Disusun oleh :
KELOMPOK A BEDAH MULUT 1
ABSEN 1-30
ANGKATAN 2009
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN GIGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2011
GIGI IMPAKSI MAKSILA DAN PENATALAKSANAANNYA
Definisi
Gigi impaksi adalah gigi yang erupsi normalnya terhalang atau terhambat, biasanya oleh gigi
didekatnya atau jaringan patologis sehingga gigi tersebut tidak keluar dengan sempurna
mencapai oklusi yang normal didalam deretan susunan gigi geligi lain yang sudah erupsi.
Etiologi
Faktor local yang dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi adalah :
1. Abnormalnya posisi gigi
2. Tekanan dari gigi tetangga pada gigi tersebut
3. Penebalan tulang yang mengelilingi gigi tersebut
4. Kekurangan tempat untuk gigi tersebut bererupsi
5. Gigi desidui persistensi(tidak mau tanggal)
6. Pencabutan prematur pada gigi
7. Inflamasi kronis penyebab penebalan mukosa disekitar gigi
8. Penyakit yang menimbulkan nekrosis tulang karena inflamasi atau abses
9. Perubahan-perubahan pada tulang karena penyakit eksantem pada anak- anak.
Faktor umur dapat menyebabkan terjadinya gigi impaksi walaupun tidak ada kausa lokal antara
lain:
Kausa Prenatal
a. Keturunan
b. miscegenation
Kausa Postnatal
a. Ricketsia
b. Anemi
c. Syphilis congenital
d. TBC
e. Gangguan kelenjar endokrin
f. Malnutrisi
Kelainan Pertumbuhan
a. Cleido cranial dysostosis
b. Oxycephali
c. Progeria
d. Achondroplasia
e. Celah langit-langit
Karena gigi impaksi tidak erupsi, maka akan tertahan seumur hidup pasien kecuali dilakukan
pembedahan untuk mengeluarkannya. Namun, harus diingat bahwa tidak semua gigi yang tidak
erupsi dinyatakan mengalami impaksi. Jadi, diagnosis impaksi membutuhkan pemahaman
tentang kronologi erupsi, serta faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi.1,2
Umumnya, suatu gigi mengalami impaksi akibat panjang lengkung gigi yang kurang adekuat
dan ruangan erupsi lebih kecil dibandingkan dengan panjang total lengkung gigi. Gigi-geligi
yang seringkali mengalami impaksi adalah gigi molar tiga rahang atas dan bawah, gigi kaninus
rahang atas dan premolar rahang bawah. Gigi molar tiga paling sering mengalami impaksi karena
merupakan gigi yang paling terakhir erupsi, ruangan erupsi yang dibutuhkannya kurang adekuat.
Sejumlah penelitian mengevaluasi faktor-faktor yang mempengaruhi potensi erupsi gigi molar
tiga. Dua faktor yang dinyatakan paling ‘prognostik’ adalah angulasi gigi molar tiga dan ruang
yang tersedia untuk erupsi.1,2
Erupsi gigi molar tiga akan selesai pada usia 20-24 tahun. Namun, satu atau beberapa gigi
M3 mengalami kegagalan erupsi pada 1:4 orang dewasa. Menurut beberapa penelitian
longitudinal, gigi yang terlihat mengalami impaksi pada usia 18 tahun memiliki kesempatan
sebesar 30-50% untuk erupsi sempurna pada usia 25 tahun. Dalam serangkaian penelitian di
Swedia, prevalensi impaksi ditemukan sebesar 45,8%.2,3
Klasifikasi Umum Gigi Impaksi
1. Archer
Archer memberikan klasifikasi untuk impaksi yang terjadi di rahang atas.
Klasifikasi ini sebetulnya mirip dengan klasifikasi Pell & Gregory. Bedanya, klasifikasi ini
berlaku untuk gigi atas.
Kelas A : bagian terendah molar ketiga setinggi bidang oklusal molar kedua.
Kelas B : bagian terendah molar ketiga di atas bidang oklusal gigi molar kedua tapi
masih di bawah garis servikal molar kedua.
Kelas C : bagian terendah molar ketiga lebih tinggi dari garis servikal molar kedua.
2. Klasifikasi kedua untuk rahang atas ini sama dengan apa yang dibuat George Winter.
Klasifikasi yang dicetuskan oleh George Winter ini cukup sederhana. Gigi impaksi
digolongkan berdasarkan posisi gigi molar ketiga terhadap gigi molar kedua. Posisi-posisi ini
dinamakan vertikal, horizontal, inverted, mesioangular (miring ke mesial), distoangular
(miring ke distal), buko angular (miring ke bukal), linguoangular (miring ke lidah), posisi
tidak biasa lainnya yang disebut unusual position.
3. Berdasarkan hubungan gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.
Sinus approximation (SA) : bila tidak dibatasi tulang, atau ada lapisan tulang yang tipis di
antara gigi impaksi dengan sinus maksilaris.
Non Sinus approximation (NSA) : bila terdapat ketebalan tulang yang lebih dari 2 mm antara
gigi molar ketiga dengan sinus maksilaris.
4. Klasifikasi untuk gigi kaninus rahang atas
Kelas I : kaninus terletak di palatum, baik dalam posisi vertikal, horisontal, atau
semivertikal.
Kelas II : kaninus terletak di bagian bukal atau labial
Kelas III : kaninus terletak di daerah palatum dan bukal atau labial.
Kelas IV: kaninus terletak pada prosesus alveolaris biasanya dalam posis vertikal di
antara insisif dengan premolar I.
Kelas V : kaninus terletak pada daerah tidak bergigi (edentulous).
PEMERIKSAAN
Riwayat dan Pemeriksaan Klinis
Ada banyak penderita gigi terpendam atau gigi impaksi.Terkadang diketahui adanya gigi
impaksi pada seseorang diawali karena adanya keluhan, namun tidak semua gigi impaksi
menimbulkan keluhan dan kadang-kadang penderita juga tidak mengetahui adanya kelainan pada
gigi geliginya.Untuk mengetahui ada atau tidaknya gigi impaksi dapat diketahui dengan
pemeriksaan klinis, meliputi :
1. Perikoronitis
Perikoronitis dengan gejala-gejala :
1) Rasa sakit di region tersebut
2) Pembengkakan
3) Mulut bau (foeter exore)
4) Pembesaran limfe-node sub-mandibular
2. Karies pada gigi tersebut
Dengan gejala ; pulpitis, abses alveolar yang akut.Hal yang sama juga dapat terjadi bila
suatu gigi mendesak gigi tetangganya, hal ini dapat menyebabkan terjadinya periodontitis.
3. Pada penderita yang tidak bergigi
Rasa sakit ini dapat timbul karena penekanan protesa sehingga terjadi perikonitis.
4. Parastesi dan neuralgia pada bibir bawah
Terjadinya parastesi atau neuralgia pada bibir bawah mungkin disebabkan karena tekanan
pada n.mandibularis.Tekanan pada n.mandibularis dan dapat juga menyebabkan rasa sakit pada
gigi premolar dan kaninus.
Pada pemeriksaan ekstra oral yang menjadi perhatian adalah :
1. Adanya pembengkakan
2. Adanya pembesaran limfenode(KGB)
3. Adanya parastesi
Pada pemeriksaan intra oral yang menjadi perhatian adalah :
1. Keadaan gigi, erupsi atau tidak
2. Adanya karies, perikoronitis
3. Adanya parastesi
4. Warna mukosa bukal, labial dan gingival
5. Adanya abses gingival
6. Posisi gigi tetangga, hubungan dengan gigi tetangga
7. Ruang antara gigi dengan ramus (pada molar tiga mandibula)
Pemeriksaan Radiografik
Pemeriksaan radiografik harus didasarkan pada penelusuran riwayat dan pemeriksaan klinis.
Pemeriksaan radiografik sangat penting sebelum pembedahan dilakukan namun tidak perlu
dilakukan saat pemeriksaan awal, jika terdapat infeksi atau gangguan lokal lainnya.4
Pemeriksaan radiologis gigi impaksi harus dapat menguraikan hal-hal berikut ini:4
Tipe dan orientasi impaksi serta akses untuk mencapai gigi
Ukuran mahkota dan kondisinya
Jumlah dan morfologi akar
Tinggi tulang alveolar, termasuk kedalaman dan densitasnya
Lebar folikuler
Status periodontal dan kondisi gigi tetangga
Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang atas dengan kavitas nasal atau sinus
maksilaris
Hubungan atau kedekatan gigi-geligi rahang bawah dengan saluran interdental, foramen
mentale, batas bawah mandibula.
Jenis radiografi yang dapat digunakan, antara lain:
1. Periapikal, tomografi panoramik [atau oblique lateral] dan CT scan untuk gigi molar tiga
rahang bawah
2. Tomografi panoramik [atau oblique lateral, atau periapikal yang adekuat] untuk gigi molar
tiga rahang atas
3. Parallax film [dua periapikal atau satu periapikal dan satu film oklusal] untuk gigi kaninus
rahang atas
4. Radiografi periapikal dan true occlusal untuk gigi premolar dua rahang bawah; radiografi
panoramik juga dapat digunakan jika radiografi periapikal tidak dapat menggambarkan
seluruh gigi yang tidak erupsi.
Indikasi
Pencabutan Preventif/Propilaktik
Pencabutan preventif ini sangatlah penting yaitu untuk mencegah terjadinya patologi yang
berasal dari folikel atau infeksi yang timbul akibat erupsi yang lambat dan sering tidak
sempurna, serta pada kondisi tertentu dapat mencegah terjadinya kesulitan pencabutan nanti jika
gigi itu dibiarkan lebih lama dalam lengkung rahang, misalnya karena celah ligamentum
mengecil atau tidak ada adalah indikasi pencabutan bagi gigi yang impaksi.
Pecabutan patologis dan mencegah perluasan kerusakan oleh gigi impaksi
Pencabutan karena pencegahan terjadinya patologi dan mencegah perluasan kerusakan
dalam lengkung rahang karena adanya gigi yang impaksi juga menjadi indikasi pencabutan pada
gigi yang impaksi.Adapun tindakan pencegahan itu meliputi:
a) Pencegahan penyakit periodontal
b) Pencegahan caries dental
c) Pencegahan perikonitis
d) Pencegahan resorpsi akar
e) Pencegahan munculnya kista odontogenik dan tumor
f) Pencegahan terjadinya fraktur rahang karena gigi impaksi
adapun indikasi lain pencabutan adalah
a) Usia muda
b) Adanya penyimpangan panjang lengkung rahang dan membantu mempertahankan
stabilisasi hasil perawatan ortodonsi
c) Kepentingan prostetik dan restoratif
Kontraindikasi
Pencabutan gigi impaksi juga tergantung pada kontraindikasi yang muncul, ada pasien-
pasien tertentu yang tidak dapat dilakukan pencabutan dengan berbagai pertimbangan, adapun
kontraindikasi pencabutan gigi impaksi adalah:
1. Pasien dengan usia sangat ekstrim, telalu muda atau lansia
2. Compromised medical status
3. Kerusakan yang luas dan berdekatan dengan struktur yang lain
4. Pasien tidak menghendaki giginya dicabut
5. Apabila tulang yang menutupi gigi yang impaksi sangat termineralisasi dan padat
6. Apabila kemampuan pasien untuk menghadapi tindakan pembedahan terganggu oleh
kondisi fisik atau mental tertentu.
ALAT DAN BAHAN
Syringe dengan jarum 27 dan 30 gauge
Larutan anastetikum; yang mengandung epinefrin/adrenalin
Alat diagnostik
Bur tulang
Cotton rolls
Gauze
Instrumen lain yang umum digunakan disajikan dalam gambar berikut ini:
TEKNIK ODONTEKTOMI
Gambar A. Insisi envelope [amplop] seringkali digunakan untuk membuka jaringan lunak
mandibula dalam pencabutan gigi impaksi molar tiga: Perluasan insisi ke posterior harus
divergen ke arah lateral agar tidak terjadi perlukaan saraf lingual.
Gambar B. Insisi envelope dibuka ke arah lateral sehingga tulang yang menutupi gigi
impaksi terbuka.
Gambar C. Jika digunakan flap tiga-sudut, insisi pembebas dibuat pada aspek mesial gigi
molar dua.
Gambar D. Saat flap jaringan dibuka pada insisi pembebas, akan diperoleh lapangan
pandang yang lebih luas, terutama pada aspek apikal daerah pembedahan.
Gambar E. Setelah jaringan lunak dibuka, tulang yang menutupi permukaan oklusal gigi
dibuang menggunakan bur fissure atau chisel tangan.
Gambar F. Kemudian, tulang pada aspek bukal dan distal gigi impaksi dibuang
menggunakan bur.
Tahap-tahap dalam pencabutan gigi molar tiga impaksi maksila:
1. SedasiPersyaratan pertama untuk keberhasilan pembedahan gigi impaksi adalah pasien yang
relaks dan anastesi lokal yang efektif atau pasien yang teranastesi dengan selamat. Seringkali anastesi umum merupakan pilihan yang cocok untuk pembedahan impaksi. Anastesi yang dipakai yaitu pleksus anastesi dan sub mukus infiltrasi anastesi.
2. Pembukaan FlapFlap harus didesain dengan baik dan dalam ukuran yang cukup.Insisi di bagian oklusal
tuber maksila yang berjalan ke anterior kemudian melanjut ke bukal molar dua dan dilanjutkan dengan insisi verikal ke anterior di sebelah bukalmolar satu. Setelah insisi selesai buka muko perios flap dan kemudian flap dipegang dengan pinset chirurgis, untuk melihat gigi atau tulang maka dipergunakan kaca mulut karena sukar dilihat langsung, dismpang itu penerangan harus cukup baik.
Pembukaan Flap
3. Pengambilan tulangPengambilan tulang tidak begitu sukar oleh karena tuberositas maksila lebih poreus
daripada tulang mandibula. Dengan memakai pahat dan tokokan minimal saja sudah putus atau dengan memakai bur juga lebih mudah membuangnya. Pada pembungan tulang harus diperhatikan betul, jangan sampai bagian gigi atau tulang tertolak masuk ke dalam sinus maksilaris. Tulang yang dibuang adalah bagian bukal, oklusal, distal. Yang tidak boleh dibuang adalah bagian palatianal. Pada rahang atas pengambilan sering digunakan dengan elevator lurus yang digunakan sebagai pencungkil tulang atau dengan osteotom dan tekanan tangan. Kadang-kadang tulang ini mudah dikupas dengan menggunakan elevator periosteal #9 atau elevator lurus yang kecil, untuk menyingkap folikel di bawahnya. Untuk melihat anatomi mahkota dan untuk menentukan sumbu panjang gigi impaksi, folikel dihilangkan sebagian dengan menggunakan elevator periosteal atau elevator lurus dan hemostat kecil. Sekali jalan masuk ke M3 impaksi cukup untuk memasukkan elevator miller atau pott pada servik, pengungkitan ke distal-bukal bisa dilakukan.
4. Pemotongan yang terencanaGigi molar tiga impaksi maksila jarang dikeluarkan dengan pemotongan. Jika
pemotongan M3 maksila atas yang impaksi diperlukan, biasanya mahkota dipotong agar akat dapar digerakkan ke bukal-oklusal.
5. Pengeluaran gigiSetelah gigi impaksi bebas dari tulang sekitarnya, kita harus membuat ruangn yang cukup
bagi bein atau elevator supaya dapat masuk diantara gigi dan tulang alveolus agar dapat menolak gigi ke arah oklusal. Pada waktu mengeluarkan gigi, harus hati-hati jangan sampai gigi terlepas dan masuk kekerongkongan karena dapat mengganggu/menyumbat seluruh pernafasan. Dengan anastesi umum, lebih mudah karena kerongkongan sudah ditutup dengan kasa.
6. Pembersihan lukaSetelah gigi keluar, maka dilakukan penghalusan tulang alveolus yang tajam, sisa-sisa
folikel dibersihkan seluruhnya. Kegagalan untuk melakukan hal ini bisa mengakibatkan penyebuhan yang lama dan perkembangan patologis dari sisa epitel odontogenik. Setelah folikel dibersihkan, alveolus diirigasi dengan saline dan periksa dengan teliti. Kemudian diletakkan tampon.
7. Penutupan lukaFlap dikembalikan dan dijahit. Penjahitan dilakukan untuk menahan kedua tepi potongan
jaringan lunak sehingga membantu penyembuhan, untuk menahan jaringan lunak yang longgar, untuk meminimalkan kontaminasi terhadap debris makanan dan untuk menghambat pendarahan. Penjahitan dapat dilakukan dengan benang hitam steril dan dapat dipilah jahitan ‘terputus’ (interrupted0 sederhana atau jahitan matras horizontal. Jarum yang digunakan jarum Lane yang dipegang dengan alat pemegang jarum (needle holder).
TEKNIK ODONTEKTOMI BERDASARKAN TIPE IMPAKSI GIGI
Impaksi vertikal
Jika gigi yang terbentuk tidak erupsi sempurna menembus batas gusi.
Tulang pada aspek bukal dan distal mahkota dibuang, dan gigi dipotong menjadi bagian mesial
dan distal. Jika akar gigi bengkok, menyatu atau tunggal, bagian distal mahkota dipotong seperti
dalam impaksi mesioangular [diuraikan di bawah ini]. Aspek posterior mahkota diungkit terlebih
dahulu menggunakan Cryer elevator sampai ke titik pengeluaran pada sisi distal gigi.
Elevator digunakan untuk mengangkat aspek mesial gigi dengan gerakan putar dan ungkit.
Impaksi mesioangular
Impaksi mesioangular merupakan tipe yang sering ditemukan [43% kasus]. Gigi menjorok
ke depan, mengarah ke depan mulut
Dalam pencabutan impaksi mesioangular, tulang pada sisi bukal dan distal dibuang agar
mahkota gigi dan batas servikalnya terlihat. Aspek distal mahkota dipotong. Terkadang, perlu
dilakukan pemotongan seluruh gigi menjadi dua bagian, bukan hanya memotong bagian distal
mahkota saja.
Setelah bagian distal mahkota dikeluarkan, diinsersikan elevator kecil pada titik ungkit di
aspek mesial gigi molar tiga, dan gigi dikeluarkan menggunakan gerakanputar dan ungkit.
Impaksi Horisontal
Impaksi horisontal jarang ditemukan [3%], yang terjadi jika gigi memiliki sudut 90
derajat, tumbuh ke arah gigi molar dua.
Saat dilakukan pembedahan impaksi horisontal, tulang yang menutupi gigi-yaitu, tulang
pada aspek distal dan bukal gigi-dibuang menggunakan bur. Mahkota dipisahkan dari akarnya
dan dikeluarkan dari soket. Akar jamak dikeluarkan bersamaan atau sendiri-sendiri
menggunakan Cryer elevator dengan gerakan rotasi. Terkadang, akar perlu dipotong menjadi dua
bagian: pembuatan titik ungkit pada akar akan mempermudah Cryer elevator untuk
mengeluarkan akar. Akar mesial diungkit dengan cara yang sama.
Impaksi Distoangular
Pada tipe impaksi ini, gigi menjorok ke belakang, ke bagian belakang mulut.
Dalam impaksi distoangular, tulang oklusal, bukal dan distal dibuang menggunakan bur.
Harus diingat bahwa tulang distal harus dibuang lebih banyak dibandingkan dalam impaksi tipe
vertikal atau mesioangular. Mahkota gigi dipotong menggunakan bur dan dikeluarkan
menggunakan elevator lurus. Titik ungkit diletakkan pada bagian akar gigi, dan akar dikeluarkan
menggunakan Cryer elevator dalam gerakan wheeland- axle [roda-dan-jeruji], jika akar divergen,
terkadang perlu dilakukan pemotongan akar sendiri-sendiri.
Setelah gigi impaksi dikeluarkan dari prosesus alveolar, dokter bedah harus melakukan
debridemen luka dengan cermat dan hati-hati untuk membersihkan semua potongan tulang kecil
dan debris lainnya. Metode terbaik untuk melakukannya adalah dengan melakukan debridemen
mekanis pada soket dan daerah di bawah flap menggunakan kuret periapikal. Bone file
digunakan untuk menghaluskan tepi-tepi tulang yang tajam dan kasar. Hemostat mosquito
digunakan untuk membuang sisasisa folikel gigi dengan hati-hati. Terakhir, soket dan luka
diirigasi menggunakan salin atau air steril [optimal: 30-50 ml]. Dalam kasus-kasus tertentu,
dibutuhkan irigasi, yaitu pada pasien yang beresiko mengalami dry socket, gangguan
penyembuhan, atau komplikasi lainnya.
Flap dikembalikan ke posisi awalnya, dan dilakukan penjahitan menggunakanresorbable
suture pada aspek posterior gigi molar dua. Jahitan tambahan dapat dilakukan jika perlu.
KOMPLIKASI POST-OPERATIF
Setelah pencabutan gigi impaksi terdapat beberapa respon fisiologis yang normal, yaitu
perdarahan ringan, pembengkakan, kekakuan dan rasa nyeri. Respon negatif tersebut
menimbulkan ketidaknyamanan jangka pendek bagi pasien yang berlangsung selama 4-7 hari
setelah pembedahan.2 Tujuan utama dalam setiap jenis pembedahan adalah mencegah infeksi
postoperative akibat prosedur pembedahan. Untuk mencapai tujuan tersebut, sebagian prosedur
pembedahan membutuhkan antibiotik profilaktik.2 Dalam pencabutan gigi molar tiga, infeksi
merupakan kasus yang jarang terjadi. Ini berarti bahwa rasa nyeri, pembengkakan, dan produksi
purulen yang membutuhkan insisi dan drainase atau terapi antibiotik jarang ditemukan.2
Gangguan penyembuhan yang lebih menonjol setelah pencabutan impaksi gigi molar tiga
adalah dry socket atau alvaolar osteitis. Gangguan penyembuhan ini cenderung disebabkan oleh
kombinasi bakteri anaerob dan saliva. Penggunaan antibiotik profilaktik dalam pencabutan gigi
impaksi dapat mengurangi insiden dry socket. Teknik lain yang efektif mengurangi insiden dry
socket adalah irigasi berlimpah, berkumur dengan klorheksidin sebelum pembedahan, dan
aplikasiantibiotik pada soket ekstraksi.2
Komplikasi pencabutan gigi impaksi lainnya adalah perlukaan saraf, akibat penggunaan tang
atau elevator, dan administrasi anestetik lokal. Kerusakan saraf sensoris biasanya terjadi jika
pembedahan dilakukan di sekitar daerah foramen mentale dan gigi molar tiga. Perkiraan insiden
kerusakan saraf sangat bervariasi. Hilangnya sensori pencecap lingual dan saraf alveolaris
inferior mencapai 13%, dan terjadi pemulihan dalam waktu 6 bulan setelah pembedahan.4
Fraktur akar merupakan salah satu masalah yang sering ditemukan dalam pencabutan gigi
molar tiga, dan terkadang sulit diatasi. Dalam situasi semacam ini, fragmen akar dapat masuk ke
dalam ruang submandibula, kanalis alveolar inferior, atau sinus maksilaris. Akar yang tak-
terinfeksi dalam tulang alveolar dapat ditinggalkan pada tempatnya, tanpa komplikasi post-
operatif. Jaringan pulpa akan mengalami fibrosis dan akar menyatu dalam tulang alveolar. Usaha
yang terlalu agresif dan destruktif untuk mengangkat bagian akar cenderung menimbulkan
masalah. Dalam hal ini, dibutuhkan pemeriksaan radiografik follow up.2
KESIMPULAN
Gigi impaksi yang berhubungan atau menjadi penyebab patologi di sekitarnya harus dicabut
sesegera mungkin. Dalam melaksanakan teknik pembedahan, dokter bedah dituntut untuk lebih
mendalami prosedur standar operasi, yaitu penelusuran riwayat, pemeriksaan, indikasi dan
kontraindikasi, klasifikasi impaksi dan teknik pembedahan yang benar, sehingga komplikasi
post-operatif dapat diminimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Peterson LJ, Ellis E, Hupp JR, et al. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 4th ed.
Mosby company. p. 184-212.
2. Miloro Michael. Peterson’s of oral and maxillofacial surgery. 2nd ed. BC Decker Inc.
Hamilton, London. 2004. p.140-153.
3. Anonim. National Clinical Guidelines 1997. Faculty of dental surgery Royal College of
Surgeons of England. 1997.
4. Coulthard P, Horner K, Sloan P, et al. Master dentistry: oral and maxillofacial surgery,
radiology, pathology and oral medicine. Elsevier Science Limited. Churchill Livingstone.
England. 2003. p. 84-87.
5. Benediktsdóttir, Sara I. Thesis at the Department of Oral Radiology and Oral
maxillofacial surgery, Royal Dental College, University of Aarhus, Denmark. 2003. p. 6
6. Anonim. Wisdom teeth. Available at: http://www.pinoydental.com. Accessed at: 14 juli
2009.
7. Wayland JB. Selected third molar removal with iv sedation. Available at:
http://www.ivwisdom.com/manual.pdf. accessed at: 14 juli 2009.
8.Gans,Benjamin.J.Atlas Of Oral Surgery.1972.Cv.Mosby Company.