1
Efek Elektroakupunktur Terhadap Tekanan Intraokular pada Penderita Glaukoma Absolut atau Glaukoma Kronik Lanjut
Hety, Ciriacus Pramono, Adiningsih Srilestari, Virna Dwi Oktariana
Akupunktur Medik, Ilmu Kesehatan Mata – Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia – RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta
Abstrak Glaukoma umumnya memiliki karakteristik neuropati optik yang terkait dengan hilangnya fungsi penglihatan. Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua dengan prevalensi sebesar 0,46 %. Terapi glaukoma saat ini ditujukan untuk menurunkan tekanan intraokular (TIO). Namun efek samping obat dan hasil terapi yang suboptimal merupakan permasalahan yang menantang. Akupunktur diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan terapi ataupun terapi penunjang untuk glaukoma. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur (EA) dalam menurunkan TIO dan intensitas nyeri pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapat terapi standar namun TIO masih tinggi. Desain penelitian yang digunakan adalah uji klinis sebelum dan sesudah intervensi. Penelitian ini melibatkan 14 pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut. TIO dan skor Visual Analog Scale (VAS) nyeri dinilai sebelum dan sesudah 1 kali terapi EA. Hasil penelitian menunjukkan TIO satu jam setelah EA menurun sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg dibanding sebelum EA (p <0,05). TIO tiga jam setelah EA menurun sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg dibanding sebelum EA (p <0,05). Skor VAS sebelum EA 5.56 ± 1.01 turun menjadi 1.33 ± 1.50 setelah EA (p <0,05). Kesimpulan penelitian ini bahwa EA mempunyai efek menurunkan TIO dan skor VAS secara signifikan. Kata kunci: elektroakupunktur; glaukoma; tekanan intraokular; visual analog scale
Abstract Glaucoma generally has characteristic of optic neuropathy associated with loss of visual function. Glaucoma is the second leading cause of blindness with a prevalence of 0.46%. Current glaucoma therapies aimed at lowering the intraocular pressure (IOP). However, the side effects relating to drugs and suboptimal therapeutic outcome remain as challenging problems. Acupuncture is expected to become one of alternative or adjunctive therapies in glaucoma. This study aimed to determine the effect of electroacupuncture (EA) in lowering IOP and pain intensity among patients with absolute glaucoma or advanced chronic glaucoma who have not or have received standard therapy but still have elevated IOP. This study used before and after intervention trial design. This study involved fourteen patients with absolute or advanced chronic glaucoma. IOP and the Visual Analog Scale (VAS) score were evaluated before and after the single EA therapy. The results of this study showed that IOP at one hour after EA decreased by 6.14 ± 1.90 mmHg compared to before EA (p <0.05). IOP at three hours after EA decreased by 7.43 ± 1.98 mmHg compared to before EA (p <0.05). VAS score before EA was 5.56 ± 1.01 and decreased to 1.33 ± 1.50 after EA (p <0.05). It can be concluded that electroacupuncture had effect in lowering IOP and VAS score significantly. Key words: electroacupuncture, glaucoma, intraocular pressure, visual analog scale
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
2
Pendahuluan / Latar Belakang
Glaukoma adalah sekelompok penyakit yang umumnya memiliki karakteristik
neuropati optik yang terkait dengan hilangnya fungsi penglihatan. Glaukoma merupakan
penyebab kebutaan kedua dengan prevalensi sebesar 0,46 %.1 Terapi glaukoma saat ini
bertujuan untuk menurunkan TIO sehingga mencegah kerusakan saraf optik lebih lanjut.
Namun terdapat permasalahan terapi obat-obatan pada glaukoma yaitu adanya efek samping
obat dan hasil terapi yang tidak selalu memuaskan.2-4
Penggunaan obat-obatan pada terapi glaukoma memiliki beberapa efek samping baik
yang sifatnya lokal maupun sistemik.1,3 Efek samping akibat penggunaan obat-obatan ini
menjadi salah satu penyebab penurunan compliance pasien terhadap pengobatan.5 Selain efek
samping terdapat pula pemasalahan bahwa terapi standar terkadang hasilnya tidak
memuaskan. Kegagalan terapi berkisar dari 13 % (latanaprost) sampai 45% (simpatomimetik)
dan penghentian pengobatan akibat kegagalan terapi dan tidak compliance berkisar dari 30 %
(latanaprost) sampai 63 % (miotika).4
Akupunktur umumnya adalah prosedur yang aman dengan sedikit kontraindikasi atau
komplikasi bila dilakukan oleh orang yang memiliki kompetensi.6 National Institute of Health
(NIH) consensus panel on acupuncture menyatakan bahwa efek samping akupunktur sangat
sedikit. Efek samping yang paling umum terjadi adalah memar atau perdarahan pada tempat
penusukan, diikuti oleh respons vaso-vagal sementara. Lainnya meliputi infeksi, dermatitis.
Untuk menghindari efek samping tersebut adalah penting untuk mengikuti standar akupunktur
dan sterilitas.7
Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa akupunktur dapat menurunkan TIO dan
intensitas nyeri pasien glaukoma. Berdasarkan hal ini diharapkan akupunktur dapat menjadi
salah satu pilihan terapi ataupun terapi penunjang untuk glaukoma. Walaupun terdapat banyak
terapi yang telah tersedia untuk glaukoma, glaukoma adalah suatu kondisi kronik yang
memungkinkan pasien untuk mencari pengobatan lain untuk melengkapi terapi reguler
mereka.8
Sepengetahuan penulis, sampai saat ini di Indonesia belum ada penelitian yang
membuktikan efektivitas akupunktur dalam menurunkan TIO. Atas dasar ini, penulis
mencoba melakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui efek elektroakupunktur
dalam menurunkan TIO pada pasien glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang
belum atau telah mendapat terapi standar namun TIO masih tinggi. Selain itu, dinilai pula
efek elektroakupunktur terhadap intensitas nyeri pada pasien glaukoma absolut atau glaukoma
kronik lanjut yang mengalami nyeri.
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
3
Tinjauan Teoritis
Akupunktur merupakan suatu cara pengobatan dengan menusukkan jarum pada titik
tertentu di kulit untuk menghilangkan nyeri dan mengobati berbagai kondisi kesehatan
tertentu. Dewasa ini akupunktur semakin banyak dipergunakan di dunia untuk mengobati
berbagai kelainan. Seiring dengan perkembangan ilmu biomedik di negara Barat pada akhir
abad ke-20, mendorong disiplin akupunktur medik berkembang sebagai bagian dari ilmu
kedokteran fisik yang berlandaskan pada biomedik dan evidence based.7 Pada bulan
November 1997, NIH concensus development conference panel menyatakan bahwa,
“Terdapat cukup bukti bahwa akupunktur bermanfaat untuk diperluas penggunaannya dalam
pengobatan konvensional dan mendorong penelitian lebih lanjut mengenai fisiologi dan nilai
klinis akupunktur”6
Berbagai penelitian menunjukkan bahwa titik akupunktur merupakan daerah kulit
yang berbeda dengan sekitarnya yaitu memiliki kapasitas dan potensial listrik yang tinggi
serta tahanan listrik yang rendah. Secara histologis, pada titik akupunktur terdapat struktur
yang dinyatakan sebagai neurovascular hemolymphatic complex dan jaringan persarafan yang
lebih padat daripada jaringan sekitarnya. Titik akupunktur merupakan suatu daerah peka
rangsang yang apabila dirangsang akan mengaktifkan berbagai molekul sinyal spesifik yang
akan mempengaruhi berbagai fungsi sel yang memiliki reseptor spesifik dalam fungsi neuro-
endokrin-imun untuk mencapai homeostasis.7,9
Elektroakupunktur didefinisikan secara luas sebagai suatu terminologi komprehensif
untuk semua prosedur pengukuran maupun terapi yang berasal dari akupunktur cina tetapi
menggunakan elektronik modern. Beberapa menganggap EA secara terbatas, sebagai
stimulasi elektrik pada titik akupunktur secara eksklusif melalui jarum. Terdapat beberapa
keuntungan EA yaitu EA lebih efektif dibandingkan dengan akupunktur manual pada
beberapa situasi, dan sering memberikan potensiasi efek yang diperoleh dari metode manual;
EA lebih menghemat waktu dan lebih sedikit tergantung pada praktisi akupunktur
dibandingkan dengan akupunktur manual; pada beberapa kasus dapat memberikan hasil yang
lebih cepat dan bertahan lebih lama; EA memiliki efek spesifik terhadap nyeri, relaksasi,
sirkulasi dan otot yang berbeda dari akupunktur manual; EA lebih terkontrol, terstandarisasi
dan dapat diukur secara objektif dibanding dengan akupunktur manual; EA memberikan
stimulasi yang lebih kuat, terus menerus dengan kerusakan jaringan yang lebih sedikit.10
Mekanisme kerja akupunktur pada glaukoma dapat dijelaskan sebagai berikut:
penusukan akupunktur merupakan mikrotrauma yang dapat merangsang pengeluaran
Calcitonin Gene Related Peptide (CGRP), β-endorfin dan merangsang serabut somatik aferen.
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
4
Hal ini dapat mengatur aliran darah regional melalui refleks somatoautonomik. Peningkatan
aliran darah ini dimediasi oleh penurunan resistensi vaskuler dan tonus vaskuler.7,11 Perbaikan
sirkulasi akan diikuti dengan penyerapan substansi inflamasi perangsang nosiseptor.12
Hasil penelitian akupunktur pada glaukoma sudut terbuka menunjukkan bahwa
tindakan akupunktur memperbaiki hemodinamik pembuluh darah retrobulbar. Penilaian
hemodinamik pembuluh darah retrobulbar dinilai menggunakan color doppler imaging dan
menunjukkan bahwa indeks resistensi pembuluh darah siliaris posterior brevis dan arteri
retina sentralis mengalami penurunan bila dibandingkan dengan keadaan sebelum akupunktur
(p <0,05).11 Naruse dkk juga melaporkan bahwa aliran darah korioretina meningkat setelah
stimulasi di titik akupunktur LI 4 Hegu selama 30 menit. Mereka membuat kesimpulan bahwa
perubahan sirkulasi dimediasi oleh reaksi parasimpatis terhadap stimulasi akupunktur.13
Akupunktur dalam menurunkan TIO bekerja melalui depresi aktivitas simpatoadrenal
dan peningkatan kadar β-endorfin. Penelitian terdahulu menunjukkan bahwa penurunan kadar
norepinefrin di cairan akuos berperan menurunkan TIO. Penelitian terdahulu juga
menunjukkan bahwa aktivasi reseptor opioid menurunkan aktivitas saraf simpatis di korpus
siliaris. Penelitian eksperimental menggunakan kelinci menunjukkan bahwa EA frekuensi
rendah menginduksi hipotensi okular berkaitan dengan supresi kadar norepinefrin dan
dopamin di akuos. Penurunan aktivitas simpatis ini menurunkan produksi cairan akuos
sehingga TIO menurun. Faktor lain untuk menurunkan TIO yaitu peningkatan aliran keluar
cairan akuos, hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan kadar beta endorfin di cairan akuos.
Pemberian nalokson (antagonis reseptor opioid) menyebabkan efek penurunan TIO yang
diinduksi oleh EA tidak terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa reseptor opioid terlibat dalam
efek penurunan TIO yang diinduksi oleh EA.14 Rangsang penusukan juga memberikan efek
humoral yaitu akan mengaktivasi hipotalamus-hipofisis sehingga melepaskan beta-endorfin
ke dalam darah dan cairan serebrospinalis. Hal ini dapat berperan dalam analgesia yang
diinduksi oleh akupunktur.7
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa akupunktur dapat menurunkan TIO dan
intensitas nyeri pasien glaukoma. Penelitian tersebut antara lain: Takayama S dkk pada tahun
2011 melakukan penelitian mengenai efek jangka pendek akupunktur pada glaukoma sudut
terbuka terhadap sirkulasi retrobulbar (terapi tambahan terhadap pengobatan standar). Sebelas
pasien glaukoma (20 mata yang mengalami glaukoma) diterapi dengan antiglaukoma topikal
selama paling sedikit 3 bulan. Akupunktur dilakukan pada titik BL 2 Cuanzhu, EX-HN 5
Taiyang, ST 2 Sibai, ST 36 Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, KI 3 Taixi, LR 3 Taichong, GB 20
Fengchi, BL 18 Ganshu, dan BL 23 Senshu bilateral. Sirkulasi retrobulbar diukur dengan
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
5
color doppler imaging, TIO diukur pada saat istirahat dan 1 jam setelah istirahat serta setelah
akupunktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan signifikan pada nilai
indeks resistif arteri siliaris posterior brevis (p<0,01) dan TIO (p<0,01) setelah akupunktur
dibanding dengan tanpa terapi akupunktur. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa
akupunktur dapat meningkatkan sirkulasi retrobulbar dan menurunkan TIO yang
mengindikasikan efikasi akupunktur untuk glaukoma sudut terbuka.11
Chu TC dkk pada tahun 2002 melakukan penelitian mengenai hipotensi okular yang
diinduksi oleh EA. Penelitian ini bertujuan untuk menyelidiki efek EA terhadap dinamika
cairan akuos kelinci. Penelitian pendahuluan menggunakan akupunktur manual di titik GB 30
Huantiao selama 1 jam. Tekanan intraokular diukur menggunakan pneumatonometer pada -1
dan 0 jam sebelum akupunktur dan setelah akupunktur ( ½, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, dan 9 jam ).
Setelah 1 jam akupunktur manual, didapatkan penurunan TIO sebesar 3,8 ± 0,6 mmHg pada
pengukuran di 2 jam. Pada stimulasi EA di titik GB 30 Huantiao selama ½ jam didapatkan
penurunan TIO maksimum sebesar 5 mmHg pada pengukuran di 2 jam. Pada stimulasi EA
selama 1 jam, didapatkan penurunan TIO maksimum sebesar 9 mmHg pada pengukuran di 3
jam. Penurunan TIO disertai dengan penurunan laju aliran cairan akuos, penurunan kadar
norepinefrin dan dopamin dalam cairan akuos. Selain itu, stimulasi EA menginduksi kenaikan
8 kali lipat kadar endorfin dalam cairan akuos. Pemberian nalokson sebelum terapi
memberikan efek antagonis terhadap hasil tersebut. Pada percobaan akupunktur sham, jarum
akupunktur ditusukkan 2 inchi menjauhi saraf sciatic. Penusukan di titik sham ini tidak
memperlihatkan perubahan TIO yang signifikan. Efek antagonis nalokson terhadap hipotensi
okular yang diinduksi oleh EA, supresi aliran cairan akuos dan kadar katekolamin serta
peningkatan kadar endorfin dalam cairan akuos oleh EA mengindikasikan bahwa
opioid/reseptor opiat terlibat dalam modulasi hidrodinamika okular sebagai respon terhadap
EA.14
Her JS dkk pada tahun 2010 melakukan uji klinis acak terkontrol mengenai efek
penurunan TIO dari acupressure telinga pada pasien glaukoma. Tiga puluh tiga pasien dibagi
menjadi kelompok acupressure telinga (16 pasien, 28 mata glaukoma) dan kelompok sham
(17 pasien, 32 mata glaukoma). Pasien pada kelompok acupressure telinga dipasang bola
logam di titik akupunktur telinga (ginjal, hati, dan mata) dan dilakukan pemijatan secara
teratur sehari dua kali selama 4 minggu. Pasien pada kelompok sham dipasang bola logam
pada titik akupunktur telinga sham (pergelangan tangan, bahu, dan rahang) tanpa stimulasi
pemijatan. TIO dan ketajaman penglihatan dinilai sebelum dan sesudah perlakuan pada 4
minggu pertama dan dilakukan follow up hingga 8 minggu. Hasil penelitian menunjukkan
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
6
bahwa setelah terapi dan pada 8 minggu follow up, TIO dan ketajaman penglihatan
mengalami perbaikan secara signifikan pada kelompok acupressure bila dibandingkan dengan
sebelum terapi (p <0,05).12
Sutoyo HS pada tahun 1998 melakukan penelitian mengenai efek akupunktur terhadap
nyeri pada 25 penderita glaukoma absolut. Akupunktur dilakukan di titik BL 2 Cuanzhu, GB
1 Tongziliao, EX-HN 5 Taiyang pada sisi yang sakit. LI 4 Hegu, SP 6 Sanyinjiao, BL 3 Taixi,
LR 2 Xingjian, LR 3 Taichong, GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu bilateral selama 1 seri (12
kali) dan dilakukan 2 kali seminggu. Hasil penelitian menunjukkan adanya penurunan derajat
nyeri, akupunktur memberikan penurunan derajat nyeri sebesar 80% atau lebih pada 13
penderita (52 %), dan penurunan derajat nyeri sebesar 60 - 80 % pada 11 penderita (44%) dan
penurunan derajat nyeri 20 - 60 % pada 1 penderita glaukoma absolut dolorosa (4%).15
Metode Penelitian
Desain penelitian yang dipilih pada penelitian ini adalah uji klinis sebelum dan
sesudah intervensi. Penelitian dilakukan terhadap 14 pasien glaukoma absolut atau glaukoma
kronik lanjut yang datang ke poliklinik Mata RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo Jakarta.
Keempat belas pasien tersebut telah memenuhi kriteria penerimaan yang ditetapkan dan
menyatakan kesediaannya untuk menjadi responden penelitian serta telah menandatangani
lembar informed consent. Kriteria penerimaan yaitu pasien laki-laki atau perempuan yang
kooperatif mendapatkan terapi EA, telah terdiagnosis glaukoma absolut atau glaukoma kronik
lanjut dari Poliklinik Mata RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo, memiliki tekanan intraokular
≥21 mmHg, menandatangani informed consent. Kriteria Penolakan yaitu terdapat infeksi di
daerah penusukan, mengalami episode akut glaukoma, terdapat kontraindikasi dilakukan
tindakan akupunktur maupun EA (kedaruratan medik, kasus pembedahan, gangguan
pembekuan darah, penusukan pada daerah tumor ganas, dalam keadaan hamil, menggunakan
pacemaker, kurangnya sensibilitas kulit dan lesi kulit yang luas). Kriteria gugur yaitu tidak
menyelesaikan prosedur penelitian.
Alat dan bahan yang digunakan yaitu jarum akupunktur disposable ukuran 0,25 mm
x 40 mm, 0.25 mm x 25 mm dan 0.20 mm x 13 mm merk BaiYiMei, elektrostimulator merk
Hwato, pengukur waktu (timer) merk Master, Alcohol Swab 70%, tonometer Aplanasi
Goldmann, tetes mata anestesi lokal (pantokain) dan kertas fluorosence.
Alur penelitian adalah sebagai berikut: pasien yang memenuhi kriteria penerimaan dan
bersedia bersedia menjadi responden penelitian akan diminta untuk menanda tangani
informed consent. Status penelitian pasien tersebut kemudian dilengkapi. Data yang diambil
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
7
sebelum EA meliputi TIO dan skor VAS (pada pasien yang disertai keluhan nyeri).
Penusukan pada pasien dilakukan pada posisi duduk. Tindakan aseptik dan antiseptik
dilakukan di tempat yang akan ditusuk. Penusukan jarum akupunktur dilakukan di titik BL 2
Cuanzhu, EX-HN 5 Taiyang dan ST 2 Sibai pada sisi mata yang mengalami glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut. Penusukan pada titik ST 36 Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, KI 3
Taixi, LR 3 Taichong, GB 20 Fengchi, GB 37 Guangming, BL 18 Ganshu, BL 23 Senshu dan
LI 4 Hegu dilakukan pada kedua sisi tubuh (bilateral). Semua jarum akupunktur yang sudah
ditusukkan dihubungkan dengan elektrostimulator kecuali jarum yang ditusukkan di titik ST 2
Sibai. Setelah jarum dihubungkan dengan elektrostimulator lalu alat dinyalakan. Rangsang
elektrostimulator yang digunakan adalah gelombang continuous frekuensi 3 Hz, dengan besar
intensitas sesuai dengan kenyamanan pasien. Jarum ditinggalkan selama 30 menit. Setelah
tindakan akupunktur dilakukan penilaian ulang skor VAS dan pengukuran TIO pada 1 jam
setelah EA dan 3 jam setelah EA.
Tekanan intraokular diukur menggunakan tonometer aplanasi Goldmann oleh dokter
spesialis mata yang saat penelitian berlangsung sedang bertugas di polikilinik Mata RSUPN
Dr Cipto Mangunkusumo. Skor VAS dinilai oleh pasien berdasarkan intensitas nyeri yang
saat itu sedang dialaminya. Kriteria keberhasilan efek EA terhadap penurunan TIO ditetapkan
sebagai berikut : dikatakan berhasil bila terjadi penurunan TIO dan dikatakan gagal bila TIO
menetap atau meningkat. Kriteria keberhasilan efek EA terhadap penurunan intensitas nyeri
ditetapkan sebagai berikut : dikatakan berhasil bila terjadi penurunan skor VAS dan dikatakan
gagal bila skor VAS menetap atau meningkat.
Analisis data penelitian ini menggunakan 2 jenis uji statistik. Data nilai TIO sebelum,
1 jam dan 3 jam setelah EA adalah jenis variabel numerik dengan distribusi data normal, oleh
karena itu digunakan uji Repeated ANOVA. Data skor VAS sebelum dan sesudah EA juga
termasuk variabel numerik dengan distribusi data normal, oleh karena itu digunakan uji T
berpasangan. Pada penelitian ini ditetapkan bila hasil uji hipotesis komparatif menunjukkan
nilai p > α (p > 0,05) dapat diartikan tidak terdapat perbedaan bermakna antara variabel yang
dibandingkan, sebaliknya bila nilai p < α (p < 0,05) berarti terdapat perbedaan bermakna dari
variabel yang dibandingkan.
Penelitian ini telah mendapat persetujuan dari Komite Etik Penelitian Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Nomor: 16/PT02.FK/ETIK/2012. Responden
yang mengikuti penelitian ini telah setuju dengan sukarela untuk berpartisipasi dan
menandatangani informed consent. Identitas responden dirahasiakan dan tidak akan muncul
dalam publikasi apapun serta tidak diberikan pada siapapun tanpa persetujuan dari responden.
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
8
Hasil Penelitian
Penelitian melibatkan 14 pasien yaitu 8 pasien glaukoma absolut dan 6 pasien
glaukoma kronik lanjut. Dari 14 pasien tersebut terdapat 9 pasien glaukoma yang disertai
keluhan nyeri dan 5 pasien tanpa keluhan nyeri. Selama penelitian tidak terdapat responden
yang drop out. Keseluruhan responden ini dianalisa secara statistik.
Hasil penelitian menunjukkan rerata penurunan TIO saat satu jam setelah EA
dibanding sebelum EA sebesar 6,14 ± 1,90 mmHg (p <0,05). Rerata penurunan TIO saat tiga
jam setelah EA dibanding sebelum EA sebesar 7,43 ± 1,98 mmHg (p <0,05). Rerata
penurunan TIO saat tiga jam setelah EA dibanding satu jam setelah EA sebesar 1,29 ± 1,23
mmHg (p >0,05). Angka keberhasilan penurunan TIO saat satu jam setelah EA adalah
85,71%. Angka keberhasilan penurunan TIO setelah tiga jam EA adalah 92,86 %. Skor VAS
sebelum EA 5.56 ± 1.01 turun menjadi 1.33 ± 1.50 setelah EA (p<0,05). Angka keberhasilan
penurunan skor VAS sebesar 100 %.
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
9
Tabel 1. Karakteristik Responden Karakteristik Jumlah %
Jenis kelamin
Laki-laki 8 57,1
Perempuan 6 42,9
Umur (tahun)
≤ 20 1 7,1
21-40 1 7,1
41-60 6 42,9
61-80 5 35,7
≥ 81 1 7,1
Mata yang diakupunktur
Kanan 8 57,1
Kiri 6 42,9
Lama Keluhan (tahun)
< 1 2 14,3
1-3 5 35,7
4-6 3 21,4
7-9 1 7,1
≥ 10 3 21,4
Tipe Glaukoma
Absolut 8 57,1
Kronik lanjut 6 42,9
Disertai Nyeri
Ya 9 64,3
Tidak 5 35,7
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
10
Tabel 2. Nilai Rerata Sebelum EA, 1 jam dan 3 jam Setelah EA
Waktu Pengukuran TIO
Rerata ± SD (mmHg)
95% Interval Kepercayaan
Batas Bawah
(mmHg) Batas Atas (mmHg)
Sebelum EA 45.500 ± 4.657 35.439 55.561
1 jam setelah EA 39.357 ± 4.043 30.622 48.092
3 jam setelah EA 38.071 ± 3.910 29.624 46.519
Tabel 3. Nilai Rerata Perubahan TIO Sebelum EA, 1 jam & 3 jam setelah EA
Pengukuran TIO Perbedaan Rerata ± SD (mmHg) P
95% Interval Kepercayaan Batas Bawah
(mmHg) Batas Atas (mmHg)
Sebelum EA vs 1 jam setelah EA
6.143* ± 1.904 0.007 2.030 10.256
Sebelum EA vs 3 jam setelah EA
7.429* ± 1.983 0.002 3.145 11.712
1 jam setelah EA vs 3 jam setelah EA
1.286 ± 1.233 0.316 -1.379 3.950
* Bermakna pada p<0.05, Repeated ANOVA
Tabel 4.Tabel Angka Keberhasilan Penurunan TIO 1 jam & 3 jam Setelah EA
Waktu Pengukuran Hasil Penilaian
Total Berhasil Gagal
1 jam setelah EA 12 (85,71%) 2 (14,29%) 14 (100%)
3 jam setelah EA 13 (92,86%) 1 (7,14 %) 14 (100%)
Tabel 5.Tabel penurunan TIO 1 jam Setelah EA Berdasarkan Tipe Glaukoma
Tipe glaukoma Penurunan TIO * Jumlah
responden <20 % >20 % Tidak turun
GPSTa 1 1 1 3
GPSTp 4 2 0 6
Glaukoma Juvenille 1 0 0 1
Glaukoma Sekunder 2 1 1 4
Total 8 4 2 14 *Persentase penurunan TIO dibandingkan dengan TIO sebelum EA GPSTa = Glaukoma Primer Sudut Terbuka GPSTp = Glaukoma Primer Sudut Tertutup
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
11
Tabel 6.Tabel Penurunan TIO 3 jam Setelah EA Berdasarkan Tipe Glaukoma
Tipe glaukoma Penurunan TIO * Jumlah
responden <20 % >20 % Tidak turun
GPSTa 2 0 1 3
GPSTp 2 4 0 6
Glaukoma Juvenille 0 1 0 1
Glaukoma Sekunder 3 1 0 4
Total 7 6 1 14 *Persentase penurunan TIO dibandingkan dengan TIO sebelum EA GPSTa = Glaukoma Primer Sudut Terbuka GPSTp = Glaukoma Primer Sudut Tertutup
Tabel 7. Nilai Rerata Skor VAS Sebelum dan Setelah EA
n Rerata ±SD P
VAS Sebelum EA 9 5.56±1.014 0,000*
VAS Setelah EA 9 1.33±1.500 * bermakna pada p<0,05, T Berpasangan
Tabel 8. Angka Keberhasilan Penurunan Skor VAS
Jumlah pasien %
Berhasil
Gagal
9 100
0 0
Total 9 100
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan pada 14 responden pasien glaukoma absolut atau glaukoma
kronik lanjut dengan atau tanpa keluhan nyeri. Pengukuran TIO dilakukan sebanyak 3 kali
pada tiap responden yaitu pada saat sebelum EA, 1 jam dan 3 jam setelah EA. Prosedur EA
dilakukan 1 kali untuk tiap responden. Responden yang memiliki keluhan nyeri pada mata,
dinilai juga intensitas nyeri dengan VAS. Pencatatan skor VAS dilakukan sebelum dan
sesudah EA, skor ini kemudian dibandingkan dan dilakukan analisis statistik.
Pada penelitian ini dilakukan penusukan akupunktur di titik-titik tertentu. Alasan
pemilihan titik-titik akupunktur tersebut sebagai berikut: berdasarkan pada sebuah penelitian
yang menggunakan kombinasi titik BL 2 Cuanzhu, EX-HN 5 Taiyang, ST 2 Sibai, ST 36
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
12
Zusanli, SP 6 Sanyinjiao, KI 3 Taixi, LR 3 Taichong, GB 20 Fengchi, BL 18 Ganshu dan BL
23 Senshu dapat meningkatkan sirkulasi retrobulbar dan menurunkan TIO. Titik GB 37
Guangming merupakan titik yang secara empiris diindikasikan untuk kelainan pada mata.
Titik LI 4 Hegu merupakan titik yang terbukti dapat meningkatkan endorfin dan diindikasikan
untuk mengurangi nyeri.
Mekanisme kerja akupunktur pada glaukoma melalui mekanisme lokal dan sentral.
Penusukan akupunktur merupakan mikrotrauma yang dapat merangsang pengeluaran CGRP
dan β-endorfin, merangsang serabut somatik aferen. Hal ini dapat mengatur aliran darah
regional melalui refleks somatoautonomik. Peningkatan aliran darah ini dimediasi oleh
penurunan resistensi vaskuler dan tonus vaskuler.7,11 Perbaikan sirkulasi ini diikuti dengan
penyerapan substansi inflamasi perangsang nosiseptor.12
Akupunktur menurunkan TIO bekerja melalui depresi aktivitas simpatoadrenal dan
peningkatan kadar beta endorfin. Penelitian menunjukkan bahwa penurunan kadar
norepinefrin di akuos berperan menurunkan TIO. Penelitian terdahulu juga menunjukkan
bahwa aktivasi reseptor opioid menurunkan aktivitas saraf simpatis di korpus siliaris.
Penurunan aktivitas simpatis ini menurunkan produksi cairan akuos sehingga TIO menurun.
Faktor lain untuk menurunkan TIO yaitu peningkatan aliran keluar cairan akuos, hal ini dapat
disebabkan oleh peningkatan kadar beta endorfin di cairan akuos. Pemberian nalokson
(antagonis reseptor opioid) menyebabkan efek penurunan TIO yang diinduksi oleh EA tidak
terjadi. Hal ini mengindikasikan bahwa reseptor opioid terlibat dalam efek penurunan TIO
yang diinduksi oleh EA.14 Rangsang penusukan juga memberikan efek humoral yaitu akan
mengaktivasi hipotalamus-hipofisis sehingga melepaskan beta-endorfin ke dalam darah dan
cairan serebrospinalis. Hal ini dapat berperan dalam analgesia yang diinduksi oleh
akupunktur.7
Hasil penelitian ini menunjukkan adanya penurunan TIO yang bermakna pada 1 jam
dan 3 jam setelah 1 kali tindakan EA bila dibandingkan dengan TIO sebelum EA (p<0,05).
Nilai TIO 3 jam setelah EA tidak menunjukkan penurunan yang bermakna bila dibandingkan
dengan TIO 1 jam setelah EA (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa TIO pada 1 jam setelah
EA dan 3 jam setelah EA relatif sama. Angka keberhasilan penurunan TIO 1 jam setelah EA
adalah 85,71% sedangkan angka keberhasilan penurunan TIO setelah 3 jam EA adalah 92,86
%. Efek EA terhadap penurunan TIO telah terlihat pada 1 jam setelah EA, efek ini masih
terlihat hingga 3 jam setelah EA. Belum diketahui pasti berapa lama efek ini akan bertahan,
oleh karena itu diperlukan penelitian selanjutnya.
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
13
Pada 9 responden yang mengalami keluhan nyeri, didapatkan hasil skor VAS setelah
EA mengalami penurunan bermakna dari 5.56 ± 1.01 menjadi 1.33 ± 1.50 (p<0,05). Angka
keberhasilan penurunan skor VAS setelah EA adalah sebesar 100 %. Hal ini menunjukkan
bahwa tindakan EA dapat menurunkan intensitas nyeri pada responden.
Rata-rata penurunan TIO setelah 3 jam tindakan EA adalah 15,34 %. Kepustakaan
menyebutkan bahwa tetes mata timolol memberikan efek penurunan TIO sebesar 20-30%.
Rerata penurunan TIO pada EA lebih rendah bila dibandingkan dengan penurunan yang
dihasilkan oleh pemberian timolol, hal ini dapat disebabkan karena EA hanya dilakukan 1
kali, dan sebagian besar EA dilakukan pada pasien yang telah mendapatkan terapi standar
glaukoma namun TIO masih diatas normal. Enam responden menunjukkan respon penurunan
TIO lebih dari 20%. Keenam responden tersebut memiliki diagnosis sebagai berikut: 4
responden dengan diagnosis GPSTp, 1 responden dengan diagnosis glaukoma juvenille, 1
responden dengan diagnosis glaukoma sekunder. Responden dalam penelitian ini lebih
banyak pasien dengan diagnosis GPSTp. Oleh karena itu, saat ini belum dapat disimpulkan
bahwa EA lebih efektif pada kasus GPSTp. Hasil pengamatan terhadap karakteristik keenam
responden yang mengalami penurunan TIO >20% belum dapat memberikan kesimpulan
tentang hubungan antara karakteristik responden terhadap efek penurunan TIO setelah
tindakan EA.
Terdapat 4 responden dengan hasil pengukuran TIO yang tidak sesuai dengan grafik
kecenderungan penurunan TIO setelah EA. Terdapat responden yang mengalami penurunan
TIO pada 1 jam setelah EA dan kemudian terjadi kenaikan TIO pada 3 jam setelah EA.
Terdapat pula responden yang mengalami kenaikan TIO pada 1 jam setelah EA dan kemudian
terjadi penurunan TIO 3 jam setelah EA. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh variasi respon
terapi pada responden. Terdapat responden yang belum menunjukkan efek penurunan TIO
pada 1 jam setelah EA dan ada pula yang efek penurunan TIO hanya bertahan kurang dari 3
jam. Mekanisme terjadinya hal ini belum diketahui pasti.
Responden pada penelitian ini masih memiliki TIO diatas normal dengan atau tanpa
pengobatan medikamentosa maupun pembedahan. Beberapa pasien telah menggunakan
kombinasi beberapa obat glaukoma maupun kombinasi antara pembedahan dan obat. Dalam
hal ini EA berperan sebagai terapi tambahan untuk menurunkan TIO. Selain menurunkan
TIO, EA juga dapat berperan dalam menurunkan intensitas nyeri pada mata. EA merupakan
prosedur tindakan yang relatif aman dengan sedikit efek samping (efek samping paling sering
adalah hematoma).
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
14
Kesimpulan
Elektroakupunktur mempunyai efek menurunkan TIO pada pasien glaukoma absolut
atau glaukoma kronik lanjut yang belum atau telah mendapatkan terapi standar namun TIO
masih tinggi. Elektroakupunktur juga memiliki efek menurunkan skor VAS nyeri pasien
glaukoma absolut atau glaukoma kronik lanjut yang mengalami keluhan nyeri.
Saran
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk melakukan penelitian lanjutan dengan
jumlah sampel yang lebih banyak dan menggunakan desain penelitian randomized controlled
trial. Penelitian lanjutan tersebut dapat ditujukan untuk mengetahui efek akupunktur terhadap
TIO pasien glaukoma pada jangka panjang. Dalam bidang pelayanan kesehatan diharapkan
akupunktur dapat digunakan sebagai terapi penunjang dalam tatalaksana pasien glaukoma.
Kepustakaan
1. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan DepKes RI. Laporan Hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Nasional 2007. Jakarta, Desember 2008.
2. Cioffi GA, Durcan FJ, Girkin CA, Gross RL, Netland PA, Samples JR, et al.
Glaucoma. Singapore: American Academy of Ophthalmology; 2009-2010.
3. Ilyas S. Glaukoma (tekanan bola mata tinggi). Edisi kedua. Jakarta: balai penerbit
FKUI; 2001.
4. Zhou Z, Althin R, Sforzolini BS, Dhawan R. Persistency and treatment failure in
newly diagnosed open angle glaucoma patients in the United Kingdom. Br J
Ophthalmol 2004; 88: 1391–94.
5. Greenfield DS. Barrier to compliance. In: Weinreb RN. Pharmacoeconomics and
Patients Compliance With Glaucoma Therapy. Glaucoma today 2009; 4.
6. World Health Organization. Acupuncture: review and analysis of reports on controlled
clinical trials, 2003.
7. Kiswojo, Widya DK, Srilestari A. Mekanisme Kerja Akupunktur Medik. Kolegium
Akupunktur Indonesia, Jakarta, 2009.
8. Law SK, Li T. Acupuncture for glaucoma. Cochrane database of sistematic reviews,
2009.
9. Filshie J, White A. Medical acupuncture: A western scientific approach. London:
Churchill Livingstone, 2004.
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.
15
10. Mayor DF. Electroacupuncture a practical manual and resource. Spain: Churchill
livingstone. 2007.
11. Takayama S, Seki T, Nakazawa T, Aizawa N, Takahashi S, Watanabe M, et al. Short-
term effects of acupuncture on open-angle glaucoma in retrobulbar circulation:
additional therapy to standard medication. Hindawi Publishing Corporation Evidence-
Based Complementary and Alternative Medicine 2011. p1-6.
12. Sudirman S. Mekanisme analgesia akupunktur. Universitas Negeri Sebelas Maret.
Disertasi. 2009.
13. Her JS, Liu PL, Cheng NC, Hung HC, Huang PH, Chen YL, et al. Intraocular
pressure-lowering effect of auricular acupressure in patients with glaucoma: a
prospective, single-Blinded, randomized controlled trial. The Journ of altern and
complement med 2010; 16(11): 1177–84.
14. Chu TC, Potter DE. Ocular hypotension induced by electroacupuncture. Journ of
Ocular Pharmacology and therapeutics 2002; 18(4).
15. Sutoyo HS. Efek Akupunktur terhadap Nyeri pada 25 penderita Glaukoma Absolut.
Departemen Akupunktur Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo. 1998.
Efek elektroakupuntur..., Hety, FK UI, 2013.