14
BAB II
KOPERASI JASA KEUANGAN SYARIAH
A. Sejarah Perkembangan KJKS di Indonesia
1. Awal mula KJKS di Indonesia
Koperasi berbasis Islam di Indonesia sudah ada
sejak awal di dirikannya SDI (Serikat Dagang Islam) di
Solo, jawa tengah. Serikat dagang islam selanjutnya
menjadi serikat islam yang cenderung bernuansa politik.
Setelah SDI mengkonsentrasikan perjuangannya di bidang
politik, koperasi syariah tidak terdengar lagi di Indonesia,
baru sekitar tahun 1990 koperasi syariah mulai muncul lagi
di Indonesia.1
Secara bahasa Koperasi berasal dari bahasa Latin
“coopere”, yang dalam bahasa Inggris disebut Cooperation.
“Co” berarti bersama dan “Operation” berarti bekerja, jadi
Cooperation berarti bekerja sama. Dalam hal ini, kerja sama
terseebut dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai
kepentingan dan tujuan yang sama.2
Berdasarkan International Cooperative Alliance
(ICA) atau Perserikatan Koperasi Internasional dalam buku
1Danang Sunyoto, Studi Kelayakan Bisnis, Cet. I, Yogyakarta:
CAPS (Center of Academic Publising Service), 2005, h. 473. 2Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi Teori dan Praktik,
Jakarta: Erlangga, 2001, h. 16
15
“The Cooperative Principles” karangan P.E. Weraman
memberikan definisi sebagai berikut, “Koperasi adalah
kumpulan orang-orang atau badan hukum yang bertujuan
untuk perbaikan sosial ekonomi anggotanya dengan
memenuhi kebutuhananggotanya dengan jalan saling
membantu antara satu dengan yang lainnya dengan cara
membatasi keuntungan, usaha tersebut harus didasarkan
atas prinsip-prinsip koperasi”.3 Di dalam UU No. 25 Tahun
1992 disebutkan bahwa, “koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang-orang atau badan hokum koperasi
yang melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas azas kekeluargaan”.4
Kelahiran Koperasi syariah di indonesia dilandasi
oleh ketentuan keputusan menteri (kepmen) koperasi dan
UKM Republik Indonesia Nomor
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi
Jasa Keuangan Syariah. Dengan adanya sistem ini,
membantu koperasi serba usaha di Indonesia memiliki Unit
Jasa Keuangan Syariah.5
3Ima Suwandi, Koperasi Organisasi Ekonomi Berwatak Sosial,
Jakarta: Bhatara Karya Aksara, 1984, h. 12 4Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi ... h. 18
5Sunyoto, Studi Kelayakan ... h.473.
16
Berdasarkan surat keputusan Menteri Negara
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia No: 91/Kep/M.KUKM/IX/2004, berbagai
pengertian berkaitan koperasi syariah, antara lain:
a. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan
orang-orang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip
koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat
yang berdasarkan atas asas kekeluargakan.
b. Koperasi jasa keuangan syariah selanjutnya disebut
KJKS, yaitu koperasi yang kegiatan usahannya
bergerak di bidang pembiayaan,investasi, dan
simpanan sesuai pola bagi hasil (syariah).
c. Unit Jasa Keuangan Syariah selanjutnya disebut UJKS,
yaitu unit koperasi yang bergeraK dibidang usaha
pembiayaan, Investasi dan simanan dengan pola bagi
hasil (syariah) sebagai bagian dari kegiatan koperasi
yang bersangkutan.6
6Ibid. h. 474.
17
2. Fungsi Koperasi Syari’ah
Fungsi Koperasi Syariah antara lain:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan anggota pada khusunya, dan masyarakat
pada umumnya, guna meningkatkan kesejahteraan
sosial ekonominya.
b. Memperkuat untuk sumber daya insani anggota, agar
menjadi lebih amanah, professional (fathonah),
Konsisten, dan konsekuen prinsip-prinsip syariah
islam.
c. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasiaonal yang merupakan usaha
berdasarkan asas kekeluargaa dan demokrasi ekonomi.
d. Sebagai mediator antara penyandang dana dengan
pengguna dana sehingga tercapai optimalisasi
pemanfaatan harta.
e. Menguatkan kelompok-kelompak anggota, sehingga
mampu bekerjasama melakukan kontrol terhadap
koperasi secara efektif.
f. Mengembangkan dan memperluas kesempatan kerja.
g. Menumbuhkembangkan usaha-usaha produktif
anggota.
18
3. Tujuan Koperasi Syari’ah
Tujuan dari koperasi syariah adalah untuk
Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, serta turut membangun tatanan
perekonomian yang berkeadilan sesuai dengan prinsip-
prinsip islam.7
a. Membantu meningkatkan dan mengembangkan potensi
umat dalam program pengentasan kemiskinan.
b. Menciptakan sumber pembiayaan dan penyediaan
modal bagi anggota dengan prinsip syari‟ah.
c. Mengembangkan sikap hemat dan mendorong kegiatan
gemar menabung.
d. Meningkatkan wawasan dan kesadaran umat tentang
sistem dan pola perekonomian Islam.
e. Membantu para pengusaha lemah untuk mendapatkan
modal pinjaman.
f. Menjadi lembaga keuangan alternatif yang dapat
menopang percepatan pertumbuhan ekonomi nasional.8
4. Hukum Ekonomi Islam dan Koperasi Islam
Sri Redjeki Hartano mengemukakan definisi hukum
ekonomi, sebagai berikut: bahwa hukum ekonomi
merupakan perangkat hukum yang mengatur berbagai
7Ibid.
8Ahmad Hasan Ridwan, Manajemen Baitul Mal Wa Tamwil,Bandung:
Pustaka Setia, 2013, h. 35
19
kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh pelaku ekonomi baik
nasional maupun internasional.9
Al-qur‟an sebagai sumber hukum ekonomi islam
karena kedudukan Al-Qur‟an sebagai sumber utama dan
pertama bagi penetapan hukum, maka apabila seseorang
ingin menemukan hokum untuk suatu kejadian, tindakan
yang pertama yang harus ia lakukan adalah mencari
penyelesaian dari Al-Qur‟an. Selama Hukumnya dapat
diselesaikan dengan Al-Quran, maka ia tidak boleh mencari
jawaban lain dari luar Al-Quran. Demikian juga sesuai
dengan kedudukan Al-Quran sebagai sumber utama atau
pokok hukum islam, berarti Al-Quran itu menjadi sumber
dari segala sumber hukum. Kekuatan Al-Quran sebagai
sumber dan dalil hukum syariah termasuk didalamnya
syariah perekonomian terkandung dalam ayat Al-Quran
yang memerintahkan umat manusia mematuhi Allah SWT.
Kedudukan ekonomi dalam ajaran Islam sangat
penting sekali untuk diterapkan, adapun kedudukan
ekonomi dalam ajaram Islam meliputi hal-hal sebagai
berikut:
9Neni Sri Imaniyati, Hukum Ekonomi dan Ekonomi Islam, Bandung:
Mandar Maju, 2002, h. 71.
20
a. Akidah (Imam)
Imam kepada Allah, Malaikat, kitab, rasul, hari akhir,
qsdha dan qadar.
b. Akhlaq (Ihsan)
Engkau beribadah kepada Allah seolah-olah engkau
melihatnya,jika engkau tidak melihatnya maka ia
melihatmu.
c. Syariah (Islam)
Ketentuan hukum muamalah adalah ketentuan hukum
yang mengatur hubungan antara sesama manusia. Asas
yang digunakan dalam muamalah adalah semua
muamalah dibolehkan, kecuali ada dalil yang
melarang. Salah satu dari hukum muamalah adalah
hukum ekonomi syariah.10
5. Prinsip Ekonomi Islam dalam Koperasi Syari’ah
Prinsip ekonomi dalam Koperasi Syariah, antara
lain:
a. Kekayaan adalah amanah Allah SWT yang tidak dapat
dimiliki oleh siapapun secara mutlak.
b. Manusia diberi kebebasan bermua‟amalah selama
bersama dengan ketentuan syariah
10
Veithzal Rivai, Ekonomi Syariah Bukan Opsi Tetapi Solusi,
(Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2009), h. 324.
21
c. Manusia merupakan khalifah Allah dan pemakmur di
muka bumi.
d. Menjunjung tinggi keadilan, serta menolak setiap
bentuk ribawi dan pemusatan sumber dana ekonomi
pada segelintir orang atau sekelompok orang saja.
6. Prinsip Syari’ah dalam Koperasi Syari’ah
Prinsip syariah islam pada koperasi syariah,antara
lain:
a. Keaggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Keputusan ditetapkan secara musyawarah dapat
dilaksanakan secara konsisten dan konsekuensi
(istiqomah).
c. Pengelolaan dilakukan secara transparan dan
professional.
d. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil,
sesuai dengan besarnya jasa usaha masing-masing
anggota.
e. Pemberian balas jasa modal dilakukan secara terbatas
dan profesional menurut system bagi hasil.
7. Dasar Hukum Koperasi Syariah Menurut Ketentuan
Hukum Islam
Setiap lembaga keuangan syariah, mempunyai dasar
mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan di
dunia dan di akhirat. Maka, setiap kegiatan lembaga
22
keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntutan
agama harusdi hindari.11
Al-Qur‟an tidak menyebutkan lembaga keuangan
secara langsung akan tetapi penekanan langsung tentang
konsep organisasi sebagaimana organisasi keuangan telah
terdapat dalam al-qur‟an. Konsep dasar kerjasama
muamalah dengan berbagai cabang-cabang kegiatannya
yang cukup banyak dalam al-qur‟an.12
Al-Qur‟an telah
meletakan konsep dasar halal dan haram yang berhubungan
dengan transaksi. Semua hal yang berhubungan dengan
harta benda hendaknya dilihat dan di hukumi dengan kedua
kriteria halal dan haram. Orang-orang makkah yang hidup
di zaman Rasullalah sama sekali tidak membedakan antara
bisnis dan riba, Bagi mereka keduannya adalah sama.
Akhirnya Al-Qur‟an membangun konsep halal dan haram.
Bahwa, bisnis adalah di halalkan, sedangkan riba di
haramkan.13
Pengharaman riba apapun bentuk dan namanya
karena merupakan kedzaliman terhadap orang lain sehingga
muncul rasa ketidakdilan. Sebab, Semua bentuk transaksi
yang dilakukan dengan praktik jahat dilarang oleh Islam.
11
Suhrawardi Lubis, Hukum Ekonomi Islam, Jakarta: Sinar
Grafika,Cet.III, 2004, h. 35. 12
Ibid. h. 36. 13
Muhammad Djakfar, Agama, Etika dan Ekonomi, Malang: UIN-
Malang Press, 2007, h. 148.
23
Semua larangan itu berdasarkan pada satu prinsip : „jangan
ada ketidakadilan dan jangan ada penipuan dalam segala
aktifitas bisnis yang dilakukan oleh siapapun‟.14
Pedoman lembaga keuangan syariah dalam
beroperasi adalah al-qur‟an surat al-Baqarah ayat 275
tentang sistem menjauhkan diri dari unsur riba dan
menerapkan sistem bagi hasil dalam perdagangan.
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan lantaran (tekanan)
penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu,
adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
padahal Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba” (QS.Al Baqarah:275)15
14
Ibid. h. 149. 15
Departemen Agama Republik Indonesia,Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1997, h. 63.
24
Dalam proses jual beli ada hal-hal yang
menghendaki halalnya suatu proses jual beli, sedangkan
dalam riba terdapat mafsadat yang menghendaki haramnya
suatu riba.16
Riba berarti memberi uang ataupun barang,
kemudian mengambil kembali dalam waktu yang ditentukan
dengan melipat gandakan. Semakin bertambah lama waktu
yang ditentukan makasemakin banyak pula nilai tambah
pembayaran yang di lakukan.17
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha dalam Tafsir Al-
Manar mengungkapkan, Tidak termasuk riba, jika seseorang
yang memberikan kepada orang lain harta untuk
diinvestasikan sambil menetapkan baginya dari hasil usaha
tersebut. Karena transaksi ini mnguntungkan bagi pengelola
dan bagi pemilik harta, sedangkan riba yang diharamkan
merugikan salah satu pihak.18
B. Konsep Koperasi dalam Islam
Konsep koperasi dalam Islam amat luas, tidak hanya
terbatas pada pencapaian material saja tetapi merupakan ibadah
16
Teuku Hasbi ash-Shiddieqy,Tafsir Al-Qur’anul Madjied An-Nur,
Jakarta: Bulan Bintang, 1965, h. 68. 17
Ibid. h. 69. 18
Muhammd Rasyid Ridha, Tafsir Al-Manar, Mesir: Dar al-Manar,
1376 H, Jilid III. h. 113-114.
25
Fardhu Kifayah yang dituntut Allah SWT. Dalam melakukan
ibadah ini manusia jangan melakukan perbuatan yang
mencemarkan kesuciannya. Jadi mereka harus melakukannya
dalam batas-batas yang telah ditetapkan oleh Islam. (Syeikh
Abod dan Zamry Abdul Kadir, 1991: 291). Nabi Muhammad
telah meletakkan dasar-dasar moral, manajemen dan etos kerja
mendahului zamannya dalam melakukan perniagaan. Dasar-dasar
etika dan manajemen bisnis tersebut telah mendapat legitimasi
keagamaan setelah beliau diangkat menjadi Nabi. Prinsip-prinsip
etika bisnis yang diwariskan semakin mendapat pembenaran
akademisi dipenghujung abad ke-20 atau awal abad ke-21.
Prinsip bisnis modern, seperti tujuan pelanggan, pelayanan yang
unggul, kompetensi, efisiensi, transparansi, semuanya telah
menjadi gambaran pribadi dan etika bisnis Nabi Muhammad
SAW ketika ia masih muda. Prinsip-prinsip bisnis Rasulullah
diantaranya adalah:
1. Shiddiq
Shiddiq adalah Suatu sikap yang jujur dan selalu
berbuat baik dan menghindari perbuatan seperti tidak
menepati janji yang belum atau telah disepakati, menutupi
cacat atau aib barang yang dijual dan membeli barang dari
orang awam sebelum masuk ke pasar.Rasulullah telah
melarang pebisnis melakukan perbuatan yang tidak baik,
seperti beberapa hal yaitu:
26
a. Larangan tidak menepati janji yang telah disepakati
b. Larangan menutupi cacat atau aib barang yang dijual
c. Larangan membeli barang dari orang awam sebelum
masuk ke pasar.
Dan kadang Shiddiq tersebut datang dari manusia itu
sendiri, sebagaimana yang tertera dalam QS. al-Baqarah:
283:
Artinya : Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang
lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu
menunaikan amanatnya (hutangnya) dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.19
Sedangkan jika dilihat dari objeknya (orang yang
melaksanakan amanah), maka amanah diberikan kepada
malaikat, jin, manusia, baik para Nabi maupun bukan Nabi.
Setelah Allah SWT. menerangkan bahwa betapa
besar perkara taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan bahwa
orang yang memelihara ketaatan tersebut akan memperoleh
kemenangan yang besar, dan orang yang meninggalkan akan
mendapatkan azab, lalu dilanjutkan dengan menerangkan
betapa besar hal yang berkaitan dengan ketaatan tersebut,
yaitu melakukan beban-beban syariat, dan bahwa prakteknya
sangat berat dan sukar bagi jiwa. Kemudian, diterangkan
19
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, al-Qur’an
dan Terjemahnya (al-Madinah al-Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd, 1418
H.), h. 71.
27
pula bahwa ketaatan yang mereka lakukan atau penolakan
yang berupa tidak menerima dan tidak melazimkan diri
melakukannya, semua itu tidaklah karena pemaksaan.
2. Amanah
Amanah adalah salah satu bahasa Indonesia yang
telah disadur dari bahasa Arab. Dalam Kamus Bahasa
Indonesia, kata yang menunjuk makna kepercayaan
menggunakan dua kata, yaitu amanah atau amanat. Amanah
memiliki beberapa arti, antara lain:
a. Pesan yang dititipkan kepada orang lain untuk
disampaikan.
b. Keamanan: ketenteraman.
c. Kepercayaan.20
Amanah berarti tidak mengurangi apa-apa yang
tidak boleh dikurangi dan sebaliknya tidak boleh ditambah,
dalam hal in termasuk juga tidak menambah harga jual yang
telah ditentukan kecuali atas pengetahuan pemilik barang.
Amanah bias juga diartikan tidak mengurangi apa-apa yang
tidak boleh dikurangi dan sebaliknya tidak boleh ditambah,
dalam hal ini termasuk juga tidak menambah harga jual yang
telah ditentukan kecuali atas pengetahuan pemilik barang.
Amanah berarti tidak melakukan penipuan, memakan riba,
20
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: {Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 48
28
tidak menzalimi, tidak melakukan suap, tidak memberikan
hadiah yang diharamkan, dan tidak memberikan komisi yang
diharamkan.Maka seorang yang diberi Amanah harus benar-
benar menjaga dan memegang Amanah tersebut, ayat
tersebut adalah sebagai berikut:
Artinya : Sesungguhnya kami Telah mengemukakan
amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung,
Maka semuanya enggan untuk memikul amanat
itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya,
dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat
bodoh (Al-Ahzab: 72).21
Sikap Amanah mutlak harus dimiliki oleh seorang
pebisnis muslim. Sikap Amanah diantaranya tidak
melakukan penipuan, memakan riba, tidak menzalimi, tidak
melakukan suap, tidak memberikan hadiah yang
diharamkan, dan tidak memberikan komisi yang
diharamkan.
21
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, al-Qur’an
dan Terjemahnya (al-Madinah al-Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd, 1418
H.), h. 71.
29
3. Fathanah
Fathanah berarti cakap atau cerdas. Dari penjelasan
diatas bisa kita petik suatu pelajaran yang berharga bahwa
prinsip-prinsip bisnis Rasulullah SAW adalah Shiddiq,
Amanah dan Fathanah.
Fathanah berarti cakap atau cerdas. Dalam hal ini
Fathanah meliputi dua unsur: Fathanah dalam hal
administrasi/manajemen dagang dan Fathanah dalam hal
menangkap selera pembeli yang berkaitan dengan barang
maupun harta.22
Dengan demikian fathanah di sini berkaitan
dengan strategi pemasaran (kiat membangun citra). kiat
membangun citra dari uswah Rasulullah SAW meliputi:
penampilan, pelayanan, persuasi dan pemuasan.
Dalam pandangan Islam, akal (kecerdasan)
merupakan salah satu aspek kelebihan manusia
dibandingkan dengan makhluk-makhluk lainnya. Dengan
akal, manusia dapat mendesain ilmu pengetahuan,
kebudayaan dan peradaban. Begitu pentingnya akal,
sehingga tidak sedikit ayat al-Qur‟an menyuruh manusia
menggunakan potensi akalnya dengan baik.
Dalam konteks ini, Harun Nasution mengatakan,
kata al-’aql sebagai kata benda tidak dijumpai dalam al-
22
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: {Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 58
30
Qur‟an, tetapi dalam bentuk kata kerja yang terdapat dalam
30 ayat lebih, yakni;
a. Afala ta’qilun (15 ayat): tidaklah kamu pikirkan.
b. La’allakum ta’qilun (8 ayat): semoga kamu pikirkan.
c. La ya’qilun (7 ayat): tidak mereka pikirkan.
d. In kuntum ta’qilun (2 ayat): jika sekiranya kamu
pikirkan.
Selanjutnya, kata-kata yang dipakai dalam al-Qur‟an
untuk menggambarkan perbuatan berpikir bukan hanya kata
’aqala, tetapi juga kata-kata lain, seperti;
a. Dabbara (8 ayat): merenung.
b. Faqiha (20 ayat): mengerti.
c. Nazhara (30 ayat): melihat dalam arti merenung.
d. Tafakkara (16 ayat): berpikir.
Berdasarkan keterangan di atas jelaslah bahwa al-
Qur‟an telah menempatkan potensi akal pada kedudukan
yang tinggi dan mulia. Potensi akal yang dimiliki manusia
sesungguhnya secara filosofis memiliki relevansi dengan
tujuan penciptaan manusia, yakni untuk menyembahkan
Allah SWT (QS. Adz-Dzariyat: 56):
31
Artinya : Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka menyembahKu. (Qs,
Adz Dzaariyat: 56)23
Menyembah kepada Allah SWT menurut penafsiran
mayoritas ulama, bukan sekedar beribadah dalam arti
sempit, tetapi juga beramal saleh yang perwujudannya
memerlukan bantuan berpikir (akal). Karenanya, terdapat
titik temu antara tujuan pendidikan akal dengan tujuan
penciptaan manusia.
4. Tabligh
Tabligh artinya menyampaikan.24
Segala firman
Allah SWT yang ditujukan oleh manusia, disampaikan oleh
Baginda. Tidak ada yang disembunyikan walaupun ianya
menyinggung Baginda sendiri. Tabligh berarti
menyampaikan. Segala firman Allah yang ditujukan oleh
manusia, disampaikan oleh Nabi. Tidak ada yang
disembunyikan meski itu menyinggung beliau. Sudah
menjadi tugas beliau sebagai nabi dan rasul untuk
menyampaikan fiman Allah dan segala petunjuk untuk
23
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta :
Darussalam, 2006 24
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia
(Jakarta: {Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, 2008), h. 58
32
membimbing manusia.25
Namun, satu hal yang pasti, dalam
menyampaikan segala firman Allah pastilah diperlukan
kemampuan komunikasi. Karena mengkomunikasikan
segala firman Allah dalam kondisi dan lingkungan
masyarakat jahiliyah tentu diperlukan teknik yang tepat dan
visi yang kuat. Bagaimanapun pesan yang disampaikan
Allah untuk umat manusia, nabi Muhammad
mengkomunikasikan semuanya walaupun satu atau beberapa
ayat menyinggung dan mengkritik beliau. Orang yang
memiliki sifat tabligh, akan menyampaikan sesuatu dengan
benar (berbobot) dan dengan tutur kata yang tepat (bi al-
hikmah).
Artinya: Supaya Dia mengetahui, bahawa sesungguhnya
rasul-rasul itu telah menyampaikan risalah-
risalah Tuhannya, sedang ilmu-Nya meliputi apa
yang ada pada mereka, dan Dia menghitung
segala sesuatu satu persatu. (QS Al-Jin: 28)26
25
Sula Muhammad Syakir & Hemawan Kertajaya,Syriah
Marketing,(Bandung: Pustaka Mizan, 2006), h. 122 26
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, al-Qur’an
dan Terjemahnya (al-Madinah al-Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd, 1418
H.), h. 71.
33
Artinya: Dia (Muhammad) bermuka masam dan
berpaling, kerana telah datang seorang buta
kepadanya. (QS 'Abasa: 1-2.)27
Dalam suatu riwayat dikemukakan bahawa firman
Allah (QS 'Abasa: 1) turun berkenaan dengan Ibnu Ummi
Maktum yang buta yang datang kepada Rasulullah SAW
sambil berkata: “Berilah petunjuk kepadaku, ya Rasulullah.”
Pada waktu itu Rasulullah SAW sedang menghadapi para
pembesar kaum musyrikin Quraisy, sehingga Rasulullah
berpaling daripadanya dan tetap melayani pembesar-
pembesar Quraisy. Ummi Maktum berkata: “Apakah yang
saya katakan ini mengganggu tuan?” Rasulullah menjawab:
“Tidak.” Maka ayat ini turun sebagai teguran di atas
perbuatan Rasulullah SAW. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi
dan al-Hakim yang bersumber dari „Aisyah. Diriwayatkan
pula oleh Ibnu Ya‟la yang bersumber dari Anas).
Sebetulnya apa yang dilakukan Rasulullah SAW itu
menurut standard umum adalah hal yang wajar. Ketika
sedang berbicara di depan umum atau dengan seseorang,
tentu kita tidak suka diganggu oleh orang lain. Namun untuk
standard Nabi, itu tidak cukup. Oleh kerana itulah Allah
27
Yayasan Penyelenggara Penterjemah/Pentafsir al-Qur‟an, al-Qur’an
dan Terjemahnya (al-Madinah al-Munawwarah: Majma‟ al-Malik Fahd, 1418
H.), h. 71.
34
SWT telah menegur Baginda SAW.Sebagai seorang yang
tabligh, meski ayat itu menyindirnya, Nabi Muhammad
SAW tetap menyampaikannya kepada kita. Itulah sifat
seorang Nabi. Jadi, mustahil Nabi itu „kitman‟ atau
menyembunyikan wahyu.
Sedangkan pilar terakhir adalah tabligh. Kemampuan
dalam mengkomunikasikan barang dan membangun relasi
bisnis. Disiplin ilmu yang berkembang adalah Komunikasi
Bisnis, sedangkan dalam konteks pribadi adalah Komunikasi
efektif dan empati. Media marketing dan periklanan adalah
sistem yang lahir dari kemampuan tabligh (kecerdasan
komunikasi). Tanpa kemampuan komunikasi sebuah produk
dan jasa, maka pedagang tidak mampu menyakinkan
pemakai untuk membeli dan memanfaatkan barang yang
telah diproduksi. Pengembangan empat sifat yang menjadi
sistem bisnis, mampu menghantarkan setiap orang dan
badan usaha menjadi kekuatan. Hal ini melahirkan hubungan
harmonis antara pedagang dengan konsumen, antara
pengusaha dengan pekerja dan akhirnya menjadi keunggulan
bersama suatu entitas bisnis.
C. Kepercayaan Anggota
1. Pengertian Kepercayaan Anggota
35
Kepercayaan adalah anggapan atau
keyakinankepada sesuatu yang di anggap benar.28
Nasabah
dalam koperasi disebut sebagai anggota adalah orang yang
mempunyai hubungan kerja sama dengan suatu lembaga
atau perusahaan, dalam artian sebutan untuk orang atau
badan usaha yang memiliki rekening simpanan atau
pinjaman.29
Untuk menjaga kepercayaan antara koperasi dan
nasabah sebaiknya transaksi dilakuakn dengan cara yang
baik tidak dengan cara yang bathil. Hal ini sesuai dengan
firman Allah:
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama suka di antara kamu.
[An-Nisaa': 29)].30
28
Purwadaminta, Kamus umum Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2006), h. 872. 29
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,
2007), h. 609. 30
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Jakarta :
Darussalam, 2006
36
Dapat dijelaskan bahwa hukum asal semua jenis
perdagangan adalah halal sampai ada dalil yang
mengaramkannya. Haram karena barang yang
diperjualbelikan, misalkan menjual babi, bangkai atau
berjual beli barang curian. Catatan penting:Segala barang
yang haram dimakan atau dipakai berarti haram pula untuk
diperjual belikan. Segala unsur transaksi yang mengandung
Riba adalah haram, faktor lain yang menyebabkan haramnya
transaksi adalah adanya unsur Gharar (ketidakjelasan).
sebagai contoh orang menjual ikan di kolam (saya jual
seluruh ikan di kolam ini dengan harga sekian).
Jadi, kepercayaan anggota adalah keyakinan
seseorang yang mempunyai kerjasama dengan perusahaan
atau lembaga, bahwa perusahaan atau lembaga tersebut
memang sudah dapat dipercaya.31
Kepercayaan pelanggan
adalah keyakinan setiap saat melakukan transaksi bisnis
dengan mereka, pimpinan dan karyawan perusahaan tersebut
bertindak adil, kompeten, etis dan dapat dipercaya.
Kepercayaan pelanggan kepada perusahaan tumbuh karena
pengalaman baik mereka melakukan transaksi bisnis.32
Hubungan yang dibangun dari rasa percaya pembeli kepada
31
Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap
Produk Tabungan dan Deposito , (Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, 1996),
h. 40. 32
Siswanto Sutojo, Meningkatkan Jumlah dan Mutu Pelanggan,
(Jakarta: PT. Damar Mulia Pustaka, 2003), h. 51
37
penjual memungkinkan penjual memenuhi dengan baik
kebutuhan pembeli dan ini merupakan satu langkah penting
dalam membentuk hubungan jangka panjang. Adanya
komitmen keterhubungan antara pelanggan dan penyedia
jasa akan memperlancar proses penyampaian pelayanan
karena antara kedua belah pihak saling memahami dan
mempercayai. Dalam hal ini tindakan koperasi untuk
mempertahankan hubungan baik dengan nasabah adalah
dengan tidak melakukan riba, karena riba akan mencederai
kepercayaan nasabah dan dilarang dalam agama:
Artinya: Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak
dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang
yang kemasukan setan lantaran (tekanan) penyakit
gila.Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata (berpendapat),
sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,
38
padahal Allah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba” (QS.Al-Baqarah: 275)33
Kepercayaan adalah asas utama bagi lembaga
keuangan untuk berkembang dan bertumbuh. Berkembang
dan bertumbuh secara kuantitas dan diiringi dengan kualitas
membawa lembaga keuangan tersebut semakin dapat
dipercaya. Hubungan antara bank dan nasabah didasarkan
pada dua unsur yang saling terkait yaitu hokum dan
kepercayaan. Suatu bank hanya dapat melakukan kegiatan
dan mengembangkan banknya, apabila masyarakat percaya
untuk menempatkan uangnya pada produk-produk
perbankan yang ada pada bank. Berdasarkan kepercayaan
masyarakat tersebut, bank dapat memobilisir dana dari
masyarakat untuk ditempatkan pada banknya, dan bank
akan memberikan jasa-jasa perbankan.34
Menurut Barnes, beberapa elemen penting dari
kepercayaan adalah:35
a. Kepercayaan merupakan perkembangan dari
pengalaman dan tindakan di masa lalu watak yang
33
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan
Terjemahnya, Jakarta: Depag RI, 1997, h. 63. 34
Ronny Sautma Hotma, Hubungan Bank dan Nasabah Terhadap
Produk Tabungan dan Deposito, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1995,
hlm. 32 35
www.formulabisnis.com/?id=ken_kanaidi diakses pada tanggal 21
Mei 2016.
39
diharapkan dari mitra seperti dapat dipercaya dan dapat
dihandalkan.
b. Kepercayaan melibatkan kesediaan untuk menempatkan
diri dalam risiko.
c. Kepercayaan melibatkan perasaan aman dan yakin
padadiri mitra.
Komponen-komponen kepercayaan ini dapat diberi
label sebagai dapat diprediksi, dapat diandalkan dan
keyakinan. Dapat diprediksi direfleksikan oleh pelanggan
yang mengatakan bahwa mereka berurusan dengan
perusahaan tertentu karena “saya dapat mengharapkannya.”
Dapat diandalkan merupakan hasil dari suatu hubungan yang
berkembang sampai pada titik dimana penekanan beralih
dari perilaku tertentu kepada kualitas individu – kepercayaan
pada individunya, bukan pada tindakan tertentu. Keyakinan
direfleksikan dari perasaan aman dalam diri pelanggan
bahwa mitra mereka dalam hubungan tersebut akan
„menjaga mereka‟.
Perkembangan kepercayaan, seharusnya menjadi
komponen fundamental dari strategi pemasaran yang
ditujukan untuk mengarah pada penciptaan hubungan
nasabah sejati. Nasabah harus mampu merasakan bahwa dia
dapat mengandalkan perusahaan, bahwa perusahaan dapat
dipercaya. Akan tetapi, untuk membangun kepercayaan
40
membutuhkan waktu lama dan hanya dapat berkembang
setelah pertemuan yang berulangkali dengan nasabah. Lebih
penting, kepercayaan berkembang setelah seorang individu
mengambil risiko dalam berhubungan dengan mitranya. Hal
ini menunjukkan bahwa membangun hubungan yang dapat
dipercaya akan lebih mungkin terjadi dalam sektor industri
tertentu–terutama yang melibatkan pengambilan risiko oleh
pelanggan dalam jangka pendek atau membutuhkan obligasi
jangka panjang. Peppers and Rogers menyatakan bahwa
komponen-komponen kepercayaan adalah:36
a. Kredibilitas. Kredibilitas berarti bahwa karyawan jujur
dan kata-katanya dapat dipercaya. Kredibilitas harus
dilakukan dengan kata-kata, “saya dapat mempercayai
apa yang dikatakannya mengenai ….” bentuk lain yang
berhubungan adalah believability dan truthfulness.
b. Reliabilitas. Reliabilitas berarti sesuatu yang bersifat
reliable atau dapat dihandalkan. Ini berarti berhubungan
dengan kualitas individu/organisasi. Reliabilitas harus
dilakukan dengan tindakan; “saya dapat mempercayai
apa yang akan dilakukannya. …” Bentuk lain yang
berhubungan adalah predictability dan familiarity
36
Wijaya, Serly dan Thio,Sienny "Implementasi Membership Card
Dan Pengaruhnya Dalam Meningkatkan Loyalitas Pengunjung Restoran
di Surabaya"Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Petra;206, h. 33
41
Intimacy. Kata yang berhubungan adalah integritas
yang berarti karyawan memiliki kualitas sebagai
karyawan yang memiliki prinsip moral yang kuat.
Integritas menunjukkan adanya internal consistency,
ada kesesuaian antara apa yang dikatakan dan
dilakukan, ada konsistensi antara pikiran dan tindakan.
Selain itu integritas juga menunjukkan adanya
ketulusan.
2. Kepuasan Nasabah
a. Pengertian kepuasan nasabah
Spreng et al. menyatakan bahwa kepuasan
adalah perasaan puas pelanggan timbul ketika
konsumen membandingkan persepsi mereka mengenai
kinerja produk atau jasa dengan harapan mereka.
Kotler and Keller (2000), menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan adalah perasaan senang atau
kekecewaan seseorang setelah membandingkan kinerja
atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya. Dari beberapa uraian tersebut dapat
diketahui bahwa kepuasan konsumen dihasilkan dari
proses perbandingan antara kinerjayang dirasakan
42
dengan harapannya, yang menghasilkan
disconfirmation paradigm.37
Fornell et al. (dikutip oleh Kusmayadi 2007)
dalam temuannya menyebutkan bahwa (1) kepuasan
konsumen secara menyeluruh adalah hasil evaluasi dari
pengalaman konsumsi sekarang yang berasal dari
keandalan dan standarisasi pelayanan; (2) kepuasan
konsumen secara menyeluruh adalah hasil
perbandingan tingkat kepuasan dari usaha yang sejenis,
dan (3) bahwa kepuasan konsumen secara menyeluruh
diukur berdasarkan pengalaman dengan indikator
harapan secara keseluruhan, harapan yang berhubungan
dengan kebiasaan, dan harapan yang berhubungan
dengan keterandalan jasa tersebut.
Oliver and De Sarbo (dikutip oleh Kusmayadi
2007) memandang tingkat kepuasan (satisfaction)
timbul karena adanya suatu transaksi khusus antara
produsen dengan konsumen yang merupakan kondisi
psikologis yang dihasilkan ketika factor emosi
mendorong harapan (expectations) dan disesuaikan
dengan pengalaman mengkonsumsi sebelumnya
(perception).
37
Kotler, Philip, Manajemen Pemasaran, Prenhallindo, Jakarta, 2000,
h. 71
43
b. Faktor-faktor pendorong kepuasan nasabah
Menurut Handi Iraqian, kepuasan pelanggan
atau nasabah dapat dimaksimalkan oleh suatu
perusahaan dengan memperhatikan hal-hal sebagai
berikut:
1) Kualitas produk
Pelanggan atau nasabah akan puas kalau setelah
membeli dan menggunakan produk tersebut, yang
mana kualitas produknya baik.
2) Harga
Untuk pelanggan atau nasabah yang sensitif,
biasanya harga murah adalah sumber kepuasan.
3) Kualitas pelayanan
Kualitas pelayanan sangat bergantung pada tiga
hal,yaitu: sistem, teknologi, dan manusia.
4) Faktor emosi
Faktor emosi relatif penting. Kepuasan pelanggan
atau nasabah dapat timbul pada saat memakai
produk yang memiliki brand image yang baik.
5) Kemudahan
Pelanggan semakin puas apabila relatif mudah,
nyaman, dan efisien dalam mendapatkan produk
atau pelayanan yang telah disampaikan.
44
Berdasarkan penjelasan di atas dapat diketahui
bahwa hal-hal yang mendorong munculnya kepuasan
tidak lain bermuara pada proses kinerja secara
menyeluruh yang harus terlaksana dalam suatu produk.
Apabila proses tersebut tidak atau belum terpenuhi,
maka kepuasan pelanggan atau nasabah tidak dapat
maksimal.38
38
M.Syukron Efendi, Skripsi tentang Korelasi Citra Produk
Tabungan Harian Mudharabah dengan Kepuasan Nasabah di Kantor
Cabang Kospin Tawakal Kaliwungu, Semarang: Fakultas Sariah, 2010, h.
23