FAKTOR RISIKO YANG MEMENGARUHI GAGASAN
BUNUH DIRI PADA MAHASISWA KEDOKTERAN
PREKLINIK UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2016-2017
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN
OLEH :
AZIFA ANISATUL UMMA
NIM: 11141030000095
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur penullis panjatkan kepada Allah SWT berkat nikmat dan
RahmatNya penulis dapat mendapat ilmu dan menyelesaikan penelitian di FKIK
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Sholawat dan salam tidak lupa dicurahkan
kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membawa umat islam dari zaman
jahiliyah menuju zaman mahiriyah seperti sekarang ini. Penulis mendapat banyak
dukungan dalam penulisan penelitian skripsi ini. Oleh karena itu, penulis
mengucapkan terima kasih pada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM, M.Kes, Prof. Dr. Dr. Sardjana,
Sp.OG(K), SH, Maftuhah M.Kep, Ph.D, Fase Badriah S.KM, M.Kes, Ph.D
selaku Dekan dan Pembantu Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS selaku Ketua Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. drg. Laifa Annisa Hendarmin, Ph.D selaku pembimbing 1 yang telah
memberikan, ilmu dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian tepat waktu, memperoleh pengalaman, dan dapat meraih cita-
cita.
4. dr. Isa Multazam Noor, MSc, SpKJ(K) selaku pembimbing 2 yang telah
memberikan ilmu, dan nasihat sehingga penulis dapat menyelesaikan
penelitian tepat waktu, memperoleh pengalaman, dan dapat meraih cita-
cita.
5. Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR selaku penguji 1 yang telah
memberikan kritik dan saran dalam penelitian ini.
6. Dr. Marita Fadhilah, PhD selaku penguji 2 yang telah memberikan kritik
dan saran dalam penelitian ini.
7. Bapak Chris Adhiyanto, M.Biomed, Ph.D selaku penanggung jawab
modul riset angkatan 2014 yang telah membantu penulis menyelesaikan
penelitian.
vi
8. dr. Sayid Ridho, Sp.PD selaku pembimbing akademik yang telah
membimbing penulis dari tahun pertama hingga akhir.
9. Seluruh responden yang telah meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner
sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dengan tepat waktu.
10. Kedua orang tua penulis, Bapak Ir. Saifuddin Anis dan Ibu Dra. Faizah
yang telah membesarkan dan merawat penulis dengan penuh kasih sayang,
memberikan nasihat, waktu, doa, dan selalu mendukung penulis di tengah
kesibukan pekerjaan dan urusan mereka lainnya. Terima kasih telah
memberikan penulis banyak kesempatan untuk belajar berbagai hal.
11. Adik penulis, Muhammad Nizam Khadid yang telah memberi dukungan
dan doa untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
12. Sahabat dan teman yang selalu ada, Rahmy Nursafitri Syehabudin, Silma
Rahima Zahra, Sherli Trisna Handayani, Indira Khairunnisa Effendi,
Ajeng Ristia Sari Putri, Andi Nabila Triananda, Desti Asihanti Saputra,
Farra Khairunisa Ekaputri , Harningtyas Alifin Jasmin, Diva Zahra
Parnanda, St. Rafidah Ali, Azharan Alwi, dan Ahmad Fairuz yang telah
membantu, mendukung, dan tabah mendengarkan keluh kesah dalam
menyelesaikan penelitian ini.
13. Teman riset, Andi Nizar, Ade Aurora, Alya Masinta, Shallyna Nurfadiah,
dan Nabil Shahab yang sudah saling mengingatkan.
14. Teman-teman Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter angkatan
2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan semangat
kepada penulis untuk menyelesaikan penelitian ini.
Penulis menerima masukan berupa kritik dan saran yang membangun untuk
melengkapi laporan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat memberikan
manfaat bagi semua pihak terutama FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Semoga penelitian yang telah dilakukan ini menghasilkan ilmu yang diridhoi dan
diberkahi oleh Allah SWT, amin.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Jakarta, 23 Oktober 2017
__________________
Azifa Anisatul Umma
vii
ABSTRAK
Azifa Anisatul Umma. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter. Faktor
Risiko yang Memengaruhi Gagasan Bunuh Diri pada Mahasiswa Kedokteran
Preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2017. Latar Belakang: Gagasan bunuh diri merupakan pemikiran mengenai bagaimana
cara membunuh diri sendiri, yang berkisar dari pertimbangan singkat hingga rencana
terperinci tetapi tidak termasuk tindakan dalam membunuh diri sendiri. Banyak faktor
yang dapat memengaruhi gagasan bunuh diri. Mahasiswa kedokteran preklinik dipilih
sebagai subjek penelitian dikarenakan mahasiswa kedokteran mungkin memiliki
banyak tekanan dalam hidupnya.
Tujuan: Mengetahui faktor risiko yang memengaruhi gagasan bunuh diri pada
mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2017.
Metode: Penelitian ini menggunakan desain analitik cross sectional. Populasi total
sampling dari mahasiswa kedoteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (n =
300). Alat ukur yang digunakan berupa kuesioner bunuh diri dari M. Eskin (2015).
Hasil: Sepertiga (31,7%) mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta pernah memiliki gagasan bunuh diri. Analisa multivariat menunjukkan faktor
risiko peristiwa kehidupan (stresor), pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan
sosial, relasi dengan teman atau sahabat, dan religiusitas secara signifikan bersama-
sama memengaruhi gagasan bunuh diri (p = 0,786). Peristiwa kehidupan (stresor)
secara signifikan lebih memengaruhi gagasan bunuh diri (p <0,05).
Simpulan: Adanya pengaruh signifikan secara bersama-sama dari faktor risiko
peristiwa kehidupan (stresor), pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan sosial,
relasi dengan teman atau sahabat, dan religiusitas terhadap gagasan bunuh diri pada
mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Kata kunci: gagasan bunuh diri, bunuh diri
ABSTRACT
Azifa Anisatul Umma. Medical Study Program and Doctor Profession. Risk
Factors that Influence Suicide Idea on Preclinical Medical Students UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta 2016-2017.
Background: The idea of suicide is a thought of how to kill yourself which ranges
from brief considerations to detailed plans but excludes actions in self-killing. Many
factors can lead to the idea of suicide. Preclinical medical students are selected as
research subjects because medical students may have many pressures in life. Objective: To know the risk factors that influence suicide idea on preclinical medical
students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2016-2017.
Method: This study used cross sectional analytic design. Total sampling population
from preclinical medical students UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (n = 300). The
measuring tool used is the suicide questionnaire from M. Eskin (2015).
Results: One third (31.7%) of preclinical medical students UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta had suicide ideation. Multivariate analyzes showed the occurrence of life
(stressor), opinions of sattitudes to suicide, social support, relationships with friends
or best friend, and religiosity significantly affected the suicide idea (p = 0.786). The
life event (stressor) significantly more affects the idea of suicide (p < 0.05).
Conclusion: There is a mutual influence of risk factors on suicidal idea of pre-
clinical student of UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Keywords: suicidal ideation, suicide
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR JUDUL.................................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN................................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN.................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iv
KATA PENGANTAR............................................................................ v
ABSTRAK............................................................................................... vii
DAFTAR ISI........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR.............................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN........................................................................ xiii
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xiv
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang....................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................. 2
1.3 Hipotesis................................................................................ 2
1.4 Tujuan Penelitian................................................................... 2
1.4.1 Tujuan Umum.............................................................. 2
1.4.2 Tujuan Khusus.............................................................. 3
1.5 Manfaat Penelitian................................................................. 3
1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti.................................. 3
1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Perguruan Tinggi.................. 3
1.5.3 Manfaat Penelitian Bagi Masyarakat........................... 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gagasan Bunuh Diri……….................................................. 4
2.2 Teori Bunuh Diri……........................................................... 5
2.3 Faktor Risiko Gagasan Bunuh Diri.................................. 8
2.3.1 Peristiwa Kehidupan (Stresor) ................................. 8
2.3.1.1 Stres.............................................................. 10
2.3.1.2 Kecemasan................................................... 11
2.3.1.3 Depresi......................................................... 11
2.3.2 Pendapat dari Perlakuan Bunuh Diri......................... 13
2.3.3 Dukungan Sosial....................................................... 14
2.3.4 Relasi dengan Teman atau Sahabat............................ 15
2.3.5 Religiusitas............................................................... 16
2.4 Prevensi terhadap Gagasan Bunuh Diri................................ 18
2.5 Kuesioner M.Eskin (2015) mengenai Bunuh Diri................ 18
2.6 Kerangka Teori...................................................................... 20
2.7 Kerangka Konsep.................................................................. 21
ix
2.8 Definisi Operasional.............................................................. 22
BAB 3 METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian................................................................... 24
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian............................................... 24
3.2.1 Tempat……….......................................................... 24
3.2.2 Waktu……................................................................ 24
3.3 Populasi Sampel Penelitian................................................... 24
3.3.1 Populasi Target.......................................................... 24
3.3.2 Populasi Terjangkau.................................................. 24
3.3.3 Sampel...................................................................... 24
3.4 Besar Sampel……................................................................. 25
3.5 Variabel Penelitian…………………………....................... 26
3.6 Kriteria Pemilihan Sampel.................................................... 26
3.6.1 Kriteria Inklusi........................................................... 26
3.6.2 Kriteria Eksklusi........................................................ 26
3.7 Cara Kerja.............................................................................. 27
3.7.1 Alur Penelitian........................................................... 27
3.8 Managemen Data.................................................................... 28
3.8.1 Pengolahan Data......................................................... 28
3.8.2 Alat dan Bahan........................................................... 29
3.9 Analisis Data........................................................................... 29
3.10 Etika Penelitian....................................................................... 29
BAB 4 HASIL PENELITIAN
4.1 Uji Validitas dan Reabillitas.................................................. 30
4.1.1 Uji Validitas................................................................ 30
4.1.1.1 Uji Validitas Peristiwa Kehiduan (stresor) ... 30
4.1.1.2 Uji Validitas Pendapat terhadap Perlakuan
Bunuh Diri..................................................... 32
4.1.1.3 Uji Validitas Dukungan Sosial...................... 33
4.1.1.4 Uji Validitas Relasi dengan Teman atau
Sahabat…………………………………….. 33
4.1.1.5 Uji Validitas Religiusitas.............................. 34
4.1.2 Uji Reabililtas……………………........................... 35
4.2 Analisis Univariat……………………................................ 36
4.2.1 Karakteristik Responden………………………..... 36
4.2.2 Frekuensi Gagasan Bunuh Diri…………………… 37
4.3 Analisis Multivariat……………………………………….. 39
4.3.1 Pengujian Model Regresi Logistik……………….. 39
4.4 Keterbatasan Penelitian…………………………................ 42
x
BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan................................................................................ 44
5.2 Saran...................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 45
LAMPIRAN............................................................................................ 49
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Definisi operasional……………………………............. 22
Tabel 4.1 Muatan faktor item peristiwa kehidupan (stresor)............ 31
Tabel 4.2 Muatan faktor item pendapat dari perlakuan bunuh diri.. 32
Tabel 4.3 Muatan faktor item dukungan sosial................................. 33
Tabel 4.4 Muatan faktor item relasi dengan teman atau sahabat..... 34
Tabel 4.5 Muatan faktor item religiusitas........................................ 34
Tabel 4.6 Uji reabilitas variabel………………............................... 35
Tabel 4.7 Karakteristik responden................................................... 36
Tabel 4.8 Frekuensi gagasan bunuh diri.......................................... 37
Tabel 4.9 Analisis regresi logistik pengaruh keseluruhan variabel
bebas terhadap variabel terikat…………………………. 39
Tabel 4.10 Proporsi varian variabel bebas terhadap variabel terikat.. 39
Tabel 4.11 Analisis regresi logistik pada masing-masing variabel bebas…………………………………………………… 40
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Teori tiga langkah bunuh diri…………………………... 6
Gambar 2.2 Diagram kerangka teori penelitian................................... 20
Gambar 2.3 Diagram kerangka konsep penelitian............................... 21
Gambar 3.1 Diagram alur penelitian………………………………… 27
Gambar 6.1 Pengambilan data angkatan 2013.................................... 68
Gambar 6.2 Pengambilan data angkatan 2014.................................... 68
Gambar 6.3 Pengambilan data angkatan 2015..................................... 68
xiii
DAFTAR SINGKATAN
ACTH : Adenocorticotropic Hormone
CFA : Confirmatory Factor Analysis
CRF : Cortico-Realising Factor
GAD : Generelized Anxiety Disorder
MSPSS : Multidimensional Scale of Perceived Social Support
RCOPE : Religious-Spiritual Coping Scale
RISC : Relational-Interdependent Self-Construal Scale
RMSEA : Root Mean Square Error of Approximation
WHO : World Health Organization
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Informed Consent dan Data Karakteristik Responden... 49
Lampiran 2 Kuesioner M. Eskin (2015) mengenai Bunuh Diri...................... 51
Lampiran 3 Dokumentasi................................................................................ 68
Lampiran 4 Output Mplus 8 dan SPSS........................................................... 69
Lampiran 5 Riwayat Penulis........................................................................... 78
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bunuh diri adalah suatu proses yang dengan sengaja dilakukan untuk
mengakhiri hidup diri sendiri. Bunuh diri merupakan masalah kesehatan utama
pada masyarakat usia muda dan tua di seluruh dunia.1
Terdapat sekitar 800.000 orang meninggal karena bunuh diri setiap tahun
dan masih banyak lagi yang mencoba bunuh diri menurut World Health
Organization (WHO). Bunuh diri terjadi sepanjang umur dan merupakan
penyebab kematian nomor dua di antara anak usia 15-29 tahun secara global.
Bunuh diri menyumbang 1,4% dari semua kematian di seluruh dunia,
menjadikannya penyebab utama kematian ke-17 pada tahun 2015.2
Angka kejadian bunuh diri di Amerika Serikat merupakan penyebab utama
ketiga kematian di kalangan pemuda berusia 15-24 tahun.1 Selain itu merupakan
penyebab kematian kedua di kalangan mahasiswa.3,4 Benua Asia sendiri
menyumbang 60% dari bunuh diri di dunia tiap tahunnya.5
Temuan penelitian dari Evans, Hawton, Rodham, dan Deeks,
menunjukkan bahwa sekitar 10% dari remaja mencoba melakukan bunuh diri
yang sebelumnya 30% dari mereka telah memiliki gagasan tentang bunuh diri
dalam hidupnya.1 Gagasan bunuh diri dianggap sebagai awal yang penting untuk
kemudian dicoba dan diakhiri dengan bunuh diri dan memiliki peran besar dalam
kepentingan kesehatan masyarakat.6 Gagasan bunuh diri merupakan pemikiran
mengenai bagaimana cara membunuh diri sendiri, yang berkisar dari
pertimbangan singkat hingga rencana terperinci tetapi tidak termasuk tindakan
dalam membunuh diri sendiri.14 Gagasan bunuh diri berkembang selama masa
remaja dan puncaknya terjadi pada masa remaja akhir dan dewasa awal. 7 Survei
depresi dan bunuh diri di negara Thailand, penelitian menemukan remaja pada
usia 15-19 tahun, 13% remaja dilaporkan memiliki gagasan bunuh diri; 8,9%
memiliki rencana yang spesifik; dan 6,8% memiliki usaha bunuh diri.8
2
Mahasiswa yang menjalani pendidikan di fakultas kedokteran tidak
terlepas dari faktor risiko gagasan bunuh diri.9 Gagasan bunuh diri pada
mahasiswa kedokteran didapatkan hasil berkisar antara 9,1% sampai 48,2%.10 Hal
ini terjadi karena kurangnya kontrol dan sifat kepribadian, serta peristiwa
kehidupan negatif yang menyebabkan tekanan mental (kecemasan dan
depresi).11,12
Penelitian ini adalah untuk mengetahui peristiwa kehidupan (stresor),
pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau
sahabat, dan religiusitas sebagai faktor risiko yang memengaruhi gagasan bunuh
diri pada mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dengan menggunakan kuesioner M. Eskin (2015) mengenai bunuh diri yang
terdiri dari 9 section, dengan total 131 pertanyaan tertutup. Selain di Indonesia,
kuesioner ini juga akan digunakan di berbagai negara, yaitu Mesir, Saudi Arabia,
Lebanon, Palestina, Turki, Azerbajian, Jordan, Pakistan, Malaysia, Tunisia, dan
Iran.
1.2 Rumusan Masalah
Adakah pengaruh dari peristiwa kehidupan (stresor), pendapat dari
perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau sahabat, dan
religiusitas sebagai faktor risiko yang memengaruhi gagasan bunuh diri pada
mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta?
1.3 Hipotesis
Terdapat pengaruh siginifikan secara bersama-sama dari peristiwa
kehidupan (stresor), pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi
dengan teman atau sahabat, dan religiusitas sebagai faktor risiko yang
memengaruhi gagasan bunuh diri pada mahasiswa kedokteran preklinik UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
3
Mengetahui peristiwa kehidupan (stresor), pendapat dari perlakuan bunuh
diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau sahabat, dan religiusitas sebagai
faktor risiko yang memengaruhi gagasan bunuh diri pada mahasiswa kedokteran
preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.4.2 Tujuan Khusus
Mengetahui manakah dari peristiwa kehidupan (stresor), pendapat dari
perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau sahabat, dan
religiusitas yang lebih berpengaruh sebagai faktor risiko gagasan bunuh diri pada
mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Penelitian Bagi Peneliti
1. Melalui penelitian ini, peneliti dapat memperoleh dan mengaplikasikan
ilmu yang didapat dari riset ini, seperti dalam mengambil, mengolah,
dan menyusun data.
2. Penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi
Strata (S1) dengan mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Program
Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
1.5.2 Manfaat Penelitian Bagi Institusi Perguruan Tinggi
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perkembangan
ilmu pendidikan dibidang psikiatri mengenai peristiwa kehidupan (stresor),
pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau
sahabat, dan religiusitas sebagai faktor risiko yang memengaruhi gagasan bunuh
diri.
1.5.3 Manfaat Peneliltian Bagi Masyarakat
Gagasan bunuh diri pada diri seseorang sulit diketahui. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi kepada dosen, orang tua, dan mahasiswa
mengenai peristiwa kehidupan (stresor), pendapat perilaku bunuh diri, dukungan
sosial, relasi dengan teman atau sahabat, dan religiusitas sebagai faktor risiko
yang memengaruhi gagasan bunuh diri.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Gagasan Bunuh Diri
Bunuh diri dinyatakan sebagai fenomena perilaku yang kompleks yang
diakibatkan dari faktor sosial, budaya, psikopatologi dan biologi yang beragam
yang secara bersamaan menghasilkan perilaku yang berbahaya dari gagasan
sampai perilaku bunuh diri. Studi epidemiologi pada orang dewasa menunjukkan
bahwa 90% sampai 98% pasien dengan tendensi bunuh diri mengalami ganguan
mental. Pada orang dewasa, 90-94% didiagnosa mengalami gangguan psikiatris
yang pasti dan mayoritas dari pelaku bunuh diri tidak menjalani penanganan
medis.13
Gagasan bunuh diri merupakan pemikiran mengenai bagaimana cara
membunuh diri sendiri, yang berkisar dari pertimbangan singkat hingga rencana
terperinci tetapi tidak termasuk tindakan dalam membunuh diri sendiri. Gagasan
bunuh diri sulit diketahui, dimana seseorang tidak akan mengungkapkan
pikirannya untuk bunuh diri apabila tidak dipaksa. Meskipun seseorang mungkin
saja mengalami pikiran untuk bunuh diri, bukan berarti sedang berada dalam
bahaya untuk melakukan bunuh diri. Namun, keinginan bunuh diri adalah masalah
serius yang perlu diatasi. Banyak orang sehat memiliki pemikiran bunuh diri di
beberapa titik dalam kehidupan mereka.14
Lena Nabuco, et al memberikan definisi tentang gagasan bunuh diri
sebagai pikiran tentang minat, niat, dan metode untuk melakukan bunuh diri.
Gagasan bunuh diri bisa memiliki intensitas yang beragam dari pikiran sekilas
hingga merenungkan cara kematian sendiri dan rencana untuk melakukan bunuh
diri sekarang juga. Jika terdapat niat untuk mati dengan tindakan tersebut, maka
bisa dianggap sebagai usaha bunuh diri. Meskipun individu menyanggah niat
tersebut, praktisi bisa menganalisanya secara klinis dari keadaan perilakunya.15
Pengukuran gagasan bunuh diri berkisar dari pertanyaan penapisan satu
atau dua item seperti “Apakah anda pernah secara serius memertimbangkan untuk
bunuh diri” sampai pada pengukuran penuh yang mencatat frekuensi, tingkat
5
keparahan, perencanaan, komunikasi, dan niat bunuh diri.16 Adanya gagasan
kadang diukur berdasarkan pikiran tentang bunuh diri dan kadang juga diukur
berdasarkan keakutan atau frekuensi yang tinggi.17
Gagasan bunuh diri adalah salah satu dari kategori perilaku bunuh diri,
yang lainnya adalah perencanaan, percobaan dan tindakan bunuh diri itu sendiri.
Ada banyak faktor yang memengaruhi tingkat gagasan bunuh diri dan percobaan
bunuh diri, yaitu mencakup tingkat literasi populasi, kalimat yang digunakan
dalam kuesioner, panjang kuesioner, interpretasi kalimat kuesioner dalam bahasa
lokal, rentang waktu pengukuran dan tingkat kesediaan responden mengungkap
informasi yang diukur.18
Bunuh diri dilaporkan bervariasi berdasarkan usia, jenis kelamin, agama,
etnis, dan faktor lain. Perbandingan laporan bunuh diri harus mempertimbangkan
perbedaan demografis atau kelompok budaya. Perbandingan gagasan bunuh diri
antara kelompok bisa menjadi hal yang sulit karena gagasan bunuh diri sering
berfluktuasi, datang dan pergi dan tidak dapat diamati oleh orang lain.18
Intervensi menunjukkan bahwa orang dewasa yang berperan serta dalam
program kesadaran kesehatan memiliki tingkat gagasan dan percobaan bunuh diri
lebih rendah pada 12 bulan kemudian. Karena itu maka implementasi program
kesadaran bisa membantu pembuat kebijakan, sekolah, guru, dan stakeholder
masyarakat lainnya. 18
2.2 Teori Bunuh Diri
Klonsky & May mengembangkan teori tiga langkah bunuh diri dimana
dapat meningkatkan pemahaman dan prediksi bunuh diri, perilaku bunuh diri, dan
gagasan bunuh diri. Strategi teori tiga langkah memanfaatkan kerangka ideation-
to-action. Teori diilustrasikan pada Gambar 2.1.17
6
Gambar 2.1 Teori tiga langkah bunuh diri (Klonsky & May, 2015)
Pertama, pengembangan gagasan bunuh diri. Menurut teori tiga langkah,
langkah pertama menuju gagasan dimulai dengan rasa sakit. Rasa sakit biasanya
secara psikologis atau emosional. Namun, rasa sakit saja tidak akan menyebabkan
keinginan bunuh diri. Jika seseorang yang kesakitan memiliki harapan bahwa
situasi masih bisa membaik maka rasa sakitnya bisa berkurang dan berusaha
mencapainya masa depan dengan rasa sakit yang berkurang itu daripada
memikirkan bunuh diri. Untuk alasan ini, keputusasaan juga diperlukan untuk
pengembangan dari bunuh diri. Artinya, jika kehidupan seseorang cukup banyak
merasakan rasa sakit dan dia merasa putus asa bahwa rasa sakitnya akan
membaik, maka orang tersebut akan mempertimbangkan untuk mengakhiri
hidupnya. Intinya, kombinasi rasa sakit dan keputusasaan inilah yang membawa
gagasan bunuh diri.17
Kedua, gagasan bunuh diri yang sedang bandingkan kuat. Langkah kedua
menuju perilaku bunuh diri yang berpotensi mematikan terjadi saat rasa sakit
melebihi keterhubungan. Keterhubungan bisa berarti hubungan dengan orang lain
dan juga minat, peran, proyek, tujuan atau makna apa pun yang diberikan dalam
hidup. Teori tiga langkah menetapkan bahwa seseorang yang mengalami rasa
sakit, putus asa, dan mempertimbangakan bunuh diri hanya akan memiliki
gagasan sedang (moderat) jika keterhubungan tetap lebih besar daripada rasa
7
sakit, misalnya, "Kadang saya pikir saya mungkin lebih baik mati". Namun,
gagasan menjadi kuat jika rasa sakit menguasai keterhubungan, misalnya, "Saya
akan bunuh diri jika saya memiliki kesempatan". Contoh, orang tua yang
mengalami rasa sakit dan keputusasaan setiap hari tapi juga merasa memberikan
dan terhubung dengan anak-anaknya. Jika keterhubungan orang tua melebihi rasa
sakit, orang tua ini mungkin masih memiliki gagasan pasif namun tidak akan
berkembang menjadi keinginan aktif untuk bunuh diri. Namun, jika rasa sakit dan
keputusasaan hadir, dan keterhubungan dikalahkan oleh rasa sakit, maka orang tua
tersebut akan mengalami gagasan yang kuat dan secara aktif mempertimbangkan
untuk mengakhiri hidupnya.17
Ketiga, progres dari gagasan menuju usaha bunuh diri. Joiner
menunjukkan bahwa ketakutan akan kematian adalah naluri yang kuat yang
membuat sangat sulit untuk mencoba bunuh diri, bahkan jika mengalami
keinginan bunuh diri yang kuat. Dengan demikian, individu hanya bisa mencoba
bunuh diri jika mereka telah mengembangkan kemampuan untuk mengatasi
penghalang ini. Kemampuan ini dikembangkan melalui pengalaman dengan
kejadian menyakitkan yang dapat meningkatkan toleransi seseorang terhadap rasa
sakit, luka, dan kematian. Teori tiga langkah mengusulkan tiga kategori variabel
yang berkontribusi terhadap kapasitas bunuh diri: dispositional, acquired, dan
practical. Dispositional mengacu pada variabel yang relevan dimana kita
dilahirkan. Sebagai contoh, beberapa individu dilahirkan dengan sensitivitas nyeri
yang lebih tinggi atau lebih rendah. Seseorang yang lahir dengan rasa sakit yang
lebih rendah sensitivitasnya akan memiliki kapasitas lebih tinggi untuk melakukan
usaha bunuh diri. Konsep kontributor disposisi terhadap kapasitas didukung oleh
penelitian terbaru dari Joiner menunjukkan bahwa kemampuan untuk bunuh diri
sebagian besar bersifat genetik. Acquired mengacu pada habituasi terhadap
pengalaman yang berhubungan dengan rasa sakit, cedera, ketakutan, dan kematian
dapat, seiring berjalannya waktu, menyebabkan kapasitas lebih tinggi untuk usaha
bunuh diri. Practical adalah faktor konkret yang membuat usaha bunuh diri
menjadi lebih mudah. Ada banyak jenis faktor praktis. Misalnya, seseorang yang
memiliki pengetahuan dan akases jauh lebih mudah daripada seseorang tanpa
pengetahuan dan akses. Secara singkat, faktor ispositional, acquired, dan
8
practical berkontribusi pada kemampuan percobaan bunuh diri, dan individu
dengan keinginan bunuh diri yang kuat hanya akan melakukan usaha bunuh diri
dan kapan mereka memiliki kemampuan untuk melakukannya.17
2.3 Faktor Risiko Gagasan Bunuh Diri
Faktor risiko yang memengaruhi gagasan bunuh diri tidak hanya
dipengaruhi oleh satu faktor saja (multifaktor). Faktor risiko gagasan bunuh diri
bisa dari kombinasi genetik, fisik, dan lingkungan. Faktor risiko genetik
merupakan orang yang terlahir dalam keluarga dengan riwayat penyakit jiwa atau
pikiran bunuh diri yang memiliki risiko lebih tinggi untuk memiliki gagasan
bunuh diri dan penyakit jiwa. Namun, pada komponen genetik untuk gagasan
bunuh diri dan penyakit jiwa, tidak semua orang yang memiliki riwayat keluarga
akan memiliki gagasan bunuh diri, juga tidak semua orang yang memiliki gagasan
bunuh diri memiliki riwayat keluarga. Faktor risiko fisik diperkirakan kadar
dopamin dan serotonin neurotransmiter yang abnormal, selain perubahan pada
struktur dan fungsi otak, dapat meningkatkan risiko banyak penyakit jiwa,
termasuk yang menyebabkan gagasan dan perilaku bunuh diri. Faktor risiko
lingkungan dengan kejadian-kejadian negatif yang berulang dan mengalami
tingkat stres yang konstan dan bisa mengalahkan kemampuan seseorang untuk
mengatasi risiko lebih tinggi untuk bunuh diri. Dukungan dari lingkungan juga
berperan dalam munculnya gagasan bunuh diri. Selain itu, orang yang terpapar
oleh orang lain yang meninggal karena bunuh diri memiliki risiko lebih besar
untuk mengembangkan keinginan bunuh diri sendiri.8,9,12
Beberapa faktor lain yang terlibat seperti jenis kelamin, usia, gejala
psikiatri, kepribadian, dukungan sosial, riwayat medis, riwayat bunuh diri, riwayat
gagasan bunuh diri, dan lain-lain. Penelitian ini akan membahas secara khusus
mengenai faktor riwayat personal antara lain peritiwa kehidupan (stresor),
pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau
sahabat, dan reigiusitas. 14
2.3.1 Peristiwa Kehidupan (Stresor)
Peristiwa kehidupan adalah kejadian-kejadian dalam kehidupan sebagai
stresor yang mungkin dapat berpengaruh terhadap kehidupan seseorang.
9
Pengalaman peristiwa hidup yang menekan dan tidak diinginkan diyakini sebagai
faktor penting dalam pengembangan gangguan fisik dan mental. Penelitian
tentang peristiwa hidup yang menekan bisa dibedakan menjadi dua aliran utama.
Satu aliran menekankan pada kejadian dalam kehidupan seseorang yang bisa
memberikan tekanan seperti perceraian, hilangnya pekerjaan atau ujian akademis.
Sementara aliran lainnya mengukur peristiwa hidup yang menekan dimana subjek
penelitian dihadapkan pada daftar peristiwa hidup, kemudian meminta subjek
untuk menunjukkan kejadian yang terjadi dan menilai kejadian tersebut
berdasarkan bobot kejadian. Kedua aliran ini adalah pendekatan pengukuran stress
berdasarkan stimulus yang menekankan peran situasi atau kejadian stress pada
seseorang. Aliran lain memandang stress sebagai proses atau transaksi antara
individu dengan lingkungan dimana stimulus hanyalah satu bagian penting dari
proses tersebut.19 Bunuh diri bisa disebabkan karena Adjustment disorders, yaitu
kelompok gangguan dimana respons psikologis seseorang terhadap stressor
memicu gejala gejala yang membutuhkan perhatian klinis.20
Gangguan penyesuaian diri bisa muncul sebagai tekanan emosional
(emotional distress) yang melebihih batas normal atau penurunan fungsi
seseorang yang terlihat secara jelas baik secara sosial, akademis atau pekerjaan.
Kejadian yang menekan (stressful event) bisa merubah seseorang secara
mendasar. Gangguan penyesuaian terhadap kejadian stress tersebut bisa
mendorong pemikiran bunuh diri atau tindakan bunuh diri.20
Ferguson menyatakan bahwa peristiwa hidup yang memberikan tekanan
mendorong terjadinya gagasan bunuh diri pada orang dewasa laki laki dan
perempuan, semakin tinggi stresor maka semakin tinggi hal yang berkaitan
dengan bunuh diri. Heikkinen, Aro, and Lonnqvist menyatakan bahwa peristiwa
hidup yang memberikan tekanan berperan penting dalam mendorong terjadinya
bunuh diri pada orang dewasa dan juga berdampak pada depresi. Gabungan
gangguan psikiatris yang berinteraksi pada peristiwa hidup yang memberikan
tekanan bisa mendorong orang untuk melakukan tindakan yang membahayakan
dirinya.21 Peristiwa kehidupan (stresor) yang meningkatkan tekanan dalam hidup
juga berpengaruh terhadap stres, kecemasan, dan depresi yang dapat
memunculkan pikiran negatif.39
10
2.3.1.1 Stres
Stres didefinisikan sebagai respon tubuh terhadap stimulus yang
menggangu homeostasis seseorang. Respons ini tidak bisa dihindari dan setiap
pengalaman yang memengaruhi homeostasis seseorang dinyatakan sebagai
stress.22
Stress dapat mencakup stress sosial, kognitif, dan psikologis. MuUis,
Youngs, MuUis, and Rathge menyatakan bahwa stress adalah fungsi penilaian
seseorang terhadap stresor (pemicu stres) dan merupakan proses kognitif. Stress
yang dialami seseorang ditentukan oleh evaluasi subjektif pengalaman mereka.22
Stres pada tubuh manusia diatur oleh salah satu bagian otak, yaitu
amigdala. Amigdala akan mengaktivasi beberapa neurotransmitter serta bahan-
bahan neurokimiawi di otak jika seseorang mengalami peristiwa traumatik
sebagai respon tubuh untuk menghadapi peristiwa tersebut. Setelah mengalami
peristiwa traumatik, amigdala akan bereaksi dengan memberikan stimulus berupa
tanda darurat kepada sistem saraf simpatis, sistem saraf parasimpatis, dan aksis
hipotalamus-hipofisis-kelenjar adrenal (aksis HPA).12
Akibat dari perangsang pada sistem saraf simpatik segera setelah peristiwa
traumatik, maka akan terjadi peningkatan denyut jantung dan tekanan darah.
Kondisi ini juga disebut ‘fight or flight reaction’. Reaksi ini juga akan
meningkatkan aliran darah dan jumlah glukosa pada otot-otot skeletal sehingga
membuat seseorang sanggup untuk berhadapan dengan peristiwa tersebut. Reaksi
sistem saraf parasimpatis membatasi sistem saraf simpatik pada beberapa jaringan
tubuh, namun respon ini bekerja secara bebas dan tidak berkaitan dengan respon
yang diberikan oleh sistem saraf simpatis. Aksis HPA juga akan terstimulasi oleh
beberapa neuropeptida otak pada waktu orang berhadapan dengan peristiwa
traumatik. Hipotalamus akan mengeluarkan Cortico-Realising Factor (CRF) dan
beberapa neuropeptida regulator lainnya, sehingga kelenjar hipofisis akan
terangsang dan mensekresi mengeluarkan adenocorticotropic hormone (ACTH)
yang akhirnya menstimulasi pengeluaran hormon kortisol dari kelenjar adrenal.12
Jika seseorang mengalami tekanan, maka tubuh secara alami akan
meningkatkan pengeluaran katekolamin dan homon kortisol. Pengeluaran kedua
11
zat ini tergantung pada derajat tekanan yang dialami oleh individu. Katekolamin
berperan dalam menyediakan energi yang cukup dari beberapa organ vital tubuh
dalam bereaksi terhadap tekanan tersebut. Hormon kortisol berperan dalam
menghentikan aktivitas sistem saraf simpatik dan beberapa sistem tubuh yang
bersifat defensif tadi yang timbul akibat peristiwa traumatik. Peningkatan hormon
kortisol akan menimbulkan efek umpan balik negatif pada aksis HPA tersebut.12
Stres yang dialami seseorang dalam hidupnya berpengaruh pada etiologi
gangguan dan kejadian fisik, mental, dan perilakunya.23 Wilbum & Smith dalam
penelitiannya menyatakan bahwa stressful life events memengaruhi terhadap
gagasan bunuh diri (suicidal ideation).22
2.3.1.2 Kecemasan
Gangguan cemas menyeluruh (Generelized Anxiety Disorder, GAD)
merupakan kondisi gangguan yang ditandai dengan kecemasan dan kekhawatiran
yang berlebihan dan tidak rasional bahkan terkadang tidak realistik terhadap
berbagai peristiwa kehidupan sehari-hari. Kondisi ini dialami hampir sepanjang
hari, berlangsung sekurangnya selama 6 bulan. Kecemasan yang dirasakan sulit
dikendalikan dan berhubungan dengan gejala somatik, seperti ketegangan otot,
iritabilitas, sulit tidur, dan kegelisahan sehingga menyebabkan penderitaan yang
jelas dan gangguan funsi bermakna dalam fungsi social dan pekerjaan.12
Area otak yang diduga terlibat pada timbulnya GAD adalah lobus
oksipitalis yang mempunyai reseptor benzodiazepin tertinggi di otak. Basal
ganglia, sistem limbik, dan korteks frontal juga terlibat dalam GAD. Pada pasien
GAD juga ditemukan sistem serotonergik yang abnormal. Neurotransmiter yang
berkaitan dengan GAD adaalah GABA, serotonin, norepinefrin, glutamat, dan
kolesistokinin.12
Penderita GAD berespons secara tidak tepat terhadap ancaman,
disebabkan oleh perhatian yang selektif terhadap hal negatif pada lingkungan,
adanya distorsi pada pemrosesan informasi dan pandangan yang sangat negatif
terhadap kemampuan diri untuk menghadapi ancaman.12
2.3.1.3 Depresi
Depresi adalah suatu gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan
yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan, dan berperilaku
12
seseorang). Sebelum membahas lebih lanjut tentang gangguan depresi, terlebih
dahulu perlu dipahami yang dimaksud dengan emosi dan mood dan mengapa
kedua tanda tersebut harus dipahami. Dalam pembahasan emosi tercakup antara
lain afek, mood, emosi yang lain, gangguan psikologi yang berhubungan dengan
mood.12
Depresi disebakan oleh beberapa faktor. Faktor genetik merupakan faktor
penting dalam perkembangan gangguan mood. Tetapi jalur penurunannya sangat
kompleks. Sulit untuk mengabaikan efek psikososial dan faktor non genetik
lainnya yang berperan dalam penyebab terjadinya gangguan mood.12
Faktor organobiologik, amin biogenik yaitu norepinefrin dan serotonin
adalah dua neurotransmiter yang paling terlibat dalam patofisiologi gangguan
mood. Norepinefrin menyebabkan penurunan regulasi reseptor beta adrenergik
dan respon klinis anti depresi mungkin merupakan peran langsung sistem
noradrenergik pada depresi. Bukti lain yang juga melibatkan reseptor beta 2
presinaptik pada depresi yaitu aktifnya reseptor yang mengakibatkan pengurangan
jumlah pelepasan norepinefrin. Reseptor beta 2 presinaptik juga terletak pada
neuron serotonergik dan mengatur jumlah pelepasan serotonin. Dopamin, aktivitas
dopamin mungkin berkurang pada depresi. Penemuan subtipe baru reseptor
dopamin dan meningkatnya pengertian fungsi regulasi presinaptik dan
pascasinaptik dopamin memperkaya hubungan antara dopamin dengan gangguan
mood. Dua teori terbaru tentang dopamin dan depresi adalah jalur dopamin
mesolimbik mungkin mengalami disfungsi pada depresi dan reseptor dopamin D1
mungkin hipoaktif pada depresi. Serotonin, aktivitas serotonin berkurang pada
depresi. Serotonin bertanggungjawab untuk kontrol regulasi afek, agresi, tidur,
dan nafsu makan. Pada bebrapa penelitian ditemukan jumlah serotonin yang
berkurang di celah sinap dikatakan bertanggungjawab untuk terjadinya depresi.12
Faktor psikososial, peristiwa kehidupan yang membuat seseorang merasa
tertekan (stres) dapat mencetuskan terjadinya depresi. Episode pertama ini lebih
ringan dibandingkan episode berikutnya. Ada teori yang mengemukakan bahwa
adanya stres sebelum episode pertama menyebabkan perubahan biologi otak yang
bertahan lama. Hal ini menyebabkan perubahan berbagai neurotransmiter dan
sistem sinyal intraneuron, termasuk hilangnya beberapa neuron dan penurunan
13
kontak sinaps. Dampaknya, seorang individu berisiko tinggi mengalami episode
berulang gangguan mood sekalipun tanpa stresor dari luar.12
Faktor kepribadian, pada semua orang apapun pola kepribadiannya dapat
mengalami depresi sesuai dengan situasinya. Orang dengan gangguan kepribadian
obsesif kompulsif, historionik, dan ambang berisiko tinggi untuk mengalami
depresi dibandingkan dengan orang yang memiliki gangguan kepribadian
paranoid atau antisosial. Pasien dengan gangguan distimik dan siklotimik berisiko
mengalami depresi berat. Peristiwa sressfull merupakan prediktor terkuat untuk
kejadian episode depresi.12
2.3.2 Pendapat dari Perlakuan Bunuh Diri
Konseptualisasi perlakuan memiliki tiga komponen yaitu afektif, kognitif,
dan behavioral. Komponen afektif terdiri dari kesukaan seseorang atau respons
emosional terhadap sesuatu atau seseorang. Komponen kognitif terdiri dari
keyakinan atau pengetahuan, dan komponen behavioral adalah perilaku yang
terlihat dari seseorang terkait sesuatu hal atau seseorang.24
Tang menyatakan pendapat dari perlakuan terhadap bunuh diri sebagai
kecenderungan yang kuat dan konsisten terhadap bunuh diri yang dipegang oleh
seseorang. Wang mendefinisikan sikap terhadap bunuh diri dari kecenderungan
kognitif, afektif dan behavioral sebagai emosi positif atau negatif yang kuat dan
perilaku mendekati sampai menghindar terhadap perilaku bunuh diri dan orang
yang melakukan bunuh diri.25
Zao mengkategorikan lima perlakuan terhadap bunuh diri. Perlakuan
pertama memandang bunuh diri sebagai perilaku tidak bermoral yang dilakukan
oleh pengecut yang meninggalkan tanggung jawab sosial mereka dan
meninggalkan rasa sakit yang lebih besar kepada pihak lain. Bunuh diri dianggap
memberikan dampak negatif pada keluarga, orang dewasa, dan seluruh
masyarakat dan karenanya harus dikutuk. Pandangan kedua melihat bunuh diri
sebagai kejahatan, dan juga dihukum sebagai dosa yang dianggap sebagai hal
yang buruk dalam budaya Islam dan Kristen. Pandangan ketiga memandang
bunuh diri sebagai penyakit mental. Pandangan keempat memandang bunuh diri
sebagai kebebasan pribadi, dimana nilai hidup dan signifikansi kehidupan
14
seseorang juga mencakup kebebasan pilihan seseorang untuk hidup atau untuk
mengakhiri hidupnya. Pandangan kelima adalah bahwa bunuh diri adalah sikap
yang terhormat dan bermakna tinggi. Orang yang berkorban bagi negaranya
dianggap sebagai pahlawan bangsa dalam budaya Cina dan bunuh diri dianggap
sebagai perilaku bertanggung jawab sebagai permintaan maaf atas kegagalan
dalam budaya Jepang. Pandangan tentang pendapat bunuh diri tiap individu
berbeda-beda. Hal ini berpengaruh terhadap gagasan dan keinginan untuk
mengakhiri hidup.25
2.3.3 Dukungan Sosial
Dukungan sosial didefinisikan sebagai sumber daya yang disediakan bagi
seseorang oleh orang lain. Dukungan sosial adalah bantuan yang diberikan kepada
individu oleh individu-individu yang menciptakan jaringan sosial. Dukungan
sosial mendukung terbentuknya dimensi fungsional dari jaringan sosial.
Dukungan sosial didapatkan dari berbagai sumber seperti dari keluarga, teman
dan orang-orang istimewa. Dukungan sosial memiliki pengaruh terhadap
kesejahteraan psikologis seseorang.26
Dukungan sosial dikategorikan menjadi emosional, instrumental,
informasional, dan dukungan evaluasi. Keluarga, teman dan orang-orang istimewa
menciptakan dukungan sosial terpenting bagi seseorang. Literatur menyebutkan
adanya dua model dukungan sosial yaitu Buffering model dan basic effect model.26
Buffering model menyatakan bahwa dukungan sosial berfungsi melindungi
seseorang dari dampak kejadian yang menekan. Sementara basic effect model
menyatakan bahwa dukungan sosial memiliki dampak positif dan menguntungkan
bagi seseorang baik dalam kasus yang memberikan tekanan ataupun tidak
memberikan tekanan.26
Dukungan sosial menurunkan tingkat depresi, stres, gagasan, upaya,
ataupun percobaan bunuh diri, rasa malu, dan terasingi, serta meningkatkan
penghargaan pada diri sendiri, kualitas hidup, persepsi kompetensi sosial, dan
keberhasilan akademis.26
Dukungan sosial adalah konsep psikologis dan sosiologis yang terkait
dengan ikatan sosial dan saling membantu. Hilangnya dukungan sosial menjadi
15
salah satu faktor risiko utama untuk terjadinya bunuh diri. Dukungan sosial
menunjukkan pengaruh terhadap kesehatan seseorang. Dukungan sosial mencegah
hasil mental negatif yang dikarenakan tekanan hidup, menurunkan risiko bunuh
diri dan stroke. Sedangkan kurangnya dukungan sosial meningkatkan risiko
mortalitas, gangguan kesehatan dan gejala depresi.27
Ada banyak cara mengukur dukungan sosial. House, Robbins, and
Metzner menyatakan dukungan sosial diukur berdasarkan empat fungsi dukungan
sosial yaitu pertama, dukungan afektif berupa simpati, pengungkapan rasa cinta
dan rasa percaya. Kedua, dukungan instrumental berupa bantuan pada pekerjaan
dan peminjaman uang atau benda. Ketiga, dukungan informasional berupa
memberikan informasi dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk mengatasi
masalah. Keempat, dukungan evaluatif berupa pemberian evaluasi perilaku dan
hasil yang memadai.27
2.3.4 Relasi dengan Teman atau Sahabat
Relasi dengan teman atau sahabat merupakan suatu hubungan yang sudah
terjalin dengan orang lain yang umumnya sebaya. Relasi dengan teman atau
sahabat menentukan konseptualisasi diri (self-construal). Konseptualisasi diri
adalah bagaimana diri seseorang dipersepsikan, ditentukan atau digambarkan
dalam benak seseorang. Bagaimana cara seseorang menggambarkan dirinya bisa
dilihat berdasarkan karakter kepribadian (pemalu, pemberani, dsb) atau
berdasarkan karakteristik hubungan (anak perempuan, suami, dsb).28
Individu yang memiliki hubungan konseptualisasi diri yang tinggi
menyatakan diri mereka dalam kerangka hubungan dekat dengan orang lain,
termasuk teman atau sahabat, dan karena hal ini mereka mencari bimbingan dan
membangun hubungan baru.29
Perbedaan antar individu menjadi faktor penentu dalam ragam orientasi
dalam hubungan. Bagi sebagian orang, diri mereka ditetapkan dalam kerangka
hubungan dekat dan pengembangan serta pemeliharaan hubungan dekat menjadi
tujuan utama mereka. Individu ini akan memikirkan dan menjaga hubungan
dengan teman atau sahabat sebagai hal penting. Sementara sebagian individu lain
menyatakan dirinya bebas dari hubungan dan memandang hubungan kurang
16
penting untuk pemenuhan diri dan kepuasan pribadi. Karenanya pikiran tentang
hubungan dan pasangan untuk berhubungan kurang menjadi penting atau kurang
dipkirkan oleh mereka.29
Pribadi seseorang sebagian ditetapkan dalam kerangka hubungan dekat
dengan orang lain. Ruang pribadi mencakup representasi seseorang dalam
hubungan yang penting. Untuk individu dengan hubungan konseptualisasi diri
yang tinggi, hubungan dianggap hal yang penting untuk definisi diri, ekspresi diri
dan pengembangan diri karenanya mengembangkan dan menjaga hubungan dekat
adalah tujuan utama mereka. Jika hubungan itu tidak tercipta maka akan timbul
pikiran negatif mengenai dirinya.29
2.3.5 Religiusitas
Menurut Daradjat religiusitas adalah proses hubungan manusia yang
dirasakan terhadap sesuatu yang diyakininya, bahwa sesuatu lebih tinggi dari pada
manusia.20 Religiusitas dan spiritual memiliki hubungan erat dengan kesehatan
mental. Tingkat religiusitas dan spiritualitas seseorang mencerminkan sumber
daya potensial penting bagi seseorang yang menjalani konseling.31
Dalam menghadapi situasi yang tekanannya tinggi, banyak orang
menanganinya dengan bergantung pada agama. Religiusitas dianggap sebagai
sumber daya yang paling sering digunakan pada kelompok orang tua, minoritas
dan individu yang menghadapi krisis hidup. Index religious coping dihubungkan
dengan menurunnya tingkat depresi, status kesehatan mental yang lebih baik,
kesehatan fisik yang lebih baik, pertumbuhan spiritual, dan menurunnya tingkat
mortalitas.31
Agama berperan dalam banyak hal dalam keseharian dan juga dalam
krisis. Menurut Pargament, Koenig, & Perez terdapat lima fungsi utama agama
sebagai berikut.31
1. Makna
Agama berperan utama dalam pencarian makna. Agama memberikan
kerangka pemahaman dan interpretasi dalam menghadapi kesusahan dan
pengalaman hidup yang berat.
2. Kontrol
17
Agama berperan dalam mencari kontrol. Ketika terjadi kejadian yang diluar
sumber daya seseorang, agama memberikan banyak cara untuk mendapatkan
rasa kontrol atau mampu menghadapinya.
3. Kenyamanan atau spiritualitas
Agama dirancang untuk mengurangi pemahaman seseorang tentang hidup
dalam dunia yang rentang bencana. Dari perspektif religi, spiritualitas atau
keinginan untuk terkoneksi dengan sesuatu yang melampaui idividu adalah
fungsi dasar dari religi.
4. Keintiman atau spiritualitas.
Agama memfasilitasi kohesifitas sosial. Agama adalah mekanisme membina
solidaritas sosial dan identitas sosial. Keintiman sering diidorong dengan
metode spiritual seperti menawarkan bantuan spiritual kepada pihak lain atau
mencari dukungan spiritual dari anggota agama lain.
5. Transformasi hidup.
Agama dipandang membantu manusia menjaga makna, kontrol, kenyamanan,
keintiman dan kedekatan dengan Tuhan. Agama juga membantu seseorang
dalam melakukan transformasi hidup besar, yaitu menyerahkan benda lama
yang memiliki nilai dan mencari sumber nilai baru.
Individu yang religius memiliki sikap lebih toleran terhadap bunuh diri
dibanding individu yang kurang religius. Masing-masing agama menunjukkan
sikap yang berbeda terhadap bunuh diri, seperti agama islam memandang bunuh
diri sebagai kejahatan besar sama dengan pembunuhan, sedangkan agama hindu
indu memiliki pandangan lebih liberal karena memandang hidup sebagai siklus
dan ada bagian reinkarnasi. Negara muslim cenderung memiliki tingkat bunuh diri
lebih rendah.32 Hal ini karena Allah SWT melarang bunuh diri yang terdapat
didalam Al-Quran surat An-Nisa (4): 29-30:
أيها لكم بينكم ب لذين ٱ ي ا أمو طل ٱءامنوا ل تأكلو ا أنفسكم إن لب نكم ول تقتلو رة عن تراض م أن تكون تج لله ٱإل
نا وظلما فسوف نصلي ومن ٩٢كان بكم رحيما لك عدو لك على يفعل ذ ٠٣يسيرا لله ٱه نارا وكان ذ
“Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah Maha Penyanyang
kepadamu (29). Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan
aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah (30)”.33
18
Pengukuran religious coping dilakukan dengan berbagai metode salah
satunya adalah Ways of Coping Scale yang menyertakan dua item religius “saya
menemukan keyakinan baru” dan “saya berdoa” sebagai bagian dari faktor coping
“penilaian positif”. Religious-Spiritual Coping Scale (RCOPE), mengukur metode
coping berdasarkan kategori positif dan negatif. Kategori positif adalah penilaian
religius yang luhur, pengampunan religius, dsb) yang mencerminkan hubungan
dengan Tuhan dan dikaitkan dengan meningkatnya kualitas kehidupan. Sementara
coping negatif (penilaian ulang kekuasaan Tuhan, merasa diabaikan atau dihukum
oleh Tuhan, dsb) mencerminkan hubungan kurang baik dengan Tuhan dan
dikaitkan dengan kesejahteraan hidup yang buruk.34
2.4 Prevensi terhadap Gagasan Bunuh Diri
Program untuk pencegahan terhadap gagasan ataupun usaha bunuh diri
dapat dilakukan dengan memfokuskan pada populasi maupun kelompok yang
memiliki risiko tinggi terhadap gagasan ataupun usaha bunuh diri dengan cara
edukasi dengan menjauhi stresor penyebab, edukasi mengenai kesadaran
masyarakat tentang kesehatan jiwa, membatasi akses sarana bunuh diri, kesadaran
masyarakat tentang bunuh diri, program dukungan teman sebaya, dan peningkatan
religiusitas.35
2.5 Kuesioner M. Eskin (2015) mengenai Bunuh Diri
Kuesioner M. Eskin (2015) adalah kuesioner yang digunakan untuk
menilai bunuh diri, termasuk didalamnya gagasan bunuh diri. Kuesioner ini terdiri
dari 9 bagian akan digunakan untuk mengumpulkan data. Isi dari 9 bagian adalah
sebagai berikut.1
1. Bagian-I
Bagian ini berisi 9 pertanyaan tentang jenis kelamin, usia, apakah orang tua
masih hidup atau mati, dan hidup bersama atau dipisahkan dari saudara,
agama mereka, kekuatan keyakinan agama mereka, dan pengetahuan mereka
tentang sikap agama mereka untuk bunuh diri.
2. Bagian-II
19
Bagian ini berisi daftar negatif peristiwa kehidupan dan diminta mengisi ya
atau tidak dari peristiwa yang mereka alami selama 12 bulan terakhir.
3. Bagian-III
Bagian ini berisi 24 pernyataan yang diambil dari Eskin tentang pendapat
seseorang tentang sikap terhadap bunuh diri dan masalah
psikologis. Peneilaian dengan 5 skala Likert.
4. Bagian-IV
Bagian ini berisi Multidimensional Scale of Perceived Social Support
(MSPSS) oleh Zimet, et al.
5. Bagian V
Bagian ini berisi Relational-Interdependent Self-Construal Scale (RISC) yang
berhubungan dengan relasi dengan teman atau sahabat oleh Palang, et al.
6. Bagian-VI
Bagian ini berisi 12 item Brief Religious Coping Scale yang enam item
mengukur koping religius positif dan enam item lainnya mengukur koping
religius negatif.
7. Bagian-VII
Bagian ini menanyakan 10 pertanyaan tentang aspek-aspek dari perilaku
bunuh diri nonfatal. Tiga pertanyaan pertama adalah tentang gagasan bunuh
diri dan tujuh item lainnya adalah tentang aspek usaha bunuh diri.
8. Bagian-VIII
Bagian ini meminta tentang alasan untuk mencoba untuk bunuh diri. Sembilan
alasan atau motif untuk mencoba bunuh diri diambil dari Boergers, Spitio dan
Donaldson dan diminta untuk menilai pada 5 skala Likert untuk pentingnya
setiap alasan untuk usaha bunuh diri.
9. Bagian-IX
Bagian terakhir ini berisi pernyataan tentang dampak mencoba bunuh diri
pada hubungan sosial dan kondisi pribadi dinilai pada 5 skala Likert.
20
2.6 Kerangka Teori
Gambar 2.2 Diagram kerangka teori penelitian
21
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 2.3 Diagram kerangka konsep penelitian
22
2.8 Definisi Operasional
Tabel 2.1 Definisi operasional
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil
Pengukuran
Skala
Variabel terikat
1 Gagasan
bunuh diri
Pemikiran bagaimana
cara untuk
membunuh diri
sendiri, tetapi tidak
termasuk tindakan
dalam membunuh diri
sendiri.14
Kuesioner
M. Eskin
(2015)
mengenai
bunuh diri
1 : Ya
0 : Tidak
Nominal
Variabel bebas
2 Peristiwa
kehidupan
(stresor)
Kejadian dalam
kehidupan sebagai
stresor yang dapat
berpengaruh terhadap
kehidupan
seseorang.19
Kuesioner
M. Eskin
(2015)
mengenai
bunuh diri
1 : Ya
0 : Tidak
Nominal
3 Pendapat
dari
perlakuan
bunuh diri
Pendapat pribadi
mengenai perilaku
bunuh diri.25
Kuesioner
M. Eskin
(2015)
mengenai
bunuh diri
1 : Sangat tidak
setuju
2 : Tidak setuju
3 : Tidak
memutuskan
4 : Setuju
5 : Sangat
setuju
Ordinal
4 Dukungan
sosial
Bantuan berupa
dukungan yang
diberikan oleh orang
sekitar terhadap
seseorang.26
Kuesioner
M. Eskin
(2015)
mengenai
bunuh diri
1 : Sangat tidak
setuju
2 : Tidak setuju
3 : Tidak
memutuskan
4 : Setuju
5 : Sangat
setuju
Ordinal
No Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Skala
23
Pengukuran
5 Relasi
dengan
teman atau
sahabat
Hubungan yang
sudah terjalin dengan
orang lain yang
umumnya sebaya.28
Kuesioner
M. Eskin
(2015)
mengenai
bunuh diri
1 : Sangat tidak
setuju
2 : Tidak setuju
3 : Tidak
memutuskan
4 : Setuju
5 : Sangat
setuju
Ordinal
6 Religiusitas Penghubungkan
manusia dengan
Tuhannya.20
Kuesioner
M. Eskin
(2015)
mengenai
bunuh diri
1 : Tidak
seluruhnya
benar bagi saya
2 : Sedikit
benar bagi saya
3 : Benar
menengah bagi
saya
4 : Benar bagi
saya
5 : Sangat
benar bagi saya
Ordinal
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Desain penelitian ini berupa studi potong lintang (cross sectional study),
dimana pengumpulan data yang diteliti dilakukan dalam satu waktu melalui
kuesioner.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Tempat
Pengambilan data kuesioner gagasan bunuh diri dilakukan di ruang kelas
308, 401, 408 Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta di Jl. Kertamukti No.5, Pisangan Ciputat 15419, Tangerang Selatan.
3.2.2. Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Desember 2016 hingga September 2017
sejak dilakukan penyusunan proposal, pengambilan data, pengolahan data, dan
penulisan laporan.
3.3 Populasi Sampel Penelitian
3.3.1 Populasi Target
Populasi target meliputi mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3.3.2 Populasi Terjangkau
Populasi terjangkau meliputi mahasiswa kedokteran preklinik angkatan
2013, 2014, dan 2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.3.3 Sampel
Sampel adalah populasi terjangkau yang telah dipilih dengan total
sampling berjumlah 300.
25
3.4 Besar Sampel
Jumlah sampel didapatkan menggunakan rumus analitik kategorik tidak
berpasangan sebagai berikut.36
𝑛1 = 𝑛2 = (𝑍𝛼√2𝑃𝑄 + 𝑍𝛽√𝑃1𝑄1 + 𝑃2𝑄2
(𝑃1 − 𝑃𝟐))
𝟐
𝑛1 = 𝑛2
= (1,96√2 𝑥 0,1185 𝑥 0,8815 + 1,28√(0,154 𝑥 0,846) + (0,083 𝑥 0,917)
(0,154 − 0,083))
𝟐
𝑛1 = 𝑛2 = (0,7 + 0,5
(0,071))
𝟐
𝑛 = 286
Keterangan:
𝑍𝛼 : derivat baku alfa (kesalahan 5%) = 1,96
𝑍𝛽 : derivat baku beta (kesalahan 10%) = 1,28
P2 : proporsi pada kelompok = 0,083
Q2 : 1 – P2 = 1 – 0,1 = 0,917
P1 – P2 : selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna = 0,071
P1 : proporsi pada kelompok yang nilainya dari judgement peneliti = 0,154
Q1 : 1 – P1 = 1 – 0,2 = 0,846
P : 𝑃𝟏+𝑃2
𝟐 =
0,2+0,1
𝟐 = 0,1185
Q : 1 – P = 1 – 0,15 = 0,8815
Berdasarkan rumus rumus analitik kategorik tidak berpasangan, jumlah
sampel dari hasil perhitungan adalah minimal 286 responden. Penelitian ini
menggunakan total sampling, maka jumlah responden adalah keseluruhan dari
mahasiswa kedokteran preklinik, yaitu berjumlah 300 responden.
26
3.5 Variabel Penelitian
Variabel penelitian yang digunakan ada 2 macam. Pertama, variabel bebas,
yaitu peristiwa kehidupan (stresor), pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan
sosial, relasi dengan sahabat atau teman, dan religiusitas. Kedua, variabel terikat,
yaitu gagasan bunuh diri.
3.6 Kriteria Pemilihan Sampel
Pada penelitian ini kriteria pemilihan sampel terdiri dari kriteria inklusi
dan kriteria eksklusi.
3.6.1 Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa kedoteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bersedia mengikuti penelitian ini dengan mengisi dan menandatangani
lembar informed consent.
3.6.2 Kriteria Eksklusi
1. Mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
terlihat tidak fokus atau terlihat gundah gulana.
27
3.7 Cara Kerja
3.7.1 Alur Penelitian
Gambar 3.1 Diagram alur penelitian
Penentuan jumlah sampel
Hasil Kuesioner
Analisis dan pengolahan data
Penyajian hasil data dan
kesimpulan
Informed consent
Persiapan penelitian
Pengambilan data dari
subjek penelitian melalui
pengisian identitas dan
kuesioner
Tidak bersedia
Penentuan kriteria
Bersedia
Sudah sesuai kriteria
28
1. Persiapan penelitian
Memperbanyak kuesioner M. Eskin (2015) mengenai bunuh diri
sebanyak 3900 lembar.
2. Penentuan jumlah sampel
Jumlah sampel dari penelitian ini menggunakan total sampling dengan
jumlah minimal 286 orang.
3. Penentuan kriteria
Responden yang dipilih adalah jika memenuhi kriteria. 4
4. Informed consent
Penjelasan kepada subjek penelitian mengenai kuesioner dan pengisian
lembar persetujuan bila bersedia menjadi sampel.
5. Pengambilan data dari subjek penelitian
Pengambilan data dari subjek penelitian melalui pengisian identitas
diri dan kuesioner yang diberi waktu kurang lebih satu jam lamanya.
6. Hasil kuesioner
Hasil kuesioner yang sudah didapat dimasukkan ke dalam Microsoft
Excel 2016 yang sudah disesuaikan dengan key questionnaire M.
Eskin (2015).
7. Analisis dan pengolahan data menggunakan aplikasi MPlus 8 dan IBM
Statistics SPSS 23.0.
8. Penyajian hasil data dan kesimpulan
Hasil data dan kesimpulan yang didapatkan akan ditulis pada bab IV
dan bab V.
3.8 Manajemen Data
3.8.1 Pengolahan Data
Sampel yang sesuai kriteria diberikan kuesioner yang sudah disediakan
untuk diisi dengan pengawasan oleh peneliti. Pengumpulan data menggunakan
Microsoft Excel 2016. Setelah itu, seluruh sampel yang didapat dilakukan uji
validitas butir pertanyaan kuesioner menggunakan Confimatory Factor Analysis
29
(CFA) dengan bantuan aplikasi Mplus 8, uji reabilitas dan analisis regresi data
menggunakan IBM Statistics SPSS 23.0 untuk dilihat karakteristik responden dan
pengaruh peristiwa kehidupan (stresor), pendapat terhadap perlakuan bunuh diri,
dukungan sosial, relasi dengan sahabat atau teman, dan religiusitas sebagai faktor
risiko yang memengaruhi gagasan bunuh diri.
3.8.2 Alat dan Bahan
Penelitian ini menggunakan kuesioner mengenai bunuh diri dari M. Eskin
(2015) dan lembar identitas responden.
3.9 Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis univariat untuk mengetahui frekuensi dan persentase dari
karakteristik responden.
2. Analisis Multivariat
Analisis multivariat untuk melihat pengaruh variabel bebas dengan
variabel terikat.
3.10 Etika Penelitian
Penelitian ini mendapatkan persetujuan dari subjek penelitian melalui
lembar informed consent yang telah disetujui dengan penandatanganan (lampiran
1).
30
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
4.1.1 Uji Validitas
Uji validitas kuesioner M. Eskin (2015) mengenai bunuh diri dilakukan
kepada 300 responden, yaitu mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Dalam penelitian ini, uji validitas menggunakan Confimatory Factor
Analysis (CFA) dengan bantuan aplikasi Mplus 8 yang dilihat nilai Root Mean
Square Error of Approximation (RMSEA). Peneliti menggunakan RMSEA karena
dapat dipakai untuk data dengan jumlah besar. Jika nilai RMSEA signifikan
(Estimate < 0.05 dan Probability > 0.05) artinya semua item sudah fit (hanya
mengukur satu faktor saja). Saat dilakukan uji validitas terdapat beberapa item
yang tidak fit. Hal ini dikarenakan item tersebut tidak berhubungan dengan item
yang lain atau tidak dapat mengukur variabel bebasnya, sehingga secara otomatis
item tersebut di-drop. Setelah sudah fit, maka dilakukan regresi data
menggunakan IBM Statistics SPSS 23.0.
4.1.1.1 Uji Validitas Peristiwa Kehidupan (Stresor)
Perhitungan CFA dari peristiwa kehidupan (stresor) didapatkan nilai
perhitungan RMSEA estimate = 0,047 dan RMSEA probability = 0,072. Dari
hasil tersebut maka dikatakan bahwa model ini sudah fit.
Setelah mendapatkan model yang fit, maka dilihat apakah muatan faktor
item tersebut signifikan dan memiliki koefisien postif dengan cara melihat nilai T-
value pada tabel dibawah ini.
31
Tabel 4.1 Muatan faktor item peristiwa kehidupan (stresor)
No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikansi
B1 0,502 0,051 9,772
B2 0,402 0,056 7,130
B3 0,343 0,059 5,817
B4 0,097 0,064 1,504 x
B5 0,382 0,057 6,682
B6 0,397 0,057 7,011
B7 0,377 0,057 6,582
B8 0,188 0,063 2,985
B9 0,422 0,055 7,601
B10 0,379 0,057 6,615
B11 0,617 0,045 13,850
B12 0,549 0,049 11,301
B13 0,486 0,053 9,181
B14 0,425 0,055 7,733
B15 0,012 0,065 0,180 x
B16 0,225 0,062 3,638
B20 0,204 0,058 3,499
B22 0,288 0,059 4,890
B23 0,352 0,059 5,909
B24 0,269 0,059 4,580
B25 0,387 0,060 6,458
B26 0,490 0,061 8,013
B27 0,206 0,058 3,536
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1,96), x = tidak signifikan
Hasil data perhitungan pada tabel muatan faktor item peristiwa kehidupan
(stresor) diperoleh bahwa 21 item memiliki T-value > 1,96 dan 2 item memiliki T-
value < 1,96. Maka 2 item yang memiliki nilai T-value < 1,96 akan di-drop.
32
4.1.1.2 Uji Validitas Pendapat dari Perlakuan Bunuh Diri
Perhitungan CFA dari pendapat dari perlakuan bunuh diri didapatkan nilai
perhitungan RMSEA estimate = 0,048 dan RMSEA probability = 0,564. Dari
hasil tersebut maka dikatakan bahwa model ini sudah fit.
Setelah mendapatkan model yang fit, maka dilihat apakah muatan faktor
item tersebut signifikan dan memiliki koefisien postif dengan cara melihat nilai T-
value pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.2 Muatan faktor item pendapat dari perlakuan bunuh diri
No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikansi
C9 0,491 0,048 10,124
C10 0,544 0,045 12,013
C11 0,605 0,042 14,572
C12 0,774 0,031 25,246
C13 0,810 0,027 30,093
C14 0,692 0,035 19,585
C15 0,830 0,026 31,995
C16 0,680 0,038 17,813
C17 0,351 0,055 6,369
C18 0,457 0,050 9,162
C19 0,503 0,048 10,565
C20 0,514 0,047 10,888
C21 0,154 0,061 2,538
C22 0,127 0,061 2,084
C23 0,050 0,062 0,808 x
C24 0,121 0,061 1,993
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1,96), x = tidak signifikan
Hasil data perhitungan pada tabel muatan faktor item pendapat dari
perlakuan bunuh diri diperoleh bahwa 15 item memiliki T-value > 1,96 dan 1 item
memiliki T-value < 1,96. Maka 1 item yang memiliki nilai T-value < 1,96 akan di-
drop.
33
4.1.1.3 Uji Validitas Dukungan Sosial
Perhitungan CFA dari dukungan sosial didapatkan nilai perhitungan
RMSEA estimate = 0,044 dan RMSEA probability = 0,659. Dari hasil tersebut
maka dikatakan bahwa model ini sudah fit.
Setelah mendapatkan model yang fit, maka dilihat apakah muatan faktor
item tersebut signifikan dan memiliki koefisien postif dengan cara melihat nilai T-
value pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Muatan faktor item dukungan sosial
No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikansi
D1 0,355 0,054 6,535
D2 0,459 0,052 8,899
D3 0,616 0,040 15,263
D4 0,637 0,039 16,324
D5 0,460 0,050 9,238
D6 0,754 0,034 21,953
D7 0,180 0,059 3,027
D8 0,703 0,038 18,318
D9 0,665 0,037 18,179
D10 0,371 0,054 6,925
D11 0,766 0,030 25,905
D12 0,581 0,043 13,472
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1,96), x = tidak signifikan
Hasil data perhitungan pada tabel muatan faktor item dukungan sosial
diperoleh bahwa 12 item memiliki T-value > 1,96 dan tidak ada item memiliki T-
value < 1,96. Maka tidak ada item yang di-drop.
4.1.1.4 Uji Validitas Relasi dengan Teman atau Sahabat
Perhitungan CFA dari relasi dengan teman atau sahabat didapatkan nilai
perhitungan RMSEA estimate = 0,036 dan RMSEA probability = 0,849. Dari
hasil tersebut maka dikatakan bahwa model ini sudah fit.
34
Setelah mendapatkan model yang fit, maka dilihat apakah muatan faktor
item tersebut signifikan dan memiliki koefisien postif dengan cara melihat nilai T-
value pada tabel dibawah ini.
Tabel 4.4 Muatan faktor item relasi dengan teman atau sahabat
No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikansi
E1 0,718 0,033 21,958
E2 0,698 0,034 20,507
E3 0,622 0,040 15,388
E4 0,754 0,030 25,326
E5 0,663 0,037 18,069
E6 0,667 0,037 18,231
E7 0,751 0,030 24,997
E8 0,285 0,057 5,008
E9 0,123 0,061 2,012
E10 0,616 0,040 15,385
E11 0,563 0,044 12,906
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1,96), x = tidak signifikan
Hasil data perhitungan pada tabel muatan faktor item relasi dengan teman
atau sahabat diperoleh bahwa 11 item memiliki T-value > 1,96 dan tidak ada item
memiliki T-value < 1,96. Maka tidak ada item yang di-drop.
4.1.1.5 Uji Validitas Religiusitas
Perhitungan CFA dari religiusitas didapatkan nilai perhitungan RMSEA
estimate = 0,031 dan RMSEA probability = 0,850. Dari hasil tersebut maka
dikatakan bahwa model ini sudah fit.
Setelah mendapatkan model yang fit, maka dilihat apakah muatan faktor
item tersebut signifikan dan memiliki koefisien postif dengan cara melihat nilai T-
value pada tabel dibawah ini.
35
Tabel 4.5 Muatan faktor item religiusitas
No. Item Koefisien Standard Error T-value Signifikansi
F1 0,854 0,020 43,311
F2 0,867 0,019 46,351
F3 0,799 0,027 29,391
F4 0,830 0,021 38,648
F5 0,898 0,018 50,772
F7 0,062 0,060 1,031 x
F8 0,369 0,052 0,076 x
F9 0,286 0,055 5,186
F10 0,125 0,059 2,100
F11 0,117 0,060 1,966
F12 0,068 0,060 1,143 x
Keterangan: tanda = signifikan (t > 1,96), x = tidak signifikan
Hasil data perhitungan pada tabel muatan faktor item religiusitas diperoleh
bahwa 8 item memiliki T-value > 1,96 dan 3 item memiliki T-value < 1,96. Maka
3 item yang memiliki nilai T-value < 1,96 akan di-drop.
4.1.2 Uji Reabilitas
Uji reabilitas dilakukan dengan melihat nilai Cronbach’s Alpha, dikatakan
reliabel jika skala > 0,6 yang artinya kuesioner konsisten jika digunakan kembali
dengan responden yang berbeda dan memiliki butir pertanyaan yang berhubungan
satu dengan yang lainnya serta dapat mengukur faktor tersebut.37
Tabel 4.6 Uji reabilitas variabel
Variabel Cronbach’s Alpha Kriteria
Skala peristiwa kehidupan (stresor) 0,792 Reliable
Skala pendapat tentang perlakuan bunuh diri 0,867 Reliable
Skala dukungan sosial 0,861 Reliable
Skala relasi antar teman atau sahabat 0,842 Reliable
Skala religiusitas 0,795 Reliable
36
Berdasarkan tabel 4.6 hasil uji reabilitas yang sudah dilakukan didapatkan
skala peristiwa kehidupan (stresor) sebesar 0,792; Skala pendapat dari perlakuan
bunuh diri sebesar 0,867; Skala dukungan sosial sebesar 0,861; Skala relasi antar
teman atau sahabat sebesar 0,842; Skala religiusitas sebesar 0,795. Hal tersebut
berarti bahwa kuesioner M. Eskin (2015) bersifat reliabel dan memiliki
konsistensi yang tinggi (Cronbach’s Alpha > 0,6).
4.2 Analisis Univariat
4.2.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, usia, dan
angkatan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Karakteristik responden (n = 300)
Karakteristik Responden Jumlah (n = 300) Persentase (%)
Jenis kelamin
Perempuan 208 69,3
Laki-laki 92 30,7
Usia
17 2 0,7
18 30 10
19 93 31
20 99 33
21 68 22,7
22 8 2,7
Angkatan
2015 115 38,3
2014 97 32,3
2013 88 29,3
Berdasarkan tabel 4.7 didapatkan responden penelitian dengan jenis
kelamin perempuan sebanyak 208 responden (69,3%) dan laki-laki 92 responden
(30,7%). Berdasarkan usia didapatkan rentan antara usia 17 sampai 22 tahun
dengan rincian usia 17 tahun sebanyak 2 responden (0,7%), usia 18 tahun
sebanyak 30 responden (10%), usia 19 tahun sebanyak 93 responden (31%), usia
37
20 tahun sebanyak 99 responden (33%), usia 21 tahun sebanyak 68 responden
(22,7%), dan usia 22 tahun sebanyak 8 responden (2,7%). Berdasarkan angkatan
didapatkan responden dengan angkatan 2015 sebanyak 115 responden (38,3%),
angkatan 2014 sebanyak 97 responden (32,3%), dan angkatan 2013 sebanyak 88
responden (29,3%).
4.2.2 Frekuensi Gagasan Bunuh Diri
Hasil pengolahan data didapatkan frekuensi gagasan bunuh diri
berdasarkan jenis, kelamin, usia, dan angkatan adalah sebagai berikut.
Tabel 4.8 Frekuensi gagasan bunuh diri
Karakteristik Responden Gagasan Bunuh Diri
Pernah (%) Tidak Pernah (%)
Jenis Kelamin Perempuan 63 (30,3) 145 (69,7)
Laki-laki 32 (34,8) 60 (65,2)
Usia 17 2 (100) 0 (0)
18 12 (40) 18 (60)
19 24 (25,8) 69 (74,2)
20 34 (34,3) 65 (65,7)
21 20 (29,4) 48 (70,6)
22 3 (37,5) 5 (62,5)
Angkatan 2015 30 (26) 85 (74)
2014 32 (33) 65 (67)
2013 33 (37,5) 55 (62,5)
Total 300 responden 95 (31,7) 205 (68,3)
Berdasarkan tabel 4.8 dari total 300 responden dari mahasiswa kedokteran
preklinik UIN Syarif Hidayatullah didapatkan bahwa frekuensi yang pernah
memiliki gagasan bunuh diri adalah sebanyak 95 responden (31,7%) dan yang
tidak pernah memiliki gagasan bunuh diri adalah sebanyak 205 responden
(68,3%) dengan rincian pertama, responden dengan jenis kelamin perempuan
38
yang pernah memiliki gagasan bunuh diri adalah sebanyak 63 responden (30,3%)
dan laki-laki sebanyak 32 responden (34,8%). Hasil penelitian diketahui
perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, hal ini sesuai dengan survei yang
dilakukan oleh Grunbaum J.A., Kann L,Kinchen S.A, et al (2002) di Amerika
Serikat, bahwa untuk gagasan bunuh diri perempuan secara signifikan lebih
mungkin daripada laki-laki (24,9% : 13,7%).38 Menurut M. M. Weissman, R.C
Bland, et al (1999), di negara US, Alberta, Puerto Rico, Prancis, Jerman,
Lebanon, Korea, dan New Zealand, wanita memiliki tingkat gagasan bunuh diri
yang sedikit lebih tinggi dibandingkan laki-laki dan mencapai peningkatan dua
kali lipat di Taiwan.16 Perempuan lebih banyak yang memiliki gagasaan bunuh
diri dibandingakan laki-laki karena diduga adanya perbedaan hormon, perbedaan
stresor psikososial yang memengaruhi emosi dan perilaku ketidakberdayaan.17,21
Berdasarkan usia didapatkan yang pernah memiliki gagasan bunuh diri
adalah usia 20 tahun sebanyak 34 responden (34,3%), diikuti usia 19 tahun
sebanyak 24 responden (25,8%), usia 21 tahun sebanyak 21 responden (29,4%),
usia 18 tahun sebanyak 12 responden (40%), usia 22 tahun sebanyak 3 responden
(37,5%), dan usia 17 tahun sebanyak 2 responden (100%). Hasil penelitian ini
sesuai dengan penelitian Ferguson bahwa gagasan bunuh diri berkembang selama
masa remaja dan puncaknya terjadi pada masa remaja akhir dan dewasa awal. Hal
ini dikarenakan peralihan antara remaja menuju dewasa yang kedepannya
memiliki peran dan tugas yang berbeda.7
Berdasarkan angkatan didapatkan yang pernah memiliki gagasan bunuh
diri pada angkatan 2015 sebanyak 30 responden (26%), angkatan 2014 sebanyak
32 responden (33%), dan angkatan 2013 sebanyak 33 responden (37,5%). Hasil
penelitian diketahui angkatan 2013 lebih banyak yang pernah memiliki gagasan
bunuh diri daripada angkatan 2015 dan 2014, hal ini sesuai dengan penelitian Fan
AP, Kosik RO, Mandell GA, et al (2012) bahwa tingkat gagasan bunuh diri secara
signifikan lebih tinggi pada mahasiswa kedokteran dengan tingkat yang lebih
tinggi dikarenakan tingkat stres pada mahasiswa kedokteran semakin tinggi pada
tingkat yang lebih tinggi.19
39
4.3 Analisis Multivariat
4.3.1 Pengujian Model Regresi Logistik
Pengujian model regresi logistik dengan teknik analisis regresi logistik
menggunakan IBM Statistic SPSS 23.0 dilakukan dengan melihat R2 (R square)
untuk mengetahui adakah pengaruh signifikan secara bersama-sama dari peristiwa
kehidupan (stresor), pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi
dengan teman atau sahabat, dan religiusitas sebagai faktor risiko dari gagasan
bunuh diri. Pengaruh secara bersama-sama dari variabel bebas diketahui
signifikan jika nilai Hosmer and Lemeshow Test > 0,05 atau nilai Omnibus Test >
0,05. Teknik ini juga digunakan untuk mengetahui besar persentase proporsi
varians variabel terikat yang dijelaskan oleh variabel bebasnya dengan melihat
nilai Nagelkerke R Square. Selain itu, teknik ini juga digunakan untuk melihat
dari keseluruhan variabel bebas yang mana yang lebih berpengaruh terhadap
gagasan bunuh diri. Nilai signifikan jika p < 0,05.
Tabel 4.9 Analisis regresi logistik pengaruh secara bersama-sama variabel bebas terhadap
variabel terikat
Variabel bebas Variabel terikat Hosmer and
Lemeshow Test
Omnibus Test
Peristiwa kehidupan
(Stresor), pendapat
terhadap perlakuan
bunuh diri, dukungan
sosial, relasi dengan
sahabat atau teman,
dan religiusitas
Gagasan Bunuh
Diri
0,786 0,001
Berdasarkan tabel 4.9 Dari hasil uji regresi logistik terdapat pengaruh
signifikan secara bersama-sama dari faktor risiko peristiwa kehidupan (stresor),
pendapat dari perlakuan bunuh diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau
sahabat, dan religiusitas terhadap gagasan bunuh diri. Hal ini dilihat nilai Hosmer
and Lemeshow Test, yaitu 0,786 atau Omnibus Test dengan P value 0,001.
40
Tabel 4.10 Proporsi varians variabel bebas terhadap variabel terikat
Variabel bebas Variabel terikat Nagelkerke R Square
Peristiwa kehidupan (Stresor),
pendapat terhadap perlakuan
bunuh diri, dukungan sosial,
relasi dengan teman atau
sahabat, dan religiusitas
Gagasan Bunuh Diri 0,094
Berdasarkan tabel 4.10 menunjukkan bahwa hasil nilai Nagelkerke R
Square terdapat pengaruh signifikan secara bersama-sama dari faktor risiko
peristiwa kehidupan (stresor), pendapat terhadap perlakuan bunuh diri, dukungan
sosial, relasi dengan teman atau sahabat, dan religiusitas terhadap gagasan bunuh
diri sebesar 9,4%. Masih ada 90,6% gagasan bunuh diri dipengaruhi oleh hal lain
diluar variabel yang diteliti, seperti jenis kelamin, usia, kepribadian, riwayat
kelularga (genetik), riwayat medis sebelumnya, kelainan psikiatri, dan lain-lain.
Tabel 4.11 Analisis regresi logistik pada masing-masing variabel bebas
Sig. b 95% CI for
Odds Ratio
Lower Odds Upper
Konstan -0,814 0,443
Peristiwa kehidupan (stresor) 0,000* 0,514 1,285 1,672 2,173
Pendapat dari Perlakuan Bunuh Diri 0,548 0,088 0,820 1,092 1,453
Dukungan Sosial 0,708 -0,058 0,695 0,943 1,280
Relasi dengan Teman atan Sahabat 0,810 0,038 0,761 1,039 1,418
Religiusitas 0,365 -0,135 0,652 0,874 1,170
Catatan: R2 = 0,786 (Hosmer and Lemeshow) 0,067 (Cox & Snell) 0,094 (Nagelkerke)
Keterangan : *signifikansi p < 0,05
Berdasarkan tabel 4.11 dihasilkan persamaan regresi sebagai berikut.
Gagasan bunuh diri = -0,814 +0,514 (peristiwa kehidupan/stresor)* +0,088
(pendapat dari perlakuan bunuh diri) -0,058 (dukungan sosial) +0,038 (relasi
dengan teman atau sahabat) -0,135 (religiusitas).
41
Hasil regresi masing-masing variabel sebagai berikut. Peristiwa kehidupan
(stresor) memiliki koefisien regresi sebesar 0,514 dan nilai p = 0,000 (p < 0,05).
Hal ini memiliki arti bahwa peristiwa kehidupan (stresor) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap gagasan bunuh diri. Koefisien regresi menunjukkan arah
positif bahwa semakin besar stresor yang didapat oleh seseorang maka semakin
tinggi gagasan bunuh diri pada orang tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian
Ferguson yang menyatakan bahwa peristiwa hidup yang memberikan tekanan
dapat mendorong terjadinya gagasan bunuh diri pada orang dewasa laki laki dan
perempuan, semakin tinggi stresor maka semakin tinggi hal yang berkaitan
dengan bunuh diri.11 Hal ini juga didasari karena mahasiswa kedokteran sering
mengalami tekanan berulang dalam menjalani studi akademik dan lingkungan
sosialnya.18
Pendapat dari perlakuan bunuh diri memiliki koefisien regresi sebesar
0,088 dan nilai p = 0,548 (p > 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa pendapat dari
perlakuan bunuh diri tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gagasan
bunuh diri. Hal ini berbanding terbalik dengan penelitian Mo Yu yang
menyatakan pendapat dari perlakuan terhadap bunuh diri sebagai kecenderungan
yang kuat dan konsisten terhadap bunuh diri yang dipegang oleh seseorang.25
Selain itu hasil penelitian Pridmore (2016) mengatakan pendapat sosial tentang
bunuh diri sebagai solusi terhadap suatu masalah bisa membantu mempertahankan
atau menaikkan tingkat bunuh diri.40 Adanya hasil penelitian yang berbeda dapat
terjadi karena perbedaan populasi penelitian yang diteliti.16 Adanya perbedaan
budaya pada suatu negara juga memengaruhi tanggapan mengenai sikap bunuh
diri. Dalam budaya Asia, kematian akan dipertimbangkan dimana nama keluarga
merupakan aspek penting yang memengaruhi sikap terhadap perilaku bunuh diri,
sementara itu akan dianggap sebagai tindakan independen dalam budaya barat.
Jadi, budaya Asia lebih memiliki nilai negatif daripada budaya barat.25
Dukungan sosial memiliki koefisien regresi sebesar -0,058 dan nilai p =
0,708 (p > 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa dukungan sosial tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap gagasan bunuh diri. Hal ini berbanding terbalik
dengan penelitian Ateş (2016) yang menyatakan bahwa dukungan sosial dapat
menurunkan tingkat depresi, stres, gagasan, upaya, ataupun percobaan bunuh diri,
42
rasa malu dan terasing, serta meningkatkan penghargaan pada diri sendiri, kualitas
hidup, persepsi kompetensi sosial dan keberhasilan akademis.21 Adanya hasil
penelitian yang berbeda dapat terjadi karena seseorang yang sudah terbiasa
mandiri tanpa seseorang disekitarnya mungkin tidak akan menganggap bahwa hal
tersebut adalah beban yang dapat menurunkan kualitas hidup.27
Relasi dengan teman atau sahabat memiliki koefisien regresi sebesar 0,038
dan nilai p = 0,810 (p > 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa relasi dengan teman
atau sahabat tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap gagasan bunuh
diri. Menurut Susan E, pribadi seseorang sebagian ditetapkan dalam kerangka
hubungan dekat dengan orang lain. Untuk individu dengan hubungan
konseptualisasi diri (jati diri) yang tinggi, hubungan dianggap hal yang penting
untuk definisi diri, ekspresi diri dan pengembangan diri karenanya
mengembangkan dan menjaga hubungan dekat adalah tujuan utama mereka. Jika
hubungan itu tidak tercipta maka akan timbul pikiran negatif mengenai dirinya.
Sementara sebagian individu lain menyatakan dirinya bebas dari hubungan dan
memandang hubungan kurang penting untuk jati diri dan kepuasan pribadi.29
Religiusitas memiliki koefisien regresi sebesar -0,135 dan nilai p = 0,365
(p > 0,05). Hal ini memiliki arti bahwa religiusitas tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap gagasan bunuh diri. Hal ini berbanding terbalik dengan
penelitian penelitian Thimmaiah, et al yang menyatakan bahwa hal bunuh diri
relatif rendah bahkan lebih banyak negatif di kalangan peserta beragama islam.32
Adanya hasil penelitian yang berbeda dapat terjadi karena walaupun memiliki
agama islam, tingkat ketakwaan kepada Allah SWT berbeda-beda tiap individu.
4.4 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan, yaitu:
1. Tidak ada penelitian sebelumnya yang menggunakan kuesioner ini,
sehingga tidak dapat dijadikan pembanding.
2. Banyaknya pertanyaan dari kuesioner membuat beberapa mahasiswa
malas untuk mengisi kuesioner.
43
3. Terdapat banyak faktor yang memengaruhi gagasan bunuh diri selain
faktor yang diteliti, sehingga ada hasil yang tidak sesuai dengan teori
yang ada.
4. Penelitian ini tidak melihat responden yang memiliki genetik atau
riwayat keluarga penyakit kejiwaan mengenai bunuh diri.
44
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Penelitian ini menguji 300 responden mahasiswa kedokteran preklinik
UIN Syaraif Hidayatullah Jakarta dengan hasil yang dapat diambil beberapa
kesimpulan sebagai berikut.
1. Sepertiga (31,7%) mahasiswa kedokteran preklinik UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta pernah memiliki gagasan bunuh diri.
2. Faktor risiko peristiwa kehidupan (stresor), pendapat dari perlakuan
bunuh diri, dukungan sosial, relasi dengan teman atau sahabat, dan
religiusitas secara signifikan bersama-sama memengaruhi gagasan
bunuh diri (p = 0,786) dengan korelasi sebesar 9,4%.
3. Peristiwa kehidupan (stresor) secara signifikan lebih memengaruhi
gagasan bunuh diri (p < 0,05).
5.2 Saran
Saran yang dapat dilakukan untuk penelitian selanjutnya adalah sebagai
berikut.
1. Memperbaiki kalimat kuesioner yang mungkin kurang dimengerti oleh
responden.
2. Penelitian bisa dilakukan dengan metode wawancara agar
meminimalisir adanya kecurangan atau kebohongan dalam pengisian
kuesioner.
3. Penelitian dengan desain cohort agar mendapatkan hasil penelitian
yang lebih baik dan detail.
4. Peneliti lain meneliti faktor risiko lain diluar faktor risiko yang sudah
diteliti.
45
DAFTAR PUSTAKA
1. Eskin M. Research Protocol: Nonfatal Suicidal Behavior and Related
Features in Young Adults in Muslim Majority Countries. 2015.
2. World Health Organization (WHO). Prevention of Suicide. Tersedia pada
http://www.who.int /mental_health/ prevention/ suicide/ suicideprevent/
en/. Diakses 1 Juni 2017.
3. Schwartz AJ. College student suicide in the United States: 1990–1991
through 2003–2004. Journal of American College Health.
2006;54(6):341–352.
4. Hawton Keith, Heeringen Kees van. The International Handbook of
Suicide and Attempted Suicide. John Wiley & Sons; 2000.
5. Beautrice AL. Suicide in Asia. Crisis. 2000; 27:55-57.
6. Gili-Planas M, Roca-Bennasar M, Ferrer-Perez V, Bernardo-Arroyo M.
Suicidal Ideation, Psychiatric Disorder, and Medical Illness in a
Community Epidemiological Study. Suicide and Life-Threatening
Behavior. 2001;31(2):207–13.
7. Fergusson DM, Lynskey MT. Suicide Attempts and Suicidal Ideation in a
birth Cohort of 16-year-old New Zealanders. J Am Acad Child Adolesc
Psychiatry. 1995;34:1308–17.
8. Tiamkeaw K, Seangauangkul P, Pumpisanchai V. Depression and Suicidal
Ideation. Among Thai Adolescents. Research report. Chieang Mai:
Suanprung Hospital. 2003;1.
9. Fan AP, Kosik RO, Mandell GA, Tran DT, Cheng HM, Chen CH, Su
TP, Chiu AW. Suicidal Ideation in Medical Students: Who is at Risk?.
Ann Acad Med Singapore. 2012 Sep;41(9):377-82.
10. Dyrbye LN, Harper W, Moutier C, et al. A Multi-institutional Study
Exploring the Impact of Positive Mental Health on Medical Students'
Professionalismin an Era of High Burnout. Acad Med. 2012; 87(8): 1024-
31.
46
11. Thompson D, Goebert D, Takeshita J. A Program for Reducing
Depressive Symptoms and Suicidal Ideation in Medical Students. Acad
Med. 2010;85(10), 1635-39.
12. Fakultas Kedokteran Indonesia (FKUI). Buku Ajar Psikiatri UI Ed. 2.
Badan Penerbit FKUI; 2013.
13. Barrena, Laura Calvo. Suicide and Antidepressants. Drug & Therapeutics.
Bulletin of Navarre. 2010 Sep-Oct;18(4).
14. Lita AKDH. Hubungan antara Kesepian dengan Ide Bunuh Diri pada
Remaja dengan Orangtua yang Bercerai. Jurnal Psikologi Klinis dan
Kesehatan Mental. 2013 Desember;02(03).
15. Lena Nabuco de Abreu, Beny Lafer, Enrique Baca-Garcia, & Maria A.
Oquendo. Suicidal Ideation and Suicide Attempts in Bipolar Disorder
Type I: an Update for The Clinician. Rev Bras Psiquiatr. 2009;31(3):271-
80.
16. Nock, Matthew K.att & Banaji, Mahzarin R. Prediction of Suicide
Ideation and Attempts Among Adolescents Using a Brief Performance-
Based Test. Journal of Consulting and Clinical Psychology. American
Psychological Association. 2007;75(5): 707–15.
17. Klonsky, E. David., May, Alexis M., & Saffer, Boaz Y. Suicide, Suicide
Attempts, and Suicidal Ideation. Annu. Rev. Clin. Psychol. 2016;12:307–
30.
18. World Health Organization (WHO). Preventing Suicide A Global
Imperative. 2014.
19. Crandall, Christian S., Preisler, Jeanne J. & Aussprung, Julie. Measuring
Life Event Stress in the Lives of College Students: The Undergraduate
Stress Questionnaire (USQ). Journal of Behavioral Medicine. 1992;15(6).
20. Fundukian, Laurie J. & Wilson, Jefrey (ed). The Gale Encyclopedia Of
Mental Health Second Edition. The Gale Group; 2008.
21. Metha, Arlene & McWhirter, Ellen Hawley. Suicide Ideation, Depression,
and Stressful Life Events Among Gifted Adolescents. Journal for the
Education of the Gifted. 1997; 20(3): 284-304.
47
22. Wilbum, Victor R. & Smith, Delores E. Stress, self-esteem, and suicidal
ideation in late adolescents. Libra Publishers, Inc. 2005; 40(157).
23. Isherwood, Janette. The Study of Life Event Stress. New Zealand
Psvchoingisr, 1981;10.
24. Ouzouni, Christina & Nakakis, Konstantinos. Attitudes Towards
Attempted Suicide: The Development Of A Measurement Tool. Health
Science Journal. 2009;3(4).
25. Mo Yu. Attitudes Towards Suicide Among Master’s Degree Students: A
Cross-Cultural Comparison Between China and Finland. Master Thesis,
University of Helsinki; 2011.
26. Ateş, Bünyamin. Perceived Social Support and Assertiveness as a
Predictor of Candidates Psychological Counselors’ Psychological Well-
Being. International Education Studies. Canadian Center of Science and
Education. 2016;9(5).
27. Go Endo, et al. How Perceived Social Support Relates To Suicidal
Ideation: A Japanese Social Resident Survey. International Journal of
Social Psychiatry. 2014;60(3):290–98.
28. Shilling, Aaron A. & Brown, Christina M. A Cultural Examination Of
Self-Complexity. Journal of Integrated Social Sciences. 2015; 5(1): 1-26
29. Cross, Susan E. & Morris, Michael L. Getting to Know You: The
Relational Self-Construal, Relational Cognition, and Well-Being. PSPB.
Society for Personality and Social Psychology, Inc. April 2003;29(4):512-
523.
30. Daradjat, Zakiah, dkk. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara;
2008.
31. Pargament, Kenneth I. Koenig, Harold G. & Perez, Lisa M. The Many
Methods of Religious Coping: Development and Initial Validation of the
RCOPE. Journal Of Clinical Psychology. John Wiley & Sons, Inc.
2000;56(4): 519–543.
32. Thimmaiah, Rohini, et al. Influence of Religion on Attitude Towards
Suicide: An Indian Perspective. J Relig Health. Springer Science and
Business Media New York; 2016.
48
33. Yumei Jiao, et al. Cross-sectional study of attitudes about suicide among
psychiatrists in Shanghai. BMC Psychiatry. 2014; 14:87
http://www.biomedcentral.com/1471-244X/14/87.
34. Hebert, Randy. Zdaniuk, Bozena .Schulz, Richard. & Scheier, Michael.
Positive and Negative Religious Coping and Well-Being in Women with
Breast Cancer. Journal of Palliative Medicine. Mary Ann Liebert, Inc.
2009;12(6).
35. Collings S, Beutrais A. Suicide Prevention in New Zealand. A
Contemporary Perspective; 2005.
36. Dahlan, M Sopiyudin. Langkah-langkah Membuat Proposal Penelitian
Bidang Kedokteran dan Kesehatan, Seri Evidence Based Medicine Seri 3
Ed 2. Sagung Seto; 2009.
37. Tantur S. Panduan Penelitian untuk Skripsi Kedokteran & Kesehatan.
Jakarta; 2017:20-23, 36, 102-5.
38. Grunbaum J.A., Kann L,Kinchen S.A., et al. Risk Behavior surveillance
United States: Youth x 2001. MMWR CDC Surveillance Sum.
2002;51(SS4):1-64.
39. Reidar Tyssen, Per Vaglum, Nina T. Grønvold, Øivind Ekeberg. Suicidal
Ideation among Medical Students and Young Physicians: a Nationwide
and Prospective Study of Prevalence and Predictors. Journal of Affective
Disorders 64. 2001: 69–79.
40. Pridmore Saxby, Varbanov Svetlin, et al. Social Attitudes to Suicide and
Suicide Rates. Journal of Social Sciences. 2016; 4: 39-58.
49
Lampiran 1
Lembar Informed Consent dan Data Karakteristik Responden
Lembar Persetujuan (Informed Consent) Faktor Risiko yang
Memengaruhi Gagasan Bunuh Diri pada Mahasiswa Kedokteran
Preklinik UIN Syarif Hidyatullah Jakarta 2016-2017
Assalamualaikum wr. wb.
Saya, Azifa Anisatul Umma (11141030000095) mahasiswi S1 Program
Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah, bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai
Faktor Risiko yang Memengaruhi Gagasan Bunuh Diri pada Mahasiswa
Kedokteran Preklinik UIN Syarif Hidyatullah Jakarta 2016-2017. Penelitian
ini bertujuan untuk menyelesaikan studi saya di Program Studi Kedokteran dan
Profesi Dokter, FKIK UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Kuesioner ini berisi pertanyaan dan pendapat tentang bunuh diri, orang
yang bunuh diri, dan karakteristik pribadi Anda. Tidak ada “benar” atau “salah”
dalam jawaban yang diberikan. Penting mengenai jawaban/tanggapan Anda dalam
mencerminkan pendapat pribadi dan perasaan Anda secara benar. Semua
informasi dari hasil kuesioner ini akan kami jamin kerahasiaannya. Oleh karena
itu, kami harap Saudara/i dapat mengisi kuisioner ini dengan lengkap.
Jika Saudara/i bersedia untuk mengisi kuesioner ini, silahkan mengisi
identitas dan tanda tangan di bawah ini. Terima kasih atas waktu yang telah
Saudara/i berikan untuk mengisi kuesioner ini.
Wassalamualaikum wr. wb.
Peneliti Responden
50
___________________ __________________
Azifa Anisatul Umma ( )
KETERANGAN RESPONDEN PENELITIAN
Nama : ___________________________________
NIM : ___________________________________
Fakultas : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Jurusan : Pendidikan Dokter
Angkatan : ___________________________________
Jenis Kelamin : L/P
TTL : ___________________________________
Nomor HP : ___________________________________
Alamat : ___________________________________
51
Lampiran 2
Kuesioner M. Eskin (2015)
KUESIONER M. ESKIN (2015) MENGENAI BUNUH DIRI
SEKSI–I (DEMOGRAFI)
1. Jenis kelamin anda: [ ] Perempuan [ ] Laki-laki
2. Usia anda: _____ (silahkan tulis)
3. Ibu anda: [ ] Masih hidup [ ] Meninggal
4. Ayah anda: [ ] Masih hidup [ ] Meninggal
5. Apabila keduanya masih hidup, apakah orangtua anda:
[ ] Tinggal bersama? [ ] Berpisah/bercerai? [ ] Tidak menyatakan pada
saya
6. Diluar anda sendiri, berapa banyakkah saudara kandung yang anda miliki:
__________(silahkan tulis)
7. Apakah suku anda : __________(silahkan tulis)
8. Pikirkan dari 10 angka skala, seberapakah rata-rata kepercayaan terhadap
agama anda? (Silahkan lingkari untuk tanggapan yang paling berkenaan dengan
anda).
Tidak ada apapun Sangat kuat
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
9. Menurut pendapat anda, manakah satu dari pernyataan berikut yang paling
mengambarkan sikap dari agama terhadap bunuh diri?
[ ] Agama saya melarang bunuh diri.
[ ] Agama saya mengizinkan bunuh diri.
[ ] Agama saya tidak mengatakan apapun tentang bunuh diri.
[ ] Saya sejujurnya tidak mengetahui apakah agama saya mengatakan tentang
bunuh diri.
52
[ ] Saya tidakmempercayai agama.
(lanjutan)
SEKSI–II (PERISTIWA HIDUP - STRESOR)
Bacalah setiap peristiwa yang ada di bawah dan cobalah di ingat
apakah anda telah mengalaminya dalam tiga tahun terakhir.
Tentukan peristiwa yang telah anda alami dalam 3 tahun terakhir
dengan memberikan silang (X) dibawah kolom YA, apabila tidak
silahkan berikan silang (X) di bawah kolom TIDAK.
YA
TIDAK
1. Telah beradu argument (bertengkar) secara serius dengan
sahabat.
2. Putus cinta dengan pacar saya
3. Orangtua saya berpisah
4. Kematian sahabat
5. Telah berkelahi secara fisik dengan orang lain yang
sepantaran usia saya
6. Seseorang dari keluarga saya meninggal
7. Teman sebaya saya mengejek saya
8. Saya terluka serius atau menderita suatu penyakit serius
9. Memperoleh peringkat yang lebih rendah dari yang saya
harapkan
10. Saya diperlakukan tidak adil di sekolah atau di rumah
11. Saya bertengkar dengan beberapa orang yang lebih tua
12. Orang lain yang sepantaran usia saya mengatakanhal yang
buruk pada saya
13. Orangtua saya telah beradu argumen (bertengkar) yang serius
14. Anggota keluarga terluka serius ataumenderita suatu penyakit
53
serius
15. Anggota keluarga mencoba untuk bunuh diri
16. Binatang peliharaan saya mati
17. Seseorang dari keluarga di penjara
18. Saya menggunakan obat-obatan ilegal
19. Saya terlalu banyak menggunakan alkohol
20. Telah beradu argumen (bertengkar) yang serius dengan guru
saya
21. Sahabat saya mencoba untuk bunuh diri
22. Keluarga saya mengalami masalah keuangan (tidak dapat
membayar tagihan atau pinjaman,, membeli makanan, dll)
23. Keluarga saya pindah ke tempat lain
24. Keluarga saya tidak memberikan saya cukup uang meskipun
di saat mereka punya
25. Telah beradu argumen (bertengkar) yang serius dengan
orangtua saya
26. Milik pribadi saya di curi
27. Seseorang memaksa saya untuk melakukan hal-hal seksual
54
(lanjutan)
SEKSI–III (PERNYATAAN PENDAPAT DARI PERLAKUAN BUNUH
DIRI)
Bacalah ini secara seksama: untuk tingkatan
apakah anda setuju dengan pernyataan berikut? Silahkan masukkan silang pada kotak dibawah opsi
yang cocok bagi anda.
S
an
gat
tid
ak
setu
ju
Tid
ak
setu
ju
Tid
ak
mem
utu
ska
n
Setu
ju
San
ga
t se
tuju
1. Seseorang yang menjadi bangkrut memiliki hak
bunuh diri.
2. Seseorang yang kelelahan akan kehidupan
memiliki hak bunuh diri.
3. Seseorang yang diabaikan oleh keluarganya
memiliki hak untuk bunuh diri.
4. Seseorang yang menderita suatu penyakit
memiliki hak bunuh diri.
5. Bunuh diri dapat menjadi suatu solusi untuk
beberapa masalah.
6. Bunuh diri dapat menjadi satu-satunya jalan
keluarbagi permasalahan hidup.
7. Orang memiliki hak untuk bunuh diri.
55
8. Menyakiti diri dengan cara percobaan bunuh
diri adalah perilaku yang benar.
9. Orang yang mencoba bunuh diri adalah
mengalami gangguan jiwa.
10. Orang yang menyakiti diri sebagai percobaan
bunuh diri adalah mengalami gangguan jiwa.
11. Orang yang berpikir atau berencana bunuh diri
adalah mengalami gangguan jiwa.
12. Orang yang mencoba bunuh diri akan dihukum
di dunia lain.
13. Orang yang bunuh diri akan dihukum di dunia
lain.
14. Orang yang berpikir dan berencana bunuh diri
akan dihukum di dunia lain.
15. Orang yang menyakiti diri dalam percobaan
bunuh diri adalah melanggar agama. (berdosa)
16. Terdapat kehidupan setelah kematian.
17. Orang yang berpikir dan berencana bunuh diri
seharusnya memberitahukan ini ke temannya
dan dengan demikian meminta bantuan.
18. Orang seharusnya mengatakan masalah
psikologis mereka kepada temannya.
19. Orang muda seharusnya mengatakan masalah
psikologis mereka ke orangtuanya.
20. Orang muda yang berpikir dan berencana bunuh
diri seharusnya mengatakan ini kepada
orangtuanya.
56
21. Keluarga yang memiliki anak yang melakukan
percobaan bunuh diri seharusnya
menyembunyikan ini dari tetangganya.
22. Keluarga yang kehilangan anak akibat bunuh
diri seharusnya menyembunyikan ini dari
tetangganya.
23. Berita bunuh diri sebaiknya ditulis secara
terbuka di surat khabar.
24. Masalah bunuh diri seharusnya di diskusikan
secara terbuka diantara teman.
57
(lanjutan)
SEKSI–IV (DUKUNGAN SOSIAL)
Untuk tingkatan apakah anda setuju dengan
pendapat berikut? Silahkan berikan silang (X) pada
kotak yang cocokdibawahopsi tanggapan yang
paling mencerminkan bagi anda.
San
gat
tid
ak
setu
ju
Tid
ak
setu
ju
Tid
ak
mem
utu
ska
n
Setu
ju
San
gat
setu
ju
1. Terdapat seorang spesial yang ada saat saya
membutuhkan.
2. Terdapat seorang spesial yang mana saya dapat
berbagi kesenangan dan kesedihan.
3. Keluarga saya sejujurnya mencoba untuk
membantu saya.
4. Saya mendapatkan bantuan emosional dan
dukungan yang saya butuhkan dari keluarga
saya.
5. Saya memiliki seorang spesial yang merupakan
sumber nyata untuk membawa kenyamanan
bagi saya.
6. Teman saya sejujurnya mencoba untuk
membantu saya.
7. Saya dapat mengandalkan teman saya di saat
situasi tidak baik
8. Saya dapat berbicara mengenai masalah saya
58
dengan keluarga saya.
9. Saya memiliki teman yang mana saya dapat
berbagi kesenangan dan kesedihan saya.
10. Terdapat seorang spesial dalam kehidupan saya
yang peduli akan perasaan saya.
11. Keluarga saya rela untuk membantu saya dalam
mengambil keputusan.
12. Saya dapat berbicara mengenai masalah saya
dengan teman saya.
59
(lanjutan)
SEKSI–V (HUBUNGAN/RELASI)
Untuk tingkatan apakah anda setuju dengan
pendapat berikut? Silahkan berikan silang (X) pada
kotak yang cocok dibawah opsi tanggapan yang
paling mencerminkan bagi anda.
San
gat
tid
ak
setu
ju
Tid
ak
setu
ju
Tid
ak
mem
utu
ska
n
Setu
ju
San
gat
setu
ju
1. Hubungan persahabatan saya adalah penting
dalam merefleksikan siapa diri saya.
2. Saat saya merasa sangat dekat dengan
seseorang, saya sering rasakan bahwa seseorang
adalah bagian penting akan siapa diri saya.
3. Saya biasanya merasa kuat akan kebanggaan
saat seseorang yang akrab dengan saya
memiliki prestasi penting.
4. Saya berpikir bagian penting tentang siapa diri
saya dapat ditangkapdengan melihat sahabat
saya dan memahami siapa mereka.
5. Saat saya memikirkan diri pribadi, saya sering
memikirkan sahabat atau juga keluarga saya.
6. Apabila seseorang menyakiti sahabat saya, saya
merasakan sakit secara personal juga.
7. Secara keseluruhan, hubungan persahabatan
merupakan bagian penting akan gambaran dari
diri pribadi saya.
8. Secara keseluruhan, hubungan persahabatan
saya memiliki sedikit pengaruh terhadap
60
perasaan saya akan diri sendiri
9. Hubungan persahabatan saya adalah tidak
penting bagi perasaan saya mengenai jenis
orang seperti apakah saya.
10. Perasaan saya mengenai kebanggaanberasal
dari mengenali siapa saja sahabat saya.
11. Saat saya menetapkan suatu persahabatan
dengan seseorang, saya biasanya
mengembangkan perasaan yang kuat dalam
mengidentifikasi orang itu.
(lanjutan)
61
SEKSI–VI (RELIGIUSITAS)
Dalam seksi ini kami menanyakan pada anda
mengenai bagaimana anda berpikir dan
merasakan di saat HAL BURUK terjadi pada
anda. Anda ditanyakan secara spesifik tentang
pemikiran dan perasaan religius anda ketika anda
melawan balikkesulitan atau masalah di dalam
kehidupan anda.
Silahkan masukan silang (X) pada kotak dibawah
opsiyang cocok bagi anda.
Tid
ak
selu
ru
hn
ya b
en
ar b
agi
saya
Sed
ikit
ben
ar b
agi
saya
Ben
ar m
en
en
gah
bagi
saya
Ben
ar b
agi
saya
San
gat
ben
ar b
agi
saya
1. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
mendekatkan secara kuat kepada Allah.
2. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
mencari kasih sayang dan perlindungan dari
Allah.
3. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
mencari bantuan dari Allah dalam melepaskan
kemarahan saya.
4. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
mencoba untuk melihat bagaimana Allah
memberikan cobaan akan kekuatan saya
dalam situasi ini.
5. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
memohon maaf untuk dosa saya.
6. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
berfokus pada religi (agama) untuk
menghentikan kekhawatiran akan masalah
saya.
7. Saat hal buruk menimpa pada saya , saya
menanyakan apakah Allah meninggalkan
saya.
8. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
merasa dihukum oleh Allah untuk kekurang
taatan saya.
9. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
62
menanyakan apakah Allah menghukum
terhadap apa yang telah saya lakukan.
10. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
menanyakan kasih sayang Allah pada saya.
11. Saat hal buruk menimpa pada saya, saya
memutuskan bahwa setan yang membuat
kejadian ini.
12. Saat hal buruk menimpa pada saya , saya
menanyakan kekuatan Allah .
(lanjutan)
SEKSI–VII (GAGASAN & PERILAKU BUNUH DIRI)
63
1. Apakah anda pernah berpikir untuk bunuh diri?
[ ] Ya (silahkan lanjut) [ ] Tidak (silahkan menuju ke pertanyaan nomor 4 dibawah)
2. Apabila ya, berapa kali anda memiliki pikiran untuk bunuh diri?
[ ] Hanya sekali [ ] Dua kali [ ] Tiga kali [ ] Empat kali
[ ] Lima kali atau lebih
3. Apabila ya, seberapa seriuskah pikiran bunuh diri anda?
[ ] tidak begitu serius [ ]Sedikit serius
[ ] Agak serius [ ] Serius menengah
[ ] Sangat serius
4. Apakah anda pernah mencoba untuk bunuh diri?
[ ] Ya (silahkan lanjut) [ ] Tidak (Selesai, silahkan tinggalkan kuesioner)
5. Apabila ya, berapa kali anda mencoba untuk bunuh diri?
[ ] Hanya sekali [ ] Dua kali [ ] Tiga kali [ ] Empat kali
[ ] Lima kali atau lebih
6. Apabila ya, seberapa serius percobaan bunuh diri anda?
[ ] Tidak begitu serius [ ] Sedikit serius
[ ] Agak serius [ ] Serius menengah
[ ] Sangat serius
7. Apabila ya, kapan percobaan bunuh diri yang terakhir kali?
[ ] 1 tahun lalu [ ] 2 tahun lalu [ ] 3 tahun lalu [ ] 4 tahun lalu
[ ] 5 tahun lalu atau lebih
8. Apabila ya, seberapa sering dorongan anda untuk mati pada percobaan bunuh
diriyang terakhir kali?
[ ] Tidak ada [ ] Ringan [ ] Sedang [ ] Kuat [ ] Sangat kuat
9. Apabila ya, apa metode yang anda gunakan untuk bunuh diri pada percobaan
terakhir kali?
[ ] Gantung diri [ ] Menggunakan senjata api/pistol
[ ] Menabrakkan diri ke depan kereta atau mobil
[ ] Loncat dari tempat yang tinggi
[ ] Menggunakan instrumen yang tajam (seperti, pisau)
[ ] Membakar
[ ] Menenggelamkan diri [ ] Memakan bahan kimia seperti pil
[ ] Minum racun [ ] Menggunakan gas alam atau lpg
[ ] Metode lain (silahkan tulis): __________
10. Apabila ya, apa yang terjadi setelah percobaan bunuh diri yang terakhir kali?
[ ] Tidak terjadi apa-apa karena tidak begitu serius.
64
[ ] Saya sadardan mereka membawa saya ke rumah sakit dan saya
diperbolehkan pulang setelah beberapa jam.
[ ] Saya sadar dan mereka membawa saya ke rumah sakit dan saya berada di
rumah sakit sehari atau lebih untuk tata laksana.
[ ] Saya tidak sadar dan mereka membawa saya ke rumah sakit dan saya
berada di rumah sakitsehari atau lebih untuk tata laksana.
(lanjutan)
65
SEKSI–VIII (ALASAN BUNUH DIRI)
Sejumlah alasan di bawah menjadikan seseorang
mencoba untuk membunuh diri mereka sendiri.
Bacalah satu per satu secara seksama dan putuskan
seberapa pentingkah setiap alasan bagi percobaan
untuk bunuh diri anda terakhir kali. Berikan tanda
silang (x) di bawah kotak untuk opsi tanggapan
yang sesuai.
Tid
ak
pen
tin
g
S
ed
ikit
pen
tin
g
A
gak
pen
tin
g
Pen
tin
g s
ed
an
g
San
gat
pen
tin
g
1. Untuk mati
2. Untuk mendapat bantuan / kelegaan terhadap
suatu keadaan pikiran yang mengerikan
3. Untuk lari sementara dari suatu situasi yang
tidak memungkinkan
4. Untuk membuat orang mengerti seberapa putus
asa yang saya rasakan
5. Untuk membuat orang bersalahterhadap apa
yang telah mereka lakukan pada saya; menakuti
atau mendapatkan seseorang kembali
6. Untuk mencoba memengaruhi seseorang atau
membuatnya agar merubah pikirannya
7. Untuk menunjukkan seberapa besar saya
mencintai seseorang
8. Untuk mencari tahu apakah seseorang sungguh
mencintai saya atau tidak
9. Untuk mencari bantuan dari seseorang
(lanjutan)
66
SEKSI–IX (HUBUNGAN SEBELUM MENCOBA BUNUH DIRI)
Seberapakah perbandingan kehidupan dan
hubungan anda saat ini dengan kehidupan dan
hubungan anda sebelum anda mencoba membunuh
diri anda sendiri?
Membandingkan kehidupan dan hubungan saya
sebelum saya mencoba untuk membunuh diri
saya sendiri…
Cu
ku
p b
ak
Agak
baik
Sam
a s
aja
Agak
bu
ru
k
Cu
ku
p b
uru
k
1. Hubungan saya dengan teman dengan jenis
kelamin yang sama adalah…
2. Hubungan saya dengan teman yang berbeda
jenis kelamin adalah…
3. Hubungan saya dengan ayah saya adalah…
4. Hubungan saya dengan ibu saya adalah…
5. Hubungan saya dengan saudara kandung saya
adalah…
6. Hubungan saya dengan guru saya adalah…
7. Hubungan saya dengan anggota keluarga saya
adalah…
8. Hubungan saya dengan tetangga saya adalah…
9. Hubungan saya dengan orang secara
keseluruhan adalah…
10. Perasaan saya saat ini adalah…
11. Pikiran saya saat ini adalah…
12. Kebiasaan/aktivitas saya saat ini adalah…
13. Kebiasaan tidur saya saat ini adalah…
14. Kebiasaan makan saya saat ini adalah…
15. Kehidupan saya secara keseluruhan saat ini
adalah…
16. Hubungan saya dengan Allah saat ini adalah…
67
17. Kesehatan saya secara keseluruhan saat ini
adalah…
Lampiran 3
Dokumentasi
68
Gambar 6.1 Pengambilan data angkatan 2013
Gambar 6.2 Pengambilan data angkatan 2014
Gambar 6.3 Pengambilan data angkatan 2015
Lampiran 4
Output Mplus 8 dan SPSS
Uji Validitas Peristiwa Kehidupan (Stresor)
69
(lanjutan)
70
Uji Validitas Pendapat dari Perlakuan Bunuh Diri
(lanjutan)
71
Uji Validitas Dukungan Sosial
(lanjutan)
72
Uji Validitas Relasi dengan Teman atau Sahabat
(lanjutan)
73
Uji Validitas Religiusitas
(lanjutan)
74
Uji Reabilitas Peristiwa Kehidupan (Stresor)
Uji Reabilitas Pendapat dari Perlakuan Bunuh Diri
Uji Reabilitas Dukungan Sosial
Uji Reabilitas Relasi dengan Teman atau Sahabat
Uji Reabilitas Religiusitas
(lanjutan)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.792 22
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.867 15
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.861 12
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.842 11
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.795 8
75
Karakteristik Responden
Frekuensi Gagasan Bunuh Diri
gender
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid woman 208 69.3 69.3 69.3
"man" 92 30.7 30.7 100.0
Total 300 100.0 100.0
age
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid 17.00 2 .7 .7 .7
18.00 30 10.0 10.0 10.7
19.00 93 31.0 31.0 41.7
20.00 99 33.0 33.0 74.7
21.00 68 22.7 22.7 97.3
22.00 8 2.7 2.7 100.0
Total 300 100.0 100.0
gender * ever thought of suicide Crosstabulation
Count
ever thought of suicide
Total no yes
gender woman 145 63 208
"man" 60 32 92
Total 205 95 300
age * ever thought of suicide Crosstabulation
76
(lanjutan)
Uji Regresi Logistik
Count
ever thought of suicide
Total no yes
age 17.00 0 2 2
18.00 18 12 30
19.00 69 24 93
20.00 65 34 99
21.00 48 20 68
22.00 5 3 8
Total 205 95 300
grade * ever thought of suicide Crosstabulation
Count
ever thought of suicide
Total no yes
grade first 85 30 115
second 65 32 97
third 55 33 88
Total 205 95 300
77
(lanjutan)
78
Lampiran 5
Riwayat Penulis
Nama : Azifa Anisatul Umma
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat, Tanggal Lahir : Denpasar, 25 Mei 1996
Agama : Islam
Alamat : Taman Raya K2/39 Citra Raya, Tangerang
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
2000 – 2001 : TK B Al-Ikhlas, Baranangsiang, Bogor
2001 – 2002 : Christiani Kiddy Center, Tangerang
2002 – 2008 : Islamic Village Elementary School, Tangerang
2008 – 2011 : Islamic Village Junior High School, Tangerang
2011 – 2014 : SMAI Al-Azhar 1, Sisingamangaraja, Kebayoran
Baru, Jakarta Selatan
2014 – sekarang : UIN Syarif Hidayatulla Jakarta, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Program Studi
Kedokteran dan Profesi Dokter