i
i
EFEKTIVITAS METODE WIDYAWISATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VI
SEKOLAH DASAR NEGERI BATURAPPE KECAMATAN BIRINGBULU
KABUPATEN GOWA
THE EFFECTIVENESS OF THE METHOD EXCURSION
POETRY WRITING SKILLS OF SIXTH GRADE STUDENTS IN PUBLIC PRIMARY SCHOOLS BATURAPPE BIRINGBULU
DISTRICT OF GOWA
TESIS
ABD. SALAM NIM: 04.07.815.2012
PROGRAM STUDY BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2014
ii
ii
EFEKTIVITAS METODE WIDYAWISATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VI
SEKOLAH DASAR NEGERI BATURAPPE KECAMATAN BIRINGBULU
KABUPATEN GOWA
TESIS
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Magister
Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Disusun dan Diajukan oleh:
ABD SALAM NIM: 04.07.815.2012
kepada
PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA
INDONESIA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2014
iii
iii
HALAMAN PENGESAHAN
TESIS
EFEKTIVITAS METODE WIDYA WISATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS PUISI SISWA KELAS VI
SEKOLAH DASAR NEGERI BATURAPPE KECAMATAN BIRINGBULU KABUPATEN GOWA
Disusun dan Diajukan oleh
ABD SALAM NIM: 04.07.815.2012
Telah dipertahankan di depan Panitia Ujian Tesis Pada tanggal 7 November 2014
Menyetujui,
Komisi Pembimbing:
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Muhammad Rapi Tang, M.S. Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd.
Mengetahui:
Direktur Program Pascasarjana Ketua Program Studi Magister Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia Prof. Dr. H. M. Ide Said DM, M.Pd Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum NBM. 988463 NBM. 922699
iv
iv
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI Judul Tesis : Efektivitas Metode Widyawisata dalam
Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VI
Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa.
Nama Mahasiswa : Abd. Salam
NIM : 04.07.815.2012.
Program Studi : Pendidikan Bahasa
Kekhususan : Bahasa dan Sastra Indonesia
Telah diuji dan dipertahankan di depan Panitia Penguji Tesis pada
tanggal, 7 November 2014 dan dinyatakan telah memenuhi persyaratan
dan dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia pada Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar.
Makassar, 10 Desember 2014
1. Prof. Dr. Muhammad Rapi Tang, M.S. ...............................................
(Ketua / Pembimbing / Penguji)
2. Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd. ...............................................
(Sekretaris / Pembimbing / Penguji)
3. Prof. Dr. H.M. Ide Said, D.M, M.Pd. ...............................................
(Penguji)
4. Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum. ..............................................
(Penguji)
v
v
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR PROGRAM PASCASARJANA
PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TESIS
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Abd. Salam
Nomor Pokok : 04.07.815.2012
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Judul : Efektivitas Metode Widyawisata dalam
Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VI
Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa.
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini
benar - benar merupakan hasil karya saya sendiri bukan merupakan
pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa
sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia
menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Makassar, 7 November 2014
Yang berjanji
Abd Salam
vi
vi
PRAKATA
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Puji dan syukur penulis acapkan ke hadirat Allas Swt., yang selalu
memberikan berkat hidayah, rahmat, petunjuk, sehingga penulisan tesis ini
dapat diselesaikan. Dengan selesainya penulisan tesis ini tidak terlepas
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan kepada Prof.Dr Muhammad Rapi Tang, M.S. dan
Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd. masing-masing Pembimbing I dan Pembimbing II
keduanya tidak mengenal lelah dalam memberikan bimbingan, arahan, dan
motivasi.
Penghargaan yang tidak terhingga penulis sampaikan pula
kepada Prof. Dr. H. M. Ide Said DM., M.Pd. Direktur Program Pascasarjana
Universitas Muhammadiyah Makassar yang memberikan fasilitas sehingga
penulis dapat menyelesaikan studi sesuai dengan rencana. Demikian pula
penghargaan dan terima kasih kepada Dr. Abd. Rahman Rahim, M.Hum.
Ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Program
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Makassar yang selalu
memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi untuk segera menyelesaikan
pendidikan.
Ucapan terima kasih tidak lupa penulis sampaikan kepada Kepala
Dinas Pendidikan Olahraga dan Pemuda Kabupaten Gowa yang
memberikan izin mulai mengikuti perkuliahan sampai pada pelaksanaan
penelitian di Sekolah Dasar Negeri Baturappe.
vii
vii
Ucapan terima kasih pula disampaikan kepada rekan-rekan guru di
SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa yang
banyak membantu mulai dari pertama kuliah sampai selesainya tesis ini.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa apa yang penulis
persembahkan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun dari
pembaca tesis ini.
Makassar, November 2014
Penulis
om
viii
viii
ABSTRAK Abd. Salam, 2014. Efektivitas Metode Widyawisata dalam Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa dibimbing oleh Muhammad Rapi Tang dan Sitti Aida Azis masing-masing Pembimbing I dan Pembimbing II Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran keterampilan menulis puisi yang efektif dengan menerapkan metode widyawisata pada siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
Pada penelitian ini digunakan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar dan metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti dengan nara sumber atau sumber data.
Hasil penelitian ini menunjukkan efektifnya pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan metode widyawisata dilihat dari segi: (1) Perencanaan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran dengan menerapkan metode widyawisata. Tujuan pembelajaran menulis puisi dirancang dalam kegiatan proses berupa: penemuan ide, penulisan puisi, penyajian, dan penilaian pembelajaran yang disusun antara peneliti dan kolaborator dinyatakan efektif karena hampir semua aspek berkategori sangat baik. (2) Pelaksanaan pembelajaran penulisan puisi oleh siswa sangat kreativitas, tekun, antusias, serius, aktif, teliti, dan kerja sama menjadi indikator keberhasilan. Pemanfaatan kata menjadi sebuah puisi sangat efektif, karena siswa diberi kebebasan berkarya. Hal tersebut merupakan gambaran penerapan metode widyawisata cukup efektif. Hasil evaluasi juga dinyatakan efektif karena perolehan nilai siswa rata-rata mencapai standar nilai yang diharapkan, berdasarkan aspek yang diteliti, yaitu: tema, diksi, amanat dan irama, dinyatakan efektif dilihat dari hasil postes lebih tinggi dari pada hasil prites. (3) Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi, umumnya mengalami kesulitan memilih kata-kata yang tepat menulis puisi. Kesulitan teratasi dengan diterapkannya metode widyawisata.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Kata Kunci: Efektivitas, Metode Widyawisata, Keterampilan Menulis,
Puisi
ix
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ........................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................. ii
HALAMAN PENERIMAAN PENGUJI ............................................. iii
KETERANGAN PERBAIKAN HASIL ............................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN TESIS .................................................. v
PRAKATA ........................................................................................ vi
ABSTRAK ........................................................................................ vii
ABSTRACT ..................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................ 11
C. Tujuan Penelitian .................................................................. 12
D. Manfaat Penelitian ................................................................ 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka ...................................................................... 14
1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya ............................ 14
2. Tinjauan Teori dan Konsep ............................................ 17
B. Karangka Pikir dan Hipotesis Pengaruh ............................... 53
1. Kerangka Pikir ................................................................. 53
2. Hipotesis Tindakan .......................................................... 56
x
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................. 57
B. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 58
C. Populasi, Sampel, dan Sampling ......................................... 58
D. Metode Pengumpulan Data ................................................. 59
E. Definisi Operasional Variabel ............................................... 59
F. Instrumen Penelitian ............................................................ 60
G. Teknik Analisis Data ............................................................. 60
H. Indikator Keberhasilan ......................................................... 60
I. Pengecekan Validasi Temuan atau Simpulan ..................... 61
BAB IV HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Menulis Puisi dengan Metode Widyawisata 62
B. Pembahasan Hasil Penelitian .............................................. 82
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .............................................................................. 91
B. Saran ................................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 94
Lampiran.......................................................................................... 98
xi
xi
ABSTRACT
Abd. Salam, 2014. Effectiveness of method excursions in Poetry Writing Skills Grade VI Public Elementary School District of Biringbulu Gowa Baturappe guided by Muhammad Rapi Tang and Sitti Aida Aziz each supervisor I and II
This study aims to describe teaching poetry writing skills effectively by applying the method widya sixth grade students travel on State Primary School baturappe Biringbulu District of Gowa
In this study the test method is used to obtain data on learning outcomes and methods of data collection techniques interviews are conducted through face to face and question and answer directly between data collectors and researchers with a resource or data source.
The results of this study demonstrate the effectiveness of learning to write poetry by applying the method excursions terms of: (1) Planning pembelajaransangat affect the success of the learning objectives by applying the method of travel widya. The purpose of learning poetry dirancangdalam process activities include: Penmemuan ideas, writing poetry, presentation and assessment of learning are arranged between researchers and collaborators declared effective because almost all aspects very well categorized, (2) The implementation of learning poetry by students are very creative, diligent, enthusiastic, serious, active, conscientious, and cooperation be an indicator of success. Pemampaatan words into a poem is very effective, because students are given kebeasan work. This is an overview of the application of the method is quite effective travel widya. Evaluation results also declared effective because the acquisition value of the average students achieve the standards expected value, based on the aspects studied, namely theme, diction, mandate, and rhythm, otherwise effective seen from the results of the posttest higher than the results of the test pri (3) The results of the interviews showed that students follow the teaching of writing poetry, generally have difficulty choosing the right words to write poetry. The difficulty is resolved by the application of methods widya tour.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih sangat jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan tesis ini.
Keywords: Effectiveness, Widya method Travel, Poetry Writing Skills
xii
xii
method excursions
ABSTRAK Abd. Salam, 2014. Efektivitas Metode Widyawisata dalam Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa dibimbing oleh Prof.Dr Muhammad Rapi Tang, M.S. dan Dr. Sitti Aida Azis, M.Pd. masing-masing Pembimbing I dan Pembimbing II Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran keterampilan menulis puisi yang efektif dengan menerapkan metode widyawisata pada siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
Pada penelitian ini digunakan metode tes untuk memperoleh data hasil belajar dan metode wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data maupun peneliti dengan nara sumber atau sumber data.
Hasil penelitian ini menunjukkan efektifnya pembelajaran menulis puisi dengan menerapkan metode widyawisata dilihat dari segi: (1) Perencanaan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap keberhasilan tujuan pembelajaran dengan menerapkan metode widyawisata. Tujuan pembelajaran menulis puisi dirancang dalam kegiatan proses berupa: penemuan ide, penulisan puisi, penyajian, dan penilaian pembelajaran yang disusun antara peneliti dan kolaborator dinyatakan efektif karena hampir semua aspek berkategori sangat baik. (2) Pelaksanaan pembelajaran penulisan puisi oleh siswa sangat kreativitas, tekun, antusias, serius, aktif, teliti, dan kerjasama menjadi indikator keberhasilan. Pemanfaatan kata menjadi sebuah puisi sangat efektif, karena siswa diberi kebebasan berkarya. Hal tersebut merupakan gambaran penerapan metode widyawisata cukup cukup efektif. Hasil evaluasi juga dinyatakan efektif karena perolehan nilai siswa rata-rata mencapai standar nilai yang diharapkan, berdasarkan aspek yang diteliti, yaitu: tema, diksi, amanat dan irama, dinyatakan efektif dilihat dari hasil postes lebih tinggi daripada hasil pretest. (3) Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi, umumnya mengalami kesulitan memilih kata-kata yang tepat menulis puisi. Kesulitan teratas dengan diterapkannya metode widyawisata.
Kata Kunci: Efektivitas, Metode Widyawisata, Keterampilan Menulis, Puisi
1
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan proses yang sangat penting bagi manusia.
Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan
pendidikannya. Peningkatan mutu pendidikan selalu diupayakan dengan
berbagai cara. Di antaranya penataran guru, pergantian atau
penyempurnaan kurikulum, dan peningkatan sarana dan prasarana
pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan merupakan salah satu terobosan
pemerintah yang bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia
(SDM). Untuk meningkatkan mutu pendidikan, pemerintah melakukan
berbagai macam perubahan pada sistem pendidikan, salah satunya
adalah perubahan atau penyempurnaan kurikulum.
Kurikulum yang pernah diterapkan masing-masing memiliki ciri
khas tersendiri. Kurikulum 1975 lebih berpijak pada pendekatan struktural.
Hal ini dapat dilihat pada penyajian pokok bahasan yang lebih
menekankan struktur secara berulang-ulang, mulai dari jenjang
pendidikan dasar sampai dengan jenjang pendidikan menengah.
Keterampilan berbahasa disajikan secara terpisah antara aspek
kebahasaan dengan kesastraan. Kurikulum tersebut kurang berhasil,
maka lahirlah Kurikulum 1984 yang mengarah kepada pendekatan
2
komunikatif. Kurikulum 1984 juga dinilai masih kurang berhasil, maka
lahirlah Kurikulum 1994 yang kemudian dengan Kurikulum 2004 dengan
pendekatan kompetensi. Kurikulum berbasis kompetensi (KBK) kemudian
disempurnakan pada tahun 2006 menjadi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) yang digunakan di sekolah (Mulyasa, 2009).
Sekolah sebagai penyelenggara pendidikan dan pengajaran,
memiliki tanggung jawab besar untuk mengejar ketinggalan itu. Metode,
strategi, dan teknik pengajaran di kelas harus dirancang sedemikian rupa
oleh guru sehingga dapat melahirkan pembelajaran yang tepat dan
berhasil guna. Guru merupakan ujung tombak pendidikan dituntut untuk
bekerja lebih kreatif dan inovatif, sehingga proses pembelajaran yang
dilakukannya tidak monoton, tetapi bervariasi sehingga siswa berminat
mengikuti pelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Karena dalam
proses pembelajaran, guru berusaha mengaitkan mata pelajaran atau
bahan ajar dengan alam sekitar siswa yang dikenal dengan pembelajaran
kontekstual.
Guru sebagai pelaksana proses pembelajaran di sekolah memikul
tanggung jawab yang sangat besar untuk mengembangkan dan
menjabarkan isi kurikulum yang telah digariskan oleh pemerintah. Untuk
mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis puisi,
guru dituntut menata sedemikian rupa perangkat pembelajaran agar
pembelajaran dapat berhasil guna sesuai dengan harapan yang dicita-
citakan bersama. Seorang guru harus menyadari bahwa siswa adalah
3
penulis alamiah yang masih polos dan selalu mempunyai sesuatu untuk
diungkapkan. Tulisan mereka dapat membuat orang-orang di sekitar
melihat sebagai sesuatu dengan cara yang tidak pernah mereka lakukan.
Sebagai siswa SD yang masih tergolong lugu dan tergolong penulis alami.
Pikiran mereka kadang berkecamuk dengan berbagai macam gagasan.
Mereka berpikir dan bernalar untuk menghasilkan tulisan yang baik.
Menulis merupakan kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan
tulisan sebagai mediumnya. Salah satu kegiatan menulis yang harus
digalakkan bagi siswa adalah menulis karya sastra, khususnya puisi.
Menulis merupakan suatu proses melahirkan tulisan yang berisi
gagasan. Banyak yang melakukannya secara spontan, tetapi juga ada
yang berkali-kali mengadakan koreksi dan penulisan kembali (Jakob
Sumardjo, 2001: 30)
Keterampilan menulis merupakan salah satu aspek keterampilan
berbahasa yang tidak kalah pentingnya dari keterampilan yang lain,
terutama dalam mengungkapkan ide, pikiran, dan perasaan melalui
tulisan, baik fiksi maupun nonfiksi. Bahkan, kehidupan manusia hampir
tidak dapat dipisahkan dari kegiatan menulis. Oleh karena itu,
keterampilan menulis harus diajarkan dengan baik kepada siswa kelas VI
SD. Para siswa di sekolah dasar sebagai penulis pemula harus dibina,
dibekali, dan ditempa keterampilan menulisnya sehingga mereka mampu
menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan gagasan dalam berbagai jenis.
Oleh karena itu, pembinaan keterampilan menulis seharusnya sejak dini
4
dilakukan mulai dari tingkat sekolah dasar. Tentu saja, model pembinaan
keterampilan menulis di sekolah dasar disesuaikan dengan tingkat
perkembangan usia, psikologi, dan kategori/tingkat kemampuan menulis.
Sejalan dengan hal tersebut, pelajaran bahasa Indonesia sebagai
salah satu ilmu dasar yang memegang peranan penting dalam
pengembangan kecerdasan siswa. Melalui pembelajaran bahasa
Indonesia, diharapkan keterampilan berkomunikasi dapat berhasil, baik
secara lisan maupun tertulis. Dalam keterampilan menulis siharapkan
siswa mampu menjadi manusia yang komunikatif dalam pergaulan sehari-
hari. Lebih khusus menulis puisi yang bertujuan agar siswa mampu
menuangkan segala ide, pikiran, pengalaman, pesan, perasaan, gagasan,
pendapat, dan imajinasinya dalam bentuk bahasa tulis yang baik dan
menarik.
Menulis puisi dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada sekolah
dasar (SD) dapat dilihat dari dua aspek. Pertama aspek menulis sebagai
salah satu kompetensi keterampilan berbahasa. Kedua aspek apresiasi
sastra, sebagai pembelajaran yang diintegrasikan dengan keterampilan
berbahasa. Kompetensi yang diharapkan diperoleh siswa melalui
pembelajaran menulis puisi adalah kemampuan menuangkan segala
pikiran, pesan, perasaan, gagasan, pendapat, imajinasi dalam karya
sastra berbentuk puisi. Kegiatan menulis puisi menekankan pada
intensitas pergulatan siswa dengan karya sastra, sebelum mereka
menghasilkan puisi sendiri.
5
Pembelajaran menulis puisi di SD sesuai dengan Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan bertujuan meningkatkan keterampilan siswa dalam
berbahasa secara tepat dan kreatif, meningkatkan kemampuan berpikir
logis dan bernalar, serta meningkatkan kepekaan perasaan dan
kemampuan siswa untuk memahami dan menikmati karya sastra. Selain
itu, pembelajaran menulis puisi dimaksudkan agar siswa terdidik menjadi
manusia yang berkepribadian, sopan, beradab, berbudi pekerti yang
halus, memiliki rasa kemanusiaan, berkepedulian sosial, memiliki
apresiasi budaya dan penyaluran gagasan, berimajinasi, berekspresi
secara kreatif, baik secara lisan maupuan tertulis. Pembelajaran menulis
puisi juga dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
menikmati menghayati, dan memahami karya puisi.
Dalam proses pembelajaran menulis puisi, kesesuaian antara
materi pelajaran dengan tingkat perkembangan emosi, intelektual, dan
psikologis siswa menjadi pertimbangan penting. Kemampuan guru untuk
memadukan kedua sisi tersebut dalam pembelajaran menulis puisi, sangat
mempengaruhi suasana pembelajaran. Guru harus menciptakan suasana
belajar yang menyenangkan, sehingga siswa tidak jenuh belajar dan tidak
merasa terbebani.
Agar pembelajaran berlangsung dengan baik, lingkungan belajar
harus mendukung kenyamanan belajar, tidak membosankan yang
memungkinkan siswa selalu ingin belajar. Lingkungan belajar yang baik
adalah lingkungan yang kaya akan sumber dan aspirasi belajar. Kelas
6
merupakan laboratorium siswa untuk belajar. Guru harus memodivikasi
kelas semaksimal mungkin dengan sumber, metode, teknik, dan strategi
belajar yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan siswa. Oleh karena itu,
pembelajaran harus berpusat kepada siswa, namun tidak berarti bahwa
guru meninggalkan perannya sebagai pembimbing. Guru harus mampu
menciptakan kondisi pembelajaran multi arah. Guru yang baik tentu saja
selalu siap menjadi panutan dan tempat bertanya bagi siswanya.
Guru berperan sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran
adalah menjadi tempat bertanya bagi siswa yang mengalami kesulitan
belajar, memberikan bantuan belajar, menunjukkan jalan pemecahan
masalah, memperbaiki kesalahan yang dilakukan siswa, memberikan
dorongan dan motivasi belajar. Maka tugas guru tidak semudah apa yang
dibayangkan oleh sebagian masyarakat. Tugas guru dituntut selalu
berada bersama dengan siswa, terlibat langsung di dalam proses
pembelajaran.
Namun, kenyataan di lapangan mengenai proses pembelajaran
menulis puisi di Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa masih jauh dari harapan. Pembelajaran menulis puisi
masih terdapat kelemahan dan kekurangan, terutama aspek strategi,
teknik, dan penilaiannya. Hal seperti ini harus secepatnya diantasipasi,
agar pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan harapan. Pembelajaran
menulis puisi dilaksanakan masih menggunakan metode konvensional
yang berpusat pada guru. Metode ceramah dan penugasan langsung
7
masih mendominasi proses pembelajaran. Siswa diajarkan tentang jenis-
jenis puisi, teori puisi, sejarah puisi, dan penyair-penyair terkenal, tetapi
siswa tidak pernah mengalami sendiri secara langsung proses mencipta
puisi. Hal seperti ini terjadi, karena guru belum memahami teknik dan
strategi pembelajaran yang tepat digunakan untuk meningkatkan
keterampilan menulis puisi. Oleh karena itu, diperlukan upaya-upaya
praktis untuk mengatasi kelemahan dan kekurangan pembelajaran di
sekolah. Salah satu cara yang dianggap tepat untuk meningkatkan
keterampilan menulis puisi adalah dengan menggunakan metode
widyawisata.
Materi menulis puisi merupakan salah satu materi yang disajikan
dalam pembelajaran bahasa Indonesia di SD. Secara tegas, dikemukakan
dalam KTSP 2006 bahwa kegiatan menulis puisi bertujuan menggali dan
mengembangkan kompetensi dasar siswa, yakni kompetensi menulis
puisi. Pencapaian kompetensi menulis puisi dapat diukur berdasarkan
indikator pembelajarannya, yakni siswa mampu menulis puisi yang berisi
gagasan sendiri dengan menampilkan pilihan kata yang tepat dan rima
yang menarik untuk menyampaikan maksud/ide. Kompetensi dasar
menulis puisi yang diharapkan mempunyai dua tujuan utama. Pertama,
siswa menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berintegrasi
dengan orang lain. Kedua, para siswa juga diharapkan dapat memahami
dan berpartisipasi dalam kegiatan menulis puisi agar mereka dapat
8
menghargai karya artistik, budaya, intelektual, serta menerapkan nilai-nilai
luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat
beradab (Depdiknas, 2006: 13-15).
Pembelajaran menulis puisi membantu siswa untuk
mengekspresikan gagasan, perasaan, dan pengalamannya. Siswa
mencurahkan isi batinnya, ide, dan pengalamannya melalui bahasa yang
indah. Dengan berlatih menulis puisi, akan mendorong siswa untuk belajar
bermain dengan kata-kata, menafsirkan dunianya dengan suatu cara baru
yang khas dan menyadari bahwa imajinasinya dapat menjadi konkret bila
dapat memilih kata-kata dengan cermat untuk ditulis puisi.
Untuk mengembangkan nilai estetika yang dimiliki siswa, maka
diperlukan bimbingan dan pengarahan yang maksimal. Salah satu
alternatif pengembangan potensi estetika tersebut adalah melalui
pembelajaran menulis puisi. Melalui pembelajaran menulis puisi, siswa
mencapaikan wadah untuk mencurahkan kemampuan estetika yang
dimilikinya, sekaligus merupakan arena bermain dengan kata-kata. Teknik
seperti ini diharapkan dapat melahirkan kreativitas, ekspresi, mengasah
kepekaan jiwa, dan mengembangkan imajinasi siswa melaui media tulis.
Berdasarkan uraian tersebut tampak bahwa pembelajaran menulis
puisi sangat penting diajarkan kepada siswa. Menyadari pentingnya
pembelajaran menulis puisi bagi siswa SD, maka pembelajaran tersebut
perlu mencapai perhatian yang serius. Akan tetapi, kenyataan di lapangan
menunjukkan bahwa pembelajaran menulis puisi di sekolah masih
9
mengalami kendala dan cenderung dihindari oleh siswa. Hal ini
disebabkan tidak dengan pemahaman nilai dan manfaat lainnya yang
dapat diperoleh siswa ketika menulis puisi. Selain itu, teknik yang
digunakan dalam pembelajaran puisi masih kurang sehingga minat dan
kompetensi siswa menulis puisi juga tidak memadai.
Melalui metode widyawisata menulis puisi di Sekolah Dasar Negeri
Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa sebagai sekolah
sasaran penelitian ditemukan masalah pembelajaran menulis puisi yang
menunjukkan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Suasana
pembelajaran masih berlangsung secara monoton, konvensional, dan
menjemukan siswa. Salah satu kesulitan yang dihadapi oleh guru adalah
keterbatasan pengetahuan dan wawasan dengan teknik, strategi, dan
metode pembelajaran menulis puisi. Kondisi lingkungan, sarana dan
prasarana, maupun bahan ajar masih jauh dari memadai untuk
mendukung terciptanya proses pembelajaran yang betul-betul bermakna.
Metode widyawisata ialah suatu cara penguasaan bahan pelajaran
dengan membawa siswa langsung kepada objek yang akan dipelajari
yang terdapat di luar kelas atau di lingkungan kehidupan nyata. Metode
widyawisata antara lain diterapkan karena objek yang akan dipelajari
hanya terdapat di tempat tertentu. Selain itu, pengalaman langsung dapat
membuat siswa lebih tertarik kepada pelajaran yang disajikan sehinggga
lebih ingin mendalami hal yang diminatinya dengan mencari informasi dari
10
buku-buku sumber lainnya serta menumbuhkan rasa cinta kepada
lingkungan alam dan lingkungan budaya.
Menurut Djamarah (2002) “metode widyawisata merupakan cara
mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak siswa ke suatu tempat
atau objek tertentu di luar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki
sesuatu”.
Metode widyawisata berfungsi pula memberikan variasi belajar
kepada siswa. Agar metode widyawisata ini dapat mencapai hasil yang
optimal, maka diperlukan dengan perencanaan yang matang,
pelaksanaan yang efektif dan efisien, serta dengan kegiatan tindak lanjut
seperti evaluasi, pelaporan, diskusi, deklamasi, pameran sederhana,
pemuatan karangan siswa pada koran sekolah, majalah dinding, atau
media lainnya.
Dengan kondisi pembelajaran seperti yang dikemukakan di atas,
berkaitan dengan pembelajaran menulis puisi mengakibatkan siswa
menjadi gagap dan asing menulis puisi. Permasalahan dan kondisi
pembelajaran seperti itu, tentu saja tidak boleh dibiarkan begitu saja tanpa
penyelesaian. Oleh karena itu, diperlukan upaya keras mencari solusi
yang tepat untuk mengantisipasinya. Guru memegang peranan utama dari
sebuah proses pembelajaran ditantang, untuk mampu mencari metode,
teknik, dan strategi pembelajaran yang tepat, sehingga kompetensi
menulis puisi dapat tercapai sesuai dengan harapan.
11
Kendala lain yang terkadang ditemui oleh siswa dalam menulis
puisi antara lain, siswa kesulitan menemukan ide, kesulitan menentukan
kata-kata dalam menulis puisi, kesulitan mengembangkan ide menjadi
puisi karena minimnya penguasaan kosakata, dan kesulitan menulis puisi
karena tidak terbiasa mengemukakan perasaan, pemikiran, imajinasinya,
serta kurang mampu menghubungkan antara dunia khayal dengan dunia
nyata ke dalam puisi. Oleh karena itu, langkah yang dapat dilakukan untuk
mengatasi hal tersebut, untuk menciptakan ide dan gagasan diterapkan
metode widyawisata.
Melihat pentingnya menulis puisi serta berdasarkan latar belakang
di atas dan rendahnya pemahaman bagi Siswa SD kelas VI, maka penulis
tertarik untuk mengkaji dan meneliti tentang “Efektivitas Metode
Widyawisata dalam Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas VI
Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran keterampilan menulis
puisi dapat efektif melalui metode widyawisata pada siswa kelas VI
Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa?”
12
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran
keterampilan menulis puisi yang efektif dengan menerapkan metode
widyawisata pada siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut:
a. Manfaat Teoritis
Secara teoretis penelitian ini diharapkan menambah khasanah
dalam pembelajaran menulis puisi dan bermanfaat dalam
pengembangan teori pembelajaran bahasa Indonesia dalam hal ini
mengenai keterampilan menulis puisi. Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangan bagi pengembangan teori pembelajaran
bahasa Indonesia, dan dapat dipakai oleh peneliti lain sebagai
pendamping dalam meneliti mengenai pembelajaran menulis puisi.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaaat bagi siswa, guru,
sekolah, dan peneliti sendiri.
1. Sekolah
Memberikan sumbangan pemikiran kepada guru kelas yang
mengajarkan menulis puisi di kelas VI Sekolah Dasar Negeri
Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, sehingga ke
13
depannya dalam proses pembelajaran dapat menggunakan
metode/teknik yang bervariasi.
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi
peningkatan kualitas pembelajaran menulis puisi di kelas VI Sekolah
Dasar Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa,
memberikan sumbangan pemikiran kepada pembaca. Membangkitkan
minat siswa agar tidak bosan dalam mengikuti proses pembelajaran
Bahasa Indonesia sehingga mereka dapat tertarik dalam mengikuti
pelajaran dan akhirnya memiliki keterampilan menulis puisi.
2. Peneliti
Menambah pengetahuan tentang metode widyawisata dan
menambah perbaikan kualitas dalam proses belajar mengajar di kelas
pada sekolah dasar.
14
BAB II
KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR
A. Kajian Pustaka
1. Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan dan memiliki kemiripan
maupun bidang kajian dengan penelitian ini, di antaranya; Maswah (2011)
dengan judul penelitian “Efektivitas Pembelajaran Sejarah Melalui Metode
Resitasi (Penugasan) pada Siswa Kelas X SMA Yapip Makassar
Sunggumunasa Kabupaten Gowa” diperoleh hasil bahwa dengan
pengunaan metode Resitasi suasana belajar di kelas menjadi hidup dan
dapat mengektifitaskan pembelajaran sesuai dengan apa yang ingin
ditingkatkan oleh peneliti. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa yang
ikut aktif dalam mengajukan permasalahan dan memecahkan suatu
permasalahan dan pada saat proses pembelajaran berlangsung pada
Siklus II guru melakukan pendekatan yang lebih kepada siswa yang
tingkat kemampuan belajarnya dibawah rata-rata untuk mencapaikan
bimbingan secara langsung agar mereka lebih aktif dan dapat
melibatkan diri dalam proses pembelajaran.
Bahariah (2012) dengan judul penelitian “Penerapan Pendekatan
Konstruktivisme Assisted Learning dalam Meningkatkan Keterampilan
Menulis Surat Resmi Siswa Kelas VIII SMP N 36 Makassar” diperoleh
meningkatnya kemampuan siswa dalam menulis surat resmi yang terlihat
dari pengamatan yang semula siswa hanya menulis apa yang ada di
15
buku, namun setelah dilakukan penelitian dengan menggunakan
pendekatan Konstruktivisme Asisted Learning siswa sudah mampu
mengembangkan materi dan dari pengamatan tersebut dapat diketahui
secara langsung bahwa dengan pendekatan tersebut siswa merasa
senang karena melalui pendekatan tersebut guru dan siswa saling
berinteraksi dengan baik sehingga pemahaman siswa tentang penulisan
surat resmi lebih bisa ditingkatkan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya
siswa yang mampu menulis surat resmi dengan baik dan benar.
Syamsiar Syahrul (2011) melakukan penelitian dengan judul
Implementasi Model Cooperative Learning dengan Setting Kemah Wisata
dengan Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi di SMP Negeri 3 Biringbulu
Satap Garing Kabupaten Gowa, menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
hasil yang signifikan. Hal itu terbukti bahwa pada Siklus I dikategorikan
masih belum maksimal. Pada Siklus II dengan berbagai cara positif yang
dilakukan guru yaitu perbaikan perencanaan pembelajaran, perbaikan
pelaksanaan pembelajaran, dan perbaikan penilaian sehingga
menunjukkan (1) dengan peningkatan kualitas pembelajaran menulis puisi;
(2) meningkatkan motivasi belajar siswa dalam kegiatan menulis puisi; (3)
meningkatkan hasil belajar, baik secara kelompok maupun secara individu.
Rahmawati (2011) melaksanakan PTK dengan judul Peningkatan
Kemampuan Menulis Kreatif Puisi Siswa Kelas VII SMP Sawerigading
Makassar Kota Makassar dengan Teknik Pengelompokan Kata
(Clustering), setelah pelaksanaan evaluasi pembelajaran menulis kreatif
16
puisi siswa dengan teknik pengelompokan kata (clustering) menunjukkan
hasil yaitu pada siklus I dikategorikan belum maksimal, karena perolehan
nilai siswa belum mencapai 85% dari seluruh jumlah siswa untuk
mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yakni 70 ke
atas. Pada siklus II, seiring dengan perbaikan perencanaan pembelajaran,
perbaikan pada tahap pelaksanaan tindakan, hasil penilaian pun
menunjukkan peningkatan, yaitu lebih dari 85% siswa mampu mencapai
nilai di atas kriteria ketuntasan minimal (KKM) yakni nilai 70 ke atas.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis kreatif
puisi siswa kelas VII SMP Sawerigading Makassar dengan teknik
pengelompokan kata (clustering) mengalami peningkatan.
Rahmawati (2011) mengutip hasil penelitian yang berkaitan
dengan keterampilan menulis di antaranya; (1) Agustinawati (2004)
meneliti tentang “penggunaan teknik menulis akrostik” dapat
meningkatkan kemampuan menulis puisi siswa kelas II SMP Negeri Tapin
Tengah Kabupaten Tapin. (2) La Abo (2005) meneliti tentang “strategi
pembelajaran menulis kreatif yang berpusat pada siswa” dapat
meningkatkan hasil belajar menulis kreatif. Penelitian dilaksanakan pada
siswa Madrasah Aliah di Kota Kendari. (3) Agustina (2010) meneliti
tentang “pembelajaran keterampilan menulis puisi bebas melalui media
rekaman lumpur Lapindo” menunjukkan peningkatan.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti tersebut
di atas, dapat ditarik kesimpulan umum bahwa proses pembelajaran
17
menulis puisi lebih efektif dan bermakna jika menggunakan strategi
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Keterlibatan siswa secara utuh
dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa
menulis puisi.
2. Tinjauan Teori dan Konsep
a. Definisi Belajar
Belajar merupakan kegiatan berproses dan merupakan unsur yang
sangat fundamental dalam setiap jenjang pendidikan. Dalam keseluruhan
proses pendidikan, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok dan penting dalam keseluruhan proses pendidikan.
Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi dengan semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai
prosesyang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui
berbagaipengalaman.
Belajar adalah proses atau usaha yang dilakukan tiap individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku baik dalam bentuk
pengetahuan, keterampilan maupun sikap dan nilai yang positif sebagai
pengalaman untuk mencapaikan sejumlah kesan dari bahan yang telah
dipelajari. Kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, di
rumah, dan di tempat lain seperti di museum, di laboratorium, di hutan dan
dimana saja. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang
kompleks. Sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa
18
sendiri dan akan menjadi penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses
belajar.
Menurut Vernon S. Gerlach & Donal P. Ely dalam bukunya
Teaching & Media-A Systematic Approach (1971) (dalam Arsyad, 2011:3)
mengemukakan bahwa “belajar adalah perubahan perilaku, sedangkan
perilaku itu adalah tindakan yang dapat diamati. Dengan kata lain perilaku
adalah suatu tindakan yang dapat diamati atau hasil yang diakibatkan oleh
tindakan atau beberapa tindakan yang dapat diamati”. Sedangkan
Menurut Gagne (dalam Wandi, 2007: 41) belajar didefinisikan sebagai
“suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya akibat suatu
pengalaman”. Slameto (2003: 5) menyatakan belajar adalah “suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan
tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya
sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”.
Lebih lanjut Abdillah (dalam Aunurrahman, 2010: 35)
menyimpulkan bahwa “belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan
oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan
pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu”. Menurut pendapat
tradisional yang dikutip dari Sadiman dkk (2003: 2) “belajar adalah
menambah dan mengumpulkan sejumlah pengetahuan”. Di sini yang
dipentingkan pendidikan intelektual, kepada anak-anak diberikan
19
bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan yang
dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.
Siahaan (2005: 2) berpendapat bahwa “Belajar adalah suatu
bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang
dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku yang baru berkat pengalaman
dan latihan. Tingkah laku yang baru itu misalnya dari tidak tahu menjadi
tahu, timbulnya pengertian baru, serta timbul dan berkembangnya sifat-
sifat sosial dan emosional. Sedangkan Reber (dalam Sugihartono dkk.,
2007: 74) mendefinisikan dalam dua pengertian, pertama, belajar sebagai
proses memperoleh pengetahuan, dan kedua, belajar sebagai
kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang
diperkuat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan belajar adalah perubahan
tingkah laku pada individu-individu yang belajar. Perubahan itu tidak
hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga
berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat,
watak, penyesuaian diri. Jadi, dapat dikatakan bahwa belajar itu sebagai
rangkaian kegiatan jiwa raga yang menuju perkembangan pribadi manusia
seutuhnya.
b. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran mengandung makna dengan kegiatan mengajar dan
belajar, di mana pihak yang mengajar adalah guru dan yang belajar
adalah siswa yang berorientasi pada kegiatan mengajarkan materi yang
20
berorientasi pada pengembangan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
siswa sebagai sasaran pembelajaran. Dalam proses pembelajaran akan
mencakup berbagai komponen lainnya, seperti media, kurikulum, dan
fasilitas pembelajaran.
Darsono (2002: 24-25) secara umum menjelaskan pengertian
pembelajaran sebagai “suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih
baik”. Sedangkan secara khusus pembelajaran dapat diartikan sebagai
berikut:
1) Teori Behavioristik, mendefinisikan pembelajaran sebagai usaha guru
membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan
lingkungan (stimulus). Agar terjadi hubungan stimulus dan respons
(tingkah laku yang diinginkan) perlu latihan, dan setiap latihan yang
berhasil harus diberi hadiah dan atau reinforcement (penguatan).
2) Teori Kognitif, menjelaskan pengertian pembelajaran sebagai cara
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berfikir agar dapat
mengenal dan memahami apa yang sedang dipelajari.
3) Teori Gestalt, menguraikan bahwa pembelajaran merupakan usaha
guru untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa,
sehingga siswa lebih mudah mengorganisirnya (mengaturnya) menjadi
suatu gestalt (pola bermakna).
21
4) Teori Humanistik, menjelaskan bahwa pembelajaran adalah
memberikan kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran
dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya.
5) Arikunto (1993: 12) mengemukakan “pembelajaran adalah suatu
kegiatan yang mengandung terjadinya proses penguasaan
pengetahuan, keterampilan dan sikap oleh subjek yang sedang
belajar”. Lebih lanjut Arikunto (1993: 4) mengemukakan bahwa
“pembelajaran adalah bantuan pendidikan kepada anak didik agar
mencapai kedewasaan di bidang pengetahuan, keterampilan dan
sikap”. Sedangkan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 menyatakan bahwa “pembelajaran
adalah proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar
pada suatu lingkungan belajar”.
Dari berbagai pendapat pengertian pembelajaran di atas, maka
dapat ditarik suatu simpulan bahwa pembelajaran merupakan suatu
proses kegiatan yang memungkinkan guru dapat mengajar dan siswa
dapat menerima materi pelajaran yang diajarkan oleh guru secara
sistematik dan saling mempengaruhi dalam kegiatan belajar-mengajar
untuk mencapai tujuan yang diinginkan pada suatu lingkungan belajar.
Proses pembelajaran merupakan proses komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke
penerima pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima
pesan adalah komponen-komponen proses komunikasi. Proses yang
22
akan dikomunikasikan adalah isi ajaran ataupun didikan yang ada dalam
kurikulum, sumber pesannya bisa guru, siswa, orang lain ataupun penulis
buku dan media.
Demikian pula kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar),
tetapi bukan berarti dalam proses pembelajaran hanya guru yang aktif
sedang siswa pasif. Pembelajaran menuntut keaktifan kedua belah pihak
yang sama-sama menjadi subjek pembelajaran. Jadi, jika pembelajaran
ditandai oleh keaktifan guru sedangkan siswa hanya pasif, maka pada
hakikatnya kegiatan itu hanya disebut mengajar. Demikian pula bila
pembelajaran di mana siswa yang aktif tanpa melibatkan keaktifan guru
untuk mengelolanya secara baik dan terarah, maka hanya disebut belajar.
Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran menuntut keaktifan guru dan
siswa.
c. Definisi Efektivitas Pembelajaran
Jika dilihat dari istilah tersebut, maka terdapat dua suku kata yang
berbeda, yakni efektivitas dan pembelajaran. Makna dari efektivitas itu
sendiri adalah ketepatgunaan, hasil guna, dan menunjang tujuan.
Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, di mana kegiatan
guru sebagai pendidik harus mengajar dan siswa sebagai terdidik yang
belajar. Dari sisi siswa sebagai pelaku belajar dan sisi guru sebagai
pengajar, dapat ditemukan dengan perbedaan dan persamaan. Hubungan
guru dan siswa adalah hubungan fungsional, dalam arti pelaku pendidik
dan pelaku terdidik. Dari segi tujuan akan dicapai baik guru maupun siswa
23
sama-sama mempunyai tujuan sendiri-sendiri. Meskipun demikian, tujuan
guru dan siswa tersebut dapat dipersatukan dalam tujuan instruksional.
Dari segi proses, belajar dan perkembangan merupakan proses
internal siswa. Pada belajar dan perkembangan, siswa sendiri yang
mengalami, melakukan, dan menghayatinya. Inilah yang dimaksud
dengan pembelajaran, dimana proses interaksi terjadi antara guru dengan
siswa, yang bertujuan untuk meningkatkan perkembangan mental,
sehingga menjadi mandiri dan utuh, di samping itu, proses belajar tersebut
terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Dalam proses belajar tersebut, siswa menggunakan kemampuan
mentalnya untuk mempelajari bahan belajar. Kemampuan kognitif, afektif,
dan psikomotorik yang dibelajarkan dengan bahan belajar menjadi suku
rinci dan menguat. Dengan informasi tentang sasaran belajar, penguatan,
evaluasi dan keberhasilan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar
akan kemampuan dirinya.
Dari kegiatan interaksi belajar-mengajar tersebut, guru
membelajarkan siswa dengan harapan bahwa siswa belajar. Maka, ranah-
ranah tersebut semakin berfungsi. Sebagai ilustrasi, pada ranah kognitif
siswa dapat memiliki pengetahuan, pemahaman, dapat menerapkan,
menganalisis, sintesis, dan mengevaluasi. Pada ranah afektif siswa dapat
melakukan penerimaan, partisipasi, menentukan sikap, mengorganisasi
dan membentuk pola hidup. Sedangkan pada ranah psikomotorik siswa
dapat mempersepsi, bersiap diri, membuat gerakan-gerakan sederhana
24
dan kompleks, membuat penyesuaian pola gerak dan menciptakan gerak-
gerak baru.
Walaupun kita tahu bahwa belajar mungkin saja terjadi tanpa
pembelajaran atau dilakukan secara insidental, namun dampak
pembelajaran tersebut dengan belajar sangat bermanfaat dan biasanya
mudah diamati. Apabila pembelajaran dirancang untuk mencapai suatu
tujuan belajar tertentu (a specific learning objective), maka pembelajaran
itu mungkin akan lebih berhasil atau lebih efektif dalam mencapai tujuan
yang ingin dicapai.
Pembelajaran mencakup peristiwa-peristiwa yang dihasilkan atau
ditimbulkan oleh sesuatu yang bisa berupa bahan cetakan (buku teks,
surat kabar, majalah, dsb.), gambar, program televisi, atau kombinasi dari
objek-objek fisik, dan sebagainya. Peristiwa ini mencakup semua ranah
atau domain hasil belajar (learning outcomes). Secara singkat, dapat kita
katakan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian peristiwa yang
dapat mempengaruhi si pelajar sedemikian rupa, sehingga akan
mempermudah ia dalam belajar, atau belajar yang dilakukan oleh si
pelajar dapat dipermudah/difasilitasi.
Maka pembelajaran dapat dikatakan efektif, apabila dapat
memfasilitasi pemerolehan pengetahuan dan keterampilan si pelajar
melalui penyajian informasi dan aktivitas yang dirancang untuk membantu
memudahkan siswa dalam rangka mencapai tujuan khusus belajar yang
diharapkan.
25
Depdiknas (2012) mendefinisikan efektif dengan “ada efeknya
(akibatnya, pengaruhnya, kesannya)” atau “dapat membawa hasil,
berhasil guna (usaha, tindakan)” dan efektivitas diartikan “keadaan
berpengaruh; hal berkesan” atau ” keberhasilan (usaha, tindakan)”.
Dari beberapa pengertian efektivitas di atas dapat disimpulkan
bahwa efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang
tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil
yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat
daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan
pengguna (client).
d. Pendekatan dan Model Penilaian Efektivitas
Untuk mengetahui efektivitas suatu program, perlu dilakukan
penilaian dengan manfaat atau daya guna program tersebut. Penilaian
dengan manfaat atau daya guna disebut juga dengan evaluasi. Dulu,
evaluasi hanya berfokus pada hasil yang dicapai. Jadi, untuk
mengevaluasi objek pendidikan, seperti halnya pembelajaran, hanya
berfokus pada hasil yang telah dicapai peserta. Akhir-akhir ini, usaha
evaluasi ditujukan untuk memperluas atau memperbanyak variable
evaluasi dalam bermacam-macam model evaluasi.
Dalam menilai efektivitas program, Tayibnafis (2000: 23-36)
menjelaskan berbagai pendekatan evaluasi, yakni sebagai berikut.
26
1) Pendekatan eksperimental (experimental approach). Pendekatan ini
berasal dari kontrol eksperimen yang biasanya dilakukan dalam
penelitian akademik. Tujuannya untuk memperoleh kesimpulan yang
bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu dengan
mengontrol sabanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh
program.
2) Pendekaatan yang berorientasi pada tujuan (goal oriented approach).
Pendekatan ini memakai tujuan program sebagai kriteria untuk
menentukan keberhasilan. Pendekatan ini sangat wajar dan prakits
untuk desain pengembangan program. Pendekatan ini memberi
petunjuk kepada pengembang program, menjelaskan hubungan antara
kegiatan khusus yang ditawarkan dengan hasil yang akan dicapai.
3) Pendekatan yang berfokus pada keputusan (the decision focused
approach). Pendekatan ini menekankan pada peranan informasi yang
sistematik untuk pengelola program dalam menjalankan tugasnya.
Sesuai dengan pandangan ini, informasi akan amat berguna apabila
dapat membantu para pengelola program membuat keputusan. Oleh
sebab itu, evaluasi harus direncanakan sesuai dengan kebutuhan
untuk keputusan program.
4) Pendekatan yang berorientasi pada pemakai (the user oriented
approach). Pendekatan ini memfokuskan pada masalah utilisasi
evaluasi dengan penekanan pada perluasan pemakaian informasi.
Tujuan utamanya adalah pemakaian informasi yang potensial.
27
Evaluator dalam hal ini menyadari sejumlah elemen yang cenderung
akan mempengaruhi kegunaan evaluasi, seperti cara-cara pendekatan
dengan klien, kepekaan, faktor kondisi, situasi seperti kondisi yang
telah ada (pre-existing condition), keadaan organisasi dengan
pengaruh masyarakat, serta situasi dimana evaluasi dilakukan dan
dilaporkan. Dalam pendekatan ini, teknik analisis data, atau penjelasan
tentang tujuan evaluasi memang penting, tetapi tidak sepenting usaha
pemakai dan cara pemakaian informasi.
5) Pendekatan yang responsif (the responssive approach). Pendekatan
responssif menekankan bahwa evaluasi yang berarti adalah evaluasi
yang mencari pengertian suatu isu dari berbagai sudut pandang
semua orang yang terlibat, berminat, dan berkepentingan dengan
program (stakeholder program). Evaluator menghindari satu jawaban
untuk suatu evaluasi program yang diperoleh dengan memakai tes,
kuesioner, atau analisis statistik, sebab setiap orang yang dipengaruhi
oleh program merasakannya secara unik. Evaluator mencoba
menjembatani pertanyaan yang berhubungan dengan melukiskan atau
menguraikan kenyataan melalui pandangan orang-orang tersebut.
Tujuan evaluasi adalah untuk memahami ihwal program melalui
berbagai sudut pandang yang berbeda.
Selain melalui pendekatan-pendekatan di atas, efektivitas
pembelajaran dapat ditinjau dengan menggunakan berbagai model
evaluasi. Salah satu model yang populer adalah model CIPP (Context,
28
Input, Process, Product) yang diajukan oleh Stufflebeam dalam Tim
Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran (2001: 40). Model ini
bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan program pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: (1) karakterisitk siswa dan
lingkungan; (2) tujuan program dan peralatan yang dipakai; dan (3)
prosedur dan mekanisme pelaksanaan program.
Menurut model ini, terdapat empat dimensi yang perlu dievaluasi
sebelum, selama, dan sesudah program pendidikan dikembangkan.
Dimensi-dimensi tersebut antara lain sebagai berikut.
(1) Konteks (context), merupakan situasi atau latar belakang yang
memengaruhi tujuan dan strategi yang dikembangkan, misalnya:
kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran
yang ingin dicapai oleh unit kerja, dan masalah ketenagaan yang
dihadapi unit kerja.
(2) Masukan (input), mencakup bahan, peralatan, dan fasilitas yang
disiapkan untuk keperluan program, misalnya: dokumen kurikulum dan
bahan ajar yang dikembangkan, staf pengajar yang bertugas,
sarana/prasarana yang tersedia, dan media pendidikan yang
digunakan.
(3) Proses (process), merupakan pelaksanaan nyata dari program
pendidikan di kelas/lapangan yang meliputi: pelaksanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, dan pengelolaan program.
29
(4) Hasil (product), yaitu keseluruhan hasil yang dicapai oleh program.
Hasil utama yang diharapkan dari program produktif adalah
meningkatnya kompetensi siswa sesuai bidang keahliannya.
Model evaluasi lainnya yang cukup kemprehensif dalam menilai
sebuah program pelatihan adalah model Cascio. Marwansyah dan
Mukaram (2000: 78) mengemukakan bahwa dengan model Cascio kita
dapat mengukur perubahan yang terjadi dalam empat kategori untuk
mengetahui efektif tidaknya suatu pelatihan. Kategori-kategori tersebut
adalah sebagai berikut.
(1) Reaksi peserta dengan pelatihan dalam bentuk pendapat dan sikap
tentang pelatih, cara penyajian materi, kegunaan dan perhatian atas
materi pelatihan, serta kesungguhan dan keterlibatan selama latihan
berlangsung.
(2) Hasil belajar yang mencakup pengetahuan, keterampilan, dan
perubahan sikap yang terjadi pada peserta atas materi, media, dan
metode belajar yang diterapkan dalam pelatihan, baik selama
pelatihan berlangsung atau sesudah pelatihan.
(3) Perubahan perilaku yang terjadi sebagai hasil dari kehadiran dalam
program pelatihan mencakup rasa tanggung jawabnya dengan tugas-
tugas yang diberikan, memiliki team work atau kerja sama yang kokoh,
loyal dan disiplin serta memiliki jiwa kepemimpinan.
(4) Hasil yang terkait dengan peningkatan produktivitas atau kualitas
organisasi secara keseluruhan dan hasil yang tinggi dari para lulusan
30
pelatihan setelah mengikuti pendidikan dan latihan, sebagai wujud
tercapainya tujuan dari pelatihan itu sendiri.
Kategori evaluasi reaksi dan belajar, lebih mudah dilakukan
dibandingkan dengan yang terakhir, yaitu perubahan perilaku dan
tercapainya hasil yang optimal. Perubahan perilaku sukar untuk
diidentifikasi, karena banyak dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar program
pelatihan. Akhirnya, dampak pelatihan dengan hasil yang dicapai
merupakan ukuran yang paling signifikan. Hal ini dapat dinilai dengan
mengetahui tingkat kepuasan dunia usaha/industri sebagai user dari
lulusan.
e. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan menulis merupakan salah satu jenis keterampilan
berbahasa yang harus dikuasai siswa. Banyak ahli telah mengemukakan
pengertian menulis. Menurut Saleh Abbas (2006: 125) “keterampilan
menulis adalah kemampuan mengungkapkan gagasan, pendapat, dan
perasaan kepada pihak lain dengan melalui bahasa tulis”. Ketepatan
pengungkapan gagasan harus didukung dengan ketepatan bahasa yang
digunakan, kosakata dan gramatikal dan penggunaan ejaan.
Menurut Rofi’uddin Ahmad dan Darmiyati Zuhdi (1999: 159)
“keterampilan menulis merupakan suatu keterampilan menuangkan
pikiran, gagasan, pendapat tentang sesuatu, tanggapan dengan suatu
pernyataan keinginan, atau pengungkapan perasaan dengan
menggunakan bahas tulis”. Menurut Tarigan (2008: 3) “keterampilan
31
menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang produktif dan
ekspresif yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung
dan tidak secara tatap muka dengan pihak lain”. Keterampilan menulis
atau mengarang adalah merupakan penuangan buah pikiran ke dalam
bahasa tertulis melalui kalimat-kalimat yang dirangkai atau dikemas
secara utuh dan jelas sehingga dapat dikomunikasikan kepada pembaca.
Menurut pendapat Nurgiyantoro (2010: 273), “menulis adalah
aktivitas mengungkapkan gagasan melalui media bahasa”. Menulis
merupakan kegiatan produktif dan ekspresif sehingga penulis harus
memiliki kemampuan dalam menggunakan kosakata, tata tulis,dan
struktur bahasa. M. Atar Semi (1993: 47), mengartikan keterampilan
“menulis sebagai tindakan memindahkan pikiran dan perasaan ke dalam
bahasa tulis dengan menggunakan lambang-lambang”. Senada dengan
pendapat tersebut, menurut Harris dalam Rofi’uddin Ahmad dan Darmiyati
Zuhdi, (1999: 276) “keterampilan menulis diartikan sebagai kemampuan
menggunakan bahasa untuk menyatakan ide, pikiran atau perasaan
kepada orang lain dengan menggunaan bahasa tulis”.
Menulis sebagai satu bentuk peristiwa komunikasi pada hakekatnya
menuangkan gagasan, pendapat, perasaan, keinginan, dan kemauan,
serta informasi ke dalam tulisan kemudian “mengirimkannya” kepada
orang lain (Syafi’ie, 1988: 45). Kegiatan menulis memerlukan suatu
perencanaan. Setiap kali seseorang akan memulai menulis, ia harus
32
memunyai perencanaan penulisan. Perencanaan itu mungkin ada dalam
pikiran saja, atau mungkin pula dituangkan secara rinci di atas kertas.
Selain itu, menulis juga merupakan aktivitas komunikasi yang
menggunakan bahasa sebagai medianya. Wujudnya berupa tulisan yang
terdiri dari rangkaian huruf-huruf yang bermakna dengan semua
kelengkapannya, seperti ejaan dan tanda baca. Menulis juga merupakan
suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap dan pendapat kepada
pembaca dengan simbol-simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat
dan disepakati bersama oleh penulis dan pembaca.
Sebagai suatu aktivitas, setidaknya terdapat empat unsur-unsur
yang terlibat dalam kegiatan menulis. Keempat unsur tersebut adalah: (1)
menulis sebagai penyampai pesan, (2) pesan atau isi tulisan, (3) saluran
tulisan, dan (4) pembaca sebagai penerima pesan. Penulis sebagai
penyampai pesan mengandung makna bahwa sebelum menulis, seorang
penulis telah memikirkan maksud dan ide yang hendak disanipaikan
kepada pembaca. Ide yang ditulis kemungkinan mempunyai manfaat yang
besar bagi orang lain yang membutuhkan. Melalui tulisan pesan atau isi
tulisan (ide atau gagasan) penulis tersampaikan kepada pemabaca.
Dengan demikian, sebelum menulis seorang penulis sebaiknya
memperhatikan apa yang hendak ditulis, saluran dan bentuk tulisan apa
yang hendak digunakan, dan ditujukan kepada siapa tulisan itu.
Ada beberapa persyaratan yang sebaiknya dimiliki oleh seseorang
untuk menghasilkan tulisan yang baik, Syafi’ie (1988: 45) mengemukakan
33
bahwa syarat-syarat tersebut adalah (1) kemampuan untuk menemukan
masalah yang akan ditulis, (2) kepekaan dengan kondisi pembaca, (3)
kemampuan menyusun rencana penulisan, (4) kemampuan menggunakan
bahasa, (5) kemampuan memulai tulisan dan (6) kemampuan memeriksa
tulisan. Selain itu, menulis juga dilaksanakan dengan melalui suatu
proses. Sorenson (2000: 6-12) mengemukakan bahwa proses menulis
dilaksanakan melalui beberapa tahapan. Tahapan tersebut adalah (1)
persiapan menulis, (2) menulis, (3) revisi, dan (4) membaca ulang naskah
tulisan. Tahap persiapan menulis meliputi: pengumpulan ide dan
informasi, mencari topik, mempersempit permasalahan atau topik,
menentukan tujuan penulisan, menganalisis pembaca, menulis ide pokok,
menganalisis materi atau mengelola informasi yang terkumpul. Tahap
menulis meliputi: kebiasan menulis yang baik yaitu: mencari situasi atau
waktu yang tepat dan melaksanakan rencana yang telah ditentukan,
mengecek kembali apakah rencana tersebut sudah sesuai dengan
persiapan menulis dan menggunakan metode yang tepat, membiarkan ide
itu mengalir, mengabaikan teknik menulis (sementara), tulisan sesuai
dengan topik yang sudah ditentukan, menulis draf kasar, mengikuti teknik
penulisan yang baik. Tahap revisi meliputi: mengecek struktur paragraf,
struktur kalimat, konsentrasi tulisan. Tahap membaca ulang tulisan
meliputi: kegiatan mengecek tanda baca dan tata bahasa. Keseluruhan
menulis itu sebaiknya dilaksanakan agar diperoleh tujuan menulis yang
baik.
34
Menulis merupakan aktivitas pengekpresian ide, gagasan, pikiran
atau perasaan ke dalam lambang-lambang kebahasaan. Sedangkan
menurut Suparno dan Yunus (2008: 1.3) “menulis merupakan kegiatan
menyampaikan pesan (komunikasi) dengan mengunakan bahasa tulis
sebagai media atau alatnya”.
Menurut DePorter dan Hemacki (2002: 179), menulis merupakan
aktivitas seluruh otak yang menggunakan belahan otak kanan, belahan
otak kiri, otak kanan berhubungan dengan emosi, perasaan, sedangkan
otak kiri berhubungan dengan logika dan ilmu pengetahuan. Belajar
menulis harus memanfaatkan kedua belahan otak itu.
Hal ini berarti bahwa, pembelajar menulis tidak hanya berhubungan
dengan kata, kalimat, ejaan, gagasan, larik, bait, dan tema, tetapi juga
berhubungan dengan semangat, spontanitas, emosi, warna, gairah,
kegembiraan, inspirasi dan lain-lain. Kenyataannya, pembelajaran di
sekolah seringkali mengabaikan hal tersebut. Dalam pembelajaran
menulis, seringkali siswa hanya dibimbing tentang teori menulis kata,
kalimat, larik, bait, dan gaya bahasa, sedangkan hal yang berhubungan
dengan otak kanan tidak disentuh sama sekali. Tidak heran jika
pembelajar menjadi bosan bahkan siswa merasa takut untuk memulai
menulis.
Dalam komunikasi tulis setidaknya terdapat empat unsur yang
terlibat yaitu (1) penulis sebagai penyampai pesan, (2) isi tulisan atau
pesan, (3) saluran atau medianya berupa tulisan dan (4) pembaca
35
sebagai penerima pesan. Menurut The Liang Gie (2002: 3) “keterampilan
menulis adalah keterampilan dalam pembuatan huruf, angka, nama, suatu
tanda bahasa apapun dengan suatu alat tulis pada suatu halaman
tertentu. Sedangkan mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya
melalui bahasa tulis kepada masyarakat pembaca untuk dipahami.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat dikemukakan
bahwa keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide,
gagasan, perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang
membaca dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik.
f. Tujuan Menulis
Menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang
grafis yang dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain
yang mempunyai kesamaan pengertian dengan simbol-simbol bahasa
tersebut. Jadi, dapat dilihat bahwa tujuan dari menulis adalah agar tulisan
yang dibuat dapat dibaca dan dipahami oleh orang lain yang mempunyai
kesamaan pengertian dengan bahasa yang dipergunakan. Dengan
demikian, keterampilan menulis menjadi salah satu cara berkomunikasi,
karena dalam pengertian tersebut muncul satu kesan dengan pengiriman
dan penerimaan pesan.
Selain pendapat di atas, M. Atar Semi (2007: 14) menjelaskan
hakikat menulis sebagai proses kreatif memindahkan gagasan dalam
lambang tulisan. Menulis adalah kegiatan melahirkan pikiran dan
36
perasaan dengan tulisan. Dapat juga diartikan menulis adalah
berkomunikasi mengungkapkan pikiran, perasaan, dan kehendak kepada
orang lain secara tertulis. Selanjutnya, Suriamiharja, dkk, (1997: 2) juga
mengartikan bahwa “menulis adalah menjelmakan bahasa lisan, mungkin
menyalin atau melahirkan pikiran atau perasaan seperti mengarang,
membuat surat, membuat laporan, dan sebagianya”. Nurudin, (2007: 4)
menyatakan bahwa “menulis adalah kegiatan untuk menghasilkan tulisan.
Tulisan adalah sesuatu yang diahasilkan akibat kegiatan proses kreatif
penulisannya. Dengan kata lain, hasil gagasan dalam bahasa tulis yang
dapat dibaca dan dimengerti oleh amsyarakat pembaca”.
Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis. Antinya,
kapanpun, di mana pun, dan dalam situasi bagaimanapun seseorang
dapat melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab
yang harus dipertahankan. Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang
ditawarkan oleh Nunan (1991: 86).
Menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Tujuan menulis antara
lain: untuk mengekspresikan diri, memberikan informasi kepada pembaca,
untuk menghasilkan karya sastra, dan lain-lain. Tujuan ekspretif terkait
dengan kegiatan pengamatan dengan objek, tempat, memperkirakan
serta menginterpretasikan sesuatu. Tujuan ini seringkali digunakan untuk
hiburan dan kesenangan atau sebagai kegemaran. Tujuan informatif
terkait dengan kegiatan menggambarkan suatu peristiwa atau
pengalaman, menguraikan konsep-konsep, dan mengembangkan
37
gagasan baru. Menurut D’Angelo (dalam Salam, 2009: 2) tujuan penulisan
itu dibagi menjadi empat tujuan utama yaitu:
1. Tulisan yang bertujuan memberitahukan atau mengajar disebut
wacana informative (invormative discourse).
2. Tulisan yang bertujuan meyakinkan atau mendesak disebut wacana
persuasive (persuasive discourse)
3. Tujuan yang bertujuan menghibur/menyenangkan atau yang
mengandung tujuan estetik disebut tulisan literer atau wacana
kesastraan (literary discourse).
4. Tulisan yang bertujuan mengekspresikan perasaan dan emosi disebut
wacana ekspresif (expresive discourse).
Setiap penulis harus mempunyai tujuan yang jelas dari tulisan yang
akan ditulisnya. Menurut Suriamiharja dkk. (1997: 10) “tujuan dari menulis
adalah agar tulisan yang dibuat dapat dibaca dan dipahami dengan benar
oleh orang lain yang mempunyai kesamaan pengertian dengan bahasa
yang dipergunakan. Sedangkan menurut Suparno dan Yunus (2008: 3.7)
“tujuan yang ingin dicapai seorang penulis bermacam-macam yaitu
menjadikan pembaca ikut berpikir dan bernalar,membuat pembaca tahu
tentang hal yang diberitakan, menjadikan pembaca beropini, menjadikan
pembaca mengerti, membuat pembaca terpersuasi oleh isi karangan,
membuat pembaca senang dengan menghayati nilai-nilai yang
dikemukakan seperti nilai kebenaran, nilai agama, nilai pendidikan, nilai
sosial, nilai moral, nilai kemanusiaan dan nilai estetika.
38
M. Atar Semi (2007: 14-18) menjelaskan bahwa tujuan menulis
adalah sebagai berikut:
1) Untuk menceritakan sesuatu. Pengalaman, pemikiran, imajinasi,
perasaan, dan intuisi sebaiknya dituangkan dalam bentuk tulisan;
2) Untuk memberikan petunjuk dan pengarahan. Hal ini tercermin apabila
sesorang mengajari untuk mengerjakan sesuatu dengan tahapan yang
benar;
3) Untuk menjelaskan sesuatu. Bahwa tulisan dibuat untuk memberikan
pengertian dan pembahasan secara mendalam tentang sesuatu;
4) Untuk meyakinkan. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan orang dengan
pandangan yang diajukan; dan
5) Merangkum. Dengan merangkum sesorang akan mudah dalam
mempelajari isi buku dan akan lebih mudah dalam menguasai bahan.
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan
bahwa tujuan menulis adalah agar pembaca mengetahui, mengerti dan
memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan sehingga pembaca ikut
berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu yang berhubungan dengan
isi tulisan.
g. Pembelajaran Keterampilan Menulis di Sekolah Dasar
Keterampilan menulis seperti halnya keterampilan berbahasa yang
lain perlu dimiliki oleh siswa. Keterampilan menulis sudah mulai dilatihkan
di tingkat Sekolah Dasar. Sebelumnya, pada kelas rendah ditanamkan
dasar-dasar menulis. Jika dasarnya sudah kuat dan dikuasai dengan
39
benar maka siswa dapat menulis dengan baik dan benar. Keterampilan
menulis sangat kompleks karena menuntut siswa untuk menguasai
komponen–komponen di dalamnya, misalnya penggunaan ejaan yang
benar, pemilihan kosakata yang tepat, penggunaan kalimat efektif, dan
penyusunan paragraf yang baik.
Pembelajaran merupakan interaksi atau komunikasi aktif antara
dua pihak. Kompenen utama dari interaksi tersebut adalah pengajar dan
pembelajar. Keduanya dikatakan utama karena pada hakikatnya
merupakan dua subjek dengan perangkat-perangkat kemampuan yang
dinamik. Pengajar yang berkedudukan sebagai perancang, penggerak,
dan fasilitator belajar bagi pembeiajar, berkemampuan untuk menafsirkan
situasi sedemikian rupa sehingga sanggup melakukan modifikasi strategi
maupun teknik pengelolaan pembelajaran secara tepat. Di lain pihak,
pembelajar berkemampuan untuk menafsirkan petunjuk-petunjuk,
melakukan antisipasi, dan aktif bertindak sesuai dengan karakteristik yang
ia miliki (Djojosuroto, 2005: 63).
Membelajarkan menulis harus memperhatikan perkembangan
menulis anak. Perkembangan anak dalam menulis terjadi secara
perlahan–lahan. Anak perlu mencapaikan bimbingan dalam memahami
dan menguasai cara mentransfer pikiran ke dalam tulisan. Menulis puisi,
tentunya siswa tidak langsung bisa melahirkan puisi yang berkategori
bagus. Bahkan pada awal-awal pembelajaran, siswa banyak mengalami
kesulitan dan menemui hambatan. Di sinilah siswa perlu dilatih dan
40
dibimbing tahap demi tahap agar potensi kreativitasnya berkembang
hingga siswa menjadi kreatif menulis puisi dengan memperhatikan aspek
pribadi, motivasi, proses, dan produk dalam pembelajaran.
h. Pengertian Puisi
Retno Winarni (2009: 7) “Sastra adalah hasil kreativitas pengarang
yang bersumber dari kehidupan manusia secara langsung melalui rekaan
dengan bahasa sebagai medianya”. Sesuatu disebut teks sastra jika (1)
teks tersebut tidak melulu disusun untuk tujuan komunikatif praktis atau
sementara waktu, (2) teks tersebut mengandung unsur fiksionalitas, (3)
teks tersebut menyebabkan pembaca mengambil jarak, (4) bahannya
diolah secara istimewa, dan (5) mempunyai keterbukaan penafsiran.
Puisi merupakan salah satu genre sastra yang banyak
mencapaikan perhatian, terutama dalam lingkungan akademisi dan forum-
forum yang bertajuk sastra. Puisi adalah ragam sastra yang bahasanya
terikat oleh irama, matra, rima serta penyusunan larik dan bait (Depdiknas,
2005: 903).
Puisi adalah salah satu genre atau jenis sastra. Seringkali istilah
“puisi” disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi, sebenarnya tidak sama,
puisi itu merupakan jenis sastra yang melingkupi sajak, sedangkan sajak
adalah bagian atau individu dari puisi (Komaidi, 2007: 200). Secara
etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau
poesis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry.
Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang
41
lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut
syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan
kadang-kadang kata-kata kiasan”. Menurut Dresden, puisi adalah sebuah
dunia dalam kata (www.google.com). Isi yang terkandung di dalam puisi
merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair
yang membentuk sebuah dunia bernama puisi.
Puisi adalah cabang seni yang paling sulit untuk dihayati secara
langsung sebagai totalitas. Elemen-elemen seni dalam puisi ini ialah kata.
Sebuah kata adalah suatu unit totalitas utuh yang kuat berdiri sendiri.
Puisi menjadi totalitas-totalitas baru dalam pembentukan-pembentukan
baru, dalam kalimat-kalimat yang telah mempunyai suatu urutan yang
logis. Aminuddin (1990) ”Puisi diartikan “membuat” dan “pembuatan”
karena lewat puisi pada dasarnya seorang telah menciptakan suatu dunia
tersendiri, yang mungkin berisi pesan atau gambaran suasana-suasana
tertentu, baik fisik maupun batiniah”.
Menurut Rahmanto (1988: 49) puisi pada dasarnya adalah bentuk
sastra lisan. Pesan dan kesan yang dibawakannya baru akan benar-
benan menyentuh gerak hati seseorang apabila puisi itu dibacakan atau
dikutip secara lisan. Puisi, bagaimanapun memiliki nilai-nilai iramatis dan
dramatis yang sangat menentukan kualitasnya.
Menurut Sugono (2003: 5) puisi adalah jenis sastra yang bentuknya
dipilih dan ditata dengan cermat sehingga mampu memertajam kesadaran
orang akan suatu pengalaman dan membangkitkan tanggapan khusus
42
lewat bunyi, irama, dan makna khusus. Sedangkan Arnold (dalam
Nauman. 2001; 3) yang menyatakan puisi adalah kritik kehidupan (poetry
is the criticism of life).
Pradopo (2005: 14) menyatakan bahwa puisi (sajak) merupakan
sebuah struktur yang kompleks, maka untuk memahaminya perlu
dianalisis sehingga dapat diketahui bagian-bagian dan jalinannya secara
nyata. Untuk menganalisis puisi setepat-tepatnya perlulah diketahui
apakah sesungguhnya (wujud) puisi itu.
Menurut Jabrohim dkk. (2003: 12) puisi dibangun oleh dua struktur
penting yaitu bentuk dan isi. Lebih lanjut dinyatakan bahwa, istilah bentuk
dan isi oleh para ahli dinamai berbeda-beda, diantaranya struktur tematik
atau struktur semantik dan struktur sintaktik puisi menurut Hartoko,
sedangkan tema dan struktur menurut Hutagalung, bentuk fisik dan
bentuk batin oleh Marjorie Boulton, dan hakikat dan metode oleh
I.A.Richards.
Terdapat tiga hal yang membedakan karya sastra dengan karya
tulis lainnya, yaitu sifat khayali, dengan nilai-nilai seni/estetika, dan
penggunaan bahasa yang khas. Karya sastra dapat dikelompokkan
menjadi dua kelompok, yaitu (a) sastra imajinatif, dan (b) sastra non-
imajinatif. Sastra imajinatif mempunyai ciri isinya bersifat khayali,
menggunakan bahasa yang konotatif, memenuhi syarat-syarat estetika
seni. Sastra non-imajinatif mempunyai ciri-ciri isinya menekankan unsur
faktual/faktanya, menggunakan bahasa yang cenderung denotatif,
43
memenuhi unsur-unsur estetika seni. Pengertian indah, tidak semata-mata
merujuk pada bentuk, tetapi juga keindahan isi yang berkaitan dengan
emosi, imaji, kreasi dan ide.
Puisi merupakan karya sastra paling tua dan pertama kali ditulis
oleh manusia. Menurut Waluyo (2010: 1) “puisi adalah karya sastra
dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan
bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif). Kata-kata dalam
puisi benar-benar padat dan terpilih sehingga sangat indah bila dibaca”.
Puisi memiliki teks yang mempunyai ciri-ciri kebahasaan tersendiri. Yang
dimaksud dengan teks-teks puisi ialah teks-teks monolog yang isinya tidak
pertama-tama merupakan alur.
Slamet Muljana (dalam Pradopo, 1998) mendefinisikan “puisi
sebagai bentuk sastra dalam pengulangan suara atau kata yang
menghasilkan rima, ritma, dan musikalitas”. Puisi mengekspresikan
pemikiran yang membangkitkan perasaan, yang merangsang imajinasi
panca indera dalam susunan yang berirama. Semua itu merupakan
sesuatu yang penting, yang direkam dan dekspresikan, dinyatakan
dengan menarik dan memberi kesan. Puisi merupakan salah satu bentuk
karya sastra yang juga perlu diapresiasi. Puisi adalah karya sastra tertulis
yang paling awal ditulis oleh manusia (Waluyo, 2010: 1). Puisi sebagai
salah satu bentuk karya sastra tentunya harus mempunyai fungsi estetik
yang harus ada dalam setiap penciptaan karya sastra.
44
Menurut Shahnon Ahmad (dalam Komaidi, 2007: 201) mengutip
definisi para penyair romantik Inggris. Misalnya, Samuel Taylor Coleridge
mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan
terindah. Penyair memilih kata-kata yang setepatnya dan disusun secara
sebaik-baiknya, misalnya seimbang, simetris, antara satu unsur dengan
unsur lainnya sangat erat hubungannya.
Sayuti juga memberikan batasan, yakni bahwa puisi adalah
pengucapan bahasa yang memperhitungkan dengan aspek-aspek bunyi
di dalamnya, yang mengungkapkan pengalaman imajinatif, emosional dan
intelektual penyair yang ditimba dari kehidupan individu dan sosialnya,
yang diungkapkan dengan teknik tertentu sehingga puisi itu dapat
membangkitkan pengalaman tertentu pula dalam diri pembaca atau
pendengarnya.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, disimpulkan bahwa puisi
merupakan ungkapan perasaan seseorang berdasarkan pengalamannya
yang dituangkan melalui kata-kata indah, padu, imajinatif, serta berirama
dan disusun dengan mengkonsentrasikan struktur fisik dan struktur batin.
Dan juga menurut Dick Hartoko, unsur-unsur puisi yang paling penting
terdiri dari dua unsur, yaitu unsur tematik atau unsur semantik puisi dan
unsur sintaksis puisi (www.google.com). Unsur tematik atau unsur
semantik puisi menuju ke arah struktur batin sedangkan unsur sintaksis
mengarah pada struktur fisik puisi. Struktur batin adalah makna yang
terkandung dalam puisi yang tidak secara langsung dapat dihayati.
45
Struktur batin terdiri dari dari (1) tema, (2) perasaan, (3) nada dan
suasana, (4) amanat atau pesan. Struktur fisik adalah struktur yang bisa
kita lihat melalui bahasanya yang tampak. Struktur fisik terdiri dari (1)
diksi, (2) pengimajian, (3) bahasa figuratif atau majas, (4) dan rima.
i. Struktur Puisi
Adapun unsur-unsur pembangun puisi menurut A. Sayuti Suminto
(2000: 55) menyebutkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam puisi
meliputi bunyi dan aspek-aspeknya, diksi, citraan, bahasa kias, sarana
retorik, wujud visual, dan makna puisi. Waluyo (2010: 27) berpendapat
bahwa struktur fisik puisi terdiri dari baris-baris puisi yang bersama-sama
membangun bait-bait puisi. Bait-bait itu membangun kesatuan makna di
dalam keseluruhan puisi sebagai sebuah wacana. Struktur fisik
merupakan medium pengungkap struktur batin puisi. Adapun unsur-unsur
yang termasuk dalam struktur fisik puisi menurut Waluyo adalah: diksi,
pengimajian, kata konkret, majas (meliputii lambang dan kiasan),
bersivikasi (meliputi rima, ritma, dan metum), tipografi, dan sarana
retorika. Dengan demikian, ada tujuh macam unsur yang termasuk
struktur fisik. Adapun struktur batin puisi terdiri atas tema, nada, perasaan,
dan amanat.
Hakikat puisi terdiri dari empat hal pokok, yaitu:
1. Sense (tema, arti)
Sense atau tema adalah pokok persoalan (subyek matter) yang
dikemukakan oleh pengarang melalui puisinya. Pokok persoalan
46
dikemukakan oleh pengarang baik secara langsung maupun secara tidak
langsung (pembaca harus menebak atau mencari-cari, menafsirkan).
Makna sebuah puisi dapat dipahami setelah membaca karya , arti tiap
kata dan kiasan yang dipakai, juga memperhatikan unsur puisi lain yang
mendukung makna (Wiyatmi, 2009: 73).
2. Feeling (rasa)
Feeling adalah sikap penyair dengan pokok persoalan yang
dikemukakan dalam puisinya. Setiap penyair mempunyai pandangan yang
berbeda dalam menghadapi suatu persoalan.
3. Tone (nada)
Tone adalah sikap penyair dengan pembaca atau penikmat
karyanya pada umumnya. Dengan pembaca, penyair bisa bersikap
rendah hati, angkuh, persuatif, sugestif.
4. Intention (tujuan)
Intention adalah tujuan penyair dalam menciptakan puisi tersebut.
Walaupun kadang-kadang tujuan tersebut tidak disadari, semua orang
pasti mempunyai tujuan dalam karyanya. Tujuan atau amanat ini
bergantung pada pekerjaan, cita-cita, pandangan hidup, dan keyakinan
yang dianut penyair.
Untuk memberikan pengertian yang lebih memadai, berikut ini
dikemukakan uraian singkat mengenai unsur-unsur pembangun puisi
tersebut.
47
1. Diksi
Diksi atau pilihan kata mempunyai peranan penting dan utama
untuk mencapai keefektifan dalam penulisan suatu karya sastra
khususnya puisi. Untuk mencapai diksi yang baik seorang penulis harus
memahami secara lebih baik masalah kata dan maknanya, harus tahu
memperluas dan mengaktifkan kosa kata, harus mampu memilih kata
yang tepat, kata yang sesuai dengan situasi yang dihadapinya, dan harus
mengenali dengan baik macam corak gaya bahasa sesuai dengan tujuan
penulisan.
Diksi merupakan esensi penulisan puisi yang merupakan faktor
penentu kemampuan daya cipta. Penempatan kata-kata sangat penting
artinya dalam rangka menumbuhkan suasana puitik yang akan membawa
pembaca pada penikmatan dan pemahaman yang menyeluruh atau total
(A. Sayuti Suminto, 2008: 143-144).
2. Pengimajian
Pengimajian ini berguna untuk memberi gambaran yang jelas,
menimbulkan suasana khusus, membuat hidup gambaran dalam pikiran
dan penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan
mental atau bayangan visual penyair menggunakan gambaran-gambaran
angan. Gambaran angan, gambaran pikiran, kesan mental, dan bahasa
yang menggambarkannya biasa disebut dengan istilah citra atau imaji.
Cara membentuk kesan mental atau gambaran sesuatu biasa disebut
dengan istilah citraan (imagery). Hal-hal yang berkaitan dengan citra
48
ataupun citraan disebut pencitraan atau pengimajian. A. Sayuti Suminto
(2008: 169-171) menjelaskan bahwa citraan adalah kata atau rangkaian
kata yang mampu menggugah pengalaman keindahan atau menggugah
indra dalam proses penikmatan (membaca dan mendengarkan).
3. Kata Konkret
Kata konkret adalah kata-kata yang digunakan oleh penyair untuk
menggambarkan suatu lukisan keadaan atau suasana batin dengan
maksud untuk membangkitkan imaji pembaca. Penyair berusaha
mengkonkretkan kata-kata, maksudnya kata-kata itu diupayakan dapat
menyaran kepada arti yang menyeluruh. Dalam hubungannya dengan
pengimajian, kata konkret merupakan syarat atau sebab terjadinya
pengimajian.
4. Bahasa Figuratif
Gaya bahasa atau gaya adalah cara penyair menggunakan
bahasa. Bahkan jika dua penulis adalah untuk menggunakan plot yang
sama, karakter, dan pengaturan, hasilnya akan ada dua cerita berbeda
karena gaya bahasa mereka berbeda dalam kompleksitas, irama, panjang
kalimat, kehalusan, serta jumlah dan jenis gambar dan metafora.
j. Metode Widyawisata
Metode widyawisata merupakan metode pembelajaran yang
berhubungan dengan kegiatan membawa kelompok mengunjungi
beberapa tempat yang khusus, menarik untuk mengamati situasi,
mengamati kegiatan menemui seseorang atau objek yang tidak ada
49
dikelas atau ketempat pertemuan. Istilah karya wista terkadang disebut
juga dengan widyawisata atau study tour. Pelaksanaannya bisa dalam
waktu singkat, beberapa hari atau dalam waktu yang panjang.
Metode widyawisata biasanya berhubungan dengan kegiatan
mengunjungi beberapa tempat yang menarik dan khusus. Kegiatan ini
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu lebih dari tiga jam. Setelah
menyelesaikan kegiatan ini anak didik ditugaskan untuk membuat laporan
dan mendiskusikan bersama dengan anak didik yang lain dan didampingi
oleh pendidik, hasil akhir selanjutnya dibukukan.
Menurut Roestiyah yang dikutip oleh (Ahmad Munjin Nasih, 2009:
89), metode widyawisata bukan sekedar rekreasi, tetapi untuk belajar atau
memperdalam pelajaran dengan melihat kenyataannya. Karena itu
dikatakn bahwa metode widyawisata adalah cara mengajar yang
dilaksanakan dengan mengajak anak didik kesuatu tempat atau objek
tertentu diluar sekolah untuk mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
Metode widyawisata ini digunakan karena memiliki tujuan sebagai
berikut: (1) siswa dapat memperoleh pengalaman langsung dari objek
yang dilihatnya; (2) siswa dapat turut menghayati dan mengetahui lebih
dalam tentang pekerjaan yang dilakukan orang lain; (3) siswa bisa melihat,
mendengar, meneliti dan mencoba apa yang dihadapinya, agar nantinya
dapat mengambil kesimpulan, dan sekaligus dalam waktu yang sama ia
bisa mempelajari mata pelajaran.
Beberapa keuntungan metode widyawisata sebagai berikut:
50
a) Siswa mencapai pengalaman-pengalaman pribadi yang nyata dan
langsung, misalnya merencanakan sesuatu secara besama-sama.
b) Siswa dapat mengamati kejadian-kejadian dalam situasai yang
sebenarnya, misalnya mengamati orang melakukan pekerjaan,
mewawancarai pekerja dan orang-orang lain dilakukan ditempatnya.
c) Siswa dapat belajar berbagai macam hal dalam waktu bersamaan,
misalnya mengamati lingkungan alam, lingkungan sosial sejarah,
hubungan kerja dan sebagainya.
d) Siswa dapat mengkaji pengetahuan yang diperolahnya dari buku
dengan keadaan yang sebenarnya.
Sementara itu, kekurangan metode widyawisata adalah sebagai berikut:
a) Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
b) Memerlukan perencanaan dengan persiapan yang matang.
c) Dalam widyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas dari pada
tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
d) Memerlukan pengawasan yang lebih ketat dengan setiap gerak-gerik
anak didik dilapangan.
e) Biaya cukup mahal apabila ke tempat-tempat rekreatif.
f) Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran
widyawisata dan keselamatan anak didik, terutama widyawisata jangka
panjang dan jauh.
51
k. Langkah-Langkah Metode Widyawisata
Sebelum widyawisata digunakan dan dikembangkan sebagai
metode pembelajaran. Menurut Mulyasa (dalam Ahmad Munjin Nasih,
2009) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
1) Menentukan sumber-sumber masyarakat sebagai sumber belajar
2) Mengamati kesesuaian sumber belajar dengan tujuan dan program
sekolah.
3) Menganalisis sumber belajar berdasarkan nilai-nilai paedagogis .
4) Menghubungkan sumber belajar dengan kurikulum, apakah sumber-
sumber belajar dalam widyawisata menunjang dan sesuai dengan
tuntutan kurikulum, apabila mendukung, widyawisata dapat
dilaksanakan.
5) Membuat dan mengembangkan program widyawisata secara logis dan
sistematis.
6) Melaksanakan widyawisata sesuai dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dengan memperhatikan tujuan pembelajaran, materi
pelajaran, efek pembelajaran, serta iklim yang kondusif.
7) Menganalisis apakah tujuan widyawisata telah dicapai atau tidak,
apakah terdapat kesulitan-kesulitan perjalanan atau kunjungan,
memberikan ucapan terima kasih kepada mereka yang telah
membantu membuat laporan widyawisata dan cacatan untuk bahan
widyawisata mendatang
52
Agar penggunaan metode widyawisata dapat efektif, maka
pelaksanaannya perlu memperhatikan langkah-langkah sebagi berikut:
Pertama, perencanaan. Perencanaan widyawisata meliputi perumusan
tujuan, penetapan objek sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
penetapan waktu, penyusunan rencana belajar selama widyawisata
berlangsung, dan penyediaan perlengkapan yang dibutuhkan. Kedua,
pelaksanaan. Pada tahap ini para siswa dibimbing oleh guru agar kegiatan
tidak menyimpang dari tujuan yang telah direncanakan. Ketiga, akhir
kegiatan. Pada tahap ini siswa harus diminta laporannya, baik lisan
maupun tulisan, yang merupakan inti masalah yang dipelajari pada waktu
widyawisata berlangsung.
Untuk dapat melaksanakan widyawisata dengan berhasil perlu
diperhatikan syarat-syarat sebagai berikut:
a) Tujuan kegiatan supaya dibicarakan dan dinformasikan kepada siswa
secara jelas.
b) Aturan-aturan yang harus dipatuhi selama pelaksanaan kegiatan
supaya didiskusikan dengan siswa sebelum kegiatan berlangsung.
Misalnya tugas pimpinan kelompok, pembagian pekerjaan,
pembagian pekerjaan, bahan dan alat-alat yang diperlukan, cara
pembuatan laporan dan sebagainya.
c) Objek dan waktu kegiatan supaya dipilih yang memungkinkan
sebagian siswa ikut, sehingga mereka dapat memperoleh
pengalaman-pengalaman yang setara.
53
d) Pemilihan objek sejauh mungkin supaya disesuaikan dengan
kebutuhan kelompok dan individu, sehingga memungkinkan diperoleh
hasil yang sebesar-besarnya.
e) Setiap kelompok supaya mencapai tugas tertentu dan setelah selesai,
widyawisata melaporkan hasil pelaksanaan tugasnya kepada guru.
B. Kerangka Pikir dan Hipotesis Pengaruh
1. Kerangka Pikir
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan
berbahasa Indonesia yang harus dikuasai siswa Sekolah Dasar.
Keterampilan menulis adalah keterampilan menuangkan ide, gagasan,
perasaan dalam bentuk bahasa tulis sehingga orang lain yang membaca
dapat memahami isi tulisan tersebut dengan baik. Seseorang menulis
pasti mempunyai tujuan. Tujuan menulis adalah agar pembaca
mengetahui, mengerti, dan memahami nilai-nilai dalam sebuah tulisan
sehingga pembaca ikut berpikir, berpendapat atau melakukan sesuatu hal
yang berhubungan dengan isi tulisan.
Keterampilan menulis bukanlah keterampilan yang diwariskan
orang tua, tetapi dapat diperoleh melalui praktek dan latihan yang intensif.
Pembelajaran menulis mulai diajarkan di Sekolah Dasar melalui mata
pelajaran bahasa Indonesia. Anak kelas rendah diajarkan menulis
permulaan, menulis kalimat sederhana dan paragraf, sedangkan anak
kelas tinggi mulai diajarkan menulis lanjut yang meliputi pengembangan
54
paragraf; menulis surat dan laporan; pengembangan bermacam-macam
karangan; serta menulis puisi dan naskah drama.
Menulis puisi adalah salah satu genre atau jenis sastra. Seringkali
istilah “puisi” disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi, sebenarnya tidak
sama, puisi itu merupakan jenis sastra yang melingkupi sajak, sedangkan
sajak adalah bagian atau individu dari puisi (Komaidi, 2007:200). Secara
etimologi istilah puisi berasal dari bahasa Yunani poeima ‘membuat’ atau
poesis ‘pembuatan’, dan dalam bahasa Inggris disebut poem atau poetry.
Tetapi arti yang semula ini lama kelamaan semakin dipersempit ruang
lingkupnya menjadi “hasil seni sastra, yang kata-katanya disusun menurut
syarat-syarat yang tertentu dengan menggunakan irama, sajak, dan
kadang-kadang kata-kata kiasan”. Menurut Dresden, puisi adalah sebuah
dunia dalam kata (www.google.com). Isi yang terkandung di dalam puisi
merupakan cerminan pengalaman, pengetahuan, dan perasaan penyair
yang membentuk sebuah dunia bernama puisi.
Keterampilan menulis puisi adalah keterampilan mengungkapkan
ide, gagasan dan perasaan dalam bentuk karangan yang menceritakan
rangkaian peristiwa atau kejadian secara kronologis.
Metode widyawisata merupakan metode pembelajaran yang
berhubungan dengan kegiatan membawa kelompok mengunjungi
beberapa tempat yang khusus, menarik untuk mengamati situasi,
mengamati kegiatan menemui seseorang atau objek yang tidak ada
dikelas atau ketempat pertemuan. Istilah karya wista terkadang disebut
55
juga dengan widyawisata. Pelaksanaannya bisa dalam waktu singkat,
beberapa hari atau dalam waktu yang panjang.
Metode widyawisata biasanya berhubungan dengan kegiatan
mengunjungi beberapa tempat yang menarik dan khusus. Kegiatan ini
membutuhkan waktu yang cukup lama yaitu lebih dari tiga jam. Setelah
menyelesaikan kegiatan ini anak didik ditugaskan untuk membuat laporan
dan mendiskusikan bersama dengan anak didik yang lain dan didampingi
oleh pendidik, hasil akhir selanjutnya dibukukan.
Penggunaan metode widyawisata dalam pembelajaran menulis
dapat membantu siswa menemukan ide atau gagasan, menemukan
kosakata, menuangkannya dalam bentuk tulisan. Selain itu, siswa akan
lebih tertarik dan berminat dalam mengikuti pembelajaran.
56
Bagan Kerangka Pikir
2. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian dan kerangka pikir di atas, maka dapat diajukan
hipotesis tindakan yaitu penggunaan metode widyawisata dapat
meningkatkan keterampilan menulis puisi yang efektif pada siswa kelas VI
SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
Pembelajaran Bahasa Indonesia KTSP
Menulis Membaca BerbicaraMenyimak
Metode Widyawisata Menulis Puisi
Analisis Temuan
Efektif Tidak Efektif
Posttest Prites
57
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Penelitian
eksperimen adalah prosedur penelitian yang dilaksanakan untuk
mengungkapkan hubungan sebab akibat dua variabel atau lebih dengan
mengenal pengaruh variabel yang lain.
2. Desain Penelitian
Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen semu
(quasy eksperimental) karena peneliti tidak mungkin mengontrol semua
variabel yang relevan, kecuali beberapa variabel tersebut.Tujuan
eksperimen semu adalah memperoleh informasi yang dapat diperoleh
dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan atau memanipulasi semua variabel
yang relevan”. Lebih lanjut lagi Budiyono (2003: 74) mengemukakan
bahwa: peneliti semu secara khusus meneliti mengenai keadaan praktis,
yang di dalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang
relevan kecuali dari beberapa variabel tersebut”.
58
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri Baturapae Kecamatan
BiringBulu Kabupaten Gowa.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2013/2014
C. Populasi, dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikurito, 2009).
Populasi dalam penelitian ini adalah Siswa Kelas VI Semester II SD
Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa pada tahun
pelajaran 2013/2014 sebanyak 26 siswa.
2. Sampel
Sampel adalah wakil dari populasi yang diteliti (Arikunto, 2009).
Sampel dalam penelitian ini adalah 26 dari 116 siswa yaitu keseluruhan
kelas VI SD Negeri Baturappe.
Sampling adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengambil
sampel. Penelitian ini pengambilan sampelnya dilakukan dengan teknik
Purposive Sampling yaitu sampel yang diambil dengan maksud atau
tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena
peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki
informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
59
D. Metode Pengumpulan Data
1. Metode Tes
Metode test digunakan untuk memperoleh data hasil belajar Bahasa
Indonesia. Bentuk test yang digunakan yaitu tes memuat beberapa
pertanyaan, dimana tes ini diberikan pada kelas sampel yaitu kelas VI SD
setelah mencapai perlakuan dengan model pembelajaran widyawisata.
2. Metode Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara pengumpul data
maupun peneliti dengan nara sumber atau sumber data.
E. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel Bebas
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Indikatornya
pembelajaran dengan menggunakan Model Pembelajaran Widayawisata.
2. Variabel Terikat
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia
menerima pengalaman belajarnya. Data hasil belajar diambil dari nilai tes
hasil belajar bahasa Indonesia dalam keterampilan menulis puisi.
60
F. Instumen Penelitian
Instrumen penelitian bertujuan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian. Yang menjadi instrumen dalam penelitian ini meliputi: (1) tes
hasil belajar (penguasaan keterampilan menulis puisi), (2) wawancara dan
angket dengan narasumber yaitu siswa kelas VI dan guru SD Negeri
Baturappae Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data adalah suatu kegiatan untuk meneliti, memeriksa,
mempelajari, membandingkan data yang ada dan membuat interpretasi
yang diperlukan. Selain itu, analisis data dapat digunakan untuk
mengindentifikasi ada tidaknya masalah. Kalau ada, masalah tersebut
harus dirumuskan dengan jelas dan benar. Teknik analisis yang
digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif yang memberikan
gambaran dengan jelas dan benar makna dari indikator-indikator yang
ada, membandingkan dan menghubungkan antara indikator yang satu
dengan indikator lain.
H. Indikator Keberhasilan
Berdasarkan kajian pustaka mengenai efektivitas pembelajaran di
atas, maka yang menjadi indikator keberhasilan dalam penelitian ini
adalah proses dan hasil. Keterampilan siswa dalam menulis puisi dengan
mata pelajaran bahasa Indonesia, dinyatakan berhasil apabila pada
proses belajar dan skor rata-rata hasil keterampilan siswa dalam menulis
puisi mengalami peningkatan dengan penggunaan metode widyawisata.
61
I. Pengecekan Validasi Temuan/Simpulan
Untuk memperoleh data yang valid yaitu data yang objektif, sahih
dan handal dalam penelitian ini digunakan teknik triangulasi yaitu
menggali data dari sumber yang sama dengan cara yang berbeda. Dalam
hal ini, keterampilan menulis puisi siswa diperoleh dari hasil wawancara
dan menyebarkan angket tentang efektivitas metode widyawisata.
62
BAB IV
HASIL PENILITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Menulis Puisi dengan Metode Widyawisata
Bagian ini memaparkan kemampuan menulis puisi siswa kelas VI
SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, yakni
(1) perencanaan pembelajaran; (2) pelaksanaan yang kolaboratif oleh
guru dan peneliti; (3) penilaian atau evaluasi pembelajaran. Rencana
pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran bertujuan
untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan pembelajaran menulis puisi
dengan menerapkan metode widyawisata. Pelaksanaan pembelajaran
digunakan untuk mengetahui efektif tidaknya pembelajaran. Evaluasi atau
penilaian digunakan untuk mengukur tingkat ketercapaian, baik evaluasi
proses maupun evaluasi hasil.
1. Perencanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi yang
Efektif
Perencanaan pembelajaran merupakan tahap awal pelaksanaan
kegiatan proses belajar-mengajar. Perencanaan pembelajaran sangat
berpengaruh dengan keberhasilan pencapaian tujuan pemebelajaran.
Perencanaan pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata.
Standar kompetensi yang digunakan adalah mengungkapkan
pikiran, perasaan dan informasi dengan berpidato, malaporkan isi buku
dan baca puisi. Standar kompetensi tersebut kemudian dijabarkan ke
dalam kompetensi dasar menulis puisi berkenaan dengan peristiwa yang
63
pernah dialami. Tujuan pembelajarn yang ingin dicapai adalah siswa
mampu menulis puisi dengan berdasar pada struktur batin dan struktur
fisik yang tepat dan sesuai. Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut
dirancanglah langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran, yaitu
(1) tahap penemuan ide, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap penyajian.
Tahap penemuan ide dilaksanakan berdasarkan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai, yaitu siswa mampu (1) menemukan
tema puisi yang dekat dengan kehidupan nyata siswa, (2) menemukan
kata yang memiliki hubungan makna dengan tema puisi, (3) menyusun
puisi dengan memilih kata yang tepat.
Langkah-langkah kegiatan proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran pada penemuan ide dilakukan melalui enam langkah,
yaitu: (1) pemberian sugesti dan motivasi tentang kegiatan menulis puisi,
(2) membangkitkan minat dan bakat siswa tentang menulis puisi, (3)
menyampaikan tujuan pembelajaran dan langkah-langkah kegiatan yang
akan dilaksanakan, (4) menggali dan menemukan tema puisi yang dekat
dengan kehidupan sehari-hari siswa, (5) menuliskan puisi secara cepat
yang memiliki hubungan makna dengan tema puisi yang ditetapkan, dan
(6) memilih kata yang untuk digunakan dalam proses menulis puisi.
Pada tahap penulisan puisi, langkah-langkah kegiatan
pembelajaran yang dilaksanakan, yaitu: (1) mengadakan apersepsi
dengan mengamati kembali pekerjaan yang telah dibuat pada pertemuan
sebelumnya, (2) mengamati pemodelan cara mengembangkan ide
64
menjadi puisi, (3) menulis puisi sesuai dengan ide yang dipilih, (4)
melakukan revisi puisi, dan (5) menuliskan kembali puisi yang telah
direvisi.
Pada tahap penyajian, langkah-langkah kegiatan pembelajaran
yang dilakukan, yaitu: (1) menghubungkan kegiatan sebelumnya dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan, (2) mengamati model-model puisi yang
berilustrasi, (3) memberikan ilustrasi yang sesuai dengan isi puisi, (4)
membaca puisi di depan kelas, (5) memajang puisi yang telah ditulis pada
mading kelas, dan (6) mendiskusikan kelebihan dan kekurangan yang
terdapat pada puisi yang dipajang.
Penilaian pembelajaran yang digunakan adalah penilaian proses
dan penilaian hasil. Penilaian proses pada penelitian ini meliputi aspek
keaktifan, keseriusan, kekompakan, dan keantusiasan siswa dalam
menemukan tema (lingkungan, kelurga, sahabat, atau peristiwa) yang
memiliki kesan pada diri siswa. Penilaian hasil diarahkan pada kreativitas
siswa dalam memilih kata, hubungan makna yang ditimbulkan, ketepatan
pilihan kata, dan persajakan. Pada tahap penulisan, penilaian hasil
ditekankan pada hasil menulis puisi oleh siswa. Puisi tersebut dinilai
dengan mempertimbangkan kesesuaian tema, pilihan kata, dan
persajakan, serta kandungan maknanya.
Berdasarkan hasil penyempurnaan, maka rencana pelaksanaan
pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata, seperti diuraikan
pada Tabel 4.1 sebagai berikut.
65
Tabel 4.1 Hasil Oservasi Perencanaan Pembelajaran Menulis Puisi Siswa Kelas VI SD Negeri Baturappe
No. Aspek/Kegiatan
Deskriptor
Kualifikasi
1.
Merumuskan indikator
a. Kejelasan indikator b. Kelengkapan rumusan indikator c. Urutan indikator dari mudah ke sukar d. Tercantum cara mengembangkan
daftar kata menjadi larik dan bait puisi
4 4 4 3
2.
Mengembangkan materi
a. Kesesuaian dengan tujuan b. Cakupan materi c. Kesesuaian materi dengan kemampuan
dan kebutuhan siswa d. Urutan materi
4 4 4
4
3.
Menyusun langkah-langkah pembelajaran dan fasilitas belajar
a. Tercantum penataan ruang dan
fasilitas belajar b. Tercantum penataan ruang dan fasilitas
sesuai dengan jenis kegiatan c. Penataan ruang dan fasilitas belajar
diarahkan agar siswa betah belajar d. Tercantum penataan ruang dan fasilitas
belajar sesuai dengan kondisi kelas
4 4
4
4
4
Menentukan cara memotivasi siswa
a. Menyiapkan bahan dan apersepsi yang
menarik perhatian siswa b. Mencantumkan tujuan yang menarik
perhatian siswa c. Memberi contoh penulisan puisi d. Menyiapkan media yang menarik
perhatian siswa
4
4 4 4
66
Lanjutan Tabel 4.1.
5 - Mengembang kan metode
- Mengembang
kan media
- Memilih sumber belajar
- Langkah-langkah kegiatan pembelajaran
Evaluasi
a. Metode yang dicantumkan sesuai dengan indikator
b. Metode yanng dicantumkan sesuai dengan bahan ajar
c. Metode yang dicantumkan sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan siswa
d. Metode yanag dicantumkan lebih dari satu, dan releven dengan indikator dan bahan ajar
a. Media sesuai dengan dengan tujuan b. Media menarik perhatian siswa c. Media seauai dengan kebutuhan dan
kemampuan siswa d. Lebih dari satu media dan sesuai
tujuan pembelajaran a. Sesuai.dengfan tujuan pembelajaran b. Sesuai dengan perkembangan siswa c. Sesuai dengan materi pembelajaran d. Sesuai dengan lingkungan siswa a. Terdapat langkah-langkah kegiatan
pembelajaran b. Langkah-langkah kegiatan
pembelajaran berpusat pada siswa c. Langkah-langkah pwmbelajaran
sesuai dengan tujuan pembelajaran d. Langkah-langkah kegiatan pembelaja
sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan siswa
a. Tercantum prosedur penilaian proses b. Tercantum prosedur penilaian hasil c. Tercantum jenis penilaian d. Prosedur dan jenis penilaian sesuai
dengan tujuan pembelajaran
4 4 3
4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4
4
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, diketahui bahwa rencana
pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata siswa kelas VI
SD Negeri Baturappe efektif. Keefektifan tersebut dapat dilihat pada
aspek: (1) rumusan indikator, (2) mengembangkan materi, (3) menyusun
langkah-langkah kegiatan pembelajaran, (4) mengembangkan metode,
media, dan sumber belajar, dan (5) evaluasi.
67
Hasil analisis dengan kelima aspek tersebut menunjukkan bahwa,
perencanaan pembelajaran yang telah disusun antara peneliti dan
kolaborator efektif digunakan. Hampir semua aspek penilaian berkategori
sangat baik dan baik.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi yang
Efektif
Hasil penelitian yang berupa pelaksanaan atau proses pada tahap
penulisan, dimulai dengan mengamati proses kegiatan siswa dalam
menggunakan kata-kata menjadi sebuah puisi. Kreativitas, ketekunan,
keantusiasan, keseriusan, keaktifan, ketelitian, dan kerjasama siswa
menjadi indikator keberhasilan pada kegiatan tahap penulisan puisi.
Hasil penelitian berupa proses, yaitu: pemanfaatan kata menjadi
sebuah puisi dan aktivitas merevisi puisi. Pada proses pemanfaatan kata
menjadi sebuah puisi, kegiatan berjalan baik dan efektif. Hal ini terjadi
karena siswa yakin memanfaatkan kata menjadi sebuah puisi. Mereka
menggunakan kata tersebut, bukan hanya kata bermakna denotasi
semata, tetapi juga kata bermakna konotasi. Penggunaan kata-kata yang
dikemukakan siswa sudah mempertimbangkan unsur pilihan kata dan
persajakan. Bimbingan dan arahan guru, maupun diskusi dengan teman
kelas menjadikan siswa yakin dan percaya diri menulis semua puisi
dengan baik.
Kegiatan pada penulisan puisi, siswa diberikan kebebasan untuk
berkarya dan bereksrpesi. Seluruh siswa terlihat serius dan antusias
68
ketika menyimak penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan.
Siswa bersorak gembira ketika diberi kebebasan untuk berekspresi di
sekitar sekolah. Kebebasan yang diberikan kepada siswa tersebut
dimanfaatkan siswa dengan sebaik-baiknya. Sebagian besar siswa
melakukan kegiatan menulis puisi dengan tekun dan serius.
Berdasarkan hasil penelitian seperti diuraikan di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil penelitian berupa proses menulis puisi dengan
metode widyawisata dinyatakan cukup efektif.
3. Hasil Penelitian Menulis Puisi yang Efektif
Hasil penelitian berupa kegiatan evaluasi yang merupakan salah
satu rangkaian pembelajaran yang bertujuan untuk mengukur sejauh
mana pencapaian tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan dan dapat
tercapai. Selain itu, evaluasi juga dimanfaatkan untuk mengetahui efektif
atau tidak efektifnya proses pembelajaran yang telah dilaksanakan di
kelas.
Hasil evaluasi pada penelitian ini merupakan data hasil
kemampuan siswa menulis puisi dengan menerapkan metode
widyawisata. Berdasakan hasil tersebut dapat dinyatakan bahwa,
kemampuan siswa menulis puisi dengan metode widyawisata telah
mencapai kategori baik dan efektif. Kesimpulan ini ditarik berdasarkan
data bahwa, perolehan nilai siswa rata-rata yang mencapai standar nilai
yang diharapkan. Berikut pemaparan data hasil evaluasi atau penilaian,
69
baik data evaluasi prites maupun data hasil evaluasi posttest. Berikut data
hasil evaluasi menulis puisi pada Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.
Tabel 4.2 Data Hasil Eavaluasi dengan Konversi Skor ke Nilai (Pretest) Siswa Kelas VI SD Negeri Baturappe
Kode Siswa
Kriteria Total Skor/Nilai Tema Diksi Rima Makna
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai X1 15 60 15 50 13 65 15 60 58 X2 14 56 16 53 12 60 15 60 57 X3 15 60 16 53 13 65 14 56 58 X4 13 52 15 50 12 60 13 52 53 X5 12 48 14 47 12 60 15 60 53 X6 14 56 15 50 14 70 15 60 58 X7 16 64 17 57 15 75 16 64 64 X8 15 60 18 60 14 70 16 64 63 X9 18 72 17 57 14 70 17 68 66
X10 17 68 19 63 14 70 17 68 67 X11 17 68 19 63 15 75 17 68 68 X12 16 64 18 60 15 75 18 72 67 X13 15 60 16 53 16 80 18 72 65 X14 16 64 18 60 16 80 18 72 68 X15 15 60 19 63 16 80 17 68 67 X16 15 60 19 63 15 75 16 64 65 X17 17 68 16 53 15 75 17 68 65 X18 18 72 20 67 15 75 15 60 71 X19 19 76 20 67 16 80 16 64 74 X20 20 80 21 70 15 75 15 60 75 X21 19 76 20 67 15 75 20 80 74 X22 21 84 20 67 16 80 20 80 77 X23 20 80 23 77 17 85 21 84 81 X24 18 72 20 67 16 80 19 76 73 X25 19 76 20 67 15 75 20 80 74 X26 20 80 21 70 16 80 19 76 76 ∑ 434 472 382 449 1138
70
Tabel 4.3 Data Hasil Eavaluasi dengan Konversi Skor ke Nilai (Posttest)
Siswa Kelas VI SD Negeri Baturappe
Kode Siswa
Kriteria Total Skor/Nilai Tema Diksi Rima Makna
Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai X1 18 72 18 60 17 85 17 68 70 X2 17 68 19 63 16 80 18 72 72 X3 19 76 18 60 17 85 18 72 72 X4 17 68 19 63 16 80 16 64 68 X5 16 64 17 57 16 80 19 76 68 X6 18 72 19 63 18 90 18 72 73 X7 20 80 21 70 19 95 20 80 80 X8 19 76 21 70 18 90 20 80 78 X9 20 80 19 63 19 95 20 80 78
X10 20 80 22 73 17 85 21 84 80 X11 20 80 22 73 18 90 20 80 80 X12 18 72 21 70 18 90 21 84 78 X13 17 68 18 60 19 95 20 80 74 X14 19 76 21 70 19 95 21 84 80 X15 20 80 24 80 20 100 23 92 87 X16 18 72 21 70 18 90 18 72 75 X17 19 76 18 60 18 90 20 80 75 X18 22 88 23 77 19 95 21 84 85 X19 22 88 23 77 20 100 22 88 85 X20 23 92 24 80 20 100 21 84 88 X21 22 88 23 77 18 90 22 88 85 X22 24 96 23 77 20 100 23 92 90 X23 22 88 25 83 20 100 23 92 90 X24 21 84 23 77 19 95 22 88 85 X25 22 88 25 83 18 90 23 92 88 X26 24 96 24 80 20 100 22 88 90 ∑ 517 554 480 529 2080
Berdasarkan data hasil evaluasi kemampuan menulis puisi siswa
kelas VI SD Negeri Baturappe dapat diuraikan berdasarkan aspek yang
diteliti, yaitu: tema, diksi, amanat dan irama. Berikut analisis kuantitatif
71
hasil evaluasi atau penilaian setiap aspek dalam keterampilan menulis
puisi.
Analisis hasil evaluasi atau penilaian keterampilan menulis puisi
ditinjau dari segi aspek tema dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Hasil Analisis Data Aspek Tema dalam Menulis Puisi Siswa Kelas VI SD Negeri Baturappe
No Interval Skor Kategori
Prites Posttest
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase
(%)
1 0 – 34 Sangat Rendah 0 0 0 0
2 35 – 49 Rendah 1 3,85 0 0 3 50 – 69 Sedang 15 57,69 4 15,39 4 70 – 84 Tinggi 10 38,46 14 53,85
5 85 – 100
Sangat Tinggi 0 0 8 30,77
Jumlah 26 100 26 100
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, ditunjukkan bahwa dari 26 orang
siswa ternyata hasil yang diperoleh siswa dalam menulis puisi dengan
menerapkan metode widyawisata pada aspek tema, yaitu: (1) pada
evaluasi prites terdapat 1 orang siswa (3,85%) pada kategori rendah dan
tidak terdapat pada hasil evaluasi postes; (2) pada evaluasi pretes
terdapat 15 orang (57,69%) pada kategori sedang dan menurun menjdai 4
orang (15,39%) setelah dilaksanakan postes; (3) pada evaluasi pretes
terdapat 10 orang (38,46%) pada kategori tinggi meningkat menjadi 14
orang (53,85%) setelah pelaksanaan postes; (4) pada evaluasi prites
terdapat 8 orang (30,77%) sangat tinggi setelah postes, dan tidak terdapat
72
skor kategori sangat tinggi pada pelaksanaan prites; dan (5) baik evluasi
prites dan posttest tidak terdapat (0%) pada ketegori sangat rendah.
Sesuai dengan uraian di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran
menulis puisi dengan menerapkan metode widyawisata dari aspek tema
dinyatakan efektif.
Selanjutnya, hasil analisis kuantitatif evaluasi atau penilaian
keterampilan dalam menulis puisi ditinjau dari segi aspek diksi dapat
dilihat pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Data Aspek Diksi dalam Menulis Puisi Siswa Kelas VI SD Negeri Baturappe
No Interval Skor Kategori
Prites Posttest
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase
(%)
1 0 – 34 Sangat Rendah 0 0 0 0
2 35 – 49 Rendah 1 3,85 0 0 3 50 – 69 Sedang 22 84,61 9 34,62 4 70 – 84 Tinggi 3 11,54 17 65,38
5 85 – 100
Sangat Tinggi 0 0 0 0
Jumlah 26 100 26 100
Pada Tabel 4.5 di atas, menunjukkan bahwa dari 26 orang siswa
ternyata hasil yang diperoleh siswa setelah dilaksanakan penilaian prites
(belum menggunakan metode widyawisata) dan hasil posttest dalam
menulis puisi dengan menerapkan metode widyawisata pada aspek diksi,
yaitu: (1) pada evaluasi prites terdapat 1 orang siswa (3,85%) pada
kategori rendah dan tidak terdapat kategori rendah setelah pelaksanaan
posttest; (2) pada evaluasi prites terdapat 22 orang (84,61%) pada
73
kategori sedang dan menurun menjdai 9 orang (34,62%) setelah
dilaksanakan posttest; (3) pada evaluasi prites terdapat 3 orang (11,54%)
pada kategori tinggi meningkat menjadi 17 orang (65,38%) setelah
pelaksanaan posttest; dan (4) pada evaluasi prites dan posttest tidak
terdapat orang (0%) pada kategori sangat tinggi dan sangat rendah.
Sesuai dengan uraian di atas, dapat dilihat bahwa perolehan nilai
setelah dikalsanakan prites dan posttest pada pelaksanaan pembelajaran
menulis puisi dengan metode widyawisata dari aspek diksi dinyatakan
efektif.
Selanjutnya, hasil analisis kuantitatif keterampilan menulis puisi
ditinjau dari segi aspek rima seperti pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Hasil Analisis Data Aspek Rima dalam Menulis Puisi Siswa Kelas IV SD Negeri Baturappe
No Interval Skor Kategori
Pretes Postes
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase
(%)
1 0 – 34 Sangat Rendah 0 0 0 0
2 35 – 49 Rendah 0 0 0 0 3 50 – 69 Sedang 5 19,23 0 0 4 70 – 84 Tinggi 20 76,92 3 11,54
5 85 – 100
Sangat Tinggi 1 3,85 23 88,46
Jumlah 26 100 26 100
Berdasarkan Tabel 4.6 di atas, menunjukkan bahwa dari 26 orang
siswa ternyata hasil yang diperoleh dalam menulis puisi dengan
menerapkan metode widyawisata pada aspek kesesuaian rima, yaitu: (1)
tidak terdapat (0%) pada kategori sengan rendah dan rendah; (2) pada
74
prites terdapat 5 orang siswa (19,23%) pada kategori sedang dan tidak
terdapat (0%) nilai sedang pada posttest; (3) terdapat 20 orang (76,92%)
pada kategori tinggi dan menurun menjdai 3 orang siswa (11,54%) setelah
dilaksanakan posttest; dan (4) terdapat 1 orang (3,85%) pada kategori
sangat tinggi meningkat menjadi 23 orang (88,46%) setelah pelaksanaan
posttest.
Hal tersebut di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran menulis
puisi dengan metode widyawisata dari aspek rima dinyatakan efektif.
Selanjutnya, hasil analisis kuantitatif keterampilan dalam menulis
puisi ditinjau dari segi aspek makna pada Tabel 4.7 berikut.
Tabel 4.7 Hasil Analisis Data Aspek Makna dalam Menulis Puisi Siswa Kelas VI SD Negeri Baturappe
No Interval Skor Kategori
Pretes Postes
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase
(%)
1 0 – 34 Sangat Rendah 0 0 0 0
2 35 – 49 Rendah 0 0 0 0 3 50 – 69 Sedang 17 65,38 2 7,69 4 70 – 84 Tinggi 9 34,62 16 61,54
5 85 – 100
Sangat Tinggi 0 0 8 30,77
Jumlah 26 100 26 100 Berdasarkan Tabel 4.7 di atas, menunjukkan bahwa hasil yang
diperoleh siswa dalam menulis puisi dengan metode widyawisata pada
aspek makna, yaitu: (1) tidak terdapat (0%) kategori sangat rendah dan
rendah baik pada prites maupun posttest; (2) pada prites terdapat 17
orang siswa (65,38%) pada kategori sedang menurun menjadi 2 orang
75
siswa (7,69%); (3) terdapat 9 orang siswa (34,62%) kategori tinggi
meningkat menjadi 16 orang siswa (61,54%); dan (4) tidak terdapat (0%)
pada kategori sangat tinggi pada pelaksanaan prites tetapi meningkat
menjadi 8 orang siswa (30,77%).
Sesuai dengan uraian di atas, menunjukkan bahwa pembelajaran
menulis puisi dengan metode widyawisata dari aspek makna dinyatakan
efektif.
Selanjutnya, hasil analisis kuantitatif secara keseluruhan aspek
keterampilan dalam menulis puisi. Berikut analisis hasil evaluasi atau
penilaian keterampilan menulis puisi dapat dilihat pada Tabel 4.8 berikut.
Tabel 4.8 Hasil Analisis secara Keseluruhan Menulis Puisi Siswa Kelas VI Sekolah Dasar Negeri Baturappe
No Interval Skor Kategori
Prites Postes
Frekuensi Persentase (%) Frekuensi Persentase
(%)
1 0 – 34 Sangat Rendah 0 0 0 0
2 35 – 49 Rendah 0 0 0 0 3 50 – 69 Sedang 17 65,38 2 7,69 4 70 – 84 Tinggi 9 34,62 14 53,85
5 85 – 100
Sangat Tinggi 0 0 10 38,46
Jumlah 26 100 26 100
Berdasarkan Tabel 4.8 di atas, menunjukkan bahwa dari 26 siswa
hasil yang diperoleh dalam menulis puisi dengan menerapkan metode
widyawisata pada keseluruhan aspek (tema, diksi, rima, dan amanat),
yaitu: (1) tidak terdapat (0%) siswa yang memperoleh nilai kategori sangat
rendah dan rendah pada pelaksanaan prites dan posttest; (2) terdapat 17
orang siswa (65,38%) pada kategori sedang menurun menjadi 2 orang
76
siswa (7,69%); (3) terdapat 9 orang siswa (34,62%) meningkat menjadi 14
orang siswa (53,85%) setelah pelaksanaan posttest; dan (4) tidak terdapat
(0%) orang siswa pada kategori sangat tinggi pada prites meningkat
menjadi 10 orang siswa (38,46%) setelah dilaksanakan posttest.
Berdasarkan uraian hasil analisis data di atas, dapat disimpulkan
bahwa metode widyawisata dapat diterapkan. Hal tersebut
menggambarkan efektivitas pembelajaran, karena semua aspek yang
diteliti menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu, efetifitas
pembelajaran dapat dilihat dari hasil data posttest yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil data prites.
Untuk lebih memperkuat kesimpulan dari hasil analisis data posttest
dan prites, maka berikut ini dipaparkan hasil analisis deskriptif kuantitatif
seperti pada Tabel 4.9.
Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Kuantitaif Hasil Belajar Keterampilan Menulis Puisi (secara Keseluruhan)
Statistics Pretes Postes
N Valid 26 26 Missing 0 0
Mean 66,8077 79,7692 Median 67,0000 80,0000 Mode 58,00a 80,00a Std. Deviation 7,52074 7,03879 Minimum 53,00 68,00 Maximum 81,00 90,00
Hasil analisis di atas, juga dapat digunakan untuk menggambarkan
adanya peningkatan hasil belajar (indikator efektivitas pembelajaran)
77
keterampilan menulis puisi. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan statistik
keduanya (umumnya, cukup melihat perbandingan rata-rata, nilai
maksimum dan nilai minimum) yang menunjukkan data posttest lebih
tinggi dibandingkan data prites.
Hasil analisis statistik inferensial (uji t-paired sample) digunakan
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan (taraf
kepercayaan 95%) hasil belajar keterampilan menulis puisi sebelum dan
sesudah diterapkannya metode pembelajaran widyawisata. Hal ini dapat
menggambarkan ada tidaknya peningkatan hasil belajar yang signifikan.
Syarat untuk masuk di uji-t yakni data harus berdistribusi normal.
Sebelum masuk di uji-t, maka dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
berikut:
Tabel 4.10 Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Prites ,110 26 ,200* ,963 26 ,463 Posttest ,156 26 ,104 ,939 26 ,130
*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction
Berdasarkan hasil table 4.10 di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa data prites dan posttest berdistribusi normal. Hal ini mengacu pada
kriteria “jika sig hitung (0,200) dan (0,104) > sig α (0,05), maka data
berdistribusi normal, jika sebaliknya “ sig hitung < sig α (0,05)” maka data
tidak berdistribusi normal.
78
Karena telah memenuhi syarat, data berdistribusi normal, maka uji t
dapat dilakukan. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.11 Hasil Uji-t Paired Samples Test
Pair 1 Posttest –
Prites
Paired Differences
Mean 12,96154 Std. Deviation 2,44100 Std. Error Mean ,47872 95% Confidence Interval of the Difference
Lower 11,97560
Upper 13,94748
T 27,075 Df 25 Sig. (2-tailed) ,000
Berdasarkan hasil uji-t pada table 4.11 di atas, maka dapat diketahui
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi belajar
posttest dan prites. Hal ini didasarkan pada kriteria “jika sig hitung (0,000)
< sig α (0,05) maka terdapat perbedaan yang signifikan antara dua data
yang sedang di uji’, dan sebaliknya “jika sig hitung (0,000) > sig α (0,05)
maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara dua data yang
sedang di uji”. Selanjutnya, dari data di atas dapat pula diketahui bahwa
nilai postes lebih baik atau lebih tinggi dibandingkan dengan nilai prites,
hal ini dapat dilihat dari nilai uji t (27,075) yang positif.
Analisis statistik inferensial bisa tidak digunakan jika memang tidak
di butuhkan, biasanya jika hanya ingin melihat efektivitas cukup melihat
perbandingan nilai rata-rata, nilai minimum dan nilai maksimum antara
79
prites dan postes, jika mengalami peningkatan maka dapat disimpulkan
pembelajaran sudah efektif.
Akan tetapi biasanya jika jenis penelitiannya quasi eksperimen
untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka
dilakukan uji inferensial untuk memberikan penguatan bahwa pengaruh
atau perbedaan yang terjadi itu signifikan atau berada pada taraf
kepercayaan 95% (0,05) atau 99% (0,01) , uji infersensial dipilih
berdasarkan variabel penelitian.
Ketiga hasil analisis di atas, dapat digunakan secara keseluruhan
untuk menggambarkan efektivitas pembelajaran keterampilan menulis
puisi dengan menerapkan metode widyawisata pada siswa kelas VI
Sekolah Dasar Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
4. Hasil Penelitian Berdasarkan Hasil Wawancara dan Jurnal Siswa dan
Guru
Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap 26 orang
siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten
Gowa, diuraikan bahwa terdapat 20 orang siswa atau 76,92% menyatakan
berminat mengikuti pelajaran menulis puisi dan ada 6 orang siswa atau
23,08% menyatakan kurang berminat pada pelajaran menulis puisi.
Kondisi pembelajaran menulis puisi yang dilakukan guru, pada umumnya
siswa menyatakan kurang paham atau belum mengerti penggunaan kata-
kata dan gaya bahasa.
80
Pertanyaan yang bekaitan dengan kesulitan yang dihadapi siswa
mengikuti pembelajaran menulis puisi, umumnya siswa meberikan
jawaban bahwa dalam menulis puisi mengalami kesulitan menentukan
kata-kata/pemilihan kata-kata yang tepat untuk disusun menjadi sebuah
puisi. Kesulitan menggunakan gaya bahasa dalam menulis puisi.
Demikian halnya, siswa merasa kesulitan memulai menulis puisi sesuai
dengan kriteria (tema, diksi, rima, dan makna). Namun, kesulitan-kesulitan
tersebut dapat teratas dengan diterapkannya metode widyawisata.
Penerapan metode widyawisata dalam pembelajaran menulis puisi,
pada umumnya siswa merasa senang. Kesenangan siswa tersebut karena
terlibat langsung melihat keadaan yang terjadi. Demikian harapan siswa
terkait pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata, yaitu agar
metode widyawisata dapat mengantarkan siswa dapat menulis puisi
dengan bebas.
Berkaitan dengan pertanyaan dalam jurnal siswa tentang perasaan
siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi, yaitu terdapat 3 orang siswa
merasa senang (11,45%), 17 orang siswa senang (65,38%), dan 6 orang
siswa sangat senang (23,08%). Walaupun pada umumnya siswa
menyatakan masih mengalami kesulitan menyusun kata-kata yang tepat
menjadi sebuah puisi yang baik.
Efektivitas penerapan metode widyawisata dalam menulis puisi,
sangat berpengaruh baik, karena semua siswa aktif mengikuti
pembelajaran. Hal ini diperkuat dengan pernyataan siswa bahwa “saya
81
sangat senang mengikuti pembelajaran menulis puisi karena guru saya
dapat mengajar dengan baik (guru menerapkan metode widyawisata)”.
Hal di atas, sejalan dengan hasil observasi guru bahwa keaktifan
siswa selama mengikuti pembelajaran menulis puisi cukup tinggi. Respons
siswa terhadap pembelajaran yang berlangsung juga tinggi. Walaupun
kerjasama dalam kelompok masih sedang.
Berdasarkan uraian, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran
menulis puisi siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa dengan metode widyawisata dikatakan efektif.
5. Hasil Penelitian Berdasarkan Angket Siswa
Pada bagian ini akan dibahas hasil-hasil penelitian mengenai
efektivitas metode widyawisata berdasarkan hasil wawancara menulis
puisi siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Guwa dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif merupakan data kesan siswa dalam menulis puisi,
alasan siswa dalam menulis puisi, dan efektivitas pembelajaran metode
widyawisata dalam menulis puisi yang diperoleh melalui angket. Data
Kuantitatif merupakan data yang diteliti dengan menggunakan analisis
statistik diskriptif kuantitatif. Analisis diskriptif Kuantitatif yang
dimaksudkan ini untuk memberikan gambaran umum mengenai hasil
belajar siswa dalam menulis puisi dengan menerapkan metode
widyawisata.
82
Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah skor keefektifan
metode widyawisata dan nilai hasil belajar siswa dalam menulis puisi.
Jumlah siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah siswa kelas VI
SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa yang
berjumlah 26 orang yang terdiri dari laki-laki 12 orang dan perempuan 14
orang siswa.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Peneliti sebelumnya talah melakukan penelitian tentang menulis
puisi.
Syamsiar Syahrul (2011) telah melakukan penelitian dengan judul
“Implementasi Model Cooperative Learning dengan Setting Kemah Wisata
dengan Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi di SMP Negeri 3 Biringbulu
Satap Garing Kabupaten Gowa,” menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
hasil yang signifikan.
Kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SD Negeri Baturappe
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, yakni
1. Perencanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi yang
Efektif
Perencanaan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan pencapaian tujuan pemebelajaran. Perencanaan
pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata. Tujuan
pembelajarn yang ingin dicapai adalah siswa mampu menulis puisi
dengan berdasar pada struktur batin dan struktur fisik yang tepat dan
83
sesuai. Berdasarkan tujuan pembelajaran tersebut dirancanglah langkah-
langkah kegiatan proses pembelajaran, yaitu (1) tahap penemuan ide, (2)
tahap penulisan, dan (3) tahap penyajian.
Hal tersebut di atas sangat berhubungan dengan yang dikemukakan
dalam KTSP tentang materi menulis puisi, karena materi menulis puisi
merupakan salah satu materi yang disajikan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia di SD. Secara tegas, dikemukakan dalam KTSP 2006 bahwa
kegiatan menulis puisi bertujuan menggali dan mengembangkan
kompetensi dasar siswa, yakni kompetensi menulis puisi. Pencapaian
kompetensi menulis puisi dapat diukur berdasarkan indikator
pembelajarannya, yakni siswa mampu menulis puisi yang berisi gagasan
sendiri dengan menampilkan pilihan kata yang tepat dan rima yang
menarik untuk menyampaikan maksud/ide. Kompetensi dasar menulis
puisi yang diharapkan mempunyai dua tujuan utama. Pertama, siswa
menggunakan bahasa untuk memahami, mengembangkan, dan
mengomunikasikan gagasan dan informasi, serta untuk berintegrasi
dengan orang lain. Kedua, para siswa juga diharapkan dapat memahami
dan berpartisipasi dalam kegiatan menulis puisi agar mereka dapat
menghargai karya artistik, budaya, intelektual, serta menerapkan nilai-nilai
luhur untuk meningkatkan kematangan pribadi menuju masyarakat
beradab (Depdiknas, 2006: 13-15). Perencanaan pembelajaran itu
memegang peranan penting dalan pengajaran.
84
Penemuan ide dilaksanakan berdasarkan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai, yaitu: menemukan tema puisi yang dekat dengan
kehidupan nyata siswa, menemukan kata yang memiliki hubungan makna
dengan tema puisi, menyusun puisi dengan memilih kata yang tepat.
Penulisan puisi, mengikuti langkah-langkah kegiatan pembelajaran
yaitu: mengadakan apersepsi dengan mengamati kembali pekerjaan yang
telah dibuat pada pertemuan sebelumnya, mengamati pemodelan cara
mengembangkan ide menjadi puisi, menulis puisi sesuai dengan ide yang
dipilih, melakukan revisi puisi, dan menuliskan kembali puisi yang telah
direvisi.
Penyajian pembelajaran menulis puisi dilakukan, yaitu:
menghubungkan kegiatan sebelumnya dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan, mengamati model-model puisi yang berilustrasi,
memberikan ilustrasi yang sesuai dengan isi puisi, membaca puisi di
depan kelas, memajang puisi yang telah ditulis pada madding kelas, dan
mendiskusikan kelebihan dan kekurangan yang terdapat pada puisi yang
dipajang.
Apa yang dikemukakan di atas merupakan pedoman dalam
penulisan puisi. Ini relevan dengan apa yang dikemukakan oleh Komaidi,
(2007:200) tentang menulis puisi.
Menurut Komaidi, menulis puisi adalah salah satu genre atau jenis
sastra. Seringkali istilah “puisi” disamakan dengan “sajak”. Akan tetapi,
sebenarnya tidak sama, puisi itu merupakan jenis sastra yang melingkupi
85
sajak, sedangkan sajak adalah bagian atau individu dari puisi (Komaidi,
2007:200). Sehingga perlu ada pedoman penulisan puisi. Pedoman
tersebut dinyatakan dengan program pengajaran.
Penilaian pembelajaran yang digunakan adalah penilaian proses
dan penilaian hasil. Penilaian proses pada penelitian ini meliputi aspek
keaktifan, keseriusan, kekompakan, dan keantusiasan siswa dalam
menemukan tema (lingkungan, kelurga, sahabat, atau peristiwa) yang
memiliki kesan pada diri siswa. Penilaian hasil diarahkan pada kreativitas
siswa dalam memilih kata, hubungan makna yang ditimbulkan, ketepatan
pilihan kata, dan persajakan. Pada tahap penulisan, penilaian hasil
ditekankan pada hasil menulis puisi oleh siswa. Puisi tersebut dinilai
dengan mempertimbangkan kesesuaian tema, pilihan kata, dan
persajakan, serta kandungan maknanya.
Rencana pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata
siswa kelas VI SD Negeri Baturappe dinyatakan efektif. Keefektifan
tersebut dapat dilihat pada aspek: rumusan indikator, pengembangan
materi, menyusun langkah-langkah kegiatan pembelajaran, penerapan
metode, media, dan sumber belajar, dan evaluasi. Hasil analisa dari
kelima aspek tersebut menunjukkan bahwa, pereneanaan pembelajaran
yang telah disusun antara peneliti dan kolaborator efektif digunakan.
Hampir semua aspek berkategori sangat baik.
Sehubungan dengan metode widyawisata, menurut Roestiyah yang
dikutip oleh (Munjin Nasih Ahmad, 2009: 89), metode widyawisata bukan
86
sekadar rekreasi, melainkan untuk belajar atau memperdalam pelajaran
dengan melihat kenyataannya. Karena itu, dikatakan bahwa metode
widyawisata adalah cara mengajar yang dilaksanakan dengan mengajak
anak didik ke suatu tempat atau objek tertentu di luar sekolah untuk
mempelajari atau menyelidiki sesuatu.
2. Pelaksanaan Pembelajaran Keterampilan Menulis Puisi yang
Efektif
Pelaksanaan pembelajaran penulisan puisi, dimulai dengan
mengamati proses kegiatan siswa dalam menggunakan kata-kata menjadi
sebuah puisi. Kreativitas, ketekunan, keantusiasan, keseriusan, keaktifan,
ketelitian, dan kerja sama siswa menjadi indikator keberhasilan pada
kegiatan tahap penulisan puisi.
Pemanfaatan kata menjadi sebuah puisi berjalan baik dan efektif
karena mereka menggunakan kata bukan hanya kata bermakna denotasi
semata, melainkan juga kata bermakna konotasi. Penggunaan kata-kata
yang digunakan mempertimbangkan unsur pilihan kata dan persajakan.
Penulisan puisi, memberikan kebebasan kepada siswa untuk
berkarya dan bereksrpesi. Siswa terlihat serius dan antusias menyimak
penjelasan guru tentang kegiatan yang akan dilakukan dengan bersorak
gembira. Kebebasan yang diberikan kepada siswa dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya. Hal tersebut merupakan gambaran tentang proses
menulis puisi dengan penerapan metode widyawisata dinyatakan cukup
efektif.
87
Hasil penelitian berupa kegiatan evaluasi yang merupakan
rangkaian pembelajaran dapat mengukur pencapaian tujuan
pembelajaran. Selain itu, evaluasi juga dimanfaatkan untuk mengetahui
efektif atau tidak efektifnya proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
di kelas.
Berdasakan hasil evaluasi dapat dinyatakan bahwa, kemampuan
siswa menulis puisi dengan metode widyawisata telah mencapai kategori
baik dan efektif. Simpulan ini ditarik berdasarkan data perolehan nilai
siswa rata-rata mencapai standar nilai yang diharapkan.
Hasil evaluasi kemampuan menulis puisi siswa kelas VI SD Negeri
Baturappe diuraikan berdasarkan aspek yang diteliti, yaitu: tema, diksi,
amanat, dan irama, yaitu: (1) menunjukkan bahwa pembelajaran menulis
puisi dengan menerapkan metode widyawisata dari aspek tema
dinyatakan efektif; (2) perolehan nilai setelah dilaksanakan prites dan
postes pada pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan metode
widyawisata dari aspek diksi dinyatakan efektif; (3) pembelajaran
menulis puisi dengan metode widyawisata dari aspek rima dinyatakan
efektif; (4) pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata dari
aspek makna dinyatakan efektif.
Berdasarkan uraian pembahasan hasil penelitian, dapat
disimpulkan bahwa metode widyawisata dapat diterapkan. Hal tersebut
menggambarkan efektivitas pembelajaran, karena semua aspek yang
diteliti menunjukkan adanya peningkatan. Selain itu, efetivitas
88
pembelajaran dapat dilihat dari hasil data postes yang lebih tinggi
dibandingkan dengan hasil data prites.
Pembahasan hasil analisis deskriptif kuantitatif menggambarkan
adanya peningkatan hasil belajar (indikator efektivitas pembelajaran)
keterampilan menulis puisi. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan statistik
keduanya (umumnya, cukup melihat perbandingan rata-rata, nilai
maksimum dan nilai minimum) yang menunjukkan data postes lebih tinggi
dibandingkan data prites.
Pembahasan hasil analisis statistik inferensial (uji t-paired sample)
digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan
(taraf kepercayaan 95%) hasil belajar keterampilan menulis puisi sebelum
dan sesudah diterapkannya metode pembelajaran widyawisata. Hal ini
dapat menggambarkan ada tidaknya peningkatan hasil belajar yang
signifikan. Sesuai dengan hasil analisis data prites dan postest
berdistribusi normal.
Perbedaan yang signifikan antara hasil evaluasi belajar posttest
dan prites didasarkan pada kriteria “jika sig hitung (0,000) < sig α (0,05)
maka terdapat perbedaan yang signifikan antara dua data yang sedang di
uji’, dan sebaliknya “jika sig hitung (0,000) > sig α (0,05) maka tidak
terdapat perbedaan yang signifikan antara dua data yang sedang diuji”.
Selanjutnya, pembahasan dari diketahui bahwa nilai postes lebih baik
atau lebih tinggi dibandingkan dengan nilai prites, terlihat dari nilai uji t
(27,075) yang positif.
89
Hasil pembahasan secara keseluruhan menggambarkan
efektivitas pembelajaran keterampilan menulis puisi dengan menerapkan
metode widyawisata pada siswa kelas VI Sekolah Dasar Negeri Baturappe
Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa.
3. Pembahasan Penelitian Berdasarkan Hasil Wawancara dan Jurnal Siswa dan Guru
Pembahasan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti
terhadap 26 orang siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan
Biringbulu Kabupaten Gowa, bekaitan dengan kesulitan yang dihadapi
siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi, umumnya siswa meberikan
jawaban bahwa dalam menulis puisi mengalami kesulitan memilih kata-
kata yang tepat menjadi sebuah puisi. Demikian halnya, kesulitan siswa
dalam memulai menulis puisi sesuai dengan kriteria (tema, diksi, rima, dan
makna). Kesulitan tersebut dapat teratas dengan diterapkannya metode
widyawisata.
Efektivitas penerapan metode widyawisata dalam menulis puisi,
sangat berpengaruh baik, karena semua siswa aktif mengikuti
pembelajaran. Diperkuat lagi pernyataan siswa bahwa “saya sangat
senang mengikuti pembelajaran menulis puisi karena guru dapat
mengajar dengan baik dengan menerapkan metode widyawisata”. Hal
tersebut tampak keaktifan siswa mengikuti pembelajaran menulis puisi
cukup tinggi. Respons siswa mengikuti pembelajaran juga tinggi sehingga
penerapan metode widyawisata dikatakan efektif.
90
4. Pembahasan Penelitian berdasarkan Angket Siswa
Efektivitas metode widyawisata berdasarkan hasil angket menulis
puisi siswa kelas VI SD Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Guwa dengan menggunakan analisis kualitatif dan kuantitatif.
Data kualitatif merupakan data kesan siswa dalam menulis puisi dengan
metode widyawisata. Data Kuantitatif merupakan data yang diteliti dengan
menggunakan analisis statistik diskriptif kuantitatif. Analisis deskriptif
Kuantitatif yang dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai
hasil belajar siswa dalam menulis puisi dengan menerapkan metode
widyawisata.
Data yang diperoleh dalam penelitian menunjukkan keefektifan
metode widyawisata dan nilai hasil belajar siswa dalam menulis puisi
cukup signifikan.
91
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Sesuai dengan rumusan masalah dan pembahasan hasil penelitian
pada penelitian ini dapat disimpulkan sebagai beikut:
Perencanaan pembelajaran sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan tujuan pembelajaran dengan menerapkan metode
widyawisata. Tujuan pembelajaran menulis puisi dirancang dalam
kegiatan proses berupa: penemuan ide, penulisan puisi, penyajian, dan
penilaian pembelajaran yang disusun antara peneliti dan kolaborator
dinyatakan efektif karena hampir semua aspek berkategori sangat baik.
Pelaksanaan pembelajaran penulisan puisi oleh siswa sangat
kreativitas, tekun, antusias, serius, aktif, teliti, dan kerja sama menjadi
indikator keberhasilan. Pemanfaatan kata menjadi sebuah puisi sangat
efektif, karena siswa diberi kebebasan berkarya. Hal tersebut merupakan
gambaran penerapan metode widyawisata cukup efektif. Hasil evaluasi
juga dinyatakan efektif karena perolehan nilai siswa rata-rata mencapai
standar nilai yang diharapkan, berdasarkan aspek yang diteliti, yaitu:
tema, diksi, amanat, dan irama, dinyatakan efektif dilihat dari hasil postes
lebih tinggi daripada hasil prites.
Hasil wawancara menunjukkan bahwa siswa mengikuti
pembelajaran menulis puisi, umumnya mengalami kesulitan memilih kata-
92
kata yang tepat menulis puisi. Kesulitan teratasi dengan diterapkannya
metode widyawisata.
Hasil penelitian berdasarkan angket siswa dengan menggunakan
analisis kualitatif dan kuantitatif sangat efektif dengan menerapkan
metode widyawisata.
B. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka
beberapa saran diajukan sebagai berikut:
1. Untuk mengefektifkan perencanaan pembelajaran menulis puisi dapat
menerapkan metode widyawisata.
2. Rencana pembelajaran dirancang, yang relevan dengan kondisi siswa
dengan memperhatikan: standar kompetensi, kompetensi dasar,
indikator, tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, metode
pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, sumber pembelajaran,
evaluasi yang efisien dan efektif.
3. Pelaksanaan pembelajaran menulis puisi dengan metode widyawisata,
dengan memilih tema yang dekat dengan kehidupan siswa, agar
memudahkan siswa memilih kata yang tepat terutama dalam hal tema,
diksi, rima, dan makna.
4. Pelaksanaan evaluasi pembelajaran menulis puisi dengan metode
widyawisata, sebaiknya guru senantiasa melakukan penilaian proses
dan hasil untuk mengetahui tingkat keberhasilan pembelajaran,
khususnya menulis puisi dengan menerapkan metode widyawisata.
93
5. Penentu kebijakan dalam pembelajaran, agar merekomendasikan
metode, teknik, dan strategi pembelajaran yang inovatif dalam proses
pembelajaran menulis puisi di sekolah khususnya metode widyawisata.
94
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Saleh. 2006. Pembelajaran Bahasa Indonesia yang Efektif di
Sekolah Dasar. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional.
Agustina. 2010. Peningkatan Menulis Puisi Bebas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Makassar melalui Media Rekaman Lumpur Lapindo. Tesis. Makassar: PPs. Unismuh.
Agustinawati. 2004. Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi Siswa Kelas
II SMP Neg. 2 Tapin Tengah Kab.Tapin dengan Teknik Menulis Puisi Akrostik. Tesis. Malang: PPs.Universitas Neg. Malang.
Ahmad, Munjin Nasih. 2009. Metode dan Teknik Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam Bandung. PT Refika Aditama. Ahmad, Rofi’uddin dan Darmiyati.Zuhdi 1999. Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia di Sekolah Tinggi. Jakarta: Dirjen Dikti. Depdikbud.
Aminuddin. 1990. “Pendekatan Tekstual dalam Analisis Bahasa Kias
Puisi”. dalam Sekitar Masalah Sastra. Malang: Yayasan Asih Asah Asuh
Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran secara Manusiawi.
Jakarta: Rineka Cipta. Arikunto, Suharsimi. 2009. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineke Cipta.
Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Press.
Aunurrahman. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Penerbit
Alfabeta Bahariah. 2012. Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Assisted
Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Surat Resmi Siswa Kelas VIII SMP N 36 Makassar”: Tesis PPs Unismuh.
Budiyono. 2003. Statistika Dasar untuk Penelitian. Surakarta: UNS Press Darsono, Max. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Semarang : CV IKIP
Semarang Press.
95
Depdiknas, 2006.”Permendiknas Nomor 22 / 2006 tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah”. Jakarta: Depdiknas.
Depdiknas, 2012. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. DePoter, Bobbi dan Mike Hernacid. 2002. Quantum Learning;
Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Terjemahan. Alwiyah Abdurrahman. 2001. Bandung: Kaifa.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarata: PT. Rineka
Cipta Djojosuroto. Kinayanti. 2005. Puisi Pendekatan dan Pembelajaran.
Bandung: Nuansa. Jabrohim, dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Komaidi, Didik. 2007. Aku Bisa Menulis: Yogyakarta: Sabda Media. La Abo, 2005. Strategi Pembelajaran Menulis Kreatif pada Siswa
Madrasah Aliah di Kota Kendari. Tesis. Makassar: PPs UNM. Marwansyah, & Mukaram. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.
Bandung: Pusat Penerbit Admistrasi Niaga Politeknik Negeri Bandung.
Maswah. 2011. Efektivitas Pembelajaran Sejarah melalui Metode Resitasi (Penugasan) Siswa Kelas X SMA Yapip Makassar Sunggumunasa Kabupaten Gowa.Tesis Makassar PPs Unismuh.
Mulyasa, E. 2009. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Kemudian
Disempurnakan pada Tahun 2006 Menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Depdikbud.
Nunan, David. 1991. Language Teaching Methodology. New York:
Prentice Hall. Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia.Yogyakarta: BPFE.
Nurudin. 2007. Dasar-dasar Penulisan. Malang: UMM Press.
96
Pradopo, Rachmat Djoko. 1998. Puisi. Jakarta: Depdikbud. Pradopo, Rachmat Djoko. 2005. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Rahmanto, B. 1988. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: Kanisius. Rahmawati. 2011. Peningkatan Kemampuan Menulis Kreatif Puisi Siswa
Kelas VII SMP Sawerigading Makassar Kota Makassar dengan Tekinik Pengelompokan Kata (Clustering). Tesis. PPs Unismuh Makassar.
Retno, Winarni. 2009. Kajian Sastra. Salatiga: Widya Sari Press. Sadiman, Arif dkk. 2003. Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan
dan Pemanfaatannya. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Salam. 2009. Pendidikan Penulisan Kreatif. Makassar: UNM. Semi, M. Atar 1993. Menulis Efektif. Padang: Angkasa. Semi, M. Atar. 2007. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Bandung:
Angkasa. Siahaan, Ln. 2005. Keterampilan Bertanya dalam Pembelajaran IPA.
(online)Tersedia.www.p4tkipa.net/model/2005/UMUM/Teknik%20bertanya.pdf (10 juli 2013)
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Sorenson, Sharon. 2000. Webster’s New Warld: Student Writing Hand Book (Fourthedition). California: IDG Book Worldwide.
Sugihartono, dkk. 2007. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sugono, Dendy. 2003. Buku Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat
Bahasa Depdiknas. Sumardjo, Jakob. 2001. Catatan Kecil tentang Menulis
Cerpen. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.
Suminto A. Sayuti. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakarta: Gama Media
97
Suminto A. Sayuti. 2008. Berkenalan dengan Puisi. Yogyakarta: Gama Media
Suparno dan Yunus, Mohammad. (2008). Keterampilan Dasar Menulis. Jakarta:Universitas Terbuka.
Suriamiharja, Agus, Akhlah Husen, dan Nunuy Nurjanah. 1997. Petunjuk Praktis Menulis. Bandung: Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Bandung.
Syafi’ie, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta: Depdikbud. Syahrul, Syamsiar. 2011. Implementasi Model Cooperative Learning
dengan Setting Kemah Wisata dengan Peningkatan Kompetensi Menulis Puisi di SMP Negeri 3 Biringbulu Satap Garing Kabupaten Gowa. Tesis. PPs Unismuh Makassar.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa. Tayyibnafis, Farida Yusuf. 2000. Evaluasi Program. Jakarta : Rineka Cipta The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang Bahasa Indonesia Siswa
Sekolah Dasar. Yogyakarta: Andi.
Tim Pengembang MKDK Kurikulum dan Pembelajaran. 2001. Kurikulum Pembelajaran. Bandung: Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UPI
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Waluyo, Herman J. 2010. Pengkajian dan Apresiasi Puisi. Salatiga:
Widyasari. Wandi, 2007. Pengertian Belajar Menurut Ahli.
(Online).http://www.whandi.net/2007/05/16/pengertian-belajar-menurut-ahli. Diakses 21 Oktober 2013
Winarni, Retno 2009: 7 “Kemampuan Meresepsi Puisi Indonesia Modern”.
Disertasi. UN Jakarta. Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher.
98
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP ABD. Salam, lahir di Tarowang Desa Tarowang Kecamatan
Galesong Selatan Kabupaten Takalar pada tanggal
17 Agustus 1963, sebagai anak keempat dari tujuh
bersaudara, pasangan Sihi Daeng Ranyu dan Sahawa
Daeng Rampu.
Pada tahun 1990 penulis menikah dengan seorang wanita bernama
Hj. Kasmiati, S.PdI, dan hingga kini dikaruniai tiga orang anak.
Penulis menempuh pendidikan, diawali dari jenjang Sekolah Dasar
Negeri Tarowang, tamat pada tahun 1975. Penulis melanjutkan ke MTs
Muhammadiyah Bontorita Kecamatan Galesong Selatan Kabupaten Takalar,
tamat 1980. Penulis melanjutkan pendidikan ke SPG Muhammadiyah Ujung
Pandang, tamat 1983. Penulis melanjutkan ke STKIP-PI Ujung Pandang, tamat
2004. Pada tahun 2012 penulis kembali melanjutkan pendidikan pada Program
Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Makassar pada jurusan Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia.
Sebagai tugas akhir, penulis menulis sebuah tesis yang berjudul
“Efektivitas Metode Widyawisata dalam Penulisan Puisi pada Kelas VI SD
Negeri Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa”.
Penulis mulai mengabdikan diri sebagai PNS (guru) pada SD Negeri
Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa, tepatnya tanggal 1 Juni 1983
s.d 1 Maret 1999. Penulis diberi tugas tambahan sebagai Kepala SD Negeri
Baturappe tahun 1999 sampai tahun 2012. Penulis diangkat sebagai Pengawas SD
tahun 2012 sampai sekarang.
PEMERINTAH KABUPATEN GOWA UPTD DINAS DIKORDA KECAMATAN BIRINGBULU
SD NEGERI BATURAPPE Sekretariat : Tala-tala Desa Batumalonro
SURAT PERNYATAAN PENELITIA No: 12 /Dokorda-BB/S.13/XI/2014
Berdasarkan Rekomendasi Izin Penelitian dari Kesbang Kabupaten
Gowa tertangga 2 April 2014 dengan No : 070/607/BKB.P.L/2014 tentang
Rekomendasi Penelitia pada SDN Baturappe Kecamatan Biringbulu
Kabupaten Gowa, dengan judul Tesis “ Efektifitas Metode Widyawisata dalam Penulisan Puisi kelas VI SDN Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa” maka saya Kepala SDN Baturappe bertanda tangan
dibawah ini menyatakan bahwa:
N a m a : Abd. Salam. NIM : 04.07.815.2012
Program Studi : Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia
Pekerjaan : Mahasiswa (S.2)
Alamat : Malonjo Desa Batumalonro Kecamatan
Biringbulu Kab. Gowa
Telah melakukan dan merampungkan penelitian pada
SDN Baturappe Kecamatan Biringbulu Kabupaten Gowa mulai
tgl 1 s.d. 30 April 2014
Demikian Surat Keterangan ini diberikan untuk dipergunakan
sebagaimana mestinya. Tala-tala, 1 Mei 2014 Kepala SDN Baturappe
H. Baharuddin, S.PdI Pangkat : Pembuna, IV/a NIP: 19621231 198203 1 109