Diagnosa pada meningitis TB dapat dilakukan dengan beberapa cara :
Anamnesa
Pada anamnesa dapat diketahui adanya trias meningitis seperti demam, nyeri kepala
dan kaku kuduk. Gejala lain seperti mual muntah, penurunan nafsu makan, mudah
mengantuk, fotofobia, gelisah, kejang, penurunan kesadaran adanya riwayat kontak
dengan pasien tuberkulosis.Pada neonatus, gejalanya mungkin minimalis dan dapat
menyerupai sepsis, berupa bayi malas minum, letargi, distress pernafasan, ikterus,
muntah, diare, hipotermia. Anamnesa dapat dilakukan pada keluarga pasien yang
dapat dipercaya jika tidak memungkinkan untuk autoanamnesa.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat mendukung diagnosis meningitis biasanya dilakukan
pemeriksaan rangsang meningeal. Yaitu sebagai berikut :
Pemeriksaan Kaku Kuduk
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan pergerakan pasif berupa fleksi kepala.
Tanda kaku kuduk positif (+) bila didapatkan kekakuan dan tahanan pada pergerakan
fleksi kepala disertai rasa nyeri dan spasme otot.
Pemeriksaan Kernig
Pasien berbaring terlentang, dilakukan fleksi pada sendi panggul kemudian ekstensi
tungkai bawah pada sendi lutut sejauh mengkin tanpa rasa nyeri. Tanda Kernig
positif (+) bila ekstensi sendi lutut tidak mencapai sudut 135° (kaki tidak dapat di
ekstensikan sempurna) disertai spasme otot paha biasanya diikuti rasa nyeri.
Pemeriksaan Brudzinski I (Brudzinski leher)
Pasien berbaring dalam sikap terlentang, tangan kanan ditempatkan dibawah kepala
pasien yang sedang berbaring , tangan pemeriksa yang satu lagi ditempatkan
didada pasien untuk mencegah diangkatnya badan kemudian kepala pasien
difleksikan sehingga dagu menyentuh dada. Brudzinski I positif (+) bila gerakan
fleksi kepala disusul dengan gerakan fleksi di sendi lutut dan panggul kedua tungkai
secara reflektorik.
Pemeriksaan Brudzinski II (Brudzinski Kontralateral tungkai)
Pasien berbaring terlentang dan dilakukan fleksi pasif paha pada sendi
panggul (seperti pada pemeriksaan Kernig). Tanda Brudzinski II positif (+) bila pada
pemeriksaan terjadi fleksi involunter pada sendi panggul dan lutut kontralateral.
Pemeriksaan Brudzinski III (Brudzinski Pipi)
Pasien tidur terlentang tekan pipi kiri kanan dengan kedua ibu jari
pemeriksa tepat di bawah os ozygomaticum.Tanda Brudzinski III positif (+) jika
terdapat flexi involunter extremitas superior.
Pemeriksaan Brudzinski IV (Brudzinski Simfisis)
Pasien tidur terlentang tekan simpisis pubis dengan kedua ibu jari tangan
pemeriksaan. Pemeriksaan Budzinski IV positif (+) bila terjadi flexi involunter
extremitas inferior.
Pemeriksaan Lasegue
Pasien tidur terlentang, kemudian diextensikan kedua tungkainya. Salah satu tungkai
diangkat lurus. Tungkai satunya lagi dalam keadaan lurus. Tanda lasegue positif (+)
jika terdapat tahanan sebelum mencapai sudut 70° pada dewasa dan kurang dari 60°
pada lansia.
Pemeriksaan Penunjang
Uji Mantuox/tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan screening tuberkulosis yang paling
bermanfaat. Terdapat beberapa cara melakukan uji tuberkulin, tetapi hingga saat ini
cara mantoux lebih sering dilakukan. Pada uji mantoux, dilakukan penyuntikan PPD
(Purified Protein Derivative) dari kuman Mycobacterium tuberculosis. Lokasi
penyuntikan uji mantoux umumnya pada ½ bagian atas lengan bawah kiri bagian
depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan
48–72 jam dan lebih diutamakan pada 72 jam setelah penyuntikan dan diukur
diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi. Reaksi positif yang muncul
setelah 96 jam masih dianggap valid. Bila pasien tidak kontrol dalam 96 jam dan
hasilnya negative maka tes Mantoux harus diulang. Tes Mantoux dinyatakan positif
apabila diameter indurasi > 10 mm.
Hasil Uji Mantoux :
1. Pembengkakan (Indurasi)
: 0–4mm,uji mantoux negatif.Arti klinis : tidak ada infeksiMikobakterium tuberkulosa.
2. Pembengkakan (Indurasi)
: 3–9mm,uji mantoux meragukan.Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mikobakterium atipik atau setelah vaksinasi BCG.
3. Pembengkakan (Indurasi)
: ≥ 10mm,uji mantoux positif.Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mikobakterium tuberkulosa
Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan pemeriksaan darah rutin, Laju Endap Darah (LED), kadar glukosa, kadar
ureum dan kreatinin, fungsi hati, elektrolit.
Pemeriksaan LED meningkat pada meningitis TB
1) Pada meningitis bakteri didapatkan peningkatan leukosit
polimorfonuklear dengan shift ke kiri.
2) Elektrolit diperiksa untuk menilai dehidrasi.
3) Glukosa serum digunakan sebagai perbandingan terhadap glukosa
pada cairan serebrospinal.
4) Ureum, kreatinin dan fungsi hati penting untuk menilai fungsi organ
dan penyesuaian dosis terapi.
5) Tes serum untuk sipilis jika diduga akibat neurosipilis.
Lumbal Pungsi Tes
Lumbal Pungsi biasanya dilakukan untuk menganalisa jumlah sel dan protein cairan cerebrospinal, dengan syarat tidak ditemukan adanya peningkatan tekanan intrakranial. Lumbal pungsi adalah tindakan memasukkan jarum LP ke dalam kandung dura lewat processus spinosus L4-L5 / L5-S1 untuk mengambil cairan otak .(Cerebro Spinalis Fluid )
Hasil penilaian Tes Lumbal Punksi
Agent Opening
Pressure
(mm H2 O)
WBC count
(cells/µL)
Glucose
(mg/dL)
Protein
(mg/dL)
Microbiology
Tuberculous
meningitis
180-300 100-500;
lymphocytes
Reduced, <
40
Elevated,
>100
Acid-fast bacillus
stain, culture, PCR
Normal values 80-200 0-5;
lymphocytes
50-75 15-40 Negative findings on
workup
LCM = lymphocytic choriomeningitis; PCR = polymerase chain reaction; PMN =
polymorphonuclear leukocyte; WBC = white blood cell.
Pemeriksaan Radiologis
Foto Torax
Pemeriksaan radiologis meliputi pemeriksaan foto thorax, foto kepala, CT-Scan dan
MRI. Foto thorax untuk melihat adanya infeksi sebelumnya pada paru-paru misalnya
pada pneumonia dan tuberkulosis, foto kepala kemungkinan adanya penyakit pada
mastoid dan sinus paranasal. Pada penderita dengan meningitis tuberkulosis
umumnya didapatkan gambaran tuberkulosis paru primer pada pemeriksaan rontgen
thoraks, kadang - kadang disertai dengan penyebaran milier dan kalsifikasi.
Gambaran rontgent thoraks yang normal tidak menyingkirkan diagnosa meningitis
tuberkulosis.
CT Scan / MRI Scan
Pemeriksaan CT- Scan dan MRI kepala dapat menentukan adanya dan luasnya
kelainan di daerah basal, serta adanya dan luasnya hidrosefalus. Gambaran dari
pemeriksaan CT-scan dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) kepala pada pasien
meningitis tuberkulosis adalah normal pada awal penyakit. Seringnya
berkembangnya penyakit, gambaran yang sering ditemukan adalah enhancement di
daerah basal, tampak hidrosefalus komunikans yang disertai dengan tanda-tanda
edema otak atau iskemia fokal yang masih dini. Selain itu, dapat juga ditemukan
tuberkuloma yang silent, biasanya di daerah korteks serebri atau talamus (Nastiti N.
Rahajoe, dkk., 2007)
Pemeriksaan EEG (electroencephalography)
Pemeriksaan dengan elektroensefalografi akan menunjukkan perlambatan yang
menyeluruh di kedua hemisfer dan derajatnya sebanding dengan beratnya radang.
Pemeriksaan CT-Scan dan MRI tidak dapat dijadikan pemeriksaan diagnosis pasti
meningitis. Beberapa pasien dapat ditemukan adanya enhancemen meningeal,
namun jika tidak ditemukan bukan berarti meningitis dapat disingkirkan.
Berdasarkan pedoman pada Infectious Diseases Sosiety of America (IDSA),
berikut ini adalah indikasi CT-Scan kepala sebelum dilakukan lumbal pungsi yaitu
:
1) Dalam keadaan Immunocompromised
2) Riwayat penyakit pada sistem syaraf pusat (tumor, stroke, infeksi fokal)
3) Terdapat kejang dalam satu minggu sebelumnya
4) Papiledema
5) Gangguan kesadaran
6) Defisit neurologis fokal
Temuan pada CT-Scan dan MRI dapat normal, penipisan sulcus, enhancement kontras yang lebih
konveks. Pada fase lanjut dapat pula ditemukan infark vena dan hidrosefalus komunikans.