BAB I
ILUSTRASI KASUS
I. IDENTITAS
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny. Y/ Tn.A
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 2 hari
Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari
Agama : Islam
Tanggal Masuk RS : 10 february 2015
Tanggal Pemeriksaan : 12 february 2015
2. IDENTITAS ORANGTUA PASIEN
AYAH PASIEN
Nama : Tn. A
Usia : 39 tahun
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SD
Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari
IBU PASIEN
Nama : Ny.Y
Usia :37 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Linggasari RT 4/12 baros, kec arjasari
1
II. ANAMNESIS
1. Keluhan Utama
Seorang neonates dengan berat badan lahir 2050 gram
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Bayi lahir di RSUD Soreang dari ibu G4P2A1. Menurut ibunya, bayi
dilahirkan dengan usia kandungan 8 bulan lebih 2 minggu. Berat lahir: 2050gr,
PB: 45 cm, Apgar score : 1” : 7, 5”: 9. Bayi tidak terlihat sesak, pernapasan
cuping hidung (-), retraksi suprasternalis (-), retraksi intercostae (-), retraksi
epigastrium (+), bayi tidak terlihat sianosis dan terlihat ikterik krmaer 1-2.
BAK tidak ada keluhan, BAB meconium
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat keluarga dengan keluhan serupa tidak ada.
4. Riwayat Pribadi (orang tua)
Riwayat Kehamilan
Ibu hamil tunggal. Usia ibu saat hamil adalah 37 tahun. Ibu selalu
memeriksakan kehamilan ke bidan, pada saat usia kehamilan 8 bulan
ibu memeriksakan kandungan nya kebidan dan memeriksa tekanan
darah, pada saat memeriksa tekanan darah, tekanan darah ibu 150/100,
dan ibu mengalami bengkak pada kedua kakinya. Ibu mengatakan
diberi rujukan oleh bidan untuk memeriksakan lebih lanjut kandungan
nya ke dokter spesialis kandungan, dan dokter spesialis kandungan
mengaatakan bahwa janin harus segera dilahirkan. Pada kehamilan
sebelumnya ibu tidak pernah mengalami tekanan darah tinggi, ibu
menderita tekanan darah tinggi pada saat kehamilan ini. Selama
kehamilan ibu tidak menderita penyakit apapun. Riwayat pemakaian
obat-obatan ketika hamil hanya vitamin yang diberikan oleh bidan.
Aktifitas ibu selama hamil hanya pergi berbelanja ke pasar untuk
berbelanja kebutuhan rumah tangga dan membersihkan rumahnya.
2
Berat badan ibu sebelum hamil adalah 68 kg dan saat akan melahirkan
beratnya 79 kg.
Riwayat Persalinan
Anak lahir dengan section caesaria, merupakan anak ketiga. Saat
melahirkan ibu merasa kehamilannya 8 bulan lebih 2 minggu.
Persalinan dibantu oleh dokter spesialis kandungan. Bayi lahir kurang
bulan dan langsung menangis, ketuban jernih.
Riwayat Pasca Lahir
Pada saat lahir anak bergerak aktif, langsung menangis, HR : 152x/m,
RR : 68x/m S: 37,7, tidak terdapat sianosis, terdapat pernapasan cuping
hidung dan terdapat retraksi epigastrium, pasien diberikan oksigen
1/2L/m di observasi setengah jam kemudian RR: 52x/m HR:144x/m S:
37,3
5. Sosial Ekonomi dan Lingkungan
Sosial Ekonomi
Ibu pasien seorang ibu rumah tangga dan ayah pasien seorang buruh
yang berpenghasilan kurang lebih Rp.1.500.000 per bulan, orangtua
pasien mengatakan penghasilan mereka cukup untuk memenuhi
kebutuhan sehari-sehari.
Lingkungan
Pasien adalah anak ketiga. Dalam satu rumah terdapat 7 orang dalam
satu rumah.
III. PEMERIKSAAN FISIK
A. Pemeriksaan Umum
Pada tanggal 12 februari 2015
1) Warna : ikterik krammer 1-2
3
2) Kesadaran : STATE : 5
3) Tanda vital
a. HR :136 x/mnt
b. RR : 40 x/mnt
c. Suhu : 36,5 o C
4) Kepala : simetris
UUB datar, lembut
a. Sutura : belum tertutup
b. Rambut : berwarna hitam, tidak mudah dicabut
c. Mata : sklera tidak ikterik, ikterik congenital (-)
d. Telinga : recoil baik, skin tags (-)
e. Hidung : choana +/+ , pch (-)
f. Mulut : langit-langit intak, poc (-)
g. Tenggorokan : sulit dinilai
h. Tonsil : sulit dinilai
i. Lidah : tidak makroglossi
j. Gigi : belum erupsi
k. Leher : retraksi suprasternal (-), webbed neck (-)
5) Thoraks : retraksi intrcostae (-)
a. Pernapasan : BVS kanan = kiri, slem -/-, rh -/-
b. cor : BJ murni regular, murmur (-) gallop (-)
6) abdomen : cembung, retraksi epigastrium (+)
a. hepar : teraba ± 2cm BAC
b. Lien : tidak teraba
4
7) Ekstremitas : akral hangat, CRT < 3”
8) Genital : Laki-laki, testis jelas dalam scrotum
9) Neurologi : reflex moro (+) reflex hisap (+)
reflex pegang (+)
reflex babinski (+)
APGAR
Down Score
Karakteristik Skor 0 Skor 1 Skor 2
Frekuensi pernafasan
Retraksi
Sianosis
Jalan masuk udara
Grunting
< 60 x/menit
-
-
Udara masuk
bilateral baik
-
60-80x/menit
ringan
hilang dengan 02
penurunan ringan
udara masuk
dapat didengar
stetoskop.
>80 x/menit
parah
tidak hilang
tidak ada udara
masuk
dapat didengar
tanpa stetoskop.
Keterangan:
0-4 : asfiksia Ringan; membutuhkan O2 nasal atau headbox4-7 : asfiksia Sedang; membutuhkan Nasal CPAP
>7 : asfiksia Berat; Ancaman Gagal Napas; membutuhkan Intubasi (perlu diperiksa Analisa Gas Darah/AGD)
Downe score :
5
1 menit 5 menit
Warna 1 2
Denyut jantung 2 2
Refleks 1 2
Tonus otot 1 1
Pernafasan 2 2
JUMLAH 7 9
- 10 februari 2015 : 3
- Pemeriksaan (12 februari 2015) = 1
Ballard score dan maturitas
score : 3 3 2 3 2 3 - 3 2 2 2 2 3
minggu : 36
Status gizi
o Berat badan : 2050 gr
o Panjang badan : 45 cm
o BB/U : -3 s/d -2 SD (severly underweight)
6
o PB/U : -3 SD (stunted)
o BB/PB : -2 s/d -1 SD (stunted)
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Glukosa darah sewaktu, darah rutin, kimia klinik
10/02/2015
Darah rutin Hb : 16,6 g/dl
Ht : 52 %
Leu:
12.100/mm3
Trombo:
179.000 mm3
GDS
1.
1. 55.0
2. 88.0
V. DIAGNOSIS KERJA
PTI AGA kepala dengan sc a/i PEB + asfiksia ringan + BBLR + NH
VI. RENCANA PENGELOLAAN
A. Rencana Pengobatan
o Pasang OGT
o Oksigen
o Kebutuhan cairan total 384 cc
o ASI/PASI 8 x 25 cc
o Pertahankan suhu optimal 36,6-37,5 o C
o Jika GDS < 50 bolus D10% 2cc x BB selama 5 menit, cek GDS tiap 1 jam
o Jika Bilirubin Total >15 mg/dl foto terapi
Rencana Pemantauan
o DR, GDS, bilirubin total/direk/indirek
VII. PROGNOSIS
Ad bonam
7
BAB II
PEMBAHASAN
Pasien By. Ny.R 2 hari, didiagnosis sebagai PTI AGA kepala dengan sc a/i PEB
+ asfiksia ringan sedang + BBLR + NH. Diagnosis pada pasien ini ditegakkan
berdasarkan anamnesis pada ibu , pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Pada anamnesis didapatkan bahwa:
Pasien lahir di usia kandungan 8 bulan lebih 2 minggu menurut ibunya dan
berdasarkan NBS serta maturitas fisik, anak lahir pada usia kehamilan 36
minggu → bayi kurang bulan (BKB)
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan bahwa:
buka atau tutup mata menangis → Pasien dalam kesadaran STATE : 5
down score : 1 → asfiksia ringan
Apgar : 6, 8 → menandakan asfiksia ringan sedang
Pasien didapatkan dengan berat badan kurang dari 2500 yaitu seberat 2050
gram → menandakan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Berdasarkan temuan anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut, diusulkan
pemeriksaan penunjang dengan alasan:
1. Pemeriksaan darah rutin untuk membantu penegakan diagnosis dan mecari penyebab
penyakit.
2. Pemeriksaan kadar bilirubin untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan kadar
bilirubin total, direct dan indirect untuk menegakkan diagnosis ikterus neonatorum.
3. Pemeriksaan kadar glukosa, dikarenakan pasie merupakan pasien yang termasuk
BBLR
Prognosis
Ad bonam
8
IIITINJAUAN PUSTAKA
BBLR
A. Definisi dan Klasifikasi
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi baru lahir yang berat
badan lahirnya pada saat kelahiran kurang dari 2500 gram, dahulu neonatus
dengan berat badan lahir kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500
gram disebut prematur (Festy, 2009).
World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 menyatakan bahwa
semua bayi baru lahir yang berat badannya kurang atau sama dengan 2500 gram
disebut Low Birth weight Infant (Bayi Berat Badan Lahir Rendah/BBLR).
Sedangkan pada tahun 1970, kongres European Perinatal Medicine II yang diadakan
di London juga diusulkan definisi untuk mendapatkan keseragaman tentang
maturitas bayi lahir, yaitu sebagai berikut :
a. Bayi kurang bulan : Bayi dengn masa kehamilan kurang dari 37 minggu (259)
hari.
b. Bayi cukup bulan : Bayi dengan masa kehamilan mulai 37 minggu sampai 42
minggu (259-293).
c. Bayi lebih bulan : Bayi dengan masa kehamilan 42 minggu atau lebih (294 hari
atau lebih)
Menurut Saifuddin dalam (Syafruddin, 2009), Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) ialah bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram
(sampai dengan 2499 gram). Menurut Depkes RI (1996), bayi berat lahir rendah
ialah bayi yang lahir dengan berat 2500 gram atau kurang tanpa memperhatikan usia
kehamilan.
Dari pengertian tersebut, BBLR dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu
prematuturitas murni dan dismaturitas. Disebut Prematuritas murni jika masa
gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat badannya sesuai dengan berat badan
untuk masa gestasinya, biasa pula disebut neonatus kurang bulan sesuai masa
kehamilan (NKB-SMK). Dismaturasi ialah bayi lahir dengan berat badan kurang
dari berat badan seharusnya untuk masa gestasinya. Artinya, bayi mengalami
9
retardasi pertumbuhan intrauterin dan merupakan bayi yang kecil untuk masa
kehamilannya (Syafruddin, 2009).
B. Etiologi dan Patofisiologi
Penyebab terjadinya bayi BBLR secara umum bersifat multifaktorial,
sehingga kadang mengalami kesulitan untuk melakukan tindakan pencegahan.
Namun, penyebab terbanyak terjadinya bayi BBLR adalah kelahiran prematur.
Semakin muda usia kehamilan semakin besar resiko jangka panjang dan jangka
pendek dapat terjadi (Proverawati dan Ismawati, 2010).
Berikut adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan bayi BBLR secara
umum yaitu sebagai berikut (Proverawati dan Ismawati, 2010).
a. Faktor ibu :
1. Penyakit
a. Mengalami komplikasi kehamilan, seperti anemia sel berat, perdarahan
ante partum, hipertensi, preeklampsia berat, eklampsia, infeksi selama
kehamilan (infeksi kandungan kemih dan ginjal)
b. Menderita penyakit seperti malaria, infeksi menular seksual, HIV/AIDS,
malaria, TORCH.
2. Ibu
a. Angka kejadian prematurasi tertinggi adalah kehamilan pada usia < 20
tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Kehamilan ganda (multi gravida)
c. Jarak kelahiran yang terlalu dekat atau pendek (kurang dari 1 tahun)
d. Mempunyai riwayat BBLR sebelumnya
3. Keadaan sosial ekonomi :
a. Kejadian tertinggi terdapat pada golongan sosial ekonomi rendah
b. Mengerjakan aktivitas fisik beberapa jam tanpa istirahat
c. Keadaan gizi yang kurang baik
d. Pengawasan antenatal kurang
e. Kejadian prematurasi pada bayi yang lahir dari perkawinan yang tidak
sah, yang ternyata lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi yang lahir
dari perkawinan yang sah
4. Sebab lain:
10
a. Ibu perokok
b. Ibu peminum alkohol
c. Ibu pecandu obat narkotik
d. Penggunaan obat antimetabolik
b. Faktor janin :
1. Kelainan kromosom (trisomy autosomal)
2. Infeksi janin kronik (inklusi sitomegali, rubella bawaan)
3. Disautonomia familial
4. Radiasi
5. Kehamilan ganda/kembar (gemeli)
6. Aplasia pancreas
c. Faktor Plasenta :
1. Berat plasenta berkurang atau berongga atau keduanya (hidramnion)
2. Luas permukaan berkurang
3. Plasentilis vilus (bakteri, virus dan parasite)
4. Infark
5. Tumor (koriongioma, mola hidatidosa)
6. Plasenta yang lepas
7. Sindrom plasenta yang lepas
8. Sindrom tranfusi bayi kembar (sindrom parabiotik
d. Faktor lingkungan :
1. Bertempat tinggal di dataran tinggi
2. Terkena radiasi
3. Terpapar racun
Berdasarkan tipe BBLR, penyebab terjadinya bayi BBLR dapat digolongkan
menjadi sebagai berikut :
a. BBLR tipe KMK, disebabkan oleh :
1. Ibu hamil yang kekurangan nutrisi
2. Ibu memiliki hipertensi, preeklampsia, atau anemia
3. Kehamilan kembar, kehamilan lewat waktu
4. Malaria kronik, penyakit kronik
5. Ibu hamil merokok
b. BBLR tipe prematur, disebabkan oleh :
11
1. Berat badan ibu yang rendah, ibu hamil yang masih remaja, kehamilan
kembar
2. Pernah melahirkan bayi prematur sebelumnya
3. Cervical imcompetence (mulut rahim yang lemah hingga tak mampu
menahan berat bayi dalam rahim)
4. Perdarahan sebelum atau saat persalinan (antepartum hemorrhage)
5. Ibu hamil yang sedang sakit
6. Kebanyakan tidak diketahui penyebabnya.
C. Patofisiologi
Patofisiologi menurut Surasmi (2009) adalah:
a. Pengendalian suhu
Bayi preterm cenderung memiliki suhu yang abnormal. Hal ini
disebabakan oleh produksi panas yang buruk dan penigkatan kehilangan panas.
Kegagalan untuk menghasilkan panas yang adekuat disebabakan tidak adanya
jaringan adiposa coklat ( yang mempunyai aktifitas metabolik yang tinggi ),
pernapasan yang lemah dengan pembakaran oksigen yang buruk, dan masukan
makanan yang rendah.
Kehilangan panas yang meningkat karena adanya permukaan tubuh yang
relatif besar dan tidak adanya lemak subkutan, tidak adanya pengaturan panas
bayi sebagian disebabkan oleh panas immature dari pusat pengatur panas dan
sebagian akibat kegagalan untuk memberikan respon terhadap stimulus dari
luar. Keadaan ini sebagian disebabkan oleh mekanisme keringat yang cacat,
demikian juga tidak adanya lemak subkutan. Pada minggu pertama dari
kehidupan, bayi preterm memperlihatkan fluktuasi nyata dalam suhu tubuh dan
hal ini berhubungan dengan fluktuasi suhu lingkungan.
b. Sistem pencernaan
Semakin rendah umur gestasi, maka semakin kecil / lemah refleks
menghisap dan menelan, bayi yang paling kecil tidak mampu minum secara
efektif, regurgitasi merupakan hal yang paling sering terjadi. Hal ini disebabkan
oleh karena mekanisme penutupan spingter pilorus yang secara relatif kuat.
Pencernaan tergantuang dari perkembangan dari alat pencernaan,
lambung dari seorang bayi dengan berat 900 gr memperlihatkan adanya sedikit
lipatan mukosa, glandula sekretoris, demikian juga otot kurang berkembang.
12
Perototan usus yang lemah mengarah pada timbulnya distensi dan retensi bahan
yang dicerna. Hepar relatif besar, tetapi kurang berkembang, terutama pada bayi
yang kecil. Hal ini merupakan predisposisi terjadinya ikterus akibat adanya
ketidakmampuan untuk melakukan konjugasi bilirubin yaitu keadaan tidak larut
dan eksistensinya ke dalam empedu tidak mungkin.
Pencernaan protein berkembang dengan baik pada bayi preterm yang
terkecil sekalipun. Protein baik dari tipe manusia dan hewani tampaknya dapat
ditoleransi dan diabsorbsi. Absorbsi lemak tampaknaya merupakan masalah,
kendatipun sudah dapat enzim pemecah lemak. Hal ini berakibat dengan
kekurangan ASI, karbohidrat bentuk glukosa, karbohidrat yang mudah diserap.
c. Sistem pernapasan
Lebih pendek masa gestasi maka semakin kurang perkembangan paru –
paru pada bayi dengan berat 900 gr. Alveoli cenderung kecil, dengan adanya
sedikit pembuluh darah yang mengelilingi stroma seluler. Semakin mature bayi
dan lebih berat badanya maka akan semakin besar alveoli. Pada hakekatnya
dindingnya dibentuk oleh kapiler, otot pernapasan bayi lemah dan pusat
pernapasan kurang berkenbang. Terdapat juga kekurangan lipoprotein paru –
paru, yaitu surfaktan yang dapat mengurangi tegangan permukaan pada paru –
paru. Surfaktan diduga bertindak dengan cara menstabilkan alveoli yang kecil,
sehingga mencegah terjadinya kolaps pada saat terjadi ekspirasi.
Ritme dari dalamnya pernapasan cenderung tidak teratur, seringkali
ditemukan apnea, dalam keadaan ini maka hal ini harus di hitung selama 1
menit untuk perhitungan yang tepat. Pada bayi preterm yang terkecil batuk tidak
ada. Hal ini dapat mengarah pada timbulnya inhalasi cairan yang dimuntahkan
dengan timbulnya konsekuensi yang serius. Saluran hidung sangat kecil dan
mengalami cidera bertahap, mukosa nasal mudah terjadi, hal ini penting diingat
untuk memasukkan tabung nasogastrik atau endotrakeal melalui hidung.
Kecepatan pernapasan bervariasi pada semua neonatus dan bayi preterm.
Pada bayi neonatus pada keadaan istirahat, maka kecepatan pernapasan dapat
60–80 kali / menit berangsur – angsur menurun mencapai kecepatan yang
mendekati biasa yaitu 34 – 36 kali / menit.
d. Sistem sirkulasi
Jantung relatif kecil pada saat lahir, pada beberapa bayi preterm kerjanya
lambat dan lemah. Terjadinya ekstrasistole dan bising yang dapat di dengar pada
13
atau segara setalah lahir. Hal ini hilang ketika apartusa jantung fetus menutup
secara berangsur – angsur. Sirkulasi perifer seringkali buruk dari dinding
pembuluh darah intrakranial. Hal ini merupakan sebab dari timbulnya
kecenderungan perdarahan intrakranial yang terlihat pada bayi preterm.
Tekanan darah lebih rendah dibandingkan dengan bayi aterm. Tekanan
menurun dengan menurunya berat badan. Tekanan sistolik bayi aterm sekitar 80
mmHg dan pada bayi preterm 45 – 60 mmHg. Tekanan diastolik secara
proporsional rendah, bervariasi dari 30 – 45 mmHg. Nadi bervariasi antara 100
– 160 kali / menit cenderung ditemukan aritmia, dan untuk memperoleh suara
yang tepat maka dianjurkan untuk mendengar pada debaran apeks dengan
menggunakan stetoskop.
e. Sistem urinarius
Pada saat lahir fungsi ginjal perlu menyesuaikan diri dengan lingkungan,
fungsi ginjal kurang efisien dengan adanya angka filtrasi glomerolus yang
menurun, klirens urea dan bahan terlarut yang rendah. Hal ini menyebabkan
perubahan kemampuan untuk mengkonsentrasi urine dan urine menjadi sedikit.
Gangguan keseimbangan air dan elektrolit mudah terjadi. Hal ini disebabkan
adanya tubulus yang kurang berkembang.
f. Sistem persyarafan
Perkembangan susunan syaraf sebagian besar tergantung pada derajat
maturitas, pusat pengendali fungsi fital, misalnya pernapasan, suhu tubuh dan
pusat refleks kurang berkembang. Refleks seperti refleks leher tonik ditemukan
pada bayi prematur normal, tetapi refleks tendon bervariasi karena
perkembangan susunan saraf yang buruk, maka bayi terkecil pada khususnya
yang lemah, lebih sulit untuk di bangunkan dan mempunyai tangisan yang
lemah.
g. Sistem genital
Genital kecil pada wanita, labia minora tidak ditutupi labia mayora
hingga aterm. Pada laki – laki testis terdapat dalam abdomen kanalis inguinalis
atau skrotum.
h. Sistem Pengindraan (Penglihatan)
Maturitas fundus uteri pada gestasi sekitar 34 minggu, terdapat adanya 2
stadium perkembangan yang dapat diketahui yaitu immature dan transisional
(peralihan) yang terjadi antara 24 dan 33 – 34 minggu. Selama setahun stadium
14
ini bayi bisa menjadi buta jika diberikan oksigen dalam konsentrasi yang tinggi
untuk waktu yang lama.
D. Diagnosis
Diagnosis BBLR biasanya ditegakkan dari :
1. ANAMNESIS
Dari anamnesa dapat digali mengenai riwayat gestasi, faktor etiologi dan riwayat
pemeriksaan antenatal dari ibu yang bayinya BBLR.
a. Menanyakan HPHT sehingga bisa diketahui taksiran persalinan
b. Mencari faktor etiologi yang mengakibatkan terjadinya BBLR
c. Menanyakan riwayat pemeriksaan antenatal dari ibu
15
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. BBL < 2500.
2. PB kurang atau sama 45 cm.
3. Lingkar kepala < 33 cm.
4. Lingkar dada < 30 cm.
5. Kepala lebih besar dari badan.
6. Kulit tipis transparan , lanugo banyak , lemak subkutan kurang.
7. Pembuluh darah kulit banyak terlihat dan peristaltik usus terlihat.
8. Rambut biasanya tipis .
9. Tulang rawan belum sempurna.
10. Jaringan mammae belum sempurna demikian pula puting susu.
11. Genetelia immatur .
12. Bayi kecil , posisinya masih posisi fetal , yaitu posisi dekubitus lateral , pergerakan
nya kurang dan masih lemah.
13. Bayi masih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur,
dan sering terdapat serangan apneu.
14. Otot masuh hipotonik, sehingga sikap selalu dalam keadaan kedua tungkai abduksi,
sendi lutut dan sendi kaki dalam keaadaan fleksi dan kepala menghadap kesatu
jurusan.
15. Refleks Moro dapat positif, refleks minghisap dan menelan belum sempurna,
demikiaan juga refleks batuk.
16. Pitting edem, sering ditemukan pada pendarahan antepartum, toxemia gravidarum dan
DM.
17. Nafas tidak teratur, jika >60 x/menit waspada terhadap Hialin Membran Disease.
3. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Biasanya pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan khusus dilakukan pada
bayi dengan BBLR ini ditujukan untuk melihat ada tidaknya komplikasi atau gangguan
yang menyertainya.
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada BBLR adalah sebagai berikut :
1. Rawat dalam inkubator untuk mencegah hipotermia
16
2. Early feeding jika memungkinkan
3. Mengatasi komplikasi
4. Memberikan terapi pada yang diduga infeksi
5. Memantau adanya kelainan fisik atau kelainan fungsi intelektual
a. Tatalaksana nutrisi pada BBLR :
Pertumbuhan BBLR hampir dua kali lipat bayi cukup bulan, sehingga BBLR
membutuhkan dukungan nutrisi khusus dan optimal untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Belum ada standar kebutuhan nutrien yang disusun secara tepat untuk BBLR, sebanding
dengan air susu ibu (ASI). Rekomendasi yang ada ditujukan untuk memenuhi kebutuhan
nutrien yang mendekati kecepatan tumbuh dan komposisi tubuh janin normal sesuai masa
gestasi serta mempertahankan kadar normal nutrien dalam darah dan jaringan tubuh.
Kebututan nutrisi :
1. Energi
2. Kebutuhan energi pada BBLR adalah 90-120 kkal/kgBB/hari. Asupan energi nutrisi
enteral pada BBLR untuk mencapai pertumbuhan yang sesuai adalah 105-130 kkal/hari.
3. Protein
Kebutuhan berdasarkan penambahan berat badan janin adalah 3,5-4,0 g/kgBB/hari.
Asupan yang dapat diberikan pada BBLR adalah 2,25-4 g/kgbb/hari. Bayi dengan
asupan protein sebesar 2.8-3.1 g/kgbb/hari dengan 110-120 kkal/kgbb/hari
menunjukkan pertumbuhan yang paling menyerupai pertumbuhan janin.
4. Lemak
Lemak merupakan sumber energi terbesar (40-50%) yang setara dengan masukan
sebesar 5-7 g/kgbb/hari. Lemak ASI lebih mudah diserap karena komposisi asam lemak
serta asam palmitat dalam posisi β disamping adanya lipase pada ASI. Lemak pada
formula untuk bayi prematur mengandung campuran lemak rantai sedang (MCT)
medium chain triglyevide dan lemak tumbuhan yang kaya akan lemak tidak jenuh rantai
ganda serta trigliserida rantai panjang. Campuran ini mengandung cukup asam lemak
esensial paling sedikit 3% dan energi berupa asam linoleat dengan sedikit tambahan
asam α-linolenat. ASI mengandung AA dan DHA merupakan nutrien yang bersifat
esensial kondisional, sehingga kini formula prematur juga disuplernentasi dengan
kedua zat tersebut.
5. Karbohidrat
17
Karbohidrat memasok energi sebesar 40-50% dari kebutuhan per hari atau setara
dengan 10-14 g/kgbb/hari. Kemampuan BBLR untuk mencerna Iaktosa pada beberapa
waktu setelah lahir rendah karena rendahnya aktivitas enzim laktase; sehingga dapat
terjadi keadaan intoleransi laktosa, walaupun secara di klinik jarang menjadi masalah
dan ASI umumnya dapat ditoleransi dengan baik. Enzim glukosidase untuk glukosa
polimer sudah aktif pada BBLR sehingga pemberian glukosa polimer ditoleransi
dengan baik. Selain itu glukosa polimer tidak menyebabkan beban osmotik pada
mukosa usus, sehingga memungkinkan digunakan pada formula bayi dengan
osmolalitas kurang dari 300 mOsm/kg.air. Formula prematur umumnya mengandung
50% laktosa dan 50% glukosa polimer, rasio yang tidak menyebabkan gangguan
penyerapan
mineral di usus.
Densitas kalori ASI baik ASI-matur maupun ASI prematur adalah 67 kkal/100 ml
pada 21 hari pertama laktasi. Formula dengan densitas sama dapat digunakan untuk
BBLR, tetapi formula dengan konsentrasi lebih tinggi yaitu 81 kkal/100 ml (24 kkal/fI.oz)
seringkali lebih disukai. Formula ini memungkinkan pemberian kalori lebih banyak
dengan volume lebih kecil, menguntungkan bila kapasitas lambung terbatas atau bayi
memerlukan restriksi cairan dan juga mensuplai cukup air untuk ekskresi metabolit dan
elektrolit dari formula. Pemilihan jenis nutrisi pada bayi BBLR yang utama adalah ASI.
Namun, jika ASI tidak ada, maka susu formula merupakan pilihan. Formula prematur kini
terus disempurnakan agar makin menyerupai komposisi nutrien ASI.
Tabel Cara pemberian nutrisi
Cara/metode Dasar Pertimbangan
Menyusu / botol Cara yang paling fisiologis
Masa gestasi minimal 32-34 minggu
Secara medis bayi dalam keadaan stabil
Frekwensi nafas < 60x/menit
Pipa oro- / nasogastrik Sebagai suplemen pada menyusu / botol
Dianjurkan pada bayi dengan masa
18
gestasi < 32 minggu
Frekwensi nafas < 80x/ menit
Digunakan pada bayi dengan intubasi atau gangguan neurologik
Transpilorik Tidak dapat mentoleransi cara oro-/nasogastrik
Terdapat risiko terjadinya aspirasi
Bayi diintubasi
Motilitas usus menurun
Harus menunggu pasase pipa sebelum mulai pemberian nutrisi
Memerlukan pemeriksaan radiologi
Dapat terjadi komplikasi dumping syndrome, perubahan
mikroflora usus, malabsorpsi nutrien, dan perforasi usus
Gastrostomi Malformasi gastrointestinal
Gangguan neurologik
Dalam intubasi
Motilitas usus menurun
Harus menunggu terjadinya pasase pada pipa sebelum pemberian makan
Perlu pemeriksaan radiologik
Dapat terjadi komplikasi sindrom dumping, perubahan rnikroflora usus, malabsorbsi, perforasi
Tabel Pedoman pemberian makan
19
Berat (gram) Interval Volume awal (cc/kgbb/hari)
Volume increments (cc4cg/hari)
Waktu yang diperlukan (hari)
<1.000 Tiap 2 jam 10 10 16
1.000-1500 Tiap 2-3 jam 10-20 15-20 10-7
1.501-1800 sakit
Tiap 3 jam 10-20 20-30 7-5
1.501-1800 sehat
Tiap 3 jam 20-40 30-50 5-3
>1800 sakit Tiap 3 jam 20-40 30-75 5-2
Pemberian makan dapat dihentikan atau ditunda jika terjadi intoleransi atau bayi
sakit. Formula prematur yang dapat diberikan mulai dari 20 kkal/oz. Setelah mencapai
120-150 ml/kg dapat ditambahkan fortifier, dan formula prematur diubah menjadi 24
kkal/oz. Suplemen Fe diberikan 2-4 mg/kg pada formula tersebut. Full feedings ialah bila
telah mencapai 120/kg susu formula prematur 24 kkal/.oz.
b. Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK)
Perawatan BBLR dengan metode kangguru (PMK) adalah perawatan untuk bayi baru
lahir dengan melakukan kontak langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu (skin-to-skin
contact).
Terdapat dua tipe PMK:
1. PMK intermiten
PMK yang dapat dilakukan saat bayi belum stabil (masih mendapatkan sokongan
medis)
Waktu: dilakukan saat ibu menjenguk bayinya, lama dikerjakan sebaiknya lebih dari
1 jam
Tempat: perawatan bayi (NICU/Special care nursery)
2. PMK kontinu
PMK yang dilakukan saat bayi sudah dalam keadaan stabil (tidak ada penyakit akut)
Waktu: ibu dan bayi bersama dalam 24 jam
Tempat : ruangan rawat khusus PMK kontinu
20
Kriteria Pelaksanaan PMK
1. PMK intermiten:
Bayi kurang bulan yang masih memerlukan pemantauan kardiopulmonal, oksimetri,
pemberian oksigen terapi, cairan intravena, dan pemantauan lain, keadaan tersebut tidak
mencegah pelaksanaan PMK.
2. PMK kontinu:
Bayi yang memenuhi kriteria untuk dilakukan PMK adalah bayi prematur (kurang
bulan), berat lahir ≤2000 gram, tidak ada kegawatan pernapasan dan sirkulasi, tidak ada
kelainan kongenital yang berat, dan mampu bernapas sendiri. Ibu dapat memberikan
nutisi (ASI dan formula secara oral maupun melalui pipa lambung). Meskipun
demikian, pada sebagian besar kasus PMK dapat segera dilakukan setelah bayi lahir.
Terdapat empat komponen PMK yaitu :
1. Kangaroo position (posisi)
2. Kangaroo nutrition (nutrisi)
3. Kangaroo support (dukungan)
4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan ketat
1. Kangaroo position (posisi)
Bayi diletakkan diantara payudara dengan posisi tegak lurus, dada bayi menempel
ke dada ibu. Posisi kanguru ini disebut juga dengan kontak kulit-ke-kulit, karena kulit
bayi mengalami kontak seluas-luasnya secara langsung dengan kulit ibu.
Posisi bayi diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi
dipalingkan ke sisi kanan atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Tepi
pengikat tepat berada di bawah kuping bayi. Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk
menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan memberi peluang agar terjadi kontak mata
antara ibu dan bayi. Hindari posisi kepala terlalu fleksi atau ekstensi. Tungkai bayi
haruslah dalam posisi ”kodok”; tangan harus dalam posisi fleksi.
Kain diikatkan dengan kuat setinggi dada bayi agar bayi tidak tergelincir saat ibu
bangun dari duduk. Perut bayi sebaiknya berada di sekitar epigastrium ibu dan
diperhatikan agar tidak tertekan. Dengan cara ini bayi dapat melakukan pernapasan perut
dan napas ibu akan merangsang bayi.
21
Ibu dapat menggunakan baju berkancing depan. Bayi menggunakan popok dan
topi. ibu tetap dapat melakukan pekerjaan ringan sehari-hari. Bila ibu ingin kekamar
mandi atu melakukan aktivitas yang mengharuskan tidak dapat menggendong bayinya
maka anggota keluarga lain dapat bergantian menggendong bayi tersebut. Ibu dapat tidur
dengan kepala lebih tinggi menggunakan beberapa bantal dan tetap melaksanakan PMK.
2. Kangaroo nutrition (nutrisi)
Posisi kanguru sangat ideal bagi proses menyusui. PMK membuat proses menyusui
menjadi lebih berhasil, proses menyusui menjadi lebih lama dan dapat meningkatkan
volume ASI. Pemberian nutrisi pada saat melakukan PMK dapat ASI atau formula baik
oral maupun melalui pipa lambung. Cara dan waktu pemberian nutrisi sesuai protokol
untuk BBLR/neonatus kurang bulan.
3. Kangaroo support (dukungan)
Bentuk dukungan pada PMK dapat berupa dukungan fisik maupun emosional. Dukungan
dapat diperoleh dari petugas kesehatan, seluruh anggota keluarga, ibu dan masyarakat.
4. Kangaroo discharge (pemulangan) dan pemantauan
PMK dapat dipulangkan dari rumah sakit ketika telah memenuhi kriteria dibawah ini:
Kesehatan bayi secara keseluruhan dalam kondisi baik dan tidak ada apnea atau
infeksi
Bayi minum dengan baik
Berat bayi selalu bertambah (sekurang-kurangnya 15g/kg/hari atau 20-30 g/hari)
untuk sekurang-kurangnya tiga hari berturut-turut
Ibu mampu merawat bayi dan dapat datang secara teratur untuk melakukan follow-up
F. Komplikasi
Masalah yang sering dijumpai pada BBLR kurang bulan antara lain adalah sebagai
berikut :
1. Ketidakstabilan suhu
2. Kesulitan pernapasan
3. Kelainan gastrointestinal dan nutrisi
4. Imaturitas hati
5. Imaturitas ginjal
6. Imaturitas imunologis
7. Kelainan neurologis
22
8. Kelainan kardiovaskuler
9. Kelainan hematologis
10. Metabolisme
G. Prognosis
Angka kematian pada BBLR berkisar antara 0,2 % - 1 %. Pada kebanyakan kasus,
bayi dengan berat lahir rendah dengan cepat mengejar ketertinggalan pertumbuhannya dalam
tiga bulan pertama, dan mencapai kurva pertumbuhan normal pada usia satu tahun. Menurut
SDKI tahun 2003, 30% angka kematian bayi disebabkan oleh BBLR. Neonatus dengan
BBLR berisiko angka kematian bayi 6,5 kali lebih besar dibandingkan dengan neonatus
dengan berat badan lahir normal.
h. Pencegahan
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan dalam mencegah bayi lahir dengan
berat badan rendah, diantaranya memperbaiki asupan nutrisi pada ibu hamil dan dengan
kontrol antenatal secara teratur.
23
DAFTAR PUSTAKA
Barbara S, Chapman. The High-Risk Infant, In : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson
HB,
Stanton BF, editors. Nelsons Textbook of Pediatrics. 18th Edition. Philadelphia :
Saunders, 2007 ; p 701-10.
Dalmanik, Sylvia M. Klasifikasi Bayi Menurut Berat Lahir dan Masa Gestasi. Dalam :
Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI 2008 ; hal. 11-30.
HTA Indonesia. Buku Panduan Tatalaksana Bayi Baru Lahir Di Rumah Sakit. 2010
Hasan R. Alatas H. Perinatologi. Dalam Ilmu Kesehatan Anak 3; edisi ke-4. Jakarta: FK
UI. 1985
Labir IK, Tangking W, Ketut S. Anemia Ibu Hamil Trimester I dan II Meningkatkan
Risiko Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah di RSUD Wangaya Denpasar. 2013.
Denpasar: Public Health and Preventive Medicine Archive. Volume 1. Hal. 2
Nasar SS. Tata laksana Nutrisi pada Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri, Vol. 5, No.
4,
Maret 2004: 165 – 170
24