27
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Persiapan Penelitian
Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini terdapat
beberapa hal, meliputi pemilihan subjek, tempat wawancara, serta
perlengkapan atau alat bantu untuk merekam wawancara yang sedang
berlangsung.
1. Tempat Wawancara
Wawancara yang dilakukan tergantung dari kenyamanan subjek,
wawancara. Wawancara untuk guru dilakukan di sekolah ketika guru
sedang tidak mengajar, Sedangkan tempat wawancara siswa selalu
dilakukan di rumah, hal ini bertujuan untuk memberikan rasa aman
kepada subjek agar dalam proses wawancara tersebut dapat lebih
santai, dan tidak canggung.
2. Perlengkapan Penelitian
Proses penelitian membutuhkan beberapa perlengkapan untuk
mendokumentasikan jalannya penelitian, hal tersebut dilakukan
dengan media alat perekam berupa kamera digital dan tape recorder.
Kegiatan merekam video dan merekam suara narasumber dilakukan
ketika wawancara berlangsung.
3. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan juli sampai agustus 2012.
Subjek penelitian terdiri dari 7 orang yaitu: G1, G2, G3, G4, S1, S2, dan
S3. Wawancara yang dilakukan dengan narasumber dilaksanakan 3-4
kali pertemuan. Setiap satu kali pertemuan wawancara dilaksanakan
kurang lebih sekitar 20 sampai 30 menit. Waktu pelaksanaan
wawancara tergantung dari narasumber. Kegiatan wawancara diakhiri
bila narasumber sudah mulai jenuh dan tidak berkonsentrasi dalam
menjawab pertanyaan.
B. Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK Kristen Salatiga yang beralamatkan di
Jalan Tentara Pelajar 6 Salatiga. Sekolah ini berada di bawah Yayasan
Kemakmuran Rejeki (YKR). Awalnya YKR mendirikan SMEP (Sekolah
Menengah Ekonomi Pertama) di tahun 1953 dan siswa-siswanya hanya
khusus berasal dari anggota gereja. Kenyataan berkata sebaliknya, ketika
28
anggota jemaat banyak yang tidak berminat memasukkan putra-putrinya
ke SMEP, maka penerimaan siswa diselenggarakan untuk umum dalam arti
dapat menerima siswa dari luar jemaat gereja. Sehingga minat ke SMEP
makin banyak, untuk itu YKR jauh sebelumnya telah memikirkan
bagaimana nasib para lulusan setelah lulus dari SMEP. Sejak tanggal 1
Agustus 1958 didirikanlah SMEA Kristen Salatiga dengan SK Pendirian
tanggal 1-8-1958 No. Pend/10/58 dengan tujuan menampung anak-anak
yang telah selesai dari SMEP (yang telah diintegrasikan menjadi SMP
Kristen Krida Dharma sejak tahun 1976).
Gedung dalam SMK Kristen Salatiga terdiri dari 3 lantai ruang kelas.
Lantai 1 merupakan ruang kelas untuk siswa kelas 3, lantai 2 merupakan
ruang kelas untuk kelas 2, serta lantai 3 merupakan ruang kelas untuk
siswa kelas 1. Ruang yang ada di SMK Kristen salatiga tak hanya ruang
kelas, akan tetapi juga tersedia ruang guru, ruang laboratorium komputer,
kooperasi, laboraturium bahasa, ruang lab mengetik, ruang BK, ruang
pramuka, ruang OSIS, perpustakaan, serta beberapa laboratorium yang
sedang dibangun secara bertahap.
Kegiatan belajar di SMK Kristen Salatiga dimulai pada pukul 07.15
hingga pukul 13.30, kecuali hari jumat kegiatan belajar mengajar berakhir
pukul 12.00. Sekolah juga memberikan ekstrakurikuler bagi siswa, ketika
pulang sekolah. Ekstrakurikuler yang selama ini dilakukan siswa yakni
Pramuka, Voli, Basket, Osis, Kerohanian, Kesenian, Paduan Suara, serta
PMR.
SMK Kristen memiliki visi, misi dan tujuan sekolah untuk mencapai
kualitas pendidikan, berikut visi, misi, dan tujuan dari SMK Kristen Salatiga:
1. Visi SMK Kristen: Menjadi lembaga pendidikan yang menghasilkan
sumberdaya manusia sebagai tenaga menengah yang bermoral,
berjiwa melayani dan professional dalam ikut mewujudkan masyarakat
yang damai, sejahtera, adil dan makmur.
2. Misi SMK Kristen
a. Mengembangkan proses belajar mengajar yang kondusif dan
menghantar siswa untuk memiliki ketrampilan serta keahlian yang
memadai dengan didukung oleh tenaga pendidikan yang
professional.
b. Menyelenggarakan laboratorium yang relevan dengna keahlian da
ketrampilan tenaga menengah.
29
c. Menciptakan lingkungan yang kondusif untuk pengembangan
mental spiritual siswa.
3. Tujuan Umum dan Khusus
Tujuan Umum :
a. Tersedianya sarana prasarana media pembelajaran yang memadai
b. Meningkatkan mutu pembelajaran yang mengarahpada
peningkatan mutu tamatan sesuai IPTEK.
c. Tersedianya ruang kelas yang layak.
d. Terciptanya lingkungan sekolah yang bersih dan sehat.
Tujuan Khusus :
a. Menumbuhkan semangat belajar siswa.
b. Terciptanya suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.
c. Memperkokoh ketahanan sekolah.
d. Memperindah sekolah.
e. Menyediakan tempat belajar yang layak.
Visi serta Misi yang telah dibuat tersebut merupakan rumusan apa
yang akan SMK Kristen lakukan baik terhadap proses pelaksanaan
pembelajaran, lingkungan, serta tenaga pendidiknya dengan
memperhatikan kurikulum yang telah diberlakukan SMK Kristen.
C. Hasil Penelitian
KTSP adalah kurikulum yang memberikan otonomi kepada sekolah.
Sekolah diberikan kewenangan didalam mengembangkan segala sesuatu
yang berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum. KTSP yang dibuat SMK
Kristen berdasarkan pada tujuh prinsip pengembangan KTSP. KTSP yang
telah dibuat saat ini berdasarkan pada Keputusan Direktur Jenderal
Management Pendidikan Dasar Menengah Departemen Pendidikan
Nasional Nomor: 251/C/KEP/MN/2008 tentang Spectrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan.
Silabus yang disusun sekolah serta Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
ditentukan berdasarkan kemampuan yang dimiliki, sehingga setiap sekolah
tentulah memiliki silabus dan KKM yang berbeda, karena kemampuan tiap
sekolah berbeda.
KTSP merupakan suatu kurikulum penyempurna dari kurikulum
sebelumnya, artinya terdapat beberapa bagian KBK yang masih di
ikutsertakan dalam KTSP dan bagian-bagian tersebut disempurnakan dari
segi metode pembelajaran, KBK dan KTSP menekankan pembelajaran yang
30
berpusat pada siswa. Siswa sebagai subjek pelajaran dan guru hanya
sebagai fasilitator. Pembelajaran dengan KBK dan KTSP, dari segi penilaian
juga memperhatikan tiga aspek, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik,
sedangkan bagian yang disempurnakan dari KBK adalah pemberian mata
pelajaran muatan lokal yang di susun oleh sekolah untuk mengembangkan
potensi yang ada pada sekolah tersebut.
Sekolah menyesuaikan dan menyusun kurikulum untuk
mengakomodasi semua potensi yang ada pada siswa, sekolah dan daerah,
sehingga potensi-potensi tersebut diharapkan dapat berkembang secara
optimal dan dapat meningkatkan kualitas sekolah. Program keahlian yang
dibuka SMK Kristen Salatiga terdapat 4 Program Keahlian yang meliputi
Program Keahlian Akuntansi, Administrasi Perkantoran, Pemasaran, serta
Multimedia. Penyusunan Program Keahlian tersebut juga disesuaikan
adanya permintaan output lulusan dari Dunia Usaha dan Dunia Industri.
Hal yang membedakan SMK Kristen Salatiga dengan SMK lainnya
adalah pada pengembangkan muatan lokal yang ada di sekolah tersebut.
Muatan lokal yang ada di SMK Kristen meliputi Bahasa Jawa, Mengetik,
Mesin Bisnis, serta mengelola mesin modal, dimana pengembangan
muatan lokal tersebut telah disesuaikan dengan potensi dari sekolah serta
Dunia Usaha dan Dunia Industri.
1. Pelaksanaan Pembelajaran Matematika Berdasarkan KTSP di
SMK Kristen Salatiga
a. Persiapan sekolah dalam melaksanakan KTSP
Persiapan yang dilakukan sekolah dalam mempersiapkan
pelaksanaan KTSP adalah sekolah mengadakan sosialisasi kepada
guru tentang KTSP. Kegiatan tersebut bertujuan untuk
mempersiapkan guru dalam menghadapi perubahan kurikulum
dari KBK menjadi KTSP. Sosialisasi ke kepala sekolah melalui dinas
dalam pertemuan-pertemuan penting yang diadakan pemerintah
kepada masing-masing perwakilan sekolah, adapun hal tersebut
berdasarkan hasil wawancara dengan narasumber G4. Berikut
petikan wawancaranya.
Petikan 1
P : Bagaimana sosialisasi yang dilakukan pemerintah
berkaitan dengan KTSP?
G4 : Sebelum pelaksanaan KTSP, kepala sekolah mengikuti
31
sosialisasi di tingkat propinsi untuk pemberlakuan KTSP.
Waktu itu Kepala sekolah yang melaksanakannya di solo,
setelah itu mengundang tim pengolah kurikulum dari
sekolah. Waktu itu pak WY di hotel asia solo. Jadi
memang ada sosialisasi sebelumnya dari pemerintah.
Sosialisasi yang dilakukan sekolah kepada guru-guru di SMK
tersebut tidak hanya dilakukan dalam rapat bersama. Sosialisasi
juga dilakukan dengan menginformasikan secara personal yakni
dari guru ke guru, seperti petikan wawancara di bawah ini.
Petikan 2
P : Pernahkah ada review dari sekolah berkaitan dengan
evaluasi pembelajaran KTSP?
G2 : Evaluasi biasanya dilakukan tidak secara global, tetapi
secara personal.
Petikan 3
P : Untuk kurikulum sebelum KTSP, ibu pernah mengetahui?
G1 : Belum, karena jadi guru itu sebenarnya bukan bidang
saya, Saya bukan berasal dari lulusan FKIP. Jadi guru itu
bukan impian saya. Awalnya ada lowongan pekerjaan,
saya diterima, dan saya senang jadi saya jalani. Sehingga,
awal saya belajar KTSP dan hal yang berkaitan dengan
pengajaran itu saya belajar otodidak disini, setelah saya
menjadi guru baru mengerti, ternyataseperti ini
kurikulumnya.
P : Sebelumnya, ibu pernah diberikan mengenai panduan
KTSP atau mungkin buku berkaitan dengan KTSP bu?
G1 : Dulu pernah dipinjami buku dari guru lain, jadi itu
merupakan kumpulan dari silabus-silabus KTSP.
P : Kalau yang anda tahu sendiri, KTSP itu sebenarnya
kurikulum yang bagaimana bu?
G1 : Detail KTSP saya tidak begitu mengerti, cuman selama
saya mengajar selama ini sesuai yang saya bisa, saya
tahu, dan saya bandingkan dengan guru-guru lain juga.
Prinsipnya apakah anak-anak bisa menerima dan mereka
bisa menikmati menerimanya tanpa tekanan, itu yang
saya lakukan.
32
Hasil wawancara diatas terlihat bahwa sekolah dalam
menginformasikan KTSP tidak hanya melalui rapat formal saja,
akan tetapi juga melalui guru ke guru. Selain itu, sekolah juga
mengirimkan beberapa guru untuk mengikuti pelatihan atau
seminar guna mempersiapkan guru-guru dalam melaksanakan
proses belajar mengajar (PBM) yang berdasarkan KTSP. Guru yang
mendapatkan pelatihan atau sosialisi, kemudian men-share kan
hasil yang sudah didapatnya berkaitan dengan KTSP kepada
teman-teman yang lain melalui suatu pertemuan yang diadakan
sekolah.
b. Perencanaan Pembelajaran
Guru dalam melaksanakan pembelajaran, perlu menyusun
silabus serta Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP
tersebut disusun untuk menggambarkan prosedur pembelajaran
yang akan berlangsung di kelas. Berikut petikan wawancara
dengan guru sebagai narasumbernya.
Petikan 4
P : Ketika ibu mengajar, apakah yang harus dipersiapkan?
G2 : RPP itu jelas, absensi siswa, agenda mengajar, modul atau
buku paket, alat peraga digunakan kalau kita mengajar
membutuhkan alat peraga.
P : Pernahkah berperan untuk membuat silabus?
G2 : Saya belum pernah, tetapi pada saat MGMP antar guru
se-Salatiga kita bicarakan di situ, ada teman yang ikut
seminar di semarang kemudian dia share kan ke guru-
guru salatiga agar mempunyai suatu kesepakatan yang
sama.
Petikan 5
P : Apakah yang anda persiapkan sebelum melaksanakan
pembelajaran?
G3 : Persiapannya tentu saja RPP, tapi RPP itu sudah dibuat
dahulu sebelum proses pembelajaran.
P : Apakah ibu ikut berperan dalam membuat silabus?
G3 : Silabus itu dibuat secara kolektif, jadi bersama-sama
dengan guru yang lain, kadang kami sering melihat
silabus dari teman kami yang berbeda sekolah dalam
33
pertemuan MGMP.
P : Seberapa dalam komponen di dalam silabus yang ibu
pahami?
G3 : Komponen ya, kan di silabus itu ada Standar Kompetensi,
Kompetensi Dasar, Indikator-indikator, jadi sebenarnya
silabus itu penjabaran dari KD, ingin dibawa kemana
pembelajaran itu.
Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan narasumber
terlihat bahwa semua guru melaksanakan persiapan sebelum
pembelajaran. Penyusunan silabus dan RPP dilaksanakan secara
bersamaan. Silabus disusun berdasarkan rapat bersama, dan RPP
disusun secara individual oleh masing-masing guru untuk
melaksanakan perencanaan proses pembelajaran selama 1 tahun
ke depan.
Silabus dan RPP merupakan kedua hal yang tidak bisa
dipisahkan, karena saling berkaitan satu sama lain. Silabus
merupakan penjabaran dari Standar Kompetensi dan Kompetensi
Dasar ke dalam indikator-indikator materi pembelajaran.
Penyusunan RPP tentu juga harus memperhatikan silabus yang
telah dibuat. RPP merupakan perencanaan jangka pendek yang
dilakukan guru untuk merencanakan apa saja yang harus
dilaksanakan dalam proses pembelajaran.
Semua guru di SMK Kristen Salatiga telah menyusun silabus
dan RPP pada awal tahun pelajaran. Penyusunan ini dilakukan
secara bersama dalam rapat bersama anggota sekolah.
c. Metode Mengajar
Metode mengajar yang digunakan ketiga guru dalam
penelitian ini bervariasi. Berikut petikan wawancara dengan ketiga
narasumber.
Petikan 6
P : Ketika ibu mengajar, ibu sering menggunakan metode
apa?
G1 : Paling sering ceramah, pernah juga tugas kelompok, jadi
saya berikan masalah untuk didiskusikan di kelompok,
karena dengan begitu saya berpikir bahwa dalam satu
kelompok, mereka bisa saling melengkapi, yang tidak
34
mengerti bisa diajarkan dari yang mengerti. Karena hanya
dengan penjelasan guru, terkadang siswa kurang
mengerti, akan tetapi dengan teman sebayanya mereka
jauh lebih mengerti.
P : Untuk metode-metode lain ibu pernah mencoba?
G1 : Belum pernah. Kalau saya melihat kondisi dan waktu dalm
kelas juga, kebetulan saya dapatnya kelas 1.1 yang seperti
itu. Dibuat dengan metode-metode lainnya, saya juga
harus berpikir 2x. bisa atau tidak. Kan karakter anaknya
yang seperti itu semua, jadi mereka lebih cenderung
dituntun. Dulu saya juga pernah membaca dan
mempelajari buku dari G3 tentang metode belajar.
Petikan 7
P : Selama ini guru mengajarkan matematika bagaimana?
S3 : Pasti ditulis di papan, memberikan ceramah, latihan soal.
P : Tapi pernah tidak dari ketiga guru itu menggunakan
diskusi ?
S3 : Pernah dulu, G3.
P : Kalau ketika diskusi terjadi, yang kamu dapatkan dari sana
apa?
S3 : Seru, ramai, selain itu kalau kita sudah paham, nanti bisa
membantu teman yang tidak bisa.
Berdasarkan wawancara diatas dapat ditemukan bahwa guru
melaksanakan proses pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran yang bervariasi, misalnya diskusi kelompok, serta
menggunakan pendekatan kontekstual yang dihubungkan dengan
keadaan atau kegiatan sehari-hari sehingga siswa dapat lebih
memahami materi. Ada pula guru yang menggunakan metode
ekspositori yang dipadu dengan metode drill dan diskusi
kelompok. Pemilihan metode pembelajaran yang ditetapkan guru
biasanya ditentukan oleh materi yang sedang dipelajari dan
berdasarkan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran
serta kondisi siswa.
Metode yang digunakan guru juga membuat siswa merasa
senang dan tertarik dengan diskusi dan pendekatan kontekstual
karena siswa belajar dari proses untuk mendapatkan konsep.
Interaksi antar siswa memberikan dampak positif, yaitu adanya
35
kerjasama di antara mereka serta dapat lebih mengenal teman
satu sama lain.
Pembelajaran berdasarkan KTSP menekankan pada keaktifan
siswa. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengembangkan potensi
yang dimilikinya secara optimal sehingga terbentuk kompetensi
yang diinginkan. Penting karenanya guru harus merancang
pengalaman belajar peserta didik, hal tersebut dapat dilakukan
dengan cara menerapkan strategi belajar mengajar yang efektif
dan kondusif yaitu dengan memilih metode, media, serta alat
pembelajaran yang sesuai dengan materi sehingga siswa dapat
terlibat aktif dalam pembelajaran.
Guru-guru SMK Kristen bervariasi didalam menggunakan
metode. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
materi yang dipelajari. Kesesuaian antara materi dengan metode
akan menjadikan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) efektif dan
dapat mencapai tujuan yang diharapkan. Metode yang biasanya
guru gunakan adalah metode ekspositori, metode pemberian
latihan soal (drill). Guru masih menggunakan metode ekspositori
dengan alasan siswa belum dapat untuk diajak berdiskusi sehingga
apabila guru menerapkan metode diskusi, siswa kesulitan hingga
menimbulkan kegaduhan, tentu saja hal tersebut akan menyita
waktu, akibatnya tujuan pembelajaran tidak tercapai.
d. Media Pembelajaran
Media atau alat peraga merupakan salah satu bagian yang
mendukung suksesnya pembelajaran. Penggunaan media dan alat
peraga yang tepat dapat memudahkan siswa memahami materi.
Berikut petikan wawancara peneliti dengan guru matematika
berkaitan media dalam pembelajaran.
Petikan 8
P : Ibu pernah memanfaatkan media LCD untuk
pembelajaran? Dalam materi apa?
G1 : Fungsi.
P : Respon ke siswa bagaimana?
G1 : Karenakan untuk fungsi saya memanfaatkannya grafik,
dan saya memanfaatkan apikasi maple. Ketika kita
memasukan angka daam maple maka fungsi muncul,
36
Siswa kagum melihatnya, karena ada program yang begitu
dimasukan fungsi, grafik akan langsung keluar, padahal
kalau mereka mengerjakan soal fungsi mereka harus
menghitung terlebih dahulu koordinat x, y.
Petikan 9
P : Apakah anda menggunakan media pembelajaran untuk
menunjang PBM?
G2 : Kebetulan saya tidak mengajar di kelas 2, saya mengajar
di kelas 1. Biasanya anak-anak saya minta untuk
membuat kelompok, kemudian dibagi per kelompok-
kelompok, karena mereka di SD, SMP sudah dapat, di
SMK ini kan mereka tinggal mengulang. Jadi anak-anak
saya libatkan dalam membuat media pembelajaran,
saya minta anak-anak untuk membuat kubus, kemudian
presentasi di depan kelas.
Pendapat lain mengenai media pembelajaran juga
dikemukakan oleh narasumber G3 yang mempunyai pandangan
agak berbeda dengan G1 dan G2. Berikut petikan wawancaranya.
Petikan 10
P : Bagaimana sekolah menyediakan media pembelajaran
yang menunjang PBM?
G3 : Yang sering digunakan adalah LKS, yakni lembar
kegiatan siswa. Media pembelajaran yang disediakan
sekolah itu hanya bangun ruang, selebihnya tergantung
dari guru yang membuat, dan bukan sekolah yang
menyediakan, mungkin untuk pembelajaran setingkat
SMK tahap berpikirnya sudah abstrak, jadi media
pembelajarannya sudah tidak berbentuk kebendaan.
G3 : Karena untuk SMK, pembelajaran matematikanya lebih
ke terapan ya, bukan ke konsep, jadi mengatasi masalah
anak yang kurang memahami konsep, mungkin lebih
banyak latihan soal, karena mereka penerapan, yang
kita gunakan adalah matematika terapan.
Guru-guru di SMK Kristen memanfaatkan media di dalam
melakukan kegiatan pembelajaran, walaupun tidak semua materi
37
menggunakan media. Pembuatan media dilakukan guru dengan
melibatkan siswa. Guru juga lebih memilih lingkungan sekitar
sebagai media pembelajaran, dengan demikian guru tidak hanya
menggunakan buku sebagai sumber belajar melainkan juga
memanfaatkan lingkungan. Namun masih ada guru yang belum
menggunakan media atau alat peraga karena beliau
menitikberatkan pada hasil ujian akhir sehingga cara mengajarnya
pun lebih kepada pemberian latihan-latihan soal.
e. Sumber Belajar
Sumber belajar adalah salah satu faktor pendukung
pembelajaran. Berikut adalah petikan wawancara peneliti dengan
beberapa narasumber.
Petikan 11
P : Sumber belajar yang ibu gunakan itu biasanya berupa
hand out atau bagaimana?
G1 : Di sekolah tidak meminjamkan buku, mungkin karena
bukunya terbatas, jadi sekolah tidak meminjamkan, selain
itu siswa di sekolah kami kurang tanggung jawabnya. Jadi
sekolah hanya meminjamkan buku bagi yang mau pinjam.
Makanya kelemahannya siswa yang malas tidak akan
pinjam buku.
P : Kalau untuk sumber belajar berupa internet, pernahkah
memanfaatkan?
G1 : Kalau untuk matematika belum pernah.
P : Kalau referensi yang ibu manfaatkan selain dari sekolah itu
apa?
G1 : Referensinya, saya menggunakan buku SMA itu iya, selain
itu juga internet.
Petikan 12
P : Bagaimana penggunaan Sumber belajar yang ibu
gunakan?
G1 : Kalau sumber belajar kurang, saya lebih sering browsing,
karena kalau memanfaatkan buku, keanekaragaman
untuk soalnya terbatas, jadi saya lebih sering
memanfaatkan browsing-browsing. Karena saya juga tidak
suka jika mereka hanya saya minta melihat buku, terus
38
saya jelaskan, itu tidak efektif, karena mereka juga kurang
memahami, jadi mereka lebih suka saya menjelaskan
kemudian mencatat. Fungsi buku saya manfaatkan untuk
tugas. Mengambil buku di perpustakaan untuk
mengerjakan tugas.
Petikan 13
P : Apakah sumber belajar yang digunakan selain guru?
G2 : Karena buku di perpustakaan banyak, jadi saya
memanfaatkan itu, agar anak mau mengunjungi
perpustakaan. LKS selama ini memang saya gunakan tetapi
setelah saya melihat urutan materinya tidak sama, kan
anak rugi jika membelinya. LKS yang dibuat diluar tidak
sesuai dengan urutan dari materi yang akan kita ajarkan,
misalnya saja materi kelas 1 diletakan di kelas 2, yang
kelas 2 justru diletakan di kelas 1. Kalau begitu kan saya
bingung. Biasanya setelah itu saya cek terlebih dahulu,
kalau sesuai, saya beli, jika tidak, saya tidak beli. Karena
ada banyak buku di perpustakaan yang belum
dimanfaatkan juga.
P : Apakah sumber belajar yang disediakan sekolah dirasa
sudah cukup?
G2 : Kalau sumber belajarnya saya rasa cukup, kalau saya ingin
menambah materi saya pakai referensi lain, referensi-
referensi yang lama yakni kurikulum 94, kalau itu masih
relevan saya masih menggunakan, karena sumber belajar
yang sekarang ini isinya singkat, justru malah lebih bagus
sumber belajar yang dulu, penjelasannya lengkap,
sedangkan yang sekarang banyak dikurangi isinya. Sumber
belajar biasanya saya dapatkan dari bantuan balai pustaka.
P : Apakah anda memberikan tugas kepada siswa untuk
mencari sumber lain melalui internet?
G2 : Kalau matematika belum pernah, karena tugas yang saya
berikan masih berhubungan dengan penguasaan materi.
Belum ada manfaatnya yang internet, melalui sumber
belajar yang kita punya saja anak-anak bisa melihat dari
hal itu.
39
Petikan 14
P : Sumber belajar apakah yang digunakan dalam
pembelajaran selain guru?
G3 : Sejauh ini sumber belajar pasti berupa buku, apakah itu
buku dari perpustakaan atau buku pegangan saya sendiri.
P : Selain itu ibu pernah memanfaatkan sumber lain?
G3 : Internet untuk mengambil soal
Petikan 15
P : Pernah tidak mendapat tugas berkaitan dengan internet?
S2 : Dulu pernah dari G3, waktu kelas 2 ketika ujian. Remidi
tugas mencari di internet, yang remidi banyak.
Berdasarkan hasil wawancara nampak bahwa sumber belajar
yang digunkan adalah buku, siswa, serta lingkungan, sedangkan
dari hasil observasi diperoleh data bahwa guru memenfaatkan
siswa untuk menjadi sumber belajar melalui tutor sebaya.
Semua guru SMK menggunakan sumber belajar berupa buku
ajar, yaitu buku yang ada di perpustakaan, tak jarang buku
tersebut dijadikan buku ajar karena isinya yang sesuai dengan
karakteristik KTSP, yaitu mengajak siswa aktif dan mengaitkan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, guru
matematika juga memanfaatkan siswa sebagai sumber belajar,
yaitu dengan adanya tutor sebaya. Beberapa guru juga berinisiatif
memberikan siswa tugas untuk mencari sumber belajar melalui
internet.
f. Penilaian
Hasil penilaian merupakan salah satu bahan evaluasi
pembelajaran. KTSP merupakan kurikulum yang menghendaki
ketuntasan dalam belajar. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
merupakan salah satu standar penilaian dalam KTSP. Penentuan
KKM diserahkan pada masing-masing sekolah. Berikut ini adalah
petikan wawancara peneliti dengan beberapa narasumber
mengenai penilaian.
Petikan 16
P : Kalau untuk penilaian iti bagaimana bu?
G1 : Penilaian, kalau untuk satu bab biasanya tugas, ulangan,
selain itu saya juga menilai kepribadian siswa, misalnya di
40
rata-rata dari nilai tugas, nilai ulangannya mungkin hanya
dapat 6, sedangkan anak B yang kepribadiannya lebih
jelek justru mendapatkan nilai 7. Maka saya tidak akan
segan-segan untuk menaikan anak yang nilainya 6 jadi 7.
Sehingga kepribadian anak itu memang berpengaruh.
P : Kepribadian itu, maksudnya yang seperti apa bu?
G1 : Lebih pada keaktifan, kalau anak ini aktif di kelas,
memperhatikan di kelas, sikapnya baik. Sekarang karakter
siswa itu dapat niai plus, jadi saya masukan dalam nilai
akhirnya.
P : Kalau prosentase dari penilaian itu bagaimana?
G1 : Kalau yang sering saya pakai, tugas dan ulangan saya
berikan 60%, sedangkan TAS hanya 40%, kenapa? karena
saya melihat ketika ulangan harian, saya menunggu tes itu
sendiri, jadi saya tahu, anak ini memang tidak bisa, kalau
yang itu bisa. Hanya kalau untuk TAS itu tergantung juga
dari pengawasnya. Ada pengawas yang tidak peduli,
“mencontek urusanmu, tidak ya urusanmu” seperti itu,
jadi saya lebih suka nilai ulangan harian itu yang nilai
bobotnya lebih tinggi, karena saya tahu, kemampuan dari
beberapa anak memang mampu, dan ada yang kurang
mampu.
P : Jadi nilai untuk tugas, berapa persennya dari ulangan?
G1 : Kalau nilai tugas saya rata-rata dengan ulangan harian.
P : Kalau untuk materi ulangannya ibu ambil per sub bab,
atau bagaimana?
G1 : Per sub bab saja.
P : Untuk ulangan harian, misalkan ada siswa yang tidak
tuntas, bagaimanakah dengan remidinya?
G1 : Remidi yang saya berikan biasanya dengan soal yang lebih
mudah, tapi bobot nilai maksimalnya tidak seratus, Karna
nilai ulangan harian yang pertama nilai maksimalkan pasti
seratus, cuman nanti untuk remidinya nilai maksimalnya
adalah 80 yang saya gunakan, jadi bobotnya berbeda.
P : Untuk matematika, KKM nya berapa bu?
G1 : 70.
41
Petikan 17
G3 : Untuk pembelajaran matematika, aspeknya lebih ke
kognitif, jadi untuk psikomotorik dan afektif hanya
pendukung saja, titik beratnya lebih ke kognitifnya.
Petikan 18
P : Kalau tes harian, pasti ada remidi?
S1 : Tidak pasti, tergantung gurunya. Tapi, kalau G1
memberikan remidi rutin. Karena remidi itu untuk katrol
nilai, pasti di kejar-kejar terus, waktu dulu saya pernah
kurang 1 tugas, dikejar terus sampai rapotku untuk nilai
matematikanya tidak diisi.
Hasil wawancara tersebut terlihat bahwa penilaian yang
dilakukan guru mencangkup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Ranah kognitif dinilai melalui post test, ulangan
harian, tugas. Ranah afektif dinilai berdasarkan sikap siswa ketika
mengikuti pembelajaran, misalnya keaktifan, respon, tingkah laku
ketika mereka bekerja dalam kelompok untuk menemukan suatu
konsep dengan pendekatan kontekstual atau ketika pembelajaran
secara klasikal. Ranah psikomotorik dinilai ketika siswa bekerja
dalam kelompok untuk menemukan suatu konsep.
Guru tidak segan-segan dalam mengadakan remidi bagi siswa
yang belum mencapai kriteria ketuntasan minimal. Guru
mengadakan remidi, tidak hanya remedial mengajar akan tetapi
juga remidi tes.
g. Siswa
Berdasarkan hasil observasi terlihat bahwa guru sudah beralih
ke pembelajaran yang berpusat pada siswa, walaupun guru masih
menyampaikan materi, namun setidaknya siswa sudah mulai aktif
dalam pembelajaran misalnya dengan diskusi, seperti yang
diungkapkan oleh narasumber. Berikut petikan wawancaranya.
Petikan 19
S2 : Dulu pernah, kalau bisa menjawab soal dapat hadiah uang.
kalau begitu yang sering maju yang pintar.
P : Pernah tidak dulu waktu guru mengajar, memberikan
kesempatan kalian berpendapat?
42
S2 : Pernah, dulu saya juga pernah.
Petikan 20
P : Selama ini guru-guru pernah memberikan kesempatan
untuk mengeluarkan pendapat?
S3 : Pernah, berpendapat cara mengajar guru, jangan terlalu
cepat ketika mengajar.
P : Terus tanggapannya bagaimana?
S3 : Ya senyum, keudian mengucapkan “ya . . . ya . . . ya . . .”
Hasil observasi yang dilakukan peneliti yakni, pada awal KBM
dimulai, guru memang menyampaikan tujuan pembelajaran serta
motivasi untuk memacu siswa. KBM yang dilakukan guru memberi
kesempatan siswa untuk berpendapat. Guru juga meminta
siswanya untuk maju ke depan dan mempresentasikan jawaban
dari pekerjaan mereka guru melakukan interaksi dengan siswa
melalui pertanyaan-pertanyaan, selain itu guru berkeliling untuk
melihat pekerjaan siswa serta membimbing, jika ada siswa yang
mengalami kesulitan.
Kegiatan belajar mengajar dalam pembelajaran sebenarnya
tergantung dari apa yang telah dilakukan oleh guru, apabila guru
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpendapat, secara
tidak langsung guru membuat siswa aktif di kelas, namun
sebaliknya jika guru hanya menyampaikan materi melalui ceramah
maka siswa akan pasif, mencatat, dan mengerjakan soal. Memberi
kesempatan pada siswa untuk berpendapat, akan membantu
siswa mendapatkan kompetensi yang di harapkan.
Observasi yang dilakukan menunjukan, ketika guru mengajar
guru tak jarang memanfaatkan siswa sebagai sumber belajar, hal
ini dapat terlihat ketika ada siswa yang berdiskusi merundingkan
materi yang diberikan guru, siswa terlihat saling mengajari satu
sama lain, ini menunjukan adanya tutor sebaya.
Kelas yang diberi metode drill juga terliha sama, siswa dalam
kelas tersebut terlihat aktif karena guru selalu melibatkan siswa,
yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa,
meminta siswa untuk mengerjakan di depan kelas dan
menjelaskannya.
43
Pembelajaran KTSP yang terjadi di kelas harus terjalin
kerjasama antara guru dan siswa guna mewujudkan kompetensi
siswa seperti yang telah ditetapkan. Guru menyampaikan materi
dengan metode yang bervariasi serta menjadi fasilitator bagi
siswa, dan siswa aktif dalam pembelajaran, sehingga ada timbale
balik guru dengan siswa.
h. Orang Tua
Keberhasilan siswa dalam belajar tidak lepas dari dukungan
orang tua. Berikut petikan wawancara peneliti dengan siswa SMK
Kristen Salatiga tentang bentuk dukungan orang tua terhadap
belajar siswa.
Petikan 21
P : Bagaimana bentuk dukungan orang tua untuk mendukung
prestasi?
S1 : Bukannya bagaimana ya, tapi orang tua tidak begitu
mengerti, kita kan sudah SMK, jadi orang tua lebih percaya
penuh dengan kita, dukungannya dalam bentuk doa dan
materi. Belajar saja, jadinya inisiatif kita sendiri.
Petikan 22
P : Dulu orang tua memberikan dukungan ke prestasi
bagaimana?
S2 : Meminta kita untuk belajar. Dulu waktu SMA kelas satu
pernah mengikuti les matematika, bahasa inggris.
Petikan 23
P : Selama ini, bagaimana bentuk dukungan orang tua yang
diberikan untuk meningkatkan prestasi?
S3 : Sekolah kita dibiayai, fasilitas komputer diberikan, kalau
ada tugas perlu biaya, saya minta orang tua.
Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa
dukungan orang tua juga berperan dalam keberhasilan
pembelajaran. Memberikan fasilitas, perhatian, dorongan dapat
menumbuhkan semangat siswa untuk berprestasi.
Salah satu karakteristik KTSP adalah peran orang tua dalam
mendukung kegiatan belajar siswa. Dukungan dari orang tua
menjadikan siswa merasa diperhatikan, sehingga akan tergerak
44
untuk berprestasi. Lain halnya jika orang tua tidak memberikan
dukungan terhadap prestasi anak, maka siswa akan mencari
perhatian dengan menimbulkan kegaduhan. Siswa SMK Kristen
salatiga mendapat dukungan orang tua berupa fasilitas, perhatian,
semangat untuk berprestasi.
2. Kendala-Kendala yang dialami Dalam Pelaksanaan Pembelajaran
Matematika Berdasarkan KTSP di SMK Kristen Salatiga
a. Kendala yang berkaitan dengan guru dalam pembelajaran
matematika
Berikut petikan wawancara dengan beberapa narasumber
mengenai kendala yang berkaitan dengan guru.
Petikan 24
P : Kendala dalam menyusun Silabus dan RPP?
G1 : Karena saya bukan dari pendidikan, sebenarnya isi RPP
apa saja, kemudian dalam menyusun silabus itu
bagaimana, memang terus terang kesulitan, karena tidak
dapat bekal dari kuliah, selama ini saya hanya tanya G1,
G3, download, kalau tidak saya bertanya dengan guru dari
SMK lain.
Petikan 25
P : Kendala yang anda hadapi dalam menyusun RPP dan
silabus?
G2 : Silabus waktu nya sudah ditentukan dari sana, misalnya 36
jam. Waktu kita tidak sampai 36 jam, permasalahannya
bagaimana menyesuaikannya itu, kita tahu kalau 1 kali
pertemuan di kelas 2 x 45 menit, dan memadatkan materi
itu yang kesulitan, setelah materi ini saya harus
bagaimana. Saya berpikir, yang sering keluar di ujian
nasional itu yang saya tekankan, sedangkan yang tidak
sesuai dengan ujian nasional, kadang tidak begitu saya
tekankan. Sedangkan, kendala dalam membuat RPP ada di
pelaksanaannya yang tidak bisa tepat waktunya.
Berdasarkan wawancara diatas, dapat terlihat bahwa guru
masih mengalami kendala dalam menyusun RPP, selain itu guru
juga kesulitan dalam mengelola kelas dan waktu tidak sesuai
45
dengan rencana pembelajaran, hal tersebut membuktikan bahwa
guru perlu untuk meningkatkan kemampuan professionalnya.
b. Kendala yang berkaitan dengan siswa dalam pembelajaran
matematika
Kendala ini berkaitan dengan ketidaksiapan anak mengikuti
pembelajaran. Di bawah ini adalah petikan wawancaranya.
Petikan 26
P : Selama ini ketika belajar, bisa dijelaskan kendala apa aja
yang ditemui?
S1 : Malas, seperti tidak ada kemauan. Kalau jujur saya itu
anaknya lemah dalam berhitung, dulu pernah tes IQ,
hasilnya saya lemah sekali di bidang berhitung, jadi saya
kurang minat di berhitung, itu sebabnya saya seperti
kurang minat di matematika, kimia, fisika. Tapi kalau saya
focus memperhatikan, ternyata saya bisa. Kadang dalam
hati bangga, senang, sampai teman-teman bilang “kok
pinter ya” teman saya ada yang bilang seperti itu mbak,
ternyata kalau memperhatikan saya bisa.
Petikan 27
P : Apakah pernah mengalami kendala dalam mengikuti
pembelajaran?
S3 : Paling selama ini malas, kalau badan sedang tidak enak,
pusing, jadi tidak bisa konsen, selain itu biaya paling
menjelang tes itu.
P : Cara mengatasi nya bagaimana kalau sudah malas?
S3 : Biasanya menenangkan diri, menghilangkan stress, pusing
ya dengan jalan-jalan dengan teman.
Pelaksanaan pembelajaran KTSP menuntut siswa untuk aktif
dalam PBM, guru hanyalah sebagai fasilitator. Berdasarkan hasil
observasi, peneliti menemukan bahwa penyebab siswa yang
mengalami kesulitan belajar ketika KBM adalah karena siswa tidak
melakukan persiapan dengan baik dan minat siswa, hal tersebut
tentu saja berdampak pada kelas, karena siswa tersebut mencari
perhatian dengan membuat kegaduhan dalam kelas.
46
c. Kendala yang berkaitan dengan fasilitas pendukung dalam
pembelajaran matematika
Fasilitas pendukung merupakan salah satu faktor yang dapat
menentukan keberhasilan suatu proses pembelajaran. Fasilitas
yang memadai tentunya diharapkan dapat menciptakan suasana
pembelajaran yang lancar.
Petikan 28
P : Bagaimana persiapan dengan sarana dan prasarana?
G4 : Untuk laboratorium, kita ada ketua-ketua lab yang
nantinya bertanggung jawab mengurus lab, misalkan saja
G2 sebagai ketua lab mengetik, memanggil tukang servis
untuk menyervis mesin ketik. Sehingga ketika liburan
selesai mesin ketik sudah siap di gunakan. Selain itu kita
punya banyak lab, misalkan saja lab yang letaknya diatas
ruang guru, lab multimedia yang dilengkapi dengan interet,
kalau yang dibelakang ruang guru adalah lab khusus untuk
pembelajaran komputer yang tidak ada kaitannya dengan
internet, jadi mereka memanfaatkan excel, word, accses,
kita punya 3 lab.
Petikan 29
S1 : Ada, tapi tidak lengkap, misalnya aja busur, penggaris,
papan berkotak yang untuk gambar, kalau misalnya
membawa alat peraga geometri itu bisa diambil di kantor.
Fasilitas di dalam kelas itu kurang spidol, kita harus
membawa sendiri.
Petikan 30
P : Bagaimana media yang disediakan sekolah?
S1 : Cukup, sekarang begini, kadang ada temen yang tidak
dapat komputer karena fasilitas komputernya kurang.
Sampai ada siswa yang mengatakan seperti ini “wah
percumah membayar mahal-mahal, tidak dapat komputer,
lebih baik pulang saja”, pasti begitu, tapi ya reaksi gurunya
biasa saja.
Petikan 31
S3 : Sepertinya jarang, paling seperti penggaris untuk papan
tulis, perlengkapan seperti busur, jangka yang di kelas saja
sekarang sudah pada hilang.
47
Berdasarkan wawancara diatas dapat dikatakan bahwa
perlengkapan kelas masih belum lengkap, misalnya busur,
penggaris dan papan berkotak sehingga untuk menggambar grafik,
bangun datar dan bangun ruang masih mengalami kesulitan. Selain
itu, pemanfaatan multimedia dengan jaringan internet masih
terbatas sekali, sehingga pemanfaatannya masih belum maksimal.
d. Analisis data
Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran matematika
berdasarkan KTSP antara lain ada anak yang belum siap dalam
melaksanakan proses pembelajaran berdasarkan KTSP, sehingga
yang mereka lakukan adalah menarik perhatian guru seperti tidur
dikelas, tidak memperhatikan, dan berusaha untuk membuat
kegaduhan dikelas.
Kendala lain berkaitan dengan kemampuan guru dalam
mengelola kelas. Hal ini mengakibatkan pelaksanaan KBM yang
tidak berjalan sesuai dengan RPP yang dirancang guru tersebut.
RPP yang telah disusun menjadi tidak sesuai dengan kenyataan,
karena ada beberapa komponen dalam RPP yang terlewatkan,
misalnya pretest, posttest, apersepsi, atau metode pembelajaran
yang tidak sesuai dengan rencana pembelajaran. Selain itu masih
terdapat guru yang mengajar dengan menggunakan satu metode,
yaitu metode ceramah. Hal ini dikarenakan guru menganggap
siswa belum mampu untuk diajak berdiskusi. Guru juga belum
memanfaatkan fasilitas yang telah disediakan sekolah, misalnya
LCD, Laptop sebagai media pembelajaran yang dapat membantu
dalam pelaksanaan pembelajaran.
Guru juga mengalami kendala lain berkaitan dengan
kemampuan guru dalam internet, kurangnya kemampuan guru
dalam hal internet menjadikan guru takut untuk memberikan
tugas yang berhubungan dengan internet. Padahal, di internet
banyak terdapat hal-hal yang berkaitan dengan matematika,
contohnya adalah materi pembelajaran, media pembelajaran,
serta permainan matematika yang dapat dijadikan simulasi dalam
proses pembelajaran. Terbatasnya fasilitas sekolah juga menjadi
kendala yang dihaapi sekolah. Kendala ini berkaitan dengan
48
masalah pendanaan. Ada beberapa kelas yang perlengkapannya
belum terpenuhi.
3. Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kendala
Guru, siswa, serta sekolah melakukan beberapa usaha untuk
mengatasi kendala-kendala yang dihadapi. Usaha yang dilakukan
adalah sebagai berikut:
a. Usaha Guru untuk mengatasi kendala
KTSP merupakan kurikulum baru yang didalamnya
menetapkan adanya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa
yang siap terhadap hal itu tidak menjadi kendala, namun bagi
siswa yang belum siap hal tersebut menjadi kendala. Kendala bagi
siswa adalah juga kendala bagi guru. Untuk mengatasinya guru
telah melakukan berbagai usaha, dibawah ini merupakan petikan
wawancara dengan guru.
Petikan 32
G1 : Paling sering ceramah, tugas kelompok, jadi mereka saya
berikan masalah untuk nanti didiskusikan di kelompok,
karena dengan begitu saya berpikir dalam 1 kelompok
mereka bisa saling melengkapi, yang tidak mengerti bisa
diajari oleh yang mengerti. Karena dengan penjelasan
guru, terkadang siswa kurang mengerti, justru dengan
teman sebayanya mereka jauh lebih mengerti.
Petikan 33
P : Kalau menghadapi anak yang tidak peduli terhadap
pelajaran matematika itu bagaimana? Cara mengatasi hal
itu?
G2 : Tentu saja ada anak yang seperti itu, yang dasar nya saja ia
tidak bisa, kalau kita kembali ke belakang, tentu saja akan
memakan waktu untuk mengajarinya. Sekarang materi
yang saya punya saat ini, siswa butuh apa. Misalnya untuk
materi sistem persamaan linear, berarti dia harus tahu
terlebih dahulu konsep-konsep dasarnya, masih kurang
memahami apa saja, jadi kita mengerti dan harus tetap
mendekatinya, kalau siswa tetap tidak peduli, kita
memberikan nilai dengan berat hati, kalau dia mulai aktif
ada perubahan, kita bisa memberikan nilai tuntas, biarpun
49
berhati-hati pasti dengan ikhlas juga. Tapi kalau anak itu
sudah tidak peduli, membuat tugas saja tidak mau, tetap
saja kita yang harus aktif, sebenarnya guru hanya sebagai
fasilitator, dan tidak menutup kemungkinan untuk
melakukan semua tugas itu. Jadi tidak hanya
membimbing, mendidik dan juga harus bisa mengarahkan.
Berdasarkan wawancara diatas terlihat guru berusaha
mengatasi perbedaan antara siswa yang siap dengan yang belum
siap dalam menghadapi KTSP adalah dengan metode diskusi, siswa
yang mampu membantu siswa yang belum mampu. Selain itu,
guru juga memberikan pelayanan individual kepada siswa yang
masih belum memahami materi pembelajaran ketika KBM
berlangsung. Pelayanan individual menjadikan siswa nyaman
dalam belajar, hal tersebut juga berguna untuk mengatasi
perbedaan kemampuan pada siswa.
b. Usaha Siswa untuk mengatasi kendala
Siswa melakukan berbagai cara untuk mengatasi kendala yang
dihadapi saat proses pembelajaran, berikut petikan
wawancaranya.
Petikan 34
P : Kalau kemarin saya dengar dari S1, guru kalau
memberikan tugas banyak sekali ya, mulai dari biayanya,
cara mengatasi nya bagaimana?
S3 : Kalau saya sih tidak begitu saya pikirkan berlebihan, saya
berpikir santai.Karena tugas sudah saya kerjakan terlebih
dahulu, jadi tidak menumpuk banyak. Pertama kalau ada
tugas aku kerjakan terlebih dahulu, nanti kalau ada
halangan apa-apa baru bertanya teman, kerja kelompok,
biasanya belajar kelompok kalau tidak dirumah saya, ya di
tempat teman.
Petikan 35
P : Menurut kamu menarik tidak pembelajarannya?
S1 : Kalau dengan ceramah membosankan, kalau dibuat
kelompok-kelompok diskusi dengan teman-teman tidak
malu bertanya, tidak tegang, enak bisa sambil bercanda
dan dijelaskan sedetail-detailnya.
50
Wawancara yang dilakukan dengan narasumber diatas dapat
dilihat bahwa siswa berusaha untuk mengatasi berbagai kendala
yang mereka hadapi ketika proses pembelajaran, salah satunya
dengan bertanya dengan salah satu teman ketika ada materi yang
tidak dimengerti siswa. Usaha lainnya yang dapat dilakukan siswa
adalah dengan mengadakan belajar kelompok atau bertanya
kepada guru secara langsung ketika mengalami kesulitan dalam
belajar.
c. Usaha sekolah untuk mengatasi kendala
Sekolah mengatasi kendala dalam pelaksanaan KTSP dengan
melakukan beberapa usaha. Berikut petikan wawancaranya.
Petikan 36
P : Kendala dalam menyusun Silabus dan RPP?
G1 : Karena saya bukan dari pendidikan, sebenarnya isi RPP itu
apa saja, kemudian dalam menyusun silabus itu
bagaimana, memang terus terang kesulitan, karena tidak
dapat bekal dari kuliah. Saya mengetahui hal itu dari
bertanya dengan G2, G3, download, kalau tidak saya tanya
terlebih dahulu dengan guru dari SMK lain.
P : Tapi selama ini dalam menyusun silabus bagaimana bu?
G1 : Biasanya mengacu pada tahun kemarin.
Berdasarkan wawancara tersebut diperoleh informasi bahwa
dalam pelaksanaan KTSP masih terdapat beberapa guru yang
belum memahami KTSP, hal tersebut dikarenakan latar belakang
guru yang bukan berasal dari pendidikan, namun usaha yang
dilakukan guru tersebut adalah dengan bertanya langsung kepada
senior dan wakil ketua bidang kurikulum, serta melakukan
pendalaman dengan meminjam referensi dari sekolah berkaitan
dengan KTSP. Masalah yang berkaitan dengan dana
pengembangan dan penyediaan sarana prasarana, sekolah
menyiasatinya dengan melakukan pembangunan secara bertahap.
51
D. Analisis Penelitian
Proses pelaksanaan pembelajaran matematika yang berbasis KTSP
merupakan proses pelaksanaan pembelajaran yang tujuannya untuk
pembentukan kompetensi matematika pada siswa. Pembentukan
kompetensi matematika pada siswa, dapat diperhatikan bukan hanya dari
nilai siswa yang tinggi, akan tetapi jika siswa mampu memahami
matematika dan menggunakannya untuk menyelesaikan masalah
matematika serta mampu mengembangkan matematika dalam berbagai
bidang.
Siswa harusnya dapat mencapai kompetensi tersebut dengan cara
guru melibatkan siswa secara langsung terhadap pembelajaran. Salah satu
cara untuk melibatkan siswa terhadap pembelajaran adalah dengan siswa
diajak untuk menemukan sendiri konsep matematika, siswa diminta untuk
berpendapat tentang materi yang sedang dipelajari, serta siswa diminta
dapat menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Keterlibatan
siswa tersebut tentunya akan membuat siswa merasa memiliki
pengalaman matematika yang tidak hanya sekedar menghafal rumus, akan
tetapi siswa akan mampu menyerap ilmu yang mereka dapat, dan ilmu
tersebut tentunya akan bertahan lama.
Pembentukan kompetensi matematika siswa dapat pula didukung oleh
berbagai hal, misalnya metode mengajar, penggunaan media
pembelajaran, dan penilaian. Hal tersebut merupakan beberapa
komponen yang saling terkait dan dapat memaksimalkan proses
pembelajaran matematika berdasarkan kurikulum saat ini.
Pelaksanaan KTSP yang berlaku di SMK Kristen salatiga dapat terlihat
dari aktifitas yang dilakukan guru, siswa dalam pelaksanaan pembelajaran.
Guru dalam melaksanakan proses pelaksanaan pembelajaran
memanfaatkan berbagai metode pembelajaran yang berpusat pada siswa,
media pembelajaran yang berfariasi, sumber belajar berupa buku dan
siswa melalui tutor sebaya, serta guru mampu untuk melakukan penilaian
yang berdasarkan 3 ranah yakni kognitif, afektif, serta afektif. Sekolah juga
melakukan berbagai cara untuk mensosialisasikan KTSP kepada guru, serta
siswa yakni melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan dinas kota, rapat
berkaitan dengan kurikulum yang berlaku, melaksanakan pembekalan
kepada siswa berkaitan KTSP melalui kegiatan Masa Orientasi Siswa ketika
penerimaan siswa baru. Pelaksanaan yang sudah berjalan di SMK Kristen
52
Salatiga tentu tak semudah dibayangkan karena baik guru, siswa maupun
sekolah mengalami berbagai kendala.
Usaha guru, siswa, maupun sekolah yang selama ini telah di lakukan
untuk mengatasi kendala yang muncul dari pelaksanaan KTSP adalah guru
mengatasi ketidaksesuaian waktu pembelajaran dengan berusaha untuk
mengembangkan dan menyesuaikan materi ajar dengan waktu yang
tersedia. Kendala dari siswa diatasi dengan mengadakan belajar kelompok
dengan teman, serta bertanya pada guru secara langsung apabila ada
kesulitan dalam belajar, sedangkan kendala dari sekolah yakni sarana dan
prasarana diatasi dengan melakukan pembangunan secara bertahap. Cara
untuk mensukseskan KTSP dapat dilakukan dengan berbagai hal, berikut
akan dijabarkan temuan-temuan dalam penelitian, untuk kemudian di
kaitkan dengan proses pelaksanaan pembelajaran yang seharusnya dalam
KTSP.
Langkah awal yang perlu dilakukan adalah sosialisasi tentang KTSP.
Sekolah tentunya juga memainkan peranan penting di dalam proses
pelaksanaan pembelajaran, peranan tersebut salah satunya dapat
dilakukan dengan sosialisasi terhadap kurikulum yang sedang berlaku saat
ini. Berdasarkan hasil penelitian peneliti masih menemukan guru yang
belum dapat memahami tentang KTSP kaitannya dengan karakteristik
KTSP, penilaian KTSP, serta silabus yang merupakan komponen dari KTSP.
Bentuk sosialisasi untuk guru dapat dilakukan dengan mengadakan
seminar atau workshop berkaitan dengan KTSP. Baiknya workshop
tersebut juga membahas tentang karakteristik, komponen, serta penilaian
dalam KTSP. Usaha lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengirimkan
beberapa guru untuk mengikuti pelatihan kependidikan. Hasil dari
pelatihan tersebut dapat disampaikan pula dengan guru-guru yang lain.
Silabus juga merupakan komponen penting dalam KTSP. Silabus adalah
penjabaran dari Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ke dalam
materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian hasil belajar. Silabus adalah pedoman atau
acuan guru dalam melaksanakan pembelajaran agar tercapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan, yakni terbentuknya kompetensi pada
siswa, apabila guru tidak memahami setiap komponen yang ada dalam
silabus maka dapat menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.
Silabus harusnya dirancang sendiri oleh sekolah sesuai dengan potensi dan
53
karakter sekolah sehingga KTSP yang digunakan SMK Kristen Salatiga
mempunyai ciri khas dan berbeda dengan sekolah lain.
Penilaian yang ada dalam KTSP berbeda dengan penilaian kurikulum
terdahulu yang hanya menekankan penilaian pada aspek kognitif.
Penilaian dalam KTSP memperhatikan pada tiga aspek, yakni kognitif,
afektif, dan psikomotorik. KTSP juga menghendaki adanya pretest,
posttest, dan remidi bagi siswa yang belum tuntas. Pretest merupakan
upaya untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, dengan
pretest guru dapat mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa.
Berdasarkan apa yang ditemui peneliti guru di SMK Kristen belum
melakukan pretest, oleh karenanya guru sebaiknya mulai mengadakan
pretest karena dengan adanya pretest secara tidak langsung siswa akan
terdorong untuk belajar pada malam sebelumnya, selain itu tentu akan
mempermudah proses pemahaman siswa karena siswa sudah membaca
sebelumnya. Posttest adalah tes kemampuan setelah penyajian materi.
Tujuan diadakan posttest untuk mengetahui seberapa jauh siswa dapat
memahami materi yang telah dipelajarinya. Hasil yang didapat dari
postteset dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk pembelajaran hari
itu. Soal posttest pun tidak perlu banyak jumlahnya, akan tetapi harus
dapat mengukur kompetensi siswa.
Siswa juga memainkan posisi sentral dalam proses pembelajaran
matematika, sehingga sekolah perlu melibatkan siswa dalam sosialisasi
tersebut. Sosialisasi dapat dilakukan disela-sela Kegiatan Belajar Mengajar
atau dapat dilakukan di awal tahun pelajaran, yakni guru menyampaikan
peraturan dalam KBM berkaitan dengan KKM, penilaian dalam
pembelajaran, serta kegiatan siswa yang kaitannya dengan metode
mengajar guru. Sosialisasi tersebut dapat pula dilakukan ketika MOS (Masa
Orientasi Siswa), tujuannya tentu agar siswa tidak hanya mengerti tentang
KTSP, akan tetapi dapat memahami KTSP. Langkah-langkah tersebut
ditempuh agar siswa siap dengan pembelajaran berbasis KTSP.
Langkah kedua yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan
proses pembelajaran yang berpusat pada siswa, mengajak siswa aktif
sehingga mempunyai pengalaman belajar matematika. Hal tersebut erat
kaitannya dengan proses pembentukan kompetensi. Proses pembentukan
kompetensi dapat dikatakan efektif apabila seluruh peserta didik terlibat
secara aktif, sehingga melalui keaktifan tersebut siswa akan mampu
mengembangkan kompetensinya secara optimal.
54
Proses pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada siswa dapat
pula dilakukan dengan penggunaan metode pembelajaran oleh guru. Salah
satu metode pembelajaran yang mengajak siswanya untuk aktif adalah
metode kooperatif, metode penemuaan terbimbing. Guru dapat pula
melakukan pendekatan kontekstual, Problem Based Learning (PBL),
Pendekatan pembelajaran yang dilakukan guru membantu siswa untuk
menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari serta dapat
mengajak siswa untuk berpikir kritis.
Langkah ketiga adalah evaluasi terhadap pelaksanaan KTSP. Evaluasi
tersebut adalah terhadap pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan guru,
yang erat kaitannya dengan kompetensi guru, kesiapan siswa, kesiapan
sumber belajar, media dan sarana pendukung lainnya. Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat diketahui bahwa kompetensi professional guru
masih belum maksimal, oleh karena itu sekolah perlu untuk mengambil
langkah mengatasi hal tersebut.
Langkah terakhir yang dapat dilakukan adalah dengan pemenuhan
kebutuhan sarana pendukung pembelajaran. Di SMA Kristen Salatiga masih
ada beberapa sarana yang belum lengkap, misalnya laboraturium
matematika. Laboraturium tersebut tentu akan membantu dan
mendukung siswa dalam belajar dan bekerja matematika, namun jika
pemenuhan laboraturium tersebut elum terlaksana, guru tentunya dapat
mengajak siswa untuk berkunjung ke sekolah atau universitas terdekat
yang mempunyai laboraturium. Pemenuhan yang lain adalah alat tulis
yang berkaitan dengan matematika, misalnya penggaris, busur, jangka, dan
papan berkotak. Guru tentu harus memberikan contoh yang benar untuk
membuat lukisan yang berkaitan dengan alat-alat tersebut, misalnya
menggambar lingkaran, segitiga, bangun ruang, bangun datar, serta hal
lain yang berkaitan. Guru tentunya akan kesulitan apabila tidak ada alat
yang dapat digunakan untuk mencontohkan apa yang akan dipelajari, hal
tersebut akan berdampak pada siswa, karena siswa akan kesulitan dalam
memahami materi. Beberapa fasilitas tersebut merupakan fasilitas
pendukung bagi guru untuk melakukan inovasi dalam pembelajaran
sehingga tidak monoton dan dapat mengikuti perkembangan yang ada.
Pemenuhan kebutuhan tersebut dapat dilakukan secara bertahap
mengingat pendanaan yang ada, namun demikian sebaiknya sekolah
membuat skala prioritas kebutuhan yang harus dipenuhi.