BAB III PIAGAM MADINAH
Islam mewakili sebuah alternatif yang hidup bagi sistem-sistem politik Barat, yang
banyak menyembuhkan penyakit-penyakit politik dan sosial, yang diasosiasikan dengan Barat, tetapi hanya jika kaum intelektual Muslim berusaha untuk melakukan analisis yang sistematis tentang penerapan Islam dalam menjawab masalah-masalah moderen
ALI BULAC [Turki, lahir 1951]
Dikutip dari Charles Kurzman, 2003
A. Makkah Sebelum Islam
Untuk memahami perjalanan bangsa Arab, dengan
beragam pola kehidupan dan budayanya yang unik, tidak bisa
meninggalkan kota Makkah, wilayah yang menampung dan menjadi
pusat aktivitas mereka, serta memberi sumber kehidupan sehingga
bisa bertahan hidup, dalam jangka waktu yang lama. Kota ini masih
tetap menduduki posisi penting hingga Islam lahir dibawa
Rasulullah Muhammad. Bahkan Makkah –dan Madinah-- menjadi
pembeda periode turunnya wahyu,1 serta berpengaruh banyak
dengan perkembangan Islam pada masa-masa selanjutnya.
Makkah juga menjadi “saksi” lahir dan tumbuhnya Islam.
Mengkaji aktifitas ekonomi, politik, gegrafi, seni, sosial budaya, adat-
istiadat, dan agama masyarakat Makkah, bisa diketahui sampai
sejauh mana urgensitas kota tersebut bagi penduduknya. Juga bisa
mengungkap pola perilaku yang normatif, baik cara berfikir maupun
cara merasa dan bertindak yang harus dipatuhi oleh seluruh anggota
masyarakatnya. Pola-pola perilaku kehidupan tersebut melahirkan
1 Periode Makkah yaitu sejak Rasulullah menerima wahyu pertama (5
ayat dari surah al-Alaq) sampai Rasulullah hijrah ke Madinah tahun 622 M. Sedangkan periode Madinah yaitu sejak hijrah tahun 622 M hingga beliau Nabi wafat pada 12 Rabi’ul Awwal 11 H, bertepatan 8 Juni 632 M, yang beberapa bulan sebelumnya beliau menerima wahyu terakhir (ayat 3 dari surah al-Maidah) pada waktu beliau melaksanakan haji Wada’ (perpisahan) tahun 632 M. Lihat Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 1.
| 37
kebudayaan Makkah. Juga mengetahui "nalar" dan pandangan
hidup (why of live) yang melandasi segala perilaku dan keputusan
dalam bermasyarakat.
Menurut E. B. Taylor, definisi kebudayaan mencakup
aspek-aspek pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum,
adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-
kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat.2
Dalam sejarah monumentalnya, Makkah diselamatkan
Allah dari amukan pasukan gajah Abrahah, yang berambisi
meratakan Ka'bah dengan tanah Makkah, serta menjadikan
penghuninya sebagai budak yang dipekerjakan. Atas kebesaran dan
keadilan-Nya, datang sekawanan burung dari arah laut. Burung-
burung itu mirip seriti atau jalak, yang setiap satunya membawa tiga
buah kerikil seperti buah kacang. Satu di paruh dan dua lagi di cakar
kaki. Pasukan gajah porak-poranda karena lemparan batu para
burung ini. Abrahah, pimpinan pasukan yang meninggalkan
Makkah menuju Yaman untuk menyelamatkan diri, akhirnya mati
secara mengenaskan di perjalanan.3 Kisah ini terrekam secara naratif
dalam salah satu surah al Quran (al Fiil/105: 1-5).
Makkah juga disebut di literatur Yunani dengan sebutan
Macoraba, dalam bahasa Arab Maqrab, tempat penyembelihan Ismail
putra Ibrahim sebagaimana disebut dalam al Quran. Penyebutan
Makkah dalam litertaur Yunani mengindikasikan keunikan dan
ketuaannya. Sebutan lain adalah 'Ummul Qura, yang berarti induk
2 Dikutip J. Suyuthi Pulungan, ibid., hlm. 25, dari E. B. Taylor, Primitive
Culture, New York: Brentano's, 1924, hlm. 1. 3 Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, terj. Dewi Candraningrum,
op. cit., hlm. 38.
| 38
desa-desa, yang tiada lain adalah Ibu Kota, kota percontohan masa
depan.4
a. Letak Geografis
Posisi kota Makkah terletak di dalam lembah yang
dikelilingi oleh bukit-bukit barisan, yang hampir menutupinya.
Sebagai pusat agama (kota suci) dan pusat perdagangan, Makkah
memiliki sejarah panjang dan unik. Sebagai pusat aktifitas
keagamaan (tempat penyembahan berhala), Makkah merupakan
tempat Ka’bah (Bait Allah) berada, yang selalu didatangi oleh
berbagai suku dari berbagai penjuru Jazirah Arab dalam setiap
tahunnya pada bulan-bulan suci untuk haji.
b. Ekonomi
Makkah adalah kota dagang yang sibuk. Kota yang
menjadi transit perdagangan Timur-Barat. Jalan keluar masuk dari
dan ke Makkah melalui tiga jalur, sebelah selatan menuju Yaman,
sebelah utara menuju Yatsrib, Palestina dan Syiria, dan sebelah barat
menuju Laut Merah dan Jeddah. Posisi ini berpengaruh positif
terhadap income ekonomi penduduk kota ini, yang aktifitas
utamanya adalah dagang. Kafilah dagang mereka menjadi
penghubung barang-barang perdagangan antara Timur–Barat.
Mereka membeli barang-barang dari India dan Tiongkok di Yaman,
kemudian menjualnya di Syria. Di kota ini, mereka membeli barang-
barang yang bisa dijual di Makkah dan Yaman. Bisa dikatakan,
tonggak ekonomi Makkah adalah perdagangan.5
4 Lihat M. Zuhri, op. cit., hlm. 14. 5 Aktifitas dagang orang-orang Arab (Quraisy) sudah sangat dikenal
dunia luas, saat itu. Mereka membentuk "Sindikat Dagang Internasional", lihat Ali Romdhoni, Membangun Kemandirian Petani, dalam Surat Kabar Mahasiswa AMANAT Institut Agama Islam Negeri Walisongo, Edisi 105/Desember 2005, Semarang, 2005, hlm. 10-11. Bahkan Montgomery Watt menjuluki Makkah tidak
| 39
Sebagian penduduk bercocok tanam dengan
mengusahakan perkebunan (tanaman kurma). Sedangkan mata
pencaharian kaum Baduwi6 adalah berternak kambing, biri-biri,
kuda, dan unta.7 Apabila kuda cocok untuk berperang, maka unta
berfungsi sebagai alat trasportasi, alat tukar untuk memperoleh
barang-barang kebutuhan, dagingnya dimakan dan air susunya
diminum. Unta adalah hewan yang tahan banting dan berharga.
Begitu berharganya, unta dapat juga digunakan sebagai maskawin
(mahar, uang atau barang berharga yang harus diyar oleh pihak pria
kepada mempelai wanita), denda atas pembunuhan, perjudian, serta
kekayaan saudagar atau kepala suku juga dinyatakan dalam nilai
unta.8
Masyarakat Baduwi juga dikenal sebagai kelompok
penduduk yang miskin. Karena itu mereka hidup dengan berpindah-
pindah. Logikanya, tidak mungkin mereka meninggalkan kekayaan
materi di tempat asal mereka dan memilih pindah ke tempat lain.
Mereka bekerja apa saja untuk bertahan hidup. Tidak mengenal tata
hanya sebagai pusat perdagangan, tetapi pusat keuangan, lihat M. Zuhri, ibid., hlm. 15.
6 Dilihat dari kondisi alamnya, --sebagian besar tandus serta kering dan hanya sebagain kecil yang subur-- masyarakat Makkah (Arab) terbagi menjadi dua; mereka yang tinggal di perkotaan dan yang bermukim di pedesaan. Kaum Baduwi ialah masyarakat Arab yang bertempat tinggal di pedalaman (pedesaan), dengan pola hidup nomaden. Sedangkan yang di kawasan perkotaan hidup dengan lebih teratur. Namun begitu, jiwa pengembaraannya sangat kuat. Lebih-lebih terkait aktifitas dagang. Lihat surah Quraisy/106: 1-5.
7 Unta dan kuda merupakan jenis hewan yang berharga bagi masyarakat Arab. Dalam Sirah Ibn Ishaq, Jilid I, hlm. 35-37, diceritakan, Abrahah adalah laki-laki pendek dan gemuk yang berhasil merebut kekuasaan di Yaman dari tangan Aryat, raja bawahan yang berkuasa di Yaman. Abrahah kemudian menggantikan kedudukan Aryat di Yaman sebagai penguasa yang kejam. Suatu ketika raja yang beragama Nasrani ini bermaksud menaklukkan suku-suku yang berkuasa di Makkah. Saat itu pimpinan suku Quraisy Makkah adalah Abdul Muththalib, kakek Nabi Muhammad. Abrahah berhasil merampas 2 ratus ekor unta milik Abdul Muththalib. Tapi akhirnya unta-unta tersebut dikembalikan.
8 Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 28.
| 40
kerama, halal haram yang penting bisa bertahan. Kondisi ini
menjadikan mereka memiliki pandangan bahwa perampokan adalah
pekerjaan yang lumrah dan sah sebagaimana pekerjaan halal seperti
bertani dan berkebun.
Alkisah, anak keturunan Nabit bin Isma'il bersama kakek
mereka, Mudzadz bin 'Amr, dan paman-paman dari pihak ibu
mereka dari (kabilah) Jurhum, dan anak keturunan Qatura, sepupu
Jurhum, waktu itu adalah penduduk Makkah. Mereka datang dari
Yaman, dan mengadakan perjalanan bersama ke Makkah. Mudzadz
memimpin suku Jurhum, sementara suku Qatura dipimpin oleh
Samaida'. Ketika meninggalkan Yaman, mereka sepakat memilih
pimpinan untuk mengatur urusan mereka. Sesampainya di Makkah,
mereka melihat sebuah kota penuh anugerah, banyak air dan pohon.
Mereka memutuskan untuk tinggal di tempat itu. Mudzadz bersama
orang Jurhum menetap di dataran atas dari Makkah, tepatnya di
Qu'aiqi'an. Mereka bertahan hidup dengan mengambil pungutan
dari siapa saja yang memasuki Makkah dari atas. Sementara itu,
Samaida' dengan orang Qatura' menetap di Ajiyad, daerah bawah
kota Makkah. Kelompok ini mengambil pungutan dari orang-orang
yang datang ke Makkah dari bawah.9
c. Karakter Masyarakat
Masyarakat Makkah, sebagai bagian dari bangsa Arab,
dikenal memiliki rasa solidaritas yang tinggi yang menumbuhkan
sikap loyal kepada kesatuan suku-suku mereka. Kecenderungan
mereka disebut Ashabiyyah, semangat yang rentan dapat
menimbulkan chauvinisme, memandang orang/suku lain sebagai
musuh. Setiap suku merasa yakin bisa hidup sendiri tanpa
9 Baca lebih detail, Jurhum dan Pengurukan Sumur Zamzam, dalam Sirah
Ibnu Ishaq, Jilid I, terj. Dewi Candraningrum, op. cit., hlm. 65.
| 41
membutuhkan suku lain. Kondisi ini menjadikan hubungan
harmonis antara satu suku dengan suku lain nyaris tidak ada.
Karenanya, setiap anggota suku wajib membela sesama anggota
suku ketika dalam keadaan bahaya, sekalipun sesungguhnya dalam
posisi bersalah.10 Alhasil, tindakan perseorangan menjadi tanggung
jawab sukunya.
Dendam pembunuhan dalam masyarakat ini bisa
berlangsung selama 40 tahun, yang mengakibatkan sering terjadi
permusuhan atau peperangan antar suku.11 Semangat permusuhan
masyarakat Arab ini terrekam dalam salah satu syair Arab kuno.
يهدم ومن اليظلم الناس يظلم–ومن مل يذد عن حوضه بسالحه
Siapa yang tidak mempertahankan sumurnya dengan senjatanya, ia akan
dirobohkan. Dan siapa yang tidak menganiaya (orang lain), ia akan
dianiaya.12 Syair ini mengingatkan sebuah tradisi, yang di Indonesia,
dikenal dengan "hukum rimba". Dua pilihan yang harus diambil,
membunuh atau dibunuh. Memangsa atau dimangsa.
Semangat Ashabiyyah juga bedampak pada sikap eksklusiv
terhadap suku lain. Akibatnya, mereka mudah sekali terpecah-belah.
Masing-masing suku tidak mempunyai keprihatinan sosial terhadap
nasib suku lain. Fenomena ini menjadi karakter masyarakat Arab
hingga masa awal Islam. Menurut Suyuthi Pulungan, pada masa
10 Lihat Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 40. 11 Peperangan paling masyhur di kalangan Arab jahiliyyah adalah
perang Busus, antara suku Bakar dan Taghlib di Timur Laut Arabia. Kemudian perang Dahis, dan al-Ghubra, yaitu perang antara dua pimpinan suku ini di Arabia Tengah, masing-masing berlangsung 40 tahun karena masalah sepele. Perang Fijar, yaitu perang antara suku-suku di Hijaz yang berlangsung selama 4 tahun. Peperangan antara suku ini dikenal dengan istilah Ayyam al-Arab (The Days of the Arabian). Cerita lebih detail, baca Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 40-41.
12 al-Iskandari dan Anani, dalam Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 42.
| 42
Nabi, sifat tersebut bisa hilang. Tetapi setelah beliau wafat semangat
Ashabiyyat tumbuh kembali.13
Namun demikian, masyarakat Arab Makkah juga memiliki
tipologi/watak sebagai masyarakat yang sangat apresiatif terhadap
sifat terpuji (budiman) seseorang. Hal ini, di antaranya, terjadi pada
peristiwa peletakan hajar aswad, yang akibat banjir besar melanda
Makkah, batu hitam itu pun terlempar dari tempatnya semula.
Setelah renovasi Ka’bah selesai, para petinggi suku kota itu
bertengkar, berebut bisa mengembalikan batu itu ke tempat asalnya.
Dalam anggapan mereka, suku dianggap terhormat apa bila
pimpinannya berhasil menjadi orang yang meletakkan batu hitam
itu.
Muhammad, yang ketika itu berusia tiga puluh lima tahun,
lima tahun menjelang kenabiannya, berjasa besar memberi solusi
secara adil, mengajak wakil dari setiap suku bersama-sama
mengangkat hajar aswad yang ditaruh di atas surban. Para pemimpin
suku memegangi sudut surban, sementara beliau Nabi sendiri yang
menaruh hajar aswad di tempat asalnya. Ternyata mereka puas dan
senang atas keputusan Muhammad. Saat itu, mereka berterima kasih
dengan menjuluki Muhammad sebagai al Amin, orang terpercaya.14
Selain appreciate pada jasa orang lain, masyarakat Arab
juga memiliki kode etik kehidupan, sifat positif dan terpuji yang
potensial menjadi bangsa berperadaban. Tetapi, terkadang satu sifat
dengan sifat lain saling kontadiktif. Sifat-sifat ini merupakan ciri
kehidupan padang pasir. Pertama, kesetiaan atau solidaritas
kesukuan yang tinggi. Setiap anggota suku wajib membela
13 Lihat catatan Suyuthi Pulungan, ibid., hlm. 42. 14 Muhammad telah menyelamatkan para pimpinan suku Arab dari
pertikaian, semua fihak bisa terlibat dan merasa terhormat. Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, hlm. 126-128, lihat juga Suyuthi Pulungan, ibid., hlm. 41.
| 43
kepentingan sesama anggota suku, sekalipun salah, dan dengan cara
salah. Ketika ada anggota suku dibunuh suku lain maka siapa pun
dari anggota suku tersebut layak dibunuh, meskipun bukan pelaku.
Lebih-lebih apa bila yang terbunuh adalah kepala suku. Konfliknya
bisa berkepanjangan, karena harga nyawa kepala suku bagi mereka
lebih mahal dari nyawa biasa.
Kedua, keberanian. Kalau orang ingin survive, dia harus
memiliki keberanian. Berani adalah modal utama yang bisa
dibanggakan. Tanpa keberanian, orang lain akan mudah
mencemooh. Sifat keberanian terwujud dalam kekerasan dalam
mempertahankan hidup di alam yang ganas, selain untuk
kehormatan suku. Harga diri suku diukur dengan berapa banyak si
pemberani yang dimiliki. Suku menjadi terhormat bila memiliki
banyak pemberani. Kekerasan antar suku menjadi "mahkamah
penentu" status ini. Kondisi ini menimbulkan seringnya terjadi
konflik antar suku. Ketiga, dermawan atau murah hati. Budaya ini
lahir dari kondisi alam yang kurang ramah dengan banyaknya para
pengembara yang membutuhkan pertolongaan di tengah perjalanan.
Akibatnya, sifat dermawan dan penolong menjadi sifat mulia karena
sangat membantu masalah sosial di lapangan. Kondisi ini membuat
mereka berlomba mencapai status itu. Tetapi yang timbul adalah
pola hidup bermegah-megah sebagai ukuran kemuliaan seseorang.15
Keempat, memenuhi janji. Dengan memenuhi janji berarti
seseorang telah menjaga kredibilitas suku. Walaupun kehidupan
kerasan dan kasar, serta perselisihan antar suku menjadi fenomena
15 Dalam tradisi Arab, untuk mengatakan orang dermawan adalah
"orang yang banyak debu dapurnya", atau "orang yang banyak mengepulkan asap". Bahasa konotasi ini mengandung maksud bahwa orang ini sering memasak untuk menjamu para tamunya, sehingga orang yang demikian adalah orang yang mulia dan dermawan.
| 44
keseharian, namun suku atau pribadi masih memiliki harga diri dan
masih ingin diperhitungkan. Kejujuran dipraktekkan ketika melunasi
hutang dan janji, juga untuk memperkuat ikatan primordial. Kelima,
sabar. Sifat sabar merupakan nilai moral yang paling tinggi bagi
bangsa Arab, untuk kuat menderita di alam gersang. Tapi puncak
kesabaran ini termanifestasi pada kemampuan memikul derita di
medan perang.16
d. Kepercayaan
Masyarakat Arab tidak hanya teguh dalam memegang janji
dengan sesama manusia, tetapi juga konsisten untuk menepati janji
dengan Tuhan mereka (ketika mereka ber-nadzar atau qasam).
Masyarakat Arab adalah bangsa yang meyakini adanya kekuatan
gaib ("Tuhan"), sebagai sumber kehidupan yang memengaruhi
kesejahteraan dan penderitaan hidup manusia. Mereka mendekatkan
diri kepada-Nya dan melakukan penyembahan ritualitas keagamaan.
Kepercayaan kepada adanya Tuhan mereka warisi secara turun
temurun dari Nabi Ibrahim dan anaknya, Ismail. Ajaran ini disebut
millah hanifiyyah atau agama monoteis. Dalam al Quran, Ibrahim
disebut hanif dan Muslim.17
Keteguhan orang Arab dalam menepati janji (dengan
Tuhan), misalnya, kita dapati dalam kisah Abdul Muththalib ketika
bernadzar mengorbankan salah satu anaknya untuk Tuhan di Ka'bah.
Diceritakan oleh Ibnu Ishaq dalm Sirah Nabawiyyah-nya, ketika Abdul
Muththalib menghadapi desakan orang-orang Quraisy ketika dia
16 Lihat M. Zuhri, Kiprah Politik Muhammad, op. cit., hlm. 18-19. Lihat
juga Nourrouzzaman Shiddieqy, Pengantar Sejarah Muslum, dalam Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 43.
17 Surah Ali Imron/3: 67 ( لكنا وانيرصال نا ووديهي اهيمرا كان إبم ا كان منملما وسنيفا مكان حركنيشالم). Hanif adalah agama yang mengajarkan keyakinan ke-esaan (ketauhidan) kepada Allah sebagai pencipta alam semesta, yang menghidupkan dan mematikan, pemberi rizki, menentukan baik dan buruk, dsb.
| 45
menggali sumur Zamzam, dia bernadzar, seandainya dia memiliki
sepuluh anak laki-laki yang dapat membantu dan melindunginya
dalam masalah itu, dia akan mengorbankan salah satunya untuk
Tuhan di Ka'bah. Sumpah kakek Nabi ini ternyata didengar oleh
Tuhan; dia memiliki sepuluh putra yang telah menginjak dewasa.
Kesepuluh anaknya dikumpulkan dan diberitahu perihal sumpah
yang sudah terucap dari mulut sang ayah. Abdul Muththalib
meminta mereka semua untuk tetap setia kepada Tuhan. Anak-anak
Abdul Muththalib adalah putra yang berbakti pada orang tua dan
setia pada Tuhan. Mereka mematuhi apa kata sang ayah dan siap
melakukan perintah.
Singkat cerita, masyarakat Arab (Quraisy) mendengar
rencana Abdul Muththalib. Mereka meminta agar Abdul Muththalib
mengurungkan niat untuk mengorbankan anaknya. Bahkan salah
satu dari masyarakat Quraisy, Mughira bin Abdullah, berkata: "Demi
Tuhan, kalau kita dapat menebusnya dengan persembahan yang
lain, kita akan menebusnya, sekalipun dia meminta seluruh harta
kita". Abdul Muththalib menolak karena sudah berucap sumpah.
Tetapi masyarakat tetap memohon untuk mencari solusi terbaik.
Akhirnya mereka sepakat meminta bantuan kepada seorang
paranormal perempuan di Khaibar. Setelah melalui proses yang
rumit, dan atas bantuan paranormal, korban bisa diganti dengan
seratus ekor unta. 18
Namun demikian, pada praktek keagamaan dalam
kehidupan sehari-hari telah terjadi penyimpangan. Penyembahan
18 Baca ceritanya dengan detail, Sumpah Abdul Muththalib untuk
Mengorbankan Anaknya, dalam Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, terj. Dewi Candraningrum, op. cit., hlm. 97-100.
| 46
kepada Tuhan telah bercampur dengan takhayul dan kemusyrikan.19
Penyimpangan dari agama hanifiyyah itu disebut agama watsaniyyah
(yang menyembah berhala), menyembah anshab, autsan, dan shnam,
yaitu patung-patung yang terbuat dari batu, kayu, emas, perak, dan
logam.20 Keyakinan mereka telah berpindah menjadi paganisme
politeistik; patung-patung atau berhala-berhala itu telah mereka
jadikan sebagai perantara (wasilah) untuk menyembah dan
mendekatkan diri kepada Allah.21
Mereka (para penyembah selain Allah, patung) berdalih,
"Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan
kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya" ( ا نلفىما إلى الله زونبقرإلا لي مهدبع )
surah al Zumar/39: 3, berhala-berhala yang mereka sembah itu juga
mempunyai nama yang populer, bahkan terrekam dan disebut
dalam al Quran yaitu al lata, al 'uzza, dan manata ( اللات متأيى ومنوة أفرزالعو
surah al Najm/53: 19-20,22 masing-masing mewakili (الثالثة االخرى
matahari, (planet) venus, dan dewi fortuna.
Menurut Hasan Ibrahim, Pusat penyembahan berhala
bertempat di Makkah, kota suci, tempat pelaksanaan ibadah haji
tahunan sejak Nabi Ibrahim, yang dihadiri berbagai suku dari
19 Kepercayaan mereka telah mengalami penyimpangan apa bila
diukur dengan ajaran agama Ibrahim, ajaran yang sebenarnya mereka anut, yang inti ajarannya adalah menauhidkan (mengesakan) Allah.
20 Penyimpangan praktek ritual keagamaan mereka merupakan pengaruh dari kepercayaan Yunani terhadap penduduk Makkah dan Arabia Selatan. Karena agama Baduwi Arab pra Islam adalah menyembah roh bukan patung/gambar, lihat Annemarie Schimmel, Dan Muhammad adalah Utusan Allah, terj. Rahmani Astuti, Bandung: Mizan, 1991, hlm. 25.
21 Amr ibn Lu'iy adalah orang Arab yang pertama kali mengubah agama Isma'il/Ibrahim, membangun banyak berhala dan menciptakan adat Bahira, Sa'iba, Wasila, dan Hami. Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibn Ishaq, op. cit., hlm. 50.
22 Penjelasan ayat: "Maka apakah patut kamu (hai orang-orang musyrik) menganggap al-lata dan al-'uzza, dan manah yang ketiga, yang paling terkemudian (sebagai anak perempuan Allah). Ketiga berhala tersebut, oleh masyarakat Arab (jahiliyyah) disembah dan dianggap sebagai anak perempuan Allah.
| 47
berbagai penjuru. Setiap keluarga dan kabilah mempunyai berhala
yang ditempatkan di Ka’bah, sehingga jumlahnya mencapai 360
buah. Sedangkan menurut Guillaume, penyembahan primitif orang
Arab bukan hanya kepada berhala, tetapi juga kepada "tuhan" (‘t’
kecil) atau roh yang diyakini menghuni batu-batu besar, karang,
pohon, dan sumber mata air.
Ada juga beberapa orang (dari Quraisy) yang memeluk
agama Kristen/Masehi. Diantara mereka terdapat kelompok kecil
yang masih berpegang pada agama hanifiyyah yang dibawa Nabi
Ibrahim. Mereka tampil sebagai da’I, yang mengajak orang-orang
Arab agar meninggalkan penyembahan bergala dan tradisi sesat,
seperti membunuh bayi perempuan, minum khamar dan berjudi.
Merek juga mengingatkan masyarakat Arab perihal adanya hari
kebangkitan, keesaan Allah, balasan dan hukuman atas perbuatan
baik dan jahat.
Di antara da’i-da’I ada yang bernama Umayyat Abi Shalt,
Waraqat bin Naufal, dan Qus bin Sa’idat al Iyadi. Umayyat bin Shalt
adalah seorang penyair terkenal yang mengharapkan kedatangan
Nabi terakhir.23 Naufal adalah anak paman (saudara sepupu)
Khadijah, seorang alim yang bijaksana dan memiliki naskah injil. Dia
adalah yang dimintai nasehat oleh Khadijah, ketika Nabi menerima
wahyu pertama. Sedangkan Qus adalah seorang hakim dan orator
yang fasih, yang suatu ketika Muhammad pernah mendengarkan
pidatonya di Pasar ‘Ukazh. Dalam orasinya ketika itu, Qus mengajak
masyarakat Arab agar meninggalkan tradisi yang sesat dan ia juga
memberitahu akan lahir seorang rasul terakhir.24
23 Namun, pada akhirnya, ketika Muhammad lahir dan diangkat
menjadi Nabi, dia sangat membencinya. 24 Lihat Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 36-37.
| 48
Dengan demikian, dalam hal kepercayaan masyarakat
Makkah bercorak homogen, yaitu bangsa Arab yang mayoritas
penganut paganisme, disamping segelintir penganut hanifiyyah, dan
Kristen. Terlepas dari apa keyakinannya, bangsa Arab adalah
masyarakat agamis (berketuhanan), dan religius. Corak sebagai
masyarakat agamis ini sudah disandang sejak lama, setidaknya
sejarah bisa kita baca mulai Nabi Ibrahim menancapkan batu
landasan aqidah di kawasan ini. Sebuah agama yang inti ajarannya
menauhidkan (mengesakan) Allah, yang dikenal dengan sebutan
hanif. Surah al-Nahl/16: 123, menjelaskan: Kemudian Kami wahyukan
kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif."
Dan dia bukanlah termasuk orang yang menyekutukan Tuhan, ( حأو أن م كا إليني
ـركنيشالم ا كان منمنيفا وح اهيمرملة إب بعات). Yang dimaksud dengan Hanif adalah
seorang yang berpegang kepada kebenaran, dan tidak pernah
meninggalkannya.25 Ajaran ini diwarisi, dijaga, dan dilanjutkan
secara turun-temurun oleh anak-cucu Ibrahim (keturunan ras Semit).
Masuk akal apabila budaya beragama tetap melekat sampai waktu
lama.
B. Yatsrib sebelum Islam
Yatsrib merupakan nama lama Madinah al Munawwarah.
Perubahan nama dilakukan oleh Nabi Muhammad, ketika beliau
berdiam di kota yang saat ini ramai dikunjungi oleh kaum Muslimin
ini. Apa bila Makkah disebut-sebut dalam literatur Yunani, maka
25 Baca al-Quran al-Karim, Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-
Quran Departemen Agama Republik Indonesia, Semarang: PT. Tanjung Mas Inti, 1992.hlm. 420.
| 49
Yatsrib sudah disebut-sebut dalam tulisan Ma'ini, yang juga
mengindikasikan keunikannya. 26
a. Letak Geografis
Posisi Madinah berada lebih kurang 300 mil, atau sekitar
600 km di sebelah utara Makkah.27 Kondisi alamnya lebih
menguntungkan ketimbang kota dagang Makkah. Di samping
posisinya yang strategis, di jalan yang menghubungkan Yaman dan
Syiria, Madinah memiliki oase-oase yang dipergunakan untuk
penanaman kurma, biji-bijian dan sayur-mayur untuk dimakan.28
Secara geografis, kota ini datar, dikelilingi gunung dan bukit bukit
serta beriklim gurun.
b. Ekonomi
Tonggak penting ekonomi Madinah adalah sektor
pertanian dan perkebunan,29 lebih-lebih perkebunan kurma. Hasil
26 Masa setelah Nabi Muhammad wafat, kota ini dikenal sebagai pusat
kekhalifahan. Terdapat tiga Khalifah yang memerintah di kota ini, yakni Abu Bakar, Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan. Pada masa Ali ibn Abi Thalib, pemerintahan dipindahkan ke Kufah, Irak karena terjadi gejolak politik akibat terbunuhnya khalifah Utsman oleh kaum pemberontak. Selanjutnya, ketika kekuasaan beralih kepada bani Umayyah, pemerintahan dipindahkan ke Damaskus, dan ketika pemerintahan berpindah kepada bani Abassiyah, pemerintahan dipindahkan ke kota Baghdad. Saat ini, Madinah dan Mekkah di bawah pelayanan pemerintah Kerajaan Arab Saudi. Baca juga Akram Diyauddin Umari, op. cit., hlm. 63.
27 Pada masa lalu memerlukan waktu cukup lama untuk mencapai Madinah dari Makkah. Dengan menggunakan kendaraan unta, Madinah bisa dicapai kurang lebih satu bulan dari Makkah. Sedangkan saat ini dapat ditempuh kurang lebih 6 jam melalui jalan bebas hambatan yang dibangun oleh pemerintah Arab Saudi. Konon, pada masa kekuasaan Usmaniyah di Turki, terdapat jalur Kereta Api (KA) yang menghubungkan Madinah dengan Amman, Yordania serta Damaskus, Syria. Jalur ini merupakan bagian dari jalur KA Istambul (Turki)-Haifa (Israel) yang dikenal dengan nama Hejaz Railway. Kini, jalur itu sudah tidak ada lagi dan stasiun KA Madinah dijadikan Museum. Jalur ini dulu digunakan untuk kelancaran pengangkutan jama'ah haji. Saat ini, selain menggunakan jalan darat, kota Madinah dapat ditempuh melalui udara dengan bandara berskala Internasional, yang terutama digunakan pada musim haji, selain bandara King Abdul Aziz di Jeddah.
28 Lihat Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 31. 29 Baca Akram, op. cit., hlm. 80.
| 50
kurma Madinah sangat dikenal dan diminati, bahkan hingga
sekarang. Selain peternakan, layaknya penduduk Arab, juga dikenal
usaha perdagangan. Kafilah-kafilah perdagangan mereka sampai
merambah ke Syiria, sekalipun tidak menyamai skala kafilah
perdagangan Arab dari Makkah.30 Menurut Alfred Guillaume, di
teluk utara ‘Aqabah dihuni juga orang-orang Yahudi. Mereka
menetap di sana sebagai pedagang kaya yang menguasai pasar.
Sebagian dari mereka berprofesi sebagai tukang emas dan pembuat
senjata. Menurut Hannah Rahman, kaum Yahudi ini, di kalangan
penduduk Madinah, dipandang sebagai kelompok paling kuat. Pada
suatu waktu mereka berperan mengontrol politik di Yatsrib. Pada
waktu itulah mereka membangun pertanian, dan mendominasi
orang-orang Arab yang hidupnya sangat bergantung kepada
mereka.31 Tetapi pada awal abad ke-6 M orang-orang Arab berhasil
melepaskan diri dari ketergantungan mereka kepada kaum Yahudi.
Situasi yang berbalik ini terjadi ketika orang-orang Masehi di Syam,
yang berada di bawah pengaruh Romawi Timur atau Bizantium
yang beribu kota di Konstantinopel sangat membenci orang-orang
Yahudi. Kondisi ini dipicu oleh anggapan bahwa kaum Yahudi
adalah yang telah menyiksa dan menyalib Isa al Masih. Mereka
meminta bantuan suku Aus dan Khazraj (di Madinah) untuk
memerangi kaum Yahudi. Terjadilah pertempuran dimana banyak
30 Saat ini ditambah sektor pelayanan dan jasa, terutama jasa
pelayanan jama’ah haji. Di antaranya usaha perhotelan dan penginapan. 31 Di Madinah, dalam hal ekonomi, bangsa Yahudi bisa digolongkan
dalam ekonomi kuat, sementara masyarakat Arab adalah golongan ekonomi kelas dua. Yahudi menggunakan sistem rentenir, memberi pinjaman kepada orang Arab dengan bunga cukup tinggi. Akibatnya, banyak di antara mereka yang terjerat hutang dan sulit mengembalikan pinjaman.
| 51
kaum Yahudi terbunuh. Kedudukan Yahudi sebagai “yang
dipertuan” berhasil dijatuhkan.32
Kaum Yahudi mengubah strategi melawan kaum Arab,
dari bentrok secara fisik menjadi politik adu domba. Mereka
memakai siasat memecah belah dengan melakukan intrik,
menyebarkan provokasi permusuhan dan kebencian di tubuh Aus
dan Khazraj, agar mereka saling bermusuhan sehinga mereka tidak
dapat bersatu. Siasat ini berhasil. Kaum Yahudi pun dapat merebut
kembali posisi semula, sebagai yang dipertuan dalam bidang
ekonomi. Siasat Yahudi juga menghasilkan formasi koalisi baru bagi
suku-susku di Madinah. Kelompk Khazraj (Arab) bersekutu dengan
Banu Qainuqa’ (Yahudi), sedangkan kelompok Aus (Arab) bersekutu
dengan Banu Quraidzah dan Banu Nadzir33 --keduanya suku
Yahudi. Persekutuan ini justru melemahkan kekuatan dan kekuasaan
dua suku Arab itu (Khazraj dan Aus), dan Yahudi selalu
mencegahnya agar keduanya tidak melakukan konsolidasi
kekuasaan.
Politik adu domba Yahudi ini mencapai klimaks
permusuhan dua kelompok Arab itu, yaitu timbulnya peperangan
dahsyat antara mereka sekitar tahun 618 M di suatu tempat yang
bernama Bu’ats, dan kemudian terkenal dengan sebutan perang
Bu’ats. Karena besarnya kerugian yang harus ditanggung dua suku
ini, mereka akhirnya menyadari telah dipecundangi Yahudi. Mereka
akhirnya berdamai. Mereka melakukan rekonsiliasi terhadap
perbedaan-perbedaan antara kedua belah pihak suku. Kedua belah
pihak sepakat untuk mengangkat salah seorang dari Khazraj sebagai
32 Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 31. 33 Hannah Rahman (Haifa), Pertentangan antara Nabi dan golongan
Oposisi di Madinah, dalam H. L. Beck dan N. J. G. Kaptein, (redaktur), Pandangan Barat terhadap Islam Lama, Jakarta: INIS, 1980, op. cit., hlm. 66.
| 52
pemimpin di Yatsrib. Dia adalah Abdullah bin Ubay bin Salul yang
bersama keluarganya, memutuskan untuk tetap netral di tengah
berkecamuknya Perang Bu'ats. Di satu sisi, Perang Bu'ats membawa
dampak permusuhan dan menghabiskan banyak kerugian. Tetapi di
sisi lain, menjadikan kedua belah pihak yang berseteru memiliki
keinginan hidup bersama secara damai.34
Aisyah ra. mengamati dengan cermat pengaruh perang
dan konflik terhadap penerimaan mereka terhadap Islam. Dia
(Aisyah) berkata: "Allah menakdirkan terjadinya Perang Bu'ats sebelum
kedatangan Rasulullah saw. Ketika Rasul tiba di Madinah, mereka (Aus dan
Khazraj) terbagi menjadi rival yang berseteru, orang-orang yang
berpengaruh di antara mereka terbunuh atau terluka. Allah menakdirkan ini
semua sebelum datangnya Nabi, sehingga mereka bersedia menerima dan
memeluk Islam."35
Namun demikian, hingga awal masa lahirnya Islam, kaum
Yahudi masih mendominasi kehidupan ekonomi di Hijaz. Lahan
pertanian terbaik dan oase-oase Taima, Fadak, dan Wadi al Qura berada
di bawah kekuasaan mereka. Kemakmuran kaum Yahudi disebabkan
keunggulan pengetahuan mereka di bidang pertanian, irigasi, dan
industri.36 Tadinya, sebagai pengungsi, mereka tidak memiliki apa-
34 Kelelahan dalam konflik dan keinginan untuk damai ini pula yang
menjadi faktor pendorong mereka mudah menerima Islam. Fakta historis menyatakan, Nabi menawarkan konsep hidup berdampingan, walau dengan orang yang "berbeda".
35 Shahih al Bukhari, Lihat Akram, op. cit., hlm. 66-67. Lihat juga Ibnu Hisyam, vol. I, op. cit., hlm 183.
36 Sampai pada masa-masa Islam, sebagian Jazirah Arab, terlebih Madinah, telah berhasil memberdayakan pertanian. Nabi adalah sosok yang sangat getol mengkampanyekan dunia pertanian. Bisa kita jumpai banyak sekali hadits-hadits yang isinya menerangkan mulianya berpetani. Bahkan dalam satu sub bab bahasan disiplin ilmu Fiqih dikenal Ihya' al-Mawat, menghidupkan tanah mati, yang berarti menjadikan tanah yang tadinya tidak produktif, dalam hal pangan, menjadi lahan produktif. Lihat Ali Romdhoni, Membangun Kemandirian Petani, 2005, op. cit., hlm. 10-11.
| 53
apa, mereka kemudian berkembang menjadi para tuan tanah,
pengontrol keuangan, dan perdagangan di Madinah. Dari segi
populasi, saat itu, mereka telah berkembang hingga separuh dari
penduduk kota yang dewasa ini dihuni tidak kurang dari 600.000
jiwa.
Karena itu, sebagai disebut Guillaume, kaum Yahudi
merupakan tantangan bagi orang-orang Arab, baik Quraisy Makkah
maupun Aus dan Khazraj di Madinah. Sebab kegiatan dagang dan
pasar (di Madinah) yang mereka kuasai, disamping memberikan
keuntungan ekonomi juga memberikan akses dan pengaruh
kekuasaan politik. Oleh karena itu, masalah ekonomi menjadi salah
satu faktor penyebab timbulnya permusuhan antara kaum Arab dan
kaum Yahudi. Kekayaan mereka menimbulkan iri hati kaum Arab.
Kaum Yahudi bisa memberikan pinjaman dan kredit, menjaul barang
peralatan dan senjata, bahkan bibit pertanian untuk mereka
pinjamkan kepada orang-orang Arab secara ngijon. Keadaan ini
mengakibatkan banyak masyarakat Arab terjepit utang, sebaliknya,
Yahudi diuntungkan dengan ketergantungan mereka. Masyarakat
ekonomi lemah (Arab) berpihak kepada Yahudi demi
mempertahankan hidup.
c. Karakter Masyarakat
Hingga menjelang peristiwa hijrah, penduduk Yatsrib
terdiri dari bangsa Arab dan bangsa Yahudi. Namun demikian sikap
dan pola hidup suku-suku Yahudi secara umum berbeda dari orang-
orang Arab, sekalipun di antara mereka terjadi hubungan
perkawinan. Jika mereka bertingkah laku sesuai dengan adat dan
tradisi masyarakat Arab, itu karena mereka merupakan bagian
integral dari masyarakat Madinah. Bahkan mereka menjadi Arab
dengan mengadopsi nama-nama Arab. Nama-nama Yahudi, seperti
| 54
Adya, Samau’al, dan Sara terhitung jarang. Namun dalam batas-
batas tertentu, mereka masih bisa dibedakan atas dasar tradisi dan
agama mereka.37
Walaupun antara masyarakat Arab dan Yahudi berbeda
proses dan jalan dalam mengarungi kehidupan di padang pasir
Jazirah Arab, namun mereka sama-sama banyak "makan garam".
Tidak sedikit pengalam hidup yang mereka jalani dan dalam waktu
yang tidak sebentar. Masyarakat Arab hidup di tanah tandus dengan
pola hidup nomaden, serta "hukum rimba". Sementara Yahudi
adalah para imigran dari daerah luar Yatsrib, yang memiliki sejarah
pahit sebagai pengungsi, bahkan pelarian dari satu tempat ke tempat
lain. Masyarakat Yahudi ini hidup berpencar dengan etnis dan
kelompok seiman mereka tanpa ada hubungan sosial dan politik
yang terpadu. Mereka bahkan pernah ditindas dan diusir dari kota
Palestina oleh Jenderal Titus dari Romawi. Namun mereka memiliki
kelebihan dalam mengadopsi budaya daerah yang mereka singgahi,
meskipun dalam waktu yang relatif singkat. Seperti pembuatan
senjata, emas, pertanian, dan perkebunan, yang semuanya tidak
dimiliki masyarakat Arab. Mereka juga pandai mengelola ekonomi
dengan sistem riba.
d. Kepercayaan
Dalam hal kepercayaan, masyarakat Yatsrib tidak beda
jauh dengan masyarakat Makkah. Mereka menyembah berhala.
Berhala Manata (dewi fortuna, atau dewi wanita), yang mereka
yakini memengaruhi nasib manusia, adalah dewa terpenting yang
disembah oleh suku ‘Azad, Aus, dan Khazraj di Hijaz.38 Hal yang
membedakan adalah karena kota ini dihuni (bahkan bisa dikatakan
37 Lihat Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 29-30. 38 Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Rasul, Jilid I, op. cit., hlm. 18.
| 55
"dikuasai") oleh orang-orang pendatang Yahudi. Mereka ini adalah
ahl al Kitab, penganjur monoteisme, yang menganut agama Yahudi
(pengikut Nabi Musa).39 Mereka, masyarakat Yahudi ini, mencela
tetangga-tetangga mereka, kaum Arab, yang pagan dan menyembah
berhala sebagai media pendekatan kepada Tuhan. Mereka juga
memeringatkan kaum Arab, bahwa kelak akan lahir seorang Nabi
yang akan memerangi mereka (Arab yang pagan), dan mendukung
Yahudi.40
Kaum Yahudi juga menginformasikan ajaran Taurat
kepada kaum Arab, tentang adanya hari kebangkitan, balasan dan
hukuman atas perbuatan manusia, dan bahwa Nabi terakhir yang
akan lahir adalah pendukung agama monoteisme.41 Selain menganut
paganisme, kabilah Arab (di Madinah) juga ada yang menganut
agama Masehi atau Kristen, baik sepenuh hati maupun sepintas lalu.
Pusat perkembangan agama ini adalah di Yaman, Syiria, Hirah, dan
Abyssinia (Ethiopia) sejak abad ke-4 Masehi, pada masa kerjaan
Romawi yang beragama Masehi. Kota yang terpenting adalah
Najran,42 kota yang subur penduduknya makmur dari usaha
pertanian, indistri, teknologi sutera, menyamak kulit, dan membuat
peralatan perang. Di Hijaz, paling tidak ada dua suku yang memeluk
agama Kristen, yaitu Judam dan Udhra.
39 Baca Khalil Abdul Karim, hlm. 112. 40 Lihat Suyuthi Pulungan, op. cit.,hlm. 35. 41 Sekalipun ajaran itu tidak sampai membuat orang-orang Arab
Madinah terpengaruh, untuk mau menganut agama Yahudi, namun pengetahuan mereka tentang ajaran atau informasi itu, menjadi salah satu faktor yang membuat mereka mudah menerima Islam, setelah mereka nantinya bertemu dengan Rasulullah dalam Bai'at 'Aqabah pertama dan kedua.
42 Al-Mughiro bin Abu Labid, seorang budak Akhnas yang telah merdeka, mengutip riwayat dari Wahab bin Munabbih, orang Yaman, mengatakan bahwa awal munculnya agama Nasrani di Najran dibawa oleh seorang laki-laki yang bernama Faimiyun. Lihat Ibn Ishaq, Sirah Ibn Ishaq, op. cit., hlm. 19-20.
| 56
Apa bila kehidupan masyarakat Makkah lebih bercorak
homogen, di Madinah bisa dikatakan heterogen. Masyarakatnya
terdiri dari komunitas Yahudi, penganut agama Yahudi, komunitas
Arab penganut paganisme, orang Arab penganut Yahudi, dan
penganut Kristen yang minoritas. Mereka hidup dari kegiatan
dagang, pertanian, peternakan, dan industri. Di antara perbedaan
yang menyolok, apa bila Makkah diperintah aristokrat Quraisy,
maka di Madinah tidak ada persatuan dan kesatuan penduduk di
bawah satu pemerintahan. Kondisi ini berasal dari konflik yang
terus-menerus antara pemimpin dua suku, Aus dan Khazraj yang
sama-sama berasal dari Arabia Selatan. Situasi menjadi semakin
rumit dengan kehadiran suku-suku Yahudi, yang melibatkan diri
dalam konflik itu.
Karena penduduknya yang heterogen, Madinah tidak
berhasil mewujudkan persatuan dan kesatuan yang berada di bawah
satu pemerintahan dan membawahi semua kabilah. Dilihat dari segi
sosio politik masyarakat yang bercorak demikian, Madinah
menyimpan potensi besar timbulnya konflik antar kelompok. Dan
konflik itu memang terjadi, terlebih antara Aus dan Khazraj –
keduanya suku Arab-- di satu pihak, dan konflik antara komunitas
Arab dengan suku-suku Yahudi di pihak lain. Mereka saling berebut
pengaruh di Madinah untuk menjadi "penguasa".
Musthafa Kamal Washfi dan Ali Husni al Kurbuthuli
mencatat, ada dua belas kali peperangan yang terjadi antara Aus dan
Khazraj. Namun kedua suku ini pernah bersatu menyerang orang-
orang Yahudi. Dalam serangan itu dari pihak Yahudi banyak yang
tewas. Insiden tersebut mempertajam permusuhan dan kebencian
kaum Yahudi terhadap kaum Arab, begitu juga sebaliknya.
| 57
Dapat disimpulkan, corak kehidupam masyarakat di
Madinah dan Makkah lebih dekat dengan karakteristik masyarakat
nomaden.43 Dalam pola hidup nomaden, masyarakatnya hanya
mengenal kebebasan pribadi, kebebasan keluarga, dan kebebasan
kabilah tanpa terikat pada aturan dan norma sosial. Hal ini karena
mereka hidup tanpa pemerintahan kesatuan, yang menjadikan
mereka hidup dengan gaya egaliter. Pola hidup inilah yang terjadi
pada masyarakat Makkah dan Madinah. Demikian juga susunan
sukunya, perangai hidupnya, adat istiadatnya, dan ketidak
sukaannya terhadap segala sesuatu yang membatasi kebebasan
menjadikan mereka lebih dekat kepada pola kehidupan nomaden,s
dari pada pola hidup masyarakat kota (maden). Masyarakat (tanpa pemerintahan) Arab, baik Makkah
maupun Madinah, menyalurkan loyalitasnya kepada ketua suku
atau orang pintar (dukun, tukang ramal).44 Mereka yang dipandang
memiliki otoritas memutuskan segala persoalan, karena dipandang
mengetahui perkara baik dan buruk. Loyalitas terhadap suku
menjadikan mereka mendapat perlindungan, sekalipun berada di
jalan salah. Pendatang baru perlu meminta perlindungan kepada
salah satu suku untuk mendapat perlindungan darinya.
Perlindungan ini merupakan perwujudan tugas negara untuk
melindungi dan mensejahterakan rakyatnya.45
43 Meskipun mereka tinggal di pusat-pusat keramaian, Makkah dan
Madinah. 44 Abdul Muththalib ketika belum mempunyai keturunan bernadzar
(janji kepada Allah), kelak ketika dikaruniai keturunan akan mengorbankan salah satunya untuk Ka'bah. Setelah diundi, ternyata yang harus dikorbankan adalah Abdullah, ayah Nabi. Masyarakat keberatan dengan keputusan Abdul Muththalib dan bersedia menggantinya dengan unta. Akhirnya mereka menanyakan kepada dukun perempuan tentang boleh dan tidaknya mengganti Abdullah dengan unta sebagai kurban.
45 M. Zuhri, op. cit., hlm. 18.
| 58
C. Kelahiran Islam
Masyarakat Arab menjelang dan hingga datangnya Islam,
oleh para ahli, disebut sebagai kehidupan Jahiliyyah, suatu tema yang
selalu diterjemahkan dengan “zaman kepicikan” (time of ignorence)
atau zaman kebiadaban (time of barbarism). Zaman kepicikan
dikaitkan dengan pandangan mereka bahwa orang yang di luar
mereka adalah musuh yang harus dimusnahkan, sedangkan zaman
kebiadaban dikaitkan dengan tindakan mereka, yang tidak mengenal
perikemanusiaan karena dorongan hawa nafsu yang tidak
terkendalikan untuk mencapai keinginan.
Ditulis dalam Sirah Ibnu Ishaq, Arab Qurasiy dan
masyarakat Arab pada umumnya, adalah bangsa yang tidak
beradab, menyembah berhala, memakan bangkai, melakukan hal-hal
yang tidak bermoral, merusak aturan-aturan alam, memperlakukan
pendatang dengan buruk, dan "si kuat" menindas "si lemah".46 Dari
sisi ekonomi dan kekuasaan, bangsa Arab diperintah dengan sistem
oligarki, pemerintahan yang hanya dipegang beberapa gelintir kaum
elit, bangsawan atau kapitalis. Beberapa kelompok hidup dengan
serba mewah dan megah. Di sisi lain terdapat kelompok manusia
yang sangat miskin, budak, misalnya.
Dalam hal keimanan dan akidah, "akal primitif" bangsa
Arab tidak mampu menjangkau hal yang transenden, selain
penghambaan kepada suatu yang nyata dan nampak (tangible things),
seperti patung.47 Kondisi seperti ini terus berlangsung hingga
Muhammad, utusan Allah, datang mengabarkan dan mengajak
mereka mengagungkan Allah, Tuhan yang tidak bisa digambarkan
dengan apa pun ( لـيس كمثلـه شـئ), melainkan dirinya sendiri melalui
46 Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit., hlm. 226. 47 Akram Diyauddin Umari, op. cit., hlm. 69.
| 59
firman-Nya. Muhammad mengajak manusia melakukan kebaikan,
meninggalkan hal tercela, serta mengenalkan agama yang
mengajarkan untuk menyayangi yang "di bawah" (lemah) dan
menghormati yang "lebih atas", yaitu agama Islam.
Biografi Singkat Muhammad
Muhammad lahir dari pasangan Abdullah, putra sulung --
dan yang paling disayang oleh-- Abdul Muththalib48 bin Hasyim bin
Abdul Manaf bin Qusyai bin Kilab bin Murra bin Ka'ab bin Lu'ayi
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadr bin Kinana, dengan Aminah,
seorang wanita muda yang cerdas dan terhormat di kalangan
Quraisy saat itu. Aminah adalah putri pemuka bani Zuhra, Wahab
bin Abdul Manaf bin Zuhra bin Kilab bin Murra bin Ka'ab bin Lu'ayi
bin Ghalib bin Fihr bin Malik bin Nadr bin Kinana. Muhammad lahir
hari Senin, 12 Rabi'ul Awwal tahun Gajah,49 di sebuah rumah yang
dikenal sebagai rumah Yusuf. Nenek moyang Nabi adalah orang-
orang terhormat di kalangan suku Quraisy.
Sejak dalam kandungan ibundanya sudah kehilangan sang
Bapak, Abdullah. Pada saat usianya menginjak enam tahun sang ibu
meninggal, tepatnya di Abwa', sebuah tempat antara Madinah dan
Makkah ketika dalam perjalanan kembali dari Madinah untuk
keperluan menjenguk famili dari Bani Adiy bin Najjr. Orang yang
selanjutnya mengasuh Muhammad adalah Abdul Muththalib.50
Muhammad remaja adalah sosok pemuda yang jujur, pandai, dan
48 Abdul Muththalib memiliki sepuluh putra. Dari perkawinannya
dengan Fathimah binti Amr bin A'idh bin Abd bin Imran bin Ma'sum bin Yaqaza bin Murra bin Ka'ab bin Lu'ayi bin Ghalib bin Fihr, lahir Abdullah (ayah Nabi), Zubair, dan Abu Thalib. Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit.,hlm. 99.
49 Penyebutan Tahun Gajah karena bertepatan dengan peristiwa penyerangan Abrahah, yang bermaksud menghancurkan Ka'bah dengan mengendarai hewan gajah. Saat itu kakek Nabi, Abdul Muththalib adalah pimpinan Quraisy yang mencoba menghalangi niat Abrahah.
50 Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit., hlm. 108.
| 60
terhormat. Karena itu dia dikenal masyarakat sebagai orang
istimewa karena perangainya51 dan berasal dari keluarga terhormat,
namun kurang mampu dari segi materi. Dia menikah pada usia 25
tahun dengan Khadijah, wanita terbaik di Quraisy, terhormat, kaya,
dan sangat baik rupa dan sifatnya. Saat dinikahi Muhammad, wanita
terkaya di kalangan Quraisy ini berusia 40 tahun. Dia adalah anak
dari Khuwailid bin Asad bin Abdul 'Uzza bin Qusyai bin Kilab bin
Murra bin Ka'ab bin Lu'ayi bin Ghalib bin Fihr.
Khadijah adalah ibu dari semua anak-anak Muhammad,
kecuali Qosim, yaitu Thahir, Thayyib, Zainab, Ruqayyah, Ummu
Kultsum, dan Fathimah. Muhammad adalah orang yang merasakan
keprihatinan luar biasa dengan adat dan kebiasaan masyarakat
Quraisy. Hal ini membuat dia melakukan perenungan mendalam,
mencari solusi terbaik bagi bangsanya agar bisa keluar dari adat
jahiliyyah. Sejak saat itu hidupnya berubah, sering termenung, dan
mencari-cari sesuatu yang lebih tinggi dan suci dibandingkan
bentuk-bentuk keagamaan tradisional. Dia berdoa sendirian
(berkhalwat) di gua Qira' selama sebulan setiap tahun (Ibnu Ishaq,
jilid I, 155). Sampai akhirnya Muhammad menerima wahyu pada
bulan Ramadhan. Ketika itu usianya mencapai umur 40 tahun.52
D. Hijrah, Menyelamatkan Ajaran Islam
Rasulullah mulai menyampaikan wahyu Allah, ajaran
Islam, sejak menerima wahyu kedua,53 "Hai orang yang berselimut.
51 Al-Amin bukan sebutan yang mengada-ada, bombastis, tetapi sebuah
apresiasi yang tulus dari publik masyarakat Arab yang menggambarkan tiada taranya akan kejujuran dan ketulusan Muhammad.
52 Baca biografi Muhammad sebagai Sayyid al-Nas wa Dayyan al-'Arab (junjungan umat manusia dan pimpinan bangsa Arab) dalam buku Khalil Abdul Karim, Daulah Yatsrib (Negara Madinah), hlm. xv. Lihat juga Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit., hlm. 163.
53 Wahyu yang turun pertama kali adalah surah al-Iqra' atau al-Qalam atau al-Alaq, ayat 1-5.
| 61
Bangunlah, lalu berilah peringatan. Dan agungkanlah Tuhanmu. Dan
bersihkanlah pakaianmu. Dan tinggalkanlah perbuatan dosa (menyembah
berhala). Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh
(balasan) yang lebih banyak" ( ثردا المهيا أي ذرفأن قم رورفكب كب رفطه كابثيو رجفاه زجالرال وو
كثرــتست نــنمت) surah al Mudatstsir/74: 1-6, di sini Rasul mulai
menyampaikan risalah, namun dengan sembunyi-sembunyi
(rahasia), mengajak mengagungkan Allah terbatas di lingkungan
keluarga dekatnya saja. Kemudian turun perintah, "Dan berilah
peringatan kepada kerabatmu yang terdekat" ( وانـذر عشـريتك االقـربني) surah al
Syu’ara’/26: 214, dakwah dilakukan semi rahasia, kepada kerabat
terdekat, yaitu Banu Hasyim, Banu Abd Muththalib, Banu Naufal,
dan Banu ‘Abd Manaf. Sampai akhirnya turun ayat memerintahkan
memulai penyampaian risalah kepada masyarakat Arab, "Maka
sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan
(kepadamu) dan berpalinglah dari oraang-orang yang musyrik" ( فاصدع مباتؤمر
.surah al Hijr/15: 94 (واعرض عن اجلاهلني
Pada mulanya, masyarakat Arab (Makkah) merasa bahwa
seruan Nabi tidak memancing oposisi terhadap status mereka (status
quo). Mereka tidak terusik atau merasa dilukai ataupun terganggu.
Tetapi ketika Nabi begitu gencar menyampaikan wahyu yang
mengandung kritik sosial terhadap kondisi masyarakat Arab, mereka
mulai menentang seruan Nabi.54 Pasalnya, Nabi melihat telah terjadi
ketimpangan ekonomi, misalnya, yang sangat membahayakan bagi
kerukunan hidup. Di Makkah, yang merupakan daerah dengan
perputaran uang/modal sangat tinggi, terkenal sebagai pusat
aktifitas ibadah dan agama, ternyata menyimpan ketimpangan sosial,
54 Bernand Lewis, The Arab in History, terj. Said Jamhuri, Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya hlm. 23.
| 62
jarak antara si miskin dan si kaya. Orang kaya bermewah-mewah
dengan menginjak para budak. Sementara budak tidak punya
harapan dengan perubahan status sosialnya.55 Pendeknya, status
makmur hanya milik segelintir orang. Elit suku.
Masa-masa tersulit penuh gangguan dihadapi Rasulullah.
Penyampaian risalah direspon masyarakat Makkah dengan cacian,
fitnah, boikot ekonomi, siksaan fisik, teror mental, dan bahkan
rencana pembunuhan atas diri Rasul dan pengikutnya. Mereka juga
mengajak negosiasi dengan menawarkan harta dan kedudukan,
asalkan Nabi menghentikan penyebaran ajaran barunya.56 Namun
Nabi tidak pernah patah semangat, hari-hari tersulit dijananinya
penuh sabar dan ketulusan. Quraisy juga menawarkan seorang
pemuda gagah, tampan, dan cerdas kepada Abu Thalib, paman Nabi,
asalkan dia mau menyerahkan keponakannya. Tetapi dia menolak.57
55 Islam menghapus sistem tidak manusiawi ini, dengan menjanjikan
pahala tinggi bagi mereka yang mau membebaskan para budaknya yang beriman. 56 Sebuah sikap yang kontras dengan perlakuan masyarakat Arab
kepada Muhammad, sebelum menjadi Rasul. Ketika masih menjadi anggota masyarakat biasa, yang tidak mempunyai kekuatan dan keinginan tampil di muka umum, mereka memuji dan menghormati Muhammad (misalnya, atas jasanya menemukan solusi pertengkaran para pemimpin kabilah terkait dengan peletakan hajar Aswad). Karena tindakan Muhammad waktu itu tidak merugikan, bahkan menguntungkan mereka. Namun setelah dia diangkat menjadi rasul, mereka memusuhi habis-habisan dan berusaha membunuhnya. Mereka, terutama kaum elit kabilah, menilai Nabi sebagai perusak dan penantang adat-istiadat yang sudah berabad-abad mereka warisi dari nenek moyang mereka. Dengan demikian, yang menjadi landasan sikap mereka terhadap Nabi, dalam dua kondisi dan status sosial beliau yang berbeda, bukan berlandaskan pada prinsip kebenaran, melainkan atas dasar kepentingan mereka (Sirah Ibnu Ishaq, Jilid II, edisi bahasa Indonesia, hlm. 4). Demi mempertahankan kepentingan dan status, mereka menentang apa pun. Di antara yang menjadikan orang Arab Makkah sulit menerima Islam, selain Islam membawa ajaran monoteisme, juga sangat menekankan keadilan sosial. Lihat Ibnu Ishaq, hlm. 176 dan Fazlur Rahman, Islam, terj. Senoaji Saleh, Jakarta: Bina Aksara, 1987, hlm. 21.
57 Karena sering dimusuhi orang Quraisy, Abu Thalib pernah sampai berkata kepada Nabi: "Rasanya aku tidak akan mampu menanggung beban yang lebih berat lagi, tetapi demi Tuhan, aku tidak akan menyerahkan kamu kepadanya, apapun alasannya." Lihat Ibnu Ishaq, op. cit., hlm. 177.
| 63
Dalam Sirah Ibnu Ishaq diceritakan, para sahabat sedang
shalat di lembah/celah-celah untuk menghindari penduduk yang
melihat. Suatu ketika Sa'ad bin Abi Waqqas bersama beberapa
sahabat menunaikan shalat di sebuah lembah di Makkah, datanglah
serombongan orang musyrik dan dengan kasar menghentikan
ibadah mereka. Mereka mencaci ibadah para sahabat sampai timbul
pertengkaran. Akhirnya, Sa'ad memukul salah seorang musyrik
dengan tulang unta dan terluka. Inilah darah pertama yang menetes
dalam sejarah Islam.58
Sampai tahun 620 M pengikut Islam masih sedikit. Mereka
menjadi kaum tertindas dan terhina. Kekejaman dan intimidasi kaum
elit Quraisy tidak kuasa mereka hindari. Nabi sendiri belum mampu
memberi perlindungan kepada mereka. Tahun 615 M Nabi
menyuruh umat Islam yang berjumlah 83 orang laki-laki dan 13
orang wanita, pergi/hijrah (untuk menyelamatkan diri) ke negeri
Abissinia (Ethiopia) yang rakyatnya memeluk agama Kristen.59 Para
petinggi Quraisy mengirim delegasi kepada Raja Negus, yang
memberi perlindungan kepada para imigran Makkah, untuk
mengembalikan ke tangan orang Quraisy.
Abi Thalib yang mendengar rencana Quraisy ini segera
menulis surat kepada Negus, yang isinya agar raja melindungi dan
memperlakukan mereka dengan baik. Dan begitu yang terjadi, Raja
menolak permintaan Quraisy. Bahkan Negus sangat
menghormatinya dan membiarkan mereka beribadah sesuai dengan
58 Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit., hlm. 175-176. 59 Nabi bersabda kepada mereka (umat Islam): "Jika kalian mau pergi ke
Abissinia (maka itu lebih baik), karena raja mereka tidak akan membiarkan ketidak-adilan, dan negara mereka adalah negara yang bersahabat sampai suatu saat Allah akan membebaskan kalian dari kesulitan".
| 64
agamanya60 Nabi juga pernah ke Thaif sendirian, untuk meminta
bantuan para pemimpin daerah tersebut (yang masih ada hubungan
keluarga dengan beliau), dan mengajak mereka masuk Islam. Tetapi
mereka menolak dengan kasar.61
Kekejaman Quraisy semakin menjadi, terlebih setelah dua
orang pelindungnya, paman tercinta Abu Thalib dan Isteri terkasih
Khadijah, meninggal pada tahun ke-10 kenabian. Nabi kesana-
kemari meminta perlindungan agar dia bisa menyampaikan wayhu
Allah. Tetapi dari mereka yang diminta tidak satu pun yang
mengabulkan permintaannya.62 Nabi akhirnya mengalihkan
ajakannya, yang semula ditujukan kepada masyarakat Arab Makkah,
kepada kabilah-kabilah yang datang ke Makkah pada musim haji.
Pada waktu itu beliau bertemu dengan rombongan Abu al Haisar
bersama beberapa orang dari Banu ‘Abd Ashal, termasuk ‘Iyas bin
Mu’adz (suku Aus) dari Yatsrib. Nabi mengenalkan Islam dan
membacakan ayat al Quran. Saat itu tidak ada yang masuk Islam,
kecuali Iyas.63
Dua tahun kemudia, tahun 620 M, beberapa orang Arab
Madinah dari suku Khazraj (yang kebetulan sekutu Yahudi), datang
ke Makkah pada musim haji. Seperti kejadian dua tahun yang lalau,
ketika Nabi bertemu rombongan Iyas, Nabi membacakan ayat al
Quran dan mengajak mereka bertauhid kepada Allah. Selesai Nabi
bicara, mereka saling pandang dan berbicara: “Inilah Nabi yang
60 Negus juga meminta keterangan tentang kepercayaan mereka, minta
dibacakan salah satu ayat al-Quran. Mendengar ayat al-Quran dibaca, Negus meneteskan air mata dan mengatakan bahwa apa yang dibawa Nabi dan Yesus berasal dari satu sumber. Ibn Ishaq, hlm. 218-266, dan Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 50.
61 Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit., hlm. 298. Baca juga, Suyuthi Pulungan, op. cit., hlm. 50.
62 Lihat Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit., hlm. 301-308. 63 Lihat Ibnu Ishaq, Jilid I, ibid., hlm.306-309.
| 65
pernah disebut-sebut oleh kaum Yahudi kepada kita. Jangan sampai
mereka mendahului kita.”64 Mereka menyambut ajakan Nabi dengan
baik dan mereka menyatakan masuk Islam, dan berkata: “Kami telah
meninggalkan golongan kami, tidak ada lagi suku yang saling
membunuh dan saling mengancam. Mudah-mudahan Tuhan
menyatukan mereka melaluimu. Biarkan kami pergi kepada mereka
untuk mengajak mereka masuk ke dalam agamamu. Dan jika Tuhan
menyatukan mereka di dalamnya, maka tidak ada orang yang lebih
baik dari padamu.”
Kemudian mereka yang berjumlah enam orang kembali ke
Yatsrib sebagai orang-orang yang telah beriman. Setiba di Yatsrib,
mereka menceritakan kejadian yang baru saja dialaminya kepada
masyarakat luas. Nabi pun menjadi pembicaraan masyarakat Yatsrib.
Sebuah babak baru, penyebaran Islam di Yatsrib dimulai, setelah
lebih kurang 10 tahun dakwah ditujukan kepada masyarakat sendiri,
dengan hasil kurang menggembirakan. Musim haji berikutnya,
tahun 621 M, datang 10 laki-laki Khazraj dan 2 laki-laki Aus. Mereka
bertemu dengan Nabi di ‘Aqabah. Selain menyatakan diri masuk
Islam, mereka juga melakukan bai’at (sumpah kesetiaan) kepada
Nabi. Bai’at ini dikenal dengan Bai’at Aqabah pertama. Dalam bai’at
ini mereka mengakui kerasulan Muhammad, dan berjanji kepada
beliau bahwa mereka tidak akan menyembah selain Allah, tidak pula
menyekutukan-Nya, tidak mencuri, tidak berzina dan berbohong,
serta tidak akan menghianati Nabi.65
64 Kaum Yahudi apa bila berselisih dengan orang Arab Yatsrib selalu
mengatkan: “Seorang Nabi akan segera diutus, dan waktunya sudah dekat. Kami akan menjadi pengikutnya, dan dengan bantuannya kami akan membunuh kalian seperti dalam perang ‘Ad dan Iram”.
65 Lihat Ibnu Ishaq, Sirah Ibnu Ishaq, Jilid I, op. cit., hlm. 314-318.
| 66
Ketika rombongan ini kembali ke Yatsrib, Nabi menunjuk
Mus’ab bin ‘Umair untuk menyertai mereka, sekaligus supaya dia
mengajarkan Islam kepada mereka di Madinah. Sejak itu pemeluk
Islam semakin banyak di kota Yatsrib. Pada musim haji tahun 622 M,
datang serombongan haji sebanyak 73 orang, baik yang sudah Islam
maupun yang belum. Mereka didampingi Mus’ab bin ‘Umair.
Kedatangan mereka bermaksud mengajak Nabi agar mau pindah ke
Yatsrib bersama mereka. Pertemuan diadakan di tempat semula,
‘Aqabah. Di sini terjadi bai’at ‘Aqabah kedua. Dalam perjanjian ini
mereka mengakui Nabi sebagai pemimpin mereka, dan akan
menjaga keselamatan beliau dan para pengikutnya. Nabi juga
berjanji bahwa beliau akan memerangi siapa yang mereka perangi,
dan akan berdamai dengan siapa saja yang mereka ajak berdamai.66
Beberapa bulan setelah peristiwa Bai’at ‘Aqabah kedua,
Nabi memerintahkan kaum Muslim Makkah agar hijrah/pindah ke
Yatsrib. Nabi menyusul bersama Abu Bakar, dan keduanya tiba di
Yatsrib tanggal 16 Rabi’ul Awal, bertepatan 20 September 622 M.
Menurut Suyuti Pulungan, hijrah ini didorong oleh beberapa faktor,
pertama, atas dasar turunnya wahyu, surah al Baqarah/2 ayat 218, al
Nahl/16 ayat 41 dan 110. Kedua, disamping penyebaran Islam di
Makkah kurang berhasil Nabi ingin menyelamatkan umat Islam dari
perlakuan sewenang-wenang kaum Quraisy Makkah yang semakin
keras dan kejam. Ketiga, Nabi yakin bahwa para pengikutnya di
Yatsrib akan memberi perlindungan kepada saudara seagama
mereka dari Makkah.
Sedangkan Arnold melihat pelaksanaan hijrah merupakan
suatu gerakan strategi yang jitu. Suatu gerakan yang menyelamatkan
66 Ikrar ini terlebih dahulu berlangsung dialog antara Nabi dan
rombongan tersebut, dan menghasilkan kesepakatan untuk kepentingan bersama.
| 67
kaum Muslim, supaya terbebas dari tindakan tidak manusiawi kaum
Quraisy, dan suatu gerakan dakwah menuju babak baru. Hijrah juga
sebagai reaksi terhadap fakta sosial masyarakat Arab Makkah, yang
mayoritas menolak Islam, serta merespon fakta sosial masyarakat
Arab Madinah yang secara terbuka menerima seruan Nabi untuk
masuk Islam. Reaksi dan respon ini didukung oleh perintah wahyu
dari Allah.67 Diterangkan dalam kitab-kitab tarikh (sejarah) Islam,
Rasulullah dan para pengikutnya melakukan hijrah kerena
menghindari dari tekanan-tekaan yang dilakukan orang-orang
musyrik Makkah.68
Menurut Bulac, tindakan Nabi (hijrah ke Madinah,
lingkungan bebas tekanan) merupakan langkah pertama yang
menunjukkan bahwa kekuatan politik dapat dikonfigurasi
(dilakukan, diwujudkan) di luar ideologi sentral. Jika sebuah
ideologi sentral tidak ditentukan berdasarkan kelompok-kelompok
yang berasal dari kepercayaan dan agama yang berbeda, dan jika
mereka diberikan kebebasan untuk memilih agama dan ideologi
mereka, dan jika tidak ada gangguan gaya hidup yang bergubungan
dengan pilihan mereka, jaminan konkrit dari hal ini tidak terletak
pada sistem hukum tunggal, tetapi pada sistem hukum yang
pluralistik. Dalam hal ini, Islam memberikan keunggulan pada
prinsip bahwa hukum tidak dapat dipisahkan dari agama. Menurut prinsip ini, jika tidak ada agama atau ideologi
resmi yang diwakili oleh aparatur yang memerintah dan yang
ditentukan dari atas ke bawah, hukum itu akan bertentangan bagi
aparat yang sama untuk menerapkan sebuah sistem hukum tunggal
67 Suyuthi Pulungan, ibid., hlm. 54. 68 Lihat Ali Bulac, dalam Charles Kurzman, Liberal Islam: A Sourcebook
(Islam Liberal, Pemikian Islam Kontemporer tentang Isu-isu Global), Jakarta: Paramadina, 2003, hlm. 266.
| 68
yang resmi. Jika tidak ada paksaan dalam memilih agama, "Tidak ada
paksaan untuk (memasuki) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas jalan
yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barang siapa yang ingkar
kepada thaghut (syetan dan apa saja yang disembah selain Allah) dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul
tali yang sangat kuat yang tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengan
lagi Maha Mengetahui" ( بالله فقد منؤيبالطاغوت و كفري نفم يالغ من دشالر نيبت ين قدفي الد اهال إكر
ليمع ميعس اللها وله امفصثقى ال انة الووربالع كسمتاس) surah al Baqarah/2: 256, seharusnya
tidak ada tekanan dan paksaan terhadap hukum-hukum yang dianut
oleh agama-agama, kepercayaan, filsafat, atau ideologi yang berbeda.
Seseorang yang memilih agama ini, atau agama itu, pada saat yang
sama juga memilih sistem hukum yang menerapkan manifestasi dari
agama tertentu itu.69
1. Perjanjian, Solusi Akhir
Pada masa-masa (awal berada di Madinah) ini, Rasulullah
disibukkan dengan urusan penempatan para imigran dari Makkah
dan adaptasi mereka dengan lingkungan baru. Di sisi lain, dia
berupaya memperoleh kepercayaan dari orang-orang Yahudi dan
orang-orang musyrik Arab.70 Nabi berfikir keras untuk menemukan
solusi tepat dalam menyelesaikan konflik di Madinah, mendamaikan
dan menyatukan kelompok-kelompok sosiali, serta menemukan
formula yang tepat untuk hidup berdampingan,71 sembari
memikirkan nasib umat Islam yang sedikit mendapat angin segar.
69 Lihat Ali Bulac (Charles Kurzman: editor), Liberal Islam, ibid., hlm.
281. 70 Lihat Ali Bulac (Charles Kurzman), Liberal Islam, ibid., hlm. 266-267. 71 Baca Ali Bulac (Charles Kurzman), ibid., hlm. 265.
| 69
Dua tugas berat menjadi tanggungan Nabi, yang menunut segera
diatasi, apa bila tidak ingin perkembangan/situasi pilitik berubah.72
Langkah strategis yang diambil Rasulullah adalah
menyarankan kelompok masyarakat (etnis, suku, kabilah) dan
golongan lainnya, untuk menandatangani sebuah perjanjian
berdasarkan dua hal, pertama, memaknai kehidupan sebagai
pengabdian dan hidup menurut kepuasan Tuhan (God’s satisfaction).
Hidup sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh Allah, melalui
syari’at yang ditunjukkan secara konkrit kepada manusia melalui
Rasulnya. Kedua, (sebagai seorang Muslim) harus bersedia
mengajarkan kepada orang lain kebenaran-kebenaran agama, yang
diterimanya sebagai sumber dari segala sumber kebenaran.73
Perjanjian ini adalah yang populer dengan sebutan Piagam Madinah,
yang menjadi fokus penelitian ini.
Dalam sejarah Islam, peristiwa Bai'at 'Aqabah (satu dan
dua) dan perjanjian tertulis Piagam Madinah dapat diidentifikasikan
sebagai praktik kontrak sosial. Deliar Noer memaknai kontrak sosial
sebagai suatu teori yang mengajarkan bahwa kekuasaan politik
72 Di antara motivasi kaum Arab Madinah untuk segera mengajak
Nabi pindah ke Madinah dan bersekutu dengan kelompoknya, adalah statemen yang sering dikeluarkan kelompok Yahudi bahwa akan lahir Nabi terakhir lengkap dengan ajaran barunya, dan kami, kata Yahudi, akan mengajak dia untuk menghabisimu. Masyarakat Arab Madinah melihat tanda-tanda itu, dan segera mengajak Nabi sebelum ketahuan keum Yahudi. Belum lagi ancaman kaum Arab Makkah yang ingin mengadakan serangan ke Madinah. Sebelum kondisi berubah darurat, Nabi harus menggalang kekuatan.
73 Dua hal ini adalah inti ajaran Islam, melaksanakan dua hal ini adalah tugas utama seorang Muslim. Jika seorang Muslim memahami kedua misi ini dalam organisasi-organisasi sosial, di mana dia menemukan dirinya sendiri, dia penuh kekuatan. Hal ini juga yang menjadi misi utama dan berat perjuangan para Nabi, termasuk Nabi Muhammad; menciptakan lingkungan (millieu) sosial yang kondusif untuk kemanusiaan. Lihat Ali Bulac (Charles Kurzman: editor), Liberal Islam, ibid., hlm. 280.
| 70
diperoleh melalui perjanjian masyarakat.74 Artinya, kekuasaan
politik bersumber dari rakyat dan legitimasinya diperoleh melalui
perjanjian masyarakat. Atau dengan kata lain, dalam perjanjian
masyarakat terjadi penyerahan kekuasaan oleh anggota masyarakat
kepada seseorang atau kepada lembaga.75
Dalam perjanjain tersebut, Nabi memperoleh kepercayaan
(secara legal sah), untuk mengatur dan memimpin penduduk
Madinah, sehingga Nabi "berkuasa" penuh atas Madinah. Kekuasaan
tersebut diperoleh Nabi berdasarkan kepercayaan masyarakat
Madinah, serta kontrak sosial yang dibuat kedua belah fihak, yaitu
pihak masyarakat/rakyat (Madinah) dan tokoh yang dipercaya
mampu membawa suasana politik, ekonomi dan budaya kepada
kebaikan, dalam hal ini Nabi Muhammad. Tidak ada indikasi
kekerasan atau manipulasi yang dilakukan Nabi sebagai upaya
untuk mendapatkan kekuasaan, bahkan kedatangan Nabi ke
Madinah adalah atas undangan dan permintaan masyarakat
setempat, bukan penaklulakn atau penyerangan dengan pasukan
perang.
Kekuasaan yang ada pada Nabi jelas berbeda dengan
kekuasaan yang diperoleh dengan jalan kekerasan (menurut teori
kekuatan). Dalam teori kekuatan, menurut Isjwara, kekuasaan
(politik) atau negara diperoleh atau dibentuk dengan jalan
penaklukan dan pendudukan oleh suatu kelompok terhadap
kelompok lain. Negara dibentuk oleh kelompok yang menang dan
74 Perjanjian Masyarakat merupakan salah satu teori tentang asal mula
terbentuknya negara yang bersifat universal. Baik masyarakat Timur maupun Barat, atau baik dalam agama Nasrani maupun Islam melakukan perjanjian masyarakat. Lihat F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Bandung: Bina Cipta, 1980, hlm. 140.
75 Baca Deliar Noer, Pemikiran Politik di Barat, Jakarta: Rajawali, 1982, hlm. 79.
| 71
kekuatan (kekerasan) adalah yang membentuk kekuasaan dan
membuat aturan atau hukum.76 Namun demikian, hak dan
kekuasaan yang diberikan oleh masyarakat Madinah kepada Nabi
tidak kalah (tidak beda) dengan hak dan kekuasaan politik.77
Kekuasaan politik, menurut Budiarjo, adalah kemampuan untuk
memengaruhi kebijakan umum (pemerintahan) baik terbentuknya
maupun akibat-akibatnya sesuai dengan tujuan pemegang
kekuasaan sendiri. Kekuasaan itu, disamping untuk memperoleh
ketaatan dari warga masyarakat, juga menyangkut pengendalian
orang lain dengan tujuan untuk memengaruhi tindakan aktivitas
negara di bidang administratif, legislatif, dan yudikatif.78
Bukankah Nabi, oleh masyarakat Madinah, diberi hak
sepenuhnya untuk memimpin, menentukan kebijakan, dan
masyarakat sepenuhnya berjanji taat dan akan membela Nabi?79
Bahkan nabi juga mengimbangi janji setia masyarakat tersebut
dengan ungkapan, "Aku akan berperang dengan orang yang kalian
perangi dan akan berdamai dengan kelompok mana saja yang kalian
ajak untuk berdamai".
Proses yang dilalui Nabi untuk mencapai hak kuasa, apa
bila dilihat dari disiplin ilmu politik, juga bisa disebut sebagai teori
teokrasi. Sehingga apa bila Nabi akhirnya (dengan kekuasaan yang
dia dapat) membuat sebuah pemerintahan disebut sebagai
pemerintahan teokrasi. Menurut teori teokrasi, kekuasaan berasal
76 Lihat F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, op. cit., hlm. 153 77 Bahkan menurut Suyuthi Pulungan, kekuatan dan kekuasaan politik
telah didapat oleh Nabi, op. cit., hlm. 71. 78 Lihat Miriam Budiarjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Jakarta: PT.
Gramedia, 1989, hlm. 37. 79 Untuk janji dan sumpah ketaatan terjadi pada peristiwa Bai'at
'Aqabah.
| 72
dari Tuhan, yakni penguasa bertahta atas kehendak Tuhan.80 Yang
terjadi pada Nabi, selain mendapat mandat dari rakyat,81 dia juga
mendapat kekuasaan dari Allah. Pertama dia diangkat oleh Allah
menjadi seorang utusan, "Muhammad itu tiada lain hanyalah seorang
rasul…" ( االية... وما محمد إلا رسول ) surah Ali Imran/3: 144.
Kedua, Allah menurunkan wahyu kepada dia, untuk
disampaikan kepada (ummah) manusia, "Dan kami turunkan kepadamu
al Quran, agar kamu menerangkan kepada umat manusia" ( كا إليلنزأنو نيبلت الذكر
االية... للناس ) surah Annahl/16: 44. Dia juga berhak memberi putusan
dan mengadili kepada manusia, "Sesungguhnya kami telah
menurunkan Kitab kepadamu dengan membawa kebenaran, supaya kamu
mengadili antara manusia dengan apa yang telah Allah wahyukan
kepadamu" ( الله اكا أراس بمالن نيب كمحلت قبالح ابالكت كا إليلنزا أناالية ... إن ) surah
Annisa'/4: 105.
E. Piagam Madinah
Menyadari kondisi yang sebenarnya, dengan tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan, Rasulullah berinisiatif membuat
perjanjian yang harus disepakati oleh seluruh komponen masyarakat
yang bertempat tinggal di Madinah. Perjanjian ini kemudian terkenal
dengan sebutan Kitab al Nabi, atau Piagam Madinah (Madinah
Document). Ada juga yang menyebut dengan istilah yang berbeda,
namun dimaksudkan untuk menyebut hal yang sama, kesepakatan
tertulis yang ditanda tangani oleh Nabi. Beberapa nama itu antara
lain; Piagam Madinah, Konstitusi Madinah (al dustur), Dokumen (al
80 Baaca Isjwara, op. cit., hlm. 152. 81 Nabi kemudian mengikat kepercayaan tersebut dengan sebuah
perjanjain tertulis, Piagam Madinah.
| 73
watsiqah), Buku (al kitab), Bundelan (al shahifaah), dan Perjanjian
Madinah.
Menurut Akram Dhiyauddin, dokumen perjanjian ini
tergolong tua dan dicatat dalam sumber-sumber sejarah, berisi
undang-undang yang dibuat oleh Rasulullah untuk mengatur
hubungan antara kelompok umat Islam dari Makkah, dengan
masyarakat pribumi Madinah. Piagam Madinah juga didefinisikan
sebagai manuskrip hukum bagi kesatuan politik,82 sekaligus
(merupakan) bukti kepiawaian berpolitik Nabi. Piagam ini diakui
sebagai gebrakan baru, dan sebuah langkah revolusioner Nabi.
Perjanjian ini mengakui dan melindungi hak kemerdekaan tiap-tiap
golongan untuk memeluk dan menjalankan agamanya, juga hak-hak
sosialnya sebagai pribadi dan anggota masyarakat, di tengah-tengah
berkecamuknya konflik dan budaya ashabiyyah. Dengan disepakati
dan ditandatanganinya perjanjian ini, sebuah era baru lahir dalam
dunia politik dan peradaban manusia.83
Muhammad Al-Ghozali memandang, perjanjian itu
bernilai satrategis bagi Nabi untuk mengembangkan risalahnya
dalam menata hubungan manusia (Muslim) dengan Tuhan dan
hubungan sesama umat Islam disatu pihak, serta hubungan umat
Islam dengn non Muslim di pihak lain. Program itu memiliki nilai
dan posisi strategis dan penting, utamanya dalam membentuk
persatuan dan kesatuan penduduk Madinah yang heterogen, dan
dalam kehidupan bersama di berbagai lapangan kehidupan.84
82 Lihat Ali Bulac (Charles Kurzman: editor), Liberal Islam, op. cit., hlm.
279. 83 Baca Siti Maryam dkk, Sejarah peradaban Islam, Yogyakarta: Fak Adab
IAIN Sunan Kalijaga, 2002, hlm. 360. 84 Baca Zainal Abidin Ahmad, Sejarah Islam dan Umatnya, Jakarta: Bulan
Bintang, 1997.
| 74
Yang jelas, perjanjian yang ditandatangani Nabi ini
membawa masyarakat Madinah kepada suatu kondisi sosial dan
politik yang teratur dan terorganisir, mulai keamanan, kebebasan
sebagai pemeluk agama, persaudaraan antar individu dan kelompok,
sampai rasa saling memiliki yang ditunjukkan dengan kesediaan
membantu antar kelompok masyarakat. Sebuah keadaan yang
berkebalikan dari zaman tanpa pemerintahan atau keadaan ilmiah
(state of nature, status naturalis) kepada zaman bernegara (state).
Sebuah zaman dengan hukum rimba, beralih menjadi hukum agama
yang manusiawi, bermartabat, dan adil.
1. Teks Piagam Madinah
Teks Piagam Madinah (dengan teks bahasa arab) versi Ibn Ishaq/ Ibn Hisyam, dikutib dari "Sejarah Nabi Muhammad"
للمكتبة العلمية بريوت لبنان, 504-501السرية النبوية البن هشام من جزء الثاين صحفة
كتابه صلى اهللا عليه وسلم بني املهاجرين واالنصار وموادعة يهود بسم اهللا الرمحن الرحيم
فلحق , ومن تبعهم,ويثرب بني املؤمنني واملسلمني من قريش , صلى اهللا عليه وسلمهذا كتاب من حممد النىب .1 . وجاهد معهم,م
Ini adalah kitab85 (ketentuan tertulis) dari Nabi Muhammad, (yang mengatur hubungan) antara kaum Mukmin dan Muslim yang
berasal dari Quraisy (imigran dari Makkah) dan Yatsrib, dan orang-orang yang mengikuti mereka, kemudian menggabungkan
diri dan berjuang (berjihad) bersama mereka
.ام امة واحدة من د ون الناس .2Sesungguhnya mereka adalah ummah (masyarakat, komunitas,
civil) yang satu, yang lain dari umat manusia lainnya86
. باملعروف والقسط بني املؤمنني88 وهم يفدون عانيهم, بينهم, يتعاقلون87املهاجرون من قريش على ربعتهم .3
85 Suyuthi Pulungan menulis kitab dengan keterangan di dalam kurung ketentuan tertulis. Sementara Zainal Abidin menulis dokumen. Ali Bulac juga dokumen (document).
86 Zainal Abidin memberi sifat "bebas dari (pengaruh dan kekuasaan) manusia lainnya".
87 Dalam Sirah Ibnu Hisyam diterangkan: احلال اليت جاء االسالم وهم فيها: الربعة
| 75
Muhajirin Quraisy tetap mengikuti adat-istiadat/kebiasaan89 yang baik90 yang berlaku di kalangan mereka, mereka bersama-sama
membayar dan menerima tebusan darah (diyah) mereka, dan menebus tawanan mereka dengan baik dan adil yang umum di
kalangan orang-orang beriman
. باملعروف والقسط بني املؤمنني92 كل طائفة تفدى عانيها, االوىل91وبنو عوف على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم .4Bani Auf (dari Yatsrib) tetap menurut adat kebiasaan baik mereka
yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka, dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan mereka
dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
. وكل طائفة تفدى عانيها باملعروف والقسط بني املؤمنني, على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم االوىلساعدةوبنو .5
Bani Sa’idah tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka,
dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan mereka dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
. وكل طائفة تفدى عانيها باملعروف والقسط بني املؤمنني,عاقلهم االوىل على ربعتهم يتعاقلون ماحلارثوبنو .6
Bani al Harits (Ibn al Khazraj) tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka, dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan
mereka dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
. وكل طائفة تفدى عانيها باملعروف والقسط بني املؤمنني,وبنو جشم على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم االوىل .7
Bani Jusyam tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka,
dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan mereka dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
. وكل طائفة تفدى عانيها باملعروف والقسط بني املؤمنني,وبنو النجار على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم االوىل .8
88 Sebagaimana dalam Sirah Ibnu Hisyam, االسري: العاين yaitu tawanan. 89 Zainal Abidin memaknainya hak asli (former condition). 90 Kitab (perjanjian) ini ditandatangani/digaransi oleh Rasulullah,
sudah pasti adat yang dimaksud adalah kebiasaan baik dalam rangka menciptakan satu ummah yang sejaahtera, sesuai missi Rasul. Sementara Suyuthi mengikuti Ibn Hisyam, adat kebiasaan yang Islam tidak melarangnya.
91 Dalam Sirah Ibnu Hisyam, معقلة: الواحدة. الديات: املعاقل. 92 D alam Sirah Ibnu Hisyam, االسري: العاين yaitu tawanan.
| 76
Bani al Najjar tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka,
dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan mereka dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
وكل طائفة تفدى عانيها باملعروف والقسط بني ,عاقلهم االوىلوبنو عمرو بن عوف على ربعتهم يتعاقلون م .9
.املؤمننيBani Amr bin Auf tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka,
dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan mereka dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
. وكل طائفة تفدى عانيها باملعروف والقسط بني املؤمنني,وبنو النبيت على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم االوىل .10
Bani al Nabit tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka,
dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan mereka dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
. وكل طائفة تفدى عانيها باملعروف والقسط بني املؤمنني,وبنو االوس على ربعتهم يتعاقلون معاقلهم االوىل .11
Bani al Aus tetap menurut adat kebiasaan baik mereka yang berlaku, mereka membayar dan menerima tebusan darah mereka,
dan setiap golongan menebus tawanan-tawanan mereka dengan baik dan adil yang umum di kalangan orang-orang beriman
.ملعروف يف فداء او عقل بينهم ان يعطوه با93وان املؤمنني اليتركون مفرحا) ا ( .12
Sesungguhnya orang–orang yang beriman tidak akan melalaikan tanggung-jawabnya untuk memberi sumbangan bagi orang-orang (di antara mereka) yang terbebani hutang karena membayar uang
tebuan darah (diyah) dengan baik dan adil
.لف مؤمن موىل مؤمن دونهاوان الحي ) ب(Orang Mukmin tidak boleh mengadakan persekutuan/aliansi
dengan mawla94 dari kalangan Mukmin lain
وان ايديهم ,بني املؤمنني اوفساد, اوعدوان, اوامث, ظلم95اوابتغى دسيعة, وان املؤمنني املتقني على من بغي منهم .13 . ولو كان ولد احدهم,عليه مجيعا
93 Dalam Sirah Ibn Hisyam dijelaskan وهو مبعىن املفرح باحلاء املهملة" مفرجا: "ويروي. 94 Mawla: orang yang sudah diikat dengan tali persaudaraan. Lihat Ali
Bulac (Charles Kurzman: editor), Liberal Islam, edisi Indonesia, hlm. 269.
| 77
Orang-orang yang bertaqwa (al muttaqun) akan berjuang melawan para (pelaku tindakan agresif) pemberontak atau mereka yang
berusaha menyebarkan ketidakadilan, atau dosa, atau permusuhan, atau korupsi (kerusakan) di antara orang-orang
beriman, setiap orang harus melawannya kendati dia adalah anak salah seorang dari mereka sendiri
.وال ينصر كافرا على مؤمن, وال يقتل مؤمن مؤمنا يف كافر .14
Orang Mukmin tidak boleh membunuh Mukmin lain untuk kepentingan orang kafir, dan tidak boleh membantu orang kafir
dengan merugikan orang Mukmin
. وان املؤمنني بعضهم مواىل بعض دون الناس, جيري عليهم ادناهم,وان ذمة اهللا واحدة .15Sesungguhnya jaminan atau perlindungan Allah adalah satu,
melindungi nasib orang-orang lemah, dan sesungguhnya seorang Mukmin adalah saudara (mawla) bagi yang lainnya, dengan
mengenyampingkan seluruh umat manusia
. عليهمين غري مظلومني وال متناصر,وانه من تبعنا من يهود فان له النصر واالسوة .16Sesungguhnya orang Yahudi yang mengikuti kita berhak
mendapat pertolongan dan persamaan tanpa ada penganiayaan dan tidak ada yang menolong musuh mereka
. اال على سواء وعدل بينهم,سامل مؤمن دون مؤمن يف قتال يف سبيل اهللايال , وان سلم املؤمنني واحدة .17
Sesungguhnya perdamaian orang beriman itu satu, seorang Mukmin tidak diperkenankan membuat perjanjian damai tanpa
melibatkan Mukmin lainnya ketika dalam keadaan perang di jalan Allah, kecuali atas dasar persamaan dan keadilan di antara mereka
.وان كل غازية غزت معنا يعقب بعضها بعضا .18
Sesungguhnya semua kelompok pasukan yang berperang, yang bergabung dengan kita satu sama lain harus saling bahu-
membahu
.هم يف سبيل اهللاء بعض مبا نال دمالىبئ بعضهم عيوان املؤمنني .19Orang Mukmin boleh melakukan pembalasan pertumpahan darah
satu sama lain hanya untuk kepentingan agama Allah
95 Lihat Sirah Ibn Hisyam, ا . ماخيرج من حلق البعري اذا رغا: وهي يف االصل, العظيمة: الدسيعة واراد.ماينال عنهم من ظلم: هاهنا
| 78
.وان املؤمنني املتقني على احسن هدى واقومه) ا ( .20Orang Mukmin yang bertaqwa mengikuti jalan yang paling baik
dan lurus
.وال حيول دونه على مؤمن, وانه الجيري مشرك ماال لقريش وال نفسا ) ب(Sesungguhnya orang musyrik tidak boleh melindungi harta dan jiwa orang Quraisy, dan tidak campur tangan terhadap lainnya
yang melawan orang Mukmin
وال حيل هلم , وان املؤمنني عليه كافة, مؤمنا قتال عن بينة فانه قود به اال ان يرضى وىل املقتول96وانه من اعتبط .21 .اال قيام عليه
Jika seseorang ternyata terbukti secara meyakinkan telah membunuh seorang Muslim dan pihak korban tidak memberikan ma'af, aturan qishash harus diberlakukan. Dalam kasus ini semua
orang Mukmin harus melawannya. Hal ini halal (benar) dilakukan sepenuhnya oleh mereka (dengan aturan ini)
نصره او منه وان, يؤويهال ان ينصر حمدثا و, وامن باهللا واليوم االخر,حيفةصوانه ال حيل ملؤمن اقر مبا يف هذه ال .22
.وال يؤخذ منه صرف وال عدل, فان عليه لعنة اهللا وغضبه يوم القيامة, اواهSeorang Mukmin yang mengakui isi shahifah ini, beriman kepada
Tuhan dan hari akhir, tidak boleh menolong pelaku kejahatan (tindak kriminal) atau memberi perlindungan (membelanya).
Sesungguhnya siapa saja yang melakukan perbuatan tersebut, laknat dan amarah Allah akan menimpanya besok di hari kiamat.
Penyesalan dan tebusannya juga tidak akan diterima
.وسلم صلى اهللا عليه واىل حممد, عز وجلفان مرده اىل اهللا, وانكم مهما اختلفتم فيه من شئ .23Bila kamu sekalian berbeda pendapat dalam suatu hal, hendaklah
perkaranya diserahkan kepada Allah dan Muhammad
.وان اليهود ينفقون مع املؤمنني ما داموا حماربني .24Sesungguhnya orang Yahudi dan orang Mukmin bekerjasa dalam
menanggung biaya perang selama mereka melakukan pereng bersama
فانه , اال من ظلم وامث,مواليهم وانفسهم, لليهود دينهم و للمسلمني دينهم, وان يهود بىن عوف امة مع املؤمنني .25
. واهل بيته, اال نفسه97تغال يو
96 Dalam Sirah Ibn Hisyam, اي قتله بال جناية منه توجب قتله: اعتبط. 97 Dalam Sirah Ibn Hisyam, يوتغ اي يهلك.
| 79
Sesungguhnya kelompok Yahudi Bani 'Auf bersama dengan kelompok Mukmin merupakan sebuah ummah. Agama kaum
Yahudi untuk mereka sendiri dan agama agama kaum Muslim untuk mereka sendiri. Hal ini termasuk mawla dan diri mereka
secara personal. Tetapi siapa saja yang berlaku dzalim dan berbuat dosa atau khianat hanya akan mencelakakan diri dan keluarganya
.وان ليهود بىن النجار مثل ما ليهود بين عوف .26
Kaum Yahudi Bani al Najjar memiliki hak yang sama dengan kaum Yahudi Bani 'Auf.
.وان ليهود بىن احلارث مثل ما ليهود بين عوف .27
Kaum Yahudi Bani al Harits memiliki hak yang sama dengan kaum Yahudi Bani 'Auf.
.د بىن ساعدة مثل ما ليهود بين عوفوان ليهو .28
Kaum Yahudi Bani Saidah memiliki hak yang sama dengan kaum Yahudi Bani 'Auf
.وان ليهود بىن جشم مثل ما ليهود بين عوف .29
Kaum Yahudi Bani Jusyam memiliki hak yang sama dengan kaum Yahudi Bani 'Auf
.يهود بين عوفوان ليهود بين االوس مثل ما ل .30
Kaum Yahudi Bani al Aus memiliki hak yang sama dengan kaum Yahudi Bani 'Auf
. اال نفسه واهل بيتهتغ فانه ال يو,ظلم وامثمن اال ,وان ليهود بىن ثعلبة مثل ما ليهود بىن عوف .31
Kaum Yahudi Bani Tsa’labah memiliki hak yang sama dengan kaum Yahudi Bani 'Auf. Tetapi siapa saja yang berlaku dzalim dan
berbuat dosa atau khianat hanya akan mencelakakan diri dan keluarganya
.وان جفنة بطن من ثعلبة كأنفسهم .32
Keluarga Jafnah sebagai anggota dari kaum Yahudi Bani Tsa’labah berlaku ketentuan sebagaimana yang berlaku bagi Bani Tsa'labah
. وان الرب دون االمث,وان لبىن الشطيبة مثل ما ليهود بين عوف .33
Yahudi Bani Syutaibah memiliki hak yang sama dengan Yahudi Bani 'Auf. Kesalehan adalah perlindungan terhadap kemaksiatan
| 80
.وان مواىل ثعلبة كانفسهم .34Sesungguhnya mawali Bani Tsa’labah diperlakukan sama dengan
Bani Tsa'labah sendiri
. يهود كانفسهم98وان بطانة .35Sesungguhnya orang dekat/kepercayaan (Kolega, stakeholder)
kaum Yahudi diperlakukan sama seperti kaum Yahudi
. صلى اهللا عليه وسلموانه ال خيرج منهم احد اال باذن حممد) ا ( .36Sesungguhnya tidak seorang pun dari mereka99 (penduduk
Madinah) dibolehkan keluar kecuali atas ijin Muhammad
وان اهللا على ابر ,اال من ظلم, واهل بيته, فتك وانه من فتك فبنفسه,وانه الينحجز على ثار جرح ) ب( .100هذا
Sesungguhnya tidak dilarang melakukan pembalasan sesuai dengan luka yang diderita. Tentu saja jika seseorang membunuh
orang lain, dia dan keluarganya harus bertanggung-jawab sebagai konsekuensinya, jika tidak akan ada ketidak-adilan (berarti seorang
yang tidak menaati peraturan ini telah berlaku tidak adil). Allah selalu bersama dengan mereka yang menaati dokumen ini
وان , وان بينهم النصر على من حارب اهل هذه الصحيفة,وان على اليهود نفقتهم وعلى املسلمني نفقتهم) ا ( .37
. والرب دون االمث,بينهم النصح والنصيحة(dalam kasus perang) kaum Yahudi dan kaum Muslim membiayai
pihaknya masing-masing. Mereka harus bekerja sama satu sama lain, dalam melawan pihak yang memerangi kelomok-kelompok
masyarakat yang menyetuji shahifah ini. Di antara mereka harus mendapat kebajikan dan perilaku yang baik. Aturan-aturan ini
harus ditaati secara mutlak, tidak seorang pun boleh melanggarnya
. وان النصر للمظلوم, ياءمث امرؤ حبليفهملوانه ) ب(Seseorang tidak dipandang dosa karena dosa sekutunya. Yang
dizalimi harus ditolong
. حماربنياوموان اليهود ينفقون مع املؤمنني ما دا .38
98 Dalam Sirah Ibn Hisyam, خاصته واهل بيته: بطانة الرجل. 99 Kata mereka dalam Ali Bulac (alih bahasa: Paramadina) dimaknai
sebagai kaum Yahudi. Dan keluar diartikan berperang dalam barisan Muslim. 100 Dalam Sirah Ibn Hisyam, اي على الرضا به: على ابر هذا.
| 81
Sesungguhnya kamu Muslim bersama kaum Yahudi menanggung biaya peperangan yang mereka lakukan bersama
.وان يثرب حرام جوفها الهل هذه الصحيفة .39
Sesungguhnya daerah (jawf) Yatsrib merupakan wilayah yang dilindungi (haram) bagi orang-orang yang menyepakati shahifah ini
.ال امثان اجلار كالنفس غريمضار وو .40
Sesungguhnya tetangga (al Jarr) 101 atau yang berdampingan rumah, harus diperlakukan sebagai diri sendiri, tidak boleh diganggu
ketenteramannya, dan tidak diperlakukan salah
.وانه ال جتار حرمة اال باذن اهلها .41Seorang wanita hanya akan diberikan perlindungan dengan ijin
keluarganya
واىل حممد , عز وجلفان مراده اىل اهللا, هل هذه الصحيفة من حدث او اشتجار خياف فسادهوانه ما كان بني ا .42 . 102 وان اهللا على اتقى ما يف هذه الصحيفة وابره,رسول اهللا صلىاهللا عليه وسلم
Segala pertikaian atau kontroversi di antara kaum yang menyetujui shahifah ini, yang diperkirakan akan mengakibatkan keonaran dan
gangguan (trouble), hal itu harus dirujukkan kepada Allah dan Muhammad Rasulullah. Allah membenarkan dan memandang
baik isi shahifah ini
.وانه ال جتار قريش وال من نصرها .43Quraisy dan para koleganya tidak akan diberikan perlindungan
.وان بينهم النصر على من دهم يثرب .44
Di kalangan warga negara Madinah (Muslim dan Yahudi) harus bekerja sama dalam menghadapi pihak lain yang melancarkan
serangan terhadap Yatsrib
اذا دعوا اىل مثل ذلك فانه هلم وام , يصاحلونه ويلبسونهمفا, واذا دعوا اىل صلح يصاحلونه ويلبسونه) ا ( .45 . اال من حارب يف الدين,املؤمنونعلى
Bila kaum Yahudi diajak untuk berdamai oleh kaum Muslim atau untuk ambil bagian dalam sebuah kesempatan perdamaian,
mereka harus memenuhinya dan ikut serta melaksanakannya. Jika
101 Jarr tidak dimaknai tetangga namun orang yang dilindung. Ali Bulac.
102 Dalam Sirah Ibn Hisyam, اي ان اهللا وحزبه املؤمنني على الرضابه.
| 82
mereka (kaum Yahudi) menawarkan ajakan yang sama kepada kaum Muslim, mereka memiliki hak yang sama dari kaum Muslim,
dengan pengecualian kasus perang yang menyangkut isu agama
.على كل اناس خصتهم من جانبهم الذي قبلهم ) ب(Setiap orang mempunyai bagiannya masing-masing dari pihaknya
sendiri
103,ض من اهل هذه الصحيفةاحمل على مثل ماالهل هذه الصحيفة مع الرب , مواليهم وانفسهم,وان يهود االوس .46 . وان اهللا على اصدق ما يف هذه الصحيفة وابره, ال يكسب كاسب اال على نفسه,وان الرب دون االمث
Kaum Yahudi Aus, yaitu mawla dan mereka sendiri, memiliki hak dan kewajiban seperti apa yang diperoleh kelompok lain
pendukung shahifah ini, serta memperoleh perlakuan yang baik dari semua pemilik shahifah ini. Sesungguhnya kebaikan berbeda
dari kejahatan. Setiap orang bertanggung-jawab atas perbuatannya sendiri. Sesungguhnya Allah membenarkan dan memandang baik
apa yang termuat dalam shahifah ini
وان اهللا ,اال من ظلم وامث, ومن قعد آمن باملدينة, وانه من خرج آمن,وانه ال حيول هذا الكتاب دون ظامل وامث .47 104.وحممد رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم, جار ملن بر واتقى
Sesungguhnya tidak ada orang yang akan melanggar ketentuan tertulis (Kitab) ini kalau bukan penghianat dan pelaku kejahatan.
Siapa saja yang keluar dari kota Madinah dan atau tetap tinggal di dalamnya, aman. Kecuali orang yang berbuat aniaya dan dosa. Sesungguhnya Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang berbuat baik dan taqwa, dan Muhammad adalah utusan Allah
Wallah a'lam bi al Shawwab
103 Disebutkan dalam Sirah Ibn Hisyam, ويقال مع الرب احملسن من اهل هذه : قال ابن هشام
.الصحيفة 104 Disebut dalam Sirah Ibn Hisyam, ان رسول اهللا صلى اهللا عليه وسلم كتب هذاالكتاب : يقال
هذاالكتاب النفقة كما شرط عليهم يف , وكان لليهود اذذاك نصيب يف املغلم اذاقاتلوا مع املسلمني, واذا كان االسالم ضعيفا. قبل انتفر اجلزية).راجع الروض االنف(معهم يف احلروبز