ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
DISERTASI
ABORSI AKIBAT PERKOSAAN
DALAM PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN
OLEH
ASTUTIK, S.H., M.H.
N.I.M : 091070508
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
i
ABORSI AKIBAT PERKOSAAN
DALAM PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN
DISERTASI
Untuk memperoleh gelar Doktor dalam bidang studi Ilmu Hukum
Pada Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Airlangga
Dan dipertahankan dihadapan panitia ujian Doktor Terbuka
Pada Tanggal 15 Februari 2016
Oleh :
ASTUTIK, S.H., M.H.
NIM : 091070508
PROGRAM DOKTOR ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2016
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
ii
PROMOTOR DAN KO PROMOTOR
PROMOTOR : Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.
KO PROMOTOR : Dr. Sarwirini, S.H., M.S.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
iii
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
iv
Disertasi ini Telah Diuji Pada Ujian Doktor Tahap I (Tertutup) Pada
Tanggal 23 November 2015
PANITIA PENGUJI DISERTASI
Ketua : Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum.
Anggota : 1. Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.
2. Dr. Sarwirini, S.H., M.S.
3. Dr. Bambang Sugiri, S.H., M.S.
4. Prof. Dr. Eman, S.H., M.S.
5. Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H.
6. Prof. Dr. Drs. Abd. Shomad, S.H., M.H.
Ditetapkan dengan keputusan
Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga
Nomor 500/UN3.3/2015
Tanggal 23 November 2015
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
v
UCAPAN TERIMAKASIH
Dengan mengucap Puji Syukur Alhamdulillah ke hadirat Allah SWT atas ridho dan
rahmat yang dilimpahkanNya sehingga disertasi dengan judul “Aborsi Akibat Perkosaan
Dalam Perspektif Hukum Kesehatan ini ” dapat diselesaikan.
Dalam kesempatan ini, penulis mengucapan terima kasih dan penghargaan yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H,
selaku Promotor dan Ketua Program Doktor Ilmu Hukum Periode 2010-2015 atas kesediaan
dan kesabarannya dalam membimbing, mengarahkan dan memotivasi sampai selesainya
disertasi ini.
Penulis juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya
kepada yang terhormat, Dr. Sarwirini, S.H., MS., selaku Ko- Promotor dan Ketua
Departemen Hukum Pidana periode 2005-2015, yang di sela-sela kesibukannya berkenan
meluangkan waktu untuk membimbing, mengarahkan dan memotivasi sampai selesainya
disertasi ini.
Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya juga disampaikan pada :
1. Prof. Dr. Fasich, Apt, selaku Rektor Universitas Airlangga, Periode 2010-2015 yang
memberikan izin untuk menempuh pendidikan Program Doktor Ilmu Hukum di
Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
2. Prof. Dr. Mohammad Nasih, SE., MT., Ak., CMA., selaku Rektor baru Periode 2015-
2020 atas kesempatan yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi pada
Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
3. Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum
Universitas Airlangga, periode 2005-2015, yang telah memberikan izin penulis untuk
mengambil Program Doktor Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Airlanggga,
beserta para wakil Dekan yang telah memfasilitasi segala kebutuhan penulis selama
menempuh Program Doktor di Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya.
4. Prof. Dr. Eman, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga
periode 2015-2020, atas segala dorongan dan kesempatan untuk menyelesaikan studi
pada Program Doktor Ilmu Hukum fakultas Hukum Universitas Airlangga, beserta
para Wakil Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
vi
5. Prof. Dr. Sri Hajati, S.H., M.S., sebagai Koordinator Program Studi S3 Ilmu Hukum
Fakultas Hukum Universitas Airlangga Periode 2015-2020, atas dorongan, saran,
dan nasehat yang diberikan sehingga penulis bisa menyelesaikan studi pada Program
Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga.
6. Mantan Sekretaris Program Doktor Ilmu Hukum Dr. Sukardi, S.H., M.H., Iman
Prihandono, S.H., LLM, Ph.D., Fifi Junita, S.H., C.N., M.H., LLM., Ph.D dan
Sekretaris Program Doktor Ilmu Hukum yang baru Dr. Lina Hastuti, S.H.,M.H.,
beserta seluruh staf pengelola Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Airlangga yang telah membantu melayani segala kebutuhan penulis
selama studi.
7. Pemerintah Republik Indonesia yang telah memberikan bantuan Beasiswa Program
Pasca Sarjana (BPPS) melalui Kementrian Pendidikan Nasional kepada penulis
sehingga dapat mengikuti pendidikan pada Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas
Hukum, Universitas Airlangga, Surabaya.
8. Para Dosen Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Airlangga,
yaitu : Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., M.Si., Prof. Dr. Frans Limahelu, S.H.,
LLM., Prof. Dr. Peter Mahmud Marzuki, S.H., LLM., Nurul Barizah, S.H., LLM.,
Ph.D., atas semua ilmu yang telah dibagikan sehingga memberikan pemahaman baru
bagi penulis dalam mengembangkan Ilmu Hukum.
9. Para Dosen Mata Kuliah Pendidikan Keahlian dan Ketrampilan (MKPKK), : Dr.
Sarwirini, S.H., MS., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Dr. Aktieva Tri
Tjitrawati S.H., M.Hum, dan Dr. M. Hadi Subkhan, S.H., M.H. atas diskusi dan
masukan dalam rangka menambah ilmu hukum bagi penulis.
10. Para Dosen Mata Kuliah Penunjang Disertasi (MKPD), : Dr. Sarwirini, S.H., MS.,
Prof. Dr. Nyoman Sarikat Putra Jaya, S.H., MS., dan Prof. Dr. dr. Budi Santosa,
Sp.Obg, atas waktu dan kesempatan untuk berdiskusi dan memberikan masukan serta
tambahan pengetahuan yang berharga bagi penulis.
11. Penguji pada ujian Kualifikasi, : Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H.,
Dr. Sarwirini, S.H., MS., Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., Msi., Prof. Dr. Nur
Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Eman, S.H., MS., Prof. Dr. Agus Yudha
Hernoko, S.H., M.H., dan Dr. Sukardi, S.H., M.H.
12. Penguji pada ujian Proposal, : Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Dr.
Sarwirini, S.H., MS., Prof. Dr. Muchammad Zaidun, S.H., Msi., Prof. Dr. Eman S.H.,
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
vii
MS., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Arief Amrullah, S.H.,
M.H., dan Prof. Dr. Drs Abdus Shomad, S.H., M.H.
13. Penguji pada ujian kelayakan, : Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Dr.
Sarwirini, S.H., M.S., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Eman,
S.H., M.S., Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H., Prof. Dr. Drs. Abdus
Shomad, S.H., M.H., dan Dr. Sukardi, S.H., M.H.
14. Penguji pada ujian tertutup, : Prof. Dr. Didik Endro Purwoleksono, S.H., M.H., Dr.
Sarwirini, S.H., M.S., Prof. Dr. Nur Basuki Minarno, S.H., M.Hum., Prof. Dr. Eman,
S.H., M.S., Prof. Dr. Agus Yudha Hernoko, S.H., M.H., Prof. Dr. Drs. Abdus
Shomad, S.H., M.H., Dr. Bambang Sugiri, S.H., M.H.
15. Para kolega di Departemen Hukum Pidana Dr. Sarwirini, S.H., MS., Dr. Toetik
Rahayuningsih, S.H., M.Hum., Bambang Suheryadi, S.H., M.Hum., Sapta Aprilianto,
S.H., M.H., LL.M., Taufik Rahman, S.H., LL.M., Riza Alifianto Kurniawan, S.H.,
MTCP, Maradona, S.H., LL.M., Amira Paripurna, S.H., LL.M., Brahma Astagiri,
S.H., M.H., Iqbal Felisiano, S.H., LL.M., Prillian Cahyani, S.H., S.A.P., M.H.,LL.M
dan Agung Dian Syahputra, S.H., terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya
sehingga penulis dapat menyelesaikan disertasi ini.
16. Teman-teman Mahasiswa Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas
Airlangga angkatan Tahun 2010, antara lain, Bambang Suheryadi, S.H., M.Hum,
Enny Narwati, S.H., M.H., M.Sumedi, S.H., M.H., Radian Salman, S.H., LL.M, dan
teman-teman kelas Makasar yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, terima kasih
atas kebersamaan kita selama ini dan saling memberikan semangat selama
menempuh pendidikan pada Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Airlangga.
17. Yang terkasih kedua orang tua penulis, Bapak Poniman atas segala usaha, kasih
sayang dan doanya serta ibunda Srimah (Almh.), atas segenap doa, kasih sayang,
nasihat dan dukungan yang diberikan sehingga ananda bisa menyelesaikan disertasi
ini. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa ibunda dan memberikan
tempat yang Terpuji di sisiNya, Aamiin.
18. Secara khusus, kepada suamiku tercinta Andi Mulja, S.Pd., yang senantiasa
memberikan kasih sayang, pengertian, dorongan dan bantuan apapun yang penulis
butuhkan untuk bisa menyelesaikan disertasi ini. Untuk anak-anakku tercinta ; Anas
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
viii
Lukman Hakim, Antiek Firdausi Putri dan Diaz Kurnaini Ramadhani, terima kasih
atas cinta , kasih sayang dan doa kalian sehingga ibu bisa menyelesaikan disertasi ini.
19. Kepada kakak-kakak dan adik-adikku terkasih, terima kasih atas segala doa dan
motivasinya serta segala bantuan yang diberikan sehingga memberi kemudahan
penulis untuk menyelesaikan disertasi .
20. Kepada semua teman-teman Tenaga Kependidikan Fakultas Hukum Universitas
Airlangga yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu atas segala bantuannya selama
penulis menempuh pendidikan pada Program Doktor Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Airlangga.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua urusan, dan semoga
disertasi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis dan para
pembaca . Semoga Allah SWT meridhoi dan mencatat sebagai ibadah di sisi-Nya segala
amal kebaikan, kasih sayang dan dukungan semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya disertasi ini. Aamiin ya Robbal Aalaamiin.
Surabaya, Februari 2016
Penulis
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
ix
RINGKASAN
ABORSI AKIBAT PERKOSAAN
DALAM PERSPEKTIF HUKUM KESEHATAN
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Hak
atas kesehatan merupakan hak asasi manusia yang dijamin oleh Hukum Nasional dan Hukum
Internasional. Oleh karena itu, hak atas kesehatan dituangkan dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, yang menjamin setiap warga negara untuk
mendapatkan hak atas pelayanan kesehatan. Pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945
merumuskan bahwa ,”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan
kesehatan.” Dalam rangka implementasi Pasal 28 H Undang-Undang Dasar 1945 tersebut,
pemerintah mengganti Undang-Undang Kesehatan No.23 Tahun 1992 yang menganut
paradigma sakit dengan Undang-Undang No.36 Tahun 2009 (selanjutnya disebut Undang-
Undang Kesehatan Tahun 2009) yang menganut paradigma sehat. Dengan paradigma sehat
tersebut Undang-Undang Kesehatan Tahun 2009 lebih mengutamakan upaya preventif
dengan tidak mengesampingkan upaya kuratif.
Pasal 75 ayat (1) Undang-Undang Kesehatan Tahun 2009 melarang setiap orang
untuk melakukan aborsi, tetapi memberikan perkecualian bagi aborsi atas dasar indikasi
medis dan aborsi akibat perkosaan yang mengakibatkan trauma psikhologis. Untuk
menentukan syarat-syarat aborsi akibat perkosaan yang mengakibatkan trauma psikhologis,
Undang-Undang Kesehatan Tahun 2009 mensyaratkan adanya Peraturan Pemerintah.
Dikecualikannya aborsi, khususnya akibat perkosaan dalam UU Kesehatan Tahun 2009
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
x
sebagai perbuatan yang dilarang, merupakan hal yang berlawanan dengan pengaturan aborsi
yang dirumuskan dalam KUHP karena sampai saat ini KUHP menganggap aborsi dengan
alasan apa pun sebagai tindak pidana.
Penelitian Disertasi ini membahas “Aborsi akibat Perkosaan Dalam Perspektif
Hukum Kesehatan,” bertujuan menemukan Dasar Filosofis dan Ratio Legis dilegalkannya
aborsi akibat perkosaan dalam pasal 75 Ayat (2) Undang-Undang Kesehatan. Penelitian ini
juga bertujuan untuk menemukan implikasi dilegalkannya aborsi akibat perkosaan, baik
implikasi yuridis maupun implikasi non yuridis (medis) dan berusaha mengkaji dan
memformulasikan kembali kebijakan legislasi terkait aborsi akibat perkosaan di masa
mendatang (Ius Constituendum).
Ditinjau dari segi teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi
perkembangan teori dan konsep hukum kesehatan dan hukum pidana, khususnya terkait
disahkannya aborsi akibat perkosaan dalam Undang-Undang Kesehatan Tahun 2009. Juga
sebagai masukan dan sekaligus rekomendasi terkait kebijakan legislasi aborsi akibat
perkosaan di masa mendatang. Sdangkan ditinjau dari manfaat Praktis, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dan kontribusi bagi Lembaga eksekutif dan legislatif
untuk mengkaji kembali peraturan perundang-undangan terkait aborsi akibat perkosaan.
Penelitian ini juga diharapkan bermanfaat bagi Para dokter agar lebih bijak dan profesional
dalam menangani aborsi akibat perkosaan dengan memperhatikan syarat-syarat yang harus
dipenuhi untuk melakukan aborsi. Bagi aparat kepolisian yang menangani kasus perkosaan,
diharapkan berkoordinasi dengan dokter untuk mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
sekaligus penanganan bagi wanita yang menjadi korban perkosaan.
Untuk menjawab permasalahan aborsi akibat perkosaan dalam perspektif hukum
kesehatan, penelitian ini menggunakan beberapa pendekatan yaitu pendekatan perundang-
undangan (Statute Aprroach), Pendekatan konsep (Conceptual Approach), dan Pendekatan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xi
Perbandingan (Comparative Aprroach). Pendekatan perundang-undangan digunakan untuk
menelaah landasan filosofis dan ratio logis dilegalkannya aborsi akibat perkosaan.
Pendekatan konsep digunakan untuk menelaah konsep-konsep yang digunakan dalam
penelitian ini seperti konsep keadilan, konsep hak asasi manusia, konsep dasar penghapusan
pidana, konsep kebijakan pidana, dan konsep trauma psikhologis. Adapun Pendekatan
perbandingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah perbandingan mikro untuk
mengkaji perundang-undangan aborsi dari Belanda, Malaysia dan Brazil.
Landasan Filosofis Hak atas Kesehatan (Right to health care) terdapat dalam
Pasal 28 H Ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, yaitu ”Setiap
orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan
lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.”
Berdasarkan pasal tersebut maka setiap orang dijamin haknya untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan. Setiap orang dalam hal ini adalah wanita yang hamil, maupun janin
yang ada dalam kandungan berhak untuk hidup sehat dan mendapatkan pelayanan kesehatan.
Jaminan hak atas kesehatan terhadap wanita adalah adanya jaminan atas hak kesehatan
reproduksinya. Jaminan hak atas kesehatan pada janin, telah dijamin oleh undang-undang
sejak janin itu dalam kandungan. Artinya, seorang wanita yang hamil berkewajiban menjaga
kesehatan janinnya sampai ia dilahirkan dalam keadaan sehat dan selamat. Hal ini
dimaksudkan bahwa walaupun seorang wanita mempunyai hak atas badannya sendiri, tetapi
sejak terjadinya konsepsi, ia tidak bisa menentukan kehendaknya untuk meneruskan atau
tidak meneruskan kehamilannya. Keputusan untuk meneruskan atau tidak meneruskan
kehamilan harus didasarkan pada pertimbangan penghormatan atas hak hidup janin dan
pertimbangan nilai jiwa yang akan dikorbankan.
Adapun Ratio Legis dilegalkannya aborsi akibat perkosaan adalah melindungi
kesehatan reproduksi wanita, khususnya bagi wanita yang hamil akibat perkosaan.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xii
Berdasarkan Data Survey Demografi Kependudukan Indonesia, Angka Kematian Ibu di
Indonesia masih sangat tinggi dan sebagian besar penyebabnya adalah karena dilakukannya
illegal aborsi yang sebagian besar adalah unsave abortion. Di samping itu, sejak Tahun 1998
Indonesia telah meratifikasi International Conference People Development di Beijing.
Dengan menjadi peserta Konferensi tersebut, Indonesia harus membuat aturan dalam
perundang-undangan nasional yang isinya adalah melindungi kehidupan reproduksi wanita
dan memberi kebebasan kepada wanita untuk hamil atau tidak meneruskan kehamilannya.
Dengan demikian kebijakan Pemerintah melegalkan aborsi akibat perkosaan tersebut
sesungguhnya tidak memberikan keadilan pada janin yang ada dalam kandungan, karena
janin juga mempunyai hak yang dilindungi oleh undang-undang untuk bisa hidup sehat sejak
dalam kandungan.
Pengecualian aborsi akibat perkosaan sebagaimana diatur dalam pasal 75 ayat (2)
UU Kesehatan tidak sejalan dengan Pasal 28 H Ayat (1) UUD 1945 dan UU No.36 Tahun
2009 tentang Kesehatan, karena aborsi akibat perkosaan menimbulkan dampak terhadap
kesehatan fisik dan kesehatan mental wanita yang melakukan aborsi, bahkan bisa
mengakibatkan pelaku kehilangan nyawa. Tidak hanya itu, aborsi juga akan merenggut
nyawa janin yang tidak berdosa yang ada dalam kandungan, dan hal ini merupakan
pelanggaran terhadap hak hidup janin. Selain adanya implikasi medis, aborsi akibat
perkosaan juga akan menimbulkan implikasi yuridis karena aborsi akibat perkosaan hanya
bisa dilegalkan jika memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam Pasal 75 Ayat (2)
dan Pasal 76 UU Kesehatan 2009 jo. Peraturan Pemerintah No.61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi. Apabila syarat-syarat yang telah ditetapkan tidak dipenuhi, maka
pelaku akan dikenakan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 194 UU Kesehatan 2009.
Dikecualikannya aborsi akibat perkosaan dalam Undang-Undang kesehatan 2009,
menimbulkan konflik norma dengan KUHP yang melarang aborsi, tetapi berdasar asas “Lex
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xiii
Specialis Derogat legi generalis,” jika ada aturan umum dan aturan khusus mengatur hal
yang sama atau saling bertentangan, maka digunakan aturan yang sifatnya lebih khusus,
dalam hal ini yang mengatur khusus adalah Undang-Undang Kesehatan 2009. Pengaturan
aborsi akibat perkosaan dalam Pasal 75 ayat (2) Undang-Undang Kesehatan 2009 dengan
pembatasan yang ketat bertujuan untuk menjaga nilai moralitas terkait hak hidup janin, tetapi
justru menimbulkan ketidakpastian hukum, karena syarat-syarat dilegalkannya aborsi terlalu
rumit dan tidak jelas, bahkan dapat disalahgunakan oleh orang-orang yang tidak
bertanggungjawab. Dalam RKUHP, formulasi pengaturan aborsi ke depan masih
mengadopsi aturan lama yaitu melarang dan memberikan ancaman pidana bagi pelaku
aborsi, tetapi memberikan perkecualian bagi aborsi yang dilakukan dalam keadaan darurat
sebagai tindakan medis tertentu untuk menyelamatkan wanita yang hamil dan/janin yang ada
dalam kandungan.
Pada dasarnya hak untuk hidup sehat adalah hak asasi manusia, maka sudah
sepatutnya dalam mempertimbangkan dilegalkannya aborsi akibat perkosaan, tidak hanya
mengedepankan hak kesehatan reproduksi wanita tetapi juga hak hidup janin yang ada dalam
kandungan. Dengan mempertimbangkan kedua hak tersebut berarti pemerintah sudah
memenuhi asas keadilan, mengingat berdasarkan Pancasila, maka keadilan berarti
keseimbangan antara hak dan kewajiban. Setiap wanita memang mempunyai hak atas
kesehatan reproduksinya sendiri, tetapi wanita juga punya kewajiban menjaga kehamilannya
sampai janin yang dikandungnya lahir dalam keadaan sehat dan selamat. Perkosaan dan
kehamilan akibat perkosaan senantiasa menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan wanita
baik kesehatan mental maupun kesehatan fisik. Di sisi lain, aborsi akibat perkosaan dapat
juga mengakibatkan pelaku dijatuhi pidana jika tidak memenuhi syarat-syarat yang telah
ditetapkan Undang-Undang. Untuk itu Pemerintah perlu melakukan pengkajian kembali
keuntungan dan kerugian melegalkan aborsi akibat perkosaan, dan memformulasikan
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xiv
kembali pengaturan aborsi akibat perkosaan yang dituangkan dalam Pasal 75 ayat (2)
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Reformulasi perlu dilakukan karena
kemungkinan untuk menerapkan pasal 75 Ayat (2) Undang-Undang Kesehatan 2009 sangat
sulit karena syarat–syarat yang ditetapkan tidak jelas. Oleh karena itu demi kepastian hukum,
maka pasal 75 Ayat (2) terkait perkecualian aborsi akibat perkosaan seharusnya dihapus dari
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Sebagai antisipasi masih
dimungkinkannya aborsi yang membahayakan kesehatan (nyawa), maka direkomendasikan
menggunakan dasar indikasi kedaruratan medis yang diatur dalam Pasal 75 ayat (2) atau
menggunakan dasar penghapusan pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 KUHP.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xv
SUMMARY
ABORTION IN THE CASE OF PREGNANCY DUE TO RAPE
IN THE PERSPECTIVE OF HEALTH LAW
Health means a condition when someone physically, mentally, spiritually and socially
healthy that made them life a productive live in social and economic aspect. The right of
health is a human right that is protected by international and domestic law. Accordingly, the
right of health stipulated under Indonesian constitution that guarantee every single
Indonesian citizen to have the health service access as their right. The article 28H of
Indonesia Constitution stipulated that ‘’ Everybody have the right to live physically and
mentally wealthy, have a place to stay, good and healthy environment , and right to access
the health service.’’
In the context of implementing article 28H of Indonesia constitution, governments
revised Law number 23 of 1992 that concerned to cure the ill changed it to give the
preventive action under the law number 36 of 2009 regulating Health. The new law tend to
prioritize preventive action without disregard the curative measure. Article 75 section (1)
forbids anyone to perform abortion, however it also provides exceptions to carry on abortion
under medical indications and abortion in case of pregnancy due to rape that lead to
psychologist trauma. The exclusion of abortion due to rape under Health law is contrary to
the regulation that defined under the Criminal Code that abortion for any reason is an illegal
action. To determine the traumatic conditions, law number 36 of 2009 requires government
regulation that was not regulated under the law.
This dissertation will discusses "Abortion due to rape in the Perspective of Health
Law." It is aimed to find the Philosophical background and the ratio legis that legalized
abortion due to rape stipulated in article 75 section (2) of the Health Law. This research also
having purpose to find the implications in legalizing abortion due to rape, both juridical
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xvi
implications and non-juridical implication (medical). It also tries to study and formulate
legislation policy that regulate abortion due to rape in the future (Ius constituendum). The
benefits of this research can be reviewed from of theoretical and practical perspectives. In
the context of theory, this research expected to give the contribution to the development of
theories through the concepts of health law and criminal law, particularly related to the
legalization of abortion due to rape under Law number 36 of 2009 on Health Law and as
input and also related policy recommendations as a result of abortion legislation rape in the
future. Practical benefits of this research are expected to provide suggestions and
contribution to the executive and the legislature to review the law related to the abortion due
to rape base on the juridical implication founded in this research. This study also expected to
be the guidance for medical doctors when dealing with the abortion due to rape to be more
prudent and professional in fulfilling the terms and conditions that should be met to conduct
an abortion. It is expected to be a guidance for the police officers who handle the rape case to
build a better coordination with medical doctors in order to prevent unwanted pregnancies as
well as preventing abortion for women victims of rape.
To address the issues of abortion due to rape in the perspective of health law, this
research uses multiple approaches those are; Statute Approach, Conceptual Approach, and
Historical Approach. Legislative approach used to examine the philosophical background
and ratio legis that legalized the abortion due to rape. The conceptual approach in this
research is used to examine several existed; the concept of justice, the of human rights
concept, the basic concept of the abolition of the criminal, penal policy concept, and the
concept of trauma psychologist. The comparative approach in this research used in order to
assess the comparative micro abortion legislation from the Netherlands, Malaysia and Brazil.
Article 28 H Section (1) of the Indonesian Constitution of 1945 stipulated; "Everyone
has the right to live physically and spiritually prosperity, has the right to residence, and has
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xvii
the right to obtain a good and healthy living environment, and right to health services." In
order to meet the public's right for the health, the government enacted the Law number 36 of
2009 on Health which has the new concept thet is preventing the illness. Based on the
constitution, each person in this matter is a pregnant women, as well as the foetus in the
womb both has the right to live and the right in health services access. The ratio legis that
legalize the abortion due to rape is in order to protect the women's reproductive health,
especially for the victim of the rape who are pregnant. This consideration based on the
Indonesian Population Demographic Data Survey, where the maternal mortality rate in
Indonesia extremely high, and most of the causes is due to the illegal abortions which mostly
unsafe abortion. In addition, since 1998, Indonesia has ratified the International Convention
of People and Development in Beijing. Being one of the participant of the conference,
Indonesia obliged to produce the regulation that protect the female reproductive life and give
them the freedom to conceive or not to continue the pregnancy.
The exception of abortion due to rape as stipulated in article 75 section (2) of the
Health Law is contradicted with the regulation under Article 28 h section (1) of the
Indonesian Constitution and the previous health Law number 23 of 2002 on Health. The
abortion due to rape have physical health impact, as well as mental health impact for the
victim who cancel the pregnancy, and even in several cases could ends with death as the
impact of unsafe abortion. Abortion also kills the lives of innocent foetus in the womb of the
woman which also constitutes a violation of the right to life of the foetus. In addition to the
medical implications, the abortion due to rape also lead to juridical implications of abortion
that could only be legalized if it meets the requirements stipulated in Article 75 Section (2)
and Article 76 of the Health Law of 2009 in conjunction with The Government Regulation
number 61 of 2014 on Reproduction Health. If the conditions that has been established does
not fulfilled, the wrongdoer will be charged with the criminal offenses referred in Article 192
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xviii
of the Health Law. Abortion-related legislation policy was originally regulated under the law
number 1 of 1946 on Criminal Code in conjunction with Law number 73 of 1958, known as
the Penal Code. The penal code prohibits anyone to perform the abortions without any
exceptions. Banning abortion without exception, is considered to be disharmonies with the
abortions performed by medical doctors in order to save the lives of pregnant women. For
these reasons, the government enacted the Law number 23 of 1992 on Health, which in
Article 15 Section (1) stipulated that "In case of medical emergency, as an effort to save a
pregnant mother and / or foetus can be done a certain medical procedure."
The current Health Law remains forbids to carries abortion. However, it provides the
exceptions to perform the abortion in the case of pregnancy due to rape that has caused
severe psychological trauma for the victim. Those requirements regulated under the health
law became an obstacle that is complicated and as the consequence of the unclear regulation,
especially to meet the condition of "psychologist severe trauma", since there are no standard
that could determine the limits of how severe psychological trauma when every individual
has the different endurance to cope the problems. Abortion-related legislation policy in the
future still adopting the rules in the current Criminal Code, by adding one section that
adopted from Article 15 of Health Law of 1992. The Criminal Code Draft also expanded the
concept of rape that is regulated in article 285 of the Criminal Code, thus the formulation of
abortion in the case of pregnancy due to rape should also be adjusted to the new concept that
could minimize multi interpretations as the consequence of unclear regulation.
Basically, the right to health is a human right, thus it is natural to consider legalizing
the abortion in the case of pregnancy due to rape that not only prioritizing the reproductive
health as the rights of women, but also the right to life owned by the foetus in their womb.
Taking into account, both of that right means the government has to fulfilled the principles of
justice, which is based on ‘’Pancasila’’. Justice means a balance between rights and
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xix
obligations when each woman does have the right to their own reproductive health, but they
also has the obligation to maintain the pregnancy until the foetus born in a healthy and safe
condition. Rape and pregnancy due to rape constantly cause negative effects against women's
health both mental health as well as physical health, and even lead to of abortion due to rape
actors punished if it does not meet the requirements specified Law. In the future,
Government needs to review of the advantages and disadvantages of legalizing the abortion
due to rape and reformulate the policies of abortion due to rape that been set forth under
Article 75 section (2) of Health Law. Reformulation is primarily intended in order to clarify
the requirements that have to be fulfilled in order to perform the abortions. Even though the
government wants to strictly limits the conditions to perform abortion, these rules should be
formulated carefully and as clearly as possible, thereby avoiding multi interpretation and
provide legal certainty for the public.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xx
ABSTRACT
ABORTION IN THE CASE OF PREGNANCY DUE TO RAPE
IN THE PERSPECTIVE OF HEALTH LAW
This research will discuss the issues related to the philosophical foundation and the
ratio legis that legalized the abortion due to rape, it’s implications and the legislation policy
of abortion in the case of pregnancy due to rape in Ius constituendum (future). To address the
issues occurred in legalization of abortion due to rape in perspective the Indonesian health
law, this research uses multiple approaches included; Statute Approach, Conceptual
Approach, and Historical Approach. Legislative in this research being used to examine the
philosophical foundation and the ratio legis in legalizing to performing abortion due to rape.
The conceptual approach in this research is used to examine several existed; the concept of
justice, the of human rights concept, the basic concept of the abolition of the criminal, penal
policy concept, and the concept of trauma psychologist. The comparative approach in this
research used in order to assess the comparative micro abortion legislation from the
Netherlands, Malaysia and Brazil.
Article 28 H section (1) of the Indonesian Constitution of 1945 stipulated; "Everyone
has the right to live physically and spiritually prosperity, has the right to residence, and has
the right to obtain a good and healthy living environment, and right to access the health
services." Abortion in the case of pregnancy due to rape have both physical and mental
health impact for the women who has the abortions. In addition to the medical implications,
the abortion due to rape also lead to the juridical implications since the abortion only
permitted when it meets the requirements stipulated under Article 75 Section (2) and Article
76 of Health Law jo. Government Regulation number 61 of 2014 on Reproduction Health. In
contrary, when the conditions that has been established could not be fulfilled, the offender
will be charged with criminal offenses stipulated under Article 194 of Health Law. Hence,
the relevant legislation policy regarding the abortion in the case of pregnancy due to rape
should be formulated by heed the legal certainty, usefulness and fairness as the objective in
enacted the law.
Keywords : Abortion, Rape, and Health Law
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xxi
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Tentang Peraturan Hukum Pidana Jo Undang undang
Nomor 73 Tahun 1958 tentang Berlakunya KUHP Untuk Seluruh Wilayah Indonesia.
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3143).
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Pengesahan konvensi Penghapusan Segala
Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan (Convention on Ellimination of All Form
Discrimination Against Women-CEDAW)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1992, Nomor 100 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3495).
Undang-Undang Nomor 39 Tahun1999 tentang Hak Asasi Manusia ( Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999, Nomor 165 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4206).
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2000, Nomor 208 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4026 ).
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004, Nomor 150, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4456 ).
Undang-Undang No.11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on
Economic, Social, and Cultur Rights (ICESC).
Undang-Undang No.12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant on Civil
and Political Rights (ICCPR).
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ( Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 1441, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5063 ) .
Undang-Undang nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-
undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011, Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234 ).
Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan atas Undang-Undang No.23
Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xxii
Tahun 2014, Nomor 297 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5606 Tahun 2014).
Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2014, Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 5559).
Keputusan Presiden No.36 Tahun 1990 tentang Pengesahan Konvensi Hak Anak
(Convention on The Rights of The Children).
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 131/MENKES/SK/II/2004 tentang Sistem Kesehatan
Nasional.
Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1202 /MENKES/SK/VII/2003 tentang Indikator
Indonesia Sehat 2010 dan Pedoman Penetapan Indikator Provinsi Sehat dan
Kabupaten Sehat.
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xxiii
DAFTAR SINGKATAN
AKI : Angka Kematian Ibu
AKB : Angka Kematian Bayi
RISKESDAS : Riset kesehatan Dasar
JAMPERSAL : Jaminan Persalinan
SDKI : Survey Dasar Kesehatan Indonesia
PKKP : Pusat Kajian Kesehatan Perempuan
BKKBN : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
UU KESEHATAN : Undang-Undang Kesehatan
DEPKES : Departemen kesehatan
HAM : Hak Asasi Manusia
DUHAM : Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia
ICCPR : International Covenan on Civil and Political Right
ICESR :International Covenan on Economic, Social and Cultural
Right
MVT : Memorie van Toelichting
PTSD : Post Traumatic Sindrome Disease
PAS : Post Abortion Sindrome
WHO : World Health Organization
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xxiv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................................. i
HALAMAN PROMOTOR KO PROMOTOR ......................................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................................... iii
BERITA ACARA UJIAN TERTUTUP ................................................................................... iv
UCAPAN TERIMA KASIH...................................................................................................... v
RINGKASAN ........................................................................................................................... ix
SUMMARY ............................................................................................................................. xv
ABSTRACT ............................................................................................................................. xx
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN ..................................................... xxi
DAFTAR SINGKATAN ...................................................................................................... xxiii
DAFTAR ISI ......................................................................................................................... xxiv
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang .................................................................................................... 01
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................... 15
1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 15
1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 16
1.5. Orisinilitas Penelitian.......................................................................................... 17
1.6. Kerangka Teoritik ................................ .............................................................. 18
1.7. Metode Penelitian ................................ .............................................................. 43
1.7.1. Tipe Penelitian ................................ ......................................................... 43
1.7.2. Pendekatan Masalah................................ ................................................. 44
1.7.3. Sumber Bahan Hukum................................ .............................................. 45
1.7.4. Analisis Bahan Hukum................................ ............................................. 46
1.8. Pertanggungjawaban Sistematika ................................ ...................................... 47
BAB II LANDASAN FILOSOFIS DILEGALKANNYA ABORSI AKIBAT
PERKOSAAN
2.1. Ratio Legis Pengaturan Aborsi Akibat Perkosaan Dalam Pasal 75 Ayat (2)
Undang-Undang No.36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ................................... 49
2.2. Aborsi Akibat Perkosaan Dalam Lingkup Agama, Etik Kedokteran dan
Hak Asasi Manusia ............................................................................................. 70
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
DISERTASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN… ASTUTIK
xxv
2.3. Aborsi Akibat Perkosaan Dalam Perspektif Keadilan .................................. . 116
BAB III IMPLIKASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN
3.1. Akibat Yuridis Aborsi Akibat Perkosaan ......................................................... 130
3.2. Implikasi Medis Aborsi Akibat Perkosaan ....................................................... 163
BAB IV KEBIJAKAN LEGISLASI ABORSI AKIBAT PERKOSAAN DI
MASA MENDATANG
4.1. Perkembangan Pengaturan Aborsi ................................................................... 175
4.2. Pengaturan Aborsi Akibat Perkosaan Sebagai Studi Komparatif ..................... 196
4.3. Formulasi Pengaturan Aborsi Akibat Perkosaan Di Masa Mendatang ............ 216
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan ....................................................................................................... 237
5.2. Saran ................................................................................................................. 239
DAFTAR BACAAN