MAKALAH
DUKUMENTASI KEBIDANAN DENGAN SOAPIER
DISUSUN OLEH KELOMPOK 1 :
KETUA : SUSI SUSANTI ( B.10.12.1122)WAKIL KETUA : MITHA ANDRIANI (B.10.12.1110)SEKRETARIS : DESI SAFITRI ( B.10.12.1091)MODERATOR : INDAH AYU SURYA (B.10.12.1103)PENYAJI : AFTARI NOVIA PUTRI (B.10.12.1085)ANGGOTA : PIPIT MA’UNA (B.10.12.1116)
VERA KUSMALA (B.10.12.1128) ELI EPRIANA (B.10.12.1097)
Tingkat : II A AKBIDDosen pembimbing : pradiva dwi lestari ,SKM,SST
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA ADIGUNATAHUN AJARAN 2011/2012
PALEMEMBANG
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr, wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt, karena atas berkat rahmat dan karunia-nya lah kami dapat menyelesaikan dokumentasi kebidanan tepat pada waktunya yang berjudul SOAPIER.
Semoga makalah yang kami buat dapat membantu mahasiswa dalam memahami dan memepelajarinya oleh karna itu tujuan dari makalah ini untuk mengembangkan kepribadian dan wawasan pemikiran yang luas .
Apabila terdapat kekurangan dalam makalah ini kami mohon maaf dan kepadda tuhan kami mohon ampun .
Wassalamualaikum wr,wb
Palembang , 2011
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang……………………………………………………………. 1
B. Tujuan…………………………………………………………………………. 1
C. Rumusan masalah……………………………………………………… 2
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian Dokumentasi Kebidanan……………………………… 3
B. Pengertian menejmen kebidanan………………………………….
3 C. Prinsip dokumentasi………………………………………………………
5 D. Defenisi Nifas……………………………………………………………….
12
E. Tujuan Asuhan Nifas…………………………………………………….. 12
F. Program dan kebijakan pada masa Nifas……………………… 13
G.Perubahan fisiologis pada saat Nifas……………………………. 14
H. Perawatan pada saat Nifas…………………………………………… 19
BAB III
A. KESIMPULAN ....................................................................... 22
B. Saran………………………………………………………………………………… 22
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Manajemen kebidanan merupakan metode atau bentuk pendekatan yang
digunakan bidan dalam memberikan asuhan kebidanan sehinga langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan merupakan alur pikir bidan dalam
pemecahan masalah . Asuhan yang dilakukan harus dicatat secara benar,
sederhana, jelas, dan logis Manajemen kebidanan merupakan metode atau
bentuk pendekatan yang sehingga perlu suatu metode pendokumentasian.
Dokumentasi ini perlu karena dapat digunakan sebagai bahan untuk
mempertanggung jawabkan tindakan yang dilakukan dan juga bila ada kejadian
gugatan, maka dokumentasi kebidanan dapat membantu.
Bidan sebagai tenaga kesehatan dan pelaksana asuhan kebidanan bidan
wajib mencatat dan melaporkan kegiatannya yang dokumentasinya harus
tersimpan dengan baik. Aspek pelayanan yang didokumentasikan adalah semua
pelayanan mandiri yang diberikan oleh bidan, pelayanan konsultasi dan pelayanan
kolaborasi.
B. Tujuan
Tujuan dari dokumentasi
1. Untuk mengetahui dokumentasi kebidanan ?
2. Untuk mengetahui menejmen kebidanan ?
3. Untuk memahami prinsip dokumentasi ?
4. Untuk memahmi cara pendokumentasian SOAPIER ?
5. Untuk mengetahui defenisi Nifas?
6. Untuk memahami asuhan pada masa Nifas ?
7. Untuk mengetahui perubahan Fisiologis masa nifas ?
8. Untuk mengetahui perawatan pada masa nifas ?
C. Rumusan Masalah
1.Apa yang di maksud dengan dokumentasi kebidanan?
2. Apa yang dimaksud dengan menejmen kebidanan ?
3.Apa prinsip dokumentasi ?
4.Apa yang di maksud dengan Nifas ?
5.Apa Tujuan asuhan Nifas ?
6. Program dan kebijakan pada masa Nifas ?
7. sebutka perubahan perubahan fisiologis pada masa nifas ?
8. sebutkan perawatan perawatan pada masa nifas ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Dokumentasi kebidanan.
Adalah suatu sistem pencatatan dan pelaporan informasi tentang kondisi dan
perkembangan kesehatan pasien dan semua kegiatan yang dilakukan oleh
petugas kesehatan (Bidan,dokter,perawat dan petugas kesehatan lain).
B. Manajemen kebidanan.
Adalah Proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk
mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah,
penemuanpenemuan, ketrampilan dalam rangkaian /tahapan yang logis
untuk pengambilan keputusan yang berfokus pada klien(varney,1997).
pendokumentasian yang dapat mengomunikasikan kepada orang lain
mengenai asuhan yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan pada
seorang klien, yang di dalamnya tersirat proses berfikir yang sistematis
seorang bidan dalam menghadapi seorang klien sesuai langkah-langkah
dalam proses manajemen kebidanan.
Proses manajemen kebidanan terdiri dari langkah-langkah berikut:
Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan
klien secara keseluruhan data.
Menginterprestasikan data untuk mengidentifikasi diagnosis/masalah.
Mengidentefikasikan diagnosis/masalah potensial dan mengantisipasi
penangannya.
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi,
kolaborasi, dengan tenaga kesehatan lain serta rujukan berdasarkan
kondisi klien.
Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek social yang tidak
efektif.
Pelaksanaan langsung asuhan secara lefisien dan aman.
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang
kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak
efektif.
Bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien diharapkan menggunakan
pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dan rasional, sehingga seluruh
aktivitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif.
C. Prinsip dokumentasi
SOAPIER merupakan singkatan dari :
S : subjektif
o Menggambarkan pendokumentasian hanya pengumpulan data klien
melalui anamnese sebagai langkah 7 varney .
o Tanda gejala subjektif yang di peroleh dari hasil bertanya dari pasien ,
suami atau keluarga ( identitas umum , keluhan , riwayat menarche ,
riwayat perkawinan, riwayat kehamilan , riwayat persalinan , riwayat
KB , penyakit , riwayat penyakit keluarga , riwayat penyakit
keturunan , riwayat psikososial , pola hidup )
o Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien .
ekspresi pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat
sebagai kutipan langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan
diagnosa .
O : Objektif
o Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan fisik klien ,
hasil lab , dan tes diagnostik lain , yang di rumuskan dalam data fokus
untuk mendukung assessment .
o Tanda gejala objektif yang di peroleh dari hasil pemeriksaan
pemeriksaan dengan inspeksi , palpasi , auskultasi dan perkusi .
o Data ini memberi data gejala klinis pasien dan fakta yang
berhubungan dengan diagnosa . data fisiologis , hasil observasi yang
jujur , informasi kajian teknologi (hasil laboratorium , sinar X ,
rekaman CTG , dan lain-lain) dan informasi dari keluarga atau orang
lain dalam dapat di masukan dalam katagori ini .
o Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau
informasi subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau
disimpulkan . karena keadaan pasien terus berubah dan selalu ada
informasi baru baik subjektif maupun objektif , dan sering
diungkapkan secara terpisah-pisah , maka proses pengkajian suatu
proses yang dinamik . sering menganalisa adalah sesuatu yang penting
dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin suatu
perubahan baru cepat di ketahui dan dapat di ikuti sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat .
o Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi :
1. Diagnosa /masalah
o Diagnosa adalah rumusan dari hasil pengkajian mengenai
kondisi klien : hamil, nbersalin, nifas dan bayi baru
lahir .Berdaasarkan hasil analisa data yang didapat.
o Masalah segala sesuatu yang menyimpang sehingga
kebutuhan klien terganggu, kemungkinan mengganggu
kehamilan / kesehatan tetapi tidak masuk dalam diagnosa.
2. Antisipasi masalah lain/diagnosa potensial
A. Analisa/ assesment
Masalah atau diagnosa yang di tegakan berdasarkan data,data atau
informasi subjektif atau objektifyang dikumpulkan atau
disimpulkan. Karena keadaan terus berubah dan selalu ada
informasi barubaik subjektif maupun objektif,dan sering
diungkapkan secara berpisah-pisah,maka proses pengkajian adalah
suatu proses yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien
dan menjamin suatu perubahan baru cepat di ketahui dan dapat
diikuti sehinga dapat diambil tinaan yang tepat.
P : PLENING
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau
menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria
tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu
tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan
dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter.
I. Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi
masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien
harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
E.Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai
menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak
tercapai, proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan
tindakan alternative sehingga mencapai tujuan.
R.REVISI
Komponen Evaluasi dapat menjadi indikasi perlunya perubahan intervensi
dan tindakan.dalam hal in I, revisi rencana perawatan akan berguna. Perubahan ini
meliputi revisi diagnose dan nmodifikasi tujuan yang diharapkan . jika diperlukan,
target waktuuntuk mencapai tujuan harus terus di revisi ulang.
SOAPIER
Data Subjektif (S )
Catatan ini berhubungan dengan masalah sudut pandang pasien. Ekspresi
pasien mengenai kekhawatiran dan keluhannya dicatat sebagai kutipan
langsung atau ringkasan yang berhubungan dengan diagnosa. Pada orang
yang bisu, dibagian data dibelakang” S” diberi tanda” 0” atau” X” ini
menandakan orang itu bisu. Data subjektif menguatkan diagnosa yang akan
dibuat.
Data Objektif
Data ini memberi bukti gejala klinis pasien dan fakta yang berhubungan
dengan diagnosa. Data fisiologis, hasil observasi yang jujur, informasi kajian
teknologi (hasil Laboratorium, sinar X, rekaman CTG, dan lain-lain) dan
informasi dari keluarga atau orang lain dapat dapat dimasukkan dalam
kategori ini. Apa yang diobservasi oleh bidan akan menjadi komponen yang
berarti dari diagnosa yang akan ditegakkan.
Analisa/Assesment
Masalah atau diagnosa yang ditegakkan berdasarkan data atau informasi
subjektif maupun objektif yang dikumpulkan atau disimpulkan. Karena
keadaan pasien terus berubah dan selalu ada informasi baru baik subjektif
maupun objektif, dan sering diungkapkan secara terpisah-pisah, maka proses
pengkajian adalah suatu proses yang dinamik. Sering menganalisa adalah
sesuatu yang penting dalam mengikuti perkembangan pasien dan menjamin
suatu perubahan baru cepat diketahui dan dapat diikuti sehingga dapat
diambil tindakan yang tepat.
Perencanaan
Membuat rencana tindakan saat itu atau yang akan datang. Untuk
mengusahakan tercapainya kondisi pasien yang sebaik mungkin atau
menjaga mempertahankan kesejahteraannya. Proses ini termasuk kriteria
tujuan tertentu dari kebutuhan pasien yang harus dicapai dalam batas waktu
tertentu, tindakan yang diambil harus membantu pasien mencapai kemajuan
dalam kesehatan dan harus sesuai dengan instruksi dokter .
Implementasi
Pelaksanaan rencana tindakan untuk menghilangkan dan mengurangi
masalah klien. Tindakan ini harus disetujui oleh klien kecuali bila tidak
dilaksanakan akan membahayakan keselamatan klien. Oleh karena itu klien
harus sebanyak mungkin menjadi bagian dari proses ini. Bila kondisi klien
berubah, intervensi mungkin juga harus berubah atau disesuaikan.
Evaluasi
Tafsiran dari efek tindakan yang telah diambil merupakan hal penting untuk
menilai keefektifan asuhan yang diberikan. Analisis dari hasil yang dicapai
menjadi fokus dari ketepatan nilai tindakan. Jika kriteria tujuan tidak tercapai,
proses evaluasi dapat menjadi dasar untuk mengembangkan tindakan alternatif
sehingga mencapai tujuan.
Revisi
Komponen evaluasi dapat menjadi indikasi perlunya perubahan dari intervensi dan
tindakan. Dalam hal ini, revisi rencana keperawatan akan berguna. Perubahan ini
meliputi revisi diagnosa dan memodifikasi tujuan yang diharapkan. Jika
diperlukan, target waktu untuk mencapai mencapai tujuan harus terus direvisi
ulang.
NIFAS
D. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung
selama 6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002). Asuhan selama periode nifas sangat
diperlukan karena merupakan masa kritis baik bagi ibu maupun bagi bayi yang
dilahirkannya. Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi
setelah persalinan, yang mana 50% kematian ibu pada masa nifas terjadi dalam 24
jam pertama. Di samping itu, masa tersebut juga merupakan masa kritis dari
kehidupan bayi, karena dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah
persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir (Winkjosastro et al, 2002).
E. Tujuan Asuhan
Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
Mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan
diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya
dan perawatan bayi sehat. Memberikan pelayanan keluarga berencana
(Winkjosastro et al, 2002).
F. Program dan kebijakan teknis dalam asuhan masa nifas
Pada masa nifas dilakukan paling sedikit 4 kali kunjungan, hal ini dilakukan
untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah mendeteksi dan
menangani masalah-masalah yang terjadi.
Kunjungan pertama, dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinan. Kunjungan
ini dilakukan dengan tujuan mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.
Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, dan merujuk bila perdarahan
berlanjut. Memberikan konseling kepada ibu atau salah satu anggota keluarga
bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri. Pemberian ASI
awal, membantu melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, juga menjaga
bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia (Winkjosastro et al, 2002).
Kunjungan kedua, dilakukan pada 6 hari setelah persalinan. Kunjungan ini
dilakukan dengan tujuan untuk memastikan involusi uterus berjalan normal, yaitu
uterus berkontraksi dan fundus di bawah umbilikus. Menilai adanya tanda-tanda
infeksi atau perdarahan abnormal. Memastikan ibu mendapat cukup makanan,
cairan dan istirahat. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda-tanda penyulit. Memberikan konseling pada ibu mengenai
asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-
hari.
Kunjungan ketiga dilakukan pada dua minggu setelah persalinan, yang mana
kunjungan ini tujuannya sama dengan kunjungan yang kedua. Setelah kunjungan
ketiga maka dilakukanlah kunjungan pada 6 minggu setelah persalinan yang
merupakan kujungan terakhir selama masa nifas, yang mana kunjungan ini
bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau bayi
alami, juga memberikan konseling untuk mendapatkan pelayanan KB secara dini
(Saifuddin et al, 2002).
G. Perubahan- perubahan fisiologis yang terjadi selama nifas
Dalam masa nifas alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan
berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan-
perubahan alat-alat genitalia ini dalam keseluruhannya disebut involusi. Disamping
involusi ini, terjadi juga perubahan penting lain, seperti timbulnya laktasi yang
dipengaruhi oleh Lactogenic Hormone dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-
kelenjar mamma (Saifuddin et al, 2002).
Setelah janin dilahirkan fundus uteri kira-kira setinggi pusat; segera setelah
plasenta lahir, tinggi fundus uteri kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Uterus
menyerupai suatu buah advokat gepeng berukuran panjang kurang lebih 15 cm,
lebar kurang lebih 12 cm dan tebal kurang lebih 10 cm.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi
plasenta lebih tipis daripada bagian lain. Pada hari ke-5 postpartum uterus kurang
lebih setinggi 7 cm di atas simfisis atau setengah simfisis pusat, sesudah 12 hari
uterus tidak dapat diraba lagi di atas simfisis. Bagian bekas implantasi plasenta
merupakan suatu luka yang kasar dan menonjol ke dalam kavum uteri, setelah
persalinan. Penojolan tersebut, dengan diameter kurang lebih 7,5 cm, sering
disangka sebagai suatu bagian plasenta yang tertinggal. Sesudah 2 minggu
diameternya menjadi 3,5 cm dan pada 6 minggu telah mencapai 2,4 mm
(Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Uterus gravidus a term beratnya kira-kira 1000 gram. Satu minggu
postpartum berat uterus akan menjadi kurang lebih 500 gram, 2 minggu
postpartum menjadi 300 gram, dan setelah 6 minggu postpartum, berat uterus
menjadi 40 sampai 60 gram(berat uterus normal kurang lebih 30 gram). Otot-otot
uterus berkontraksi segera postpartum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di
antara anyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan
perdarahan setelah plasenta dilahirkan (Saifuddin, et al, 2002).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera postpartum
bentuk serviks agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus
uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan serviks tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk
semacam cincin.
Warna serviks sendiri merah kehitam-hitaman karena penuh pembuluh
darah. Konsistensinya lunak. Segera setelah janin dilahirkan, tangan pemeriksa
masih dapat dimasukkan ke dalam kavum uteri. Setelah dua jam hanya dapat
dimasukkan 2-3 jari, dan setelah 1 minggu, hanya dapat dimasukkan 1 jari ke
dalam kavum uteri (Saifuddin, et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah terjadi
degenerasi, dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama
endometrium yang kira-kira setebal 2-5 mm itu mempunyai permukaan yang kasar
akibat pelepasan desidua dan selaput janin. Setelah 3 hari, permukaan
endometrium mulai rata akibat lepasnya sel-sel dari bagian yang mengalami
degenerasi. Sebagian besar endometrium terlepas. Regenerasi endometrium terjadi
dari sisa-sisa sel desidua basalis, yang memakan waktu 2 sampai 3 minggu.
Jaringan-jaringan di tempat implantasi plasenta mengalami proses yang
sama, ialah degenerasi dan kemudian terlepas. Pelepasan jaringan berdegenerasi ini
berlangsung lengkap. Dengan demikian, tidak ada pembentukan jaringan parut
pada bekas tempat implantasi plasenta (Winkjosastro, 2002).
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu
kehamilan dan partus, setelah janin lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti
sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang
mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula wanita mengeluh
“kandungannya turun” setelah melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan
penunjang alat genitalia menjadi agak kendor. Luka-luka jalan lahir, seperti bekas
episiotomi yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks bila tidak seberapa luas
akan mudah sembuh, kecuali bila terdapat infeksi (Winkjosastro et al, 2002).
Sejak kehamilan muda, sudah terdapat persiapan-persiapan pada kelenjar-
kelenjar mamma untuk menghadapi masa laktasi.
Perubahan yang terdapat pada kedua mamae antara lain:
1) proliferasi jaringan, terutama kelenjar-kelenjar dan alveolus mamma dan lemak,
2) pada duktus laktiferus terdapat cairan yang kadang-kadang dapat dikeluarkan,
cairan tersebut berwarna kuning (kolostrum),
3) hipervaskularisasi terdapat pada permukaan maupun pada bagian dalam mamma.
Pembuluh-pembuluh vena berdilatasi dan tampak dengan jelas,
4) setelah partus, pengaruh menekan dari estrogen dan progesteron terhadap hipofisis
hilang. Timbul pengaruh hormon-hormon hipofisis kembali, antara lain lactogenic
hormone (prolaktin) yang akan dihasilkan pula. Mamma yang telah dipersiapkan
pada masa hamil terpengaruhi, dengan akibat kelenjar-kelenjar berisi air susu.
Pengaruh oksitosin mengakibatkan mioepitelium kelenjar-kelenjar susu
berkontraksi, sehingga pengeluaran air susu dilaksanakan. Umumnya produksi air
susu baru berlangsung betul pada hari ke-2 sampai ke-3 postpartum (Rachimhadhi
et al, 2002).
Suhu badan wanita inpartu tidak lebih dari 37,20 Celcius. Sesudah 12 jam
pertama melahirkan, umumnya suhu badan akan kembali normal. Bila suhu badan
lebih dari 38,00 Celcius, mungkin ada infeksi. Nadi umumnya berkisar antara 60-
80 denyutan permenit. Segera setelah partus dapat terjadi bradikardia. Pada masa
nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibandingkan dengan suhu badan
(Winkjosastro et al, 2002).
Pada sistem pernapasan, fungsi pernapasan kembali pada rentang normal
dalam jam pertama pascapartum. Napas Pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi abnormal (Varney, 2003).
Lokhea adalah sekret yang keluar dari kavum uteri dan vagina pada masa
nifas. Pada hari pertama dan kedua lokhea rubra atau kruenta, terdiri atas darah
segar bercampur sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, sisa-sisa verniks
kaseosa, lanugo, dan mekonium. Pada hari ke-3 sampai ke-7 keluar cairan
berwarna merah kuning berisi darah dan lendir. Pada hari ke-7 sampai ke-14 cairan
yang keluar berwarna kuning, cairan ini tidak berdarah lagi, setelah 2 minggu,
lokhea hanya merupakan cairan putih yang disebut dengan lokhea alba (Mochtar,
1998).
H. Perawatan -perawatan pada masa nifas
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan. Karenanya, ia harus
cukup dalam pemenuhan istirahatnya. Dari hal tersebut ibu harus dianjurkan untuk
tidur terlentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring-miring ke
kanan dan ke kiri, untuk mencegah adanya thrombosis. Pada hari ke-2 barulah ibu
diperbolehkan duduk, hari ke-3 jalan-jalan, dan hari ke-4 atau ke-5 sudah
diperbolehkan pulang (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Diet yang diberikan harus bermutu tinggi dengan cukup kalori, mengandung
cukup protein, cairan, serta banyak sayur-sayuran dan buah-buahan (Winkjosastro
et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Miksi atau berkemih harus secepatnya dapat dilakukan sendiri. Kadang-
kadang wanita mengalami sulit kencing karena sfingter uretra tertekan oleh kepala
janin, sehingga fungsinya terganggu. Bila kandung kemih penuh dan wanita
tersebut tidak dapat berkemih sendiri, sebaiknya dilakukan kateterisasi dengan
memperhatikan jangan sampai terjadi infeksi (Winkjosastro et al, 2002).
Defekasi atau buang air besar harus ada dalam 3 hari postpartum. Bila ada
obstipasi hingga skibala tertimbun di rectum, dapat dilakukan klisma atau
diberikan laksans per oral atau per rectal. Namun dengan diadakannya mobilisasi
secara dini, tidak jarang retensio urin et alvi dapat diatasi. Di sini dapat ditekankan
bahwa wanita baru bersalin memerlukan istirahat dalam jam-jam pertama
postpartum, akan tetapi jika persalinan ibu serba normal tanpa kelainan, maka
wanita yang baru bersalin itu bukan seorang penderita dan hendaknya jangan
dirawat seperti seorang penderita. (Winkjosastro et al, 2002).
Bila wanita itu sangat mengeluh tentang adanya after paints atau mules,
dapat diberi analgetik atau sedatif supaya ia dapat beristirahat atau tidur. Delapan
jam postpartum wanita tersebut disuruh mencoba menyusui bayinya untuk
merangsang timbulnya laktasi. Kecuali bila ada kontraindikasi untuk menyusui
bayinya, seperti wanita yang menderita tifus abdominalis, tuberculosis aktif,
diabetes mellitus berat, psikosis, putting susunya tertarik ke dalam dan lain-lain.
Bayi dengan labio palato skiziz (sumbing) tidak dapat menyusu oleh karena tidak
dapat menghisap. Hendaknya hal ini diketahui oleh bidan atau dokter yang
menolongnya. Minumannya harus diberikan melalui sonde. Begitu pula dengan
bayi yang dilahirkan dengan alat seperti ekstraksi vakum atau cunam dianjurkan
untuk tidak menyusu sebelum benar-benar diketahui tidak ada trauma kapitis. Pada
hari ketiga atau keempat bayi tersebut baru diperbolehkan untuk menyusu bila
tidak ada kontraindikasi. (Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Perawatan mamma harus sudah dilakukan sejak kehamilan, areola mamma
dan puting susu dicuci teratur dengan sabun dan diberi minyak atau cream , agar
tetap lemas, jangan sampai kelak mudah lecet dan pecah-pecah. Sebelum menyusui
mamma harus dibikin lemas dengan melakukan massage secara menyeluruh.
Setelah areola mamma dan putting susu dibersihkan, barulah bayi disusui
(Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
Bayi yang meninggal, laktasi harus dihentikan dengan cara mengadakan
pembalutan kedua mamma hingga tertekan, dan dapat pula diberikan Bromocryptin
sehingga pengeluaran lactogenic hormone tertekan (Winkjosastro et al, 2002 &
Mochtar, 1998).
Pengunjung atau tamu sehat boleh mengunjungi wanita postpartum.
Hendaknya para pengunjung harus dalam keadaan sehat dan bersih untuk
mencegah kemungkinan terjadinya penularan penyakit oleh karena wanita dalam
masa nifas mudah sekali terkena infeksi. Pemakaian gurita yang tepat masih
dibenarkan pada wanita postpartum. Ketika dipulangkan, diberi penjelasan dan
motivasi tentang cara menjaga bayi, memberi susu dan makanan bayi, keluarga
berencana, hidup dan makanan sehat, dan dipesan untuk memeriksakan diri lagi
(Winkjosastro et al, 2002 & Mochtar, 1998).
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah
selesai bersalin sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil,
lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genetelia baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan
menghindarkan adanya kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan
infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir atau luka bekas episiotomi, lakukan
penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya. Penolong persalinan harus
tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
A.Saran
Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6
minggu sesudah melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa
harus kembali untuk kontrol seminggu kemudian. Pemeriksaan sesudah 40 hari ini
tidak merupakan pemeriksaan terakhir, lebih-lebih bila ditemukan kelainan
meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai
kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalin menderika kelainan
biarpun ringan. Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita
penyakit yang makin lama makin berat hingga tidak dapat atau susah diobati
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA NY ”T” P2A0 POST PARTUM 6 JAM DENGAN
NIFAS NORMAL DI BPS
Tanggal pengkajian : 20 Oktober 2011
Pukul : 07.00 WIB
A. DATA SUBJEKTIF
1. Biodata
Nama ibu : Ny “T” Nama suami : Tn “R”
Umur : 25 tahun Umur : 28 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Kencana Damai
No 08 Rt 04 Rw 03
Palembang
2. Alasan datang
Pada tanggal 20 Oktober 2011 pukul 07.00 wib Ny “T” mengeluh mules dan kram di
bagian bawah perut setelah 6 jam melahirkan di BPS.
3. Data kebidanan
a. Haid
Menarche : 12 Tahun Teratur : Teratur
Siklus : 28 Hari Sifat darah : Encer
Lamanya : 7 Haru Warna darah : Merah
Banyaknya : 2 x ganti Dismenorhea : Tidak ada
b. Status Kawin
Kawin :1 x dengan suami sekarang
Usia : 20 Tahun
Lama perkawinan : 5 Tahun
c. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
N
O
Usia
Kehamila
n
Jenis
Persalina
n
Ditolong
Oleh
Penyulit Tahu
n
Persal
inan
Nifas/
Laktasi
Anak
JK BB PB Keadaan
1 aterm Spontan Bidan Tidak
ada
2007 Baik LK 3100
gr
50
cm
Baik
2 aterm Ekstraksi
Vacum
SPOG Partus
Lama
2011 Tidak
Normal
PR 3500
gr
50
cm
Baik
d. Riwayat persalinan Sekarang
Usia Kehamilan : Aterm
Jenis Persalinan : Spontan
Penyulit/Komplikas : Tidak ada
Obat-obat yang digunakan : Oksitosin
Lama Kala I : 12 Jam
Lama Kala II : 2 Jam
Lama Kala III : 30 menit
Lama Kala IV : 2 Jam
Episiotomi : Dilakukan
Jumlah Perdarahan : ± 250 cc
Plasenta : Utuh
Perinium : Robekan (+)
Anak lahir tanggal : 20 Oktober 2011
Pukul : 01.00 WIB
BBL/PBL : 3500 gr/50 cm
Jenis kelamin : Perempuan
e . Riwayat KB
Pernah mendengar tentang KB : Pernah
Pernah menjadi akseptor : Pernah
Alat kontrasepsi yang pernah dipakai : Pil
Lama menjadi akseptor KB : 3 Tahun
Alasan berhenti menjadi akseptor : Ibu belum pernah
Jumlah anak yang diinginkan : 2 Orang anak
4. Data Kesehatan
a. Riwayat Penyakit Yang Pernah Diderita
TBC : Tidak ada
Malaria : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
Jantung : Tidak ada
Ginjal : Tidak ada
DM : Tidak ada
b.Riwayat operasi yang pernah dijalani
SC : Tidak ada
Apendiks: Tidak ada
c. Riwayat penyakit keluarga
Hipertensi : Tidak ada
Diabetes : Tidak ada
Gemelli : Tidak ada
5. Data Kebiasaan sehari- hari
a. Nutrisi
Makan : 2 Kali sehari
Porsi / jumlah : 1 Piring nasi dan lauk pauk
Keluahan : Tidak ada
Pantangan : Tidak ada
b. Eliminasi
a. BAK
Frekuensi : ± 6 Kali sehari
Sifat : Cair
Jumlah : Normal
Warna : Kuning jernih
Penyulit : Nyeri pada saat BAK
b. BAB
Frekuensi : 1 Kali sehari
Sifat : Padat
Jumlah : Normal
Warna : Kuning kecoklatan
Penyulit : Nyeri pada saat BAB
c. Aktivitas
a. Istirahat
Tidur siang : ± 1 Jam
Tidur malam : 7 jam sering terbangun untuk BAK
b.Olahraga yang dilakukan : Tidak Ada
d. Personal Hygiene
Mandi : 2 x sehari
Sikat gigi : 2 x sehari
Ganti pakaian dalam : Setelelah selesai mandi
6. Data psikososial
a. Pribadi
Perasaan tentang persalinan : Cemas dan takut
Respon menjadi orang tua : Senang
Persiapan yang dilakukan : Materi dan perlengkapan bayi
Rencana perawatan diri dan bayi : Merawat sendiri
Rencana menyusui : Menyusui sendiri
Rencana KB : Pil
b. Suami dan keluarga
Dukungan suami dan keluarga : Memberikan semangat
c. Budaya
Kebiasaan atau adat istiadat yang dilakukan : Tidak ada
B. DATA OBJEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
Kesadaran : Composmentis
Keadaan umum : Baik
Tekanan darah : 110/70 MmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 0c
RR : 18 x / menit
II. Pemeriksaan Khusus
a. Inspeksi
- Kepala
Rambut : Bersih,tidak ada ketombe dan tidak rontok
Mata : Conjungtiva merah, sclera putih
Hidung : Polip (-)
Mulut : Caries gigi (-)
Muka : Cloasma gravidarum (+), oedema (-)
- Leher : Pembesaran kelenjar tyroid (-),pembesaran vena jugularis (-)
- Payudara
Bentuk : Simetris
Areola mammae : Hyperpigmentasi (+)
Putting susu : Menonjol
Colostrum : (+)
Kelainan : Tidak ada
- Abdomen
Bentuk : Simetris
Striae : Livide
Linea : Alba
Luka bekas operasi: Tidak ada
Kelainan : Nyeri tekan di bagian bawah perut
- Genetalia externa
Perinium : Luka episiotomy (+), Laserasi jalan lahir (+), Heating (+),
Hematoma (-), Oedema (-)
Kelenjar bartholini : Tidak ada pembengkakan
Pengeluaran secret vagina
Jenis : Lochea
Warna : Merah kecoklatan
Bau : Amis
- Anus
Hemoroid : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada kelainan
- Ekstremitas Bawah
Tungkai : Simetris
Oedema : (-)
Varises : Tidak ada
Kelainan : Tidak ada
b. Palpasi Abdomen
Kontraksi uterus : Baik
Konsistensi uterus : Keras
Tinggi fundus uteri : 3 jari di bawah pusat
Involusi uteri : Baik
Kandung kemih : Kosong
c. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
a. Darah
Golongan Darah : O
Haemoglobin : 10 gr%
b. Urine :
Protein : (-)
Glukosa : (-)
C. ASSASSEMENT
1. Diagnosa : P2A0 Post Partum 6 jam dengan nifas normal
2. Masalah : - Nyeri di bagian bawah perut
- Nyeri di bagian luka bekas robekan jalan lahir
- Nyeri saat bab/bak
- Pegal-pegal pada badan dan kedua kaki
4. Kebutuhan:
- Menobservasi vital sign
- KIE tentang pentingnya personal hygiene
- KIE tentang perawatan luka bekas episiotomi yang baik dan benar
- KIE tentang diet selama masa nifas
- KIE tentang perawatan payudara
- KIE tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif
- Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
- Anjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
- Anjurjkan kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet fe
- KEI tentang rasa kram dan mules dibagian bawah perut ibu.
- KEI melakukan tentang gerakan ( turun dari tempat tidur, latihan otot pernafasan,
perut dan dasar panggul )
D. PLANNING
1. Menjelaskan kepada ibu tentang hasil pemeriksaan dimana ibu dalam keadaan baik dan
hasil pemeriksaan sebagai berikut :
Tekanan darah : 110/70 MmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,50c
RR : 18 x / menit
HB : 10 gr%
Ibu mengerti dengan informasi tentang hasil pemeriksaan yang disampaikan
2. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya personal hygiene terutama menjaga
kebersihan diri dan kebersihan di daerah kemaluan.
Ibu mengerti penjelasan dari bidan menegenai pentingnya personal hygiene
3. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan luka bekas episiotomi yang baik dan benar
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan
4. Menjelaskan kepada ibu tentang diet selama masa nifas
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan
5. Menjelaskan kepada ibu tentang perawatan payudara
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan
6. Menjelaskan kepada ibu tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif
Ibu mengerti penjelasan yang diberikan oleh bidan
7. Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi
Ibu mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan
8. Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup
Ibu mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan
9. Menganjurjkan kepada ibu untuk mengkonsumsi tablet fe
Ibu mengikuti anjuran yang diberikan oleh bidan
10. Mengevaluasi tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat
11. Menjelaskan pada ibu bahwa perut mules dan kram itu normal karenaadanya penciutan
uterus(involusi).
DAFTAR PUSTAKA
Betes,B,1998,Buku saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat kesehatan Edisi
2 ,EGS ,Jakarata.
Depkes RI,2003,Konsep asuhan kebidanan , Tradisi printer, Jakarta.
Pengurus Ikatan Bidan Indonesia , Asuhan Kebidanan , Jakarta.
Recommended