Download pdf - Bronkiolitis - Copy

Transcript

Laporan Kasus AnakDi RSIA. Zainab

1. Identitas pasien :

No rekam medik

:120700493

Nama Anak

: An. AUmur

:11 bulanJenis kelamin

:Perempuan

Nama Ayah / Ibu

:Tn.S/ Ny. E Pekerjaan ayah / Ibu

:WiraswataAlamat

:Dusun Sei.Tampalo Kelurahan Penghidupan, Kampar Kiri Tengah

Agama

: IslamPendidikan Ayah/ Ibu

:-2. Anamnesis : AlloanamnesisKeluhan Utama

: Demam disertai batuk berdahak sejak 1 minggu yang lalu.RPS

:Demam sejak 1 minggu yang lalu disertai batuk berdahak, nafsu makan menurun, dan BAB sebanyak 3x/hari dengan konsistensi lunak-cair. Demam tidak turun walaupun telah berobat ke bidan.

RPD

:Belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Pernah masuk rumah sakit beberapa bulan yang lalu karena mencret-mencret. Riwayat alergi (-)

RPK

: Tidak ada riwayat penyakit keluarga dengan keluhan yang sama.

RSE

:-Riwayat Kelahiran

: Lahir normal di klinik dan ditolong oleh bidan. Berat badan 2600 gram. Panjang badan 49 cm. Riwayat Imunisasi

: imunisasi lengkap (hepatitis B, BCG, DPT, polio, campak)3. Pemeriksaan Fisik :Status Generalis

Keadan umum

: tampak sakit sedang

Kesadaran

:komposmentis, rewelVital sign

:

BB

: 7kg

TB/PB

: -

R

: 22x/i

N

: 100x/i

T

: 37,40C

Kepala

: Mata

: konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-Hidung : Bagian luar : normal, tidak terdapat deformitas

Septum : terletak ditengah dan simetris

Mukosa hidung : tidak hiperemis

Cavum nasi : tidak ada tanda perdarahan

Telinga : Daun telinga : normalLiang telinga : lapangMembrana timpani : intakeNyeri tekan mastoid : tidak nyeri tekanSerumen : tidak ada Mulut dan Tenggorokan :Mulut :simetris

Bibir : mukosa basah, berwarna merah mudah

Gusi : tidak mudah berdarah

Gigi geligi : lengkap, ada karies

Palatum : tidak ditemukan torus

Lidah : bentuk simetris, pucat (-), kotor (-)

Tonsil : T1/T1 tenang

Faring : tidak hiperemis

Leher: JVP : tidak terlihat

Kelenjar tiroid : tidak teraba membesar

Trakea : letak di tengah

Thorax: Paru-Paru:

I:diameter anteroposterior >>, retraksi (-), tidak ada bekas lukaPa:nyeri tekan (-), gerakan nafas tertinggal (-)Pr:hipersonor Au:ekspirasi memanjang Jantung:I : tampak pulsasi ictus cordis Pa:denyut iktus kordis teraba, kuat angkatPr: Atas: ICS II linea parasternalis sinistra Kiri : ICS V, 1 cm lateral linea midclavicularis sinistra Kanan: ICS II-IV kanan liea sternalis dextra Au:regularAbdomen:I:bentuk normal, datarAu:bising usus terdengarPe:timpaniPa:nyeri tekan (-)Ekstremitas atas: akral hangat (ka/ki)Ekstremitas Bawah: akral hangat (ka /ki)3.Pemeriksaan penunjang: Pemeriksaan darah lengkap : sedikit peningkatan limposit dan trombosit,

IgM Salmonella (-)Rx.thorax AP/PA

: paru-paru dalam keadaan hipererasi, terdapat bercak-bercak konsolidasi yang tersebar 4.Diagnosa kerja: bronkiolitis5.Diagnosa Banding:asma, bronkopneumonia6.Penatalaksanaan:

- Medikamentosa :

Infus raen IB : 30 tts/i

Th.injeksi : ceftriaxone 2x300 mg, dexa 3x1 mg, ranitidine 3x5 mg

Th.oral : sanmol 4x0,7 cc

Nebu : 3x/hari ( FSHR/hr- Edukatif : rawat inap, konsultasi ulang jika ada keluhan, istirahat yang cukup

7.Prognosis:dubia ad bonam (sembuh setelah 48-27 jam, mortaliti < 1 %)BRONKIOLITIS

1. Definisi Bronkiolitis

Bronkiolitis adalah peradangan atau suatu sindrom obstruksi pada bronkiolus yang ditandai oleh sesak napas, mengi, dan hiperinflasi paru.1.2. Etiologi Bronkiolitis

Bronkiolitis sebagian besar disebabkan oleh Respiratory syncytial virus (50%). Penyebab lainnya adalah parainfulenza virus, eaton agent (Mycoplasma pneumoniae), adenovirus, enterovirus dan beberapa virus lain (20%)2.3. Patofisiologi Bronkiolitis

Respiratory Syncytial Virus (RSV) adalah single stranded RNA virus yang berukuran sedang (80-350 nm), termasuk paramyxovirus. Terdapat 2 glikoprotein permukaan yang merupakan bagian penting dari RSV untuk menginfeksi sel, yaitu protein G (attachment protein) yang mengikat sel dan protein F (fusion protein) yang menghubungkan partikel virus dengan sel target dan sel tetangganya. Kedua protein ini merangsang antibodi neutralusasi protektif pada host. Terdapat 2 macam strain antigen RSV yaitu A dan B.RSV strain A menyebabkan gejala yang pernapasan yang lebih berat dan menimbulkan sekuele. Masa inkubasi RSV 2 - 5 hari3.

Virus bereplikasi di dalam nasofaring kemudian menyebar dari saluran nafas atas ke saluran nafas bawah melalui penyebaran langsung pada epitel saluran nafas dan melalui aspirasi sekresi nasofaring. RSV mempengaruhi sistem saluran napas melalui kolonisasi dan replikasi virus pada mukosa bronkus dan bronkiolus yang memberi gambaran patologi awal berupa nekrosis sel epitel silia. Nekrosis sel epitel saluran napas menyebabkan terjadi edema submukosa dan pelepasan debris dan fibrin kedalam lumen bronkiolus4.

Infeksi virus pada epitel bersilia bronkus menyebabkan respon inflamasi akut, ditandai dengan obstruksi bronkiolus akibat edema, sekresi mucus, timbunan debris selular/sel-sel mati yang terkelupas, kemudian diikuti dengan infiltrasi limfosit peribronkial dan edema submukosa.Karena tahanan aliran udara berbanding terbalik dengan diameter penampang saluran pernafasan, maka sedikit saja penebalan mukosa akan memberikan hambatan aliran udara yang besar terutama pada bayi yang memiliki penampang saluran pernafasan yang kecil. Resistensi pada bronkiolus meningkat selama fase inspirasi dan ekspirasi, tetapi karena radius saluran respiratori lebih kecil selama ekspirasi, maka akan menyebabkan air traping dan hiperinflasi3.Proses patologis ini akan mengganggu pertukaran gas normal di paru. Penurunan kerja ventilasi paru akan menyebaban ketidakseimbangan ventilasi perfusi, yang berikutnya akan menyebabkan hipoksemia dan kemudian terjadi hipoksia jaringan. Resistensi karbondioksida (hiperkapnea) tidak selalu terjadi, kecuali pada beberapa pasien. Semakin tinggi laju pernafasan, maka semakin rendah tekanan oksigen arteri. Kerja pernafasan akan meningkat selama end expiratory lung volume meningkat dan compliance paru menurun. Hiperkapnea biasanya baru terjadi bila respirasi mencapai 60x/menit4.Penyembuhan bronkiolitis akut diawali dengan regenerasi epitel bronkus dalam 3-4 hari, sedangkan regenerasi dari silia berlangsung lebih lama dapat sampai 15 hari. Jaringan mati akan dibersihkan oleh makrofag. Ada 2 macam fenomena yang mendasari hubungan antara infeksi virus saluran napas dan asma: (1) Infeksi akut virus saluran napas pada bayi atau anak keci seringkali disertai wheezing. (2) Penderita wheezing berulang yang disertai dengan penurunan tes faal paru, ternyata seringkali mengalami infeksi virus saluran napas pada saat bayi/usia muda. Infeksi RSV dapat menstimulasi respon imun humoral dan selular. Respon antibodi sistemik terjadi bersamaan dengan respon imun lokal. Bayi usia muda mempunyai respon imun yang lebih buruk4.4. Gambaran Klinis BronkiolitisMula-mula bayi menderita gejala ISPA atas ringan berupa pilek yang encer dan bersin. Gejala ini berlangsung beberapa hari, kadang-kadang disertai demam dan nafsu makan berkurang. Kemudian timbul distres nafas yang ditandai oleh batuk paroksismal, wheezing, sesak napas. Bayi-bayi akan menjadi rewel, muntah serta sulit makan dan minum. Bronkiolitis biasanya terjadi setelah kontak dengan orang dewasa atau anak besar yang menderita infeksi saluran nafas atas yang ringan.Bayi mengalami demam ringan atau tidak demam sama sekali dan bahkan ada yang mengalami hipotermi5.Terjadi distres nafas dengan frekuensi nafas lebih dari 60 kali per menit, kadang-kadang disertai sianosis, nadi juga biasanya meningkat. Terdapat nafas cuping hidung, penggunaan otot bantu pernafasan dan retraksi. Retraksi biasanya tidak dalam karena adanya hiperinflasi paru (terperangkapnya udara dalam paru). Terdapat ekspirasi yang memanjang , wheezing yang dapat terdengar dengan ataupun tanpa stetoskop. Hepar dan lien teraba akibat pendorongan diafragma karena tertekan oleh paru yang hiperinflasi5. Ronkhi nyaring halus kadang-kadang terdengar pada akhir inspirasi atau pada permulaan ekspirasi3,5. Pada keadaan yang berat sekali suara pernafasan hampir tidak terdengar karena kemungkinan obstruksi hamper total. Ekspirasi memanjang dan mengi kadang-kadang terdengar dengan jelas5.Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan skala klinis. Digunakan berbagai skala klinis, misalnya Respiratory Distress Assessment Instrument (RDAI) atau modifikasinya yang mengukur laju pernafasan/respiratory rate (RR), usaha nafas, beratnya wheezing dan oksigenasi.Skala klinis yang digunakan Abul Ainine dan Luyt adalah :

a. Respiratory Rate (RR) : dihitung manual, baik dengan palpasi dan melihat gerakan dada, dilakukan selama 1 menit penuh, dua kali perhitungan diambil rata-ratanya.b. Heart Rate (HR) diambil dari pulse oxymetri yang dibaca lima kali selama pengamatan 1 menit, diambil rata-ratanya.c. Saturasi O2 : dari pulse oxymetri yang dibaca lima kali selama pengamatan 1 menit, diambil rata-ratanya.d. Respiratory clinical status yang dinilai menggunakan RDAI menurut Lowell dkk.e. Status aktivitas bayi (empat tingkat : tidur, tenang, rewel dan menangis).Sedangkan Shuh, yang diadaptasi oleh Dobson, menilai skor klinis sebagai berikut :

a. Keadaan umum : diberi skor 0 (tidur) hingga 4 (sangat rewel)b. Penggunaan otot bantu nafas : Skor 0 (tidak ada retraksi) hingga 3 (retraksi berat)c. Wheezing : skor 0 (tidak ada) hingga 3 (wheezing hebat inspiratorik dan ekspiratorik).Atas dasar frekuensi nafas dan keadaan umum bronkiolitis dibagi menjadi : bronkiolitis ringan dan bronkiolitis berat (R 60 x/ menit).Berdasarkan gejala klinis, bronkiolitis juga dibagi menjadi bronkiolitis ringan, sedang, berat dengan tanda sebagai berikut :BRONKIOLITIS

RINGANSEDANGBERAT

Kemampuan untuk makan normal

Sedikit atau tidak ada gangguan pernafasan

Tidak kebutuhan akan oksigen tambahan (saturasi O2 > 95 %

Gangguan pernafasan sedang dengan beberapa kontraksi dinding dada dan nafas cuping hidung

Hipoksemia ringan dan dapat dikoreksi dengan oksigen

Mungkin menampakkan pernafasan yang pendek ketika makan

Mungkin memiliki episode apnoe yang singkat Tidak dapat untuk makan

Gangguan pernafasan berat, dengan retraksi dinding dada yang jelas, nafas cuping hidung dan dengkuran.

Hipoksemia yang tidak terkoreksi dengan oksigen tambahan

Mungkin terdapat peningkatan frekuensi atau episode apnoe yang panjang.

Mungkin menampakkan peningkatan kelelahan.

5. Diagnosis Bronkiolitis

Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis yang khas seperti yang tersebut di atas. Keadaan ini harus dibedakan dengan asma yang kadang-kadang juga timbul pada usia muda. Anak dengan asma akan memberikan respons terhadap pengobatan dengan bronkodilator, sedangkan anak dengan bronkilitis tidak. Bronkiolitis juga harus dibedakan dengan bronkopneumonia yang disertai emfisema obstruktif dan gagal jantung3.6. Prognosis

Anak biasanya dapat mengatasi serangan tersebut sesudah 48-72 jam. Mortalitas < 1%. Anak biasanya meninggal karena jatuh dalam keadaan apneu yang lama, asidosis respiratorik yang tidak terkoreksi atau karena dehidrasi yang disebabkan oleh takipnea dan kurang makan-minum. Komplikasi seperti otitis media akut, pneumonia bakterial dan gagal jantung jarang dijumpai2.Prognsosis dari bronkiolitis tergantung berat ringannya penyakit, cepatnya penanganan, dan penyakit latar belakang (penyakit jantung, defisiensi imun, dan prematuritas)3.7. Penatalaksanaan Bronkiolitis

a. Tempatkan anak dalam ruangan dengan kelembaban udara yang tinggi, sebaiknya dengan uap dingin (mist-tent), keadaan ini dapat mencairkan sekret bronkus yang liat.b. Beri oksigen walaupun anak belum dalam keadaan sianosisc. Beri cairan intravena dengan elektrolit yang diperlukan, diberikan untuk mengoreksi asidosis respiratorik dan metabolik yang mungkin timbul dan juga utnuk mengoreksi kemungkinan dehidrasi.

d. Antibiotik diberikan apabila curiga infeksi bakterial dan sebaiknya dipilih yang mempunyai spektrum luas. Bila dicurigai Mycoplasma pneumoniae sebagai penyebabnya, obat yang dipilih adalah eritromisin.

e. Pemberian steroid masih pro-kontra

f. Pemberian sedativa tidak diperkenankan, karena dapat menimbulkan depresi pernapasan. Bila dianggap perlu, berikan kloralhidrat.

g. Bronkodilator tidak dianjurkan dan merupakan kontraindikasi, karena dapat memperberat keadaan anak, penderita dapat menjadi lebih gelisah dan keperluan oksigen akan meningkat.REFERENSI1. Ida BS, Darmawan BS, Bambang S, Imam B. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Bronkiolitis Akut. Jurnal Sari Pediatri.Vol.10.No.6.April 2009.Jakarta: IDAI (availble at http://www.idai.or.id/saripediatri/fulltext.asp/3Fq% )2. Rusepno H, Husein A, dkk.Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.Jakarta:Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.2007.3. Magdalena Sidharta Zain, Bronkhiolitis dalam Buku Ajar Respirology Anak, Edisi Pertama, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Badan Penerbit IDAI, 20084. Mary Ellen B, Wohl, MD. Bronchiolitis in Kendigs Disorder of The Respiratory Tract in Children. Seventh Edition, Elsevier Inc, 2006 page : 423 431.5. Administrator, Tata Laksana Bronkhiolitis, Desember 2007, available at http://cpddokter.com/home/index.php?option=com_content&task=view&id=140&Itemid=383