PEMERINTAH PROVINSI RIAU
DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
JLN. HR SOEBRANTAS NO.4 TELP (0761) 61054, 61053, 65560, 65978 FAX. (0761)
61052
PEKANBARU
KEPUTUSAN KEPALA DINAS TANAMAN PANGAN ,
HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
PROVINSI RIAU
NOMOR: ...................
TENTANG
PENETAPAN RENCANA STRATEGIS
DINAS TANAMAN PANGAN , HORTIKULTURA
DAN PERKEBUNAN PROVINSI RIAU
TAHUN 2017-2019
KEPALA DINAS PERKEBUNAN PROVINSI RIAU
Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 25 ayat (1) dan ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, Satuan Kerja Perangkat Daerah menyusun Rencana Strategis dengan berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan bersifat indikatif;
b. bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor Kpts.784/XI/2014 Tanggal 21 November Tahun 2014 tentang Pengesahan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah di Lingkungan Pemerintahan Provinsi Riau Tahun 2014-2019, Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah agar menetapkan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Tahun 2017-2019 dan selanjutnya dijadikan pedoman dalam menyusun rancangan rencana kerja setiap tahunnya;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b, maka perlu menetapkan Keputusan Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau tentang Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017-2019.
Mengingat : 1. UU N0. 61 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah Swatantra I Sumatera Barat, Jambi dan Riau (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 No.112);
2. UU N0. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No.104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia 4421);
3. UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 No. 59, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4844);
4. UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah
Pusat dan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 No. 126);
5. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Dearah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 82, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4737);
6. Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 No. 89, Tambahan Lembaran Negara RI No. 4741);
7. Peraturan Pemerintah no 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
8. Peraturan Pemerintah no 5 Tahun 2010 tentang Rencana Jangka Menengah
Nasional Tahun 2010-2014;
9. Permendagri No. 54/2010 tentang Pelaksanaan PP No. 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;
10. Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau Tahun 2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Nomor 9 Tahun 2009);
11. Peraturan Daerah No. 2 Tahun 2014 tentang Organisasi Dinas Daerah Provinsi
Riau (Lembaran Daerah Provinsi Riau Nomor 2 Tahun 2014);
12. Peraturan Daerah No. 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Daerah Provinsi Riau Tahun 2014-2019 (Lembaran Daerah Provinsi Riau Nomor 7 Tahun 2014);
13. Keputusan Gubernur Nomor 784/XI/2014 Tahun 2014 tentang Pengesahan
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah Di Lingkungan Pemerintah Provinsi Riau Tahun 2014-2019
14. Peraturan Gubernur Riau No.86 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan
Organisasi Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau.
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA : Menetapkan Rencana Strategis (Renstra) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017-2019 sebagaimana tercantum pada Lampiran Keputusan ini.
KEDUA : Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Unit Pelaksana Teknis pada Dinas Tanaman
Pangan, Hortikutura dan Perkebunan Provinsi Riau agar menjadikan Renstra ini sebagai pedoman dalam menyusun kegiatan untuk setiap tahunnya.
KELIMA: Keputusan ini berlaku mulai tanggal ditetapkan dengan ketentuan apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan keputusan ini akan dilakukan perbaikan seperlunya.
Ditetapkan di Pekanbaru Pada tanggal, ..................................... 2017
Tembusan:
1. Sekretaris Daerah Provinsi Riau
2. Kepala Inspektorat Provinsi Riau
3. Kepala Badan Perencana Pembangunan Daerah Provinsi Riau
4. Sekretaris/Kepala Bidang/Kepala UPT di Lingkungan Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
KEPALA DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
DAN PERKEBUNAN
PROVINSI RIAU,
Ir. FERRY HC ERNAPUTRA, M.Si.
PEMBINA UTAMA MUDA
NIP 19630224 199203 1 002
Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
Tahun 2017-2019(Revisi)
PEMERINTAH PROVINSI RIAU
DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
JL. SOEBRANTAS NO. 4 - PEKANBARU
JANUARI 2018
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
KATA PENGANTAR
Dokumen Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau disusun sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas dan fungsi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultu
ra dan Perkebunan, dokumen ini merupakan penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD) Provinsi Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 yang memuat visi dan misi Kepala Daerah, ar
ah kebijakan, strategi dan program pembangunan Provinsi Riau.
Renstra Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau merupakan dokumen perenc
anaan yang dapat dijadikan acuan dan pegangan dalam rangka melaksanakan pembangunan pertanian t
anaman pangan dan hortikultura dan perkebunan dalam menentukan langkah kebijakan dan melaksan
akan kegiatan guna mencapai tujuan dan sasaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Provinsi Riau periode 2017 - 2019.
Pada kesempatan ini kami mengucapka
n terima kasih kepada berbagai pihak ya
ng telah mendukung dan membantu dal
am proses penyusunan Rencana Strate
gis (RENSTRA) Dinas Tanaman Panga
n, Hortikultura dan Perkebunan ini. Sem
oga dokumen ini bermanfaat untuk proses perencanaan kegiatan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura da
n Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017 - 2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | i
Pekanbaru, 2018 KEPALA DINAS TANAMAN PANGAN HORTIKULTURA
DAN PERKEBUNANPROVINSI RIAU,
Ir. FERRY HC ERNAPUTRA, M.Si.PEMBINA UTAMA MUDA
NIP 19630224 199203 1 002
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
DAFTAR ISI
KATA PENGANTARDAFTAR ISIDAFTAR TABEL
BAB I PENDAHULUAN ...........................................................................................1.1 Latar Belakang .................................................................................. 11.2 Landasan Hukum .............................................................................. 51.3 Maksud dan Tujuan .......................................................................... 51.4 Sistematika Penulisan........................................................................ 6
BAB II GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH2.1 Tugas , Fungsi dan Struktur Organisasi Perangkat Daerah ........... 82.2 Sumber Daya Perangkat Daerah ...................................................... 142.3 Kinerja Pelayanan Perangkat Daerah ............................................ 162.4 Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat
Daerah ..............................................................................................22
BAB III PERMASALAHAN DAN ISU – ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH3.1 Identifikasi Permasalahan Bedasarkan Tugas dan Fungsi Pelayana
n Perangkat Daerah ......................................................26
3.2 Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih ...............................................................................
38
3.3 Telaahan Renstra K/L dan Renstra .................................................. 413.4 Telaahan Rencana Tata Ruang Wlayah dan Kajian KLHS .............. 483.5 Penentuan Isu – Isu Strategis ........................................................... 54
BAB IV TUJUAN DAN SASARAN4.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Perangkat Daerah ............ 56
BAB V STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN5.1 Strategi ........................................................................................... 625.2 Arah Kebijakan ................................................................................. 63
BAB VI RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN ...............6.1 Program ........................................................................................... 686.2 Kegiatan ............................................................................................ 696.3 Indikator Kinerja ............................................................................... 756.4 Pendanaan Indikatif .......................................................................... 80
BAB VII KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN ................................. 81
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | ii
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB VIII PENUTUP ...................................................................................................... 83
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | iii
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tabel 1 Data nama ibukota dan luas wilayah kabupaten / kota 2Tabel 2 Data pegawai DinasTPH-BUN tahun 2016 15Tabel 3 Jumlah Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan 15Tabel 4 Pencapaian Kinerja Pelayanan DinasTPH-BUN 17Tabel 5 Anggaran dan realisasi pendanaan pelayanan DinasTPH-BUN 21Tabel 6 Pemetaan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran
Pembangunan Daerah
36
Tabel 7 Faktor penghambat dan pendorong pelayanan OPD terhadap
pencapaian visi ,misi dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah
40
Tabel 8 Keterkaitan visi, misi , tujuan dan sasaran pembangunan pertanian 44Tabel 9 Permasalahan pelayanan DinasTPH-BUN berdasarkan telahaan
Renstra Kementerian Pertanian RI
45
Tabel 10 Tujuan dan sasaran jangka menengah DinasTPH-BUN 57Tabel 11 Tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan dan program pembangunan
misi ke 7 RPJMD
61
Tabel 12 Tujuan, sasaran, kebijakan dan strategi pembangunan DinasTPH-
BUN
65
Tabel 13 Indikator kinerja program DinasTPH-BUN 76Tabel 14 Rencana program, kegiatan, indikator kinerja, kelompok sasaran, dan
pendanaan indikatif DinasTPH-BUN
-
Tabel 15 Indikator kerja perangkat daerah yang mengacu pada tujuan dan
sasaran RPJMD
81
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | iv
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 1
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Provinsi Riau secara geografis, geoekonomi dan geopolitik terletak pada jalur yang sangat strategis
baik masa kini maupun masa yang akan datang karena terletak pada wilayah jalur perdagangan
Regional maupun Internasional di kawasan ASEAN melalui kerjasama IMT-GT dan IMS-
GT.Keberadaan wilayah Provinsi Riau terletak antara 0105’00’’ Lintang Selatan sampai 0225’00”
Lintang Utara dan 10000’00” sampai 10505’00” Bujur Timur berbatasan langsung dengan 4
Provinsi lainnya yaitu Provinsi Sumatera Utara,Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Jambi dan Provinsi
Kepulauan Riau.
Dengan batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Selat Malaka dan Provinsi Sumatera Utara.
Sebelah Selatan : Provinsi Jambi dan Provinsi Sumatera Barat.
Sebelah Timur : Provinsi Kepulauan Riau dan Selat Malaka
Sebelah Barat : Provinsi Sumatera Barat dan Provinsi Sumatera Utara.
Provinsi Riau memiliki luas ± 90.128,76 Km2 dimana terdiri dari luas daratan 89.083,57 Km2 (98.8 %)
dan luas lautan/perairan 1.045,19 Km2 (1,2 %). Provinsi Riau terdiri dari 10 Kabupaten dan 2 Kota.
Kesepuluh Kabupaten tersebut adalah Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir,
Pelalawan,Siak, Kampar, Rokan Hulu,Bengkalis, Rokan Hilir dan Kepulauan Meranti. Dua Kota
adalah Kota Pekanbaru dan Dumai. Luas wilayah Kabupaten/Kota dan persentase terhadap total luas
Provinsi Riau serta letak masing-masingnya ditunjukkan pada Gambar I.1.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 2
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Gambar I.1. Peta Provinsi Riau
Wilayah daerah Provinsi Riau terbagi menjadi 12 wilayah kabupaten/kota yang secara terperinci nama ibu
kota dan luas wilayah per kabupaten/kota dapat dilihat pada data Tabel 1.
Tabel 1.
Data Nama Ibu Kota dan Luas Wilayah Kabupaten/Kotadi Provinsi Riau
No Kabupaten/Kota Ibukota Luas (ha)
1. Kuantan Singingi Teluk Kuantan 527.273,74
2. Indragiri Hulu Rengat 797.816,84
3. Indragiri Hilir Tembilahan 1.346.589,47
4. Pelalawan Pangkalan Kerinci 1.302.018,65
5. Siak Siak Sri Indrapura 784.396,97
6. Kampar Bangkinang 1.089.721,66
7. Rokan Hulu Pasir Pangaraian 752.743,28
8. Bengkalis Bengkalis 852.043,63
9. Rokan Hilir Bagan Siapi-api 915.472,45
10 Kota Pekanbaru Pekanbaru 63.340,30
11 Kota Dumai Dumai 217.779,79
12 Kep. Meranti Selat Panjang 363.679,18
Total 9.012.875,96
Sumber: RPJMD Perubahan Provinsi Riau 2014-2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 3
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan merupakan bagian dari
pembangunan nasional dan daerah. Sejak dulu hingga sekarang sektor tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan memegang peran yang sangat strategis dalam perekonomian nasional
dan daerah. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui penyediaan
bahan pangan, penyediaan bahan baku industri, penyerapan tenaga kerja, pencapaian PDRB
(Produk Domestik Regional Bruto), sumber devisa negara, sumber pendapatan bagi sebagian besar
masyarakat perdesaan, dan pelestarian lingkungan. Peran ini akan bertambah dimasa yang akan
datang dengan berkembangnya teknologi dan berkurangnya sumberdaya tak terbarukan, terutama
dalam hal penyediaan pangan. Disesuaikan dengan kondisi kesuburan tanah, jenis lahan dan
kesesuaian lahan serta sosial budaya, maka sebagian besar lahan non kawasan hutan khususnya
lahan budidaya, umumnya diusahakan untuk budidaya tanaman tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan.
Namun keadaan saat ini menunjukkan bahwa sektor tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
masih belum mampu menopang semua peran tersebut dengan baik. Pendapatan petani sebagai
pelaku terdepan masih sangat rendah karena sebagian besar usaha mereka berskala kecil. Petani
mempunyai banyak keterbatasan modal, teknologi sederhana, akses pembiayaan dan gangguan iklim
yang semakin tidak menentu. Akibatnya produktivitas masih realtif rendah, kualitas komoditas belum
mampu bersaing, dan harga pokok produksi masih tinggi. Situasi yang demikian akan menyulitkan
mereka untuk bersaing dengan komoditas yang dihasilkan dari luar Provinsi Riau.
Dalam situasi dan kondisi seperti ini, pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
masih tetap penting untuk dilanjutkan secara berkesinambungan dalam rangka pembangunan
ekonomi secara keseluruhan. Beberapa hal yang menjadi pertimbangan adalah: 1) potensi sumber
daya yang besar dan beragam, 2) banyaknya penduduk yang bergantung pada sektor ini, 3) peluang
pasar yang sangat terbuka, dan 4) berpotensi besar dalam memberikan kontribusi PDRB.
Untuk mewujudkan hal tersebut di atas diperlukan perencanaan pembangunan sektor tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan yang terarah, terpadu, dan bersinergi antar sub sektor/ sektor
terkait, dengan tetap mempedomani dan memperhatikan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional/Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional/ Daerah, dan Rencana
Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 - 2019 sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang-
undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN).
Rencana Strategis (Renstra) merupakan dokumen perencanaan OPD untuk periode 5 (lima) tahun
yang memuat tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan, program , kegiatan dan pendanaan yang
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 4
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
disusun sesuai dengan tugas dan fungsinya yang selaras dengan Visi, Misi, strategi dan kebijakan
daerah sebagaimana tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).
Adapun bagan alir tahapan penyusunan Renstra Satuan Perangkat Daerah dapat dilihat pada bagan
I.1 berikut ini :
Bagan I.1 Bagan Alir Penyusunan Renstra OPD Provinsi
Penyusunan Restra dilakukan dengan memperhatikan keterpaduan dan sinkronisasi antar kegiatan
dalam satu program maupun antar program yang ditetapkan, serta memperhatikan keselarasan
program pemerintah pusat melalui kementerian terkait dengan menghimpun usulan dari
kabupaten/kota di dalam proses perencanaan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan. Untuk memperoleh keterpaduan dan sinkronisasi pelaksanan program dan kegiatan
yang telah direncanakan, telah dilalui tahapan dan mekanisme perencanaan tingkat daerah seperti
Rapat Koordinasi Teknis Pembangunan Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan, Forum
SKPD Provinsi Riau, dan tahapan Musrenbang Daerah guna merumuskan perencanaan kedepan.
Rencana pembangunan tanaman pangan ,hortikultura dan perkebunan ke depan sebagaimana
dimaksudkan di atas, pelaksanaannya direncanakan selama 3 (tiga) tahun yang dituangkan dalam
bentuk Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan,Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun
2017 – 2019.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 5
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
I.2 LANDASAN HUKUM
Dalam penyusunan Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan,Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau Tahun 2017 – 2019, peraturan perundang-undangan yang dijadikan landasan hukum sebagai
berikut:
1) Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(SPPN);
2) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah;
3) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 Tentang Perangkat Daerah;
4) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 2017 tentang Tata Cara Perencanaan,
Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Rancangan Peraturan
Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah serta Tata Cara Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah dan Rencana Kerja Pemerintah
Daerah;
5) Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah Provinsi Riau Tahun 2014 – 2019 sebagaiana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Provinsi Riau Nomor 1 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun
2014 (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2018 Nomor 1);
6) Peraturan Gubernur Riau Nomor 7 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah Provinsi Riau Tahun 2014 – 2019;
7) Peraturan Gubernur Riau No. 4 tahun 2016 tentang pembentukan dan susunan perangkat
daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah Provinsi Riau tahun 2016 No. 14)
8) Peraturan Gubernur Riau No. 86 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi Tugas
dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau.
9) Keputusan Menteri Pertanian RI Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana
Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.
I.3 MAKSUD DAN TUJUAN
MAKSUD
Maksud dari penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017 – 2019, yaitu:
a) Menjabarkan tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, dan program pada sektor tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 6
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
tugas pokok dan fungsi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
dan disesuaikan dengan perkembangan terbaru program dan target kegiatan;
b) Merupakan dokumen perencanaan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Provinsi Riau dalam mendukung Pembangunan Daerah Provinsi Riau;
c) Mempermudah pelaksanaan, pengendalian dan evaluasi pembangunan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan;
TUJUAN
Adapun tujuan dari penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Tanaman
Pangan,`Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017 – 2019, yaitu:
a) Menentukan arah dan menjadi acuan dalam melaksanakan rencana pembangunan tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau
b) Mewujudkan visi dan misi Gubernur Provinsi Riau Tahun 2017 - 2019.
I.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017
– 2019 yang disusun berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 86 Tahun 20 dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
Pendahuluan berisi penjelasan tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan
tujuan, dan sistematika penulisan.
BAB II. GAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
Bab ini memuat informasi tentang peran tugas, fungsi, dan struktur organisasi Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dalam penyelenggaraan
urusan pemerintahan daerah, mengulas secara ringkas mengenai sumber daya yang
dimiliki dalam penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya, mengemukakan capaian-
capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra periode sebelumnya,
mengemukakan capaian program prioritas yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan
RPJMD periode sebelumnya, dan tantangan dan peluang pengembangan pelayanan OPD
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 7
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB III. PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
Pada bab ini diulas tentang identifikasi permasalahan berdasarkan tugas dan fungsi
pelayanan dinas, telaahan visi, misi, dan program Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah terpilih, telaahan renstra Kementerian Tanaman pangan, hortikultura dan renstra
dinas, telaahan rencana tata ruang wilayah dan kajian lingkungan hidup strategis, dan
penentuan isu-isu strategis.
BAB IV. TUJUAN DAN SASARAN
Bab ini memuat rumusan pernyataan tujuan dan sasaran jangka menengah Perangkat
Daerah
BAB V. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Bab ini memuat rumusan pernyataan strategi dan arah kebijakan Perangkat Daerah
dalam tiga tahun mendatang
BAB VI. RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Pada bab ini dijelaskan tentang rencana program dan kegiatan, indikator kinerja,
kelompok sasaran, dan pendanaan indikatif
BAB VII. KINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
Pada bab ini dikemukakan tentang indikator kinerja yang secara langsung menunjukkan
kinerja yang akan dicapai dalam tiga tahun mendatang sebagai komitmen untuk
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Riau.
BAB VIII. PENUTUP
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB IIGAMBARAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
2.1 TUGAS, FUNGSI DAN STRUKTUR ORGANISASI
TUGAS DAN FUNGSI
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau merupakan dinas yang baru
terbentuk pada tahun 2017, hasil peleburan Dinas Pertanian dan Peternakan, Dinas Perkebunan
dan Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Riau. Pada kurun waktu pelaksanaan
Rencana Strategis (Renstra) periode sebelumnya (2014 - 2016), Pembangunan Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan dilaksanakan oleh dinas yang berbeda, yaitu Dinas Pertanian dan
Peternakan, Dinas Perkebunan dan Sekretariat Badan Koordinasi Penyuluhan Provinsi Riau.
Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau yang ditetapkan pada tanggal 4 November 2016 dan
Peraturan Gubernur Riau Nomor 86 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas
dan Fungsi serta tata kerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dipimpin oleh Kepala Dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur.
Unit kerja yang terdapat pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
memiliki 1 (satu) Sekretariat, 4 (empat) Bidang, dan ditunjang oleh 3 (Tiga) Unit Pelaksana Teknis
(UPT). Bidang-bidang dimaksud, yaitu:
1) Bidang Prasarana dan Sarana;
2) Bidang Tanaman Pangan;
3) Bidang Hortikultura ;
4) Bidang Perkebunan;
Unit Pelaksana Teknis (UPT) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
dibentuk berdasarkan Peraturan Gubernur Riau Nomor : 71 Tahun 2017 sebagai berikut :
1) UPT Pembenihan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
(Kelas A);
2) UPT Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura (Kelas A);
3) UPT Balai Pelatihan Penyuluh Pertanian (Kelas A);
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |8
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau mempunyai tugas
melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan azas otonomi daerah dan tugas
pembantuan bidang tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan serta dapat ditugaskan
melaksanakan penyelenggaraan wewenang yang dilimpahkan oleh Pemerintah kepada Gubernur
selaku Wakil Pemerintah dalam rangka dekonsentrasi.
Masing-masing unit kerja tersebut di atas mempunyai tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:
1. Kepala DinasKepala Dinas mempunyai tugas menyelenggarakan urusan otonomi daerah di bidang Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan serta melaksanakan tugas manajerial dan teknis pada
Sekretariat, Bidang Unit Pelaksana Teknis dan Jabatan Fungsional;
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau menyelenggarakan fungsi;
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan manajerial dan teknis pada Sekretariat, Bidang, Unit
Pelaksana Teknis dan Jabatan Fungsional di lingkungan dinas;b. Penyelenggaraan tugas manajerial dan teknis pada Sekretariat, Bidang, Unit Pelaksana Teknis
dan Jabatan Fungsional di lingkungan dinas;c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas manajerial dan teknis pada
Sekretariat, Bidang, Unit Pelaksana Teknis dan Jabatan Fungsional di lingkungan dinas;d. Penyelenggaraan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
2. SekretariatSekretariat dipimpin oleh Sekretaris yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Kepala Dinas. Sekretariat mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan kebijakan, pelaksanaan
tugas dan fungsi, monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas manajerial dan teknis lingkup
sekretariat yang meliputi Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan, Perlengkapan
dan Pengelolaan Barang Milik Daerah, dan Subbagian Kepegawaian dan Umum; dan membantu
kepala dinas dalam mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi manajerial dan teknis pada
bidang, unit pelaksana teknis dan jabatan fungsional.Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Sekretariat mempunyai fungsi :a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian
Keuangan, Perlengkapan dan Pengelolaan Barang Milik Daerah, serta Subbagian Kepegawaian
dan Umum;b. Penyelenggaraan tugas manajerial dan teknis pada Subbagian Perencanaan Program,
Subbagian Keuangan, Perlengkapan dan Pengelolaan Barang Milik Daerah, serta Subbagian
Kepegawaian dan Umum;
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |9
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas teknis dan manajerial
pada Subbagian Perencanaan Program, Subbagian Keuangan, Perlengkapan dan Pengelolaan
Barang Milik Daerah, serta Subbagian Kepegawaian dan Umum;d. Penyelenggaraan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
3. Bidang Prasarana dan Sarana
Bidang Prasarana dan Sarana dipimpin oleh Kepala Bidang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Kepala Bidang Prasarana dan Sarana mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan kebijakan, pelaksanaan tugas dan fungsi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan tugas manajerial dan teknis meliputi Seksi Pengelolaan Lahan dan Air, Seksi Pupuk,
Pestisida, Alat dan Mesin Pertanian, dan Seksi Pembiayaan Agribisnis.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala Bidang Prasarana dan Sarana mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan manajerial dan teknis lingkup Bidang Prasarana dan
Sarana yang meliputi Seksi Pengelolaan Lahan dan Air, Seksi Pupuk, Pestisida, Alat dan Mesin
Pertanian, dan Seksi Pembiayaan Agribisnis;b. Penyelenggaraan tugas dan fungsi manajerial dan teknis yang meliputi Seksi Pengelolaan
Lahan dan Air, Seksi Pupuk, Pestisida, Alat dan Mesin Pertanian, dan Seksi Pembiayaan
Agribisnis;c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas manajerial dan teknis yang meliputi
Seksi Pengelolaan Lahan dan Air, Seksi Pupuk, Pestisida, Alat dan Mesin Pertanian, dan Seksi
Pembiayaan Agribisnis;d. Penyelenggaraan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya
4. Bidang Tanaman Pangan
Bidang Tanaman Pangan dipimpin oleh Kepala Bidang yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas. Kepala Bidang Tanaman Pangan mempunyai tugas
menyelenggarakan perumusan kebijakan, pelaksanaan tugas dan fungsi, monitoring, evaluasi dan
pelaporan tugas manajerial dan teknis pada Seksi Serealia, Seksi Aneka Kacang-kacangan dan
Umbi-umbian, dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala Bidang Tanaman Pangan menyelenggarakan fungsi:
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan pada Seksi Serealia, Seksi Aneka Kacang-kacangan
dan Umbi-umbian, dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan.b. Penyelenggaraan tugas manajerial dan teknis pada Seksi Serealia, Seksi Aneka Kacang-
kacangan dan Umbi-umbian, dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran Tanaman Pangan.c. Penyelenggaraan Monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas manajerial dan teknis
pada Seksi Serealia, Seksi Aneka Kacang-kacangan dan Umbi-umbian, dan Seksi Pengolahan
dan Pemasaran Tanaman Pangan;Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |
10
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
d. Penyelenggaraan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
5. Bidang Hortikultura
Bidang Hortikultura dipimpin Kepala Bidang yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Kepala Bidang Hortikultura mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan
kebijakan, pelaksanaan tugas dan fungsi, monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas manajerial dan
teknis meliputi Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias, Seksi Sayur-sayuran dan Tanaman Obat,
dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala Bidang Hortikultura mempunyai fungsi :a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan pada Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias, Seksi
Sayur-sayuran dan Tanaman Obat, dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura;b. Penyelenggaraan tugas manajerial dan teknis pada Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias,
Seksi Sayur-sayuran dan Tanaman Obat, dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura;c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan tugas manajerial dan teknis
pada Seksi Buah-buahan dan Tanaman Hias, Seksi Sayur-sayuran dan Tanaman Obat, dan
Seksi Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura;d. Penyelenggaraan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
6. Bidang PerkebunanBidang Perkebunan dipimpin oleh Kepala Bidang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab
kepada Kepala Dinas. Kepala Bidang Perkebunan mempunyai tugas menyelenggarakan
perumusan kebijakan, pelaksanaan tugas dan fungsi, monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas
manajerial dan teknis meliputi Seksi Produksi Perkebunan, Seksi Pembinaan Usaha dan Seksi
Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan.
Untuk melaksanakan tugas dimaksud, Kepala Bidang Perkebunan mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan manajerial dan teknis lingkup Bidang Perkebunan yang
meliputi Seksi Produksi Perkebunan, Seksi Pembinaan Usaha, dan Seksi Pengolahan dan
Pemasaran Perkebunan;b. Penyelenggaraan tugas dan fungsi manajerial dan teknis yang meliputi Seksi Produksi
Perkebunan, Seksi Pembinaan Usaha, dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran Perkebunan;c. Penyelenggaraan monitoring, evaluasi dan pelaporan tugas manajerial dan teknis yang meliputi
Seksi Produksi Perkebunan, Seksi Pembinaan Usaha, dan Seksi Pengolahan dan Pemasaran
Perkebunan;d. Penyelenggaraan tugas lain sesuai tugas dan fungsinya.
7. UPT Pembenihan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan PerkebunanUPT Pembenihan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan mempunyai
tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan di bidang pembenihan dan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |11
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
sertifikasi benih tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Susunan organisasinya terdiri atas
Kepala UPT, Subbag Tata Usaha, Seksi Produksi Benih, Seksi Pengawasan dan Sertifikasi Benih
dan Kelompok Jabatan Fungsional.
UPT Pembenihan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan mempunyai
fungsi :a. Penyelenggaraan perencanaan dan pelaksanaan tugas pada sub bagian tata usaha, seksi
produksi benih dan seksi pengawasan dan sertifikasi benih;b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
pada sub bagian tata usaha, seksi produksi benih dan seksi pengawasan dan sertifikasi benih;c. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas
sub bagian tata usaha, seksi produksi benih dan seksi pengawasan dan sertifikasi benih;d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan kepala dinas terkait tugas dan fungsinya;
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya UPT Pembenihan dan Sertifikasi Benih Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan mempunyai wilayah kerja yang meliputi kabupaten/kota se
Provinsi Riau.
8. UPT Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura UPT Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai tugas pokok
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan di bidang proteksi tanaman perkebunan, tanaman
pangan dan hortikultura. Susunan organisasinya terdiri atas Kepala UPT, Subbag Tata Usaha, Seksi
Pengendalian, Seksi Pengujian Pupuk Pestisida dan Organisme Pengganggu dan Kelompok Jabatan
Fungsional.
UPT Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura mempunyai fungsi:a. Penyelenggaraan perencanaan dan pelaksanaan tugas pada sub bagian tata usaha, Seksi
Pengendalian, Seksi Pengujian Pupuk Pestisida dan Organisme Pengganggu;b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi pada
sub bagian tata usaha, Seksi Pengendalian, Seksi Pengujian Pupuk Pestisida dan Organisme
Pengganggu;c. Penyelenggaraan kegiatan teknis proteksi atau perlindungan Tanaman Perkebunan, Tanaman
Pangan dan Hortikultura;d. Penyelenggaraan koordinasi dengan unit kerja pada Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riaue. Penyelenggaraan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota terkait dengan proteksi atau
perlindungan Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura;f. Penyelenggaraan tugas ketatausahaan;g. Penyelenggaraan pelayanan masyarakat terkait dengan proteksi atau perlindungan Tanaman
Perkebunan, Tanaman Pangan dan Hortikultura;Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |
12
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
h. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas sub
bagian tata usaha, , Seksi Pengendalian, Seksi Pengujian Pupuk Pestisida dan Organisme
Pengganggu;i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan kepala dinas terkait tugas dan fungsinya;
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya UPT Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman
Pangan dan Hortikultura mempunyai wilayah kerja yang meliputi kabupaten/kota se Provinsi Riau.
9. UPT Balai Pelatihan Penyuluh Pertanian
UPT Balai Pelatihan Penyuluh Pertanian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian kegiatan
teknis operasional dan/atau kegiatan teknis penunjang Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan di bidang pelatihan penyuluh pertanian. Susunan organisasinya terdiri atas Kepala
UPT, Subbag Tata Usaha, Seksi Pelatihan, Seksi Penyuluhan dan Kelompok Jabatan Fungsional.
UPT Balai Pelatihan Penyuluh Pertanian mempunyai fungsi :
a. Penyelenggaraan perencanaan dan pelaksanaan tugas pada Sub Bagian Tata Usaha, Seksi
Pelatihan dan Seksi Penyuluhan;b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
pada Sub Bagian Tata Usaha, Seksi Pelatihan dan Seksi Penyuluhan;c. Penyelenggaraan penyediaan bantuan dibidang pelatihan di Pusat Pelatihan Pertanian dan
Pedesaan Swadaya (P4S);d. Penyelenggaraan pengelolaan system informasi manajemen pengembangan SDM tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan;e. Penyelenggaraan pengembangan standarisasi dan sertifikasi SDM tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan;f. Penyelenggaraan pemantauan, evaluasi dan pelaporan dalam rangka penyelenggaraan tugas
sub bagian tata usaha, seksi produksi benih dan seksi pengawasan dan sertifikasi benih;g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan kepala dinas terkait tugas dan fungsinya;
Dalam menjalankan tugas pokok dan fungsinya UPT Balai Pelatihan Penyuluh Pertanian
mempunyai wilayah kerja yang meliputi kabupaten/kota se Provinsi Riau.
10. KELOMPOK TENAGA AHLI/FUNGSIONAL
Penyuluh pertanian berkedudukan sebagai pelaksana teknis fungsional penyuluhan pertanian
pada instansi pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah. Adapun tugas pokok penyuluh
pertanian adalah melaksanakan penyuluhan yang meliputi menyiapkan, melaksanakan,
mengembangankan, mengevaluasi dan melaporkan semua kegiatan penyuluhan.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |13
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
STRUKTUR ORGANISASIStruktur organisasi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
sebagaimana yang telah diuraikan di atas, dapat dilihat pada Lampiran 1.
2.2 SUMBER DAYA OPD SUMBERDAYA APARATURDalam mendukung tugas pokok dan fungsi yang diemban oleh masing-masing unit kerja pada Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau, maka telah ditempatkan para petugas
dengan uraian sebagai berikut :
Tabel 2.Data Pegawai Lingkup Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau.
No Unit Kerja DinasJumlah Aparatur Jumlah
Struktur FungsionalUmum
FungsionalTertentu
Honorer
1 Kepala Dinas/Sekretariat/bidang 21 140 5 132 298
2
UPT Pembenihan danSertifikasi Benih TanamanPangan, Hortikultura danPerkebunan
4 59 17 99 179
3UPT Proteksi TanamanPerkebunan, TanamanPangan dan Hortikultura
4 37 26 22 89
4 UPT Balai PelatihanPenyuluh Pertanian
4 25 20 23 72
JUMLAH 33 261 68 276 638
Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
Tabel 3.Jumlah Pegawai Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Tingkat Pendidikan Pegawai Honorer Jumlah Persentase
1 Strata 3 1 0 1 0,152 Strata 2 36 3 39 6,113 Strata 1 186 85 271 42,474 Diploma (1-4) 31 12 43 6,745 SMA/SMK/MA 99 111 210 32,916 SMP/MTs 0 35 35 5,487 SD 9 30 39 6,11
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |14
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
TOTAL 362 276 638 100 Sumber: Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2018
SUMBER DAYA ASET / MODALSelain dukungan sumber daya aparatur, untuk mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau juga harus didukung oleh sumber
daya aset/modal yang memadai. Kondisi aset/modal yang dimiliki saat ini disajikan sebagaimana
pada Lampiran
Berdasarkan aset yang dimiliki oleh Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau secara umum telah dapat menunjang operasional kegiatan dinas, baik kegiatan fisik maupun
non fisik, namun demikian yang perlu menjadi perhatian dalam menunjang kelancaran operasional
kegiatan dinas adalah ketersediaan jumlah kendaraan dinas perlu ditambah, terutama kendaraan
roda empat double cabin for field (four wheel driver), mengingat medan yang sering ditempuh dalam
pembinaan kegiatan pertanian kebanyakan di pelosok-pelosok desa yang sulit ditempuh dengan
kendaraan biasa.
2.3 KINERJA PELAYANAN PERANGKAT DAERAH
Pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan memiliki peran yang strategis dalam
perekonomian Riau. Peran strategis tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui
pembentukan modal, penyediaan bahan pangan, bahan baku industri, pakan dan bioenergi ,
penyerap tenaga kerja, sumber devisa Negara, sumber pendapatan, serta pelestarian lingkungan
melalui praktek usahatani yang ramah lingkungan.
Berbagai peran strategis dimaksud sejalan dengan tujuan pembangunan perekonomian Riau yaitu
meningkatkan kesejahteraan masyarakat Riau, mempercepat pertumbuhan ekonomi; mengurangi
kemiskinan; menyediakan lapangan kerja, serta memelihara keseimbangan sumberdaya alam dan
lingkungan hidup. Dimana beberapa tahun terakhir ini pertumbuhan dan perkembangan sektor
pertanian di Provinsi Riau berjalan dengan cukup pesat.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau dibentuk Tahun 2017 yang
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Riau Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan
Susunan Perangkat Daerah Provinsi Riau (Lembaran Daerah Provinsi Riau Tahun 2016 Nomor 14)
adapun pencapaian kinerja pelayanan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Provinsi Riau sebelumnya yaitu periode Tahun 2009 – 2013 dapat disajikan pada tabel pencapaian
kinerja pelayanan perangkat daerah Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau (Tabel.T.23) sebagai berikut :
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |15
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |16
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
TABEL.T - C.23
PENCAPAIAN KINERJA PELAYANAN PERANGKAT DAERAH DINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PEREKBUNAN
PROVINSI RIAU
No
IndikatorKinerjasesuai
Tugas danFungsi
PerangkatDaerah
Target
NSPK
TargetIKK
TargetIndikat
orlainnya
Kondisi
Kinerja
pada
Target
Renstra
Perangka
tDaerah
Tahun ke
-
Kondisi
Kinerja
pada
Realisasi
Capaian
TahunKe -
RasioCapai
anpadaTahunke -
200920102011201220132009
2008 2009 2010 2011 2012
PERTANIAN
1Luas Tanam(ha)
- Padi (ha)
- - -
138,602
169,259
176,501
189,232
177,132
177,828
138,602
158,233
159,804
140,291
134,495
124,777 93.49 90.54 74.14 75.93 70.17
- Jagung (ha) - - -
23,191
28,188
29,732
30,384
35,777
21,822
23,191
25,214
19,083
16,068
14,874
14,071 89.45 64.18 52.88 41.57 64.48
- Kedelai (ha) - - -
4,560 8,167
6,199
6,999
8,019
11,304
4,560
6,568
6,280
5,137
4,011
2,231 80.42 101.31 73.40 50.02 19.74
2Luas panen(ha)
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 17
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
- Padi (ha) - - -
147,796
161,188
166,262
180,152
166,035
169,813
147,796
149,423
156,088
145,242
144,015
118,518 92.70 93.88 80.62 86.74 69.79
- Jagung (ha)
- - - 21,397
26,899
28,291
30,498
34,612
20,777
21,397
25,016
18,044
14,139
13,284
11,748 93.00 63.78 46.36 38.38 56.54
- Kedelai (ha)
- - - 4,319
7,829
5,972
6,517
8,093
6,390
4,319
4,906
5,252
6,425
3,686
1,949 62.66 87.94 98.59 45.55 30.50
3 Produksi
- Padi (ton GKG) - - -
494,260
610,446
562,342
694,899
629,636
658,847
494,260
531,429
574,864
535,788
512,152
434,144 87.06 102.23 77.10 81.34 65.89
- Jagung (ton)
- - - 47,959
70,145
76,994
85,053
93,117
54,820
47,959
56,521
41,862
33,197
31,433
28,052 80.58 54.37 39.03 33.76 51.17
- Kedelai (ton)
- - - 4,689
10,982
5,583
10,964
12,189
9,467
4,689
5,298
5,830
7,100
4,182
2,211 48.24 104.42 64.76 34.31 23.35
4Produktivitas (ku/ha)
- Padi Sawah (ku/ha) - - -
33.44
43.10
33.60
43.60
44.30
44.00
33.44
35.57
36.83
36.89
35.56
36.63 82.53 109.61 84.61 80.27 83.25
- Jagung (ku/ha)
- - - 22.41
250.00
300.00
326.00
333.00
301.00
22.41
22.59
23.20
23.48
23.66
23.88
9.04 7.73 7.20 7.11 7.93
- Kedelai (ku/ha)
- - - 11
130
120
192
144
143
11
10.80
11.10
11.05
11.35
11.34 8.31 9.25 5.76 7.88 7.93
PERKEBUNAN
5
Peningkatan produksi komoditi utama (ton)
- Kelapa Sawit (ton CPO)
- - - 5,119,269
-
-
5,932,308
6,419,413
8,000,000
5,119,269
5,764,201
5,932,308
6,293,542
7,047,221
7,343,498 0 0 106.09 109.78 91.79
- Kelapa (ton Kopra)
- - - 563,111
-
-
517,773
495,306
495,306
563,111
575,610
517,773
495,270
481,087
473,221 0 0 95.65 97.13 95.54
- Karet (ton KKK)
- - - 392,780
-
-
403,075
343,403
350,000
392,780
409,445
403,075
336,670
333,069
350,476 0 0 83.53 96.99 100.14
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 18
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
6
Peningkatan produktivitas komoditi utama (kg/ha/th)
- Kelapa Sawit (ton CPO)
- - - 3,996
-
-
3,843
3,975
23,500
3,996
4,172
3,805
3,898
3,968
19,180 0 0 101.43 99.82 81.62
- Kelapa (ton Kopra)
- - - 1,442
-
-
1,440
1,439
1,375
1,442
1,489
1,430
1,346
1,492
1,278 0 0 93.47 103.68 92.95
- Karet (ton KKK)
- - - 1,353
-
-
1,360
1,165
1,350
1,353
1,398
1,366
1,143
1,091
1,048 0 0 84.04 93.65 77.63
7
Peningkatan volume ekspor (ton)
- Kelapa Sawit (ton CPO)
- - --
-
-
-
8,922,007
8,850,000
-
-
-
8,102,109
8,198,962 0 0 0 90.81 92.64
- Kelapa (ton Kopra)
- - - - -
-
-
-
50,500
-
-
-
-
54,446 0 0 0 0 107.81
- Karet (ton KKK)
- - - - -
-
-
14,247
28,750
-
-
-
28,235
23,507 0 0 0 198.18 81.76
8
Peningkatan jumlah kelompok tani pengguna teknologi (KT)
- - - -
-
-
-
40
50
-
-
-
40
50 0 0 0 100.00 100.00
9 Peningkatan pendapatanpetani /th/KK (US
- - - - -
-
2,000
2,100
2,105
-
-
2,066.00
2,561.00
2,766
0 0 103.30 121.95 131.40
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 19
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
$)
10
Peningkatan produksi sagu (ton)
- - - 176,101
-
-
-
297,498
300,000
176,101
171,594
209,811
291,665
284,319
281,704 0 0 0 95.57 93.90
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 20
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 21
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dari Tabel.T.C.23, dapat diketahui bahwa ada kesenjangan/gap indikator kinerja pada Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau,yaitu :
Indikator pertanian pada luas panen dan produksi tanaman padi , jangung dan kedelai target belum
tercapai dan luas panen maupun produksinya cenderung menurun menurun hal ini disebabkan karena
tekanan terhadap alih fungsi lahan sangat besar, sedangkan cetak sawah baru tidak dapat
dilaksanakan karena terkendala ketersediaan lahan dan status lahan. Penurunan produksi padi
mempengaruhi produksi beras sehingga target produksi beras tidak tercapai dan kecenderungan
menurun setiap tahun
Indikator perkebunan pada produksi komoditi kelapa sawit, karet dan kelapa serta sagu target belum
tercapai dan produksi cenderung menurun. Permasalahan yang dihadapi pada komoditi kelapa sawit
antara lain karena penggunaan bibit palsu (bibit yang tidak bersertifkat dan tidak bermutu), perubahan
harga jual TBS dan perubahan iklim (kemarau) yang mengakibatkan kebakaran lahan perkebunan.
Pada tanaman karet dan kelapa permasalahan yang dihadapi yaitu tanaman tidak dipanen petani
dikarenakan harga jual yang rendah sehingga mempengaruhi jumlah produksi karet (ojol) dan kelapa
(kopra) dan alih fungsi ke komoditi lain dan dan alih fungsi lahan . Dan permasalahan tanaman sagu
dikarenakan belum adanya bibit yang bersertifikat / bibit unggul seperti tanaman kelapa sawit / karet
sehingga petani menanam tanaman sagu dari hasil anakan tanaman sagu disekitar kebun.
Usaha untuk meningkatkan produksi dan nilai tambah produk masih berjalan secara maksimal
sehingga berdasarkan NTP, manfaat kegiatan budidaya pertanian belum memberikan porsi yang
sangat besar bagi pendapatan petani. Hal ini selain disebabkan karena produktifitas petani rendah,
juga dipengaruhi oleh faktor eksternal petani seperti fluktuasi harga, perubahan harga sarana produksi
pertanian dan mekanisme pemasaran
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |22
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
TABEL. T - C . 24
ANGGARAN DAN REALISASI PENDANAAN PELAYANAN PERANGKAT DAERAHDINAS TANAMAN PANGAN, HORTIKULTURA DAN PERKEBUNAN
PROVINSI RIAU
Uraian
Anggaran pada tahun Realisasi Anggaran pada tahunRasio antara realisasi dan
anggaran tahunRata-rata
pertumbuhan
2009 2010 2011 2012 2013 2009 2010 2011 2012 2013 2009
2010
2011
2012
2013
Anggara
n
Realisasi
Belanja Tidak Langsung
42,411,390,539
41,919,656,980
46,246,841,468
61,896,936,155
51,910,230,440
37,862,140,712
40,029,288,169
42,965,852,683
51,918,048,957
48,520,659,432
89.27
95.49
92.91
83.88
93.47
5.18
6.40
Belanja Langsung
80,253,228,236
95,040,313,069
68,223,584,732
81,747,161,805
189,994,975,000
25,288,498,451
56,826,558,875
55,336,723,278
66,138,113,845
164,218,098,099
31.51
59.79
81.11
80.91
86.43
24.04
59.63
APBN Dekonsentrasi
15,686,283,000
11,691,673,000
14,360,508,000
24,905,008,000
17,074,980,000
10,883,276,150
10,357,475,598
11,685,609,475
21,040,349,150
13,596,814,430
69.38
88.59
81.37
84.48
79.63
2.14
5.72
APBN TP
765,172,000
7,800,482,000
66,142,667,000
130,152,579,000
61,862,499,000
242,568,000
6,894,417,000
56,335,038,950
56,335,038,950
57,457,561,100
31.70
88.38
85.17
43.28
92.88
199.86
292.31
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 23
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dari Tabel.T.C.24, dapat diketahui bahwa realisasi dan anggara APBD dan APBN Dinas Tanaman
Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau periode tahun 2009 – 2013 sebagai berikut :
Rasio antara realisasi dan anggaran untuk belanja tidak langsung adalah baik dan terjadi
perubahan yang tidak signifikan dikarenakan adanya perubahan jumlah PNS .
Untuk rata-rata pertumbuhan belanja langsung cenderung meningkat, dan rasio target dan
realisasi anggaran cenderung meningkat setiap tahun karena adanya peningkatan belanja
langsung untuk pelaksanaan program / kegiatan
Rata-rata pertumbuhan anggaran dan realisasi APBN Dekonsentrasi meningkat , namun
untuk dana APBN Tugas Pembantuan terjadi kehilangan sebagian data baik jumlah
anggaran maupun realisasi sehingga data yang disajikan kurang valid
2.4. Tantangan dan Peluang Pengembangan Pelayanan Perangkat Daerah
Kinerja pembangunan tanaman pangan, hortikultura perkebunan secara nasional selama 3
tahun terakhir menunjukkan hasil yang cukup memuaskan. Indikator ekonomi makro seperti
pendapatan domestik bruto, neraca perdagangan, dan penyerapan tenaga kerja rakyat
menunjukkan trend positif.
Rencana tata ruang wilayah merupakan produk perencanaan ruang yang digunakan sebagi
pedoman didalam melaksanaan kegiatan yang menggunakan ruang, sehingga segala bentuk
perencanaan pembangunan harus mengacu pada rencana tata ruang yang berlaku.
Berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 Tahun 1994 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Provinsi Riau yang disesuaikan dengan potensi wilayah maka arahan
pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan untuk pembangunan tahun ke
depan lebih difokuskan pada optimasi penggunaan lahan dan memanfaatkan inovasi
teknologi. Selain itu berdasarkan Dokumen perencanaan pembangunan masih perlu sinergi
terhadap kajian lingkungan hidup strategis (KLHS) agar kebijakan pembangunan tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan menjadi salah satu ujung tombak penciptaan green
economy yang tentu selaras dengan isu-isu lingkungan hidup. Penerapan KLHS dalam
penataan ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau instrumen pengelolaan lingkungan
lainnya, menciptakan tata pengaturan yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 24
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
pemangku kepentingan yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah
administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan. Dalam KLHS terdapat 6 aspek kajian,
yaitu: 1. Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untk pembangunan2. Perkiraan mengenai dampak dan risiko lingkungan hidup3. Kinerja layanan/jasa ekosistem 4. Efisiensi pemanfaatan sumberdaya alam (SDA)5. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim6. Tingkat ketahanan dan potensi keragaman hayati
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan terkait dengan 6 aspek tersebut, antara lain sebagai berikut:
1. Karekteristik lahan, kondisi fisik kimia tanah, ketersediaan dan suplai air, aspek
topografi, geomorfologi, pola hidrologi maupun aksesibilitas menjadi faktor yang perlu
diperhitungkan untuk merancang kawasan.2. Penanganan budidaya dan produksi serta tata kelola teknologi yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan.3. Penanganan pasca panen dan aplikasi teknologi pasca panen yang ramah lingkungan
jika tidak diterapkan akan berdampak pada menurunnya mutu, rendahnya nilai jual,
turunnya nilai kompetitif4. Layanan pengaturan ekosistem melalui optimalisasi pemanfaatan lahan dan
pengaturan pola tanam5. Layanan kultural melalui aplikasi pengetahuan dan kearifan lokal masyarakat dalam
mengelola SDA6. Penggunaan lahan sesuai dengan jenis peruntukan lahan, potensi SDA yang tersedia
dan SDM yang terlibat7. Efisiensi dalam pengadaan produk pendukung (pupuk, pestisida, benih), teknologi
infrastruktur pendukung (alat/mekanisasi), SDA pendukung (air, media tanah) yang
akan diterapkan8. Pemanfaatan lahan untuk kegiatan perkebunan akan membentuk ekosistem buatan,
terjadinya perubahan ekosistem alami secara terus menerus berdampak pada
meningkatnya kerentanan ekosistem, dan kondisi ini mempengaruhi tingkat adaptasi
terhadap perubahan iklim.9. Pola budidaya monokultur ditinjau dari aspek keseimbangan ekosistem akan
mengancam keanekaragaman hayati.
Berdasarkan telaahan terhadap Renstra K/L , Renstra Perangkat Daerah Kabupaten/Kota,
telaahan terhadap RTRW dan hasil analisis terhadap KLHS , tidak semuanya dapat
dikerjakan dan hasilnya mencapai target yang telah ditetapkan, terutama dalam halDinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi
Riau | 25
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
pencapaian peningkatan luas tanam, luas panen , jumlah produksi dan produktifitas tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan, sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya dalam
pelayanan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura berbagai tantangan dan peluang sebagai
berikut : Tantangan
a) Semakin tingginya alih fungsi lahanb) Menurunnya kesuburan tanah pertanianc) Kondisi jaringan irigasi tidak memadaid) Anomali Iklime) Mahalnya agro input (sarana produksi dan alat pertanian)f) Terbatasnya modal petanig) Penerapan teknologi terbatash) Daya saing produksi masih rendahi) Tingkat kehilangan hasil masih tinggij) Produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang masih rendahk) Kurangnya infrastruktur, sarana dan prasarana produksil) Isu lingkungan hidup dan globalisasim) Kesejahteraan petani/pekebun masih rendah (NTP < 100)
Peluanga) Tersedianya SDA (Sumber Daya Alam), SDM (Sumber Daya Manusia), SDB (Sumber
Daya Buatan) dalam pengembangan agribisnis tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunanb) Posisi wilayah Riau yang strategis dalam menjangkau daerah-daerah pemasaran baik
nasional dan internasionalc) Pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan terbuka luasd) Pertumbuhan ekonomi yang semakin meningkat dan membaik di Provinsi Riaue) Kebijakan pemerintah yang sangat mendukungf) Banyaknya sektor swasta tumbuh dan berkembang di Provinsi Riaug) Infrastruktur (jalan, jembatan, listrik, komunikasi) semakin baikh) Potensi sumberdaya perkebunan masih dapat ditingkatkan untuk pengembangan
industri hilir (bioindustri dan bioenergi)i) Meningkatnya permintaan pasar domestik dan luar negerij) Iklim investasi terhadap produk perkebunan kondusifk) Meningkatnya kebutuhan terhadap bahan panganl) Mitigasi dan antisipasi perubahan iklim sudah menjadi komitmen pemerintah
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 26
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tabel T-B.35Pemetaan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
No Masalah Pokok Masalah Akar Masalah(1) (2) (3) (4)1 Penyediaan data dan informasi Pertanian belum
optimal- Belum adanya Sinergitas antar Sektor /
stakeholders- Ketersediaan data dan informasi dari Instansi
terkait belum optimal
- Kapasitas Aparatur terbatas- SDM Petugas/aparatur bidang teknis
tertentu masih kurang- Ketersediaan data dan informasi yang
akurat dan mutakhir terbatas
2 Pemberdayaan terhadap masyarakat / petani belummaksimal
- Inovasi teknologi- Persaingan pasar global
- Metode Pemberdayaan belum diterapkansecara baik
- Terbatasnya penerapan alsintan- Terbatasnya ketersediaan infrastruktur serta
prasarana lahan dan air.- Belum optimalnya fungsi kelembagaan
3 Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas dan Produksikomoditas tanaman pangan hortikultura danperkebunan 5 (lima) tahun terakhir berfluktatif namuncendrung menurun, dilain pihak kebutuhan akan panganterus meiningkat
- Dukungan anggaran (sharing budget) dankomitmen yang kuat baik pusat, provinsi dankabupaten kota dalam membangun tanamanpangan, hortikultura dan perkebunan masihterbatas
- Masih rendahnya minat investor untukmenanamkan investasi di Provinsi Riau di bidangtanaman pangan dan hortikultura
- Belum terjadinya akses jual/pemasaran dari produkolahan keluar dari Provinsi Riau
- Kapasitas SDM pertanian belum mantap- Lambannya peningkatan produkvitas- Lemahnya kemampuan Akses petani
terhadap teknologi, informasi, pasar danpermodalan serta perlindungan usahatani
- Belum optimalnya pelayanan pada sektorperbenihan dan pengawasan tanaman.
4 Dukungan terhadap upaya mencapai kedaulatanpangan dan kesejahteraan petani.
- Potensi lahan tdk mendukung.- Alih Fungsi lahan- SDM Petani- Sinergitas antar sektor dan stakeholder terkait
- Kapasitas SDM pertanian belum mantap- Lambannya peningkatan produkvitas- Penerapan teknologi kurang berkembang- Tingginya pertumbuhan penduduk
36
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
- Masih relatif rendahnya keterlibatan sektor laindalam menetapkan angka produksi ketersediaanbenih dan pupuk oleh stake holder
- Sebagian besar wilayah rawan BencanaAlam
- Tingginya alih fungsi lahan- Sosial budaya Masyarakat- Perubahan iklim- Kemampuan aparatur dalam akses
data dan informasi kurang.- Satuan Biaya untuk pengembangan
produksi tanaman pangan, hortikultura danperkebunan tidak sama
5 Berdasarkan RTRW Provinsi Riau yang belumdisyahkan, indikasi arahan peraturan pemanfaatankawasan pertanian telah ditetapkan peruntukanpertanian budidaya tanaman pangan dan kawasanbudidaya hortikultura serta kawasan perkebunanterdapat di seluruh kabupaten dan kota. Disisi lainterjadi persaingan yang sangat tinggi terhadapkebutuhan lahan untuk berbagai kepentingan. AlihFungsi Lahan sawah ke sektor lain dalam 5 (lima)Tahun terakhir mencapai 71.604 Ha dengan ratio 1 :3,40.dari data yang ada lahan sawah di Riau hanyatinggal 96.912 Ha (sumber data BPS Prov. Riau)
- Tidak tersedianya data yang akurat dan validtentang lahan pangan existing dan cadang lahanpangan berkelanjutan
- Belum samanya persepsi tentang statuspenggunaan lahan antara DepartemenTerkait dengan Pemprov Riau.
6 Pelaksanaan pembangunan saat ini harus mengacukepada Pembangunan Pertanian yang Berkelanjutandan terjaminnya kelestarian Lingkungan Hidup.Namundalam pelaksanaan usaha tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan saat ini masih banyak yangmenggunakan pestisida , mulai dari persiapan lahansampai pada perlakuan pasca panen. Kedepan harusdilakukan pengendalian secara baik, sehinggadihasilkan produk yang aman dan tercipta lingkunganyang aman dan serasi
- Sinergitas antar Sektor/stakeholders belumoptimal
- Ketersediaan data dan informasi dari Instansiterkait belum optimal
- Perlunya dukungan Komisi Pengawasan Pupukdan Pestisida
- Rendahnya pemahaman aparatur dalamhal pembangunan berkelanjutan,keamanan pangan, dll
- Masih terbatasnya upaya sosialisasi kpdmasyarakat.
- Belum mantapnya koordinasi lintasinstansi dalam memberikan pemahamankepada masyarakat tentang pentingnyabahan pangan yang aman, bermutu danseimbang.
37
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
3.2. Telaahan Visi, Misi, dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih.
Sesuai dengan amanat Peraturan Daerah Nomor 36 Tahun 2001 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Provinsi Riau 2000 – 2025, RPJMD Provinsi Riau merupakan
tahap keempat pembangunan secara menyeluruh di segala bidang dengan menekankan
pertumbuhan perekonomian yang berdaya saing berdasarkan sumberdaya alam yang tersedia dan
sumberdaya manusia yang berkualitas didukung oleh sistem informasi yang handal. Upaya
pemantapan nilai-nilai budaya melayu sebagai ruh kehidupan masyarakat terwujud sebagai etika,
orientasi , dan sumber inspirasi dalam kehidupan sosial, ekonomi, dan politik masyarakat Riau;
penyelenggaraan pembangunan; pelestarian lingkungan; asimilasi kukltural; dan menjaga dan
memelihara heterogenitas yang sejalan dengan Visi Pembangunan Provinsi Riau sesuai dengan
RPJMD Provinsi Riau yaitu Terwujudnya Provinsi Riau sebagai Pusat Perekonomian dan
Kebudayaan Melayu dalam Lingkungan Masyarakat yang Agamis, Sejahtera Lahir dan Bathin
di Asia Tenggara Tahun 2020 (Perda No. 9 Tahun 2009 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang Daerah RPJMD Provinsi Riau Tahun 2005 – 2025)
Oleh karena itu, dengan mempertimbangkan tahapan pembangunan jangka panjang daerah,
potensi, permasalahan dan tantangan pembangunan yang dihadapi serta isu-isu strategis,
Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih telah merumuskan visi dan misi pembangunan jangka
menengah daerah (RPJMD) Tahun 2014 – 2019, yaitu “Terwujudnya Provinsi Riau yang maju,
masyarakat sejahtera, berbudaya melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan,
tersedianya lapangan kerja, serta pemantapan aparatur “
Makna yang terkandung dalam visi tersebut adalah :
Maju : Tersedianya infrastruktur, sarana dan prasarana pelayanan
publik yang baik dan berkualitas serta berteknologi tinggi yang
dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Sejahtera : Terciptanya kondisi masyarakat yang makmur, aman dan
nyaman serta merata dari segala aspek ekonomi, sosial, politik,
hukum dan keamanan
Berbudaya Melayu : Merupakan upaya terus menerus untuk menggali dan menerapkan
nilai – nilai budaya melayu sebagai jati diri dan menjadi roh bagi
perilaku masyarakat dan pemerintah dalam karsa dan karya
pembangunan dalam menjadikan Provinsi Riau sebagai pusat
budaya melayu
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |38
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Berdaya saing : Suatu kondisi pemerintah dan masyarakat yang tangguh,
unggul dan memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang
terhadap dinamika perubahan dengan tetap berpegang pada
nilai-nilai budaya, tatanan sosial yang agamis
Menurunnya kemiskinan : Suatu kondisi masyarakat yang mampu memenuhi kebutuhan hak-
hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang layak dan bermartabat
Lapangan kerja : Tersedianya peluang dan kesempatan bagi angkatan kerja
melalui kemitraan antara pemerintah, swasta dan masyarakat
Pemantapan Aparatur : Meningkatkan profesionalisme dan etos kerja dalam memberikan
pelayanan prima menjalankan fugsi pemerintahan
Hasil identifikasi tentang faktor-faktor penghambat dan pendorong pelayanan OPD yang dapat
mempengaruhi pencapaian visi dan misi kelapa daerah dan wakil kepala daerah terpilih dapat lihat
pada table 7 berikut (Tabel I.IV.C.11) :
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |39
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tabel 7 Faktor Penghambat dan Pendorong Pelayanan OPD Terhadap Pencapaian Visi, Misi
dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah
Misi dan Program KDHdan Wakil KDH Terpilih
Permasalahan PelayananOPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1 Misi 4 : Menurunkan Kemiskinan
Program1.1. Peningkatan
Kesejahteraan Petani
1.2. PeningkatanKetahanan Pangan
1.3.Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
1.4. PeningkatanProduksi Pertanian/Perkebunan
1. Kapasitas aparatur dinasbelum optimal.
2. Terbatasnya sarana danprasarana tanaman panganhortikultura dan perkebunan
3. Akses terhadap data daninformasi tanaman panganhortikultura dan perkebunanbelum optimal.
4. Peran dan fungsi lembaga unitpelaksana teknis dan unitpelayanan teknis lainnyabelum optimal.
6. Sinergitas Tupoksi antarbidang dan UPTD belum terjalin dengan baik.
7. Masih rendahnya SDMtanaman pangan hortikulturadan perkebunan ± 80% yangberusaha tani tamat SD kebawah.
1. Mahalnya agroinput (saranaproduksi dan alatmesin pertanian).
2. Kemampuan permodalan petani terbatas.
3.Penerapan teknologiterbatas.
1. KomitmenPimpinan.
2. Sudah adanya Program dan kebijakan yang tegas tentang upaya pengentasan kemiskinan.
3. Penyediaan tenagaaparatur yangberkompeten.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |40
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |41
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Program :2.1.Peningkatan
Kesejahteraan Petani
2.2. PeningkatanKetahanan Pangan
2.3.Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan
2.4. PeningkatanPenerapanTeknologi Pertanian/Perkebunan
2.5. PeningkatanProduksi Pertanian/Perkebunan.
1. Kapasitas aparaturdinas belum optimal.
2. Jumlah petugasteknis tertentu masihkurang.
3. Terbatasnya saranadan prasaranatanaman pangan,hortikultura danperkebuan
9. Masihterbatasnyapenguasaanteknologi pertanian
10.Belum optimalnyafungsi kelembagaanpetani
1. Semakintingginya alih fungsi lahan. Menurunnya kesuburan tanah pertanian.
2. Kondisi jaringan irigasitidak memadai.
3. Anomali Iklim4. Mahalnya agro input
(sarana produksi dan alat mesin pertanian).
5. Kemampuan permodalan petani terbatas..
6. Penerapan teknologi terbatas..
7. Keterbatasan modal usaha
1. Komitmen Pimpinan.2. UU Nomor 41 Tahun
2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan
3. Memfasilitasi petani dalam memperoleh modal usaha dari lembaga keuangan.
4. Memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis kepada petani dalam manajemen pemeliharaan.
5. Memberikan penyuluhan dan bimbingan teknis kepada Petani dalam teknologi pemanfaatan lahan pertanian.
9. Meningkatkan frekuensi sosialisasi dan pelatihan terhadap penguasaanteknologi.
10.Menambah jumlah aparatur yang handal
3.3 Telaahan Renstra Kementerian K/L dan Renstra Provinsi
Visi Kementerian Pertanian
Sektor pertanian masih memegang peranan strategis dan berkontribusi besar dalam pembangunan
ekonomi nasional diantaranya sebagai penyedia bahan pangan dan bahan baku industri,
penyumbang PDB, penghasil devisa negara, penyerap tenaga kerja, sumber utama pendapatan
rumah tangga perdesaan, penyedia bahan pakan dan bioenergi serta berperan dalam upaya
penurunan emisi gas rumah kaca.
Kondisi pembangunan pertanian saat ini dihadapkan pada permasalahan dan tantangan yang
tidak ringan, di samping gerak dinamika lingkungan strategis internasional, regional dan lokal yang
semakin kompleks, untuk itu dibutuhkan kerjasama dan komitmen oleh para pelaku
pembangunan pertanian di berbagai jenjang pemerintahan yang disesuaikan dengan karakteristik
prospek dan potensi yang ada di masing-masing daerah maka visi Kementerian Pertanian adalah “
Terwujudnya Sistem Pertanian-Bioindustri Berkelanjutan yang Menghasilkan Beragam
Pangan Sehat dan Produk Bernilai Tambah Tinggi Berbasis Sumberdaya Lokal untuk
Kedaulatan Pangan dan Kesejahteraan Petani”, adapun makna visi Kementerian Pertanian
sebagai berikut :
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |42
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Sistem pertanian bioindustri : Menyediakan bahan baku industri dengan meningkatkan
pemanfaatan biomassa sebagai bagian upaya meningkatkan manfaat dan diversifikasi
produk turunan
Berkelanjutan : Melanjutkan kebijakan, program dan kegiatan utama dari rencara strategis
sebelumnya, dengan memperhatikan aspek kelestarian daya dukung lahan maupun
lingkungan dan pengetahuan lokal sebagai faktor penting dalam perhitungan efisiensi
Beragam : Mengoptimalkan pemanfaatan keanekaragaman sumberdaya, mengoptimalkan
peluang pasar, mengurangi potensi dampak resiko, memenuhi meningkatnya preferensi
konsumen akibat kenaikan pendapatan dan selera
Pangan Sehat : Menyediakan produk yang aman, sehat dan halal
Produk bernilai tambah tinggi : Menciptakan produk pertanian yang mensejahterakan
pelaku/petani, mendorong dihasilkannya aneka produk segar, produk olahan, produk
turunan, produk samping, produk ikutan dan limbah
Sumberdaya Lokal : Mengoptimalkan pemanfaatan keunggulan kompetitif dan komparatif
wilayah dan komoditas, meningkatkan efisiensi mendorong dihasilkannya aneka produk
segar, produk olahan, produk turunan, produk samping, produk ikutan dan limbah
Kedaulatan Pangan : Hak negara dan bangsa yang secara mandiri menentukan kebijakan
Pangan yang menjamin hak atas Pangan bagi rakyat dan yang memberikan hak bagi
masyarakat untuk menentukan sistem Pangan yang sesuai dengan potensi sumber daya lokal
Kesejahteraan Petani : Petani dan keluarganya hidup layak dari lahan dan usaha yang
digelutinya
Misi Kementerian Pertanian
Dalam rangka mewujudkan visi ini maka misi Kementerian Pertanian adalah :
1. Mewujudkan kedaulatan pangan.
2. Mewujudkan sistem pertanian bioindustri berkelanjutan.
3. Mewujudkan kesejahteraan petani.
4. Mewujudkan Reformasi Birokrasi.
Tujuan
Sebagai penjabaran dari Visi dan Misi Kementerian Pertanian, maka tujuan pembangunan pertanian
periode 2015-2019 yang ingin dicapai yaitu:
1. Meningkatkan ketersediaan dan diversifikasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan.
2. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk pangan dan pertanian.
3. Meningkatkan ketersediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi.Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |
43
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
4. Meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
5. Meningkatkan kualitas kinerja aparatur pemerintah bidang pertanian yang amanah dan
profesional.
Sasaran Strategis Kementerian Pertanian
Sasaran strategis merupakan indikator kinerja Kementerian Pertanian dalam pencapaian tujuan
yang telah ditetapkan. Sasaran yang ingin dicapai dalam dalam periode 2015-2019 adalah :
1. Swasembada padi, jagung dan kedelai
2. Peningkatan diversifikasi pangan
3. Peningkatan komoditas bernilai tambah, berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan
substitusi impor
4. Penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi
5. Peningkatan pendapatan keluarga petani
6. Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintah yang baik
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |44
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tabel 8 Keterkaitan visi, misi, tujuan dan sasaran Pembangunan pertanian
Tahun 2015 - 2019
VISI MISI TUJUAN SASARAN
Terwujudnya sistem pangan pertanian- bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat dan produk bernilai tambah tinggiberbasis sumberdayalokal untukkedaulatan pangandan kesejahteraanpetani”
1.Mewujudkan kedaulatan Pangan
1. Meningkatkan ketersediaan dan diversifikasi untuk mewujudkan kedaulatan pangan
1. Swasembada padi, jagung dan kedelai serta peningkatan produksi daging dangula
2. Peningkatan diversifikasi pangan
2. Mewujudkan sistem pertanianbioindustri berkelanjutan
2. Meningkatkan nilaitambah dan dayasaingproduk pangan dan pertanian
3. Peningkatan komoditas bernilai tambah, berdayasaing dalam memenuhi pasarekspor dan substitusi impor
3. Meningkatkan ketersediaan bahanbakubioindustri dan bioenergi
4. Penyediaan bahan baku bioindustri dan bioenergi
3. Mewujudkan kesejahteraanpetani
4. Meningkatkan pendapatandan kesejahteraanpetani
5. Peningkatan pendapatankeluarga petani
Berdasarkan telaahan terhadap Rencana Strategis Kementerian Pertanian Republik Indonesia Tahun
2015 – 2019, permasalahan pelayanan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan beserta
faktor penghambat dan faktor pendorong keberhasilan pembangunan pertanian dapat dilihat pada Tabel
9........
..................................................................................
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |45
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tabel 9Permasalahan Pelayanan Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
Berdasarkan Telaahan Renstra Kementerian Pertanian RI
No.Sasaran Jangka
MenengahRenstra K/L
PermasalahanPelayanan
OPD
Faktor
Penghambat Pendorong
1 2 3 4 5
1Swasembada padi, jagung dan kedele
Rendahnya produksi dan produktivitas tanaman pangandan hortikultura
1Masih tingginya tingkat kehilangan hasil Pertanian 1 Penambahan luas lahan
sawah
2Tinggunya tingkat serangan OPT 2 Perluasan areal hortikultura
3Lemahnya kemampuan aksespetani terhadap teknologi,informasi, pasar danpermodalan sertaperlindungan
3Program pengembangan penangkar benih
4Masih rendahnya kesadaranpetani menggunakan bibit bermutu
4Pengembangan kelembagaan petani
5Maih rendahnya penggunaan alsintan 5
Peningkatan penggunaan pupuk organik
6Tingginya tingkat konversi lahan pertanian produktif 6
Penggunaan Pestisda dan obat - obat tanaman ramahlingkungan
7Belum cukup tersedianya benih/ bibit unggul bermutu, pupuk, pestisida/obat-obatanalat dan mesin
7 Lembaga perbenihan
8Terbatasnya ketersediaan infrastruktur serta pasarana lahan
8Tersedianya anggaran APBD dan APBN
2Peningkatan komoditas bernilai tambah, berdaya saing dalam memenuhi pasar ekspor dan substitusi impor
Rendahnya daya saing produk pertanian terhadap produk impor
1Masih rendahnya penerapanGAP / SOP 1
Meningkatnya daya beli masyarakat
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 46
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
3Peningkatan pendapatan keluarga petani
- Masih rendahnya posisi tawar petani dan pendapatan keluarga petani
- Diversifikasi usahatani yang rendah
- Belum tercapainya efisiensi yang lebihdari kegiatan usaha tani
- Rendahnya penimgkatan nilai tambah produk
- Lemahya permodalan petani
1
2
Masih lemahnya sdm petani
Rendahnya jam kerja efektif petani
1
2
Pemberdayaan penyuluh tanaman pangan, hortikulturadan perkebunan
Keinginan yang kuat dari petani untuk meningkatkan usaha taninya
4 Akuntabilitas kinerja aparatur pemerintahan yang baik
Masih rendahnya kualitas SDM
1 Kurangnya keinginan aparatur untuk maju
1 Peningkatan pengetahuan dan wawasan aparatur
Belum kuatnya sistim penyuluhan
2 Kurangnya tenaga penyuluh yang professional
2 Peningkatan era teknologi
Lemahnya koordinasi antar lembaga terkait danbirokrasi
3 Masih adanya program dan kegiatan yang tidak berseinergi
3 Adanya Musrenbang tingkat kab/kota/provinsi dan Musrenbangnas
Sejalan dengan semangat reformasi dan penyelengaraan pemerintah yang baik (good
governance) oleh pemerintah yang bersih (clean goverment) maka selayaknya pula semangat
reformasi dijadikan sebagai ruh (semangat) di dalam pelaksanaan pembangunan oleh Dinas
Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan. Semangat penyelengaraan pemerintah yang
baik oleh sesuatu Pemerintah yang bersih di harapkan dapat menghasilkan pembangunan
khususnya Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan yang bermanfaat dan dipergunakan
sebesar besarnya untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat (petani). Adapun kondisi yang
diinginkan adalah:
a. Meningkatnya produksi dan mutu hasil tanaman pangan hortikultura dan perkebunan
melalui pengembangan komoditi unggulan nasional dan unggulan daerah berbasis lokal
dan kawasan yang pada akhir mampu memenuhi permintaan dan persaingan pasar.
Peningkatan produksi dan produktivitas pangan, hortikultura dan perkebunan terus dilakukan
untuk mendukung peningkatan ketersediaan pangan dan bahan baku industry.
Meningkatnya penerapan budidaya tanaman yang baik (Good Agricultural Practices-
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 47
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
GAP) untuk peningkatan produktivitas, jaminan mutu produk dan budidaya yang ramah
lingkungan dan berkelanjutan sesuai SOP (Standard Operational Procedure). Tuntutan masyarakat akan produk yang bermutu telah menjadi hal yang mutlak untuk
diperhatikan baik untuk produk jadi maupun produk bahan baku/setengah jadi. penerapan
Good Handling Practices (GHP) adalah salah satu persyaratan yang harus dilakukan
dalam penerapan system jaminan mutu dan keamanan pangan.
b. Dalam rangka upaya percepatan peningkatan produksi tanaman pangan (padi, jagung dan
kedele), Kementerian Pertanian RI melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan telah
meluncurkan Program/Kegiatan berupa upaya khusus peningkatan produksi padi, jagung
dan kedelai (UPSUS PAJALE). Sedangkan untuk tanaman hortikultura melalui Direktorat
Jenderal Hortikultura juga ada upaya khusus untuk meningkatkan produksi tanaman
hortikulutra (bawang merah dan cabe). Khusus untuk mengurangi ketergantungan terhadap
impor gula maka melalui Dirjen Perkebunan telah dilakukan upaya peningkatan produksi
gula melalui perluasan areal tanaman tebu termasuk di Provinsi Riau.
c. Mantapnya sistem kelembagaan melalui pendekatan penyuluhan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan dan pendampingan terhadap petani tanaman pangan
hortikultura dan perkebunan sehingga relevan dengan kebutuhan perbaikan kapasitas
rumah tangga petani dan daya saing produk tanaman pangan hortikultura dan perkebunan
memasuki pasar.
d. Terkondisinya kualitas/kemampuan SDM tanaman pangan hortikultura dan perkebunan
secara umum dan rumah tangga petani yang handal sebagai pelaku usaha tanaman
pangan hortikultura dan perkebunan sekaligus juga sebagai pelaku bisnis.
e. Meningkatnya Kesejahteraan Petani
f. Berdasarkan Permentan No. 50 tahun 2012 tentang Kewajiban Pemerintah Provinsi untuk
menyusun masterplan pengembangan pertanian dan pemerintah kabupaten/kota untuk
menyusun action plan dan disempurnakan melalui Permentan No. 56 Tahun 2016.
3.4. Telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 48
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Provinsi Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang mengandalkan
pembangunan ekonominya dari sektor pertanian, yaitu tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan . Dalam Pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan Provinsi
Riau tidak bisa dilepaskan dari Rencana Tata Ruang Wilayah dan kajian lingkungan hidup
strategis suatu wilayah saat ini dan dimasa mendatang yang mengacu pada masterplan
yang telah disusun yaitu masterplan pertanian (tanaman pangan dan hortikultura) dan
masterplan perkebunan Provinsi Riau. Didalam dokumen Masterplan yang telah disusun
terdapat potensi pengembangan, strategi pengembangan kawasan dan roadmap kawasan
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau.
Dalam rangka untuk mendukung visi pembangunan Provinsi Riau tersebut, salah satu misi
pembangunan Provinsi Riau 2015-2019 adalah “Memperkuat pembangunan pertanian dan
perkebunan”, dimana sasaran pembangunan pertanian Provinsi Riau 2015-2019 adalah (1)
Meningkatnya kontribusi sektor pertanian (tanaman pangan, perikanan, perkebunan,
peternakan dan kehutanan) dan (2) Meningkatnya kontribusi sektor industri berbasis
pertanian dan perkebunan.
Komoditas unggulan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan Provinsi Riau ditentukan
dengan mempertimbangkan faktor tingkat kesesuaian lahan, pemusatan komoditas, tingkat
pertumbuhan luas tanam dan tingkat pertumbuhan produksi tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan. Dari kajian masterplan pertanian komoditas pertanian pangan dan
hortikultura yang layak untuk ditetapkan sebagai komoditas unggulan Provinsi Riau adalah
padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, jeruk, nenas, durian dan manggis serta
komoditas perkebunan unggulan Provinsi Riau adalah kelapa sawit, karet, kelapa dan sagu.
Sebaran komoditas unggulan tanaman pangan dan hortikultura berdasarkan kabupaten/kota
dapat dilihat pada tabel berikut.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 49
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Kabupaten/Kota
Komoditas Unggulan
Jum
lah
kom
od
itas
Pad
i
Jag
un
g
ked
ela
i
ubi ka
yu
cab
ai
baw
an
g m
era
h
jeru
k
Nen
as
du
rian
man
gg
is
1Kuantan Singingi 8
2 Indragiri Hulu 93 Indragiri Hilir 44 Pelalawan 35 Siak 56 Kampar 97 Rokan Hulu 98 Bengkalis 49 Rokan Hilir 210
Kepulauan Meranti 3
11 Pekanbaru 312 Dumai 5
Jumlah kab/kota
11 3 5 8 8 6 6 7 6 4
Ancaman krisis pangan saat ini dan ke depan di Indonesia dan bahkan di seluruh belahan
bumi akan semakin serius, baik sebagai akibat semakin berkurangnya lahan pertanian,
pertumbuhan penduduk dan perubahan iklim global. Dampak perubahan iklim global sangat
dirasakan saat ini, dimana kekeringan dan banjir setiap tahun melanda wilayah Riau
dan Indonesia secara keseluruhan. Bagi perkembangan tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan tentunya sangat berdampak buruk terhadap pertumbuhan dan produksi
komoditas ini. Kekeringan dan banjir akan berakibat gagalnya pertanaman, dan akan
munculnya gangguan hama dan penyakit pada tanaman. Oleh karena itu harus
dipersiapkan program-program khusus untuk mengantisipasi munculnya gejala ini dan
adanya tindakan preventif dan kuratif terhadap adanya kekeringan, kebanjiran, serangan
hama dan penyakit. Selain itu sampai dengan saat ini RTRW revisi Provinsi Riau ini belum
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 50
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
tuntas. Hal ini menjadi faktor penghambat dalam melakukan pengembangan tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan.
Dalam memanfaatkan sumberdaya pertanian dilakukan secara optimal dan sesuai dengan
daya dukung sehingga kelestariannya dapat tetap terjaga. Oleh karena itu dalam
pengembangan budidaya tanaman memanfaatkan teknologi ramah lingkungan seperti
pemanfatan pupuk organik dan pestisida nabati, penerapan sistem pertanian konservasi
pada wilayah perkebunan terutama pada lahan kritis, gambut, DAS hulu, pemanfaatan
limbah usaha perkebunan, penerapan pembukaan lahan tanpa bakar dan lain-lain.
Adapun perumusan rekomendasi Perubahan RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014 – 2019
dapat dilihat pada table berikut :
Tabel ….
Perumusan rekomendasi Perubahan RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014 – 2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 51
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 52
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tabel ….Perumusan rekomendasi Perubahan RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014 – 2019
NoRumusan Program
PembangunanPengaruh Program
Rumusan Mitigasi / Adaptasi dan / atau Alternatif KLHSRenstraSKPD(Ya /
Tidak)
RekomendasiMitigasi / Adaptasi Alternatif
1 ProgramPeningkatanKetahananPangan Pertanian/Perkebunan (Kebun sagu diKab Inhil danKab Meranti
Menurunnyakeanekaragaman hayatidan kinerja layanan jasaekosistem
Memperhatikan dayadukung dan dayatampung lingkungan
Memperhatikan strukturdan pola ruang yang sudahdan sedangdirencanakan
Tidak memanfaatkankawasan hidrologisgambut dengan fungsilindung
Mengembangkan PaymentEnvironmental Services(PES) yaitu jasalingkungan
Rekayasa sosial denganoptimalisasi partisipasimasyarakat
Pengawasan danpenegakan hukumlingkungan
Memperhatikan tatakelola hidrologis (misalnyadengan sekat kanal)
Memanfaatkanrekayasa teknologiramah lingkungan,khususnya diekosistem gambut
Intensifikasi padalahan danperkebunan yangsudah ada
Ya Memperhatikan dayadukung dan dayatampung lingkungan
Memperhatikan struktur dan polaruang yang sudah dansedang direncanakan
Tidak memanfaatkankawasan hidrologisgambut dengan fungsilindung
Mengembangkan PaymentEnvironmental Services (PES)yaitu jasa lingkungan
Rekayasa social dengan optimalisasi partisipasi masyarakat
Pengawasan dan penegakanhokum lingkungan
Memperhatikan tata kelolahidrologis (misalnya dengansekat kanal)
Memanfaatkan rekayasa teknologiramah lingkungan,khususnya diekosistem gambut
Intensifikasi pada lahan danperkebunan yang sudah ada
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 53
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Peningkatan intensitasdan wilayah bencanaserta kerentananterhadap perubahaniklim
Memperhatikan daya dukungdan daya tampung lingkungan
Memperhatikan struktur danpola ruang yang sudah dansedang direncanakan
Menghindari daerah rawanbencana
Melakukan kajian kerentanandan adaptasi perubahan iklimProvinsi Riau
Peningkatan kapasitasadaptasi terhadap bencana
Memperhatikan tata kelolahidrologis (misalnya dengansekat kanal)
Pengawasan dan penegakanhokum lingkungan
Intensifikasi pada lahan danperkebunan yang sudah ada
Memperhatikan daya dukung dandaya tampung lingkungan
Memperhatikan struktur dan polaruang yang sudah dan sedangdirencanakan
Menghindari daerah rawanbencana
Melakukan kajian kerentanan danadaptasi perubahan iklim ProvinsiRiau
Peningkatan kapasitas adaptasiterhadap bencana
Memperhatikan tata kelolahidrologis (misalnya dengansekat kanal)
Pengawasan dan penegakanhokum lingkungan
Intensifikasi pada lahan danperkebunan yang sudah ada
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 54
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
2 Program PeningkatanProduksi Pertanian/Perkebunan(Penumbuhan danPengembangantanaman padi diKab. Bengkalis,Kab. Siak, Kab.Pelalawan, Kab.ROHIL,Kab. Kep.Meranti, Kab.ROHUL,Kab. INHU,Kab. Kampar,Penumbuhan danpengembangan tan.Kacang kacangan danumbi umbian, KotaDumai, kab.Pelalawan, KotaPekanbaru, Kab.ROHUL,
Penumbuhan danPengembanganKawasan Buah buahandan Tan. Hias Kota
Menurunnyakeanekaragaman hayatidan kinerja layanan jasaekosistem
Memperhatikan daya dukungdan daya tampung lingkungan
Memperhatikan struktur danpola ruang yang sudah dansedang direncanakan
Meminimalkan penggunaankawasan hutan
Tidak memanfaatkan kawasanhidrologis gambut denganfungsi lindung
Mengembangkan PaymentEnvironmental Services (PES)yaitu jasa lingkungan
Rekayasa sosial denganoptimalisasi partisipasimasyarakat
Melakukan pendampinganpenyuluhan dalampengelolaan lahan
Pengawasan danpenegakan hukumlingkungan
Memanfaatkan rekayasa teknologiramah lingkungan, khususnya diekosistem gambut
Intensifikasi pada lahan eksisting
Ya Memperhatikan daya dukung dandaya tampung lingkungan
Memperhatikan struktur dan polaruang yang sudah dansedang direncanakan
Meminimalkan penggunaankawasan hutan
Tidak memanfaatkan kawasanhidrologis gambut dengan fungsilindung
Mengembangkan PaymentEnvironmental Services (PES)yaitu jasa lingkungan
Rekayasa social denganoptimalisasi partisipasi masyarakat
Melakukan pendampinganpenyuluhan dalam pengelolaanlahan
Pengawasan dan penegakanhokum lingkungan
Memanfaatkan rekayasa teknologiramah lingkungan, khususnya diekosistem gambut •Intensifikasipada lahan eksisting
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 55
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dumai, Kab. Siak, Kab.Kep. Meranti, KotaPekanbaru, Kab.ROHUL, Kab. INHU,Kab. Kampar,
Penumbuhan danPengembanganKawasan Jagung kab.Pelalawan,
Peremajaan KebunKaret Rakyat Kab.Kep. Meranti, Kab.ROHUL, kab. INHU,Kab. Kampar.
Peningkatan intensitasdan wilayah bencanaserta kerentananterhadap perubahaniklim
Memperhatikan daya dukungdan daya tampung lingkungan
Memperhatikan struktur danpola ruang yang sudah dansedang direncanakan
Menghindari daerah rawanbencana
Melakukan kajian kerentanandan adaptasi perubahan iklimProvinsi Riau
Peningkatan kapasitasadaptasi terhadap bencana
Melakukan pendampinganpenyuluhan dalampengelolaan lahan
Pengawasan dan penegakanhokum lingkungan
Intensifikasi pada lahan eksisting Memperhatikan daya dukung dandaya tampung lingkungan
Memperhatikan struktur dan polaruang yang sudah dan sedangdirencanakan
Menghindari daerah rawanbencana
Melakukan kajian kerentanan danadaptasi perubahan iklim ProvinsiRiau
Peningkatan kapasitas adaptasiterhadap bencana
Melakukan pendampinganpenyuluhan dalam pengelolaanlahan
Pengawasan dan penegakanhokum lingkungan
Intensifikasi pada lahan eksisting
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 56
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
3.5. Penentuan Isu-Isu Strategis
Sebuah isu dikategorikan isu strategis apabila merupakan suatu kekuatan, kelemahan,
peluang atau hambatan yang memiliki pengaruh signifikan terhadap pencapaian sasaran
pembangunan, berdampak luas terhadap daerah dan masyarakat, serta memiliki daya ungkit
signifikan terhadap pembangunan daerah. Isu tentang tanaman pangan,hortikultura dan
perkebunan meliputi luas lahan, irigasi/rawa/sumber daya air, pemberdayaan masyarakat
dan pangan alternatif. Isu-isu strategis pengembangan kawasan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau telah diidentifikasi melalui studi lapangan dan
koordinasi dengan dinas terkait di 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Isu-isu strategis
tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa aspek: Aspek Lingkungan; Aspek Teknis;
Aspek Prasarana dan Sarana; Aspek Pemasaran; Aspek Sumberdaya Manusia, serta;
Aspek Pembiayaan dan Peluang Investasi sebagai berikut :
1. Isu-isu strategis pada aspek lingkungan yang ditemui dalam pengembangan kawasan
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau adalah perubahan iklim
global dan tingginya alih fungsi lahan.
2. Isu-isu strategis pada aspek teknis budidaya yang ditemui dalam pengembangan
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau adalah defisit produksi
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, lambannya peningkatan produkvitas
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, masih tingginya tingkat susut hasil, serta
masih rendahnya penguasaan teknologi dan tidak berkembangnya industri hilir.
3. Isu-isu strategis pada aspek sarana dan prasarana yang ditemui dalam pengembangan
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau adalah rendahnya
ketersediaan sarana produksi, belum optimalnya penggunaan alat dan mesin pertanian,
kurang memadainya akses jalan ke lahan komoditas unggulan, belum memadainya
ketersediaan sumberdaya air, belum optimalnya sarana/fasilitas pengolahan produk
pertanian, terbatasnya media informasi pertanian, serta terbatasnya prasarana
pemasaran produk pertanian.
4. Isu strategis terkait pemasaran adalah terbatasnya jangkauan pemasaran produk
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, minimnya informasi pasar dan akses
pasar bagi petani, terbatasnya pelaku pemasaran dalam rantai pemasaran produk
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, belum maksimalnya kualitas produk
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 57
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, serta berkembangnya produk olahan dan
usaha pasca panen tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.
5. Isu strategis terkait aspek sumberdaya manusia diantaranya rendahnya minat usahatani
generasi muda, masih rendahnya kualitas SDM petani, perlu ditingkatkannya kualitas
sumberdaya manusia aparatur pertanian.
6. Isu strategis terkait pembiayaan, diantaranya minimnya akses petani terhadap lembaga
pembiayaan komersial dan tingginya peluang investasi di bidang pertanian.
Strategi pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau
disusun dengan mempertimbangkan isu-isu strategis yang disebutkan diatas. Isu-isu
strategis ini menjadi tugas dan fungsi Perangkat Daerah untuk diselesaikan dalam kurun
waktu perencanaan dan tercermin dalam prioritas program. Telah disusun 5 strategi
pengembangan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan untuk menjawab isu-isu
strategis yaitu :
1 Peningkatan produksi, ketersediaan dan pemanfaatan lahan pertanian
2 Peningkatan prasarana dan sarana pertanian
3 Penguatan jaringan pasar produk pertanian
4 Penguatan dan peningkatan kapasitas kelembagaan serta SDM pertanian
5 Pengembangan dan penguatan pembiayaan pertanian.
Selanjutnya 5 strategi tersebut diimplementasikan lebih lanjut dalam bentuk program dan
kegiatan sesuai dengan nomenklatur dari Kementrian Pertanian yang disandingkan dengan
nomenklatur program dan kegiatan dari Kementrian Dalam Negeri.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan ProvinsiRiau | 58
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB IIIPERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS PERANGKAT DAERAH
Pada Bab ini berisikan tentang isu-isu strategis yang diperoleh dari identifikasi permasalahan berdasarkan
tugas dan fungsi Dinas Tanaman Pagan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau, telaahan terhadap
visi, misi dan program Kepala Daerah Wakil Kepala Daerah terpilih, dan telaahan terhadap Renstra
Kementerian/Lembaga serta telaahan Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup
Strategis.
3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan Dinas Tanaman Pangan
Hortikultura dan Perkebunan
Identifikasi permasalahan-permasalahan yang mempengaruhi pelayanan Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi diperlukan dalam rangka pembangunan pertanian di Provinsi
Riau 3 (Tiga) tahun kedepan. Berdasarkan hasil analisis dari aspek gambaran pelayanan, maka
dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :
Aspek Teknis
1) Luas Tanam dan Luas Panen yang semakin menurun
Dalam periode Renstra Tahun 2014 - 2019 pertumbuhan luas tanam dan luas panen
komoditas Tanaman Pangan terutama padi semakin menurun. Untuk komoditas padi sawah
dan padi ladang luas panen dan produksinya menurun dari tahun 2014 sampai dengan tahun
2017 . Hal yang sama terjadi pada semua komoditas tanaman pangan, yaitu kedelai, jagung, ubi
kayu, ubi jalar, kacang tanah dan kacang hijau
Penurunan luas tanam dan luas panen ini terutama disebabkan karena alih fungsi lahan dari
tanaman pangan ke non tanaman pangan (perkebunan dan perikanan) dan bahkan ke non
pertanian (jalan, perumahan dan pertokoan, dll ) setiap tahun semakin meningkat, terbatasnya
jaringan irigasi karena rusak menyebabkan pada musim kemarau ketersediaan air tidak ada dan
pada musim penghujan terjadi kebanjiran . Sementara itu sub sektor perkebunan juga tidak jauh
berbeda. Luas areal dan produksi tanaman kelapa sawit dan kelapa di Provinsi Riau adalah yang
terluas di Indonesia. Pada tahun 2015, areal kelapa sawit Provinsi Riau 2,42 juta hektar mencakup
21,42% dari total luas kelapa sawit Indonesia 11,3 juta hektar. Sedangkan pada tanaman karet,
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |26
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
areal tanaman karet Provinsi Riau tahun 2015 seluas 501.787 hektar berada ditempat kedua di
Sumatera setelah Sumatera Selatan. Namun beberapa periode hanya kelapa sawit pertumbuhan
meningkat sedangkan tanaman komoditi perkebunan lainya seperti kelapa, karet, pinang, kopi,
kakao, sagu terus mengalami penurunan akibat tanaman tua, alih komoditi dan alih fungsi lahan.
2) Rendahnya produktivitas tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Produktivitas tanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai serta tanaman hortikultura dan
perkebunan di Provinsi Riau masih belum mencapai produktivitas optimal. Dari tahun 2014 sampai
tahun 2017 produktivitas tanaman padi berkisar 3,96 s/d 4,17 ton/ha/th. Produktivitas ini masih
jauh di bawah produktivitas padi nasional yang saat ini sudah mencapai 5,34 ton/ha/th.
Pada subsektor perkebunan produktivitasnya juga masih rendah, yaitu rata-rata sekitar 18 ton TBS
per hektar per tahun atau 3,5 Ton CPO per hektar per tahun, masih di bawah standar yang
diharapkan sesuai teoritisnya yaitu 25 ton TBS per hektar per tahun 5-6 ton CPO per hektar per
tahun. Hal tersebut disebabkan karena beberapa hal terkait dengan aspek budidaya, yaitu
penggunaan benih/bibit yang tidak unggul dan bermutu, cara penanaman yang belum sesuai
teknologi dan pemeliharaan tanaman yang belum intensif, serta belum adanya teknologi yang e fektif
jika terjadi anomali iklim. Permasalahan rendahnya produktivitas kebun kelapa sawit rakyat sebagai
akibat penggunaan bibit yang tidak unggul dan pemeliharaan tanaman yang tidak standar serta
tanaman yang sudah tua/rusak penting diatasi secara cepat dan berkelanjutan. Begitu juga dengan
permasalahan produktivitas kebun kelapa sebagai akibat semakin luasnya tanaman kelapa
tua/rusak dan kerusakan kebun kelapa akibat intrusi air laut perlu segera diatasi. Pada tanaman
karet permasalahan rendahnya produktivitas sebagai akibat semakin luasnya tanaman karet
tua/rusak sehingga perlu untuk menanam kembali dengan tanaman karet unggul dan pemeliharaan
yang sesuai standar. Menempatkan pengembangan perkebunan kelapa dan karet sebagai isu
strategis Provinsi Riau akan dapat mengembalikan kejayaan kelapa dan karet sebagai sumber
perekonomian masyarakat di Provinsi Riau.
3) Kondisi Sarana dan prasarana belum memadai
Kondisi sarana dan prasarana pertanian juga masih jauh dari yang diharapkan, baik Alsintan
maupun sarana pengairan dan jalan usahatani. Kondisi alat pengolahan tanah (traktor roda 2)
pada Tahun 2015 terdapat sebanyak 2.096 unit, dimana yang dapat digunakan hanya 1.773
unit atau hanya mampu melayani pengolahan lahan seluas 44.325 ha, kondisi yang sama
juga terjadi pada alsintan lainnya, seperti power thresher, sabit bergerigi dan sebagainya. KondisiDinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |
27
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
jaringan irigasi juga masih jauh dari yang diharapkan, disamping itu ketersediaan air irigasi pada
musim kemarau masih jauh dari harapan.
Pada sektor perkebunan, untuk peningkatan produksi sarana dan prasara yang dibutuhkan antara
lain jalan produksi, alat pengolah tanah, alat pemeliharaan tanaman, alat pengendali hama dan
penyakit. Sementara sarana dan prasarana yang diperlukan dalam rangka peningkatan nilai tambah
antara lain alat panen dan alat pengolahan hasil. Sarana dan prasarana yang dimiliki petani saat ini
masih sangat kurang, sementara kemampuan petani untuk mengadakan secara swadaya masih
belum mampu sepenuhnya.
4) Penerapan teknologi pertanian masih rendah
Penguasaan teknologi baik teknologi budidaya maupun panen dan pasca panen juga masih
rendah, secara keseluruhan baru sekitar 60 % dari anjuran yang diterapkan. Penggunaan benih
bermutu, pola dan jarak tanam, pengendalian hama penyakit serta pemupukan juga masih rendah.
5) Industri hilir pertanian dan pemasarannya masih terbatas
Kondisi Industri hilir pertanian masih sangat terbatas, padahal sebagaimana kita ketahui bahwa
nilai tambah pada produk olahan ini sangatlah besar. Permasalahan lain adalah masih sulitnya
petani dalam memasarkan produk-produknya. Di beberapa daerah sudah banyak tumbuh kawasan
sentra produksi, seperti pada komoditas sayuran, namun petani dihadapkan kepada persoalan
sulitnya pemasaran dan bahkan ada dari hasil petani yang tidak dapat dipasarkan atau tidak laku
dijual. Upaya pemasaran sayur ekspor secara teknis budidaya tidak ada masalah lagi, namun
pelaksanaan ekspor sayur ke Singapura belum berjalan sebagaimana yang diharapkan. Beberapa
komoditi buah-buahan juga mengalami hal sulitnya pemasaran terutama pada saat musim besar.
Penyebab utamanya adalah kalah bersaing dengan produk buah impor.
Pertumbuhan sektor industri pengolahan hasil perkebunan di Provinsi Riau lambat dan Provinsi Riau
hanya memproduksi serta mengekspor hasil perkebunan yang bernilai tambah rendah. Hal ini dapat
ditunjukkan dari ekpor minyak sawit dalam bentuk CPO, kelapa dalam bentuk kopra, serta karet
dalam bentuk karet kering dan SIR. Apabila bahan baku hasil perkebunan yang tersedia dalam
jumlah besar ini diolah menjadi produk yang bernilai tambah tinggi oleh sektor industri maka diyakini
ekonomi Provinsi Riau akan semakin berkembang.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |28
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
6) Masih tingginya tingkat susut hasil
Susut hasil pada komoditas pertanian baik karena adanya gangguan serangan hama dan
penyakit maupun saat panen dan pasca panen masih cukup tinggi. Pada Tahun 2015 serangan
OPT pada tanaman padi tercatat seluas 6.335,84 ha dengan 20 jenis OPT. Pada tanaman jagung
luas serangan komplek OPT (14 jenis OPT) seluas 586,43 ha dan kedele seluas 265,5 ha dengan 12
jenis OPT
7) Masih perlunya pendampingan dalam merubah sikap, perilaku dan keterampilan petani
Melalui pendampingan oleh penyuluh pertanian masyarakat tani baik sebagai pelaku utama maupun
pelaku usaha dibekali dengan ilmu pengetahuan, keterampilan, pengenalan paket teknologi dan
inovasi baru agar mereka tahu, mampu dan mau menerapkan informasi anjuran yang disampaikan
oleh penyuluh pertanian. Sesuai dengan dasar-dasar penyuluhan pertanian bahwa penyuluhan
pertanian itu adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau
dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar , teknologi,
permodalan dan sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktifitas, efisiensi
usaha, pendapatan dan kesejahteraan petani serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan hidup.
Aspek Sosial Masyarakat
1) Ketahanan pangan masyarakat masih lemah
Definisi ketahanan pangan yang dikemukakan oleh FAO dalam konferensi pangan dunia Tahun
1996 adalah “ketahanan pangan baru terjadi ketika semua orang, setiap saat, memiliki akses fisik
dan ekonomis pada pangan yang cukup, aman dan bergizi untuk memenuhi kebutuhan makanan
dan seleranya dalam rangka kehidupan yang sehat dan aktif “.
Sebagaimana kita ketahui bahwa sebaran daerah produksi pangan di Provinsi Riau tidaklah
merata dan tidak semua masyarakat menghasilkan pangan untuk keluarganya dan belum semua
masyarakat memiliki pendapatan yang cukup untuk mampu mengakses pangan bagi keluarganya.
Dari data dapat diketahui rasio produksi beras terhadap konsumsi penduduk Riau baru mencapai
0.51 atau 51 %, Belum lagi ditinjau dari aspek distribusi, dimana masih ditemui adanya wilayah yang
sulit di akses pada saat tertentu, seperti musim hujan atau banjir, musim kemarau panjang dan
sebagainya, sehingga ada sebagian dari masyarakat Provinsi Riau yang rentan dari sisi ketahanan
pangan.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |29
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
2) Akses petani terhadap permodalan masih terbatas
Lemahnya permodalan masih merupakan kendala yang dihadapi petani dalam memulai atau
mengembangkan usahanya sehingga harus meminjam ke pihak lain. Sulitnya mengakses
permodalan kepada perbankan atau lembaga keuangan resmi lainnya menyebabkan petani mencari
pinjaman modal kepada para pemilik modal dengan sistem ijon sehingga petani tidak leluasa menjual
hasil panennya.
Meskipun Pemerintah telah menyediakan kredit melalui skim kredit Program Kredit Pengembangan
Energi Nabati dan Revitalisasi Perkebunan (KPEN-RE), Kredit Ketahanan Pangan dan Energi (KKP-
E), Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan kredit komersial lainnya, namun fasilitas kredit tersebut pada
kenyataannya masih sulit diakses oleh petani. Hal ini disebabkan, antara lain:
a. Petani belum dapat memenuhi persyaratan administrasi perbankan;
b. Resiko agribisnis yang cukup tinggi;
b. Belum tersedianya lembaga keuangan dan perbankan yang khusus bergerak dibidang tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan;
c. Belum tersedianya lembaga penjamin resiko usaha tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan.
3) Budaya/ kebiasaan masyarakat
Teknologi budidaya sebenarnya sudah berkembang pesat, namun penerapan ditingkat masyarakat/
petani belum sebagaimana yang diharapkan. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhinya
adalah budaya atau kebiasaan masyarakat. Budaya/kebiasaan ini mulai dari pengolahan
lahan, penanaman dan pemiliharaan, juga dalam hal waktu penanaman.
4) Pendapatan Petani Masih Rendah
Kesejahteraan petani merupakan sasaran akhir yang akan dicapai dari pembangunan pertanian. Hal
ini didasarkan fakta bahwa petani merupan pelaku utama dalam pembangunan pertanian, sudah
seharusnya mendapatkan hak yang sepadan dengan waktu, tenaga dan pikiran yang telah
dicurahkan untuk bekerja di bidang pertanian. Berbagai kebijakan, program dan kegiatan yang
dilaksanakan dalam membagun pertanian merupakan sarana atau instrumen bagi para pengambil
kebijakan di bidang pertanian dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |30
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Upaya peningkatan pendapatan tidak selalu secara otomatis diikuti dengan peningkatan
kesejahteraan petani. Unsur penting yang berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan petani adalah
tingkat pendapatan petani dan nilai pengeluaran yang harus dibelanjakan keluarga petani serta
faktor-faktor non-finansial seperti faktor sosial budaya.
Besarnya pendapatan yang diperoleh dari suatu kegiatan usaha tani tergantung dari beberapa faktor
yang mempengaruhinya seperti luas lahan, tingkat produksi dan efisiensi penggunaan tenaga kerja.
Nilai pendapatan petani dapat bersumber dari usaha pertanian dan usaha non pertanian. Nilai
pendapatan yang bersumber dari usaha pertanian akan diperoleh dari selisih nilai penjualan
komoditas usaha tani yang dihasilkan dengan biaya usaha tani yang dikeluarkan. Nilai penjualan hasil
usaha tani akan ditentukan oleh volume produksi yang dihasilkan serta harga jual. Pada tingkat harga
yang sama (konstan), maka semakin besar volume produksi yang dihasilkan makin besar pula nilai
penjualan usaha tani. Namun untuk meningkatkan volume produksi tersebut tentunya terkait dengan
produktivitas dan juga luas kepemilikan lahan petani. Untuk peningkatan produktivitas tentunya
terkait lagi dengan penerapan teknologi. Dalam hal kepemilikan lahan, sebagian besar petani
memiliki lahan yang sempit, atau biasa disebut petani gurem. Dengan lahan yang sempit tersebut
tentunya volume produksi juga rendah.
Aspek Sumberdaya Manusia
1) Kapasitas dan Profesionalisme SDM aparatur belum memadai
Aparatur Negara merupakan unsur utama sumberdaya manusia yang mempunyai peranan yang
menentukan keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan. Untuk
dapat membentuk sosok aparatur pemerintah yang baik, dalam rangka untuk meningkatkan kinerja
pegawai, maka salah satu upaya yang dilakukan adalah melalui pelaksanaan pendidikan dan
pelatihan (diklat). Diklat adalah suatu kaharusan dari suatu organisasi birokrasi dan merupakan
bagian dari upaya pengembangan sumberdaya manusia sekaligus sebagai salah satu solusi untuk
memecahkan masalah yang terjadi dalam suatu organisasi .
Sampai saat ini patut diakui bahwa SDM aparatur dituntut memiliki kapasitas yang memadai dan
bahkan dituntut bekerja profesional sesuai dengan perkembangan zaman yang serba maju
dengan penuh dengan penerapan teknologi dalam pelaksanaann tugas pelayanan terhadap
masyarakat. Sementara kondisi yang ada, adalah bahwa kemampuan dan cara kerja aparatur belum
sebagaimana yang diharapkan, baik dari sisi ilmu teknis maupun dari sisi penguasaan teknologi
yang semakin berkembang.Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |
31
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Dalam penempatan para pejabat pada jabatan struktural juga masih ditemui penempatan yang
belum megacu kepada aspek “the right man in the right place“ terutama ditinjau dari sisi latar
belakang pendidikan atau pengalaman bekerja selama ini.
2 ) Belum kuatnya sistem penyuluhan
Sistem penyuluham pertanian dibangun oleh subsistem sumberdaya personil, subsistem
kelembagaan, subsistem sarana dan subsistem metode penyuluhan. Disadari bahwa pada saat ini
sistem penyuluhan belum kuat, sehingga belum mampu secara optimal untuk melakukan
pemberdayaan petani dan kelembagaan petani. Faktor penyebab belum kuatnya sistem penyuluhan
adalah keterbatasan penyuluh baik dari segi jumlah maupun kompetensi, kelembagaan penyuluhan
yang belum mandiri dan inovatif, kurangnya sarana serta metode yang belum sesuai dengan
perkembangan sosial ekonomi masyarakat petani.
3) Kapasitas SDM petani masih rendah
Petani merupakan SDM penting dalam pembangunan pertanian sehingga dengan demikian
kemampuan SDM petani akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau capaian hasil
pembangunan. Petani tanaman pangan secara umum didominasi oleh kaum tua dan dari kaum ibu-
ibu, juga dengan pendidikan formal yang sangat rendah, hal ini membuat sulitnya dalam
transformasi teknologi. Masih rendahnya SDM pertanian ± 80% yang berusaha tani tamat SD
ke bawah. Sebagai akibat dari hal tersebut adalah bahwa petani lebih banyak diposisikan sebagai
objek pembangunan ketimbang petani sebagai pelaksana pembangunan. Sehubungan dengan hal
tersebut maka kedepan peningkatan kapasitas petani sebagai unsur penting dalam pelaksanaan
pembangunan pertanian.
Aspek Geografi dan Demografi
1) Perubahan iklim global
Pemanasan global dan tingkat pencemaran lingkungan berdampak terhadap aktivitas dan kehidupan
manusia. Perubahan pola hujan ( el-Nino dan La-nina), sirkulasi angin, kenaikan muka air laut,
rusaknya terumbu karang merupakan wujud dari pada perubahan iklim. Demikian juga dengan
tingkat pencemaran lingkungan yang harus diwaspadai. Karena itu perlu dilakukan upaya-upaya
pencegahan dan adaptasi dari pemanasan global tersebut. Akhir-akhir ini Provinsi Riau diterpa
bencana kabut asap sebagai akibat kebakaran hutan dan lahan terutama lahan gambut. Dalam
jangka panjang kabut asap bukan saja berpengaruh terhadap kesehatan manusia, namun juga
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |32
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
akan menggangu terhadap pertumbuhan tanaman dan pada akhirnya akan mempengaruhi
proses fotosintesa dan tentunya akan menurunkan produksi tanaman.
2) Tingginya Pertumbuhan penduduk
Laju pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau termasuk pada kategori yang tertingggi di Indonesia,
meskipun Provinsi Riau berhasil dalam pelaksanaan program Keluarga Berencana (KB) yang
ditunjukkan dengan rata-rata jumlah penduduk per-rumah tanggga sebanyak 4 jiwa, tetapi laju
pertumbuhan penduduk tetap tinggi. Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk di Provinsi Riau
lebih disebabkan oleh tingginya migrasi dari luar provinsi yang datang dengan berbagai alasan
dan tujuan, antara lain migrasi karena bencana alam yang berasal dari Aceh, Sumatera Barat dan
Sumatera Utara
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau jumlah Penduduk Riau Tahun 2016
berjumlah 6.460.971 jiwa dan tahun Tahun 2015 berjumlah 6.344.402 jiwa. Selama periode
2015 – 2016, pertumbuhan penduduk Provinsi Riau meningkat sebesar 2,17 %, jauh lebih tinggi
dari pertumbuhan alami yang hanya 1,5% per Tahun.
Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi ini memberikan dampak negatif seperti semakin
meningkatnya penduduk miskin, jumlah pengangguran, penyerobotan hutan dan lahan dan
berbagai permasalahan sosial, budaya, ekonomi, politik dan lainnya.
3) Sebagian besar daerah sentra produksi padi rawan banjir dan kekeringan
Sebagaimana kita maklumi bahwa areal persawahan di beberapa kabupaten tersebar mengikuti
aliran sungai baik sungai besar maupun sungai kecil, hanya sebagaian kecil yang tidak berada di
daerah bantaran sungai, sehingga hal ini menjadikan sebagian besar areal persawahan di
Provinsi Riau sebagai daerah yang rawan banjir.
Kondisi sebaliknya juga terjadi pada musim kemarau, dimana sebagian besar areal persawahan
merupakan sawah tadah hujan, sehingga selalu kekeringan. Pada sawah irigasi pun bila musim
kemarau, air irigasi tidak mampu mensuplai kebutuhan air pada tanaman. Kedepan perlu adanya
terobosan untuk penyelesaian masalah ini, antara lain dengan pengembangan sistem pompanisasi.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |33
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Aspek Kebijakan Pemerintah dari Sektor Lain
Sedikitnya ada 2 (dua) kebijakan yang dikeluarkan oleh Pemerintah Pusat yang diinisiasi oleh
Kementerian dan/atau Lembaga Non Kementerian di luar Kementerian Pertanian yang berpotensi
menghambat pembangunan dan investasi di bidang pertanian, khususnya perkebunan.
1) Intruksi Presiden tentang Penundaan Izin Baru.
Pemerintah telah menerbitkan Inpres No. 10 Tahun 2011, Inpres No. 6 Tahun 2013, Inpres No. 8
Tahun 2015 dan yang terakhir Inpres Republik Indonesia No. 6 Tahun 2017 tanggal 17 Juli 2017
tentang Penundaan dan Penyempurnaan Tata Kelola Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer
dan Lahan Gambut. Peraturan ini diterbitkan dalam rangka menyelesaikan berbagai upaya
penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut yang tengah berlangsung,
untuk penurunan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan. Kementerian LHK dalam
melaksanakan Instruksi Presiden tersebut telah menerbitkan Surat Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. SK. 351/MENLHK-SETJEN/PLA.1/7/2017 pada tanggal
31 Juli 2017 tentang "Penetapan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan
Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan Areal
Penggunaan Lain (Revisi XII). Dengan terbitnya Surat Keputusan ini, maka kepada Gubernur
dan Bupati/ Walikota dalam menerbitkan rekomendasi dan penerbitan izin lokasi baru, wajib
berpedoman pada lampiran PIPPIB Revisi XII ini.
Keterkaitannya dengan masalah ini bahwa untuk perizinan baru dimoratorium atau diberhentikan
sementara. Sebagaimana diketahui bahwa perizinan perkebunan saat ini arealnya adalah berasal
dari Areal Penggunaan Lain (APL) dan/atau berasal dari kawasan hutan produksi yang dapat
dikonversi (HPK). Oleh karena adanya Inpres tersebut, maka belum diperkenankan adanya izin
baru di bidang perkebunan pada areal gambut, sampai dengan 16 Juli 2019. Hal ini diyakini
mengurangi investasi yang akan masuk di bidang perkebunan.
2) Peraturan Pemerintah tentang Pengelolaan Gambut.
Telah dikeluarkan kebijakan berupa Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 71 Tahun 2014
Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut, yang telah diperbaharu menjadi
Peraturan Pemerintah Nomor 57 tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
71 Tahun 2014 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Ekosistem Gambut.
Dalam PP 57/2016 jo PP 71/2014, disebutkan, perlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut
mempunyai pengertian sebagai upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikanDinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |
34
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
fungsi ekosistem gambut dan mencegah terjadinya kerusakan ekosistem gambut yang meliputi
perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Pada kenyataanya, terdapat beberapa substansi pengaturan yang dinilai kurang tepat, sulit atau
bahkan tidak mungkin untuk diimplemantasikan, dan tidak berbasis ilmlah. PP tersebut berpotensi
menimbulkan permasalahan ke depan dan berdampak besar bagi pelaku usaha perkebunan, hutan
tanaman, dan bahkan pertanian rakyat di lahan gambut. Substansi pengaturan yang dinilai
berpotensi menimbulkan multi-interpretasi di lapangan dan menimbulkan konsekuensi hukum bagi
pelaku usaha dan siapapun yang melakukan kegiatan budidaya di lahan gambut, adalah
permasalahan masih didominasi aturan-aturan kontroversial seperti pembatasan muka air 0,4 m (40
cm). Batasan ini merupakan ancaman serius karena aturan tersebut tidak bisa diaplikasikan di
lapangan. Tanaman perkebunan tidak dapat tumbuh dengan muka air 40 cm. Dampaknya usaha
pertanian dan perkebunan masyarakat serta perusahaan sudah pasti mati karena tidak mungkin
mengikuti aturan tersebut.
Pemerintah seharusnya melindungi kepentingan masyarakat dan dunia usaha dengan kebijakan-
kebijakan yang pro rakyat (pro-people) dan pro pertumbuhan (pro-growth), mudah dan bisa
diaplikasikan serta mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun kenyataannya berbeda, karena PP
tersebut justru berpotensi mematikan semua kegiatan masyarakat dan pelaku usaha di sektor
pertanian, perkebunan dan hutan tanaman. PP 57/2016 jo PP 71/2014, belum dapat menjadi
instrumen yang mendorong pelaku usaha di Sektor Pertanian, perkebunan dan kehutanan
mendukung pengelolaan lahan gambut secara lestari. Namun justru berpotensi mematikan
pendapatan masyarakat serta menurunkan daya saing industri unggulan di Indonesia. PP tersebut
tidak boleh dipaksakan implementasinya karena dampak sosialnya akan jauh lebih berat dibandingan
dengan dampak lingkungannya.
Berikut ini disajikan Tabel 6 (Tabel T.B.35) Pemetaan Permasalahan untuk Penentuan Prioritas dan Sasaran
Pembangunan Daerah Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau :
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |35
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB IVTUJUAN DAN SASARAN
Visi pembangunan Provinsi Riau yaitu “Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera,
berbudaya melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya lapangan kerja,
serta Pemantapan Aparatur “, visi tersebut merupakan cita-cita untuk mewujudkan Provinsi Riau yang
mempunyai pemerintah dan masyarakat yang tangguh, unggul, menerapkan nilai-nilai budaya melayu, dan
memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang, sarana prasarana yang baik, berkualitas dan
berteknologi tinggi, masyarakatnya makmur, tersedianya lapangan pekerjaan, terhapusnya kemiskinan
dan profesionalisme aparatur.
Dalam rangka mewujudkan visi Kepala Daerah (KDH) dan Wakil Kepala Daerah Wakil KDH) terpilih yang
dituangkan ke dalam Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) yang merupakan dokumen
pembangunan daerah 5 lima) tahunan dan sesuai dengan tugas dan fungsinya, Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan akan mendukung terlaksananya Misi ke 7 (tujuh)
4.1 TUJUAN DAN SASARAN JANGKA MENENGAH OPDSesuai dengan tugas pokok dan fungsi maka tujuan dan sasaran Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau yang dijadikan Indikator Kinerja Utama (IKU) sebagai
berikut :
Tujuan
Berdasarkan Visi dan Misi pembangunan Provinsi Riau serta tugas pokok dan fungsi maka
tujuan Dinas Tanaman Pangan, Hortikulutra dan Perkebunan Provinsi Riau adalah
meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan pendapatan petani tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan.
Sasaran
Dengan mengacu tujuan maka sasaran Dinas Tanaman Pangan, Hortikulutra dan Perkebunan
Provinsi Riau adalah
1. Terwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
2. Terwujudnya peningkatan fasilitasi nilai tambah Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan
Dalam rangka mewujudkan visi melalui misi yang telah ditetapkan sebagaimana yang telah diuraikan,
maka perlu adanya kerangka yang jelas pada setiap misi menyangkut tujuan dan sasaran yang akan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |56
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
dicapai. Maka tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Tanaman Pangan , Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau dapat dilihat pada Tabel 10 (T.IV.C.24) berikut :
Tabel 10 (T.IV.C.24)Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Provinsi Riau Tahun 2017 – 2019
Untuk mencapai tujuan dan sasaran ditetapkan indikator kinerja sasaran dengan Formulasi
perhitungan sebagai berikut :
1. Terwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Jumlah produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Formulasi perhitungan : Jumlah produksi Komoditas Utama Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan tahun berkenaan
2. Terwujudnya peningkatan fasilitasi nilai tambah Tanaman Pangan, Hortikultura dan PerkebunanDinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |
57
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOTORSASARAN
TARGET KINERJA SASARAN(TAHUN)
2017 2018 2019
NON URUSAN
1 Meningkatkanpendapatanpetani tanamanpangan,hortikultura danperkebunan
TerwujudnyapeningkatanproduksiTanamanPangan,Hortikultura danPerkebunan
Jumlah produksiKomoditas UtamaTanaman Pangan,Hortikultura danPerkebunan- Padi (Ton GKG) 373,537 375.000 400,046
- jagung (ton) 33,173 35.000 40,957
- kedelai (ton) 1,192 1.500 2.000
- jeruk (ton) 10,375 10,500 10,686
- Durian (ton) 69,193 70.000 71,269
- Nenas (ton) 94,129 95,953 96,953
- Manggis (ton) 3,861 3,977 4.000
- Cabai Merah (ton) 12,002 12,162 12,262
- Bawang Merah (ton)
302 305 311
- Sagu (ton) 326,755 333,093 343,093
- Kelapa Sawit (ton) 7,762,159 7.950,267 8,150,267
- Kelapa (ton) 416,212 427,023 437,023
- Karet (ton) 363,734 371,921 381,950
Terwujudnyapeningkatanfasillitasi nilaitambahTanamanPangan,Hortikultura danPerkebunan
Persentasefasilitasipeningkatan nilaitambah TanamanPangan,Hortikultura danPerkebunan
1,5 % 1,7 % 2 %
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Persentase peningkatan fasilitasi nilai tambah Komoditas Utama Tanaman Pangan, Hortikultura
dan Perkebunan
Formulasi perhitungan : Jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi pertanian /
perkebunan (kelompok), ditambah Jumlah kelompok yang mendapatkan akses pemasaran
(kelompok), ditambah jumlah kelompok tani yang mendapat pembinaan dan jumlah promosi
yang dilaksanakan dibagi jumlah kelompok tani (SIMLUHTAN) dikali 100 (seratus)
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |58
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tabel 12 ( Tabel TC.26)
Tujuan, Sasaran, Kebijakan dan Strategi Pembangunan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
VISI :Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera, berbudaya melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianyalapangan kerja, serta Pemantapan Aparatur
MISI 1 :Memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan1. Meningkatkan produksi pertanian/
perkebunanTerwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Peningkatan produksi yangberkelanjutan dan optimalisasipemanfaatan sumberdaya lahan
Memberikan bantuan peremajaan,perluasan, intensifikasi dandiversifikasi
Melaksanakan pembinaan danpenyediaan perbenihan.
Memfasilitasi penangananperlindungan tanaman(pengendalian OPT, pembinaanpetani dan petugas pengamathama)
Penyediaan dan pengembanganinfrastruktur, sarana prasarana(bantuan penyediaan pupuk,pestisida; alat dan mesin)
Rehabilitasi jalan usaha tani dannormalisasi saluran drainase
Memfasilitasi akses pembiayaanusaha tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 65
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
2. Meningkatkan pemasaran hasilproduksi pertanian/perkebunan
Terwujudnya peningkatan pemasaranhasil produksi Tanaman Pangan,Hortikultura dan Perkebunan
Peningkatkan nilai tambah produkdan akses informasi pasar yangberdaya saing dan berkelanjutan.
Pengembangan unit pengolahanproduk.
Mendorong terwujudnya klasterindustri hilir
Meningkatkan intensitas promosiproduk tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan
Memperkuat jaringan pemasaranhasil olahan.
Meningkatkan mutu hasil produkmelalui pembinaan petani danpelaku usaha agribisnis.
3. Meningkatnya penerapanteknologi pertanian/ perkebunan
Terwujudnya peningkatan penerapantanaman pangan, hortikultura danperkebunan
Peningkatan penerapan teknologitanaman pangan, hortikultura danperkebunan
Meningkatkan adopsi teknologipada tingkat petani denganpenyediaan alat dan mesin
Meningkatkan nilai tambah, ataulebih efisien dalam melakukanusaha
4. Meningkatnya kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan kelembagaan petani
Meningkatnya pembinaan kelompok tani
Peningkatan pengembangansumberdaya manusia dankelembagaan tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan
Meningkatkan kemampuan,ketrampilan, pengetahuan dankemandirian petani sertapetugas/aparatur melalui pelatihan
Memperkuat pemberdayaankelembagaan petani baik ekonomi(koperasi) maupun sosial(asosiasi)
5. Meningkatkan ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman penghasil bahan pangan.
Meningkatnya produksi komoditiperkebunan penghasil pangan
Peningkatan produksi tanamanperkebunan penghasil pangan
Mengembangkan komoditiperkebunan sebagai sumberbahan pangan.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 66
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
6. Meningkatkan pemberdayaan penyuluhan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
Meningkatnya pemberdayaanpenyuluhan tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan
Meningkatkan penyuluh tanamanpangan, hortikultura dan perkebunanyang maju dan berkelanjutan
Meningkatkan kemampuansumberdaya manusia penyuluhmelalui peyelenggaraanpenyuluhan yang maju danberkelanjutan;
Mendorong dan memfasilitasikelembagaan penyuluhankabupaten/Kota, Kelembagaanpelaku utama, pelaku usaha danlembaga swadaya masyarakat
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau | 67
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB VSTRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
Dalam mengimplementasikan visi, misi diperlukan strategi dan arah kebijakan yang merupakan langkah-
langkah untuk merumuskan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun 2014 - 2019 akan menjadi pedoman bagi penyusunan
Rencana Strategis (RENSTRA) Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau untuk
itu sesuai dengan Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Riau Tahun
2014 - 2019 adalah: “Terwujudnya Provinsi Riau yang maju, masyarakat sejahtera, berbudaya
melayu dan berdaya saing tinggi, menurunnya kemiskinan, tersedianya lapangan kerja, serta
Pemantapan Aparatur”, maka ditetapkan Misi Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Riau
Tahun 2014 - 2019, sebagai berikut:
1. Meningkatkan pembangunan infrasturktur2. Meningkatkan mutu pendidikan3. Meningkatkan pelayanan kesehatan4. Memberantas kemiskinan5. Mewujudkan pemerintah yang handal dan terpecaya serta pemantapan kehidupan politik6. Pembangunan masyarakat yang berdaya melayu, beriman dan bertaqwa7. Memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan8. Meningkatkan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup serta pariwisata9. Meningkatkan peran swasta dalam pembangunan
Dari 9 Misi RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014-2019 (Revisi) , Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau terutama untuk mendukung pencapaian misi ke-7, yaitu memperkuat
pembangunan pertanian dan perkebunan. Tujuan misi ke-7 dari Kepala Daerah dan Wakil Kepala
Daerah terpilih ini adalah sebagai berikut:
1. Mewujudkan ketersediaan, keterjangkauan, dan pemenuhan konsumsi pangan yang cukup, aman,
bermutu dan bergizi seimbang;2. Meningkatkan nilai tambah produksi pertanian dan perkebunan;3. Meningkatkan kesejahteraan petani;
Sedangkan sasaran yang ingin dicapai dari misi ke-7 ini adalah:
1. Optimalisasi lahan dan diversifikasi;2. Meningkatnya jumlah industri olahan produk pertanian dan perkebunan;
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |59
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
3. Meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP).
Sasaran pembangunan pertanian Provinsi Riau 2014-2019 adalah:
Arah kebijakan pembangunan tahun pertama (2014) untuk kebijakan pembangunan pertanian di
Provinsi Riau adalah untuk memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan adalah:
Meningkatkan ketersediaan dan keaneragaman pangan yang berkualitas; Meningkatkan daya saing
sektor pertanian dan perkebunan; Meningkatkan Nilai Tukar Petani; Menguatkan sistem dan data
informasi pertanian dan perkebunan
Arah kebijakan dalam memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan tahun ke dua (2015)
adalah: Meningkatkan ketersediaan dan keaneragaman pangan yang berkualitas; Meningkatkan daya
saing sektor pertanian dan perkebunan; Meningkatkan Nilai Tukar Petani; Menguatkan sistem dan
data informasi pertanian dan perkebunan.
Arah kebijakan dalam memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan tahun ke tiga (2016)
adalah: Meningkatkan ketersediaan dan keaneragaman pangan yang berkualitas; Meningkatkan daya
saing sektor pertanian dan perkebunan; Meningkatkan Nilai Tukar Petani; Menguatkan sistem dan
data informasi pertanian dan perkebunan.
Arah kebijakan dalam memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan tahun ke empat (2017)
adalah: Meningkatkan ketersediaan dan keaneragaman pangan yang berkualitas; Meningkatkan daya
saing sektor pertanian dan perkebunan; Meningkatkan Nilai Tukar Petani; Menguatkan sistem dan
data informasi pertanian dan perkebunan.
Arah kebijakan dalam memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan tahun ke lima (2018)
adalah: Meningkatkan ketersediaan dan keaneragaman pangan yang berkualitas; Meningkatkan daya
saing sektor pertanian dan perkebunan; Meningkatkan Nilai Tukar Petani; Menguatkan sistem dan
data informasi pertanian dan perkebunan.
Arah kebijakan dalam memperkuat pembangunan pertanian dan perkebunan transisi (2019) adalah:
Meningkatkan ketersediaan dan keaneragaman pangan yang berkualitas; Meningkatkan daya saing
sektor pertanian dan perkebunan; Meningkatkan Nilai Tukar Petani; Menguatkan sistem dan data
informasi pertanian dan perkebunan
Pada Tabel 11 berikut diuraikan keterkaitan Tujuan, Sasaran, Strategi , Arah Kebijakan dan Program
Pembangunan Misi ke-7.
Tabel 11
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |60
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Tujuan, Sasaran, Strategi , Arah Kebijakan dan Program Pembangunan Misi ke-7 RPJMD.
Misi ke-7 RPJMD : Memperkuat Pembangunan Pertanian dan Perkebunan
No Tujuan Sasaran Strategi Arah KebijakanProgram
PembangunanDaerah
7.1
Memperkuat pembangunan Pertanian dan Perkebunan
Meningkatnya kontribusi sector pertanian (tanaman pangan,hortikultura dan perkebunan)
1. Peningkatanketersediaankeanekaragamanpangan yangberkualitas
2. Peningkatanintensitaspenggunaan lahandan teknologi input
3. Peningkatan NilaiTukar Petani
4. Penguatan systemdan data informasipertanian danperkebunan
5. Peningkatan peranswasta danasosiasi dalampeningkatankualitas danproduktivitaspertanian danperkebunan
6. Peningkatankualitaspembangunanjaringan irigasi /rawa, drainase,turap, tebing sungaidan pantai
1. Meningkatkanketersediaankeanekaragamanpangan yangberkualitas
2. Meningkatkandaya saing sectorpertanian danperkebunan
3. MeningkatkanNilai Tukar Petani
4. Menguatkansystem dan datainformasipertanian danperkebunan
5. Mendorong peranswasta danasosiasi dalampeningkatankualitas danproduktivitaspertanian danperkebunan
6. Meningkatkankualitaspembangunanjaringan irigasi /rawa, drainase,turap, tebingsungai dan pantai
1. Program peningkatan ketahanan pangan
2. Program peningkatan penerapan teknologi pertanian / perkebunan
3. Peningkatan kesejahteraan petani
4. Program pemberdayaan Penyuluhan Pertanian / Perkebunan Lapangan
5. Program peningkatan pemasaran hasil pertanian / perkebunan
6. Program peningkatan produksi pertanian/ perkebunan
5.1 STRATEGIDalam menentukan strategi dilakukan dengan evaluasi faktor-faktor lingkungan strategi yang
mempengaruhi dengan menggunakan metode SWOT (kekuatan/strengths, kelemahan/weakness,
peluang/opportunities, dan tantangan/threats). Berdasarkan analisis SWOT dan pembobotan faktor-
faktor internal dan eksternal maka dirumuskan strategi sebagai berikut :1. Pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan serta optimalisasi pemanfaatan sumber daya lahan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |61
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Strategi diarahkan pada upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan produksi tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan, yaitu penerapan teknologi budidaya yang baik, optimasi
pemanfaatan sumberdaya lahan (intensifikasi, ekstensifikasi, rehabilitasi, diversifikasi),
penyediaan benih unggul bermutu, penanganan perlindungan tanaman dan gangguan usaha ,
pembinaan, menyediakan dan memperbaiki infrastruktur (jalan produksi, jaringan tata air) pada
sentra produksi komoditas pertanian / perkebunan, penyediaan sarana produksi (pupuk dan
pestisida).
2. Peningkatkan nilai tambah produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dan
akses terhadap informasi pasar yang berdaya saing dan berkelanjutan.Dalam rangka meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekspor produk tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan berkelanjutan, maka strategi difokuskan pada pengembangan unit
pengolahan produk, mendorong terwujudnya klaster industri hilir, meningkatkan intensitas promosi
produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan, memperkuat jaringan pemasaran hasil
olahan , meningkatkan mutu hasil produk melalui pembinaan pengolahan mutu produk petani dan
pelaku usaha agribisnis. 3. Fasilitasi dan pemanfaatan teknologi untuk peningkatan penerapan teknologi tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan berwawasan lingkungan Strategi untuk meningkatkan penerapan teknologi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
(alat-alat pertanian, benih unggul, teknik budidaya dan lain-lain) adalah dengan meningkatkan
adopsi teknologi pada tingkat petani dan penyediaan alat dan mesin pertanian, agar dapat
memberikan hasil yang lebih baik dan lebih banyak, meningkatkan nilai tambah, atau lebih efisien
dalam melakukan usaha.
4. Peningkatan kesejahteraan petaniDalam rangka meningkatkan kesejahteraan petani diperlukan sistem dan usaha agribisnis yang
bertumpu kepada kemampuan dan kemandirian pelaku usaha serta meningkatkan kemampuan
dan kemandirian kelembagaan agribisnis tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dalam
memanfaatkan peluang usaha yang ada. Strategi yang akan ditempuh meliputi :a. Meningkatkan kemampuan, ketrampilan, pengetahuan dan kemandirian petani serta
petugas/aparatur melalui pelatihanb. Memperkuat pemberdayaan kelembagaan petani baik ekonomi (koperasi) maupun sosial
(asosiasi)
5. Peningkatan ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman penghasil bahan pangan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |62
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi terpenuhinya kebutuhan pangan bagi rumah tangga
yang tercermin dari tersedianya pangan secara cukup, baik dari jumlah maupun mutunya. Untuk
mendukung ketersediaan pangan yang berasal dari perkebunan, maka strateginya adalah
mengembangkan komoditi perkebunan sebagai sumber bahan pangan yaitu salah satunya
dengan melakukan pengembangan tanaman sagu
6. Peningkatan penyuluh tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang maju dan
berkelanjutan
Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia penyuluh melalui penyelenggaraan penyuluhan
yang maju dan berkelanjutan; mendorong dan memfasilitasi kelembagaan penyuluhan
kabupaten/Kota, kelembagaan pelaku utama, pelaku usaha dan lembaga swadaya masyarakat
5.2 ARAH KEBIJAKAN Dengan memperhatikan arah kebijakan nasional dan pembangunan tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan serta kebijakan pembangunan di Provinsi Riau, maka dirumuskan arah kebijakan
yang akan menjadi kerangka pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan periode
2017-2019 adalah:1. Kebijakan Umum : - Mewujudkan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan yang berkelanjutan dengan
cara memanfaatkan sumberdaya lahan secara optimal.- Memperkuat tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan dengan cara meningkatkan daya
saing, nilai tambah, produktivitas dan mutu produk , meningkatkan kualitas SDM serta akses
ke sentra-sentra produksi.- Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik, mengoptimalkan pelayanan publik dan
partisipasi masyarakat
2. Kebijakan Teknis : - Meningkatkan produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan berkelanjutan dengan:
memberikan bantuan peremajaan, perluasan, intensifikasi dan diversifikasi; melaksanakan
pembinaan dan penyediaan perbenihan; memfasilitasi penanganan perlindungan tanaman
(pengendalian OPT, pembinaan petani dan petugas pengamat hama); penyediaan dan
pengembangan infrastruktur, sarana prasarana (bantuan penyediaan pupuk, pestisida; alat dan
mesin ; rehabilitasi jalan usaha tani dan normalisasi saluran drainase; memfasilitasi akses
pembiayaan usaha tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan)
- Meningkatkan nilai tambah, daya saing, industri hilir, pemasaran dan ekspor hasil tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan dengan: membantu penyediaan unit pengolahan;
mendorong, merekomendasi dan memfasilitasi perusahaan yang berinvestasi; memfasilitasi
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |63
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
promosi produk tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan; mengembangkan pelayanan
informasi pasar; melaksanakan pembinaan/standarisasi mutu produk.- Meningkatkan penerapan teknologi melalui adopsi teknologi kepada petani- Meningkatkan kesejahteraan petani dengan pengembangan SDM tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan melalui pelatihan petani serta memfasilitasi pembentukan dan
pembinaan kelompok tani (kelembagaan petani).- Mendukung ketahanan pangan dengan pengembangan tanaman perkebunan sumber bahan
pangan.- Meningkatkan peran penyuluh tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan melalui
pengembangan SDM penyuluh agar dapat mewujudkan penyuluh yang maju dan berkelanjutan
dengan mendorong dan memfasilitasi kelembagaan penyuluhan kabupaten/Kota,
Kelembagaan pelaku utama, pelaku usaha dan lembaga swadaya masyarakat.
Selengkapnya tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan diuraikan pada Tabel 12 (T.IV.C.26)
berikut :
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |64
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB VIRENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN SERTA PENDANAAN
Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Dinas Tanaman Pangan, Hortikulutra dan Perkebunan Provinsi
Riau maka tujuan utama program pembangunan tanaman pangan, hortikul tura dan perkebunan adalah
meningkatkan kesejahteraan petani melalui peningkatan pendapatan petani tanaman pangan, hortikultura
dan perkebunan.
Untuk mencapai tujuan dan sasaran DinasTanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau
maka disusun program , kegiatan, indikator sasaran serta pendanaan indikatif periode tahun 2017 –2019
sebagai berikut :
6.1 PROGRAM Dalam rangka mewujudkan visi dan misi Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan dan
sesuai hasil analisa terhadap potensi, permasalahan, peluang dan tantangan dalam pembangunan
tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di Provinsi Riau serta memperhatikan RPJPD dan
RPJMD Provinsi Riau, maka ditetapkan rencana program dan kegiatan pembangunan tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017 – 2019 adalah sebagai berikut:
a. Program Utama:1. Program Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian / Perkebunan3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian / Perkebunan4. Program Peningkatan Kesejahteraan Pertanian5. Program Peningkatan Ketahanan Pangan pertanian/perkebunan6. Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian / Perkebunan Lapangan
b. Program Pendukung:Untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan pelayanan organisasi, maka ditetapkan program
sebagai berikut :1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |68
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan
6.2 KEGIATANSebagai penjabaran dari program dan disesuaikan dengan tugas dan fungsi DinasTanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau, maka implementasi dari program tersebut berupa
kegiatan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan sebagai berikut:I. PROGRAM UTAMA (URUSAN)
1. Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan dilaksanakan melalui kegiatan : Monitoring, evaluasi dan pelaporan Peremajaan kebun karet rakyat Peremajaan kebun kelapa rakyat Diversifikasi tanaman kakao pada perkebunan rakyat Penyediaan bibit kelapa sawit, karet dan kakao Pembinaan usaha perkebunan Penerbitan izin usaha perkebunan Pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) perkebunan Sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SL-PHT) perkebunan Pemantauan dan pengendalian kebakaran lahan dan kebun Pembinaan petugas hama penyakit dan cadangan pestisida untuk penanganan darurat Pengolahan dan pemutakhiran data statistik serta penyusunan profil perkebunan Rehabilitasi jalan produksi Normalisasi saluran drainase pada areal perkebunan rakyat Penumbuhan dan pengembangan kawasan produksi padi Penumbuhan dan pengembangan kawasan produksi jagung Penumbuhan dan pengembangan kawasan produksi aneka kacang dan umbi-umbian Penumbuhan dan pengembangan kawasan produksi buah-buahan dan tanaman hias Penumbuhan dan pengembangan kawasan produksi sayur-sayuran dan obat – obatan Peningkatan kapasitas brigade proteksi tanaman, cadangan pestisida dan pembinaan
kelembagaan perlindungan tanaman pangan dan hortikultura Pembinaan, pengawasan, monitoring serta pengendalian serangan hama dan penyakit
TPH Pengawasan dan sertifikasi benih tanaman pangan dan hortikultura Pengembangan dan perbaikan jaringan irigasi tanaman pangan dan hortikultura Perluasan areal dan pengelolaan lahan tanaman pangan dan hortikultura Penyusunan data base potensi produksi tanaman pangan dan hortikultura Pembangunan water management di kawasan perkebunan Intensifikasi tanaman perkebunan Penyediaan alat mekanisasi perkebunan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |69
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Pengembangan komoditas potensial perkebunan Pengujian dan pengawasan pupuk, pestisida dan hama penyakit tanaman pangan dan
hortikultura Pembinaan dan pemantauan pupuk dan pestisida tanaman pangan, hortikultura dan
perkebunan Pembinaan penangkar benih dan sosialisasi bibit unggul palsu Koordinasi pembangunan perkebunan antara Provinsi Riau dengan Kabupaten/Kota Inventarisasi dan identifikasi potensi lahan pengembangan perkebunan melalui
pemanfaatan GIS Penyebaran informasi pertanian dan peternakan
2. Program Peningkatan Pemasaran Hasil Produksi Pertanian/Perkebunan dilaksanakan melalui
kegiatan : Pemasaran dan promosi hasil produksi tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan Pembinaan dan fasilitasi sarana pengolahan hasil pertanian dan perkebunan Penyediaan alat pengolahan hasil perkebunan Pembinaan sistem pembiayaan, manajemen usaha dan kemitraan usaha Pembinaan dan fasilitasi usaha pengolahan produk perkebunan Pembinaan pasca panen produk perkebunan Pembinaan mutu hasil produk perkebunan Fasilitasi sarana dan prasarana kelembagaan Pasar Fasilitasi sarana pengolahan hasil Fasilitasi sarana pengolahan hasil tanaman pangan Fasilitasi sarana pengolahan hasil hortikultura Pemasaran dan Promosi Hasil Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Promosi Produk Perkebunan
3. Program Peningkatan Penerapan Teknologi Pertanian/Perkebunan dilaksanakan melalui: Demfarm pengembangan komoditi lada/pemeliharaan Demfarm pengendalian kebakaran lahan dan kebun Pengawasan peredaran dan sertifikasi benih perkebunan Pembinaan dan pengadaan alat pasca panen tanaman pangan Peningkatan sarana dan prasarana UPT Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan
dan Hortikultura Peningkatan sarana dan prasarana UPT Pembenihan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan Pengadaan sarana dan prasarana alat mesin pertanian serta pembinaan kelembagaan UPJA
Tanaman Pangan dan Hortikultura
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |70
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Pemeliharaan kultivar dan pengujian benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Pengembangan perbenihan tanaman pangan Pengembangan perbenihan tanaman hortikultura Peningkatan sarana dan prasarana UPT Mekanisasi Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Peningkatan sarana dan prasarana UPT Pelatihan Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Peningkatan sarana dan prasarana UPT Balai Pelatihan Penyuluhan Pertanian Peningkatan sarana dan prasarana UPT Benih Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Pengadaan sarana dan prasarana UPT Proteksi Tanaman Perkebunan, Tanaman Pangan dan
Hortikultura Rekayasa teknologi mekanisasi pertanian Pemeliharaan kebun koleksi tanaman perkebunan Penyediaan sarana pengolahan hasil hortikultura Penyediaan agensia pengendali hayati untuk pengendalian OPT perkebunan Pengembangan Pusat Inkubator Agribisnis (PIA) pertanian Peningkatan sarana dan prasarana UPT Benih TPH, BBI dan labor kultur jaringan Rekayasa teknologi mekanisasi alsintan tanaman pangan dan hortikultura Pembangunan kebun koleksi tanaman perkebunan Pengembangan kawasan BBI hortikultura
4. Program Peningkatan Kesejahteraan Pertanian dilaksanakan melalui kegiatan : Peningkatan SDM Petani, Petugas dan Pelaku Agribisnis tanaman pangan dan hortikultura Pemberdayaan Masyarakat pertanian tanaman pangan dan hortikultura provinsi Riau Pembinaan kelembagaan mekanisasi tanaman pangan dan hortikultura Pembinaan kelembagaan diklat Pelatihan petani dan aparatur tanaman pangan, hortiultura dan perkebunan Pembinaan dan pengawalan program pembiayaan usaha perkebunan untuk program
peremajaan Pengawalan pengembalian kredit petani Pengembangan inkubator usaha tani Pembinaan kelembagaan petani perkebunan Penilaian kelompok tani perkebunan
5. Program Peningkatan Ketahanan Pangan Pertanian/Perkebunan dilaksanakan melalui : Pembangunan kebun sagu rakyat
6. Program Pemberdayaan Penyuluhan Pertanian/Perkebunan Lapangan dilaksanakan melalui :
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |71
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Mimbar sarasehan KTNA se Provinsi Riau Penilaian tenaga penyuluh pertanian Penyusunan program penyuluhan tingkat provinsi Penyelenggaraan denfarm padi sawah Rapat koordinasi antara provinsi , kab / kota dan pusat Pelatihan teknis teknologi perkebunan bagi penyuluh pertanian/perkebunan Bimtek penyusunan angka kredit bagi penyuluh pertanian, perikanan dan kehutanan se
Provinsi Riau Temu tugas penyuluh se Provinsi Riau Penyusunan dan penyebaran bahan informasi penyuluhan pertanian, perikanan dan
kehutanan Pelatihan teknis teknologi padi Pekan Nasional Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan penyuluh Pekan Daerah KTNA dan penyuluh swakarsa
II. PROGRAM PENDUKUNG ( NON URUSAN)Untuk memfasilitasi dan memberikan dukungan pelayanan organisasi, maka ditetapkan program
sebagai berikut :1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
Pelayanan jasa surat menyurat
Penyediaan jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik
Penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor
Penyediaan jasa pemeliharaan dan perizinan kendaraan dinas / operasional
Penyediaan jasa kebersihan kantor
Penyediaan jasa administrasi keuangan
Penyediaan jasa perbaikan peralatan kerja
Penyediaan alat tulis kantor
Penyediaan barang cetakan dan penggandaan
Penyediaan komponen instalasi listrik/penerangan bangunan kantor
Penyediaan peralatan dan perlengkapan kantor
Penyediaan bahan bacaan dan peraturan perundang-undangan
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |72
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Penyediaan peralatan rumah tangga
Penyediaan makanana dan minuman
Rapat-rapat koordinasi dan konsultasi ke luar daerah
Penyediaan jasa keamanan kantor
Penyediaan jasa sosialisasi, informasi, publikasi dan kehumasan SKPD
Penyediaan administrasi kepegawaian
Honorium pegawai honorer / tidak tetap (K2)
2. Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
Pengadaan perlengkapan rumah jabatan/dinas
Pengadaan perlengkapan gedung/kantor
Pengadaan peralatan rumah jabatan/dinas
Pengadaan peralatan gedung/kantor
Pengadaan meubeleir
Pemeliharaan rutin/berkala rumah jabatan/dinas
Pemeliharaan rutin/berkala gedung/kantor
Pemeliharaan rutin/berkala mobil jabatan
Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan Dinas / operasional
Pemeliharaan rutin/berkala peralatan rumah jabatan/dinas
Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan rumah jabatan/dinas
Pemeliharaan rutin/berkala peralatan gedung kantor
Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung kantor
Penyediaan sarana kearsipan
3. Program Peningkatan Disiplin Aparatur
Pengadaan pakaian dinas beserta perlengkapannya
Pengadaan pakaian KORPRI
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |73
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Pangadaan pakaian batik
Pembinaan fisik dan mental aparatur
4. Program Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Aparatur
Pendidikan dan pelatihan formal
Sosialisasi peraturan perundang-undangan
Penilaian angka kredit pejabat fungsional
Pendidikan dan pelatihan non formal
5. Program Peningkatan Pengembangan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhitisar Realisasi Kinerja SKPD Penyusunan laporan keuangan semesteran Penyusunan pelaporan keuangan akhir tahun Penyusunan rencana kerja SKPD Rapat koordinasi pada setiap SKPD
6.3 INDIKATOR KINERJAUntuk mengukur keberhasilan pelaksanaan program dan kegiatan, maka perlu ditetapkan indikator
kinerja. Berdasarkan tujuan dan sasaran pembangunan Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan
Perkebunan Provinsi Riau 2017-2019, indikator kinerja program sesuai dengan sasaran yang akan
dicapai dapat dilihat pada tabel 13, sebagai berikut :
Tabel 13Indikator Kinerja Program Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan
NO TUJUAN SASARAN INDIKATOTORSASARAN
TARGET KINERJA SASARAN(TAHUN)
2017 2018 2019
NON URUSAN1
Meningkatkankelancaranpelayanan
Terwujudnyakelancaranpelayanan
Persentaselayananadministrasi
90 100 100
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |74
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
administrasiperkantoran
administrasiperkantoran
perkantoran yangbaik (%)
2
Meningkatnyakecukupan saranadan prasaranakerja aparaturyang sesuaidengan standartkerja
Terwujudnyakecukupansarana danprasarana kerjaaparatur yangsesuai denganstandart kerja
Persentasekecukupan saranadan prasaranakerja aparaturyang sesuaidengan standartkerja %)
88 100 100
3
Meningkatkankualitas dandisiplin aparatur
Terwujudnyapeningkatankualitas dandisiplin aparatur
Persentasemeningkatnyakualitas dandisiplin aparatur
96 100 100
4
Meningkatnyapengembangansystem pelaporandan capaiankinerja
TerwijudnyapeningkatanNilaiAkuntabilitasKinerja OPD
Nilai AkuntabilitasKinerja OPD
B BB BB
5
Meningkatnyakapasitas sumberdaya aparatur
Terwijudnyapeningkatankapasitassumber dayaaparatur
Persentasemeningkatnyakualitassumberdayaaparatur sipilnegara
93 100 100
URUSAN
1.
Meningkatkan produksi pertanian/perkebunan
Terwujudnya peningkatan produksi Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
Jumlah produksipertanian (ton) - Padi
(GKG/ha/th)504.551 526.151 578.766
- Buah-buahan(ton/th)
189.129 191.957 211.153
- Sayuran(ton/th)
24.517 26.704 29.374
Produktifitasproduksiperkebunan(ton/ha/th)- K. Sawit 3.762 3.765 3.768- Karet 1.130 1.135 1.137- Kelapa 1.187 1.191 1.196
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |75
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
2.
Meningkatkanpemasaran hasilproduksipertanian/perkebunan
Terwujudnyapeningkatanpemasaran hasilproduksiTanamanPangan,Hortikultura danPerkebunan
Jumlah kelompokyangmendapatkanakses pemasaran(kelompok)
30 40 44
Jumlah unit usahapengolahan hasilperkebunan (unit)
50 59 65
3.
Meningkatkanpenerapan teknologipertanian /Perkebunan
Terwujudnyapeningkatanpenerapantanaman pangan,hortikultura danperkebunan
Persentase petaniyang menerapkanteknologipertanian /perkebunan
62 62,5 63
Jumlah kelompoktani yangmenerapkanteknologipertanian /perkebunan(kelompok)
149 200 220
4.
Meningkatkan kesejahteraan petani melalui pengembangan SDM dan kelembagaan petani
Meningkatnya NTP tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan
NTP Pertanian 103,95 105,55 107,86NTP TanamanPangan 117 117 129
NTP Hortikultura 122 122 134Tingkatpendapatan petaniperkebunan(Rp/th)
30,88 32,42 34,03
5.
Meningkatkan ketahanan pangan melalui pengembangan tanaman perkebunan penghasil bahan pangan.
Meningkatnyaproduksi komoditiperkebunanpenghasil pangan
Jumlah produksikomoditiperkebunanpenghasil pangan(sagu) (ton)
340.632 345.741 351
6.
Meningkatkanpemberdayaanpenyuluhanpertanian/perkebunan
Meningkatnyakapasitaspenyuluhpertanian/perkebunan
Jumlah BP3K /UPTD / BPPberstatus madya
50 100 116
Jumlah kelompokberstatus madya 816 970 1.000
Untuk mencapai tujuan dan sasaran ditetapkan indikator kinerja sasaran dengan Formulasi
perhitungan sebagai berikut :
I. NON URUSAN
1. Persentase layanan administrasi perkantoran yang baik (%)
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |76
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Formulasi perhitungan : Persentase jumlah pelayanan administrasi yang terlaksana dengan
jumlah seluruh pelayanan administrasi
2. Persentase kecukupan sarana dan prasarana kerja aparatur yang sesuai dengan standart kerja
%)
Formulasi perhitungan : Persentase sarana prasarana kerja yang ada dengan kebutuhan
sarana prasarana yang sesuai dengan standar kerja
3. Persentase meningkatnya kualitas dan disiplin aparatur
Formulasi perhitungan : Persentase pegawai yang mendapat teguran/sanksi dengan jumlah
seluruh pegawai
4. Nilai Akuntabilitas Kinerja OPD
Formulasi perhitungan : Nilai Evaluasi Sistem Akuntabilitas Kinerja OPD
5. Persentase meningkatnya kualitas sumberdaya aparatur sipil negara
Formulasi perhitungan : Persentasi jumlah pegawai yang diusulkan diklat/pelatihan dengan
pegawai yang mengikuti diklat
II. URUSAN
1. Jumlah produksi pertanian (ton),
Formulasi perhitungan : Perkalian luas panen (ha) dengan produktivitas (ton/ha)
Produktifitas produksi perkebunan
Formulasi perhitungan : Perbandingan jumlah produksi komoditas perkebunan dalam satu
tahun (kg) dengan luas lahan produktif (TM) (ha)
2. Jumlah kelompok yang mendapatkan akses pemasaran (kelompok)
Formulasi perhitungan : Jumlah kelompok yang mendapatkan akses pemasaran (kelompok)
Jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan (unit)
Formulasi perhitungan : Jumlah unit usaha pengolahan hasil perkebunan (unit)
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |77
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
3. Persentase petani yang menerapkan teknologi pertanian / perkebunan (%)
Formulasi perhitungan : Jumlah bantuan alsintan yang telah diberikan dibagi dengan jumlah
kelompok tani (SIMLUHTAN) dikali seratus persen
Jumlah kelompok tani yang menerapkan teknologi pertanian / perkebunan (kelompok)
Formulasi perhitungan : Persentase petani yang menerapkan teknologi pertanian / perkebunan
dibagi persentase target dikali target kelompok
4. NTP Pertanian
Formulasi perhitungan : Data BPS
NTP Tanaman Pangan
Formulasi perhitungan : Data BPS
NTP Hortikultura
Formulasi perhitungan : Data BPS
Tingkat pendapatan petani perkebunan (Rp/th)
Formulasi perhitungan : Rata-rata harga komoditi perkebunan tahun berkenaan (kelapa
sawit/karet/kelapa) dikali jumlah produksi dibagi 12 (dua belas) bulan
5. Jumlah produksi komoditi perkebunan penghasil pangan (sagu) (ton)
Formulasi perhitungan : Jumlah produksi komoditi penghasil pangan (sagu) ton dalam tahun
berkenaan
6. Jumlah BP3K / UPTD/ BPP berstatus madya
Formulasi perhitungan : Jumlah BP3K / UPTD/ BPP berstatus madya di provinsi Riau
Jumlah kelompok berstatus madya
Formulasi perhitungan : Jumlah kelompok berstatus madya di provinsi Riau
6.4 PENDANAAN INDIKATIFFaktor pendukung keberhasilan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan di
Provinsi Riau adalah sumberdaya alam,sumber daya manusia, dan dukungan anggaran
pembangunan. Potensi sumber daya alam yang dimiliki oleh Provinsi Riau sangat mendukung
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |78
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
terhadap pengembangan pembangunan tanaman pangan, hortikultura dan Perkebunan. Akan
tetapi potensi tersebut akan memberikan dampak yang optimal apabila dikelola oleh sumber daya
manusia yang memiliki kompetensi yang baik. Untuk itu sangat diperlukan program dan kegiatan
yang mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pelaku pembangunan tanaman
pangan, hortikultura dan perkebunan. Pendanaan untuk mencapai sasaran tersebut berasal dari
APBD Provinsi Riau, dengan alokasi dana indikatif untuk belanja tidak langsung dan belanja
langsung selama periode 2017-2019 dapat dilihat pada Tabel 14 (T.IV.C.3.2) sebagai berikut :
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |79
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB VIIKINERJA PENYELENGGARAAN BIDANG URUSAN
Berdasarkan uraian di atas, maka indikator kinerja Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan
yang secara langsung menunjukkan kinerja yang akan dicapai dalam 5 (lima) tahun mendatang untuk
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran RPJMD Provinsi Riau diuraikan pada Tabel 15 (T.C.28)
sebagai berikut :
Tabel 15 (Tabel T.C.28)Indikator Kinerja Perangkat Daerah yang mengacu pada tujuan dan sasaran RPJMD
No Indikator
KondisiKinerjapd awalperiodeRPJMD(2014)
Target Capaian Setiap Tahun KondisiKinerja pd
akhirperide
RPJMD
Tahun1
(2015)
Tahun2
(2016)
Tahun3
(2017)
Tahun4
(2018)
Tahun5
(2019)
1 2 3 4 5 6 7 8 92.2.11
PertanianTnm Pangana. Luas Panen (ha)
- Padi sawah(ha)
85.062 105.357 103.720 102.082 100.445 98.808 98.808
- Padi ladang(ha)
20.975 23.541 23.613 23.685 23.757 23.829 23.829
- Jagung (ha) 12.057 13.878 13.449 13.021 12.592 13.251 13.251
b. Produksi- Padi sawah
(ton GKG)337.233 387.819 451.971 473.427 525.898 574.151 574.151
- Padi ladang(ton GKG)
48.242 52.436 52.580 52.724 52.868 54.632 54.632
- Jagung (ton) 28.651 24.697 30.933 30.026 29.120 30.565 30.565
c. Produktivitas- Padi sawah
(ton GKG/ha/t)3,96 3,68 4,01 4.05 4,06 4,12 4,12
- Padi ladang(ton GKG/ha/t)
2,30 2,23 2,31 2.29 2,30 2,31 2,31
- Jagung(ton/ha/th)
2,38 1,78 2,34 2.33 2,33 2,37 2,37
d. Produksi Beras(ton beras/th)
245.625 256.970 293.781 307.728 341.834 373.198 373.198
e. Produksi sayur-sayuran (ton /th)
171.189 152.315 189.129 191.957 211.153 219.020 219.020
f. Produksi buah-buahn (ton /th)
224.749 223.797 193.306 193.401 193.497 193.593 193.593
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |81
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
2.2.3 Perkebunan
1 a. Luas Panen (ha)- Kelapa Sawit
(ha)2.399.172 2.424.544 2.424.544 2.424.544 2.424.544 2.424.544 2.424.544
- Kelapa (ha) 520.260 515.167 512.347 509.800 507.253 504.706 504.706- Karet (ha) 505.264 501.787 499.842 498.104 496.365 494.627 494.627
b. Produksi- Kelapa Sawit
(ton CPO)7.570.854 7.841.947 7.923.608 7.972.386 8.017.641 8.096.315 8.096.315
- Kelapa (tonkopra)
427.079 421.465 417.784 414.977 412.169 409.362 409.362
- Karet (tonKKK)
354.257 374.900 386.115 396.437 406.758 417.080 417.080
c. Produktivitas- Kelapa Sawit
(kg/ha/th)3.857 3.752 3.268 3.762 3.765 3.768 3.768
- Kelapa(kg/ha/th)
1.203 1.291 815 1.130 1.135 1.137 1.137
- Karet (kg/ha/th) 1.100 1.122 772 1.187 1.191 1.196 1.196
Nilai Tukar Petani 95 95,03 102,23 103,95 105,55 107,86 107,86a. Tnm Pangan 116,01 107,27 112,73 116,96 121,00 126,00 126,00b. Hortikultura 120,36 96,05 97,59 98,83 99,81 100,98 100,98c. Perkebunan 91,64 89,92 90,10 93,77 96,11 100,67 100,67
Sumber : RPJMD Provinsi Riau Tahun 2014 – 2019 (Revisi)
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |82
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
BAB VIIIPENUTUP
Rencana Strategis Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau tahun 2017 –
2019 merupakan aplikasi dari semangat dan tekad kinerja yang mengacu pada visi dan misi Gubernur
Provinsi Riau yang tertuang dalam RPJMD Perubahan Provinsi Riau dan tujuan dan sasaran
pembangunan tanaman pangan hortikultura dan perkebunan yang mendukung pembangunan ekonomi
di Provinsi Riau.
Rencana strategis yang telah disusun ini merupakan pedoman bagi Sekretariat, Bidang dan Unit
Pelaksana Teknis (UPT) lingkup Dinas Tanaman Pangan, Hortikutura dan Perkebunan Provinsi Riau
dalam menyusun rencana kerja, rencana anggaran yang dibutuhkan sebagai pendukung terlaksananya
Renstra tahun 2017 – 2019. Selanjutnya merupakan pedoman pula bagi Kabupaten/Kota dalam
menyusun Rencana Strategis masing–masing daerah. Keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan
seperti yang tertuang dalam Renstra ini tentunya tidak lepas dari peran serta seluruh stakeholder dengan
mempertimbangkan optimalisasi potensi sumber daya serta karakteristik permasalahan yang
dihadapi di lapangan.
Dalam pelaksanaan renstra ini perlu diperhatikan kaidah–kaidah sebagai berikut:
1) Bidang, Bagian, Seksi dan UPT serta Dinas Pertanian/Perkebunan Kabupaten/Kota termasuk
dunia usaha dapat melaksanakan program, dan kegiatan pokok yang tertuang dalam Renstra Dinas
Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau Tahun 2017–2019 dan mampu
memfasilitasinya kepada seluruh masyarakat dengan sebaik–baiknya.
2) Bidang, Bagian, Seksi dan UPT berkewajiban untuk menyusun rencana kerja sesuai dengan
tugas pokoknya, sehingga dapat dijabarkan dalam bentuk program, kegiatan pokok dan rencana
anggaran tahunan dan petunjuk pelaksanaan di setiap kegiatan yang pelaksanaan di setiap kegiatan
telah disepakati pada awal tahun.
3) Setiap awal tahun, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau akan
menyusun Rencana Kerja (RENJA) dinas, dan pada akhir tahun harus menyusun pula laporan
tahunan dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) yang selanjutnya akan
dijadikan sebagai bahan laporan kepada Gubernur Riau.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |83
RENSTRA TAHUN 2017 - 2019
Keberhasilan pelaksanaan Renstra ini dapat direalisasikan bila ada kesepahaman dan komitmen bersama
untuk mewujudkan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Strategi, Kebijakan dan Program/Kegiatan yang telah
direncanakan tiga tahun kedepan melalui penajaman pada indikator sasaran, outcome, kegiatan dan
output dalam mewujudkan perencanaan
pembangunan tanaman pangan,
hortikultura dan perkebunan yang
berkualitas dan profesional
Akhirnya dengan dibuatnya Rencana
Strategis Dinas Tanaman Pangan,
Hortikultura dan Perkebunan ini
diharapkan pada tahun berikutnya dapat dijadikan pedoman yang sekaligus merupakan suatu acuan dan
komitmen yang lebih rinci bagi para pelaksananya.
Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Riau |84