i
HALAMAN JUDUL
HADIS TENTANG PERISTIWA FITNAH IFK
(PERSPEKTIF SUNNI DAN SYI’AH)
Oleh:
Said Mujahid
Nim: 1420510063
TESIS
Diajukan kepada Program Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh
Gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam
Program Studi Agama dan Filsafat
Konsentrasi Studi Qur‟an dan Hadis
YOGYAKARTA
2016
vii
MOTTO
Tak ada kata lain selain mengabdi, karena hidup sebuah pengabdian
Jangan pernah pengabdi bak seorang budak, tapi mengabdilah laksana raja. Karena
pengabdian budak hanya menjalankan dan tak pernah bertanya apa dan mengapa.
Berbeda dengan seorang raja yang mengabdi dengan kreasi dan inovasi untuk
kesejahteraan rakyatnya.
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan:
Teruntuk Ayah dan Umak tersayang. Karena Tanpa cangkul yang
mereka paculkan, tak mungkin aku mempunyai pena untuk menulis.
Tanpa mereka sebut nama dalam setiap do’anya bagaimana mungkin
pikran ini bisa jernih dan bekerja. Untuk usaha dan do’anya,
kupanjatkan jua do’a dan rasa syukur serta harap akan kebahagiaan
mereka.
Kakak Elvi Surya, Nurida, abang Abi Jumroh, abang Hasonangan, dan
abang Mahmudin. Semoga Allah membalas atas apa yang telah kakak
dan abang berikan demi tercapainya cita tingkat kedua. Tak lupa juga
pada kakak dan abang ipar saya; abang Yasir, Rizal, kakak Elvi, Rolan
dan kakak Lasmin
Ampek sakawan, dua kata yang mengikat satu makna persahabatan,
yang tulus membantu dan menjadi penyemangat penulis. Keelokan yang
terus terukir dan takkan terlupakan meski kini sudah terpisah dalam
ruang yang berbeda. Ulufatul Khoiriah, Ana Idayanti, dan Faila
sufatun Nisak trimakasih kawan.
ix
ABSTRAK
Hadis pada perkembangannya mengalami benturan dengan berbagai
kepentingan, seperti; kekuasaan dan ideologi sekte. Unsur kepentingan ini melahirkan
perbedaan pandangan dalam aliran-aliran teologi. Pada persoalan ini, hadis tentang
peristiwa ifk (tuduhan zina) muncul dalam dua pandangan yang berbeda. Di satu sisi
Sunni muncul dengan riwayat yang berkaitan dengan Aisyah dan di sisi lain Syi‟ah
dengan riwayat tentang Mariatul Qibtiyah. Oleh karena itu, yang menjadi pokok
persoalan dalam kajian ini adalah: (1) bagaimana hadis Sunni dan Syi‟ah yang
menjelaskan peristiwa ifk. (2) bagaimana pemahaman terhadap hadis-hadis ifk jika
diletakkan pada kronologi sejarahnya.
Dua pokok permasalahan di atas akan dijawab dengan menggunakan teori
Tarikh al-Mutun al-h}adis. Kajian Tarikh al-Mutun al-h}adis dianggap relevan, karena
teori ini akan mengarahkan pada kronologi peristiwa ifk yang meliputi kapan dan
bagaimana teks hadis tentang peristiwa ifk Aisyah dan Maria muncul dan dimuncukan
kembali. Sehingga hadis tentang peristiwa ifk tidak lagi dipahami dalam kungkungan
doktrin sekte tertentu. Akan tetapi hadis tentang peristiwa ifk diletakkan pada
kronologi sejarahnya.
Hadis tentang peristiwa ifk Aisyah dan Maria pada kronologi sejarahnya
muncul dalam empat kondisi. Pertama, hadis tentang peristiwa ifk muncul pada tahun
ke-5 H yang berkaitan dengan Aisyah. Kedua, pada tahun ke-8 H berkaitan dengan
kasus tuduhan terhadap kehamilan Maria. Ketiga, hadis tentang peristiwa ifk muncul
pada masa al-Walid. Pada masa al-Walid riwayat tentang peristiwa ifk Aisyah muncul
sebagai wujud interpretasi al-Walid berkenaan dengan peran Ali dalam kasus Aisyah.
Keempat, hadis tentang peristiwa ifk berkaitan dengan Aba Ja‟far. Riwayat yang
diminculkan Aba Ja‟far hadir dengan kasus tuduhan zina terhadap Maria. Dalam
persoalan ini Aisyah menjadi pelaku utama tersebarnya tuduhan perselingkuhan
Maria dengan Bararah (budak yang datang bersama Maria dari Mesir). Kemunculan
hadis tentang peristiwa ifk untuk yang pertama dan yang kedua muncul pada masa
Rasulullah SAW. Sedangkan ketiga dan keempat muncul pada masa tabi‟in.
Kemudian, pandangan yang kontradiksi antara Sunni dan Syi‟ah dapat dipahami
sebagai wujud proses periwayatan yang dibenturkan dengan kepentingan-kepentingan
tertentu. Dalam hal ini kemunculan hadis yang ketiga tidak bisa dilepaskan dengan al-
Walid sebagai seorang Mu‟awiyah dan persoalan politik antara Ali dan Mu‟awiyah.
Begitu juga dengan Aba Ja‟far dengan teologi Syi‟ah.
x
PEDOMAN TRANSLITRASI
Transliterasi kata-kata Arab yang dipakai dalam penulisan skripsi ini
berpedoman pada buku “Pedoman Transliterasi Arab-Latin” yang dikeluarkan
berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia, tertanggal 22 Januari 1988, No. 158 Tahun 1987
dan No. 0543b/U/1987. Di bawah ini adalah daftar huruf Arab dan transliterasinya
dengan huruf latin.
A. Konsonan Tunggal
No Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan
Alif tidak dilambangkan tidak dilambangkan أ 1
Ba>’ B Be ب 2
Ta>’ T Te ت 3
s\a>’ S| es titik di atas ث 4
Ji>m J Je ج 5
Ha>’ H{ ha titik di bawah ح 6
Kha>’ Kh ka dan ha خ 7
Dal D De د 8
z\al Z| zet titk di atas ذ 9
Ra>’ R Er ر 10
Zai Z Zet ز 11
Si>n S Es س 13
Syi>n Sy es dan ye ش 14
S{a>d S{ es titik di bawah ص 15
Da>d D{ de titik di bawah ض 16
Ta>’ T{ te titik di bawah ط 17
Za>’ Z{ zet titik di bawah ظ 18
xi
Ayn ...‘... koma terbalik (di atas)’ ع 19
Gayn G Ge غ 20
Fa>’ F Ef ف 21
Qa>f Q Qi ق 22
Ka>f K Ka ك 23
La>m L El ل 24
Mi>m M Em م 25
Nu>n N En ن 26
Waw W We و 27
Ha>’ H Ha ه 28
Hamzah ...’... Apostrof ء 29
Ya> Y Ye ي 30
B. Konsonan Rangkap (Syaddah)
Syaddah atau tasydi>d yang dalam sistem penulisan Arab dilambangkan
dengan huruf ganda, yaitu huruf yang sama dengan huruf yang diberi tanda
syaddah itu.
Contoh: املنور ditulis al-Munawwir
C. Ta>’ Marbu>tah
Transliterasi untuk Ta>’ Marbu>tah ada dua macam, yaitu:
1. Ta>’ Marbu>tah hidup
Ta>’ Marbu>tah yang hidup atau mendapat h}arakat fath}a>h, kasrah atau
d}ammah, transliterasinya adalah, ditulis t:
xii
Contoh: نعمةهللا ditulis ni’matulla>h
ditulis zaka>t al-fit}ri زكاةالفطر
2. Ta>’ Marbu>tah mati
Ta>’ Marbu>tah yang mati atau mendapat h}arakat sukun, transliterasinya
adalah, ditulis h:
Contoh: هبة ditulis hibah
ditulis jizyah جزية
D. Vokal
Vokal bahasa Arab, terdiri dari tiga macam, yaitu: vokal tunggal
(monoftong), vokal rangkap (diftong) dan vokal panjang.
1. Vokal Tunggal
Vokal tunggal bahasa Arab yang lambangnya berupa tanda atau harakat,
transliterasinya adalah:
a. Fath}a>h dilambangkan dengan a
contoh: ضرب ditulis d}araba
b. Kasrah dilambangkan dengan i
contoh: فهم ditulis fahima
c. D{ammah dilambangkan dengan u
contoh: كتب ditulis kutiba
2. Vokal Rangkap
xiii
Vokal rangkap bahasa Arab yang dilambangkan berupa gabungan antara
harakat dan huruf, transliterasinya berupa gabungan huruf, yaitu:
a. Fath}a>h + Ya> mati ditulis T
Contoh: أيديهم ditulis aidi>him
b. Fath}a>h + Wau mati ditulis au
Contoh: تورات ditulis taura>t
3. Vokal Panjang
Vokal panjang dalam bahasa Arab disebut maddah, yaitu harakat dan huruf,
transliterasinya adalah:
a. Fath}a>h + alif, ditulis a> (dengan garis di atas)
Contoh: جاهلية ditulis ja>hiliyyah
b. Fath}a>h + alif maqs}u>r ditulis a> (dengan garis di atas)
Contoh: يسعي ditulis yas’a>
c. Kasrah + ya> mati ditulis i> (dengan garis di atas)
Contoh: جميد ditulis maji>d
d. D{ammah + wau mati ditulis u> (dengan garis di atas)
Contoh: فروض ditulis furu>d}
E. Kata Sandang
Kata sandang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan dengan huruf alif
dan lam (ال). Namun dalam transliterasi ini kata sandang itu dibedakan atas kata
sandang yang diikuti oleh huruf syamsiyyah dan kata sandang yang diikuti oleh
huruf qamariyyah.
xiv
a. Bila diikuti oleh huruf qamariyyah ditulis al-
Contoh: القران ditulis al-Qur’a>n
b. Bila diikuti oleh huruf syamsiyyah ditulis dengan menggunakan huruf
syamsiyyah yang mengikutinya serta menghilangkan huruf lam
Contoh: السنة ditulis as-Sunnah
F. Hamzah
Hamzah ditransliterasikan dengan tanda apostrof. Namun hanya berlaku
bagi hamzah yang terletak di tengah dan di akhir kata saja. Bila hamzah itu
terletak di awal kata, maka ia tidak dilambangkan, tetapi ditransliterasikan
dengan huruf a atau i atau u sesuai dengan h}arakat hamzah di awal kata
tersebut.
Contoh: الماء ditulis al-Ma>’
تأويل ditulis Ta’wi>l
أمر ditulis Amr
xv
KATA PENGANTAR
Alhamdu lilla>hi rabb al-‘a>lami>n, teriring rasa syukur pada yang maha „alim
yang memberikan sebagian ilmu dari apa yang ia ketahui. Sehingga dapat
menggerakkan penulis untuk membaca dari sebagian apa yang ia suratkan dalam
kitab-Nya dan yang ia tuturkan pada kekasih-Nya sebagai respon berbagai
problematika kehidupan. Dengan rahma>n dan rahi>m-Nya, segala hambatan dan
kesulitan, bisa dilalui dengan mental kesiapan dan kesanggupan yang ia berikan.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Panutan semua makhluk,
yang memiliki potensi intelektual, spiritual, dan emosional sempurna serta yang
selalu mengajarkan umatnya untuk berpikir progresif.
Tema yang penulis teliti adalah Hadis Tentang Peristiwa Fitnah Ifk (Perspektif
Sunni dan Syi‟ah), Pada dasarnya penelitian ini disusun untuk memenuhi persyaratan
guna memperoleh gelar magister Humaniora pada prodi Agama dan Filsafat
pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan kalijaga Yogyakarta. Akan tetapi tidak
hanya itu, semoga tulisan ini menjadi langkah awal bagi penulis untuk memperoleh
mentalitas keilmuan baru dalam wilayah al-dira>sah al-isla>miyyah.A<mi>n.
Dalam proses penyusunan tesis ini, peneliti banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan, motivasi, saran dan arahan dari berbagai pihak, oleh karena itu peneliti
mengucapkan terima kasih kepada:
xvi
1. Prof. Dr. Machasin, M.A., selaku Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
2. Prof. Nurhaidi Hasan, M.A. M.Phil. Ph.D, selaku Direktur Pascasarjana UIN
Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Ro‟fah, BSW. Ph. D. Selaku ketua Program Studi Agama dan filsafat dan Ahmad
Rafiq, M.A., Ph.D selaku sekretaris.
4. Dr. Nurun Najwah, M.Ag, sebagai pembimbing tesis, yang mengarahkan dan
memotivasi penulis.
5. Dr. Alfatih Suryadilaga, M.Ag, sebagai penguji yang menilai dan
mempertimbangkan kelayakan tesis ini.
6. Tata Usaha Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
7. Segenap Dosen Pascasarjan UIN Sunan Kalijaga yang telah memberikan
wawasan yang lebih luas kepada penulis.
8. Staf perpustakaan pusat dan Perpustakaan Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga.
9. Ibu dan Bapak, abang dan kakak serta kerabat-kerabat yang selalu mengiringi
do‟a dalam proses studi magister.
10. Teman-teman SQH B (Abdul Malik al-Munir, Andika, Asep Nahrul Musyaddad,
Baharuddin Jamawi, Baihaki, M. Faidul Akbar, Hanif Munadi, Iwan Parta,
Syaifuddin, Atrika F. A, Habshotun Nabawiyah, Nilda Hayati, Nafisatuzzahro, Sri
In Jati, Ummi N. R, ).
xvii
11. Teman-teman SQH NR B (Faruq, Habib, Ihsan, pak Romelan, pak Mudori, Umar,
alm Said Nahdi. Zulfikar, Zen Nasution, Sri Namo, Nisa).
12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah
memberikan bantuan motivasi dalam menyelesaikan studi S-2 di Universitas
Islam Negeri Yogyakarta.
Walaupun tesis ini telah selesai dalam pengerjaannya, namun masukan dan
saran dari semua pihak senantiasa penulis harapkan. Karena penulis menyadari karya
ini masih ada kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Semoga karya tulis ini bisa
memberikan manfaat bagi kita semua, dan mampu memberikan sumbangsi bagi dunia
intelektual, khususnya dunia Ilmu al-Qur‟an dan Hadis. A>mi>n.
Yogyakarta, 18 Maret 2016
Penulis
Said Mujahid, S. Th. I
NIM. 1420510063
xviii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN......................................................................... ii
SURAT BEBAS PLAGIASI ....................................................................................... iii
PERSETUJUAN TIM PENGUJI ................................................................................. iv
PENGESAHAN ............................................................................................................ v
NOTA DINAS PEMBINGBING ................................................................................. vi
MOTTO ...................................................................................................................... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................ viii
ABSTRAK ................................................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITRASI ..................................................................................... x
KATA PENGANTAR ................................................................................................ xv
DAFTAR ISI ............................................................................................................ xviii
DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xx
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................. xxi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 7
D. Telaah Pustaka ................................................................................................... 7
E. Krangka Teori .................................................................................................. 11
F. Metode Penelitian............................................................................................. 19
G. Sistematika Pembahasan .................................................................................. 22
BAB II KONSEP HADIS SUNNI DAN SYI‟AH ...................................................... 24
A. Konsep Hadis Sunni ......................................................................................... 25
1. Definisi Hadis ............................................................................................... 25
2. Kaidah kesahihan hadis ................................................................................ 28
B. Konsep Hadis Syi‟ah ........................................................................................ 34
1. Definisi Hadis ............................................................................................... 34
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.........................................................................7
xix
2. Kaidah Kesahihan Hadis .............................................................................. 36
BAB III HADIS IFK DALAM RIWAYAT SUNNI DAN SYI‟AH .......................... 40
A. Redaksi dan Telaah Otentisitas Hadis Ifki dalam Riwayat Sunni .................... 40
1. Redaksi Hadis Ifk dalam Riwayat Sunni ...................................................... 40
2. Telaah Otentisitas hadis ifk dalam riwayat Sunni ........................................ 47
B. Redaksi dan Telaah Otentisitas Hadis Ifki dalam Riwayat Syi‟ah ................... 57
1. Redaksi Hadis Ifk dalam Riwayat Syi‟ah ..................................................... 57
2. Telaah Otentisitas Hadis Ifk dalam Riwayat Syi‟ah ..................................... 59
C. Pemaknaan hadis ifk dalam pandangan ulama Sunni dan Syi‟ah .................... 69
1. Syarah dan Tafsir tentang Hadis Ifk dalam Pandangan Sunni ...................... 69
2. Syarah dan Tafsir tentang Hadis Ifk dalam Pandangan Syi‟ah .................... 76
BAB IV PERISTIWA IFK DALAM KONTEKS SEJARAHNYA ........................... 80
A. Awal Mula Munculnya Ifk dalam Riwayat ...................................................... 81
B. Hubungan Ali, Aisyah dan Mu‟awiyah dalam Persoalan Ifk ........................... 85
C. Kehadiran Mariatul Qibtiyah di Madinah ........................................................ 94
D. Tuduhan Zina dan Alasan Pembelaannya ........................................................ 98
E. Penyusunan Kronologi peristiwa Ifk .............................................................. 103
BAB V PENUTUP .................................................................................................... 113
A. Kesimpulan .................................................................................................... 113
B. Saran ............................................................................................................... 114
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 116
CURRICULUM VITAE ............................................................................................. 121
xx
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 hasil keseluruhan takhri>j al-h{adis ............................................................... 46
xxi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Bagan sanad hadis riwayat Tirmidzi 3014 .............................................. 48
Gambar 3.2 Bagan keseluruhan sanad hadis ifk Sunni ............................................... 49
Gambar 3.3 Bagan sanad hadis ifki riwayat Syi‟ah..................................................... 59
Gambar 3.4 Bagan keseluruhan sanad hadis ifk Syi‟ah .............................................. 60
Gambar 4.1. Bagan kronologi kemunculan hadis peristiwa ifk ................................ 112
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hadis nabi yang dikenal dewasa ini, tidak lahir begitu saja. Dalam
perkembangannya hadis itu sendiri memiliki historis yang cukup panjang dan
mengalami metamorfosis yang dihadapkan dengan berbagai peradaban baik pada
aspek kekuasaan, keilmuan dan peradaban lainnya. Oleh karena itu, perlu adanya
pemahaman yang tepat terhadap teks-teks hadis, dengan mengamati konteks
ketika hadis tersebut muncul dan konteks di mana hadis itu dimunculkan kembali
sebagai respon terhadap problematika yang timbul dalam masyarakat. Sehingga
tidak ada distorsi makna dalam memahami teks-teks hadis.
Distorsi makna pada teks-teks hadis seringkali muncul karena perbedaan
sudut pandang yang dimiliki baik itu disebabkan oleh doktrin aliran teologi atau
unsur kepentingan politik. Perbedaan pandangan dalam persoalan ajaran agama
Islam yang sangat mendasar sering kali ditemukan pada pemahaman teologi
Sunni dan Syi‟ah. Perbedaan pemehaman ini kemudian semakin jelas ketika
muncul beberapa tulisan yang mengkaji lebih jauh antara kedua aliran ini. M.
Qurais Shihab misalnya yang menulis Sunnah Syi‟ah Bergandengan Tangan
Munkinkah?: Kajian atas Konsep dan Pemikiran. Bagian dari buku ini
menguraikan tentang beberapa soal furu‟ seperti salat, puasa, zakat, dan haji.
2
Dalam permasalahan salat terdapat perbedaan ketika mengumandangkan azan
subuh. Kalimat as}- S}ala>tu Khairun Min al- Naum tidak dikumandangkan dengan
alasan itu tidak diamalkan oleh nabi SAW.1
Di samping masalah salat, puasa, zakat, dan haji. Perbedaan pandagan
Sunni dan Syia‟ah juga terjadi pada ranah politik. Seperti halnya suksesi
pengangkatan Abu Bakar sebagai khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah.
Dengan berbagai dalil tentang keutamaan Ali, mengukuhkan pandangan Syi‟ah
bahwa Ali lah yang seharusnya menjadi pengganti Rasulullah SAW. Hal ini
didasarkan pada keyakinan Syi‟ah yang menyatakan bahwa Nabi diperintah oleh
Allah untuk menunjuk dan melantik 'Ali menjadi pengganti beliau sebagai
pemimpin spiritual dan politik. Selanjutnya Syi‟ah juga meyakini bahwa Allah
telah mewahyukan kepada Rasul-Nya supaya melantik 'Ali agar diketahui luas
oleh manusia. Rasulullah pun menunjuk dan melantik 'Ali setelah haji wada‟ di
Ghadir Khum, kemudian orang-orang saat itu membaiat beliau.2 perbedaan-
perbedaan ini seharusnya diletakkan pada posisinya masing-masing, sehingga
terlihat secara jelas elemen-elemen yang mempengaruhinya bahkan
membangunnya menjadi sebuah prinsip paham keagamaan.
1 M. Qurais Shihab, Sunnah Syi‟ah Bergandengan Tangan Munkinkah?: Kajian atas Konsep
dan Pemikiran (Jakarta: Lentera Hati, 2014), hlm. 245.
2Muh al-Tijani As-Samawi, Bersama Orang-Orang yang Benar, terj. Abdullah Beik (Jakarta;
Yayasan al-Sajjad, 1997) hlm. 44.
3
Seperti halnya perbedaan yang terjadi pada beberapa persoalan di atas,
hal yang sama juga terjadi dalam hadis ifk yang terdapat dalam riwayat Sunni dan
Syi‟ah. Perbedaan riwayat ini kemudian menjadikan persoalan ifk patut untuk
dikaji kembali, karena perbedaan antara Sunni dan Syi‟ah bisa jadi disebabkan
pembacaan yang terpisah antara teks riwayat dan konteks ketika riwayat tentang
peristiwa tersebut muncul. Oleh karena itu, pemahaman teks harus disertai
dengan konteksnya, sehingga pehaman yang diperoleh bukanlah makna yang
parsial antara teks dan konteks atau tradisi yang melingkupinya.
Komarudin Hidayat dalam bukunya Memahami Bahasa Agama Sebuah
Kajian Hermeneutik menegaskan perlu disadari bahwa tradisi jauh lebih
kompleks dibanding penuturan sebuah buku. Misalnya yang berkaitan dengan
tradisi kenabian apa yang kita namakan teks al-Qur‟an dan himpunan hadis
adalah sebagian saja dari realitas tradisi keIslaman, sehingga jika memahami teks
al-Qur‟an dan hadis yang ditarik dan dipisahkan dari asumsi-asumsi sosial sangat
mungkin akan terjadi distorsi informasi atau mungkin salah paham.3 Jadi, teks
hadis harus diletakkan pada dataran sejarahnya sehingga antara teks hadis dan
tradisi yang melingkupinya saling menjelaskan satu sama lain. dalam hal ini
hadis-hadis tentang ifk menjadi alasan untuk meletakkan teks pada kronologi
3 Komarudin hidayat, Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik (Jakarta:
Paramadina, 1996), hlm.23.
4
historisnya, karena riwayat tentang ifk muncul dengan dua tokoh yang berbeda
dan dalam satu kasus yang sama sebagaimana teks hadis berikut ini:
ز حسصب ح ث خ أث حسصب غ١ل أؼب ػ شب ح ث أث أذجط ػط لبذ ػبئشخ ػ
ب شوط ب شوط اص شأ ذ ػ ث ضؼي لب ص الل الل ػ١ ؼ ط١جبذ ف
س س فزش ح أص الل ب ػ١ ث أ ب لبي ص أش١طا ثؼس أ أثا أبغ ف ػ أ
الل ب ذ ػ ػ أ أثا لظ ؼء ث الل ب ذ ػ ػ١ ل لظ ؼء زذ
أب إل لظ ث١ز ل حبضط ؼ غبة إل ؼفط ف غجذ ............4
Telah menceritakan kepada kami Mahmud bin Ghailan telah menceritakan
kepada kami Abu Usamah dari Hisyam bin Urwah telah mengkhabarkan
kepadaku ayahku dari Aisyah berkata: Saat perihalku disebut sedemikian
rupa dan aku tidak mengetahuinya, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam
berdiri berkhutbah dihadapanku, beliau membaca kalimat syahadat dan
bertahmid dengan tahmid yang layak bagiNya, setelah itu beliau bersabda:
"Hadirin semua, berilah aku saran-saran tentang orang-orang yang
menuduhkan keburukan pada keluargaku (maksud beliau 'Aisyah), demi
Allah aku tidak mengetahui suatu keburukan pun atas keluargaku, dan
mereka tuduhkan keburukan kepada orang yang demi Allah aku tidak
mengetahui suatu keburukan pun atasnya (maksud beliau Shafwan bin
Mu'aththal). Ia (Shafwan) tidak masuk rumahku sama sekali melainkan aku
ada dan tidaklah aku pergi dalam suatu perjalanan melainkan ia (Shafwan)
pergi berasamaku........”
ص س ح ص س ح بي ط ل ف ؼ س ث ج ح ب ب ص س ح بي بي ل ض ث ف ث ػ ؽ اح ػ ؽ ١ س ث ػ ح ب
س ج ػ ٠ ل ب اؽ ١ ػ ط ف ؼ ب ج ث ا ذ ؼ : ؼ بي ح ل اض ض ظ ط ػ ١ ى س خ ي( ث ث ح هللا ) ب : ي م
ط ث ا بد ب٠ش ػ ذ ب م ا ف س ٠ س ب ش ع ح ١ ػ ع ح آ ١ هللا ػ ص ي هللا ؼ ث ض ١ ا ب اص خ
ف ١ ػ ه ع ح ٠ ص هللا ي ؼ ض ش ؼ ج ح، ف ٠ ط ج ث ا ل إ ب ١ ػ آ هللا ػ١ ز م ث ط ا ب
١ اؽ ؼ ١ ا ل اؽ ١ ػ ػ ت ص ف و ف بئ ح ف ط ج ام ح ٠ ط ج ب ١ ػ ػ ة ط ض ظ
ز ؽ اج بة ث ل اؽ ف ف ط ل ػ اؽ ١ ب ػ ١ أ ػ ب ض بة ف اج ح ز ف ١ ح ٠ ط ج ١ ا ج أل ف ب
4 Tirmiz\i> bab tafsi>r al-Qur’a>n ‘an Rasu >lilla>h hadis nomor 3104 dalam Software Mausu’ah al-
H{adis al-Syarif, Global Islamic Sofware. 1997.
5
ؼ اج ض ط ث ز أ ت ف ض اغ ج إ عي ظ بئ بة فصت ػ ػ١ اؽل ػ اح ح اج ز ف ٠ ب
ز ؽ اج ش ا ٠ ب ذ ثطا ف ح س ٠ ط ج ؼ ج ار ب م صؼس ف رخ صؼس ػ ػ١ ط
بي ج ط ب ػ ١ فبشا ر ض ػ د س ج ارخ ف ق ف ؽ ف ب زب ض ث ف ط ص ا ل ف اؽ
ل هللا اد ص بي م ص هللا ػ١ آ ف ج ا ل إ ػ١ اؽ ػ ف ط ص ب ف بء ؽ ب
ب اؽ ٠صطف ػ اص لل س ح : ا آ ١ ػ .ذ ١ اج ء أ5
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja‟far ia berkata telah
meceritakan kepada kami Muhammad bin „Isa dari Husein bin „Ali bin Fadl
ia berkata telah menceritakan kepada kami „abdullah bin Bakir dari Zirarah
dia berkata saya mendengar Aba Ja‟far „alaihimassalam ia berkata rasulullah
sangat sedih ketika Ibahim (putranya) wafat. Maka Aisyah berkata apa yang
membuatmu bersedih atasnya, yang membuatmu sedih tidak lain hanyalah
anak seorang budak. Maka rasul saw mengutus Ali dan memerintahkannya
untuk membunuhnya. Maka ali pergi dengan membawa pedang bersamanya.
Sementara budak qibti tersebut berada dalam kebun. Ali menggedor-gedor
pintu kebun tersebut, lalu budak itu mendatangi pintunya untuk
membukanya, ketika dia tahu yang datang Ali dengan wajah marah, budak
itu kembali dan tidak jadi membukakan pintunya. Maka Ali pun melompat
dan sampailah Ali kedalam kebun dan mengikutinya lalu budak itu
mengikuti dan membelakangi Ali. Ketika budak itu khawatir ditekan oleh
Ali maka budak itu lari dan naik pohon kurma dan Ali menengadah
keatasnya dan budak itu melemparinya dari atas pohon kurma lalu terlihatlah
aurat budak itu. Maka bahwasanya tidak ada padanya apa yang dimiliki laki-
laki dan apa yang dimiliki perempuan. Maka Ali kembali pada nabi saw.
Rasulullah bersabda segala puji bagi Allah yang telah memalingkan ahlu bait
dari keburukan.
Pada dasarnya kedua teks hadis tenang ifk di atas tidak ada yang perlu
dipermasahkan, hanya saja ketika teks hadis tersebut direduksi oleh beberapa
kalangan, teks hadis tersebut kemudian mendominasi riwayat yang satu atas
riwayat yang lainnya. Yusuf al-Qaradhawi dalam bukunya Distorsi Sejarah
Islam menytakan bahwa terdapat pendistorsian para sejarawan Islam. Hal ini di
karenakan mereka lebih banyak meriwayatkan hadis- hadis tentang fitnah dan
tanda- tanda hari kiamat. Akibatnya, yang tersebar adalah hadis- hadis pesimisme
bukan optimisme. Padahal jumlah hadis s}ah}i>h yang menerangkan tentang
5 Software Bih}a>r al-Adalah. Lihat juga Abi Hasan Ali bin Ibrahim al- Qumi, Tafsi>r Al-Qumi>,
juz 2 (Iran: Dar al-Kitab, 1202 H), hlm. 99.
6
optimisme sangat melimpah ruah.6 Kaitannya dengan hadis di atas adalah,
pengambilan teks hadis secara terpisah akan melahirkan pemahaman yang hanya
terfokus pada satu sisi dan menyamarkan sisi yang lain. masalah inilah yang
kemudian terdapat ketika memahami hadis tentang ifk.
Abu Abdurrahman al-Mis}ri di satu sisi dalam bukunya Air Mata Nabi,
beliau memasukkan persoalan ifk pada bab cobaan- cobaan yang menimpa nabi
salah satunya yaitu insiden ifk dan tuduhan zina terhadap istri nabi.7 Pada bagian
ini beliau hanya memaparkan riwayat tentang tuduhan zina terhadap „Aisyah
tanpa menyinggung riwayat yang menjelaskan ifk terhadap Maria. Di sisi lain
Muhammad Husen at-Thaba‟ Thabai dalam tafsirnya al-Mizan fi Tafsir al-
Qur‟an, ketika menafsirkan surah an-Nur ayat 11- 15 beliau menyatakan bahwa
riwayat ahlu Sunnah dikaitkan dengan peristiwa Aisyah sedangkan Syi‟ah
meriwayatkan tentang Mariatul Qibtiyah.8 Pada persoalan ini, maka apa yang
diklasifikasikan Barmawi Mukri tentang hadis dalam beberapa perspektif di
antaranya hadis dalam perspektif sosial keagamaan mejadi hal yang sangat
penting untuk dipahami. Barmawi menegaskan hadis dalam perspektif sosial-
keagamaan saat ini telah mengalami reduksi dan degradasi status. Masing-
masing fraksi organisasi keagamaan telah muncul perbedaan yang bukan hanya
bersifat artifisial, akan tetapi sudah mengarah pada hal-hal yang bersifat prinsip.9
Oleh karena itu untuk memahamkan hadis tentang ifk perlu adanya kajian yaang
meletakkan hadis- hadis tersebut pada dataran kronologi sejarahnya, dalam
6 Yusuf al-Qaradhawi, Distorsi Sejarah Islam, terj. Arif Munandar Riswanto (Jakarta: Pustaka
al-Kautsar, 2005), hlm. 273-274.
7 Abu Abdurrahman al-Mis}ri, Air Mata Nabi terj. Kamran As „ad Irsyady (Jakarta: Amzah,
2008), hlm. 247-262.
8 Muhammad Husen al-Thaba‟ Thabai, al-Mizan fi Tafsir al-Qur‟an (Libanon: Beirut, 1997)
hlm. 89.
9 Barmawi Murki, Kontekstualisasi Hadis Rasulullah: Mengungkap Akar dan
Implementasinya (Yogyakarta: Ideal, 2005), hlm. Xii.
7
kajian hadis dikenal dengan ilmu tarikh al-mutun al-h}adis}. Dengan kajain tarikh
al-mutun al-h}adis penulis mengharapkan tulisan ini tidak hanya sekedar
memaparkan perbedaan antara kedua aliran teologi ini, jauh dari itu penulis ingin
memposisikan hadis tentang ifk dari riwayat Sunni dan Syi‟ah pada dataran
sejarah. Sehingga hadis tentang ifk tidak lagi terkungkung dalam koridor aliran
teologi, akan tetapi menjadi sebuah pembacaan sejarah yang komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah otentisitas riwayat hadis Sunni dan Syi‟ah yang menjelaskan
peristiwa ifki?
2. Bagaimana memahami riwayat-riwayat hadis tersebut dengan pendekatan
kronologi sejarah?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini antara lain:
1. Untuk mengetahui riwayat hadis Sunni dan Syi‟ah dalam menjelaskan
peristiwa ifki.
2. Dengan menggunakan analisis kronologi sejarah dalam hal ini ilmu tarikh
al-mutun al-hadis dapat melihat dan memposisikan riwayat Sunni dan
Syi‟ah pada dataran sejarahnya.
D. Telaah Pustaka
Telaah atau kajian pustaka dalam sebuah penelitian merupakan hal yang
sangat urgen karena kajian pustaka ini akan menunjukkan dan membuktikan
orisinalitas sebuah karya yang tujuannya untuk menghindari plagiasi karya orang
8
lain. Dalam penelitian ini ada tiga aspek yang menjadi perhatian dalam kajian
pustaka, yaitu karya yang berkaitan dengan Aisyah, Mariatul Qibtiyah, dan
peristiwa ifki. Oleh karena itu penulis akan memaparkan beberapa tulisan yang
berkaitan dengan tiga kategori tersebut untuk menunjukkan bahwa tulisan ini
bukan hasil dari plagiasi atas tulisan-tulisan yang sudah ada juga memperjelas
wilayah kajian yang akan penulis lakukan.
Karya yang berkaitan dengan kategori Aisyah tentu sudah banyak sekali,
diantaranya; “Aisyah dan Peranga Jamal “Potret Politik Perempuan Pada Masa
Khalifah Ali Ibn Abi Thalib”, Diterbitkan di Yogyakarta oleh Fak. Adab UIN
SUKA pada tahun 2003. Kemudian Wahyuni Shifatur Rahmah dengan judul
"Riwayat Aisyah dalam Musnad Ahmad Bin Hanbal". Tulisan dalam bentuk
skripsi pada Fak. Ushuluddin UIN SUKA tahun 2004. Zakiah Umihani
“Kecemburuan Aisyah dalam Rumah Tangga Poligami Bersama Nabi
Muhammad Saw (Studi Ma'ani Al-hadis)” tahun 2014. pokok penelitian skripsi
ini difokuskan pada kajian ma‟ani al-hadis terhadap hadis kecemburuan Aisyah
dalam rumah tangga poligaminya bersama Nabi SAW sebagai suatu ide solusi
atas permasalahan di atas khususnya kecemburuan.10
Ketiga karya ini jika dikaitkan dengan apa yang akan penulis teliti nanti
sangat jauh perbedaannya. Karena peristiwa yang menjadi fokus tulisan masing-
masing berbeda-beda. Akan tetapi ada dua karya yang penulis temukan yang
10
Zakiah Umihani “Kecemburuan Aisyah dalam Rumah Tangga Poligami Bersama Nabi
Muhammad Saw (Studi Ma'ani Al-hadis)” Skripsi Fak. Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran
Islam UIN SUKA 2014. Hlm iiiv.
9
mengkaji masalah yang sama seperti, skripsi yang ditulis Fahmi Hidayatullah,
“Introspeksi Terhadap Berita Dalam Konsepsi Surah Al Nur Ayat 15.”
Fahmi Hidayatullah dalam tulisannya menjelaskan bagaimana konsepsi
Islam terhadap berita yang terdapat dalam surah an-Nur yang pada akhirnya ia
berkesimpulan bahwa menurut pandangan ulama celaan Allah SWT terhadap
orang yang meremehkan suatu berita gosip adalah suatu larangan atas hal
tersebut dan hal tersebut merupakan suatu perbuatan yang besar dosanya di mata
Allah SWT. Sedangkan untuk mengaplikasikan larangan penyebaran gosip yang
terkandung dalam surah al-Nur ayat 15 ditunjukkan pada kata hayyinan dan
„azim. Untuk kata hayyinan, hal yang seharusnya dilakukan adalah dengan ber-
husnudan (sebagai wujud dari tidak mermehkan) dengan berita tersebut dan
untuk kata „azim yaitu dengan menyadari bahwa hal itu adalah dosa besar.11
Tulisan ini memang membahas masalah berita bohong akan tetapi lebih pada
konsepnya dan fokus pada teks al-Qur‟annya lebih jelasnya tulisan ini mengejar
makna berita bohong dalam surah an-Nur ayat 15 dan kontekstualisasi dalam
penyebaran berita saat sekarang, seperti maraknya gosip. Seperti yang Fahmi
tekankan untuk mengetahui larangan penyebaran gosip sebagaimana terkandung
11
Fahmi Hidayatullah, “Introspeksi terhadap Berita dalam Konsepsi Surah Al Nur Ayat
15”.skripsi jurusan ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Sunan Ampel
Surabaya 2015. Hlm. Vii.
10
dalam surah al-Nur ayat 15 dan aplikasi larangan penyebaran gosip dalam surah
al-Nur ayat 15 terhadap fenomena kehidupan sosial dewasa ini.12
Pada kajian hadis ifki sendiri, Siti Khodijah Nurul Aula menulis
“Pemahaman Hadis Al-Ifki dalam Perspektif Historis (Studi Ma'anil Hadis)”
tulisan ini merepresentasikan pemaknaan hadis ifki dengan kacamata historis.
Sampai pada kesimpulan bahwa menurut Aula munculnya tuduhan zina terhadap
Aisyah juga dipengaruhi kondisi Islam yang masih pada tahap penyebaran,
sehingga orang-orang yang menolak Islam mencari berbagai cara untuk
mempengaruhi orang sekitarnya. Selain itu kekalahan yang diterima kaum
yahudi dibawah pimpinan Abdullah bin Abdullah bin Ubay bin Salul juga
menjadi factor yang memicu tibulnya tuduhan tersebut.13
Aula juga melihat teks hadis dan fenomena perselingkuhan yang terjadi di
masyarakat dewasa ini. Dalam tulisannya Aula memberikan bab tersendiri yang
membahas kontekstualisasi hadis al-ifki dengan tuduhan perselingkuhan rumah
tangga. Lebih jauh bahwa menurut Aula hadis ini bukan hanya peristiwa masa
lalu jauh dari itu hadis ini merupakan solusi alternative menghadapi
perselingkuhan dalam rumah tangga pada masa sekarang.14
Meskipun demikian
tulisan ini belum mewakili kegelisahan penulis yang akan melihat peristiwa ifki
12
Ibid.
13 Siti Khodijah Nurul Aula “Pemahaman Hadis Al Ifki dalam Perspektif Historis (Studi
Ma'anil Hadis)” Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam UIN SUKA 2013, hlm. 99.
14 Siti Khodijah Nurul Aula “Pemahaman Hadis Al Ifki. Hlm. 103-110.
11
pada dataran historisnya dengan menganalisis riwayat-riwat Sunni dan Syi‟ah.
Karena tulisan Aula ini masih fokus pada riwayat Sunni.
E. Krangka Teori
Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu ta>ri>kh al-mutu>n. Dalam
kajian ilmu hadis, ilmu hadis dibagi pada dua bagian yaitu ilmu hadis riwayat
dan ilmu hadis dirayat. Ilmu hadis riwayat adalah Ilmu hadis yang khusus
berhubungan dengan riwayah adalah ilmu yang meliputi pemindahan
(periwayatan) perkataan Nabi SAW dan perbuatannya, dan penguraian lafaz-
lafaznya. Sedangkan ilmu hadis dirayat ialah ilmu yang bertujuan untuk
mengetahui hakikat riwayat, syarat-syarat, macam-macam, dan hukum-
hukumnya, keadaan para perawi, syarat-syarat mereka, jenis yang diriwayatkan,
dan segala sesuatu yang berhubungan dengannya. 15
Subhi as-Shalih kemudian menekankan bahwa suatu pekerjaan yang
percuma jika mempelajari matan-matan hadis dan menghafal kitab-kitab riwayat
tampa mempelajari ilmu hadis dirayat, yang merupakan kajian historis analisis
terhadap segala ucapan dan perbuatan Rasulullah SAW. Lebih jauh lagi bahwa,
ilmu hadis dirayat kedudukannya bagi matan-matan hadis sama seperti tafsir bagi
al-Qur‟an, atau hukum-hukum yang berpangkal pada berbagai peristiwa.16
Jika
15
Nawir Yuslem, Ulumul Hadits (Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya. 2001), hlm. 3.
16 Subhi as-Shalih, Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj. Tim Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka
Firdaus, 1993), hlm. 102.
12
demikian jelas bahwa Ilmu Ta>ri>kh Mutu>n merupakan bagian dari ilmu hadis
dirayat. Hal ini karena Ilmu Ta>ri>kh Mutu>n adalah salah satu disiplin ilmu hadis
yang kajiannya berkaitan dengan aspek historis sebuah hadis. Sedangkan ilmu
hadis riwayat tidaklah membahas sampai pada hal ihwal dari sebuah hadis
melainkan hanya pada aspek cara menerima, menyampaikan kepada orang lain
dan memindahkan atau mendewankan dalam suatu dewan hadis. Dalam
menyampaikan suatu hadis hanya dinukilkan dan dituliskan apa adanya, baik
mengenai matan maupun sanadnya.17
Demikian juga Fatchur Rahman yang
meletakkan Tawarikh al-mutun pada aspek kajian matan hadis.18
Dengan meletakkan
ilmu tawarikh al-mutun bagian dari ilmu hadis dirayat hal ni menunjukkan bahwa
tawarikh al-mutun merupakan ilmu yang dapat memberikan pemehaman terhadap teks
hadis nabi, seperti yang dikemukakan Subhi Shalih pada pembahasan sebelumnya.
Ta>rikh al-mutun ditinjau dari segi bahasa terdiri dari tiga kata dalam bahasa
arab, yaitu kata ilmu berarti pengetahuan19
, sedangkan ta>rikh secara bahasa
berarti ketentuan masa, secara istilah ta>rikh diartikan sebagai keterangan yang
menerangkan hal ihwal umat dan segala sesuatu yang terjadi di kalangannya pada
masa yang telah lampau atau pada masa yang telah ada. selain itu juga digunakan
dalam arti perhitungan tahun dan buku sejarah dengan tahunnya. Adapun ilmu
17
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadis (Bandung: PT. Alma‟arif, 1974), hlm. 74.
18 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, hlm. 77.
19 Achmad Warson Munawwir, al-Munawwir Kamus Arab –Indonesia (Surabaya : Pustaka
Progressif, 1997), Hlm. 966.
13
ta>rikh sendiri adalah suatu pengetahuan yang bermanfaat untuk mengetahui
keadaan-keadan atau kejadian- kejadian yang telah lampau dalam kehidupan
umat, atau keadaan-keadaan atau kejadian yang masih ada (sedang terjadi) di
dalam kehidupannya.20
Sedangkan kata al-mutu>n merupakan jamak dari kata al-
matn yang berarti punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke
atas.21
jika dikaitkan dengan hadits, maka matan yang di maksud disini adalah
redaksi sebuah hadits yang menjadi unsur pendukung pengertiannya.22
Dengan
demikian Ilmu ta>ri>kh mutu>n secara etimologi dapat diartikan sebagai ilmu yang
mempelajari sejarah sebuah matan hadits.
Secara terminologi, Hasbi As-Shiddiqy memberikan pengertian Ilmu
ta>ri>kh mutu>n sebagai berikut :
ز احس٠ش اشط٠ف ػ ٠ؼطف ث ربض٠د ض
“Ilmu yang dengan dia, diketahui sejarah datangnya hadits yang mulia
(Nabi menyabdakan haditsnya)”23
dengan kata lain Ilmu ta>ri>kh mutu>n
merupakan sebuah ilmu yang mengkaji tentang sejarah lahirnya sebuah matan
hadis. Adapun sejarah yang di maksudkan dalam pengertian di atas adalah fakta-
20
Moenawar Cholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. Jilid 1 (Jakarta : Gema
Insani Press, 2001) hlm. 1.
21 Ibnu Mandzur, lisa>n al-‘Arab (Beirut : Da>r Lisan al-Arab), hlm. 434-435.
22 Muhammad A‟jaj al-khatib, Ushul al-Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits (Jakarta : Gaya
Media Pratama, 2007), hlm. 12.
23 T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits, jilid II (Jakarta : Bulan
Bintang, 1981), hlm. 302
14
fakta sejarah yang menunjukan kapan dan dalam keadaan yang seperti apa
sebuah hadits itu dikeluarkan oleh Rasulullah, sehingga dapat diketahui lebih
jauh maksud dan dalam konteks apa sebuah hadits dikeluarkan. Jika dilihat dari
pengertian di atas, maka yang menjadi obyek kajian ilmu ini adalah kronologi
sejarah dikeluarkannya sebuah teks hadits. Sedangkan sejarah sendiri memiliki
arti yaitu, rekonstruksi masa lalu dan yang direkontruksi sejarah itu ialah apa saja
yang sudah dipikirkan, dikatakan, dikerjakan, dirasakan dan dialami oleh orang.24
Lebih lanjut bahwa ilmu sejarah adalah ilmu yang sangat luar biasa yang
mempunyai tujuan dan makna yang mendalam karena ilmu ini memberi
informasi kepada manusia tentang keadaan umat dan perilaku umat masa lalu,
sehingga persoalan dunia dan agama tidak akan sempurna tanpa pemahaman
yang mendalam akan ilmu sejarah.25
Berangkat dari persoalan ini maka Ilmu
ta>ri>kh mutu>n bukan lagi sekedar mengungkapkan kapan suatu teks hadis
muncul. Jauh dari itu, Ilmu ta>ri>kh mutu>n sudah pada tarap pemahaman suatu
teks hadis dengan melacak kapan, dimana, dan siapa yang ada dalam sebuah
teks hadis.
Tiga aspek di atas juga di pertanyakan oleh Juynboll ketika
mempersoalkan keotentikan sebuah teks hadis. Menurut beliau tiga aspek
tersebut harus dipertanyakan terlebih dahulu sebelum hal-hal yang lainnya. Tiga
24
Kunto Wijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah (Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya), hlm. 17.
25 Ibnu Khaldun, Tarikh Ibnu Khaldun (Beirut: Dar al Kutub al „Ilmiyah, Jilid I, Cet I, 1992),
hlm.9.
15
hal yang menjadi pertanyaan beliau yaitu, pertama Siapakah orang yang pertama
kali menyebarkan matan tersebut. Kedua kapan matan tersebut mulai
diriwayatkan. Ketiga di mana matan tersebut muncul dan diriwayatkan untuk
pertama kali.26
Hanya saja analisis yang dilakukan oleh Juynboll untuk melihat
dari aspek sanadnya yang kemudian bertuajuan untuk mengetahui siapa yang
pertama kali meriwayatkan sebuah teks hadis. Berbeda dengan Ilmu ta>ri>kh
mutu>n yang berorientasi pada redaksi hadisnya. Sehingga analisis terhadap suatu
teks hadis akan memposisikan teks hadis tersebut dengan pemahaman kronologi
sejaranya.
Pada dasarnya aspek kronologi dalam keilmuan sejarah hanyalah
pemetaan dalam penulisan sejarah yang dianggap sangat penting. Karena
Penyusunan data sejarah yang paling masuk akal adalah penyusunan secara
kronologis yakni dalam periode-periode waktu.27
Meski demikian, penyusunan
sejarah dengan periode-periode waktu menjadi tolok ukur yang membedakannya
dengan kajian sosial. Kalau dalam penulisan sosiolog alur lurus atau tidak, tidak
menjadi masalah berbeda dengan sejarah. Misalanya kita akan menulis
perubahan sosial di Semarang 1959-1990. Dalam penulisan sosiologi, angka
tahun tidak penting karena ilmu sosial biasanya berbicara tentang masalah
26
G.H.A. Juynboll, Muslim TradiTion: Studies in Chronology Provenance and Authorship of
Early Hadith (Cambridge: Cambridge University Press, 1983), hml. 70.
27 Luis Gottschalk, Mengerti Sejarah, terj. Nugroho Notosutanto (Jakarta : UI Pers, 1985),
hlm. 149.
16
kontemporer. Dalam ilmu sosial, orang berfikir tentang sistematika, dan tidak
tentang kronologi.28
Sedangkan ilmu sejarah kronologi hal yang sangat
diperhatikan. Karena kronologi merupakan satu-satunya norma obyektif dan
konstan yang harus diperhitungkan oleh sejarawan. Bahkan kronologi hanya
secara relatif bersifat obyektif, karena periodisasi dapat dan seringkali bersifat
sewenang-wenang. Kesewanangan itu yang paling menonjol adalah di dalam
periodesasi pemirkiran atau gerakan seperti abad kepercayaan, masa pencerahan,
revolusi industri, abad kemajuan. Dan terkadang mengakibatkan cukup
misrepresentasi sehingga mengimbangi keuntungan didaktis yang diharapkan.29
Kuntowijoyo lebih lanjut memberikan gambaran bagaimana aspek
kronologi bekerja dalam sebuah sejarah perubahan sosial. Dalam sejarah
perubahan sosial itu akan diurutkan kronologinya misalnya penulisan itu akan
nampak seperti, Semarang sekitar 1950, 1950-1960, 1960-1970. Dari tiap
dasawarsa perubahan itu dapat diukur dengan transportasi atau dengan ukuran
lalin. Mislnya, Semarang berubah dari daerah pejalan kaki, sepeda dan andong,
sepeda motor, dan bus. Jika memakai ukuran yang lebih total, setiap periode
harus ada driving force masing-masing. Misalnya, peranan pendidikan untuk
28
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 102-103.
29 Luis Gottschalk, Mengerti Sejarah, hlm. 149.
17
periode pertama, peranan organisasi peolotik untuk periode kedua, peranan
militer untuk periode ketiga.30
Penggambaran cara kerja yang diberikan Kuntowijoyo dengan melihat
perubahan sosial di Semarang pada periode atau kurun waktu-waktu tertentu.
Kemudian perubahan sosial pada periode-periode tersebut diukur dengan kondisi
yang sifatnya berubah dan tidak hanya itu, ukuran yang lebih total juga akan
mengahadirkan dalam istilah Kuntowijoyo disebut driving force atau hal-hal
yang mendorong dibalik perubahan sosial yang terjadi. Jadi, jika ditarik dalam
kajian Ilmu Ta>ri>kh Mutu>n, pemahaman terhadap kronologi sebuah teks hadis
merupakan penuyusunan sebuah sejarah teks dengan pemetaan periode atau
kurun waktu. Kemudian tiap-tipa periode akan diukur dengan kondisi teks hadis
ketika muncul dan seterusnya pemahaman yang lebih total dengan melihat
unsur-unsur yang mendorong terbentuknya kondisi yang melingkupi teks
tersebut. Dengan demikian mengetahui kronologi sejarah dari sebuah teks hadis
ini juga berarti mengetahui teks yang mana yang mendahului atas teks yang
lain. dalam kajian hadis disebut dengan an-na>sikh wa al-mansu>kh.
Imam al-Bulqi>ni, menyebutkan bahwa kajian ini memiliki banyak sekali
manfaatnnya terhadap kajian lain, di antaranya adalah dalam kajian an-na>sikh wa
al-mansu>kh.31 Senada dengan apa yang diungkapkan Ahmad Izzan dalam
30
Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, hlm. 103.
31 Jalaluddin as-Suyuti, Tadri>b ar-Ra>wi> Fi> Syarh}i Taqri>b An-Nawawi>, ( Da>r Ibnu al-Jauzy :
1431 H), hlm. 1057.
18
bukunya Ulumul Hadis bahwa beliau melihat dari topik pembahasannya
kemudian menyatakan ilmu Ilmu ta>ri>kh mutu>n ini sangat berguna dan berperan
sekali untuk mengetahui nasikh dan mansukh.32
Selanjutnya untuk mengetahui
ta>ri>kh mutu>n dari suatu teks hadis beberapa bentuk lafaz berikut ini dapat
membatu dalam melihat suatu teks hadis sebagai berikut:33
1. Perkataan اول ما كان كذا “permulaan yang terjadi adalah begini.
2. Dengan disebut lafadh قبل ( sebelum).
3. Dengan terdapat perkataan بعد : kemudian, sesudah.
4. Dengan perkataan اخر االمرين : yang terakhir dari dua urusan.
5. Dengan kata بشهر : dengan sebulan.
6. Dengan kata عام ( tahun ).
Lafaz-lafaz di atas tentu sangat memudahkan dalam memahami sebuah
teks hadis untuk mengetahui kronologi sejarahnya. Akan tetapi hal ini tidak
membatasi bahwa teks di luar lafaz-lafaz tersebut dinyatakan tidak memilki
kesejarahan. Kronologi sebuah teks hadis seharusnya bisa dirujuk dengan
penjelasan para ulama terhadap teks trsebut sehingga antara teks dan apa yang
dijelaskan para ulama sebelumnya dapat saling menjelaskan yang satu dengan
yang lainnya. Dalam kaitannya dengan penelitian ini diketahui bahwa terdapat
32
Ahmad Izzan, Ulumul Hadis (Bandung: Anggota Ikapi, 2011), hlm.136.
33 „Aisyah „Abdurrahman bitu Syati‟, Muqaddimah ibnu Shalah wa Mahasin al-Istilah
(Mesir: Darul Ma‟arif, 1990), hlm. 714.
19
dua riwayat yang memaparkan satu kasus yang sama dengan perbedaan objek
dari kasus tersebut. berita bohong berupa tuduhan zina terhadap Aisyah dalam
satu riyawat dan pada riwayat yang lain berita bohong yang merupakan tuduhan
zina juga di lontarkan pada Mariatul Qibtiyah. Oleh karena itu dengan
menggunakan Ilmu Ta>ri>kh Mutu>n sebagai pendekatan atau sudut pandang, dapat
memahami kedua riwayat di atas dan menjadikannya pemahaman peristiwa yang
padu.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang sangat penting dari sebuah
penelitian sehingga metode penelitian tidak bisa dipisahkan dari sebuah
penelitian. Bahkan metode penelitian akan membentuk karakter keilmiahan dari
penelitian, karena eksistensi metode dalam sebuah penelitian ini berfungsi
sebagai jalan bagaimana penelitian ini diselesaikan. Terkait dengan penelitian ini
maka penelitian ini:
1. Jenis dan sifat penelitian
Ditinjau dari obyeknya, penelitian ini merupakan penelitian pustaka
(library research), yaitu penelitian yang berorientasi pada data-data
kepustakaan, yang dalam hal ini terutama pada sembilan kitab hadis Sunni
dan kitab hadis primer Syi‟ah. Selain itu kitab-kitab syarah dan tafsir juga
kitab-kitab sejarah yang membahas tentang peristiwa ifk. Jika referensi
tersebut berkenaan dengan data maka selanjutnya kitab-kitab yang berkaitan
20
dengan teori tarikh al-mutun al-hadis juga menjadi referensi yang
dibutuhkan dalam penulisan ini. Karena teori tarikh al-mutun al-hadis
menjadi pisau analisis dalam memahami dan memposisikan hadis-hadis ifk
dalam penelitian ini.
Sedangkan sifat penelitian ini adalah kualitatif karena tidak
menggunakan mekanisme statistik dan matematis dalam pengolahan data.
Data diuraikan dan dianalisis dengan memahami dan menjelaskannya.
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data adalah metode atau cara yang digunakan
untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian yang sistematik
dan standar. Sedangkan data ialah semua keterangan atau informasi
mengenai suatu gejala atau fenomena yang ada kaitannya dngan penelitian.34
Data yang dikumpulkan dalam suatu penelitian harus relevan dengan pokok
permasalahan. Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian
ini diperlukan suatu metode yang efektif dan efesien.
Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dengan
jalan dokumentasi terhadap buku-buku atau kitab-kitab serta kajian yang
masih ada kaitannya dengan penelitian ini. Dalam penelitian ini sumber data
dibagi atas dua kategori; primer dan sekunder.35
Sumber data primernya
34
Tatang M. arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm. 3.
35 Saifuddin Azhar, Metode Penelitian (Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1999), hlm. 911.
21
adalah kitab-kitab hadis yaitu sembilan kitab induk Sunni (Sahih Bukhari,
Muslim, Sunan Abu Daud, Tirmizi, Nasa‟i, Ibn Majah, Musnad Ahmad,
Muatto‟ Imam Malik, Sunan al- Darimi ) dan juga kitab-kitab hadis Syi‟ah
(al-Kafiy fi Ilmi al-Din, Man la Yahz}uruh al-Faqih, Tahz\ib al-Ahka>m fi Syarh al-
Muqni’a, Nahj al-Bala>gah). Sedangkan sumber data sekundernya ialah semua
karya baik berbentuk buku, jurnal dan lainnya yang dapat mendukung
argumen penelitian ini.
3. Analisis data
Penelitian ini mengkaji teks hadis tentang peristiwa ifki dalam
riwayat Sunni dan Syi‟ah. Adapun metode yang digunakan dalam
menganalisa data yang diperoleh dari penelitian pustaka adalah dengan
deskriptif analitis. Deskriptif analisis ialah penelitian yang menuturkan,
menganalisis, serta mengklasifikasikan yang pelaksanaannya tidak hanya
terbatas pada pengumpulan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi
data.36
Analisis ialah penanganan terhadap suatu objek ilmiah tertentu
dengan memilah-milah antara pengertian yang satu dengan pengertian yang
lain agar mendapatkan kejelasan suatu masalah.37
Dengan metode ini
36 Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik (Bandung: Tarsito,
1994), hlm. 45.
37 Sudarto, Metodologi Penelitian Filsafat (Jakarta: Raja Garafindo, 19995), hlm. 59-60.
22
diharapkan nantinya akan memperoleh pemahaman yang tepat terhadap
data-data yang telah diperoleh.
Maka dalam penelitian ini yang di maksud deskriptif-analisis adalah
memberikan gambaran secara sistematis dan akurat mengenai peristiwa ifki
yang terkandung dalam riwayat Sunni dan Syi‟ah.
G. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan merupakan gambaran alur dari penulisan ini.
Sehingga dengan adanya bagian ini akan mempermudahkan untuk penulisan ini.
Tulisan ini terbagi pada lima bab. Bab pertama, merupakan daya tarik sebuah
penelitian juga sekaligus menjadi alasan pentingnya penelitian itu dilakukan atau
dikenal dengan latar belakang masalah. Kedua rumusan masalah. Ketiga tujuan
dan kegunaan penelitian penelitian. Keempat krangka teori yang menjadi
gambaran pola pikir dalam tulisan ini. Kelima tinjauan pustaka yang bertujuan
menekankan keorisinilan tulisan ini dalam arti bukan karya plagiasi dari karya
yang sudah ada. Keenam metode penelitian dan yang ketujuh sistematika
pembahasan itu sendiri.
Pada bab dua mulai menjelaskan konsep hadis dalam konsep Sunni dan
juga Syi‟ah. Bagian ini diperlukan sebagai ukuran apa itu yang di maksud hadis
dan kaedah keshaihannya. Sehingga ketika tidak ada kerancauan ketika masuk
pada bahasan selanjutnya yang berkaitan dengan klaim suatu riwayat sebagai
hadis dan juga ketika penilaian terhadap teks hadis tersebut. maka pembahasan
23
pada bab tiga berkutat pada teks hadis ifki dalam riwayat sunni dan Syi‟ah.
Pemaparan redaksi hadis sunni dan Syi‟ah kemudian di takhrij dan menentukan
kualitas hadis tersebut disesuaikan dengan kaidah keshahihan hadis masing-
masing.
Setelah menentukan kualitas riwayat terakhir ialah memahami bagaimana
setiap riwayat mempresentasikan peristiwa ifki serta melihat konektisitas dengan
konteks sejarah yang melingkupinya. Hal ini dilakukan karena hal yang menjadi
urgen dalam tulisan ini ialah memposisikan riwayat –riwayat tersebut dengan
melihat konteks kemunculannya. Lebih jauh dengan melihat dan memperkirakan
kapan terjadinya peristiwa tuduhan zina pada Aisyah dan Mariatul Qibtiyah akan
membantu memposisikan riwat dalam kronologi sejarahnya. Juga melihat faktor-
faktor yang melingkupinya. Pemaparan data dan analisisis terhadapnya kemudian
menghasilkan beberapa standing point yang merupakan jawaban atas persoalan
akademik dari penulisan ini. standing point ini dimasukkan pada bab lima dan
dilengkapi dengan saran dari penelitian ini.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada pembahasan dalam penelitian ini, hadis yang menjelaskan
tentang peristiwa tuduhan zina terdapat dalam dua kasus yaitu tuduhan yang
dilontarkan pada Mariatul Qibtiyah dan Aisyah ra. Dari hadis ini ada tiga hal
pokok yang dapat ditarik sebagai inti sari pembahasan ini:
1. Hadis yang berkaitan dengan kasus Aisyah semuanya bersumber dari Aisyah
dan muncul dalam beberapa variasi. Dan riwayat Tirmidzi yang menjadi hadis
pokok pada pembahasan ini secara sanad dinyatakan shahih dan bersambung
sampai pada Rasulullah saw. sedangkan secara keseluruhan pada bagian akhir
dari teks hadis tersebut terdapat keterangan bahwa hadis tersebut berkualitas
shahih hasan garib. Kemudian hadis yang berkenaan dengan Mariatul
Qibtiyah dalam riwayat Aba Ja‟far secara sanad dinyatakan bersambung
meskipun Zurarah tidak terdapat sebagai murid Aba Ja‟far, akan tetapi pada
biografi Zurarah terdapat keterangan bahwa Aba Ja‟far adalah guru dari
Zurarah. Zurarah memiliki koleksi hadis Aba Ja‟far dan mengikutinya. Secara
sanad memang bersambung hanya saja hadis ini langka di kalangan ulama
hadis Syi‟ah. Sehingga jika dikembalikan pada konsep hadis Syi‟ah hadis ini
disebut hadis shahih syadz.
114
2. Secara historis peristiwa ifk terjadi dalam dua kejadian. Peristiwa pertama,
kasus Aisyah yang terjadi pada tahun ke-5 H. Dan peristiwa kedua terjadi
pada Mariatul Qibtiyah pada tahun ke-10 H. persolan pembelaan dan
pembebasannya, Sunni dan Syi‟ah mengaitkan kedua kasus dengan surah an-
Nur ayat sebelas dan seterusnya. Sunni yang mengusung Aisyah dan Maria
dalam keyakinan orang Syi‟ah. Akan tetapi jika ditinjau lebih dalam ada peran
politik pada kemunculan kembali hadis tentang ifk Aisyah. Umayyah
khususnya al-Walid mengambil bagian dalam hal ini. Di samping itu respon
Ali terhadap kasus Aisyah dalam pandangan Syi‟ah diambil sebagai ketidak
layakan turunnya surat an-Nur sebagai pembelaan atas Aisyah. Karena dalam
beberapa kasus, mulai dari persoalan bai‟at Ali sampai pada perang Jamal
menjadi penguat atas respon Ali tersebut. sehingga pernyataan apakah Aisyah
lebih mulai mengarah pada personalitas Aisyah. Ambisi Aisyah yang
mengejar kekuasaan pada perang jamal menurut Syia‟ah adalah hal yang
sangat buruk. Sehingga pengakuan penyesalan Aisyah pada perang Jamal
dianggap sebagai penyesalan karena tidak mendapatkan kekusaan yang
diimpikan.
B. Saran
Tulisan ini masih sangat sederhana. Pengembangan kajian masih sangat
dimungkinkan. Kontekstualisasi hadis ini, dalam artian kecanggihan teknologi
yang dapat mengidentifikasi DNA, bahkan sealipun terjadi seperti kasus Aisyah
115
dapat dideteksi seorang perempuan berhubungan dengan siapa saja. Jadi korelasi
kajian kontekstualisasi pemaknaan sangatlah mungkin untuk dialkukan.
116
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Hasjim. Kritik Matan Hadis: Versi Muhaddisin dan Fuqaha. Yogyakarta:
Teras. 2004.
Abu S}alah Taqi> bin Najm al-Halabi. Taqri>b al-Ma‘a>rif. Software Syamela Syi‟ah.
Adlabi, Shalahuddin bin Ahmad al. Menalar Sabda Nabi: Menerapkan Metode Kritik
Matan dalam Studi Hadis. Terj. Ita Qonita. Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani, 2010.
Ahmad, Jamil. Seratus Mulim Terkemuk. terj. Tim penerjemah Pustaka Firdaus.
Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996.
Al-Waqidi. Kitab al-Maghazi Muhammad: Sumber Sejarah yang Paling Tua tentang
Kisah Hidup Rasulullah. Terj. Rudi G. Aswan. Jakarta: Zaytuna, 2012.
Amin, Muhammadiyah. Ilmu Hadis. Yogyakarta: Graha Guru, 2008.
Arifin, Tatang M. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press, 1995.
Askari, Murtad}a al. Ahadis ummul Mu‟minin. Juz 2. Iran: Matba„ah Sadir. 1994.
Asqalani, Ibnu Hajar al. Fathul Bari: Penjelasan Kitab Shahih al-Bukhari. Juz 20.
Terj. Amiruddin Jakarta: Pustaka Azzam. 2009.
Asqalani, Ibnu Hajar al. Tahdzib at-tahdzib. juz 4. Muassasah Tarikh al-„Arabi. tth.
Aula, Siti Khodijah Nurul. “Pemahaman Hadis Al Ifki dalam Perspektif Historis
(Studi Ma'anil Hadis)” Skripsi Fak. Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran
Islam UIN SUKA 2013.
Azhar, Saifuddin. Metode Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Baha‟i, Buhus fi „ulum al-Dirayah wa al-Riwayah. Beirut: Dar al-Hadi, 2007.
Burhani, Hasyim al. al-Burha>n fi Tafsir al-Qur‟an. Juz 5. Beirut: Mu‟assasah al-
A‟lami, 2006.
Cholil, Moenawar. Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad saw. Jilid 1, Jakarta :
Gema Insani Press,2001.
Dzahabi, Abu „Abdillah Syamsuddin Adz. Tadzkurah al-huffadh. Juz 1. India: dairah
al-Ma‟arif Usmania. 1958.
117
Dzahabi, Syamsuddin Muhammad Ahmad bin „Usman Adz. Siyaru A’la >m al- Nubala>’i. Juz 5. Beirut: Muassasah al-Risalah, 1982.
Ghurufi, Muhyiddin Musawi al. Qawaid al-Hadis. Beirut: dar al-Adhwa‟. 1986.
Goldziher, Ignaz. Muslim Studies. London: George Alen dan Unwin Ltd. 1971.
_______, Pengantar Teologi Dan Hukum Islam. terj. Hersri Setiawan, Jakarta: INIS.
1991.
Hadid, Ibnu abi al-. Syarah Nahjul Balagah dalam Software Maktabah Syamela
Syi‟ah.
Hajjaj, Abdullah. Maria Al-Qibthiyah: The “Forgotten” Love of Muhammad Saw.
Terj. Risyan Nurhakim Bandung: Mizan Pustaka, 2012.
Hidayat, Komarudin. Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik,
jakarta: paramadina, 1996.
Hidayatullah, Fahmi. “Introspeksi terhadap Berita dalam Konsepsi Surah Al Nur
Ayat 15”.skripsi jurusan ilmu al-Qur‟an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat, UIN Sunan Ampel Surabaya 2015.
Hitti, Philip K. History of Arabs: Rujukan Induk dan Paling Otoritatif tentang
Sejarah Peradaban Islam. terj. R. Cecep Lukman Yasin dan Dedi Slamet
Riadi. Jakarta: Serambi Ilmu Semesta, 2008.
Hu‟i, Abu Qosim Musa al-. Mu‟jam Rijal al-Hadis: wa tafsil al-Thabaqat al-Ruwah.
Muassasah al-Khu‟i al-Islamiyah tth.
Husaini, HMH. Al- Hamid al-. Baitun Nubuwwah: Rumah Tangga Nabi Muhammad
saw. Jakarta: Yayasan al-Hamidi, 1993.
Ismail, M. Syuhudi. Kaidah Kesahihan Sanad Hadis: Telaah Kritis Dan Tinjauan
Dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang, 2005.
_______, Metodologi Penelitian Hadis Nabi. Jakarta: Bulan Bintang, 1992.
„Isy, Yusuf al. Dinasti Umayyah: Sebuah Perjalanan Lengkap tentang Peristiwa-
peristiwa yang Mengawali dan Mewarnai Perjalanan Dinasti Umayyah. Terj.
Imam Nurhidayat dan Muhammad Khalil. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013.
Izzan, Ahmad. ulumul hadis. Bandung: Anggota Ikapi, 2011.
118
Juynboll, G.H.A. Muslim TradiTion: Studies in Chronology Provenance and
Authorship of Early Hadit. Cambridge: Cambridge University Press, 1983.
Katsir, Ibnu. Sirah Nabi Muhammad. Terj. Abu Ihsan al-Atsari. Jakarta: Pustaka
Imam as-Syafi‟i, 2010.
Khaldun, Ibnu. Tarikh Ibnu Khaldun. Beirut: Dar al Kutub al „Ilmiyah, Jilid I, 1992.
Khatib, Muhammad A‟jaj al-. Ushul al-Hadits: Pokok-Pokok Ilmu Hadits, Jakarta :
Gaya Media Pratama, 2007.
Kafury, Muhammad Abdurrahman Ibn Abdurrahim al-Mabari. Tuhfah al- Ahwadi bi
Syarhi Jami‟ al-Tirmidzi. Juz 9. Madinah al-Munawwarah: Maktabah al-
Salafiah, 1964.
Lapidus, Ira. M. Sejarah Sosial Ummat Islam. terj. Ghufron A. Mas‟adi. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.2008.
Mandzur, Ibnu. lisa>n al-‘Arab, Beirut : Da>r as-S}adir,1995.
Masrur, Ali. Teori Common Link : Melacak Akar Kesejarahan Hadis Nabi.
Yogyakarta: LKIS Yogyakarta, 2007.
Mishri, Abu Abdurrahman al-. Air Mata Nabi. Terj. Kamran As‟ad Irsyady. Jakarta:
Amzah, 2008.
Mizzi, Jamaluddin Abi al-Haj Yusuf Al-. Tadzhib al-Kamal fi Asma‟ al-Rijal. Juz 22.
Beirut: Muassasah al-Risalah, 1996.
Mubarakfuri, Syafiurrahman al-. Sejarah Emas dan Atlas Perjalanan Nabi
Muhammad. Terj. Muhammad Misbah dan Ahmad Nurrahim. Surakarta:
Ziyad Visi Media, 2012.
Munawwir, Achmad Warson. al-Munawwir Kamus Arab –Indonesia, Surabaya :
Pustaka Progressif, 1997.
Murki, Barmawi. Kontekstualisasi Hadis Rasulullah: Mengungkap Akar dan
Implementasinya, Yogyakarta: Ideal, 2005.
Nadawi, Sulaiman an-. Aisyah: Sejarah Lengkap Kehidupan Ummul Mu‟minin
„Aisyah. Terj. Iman Firdaus Jakarta: Qisthi Press, 2012.
Nawawi>, Imam. S}ah}i>h} Muslim bi Syarhi al- Nawawi>. Juz 17. Bairut: Dar al-Fikr.
1972.
119
Qaradhawi, Yusuf al-. Distorsi Sejarah Islam, terj. Arif Munandar Riswanto, Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 2005.
Qumi, Abi Hasan Ali bin Ibrahim al-. Tafsi>r Al-Qumi>. Juz 2. Iran: Dar al-Kitab, 1202
H.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Mushthalahul Hadis, Bandung: PT. Alma‟arif, 1974.
Rawi, Umar Ahmad Ar-. Wanita-wanita Sekitar Rasullah.Terj. Abdul Rasyad Siddiq.
Jakarta: Akbar Media, 2006.
Ridha,Muhammad. Sirah Nabawiyah. Terj. Anshori Umar Sitanggal dan Abu Farhan.
Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2010.
Sa‟ad, Ibnu. Purnama Madinah: 600 Sahabat Rasulullah yang Menyemarakkan Kota
Nabi. Terj. Eva Y Nukman. Bandung: Al-Bayan, 1997.
Shalih, Subhi as-. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis, terj. Tim Pustaka Firdaus, Jakarta:
Pustaka Firdaus, 1993.
Shiddieqy, T.M.Hasbi Ash-. Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadits. jilid II, Jakarta :
Bulan Bintang, 1981.
Shihab, M. Qurais. Sunnah Syi‟ah Bergandengan Tangan Munkinkah?: Kajian atas
Konsep dan Pemikiran, Jakarta: Lentera Hati, 2014.
_______, Tafsir al-Misbah: Pesan Kesan dan Keserasian al-Qur‟an Juz 9. Jakarta:
Lentera Hati, 2010.
Siba‟i, Musthafa as-. al-Hadis Sebagai Sumber Hukum. Terj. Dja‟far Adb. Muchith.
Bandung: Diponegoro, 1979.
Software lidwa pusaka sembilan kitab hadis.
Software Biharul Adalah Fi Isbati Mazhab At-Tasi‟.
Solahudin, Agus dan Agus Suyadi. Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia, 2009..
Subhani, Ja‟far as-. Usul Hadis wa Ahkamuhu fi Ulum al-Dirayah. Beirut: dar jawad
al-aimmah, 2010.
Sudarto. Metodologi Penelitian Filsafat. Jakarta: Raja Garafindo, 19995.
120
Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode dan Tehnik.
Bandung: Tarsito, 1994.
Suryadi dan Muhammad Alfatih Suryadilaga. Metode Penelitianhadis. Yogyakarta:
TH- Press, 2009.
Suryadi. Metodologi Ilmu Rijal Hadis. Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2003.
Suyuti, Jalaluddin as-. Tadri>b ar-Ra>wi> Fi> Syarh}i Taqri>b An-Nawawi>. Da>r Ibnu al-Jauzy : 1431 H.
Syati‟, „Aisyah „Abdurrahman bitu. Muqaddimah ibnu Shalah wa Mahasin al-Istilah,
Mesir: Darul Ma‟arif, 1990.
_______. Isteri-isteri Rasulullah. Terj. Chadijah Nasution. jilid 2. Jakarta: Bulan
Bintang, 1974.
Tahhan, Mahmud. Ulumul Hadis: Studi Kompleksitas Hadis Nabi. terj. Zainul
Muttaqin, Yogyakarta: Titisan Ilahi Press, 1999.
Thabai, Muhammad Husen at-Thaba‟. al-Mizan Fi Tafsir al-Qur‟an, Libanon: Beirut
1997.
Umairah, Abdurrahman. Tokoh-tokoh yang Diabadikan al-Quran. Terj. Salim
Basyarahil dan M. Sihabuddin. Jilid 1. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.
Wijoyo, Kunto. Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
2013.
Yuslem, Nawir. Ulumul Hadits, Jakarta: PT Mutiara Sumber Widya. 2001.
121
CURRICULUM VITAE
Nama : Said Mujahid
Alamat : Jl. Bimo Kurdo No. 32A Sapen, Yogyakarta.
Telp : 085327120412
Email : [email protected]
Tempat / Tgl Lahir : Sibuhuan, 05 Juni 1992
Umur : 23 tahun
Jenis Kelamin : Laki - laki
Agama : Islam
Warga Negara : Indonesia
Status : Belum Menikah
Tinggi : 165 cm
Berat : 61 kg
Gol. Darah : B
Pendidikan Formal
SD Negeri Pasaman 2004
MTSS Pasaman 2007
MAN Lubuk sikaping 2010
S-1 UIN Sunan Kalijaga 2014
Pengalaman Organisasi
SPECA MAN
YAKIN (Yayasan Amal Kasih Indonesia Nusantara)
IMM (Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah)
Pengalaman training
Training kepemimpinan 2009
Training Psikologi 2013