BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah infeksi yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual yang mencakup infeksi yang disertai gejala-gejala
klinis maupun asimptomatis. Infeksi menular seksual hingga saat ini masih
merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di
negara berkembang.
Gonore merupakan salah satu IMS yang paling sering ditemukan dan
merupakan salah satu kofaktor untuk transmisi HIV. Gonore telah dikenal sejak
jaman purba. Beberapa referensi dalam kitab suci mengenai penyakit menular
mungkin mengacu pada gonore. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri diplokokus
gram negatif dengan nama Neisseria gonorrhoeae atau dikenal juga sebagai
gonokokus.
Penularan penyakit ini terutama melalui kontak seksual. Umumnya infeksi
bersifat lokal di tempat inokulasi, tetapi juga bisa menjadi sistemik. Orang yang
memiliki kelainan orientasi seksual merupakan kelompok berisiko tinggi untuk
terkena gonore kelamin faring dan rektum karena orientasi seksualnya secara
orogenital reseptif dan anogenital reseptif. Infeksi di kedua daerah ini sebagian
besar bersifat asimtomatis, maka sering tidak disadari sehingga dapat menjadi
sumber penularan.
Dengan semakin meningkatnya kejadian infeksi menular seksual maka saat
ini kesehatan seksual dipandang dalam arti luas, hal ini dilihat sebagai integrasi
dari semua aspek makhluk seksual termasuk komponen fisik, emosi, intelektual,
dan sosial. Dengan demikian menjadi penting mempelajari mengenai infeksi
menular seksual ini. Maka dari itu perlu pemahaman dan pembahasan mengenai
infeksi menular seksual khususnya untuk penyakit gonorea.
Bagi seorang analis kesehatan diagnosis laboratorium untuk penyakit
gonorea merupakan salah satu keahlian yang harus dimilikinya. Maka dari itu
sebelumnya harus dikenali terlebih dahulu karakteristik bakteri penyebab gonorea
1
tersebut, bagaimana cara mendiagnosisnya, serta pengobatan serta pencegahan
yang harus dilakukan terhadap pasien yang terinfeksi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan diatas maka ada beberapa permasalahan yang akan
dibahas diantaranya:
1. Bagaimana karakteristik bakteri Neisseria gonorrhoeae sebagai
penyebab infeksi menular seksual ?
2. Bagaimana cara mendiagnosis infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae ?
3. Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual
yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae ?
1.3 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Mengetahui karakteristik bakteri Neisseria gonorrhoeae sebagai
penyebab infeksi menular seksual.
2. Mengetahui cara mendiagnosis infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae.
3. Mengetahui cara pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual
yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami karakteristik bakteri Neisseria gonorrhoeae sebagai
penyebab infeksi menular seksual.
2. Memahami cara mendiagnosis infeksi menular seksual yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae.
3. Memahami cara pencegahan dan pengobatan infeksi menular seksual
yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Neisseria gonorrhoeae
Neisseria gonorrhoeae merupakan bakteri gram negatif, nonmotil, tidak
membentuk spora, berkembang berkoloni membentuk diplokokus. Berdiameter
0,8 um. Jika dalam bentuk monokokus berbentuk seperti ginjal. Apabila
organisme tersebut muncul berpasangan, sisi yang rata atau konkaf akan saling
menempel.
Neisseria gonorrhoeae
Neisseriae paling baik tumbuh pada kondisi aerob, namun beberapa spesies
dapat tumbuh pada lingkungan anaerob. Mereka membutuhkan syarat
pertumbuhan yang kompleks. Sebagian besar Neisseriaes sp. memfermentasikan
karbohidrat, menghasilkan asam , pola fermentasi karbohidratnya merupakan
faktor yang membedakan spesies mereka. Neisseria sp. menghasilkan oksidase
dan memberikan reaksi oksidase positif, Tes oksidase merupakan kunci dalam
mengidentifikasi mereka. Ketika bakteri terlihat pada kertas filter yang telah
direndam dengan tetrametil parafenilenediamin hidroklorida (oksidase), Neisseria
akan dengan cepat berubah warna menjadi ungu tua.
Gonococci paling baik tumbuh pada media yang mengandung substansi
organik yang kompleks seperti darah yang telah dilisiskan dengan pemanansan,
hemin, protein hewan dan dalam udara yang mengandung 5-7% CO2.
3
pertumbuhannya dapat dihambat oleh beberapa bahan dalam media seperti asam
lemak dan garam. Gonokokus dapat cepat mati oleh pengeringan, penjemuran,
pemanasan lembab dan desinfektan. Mereka menghasilkan enzim autolitik yang
dihasilkan dari pembengkakan yang cepat dan lisis in vitro pada suhu 25º C dan
pada pH alkalis.
Klasifikasi
Kingdom : Bacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Betaprobacteria
Ordo : Neisseriales
Famili : Neisseriaceae
Genus : Neisseria
Spesies : Neisseria gonorroheae
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Neisseria_gonorrhoeae
Reaksi Fermentasi gula beberapa spesies Neisseria sp.
Spesies MTMFermentasi
glukosa Maltosa Sukrosa Laktosa
N. gonorrhoeae + + - - -
N. meningitis + + + - -
N. lactamica + + + - +
N. sicca - + + + -
N. subflava - + + ± -
N. mucosa - + + + -
N. cinerea ± - - - -
Sumber : Brooks, Geo F.et.al. 2008. Jawetz,Melnick and Adelberg’s Medical Microbiology 23th.
Manusia merupakan satu-satunya inang (host) alami bakteri ini. Untuk
menginfeksi, bakteri membutuhkan kontak langsung dengan mukosa tubuh, bisa
lewat hubungan seks, atau penggunaan toilet duduk. Bakteri ini menempel dengan
pilinya. Infeksi ini banyak menyerang orang usia muda, belum menikah, dan
4
pendidikan rendah. Paling banyak terjadi pada perempuan. Gejala infeksi lebih
sering timbul pada laki-laki. Infeksi pada anorektal dan faring sering terjadi pada
laki-laki yang homoseksual.
2.1.1 Patogenesi
Pada umumnya infeksi primer dimulai pada epitel silindris dari uretra,
duktus periuretralis, atau beberapa kelenjar disekitarnya. Gonokokus juga dapat
masuk lewat mukosa serviks, konjungtivanya atau rektum. Kuman menempel
dengan pili pada permukaan sel epitel atau mukosa. Pada hari berikutnya kuman
mencapai jaringan ikat dibawah epitel, setelah menembus ruang antar sel.
Selanjutnya terjadi reaksi radang berupa infiltrasi leukosit polimorfunuklear dan
terjadi supurasi dan mengakibatkan invasi jaringan yang diikuti inflamasi kronis
dan fibrosis. Eksudat yang terbentuk dapat menyumbat saluran atau kelenjar
sehingga terjadi abses dan retensi. Penyebaran lewat saluran getah bening lebih
sering terjadi daripada lewat saluran darah. Terjadinya kerusalkan pada epitel oleh
gonokokus menyebabkan terbentuknya celah pada mukosa sehingga
mempermudah dan mempercepat masuknya gonokokus.
Sel epitel a. normal, b. mengalami kerusakan karena invasi bakteri
Pada pria biasanya terdaapt uretritis dengan pus yang berwarna kuning
keruh dan sakit ketika berkemih. Proses ini dapat menyebar ke epididimis. Seiring
dengan meredanya supurasi pada infeksi yang tidak diterapi akan muncul fibrosis
dan kadang menimbulkan striktur uretra. Infeksi uretra pada pria dapat tanpa
gejala. Pada wanita infeksi primernya dapat terjadi pada endoserviks dan
menyebar ke uretra dan vagina menyebabkan peningkatan sekret mukopuluren
dan dapat terus menyebar ke tuba uterine. Infertilitas terjdi 20% pada wanita.
2.1.2 Antigen Neisseria gonorrhoeae
5
N. gonorrhoeae adalah antigen yang heterogen dan mampu berubah struktur
permukaannya pada tabung uji (in vitro) yang diasumsikan berada pada organisme
hidup (in vivo) untuk menghindar dari pertahanan inang (host). Struktur
permukaannya adalah sebagai berikut:
Antigen pada Neisseria gonorrhoeae
1. PILI
Pili adalah bagian dari sel bakteri berbentuk rambut yang dapat memanjang
hingga beberapa mikrometer dari permukaan gonoccoci. Perpanjangan
tersebut menempel pada sel inang dan resisten terhadap fagositosis. Mereka
terbuat dari sekumpulan protein pilin (BM 17.000-21.000). Terminal amino
dari molekul pilin, yang mengandung persentase yang tinggi dari asam
amino hidrofobik tetap dipertahankan. Rangkaian asam amino yang dekat
dengan setengah porsi molekul juga dipertahankan; porsi tersebut menempel
pada sel inang dan kurang dikenal oleh respon kekebalan. Asam amino yang
dekat terminal karboksil sangat bervariasi; porsi molekul ini sangat dikenal
oleh respon kekebalan. Pili-pili dari hampir seluruh strain N. Gonorrhoeae
secara antigen berbeda-beda dan setiap strain dapat membuat bentuk pilin
yang unik secara antigen.
2. POR
Por menjulur dari membran sel gonokokus. Por membesar hingga mencapai
membran sel gonoccoci. Ini terjadi dalam trimer untuk membentuk pori-pori
pada permukaan melalui nutrisi yang masuk ke dalam sel. Berat molekul
por sangat bervariasi 34.000 hingga 37.000. Setiap strain gonoccocus hanya
menampilkan satu tipe por, tetapi por dari strain yang berbeda, berbeda pula
6
secara antigen. Pengklasifikasian secara serologis terhadap por dengan
menggunakan reaksi aglutinasi dengan antibodi monoklonal dapat
dibedakan menjadi 18 serovar PorA dan 28 serovar PorB (serotyping hanya
dapat dilakukan berdasarkan referensi laboratorium).
3. OPA
Protein ini berfungsi dalam adhesi gonoccoci dalam koloni dan dalam
penempelan gonoccoci pada sel inang, khususnya sel-sel yang menampilkan
antigen karsinoembrionik (CD 66). Satu porsi dari molekul Opa berada di
bagian terluar dari membrangonoccoci dan sisanya berada pada permukaan.
Berat molekul Opa berkisar antara 24.000 hingga 32.000. Setiap strain
gonoccocus dapat menampilkan hingga tiga tipe Opa, dimana masing-
masing strain memiliki lebih dari 10 gen untuk Opa yang berbeda-beda.
4. RMP (Reduction Modifiable Protein)
Protein ini (BM sekitar 33.000) secara antigen tersimpan di semua
gonoccoci. Protein ini mengubah berat molekulnya pada saat terjadi reduksi.
Mereka bergabung dengan Por pada saat pembentukan pori-pori pada
permukaan sel.
5. LIPOOLIGOSAKARIDA (LOS)
Berbeda dengan batang enterik gram negatif, pada gonococci LPS tidak
memiliki rantai antigen-O panjang dan disebut dengan lipooligosakarida.
Berat molekulnya adalah 3000 - 7000. Gonococci dapat menampilkan Iebih
dari satu rantai LOS yang secara antigen berbeda secara simultan. Toksisitas
pada injeksi gonococci sebagian besar disebabkan oleh efek endotoksin dari
LOS. Dalam bentuk perkembangbiakan secara molekuler, gonococci
membuat molekul LOS yang secara struktural mirip dengan membran sel
manusia, yaitu glikosfingolipid. Gonococci LOS dan glikosingolipid
manusia dengan struktur kelas yang sama, bereaksi dengan antibodi
monokloral yang sama, mengindikasikan perkembangan secara molekuler
LOS yang dipertahankan memiliki lakto-N-neotetraose glikose moietas
yang sama terbagi dalam serial paraglobosid glikosfingolipid manusia.
Struktur glukosa neisseria LOS lainnya, globosid, gangliosid dan laktosid.
7
Tampilan permukaan gonoeoci yang sama dengan struktur permukaan pada
sel manusia membantu gonococci untuk menghindar dari pengenalan
kekebalan (immune recognition). Terminal galaktosa dari glikostmoolipid
sering berkonjugasi dengan asam sialat. Asam sialat adalah asam 9 karbon
yang juga disebut dengan asam N asetilneuraminat (NANA). Gonococci
tidak membuat asam sialat tetapi membuat sialiltransferase yang berfungsi
untuk mengambil NANA dari nukleotida otila asam sitidine 5-monofosfo-
N-asetilneuraminat (CMP-NANA) dan menempatkan NANA pada terminal
galaktosa dari gonococci penerima LOS. Sialilasi berdampak pada
patogenesis dari infeksi gonococci. Ini membuat gonococci resisten untuk
dimatikan oleh sistem antibodi manusia dan mengintervensi gonococci yang
mengikat pada penerima (reseptor) dari sel fagositik. Neisseria meningtidis
dan Haemophilus influenzae membuat banyak tapi tidak semua struktur
LOS yang sama pada N gonorrhoeae. Biologi dari ketiga spesies LOS dan
beberapa dari spesies neisseriae nonpatogenik adalah sama. Empat serogrup
dari N. meningtidis membuat kapsul asam sialat yang berbeda,
mengindikasikan bahwa mereka juga memiliki pola biosintetik yang
berbeda dari gonococci. Keempat serogrup ini bersialilate dengan LOS-nya
menggunakan asam sialat yang berasal dari kolam endogenus.
6. PROTEIN LAIN
Beberapa protein gonococci yang konstan secara antigen memiliki kinerja
yang kurang jelas dalam patogenesisnya. Lip (H8) adalah protein yang
terdapat pada permukaan dimana heat- modifiable seperti Opa. Fbp (iron
binding protein), yang berat molekulnya sama dengan Por, tampak pada saat
persediaan besi terbatas, misalnya infeksi pada manusia. Gonococci
mengkolaborasi IgA1 protease yang memisah dan menonaktifkan IgA1,
sebagian besar selaput lendir immunoglobulin manusia. Meningococci,
Haemophilus influenzae dan Streptococcus pneumoniae mengelaborasi
protease IgA1 yang sama.
2.1.3 Infeksi yang Ditimbulkan Neisseria gonorrhoeae
8
Neisseria gonorrhoeae menginfeksi lapisan dalam uretra, leher rahim,
rektum, tenggorokan, dan bagian putih mata (konjungtiva). Gonore bisa menyebar
melalui aliran darah ke bagian tubuh lainnya, terutama kulit dan persendian. Pada
wanita, gonore bisa menjalar ke saluran kelamin dan menginfeksi selaput di dalam
pinggul sehingga timbul nyeri pinggul dan gangguan reproduksi.
Area infeksi Neisseria
Gonorhea merupakan penyakit infeksi yang menyerang lapisan epitel
(lapisan paling atas dari suatu jaringan), bila tidak diobati, infeksi ini akan
menyebar ke jaringan yang lebih dalam. Biasanya membentuk koloni di daerah
mukosa, orofaring, dan anogenital. Menghasilkan nanah yang akut yang mangarah
ke invasi jaringan; hal yang diikuti dengan inflamasi kronis dan fibrosis.
Pada pria, biasanya terjadi peradangan uretra (uretritis), nanah berwarna
kuning dan kental, disertai rasa sakit ketika kencing. Proses tersebut dapat
menyebar ke epididimis. Sebagian nanah pada infeksi yang tidak diobati, fibrosis
dan kadang-kadang mengarah ke urethral strictures. Infeksi uretral pada pria
dapat menjadi penyakit tanpa gejala. Pada wanita, infeksi primer terjadi di
9
endoserviks dan menyebar ke uretra dan vagina, meningkatkan sekresi cairan
yang mukopurulen. Ini kemudian dapat berkembang ke tuba uterina,
menyebabkan salpingitis, fibrosis dan obliterasi tuba. Ketidaksuburan (infertilitas)
terjadi pada 20% wanita dengan salpingitis karena gonococci. Cervicitis kronis
yang disebabkan oleh gonococci atau proctitis seringkali tanpa gejala.
Bakteremia yang disebabkan oleh gonococci mengarah pada lesi kulit
(terutama Papula dan Pustula yang hemoragis) yang terdapat pada tangan, lengan,
kaki dan tenosynovitis dan arthritis bernanah yang biasanya terjadi pada lutut,
pergelangan kaki dan tangan. Gonococci dapat dikultur dari darah atau cairan
sendi dari 30% pasien yang menderita arthritis yang disebabkan oleh gonococci.
Endocarditis yang disebabkan oleh gonococci kurang dikenal namun merupakan
infeksi yang cukup parah. Gonococci kadang-kadang menyebabkan meningitis
dan infeksi pada mata orang dewasa; penyakit tersebut memiliki manifestasi yang
sama dengan yang disebabkan oleh meningococci.
Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci, yaitu suatu infeksi
mata pada bayi yang baru lahir, didapat selama bayi berada di saluran lahir yang
terinfeksi. Conjunctivitis inisial dengan cepat dapat terjadi dan bila tidak diobati
dapat menimbulkan kebutaan. Untuk mencegah opthalmia neonatorum ini,
pemberian tetracycline atau erythromycin ke dalam kantung conjunctiva dari bayi
yang baru lahir banyak dilakukan di seluruh dunia.
Gonococci yang menyebabkan infeksi lokal biasanya sensitif terhadap
serum tetapi relatif resistan terhadap obat antimikroba. Sebaliknya, gonococci
yang masuk ke aliran darah dan meninibulkan infeksi yang luas biasanya resisten
terhadap serum tetapi mungkin cukup sensitif terhadap penicillin dan obat
antimikroba laitinya.
2.2 Diagnosis Laboratorium untuk Neisseria gonorrhoeae
Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk
mendeteksi keberadaan Neisseria gonorrohoeae terdapat beberapa metode yang
bisa digunakan yaitu: microscopy, culture dan PCR. Tetapi berdasarkan pedoman
WHO kultur merupakan gold standart yang mungkin dilakukan untuk mendeteksi
10
keberadaan Neisseria gonorrohoeae. Berikut disajikan algoritma untuk kultur dan
identifikasi Neisseria gonorrohoeae :
Sumber: Lai-King Ng, PhD and Irene E Martin, BSc
Spesimen yang diambil untuk deteksi Neisseria gonorrhoeae diantaranya:
nanah dan sekresi diambil dari uretra, serviks, rektum, konjunctiva, tenggorokan,
atau cairan sinovial untuk dibuat kultur dan hapusan. Kultur darah diperlukan
pada penyakit sistemik, tetapi sistem kultur spesial sangat membantu, karena
gonococci dan meningococci sensitif terhadap polyanethol sulfonate pada media
11
kulsur darah. Berikut metode pengambilan sampel:
Sumber: Lai-King Ng, PhD and Irene E Martin, BSc
Smear : Smear dari urethra atau eksudat dari endoserviks yang diberi
pewarnaan gram akan menampakkan banyak diplokokus di dalam sel nanahnya.
Hal ini memberikan diagnosa yang mungkin dapat dipercaya. Smear eksudat dari
urethra pria yang telah diberi pewarnaan tersebut memiliki tingkat sensitivitas
90% dan spesifikasi 99%. Smear dari eksudat dari endocervical yang telah diberi
pewarnaan memiliki tingkat sensitivitas 50% dan tingkat spesifitas 95% ketika
diuji dengan mikroskop.
pengambilan dan penyimpanan spesimen
12
pewarnaan gram hasil smear uretra dan endoserviks
Kultur : Sesaat setelah pengumpulan spesimen, dipindahkan ke dalam media
selektif yang telah diperkaya seperti media Thayer-Martin yang telah dimodifikasi
- Public Health rep 1966; 81:559) dan diinkubasi pada atmosfir yang
mengandung 5% CO, pada.suhu 37oC selama 24-48 jam. Untuk menghambat flora
normal, media kultur mengandung antibiotik seperti vancomycin 3 g/mL untuk
menghambat bakteri gram positif kokus; colistin 7,5 g/mL untuk menghambat
bakteri gram negatif batang; amphotericin B1 g/mL; dan trimethroprim 3 g/mL
untuk mencegah swarming Proteus. Jika inkubasi tidak dapat segera dilakukan,
spesimen dimasukan ke dalam media transpor seperti stuart atau amies.
Neisseria gonorrhoeae pada agar coklat dan Media Thayer Martin
Pada hari ketiga diamati pada media Thayer Martin, koloni gonococci
berbentuk cembung, berkilau, meninggi dan sifatnya mukoid berdiameter 1-5 mm.
Koloni transparan atau pekat, tidak berpigmen atau putih. Terhadap koloni
tersangka yang ada pada MTM agar dilakukan :
13
1. Tes Oksidasi
Reagenoksidase (larutan tetra methyl para phenylen diamin
dihydrochlorida 0,5 - 1%) . Positif bila terjadi perubahan warna dari
bening menjadi ungu.
2. Pengecatan gram terhadap koloni yang oksidase positif
Berbentuk seperti biji kopi, tersusun berpasangan (diplococcic),
berwarna merah, sifat gram negative.
3. Penanaman pada media gula – gula CTA (Cystine-tryptic digest agar)
inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam tanpa atau dengan CO2.
Pada hari keempat diamati hasilnya, dicocokan dengan tabel berikut:
Spesies Glukosa Maltosa Sukrosa
Neisseria meningitis + + -
Neisseria gonorrhoeae + - -
Sumber: Lai-King Ng, PhD and
Irene E Martin, BSc
4. Dilakukan juga tes Penicciinlase Producing Neisseria gonorrhoeae.
Tes tersebut untuk mengetahui apakah strain Neisseria gonorrhoeae
tersebut resisten terhadap penisilin apa tidak.
bn
tes oksidase
14
Cystine tryptic agar untuk uji fermentasi gula
Serologi: Serum dan cairan genital yang mengandung antibodi IgG dan 1gA
bekerja melawan pili gonococci, membran protein paling luar dan LPS. Beberapa
lgM dari serum manusia bersifat bakterisidal terhadap gonococci pada percobaan
in vitro. Pada individu yang terinfeksi, antibodi yang melawan pili gonococci dan
membran protein paling luar, dapat dideteksi dengan menggunakan tes
immunoblotting, pemeriksaan radioimmunoassay dan ELISA. Namun, tes-tes ini
tidak berguna untuk membantu suatu diagnosa, karena beberapa alasan berikut,
yaitu antigen dari gonococci bersifat heterogen; terjadinya penundaan
perkembangan antibodi pada infeksi akut; tingginya resistensi terhadap antibodi
pada populasi yang aktif melakukan hubungan seksual.
2.3 Pencegahan dan Pengobatan Infeksi Menular Seksual Neisseria
gonorrhoeae
Karena penggunaan penicillin yang sudah meluas, resistensi gonococci
terhadap penicillin juga meningkat, namun karena seleksi dari kromosom yang
bermutasi, maka banyak strain membutuhkan penicillin G dalam konsentrasi
tinggi yang dapat menghambat pertumbuhan gonococci tersebut (MIC > 2
g/mL). N. gonorrhea yang memproduksi penicillinase (PPNG, Penicillinase
Producing N gonorrhea) juga meningkat secara meluas. Resistensi terhadap
tetracycline (MIC > 2 g/mL) secara kromosomal sering ditemui, dengan 40%
atau lebih gonococci yang resisten pada tingkat ini. Tingkat resistensi yang tinggi
terhadap tetracycline (MIC > 32 g/mL) juga terjadi. Resistensi terhadap
spectinomycin seperti halnya resistensi terhadap antimikroba lain telah menjadi
15
perhatian. Karena adauya masalah resistensi N. gonorrhea terhadap antimikroba,
Pelayanan Kesehatan Masyarakat AS merekomendasikan untuk mengobati infeksi
genital yang bukan komplikasi dengan ceftriaxone 125 mg secara intramuskular
dengan dosis sekali pakai.
Minimal inhibitory concentration (MIC) ranges (mg/L) of Neisseri
gonorrhoeae reference strains.
//Antibiotic WHO B* WHO C* WHO F* ATCC 49226†
Penicillin 0.032–0.125 0.25–1.0 0.008–0.032 0.25–1.0
Spectinomycin 16.0–32.0 16.0–32.0 16.0–32.0 8.0–32.0
Tetracycline 0.125–0.25 0.5–1.0 0.25–0.5 0.25–1.0
Erythromycin 0.063–0.125 0.5–1.0 0.5–1.0 1.0–2.0
Ceftriaxone 0.002–0.008 0.008–0.032 0.00025–0.001 0.004–0.016
Ciprofloxacin 0.002–0.008 0.002–0.008 0.002–0.008 0.001–0.008
Cefixime 0.004–0.016 0.008–0.032 0.0005–0.002 0.004–0.032
Azithromycin 0.032–0.063 0.063–0.125 0.125–0.25 0.5–1.0*
*MICs for the World Health Organization (WHO) strains were determined using GC medium base (Difco, USA) supplemented with 1% Kellogg's defined supplement. Ranges established by the National Microbiology Laboratory in Winnipeg, Manitoba.
16
†Acceptable ranges of MICs as per National Committee for Clinical Laboratory Standards document M100-S13 (M7-A6), January 2003 . standar WHO A sangat sensitif quinolon, sensitif asam nalidiksat. resisten spektinomismn, WHO B, WHO C kontrol negatif 13 iaktamase, WHO D, WHO E kontrol positif β-laktamase.
PPNG pertama kali muncul pada tahun 1975. Strain gonococci yang resisten
terhadap penicillin ini muncul di banyak bagian dunia, dengan kejadian tertinggi
pada populasi khusus seperti 50% kasus yang terdapat di tempat prostitusi yang
ada di Filipina. Wilayah lain dengan tingkat kejadian tinggi adalah Singapura,
sebagian Gurun Sahara - Afrika, dan Miami- Florida. Fokus dari wabah penyakit
yang disebabkan oleh PPNG telah terjadi di banyak wilayah di Amerika Serikat
dan di tempat lain dan fokus endemik sedang dikembangkan.
Il-Minimum inhibitory concentrations (MIC)* for the 66 PPNG isolates
AntibioticConcentration (ug/ml) :% isolates inhibited
0,5 1,0 2,0 4,0 8,0 16,0 32,0 64,0 128,0 >128
Penisilin - - - - - - - 9 11 80
Ampicilin - - - - - - - 3 12 85
Tetrasiklin 32 27 21 20 - - - - - -
Streptomicin - - - - 19 71 6 - - -
Sumber : Jo-ANNE R. DILLON, MARIELLE PAUZ, and A. GORDON JESSAMINE.
Pada dasarnya pengobatan baru diberikan setelah diagnosa ditegakkan.
Fasilitas untuk menegakkan diagnosis penyebab secara pasti pada suatu daerah
kadang-kadang belum tersedia, sehingga diagnosis dengan mengandalkan tanda-
tanda klinis atau dengan pendekatan sindrom masih dipandang sangat efektif.
Obat-obat yang digunakan sebagai terapi tergantung beberapa faktor :
Pola resistensi menurut area geografi maupun sub populasi
Obat-obatan yang tersedia
Efektivitas yang dikaitkan dengan harga obat
Bila kemungkinan ada concomitant
Terapi uretritis gonore tanpa komplikasi :
17
Golongan Cephalosporin :
Cefixime 400 mg per oral
Ceftriaxone 250 mg im
Golongan Quinolone :
Ofloxacin 400 mg per oral
Ciprofloxacin 500 mg per oral
Spectinomycin : 2 gram
Kanamycin : 2 gram
Semua diberikan dalam dosis tunggal. Untuk Ciprofloxacin CDC
menganjurkan untuk tidak diberikan pada area geografi tertentu karena sudah
resisten seperti Inggris, Wales, Kanada sedangkan Asia, Kepulauan Pasifik,
California dilaporkan masih peka dan sensitif.
Terapi uretritis gonore dengan komplikasi :
- Ciprofloxacin : 500 mg per
hari selama 5 hari
- Ofloxacin : 400 mg per hari
selama 5 hari
- Ceftriaxone : 250 mg per hari
selama 3 hari
- Spectinomycin : 2 gram per
hari selama 3 hari
- Kanamycin : 2 gram per 3 hari.
Opthalmia neonatorum yang disebabkan oleh gonococci dapat dicegah
dengan penggunaan aplikasi lokal dari salep erythromycin opthalmic 0,5% atau
salep tetracycline 1% pada conjunctiva dari bayi yang baru lahir. Meskipun
instalasi dari solusi perak nitrat juga efektif dan merupakan metode klasik
mencegah infeksi opthalmia neonatorum. Perak nitrat sulit untuk disimpan dan
menyebabkan iritasi pada konjuntiva. Pemakaian perak nitrat telah diganti dengan
penggunaan salep erythromycin atau tetracycline.
Di Indonesia, infeksi gonore menempati urutan yang tertinggi dari semua
jenis PMS. Beberapa penelitian di Surabaya, Jakarta, dan Bandung terhadap WPS
menunjukkan bahwa prevalensi gonore berkisar antara 7,4%-50%.
Gonorrhea yang secara khusus ditularkan melalui hubungan seksual,
kebanyakan merupakan infeksi yang tanpa gejala. Tingkat infeksi dari organisme,
yang dilihat dari kemungkinan seseorang untuk mendapat infeksi dari. pasangan
18
seksualnya yang telah terinfeksi, mencapai 20 - 30% pada pria dan lebih besar lagi
pada wanita. Tingkat infeksi dapat dikurangi dengan menghindari berganti-ganti
pasangan, pemberanrasan gonorrhea dari individu yang terinfeksi (yang dapat
dilakukan dengan diagnosa dini dan pengobatan), serta temuan kasus-kasus dan
kontak-kontak melalui penyuluhan dan penyaringan populasi yang beresiko
tinggi. Mekanisme profilaksis (kondom) dapat menjadi perlindungan yang
parsial..
19
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 KESIMPULAN
1. Neisseria gonorrhoeae termasuk bakteri gram negatif kokus berbentuk
diplokokus. Memiliki pili, POR, LOS, RMP, dan protein lain sebgai
antigennya. Patogenitasnya bakteri ini melekat pada sel epitel dengan pilinya
kemudian melakukan invasi ke jaringan dalam menyebabkan supurasi.
2. Diagnosis ditegakan dengan kultur pada media MTM, Chocolate agar.
Dengan spesimen pemeriksaan yang bisa diambil adalah nanah dan sekresi
diambil dari uretra, serviks, rektum, konjunctiva, tenggorokan, atau cairan
sinovial untuk dibuat kultur dan hapusan.
3. Pengobatan dilakukan dengan pemberian antibiotik dengan memperhatikan
pola PPNG yang telah diketahui agar pemberian antibiotik tepat dosis dan
tepat sasaran. Pencegahan dilakukan dengan menghindari perilaku seks bebas
dan menyimpang.
3.2 SARAN
1. Agar dilakukan studi pustaka yang lebih mendalam mengenai karakteristik,
identifikasi, dan pola resistensi PPNG pada Neisseria gonorrhoeae.
2. Memahami cara untuk mengidentifikasi Neisseria gonorrhoeae merupakan
hal yang penting dipelajari dan dipahami bagi tenaga medis khususnya analis
kesehatan dalam rangka mendukung program pemerintah dalam
pemberantasan infeksi menular seksual.
20
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, Geo F.et.al. 2008. Jawetz,Melnick and Adelberg’s Medical Microbiology
23th Ed (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Gould, Dinah. Cristine Brooker. 2003. Applied Microbiology For Nurses
(Terjemahan). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG.
Jo-ANNE R. DILLON,et.al. 1981. Penicillinase-producing Neisseria
gonorrhoeae in Canada. [Jurnal Online PDF]. http://www. cma journal//.
Diunduh pada, 24 Maret 2013.
Kollar, Linda. Brian R. Shmaefsky. 2005. Gonorrhea. [E-book PDF Online].
http://www.BookFi.org. Diunduh pada, 12 Maret 2013.
Kurniati, Iis. Dan Asep Dermawan. 2012. Penuntun dan Jurnal Praktikum Media
dan Reagensia. Bandung: Poltekkes Bandung Jurusan Analis Kesehatan.
Ng, Lai-King. and Irene E Martin, BSc. 2005. The laboratory diagnosis of
Neisseria gonorrhoeae. [Online] http://www.ncbi.nlm.nih.gov /pmc/
articles/PMC2095009/. Diunduh pada, 24 Maret 2013.
Tapsall, John. 2001. Antimicrobial Resistance In Neisseria Gonorrhoeae. [Jurnal
WHO PDF Online]. http://www.who.int/drugresistance /Antimicrobial_
resistance_in_Neisseria_gonorrhoeae.pdf. Diunduh pada, 12 Maret 2013.
21
Recommended