7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1. Hakekat Pembelajaran Matematika SD
Matematika merupakan ilmu dasar yang menjadi alat untuk mempelajari
ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu penguasaan terhadap matematika mutlak
diperlukan dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan
benar sejak dini (Prihandoko, 2006: 1). Sejalan dengan kurikulum Matematika
KTSP (2006: 416) dijabarkan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang
mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam
berbagai disiplin dan memajukan daya pikir manusia.
Johnson dan Rising (1972) dalam Suherman (2003:17) menyatakan bahwa
matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasikan, pembuktian yang logic,
matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan
dengan cermat, jelas, dan akurat, representasinya dengan symbol dan padat, lebih
berupa bahasa symbol mengenai ide daripada mengenai bunyi.
Jamos dan James (dalam Suherman 2003:16) menyatakan bahwa
matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk, susunan, besaran
dan konsep-konsep yang berhubungan satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa
matematika merupakan pola berpikir dalam ilmu pengetahuan yang mempelajari
struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya. Belajar
matematika pada hakikatnya adalah belajar tentang konsep, dan mencari
hubungan antar konsep dan strukturnya. Pembelajaran matematika selalu
mengaitkan atau menghubungan dengan topik sebelumnya.
Heruman (2008:1) mengemukakan bahwa dalam pembelajaran
matematika, setiap konsep abstrak yang baru dipahami siswa perlu segera diberi
penguatan, agar mengendap dan bertahan lama dalam memori siswa, sehingga
akan melekat dalam pola pikir dan pola tindakannya. Oleh karena itu, diperlukan
8
suatu pembelajaran yang bermakna sehingga siswa bukan hanya mengingat materi
pelajaran melainkan dapat memahami materi yang diajarkan.
BSNP (2006:417) menyatakan bahwa pembelajaran matematika di
Sekolah Dasar bertujuan agar siswa memiliki kemampuan-kemampuan, sebagai
berikut: a) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep
dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat
dalam pemecahannya; b) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan
manipulasi matematika matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti
atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika; c) Memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; d)
Mngkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram atau media lain untuk
memperjelas keadaan masalah, e) Memiliki sikap menghargai kegunaan
matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat
dalam pemecahan masalah.
Berdasarkan pemaparan para ahli, pembelajaran Matematika di SD
merupakan pembelajaran yang dapat mengembangkan kreativitas dan kompetensi
siswa namun membutuhkan proses pembelajaran yang menyenangkan, karena
pada dasarnya pembelajaran Matematika memiliki subjek yang abstrak sedangkan
siswa Sekolah Dasar berpikir pada objek yang konkret, maka dengan cara belajar
berkelompok diharpakan siswa merasa lebih nyaman dan dapat saling membantu
dalam penguasaan materi.
2.1.2 Kompetensi Dasar Pembelajaran Matematika SD
Kompetensi Dasar (KD) dalam buku yang berjudul Panduan Program
Pengalaman Lapangan (PPL) FKIP UKSW (2014:8) adalah sejumlah kemampuan
yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentusebagai rujukan
penyusunan indicator kompetensi. Kompetensi Dasar merupakan rincian dari
Standar Kompetensi. Kompetensi Dasar (KD) dapat dijabarkan dalam indicator
pencapaian kompetensi yang kemudian digunakan untuk menentukan tujuan
pembelajaran. Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD)
pembelajaran matematika siswa kelas V SD Negeri Suruh 02 Kabupaten
9
Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran 2015/2016dapat dilihat pada tabel di
bawah ini :
Tabel 2.1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika
Kelas V SD Negeri Suruh 02 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun
Pelajaran 2015/2016
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
5. Menggunakan pecahan dalam
pemecahan masalah.
5.1. Mengubah pecahan ke bentuk persen
dan decimal serta sebaliknya
5.2. Menjumlahkan dan mengurangkan
berbagai bentuk pecahan.
5.3. Mengalikan dan membagi berbagai
bentuk pecahan
5.4. Menggunakan pecahan dalam masalah
perbandingan skala.
6. Memahami sifat-sifat bangun dan
hubungan antar bangun
6.1. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun
datar.
6.2. Mengidentifikasi sifat-sifat bangun
ruang
6.3. Menetukan jaring-jaring berbagai
bangun ruang sederhana
6.4. Menyelidiki sifat-sifat kesebangunan
dan simetri
6.5. Menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan bangun datar dan bangun
ruang sederhana.
Sumber: SK KD Matematika Kelas V SD
2.1.3 Pembelajaran Matematika SD
Pembelajaran matematika merupakan komunikasi dua arah, mengajar
dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh
peserta didik. Pembelajaran didalamnya mengandung makna belajar dan mengajar
atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang
10
dilakukan oleh seorang sebaga subjek menerima pelajaran, sedangkan mengajar
berorientasi kepada pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi
pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu
kegiatan pada saat terjai interaksi antara guru dengan siswa, serta anata siswa
dengan siswa didalam pembelajaran matematika sedang berlangsung.
Menurut Corey (2003) dalam Ahmad Susanto (2014:186), pembelajaran
adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk
memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam kondisi-kondisi
khusus atau menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pembelajaran dalam
pandangan Corey sebagai upaya menciptakan kondisi dan lingkungan belajar
yang kondusif sehingga memungkinkan siswa berubah bertingkah laku.
Adapun menurut Dimyati (2006) dalam Ahmad Susanto (2014:186),
pembelajaran adalah kegiatan guru secara terprogram dalam desain intruksional,
untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan
sumber belajar. Pembelajaran adalah aktivitas guru dalam merancang bahan
pengajar agar proses pembelajaran dapat berlangsung secara efektif, yakni siswa
dapat belajar secara aktif dan bermakna.
Pembelajaran matematika adala suatu proses belajar mengajar yang
dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat
meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta dapat meningkatkan kemampuan
mengkrontruksi pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang
baik terhadap materi matematika.
Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar yang
mengandung dua jenis kegiatan tidak terpisahkan. Kegiatan tersebut adalah
belajar dan mengajar. Kedua aspek ini berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu
kegiatan pada saat terjadi interaksi antara siswa dengan guru, antara siswa dengan
siswa, dan antara siswa dengan lingkungan di saat pembelajaran matematika
sedang berlangsung.
Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa
bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan
pembelajaran ini akan mencapai hasil yang maksimal apabila pembelajaran
11
belajar secara efektif. Pembelajarn yang efektif adalah pembelajaran yang mampu
melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran dapat dilihat dari
segi proses dan dari segi hasil. Pertama, dari segi proses, pembelajaran dikatakan
berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau sebagian besar peseta didik
telibat secara aktif baik fisik, mental, maupun sosial dalam proses pembelajaran,
disamping menunjukan semangat belajar yang tinggi, dan percaya diri sendiri.
Kedua, dari segi hasil, pembelajaran dikatakan efektif aoabila terjadi perubahan
tingkah laku ke arah yang positif, dan tercapainya tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan.
2.1.4 Tujuan Pendidikan Matematika SD
Tujuan pendidikan matematika yang dimaksud adalah tujuan secara umum
mengapa matematika diajarkan diberbagai jenjang sekolah. Selain itu juga
dikemukakan tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai oeleh suatu
institusi atau sekolah melalui kurikulum yang ditetapkan. Dalam Garis-garis Besar
Program Pengajaran (GBPP) matematika yang dewasa ini dipakai dikemukakan
bahwa :
Tujuan umum diberikannya matematika dijenjang pendidikan dasar dan
pendidikan umum adalah :
1. Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di
dalam kehidupan dan dunia yang selalu berkembang, melalui latian
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur,
efektif dan efisien
2. Mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola
pikir matematika dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari
berbagai ilmu pengetahuan.
Sedang dalam GBPP matematika yang khusus untuk pendidikan dasar yang
dewasa ini dipakai dikemukakan bahwa tujuan khusus pengajaran matematika di
Sekolah Dasar adalah :
1. Menumbuhkan dan mengembangkan keteramapilan berhitung
(menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari
12
2. Menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui
kegiatan matematika
3. Mengembangkan pengetahuan dasar matematika sebagai bekal belajar
lebih lanjut di sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP)
4. Membentuk sikap logis, kritis, cermat, kreatif, dan disiplin.
2.1.5 Tujuan Pembelajaran Matematika SD
Secara umum, tujuan pembelajaran matematika disekolah dasar adalah
agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu juga,
dengan pembelajaran matematika dapat memberikan tekanan penataran nalar
dalam penerapan matematika.
Menurut Depdiknas (2001:9) dalam Ahmad Susanto (2015:189)
kompetensi atau kemampuan umum pembelajaran matematika di sekolah dasar
sebagai berikut:
1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian
beserta operasi campurannya, termasuk yang melibatkan pecahan.
2. Menentukan sifat dan unsure berbagai bangun datar dan bangun ruang
sederhana termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume.
3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan system koordinat.
4. Menggunakan pengukuran satuan kesetaraan antarsatuan dan penafsiran
pengukuran.
5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi,
terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan dan menyajikannya.
6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengomunikasikan gagasan
secara matematika.
Secara khusus, tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar,
sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas, sebagai berikut :
1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan
mengaplikasikan konsep atau algoritme.
13
2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan
dan pernyataan matematika.
3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah,
merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi
yang diperoleh.
4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain
untuk menjelaskan keadaan atau masalah.
5. Memiliki sifat menghargai penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-
hari.
Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran matematika tersebut,
seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran
yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan
penemuan. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan
pembelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksinya dalam
ingatannya yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau
pemahaman siswa ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri.
Khususnya dalam pembelajaran mata pelajaran matematika, proses
pembelajaran matematika perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius.
Hal ini penting, sebab hasil-hasil penelitian masih menunjukan bahwa proses
pembelajaran matematika disekolah dasar masih belum menunjukan hasil yang
memuaskan.
2.1.6 Pembelajaran Kooperatif
2.1.6.1 Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Slavin (2010:4) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif merupakan
proses pembelajaran dimana siswa belajar dalam kelompok dengan struktur yang
heterogen guna mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan belajar secara
berkelompok diharapkan siswa dapat lebih nyaman dalam belajar dan dapat
menyampaikan pendapat atau pengetahuan mereka dengan lebih leluasa.
14
Isjoni (2011:14) berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran dengan strategi kelompok dengan anggota kelompok yang kecil
dengan kemampuan yang berbeda-beda, dimana setiap anggota kelompok
bertanggung jawab atas anggota lainnya untuk mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Dengan adanya tingkat kemampuan yang berbeda-beda diharapkan
siswa dapat saling membantu dan membagi pemahaman mereka dengan siswa
lainnya. Dengan demikian kemampuan setiap anggota kelompok dapat sama dan
tidak ada yang tertinggal.
Didukung oleh Anita Lie (2005:12), pembelajaran kooperatif merupakan
suatu system pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik
untuk bekerjasama dengan sesame dalam tugas-tugas yang terstruktur, dalam
system ini guru bertindak sebagai fasilitator.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menuntut adanya
kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan peserta didik yang berbeda satu
dengan yang lain dan diharapkan setiap individu dalam kelompok dapat saling
bekerjasama dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guna mencapai tujuan
pembelajaran. (widyantini,2006).
Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan oleh para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang
menekankan adanya kelompok-kelompok belajar yang heterogen dan setiap
kelompok bekerjasama saling membantu dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan bersama. Kelompok-kelompok belajar tersebut diberi tugas
dengan tujuan agar setiap anggota dapat bekerjasama dan saling membantu antar
sesama anggota kelompok dalam menyelesaikan tugas. Dengan demikiann
pembelajaran kooperatif dapat menunjang sebuah pembelajaran dengan beraneka
ragam materi ajar yang ada di sekolah khususnya Matematika.
Menurut Ibrahim, dkk (2000:7) pembelajaran kooperatif memiliki fokus
tujuan yang hendak dipakai, tujuan tersebut antara lain :
1. Hasil belajar akademik
Dalam sebuah pembelajaran memiliki tujuan umum dan tujuan utama
yakni guna meningkatkan hasil belajar peserta didik. Berbagai metode
15
pembelajaran dibuat dan diterapkan guna mencapai tujuan tersebut. Dengan
pembelajaran kooperatif diharapkan siswa dapat belajar dengan nyaman sehingga
materi yang disampaikan oleh guru dapat dipahami oleh siswa. Dengan
pemahaman terkait materi ajar, siswa dapat menyelesaikan persoalan yang
diberikan dan dapat memperoleh hasil belajar yang baik. Pembelajaran
kooperatif menerapkan belajar kelompok, di dalam belajar kelompok peserta
didik dapat saling menolong satu sama lain dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dapat saling menghargai satu
dengan yang lain dengan adanya kegiatan saling membantu untuk mencapai
tujuan. Kelompok yang dibentuk dalam pembelajaran kooperatif adalah kelompok
dengan anggota yang berbeda-beda. Tidak hanya tingkat kecerdasan yang berbeda
melainkan dapat juga berbeda dalam agama, suku, ras, dan lain sebagainya.
Dengan beraneka ragam perbedaan siswa dapat saling membantu sehingga dapat
tercipta persahabatan yang baik dan timbul sikap saling menghargai.
3. Pengembangan Ketrampilan social
Melalui pembelajaran kooperatif, siswa dalam kelompok dibentuk untuk
saling menghargai. Timbulnya sikap saling menghargai akan memunculkan
ketrampilan-ketrampilan sosial. Ketrampilan sosial yang timbul dari pembelajaran
kooperatif diantaranya siswa dapat bekerjasama dan berkolaborasi dengan baik.
Hal ini dikarenakan siswa merasakan situasi dan kondisi yang sama serta
menghadapi permasalaham yang sama sehingga di dalam kelompok siswa harus
saling bekerja sama untuk dapat menyelesaikan tugas yang diberikan serta
mencapai tujuan yang ditetapkan secara bersama.
2.1.6.2 Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative, Integrated, Reading
and Composition)
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC (Cooperative, Integrated,
Reading and Composition)
Model pembelajaran CIRC merupakan model pembelajaran yang
mendorong siswa untuk berani mengungkapkan gagasan/ temuannya sendiri,
mendorong siswa untuk berpikir alternative, model pembelajaran CIRC ini
16
awalnya digunakan dalam kelas-kelas bahasa, namun dalam perkembangannya
dapat diadopsi dalam pembelajaran matematika.
b. langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe CIRC
Suprijono, Agus (2012:130) Mengemukakan langkah-langkah model
pembelajaran kooperatif tipe CIRC ( Cooperative, Integrated, Reading and
Composition) adalah sebagai berikut :
1. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan
memberikan tanggapan terhadap wacana/kliping yang ditulis pada lembar
kertas.
4. Siswa mempresentasikan atau membacakan hasil diskusi kelompok.
5. Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan.
6. Penutup.
Tahapan-tahapan Dalam Model Pembelajaran CIRC
Pembelajaran kooperatif tipe CIRC terdiri dari beberapa tahapan
sebagai berikut:
1. Pengenalan Konsep
Pada fase ini, guru mulai mengenalkan suatu konsep atau istilah
baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan
bisa didapat dari keterangan guru, buku paket atau media lainnya.
2. Eksplorasi dan Aplikasi
Tahap ini memberi peluang pada siswa untuk mengungkap
pengetahuan awal, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan
fenomena yang mereka alami denganbimbingan guru. Hal ini menyebabkan
terjadinya konflik kognitif sehingga mereka akan berusaha melakukan
pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasi. Pada dasarnya,
tujuan fase ini adalah untuk membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa
serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan
memulai dari hal yang konkret. Selama proses ini, siswa belajar melalui
tindakan-tindakan dan reaksi-reaksi mereka sendiri dalam situasi baru yang
17
masih berhubungan, dan hal ini terbukti sangat efektif untuk mengiring siswa
merancang eksperimen serta demonstrasi untuk diujikan.
3. Publikasi
Pada fase ini, siswa mampu mengomunikasikan hasil temuan-temuan
serta membuktikan dan meragakan materi yang dibahas. Penemuan dapat
bersifat sesuatu yang baru atau sekadar membuktikan hasil pengamatan. Siswa
dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk
diketahui oleh teman-teman sekelas. Dalam hal ini, siswa harus siap member
dan menerima kritik atau saran untuk saling memperkuat argument.
c. Kelebihan Model Pembelajaran Tipe CIRC (Cooperative, Integrated,
Reading and Composition)
Kelebihan metode pembelajaran CIRC yaitu :
1. Pengalaman dan kegiatan belajar siswa akan selalu relevan dengan
tingkat perkembangan anak.
2. Kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat dan
kebutuhan siswa.
3. Seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi siswa sehingga hasil
belajar siswa akan dapat bertahan lebih lama.
4. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan ketrampilan
berpikir siswa.
5. Pembelajaran terpadu menyajikan kagiatan yang bersifat pragmatis
(bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemui
dalam lingkungan siswa.
6. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa
ke arah belajar yang dinamis, optimal, dan tepat guna.
7. Pembelajaran terpadu dapat menumbuhkembangkan interaksi
sosial siswa, seperti kerja sama, toleransi, komunikasi, dan respek
terhadap gagasan orang lain.
8. Membangkitkan motivasi belajar serta memperluas wawasan dan
aspirasi guru dalam mengajar.
18
d. Kekurangan Metode Pembelajaran CIRC (Cooperative, Integrated, Reading
and Composition)
Dominasi dari siswa yang pandai dan cenderung lebih aktif dalam kegiatan
belajar. Guru tidak dapat memastikan semua siswa telah memahami masalah
yang diberikan karena siswa bekerja dalam kelompok secara utuh, selain itu
pengelolaan suasana kelas dan waktu menjadi kendala karena siswa bekerja
dalam kelompok secara utuh suasana kelas cenderung gaduh dan membutuhkan
waktu yang cukup lama untuk bekerja dalam kelompok.
2.1.7 Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan tipe CIRC
Matematika merupakan pelajaran yang dianggap sulit, bahkan ada yang
mengatakan sangat menyeramkan. Tidak hanya dari anak SD namun sampai ke
perguruan tinggi pun masih ada yang merasa takut dengan matematika. Cara
mengajar guru juga sangatlah mempengaruhi hasil belajar siswa. Beberapa guru
masih mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu hanya
dengan ceramah, tanya jawab dengan siswa dan pemberian tugas saja. Jika guru
hanya mengajar dengan menggunakan pembelajaran konvensional saja tanpa
menggunakan model-model pembelajaran yang inovatif dan menarik, hal ini
akan menyebabkan siswa menjadi bosan dan tidak tertarik dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu model pembelajaran yang inovatif sangat
diperlukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Salah satu model pembelajaran yang tepat digunakan dalam pembelajaran
matematika adalah model CIRC (Cooperative, Integrated, Reading and
Composition). Dalam model pembelajaran ini dapat merangsang keaktifan dan
kreatifitas siswa. Siswa dapat berpikir sendiri tentang materi yang telah
diberikan, kemudian dapat bertukar pikiran dengan teman
sekelompoknya.selanjutnya siswa dapat mempresentasikan hasil diskusinya
didepan kelas. Pembelajaran dengan menggunakan model CIRC (Cooperative,
Integrated, Reading and Composition) dirasa sangat cocok diterapkan dalam
19
mata pelajaran matematika. Hal ini karenakan dengan menggunakan model
CIRC (Cooperative, Integrated, Reading and Composition)dapat menciptakan
pembelajaran yang menarik dan menumbuhkan keaktifan siswa, sehingga dapat
menjadikan matematika menjadi pelajaran yang tidak lagi sulit dan
membosankan. Dengan menggunakan model CIRC (Cooperative, Integrated,
Reading and Composition)dalam pembelajaran matematika diharapkan dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
2.1.8 Hasil Belajar Matematika di SD
2.1.8.1 Pengertian Belajar
Istilah belajar bukanlah suatu yang baru, sudah sangat dikenal secara luas,
namun dalam pembahasan belajara ini masing-masing ahli memiliki pemahaman
dan definisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-masing kita
sudah sangat memahami apa yang dimaksud dengan belajar tersebut.
Menurut R.Gagne (1989) dalam Ahmad Susanto (2015:1), belajar dapat
didefinisi sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Bagi Gagne, belajar dimaknai sebagai
suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,
kebiasaan, dan tingkah laku. Selain itu Gagne juga menekankan bahwa belajar
sebagai suatu upaya memperoleh pengetahuan atau ketrampilan melalui intruksi.
Intruksi yang dimaksud adalah perintah atau arahan dan bimbingan dari seorang
pendidik atau guru.
Adapun menurut Burton dalam Usman dan Setiawati (1993:4) dalam
Ahmad Susanto (2015:3), belajar dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku
pada diri individu berkat adanya interaksi antara individu dengan individu lain
dan individu dengan lingkungannya.
Sementara menurut E.R.Hilgrad (1962) dalam Ahmad Susanto (2015:3),
belajar adalah suatu perubahan kegiatan reaksi terhadap lingkungan. Perubahan
yang dimaksud mencangkup pengetahuan, kecakapan, tingkah laku, dan
pengalaman.
20
Dari beberapa pengertian belajar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam
keadaan sadar untuk memperoleh konsep, pemahaman, dan pengetahuan baru,
sehingga memungkinkan seseorang terjadi perubahan perilaku yang relatif tetap
baik dalam berpikir, merasa, maupun dalam bertindak.
2.1.8.2 Pengertian Hasil Belajar
Berdasarkan uraian tentang konsep belajar di atas, dapat dipahami tentang
makna hasil belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik
menyangkut aspek kognitif, afektif dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan
belajar. Pengertian tentang hasil belajar sebagaimana diuraikan di atas dipertegas
oleh Nawawi dalam K. Brahim (2007: 39) dalam Ahmad Susanto (2015:5) yang
menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa
dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang
diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu.
2.1.8.3 Hasil Belajar Matematika
Dalam penelitiannya, Sumarno dkk.(1999) dalam Ahmad Susanto
(2015:191) mengemukakan bahwa hasil belajar matematika siswa sekolah dasar
belum memuaskan, juga adanya kesulitan yang dihadapi guru dalam mengajarkan
matematika. Begitu juga hasil penelitian yang dilakukan oleh Soedjadi (2000)
mengemukakan bahwa daya serap rata-rata siswa sekolah dasar untuk mata
pelajaran matematika hanya sebesar 42%.
2.1.8.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Slameto (2010:54) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar
banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua golongan saja, yaitu faktor
intern dan faktor ekstern.
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang
sedang belajar. Ada tiga faktor yang menjadi faktor intern yaitu:
1) Faktor jasmaniah
21
a. Factor Kesehatan
Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-
bagiannya/bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat.
Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya.
b. Cacat Tubuh
Cacat tubuh adalah sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang
sempurna mengenai tubuh/badan. Cacat itu dapat berupa buta, setengah
buta, tuli, setengah tuli, patah kaki, dan patah tangan, lumpuh dan lain-
lain. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat
belajarnya juga terganggu.
2) Faktor psikologis
Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor
psikologis yang mempengaruhi belajar, faktor-faktor ini adalah : intelegensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan.
3) Faktor kelelahan
Faktor kelelahan ditinjau dari dua aspek yaitu kelelahan jasmani dan
kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh
dan dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan
dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang.
Faktor ekstern adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor intern yang
berpengaruh terhadap belajar menurut Slameto (2010:60) dikelompokan menjadi
3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
1) Faktor keluarga
Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara
orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan
keadaan ekonomi keluarga.
2) Faktor sekolah
Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar mencakup metode mengajar,
kurikulum, relasi guru dengan guru, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah,
pengajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode
belajar, dan tugas rumah.
22
3) Faktor masyarakat
Faktor masyarakat yang mempengaruhi belajar yaitu berupa kegiatan siswa
dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan
masyarakat.
2.1 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan
Penelitian yang menggunakan model pembelajaran CIRC ini pernah dikaji
oleh Sukarto (2014) dengan judul “Penerapan Strategi CIRC Terhadap
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Dan Operasi Hitung Siswa Kelas V
SD N Kedungwinong 01 Tahun Pelajaran 2013/2014” Hasil dari Penelitian diatas
menunjukkan bahwa pada Sebelum pelaksanaan tindakan diperoleh rata-rata hasil
belajar kemandirian siswa masih rendah yaitu 6 dari 18 siswa rata-rata 33%. Dan
rata-rata pada siklus I meningkat menjadi 11 dari 18 siswa sebesar 61%. Dan rata-
rata pada siklus II meningkat lagi menjadi 16 dari 18 siswa sebesar 88%.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran CIRC
dapat memperbaiki proses pembelajaran, hal ini didukung dengan meningkatnya
kemandirian siswa dan hasil belajar bahasa dan matematika siswa kelas V SD
Negeri Kedungwinong 01 Tahun ajaran 2013/2014 pada materi menulis karangan
dan operasi hitung. Kemudian Penelitian yang kedua yang menggunakan model
pembelajajaran CIRC ini adalah Surestiani, Ari (2014) dengan judul “Penerapan
Model Pembelajaran CIRC Dengan Bantuan Media Konkret Untuk Meningkatkan
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sd Negeri 1 Denbantas Kecamatan
Tabanan” Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pada sebelum penelitian,
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 47,00. Dilihat dari Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) sebesar 60, hasil belajar siswa masih tergolong rendah. Hasil
penelitian ini menunjukkan rata-rata persentase hasil belajar pada siklus I sebesar
68,00% dengan kategori sedang, rata-rata persentase hasil belajar pada siklus II
sebesar 82,17% dengan kategori tinggi. Terjadi peningkatan hasil belajar dari
siklus I ke siklus II sebesar 14,50%. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran CIRC dapat meningkatkan
hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri 1 Denbantas Kecamatan Tabanan. Maka
23
penelitian ini mengacupada penelitiam diatas, akan dilakukan penelitian tindakan
kelas, yaitu dengan melakukan penelitian yang bertemakan Penerapan Metode
Pembelajaran Cooperative Learning Type CIRC(Cooperative, Integrated, Reading
And Composition) Untuk Meningkatkan Hasilbelajar Matematika Siswa Kelas 5
SD Negeri Suruh 02 Kabupaten Semarang Semester 2 Tahun Pelajaran
2015/2016.
Adapun persamaan dan perbedaan dari hasil penelitian yang relevan
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu, sebagai berikut:
a. Persamaan dari hasil penelitian relevan 1 dengan penelitian yang akan
dilakukan peneliti:
1. Model yang digunakan sama yaitu model pembelajaran CIRC
(Cooperative, Integrated, Reading And Composition) .
2. Mata pelajaran yang digunakan sama yaitu Matematika.
3. Kelas yang digunakan sama yaitu kelas V.
4. Jenis penelitian yang dilakukan sama yaitu menggunakan tindakan
kelas.
Perbedaan dari hasil penelitian relevan 1 dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti:
1. SK dan KD
2. Semester dan tahun ajaran
b. Persamaan dari hasil yang relevan 2 dengan penelitian yang akan
dilakukan oleh peneliti:
1. Model yang digunakan sama model pembelajaran CIRC
2. Sama-sama menggunakan jenis penelitian tindakan kelas.
3. Mata pelajaran yang digunakan sama yaitu Matematika
Perbedaan dari hasil yang relevan 2 dengan penelitian yang akan dilakukan oleh
peneliti:
1. Kelas yang digunakan berbeda yaitu kelas IV sedangkan peneliti
menggunakan kelas V.
24
2.2 Kerangka Berpikir
Kesadaran pentingnya matematika dalam kehidupan sehari-hari harus
ditumbuhkan karena dalam setiap periode kehidupan tak lepas dari matematika.
Anggapan bahwa matematika itu pelajaran yang sulit merupakan tantangan bagi
guru dalam mengajar. Seorang guru dituntut untuk dapat menyampaikan
pembelajaran agar mudah dipahami dan menyenangkan. Pembelajaran yang
dilakukan harus sesuai dengan perkembangan kognitif siswa sehingga anggapan
bahwa matematika sebagai pelajaran yang sulit akan terhapus karena pelajaran
matematika sesungguhnya sangat baik dan bermanfaat bagi siswa dalam
kehidupan. Untuk menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan aktif
guru dapat menggunakan model pembelajaran yang bervariasi. Proses
pembelajaran akan bermakna apabila siswa terlibat aktif dalam proses
pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran dengan
mengelompokkan siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda (secara
heterogen) agar siswa dapat bekerjasama dan berbagi tanggung jawab dalam
kelompoknya untuk menyelesaikan suatu masalah. Metode pembelajaran
Cooperative Learning tipe CIRC merupakan salah satu model pembelajaran yang
mengikutsertakan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Model
pembelajaran ini melatih siswa berkomunikasi, bekerja sama dan saling
membantu. Siswa juga berusaha menggali dan mengembangkan diri dalam
kelompoknya. Sehingga model pembelajaran ini dapat menciptakan suasana yang
menyenangkan dan siswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran.
25
Maka kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :
SK 5 KD 5.3 dan 5.4 Matematika kelas V Semester II
Gambar 2.1
Skema Kerangka Berpikir Pembelajaran Matematika di SD dengan
Menerapkan Metode Cooperative Learning type CIRC
Kondisi Awal
Tindakan
Guru dalam
pembelajaran
menggunakan metode
ceramah
Guru mengajar
menggunakan metode
Cooperative Learning
Tipe CIRC: Membentuk
Kelompok, memberikan
Wacana, Menemukan
ide pokok serta memberi
tanggapan, Presentasi,
Evaluasi
Hasil belajar siswa
belum mencapai
KKM ≥ 66
Siklus 1 hasil belajar
meningkat, mendekati
KKM tetapi masih
belum tuntas
Siklus II
menggunakan metode
pembelajaran CIRC
hasil belajar
meningkat dan tuntas
Kondisi Akhir Melalui pembelajaran CIRC (Cooperative,
Integrated, Reading and Composition) hasil belajar
dalam pembelajaran matematika 80% siswa
meningkat dan tuntas ≥ 66
26
2.3 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir, maka hipotesis dalam
penelitian ini adalah pembelajaran dengan menggunakan metode CIRC
(Cooperative, Integrated, Reading and Composition) dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas V SD Negeri Suruh 02 Kabupaten Semarang
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016.