PEMBAHASAN
Pemupukan merupakan salah satu faktor pemeliharaan tanaman yang sangat
penting dan sangat menentukan kesehatan, kejaguran dan produktivitas tanaman.
Pemupukan bertujuan untuk menambah zat hara yang dibutuhkan oleh tanaman
pada proses pertumbuhan baik vegetatif maupun generatif.
Keefektifan pemupukan berhubungan dengan tingkat atau persentase hara
pupuk yang diserap tanaman. Pemupukan dikatakan efektif jika sebagian besar
hara pupuk diserap tanaman. Sedangkan efisiensi pemupukan berkaitan dengan
hubungan antara biaya (bahan pupuk, alat kerja, dan upah) dengan tingkat
produksi yang dihasilkan. Efisiensi pemupukan terkait dengan tindakan
rekomendasi pemupukan dan manajemen operasional. Jadi peningkatan
keefektifan dan efisiensi pemupukan dapat dicapai melalui perbaikan manajemen
operasional dan rekomendasi pemupukan.
Di samping itu, pemupukan sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tanaman menyerap unsur hara dari tanah dan udara.
Hara yang diserap tanaman berasal dari tanah dan dari pupuk yang
diaplikasikan. Beberapa hal yang menjadi alasan dilakukan pemupukan adalah:
(1) tanah tidak mampu menyediakan unsur hara yang cukup bagi tanaman; (2)
tanaman kelapa sawit memerlukan hara yang banyak untuk mencapai
pertumbuhan dan produksi yang tinggi; (3) penggunaan varietas unggul
membutuhkan hara yang lebih banyak; (4) unsur hara yang terangkut berupa
produksi tidak seluruhnya dikembalikan ke dalam tanah. Oleh karena itu
pemupukan mempunyai tujuan agar tanaman mampu tumbuh normal dan
berproduksi sesuai dengan potensinya, serta untuk mempertahankan atau
meningkatkan kesuburan tanah.
Pemupukan pada periode TBM bertujuan untuk membangun kerangka
vegetatif tanaman yang kokoh dan jagur untuk menunjang sasaran produksi yang
optimal pada masa TM. Pemupukan dengan dosis yang tepat dan interval yang
teratur bila didukung oleh faktor-faktor pemeliharaan akan memperpendek masa
TBM. Pemupukan pada periode TM bertujuan untuk mencapai status hara tanah
dan tanaman yang optimal untuk menghasilkan produktivitas yang maksimal.
39
Perencanaan Pemupukan
Perencanaan pemupukan harus dibuat sebaik mungkin karena berkaitan
dengan penyediaan biaya, material pupuk, dan tenaga kerja yang jumlahnya relatif
besar. Perencanaan tahunan digunakan untuk mengetahui besarnya biaya
operasional tahunan. Perencanaan semesteran/triwulanan bertujuan untuk
mengetahui waktu penyediaan material pupuk. Perencanaan bulanan/mingguan
bertujuan untuk persiapan tenaga kerja, pembagian pupuk di gudang, kesiapan
unit transportasi, dan kesiapan lapangan.
Dalam pelaksanaan pekerjaan pemupukan ada beberapa hal yang harus
direncanakan/dipersiapkan, antara lain menentukan kebutuhan material pupuk
meliputi jenis pupuk dan jenis pupuk yang akan diaplikasikan, kecukupan tenaga
kerja yang dibutuhkan, waktu pelaksanaan pemupukan, kesiapan lapangan (blok)
dilihat dari keadaan piringan yang bersih dari gulma, sarana dan prasarana (alat
transportasi pupuk, alat takar until, dan alat takar tabor tabur yang telah
dikalibrasi), serta perihal administrasi pemupukan.
Pengelolaan Pemupukan
Pengelolaan pemupukan dimulai sejak pupuk diterima di gudang sampai
dengan diaplikasikan di lapangan. Kehilangan pupuk (hara pupuk) dapat terjadi
pada setiap tahap kegiatan, baik saat di gudang, pengangkutan, pengeceran, dan
saat aplikasi pupuk.
Gudang Pupuk
Di gudang pupuk terdapat 3 kegiatan yaitu penerimaan, penyimpanan, dan
pengeluaran pupuk. Pada saat penerimaan dilakukan pengecekan tentang jenis,
jumlah, dan kondisi pupuk. Penyimpanan pupuk di gudang harus dipastikan
bahwa pupuk tidak terkena air (bocor) dan tidak terekspos sinar matahari langsung
(panas). Penempatannya juga diatur sehingga pada saat pengeluaran pupuk dapat
dilakukan secara first in first out (FIFO) setiap jenis pupuk. Kegiatan
pengambilan pupuk di gudang dapat dilihat pada Gambar 4.
40
Gambar 4. Pengambilan Pupuk di Gudang
Prosedur penerimaan pupuk di gudang yaitu sebelum pupuk diturunkan oleh
petugas gudang maka terlebih dahulu transportir menghitung jumlah pupuk
perbaris di dalam truk; petugas gudang memeriksa kemasan pupuk (keutuhan dan
keaslian kemasan); petugas gudang mengatur penempatan susunan pupuk di
gudang dan menyusun rapi; melakukan uji petik oleh petugas gudang sebanyak ±
5 % dari jumlah pupuk yang diterima untuk menentukan berat rata-rata pupuk;
mencatat penerimaan pupuk ke form rekapitulasi penerimaan pupuk berdasarkan
hasil uji petik.
Prosedur administrasi permintaan pupuk di gudang adalah membuat berita
acara penerimaan barang (BAPB) yang ditandatangani kepala gudang, KTU dan
administratur; menyampaikan konfirmasi penerimaan pupuk dalam waktu tidak
lebih dari 5 hari setelah BAPB ditandatangani kepada Region Head/GM
Treasury/GM Accounting/AVP Purchassing; membuat bukti penerimaan barang;
menandatangani surat jalan dan diserahterimakan kepada kepala gudang melalui
transportir.
Distribusi Pupuk
Distribusi pupuk yang dilakukan di Afdeling Viktor PT Tunggal Perkasa
Plantations yaitu dengan menggunakan dump truck. Distribusi pupuk organik (JJK
dan pupuk kandang) dilaksanakan langsung mengggunakan dump truck. Pupuk
JJK diangkut dari pabrik dan diletakkan di samping jalan kebun untuk kemudian
diaplikasikan sesuai dengan cara yang telah ditentukan perusahaan. Aplikasi
pupuk kandang dilaksanakan dengan pengeceran langsung ke blok-blok yang akan
41
dipupuk tanpa diuntil terlebih dahulu. Distibusi pupuk tersebut terbilang efisien
jika dilihat dari waktu.
Pupuk anorganik diangkut dari gudang PT TPP lalu disimpan di gudang
afdeling untuk diuntil terlebih dahulu sebelum diaplikasikan ke lapangan sesuai
dengan cara yang telah ditentukan perusahaan.
Aplikasi Pemupukan
Aplikasi pemupukan berpedoman pada rekomendasi dan luas areal yang
akan dipupuk. Dari luas areal yang akan dipupuk dapat diketahui jumlah pokok
yang kemudian dapat ditentukan kebutuhan pupuk. Di PT Tunggal Perkasa
Plantation aplikasi pemupukan dilakukan secara manual dan mekanis dengan
menggunakan fertilizer spreader.
Pemupukan secara mekanis (fertilizer spreader). Dalam rangka
meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit serta untuk meningkatkan
keefektifan pemupukan, PT Tunggal Perkasa Plantation melaksanakan
pemupukan dengan fertilizer spreader. Pemupukan secara manual dilakukan
untuk lahan-lahan yang tidak bisa dilewati fertilizer spreader. Pemupukan
menggunakan fertilizer spreader mulai dilaksanakan di PT TPP pada bulan April
2010. Pemupukan dengan fertilizer spreader tidak dapat diaplikasikan di semua
kebun karena hanya dilakukan untuk daerah datar atau flat. Pemupukan secara
mekanis dengan menggunakan fertilizer spreader dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Pemupukan Secara Mekanis (Fertilizer Spreader)
(1) Persiapan Areal
42
Sebelum dilakukan aplikasi pemupukan dengan menggunakan fertilizer
spreader, sebaiknya diperhatikan kebersihan areal. Persiapan lahan dilakukan
secara mekanik dengan menggunakan buldoser sehingga jalan bebas dari lubang
dan gundukan tanah serta tunggul/atau anak kayu. Selain itu juga penumpukan
pelepah pada gawangan mati agar diatur sehingga tidak menumpuk terlalu tinggi,
disarankan 2-3 tumpukan pelepah serta di dalam blok tidak terlalu banyak parit/titi
panen, sehingga traktor tidak terlalu sering bergerak memutar (belok).
(2) Pelaksanaan pemupukan
Sebelum dilakukan pemupukan, baik manual maupun mekanis harus
diketahui dulu dosis yang digunakan, jumlah pupuk, luas areal yang dipupuk, dan
jumlah pohon per hektar. Khusus untuk pemupukan secara mekanis dengan
fertilizer spreader harus dikalibrasi dulu dosis yang digunakan. Bagian-bagian
fertilizer spreader terdiri atas flow control berfungsi sebagai pengkalibrasi dan
pengatur dosis pupuk, deflector berfungsi sebagai pengatur arah dan jarak sebaran
pupuk, blower berfungsi sebagai tempat pengeluaran pupuk, dan hopper berfungsi
sebagai tempat penampung pupuk.
Aplikasi pemupukan dimulai dengan menyiapkan pupuk di gudang pupuk
yang kemudian dibawa dengan truk untuk diecer ke lahan aplikasi. Traktor dan
emdek digabungkan menjadi satu dengan posisi emdek di bagian belakang traktor.
Setelah pupuk diecer di lahan aplikasi, pupuk kemudian disimpan pada tempat
yang memakai alas supaya pupuk tidak tercecer. Pupuk diletakkan pada jalan
poros atau jalan yang memisahkan antar blok, hal tersebut untuk memudahkan
dalam proses pemupukan dengan menggunakan fertilizer spreader.
Setelah pupuk diecer, pupuk kemudian dimasukkan ke dalam fertilizer
spreader melalui jaringan dari besi untuk menjaga keamanan loader pupuk dan
menyaring pupuk apabila masih ada bongkahan-bongkahan pupuk atau sampah.
Fertilizer spreader Emdek-350 (Turbo Spin) dapat memuat pupuk sebanyak 750
kg akan tetapi pada aplikasi di lapangan pupuk yang dimuat hanya sekitar 500-
650 kg setiap kali sebar. Dengan target supaya pupuk tidak tercecer dan terbuang
percuma.
Setelah fertilizer spreader diisi pupuk maka pemupukan segera dimulai.
Pemupukan dimulai pada areal yang dekat dengan jalan. Traktor bergerak
43
melewati jalan pikul sesuai dengan yang telah ditentukan. Pada saat aplikasi
pemupukan dilaksanakan, operator traktor dibantu oleh seorang helper yang
bertugas mengatur flow control.
(3) Dampak aplikasi pemupukan mekanis (fertilizer spreader)
Pada hasil penerapan pemupukan secara mekanis dengan fertilizer spreader
harus dilakukan pengujian alat terlebih dahulu dan kalibrasi dosis pupuk sesuai
dengan dosis yang digunakan, agar kegiatan pemupukan dapat berjalan dengan
baik. Aplikasi pemupukan yang dilakukan menghasilkan mutu yang lebih baik
karena sebaran pupuknya lebih seragam dan merata di semua tempat, hal tersebut
akan memungkinkan untuk tudung akar lebih leluasa dalam menyerap unsur hara.
Pupuk yang disebar semuanya tidak ada yang berbentuk bongkahan karena
semuanya sudah melewati proses penyaringan, hal tersebut akan mengakibatkan
tanaman lebih efektif lagi dalam penyerapan unsur hara.
Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat beberapa hal yang
menghambat sebelum pelaksanaan kegiatan pemupukan dengan fertilizer
spreader. Beberapa hambatan tersebut, yaitu masih terdapat beberapa jalan pikul
yang dipisahkan oleh parit, sehingga menyulitkan traktor untuk mencapai jalur
tersebut. Ada beberapa blok yang jalan pikulnya tidak terlihat karena tertutup oleh
gulma yang sangat rapat, terutama pada daerah yang berada di tengah blok.
Banyak pohon sawit yang berada di daerah rendahan, sehingga pada saat musim
hujan akan tergenang/terendam air. Pohon yang terendam pada saat aplikasi tidak
boleh dipupuk, pohon tersebut dipupuk apabila genangannya sudah surut,
sehingga aplikasi pemupukan dilakukan dengan manual dan dilakukan keesokan
harinya untuk memupuk beberapa pohon yang tergenang.
Pemupukan secara manual. Pemupukan secara manual dilakukan pada
daerah bergelombang atau rolling dan pada tanaman belum menghasilkan (TBM).
Organisasi pemupukan terdiri atas penguntil pupuk, pelansir, penabur, pengumpul
karung, dan mandor untuk mengawasi dan mengarahkan jalannnya pemupukan.
Peralatan yang digunakan untuk pemupukan secara manual adalah ember plastik,
kain untuk menggendong, dan takaran. Pemupukan secara manual pada tanaman
belum menghasilkan (TBM) dapat dilihat pada Gambar 6.
44
Gambar 6. Pemupukan Secara Manual pada Kelapa Sawit TBM
(1) Penguntilan pupuk
Penguntilan pupuk dilakukan di gudang afdeling dan dilakukan sehari
sebelum kegiatan pemupukan dilaksanakan. Sistem penguntilan pupuk yang
dilaksanakan yaitu dari setiap satu sak pupuk yang beratnya rata-rata 50 kg diuntil
menjadi dua bagian sama banyak yaitu setiap until 25 kg. Keterampilan tenaga
kerja penguntil sangat diperlukan karena tidak menggunakan alat takar until. Dari
hasil pengamatan penulis terhadap penimbangan sampel untilan, maka diperoleh
bahwa kegiatan penguntilan mempunyai rata-rata ketepatan 93.5 % per karung
untilan pupuk.
Ketersediaan karung sangat penting dalam penguntilan karena merupakan
salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan penguntilan pupuk selain
dosis/untilan dan tenaga kerja.
(2) Pengangkutan dan pengeceran pupuk
Untilan pupuk yang telah disiapkan diangkut ke blok-blok yang akan
dipupuk dengan menggunakan truk. Selanjutnya pengeceran pupuk dilakukan
dengan kendaraan sepeda motor yang menggunakan keranjang, jika jarak blok
yang akan dipupuk dari gudang tidak terlalu jauh atau kondisi infrastruktur jalan
yang kurang memadai. Kendaraan pengangkut pupuk dari gudang ke lapangan
harus sudah dipastikan kesiapannya sehari sebelum kegiatan pemupukan.
Pengangkutan dan pengeceran pupuk dilakukan setelah apel pagi. Pengeceran
pupuk dilakukan sesuai dengan instruksi dari mandor. Pelaksanaan pengangkutan
dan pengeceran pupuk dapat dilihat pada Gambar 7.
45
(a) (b)
Gambar 7. Pelaksanaan Pengangkutan dan Pengeceran Pupuk dengan Truk (a)
dan Sepeda Motor (b)
(3) Pelangsiran dan penaburan pupuk
Untilan pupuk yang telah tersebar di lapangan atau di pinggir jalan lalu
dilansir oleh beberapa orang ke penabur pupuk seperti pada Gambar 8. Cara
tersebut cukup efisien dari segi waktu karena penabur tidak perlu membawa
untilan tersebut, cukup hanya memanggil pelansir. Pemupukan sudah
menggunakan alat takar yang telah dikalibrasi dengan tepat. Dengan demikian
unsur hara yang didapat masing-masing pohon bisa sesuai dengan rekomendasi
dosis per pohon. Alat tabur yang digunakan adalah mangkok dan gelas plastik.
Gambar 8. Pelansiran Untilan Pupuk ke Dalam Blok
Penaburan pupuk harus dilakukan secara merata dan tipis serta ditaburkan
pada tempat-tempat yang telah ditentukan seperti rumpukan pelepah dan bibir
piringan. Mandor pupuk bertugas mengawasi kerja penabur pupuk, memastikan
bahwa penabur menggunakan takaran yang telah dikalibrasi dan memastikan
46
semua pokok terpupuk dengan dosis yang sama. Sistem pemupukan yang
diterapkan adalah sistem pemupukan tunggal. Sistem pemupukan tunggal yaitu
setiap afdeling yang memupuk tidak boleh ada pekerjaan lain selain kegiatan
pemupukan.
(4) Pengumpulan karung bekas untilan pupuk
Karung bekas pupuk digulung setiap 10 lembar karung. Kegiatan tersebut
berfungsi sebagai kontrol jumlah pupuk yang dibawa ke lapangan, selain itu juga
untuk pemeriksaan apakah seluruh pupuk sudah ditabur dan tidak ada pupuk yang
hilang. Kemudian karung bekas pupuk tersebut diletakkan di gudang dan ditata
rapi. Karung bekas pupuk tersebut biasa digunakan untuk membuat tapak kuda
pada areal-areal miring (meminimalisir erosi dan pencucian pupuk), sebagai
tempat batu (pada perbaikan jalan), maupun sebagai alas brondolan buah sawit
pada TPH.
Efisiensi Aplikasi Pemupukan Mekanis dan Pemupukan Manual
Dari hasil pengamatan di lapangan aplikasi pemupukan dengan fertilizer
spreader memiliki sebaran pupuk yang merata dan seragam. Pada pemupukan
manual seringkali masih ada pupuk yang ditabur dalam bentuk bongkahan,
sedangkan dengan fertilizer spreader tidak ada yang berbentuk bongkahan kerena
semuanya sudah melewati proses penyaringan. Hal ini akan mengakibatkan
tanaman lebih efektif lagi dalam menyerap unsur hara. Losses atau kehilangan
hara pada pemupukan manual lebih besar dibandingkan dengan pemupukan
fertilizer spreader, karena pada pemupukan manual digunakan tenaga kerja yang
cukup banyak sekitar 15 - 25 orang setiap satu kali pemupukan. Sedangkan
kebutuhan tenaga kerja dalam pemupukan mekanis lebih sedikit hanya
membutuhkan 3 orang yaitu 1 orang sebagai operator traktor dan 2 orang sebagai
helper pada fertilizer spreader. Helper bertugas untuk memasukkan pupuk ke
dalam hopper yang berfungsi sebagai tempat penampung pupuk.
Pemupukan mekanis dengan fertilizer spreader membutuhkan biaya
investasi yang lebih besar dari pemupukan manual yaitu untuk pembelian traktor
dan fertilizer spreader, hanya dapat diterapkan pada areal datar sampai landai
dengan kemiringan lereng 0.50, serta terjadi pemadatan tanah pada jalan pikul
47
yang dilewati fertilizer spreader. Selain itu juga pertumbuhan gulma dan
kompetisi penyerapan hara dengan gulma lebih terjadi dibandingkan dengan
pemupukan manual, karena pada pemupukan yang menggunakan Fertilizer
spreader pupuk yang disebar lebih merata ke semua permukaan tanah yang
memungkinkan gulma yang hidup di sana akan lebih cepat untuk hidup. Efisiensi
pemupukan berdasarkan cara aplikasinya dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Perbandingan Efisiensi Pemupukan Manual dan Fertilizer
Spreader
Uraian Manual Fertilizer Spreader
Prestasi kerja
Investasi
Tenaga kerja
Kualitas aplikasi
Pengawasan
Distribusi
Kehilangan hara
Pertumbuhan gulma
Kompetisi penyerapan hara dengan gulma
Pemadatan tanah
Areal aplikasi
Optimalisasi
1.58 ha/HK
Kecil
Banyak
Kurang terjamin
Intensif
Tidak merata
Terjadi/ada
Normal
Terjadi
Tidak terjadi
Tidak terbatas
Resiko tinggi
6.4 ha/HK
Besar
Sedikit
Terjamin/seragam
Tidak intensif
Merata
Terjadi/ada
Lebih cepat
Lebih terjadi
Terjadi
Kemiringan 0-50
Resiko minimum
Sumber: Kantor Besar PT Tunggal Perkasa Plantations (2010)
Keefektifan Pemupukan
Pekerjaan pemupukan dinyatakan berhasil dengan baik (tuntas) apabila
pemupukan dilaksanakan secara blok ke blok yang artinya semua blok terpupuk
dengan dosis yang sesuai. Tidak ada pemupukan yang dilakukan pada suatu blok
dalam keadaan tidak tuntas (selesai), kecuali terjadi hujan besar secara tiba-tiba.
Pemupukan yang dilakukan juga harus sesuai dengan prinsip 5 T yaitu tepat jenis,
tepat dosis, tepat waktu, tepat cara, dan tepat tempat agar keefektifan pemupukan
dapat tercapai.
Tepat jenis. Jenis pupuk yang diaplikasikan pada pemupukan di Afdeling
Viktor Kebun Radang Seko Banjar Balam ditetapkan berdasarkan rekomendasi
Function Tanaman, PT Astra Agro Lestari Tbk. Jenis pupuk yang digunakan telah
sesuai dengan kebutuhan unsur hara yang diperlukan oleh tanaman. Pupuk yang
diaplikasikan adalah pupuk tunggal dan pupuk campuran. Pupuk tunggal yang
48
digunakan yaitu MOP untuk memenuhi kebutuhan unsur K, Rock Phosphate (RP)
untuk memenuhi unsur P, Dolomite dan Kieserite untuk memenuhi kebutuhan
unsur Mg, dan Urea untuk memenuhi kebutuhan unsur N. Pupuk campuran yang
digunakan yaitu NPK 12-12-17.
Nitrogen merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk
pertumbuhan vegetatif tanaman, pembentukan protein, sintesis klorofil, membantu
proses metabolisme, dan pada tanaman muda diperlukan untuk menunjang agar
saat TM batangnya sehat dan kuat. Gejala defisiensi N umumnya dijumpai pada
tanaman di tanah mineral, antara lain daun pada pelepah tua berwarna hijau pucat
sampai kuning.
Fosfor merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk energi pada
proses asimilasi, mendorong pembentukan perakaran pada awal pertumbuhan
tanaman, dan meningkatkan daya absorbsi hara dari dalam tanah. Gejala defisiensi
P yaitu tanaman tumbuh kerdil dengan pelepah yang pendek, tajuk berbentuk
piramida terbalik, dan batang yang meruncing.
Kalium merupakan unsur hara penting yang diperlukan untuk membantu
proses fotosintesis pada daun dan metabolisme tanaman, menjaga keseimbangan
Mg dalam tanaman, penting dalam menentukan jumlah dan pembentukan ukuran
janjangan, serta penting dalam ketahanan tanaman dalam serangan penyakit.
Gejalah defisiensi K yaitu pelepah daun tua pada bagian bawah berwarna
kuningtua kecokelatan dan berbintik orange (orange spot).
Magnesium merupakan unsur hara penting yang dalam penyusunan klorofil
yang berperan dalam proses fotosintesis. Gejala defisiensi Mg yaitu tampak dari
helai daun tua sebagian menguning dan sebagian lagi tetap berwarna hijau. Daun
tampak berwarna kuning khususnya jika terkena sinar matahari.
Tepat dosis. Setiap pupuk yang diaplikasikan harus diupayakan dapat
diserap tanaman secara maksimal. Oleh karena itu perlu ditetapkan dosis yang
tepat untuk masing-masing tanaman. Apabila dosis pemupukannya kurang,
tanaman tidak dapat tumbuh sesuai harapan, demikian juga apabila dosisnya
berlebihan. Dosis adalah jumlah satuan pupuk (biasanya dalam gram atau
kilogram) yang diberikan pada pohon kelapa sawit pada tiap aplikasi.
49
Dosis aplikasi pupuk di kebun PT TPP ditetapkan oleh bagian riset dan
development (R & D) berdasarkan hasil proses analisis tanah, analisis daun,
analisis produksi per blok, dan pemeriksaan visual tiap tahun.
Penulis hanya mengamati ketepatan dosis pupuk NPK pada tanaman belum
menghasilkan (TBM) dengan dosis 500 gram per pohon. Penulis mengambil 30
sampel ember dari 3 orang pemupuk (tiap orang 10 sampel ember). Setiap kali
jalan pemupuk membawa ember yang berisi pupuk 12 kg. Standar perusahaan
yaitu 24 pohon per ember. Hasil pengamatan ketepatan dosis pemupukan NPK
disajikan dalam Tabel 9.
Tabel 9. Ketepatan Dosis Pupuk NPK di Afdeling Viktor PT TPP
Sampel
Ember
Bobot
Pupuk per
Ember (kg)
Standar
Kebun
(pohon)
Pengamatan
(Penabur ke-)
Ketepatan
Dosis (%)
1 2 3 Rata-rata
.…...………(pohon)………….…
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
25
24
24
25
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
24
25
25
24
24
24
24
24
24
24.00
24.00
24.67
24.33
24.00
24.33
24.00
24.00
24.00
24.00
100.00
100.00
97.28
98.64
100.00
98.64
100.00
100.00
100.00
100.00
Rata – rata 242 240 242 241.33 99.44
Sumber: Pengamatan di lapangan (2010)
Berdasarkan Tabel 9 di atas terlihat bahwa rata-rata persen ketepatan dosis
pemupukan secara umum adalah 99.44 persen. Hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa penggunaan dosis pemupukan NPK mendekati ketepatan dosis 100 persen.
Pemberian dosis pupuk untuk tiap pohon di Afdeling Viktor ini bisa
dikatakan sudah tepat dosis, karena kebutuhan pupuk tiap blok yang telah
ditentukan afdeling teraplikasi seluruhnya dengan baik tanpa ada kekurangan dan
kelebihan. Pekerja penabur telah menggunakan alat takar pupuk yang telah
dikalibrasi terlebih dahulu, alat tabur yang digunakan yaitu mangkok plastik untuk
dosis 500 gram dan gelas plastik untuk 200 gram.
50
Tepat waktu. Penaburan pupuk NPK dilakukan pada awal musim hujan
dengan kisaran curah hujan 100 – 200 mm/bulan, sedangkan penaburan pupuk
RP, MOP, Borate, dan Kieserit dapat dilakukan kapan saja tidak bergantung pada
musim. Pemupukan dilakukan sebanyak dua kali dalam satu tahun yaitu pada
semester satu (Januari – Juni) dan semester dua (Juli – Desember).
Salah satu faktor yang berpengaruh penting dalam keefektifan pemupukan
adalah curah hujan. Hal tersebut sangat menentukan tingkat penyerapan hara
pupuk oleh tanaman dan kemungkinan kehilangan hara pupuk akibat penguapan
(volatilisasi), pencucian (leaching), aliran permukaan (run off) dan erosi. Waktu
yang tepat untuk pemupukan adalah pada awal dan akhir musim hujan.
Pemupukan dilakukan saat curah hujan rendah, tidak pada musim kemarau (CH <
75 mm) dan curah hujan tinggi (CH > 250 mm). Jika pemupukan dilakukan pada
bulan dengan curah hujan tinggi, akan menyebabkan terjadinya pencucian. Jika
pemupukan dilakukan pada bulan dengan curah hujan yang rendah, maka tanaman
tidak mampu mengabsorbsi unsur hara.
Hasil pengamatan penulis selama magang di perusahaan ini, pelaksanaan
pemupukan sudah sesuai dengan rekomendasi pemupukan yang telah ditetapkan
perusahaan. Waktu pelaksanaan pemupukan tersebut dapat berubah, bergantung
pada ketersediaan jumlah pupuk di gudang dan ketepatan waktu datangnya pupuk
ke gudang. Pengamatan waktu pemupukan untuk Urea, NPK, dan Kieserite di
Afdeling Viktor dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Waktu Pemupukan Kelapa Sawit di Afdeling Viktor PT TPP
Jenis pupuk Bulan Rekomendasi Bulan Realisasi
Urea
NPK
Kieserite
Februari/Juni
Februari/Maret/Mei
Februari/Maret/Mei
Maret/Juni
Februari/Maret/Mei
Februari/Maret/Mei
Sumber: Kantor Afdeling Viktor (2010)
Tepat cara dan tepat tempat. Cara aplikasi pupuk sebagian besar sudah
tepat yaitu dengan cara ditebar secara merata pada piringan pohon, pupuk tidak
menggumpal karena dilakukan penguntilan terlebih dahulu. Jika di lapangan
51
masih ditemukan pupuk yang menggumpal maka sebelum ditabur, pupuk tersebut
dihancurkan terlebih dahulu oleh pelansir pupuk. Penempatan pupuk dilakukan
dengan mempertimbangkan penyebaran akar tanaman yang aktif menyerap unsur
hara dalam tanah (1 - 1.5 meter dari pohon).
Pengamatan ketepatan cara dilakukan oleh penulis dengan mengambil 30
sampel tanaman dari 3 orang pemupuk (masing-masing 10 sampel tanaman).
Penulis hanya mengamati ketepatan cara pada pemupukan NPK di Blok 5, dengan
menghitung rata-rata jarak pupuk yang ditabur dari pokok kemudian dibandingkan
dengan standar perusahaan (150 cm). Hasil pengamatan ketepatan penaburan
pupuk NPK dari pokok kelapa sawit disajikan dalam Tabel 11.
Tabel 11. Ketepatan Penaburan Pupuk NPK di Afdeling Viktor PT TPP
Tanaman
ke-
Jarak Standar
Penaburan
Pupuk dari
Pokok (cm)
Penabur ke- Rata-rata jarak
dari pohon
(cm)
Ketepatan
Penaburan
Pupuk dari
Pokok (%) 1 2 3
……….(cm)………..
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
150
150
150
150
150
150
150
150
150
150
170
175
160
160
174
160
167
170
157
154
167
159
155
170
164
172
170
155
157
160
180
164
173
158
170
160
159
163
173
158
172.33
166.00
162.67
162.67
169.33
164.00
165.33
162.67
162.33
157.33
87.04
90.36
92.21
92.21
88.58
91.46
90.72
92.21
92.40
95.34
Rata-rata 164.7 162.9 165.8 164.47 91.20
Sumber: Pengamatan di lapangan (2010)
Berdasarkan Tabel 11 terlihat bahwa rata-rata ketepatan penaburan pupuk
NPK dari pokok kelapa sawit adalah 91.20 persen. Hasil tersebut dapat dikatakan
bahwa ketepatan penaburan pupuk NPK dari pokok kelapa sawit mendekati 100
persen.
Kehilangan Pupuk
Kehilangan pupuk dapat terjadi mulai dari penerimaan pupuk di gudang,
penguntilan pupuk, pemuatan untilan ke kendaraan untuk mengecer, pengeceran
untilan ke lapangan, serta penuangan pupuk ke ember dan penaburan pupuk,
52
walaupun kehilangannya pada setiap tahap tersebut sangat sedikit. Kehilangan
pupuk tersebut akan menimbulkan kerugian dalam hal biaya serta berpengaruh
terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Pada saat penguntilan, kehilangan pupuk sering terjadi akibat penggunaan
karung yang tidak layak untuk penguntilan dan pengikatan untilan yang tidak kuat
(bocor). Pada saat pemuatan untilan ke kendaraan juga terjadi kehilangan pupuk.
Karyawan pemuat umumnya melemparkan untilan ke dalam kendaraan sehingga
sering menyebabkan karung untilan tersebut bocor lalu pupuknya tercecer.
Pada saat pengeceran pupuk, kehilangan pupuk terjadi saat untilan dari
kendaraan dilemparkan ke tepi jalan. Lemparan tersebut dapat menyebabkan
terbukanya ikatan untilan dan pecahnya karung sehingga pupuk tercecer.
Kehilangan pupuk tersebut dapat diminimalisir dengan adanya kontrol mandor
terhadap karyawan untuk mengikat untilan dengan kuat, penggunaan karung yang
tidak bocor, pemuatan dan pengeceran untilan pupuk dengan hati-hati, serta
penuangan pupuk ke ember harus hati-hati.
Pada saat magang penulis melakukan pengamatan kehilangan pupuk Urea
mulai dari penguntilan pupuk, pengeceran pupuk, penuangan pupuk ke ember, dan
penaburan pupuk dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Kehilangan Pupuk Urea di Afdeling Viktor PT TPP
No. Uraian Kehilangan Pupuk Urea dari Aplikasi 4 ton
(kg) (%)
1
2
3
4
Penguntilan pupuk
Pengeceran pupuk
Penuangan pupuk ke ember
Penaburan pupuk
1.50
3.75
1.30
0.85
0.04
0.09
0.03
0.02
Total kehilangan 7.60 0.19
Sumber: Pengamatan di lapangan (2010)
Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa kehilangan pupuk tertinggi terjadi saat
pengeceran pupuk ke lapangan dan kehilangan pupuk yang terendah terjadi saat
penaburan pupuk ke pohon kelapa sawit. Hasil tersebut dapat dikatakan bahwa
53
kehilangan pupuk Urea yang terjadi tidak tinggi yaitu hanya 0.19 persen dari 4 ton
Urea.
Faktor Penunjang dan Hambatan Pelaksanaan Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi status
pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya akan menentukan produksi TBS. Oleh
karena itu pelaksanaan pemupukan di lapangan harus dilakukan dengan benar dan
tepat waktu. Faktor penunjang kegiatan pemupukan di lapangan antara lain: (1)
perencanaan yang dilakukan dengan cermat yaitu penentuan rekomendasi pupuk,
jenis pupuk dan penyediaan pupuk yang cukup dan tepat waktu; (2) organisasi
kerja yang meliputi tenaga kerja dan trasportasi; (3) kontrol dan pengawasan.
Kontrol terhadap pekerjaan pemupukan harus dilaksanakan secara seksama guna
menghindari terjadinya kesalahan aplikasi di lapangan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan, banyak sekali permasalahan yang
ditemui selama kegiatan pemupukan. Permasalahan tersebut antara lain kesulitan
dalam penentuan jumlah kebutuhan pupuk secara tepat disebabkan jumlah pohon
saat penentuan rekomendasi yang berdasarkan tegakan perhektar (SPH) berbeda
dengan jumlah dan kondisi pohon yang ada di lapangan, sehingga perlu diadakan
sensus pohon secara rutin untuk menentukan jumlah tanaman dan keadaan blok.
Ketidaksiapan lapangan untuk dilaksanakannya pemupukan, yaitu piringan
belum siap dipupuk karena gulma belum dikendalikan; hambatan karena hujan
lebat, sehingga blok yang akan dipupuk menjadi banjir dan jalan rusak; kesalahan
yang dilakukan tenaga kerja pada saat berlangsungnya kegiatan pemupukan di
lapangan, antara lain masih adanya beberapa pohon yang belum dipupuk,
penaburan pupuk di piringan yang tidak sesuai dengan standar perusahaan.
Ada beberapa hal yang sering menjadi kendala dan penghambat dalam
pelaksanaan pemupukan antara lain karena kondisi infrastruktur yang kurang baik,
seperti jalan rusak sehingga kendaraan yang digunakan untuk pengeceran pupuk
mengalami kesulitan melalui jalan tersebut. Hambatan juga terjadi karena
topografi areal/blok yang bergelombang, areal/blok yang berawa-rawa, serta
jumlah titi panen yang kurang dan tidak layak juga menjadi kendala bagi para
penabur untuk masuk ke dalam blok.
54
Hal yang menjadi kendala di atas perlu mendapat perhatian khusus karena
dapat menimbulkan kerugian dan mempengaruhi keefektifan pemupukan.
Misalnya pemupukan akan membutuhkan waktu yang lama, ada tanaman yang
belum mendapatkan pupuk, dan kehilangan pupuk karena tercecer.