
digunakan
1 Ruang Kelas 3 √ √2
Ruang
Kantor/Kepala TK1 √ √
3 Ruang Guru -
4 Ruang Tata Usaha -
5Ruang Kesehatan
(UKS)-
6 Ruang Dapur 1 √ √7 Gudang -
8 Kamar Mandi/WC 1 √ √9
Ruang
terbuka/serbaguna-
10 Tempat cuci 3 √ √32
tangan
11 Ruang tunggu -
12 Halaman sekolah 1 √ √13 Perpustakaan 1 √ √
b) Perabot Ruang Kelas/Belajar
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumlah
Keadaan(beri tanda cek)
Baik RusakDigunaka
nTidak
digunakan1 Meja Anak 24 √ √2 Kursi Anak 90 √ √3 Meja Guru 3 √ √4 Kursi Guru 3 √ √5 Papan absent anak 2 √ √6 Almari 2 √ √7 Tempat sampah 3 √ √c) Perabot Ruang Kantor
N
o
Jenis
Sarana/
Prasarana
Jumla
h
Keadaan
(beri tanda cek)
Baik Rus
ak
Digunak
an
Tidak
digunak
33
an
1Meja dan kursi
kerja1 √ √
2 Papan tulis -
3Papan
Inventaris-
4 Lemari 2 √ √
5 Rak buku 1 √ √
d) Perabot dan alat-alat Kelengkapan Bermain Bebas didalam
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumla
h
Keadaan(beri tanda cek)
Baik Rusak DigunakanTidak
digunakan1 Rak tempat mainan 4 √ √2 Tikar/karpet -
3 Lemari kaca -
4 Tempat sampah -
5 Sapu 3 √ √6 Meja kursi anak -
7 Meja untuk -
34
menempatkan alat
disudut kegiatan
8 Alat-alat kegiatan
untuk 5 sudut
kegiatan
1. Sudut Ketuhanan 3 set √ √2. Sudut Keluarga 3 set √ √3. Sudut
Pembangunan3 set √ √
4. Sudut
Kebudayaan3 set √ √
5. Sudut Alam
Sekitar
Dan Pengetahuan
3 set √ √9 Papan/meja tulis -
5. Kelengkapan Alat Peraga dalam berbagai macam segi yaitu:
Segi Ketuhanan
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumlah
Keadaan
Baik DigunakanTidak
digunakan
1 Maket tempat ibadah 1 set √ √35
2Alat perlengkapan untuk
ibadah3 set √ √
3 Poster Sholat 3 set √ √4 Poter Wdhu 3 set √ √5 Poster Huruf Hijaiyah 3 set √ √
Segi Keluarga
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumlah
Keadaan
Baik DigunakanTidak
digunakan
1 Aneka Jenis Boneka 3 set √ √2 Aneka Peralatan Dapur 3 set √ √3 Meja Setrika 1 buah √ √
Segi Pembangunan
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumlah
Keadaan
Baik DigunakanTidak
digunakan
1 Balok Bangunan 3 set √ √2 Mainan Konstruksi 3 set √ √3 Alat-alat pertukangan 1 set √ √
36
4 Menara Pelangi 3 set √ √5
Menara Gelang6 set √ √
6 Aneka macam kendaraan 3 set √ √7 Puzzle 40 buah √ √8 Balok Lesi 3 set √ √9 Bombiks 3 set √ √10 Alat menganyam 3 set √ √11 Alat Menjiplak 3 set √ √12 Alat menjahit 3 set √ √13 Alat membatik 3 set √ √14 Alat Kolase 3 set √ √15 Batu-batu warna 3 set √ √16 Buah angka 2 set √ √17 Poster-poster angka 10 buah √ √
Area Seni
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumlah
Keadaan
Baik DigunakanTidak
digunakan
1 Peraturan lalu lintas 1 set √ √
37
2 Tip rekorder 1 buah √ √3 Tamburin 3 buah √ √4 Gendang 2 buah √ √5 Pianika 1 buah √ √6 Bola 5 buah √ √7 Pakaian Adat 50 stel √ √
Area Alam Sekitar
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumlah
Keadaan
Baik DigunakanTidak
digunakan
1Akuarium dan
perlengkapannya1 buah √ √
2 Timbangan 1 buah √ √3 Batu-batuan, biji-bijian √ √4
Kotak obat dan
perlengkapannya√ √
5Daun-daun yang
dikeringkan√ √
6 Tanaman obat-obatan √ √6. Alat Permainan diluar Kelas/Halaman
38
NoJenis
Sarana/PrasaranaJumla
h
Keadaan(beri tanda cek)
Ada Tidak LayakTidak Layak
1 Bak pasir dengan
kelengkapannya2 √ √
2 Bak air dengan
kelengkapannya1 √ √
3 Papan
peluncur/perosotan1 √ √
4 Papan jungkitan 2 √ √5 Ayunan 6 √ √6 Papan titian 1 √ √7 Binatang peliharaan
dan kandang-
8 Sepeda roda tiga -
9 Taman lalu lintas
yang dapat dilalui
sepeda roda tiga
1 √ √10 Tangga majemuk 2 √ √11 Kebun sekolah -
7. Fasilitas Lain
No Jenis Jumlah Keadaan
39
Sarana/Prasarana
(beri tanda cek)
Baik Rusak DigunakanTidak
digunakan
1 Ruang Ibadah
2Spillod/Ruang
serbaguna
3 Ruang UKS
4 Dapur 1 √ √5 Gudang
6 Rumah penjaga
7 Tempat parker
8 Pagar keliling √ √9
Papan nama
sekolah√ √
10 Tempat sampah √ √
8. Kegiatan dan Perangkat Pembelajaran
a. Standar Kompetensi
No Kegiatan Pembelajaran Uraian
1 Perencanaan pembelajaran Program Semester
40
Bentuk perencanaan pembelajaran
Program Minguan
Program Harian
2 Pelaksanaan pembelajaran
Model pembelajaran yang digunakan
Pembelajaran menggunakan
area
3 Evaluasi Pembelajaran :
• Rekapitulasi penilaian
• Portopolio
• Laporan perkembangan anak didik
Terlampir
-
Terlampir
b.. Manajemen TK
No KegiatanPerencanaan Pelaporan
KeteranganAda Tidak Ada Tidak
1. Kurikulum/Pengajaran √2. Kemuridan √3. Kepegawaian √4. Keuangan √5. Sarana Prasarana √6. Hubungan Sekolah dan
Masyarakat√
41
c. Standar Pelayanan Minimal (SPM)
No Komponen Indikator Keterangan
1. Kurikulum 1 Ketersediaan Kurikulum Ada
90 %
2. Anak Didik 1 Penyelenggaraan Kelompok A dan B
2Daya tampung setiap rombongan
belajar33 anak/rombel
3. Pembiayaan 1 Anggaran Pemerintah Pusat Tidak ada
2 Anggaran Pemerintah Propinsi Tidak ada
3 Anggaran Pemerintah Kab/Kota Tidak Ada
4 Anggaran Swadaya Ada
4. Manajemen
TK
1 Visi, Misi Ada
2 Program TK Ada
3 Pelaksanaan Program TK Ada
4 Monitoring dan Evaluasi Ada
5 Pelaporan Ada
5. Peran serta
Masyarakat
1 Dukungan Komite Sekolah Ada
2 Perhatian orang tua Ada
3 Peran serta tokoh masyarakat Ada
4 Peran serta dunia usaha Ada
d. Ketatausahaan
42
No Jenis Buku
KeberadaanJumla
h
Kualifikasi
Ada Tidak LayakTidak
Layak
1. Buku Administrasi
Administrasi Program
Pengajaran
√Administrasi Kemuridan √Administrasi
Kepegawaian
√Administrasi Keuangan √Administrasi
Perlengkapan/ Barang
√2. Buku Sumber/pegangan
guru
√3. Buku Perpustakaan √ 50
e. Implementasi Hasil Kegiatan Gugus di TK
No Jenis Kegiatan GugusPelaksanaan
Seluruh Sebagian
1 Pembuatan Program Pembelajaran √2 Pembuatan APE √3 Aneka Permainan √
43
4 Imtak √5 Kegiatan Ekstra Kurikuler √
9. Kegiatan Pendidikan Anak Seutuhnya
No Nama KegiatanWaktu
PelaksanaanPeserta
1 Pentas Seni Juni Semua Murid
2 Imtak Setiap Hari Jum’at Semua Murid
10. Keunggulan, Prestasi, dan Inovasi (2007/2008 s/d 2009/2010)
a. Prestasi Anak Didik
NoJenis
Prestasi
Tingkat
Gugus Kec.Kab/
KotaProv. Kejuaraan Tahun
1Lomba
Melukis√ Harapan I
2
Lomba
Paduan
Suara
√ Juara I
3Lomba
Senam√ Juara I
44
4
Lomba
Mewarnai
Gambar
√ Juara II
5
Lomba
Memasang
Puzel
√ Harapan III
b. Prestasi Guru/Kepala TK
No Jenis PrestasiTingkat
Gugus Kec. Kab Prov Kejuaraan Tahun
1Lomba Guru
Teladan TK√ Juara III
2Lomba Guru
Teladan TK
Juara I
3Lomba Guru
Teladan TK√ Juara III
4Lomba
Pembuatan APE√ Harapan III
5Lomba Kader
BKB√ Juara III 2008
c. Prestasi TK
45
No Jenis Prestasi
Tingkat
GugusKec
.Kab Prov. Kejuaraan Tahun
1Lomba Sekolah
Sehat√ Juara III 2008
2
3
4
5
B. Penyajian Data
1. Pra Siklus
Pra siklus dimulai pada tanggal 22 sampai tangal 25 Oktober 2012.
sebelum memulai tindakan, peneliti terlebih dahulu menyusun beberapa
tindakan agar apa yang direncanakan dapat tercapai, tindakan tersebut yaitu :
perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Sebelum melakukan tindakan kepada subyek yang diteliti, terlebih
dahulu peneliti harus mempersiapkan hal-hal sebagai berikut:
1) Membuat Recana Kegiatan Harian (RKH) (lampiran )
46
2) Menyiapkan Media Berupa Kartu Gambar (lampiran )
3) Menyiapkan lembar observasi (lampiran )
4) Menyiapkan evaluasi awal tindakan (lampiran)
b. Pelaksanaan
Pada pra siklus ini peneliti melakukan pembelajaran yang
dilakukan dalam dua kali pertemuan. Peretemuan pertama dilakukan pada
tanggal 12 November 2012, dengan materi yang dibahas adalah
menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang
melambangkannya. Pertemuan kedua dilakasanakan pada tanggal 15
November 2012, dengan materi yang diabahas adalah membaca beberapa
kata berdasarkan gambar, tulisan dan benda yang dikenal atau yang
dilihatnya.
Dalam pra siklus terlihat siswa masih terpengaruh dengan metode
lama yang digunakan oleh guru, sehingga siswa masih belum memahami
saat peneliti menerapkan pendekatan melalui metode gambar. Hal itu
terjadi karena belum adanya penejelasan yang tepat sehingga mereka
kurang mengerti dalam penerapannya.
Pada pertemuan pertama peneliti menjelaskan tentang materi
pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Sebelum proses
belajar dimulai penelitimemberikan motivasi untuk belajar dan mulai
menejlaskan tentang menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana
dengan simbol yang melambangkannya. Alat peraga yang dipergunakan
47
berupa karrtu gambar yang diberikan kepada masing-masing siswa.
Setelah kartu-kartu tersebut diberikan kepada siswa anak-anak
memperhatikan penejelasan guru. Guru menempel kartu gambar di papan
tulis dan menejelaskannya.
Selanjutnya peneliti memerintahkan anak untuk mengerjakan tugas
yang sudah diberikan. Penggunaan media gambar bertujuan agar anak
menemukan sendiri kosakata pada gambar tersebut. Anak-anak diberikan
waktu 10 menit unruk menemukan jawaban pada kartu gambar yang
sudah diberikan kepada masing-masing anak. Kemudian pada kegiatan
akhir, guru memberikan soal-soal latihan untuk individu dan memberikan
PR atau tugas kepada anak, dalam tahap akhir ini peneliti menerapkan
tahap inkuiri dimana anak mencoba mencari jawaban sendiri menurut apa
yang diketahui atau yang dilihat.
Pada pertemuan kedua setelah guru memulai pembelajaran, anak
diajak untuk mengingat kembali pelajaran sebelumnya dan memabahas
PR yang telah diberikan pada pertemuan pertama, setelah itu anak diminta
kembali duduk. Pada pertemuan kedua guru kembali menjelaskan materi
dengan menggunakan media gambar yang berupa kartu gambar yang di
dalamnya terdapat gambar-gambar hewan. Penggunaan media gambar
bertujuan agar memudahkan anak memahami kosakata, anak-anak
diberikan waktu 10 menit untuk menjawab nama hewan apa yang ada di
48
dalam gambar tersebut dibantu dengan satu suku kata seperti sa....
(jawaban yang seharusnya adalah sapi).
Saat anak menemukan jawaban, anak-anak mempunyai pendapat
yang berbeda-beda, disini peneliti menerapkan tahap auditori. Kemudian
pada kegiatan akhir, guuru kembali memberikan soal latihan untuk
individu, dalam tahap ini anak mencoba mencari solusi dalam
memecahkan soal dan peneliti menerapkan tahap inkuiri. sebelum
menutup pertemuan guru memberitahukan bahwa pertemuan berikutnya
akan diadakan evaluasi.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia yang
telah ditunjuk sebagai observer selama selam proses belajar mengajar
berlangsung. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang
telah disiapkan. Adapun hasil observasi tersebut yaitu:
1. Observasi Aktivitas Siswa
Berdasarkan hasil observasi belajar siswa pada pra siklus ada
beberapa hambatan dan kekurangan dalam aktivitas belajar siswa,
anatara lain:
a. Siswa masih kurang aktif dalam kegiatan belajar
b. Siswa yang mampu tidak peduli dengan temannya yang tidak
mampu
c. Siswa belum berni berinteraksi dengan guru
49
d. Siswa kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran
Adapun hasil aktivitas siswa yang diperoleh pada pra siklus
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1 hasil observasi aktivitas siswa pada pra siklus
ItemPeretemuan
1 2
Total skor aktivitas siswa 9,55 8,66
Banyak indicator 4 4
Rata-rata skor 2,38 2,16
Rata-rata skor aktivitas siswa pra siklus 2,27
Katagori Cukup aktif
(sumber data : ringkasan dari lampiran ….)
Dari tabel di atas, selama proses belajar mengajar berlangsung
dilakukan obsearvasi terhadap aktivitas siswa,banyaknya indikator
yang diamati sebanyak 8 dan jumlah siswa yang diamati adalah
sebanyak 25 orang. Setelah dilakukan observasi diperoleh skor rata-
rata sebesar 2,27 yang didapat dari penggabungan total skor
pertemuan 1 dan 2 kemudian dibagi dengan banyaknya indikator
yaitu 4 indikator.
Dari nilai rata-rata tersebut maka dapat diketahui bahawa
aktivitas siswa pada pra siklus dikatagorikan cukup aktif. Hal ini
dapat dilihat dari kriteria aktivitas siswa pada interval Mi + 0,5 Sdi ≤
50
M < Mi + 1,5 SDi, dengan nilai Sdi = 0,8 dan Mi =25. Sehingga nilai
rata-rata 2,27 terdapat pada interval 2,27≤ M < 3,7
2. Observasi Aktivitas Guru
Berdasarkan hasil observasi guru pada pra terdapat beberapa
dekriptor yang tidak tampak, yaitu:
1. Menyampaikan tujuan pembelajaran
2. Meminta siswa untuk kesimpulan dengan bahasa sendiri
3. Meminta siswa untuk memperbaiaki hasil mewarnai yang kurang
tepat
Adapun hasil observasi guru sebagai berikut:
Tabel 4.2 Hasil Observasi aktivitas guru pada pra siklus
ItemPertemuan
1 2
Total skor aktivitas guru 17 16
Banyak indikator 5 5
Rata-rata skor 3,4 3,8
Rata-rata skor aktivitas siswa pra siklus 3,3
Katagori Sangat Baik
Dari tabel di atas,dapat dilihat bahwa indikator yang diamati
sebanyak 5 indikator dari aktivitas guru selama proses belajar
mengajar. Setelah dilakukan observasi diperoleh skor total 33, yang
diperoleh dari jumlah skor pertemuan 1 sebesar 17 ditambah dengan
jumlah skor pertemuan 2 sebesar 16. Sedangkan nilai rata-rata 3,3
51
diperoleh dari pembagian skor total sebesar 33 dibagi dua (pertemuan
peratama dan kedua) sehingga menjadi 3,3. Dari nilai rata-rata
tersebut maka dapat diketahui aktivitas guru pada pra siklus
dikatagorikan sangat baik, hal ini dapat dilihat dari kriteria aktivitas
guru pada interval Mi+1,5 Sdi ≤M, dengan nilai SDi = 1 dan Mi = 3.
Sehingga nilai rata-rata 3,3 terdapat pada interval 3,3 ≤ M.
d. Evaluasi
Setelah proses belajar mengajar dengan media gambar pada pra
siklus selesai maka guru melakukan evaluasi akhir pra siklus pada tanggal
15 November 20012. Adapun hasil evaluasi awal sebelum siklus I dan
siklus II dilakukan dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3 : Hasil Data Anak Sebelum Siklus I dan II pada TK Aisyiyah
Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat Tahun
Pelajaran 2011/2012.
No Nama siswa L/P Skor Kategori1 Aziza Wanda hafifa P 21 Kurang2 Araya Nazwa R P 30 Kurang3 Excelindo Hartanto L 31 Kurang4 Adika Putra Islamy L 23 Kurang5 BQ. Nadya Puspa G P 30 Kurang6 Candra Aprilia Yoga L 32 Kurang7 Dimas Rizki Ramadani L 22 Kurang8 Gardena Ayozora P 21 Kurang9 Gibran Fathir Al-Ardy L 25 Kurang10 Ibnu Aulia Valula L 22 Kurang11 M. Fauzan L 20 Kurang12 L. Rachmad Dwi Putra L 26 Kurang13 Lale Sevia Devi Triana P 25 Kurang
52
14 M. Reza Rajiburrahman L 27 Kurang15 M. Aditya Hamsyah L 30 Kurang16 M. Novaldi Sayatulah L 29 Kurang17 Razka Maulana L 21 Kurang18 Nadira Maya Risti P 36 Kurang19 Ragitya Sanu Abrar L 24 Kurang20 Reyvan Triadi Darmawan L 30 Kurang21 Wening Mulowani P 31 Kurang22 Fazar Ari Rizki L 24 Kurang23 Wawan Hendrawan L 25 Kurang24 Mazwa Ilyanul Hima P 27 Kurang25 M. Dadi L 30 Kurang
Jumlah Skor 650Nilai Rata-rata 26
M = ∑ X = 650 = 26 N 25
Sedangkan untuk mencari Mi (Mean Ideal) dan SDi (Standar
Deviasi Ideal) adalah Mi = jumlah skor maksimal + skor minimal + ½ ,
dan SDi = jumlah skor maksimal – skor minimal x 1/6. Dengan demikian
Mi = adalah 36 + 21 x ½ = 28,5, sedangkan SDi = 36 – 21 X 1/6 = 2,5.
Selanjutnya peneliti masukkan ke dalam konversi sebagai berikut:
Mi + 1 SDi s/d Mi + 3 SDi = Baik
28 + 2,5 s/d 28,5 + 7,5
31 36
Mi – 1 SDi s/d < Mi + 1 SDi = Cukup
28,5 – 25 s/d < 28,5 + 7,5
53
26 s/d < 36
Mi – 3 SDi s/d < Mi – 1 SDi = Kurang
28,5 - 2,5 s/d < 28,5 + 7,5
26 < 36
Mencermati data anak tentang kemampuan awal sebelum dilakukan
tindakan pada siklus I dan II secara keseluruhan anak yang 25 orang
masih berada di bawah standar, dengan demikian peneliti akan
melanjutkan ke siklus I untuk melakukan tindakan selanjutnya..
e. Refleksi
Berdasarkan hasil dari observasi awal yang dilakukan peneliti
sebelum melakukan tindakan, maka dapat dianalisis bahwa hasil anak
masih berada dalam katagori rendah dimana dari jumlah anak 25 orang
terdapat 8 orang anak yang masih memperoleh skor 36 dan belum
mencapai standar normal. Oleh karena itu perlu dilakukan tindakan guna
mengetahui lebih lanjut perubahan yang terjadi pada subyek penelitian.
Adapun skor yang tertinggi sebelum dilakukan tindakan adalah 36
dan terendah 20, dengan demikian dapat dikatakan masih berada di bawah
kemampuan. Oleh sebab itu, perlu adanya tindakan selanjutnya yaitu
siklus I.
2. Siklus I
54
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 19 sampai 23 November 2012.
Adapun tahapan-tahapan pada sikluls ini sebagai berikut: (a) perencanaan, (b)
pelaksanaan, (c) observasi (d) evaluasi dan (e) refleksi.
a. Perencanaan
Sebelum peneliti malakukan tindakan selanjutnya, terlebih dahulu
peneliti menyusun beberapa perencanaan atau langkah-langkah agar anak
mendapatkan nilai yang meningkat dari sebelumya. Langkah-langkah
tersebut anatara laina:
1. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa
3. Menyiapkan media gambar,dan
4. Menyiapkan soal tes evaluasi siklus I
b. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan pada siklus I dilaksanakan dalam 2 kali
pertemuan. Pertemuan 1 berlangsung pada tanggal 19 November 2012
selama 2x40 menit membahas tentang membuat gambar atau coretan
tentang cerita mengenai gambar yang dibuatnya. Pertemuan 2
berlangsung pada tanggal 23 November 2012 membahas tentang mencari
sebanyak-banyaknya benda (hewan, taanaman) yang mempunyai warna,
bentuk, ukuran/ciri-ciri tertentu.
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini adalah melaksanakan
pembelajaran sesuai dengan yang telah direncanakan dalam RKH yaitu
55
pada siklus I dilakukan 2 kali pertemuan termasuk mengadakan evaluasi.
Pada hari pertama memulai kegiatan proses belajar mengajar, guru
mengecek daftar hadir siswa, kemudian memulai pelajaran pada kelas
tersebut. Suasana kelas terlihat tidak kondusif karena siswa belum
terbiasa dengan metode pembelajaran yang diterapkan guru.
Setelah materi disampaiakan dan dijelaskan, selanjutnya guru
memberikan kartu gambar yang belum diwarnai yang dibawahnya
terdapat beberapa pertanyaan yang akan dijawab oleh anak. Setelah anak
selesai mewarnai dan menjawab pertanyaan yang ada di kartu tersebut,
guru menyimpulkan hasil dari tugas tersebut, setelah itu guru memberikan
latihan kepada anak untuk dikerjakan di rumah.
Selama proses pembelajaran berlangsung kegiatan anak, kegiatan
anak belum berjalan dengan baik seperti kesiapan dan antusiasme anak
dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
c. Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan secara berkelanjutan setiap kali
pemebelajaran berlangsung dengan mengamati aktivitas belajar anak dan
aktivitas guru. Pada tahap pemantauan pada siklus I ini, peneliti lakukan
untuk mendapatkan data dan informasi tentang pelaksanaan tindakan dan
verifikasi bimbingan kepada anak TK Aisyiyah Narmada Lombok Barat.
Verifikasi ini dilakukan agar peneliti dapat mengetahui perubahan dan
kemajuan yang dialami oleh anak dalam memahami kosakata dengan
56
media gambar melalui pelaksanaan observasi. Hal yang diobservasi
adalah kemampuan memahami kosakata dengan media gambar.
Selanjutnya peneliti melakukan observasi kepada siswa maupun
guru. Hasil dari observasi yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Observasi Aktivitas Siswa
Data tentang hasil observasi siswa siklus I pertemuan 1 yang
telah dilaksanakan pada tanggal 19 November 2012 dan pertemuan 2
pada tanggal 23 November 2012. Berikut hasil aktivitas siswa pada
siklus I:
Tabel 44. Hasil Analisis aktivitas siswa siklus I
ItemPertemuan
1 2
Total skor aktivitas guru 14 13
Banyak indikator 4 4
Rata-rata skor 3,5 3,25
Rata-rata skor aktivitas siswa siklus I 3,37
Katagori Aktif
Berdasarkan tabel hasil aktivitas belajar siswa pada siklus I,
diperoleh data yaitu pada pertemuan pertama total skor aktivitas siswa
14 dengan jumlah indikator 4 dan nilai rata-ratanya 3,5. Sedangkan
pada pertemuan kedua total skor aktivitas siswa 11,33 dengan jumlah
indikator 4 dan nilai rata-ratanya 3,25. Jadi berdasarkan pertemuan
57
pertama dan kedua pada siklus I nilai rata-rata aktivitas siswa 3,37
yang diperoleh dari jumlah nilai rata-rata pertemuan pertama ditambah
dengan jumlah rata-rata pada pertemuan kedua kemudian dibagi dua.
Berdasarkan pedoman kriteria aktivitas siswa nilai rata-rata 3,37
dikatakan aktif karena berada pada interval Mi + 0,5 SDi ≤ As < Mi +
1,5 SDi, dengan Mi = 2,5 dan SDi = 0,83
2. Observasi aktivitas guru
Data tentang hasil observasi guru siklus I pertemuan 1 yang
telah dilaksanakan pada tanggal 19 November 2012 dan pertemuan 2
pada tanggal 23 November 2012. Berikut hasil aktivitas guru pada
siklus I:
Tabel 4.5 Hasil Observasi aktivitas guru pada siklus I
ItemPertemuan
1 2
Total skor aktivitas guru 18 16
Banyak indicator 5 5
Rata-rata skor 3,6 3,2
Rata-rata skor aktivitas siswa pra siklus 3,4
Katagori Sangat Baik
Dari tabel di atas, dapat dilihat skor aktivitas guru pada siklus I
sebesar 3,4 diperoleh dari penjumlahan total skor pertemuan 1 dan 2
kemudian dibagi dua (jumlah pertemuan). Dari nilai rata-rata tersebut
dapat diketahui bahwa aktivitas guru pada siklus I dikatagorikan
58
sangat baik, hal ini dapat dilihat dari tabel kriteria aktivitas guru berada
pada interval Mi + 0,5 SDi ≤ M < Mi + 1,5 SDi, dengan nilai Mi = 2,5
dan Sdi = 0,8 maka nilai rata-rata 3,4 ≤ M < 3,7.
d. Evaluasi
Selanjutnya untuk membuktikan hasil observasi pada siklus I
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.6 : Data Anak Sebelum Siklus Dan Hasil Siklus I Tentang
Kemampuan Meningkatkan Kosakata Dengan Menggunakan
Media Gambar Pada Tk Aisyiyah Kecamatan Narmada
Lombok Barat Tahun Pelajaran 2011/2012.
No Nama Siswa L/P Skor Siklus I Kategori1 Aziza Wanda hafifa P 21 44 Cukup2 Araya Nazwa R P 30 45 Cukup3 Excelindo Hartanto L 31 47 Baik4 Adika Putra Islamy L 23 50 Baik5 BQ. Nadya Puspa G P 30 51 Baik6 Candra Aprilia Yoga L 32 33 Kurang7 Dimas Rizki Ramadani L 22 32 Kurang8 Gardena Ayozora P 21 47 Baik9 Gibran Fathir Al-Ardy L 25 45 Cukup10 Ibnu Aulia Valula L 22 46 Baik11 M. Fauzan L 20 48 Baik12 L. Rachmad Dwi Putra L 26 45 Cukup13 Lale Sevia Devi Triana P 25 52 Baik14 M. Reza Rajiburrahman L 27 30 Kurang15 M. Aditya Hamsyah L 30 44 Cukup16 M. Novaldi Sayatulah L 29 41 Kurang17 Razka Maulana L 21 43 Cukup18 Nadira Maya Risti P 36 50 Baik19 Ragitya Sanu Abrar L 24 32 Kurang
59
20 Reyvan Triadi Darmawan L 30 45 Cukup21 Wening Mulowani P 31 41 Kurang22 Fazar Ari Rizki L 24 43 Cukup23 Wawan Hendrawan L 25 36 Kurang24 Mazwa Ilyanul Hima P 27 43 Cukup25 M. Dadi L 30 42 Kurang
Jumlah skor 650 1075Nilai rata-rata 26 43Prosentase 32% Kurang
Berdasarkan sajian data kemampuan meningkatkan kosakata anak
melalui media gambar pada siklus I dapat peneliti simpulkan bahwa anak
yang menjadi subyek penelitian sebanyak 25 orang, anak yang memperoleh
ketuntasan sebanyak 8 orang jika diprosentasikan akan menjadi 32%, dan 17
orang atau sekitar 68% yang belum tuntas.
Dari sajian data di atas skor ketuntasan secara klasikal belum
mencapai 75% dari jumlah siswa yang memperoleh skor di atas skor kriteria
ketuntasan minimal. Dan untuk mengetahui prosentase ketuntasan anak
dalam proses belajar mengajar pada siklus I menggunakan rumus:
A= nN
x 100%
Keterangan :
A = Proporsi aktual
n = jumlah seluruh siswa tuntas
N = jumlah subyek yang diteliti
60
Jika A < 46 maka belajar belum dikatakan tuntas. Tetapi, jika
A > 46 maka belajar dikatakan tuntas.
A=n2
x 100%
¿8
25 x 100%
= 32%
Sedangkan teknik yang digunakan untuk menganalisis belajar
anak adalah deskriptif kuantitatif dengan menggunakan rumus statistik
deskriptif dengan menghhitung rata-rata ideal, dan standar deviasi
ideal untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa setelah diberi
tindakan dengan menggunakan rumus :
M=∑ F (X) N
Keterangan:
M = Mean atau rata-rata
∑F (X) = Jumlah seluruh skor rata-rata
N = Jumlah anak
Mi = ½ (skor maksimal + skor minimal)
SDi = 1/6 (skor maksimal – skor minimal)
M = ∑ F (X) N
61
= 1075 25
= 43
Mi = ½ (52 + 30)
= ½ (82)
= 41
SDi = 1/6 (52 – 30)
= 1/6 (22)
= 3,6
Untuk menghitung posisi keterampilan meningkatkan kosakata
anak melalui media gambar digunakan pedoman konversi:
Mi + 1 SDi s/d Mi + 3SDi = Baik
Mi - 1 SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup
Mi - 3 SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang
Mi + 1 SDi s/d Mi + 3 SDi = Baik
43 + 3,6 s/d 43 + 10,8
46,6 s/d 53,8
Mi - 1SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup
43 - 3,6 s/d <43 + 3,6
62
39,4 s/d 46,6
Mi - 3SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang
43 - 10,8 s/d <43 - 3,6
32,2 s/d 39,4
Dari hasil analisis data pada siklus I diperoleh data bahwa
peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan
konversi:
a. Kemampuan baik : 46,6 – 53,8 = 8 Orang
b. Kemampuan cukup : 39,4 – 46,6 = 9 Orang
c. Kemampuan kurang : 32,2 – 39,4 = 8 Orang
Perolehan data tentang porsentasi keberhasilan atau ketuntasan
anak pada pelaksanaan siklus I dari 25 anak TK Aisyiyah Kecamatan
Narmada dalam kemampuan meningkatkan kosakata melalui media
gambar. Yang mendapat skor 46,6 ke atas dikatagorikan tuntas, dan yang
sudah tuntas dalam siklus I ini sebanyak 8 orang dengan prosentase 32%.
Sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 17 orang dengan prosentase
68%. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar anak pada siklus I ini, maka
perlu dilakukan siklus II.
63
e. Refleksi
Berdasarkan hasil di observasi awal yang dilakukan peneliti
sebelum dilakukan tindakan, maka dapat dianalisis bahwa hasil anak
masih berda dalam katagori rendah dimana dari jumlah anak 25 orang
terdapat 8 orang anak yang masih memperoleh skor 39,4. Oleh karena itu
perlu dilakukan tindakan guna mengetahui lebih lanjut perubahan yang
terjadi subyek penelitian.
Adapun skor yang tertinggi sebelum dilakukan tindakan adalah 36
dan terendah 20, dengan demikian dapat dikatakan masih berada di bawah
kemampuan. Selanjutnya berdasarkan data yang diperoleh dari siklus I
bahwa skor maksimal 52 dan minimal 30, kemudian dilakukan
perhitungan penskoran dari hasil observasi sebelum tindakan adalah
diperoleh skor rata-rata (M) = 26 sedangkan pada siklus I diperoleh skor
rata-rata (M) = 43.
Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK) yang
dilaksanakan peneliti, sebelum berlangsung terlebih dahulu peneliti
melakukan persiapan dan kelengkapan bahan-bahan yang diperlukan,
baik secara administratif maupun secara langsung terlibat dengan
penelitian tindakan kelas (PTK). Hal ini dilakukan dengan maksud agar
kegiatan pelaksanaan penelitian mendapat dukungan dan bantuan dari
guru-guru yang lain, sehingga peneliti dapat dengan mudah dan lancer
dalam proses pengumpulan data-data yang dibutuhkan.
64
Mengingat penelitian ini terkait dengan masalah belajar dan proses
penyampaian materi yang dikemas dalam II siklus, maka perlu
dipersiapkan sarana dan prasarana yang mendukung dalam pelaksanaan
penelitian ini yaitu menyiapkan satuan, dan pada masing-masing siklus
dimulai dari persiapan awal, implementasi tindakan, pemantauan dan
evaluasi serta analisis dan refleksi.
Adapun refleksi bagi anak yang memiliki latar belakang pendidikan
rendah orang tuanya adalah (1) peneliti melaksanakan wawancara
langsung dengan pihak orang tua melalui hoom visit (kunjungan rumah),
(2) peneliti meminta bantuan dari pihak keluarga terdekat mereka yang
berpendidikan agar ikut mengambil andil dalam memotivasi siswa untuk
rajin belajar. Sedangkan refleksi bagi anak, peneliti menngadakan
approach (pendekatan) langsung kepada mereka dengan membimbingnya
secara intensif. Hal ini peneliti lakukan agar anak lebih fokus terhadap
pelajaran yang diberikan oleh pembimbing.
3. Siklus II
a. Perencanaan
Sebelum peneliti malakukan tindakan selanjutnya, terlebih dahulu peneliti
menyusun beberapa perencanaan atau langkah-langkah agar anak
65
mendapatkan nilai yang meningkat dari sebelumya. Langkah-langkah
tersebut anatara laina:
1. Membuat Rencana Kegiatan Harian (RKH)
2. Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa
3. Menyiapkan media gambar,dan
4. Menyiapkan soal tes evaluasi siklus
b. Pelaksanaan
Implementasi tindakan pada siklus II ini dilakukan 2 kali
pertemuan untuk penyempurnaan dan perbaikan implementasi dari pra
siklus dan siklus I, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyampaikan pokok bahasan baru sebagai penyempurnaan format
siklus I tentang kemampuan anak memahami kosakata dengan
menggunakan media gambar.
2. Guru atau peneliti mengkondisikan kembali anak yang mendapat
tindakan serta mengatur situasi kelas agar tercipta suasana yang
menyenangkan.
3. Guru atau peneliti meminta pada anak untuk mengikuti pelajaran
dengan aktif sesuai petunjuk guru. Guru memberikan kebebasan
untuk berlatih memahami gambar.
4. Guru atau peneliti menyiapkan atau menyarankan kepada anak untuk
duduk membentuk lingkaran agar semua anak dapat melihat ke arah
peneliti atau guru.
66
5. Guru atau peneliti menyampaikan materi melalui layanan konten pada
anak tentang memahami kosakata melalui media gambar.
c. Observasi
Observasi dilakukan oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia yang
telah ditunjuk sebagai observer selama selam proses belajar mengajar
berlangsung. Observasi dilakukan dengan mengisi lembar observasi yang
telah disiapkan. Adapun hasil observasi tersebut yaitu:
1. Observasi Aktivitas Siswa
Data tentang hasil observasi siswa siklus II pertemuan 1 yang
telah dilaksanakan pada tanggal 26 November 2012 dan pertemuan 2
pada tanggal 29 November 2012. Berikut hasil aktivitas siswa pada
siklus II:
Tabel 4.6 hasil Analisis observasi aktivitas siswa siklus II
ItemPertemuan
1 2
Total skor aktivitas siswa 14 14
Banyak indikator 4 4
Rata-rata skor 3,5 3,5
Rata-rata skor aktivitas siswa siklus I 3,5
67
Katagori Sangat Aktif
Dari data hasil analisis di atas kita dapat melihat nilai rata-rata
skor aktivitas siswa sebesar 3,5 yang diperoleh dari rata-rata skor
pertemuan 1 dan 2 kemudian dibagi dua, sehingga mengfhasilkan
3,5. Berdasarkan pedoman kriteria aktivitas siswa nilai tersebut
dikatagorikan sangat aktif karena berada pada interval Mi + 0,5 SDi
≤ Ag < Mi + 1,5 SDi, denan Mi = 2,5 SDi = 0,83.
2. Observasi aktivitas guru
Dengan memperhatikan kekurangan-kekurangan pada siklus I,
kegiatan belajar mengajar pada siklus II sudah lebih baik. Data
tentang observasi aktivitas guru pada siklus II pertemuan 1 yang telah
dilksankan pada tanggal 26 November 2012 dan pertemuan 2 pada
tanggal 29 November 2012. Berikut hasil aktivitas guru pada siklus
II:
Tabel 4.7 Hasil analisis aktivitas guru siklus II
ItemPertemuan
1 2
Total skor aktivitas guru 19 18
Banyak indicator 5 5
Rata-rata skor 3,8 3,6
Rata-rata skor aktivitas guru pra siklus 3,7
68
Katagori Sangat Baik
Dari tabel hasil observasi aktivitas guru di atas dapat dilihat
total skor aktivitas guru sebesar 3,7 yang diperoleh dari rata-rata skor
aktivitas guru pada pertemuan 1 dan 2. Pertemuan 1 total skor
aktivitas guru 19 dengan jumlah indikator 5 sehingga nilai rata-
ratanya menjadi 3,8. Sedangkan pada pertemuan ke 2 total skor
aktivitas guru 18 dengan jumlah indikator 5 sehingga nilai rata-
ratanya menjadi 3,6. Nilai total rata-rata skor aktivitas guru sebesar
3,7 dikatagorikan baik karena berada pada interval Mi + 0,5 SDi ≤
Ag < Mi + 1,5 SDi, denan Mi = 2,5 SDi = 0,83.
d. Evaluasi
Pada kegiatan ini, lebih diarahkan atau ditekankan kepada
kemampuan anak memahami kosakata yang dirancang penelliti dan
dimodifikasi dari pelaksanaan siklus I untuk melakukan observasi
kembali setelah disampaiakan dan membuat suasana yang lebih dekat dan
terbuka serta memberikan kesempatan kepada orang tua dan anak untuk
mengemukakan hambatannya di dalam memberikan motivasi dan
menyiapkan fasilitas belajar di rumah. Selain itu peneliti menjelaskan
pandangan tentang layanan konten agar anak-anak memiliki kemampuan,
sehingga peneliti dapat memperoleh hasil sebagaimana yang tertera di
bawah ini.
69
Tabel 4.8 : Hasil Siklus II tentang kemampuan memahami kosakata melalui
media gambar pada anak TK Aisyiyah Kecamatan Narmada tahun
pelajaran 2011/2012.
No Nama Siswa L/P Skor Siklus I Siklus II Katagori1 Aziza Wanda hafifa P 21 44 47 Baik2 Araya Nazwa R P 30 45 50 Baik3 Excelindo Hartanto L 31 47 55 Baik4 Adika Putra Islamy L 23 50 51 Baik5 BQ. Nadya Puspa G P 30 51 47 Baik6 Candra Aprilia Yoga L 32 33 41 Cukup7 Dimas Rizki Ramadani L 22 32 47 Baik8 Gardena Ayozora P 21 47 50 Baik9 Gibran Fathir Al-Ardy L 25 45 51 Baik10 Ibnu Aulia Valula L 22 46 48 Baik11 M. Fauzan L 20 48 50 Baik12 L. Rachmad Dwi Putra L 26 45 48 Baik13 Lale Sevia Devi Triana P 25 52 54 Baik14 M. Reza Rajiburrahman L 27 30 47 Baik15 M. Aditya Hamsyah L 30 44 48 Baik16 M. Novaldi Sayatulah L 29 41 43 Cukup17 Razka Maulana L 21 43 48 Baik18 Nadira Maya Risti P 36 50 51 Baik19 Ragitya Sanu Abrar L 24 32 48 Baik20 ReyvanTriadi
DarmawanL 30 45 50 Baik
21 Wening Mulowani P 31 41 49 Baik22 Fazar Ari Rizki L 24 43 47 Baik23 Wawan Hendrawan L 25 36 39 Cukup24 Mazwa Ilyanul Hima P 27 43 47 Baik25 M. Dadi L 30 42 48 Baik
Jumlah skor 650 1075 1204Nilai rata-rata 26 43 48,1 BaikProsentase 32% 88 %
Berdasarkan dari data yang diperoleh bahwa siswa yang
memperoleh nilai ketuntasan pada siklus I sebanyak 8 orang dari 25 anak
70
dan prosentase ketuntasan sebesar 26% dan megalami peningkatan pada
siklus ke II menjadi 22 anak memperoleh ketuntasan dengan prosentase
secara klasikal sebesar 88%.
Untuk mengetahui prosentase ketuntasan siswa dalam proses
belajar mengajar pada siklus II menggunakan rumus yang sama dengan
yang diggunakan pada siklus I yakni:
A= nN
x 100%
Keterangan :
A = Proporsi aktual
n = jumlah seluruh siswa tuntas
N = jumlah subyek yang diteliti
Jika A < 46 maka belajar belum dikatakan tuntas. Tetapi, jika A >
46 maka belajar dikatakan tuntas.
A= nN
x 100%
= 22 x 100% 25
= 88%
71
Sedangkan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar anak
setelah diberi tindakan kedua dengan teknik deskriptif kuantitatif
menggunakan rumus statistik deskriptif yaitu:
M=∑ F (X) N
Keterangan:
M = Mean atau rata-rata
∑F (X) = Jumlah seluruk skor rata-rata
N = Jumlah anak
Mi = ½ (skor maksimal + skor minimal)
SDi = 1/6 (skor maksimal – skor minimal)
M=∑ F (X) N
= 1204 25
= 48,1
Mi = ½ (55 + 39)
= ½ (94)
= 47
72
SDi = 1/6 (55 – 39)
= 1/6 (16)
= 2,6
Untuk menghitung posisi keterampilan meningkatkan kosakata
anak melalui media gambar digunakan pedoman konversi:
Mi + 1 SDi s/d Mi + 3SDi = Baik
Mi - 1 SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup
Mi - 3 SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang
Mi + 1 SDi s/d Mi + 3 SDi = Baik
47 + 2,6 s/d 47 + 7,8
49,6 s/d 54,8
Mi - 1SDi s/d <Mi + 1SDi = Cukup
47 - 2,6 s/d <47 + 2,6
45,6 s/d 49,6
Mi - 3SDi s/d <Mi - 1 SDi = Kurang
47 - 7,8 s/d <47 - 2,6
40,8 s/d 45,6
73
Dari hasil analisis data pada siklus II diperoleh data bahwa
peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan
konversi:
a. Kemampuan baik : 49,6 – <54,8 = 22 Orang
b. Kemampuan cukup : 45,6 – <49,6 = 3 Orang
c. kemampuan kurang : 40,8 - < 45,6 = 0 Orang
Perolehan data tentang prosentase keberhasilan atau ketuntasan an
ak pada pelaksanaan siklus II dari 25 anak pada TK Aisyiyah Kecamatan
Narmada dalam kemampuan memahami kosakata melalui media gambar
mengalami peningkatan yang signifikan. Yang mendapatkan skor 49,6 ke
atas dikatagorikan tuntas dalam belajar, anak yang sudah tuntas dalam
siklus II ini sebanyak 22 orang dengan prosentase sebesar 88%.
e. Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti sebelum
dilakukan tindakan hasil anak masih berada di bawah standar tuntas. Oleh
karena itu peneliti melakukan tindakan guna mengetahui lebih lanjut
perubahan yang terjadi pada subyek penelitian. Dengan adanya tindakan
pada siklus II hasil anak meningkat jika dibandingkan dengan siklus I,
sehingga pada siklus II ini dikatakan tuntas karena peneliti berupaya
dengan maksimal untuk memotivasi dan mengadakan bimbigan secara
intensif kepada anak dan meminta bantuan pada guru lain dan orang tua
74
anak yang apada akhirnya anak memperoleh hasil 54,8 nilai tertinggi dan
45,6 sebagai nilai terendah.
Perlu diketahui bahwa refleksi pada guru dan orang tua dalam
siklus II dapat membantu meningkatkan hasil belajar anak. Oleh karena
itu hasil dari siklus I masih dikatakan belum optimal, maka pada siklus II
ini dapat dikatakan optimal atau tuntas.
C. Analisis Data
1. Perencanaan
a. Pra Siklus
Pada data sebelum siklus I dan siklus II peneliti menemukan hasil yang
belum mencapai nilai tuntas dari 25 orang anak. Data yang didapatkan
dari pra siklus tersebut nilai yang paling tinggi adalah 36 dan nilai yang
terendah adalah 20 dengan prosentase 0%. Perencanaan pada siklus ini
perlu diulang kembali karena perencanaannya belum berhasil dengan
sempurna.
b. Siklus I
Perencanaan pada siklus I disusun kembali guna mendapatkan hasil
yang lebih optimal dari katagori kurang menjadi katagori cukup.
Perencanaan ini disusun dengan memperhatikan beberapa faktor yang
menghambat terjadinya ketidak tuntasan anak antara lain: belum
maksimalnya keseriusan anak dalam mengikuti pembelajaran, belum
75
adanya motivasi orang tua anak, sehingga perlu melakukan perencanaan
kembali pada siklus selanjutnya yaitu pada siklus II.
c. Siklus II
Dalam siklus II ini perencanaan tindakan terealisasi dengan baik,
karena adanya dukungan dari berbagai macam aspek baik dari intern
sekolah maupun dari ekstern sekolah. Aspek intern anak seperti guru-guru
dan siswa/siswi sedangkan aspek ekstern sekolah seperti dukungan para
orang tua anak. Sehingga dengan hal itu perencanaan yang sudah disusun
tercapai.
2. Pelaksanaan
a. Pra Siklus
Pelaksanaan pra siklus dilaksanakan pada tanggal 22 sampai 25
Oktober 2012, pelaksanaan pra siklus dilandaskan pada uji coba
kemampuan siswa sejauh mana pemahaman anak terhadap materi yang
diajarkan. Dan apabila uji awal berhasil dengan prosentse yang
mencukupi maka tidak perlu diadakannya siklus-siklus selanjutnya tetapi
sebaliknya apabila banyak yang belum mencukupi standar yang sudah
ditentukan maka perlu dan harus diadakannya siklus I atau siklus II jika
belum berhasil pada siklus I.
b. Siklus I
Siklus I dilaksanakan pada tanggal 05 sampai tanggal 09 November
2012. Pelaksanaan siklus ini merupakan lanjutan dari pra siklus karena di
76
dalam pra siklus keberhasilan belum tercapai secara maksimal. Oleh
sebab itu peneliti mengulangi kembali untukk mendapatkan nilai yang
lebih maksimal lagi, tetapi masih banyak juga yang belum tuntas
sehingga peneliti memandang perlu diadakannya siklus selanjutnya yaitu
siklus II.
c. Siklus II
Pada siklus II ini peneliti kembali membuat langkah-langkah
pelaksanaan yang lebih matang lagi. Mulai dari perbaiakan metode
pengajaran sehingga anak-anak cepat memahami kosakata melalui media
gambar. Kemudian peneliti meminta bantuan juga kepada guru-guru yang
lebih senior sehingga apa yang kurang pada siklus I dapat diperbaiki
sehingga pada siklus II ini lebih bagus dari siklus-siklus sebelumnya.
Peningkatan terjadi dengan signifikan dari 32% pada siklus I menjadi
88% pada siklus II.
3. Observasi
a. Pra siklus
Hasil observasi pada pra siklus masih belum sempurna karena ada
beberapa faktor yang mempengaruhinya yaitu (1) belum maksimalnya
perhatian anak kepada pelajaran (2) siswa masih ragu dan malu terhadap
materi yang disampaikan oleh guru (3) masih kurangnya interaksi siswa
dengan siswa (4) anak-anak masih malas menyimpulkan hasil belajarnya.
77
Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka besar kemungkinan
kegiatan belajar mengajara akan terganggu dan menyebabkan tidak
sampainya standar ketuntasan, seperti yang terdapat pada hasil evaluasi
siswa dalam pra siklus, yang mana hanya beberapa saja yang mendapat
nilai yang lumayan walaupun belum sampai pada nilai standar. Oleh
sebab itu perlu diadakannya siklus I untuk menemukan titik terang
permasalahannya.
b. Siklus I
Siklus I merupakan implementsi dari pra siklus yang dimana siklus I
mengalami peningkatan dari hasil observasi siswa dan guru pada pra
siklus yang masih dikatagorikan cukup aktif dan baik. Pada siklus I
mengalami peningkatan dengan nilai rata-rata aktivitas guru sebesar 3,4
yang tergolong sangat baik sedangkan nialai rata-rata aktivitas siswa
sebesar 3,37 yang dikatagorikan aktif.
c. Siklus II
Dengan adanya tindakan pada siklus II hasil anak meningkat jika
dibandingkan dengan siklus I, sehingga pada siklus II ini dikatakan tuntas
karena peneliti berupaya dengan maksimal untuk memotivasi dan
mengadakan bimbigan secara intensif kepada anak dan meminta bantuan
pada guru lain dan orang tua anak yang apada akhirnya anak memperoleh
hasil 54,8 nilai tertinggi dan 45,6 sebagai nilai terendah.
78
Perlu diketahui bahwa refleksi pada guru dan orang tua dalam
siklus II dapat membantu meningkatkan hasil belajar anak. Oleh karena
itu hasil dari siklus I masih dikatakan belum optimal, maka pada siklus II
ini dapat dikatakan optimal atau tuntas.
4. Evaluasi
a. Pra Siklus
Mencermati data anak tentang kemampuan awal sebelum dilakukan
tindakan pada siklus I dan II secara keseluruhan anak yang 25 orang
masih berada di bawah standar dengan nilai total rata-rata 26, dengan
demikian peneliti akan melanjutkan ke siklus I untuk melakukan
tindakan.
b. Siklus I
Dari hasil analisis data pada siklus I diperoleh data bahwa
peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan
konversi:
a. Kemampuan baik : 46,6 – 53,8 = 8 Orang
b. Kemampuan cukup : 39,4 – 46,6 = 9 Orang
c. Kemampuan kurang : 32,2 – 39,4 = 8 Orang
Perolehan data tentang prosentasie keberhasilan atau ketuntasan
anak pada pelaksanaan siklus I dari 25 anak TK Aisyiyah Kecamatan
Narmada dalam kemampuan meningkatkan kosakata melalui media
gambar. Yang mendapat skor 46,6 ke atas dikatagorikan tuntas, dan yang
79
sudah tuntas dalam siklus I ini sebanyak 8 orang dengan prosentase 32%.
Sedangkan anak yang belum tuntas sebanyak 17 orang dengan prosentase
68%. Berdasarkan hasil ketuntasan belajar anak pada siklus I ini, maka
perlu dilakukan siklus II.
c. Siklus II
Dari hasil analisis data pada siklus II diperoleh data bahwa
peningkatan perbendaharaan kosakata melalui media gambar dengan
konversi:
a. Kemampuan baik : 49,6 – < 54,8 = 22 Orang
b. Kemampuan cukup : 45,6 – < 49,6 = 3 Orang
c. kemampuan kurang : 40,8 - < 45,6 = 0 Orang
Perolehan data tentang prosentase keberhasilan atau ketuntasan an
ak pada pelaksanaan siklus II dari 25 anak pada TK Aisyiyah Kecamatan
Narmada dalam kemampuan memahami kosakata melalui media gambar
mengalami peningkatan yang signifikan. Yang mendapatkan skor 49,6 ke
atas dikatagorikan tuntas dalam belajar, anak yang sudah tuntas dalam
siklus II ini sebanyak 22 orang dengan prosentase sebesar 88%.
Berdasarkan dari hasil tabel 4.7 di atas, dapat dikemukakan data
sebelum dilaksanakan tindakan dan bimbingan kepada anak maka
sebelum dilakukan bimbingan pada siklus I menunjukkan bahwa
kemampuan anak TK Aisyiyah Kecamatan Narmada masih tergolong
rendah yaitu skor tertinggi 36 dan terendah 21 dengan skor rata-rata 26.
80
Selanjutnya diadakan siklus I, pada siklus I pelaksanaan belajar lancer
sehingga kemampuan anak dalam memahami kosakata mencapai rata-rata
43 dengan skor tertinggi 52 dan skor terendah 30, hal ini tergolong dalam
katagori sedang/cukup. Selanjutnya pada siklus II mencapai rata-rata 48,1
dengan skor tertinggi 55 dan skor terendah 39, hal ini menunjukkan
bahwa pada siklus II anak berhasil mencapai nilai standar atau tuntas
walupun masih ada 3 orang yang masih dalam katagori cukup.
Dari analisis tersebut terbukti bahwa hipotesis tindakan yang
mengatakan bahwa “melalui media gambar anak dapat meningkatkan
perbendaharaan kosakata pada anak TK Aisyiyah Kecamatan Narmada
Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat diterima”.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
81
A. Simpulan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini diawali dengan penjajakan kondisi
awal subyek penelitian di lapangan. Hasil dari penjajakan tersebut akan dijadikan
sebagai pedoman untuk melakukan penelitian. Penelitian tindakan kelas ini
dirancang dengan menerapkan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Dalam
setiap siklus diawali denngan proses pemgamatan, kemudian dilanjutkan dengan
tahap tindakan serta diakhiri dengan tahap pengamatan dan refleksi.
Adapun hasil tentang penerapan tindakan dalam penelitian tindakan kelas
ini dapat disimpulkan sebagai berikut: pada kondisi awal semua anak belum
mampu memahami kosakata melalui media gambar. Setelah dilakukan tindakan
pada siklus I, hasil evaluasi menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kemampuan
hasil belajar anak yaitu 8 orang termasuk dalam katagori “kurang”, 9 orang
termasuk dalam katagori “cukup”, dan 8 orang termasuk dalam katagori baik.
Sedangkan pada siklus II dari 25 anak 88% termasuk dalam katagori “baik”. Ini
berarti bahwa “penggunaan media gambar dapat meningkatkan perbendaharaan
kosakata anak pada TK Aisyiyah Kecamatan Narmada Tahun Pelajaran
2011/2012”.
B. Saran
82
Apabila merujuk pada hasil penelitian dan kesimpulan yang telah peneliti
paparkan sebelumnya, maka dapat diajukan beberapa saran sebagai berikut:
1) Kepada pengelola lembaga pendidikan, khususnya Kepala Sekolah
diharapkan agar dapat memanfaatkan hasil penelitian ini untuk dijadikan
sebagai pedoman dalam proses pendidikan. Khususnya dalam upaya
meningkatkan kemampuan memahami kosakata melalui media gambar.
2) Kepada guru pembimbing, khususnya pada jenjang TK , agar hasilpenelitian
ini dapat dijadaikan sebagai masukan dalam meningkatakan kemampuan
anak dalam memahami kosakata melalui media gmabar.
3) Kepada peneliti selanjunya, hasil penelitian ini diharapkan akan dapat
dijadikan sebagai bahanacuan dalam melakukan penelitian yang lebih
mendalam serta berusaha untuk mengungkap masalah-masalah baru yang
belum sepenuhnya terselesaikan dalam penelitian ini.
83
84