BUKU PANDUAN
SIDANG PEMBINAAN NIKAH
DI LINGKUNGAN POLRI
Dikeluarkan oleh:
BIRO WATPERS SSDM POLRI
Jakarta, Oktober 2017
ASISTEN KAPOLRI BIDANG SUMDER DAYA MANUSIA
KATA SAMBUTAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Pernikahan bagi anggota Polri dan juga bagi individu lainnya adalah hubungan sakral untuk membangun mahligai kehidupan rumah tangga sebagai suami isteri yang harus dijaga kesuciannya dengan didasarkan pada nilai- nilai agama dan nilai-nilai sosial kemasyarakatan. Diharapkan proses pernikahan yang merubah status keluarga anggota Polri dari bujangan menjadi berkeluarga dapat meningkatkan motivasi dalam bekerja dengan adanya tanggung jawab baru dalam status telah berkeluarga. Proses pernikahan tersebut perlu diatur untuk menjamin terjaganya harkat dan martabat serta kelanggengan kehidupan rumah tangga anggota Polri.
Untuk menjamin terselenggaranya proses pernikahan anggota Polri baik yang menyangkut masalah administrasi , prosedur dan legalitas serta penelitian calon mempelai baik suami maupun isteri maka perlu diatur buku panduan prosedur penyelenggaraan pelayanan pernikahan anggota Polri yang dapat dijadikan pedoman bagi jajaran Polri dan Bhayangkari.
Buku panduan yang terdiri dari : Standar Operasional Sidang Pembinaan Nikah, Tim Anggota Sidang Pembinaan Nikah (Badan Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk / BP4R) pada
i
tingkat Mabes Polri dan Kewilayahan dan Materi pembinaan dari masing-masing anggota sidang (materi Divpropam, Bhayangkari dan Rohaniwan) , merupakan hasil kerjasama dan inisiatif dari SSDM Polri dan Pengurus Bhayangkari Pusat yang juga turut berperan serta dalam upaya pembinaan keluarga anggota Polri.
Diharapkan buku panduan ini dapat meningkatkan kualitas pelayanan pernikahan bagi anggota Polri ke depan menjadi lebih baik lagi.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Oktober 2017
ASISTEN KAPOLRI BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA
Drs. ARIEF SULISTYANTO, M. Si.
INSPEKTUR JENDERAL POLISI
ii
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk dan bimbingan-Nya kami dapat menerbitkan “Buku Panduan Sidang Pembinaan Nikah di Lingkungan Kepolisian Negara Republik Indonesia”.
Buku Panduan ini berisikan tentang Standar Operasional pelaksanaan Sidang Pembinaan Nikah dan materi pembinaan yang akan disampaikan oleh Badan Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk (BP4R) dalam sidang Pembinaan Nikah pada tingkat Mabes Polri dan Kewilayahan.
Penyusunan Buku Panduan ini sebagai upaya penyeragaman dalam pelaksanaan Sidang Pembinaan Nikah juga sekaligus upaya meningkatkan kualitas Pembinaan Nikah agar setiap personel Polri dan pasangannya dapat memahami dan memiliki kesiapan mental rohani guna mewujudkan keluarga yang harmonis dan kekal (sakinah mawaddah warahmah).
Semoga buku panduan ini dapat memberikan manfaat bagi pengemban fungsi dalam pelaksanaan Sidang Pembinaan Nikah bagi Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Jakarta, Oktober 2017
Tim Penyusun
iii
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ............................................................. 1
A. Gambaran Umum .................................................. 1
B. Dasar Hukum ......................................................... 2
C. Maksud dan Tujuan ............................................... 3
D. Ruang Lingkup ....................................................... 3
BAB II TATA TERTIB SIDANG PEMBINAAN NIKAH ............... 4
A. Tahap Persiapan. ................................................... 4
B. Tahap Pelaksaan. ................................................... 5
C. Tahap Akhir............................................................. 8
BAB III PETUGAS BP4R YANG BERWENANG DALAM
PENYELENGGARAAN SIDANG PEMBINAAN
PERNIKAHAN ................................................................ 9
BAB IV KUALIFIKASI PETUGAS BP4R YANG
BERWENANG DALAM PENYELENGGARAAN
SIDANG PEMBINAAN PERNIKAHAN…………………10
A. Tingkat Mabes Polri…………………………………10
B. Tingkat Lemdikpol, Sespim Polri, Stik,
Akpol dan Korbrimob……………………………….11
C. Tingkat Polda………………………………………..13
D. Tingkat SPN, Polrestabes, Polres Metro,
Polresta dan Polres…………………………………14
BAB V MATERI PEMBINAAN……………………………………16
I. BIDANG PROPAM…………………………………..16
II. BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA (Rohani,
hak-hak anggota dan penerbitan KPI/KPS)………18
III. BIDANG BHAYANGKARI…………………………..43
BAB VI PENUTUP…………………………………………………57
TIM PENYUSUN……………………………………………………….58
iv
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
BAB I
PENDAHULUAN
A. Gambaran Umum
Sebagai unit terkecil dari masyarakat, keluarga berperan
sangat penting dalam mempertahankan kelangsungan suatu
Negara, termasuk keluarga Polisi. Mempersiapkan dengan
sungguh-sungguh generasi terbaik bagi institusi Polri khususnya
dan bangsa Indonesia umumnya menjadi tugas dan tanggung
jawab kita bersama.
Pengertian keluarga menurut definisi Departemen Kesehatan
tahun 1988, Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat
yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan. Keluarga mempunyai fungsi yang
sangat penting dari segi biologis, psikologis sosial, budaya dan
pendidikan. Setiap keluarga Polri memiliki arti yang penting bagi
kwalitas sumber daya manusia di Institusi Polri.
Salah satu tahapan untuk membentuk keluarga di lingkungan
Polri, bahwa setiap calon mempelai akan menjalani sidang
pembinaan nikah. Sidang nikah di Institusi Polri dilaksanakan oleh
BP4R yaitu Badan Pembantu Penasihat Perkawinan Perceraian dan
Rujuk. Sidang pembinaan nikah merupakan tahapan terpenting
yang bisa dijadikan acuan bagi kita untuk mempersiapkan keluarga
terbaik untuk institusi Polri. Dengan demikian diharapkan
semaksimal mungkin dapat menghindari situasi dan kondisi yang
rawan bagi keharmonisan keluarga.
Melalui tahapan sidang pembinaan nikah oleh BP4R calon
anggota baru dari keluarga besar Polri dapat lebih mengenal dan
memahami situasi, kondisi tugas dan tanggung jawab anggota
1
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
Polri. Calon pendamping hidup anggota Polri dapat lebih siap
sehingga di masa depan diharapkan bisa mengatasi setiap konfik
yang mungkin timbul. Melihat dan memahami perkembangan dan
tantangan yang sangat besar bagi keluarga saat ini, serta besarnya
struktur organisasi Polri perlu kiranya dibuat panduan sidang
pembinaan nikah yang akan menjadi acuan bagi seluruh
tingkat/wilayah. Diharapkan setiap pesan moral yang disampaikan
dapat seoptimal mungkin dipahami oleh calon mempelai.
Semoga upaya tersebut diatas dapat menciptakan keluarga
yang harmonis dan serasi, agar hadir suasana tentram dan bahagia
dalam kehidupan berumah tangga.
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Pekawinan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3019).
2. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin
Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 13,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3250).
3. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor 9 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengajuan
Perkawinan, Perceraian dan Rujuk bagi Pegawai Negeri pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia.
4. Surat Telegram Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
Nomor Nomor: ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan /Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk agar
2
1. Konseptor/Kabagbinreligi : .........
dilaksanakan melalui Badan Pembantu Penasehat Perkawinan,
Perceraian dan Rujuk (BP4R).
C. Maksud Dan Tujuan
1. Maksud dari penyusunan buku panduan petugas dalam sidang
pembinaan pernikahan Polri ini adalah untuk dijadikan sebagai
panduan petugas BP4R dalam penyelenggaraan sidang
pembiaan pernikahan.
2. Tujuan penyusunan buku panduan ini adalah untuk
menyamakan persepsi petugas BP4R dalam penyelenggaraan
proses sidang pernikahan yang diselenggarakan oleh Institusi
Polri, sehingga setiap tahapan kegiatan dapat terlaksana
dengan baik.
D. Ruang Lingkup
Buku panduan petugas dalam sidang pembinaan pernikahan
Polri ini berisi tentang tata tertib sidang pembinaan
pernikahan,petugas BP4R yang berwenang dalam
penyelenggaraan sidang pembinaan pernikahan, kualifikasi
petugas BP4R yang berwenang memberikan materi sidang
pembinaan pernikahan.
3
1. Konseptor/Kabagbinreligi : .........
BAB II
TATA TERTIB
SIDANG PEMBINAAN PERNIKAHAN
A. Tahap Persiapan
1. Calon mempelai sudah melengkapi semua persyaratan
administrasi meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Surat permohonan pengajuan izin kawin;
b. Surat keterangan N1 dari kelurahan /desa sesuai domisili,
mengenai nama, tempat, dan tanggal lahir, agama,
pekerjaan, tempat kediaman dan status calon suami /istri;
c. Surat keterangan N2 dari kelurahan /desa sesuai domisili,
mengenai asal usul yang meliputi nama, agama, pekerjaan,
dan tempat kediaman orang tua/wali;
d. Surat keterangan N4 dari kelurahan /desa sesuai domisili,
mengenai orang tua calon suami /istri;
e. Surat pernyataan kesanggupan dari calon suami /istri untuk
melaksanakan kehidupan rumah tangga;
f. Surat pernyataan persetujuan dari orang tua, apabila kedua
orang tua telah meninggal dunia, maka persetujuan
diberikan oleh wali calon suami /istri;
g. Surat keterangan pejabat personel dari satuan kerja
Pegawai Negeri pada Polri yang akan melaksanakan
perkawinan, mengenai status pegawai yang bersangkutan
perjaka /gadis /kawin /duda /janda;
h. Surat akta cerai atau keterangan kematian suami /istri,
apabila mereka sudah janda /duda;
i. Surat keterangan dokter tentang status kesehatan calon
suami /istri yang meliputi : test narkoba, penyakit menular
4
1. Konseptor/Kabagbinreligi : .........
seksual dan HIV/AIDS. Khusus bagi calon istri melampirkan
tes urine untuk mengetahui kehamilan;
j. Surat pernyataan persetujuan kedua calon mempelai untuk
mendapatkan informasi tentang status kesehatan masing-
masing calon pasangan.
k. Pas foto berwarna calon suami /istri ukuran 4 cm x 6 cm,
masing-masing 3 (tiga) lembar, dengan ketentuan:
1) Bagi perwira berpakaian dinas harian dengan latar
belakang berwarna merah;
2) Bagi Brigadir berpakaian dinas harian dengan latar
belakang berwarna kuning;
3) Bagi PNS Polri berpakaian dinas harian dengan latar
belakang berwarna biru; dan
4) Bagi calon suami/istri yang bukan pegawai negeri pada
Polri berpakaian bebas rapi dengan latar belakang
disesuaikan dengan pangkat calon suami/istri;
5) Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) bagi calon
suami/istri yang bukan anggota Polri.
2. Menentukan hari dan tanggal untuk pelaksanaan sidang
pembinaan pernikahan.
3. Datang 30 menit sebelum pelaksanaan sidang pembinaan
pernikahan dimulai.
4. Didampingi oleh orang tua /wali /pengganti (dikuatkan dengan
surat kuasa) kedua calon mempelai.
B. Tahap Pelaksaan
1. Sidang pembinaan pernikahan dihadiri:
a. Calon mempelai laki-laki dan perempuan;
b. Orang tua/wali dari kedua calon mempelai;
5
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
c. Perangkat sidang yang terdiri dari:
1) Ketua sidang;
2) Sekretaris;
3) Rohaniwan sesuai agama calon mempelai (Islam, Kristen
Protestan, Kristen Katholik, Hindu dan Budha);
4) Staf Propam, Staf Itwasum dan Bhayangkari sebagai
anggota sidang pembinaan pernikahan.
2. Susunan acara sidang pembinaan pernikahan.
a. Sidang dibuka oleh Ketua Sidang;
b. Pembinaan dari Itwasum Polri;
c. Pembinaan dari Propam Polri;
d. Pembinaan dari Bhayangkari;
e. Pembinaan dari Rohaniwan.
3. Pelaksanaan sidang pembinaan pernikahan.
a. Sidang dibuka oleh Ketua Sidang menyampaikan hal-hal
sebagai berikut:
1) Memastikan kehadiran peserta sidang pembinaan
pernikahan;
2) Memberikan materi tentang regulasi sidang pembinaan
pernikahan;
3) Memberikan informasi tentang pentingnya sidang
pembinaan pernikahan;
4) Memberikan informasi tentang tugas pokok bagi
Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia secara umum baik terkait dengan kewajiban
yang harus diemban maupun hak-hak yang dimiliki oleh
Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
6
1. Konseptor/Kabagbinreligi : .........
b. Pembinaan oleh Itwasum Polri terkait dengan tugas
Itwasum Polri sebagai satuan kerja fungsi pengawasan
dalam setiap kegiatan yang diadakan di lingkungan Polri.
c. Pembinaan oleh Propam Polri dengan materi sebagai
berikut:
1) Informasi berkaitanTugas pokok dan fungsi Propam
Polri;
2) Informasi tentang ruang lingkup pengaturan Kode Etik
Profesi Polri;
3) Informasi bahwa Propam Polri sebagai satuan kerja
untuk menerima segala bentuk pengaduan
permasalahan yang dialami oleh Pegawai Negeri pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia termasuk
didalamnya pengaduan terkait dengan permasalahan
rumah tangga.
d. Pembinaan oleh Bhayangkari dengan materi sebagai
berikut:
1) Pengetahuan tentang sejarah Bhayangkari dan Yayasan
Kemala Bhayangkari
2) Atribut Bhayangkari
3) Pemahaman Visi, Misi, Tujuan dan Tugas Bhayangkari.
4) Penjabaran Visi, Misi, Tujuan dan Tugas Pokok
Bhayangkari.
5) Hak Dan Kewajiban Bhayangkari /Istri.
e. Pembinaan oleh Rohaniwan dengan materi sebagai berikut:
f. Membina keluarga bahagia /harmonis menurut kajian
agama masing-masing (Islam, Hindu, Budha, Kristen
Protestan dan Katholik);
g. Hak dan kewajiban seorang suami/istri dalam berumah
tangga menurut ajaran agama.
7
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
C. Tahap Akhir
1. Ketua Sidang menutup sidang pembinaan pernikahan setelah
semua selesai melaksanakan pembinaan;
2. Penandatanganan Berita Acara Sidang pembinaan nikah oleh
Ketua dan anggota sidang;
3. Memproses Surat Izin Kawin (SIK) untuk diajukan kepada
Pejabat yang berwenang sesuai kepangkatan calon pengantin.
8
1. Konseptor/Kabagbinreligi : .........
9
BAB III
PETUGAS BP4R YANG BERWENANG DALAM PENYELENGGARAAN
SIDANG PEMBINAAN PERNIKAHAN
Penyelenggaraan sidang pembinaan pernikahan dilaksanakan oleh
petugas BP4R (Badan Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraiaan
dan Rujuk) dengan susunan sebagai berikut:
A. Tingkat Mabes Polri
1. Karowatpers SSDM Polri sebagai Ketua;
2. Kabagbinreligi sebagai Wakil Ketua;
3. Kaurminbagbinreligi sebagai Sekertaris;
4. Kasubbagroh/Rohaniwan sebagai Narasumber;
5. Staf Itwasum, Propam dan Bhayangkari sebagai Anggota.
B. Tingkat Lemdiklat Polri, Sespim, STIK, AKPOL dan Koorbrimob
1. Pejabat Personalia sebagai Ketua;
2. Pejabat Administrasi sebagai Sekretaris;
3. Rohaniwan sebagai Narasumber;
4. Staf Subbag Propam/Provos dan Bhayangkari sebagai Anggota.
C. Tingkat Polda
1. Karo SDM sebagai Ketua;
2. Kabagwatpers sebagai Wakil Ketua;
3. Paur Subbagrohtal sebagai Sekretaris;
4. Staf Itwasda, Bidpropam dan Bhayangkari sebagai Anggota.
D. Tingkat SPN, Polrestabes, Polres Metro, Polresta dan Polres
1. Ses SPN, Wakapolrestabes, Wakapolres Metro, Wakapolresta
dan Wakapolres sebagai Ketua;
2. Kabagsumda sebagai Sekretaris;
3. Rohaniwan sebagai Narasumber;
4. Staf Siwas, Sipropam dan Bhayangkari sebagai Anggota.
10
BAB IV
KUALIFIKASI PETUGAS BP4R YANG BERWENANG DALAM
PENYELENGGARAAN SIDANG PEMBINAAN PERNIKAHAN
A. Tingkat Mabes Polri
1. Ketua Tim BP4RMabes Polri
Pejabat yang ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri Nomor:
ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
/Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R (Badan
Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk), dalam
hal ini Kepala Biro Perawatan Personel Polri.
2. Wakil Ketua Tim BP4R Mabes Polri
a. Kepala Bagian Pembinaan Religi;
b. Berpangkat Komisaris Besar Polisi;
c. Sarjana Agama;
d. Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
e. Memiliki wawasan berkaitan dengan pembinaan pernikahan.
3. Sekretaris
Secara umum ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri
Nomor: ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
/Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R (Badan
Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk), dalam
hal ini Kaurminbagbinreligi.
4. Narasumber dalam hal ini adalah Kasubbagroh/Rohaniwan
a. Perwira / PNS sederajat;
b. Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
c. Sarjana Agama;
11
d. Memiliki wawasan tentang agama dan lebih khusus lagi
dalam hal pernikahan/keluarga.
5. Anggota antara lain sebagai berikut:
a. Staf Itwasum
1) Perwira/ PNS sederajat;
2) Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
3) Memahami tugas dan fungsi pengawasan.
b. Staf Divpropam
1) Perwira/ PNS sederajat;
2) Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
3) Memahami tugas dan fungsi Divpropam utamanya
tentang Kode Etik Profesi Polri dan Disiplin.
c. Bhayangkari
1) Istri Perwira;
2) Aktif dalam kegiatan organisasi Bhayangkari;
3) Tidak memiliki catatan permasalahan dalam rumah
tangga;
4) Memahami tugas-tugas organisasi Bhayangkari.
B. Tingkat Lemdiklat Polri, Sespim, STIK, AKPOL dan Koorbrimob
1. Ketua
Pejabat yang ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri Nomor:
ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan Pembinaan/
Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R (Badan
Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk), dalam
hal ini Pejabat Personalia.
12
2. Pejabat Administrasi sebagai Sekretaris
Secara umum ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri
Nomor: ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan
Pembinaan/ Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R
(Badan Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan
Rujuk), dalam hal ini adalah pejabat administrasi.
3. Rohaniwan sebagai Narasumber;
a. Perwira / PNS sederajat;
b. Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
c. Sarjana Agama;
d. Memiliki wawasan tentang agama dan lebih khusus lagi
dalam hal pernikahan/keluarga.
4. Anggota antara lain sebagai berikut:
a. Staf Subbag Propam/Provos
1) Perwira/ PNS sederajat;
2) Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
3) Memahami tugas dan fungsi Propam utamanya tentang
Kode Etik Profesi Polri dan Disiplin.
b. Bhayangkari
1) Istri Perwira;
2) Aktif dalam kegiatan organisasi Bhayangkari;
3) Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
4) Memahami tugas-tugas Bhayangkari
13
C. Tingkat Polda
1. Ketua Tim BP4R tingkat Polda
Pejabat yang ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri Nomor:
ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
/Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R (Badan
Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk), dalam
hal ini Karo SDM Polda.
2. Wakil KetuaBP4R tingkat Polda
a. Kepala Bagian Perawatan Personel;
b. Sarjana Agama;
c. Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
d. Memiliki wawasan berkaitan dengan pembinaan pernikahan.
3. Sekretaris
Pejabat yang ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri Nomor:
ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
/Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R (Badan
Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk), dalam
hal ini Paursubbagrohtal.
4. Kasubbagrohjas /Rohaniwan sebagai Narasumber;
a. Perwira /PNS sederajat;
b. Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
c. Sarjana Agama;
d. Memiliki wawasan tentang agama dan lebih khusus lagi
dalam hal pernikahan/keluarga.
5. Anggota antara lain sebagai berikut:
a. Staf Itwasda
1) Perwira/ PNS sederajat;
14
2) Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
3) Memahami tugas dan fungsi pengawasan.
b. Staf Bidpropam
1) Perwira/ PNS sederajat;
2) Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
3) Memahami tugas dan fungsi Bidpropam utamanya
tentang Kode Etik Profesi Polri dan Disiplin.
c. Bhayangkari
1) Istri Perwira;
2) Aktif dalam kegiatan organisasi Bhayangkari;
3) Tidak memiliki catatan permasalahan dalam rumah
tangga;
4) Memahami tugas-tugas Bhayangkari
D. Tingkat SPN, Polrestabes, Metro, Polresta dan Polres
1. Ketua
Pejabat yang ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri Nomor:
ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
/Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R (Badan
Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk), dalam
hal ini adalah Ses SPN, Wakapolrestabes, Wakapolres Metro,
Wakapolresta dan Wakapolres.
2. Sekretaris
Pejabat yang ditetapkan oleh Surat Telegram Kapolri Nomor:
ST/1916/IX/2014 tentang Penyelenggaraan Pembinaan
/Bimbingan Nikah, Cerai dan Rujuk melalui BP4R (Badan
Pembantu Penasehat Perkawinan, Perceraian dan Rujuk), dalam
hal ini adalah Kabagsumda.
15
3. Rohaniwan sebagai Narasumber
a. Kepangkatan sesuai dengan yang dibina;
b. Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
c. Memiliki wawasan tentang agama dan lebih khusus lagi
dalam hal pernikahan/keluarga.
4. Anggota antara lain sebagai berikut:
a. Staf Siwas
1) Kepangkatan sesuai dengan yang dibina;
2) Sudah berumah tangga dan tidak memiliki catatan
permasalahan dalam rumah tangga;
3) Memahami tugas dan fungsi pengawasan.
b. Staf Sipropam
1) Kepangkatan sesuai dengan yang dibina;
2) Tidak memiliki catatan permasalahan dalam rumah
tangga;
3) Memahami tugas dan fungsi Sipropam utamanya tentang
Kode Etik Profesi Polri dan Disiplin.
c. Bhayangkari
1) Aktif dalam kegiatan organisasi Bhayangkari;
2) Tidak memiliki catatan permasalahan dalam rumah
tangga;
3) Memahami tugas-tugas Organisasi Bhayangkari.
16
BAB V
MATERI PEMBINAAN
I. BIDANG PROPAM
A. Pengetahuan tugas pokok dan fungsi Propam Polri
1. Devisi Propam Polri merupakan unsur pengawas dan
pembantu pimpinan yang berada di bawah Kapolri.
2. Devisi Propam Polri bertugas membina dan menyelenggarakan
fungsi pertanggung jawaban profesi, pengamanan internal
termasuk penegakan disiplin dan ketertiban di lingkungan
Polri serta pelayanan pengaduan masyarakat tentang adanya
penyimpangan tindakan Anggota dan PNS Polri.
B. Ruang Lingkup pengaturan Kode Etik Profesi Polri
mencangkup:
1. Etika Kenegaraan memuat pedoman berperilaku Anggota Polri
dalam hubungan:
a. Tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. Pancasila
c. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun
1945
d. Kebhinnekaan Tunggal Ika
2. Etika Kelembagaan memuat pedoman berperilaku Anggota
Polri dalam hubungan:
a. Tribrata sebagai pedoman hidup
b. Catur Prasetya sebagai pedoman kerja
c. Sumpah /janji Anggota Polri
d. Sumpah /janji jabatan
e. Sepuluh komitmen moral dan perubahan pola pikir
17
3. Etika Kemasyarakatan memuat pedoman berperilaku Anggota
Polri dalam hubungan:
a. Pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat
b. Penegakan hukum
c. Pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat
d. Kearifan lokal (gotong royong, setia kawan dan toleransi)
4. Etika Kepribadian memuat pedoman berperilaku Anggota Polri
dalam hubungan:
a. Kehidupan beragama
b. Kepatuhan dan ketaatan terhadap hukum
c. Sopan santun dalam kehidupan berkeluarga,
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
18
II. BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA (ROHANI, HAK-HAK ANGGOTA
DAN PENERBITAN KPI/KPS)
A. Materi Pembinaan Rohani
1. Materi Rohaniwan Agama Islam
a. Tujuan Pernikahan
Tujuan pernikahan : membentuk keluarga yang
sakinah, mawaddah warahmah dalam Al-Qur'an surat Ar
Rum : 30: 21 yang artinya :
"Dan di antara tanda-tanda kebesaran-Nya ialah Ia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu
sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram
kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih
(mawaddah) dan sayang (rahmah). Sungguh pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kamu yang berfikir." (QS Ar Rum : 30: 21).
Pernikahan adalah janji suci, sakral dan kokoh
(mitsaqan ghalidha), sehingga rumah tangga islami selalu
didambakan oleh setiap pasangan suami-istri mampu
mewujudkan rasa ketenangan, kedamaian, kasih sayang
dan dalam hadits disebut dengan Baiti Jannati (rumahku
adalah surgaku). Untuk mencapai hal tersebut haruslah
dibutuhkan seorang figur teladan yang telah sukses
dalam membina rumah tangga sakinah mawaddah
warohmah, yaitu Rasulullah SAW. Dalam Islam tujuan
pernikahan itu antara lain adalah sebagai berikut :
1) Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia Yang Asasi.
2) Untuk Membentengi Akhlaq Yang Mulia.
3) Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami.
4) Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah.
19
5) Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih Shalihah
b. Kiat Mewujudkan Keluarga Bahagia
1) Rumah tangga dibangun berlandaskan Al-Qur'an dan
Sunnah Nabi
Asas serta niat awal ketika merintis sebuah
keluarga dalam bentuk pernikahan yang sah baik
dalam agama maupun sah di dalam aturan negara
dalam rangka pembentukan sebuah keluarga sakinah
ialah rumah tangga yang dibina atas landasan taqwa,
berpandukan Al-Quran dan Sunnah dan bukannya atas
dasar cinta (nafsu) semata-mata.
2) Rumah tangga dibangun dengan rasa kasih sayang
(mawaddah warahmah)
Membina keluarga bahagia dan sakinah tanpa
adanya 'al-mawaddah' serta 'al-Rahmah', maka tidak
akan dapat hidup dengan tenang dan aman dalam
sebuah keluarga.
3) Bersyukur telah dikaruniai pasangan hidup
Mensyukuri nikmat Allah adalah merupakan
kewajiban bagi tiap hamba-hambaNya, karena tidak
sedikit manusia yang sampai akhir hayatnya tidak
mempunyai pasangan hidup. Mensyukuri ini juga
artinya kita siap dengan kelebihan dan kekurangan
pasangan hidup kita, karena pada umumnya pada
saat berkenalan kita hanya mengenal akan kebaikan -
kebaikan dari pasangan kita. Namun setelah mengarungi
bahtera rumah tangga lambat laun kita juga akan
mengetahui kekurangannya, maka kita harus bisa saling
melengkapi dan menutupi kekurangan satu sama lain.
20
4) Memilih kriteria pasangan yang tepat
Memiliki keyakinan sama (beragama Islam) dan shaleh
maupun shalehah, berasal dari keturunan dan keluarga
yang kita percayai yang baik-baik, mempunyai akhlak
mulia, sopan antun dan bertutur kata yang baik.
5) Menjalankan kewajiban dan hak
Sebagai suami dan istri dengan baik Suami harus
memahami hak dan kewajibannya dalam rumah tangga.
Istri juga harus memahami hak dan kewajibannya dalam
rumah tangga.
c. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan
1) Selama menempuh hidup berkeluarga, sadarilah bahwa
jalan yang akan kita lalui tidaklah selalu jalan indah dan
enak tetapi juga penuh cobaan dan permasalahan.
2) Ketika biduk rumah tangga dalam masalah, janganlah
saling berlepas tangan, tetapi sebaliknya justru semakin
erat berpegangan tangan untuk menyelesaikan masalah
tersebut.
3) Ketika keluarga belum dikaruniai anak, cintailah istri
atau suami dengan sepenuh hati dan senantiasa
berusaha dan berdoa.
4) Ketika sudah mempunyai anak, memahami bahwa itu
amanah yang dirawat, dididik dan dibesar dengan kasih
sayang oleh suami dan istri.
5) Ketika ekonomi keluarga belum membaik, yakinlah
bahwa pintu rejeki akan terbuka lebar berbanding lurus
dengan tingkat ketaatan suami istri kepada Allah SWT,
dan lain-lain.
21
d. Peran Ibu sebagai Madrasatul Ula
Al-ummu madrosatul ula’ iza a’dadtaha a’dadta
sya’ban thayyibal a’raq. Demikian bunyi sebuah syair arab.
Artinya; ibu adalah sekolah pertama, bila engkau
mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan
generasi terbaik. Bayi itu terlahir suci tak bernoda bagai
kertas putih yang siap diberi warna. Dari tangan ibu lah
yang akan membantunya menorehkan warna dalam
kehidupan nya. Sekolah pertama ini yang akan
menentukan nasib anak-anak kita ke depan.
Disinilah peran Ibu sangat dibutuhkan. Ajarilah anak
kita tentang berbagai hal yang positif untuk bekalnya kelak.
Sebelum mengenal dunia luar, berikan pemahaman dan
bekali dengan pengetahuan yang cukup tentang perilaku,
tata krama, perasaan, serta ajarkan padanya bagaimana
menyikapi lingkungan di luar sana yang terkadang berbeda
dengan yang selama ini dikenal. Karena kebanyakan anak,
ketika sudah bisa mengenal dunia luar mereka seolah
kebablasan dan mengikuti apa saja yang dilihatnya.
Tugas ibu tidaklah mudah. Karenanya Allah SWT sudah
menyiapkan pahala besar bagi seorang Ibu yang berhasil
mendidik anak-anaknya dengan baik. Olehnya sejak dini
sebelum menjadi seorang ibu, banyak hal yang harus
dipersiapkan secara mental dan pengetahuan. Jangan kita
mengandalkan orang tua kita yang masih hidup untuk
mengurusi anak kita. Ali bin Abi Thalib, mengatakan,
“didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya”.
Penuhilah hidupnya dengan karakter serta pemikiran
yang baik. Ajarilah anak kita agar menjadi anak yang shalih
22
sebab anak yang shalih adalah investasi bagi kedua
orangtuanya.
Pada akhirnya kita semua tahu, bahwa anak adalah
titipan dan amanah, karenanya setiap orang tua akan
dimintai pertanggungjawaban atas titipan yang
diamanahkan. “setiap kalian adalah pemimpin, dan akan
ditanya tentang pertanggung jawabannya” (H.R Ahmad, Al-
Bukhari, Muslim, At-Tirmidzi dan Ibunu Umar).
Kepada orang tua, mendidik anak tidaklah berhenti
sampai di sini. Tidaklah cukup mengantarkan anak meraih
kesuksesan dunia, tetapi jauh lebih penting adalah meraih
kesuksesan akhirat.
e. Materi menjaga diri dan keluarga dari api neraka,
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian
dan keluarga kalian dari api neraka yang bahan bakarnya
adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat
yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan
selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (At-Tahrim: 6)
Bagaimana seseorang dapat menyelamatkan dirinya
dari api neraka bila ia selalu melakukan perkara yang
diharamkan dan mengentengkan amalan ketaatan?
Bagaimana seseorang dapat menyelamatkan dirinya dari
api neraka bila ia selalu berjalan di jalan neraka, siang dan
malam?
Hendaknya ia tahu bahwa neraka itu dekat dengan
seorang hamba, sebagaimana surga pun dekat. Nabi
bersabda:
23
ذالك مثل عله والنار شراك ن الجنة اقرب إلى أحدكم من
“Surga lebih dekat kepada salah seorang dari kalian
dari pada tali sandalnya dan neraka pun semisal itu.” (HR.
Al-Bukhari dari hadits Ibnu Mas’ud z)
Maksud hadits di atas, siapa yang meninggal di atas
ketaatan maka ia akan dimasukkan ke dalam surga.
Sebaliknya, siapa yang meninggal dalam keadaan
bermaksiat maka ia akan dimasukkan ke dalam neraka. (Al-
Khuthab Al-Minbariyyah, 2/167)
Bagaimana seseorang dapat menjaga keluarganya dari
api neraka sementara ia membiarkan mereka bermaksiat
kepada Allah dan meninggalkan kewajiban.
Anak-anak yang seyogianya merupakan tanggung
jawab kedua orangtua mereka, dibiarkan berkeliaran di
mal-mal, main game, membuat kegaduhan dengan suara
mereka hingga mengusik tetangga, kebut-kebutan di jalan
raya dengan motor ataupun mobil. Sementara sang ayah
tiada berupaya meluruskan mereka. Malah ia penuhi segala
tuntutan duniawi si anak. Adapun untuk akhirat mereka, ia
tak ambil peduli. Sungguh orangtua yang seperti ini
gambarannya tidaklah merealisasikan perintah Allah dalam
surah At-Tahrim di atas.
Maka, marilah kita berbenah diri untuk menjaga diri
kita dan keluarga kita dari api neraka. Bersegeralah
sebelum datang akhir hidup kita, sebelum datang jemputan
dari utusan Rabbul Izzah, sementara kita tak cukup ‘bekal’
untuk bertameng dari api neraka, apatah lagi meninggalkan
‘bekal’ yang memadai untuk keluarga yang ditinggalkan.
24
2. Materi Rohaniwan Agama Katolik
a. Arti Perkawinan
Perkawinan pada hakikatnya adalah persekutuan hidup
antara pria dan wanita yang dipersatukan oleh Allah dan
atas dasar saling mencintai sebagai wujud cinta Allah
kepada Gereja-Nya untuk membentuk hidup bersama
secara tetap dan memiliki tujuan yang sama, yaitu saling
membahagiakan.
b. Tujuan perkawinan
1) Saling membahagiakan dan mencapai kesejahteraan
suami-istri (segi unitif). Kedua pihak memiliki tanggung
jawab dan memberi kontribusi untuk mewujudkan
kesejahteraan dan kebahagiaan suami-istri.
2) Terarah pada keturunan (segi prokreatif). Kesatuan
sebagai pasutri dianugerahi rahmat kesuburan untuk
memperoleh buah cinta berupa keturunan manusia-
manusia baru yang akan menjadi mahkota perkawinan.
Anak yang dipercayakan Tuhan harus dicintai, dirawat,
dipelihara, dilindungi, dididik secara Katolik. Ini semua
merupakan tugas dan kewajiban pasutri yang secara
kodrati keluar dari hakikat perkawinan.
3) Menghindari perzinahan dan penyimpangan seksual.
Perkawinan dimaksudkan juga sebagai sarana
mengekspresikan cinta kasih dan hasrat seksual kodrati
manusia. Dengan perkawinan, dapat dicegah kedosaan
karena perzinaan atau penyimpangan hidup seksual.
Dengan perkawinan, setiap manusia diarahkan pada
pasangan sah yang dipilih dan dicintai dengan bebas
sebagai teman hidup. Hal ini sejalan dengan apa yang
dikatakan oleh Paulus, "Tetapi, kalau mereka tidak dapat
25
menguasai diri, baiklah mereka kawin. Sebab lebih baik
kawin daripada hangus karena nafsu" (lKor 7:9).
c. Sifat-sifat perkawinan Katolik
1) Unitas, artinya kesatuan antara seorang pria dan
seorang wanita menurut relasi cinta yang eksklusif.
Dengan kata lain, tidak ada hubungan khusus di luar
pasutri.
2) lndissolubilitas, tak terceraikan, artinya ikatan
perkawinan hanya diputuskan oleh kematian salah satu
pasangan atau keduanya. "Apa yang sudah disatukan
Allah, tidak boleh diceraikan manusia" (bdk. Mat 19:6;
Mrk 10:9). Untuk itu, dituntut adanya kesetiaan dalam
untung dan malang, dalam suka dan duka. Dalam hal
inilah saling pengertian, pengampunan sangat dituntut.
3) Sakramental, artinya sakramentalitas perkawinan
dimulai sejak terjadinya konsensus/perjanjian antara
dua orang dibaptis yang melangsungkan perkawinan.
Perkawinan disebut sakramental, artinya menjadi tanda
kehadiran Allah yang menyelamatkan. Untuk itu, dari
pasangan suami-istri dituntut adanya cinta yang utuh,
total, radikal, tak terbagi sebagaimana cinta Yesus
kepada Gereja-Nya (bdk. Ef 5:22-33).
d. Hak dan Kewajiban Suami-Istri dan Orang Tua
1) Suami dan istri memiliki kewajiban dan hak yang sarna
mengenai hal-hal yang menyangkut persekutuan hidup
pernikahan (lih. kanon 1135). Sebagai orang tua,
mereka berkewajiban berat, dengan sekuat tenaga
mengusahakan pendidikan anak, baik fisik, sosial,
kultural, moral, maupun religious.
26
2) Keluarga sebagai sel dasar masyarakat dan menjadi
prasyarat adanya masyarakat. Oleh karena itu, keluarga
memiliki hak dasar untuk dilindungi keberadaannya oleh
masyarakat/negara. Setiap keluarga memiliki hak untuk
mengembangkan diri dan memajukan kesejahteraannya
tanpa harus dihalangi oleh negara. Dalam hal-hal
tertentu, keluarga memiliki hak pribadi.
3) Keluarga memiliki hak untuk hidup dan berkembang
sebagai keluarga, artinya hak setiap orang betapa pun
miskinnya, untuk membantu keluarga serta memiliki
upaya-upaya yang memadai untuk menggunakannya.
4) Keluarga memiliki hak untuk melaksanakan tanggung
jawabnya berkenaan dengan penyaluran kehidupan dan
pendidikan anak-anak.
5) Keluarga memiliki hak untuk mendidik anak-anak sesuai
dengan tradisi-tradisi keluarga sendiri, dengan nilai-nilai
religius dan budayanya, dengan perlengkapan upaya-
upaya serta lembaga-lembaga yang dibutuhkan.
27
3. Materi Rohaniwan Agama Kristen Protestan
a) Arti Pernikahan
Pernikahan dibentuk berdasarkan inisiatif Tuhan.
Melalui pernikahan, Tuhan hendak mengajarkan bagaimana
hubungan antara Tuhan dengan umat-Nya. Dengan
pernikahan, maka terbentuklah sebuah keluarga yang
masing-masing anggotanya memegang peranan penting
untuk saling menolong, sehingga tiap-tiap anggota dapat
bertumbuh, berkarya, dan mengaktualisasikan diri dengan
baik.
Pernikahan yang dikenan Tuhan adalah pernikahan
yang dibangun di atas dasar kebenaran yang alkitabiah.
b) Hakekat Pernikahan
1) Dimensi institusional personal. Oleh karena itu,
pernikahan membutuhkan pengakuan publik dan
pribadi, dan kedua dimensi ini perlu dijaga agar ada
keseimbangan. Alkitab mencatat bahwa hakikat
pernikahan adalah penyatuan seorang pria dan wanita.
Allah menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam
sehingga mereka dapat menjadi satu daging. Hawa
diciptakan untuk menjadi penolong bagi Adam, dan
hanya Hawa yang sepadan dengan Adam, bukan
ciptaan yang lain.
2) Kesetaraan dua pribadi di hadapan Tuhan, meskipun
masing-masing memunyai peranan yang berbeda.
3) Pernikahan adalah penyatuan tubuh, roh, dan jiwa
secara utuh.
4) Pernikahan adalah relasi yang terbuka, tidak ada
rahasia di antara suami dan istri.
28
5) Pernikahan adalah penundukan diri di bawah kuasa
dan pimpinan Kristus. Tuhan telah menyediakan
pasangan hidup bagi masing-masing orang.
Demikianlah yang terjadi dengan Adam ketika ia
sedang tidur nyenyak, Allah menciptakan seorang istri
baginya. Allah menghendaki agar pernikahan menjadi
tempat bagi suami istri untuk saling melayani, saling
mendukung dalam memahami maksud dan rencana
Allah, dan tempat untuk mengenal Allah bersama-
sama.
Hanya dalam pernikahanlah Tuhan Allah
mengizinkan suami istri melakukan hubungan seks.
Namun demikian, suami dan istri harus saling
memahami arti seks dan memperlakukannya dengan
benar sesuai maksud Tuhan. Seks perlu dibicarakan
secara terbuka karena seks juga memunyai pengaruh
yang kuat terhadap kepribadian dan cara hidup
seseorang.
Dalam pernikahan yang dikenan Tuhan, suami dan
istri diharapkan bisa menerima perbedaan (eksistensi,
peranan, sosial, intelegensi, emosi, seks, dll.) di antara
mereka berdua, dan saling melengkapi. Jangan sampai
perbedaan dalam keluarga mengakibatkan kehancuran
keluarga. Selain harus bersedia menerima perbedaan,
suami istri seharusnya tidak menuntut pasangan untuk
berubah, tetapi dirinya sendirilah yang harus berusaha
untuk berubah dan menerima pasangan seutuhnya.
c) Pernikahan yang berkenan kepada Tuhan
Suami istri juga harus bisa menempatkan skala
prioritas dalam keluarga, yaitu: Tuhan, suami istri,
29
keluarga, pelayanan, dan masyarakat. Suami istri harus
dapat berkomunikasi dengan baik sehingga tidak terjadi
konflik yang berkepanjangan. Pasangan suami istri
diharapkan untuk bekerja sama dalam menciptakan
keluarga yang bisa menjadi pusat pelatihan, pengajaran,
kesaksian, dan perawatan yang utama bagi masing-
masing anggotanya. Pernikahan Kristen seharusnya dapat
membentuk anak-anak yang mengenal Tuhan, beriman,
berprestasi, dan penuh kasih. Dengan kata lain,
membentuk pernikahan yang berkenan kepada Tuhan
berarti membentuk pernikahan yang dapat memelihara
dan merawat jiwa-jiwa, pernikahan yang bisa menjadi
tujuan utama untuk berlindung pada waktu badai, dan
pernikahan yang mampu menyembuhkan jiwa yang
terluka. Dengan demikian, pernikahan Kristen menjadi
sarana untuk merasakan dan mengalami kehadiran Allah.
Agar pernikahan Kristen berjalan dalam kebenaran,
perlu adanya komitmen suami istri untuk mengadakan
ibadah bersama secara rutin. Dengan mengikutsertakan
Tuhan dalam kehidupan pernikahan akan membuat
pernikahan berjalan dengan damai sejahtera meskipun
menghadapi masalah. Ibadah keluarga merupakan
kegiatan utama dalam sejarah bangsa Israel sebelum
mereka melakukan ibadah di bait Allah. Ibadah keluarga
dapat membangun pernikahan Kristen, baik secara rohani
maupun secara relasi. Tuhan menghendaki setiap
pernikahan Kristen bersekutu dan berkomunikasi dengan
Dia, serta melayani dan menyembah Dia. Ibadah keluarga
sangat penting karena dengan melakukannya, berarti kita
30
menyediakan tempat bagi Tuhan untuk hadir di tengah-
tengah keluarga.
Selain cara berkomunikasi dan ibadah keluarga,
kebiasaan makan bersama juga memberikan pengaruh
positif terhadap pernikahan Kristen. Duduk dan makan
bersama memberikan kesempatan bagi seluruh anggota
keluarga, untuk saling berbagi beban dan ucapan syukur
atas pertolongan Tuhan, sehingga seluruh keluarga
terbangun dan semakin erat dalam kesatuan, baik sebagai
keluarga di dunia maupun keluarga di dalam Tuhan.
Perbincangan di meja makan bisa membuat pernikahan
dan keluarga Kristen saling memerhatikan dan
membangun satu sama lain.
Apabila semua hal di atas terlaksana dalam
pernikahan Kristen, maka akan terjadi keharmonisan dan
tidak akan pernah terjadi perceraian. Perceraian adalah
ciptaan manusia, suatu refleksi dari keberdosaan dan
penolakan manusia terhadap rencana semula ketika
Tuhan menciptakan pernikahan. Tuhan membenci
perceraian.
31
4. Materi Rohaniwan Agama Hindu (Grahasta)
a. Catur Asrama (empat jenjang kehidupan manusia) menurut
Hindu:
1) Brahamcari / Masa MenuntutIlmu
2) Grahasta / MasaBerumahTangga
3) Wanaprasta / Masa pengasingan diri ke hutan
4) Bitsuka/ sanyasin/ masa melepaskan diri dari ikatan
duniawi, mengabdi kepada Hyang Widhi Wasa.
b. Perkawinan dalam sastra dan Kitab Hukum (Smrti) Hindu
dikenal dengan nama Wiwaha.
c. Setiap perkawinan menurut agama Hindu harus didahului
dengan upacara atau Samskara untuk membersihkan Sukla
Swanita, benih laki dan perempuan, dan menyucikan segala
hal yang tidak baik, kekotoran-kekotoran yang ada pada diri
kedua mempelai.
d. Manawa Dharmasastra II,67 dan VIII.226 dan Taitriya
Brahmana (II.2.2.) "perkawinan adalah Yajna, dan bagi yang
tidak kawin disebutkan tidak melaksanakan yajna" bahwa
perkawinan yang tidak disakralkan dianggap perkawinan itu
tidak mempunyai akibat hukum.
Adapun mengenai ritual itu, pelaksanaannya harus sesuai
karena bila hal itu tidak memenuhi ketentuan, dapat pula
menimbulkan akibat batalnya perkawinan itu sendiri atau
perkawinan itu menjadi tidak sah.
e. Sahnya perkawinan ditandai dengan adanya yang disebut
Tri Upasaksi yaitu Dewasaksi, Manusasaksi, dan Bhuta
saksi.
1) Dewa saksi adanya persembahyangan pada upacara
perkawinan, dilanjutkan dengan mohon air suci tirtha
amreta, lalu Natab banten pawiwahan sebagai rasa
32
angayubagya kehadapan Ida Sang Hyang Widhi
Wasa/TYME.
2) Manusasaks, undangan yang hadir termasuk para
pejabat keagamaan seperti Ketua PHDI, Ketua Banjar,
Ketua Tempek, dan termasuk pegawai pencatatan oleh
kantor Catatan Sipil.
3) Bhuta saksi ditandai dengan adanya Byakawon, agar
para kekuatan yang tidak baik tidak mengganggu
jalannya upacara dan termasuk kedua mempelai.
f. Tujuan Perkawinan untuk membentuk keluarga sukhinah
dan mendapatkan putra yang suputra serta dapat
melaksanakan:
1) Dharma sampati, berdua mempelai wajib melaksanakan
dharma, melaksanakan yajna. Untuk dapat
melaksanakan dharma sampati keduanya suami istri
mendaftarkan diri ke Banjar/perkumpulan sosial untuk
dapat menjabarkan dharma Sampati tersebut.
2) Praja, inilah tujuan pokok dari perkawinan, mampu
melahirkan anak, dapat melanjutkan kewajiban kepada
leluhur. (dari sinilah orang hindu sebenarnya tidak boleh
berpindah agama karena terikat dengan hutang kepada
laluhur).
3) Rati, dapat menikmati kepuasan artha dan kama,
menikmati kepuasan kehidupan berumah trangga,
hubungan suami istri. "Hendaknya engkau berdua
tinggal disini tidak pernah berpisah menikmati umur
panjang, bermain dengan anak-anak dan cucu-cucu
bergembira dirumahmu sendiri (RV.II.39.2)." Grbhnami
te saubhagatvaya hastam, Maya patya jaradastir
yathasah,(RV.X.85.36). Artinya : Om Ida Sang Hyang
33
Widhi Wasa, kami genggam tanganmu bagi kemakmuran
(kesuburan). Semoga engkau hidup bersama kami
sampai akhir kehidupan (akhir hayat).
Demikian, semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa selalu
asung kreta wara nugraha. Sarwe bhawantu sukhinah,
sarwe santu nira mayah, Sarwe badrani pasyantu, makascit
dukha bhagbhawet. Semoga semua mahluk hidup
berbahagia, semoga semuanya tidak ada yang sakit.
Semoga semua berpikiran maju, semoga semua tidak ada
yang bersedih.
34
5. Materi Rohaniwan Agama Budha
a. Definisi Perkawinan.
Sesuai dengan ajaran Buddha, maka setiap orang
memiliki kebebasan untuk memilih cara hidupnya masing-
masing. Sang Buddha tidak mewajibkan umatnya harus
mencari pasangan hidup. Demikian pula Buddha tidak
melarang bagi mereka yang ingin hidup membujang, baik
pria maupun wanita. Dengan kata lain kewajiban untuk
membangun rumah tangga sebagai suami istri bukan
merupakan kewajiban beragama yang harus dipatuhi.
Mereka yang hidup membujang tidak melanggar ketentuan
agama.
Oleh karena itu perkawinan menurut agama Buddha
tidak dianggap sebagai sesuatu yang suci ataupun tidak
suci, melainkan sebagai upaya untuk memupuk kebajikan
dan memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
Sehubungan dengan tersebut dalam rangka
mewujudkan keluarga Buddhis yang harmonis dan bahagia
di lingkup keluarga besar Polri, maka perlu diberikan
panduan dan pedoman pembinaan sebagai persyaratan
tercapainya keluarga harmonis dimaksud.
Secara garis besarnya bahwa pembinaan terhadap
pegawai negeri pada Polri, perlu mendapatkan siraman
rohani dan tuntutan pembinaan untuk melangkah ke
tahapan proses perkawinan hingga dapat membentuk
keluarga bahagia “Hita Sukhaya”.
b. Tujuan Perkawinan.
1) Memperoleh kebahagiaan: hakikat dari suatu
perkawinan adalah meraih kebahagiaan lahir dan
batin. Sejalan dengan hal itu sebagai seorang anggota
35
Polri, diharapkan dapat memposisikan diri sebagai figur
yang sesuai dengan fungsi dan perannya. Tidak
mencampuradukan antara aktivitas kantor dengan
rumah. Kebahagiaan yang diharapkan dapat bertahan
karena antara suami dan istri memahami kondisi dan
keadaan yang dialami. Hubungan yang harmonis dan
serasi merupakan sebab awal dari terwujudnya
kebahagiaan yang diharapkan setiap keluarga.
2) Mendapatkan keturunan: setiap pasangan yang
melangsungkan perkawinan senantiasa mengharapkan
keturunan. Sebagai pasangan suami istri dari anak yang
dilahirkan adalah sebagai anugerah yang tak ternilai.
Sehingga kedua orangtua berkewajiban membesarkan
anak tersebut sampai memiliki kehidupan yang layak
sebagai pencitraan dari orang tuanya.
3) Meningkatkan keyakinan terhadap agama: sepasang
suami istri akan sibuk mengurus keluarganya, mulai
dari mencari nafkah, merawat dan membesarkan anak-
anak, memperhatikan orangtua dan mertua. Apabila
mereka melupakan ritual sembahyang dan
bermeditasi, maka kesibukan tersebutlah yang akan
mengekang mereka, bahkan selalu mengutamakan
materi sebagai target yang harus dikumpulkan. Tentu
saja ini bukanlah yang kita pedomani. Mulailah menata
hidup dengan disiplin terhadap waktu dan
kesempatan. Di saat memulai pekerjaan apapun
seharusnya kita sudah mempersiapkan diri kita dengan
sembahyang, meghaturkan persembahan dan
melafalkan parita suci dan sejenak bermeditasi.
Demikian pula setelah mengakhiri pekerjaan, tetap
36
merestorasi diri dengan memanjatkan puja kepada Tri
Ratna (tiga permata: Buddha, dharma dan sangha),
agar hasil yang kita dapat senantiasa berguna bagi
semua makhluk.
4) Saling melengkapi dan mengisi kekurangan pasangan
hidup: agak sulit memang apabila kita tidak menyadari
akan sisi kehidupan manusia secara utuh. Manusia
yang sempurna akan selalu belajar memberi lebih dari
pada menerima banyak. Ini merupakan ajaran
kebenaran yang tidak dapat dianggap sepele. Bagi
mereka yang angkuh, sombong, dan kikir sudah tentu
diselimuti oleh sifat itu. Namun, bagi mereka yang
selalu belajar dan praktik ajaran Buddha akan selalu
dituntun untuk menjadi pasangan hidup yang
seimbang dan serasi.
c. Syarat-syarat perkawinan dalam agama Buddha.
Apabila sepasang suami istri ingin selalu bersama-sama
(berjodoh) dalam kehidupan ini maupun dalam kehidupan
yang datang, maka ada empat hal yang harus diperhatikan,
yaitu keduanya harus setara dalam keyakinan (saddha),
setara dalam sila (moral), setara dalam kemurahan hati
(caga) dan setara dalam kebijaksanaan/pengertian (pañña).
1) Kesamaan dalam keyakinan (saddha): Saddha berarti
keyakinan terhadap Triratna yaitu Buddha, Dharma dan
Sangha. Dalam keadaan yang bagaimanapun juga umat
Buddha hanyalah berlindung kepada Sang Triatna, tidak
kepada obyek lainnya seperti pohon-pohon, gunung-
gunung, gua-gua, batu-batu, alat-alat senjata, kuburan-
kuburan keramat, tempat-tempat pemujaan dan
mahluk-mahluk lain. Sebaiknya suami dan istri
37
mempunyai keyakinan yang sama, artinya sama-sama
beragama Buddha.
2) Kesamaan dalam kemoralan (sila): Bagi setiap umat
Buddha yang hidup berkeluarga terdapat lima sila
“Pancasila” yang wajib untuk ditaati, yaitu:
a) Tekad melatih diri dengan sungguh-sungguh untuk
tidak membunuh /menghilangkan nyawa dari mahluk
lain yang bernafas.
b) Tekad melatih diri dengan sungguh-sungguh untuk
tidak mengambil barang yang tidak diberikan.
c) Tekad melatih diri dengan sungguh-sungguh untuk
tidak melakukan perbuatan asusila.
d) Tekad melatih diri dengan sungguh-sungguh untuk
tidak mengucapkan kata-kata yang tidak benar, tidak
berguna, tidak beralasan dan tidak tepat waktu.
e) Tekad melatih diri dengan sungguh-sungguh untuk
tidak menggunakan segala zat yang dapat
melemahkan kesadaran.
f) Kesamaan dalam kedermawanan (cagga): adalah
mengembangkan kemurahan hati, suka atau berdana,
suka membantu mereka yang perlu dibantu, merasa
gembira dan bahagia melihat orang lain berbahagia
dan damai.
g) Kesamaan dalam kebijaksanaan (panna):
Kebijaksanaan merupakan landasan dari segala hal
baik yang dilakukan oleh seseorang yang memahami
ajaran Sang Buddha dan akan berkembang terus
dengan melaksanakan sila pengembangan batin
sebagai pengalaman batin dan penalaran pribadi.
38
3) Penerapan ajaran Buddha dalam perkawinan.
a) Kewajiban seorang suami.
- Menghormati istrinya.
- Bersikap lemah lembut terhadap istrinya.
- Bersikap setia terhadap istrinya.
- Memberikan kekuasaan tertentu kepada istrinya.
- Memberikan/menghadiahkan perhiasan kepada
istrinya.
b) Kewajiban seorang istri.
- Melakukan semua tugas kewajibannya dengan
baik.
- Bersikap ramah kepada keluarga dari kedua
belah pihak.
- Setia kepada suaminya.
- Menjaga baik-baik barang-barang yang dibawa
oleh suaminya.
- Pandai dan rajin dalam melaksanakan semua
pekerjaannya.
c) Kewajiban orang tua terhadap anak.
- Mencegah anak berbuat jahat.
- Menganjurkan anak berbuat baik.
- Memberikan pendidikan profesional kepada
anak.
- Mencarikan pasangan yang sesuai untuk anak.
- Menyerahkan harta warisan kepada anak pada
saat yang tepat.
d) Kewajiban anak terhadap orangtua (mertua).
Menurut Sang Buddha terdapat empat lapangan
yang utama untuk menanam jasa kebajikan, yang
pertama adalah para Buddha, yang kedua adalah
39
para Arahat, yang ketiga adalah ibu dan keempat
adalah ayah.
Berbakti kepada orang tua sendiri mungkin tidak
ada masalah, akan tetapi banyak menantu yang sulit
untuk berbakti kepada mertuanya.
40
B. Hak-Hak Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia
(PP Nomor 42 tahun 2010)
1. Gaji dan Tunjangan Lain
2. Pelayanan Kesehatan
3. Bantuan Hukum dan Perlindungan Keamanan
4. Cuti
5. Kelengkapan Perorangan Polri
6. Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan
7. Perumahan Dinas/Asrama/Mess
8. Transportasi atau Angkutan Dinas
9. Masa Persiapan Pensiun
10. Pensiun
11. Pemakaman Dinas dan Uang Duka
12. Pembinaan Rohani, Mental dan Tradisi
13. Hak-Hak yang berkaitan dengan PT. Asabri (Persero)
41
C. Penerbitan KPI/KPS (Perkap Nomor 18 tahun 2010)
Kartu Penunjukan Istri /Suami yang selanjutnya
disingkat KPI/S adalah kartu yang wajib dimiliki oleh setiap
istri/suami anggota Polri yang ditandatangani oleh pejabat
berwenang yang mencantumkan identitas istri/suami dan
anak.
Prosedur dan persyaratan untuk penerbitan KPI/S
sebagai berikut:
1. Anggota Polri mengajukan permohonan kepada pejabat
pengemban fungsi perspnel di masing-masing Satker/
Subsatker dengan melampirkan persyaratan:
a. Pasfoto suami dan istri berdampingan ukuran 4 x 6 cm
sebanyak 2 (dua) lembar, dengan ketentuan:
1) Untuk KPI, suami berpakaian PDH dan istri
berpakaian Bhayangkari;
2) Untuk KPS, istri berpakaian PDH dan suami
berpakaian bebas rapi;
3) Latar belakang, untuk perwira berwarna merah dan
brigadir berwarna kuning.
b. Fotokopi:
1) Skep /Keputusan pengangkatan pertama menjadi
anggota Polri;
2) Buku nikah /akta nikah;
3) Surat akte kelahiran anak;
4) Skep/keputusan kenaikan pangkat terakhir.
2. Pengemban fungsi personel setelah menerima
permohonan sebagaimana dimaksud pada huruf a,
mengajukan surat permohonan penerbitan KPI/S kepada:
a. Kasatker di tingkat Mabes Polri;
b. Kasatker/Subsatker di tingkat Polda; dan
42
c. Kapolres/ta di tingkat Polres/ta dan Polsek/ta.
3. KPI/S digunakan sebagai:
a. Identitas penunukan Istri/Suami yang sah bagi anggota
Polri; dan
b. Kelengkapan administrasi dalam mengurus hak-hak
Istri/Suami anggota Polri.
4. Pemberlakuan KPI/S tetap berlaku meskipun yang
bersangkutan pindah satuan, sepanjang data tidak berubah
dan cukup mencantumkan data kepindahan pada kolom
mutasi.
5. Penggantian KPI/S dilakukan apabila:
a. KPI/S mengalami kerusakan, cacat atau hilang;
b. Terjadi ketidakjelasan atau kesalahan penulisan data
pada KPI/KPS;
c. Adanya perubahan data dan identitas diri; dan
d. Terjadi pernikahan kembali setelah istri/suami
meninggal atau cerai.
Surat Persetujuan penunjukan Istri/Suami (SPPI/S) bagi
mantan anggota Polri diterbitkan untuk diberikan kepada Istri
/Suami yang ditunjuk oleh penerima pensiun semasa
hidupnya untuk menerima pensiun warakawuri /duda dan hak
rawatan purna dinas. SPPI/S dapat diterbitkan di Mabes Polri
atau di Polda sesuai dengan Keputusan pensiun di terbitkan;
Dalam hal penerima pensiun meninggal dunia dan
mempunyai istri sah lebih dari satu, istri yang berhak
menerima pensiun warakawuri /hak rawatan purna dinas
adalah istri yang ditunjuk sesuai SPPI.
III. MATERI PEMBINAAN BIDANG BHAYANGKARI
A. Pengetahuan tentang sejarah Bhayangkari dan Yayasan
Kemala Bhayangkari
Bhayangkari adalah organisasi istri anggota Polri yang
lahir atas gagasan Ibu HL Sukanto pada tanggal 17 Agustus
1949 di Jakarta. Pada tanggal 19 Agustus 1952 dilaksanakan
konferensi istri Polisi pertama yang dihadiri oleh 27
perwakilan daerah, kemudian menetapkan bersatu dalam
gerak perjuangan melalui wadah tunggal organisasi persatuan
istri Polri yaitu Bhayangkari. Tahun 1963 pada kongres
Bhayangkari ke lima ditetapkan tanggal 19 Oktober sebagai
Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari, yang diperingati tiap tahun
sampai saat ini.
Dalam menunjang kegiatan bidang sosial dan
kemanusiaan Bhayangkari mendirikan yayasan yang bergerak
di bidang pendidikan, sosial dan kemanusiaan atas ide dari Ibu
Widodo Budi Darmo dan dilanjutkan pendiriannya oleh ibu
Awaludin Djamin. Pengesahan pendirian yayasan dilaksanakan
pada tanggal 5 Mei 1980 dengan nama Yayasan Kemala
Bhayangkari. Tanggal 5 Mei ditetapkan sebagai hari lahir
Yayasan Kemala Bhayangkari.
Pada prinsipnya dalam menjalankan kegiatan sesuai
program kerja Bhayangkari dan Yayasan Kemala Bhayangkari
bekerja sama secara sinergis dan bersinambungan mencapai
tujuan bhayangkari sesuai dengan visi dan misi organisasi.
43
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
B. Atribut Bhayangkari
1. Lambang
a. Pengertian Lambang merupakan Identitas Organisasi
Bhayangkari yang mencerminkan asas, tujuan dan tugas
pokok Bhayangkari.
b. Pencipta Lambang adalah Prof. Dr. Prijono, sedang yang
mewujudkan gagasan tersebut dalam bentuk lambang
ialah Prof. Dr. Awaloedin Djamin. Ketentuan ini disahkan
pada kongres Bhayangkari II tanggal 21 s/d 25 Februari
1956 di Bandung.
c. Nama Lambang: Cupu Manik Astagina
d. Isi dan Warna Lambang sebagai berikut:
1) Tulisan kata Bhayangkari pada bagian atas dengan
warna putih perak diatas pita berwarna kuning emas.
2) Lukisan sebuah permata yang disimpan dalam sebuah
cupu bersegi delapan, menyinarkan lima kilatan sinar.
Permata dan kilatan sinar berwarna putih, cupu
berwarna kuning telur.
3) Setangkai kapas disebelah kanan permata, berbunga
delapan kuntum, daunnya tujuh belas helai, warna
kapas putih dan hijau.
4) Setangkai padi disebelah kiri permata, berbunga
empat puluh Sembilan butir, seluruhnya berwarna
kuning emas.
44
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
5) Sehelai pita berwarna putih pada bagian bawah
tertera kata Kemala Hikmah dengan huruf berwarna
kuning emas.
e. Pengertian Isi Lambang.
1) Tulisan Bhayangkari adalah nama organisasi yang
berarti menyebabkan tidak ada bahaya.
2) Cupu Manik Astagina
- Cupu berarti tempat.
- Manik berarti utama.
- Asta berarti bilangan delapan.
- Gina berarti faedah atau manfaat.
3) Sebagai anggota Bhayangkari harus mempunyai
delapan sifat utama yang bermanfaat yaitu:
- Beriman
- Adil
- Jujur dan Sederhana
- Asah, asih dan asuh
- Berjiwa besar
- Bersemangat dan penuh daya cipta
- Berteguh hati dan rela berkorban
- Mengabdi tanpa pamrih
2. Lencana
Lencana merupakan kelengkapan Pakaian Seragam
Bhayangkari disematkan pada kerah sebelah kiri,
dipergunakan sebagai tanda pengenal anggota pada saat
menghadiri:
a. Kegiatan Bhayangkari
b. Kegiatan lain mewakili Bhayangkari
45
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
3. Kartu Tanda Anggota.
Hanya dimiliki oleh anggota biasa dikeluarkan dan
ditanda tangani oleh Ketua Bhayangkari Cabang dimana
anggota tersebut terdaftar dan berlaku untuk seterusnya
selama yang bersangkutan masih terdaftar menjadi
anggota biasa Bhayangkari.
4. Pakaian Seragam.
a. Pakaian Seragam Harian Bhayangkari
Pakaian Seragam Harian Bhayangkari
Pakaian Seragam Harian Bhayangkari khusus
Bhayangkari Berjilbab
Pakaian Seragam Harian Bhayangkari mengenakan
Blazer
Pakaian Seragam Harian Bhayangkari mengenakan
Selendang
46
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
Digunakan pada saat kegiatan organisasi dan
menghadiri acara di luar Bhayangkari, sesuai ketentuan di
undangan. Kecuali Ziarah ke Taman Makam Pahlawan.
b. Pakaian Seragam Upacara Bhayangkari
Pakaian Seragam Upacara adalah Pakaian Seragam
Harian yang dilengkapi dengan jas warna merah marun.
Digunakan pada saat :
1) Upacara Serah Terima Jabatan Pengurus, kecuali
Ketua Umum Bhayangkari.
2) Ziarah ke Taman Makam Pahlawan
3) Upacara pembukaan dan penutupan
- Musyawarah Bhayangkari
- Rapat Kerja Bhayangkari
4) Upacara pembentukan, perubahan, penghapusan
tingkat kepengurusan.
5) Menghadiri acara diluar Bhayangkari sesuai
ketentuan yang tercantum dalam undangan.
6) Menghadiri penutupan pendidikan (Tup dik).
Pakaian Seragam Upacara Bhayangkari
Pakaian Seragam Upacara khusus Bhayangkari
Berjilbab
47
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
c. Pakaian Seragam Resmi Bhayangkari
Terdiri dari kain lurik berwiron berwarna merah
marun, kebaya model kartika berwarna merah jambu
muda dengan telak kutu baru bagian atas 5 cm meruncing
kebawah. Digunakan pada saat :
1) Upacara resmi di lingkungan Bhayangkari.
- Peringatan Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari
- Upacara Serah Terima Jabatan Ketua Umum
Bhayangkari
2) Menghadiri acara di luar Bhayangkari sesuai
ketentuan yang tercantum dalam undangan
d. Pakaian Seragam Harian Lapangan Bhayangkari
Pakaian Seragam Resmi Bhayangkari
Pakaian Seragam Resmi khusus Bhayangkari
Berjilbab
Pakaian Seragam Harian Lapangan Bhayangkari
Pakaian Seragam Harian Lapangan Bhayangkari
mengenakan Blazer
48
1. Konseptor/Ka
Terdiri dari 2 (dua) bagian : blus dan celana panjang
warna merah jambu. Digunakan untuk :
- Kegiatan sosial Bhayangkari
- Kunjungan/perjalanan jauh, melalui perairan,
pegunungan atau dengan memakai kendaraan
roda dua.
- Pada dasarnya Pakaian Seragam Lapangan tidak
dibenarkan pada acara-acara resmi.
C. Pemahaman Visi, Misi, Tujuan dan Tugas Bhayangkari
1. Visi Bhayangkari adalah:
Menjadikan Bhayangkari yang mandiri dan professional
untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga Polri.
2. Misi Bhayangkari adalah:
- Meningkatkan sumber daya manusia
- Penggunaan dana yang efisien
- Memajukan organisasi
- Meningkatkan kesejahteraan anggota.
3. Tujuan Bhayangkari adalah :
- Mendukung Polri dalam menjalankan misinya
- Membantu Polri dalam meningkatkan dan
mensejahterakan keluarga Polri
- Meningkatkan peran wanita Indonesia dan di dalam
segala bidang kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
4. Tugas Pokok Bhayangkari adalah :
- Menghayati, mengamalkan dan memasyarakatkan
Pancasila.
49
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
- Meningkatkan kwalitas sumber daya anggota
Bhayangkari berdasarkan rasa senasib,
sepenanggungan dan seperjuangan.
- Meningkatkan kegiatan anggota yang sejalan dengan
misi Polri.
D. Penjabaran Visi, Misi, Tujuan dan Tugas Pokok Bhayangkari.
Dalam Visi Bhayangkari kata mandiri, artinya berdiri di
atas kaki sendiri dan tidak tergantung pada orang lain serta
bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Sedangkan
arti dan makna Profesional adalah :
1. Bangga atas pekerjaannya serta meluangkan waktunya
untuk kegiatan tersebut,
2. Mempunyai motivasi yang kuat.
3. Berorientasi kepada pelayanan.
4. Mempunyai status dan kekuasaan dalam bidangnya
5. Membentuk perwakilan
6. Ada pengembangan kode etik yang mengarahkan perilaku
anggotanya,
7. Pelayanan masyarakat /kemanusiaan dijadikan motif yang
dominan.
Kesejahteraan, secara umum diartikan sebagai tingkat
kemampuan seseorang dalam memenuhi kebutuhan primer
berupa sandang, papan, pangan pendidikan dan kesehatan.
Adapun pengertian Sumber Daya Manusia dan Efisiensi
pada MISI Bhayangkari
1. Sumber daya manusia (SDM) perkembangan terbaru
memandang SDM bukan sebagai sumber daya semata,
50
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
melainkan lebih berupa modal atau asset bagi institusi
atau organisasi, sehingga muncul Human Capital (HC)
bukan sekedar asset utama tetapi asset yang bernilai dan
dapat dilipatgandakan, dikembangkan dan bukan
sebaliknya sebagai Liability (beban /cost). SDM sebagai
investasi bagi organisasi lebih mengemuka.
2. Efisiensi, merupakan ukuran keberhasilan yang dinilai dari
segi besarnya sumber /biaya untuk mencapai hasil dari
kegiatan yang dijalankan. Efisiensi berarti mencapai hasil
optimaldengan penggunaan sumber daya yang terbatas.
Secara singkat efesiensi mengandung makna anggota
Bhayangkari dapat bekerja dengan cermat, tidak
membuang waktu dan energi serta paling tepat dan
sesuai tujuan.
Pemahaman visi dan misi mengharuskan anggota
bhayangkari menyatukan pola pikir yang akan memberikan
dampak positif demi tercapainya tujuan organisasi.
Penjabaran visi dan misi selayaknya dilaksanakan oleh setiap
anggota bhayangkari disetiap jenjang kepengurusan agar
setiap program kerja yang dicanangkan dapat terlaksana
dengan sukses.
E. Hak dan Kewajiban Bhayangkari
1. Hak Bhayangkari sebagai berikut:
- Memberikan suara dalam rapat
- Memilih dan dipilih sebagai Anggota Pengurus
- Mewakili organisasi dalam kepengurusan Organisasi
kemasyarakatan Wanita lain.
51
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
- Membela diri dari tuduhan atau keputusan karena
melakukan kesalahan terhadap organisasi.
- Mendapat perhatian dan pendampingan dari
organisasi Bhayangkari apabila mengalami masalah
Keluarga, KDRT dan disalurkan kepada Dinas Polri.
2. Kewajiban Bhayangkari sebagai berikut:
- Memiliki Kartu Tanda Anggota Bhayangkari dan KPI
(Kartu Penunjukan Istri)
- Menjunjung tinggi nama baik organisasi Bhayangkari
- Mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga Bhayangkari
- Membayar iuran Anggota
- Secara aktif memberikan peranan yang positif,
dengan rasa memiliki mematuhi dan melaksanakan
keputusan organisasi
- Menghadiri rapat atas undangan pengurus.
52
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
F. Format Surat Pernyataan Dan Surat Perjanjian
SURAT PERNYATAAN
PERSETUJUAN INFORMASI STATUS KESEHATAN
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Kami calon mempelai menyetujui dan member kuasa kepada
tim BP4R untuk memberikan informasi yang benar dan dapat
dipertanggung jawabkan tentang status kesehatan kami kepada
calon pasangan.
Demikian Surat Keterangan ini dibuat, dengan suka rela dan
tanpa paksaan.
Calon Suami Calon Istri
(,…………..) (………….)
Mengetahui,
Anggota Tim BP4R
(………………….)
Informasi ini dimaksudkan untuk kepentingan kedua belah pihak.
53
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
MATERAI
Rp. 6.000,-
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENGIKUTI SUAMI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : ...........................................
Tempat/Tgl lahir : ...........................................
Agama : ...........................................
Alamat tempat tinggal : ..........................................
Nomor Telpon /Hp : ...........................................
Bersedia mengikuti ke daerah tempat tugas suami
di seluruh Indonesia.
Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya, dan bila
tidak menaatinya saya bersedia menanggung akibat dan resiko
yang terjadi dalam keluarga saya.
Tempat, …………………… 20……..
Mengetahui, Yang Membuat Pernyataan
(Pimpinan Sidang BP4R)
(…………………………….) (…………………………….)
NB : Mohon diisi saat sidang nikah oleh Calon Bhayangkari
54
1. Konseptor/Kabagbinreligi : .........
Daftar Riwayat Hidup
1. Nama : .................................
2. Tempat/Tgl lahir : .................................
3. Agama : .................................
4. Telpon/Email : .................................
5. Pendidikan terakhir : .................................
6. Pendidikan Profesi : .................................
(Pengacara, Notaris, Psikolog)
7. Pendidikan Non Formal : .................................
(kursus dan pelatihan)
8. Pengalaman berorganisasi : .................................
(masyarakat atau profesi)
9. Kemampuan : .................................
(Menulis, Menari, MC, Seni dan Olahraga)
10. Sertifikat Keahlian : .................................
NB : Mohon diisi saat sidang nikah oleh Calon Bhayangkari
55
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
G. Pedoman pemberian materi.
1. Materi diberikan dalam bentuk diskusi dan tanya jawab
sehingga calon mempelai dapat berinteraksi secara
harmonis dengan pemberi materi.
2. Bila pertanyaan yang diajukan dijawab oleh calon
mempelai, maka dapat disempurnakan atau dijelaskan
sesuai materi sidang nikah.
3. Pertanyaan dapat disampaikan juga berupa pendapat
atau pandangan dari calon mempelai.
H. Contoh Pertanyaan
1. Apakah anda/adik pernah mendengar istilah/kata
bhayangkari?
2. Organisasi apakah ? apakah arti dari HKGB ?
3. Apakah adik /saudari /anda dapat menjelaskan arti atau
makna kata Bhayangkari?
4. Sebagai salah satu organisasi wanita yang besar di
Indonesia, Bhayangkari mempunyai Visi dan Misi. Coba
sebutkan visi Bhayangkri dan salah satu dari misi
Bhayangkari.
5. Visi Bhayangkari : Menjadikan Bhayangkari yang mandiri
dan professional untuk meningkatkan kesejahteraan
keluarga Polri. Menurut pandangan anda apakah artinya
mandiri profesional?
6. Tolong dijelaskan satu kegiatan yang dapat dilaksanakaan
sesuai dengan Tugas pokok Bhayangkari yaitu
Meningkatkan kegiatan anggota yang sejalan dengan misi
Polri.
56
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
BAB VI
PENUTUP
Penyusunan buku ini dalam rangka memberikan gambaran tentang
pelayanan administrasi secara proporsional bagi Pegawai Negeri pada
Kepolisian Negara Republik Indonesia yang akan melaksakanan
pernikahan dari proses awal hingga akhirnya mendapatkan SIK (Surat
Ijin Kawin).
Buku panduan ini adalah buku yang menyajikan informasi tentang
tuntunan bagi petugas dalam pelaksanaan sidang pembinaan
pernikahan yang diadakan bagi Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebelum melaksanakan perkawinan di Kementerian
Agama.
Proses pembinaan melalui sidang pembinaan pernikahan
dimaksudkan agar institusi Polri mengetahui bagaimana latar belakang
dari calon suami /istri dari anggota Polri /Pegawai Negeri Sipil yang
menikah tersebut. Selain itu juga, dimaksudkan agar calon mempelai
memahami tentang konsekwensi menikah dengan anggota Polri /PNS,
hak-hak dan kewajiban yang akan mengikutinya. Dengan pelaksanaan
siding pembinaan pernikahan yang terstandarisasi diharapkan bisa
memberikan dampak positif dalam kehidupan perkawinan mereka.
Sehingga pada akhirnya mampu memberikan dukungan terhadap
kinerja anggota Polri /Pegawai Negeri Sipil pada Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
Dengan segala kekurangan yang dimiliki, semoga buku panduan ini
bisa memberikan manfaat kepada petugas BP4R dalam sidang
pembinaan nikah bagi Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik
Indonesia yang akan melaksakanan perkawinan.
57
1. Konseptor/Kabagbinreligi :
TIM PENYUSUN
A. MATERI BIDANG SUMBER DAYA MANUSIA
(ROHANI, HAK-HAK ANGGOTA DAN PENERBITAN KPI/KPS)
1. Brigjen Pol Drs. Eky Hari Festyanto, M.M.
2. Kombes Pol Drs. Hindra Susfitri, M.M.
3. Kombes Pol Drs. Zainuri Anwar
4. Kombes Pol Anang Pudjijanto, S.I.K., M.Si
5. AKBP M. Ali Saifudin, S.Ag
6. AKBP Drs. J.M.F. Sahertian
7. AKBP Dewa Ayu Made Ariani, S.Ag., M.Fil.H
8. AKBP Dra. Rita Kundarwati
9. AKBP Wawan Hermansyah, S.Sos., M.Si
10. Pembina Drs. H. Amanullah
11. Penata Tk. I Siti Romyati, S.HI
12. Penata Suyamti
13. Iptu Wahid Miftakhul Huda, S.Pd.I
14. Ipda Yustinus Caturiono, S.Ag
B. MATERI BIDANG PROPAM
1. Kompol Sumbawan
2. Kompol Yuliarso
3. Kompol Eko wahyu. S
C. MATERI BIDANG BHAYANGKARI
1. Ny. Ari Lutfi Lubianto
2. Ny. Niken Arief Sulistyanto
3. Ny. Ani Arkian Lubis
4. Ny. Iriani Zainal Arifin
5. Ny. Rinny Yazid Fanani
60