HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
MAHASISWA PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TENTANG MAKANAN BERSERAT
TAHUN 2011
Skripsi Ini Diajukan Sebagai Tugas Akhir Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam
Mendapatkan Gelar Sarjana Keperawatan (S. Kep)
Disusun Oleh :
WELLY ANGGUN NANKA LIMO
107104003819
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433 H / 2012 M
i
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Skripsi, Februari 2012
Welly Anggun Nanka Limo, NIM : 107104003819
Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Sikap Mahasiswa UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tentang Makanan Berserat
xiii + 45 halaman, 4 tabel, 2 gambar, 4 lampiran
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat, mengetahui gambaran
sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat dan
menganalisis hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat.
Penelitian dilakukan di Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada
tanggal 1 November 2011. Cara pengambilan data, yaitu dengan cross sectional. Instrument
yang digunakan adalah kuesioner. Data yang diperoleh valid dan reliable dengan alpha
cronbach yang didapatkan secara keseluruhan adalah sebesar 0,7. Responden penelitian ini
adalah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sebanyak 52 orang. Analisis statistik yang
digunakan adalah Spearman Test. Hasil penelitian didapatkan bahwa sebagian besar tingkat
pengetahuan mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat
adalah kurang (53,8%). Sebagian besar sikap mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang makanan berserat adalah positif (78,8%).
Hasil analisis data statistik menunjukkan tidak ada hubungan dengan nilai p value
sebesar 0, 812 (p>0,05), sehingga Ha ditolak dan Ho diterima.
Kata Kunci : Tingkat Pengetahuan, Sikap, Makanan Berserat
Daftar Bacaan : 40 (1985-2010)
ii
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PROGRAM STUDY OG NURSING SCIENCE
Paper, February 2012
Welly Anggun Nanka Limo, NIM : 107104003819
Relationship Between The Level of Knowledge With Students of Psychology Attitude In
Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta About Food Fiber
xiii + 45 pages, 4 tables, 2 figures, 4 appendices
ABSTRACT
This study aims to determine the level overview, find out the picture of student
attitudes and analyzing the relationship between the level of knowledge by psychology
student attitudes Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta on fibrous foods.
The study was conducted at the Faculty of Psychology Sharif Hidayatullah State
Islamic University Jakarta on November, 2011 with using this type of analytical research
through quantitative approach with cross sectional design. Instrument used was questionnaire.
Data obtained valid and reliable with general of alpha cronbach 0,7. Study's respondents
were students Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta as many as 52 people.
Statistical analysis was used to analyze the relationship is using Spearman test. The study
found that most of the knowledge level psychology student Sharif Hidayatullah State Islamic
University Jakarta on-fiber foods are less (53.8%). Most of the attitudes of psychology
students Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta on fibrous foods were positive
(78.8%).
The results of statistical analysis showed no association between the level of
knowledge by psychology student attitudes Sharif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta on fibrous foods with p value 0, 812 (p> 0.05), so that Ho refused and Ha is received.
Keyword : Levels of Knowledge, Attitude, Food Fiber
References : 40 (1985-2010)
i
RIWAYAT HIDUP
Nama : Welly Anggun Nanka Limo
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 01 November 1989
Alamat : Komplek Pertamina Tugu Jl. Permata IV Blok H No. 8
Rt. 002/016 Jakarta Utara
No. Telp/HP : 085710890057
e-mail : [email protected]
RIWAYAT PENDIDIKAN :
1. TK Barunawati, Jakarta Utara
2. SDN Tugu Utara 01 Pagi, Jakarta Utara
3. SMPN 121, Jakarta Utara
4. SMA DIKANTARA, Jakarta Utara
PENGALAMAN ORGANISASI :
1. ROHIS SMPN 121, Jakarta Utara
2. PASKIBRA SMPN 121, Jakarta Utara
3. OSIS SMA DIKANTARA, Jakarta Utara
4. BEM Jurusan Ilmu Keperawatan UIN Jakarta
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr. wb,
Rasa syukur yang tak henti-hentinya peneliti persembahkan kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan oleh Nabi Muhammad SAW, atas nikmat
dan karunia-Nya yang selalu terpancar, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul Hubungan antara Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Makanan Berserat Tahun 2011.
Dalam penelitian skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan yang peneliti alami.
Namun, syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-Nya, kesungguhan, kerja keras dan
keinginan yang kuat, disertai dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, baik
langsung maupun tidak langsung segala kesulitan dapat diatasi dengan baik dan pada
akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik pula.
Oleh sebab itu, sudah sepantasnya pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan
terima kasih dan penghargaan sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof. dr. Dr (hc) MK. Tadjudin, Sp.And selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ns. Waras Budi utomo, S.Kep., MKM selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ns. Eni Nuraeni, S.Kep., M.Sc selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ita Yuanita, S.Kp, M, Kep dan Ibu Ernawati, S.Kp, M.Kep, Sp.MB selaku dosen
pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran selama membimbing
peneliti.
iii
5. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staf pengajar pada lingkungan Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuannya kepada peneliti selam duduk dibangku
kuliah.
6. Segenap jajaran staf dan karyawan akademik dan kepustakaan fakultas yang sangat
membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi.
7. Kedua orang tua, kakak-kakak dan teman dekat yang selalu mensupport dan memberikan
semangat kepada peneliti agar dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Teman-teman seperjuangan PSIK angkatan 2007 dan seluruh pihak yang telah
memberikan semangat dan membantu selama melaksanakan dan menyelesaikan skripsi.
Akhir kata, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun, sehingga
peneliti dapat memperbaiki skripsi ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat,
khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang kelak mempergunakan skripsi ini
sebagai bahan referensi guna kemajuan pendidikan selanjutnya.
Wassalamu’alaikum wr. wb
Jakarta, Februari 2012
Welly Anggun Nanka Limo
iv
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PERNYATAAN .……………………………………………………...... i
ABSTRAK ………………………………………………………………………….. ii
ABSTRACT.. ……………………………………………………………………….. iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN ….……………………………………………… iv
RIWAYAT HIDUP …..….………………………………………………………….. v
KATA PENGANTAR ...…………………………………………………………….. vi
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… viii
DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… x
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………... xi
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………………... xii
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………………… .. 1
A. Latar Belakang …………………………………………………………... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 4
C. Pertanyaan Penelitian ……………………………………………………. 4
D. Tujuan Penelitian ………………………………………………………… 4
E. Manfaat Penelitian ……………………………………………………….. 5
F. Ruang Lingkup penelitian ……………………………………………….. 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………….... 6
A. Gizi ………………………………………………………………………. 6
1. Pengertian …………………………………………………………… 6
2. Jenis Zat Gizi (Nutrient) …………………………………………….. 7
B. Serat Makanan …………………………………………………………… 9
1. Jenis Serat ……………………………………………………………. 10
2. Sumber Serat ………………………………………………………… 12
3. Angka Kecukupan Serat …………………………………………….. 13
4. Manfaat Serat ………………………………………………………. 13
5. Dampak Kurang Serat ………………………………………………. 15
C. Pengetahuan …………………………………………………………….. 20
1. Pengertian …………………………………………........................... 20
2. Tingkat Pengetahuan ………………………………………………... 20
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ………………….... 21
D. Konsep Sikap ………………………………………………………….... 23
1. Pengertian …………………………………………………………… 23
2. Tingkatan Sikap …………………………………………………...... 23
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap …………………………... 25
4. Pengukuran Sikap …………………………………………………… 25
E. Remaja …………………………………………………………………… 27
1. Pengertian ………………………………………………………….... 27
2. Tahap Perkembangan Remaja ………………………………………. 27
3. Pola Makan Remaja ……………….………………………………… 27
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Remaja ………........ 28
F. Penelitian Terkait ……………………………………………………….. 28
G. Kerangka Teori ………………………………………………………..... 29
BAB III KERANGKA KONSEP dan DEFINISI OPERASIONAL ……………... . 30
A. Kerangka Konsep ……………………………………………………..... 30
B. Hipotesis Penelitian …………………………………………………….. 30
C. Definisi Operasional ……………………………………………………. 30
v
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ………………………………………… . 33
A. Jenis dan Rancangan Penelitian ………………………………………… 33
B. Lokasi dan Waktu Penelitian …………………………………………… 33
C. Populasi dan Sampel ……………………………………………………. 33
D. Metode Pengumpulan Data …………………………………………….. 35
E. Teknik Pengolahan Data ……………………………………………….. 38
F. Teknik Analisa Data ……………………………………………………. 39
G. Etika Penelitian …………………………………………………………. 40
BAB V HASIL PENELITIAN ……………………………………………………. . 43
A. Gambaran Umum Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah ……. 43
B. Hasil Analisis Univariat …………………………………………...……. 43
1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden tentang Makanan Berserat 43
2. Gambaran Sikap Responden tentang Makanan Berserat …………… 44
C. Hasil Analisis Bivariat ………………………………………………….. 44
BAB VI PEMBAHASAN ………………………………………………………… 45
A. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tentang Makanan Berserat ……………………… 45
B. Gambaran Sikap Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tentang Makanan Berserat ……………………………………. 46
C. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Makanan Berserat 47
D. Keterbatasan Penelitian ……………………………………………… 48
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………… 49
A. Kesimpulan …………………………………………………………... 49
B. Saran …………………………………………………………………. 49
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Definisi Operasional ………………………………………………………… 31
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tentang Makanan Berserat Tahun 2011 …. 43
Tabel 5.2 Gambaran Sikap Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta Tentang Makanan Berserat Tahun 2011 ……………………………. 44
Tabel 5.4 Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Makanan Berserat Tahun 2011 ….. 45
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Teori ………………………..…………………………… 25
Gambar 3.1 Kerangka Konsep …………………………...……………………… 27
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Informed Consent
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian
Lampiran 3 Data Statistik Uji Validitas
Lampiran 4 Data Statistik Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan teknologi di Indonesia selain dapat membawa
dampak positif, juga dapat membawa dampak negatif terhadap gaya hidup
dan pola konsumsi makanan pada masyarakat Indonesia. Pola konsumsi saat
ini sering mengikuti pola konsumsi kebarat-baratan (western style diet)
(Sulistijani, 2002).
Pola konsumsi ini mulai menggeser pola konsumsi “gizi seimbang”
yang selama ini telah diterapkan sebagian masyarakat Indonesia.
Ketidaktahuan dan kurangnya pemahaman masyarakat akan makanan sehat
menyebabkan masyarakat cenderung beralih ke makanan siap saji. Jika hal
tersebut terus diterapkan dalam jangka panjang, gaya hidup seperti ini akan
berdampak buruk bagi kesehatan, karena mengakibatkan ketidakseimbangan
asupan gizi (Sulistijani, 2002).
Keanekaragaman pangan sangat penting karena tidak ada satu jenis
pangan pun yang dapat menyediakan gizi bagi seseorang secara lengkap.
Keanekaragaman tersebut mencakup karbohidrat, serat, lemak, protein,
vitamin dan mineral yang dibutuhkan tubuh dari beragam jenis makanan
yang dikonsumsi setiap hari. Oleh karena itu, untuk mencapai masukan zat
gizi yang seimbang tidak mungkin dipenuhi hanya oleh satu jenis bahan
makanan, melainkan harus terdiri dari aneka ragam bahan makanan
(Khomsan, 2004).
2
Islam sangat memperhatikan tentang makanan yang dikonsumsi
manusia. Makanan yang dikonsumsi umat muslim haruslah makanan yang
halal dan baik. Halal dari aspek hukumnya dan baik dilihat dari
substansinya, seperti firman Allah dalam Al-qur’an surat Al-Maidah ayat 88
:
Artinya :
Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu
beriman kepada-Nya.
Keanekaragaman tersebut harus diperhatikan, apabila konsumsi
makanan sehari-hari kurang beranekaragam, maka akan timbul
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan zat gizi yang diperlukan
untuk hidup sehat dan produktif. Selain itu, akan meningkatkan resiko
munculnya penyakit degeneratif, seperti penyakit jantung koroner (PJK),
Diabetes Mellitus (DM), Obesitas (kegemukan) dan penyakit gangguan
pencernaan, seperti sembelit (konstipasi), wasir (ambeien), tumor, kanker
usus besar, divertikulosis, radang usus buntu dan gangguan pencernaan lain
(Sulistijani, 2002).
Gizi seimbang yang tidak terpenuhi dalam tubuh dapat diakibatkan
oleh pola konsumsi makanan yang cenderung mementingkan kepraktisan.
3
Kepraktisan dalam mengkonsumsi makanan diperoleh dengan cara
menyantap makanan siap saji (fast food) yang sebenarnya tidak memenuhi
kecukupan gizi. Umumnya makanan siap saji tersebut sangat kaya akan
lemak, protein dan kolesterol, tetapi miskin serat (Muchtadi dalam
Badrialaily, 2004).
Secara garis besar fungsi serat makanan adalah sebagai pelindung
kolon dari gangguan konstipasi, diare, divertikulum, wasir, dan kanker
kolon. Serat makanan juga mencegah terjadi gangguan metabolisme,
sehingga tubuh terhindar dari kegemukan dan kemungkinan terserang
penyakit diabetes mellitus (DM), penyakit jantung koroner (PJK), hipertensi,
dan karies gigi (Sulistijani, 2002).
Anjuran mengkonsumsi makanan berserat masyarakat Indonesia
adalah 20-35 gram per hari (minimal 3 ikat sayur), sedangkan konsumsi
serat rata-rata penduduk Indonesia adalah sekitar 10,5 gram per hari (Jahari
& Sumarno, 2001) dalam Badrialaily (2004).
Ditemukan bahwa, konsumsi makanan berserat masyarakat
Indonesia lebih rendah dari masyarakat Eropa, bahkan Amerika Serikat,
yaitu sekitar 15 gram per hari, sedangkan masyarakat Indonesia hanya
mengkonsumsi makanan berserat adalah hanya 10,5 gram per hari (Joseph,
2002).
Mahasiswa yang merupakan bagian kecil kelompok masyarakat
ilmiah juga mempunyai pola makan yang sama, yaitu rendah serat dan tinggi
karbohidrat dan protein. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan
pada Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2007
4
s/d 2010 pada tanggal 5 Agustus 2011, diperoleh (65%) 5 dari 8 orang
mahasiswa memiliki pengetahuan pengetahuan kurang, (75%) 6 dari 8 orang
mahasiswa memiliki sikap positif (baik), dan (75%) 6 dari 8 mahasiswa
tidak mengaplikasikan konsumsi serat ke dalam kehidupan sehari-hari
mereka. Hal tersebut terjadi karena mahasiswa cenderung hidup sendiri,
mereka memilih sendiri makanan yang ingin mereka konsumsi dan mereka
mempunyai kebebasan untuk membelanjakan uang yang mereka punya.
Latar belakang di atas menjadi dasar bagi peneliti untuk mengetahui
hubungan tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
permasalahan dalam penelitian ini adalah belum diketahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat.
C. Pertanyaan Penelitian
Melihat rumusan masalah di atas, maka yang menjadi pertanyaan
peneliti adalah bagaimana hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang
makanan berserat.
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
5
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui gambaran tingkat pengetahuan mahasiswa Psikologi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat.
2. Mengetahui sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang makanan berserat.
3. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap
mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang
makanan berserat.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat meningkatkan motivasi dan pengetahuan
mahasiswa tentang makanan berserat.
2. Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai landasan untuk
penelitian selanjutnya yang terkait dengan makanan berserat.
F. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan jenis penelitian analitik
menggunakan desain penelitian cross sectional, yang bertujuan untuk
memperoleh informasi tentang hubungan antara tingkat pengetahuan dengan
6
sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang
makanan berserat pada tahun 2011. Responden yang diteliti adalah
mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bersedia untuk
menjadi responden.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Gizi
1. Pengertian
Menurut Almatsier (2001), gizi berasal dari bahasa arab “Al
Gizzai” atau ghidza yang artinya makanan dan manfaat untuk kesehatan.
Al Gizzai juga dapat diartikan sari makanan yang bermanfaat untuk
kesehatan. Gizi (nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan
makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi,
transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang
tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan
fungsi normal dari organ-organ tubuh, serta menghasilkan energi.
Pengertian gizi terbagi secara klasik dan masa sekarang, yaitu :
a. Klasik : gizi hanya dihubungkan dengan kesehatan tubuh
(menyediakan energi, membangun, memelihara jaringan tubuh,
mengatur proses-proses kehidupan dalam tubuh.
b. Sekarang : selain untuk kesehatan, juga dikaitkan dengan potensi
ekonomi seseorang karena gizi berkaitan dengan perkembangan otak,
kemampuan belajar, produktivitas kerja.
Ilmu Gizi adalah ilmu yang mempelajari cara memberikan
makanan yang sebaik-baiknya agar tubuh selalu dalam kesehatan yang
optimal. Untuk hidup dan meningkatkan kualitas hidup, setiap orang
memerlukan zat gizi (karbohidrat, serat, lemak, protein, vitamin, dan
7
mineral) dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan tidak juga
kekurangan (Khumaidi, 1994).
2. Jenis Zat Gizi (Nutrient)
a. Karbohidrat
Glukosa adalah hidrat arang spesifik yang dibutuhkan oleh
jaringan, akan tetapi jumlahnya di dalam nutrien tidak mencukupi
kebutuhan. Namun hidrat arang lain seperti amilum, glikogen,
fruktosa, sakarosa dan galaktosa yang terdapat dalam nutrien dapat
diubah menjadi glukosa, baik melalui proses pencernaan ataupun
sesudah berada di dalam hati (Khumaidi, 1994).
Kekurangan asupan karbohidrat dapat menyebabkan
kekurangan gizi, tubuh lemah, lesu dan tidak berenergi, akibat lanjutan
lainnya yang lebih berbahaya adalah dapat menimbulkan penyakit
Marasmus (gangguan gizi). Sedangkan kelebihan asupan karbohidrat
dapat menyebabkan penyakit diabetes (Suhardjo & Clara, 1992).
b. Lemak
Lemak dalam nutrien yang mengandung kadar asam lemak
tidak jenuh yang tinggi merupakan faktor utama dalam menurunkan
kadar kolesterol darah dan dikatakan mempunyai arti penting dalam
mencegah penyakit jantung koroner. Nutrien dengan kadar lemak
terutama dengan kadar asam lemak jenuh yang tinggi dapat
menyebabkan penyakit jantung koroner, kanker payudara dan kanker
usus besar (Suhardjo & Clara, 1992).
8
c. Protein
Pada umumnya, energi yang dibutuhkan oleh tubuh hanya
sekitar 12% saja yang berasal dari protein. Asupan protein yang
berlebihan bisa menyebabkan terbentuknya keton, dan membuat ginjal
bekerja keras, membuangnya keluar tubuh. Hal ini selain membebani
ginjal juga bisa mengganggu jantung akibat dehidrasi, tulang
kehilangan kalsium, dan massa otot malah bisa hilang (Suhardjo &
Clara, 1992).
Kurangnya konsumsi makanan yang mengandung protein
seperti daging dan ikan, adalah sebagian besar pangkal dari munculnya
penyakit kekurangan protein. Penyakit yang diakibatkan oleh
kekurangan protein diantaranya adalah kanker payudara, kanker usus
besar, penyakit jantung, dan osteoporosis (Suhardjo & Clara, 1992).
d. Vitamin dan Mineral
Vitamin dan mineral adalah nutrien yang dibutuhkan hanya
dalam jumlah yang sangat kecil, akan tetapi mempunyai peran yang
penting dalam proses metabolisme. Sebagian besar vitamin dan
seluruh mineral harus diperoleh dari makanan. Nutrien yang
dikonsumsi haruslah sesuai dengan kebutuhan tubuh untuk dapat
mencegah terjadinya penyakit defisiensi dan gangguan kesehatan.
Ketidaktahuan dan keadaan ekonomi yang buruk merupakan penyebab
utama kegagalan pemenuhan kebutuhan nutrien yang wajar (Suhardjo
& Clara, 1992).
9
Aterosklerosis dan penyakit jantung koroner sering disebabkan
oleh makanan yang mengandung kadar lemak dan asam lemak jenuh
yang tinggi. Kanker payudara, kanker usus besar, kanker prostat
berhubungan erat dengan pemasukan makanan yang tinggi kadar
lemaknya. Hipertensi dan penyakit-penyakit serebrovaskuler berkaitan
dengan pemasukan garam dan mineral yang terlalu tinggi yang
kemudian menumpuk sehingga menyebabkan PJK dan Aterosklerosis
karena pada situasi seperti ini aliran darah terganggu dan menyebabkan
aliran darah terhambat atau tidak lancar (Suhardjo & Clara, 1992).
e. Serat
Serat dalam nutrien dibutuhkan untuk menahan air dan
memperbesar volume sewaktu makanan bergerak sepanjang saluran
cerna. Nutrien yang banyak mengandung serat yang tidak larut dapat
mencegah terjadinya divertikulosis, kanker usus besar, penyakit
kardiovaskuler, hemoroid dan diabetes mellitus, sedangkan nutrien
yang mengandung banyak serat yang larut akan memperlambat
pengosongan lambung dan menyebabkan perlambatan kenaikan kadar
glukosa darah sesudah makan (Suhardjo & Clara, 1992).
B. Serat Makanan
Serat makanan adalah zat non gizi yang berguna untuk diet. Serat
makanan tidak dapat diserap oleh dinding usus halus dan tidak dapat masuk ke
dalam sirkulasi darah. Serat akan dilewatkan menuju usus besar (kolon)
dengan gerakan peristaltik usus. Serat makanan yang tersisa di dalam kolon
tidak membahayakan organ usus, justru kehadirannya berpengaruh positif
10
terhadap proses-proses di dalam saluran pencernaan dan metabolisme zat gizi,
asalkan jumlahnya tidak berlebihan. Jika jumlahnya berlebihan akan
mengakibatkan diare (Sulistijani, 2002 ; Boeckner, 1995).
Menurut Larsen (2003), serat terbagi menjadi serat larut (soluble) dan
serat tidak larut (insoluble). Serat makanan tersebut, meliputi : polisakarida,
oligosakarida, lignin dan sebagainya (Setiawan, 2002). Hasil-hasil penelitian
menunjukkan bahwa, ternyata serat yang tidak dapat dicerna tidak hanya
terdiri dari selulosa, tetapi juga lignin, hemiselulosa, pentose, gum dan
senyawa pectin. Istilah serat pangan (dietary fiber) digunakan untuk
menunjukkan bahwa lignin serta karbohidrat lain tidak dapat dicerna dan
diserap oleh tubuh, termasuk ke dalamnya (Muchtadi, 2001).
1. Jenis Serat Makanan
Menurut Wirakusumah (2003), ada dua istilah yang sering
digunakan dalam kaitannya dengan serat, yaitu :
Dietary Fiber (serat makanan) adalah semua jenis serat yang tetap ada
dalam kolon setelah pencernaan, baik serat larut dalam air, maupun serat
tidak larut dalam air.
Crude Fiber (serat kasar) adalah serat tumbuhan yang tidak larut dalam
air, misalnya : selulosa, hemiselulosa dan lignin. Adapun serat yang larut
dalam air adalah pectin, gum, gel, dan mucilages.
Menurut Joseph (2002), serat kasar adalah bagian dari pangan yang
tidak dapat dihidrolisis oleh bahan-bahan kimia, seperti : asam sulfat
(H2SO4 1,25%) dan natrium hidroksida (NaOH 1,25%), sedangkan serat
11
makanan adalah bagian dari pangan yang tidak dapat dihidrolisis oleh
enzim-enzim pencernaan.
Menurut karakteristik fisik dan pengaruhnya terhadap tubuh, serat
dibagi menjadi dua, yaitu :
a. Serat Larut Dalam Air (Soluble Fiber)
Adalah serat yang dapat larut dalam air dan juga dalam
saluran pencernaan, serta dapat membentuk gel dengan cara menyerap
air, yang termasuk di dalamnya adalah mucilages, gum, dan pectin.
Serat jenis ini akan membentuk gel, sehingga isi lambung penuh dan
menyebabkan cepat kenyang karena volume makanan menjadi besar.
Serat memiliki kemampuan menyerap air seperti karet busa
(Wirakusumah, 2003). Serat larut ini juga berfungsi menurunkan
kolesterol dan mengurangi resiko penyakit jantung koroner
(Larsheslet, 1997 ; Bazzano, 2003).
Serat larut (soluble fiber) merupakan serat yang larut dalam air
membentuk material serupa jeli. Ia mampu mengikat garam empedu
yang mengandung kolesterol, untuk kemudian dikeluarkan bersamaan
dengan feses. Karena itu, semakin tinggi konsumsi serat larut, akan
semakin banyak garam empedu dan lemak yang dikeluarkan tubuh,
sehingga kadar kolesterol pun dapat dikendalikan. Serat larut bisa
diperoleh antara lain di buah-buahan, seperti apel, wortel, jeruk dan
buah-buahan kelompok sitrus lainnya, gandum, dan buncis
(Khomsan, 2003).
12
b. Serat Tidak Larut Dalam Air (Insoluble Fiber)
Adalah serat yang tidak dapat larut dalam air dan juga dalam
saluran pencernaan, tetapi memiliki kemampuan meyerap air dan
meningkatkan tekstur dan volume tinja, sehingga makanan dapat
melewati usus besar dengan cepat dan mudah. Yang tergolong dalam
serat ini adalah selulosa, hemiselulosa dan lignin (Boeckner, 1995 dan
Wirakusumah, 2003).
Serat tidak larut (insoluble fiber). Serat jenis ini mendorong
material makanan melewati sistem pencernaan dan
meningkatkan/memperbesar massa feses, juga membentuk feses
menjadi tidak keras/lebih lembut. Feses yang lebih lembut akan lebih
mudah dikeluarkan, sehingga terhindar dari konstipasi atau gangguan
buang air besar. Gandum, kacang-kacangan, dan sayuran adalah
sumber utama untuk serat tidak larut (Khomsan, 2003).
2. Sumber Serat Makanan
Setiap jenis sayuran dan buah-buahan mengandung serat. Sebagian
besar serat makanan bersumber dari pangan nabati. Serat tersebut berasal
dari dinding sel berbagai jenis buah, sayuran, umbi-umbian, kacang-
kacangan dan lain-lain (Larsen, 2003). Serat makanan larut air terdapat
pada semua buah-buahan, beberapa biji-bijian dan beberapa polong-
polongan, seperti : kacang kapri (peas), buncis (beans), dan sejenis
gandum (lentils). Serat tipe ini berperan menangkap materi lemak pada
bahan pangan yang sedang dicerna, sehingga lemak terhalang
13
penyerapannya ke dalam tubuh. Serat makanan larut juga memiliki
manfaat positif terhadap gula darah (Khumaidi, 1994).
Jahari dan Sumarno (2002) mengemukakan bahwa bahan makanan
penyumbang terbesar serat adalah dari golongan serealia, terutama beras
giling dan jagung. Dari rata-rata konsumsi sebesar 10,5g/orang/hari, 2,1g
diantaranya disumbangkan oleh beras giling dan 1,1g oleh jagung. Bahan
makanan penyumbang serat selain dari golongan serealia adalah golongan
buah/biji berminyak sebesar 1,6g, kacang-kacangan 1,2g, sayur-sayuran
1,2g dan buah-buahan sebesar 0,9g.
3. Angka Kecukupan Serat yang Dianjurkan
Anjuran mengkonsumsi makanan berserat masyarakat Indonesia
adalah 20-35 gram per hari (minimal 3 ikat sayur, missal bayam ataupun
kangkung, jika diukur dalam ukuran rumah tangga), sedangkan konsumsi
serat rata-rata penduduk Indonesia adalah sekitar 10,5 gram per hari
(Jahari & Sumarno, 2001) dalam Badrialaily (2004).
Ditemukan bahwa, konsumsi makanan berserat masyarakat
Indonesia lebih rendah dari masyarakat Eropa, bahkan Amerika Serikat,
yaitu sekitar 15 gram per hari, sedangkan masyarakat Indonesia hanya
mengkonsumsi makanan berserat adalah hanya 10,5 gram per hari (Joseph,
2002).
4. Manfaat Serat Makanan Bagi Tubuh
Makanan berserat yang tidak mudah larut dalam air berfungsi
untuk mengatasi sembelit, mencegah penyakit kanker, terutama kanker
kolon dan dapat mengontrol berat badan. Jika ada orang yang kekurangan
14
makanan yang berserat, maka feses yang terbentuk dalam usus besarnya
kecil-kecil dan bertekstur keras. Bentuk feses macam ini menyebabkan
konsentrasi pada zat karsinogenik yang mungkin di dalamnya pekat.
Bentuk feses yang kecil dan tektur yang keras juga menyebabkan proses
terbentuknya feses menjadi lebih lama. Hal tersebut bisa berakibat sering
terjadi kontak dengan zat karsinogen dalam konsentrasi yang cukup tinggi
dan lama dengan dinding usus besar yang kemungkinannya dapat
menyebabkan terbentuknya sel-sel kanker (Suhardjo & Clara, 1992).
Fungsi lain dari serat larut air dalam usus halus adalah mampu
menurunkan kadar kolesterol darah. Teori ini yang paling banyak diterima
adalah bahwa komponen serat makanan mampu mengikat asam empedu.
Dengan demikian akan mencegah reabsorbsinya dari usus, serta
meningkatkan ekskresinya. Serat makanan mampu mengurangi kadar
kolesterol yang bersirkulasi dalam plasma darah, hal ini diesebabkan serat
makanan dapat meningkatkan konversi kolesterol menjadi asam empedu.
Hadirnya serat juga berperan melapisi mukosa usus halus yang
meningkatkan kekentalan volume makanan dan memperlambat
penyerapan glukosa, akhirnya tubuh terhindar dari kanker kolon
(Khumaidi, 2004).
Tidak jauh berbeda, Khomsan (2003) mengemukakan selain
mencegah konstipasi dan menurunkan kolesterol, serat juga bermanfaat
untuk:
a) Mengontrol kadar gula darah. Serat, khususnya serat larut, dapat
memperlambat penyerapan gula, sehingga untuk orang-orang yang
15
mengidap diabetes, kadar gula darahnya menjadi lebih baik. Pola
makan yang tinggi serat juga dapat mengurangi risiko dari terkena
penyakit diabetes tipe 2.
b) Membantu mengurangi berat badan (menjaga berat badan ideal).
Makanan kaya serat umumnya membutuhkan waktu pengunyahan
yang lebih lama, dan menimbulkan kesan kenyang pada lambung
sehingga keinginan untuk mengudap atau ngemil pun tidak ada.
c) Membantu mencegah kanker usus besar (colorectal cancer). Kanker
ini terjadi karena orang kesulitan buang air besar (BAB). Ketika sulit
BAB, dinding saluran mengalami perlukaan, timbul semacam bisul,
dan peradangan-peradangan yang bisa tak terkendali. Proses
penyerapan zat-zat karsinogenik yang seharusnya ikut terbuang
bersamaan dengan feses pun menjadi tidak lancar, akibatnya menjadi
menumpuk, dan bisa menimbulkan gejala tumor atau kanker.
5. Dampak Kurang Serat
a. Konstipasi
Konstipasi merupakan keadaan individu yang mengalami atau
beresiko tinggi mengalami stasis usus besar, sehingga menimbulkan
eliminasi yang jarang atau keras, serta tinja (feses) yang dikeluarkanpun
terlalu kering dan keras. Tanda klinis konstipasi, yaitu : feses yang keras,
defekasi kurang dari 3 kali seminggu, menurunnya bising usus, adanya
keluhan pada rectum, nyeri pada saat mengejan atau defekasi, dan adanya
perasaan masih ada sisa feses. Kemungkinan penyebab terjadinya
konstipasi, antara lain : pola defekasi yang tidak teratur, nyeri saat defekasi
16
karena hemorroid, menurunnya peristaltik karena stres psikologis,
penggunaan obat (seperti Antasida, Laksative, atau Anestesi), dan proses
menua (Behrman dkk, 1996).
Konstipasi dapat terjadi, jika defekasi tertunda terlalu lama yang
kemudian feses menjadi terlalu kering, sehingga sulit untuk dikeluarkan.
Jika isi kolon tertahan dalam waktu yang lebih lama dari normal, jumlah
H2O yang diserap akan melebihi normal, sehingga feses mejadi kering dan
keras. Variasi normal frekuensi defekasi di antara individu adalah dari
setiap kali makan sampai sekali seminggu. Apabila frekuensi tertunda
melebihi waktu yang normal bagi individu yang bersangkutan, maka dapat
terjadi konstipasi dengan gejala-gejala penyertanya (Sherwood, 2001).
b. Divertikulum
Adalah terbentuknya kantung empedu yang abnormal pada dinding
usus dan disertai dengan peradangan (Sulistijani, 2002 dan Larsen, 2003).
Dalam kasus ini, asupan serat tidak larut sangat diperlukan agar volume
feses besar, lunak dan mudah dikeluarkan. Ini dapat menurunkan tekanan
intra kolon, sehingga dapat meredakan gejala dan mengurangi serangan
inflamasi divertikulum (Beck, 1993). Penderita divertikulum harus banyak
mengonsumsi sayur-sayuran segar, buah-buahan segar, biji gandum setiap
harinya (Larsen, 2003).
c. Kanker Kolon
Merupakan polip (tonjolan) yang abnormal pada dinding usus.
Salah satu pemicu timbulnya kanker kolon adalah kurangnya konsumsi
17
serat makanan dan terlalu tingginya konsumsi makanan berlemak (Larsen,
2003).
Peran serat dalam kanker kolon hanya sebagai pencegah, bukan
mengobati. Konsumsi serat makanan yang seimbang dan teratur mampu
menangkal serangan kanker kolon. Ini karena serat makanan larut air di
dalam kolon akan difermentasikan oleh bakteri kolon menjadi asam lemak
rantai pendek yang berfungsi sebagai anti kanker. Terbentuknya asam
lemak rantai pendek akan mengikat asam empedu yang bersifat
karsinogenik. Selanjutnya, asam tersebut akan dibuang bersamaan dengan
feses melalui anus (Sulistijani, 2002).
d. Wasir (Hemorrhoid)
Adalah terjadinya pelebaran darah balik dan pembengkakan
jaringan sekitarnya di daerah anus atau dubur (Sugiharto, 2002). Penyakit
ini banyak diderita oleh orang dewasa. Konsumsi serat makanan yang
tidak larut dalam air lebih ditingkatkan dapat membantu feses agar tetap
lunak dan bervolume besar, sehingga dapat mengurangi tekanan pada anus
(Sulistijani, 2002).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya wasir, antara lain :
faktor keturunan, tekanan di dalam perut yang terlalu besar, kehamilan,
jenis pekerjaan, konsumsi rendah serat. Faktor-faktor tersebut saling
mempengaruhi satu sama lain (Sugiharto, 2002).
e. Gangguan Metabolisme
Gangguan ini yang dimaksud adalah Obesitas (kegemukan) yang
merupakan refleksi ketidakseimbangan konsumsi makanan dan
18
pengeluaran energy dari aktivitas fisik dan olahraga (Larsheslet, 1997 dan
Khomsan, 2004). Beberapa ahli mengklasifikasikan kegemukan. Jika nilai
IMT >25 dan obesitas IMT >30 (Gibson, 1993).
Obesitas ini disebabkan oleh kegemaran makan yang berlebihan
terutama makanan tinggi kalori tanpa diimbangi oleh aktivitas fisik yang
cukup (kurang gerak), sehingga energi tersimpan dalam tubuh sebagai
lemak tubuh dan adanya gangguan metabolik dalam tubuh, misalnya
kejadian tumor hipotalamus yang dapat menyebabkan hiperfagia yakni
nafsu makan meningkat (Khomsan, 2004).
f. Hipertensi
Adalah tekanan sistolik atau diastolik lebih besar dari 130/90
mmHg. Orang yang mengonsumsi serat tinggi umumnya mempunyai
tekanan darah lebih rendah daripada orang yang tidak mengkonsumsi serat
(Khomsan, 2003).
g. Diabetes Mellitus (DM)
Adalah suatu kondisi dimana kadar gula dalam darah lebih tinggi
dari normal (60-145 mg/dl) (Joseph, 2002). Suyono (1999) menjelaskan
bahwa, Diabetes Mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada
seseorang yang disebabkan oleh adanya peningkatan kadar gula (glukosa)
darah akibat kekurangan insulin, baik absolute maupun relatif. Insulin
merupakan suatu zat hormon yang dikeluarkan oleh sel beta di pangkreas
yang berfungsi dalam metabolisme pengolahan makanan menjadi energi.
Rekomendasi asupan serat untuk penderita diabetes sama dengan
orang yang tidak diabetes, yaitu dianjurkan mengkonsumsi 20-35 g serat
19
makanan dari berbagai sumber bahan makanan. Di Indonesia, anjurannya
kira-kira 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut. Suatu penelitian di
Amerika membuktikan bahwa, diet tinggi serat yaitu 25 g/hari mampu
memperbaiki pengontrolan gula darah, menurunkan peningkatan insulin
yang berlebihan di dalam darah, serta menurunkan kadar lemak dalam
darah (Joseph, 2002).
Konsumsi pangan yang kaya akan serat terbukti dapat menurunkan
kadar glukosa dan insulin. Menu dengan karbohidrat tinggi (55%-70%)
dan serat pangan tinggi (50-80 g/hari) berhasil menyembuhkan penyakit
Diabetes Mellitus (DM). banyak penelitian yang membuktikan bahwa
respon glukosa plasma insulin terhadap jumlah karbohidrat yang
dikonsumsi dipengaruhi oleh kadar serat dalam makanan (Bangun, 2003).
h. Jantung Koroner
Saat ini, penyakit jantung merupakan penyakit utama penyebab
kematian di Indonesia. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh
kebiasaan mengkonsumsi makanan tinggi lemak jenuh, agar lemak mudah
masuk dalam peredaran darah dan diserap tubuh, maka lemak harus diubah
oleh enzim lipase menjadi gliserol. Sebagian sisa lemak akan disimpan di
hati dan di metabolisme tubuh menjadi kolesterol pembentuk asam
empedu yang berfungsi sebagai pencerna lemak. Semakin banyak
mengkonsumsi lemak, berarti semakin meningkat pula kadar kolesterol
dalam darah. Penumpukan kolesterol tersebut dapat menyebabkan
terjadinya penebalan (aterosklerosis) pada pembuluh nadi koroner (arteri
koronaria). Kondisi ini mengakibatkan kelenturan pembuluh nadi menjadi
20
berkurang. Serangan jantung koroner pun akan lebih mudah terjadi, jika
ketika pembuluh nadi koroner mengalami penyumbatan. Ketika itu pula
aliran darah yang membawa oksigen ke dalam jaringan dinding jantung
berhenti (Sulistijani, 2002).
C. Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan dapat diukur
dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang
ingin diukur dari subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
a. Tahu (know)
Merupakan tingkat pengetahuan paling rendah. Tahu
mempunyai arti mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Yang termasuk dalam tingkat pengetahuan ini adalah
mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari
seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
21
b. Memahami (comprehension)
Diartikan sebagai suatu kemampuan secara benar tentang
objek yang diketahui dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi
harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyimpulkan, dan
meramalkan terhadap objek yang telah dipelajari.
c. Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Diartikan sebagai suatu kemampuan dalam menjabarkan
materi atau objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.
e. Sintesis (synthesis)
Diartikan sebagai suatu kemampuan dalam menyusun
formulasi-formulasi baru dari formulasi-formulasi yang sudah ada.
f. Evaluasi (evaluation)
Berkaitan dengan kemampuan dalam melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek yang didasarkan pada suatu kriteria.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :
22
a. Pengalaman
Dapat diperoleh dari pengalaman pribadi atau pengalaman
orang lain. Pengalaman yang diperoleh seseorang dapat memperluas
pengetahuan seseorang.
b. Tingkat pendidikan
Umumnya, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan
memiliki pengetahuan yang lebih luas, daripada orang yang
berpendidikan lebih rendah.
c. Keyakinan
Biasanya, keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik
keyakinan yang positif maupun keyakinan negatif, tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
d. Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat mempengaruhi
pengalaman seseorang adalah majalah, buku, koran, televisi, radio,
dan internet.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap
pengetahuan seseorang. Namun, jika penghasilan seseorang cukup
besar, maka dirinya mampu untuk menyediakan fasilitas yang lebih
baik.
23
f. Sosial Budaya
Kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi dan sikap seseorang terhadap
sesuatu.
D. Konsep Sikap (attitude) dan Perilaku
1. Pengertian Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap merupakan reaksi atau respon
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek
tertentu yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang
bersangkutan (senang tidak senang, setuju tidak setuju, baik tidak baik,
dan sebagainya).
2. Tingkatan Sikap
Menurut Arikunto (2010), sikap memiliki 5 tingkatan, yaitu :
a. Menerima (receiving)
1) Awareness : mengamati, meyadari, dan merasakan.
2) Willingness to receive : bersedia menerima, toleransi.
3) Controlled or selected attention : membedakan, menyisihkan,
memisah, memilih, mengeksklusifkan dari yang lain.
b. Merespon (responding)
1) Acquiescence in responding : tunduk, menurut, mengikuti
perintah.
2) Willingness to respond : memberikan respon dengan sukarela,
tanpa merasa dipaksa.
24
3) Satisfaction in response : melakukan kegiatan sebagai respon
disertai dengan senang hati.;
c. Menghargai (valuing)
1) Acceptance of value : mengikat diri dengan sesuatu keyakinan
(beliefs), banyak tentang keyakinan, mengidentifikasi keyakinan
tersebut.
2) Preference for a value : memburu keyakinan dengan aktif,
mendambakan keyakinan dengan bersedia mengorbankan waktu
dan usaha, melakukan tindakan dengan sukarela.
3) Commitment : menerima dengan mantap dan penuh tanggung
jawab, serta yakin bahwa yang dipilihnya benar, setia pada
pilihannya, mau bekerja keras untuk mencapai apa yang menjadi
tujuan dirinya.
d. Organisasi (organization)
1) Conceptualization of a value : mengadakan klarifikasi mengenai
makna dari keyakinannya, melihat hubungan dan membuat
generalisasi.
2) Organization of a value system : mengurutkan dan
mengorganisasikan keyakinannya hingga menjadi sesuatu yang
konsisten dan harmonis.
e. Karakteristik (characterization)
1) Generalized set : merespon dengan system nilai yang sudah
digeneralisasikan dan dijadikan landasan dalam berperilaku.
25
2) Characterization : merespon secara konsisten sesuai denagn
filsafat hidupnya yang telah dijadikan pegangan.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sikap
Menurut Sunaryo (2004), sikap dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu :
a. Faktor Internal
Faktor ini berasal dari dalam individu. Dalam hal ini, individu
menerima, mengolah, dan memilih segala sesuatu yang datang dari
luar, serta akan menentukan mana yang akan diterima dan mana yang
tidak. Oleh karena itu, faktor individu merupakan faktor penentu dalam
pembentukan sikap.
b. Faktor Eksternal
Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk
membentuk dan mengubah sikap. Stimulus tersebut dapat bersifat
langsung, misalnya individu dengan individu, individu dengan
kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung, melalui perantara,
seperti alat komunikasi dan media massa, baik elektronik maupun non
elektronik.
4. Pengukuran Sikap
Menurut Gilbert Sax (1980) yang dijelaskan oleh Arikunto (2010),
jenis skala sikap dibagi menjadi 5 macam, yaitu :
a. Skala Model Thurstone
Dengan skala ini, responden dimintai untuk menyatakan
“setuju” atau “tidak setuju” terhadap sederetan pernyataan mengenai
objek sikap.
26
b. Skala Model Likert
Dengan skala ini, responden dimintai untuk membubuhkan
tanda cek ( ) pada salah satu dari lima jawaban yang tersedia, yaitu :
“sangat setuju”, “setuju”, tidak tentu”, “tidak setuju”, dan “sangat
tidak setuju”. Menurut hasil penelitian terhadap penggunaan berbagai
skala yang telah disebutkan di atas, ternyata skala ini merupakan
instrument yang paling banyak dipakai, dengan korelasi cukup (0,54).
c. Semantic Differential (perbedaan semantic)
Dengan instrument ini, responden diminta untuk memberikan
dan menentukan peringkat terhadap objek sikap di antara dua kutub
kata sifat yang berlawanan, misalnya : “baik - tidak baik”, “berharga -
tidak berharga”, dan sebagainya.
d. Skala Guttman
Merupakan semacam pedoman wawancara atau kuesioner
terbuka yang dimaksudkan juga untuk mengungkap sikap responden.
e. Skala Inkeles
Merupakan sejenis kuesioner tertutup, seperti tes prestasi
belajar bentuk pilihan ganda. Model ini mirip dengan model yang
dikemukakan oleh Thurstone, tetapi hanya terdiri dari tiga alternative
jawaban, karena diharapkan bahwa responden lebih cermat dalam
menentukan pilihan.
27
E. Remaja
1. Pengertian
Remaja adalah mereka yang telah meninggalkan masa kanak-kanak
yang penuh dengan ketergantungan dan menuju masa pembentukan
tanggung jawab (Bisri, 1995). Masa remaja sebagai masa yang penuh
dengan kegoncangan, taraf mencari identitas diri dan merupakan periode
yang paling berat (Hurlock, 1993).
WHO (1974) memberikan definisi tentang remaja secara lebih
konseptual, sebagai berikut : remaja adalah suatu masa dimana individu
berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual. Individu
mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari masa kana-
kanak hingga menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri
(Sarwono, 2001).
2. Tahap Perkembangan Remaja
WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia
remaja (Sarwono, 1995). Sementara F.J. Monks berpendapat bahwa secara
global, masa remaja berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian
12-15 tahun sebagai masa remaja awal, 15-18 tahun sebagai masa
pertengahan remaja, 18-21 tahun sebagai masa remaja akhir.
3. Pola Makan Remaja
Harper (1985) mengungkapkan bahwa, pola konsumsi merupakan
gambaran jumlah, jenis, dan frekuensi bahan makanan yang dikonsumsi
28
seseorang dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan ciri khas pada
suatu kelompok masyarakat tertentu. Sedangkan menurut Soegeng Santosa
dan Anna Lies Ranti (2004) mengungkapkan bahwa, pola makan
merupakan berbagai informasi yang member gambaran mengenai macam
dan jumlah bahan makanan yang dimakan setiap hari oleh seseorang dan
merupakan ciri khas untuk suatu kelompok masyarakat tertentu.
Remaja lebih mudah menerima satu jenis makanan dan minuman
yang relatif baru dari orang-orang yang merupakan teman dekatnya,
sehingga mereka lebih senang makan dan minum bersama orang terdekat
dengan mereka (William, 1993).
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Makan Remaja
Worthington Robert (2000) menyebutkan bahwa, banyak faktor
yang mempengaruhi kebiasaan makan pada remaja. Pertumbuhan remaja
meningkatkan partisipasi dalam kehidupan sosial dan aktivitas remaja
yang dapat menimbulkan dampak terhadap apa yang dimakan oleh remaja.
Remaja mulai dapat membeli makanan dan mempersiapkan makanan
untuk mereka sendiri dan biasanya remaja lebih suka makan makanan
serba instan yang didapat dari luar rumah.
F. Penelitian Terkait
Hasil penelitian Rihana pada tahun 2009 menunjukkan bahwa secara
umum pengetahuan mahasiswa FK USU mengenai serat dapat dikategorikan
tingkat pengetahuan baik. Terdapat 58,7% mahasiswa dengan tingkat
pengetahuan baik, 40,2% mahasiswa dengan tingkat pengetahuan sedang, dan
1,1% mahasiswa dengan tingkat pengetahuan kurang. Pengetahuan serat untuk
29
mencegah konstipasi pada mahasiswa FK USU sebesar 75,8% dan
dikategorikan tingkat pengetahuan baik.
Hasil penelitian Badrialaily tahun 2004 dengan menggunakan uji Rank
Spearman menunjukkan bahwa, terdapat hubungan yang positif antara uang
saku yang diterima responden setiap bulan dengan konsumsi serat (r=0,01
p<0,05). Hal ini berarti bahwa, semakin tinggi uang saku setiap bulannya,
maka semakin tinggi konsumsi serat makanan sehari-hari. Ini disebabkan
karena alokasi untuk membelanjakan uang untuk membeli makanan berserat
tersedia. Hukum Bennet (1969) dalam Badrialaily (2004) menyatakan bahwa,
peningkatan pendapatan akan mengakibatkan individu cenderung
meningkatkan kualitas konsumsi pangannya dengan harga yang lebih mahal
per unit gizinya.
G. Kerangka Teori
Sumber : Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003).
Sikap
Konsumsi
Tidak Konsumsi
Pengetahuan Perilaku
Tidak Konsumsi
- Pengalaman
- Tingkat Pendidikan
- Keyakinan
- Fasilitas
- Penghasilan
- Sosial Budaya
30
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
Bab ini menjelaskan mengenai kerangka konsep penelitian dan definisi
operasional dari variabel yang diteliti.
A. Kerangka Konsep
Berikut adalah kerangka konsep penelitian yang digunakan oleh peneliti :
Bagan 3.1 Kerangka Konsep
v. independen
v. dependen
B. Hipotesis Penelitian
Ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat pada
tahun 2011.
C. Definisi Operasional
Definisi operasional yang berkaitan dengan variabel penelitian ini
dijelaskan pada tabel berikut ini :
Tingkat Pengetahuan :
- Jenis serat
- Sumber serat
- Manfaat serat
- Angka Kecukupan
Serat
- Dampak kurang
serat
Sikap
-
31
Tabel 3.1 Definisi Operasional “Hubungan antara Tingkat
Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang Makanan Berserat pada tahun 2011”.
Variabel Definisi
Operasional
Alat Ukur Skala Ukur Hasil Ukur
Pengetahuan
Kemampuan
responden dalam
menjawab
pertanyaan
mengenai serat,
yaitu :
- Jenis serat
- Sumber serat
- Angka
kecukupan
serat per hari
- Manfaat serat
- Dampak
kurang serat
Kuesioner
Ordinal
0. Kurang, apabila
skor tingkat
pengetahuan
responden kurang
dari 55% dari
jawaban yang
benar.
1. Cukup, apabila
skor tingkat
pengetahuan
responden antara
56% sampai 75%
dari jawaban yang
benar.
2. Baik, apabila skor
tingkat
pengetahuan
responden lebih
dari 76% dari
jawaban yang
benar.
(Arikunto, 2010).
32
Sikap Respon atau
reaksi responden
terhadap
konsumsi
makanan
berserat.
Kuesioner Ordinal 0. Sikap negatif, jika
total skor kurang
dari nilai median
(<25).
1. Sikap positif, jika
total skor lebih
dari nilai median
(≥25). (Arikunto,
2010).
33
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik melalui
pendekatan kuantitatif dengan desain cross sectional. Penelitian cross
sectional adalah jenis penelitian yang menekankan waktu pengukuran
(observasi) data variabel independen dan dependen hanya satu kali pada suatu
saat. Pada jenis ini variabel independen dan dependen dinilai secara simultan
pada satu saat, jadi tidak ada tindak lanjut. Dengan studi ini akan diperoleh
prevalensi atau efek suatu fenomena (variabel dependen) dihubungkan dengan
penyebab (variabel independen) (Nursalam, 2003).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Gedung Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. Waktu penelitian dilakukan pada bulan November 2011.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek atau objek dengan karakteristik
tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2008). Populasi dalam penelitian ini
adalah mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yaitu
sebanyak 200 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian
jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Hidayat, 2008).
34
a. Kriteria Inklusi Sampel
1. Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bersedia menjadi responden.
b. Jumlah Sampel
Sampel dalam penelitian ini dipilih dengan metode simple
random sampling dan cara pengambilan sampel dilakukan secara
proporsional tiap semester (I, III, V, VII), yaitu diambil sebanyak 3
orang tiap angkatan/semester, dimana tiap semester mempunyai 5
kelas dan tiap kelas rata-rata berjumlah 40 orang yang ditentukan
dengan nomor absen ganjil yang berkelipatan 10 atau 13 tiap kelas.
Jumlah sampel dihitung dengan rumus uji proporsi :
Keterangan :
n : jumlah sampel yang dibutuhkan
Z1-α/2 : 1.96 (derajat kepercayaan (CI) 95% derajat kemaknaan
5%)
Z1-β : 0.84 (kekuatan uji sebesar 80%)
P1 : 0,60 (60% proporsi pada penelitian yang dilakukan oleh
Rihana)
P2 : P1-20% (0,60-0,20 = 0,40)
P : (P1+P2) / 2
Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan dalam penelitian ini
adalah 47 orang. Untuk mengantisipasi adanya data yang tidak lengkap
35
dalam penelitian ini, maka sampel ditambahkan 10%, sehingga jumlah
sampel yang dibutuhkan adalah sebanyak 51.7 = 52 orang.
D. Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan
proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam penelitian
(Nursalam, 2003).
1. Proses Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan di Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dengan proses sebagai berikut :
a. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing akademik
dilanjutkan dengan membuat surat permohonan dari peneliti yang
ditujukan kepada Dekan Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Setelah itu peneliti melakukan penyeleksian calon responden dengan
teknik simple random sampling dengan perhitungan ( jumlah
mahasiswa per angkatan : total populasi ) X jumlah sampel minimal
yang didapatkan (Hidayat, 2008).
c. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk diikutsertakan dalam
penelitian ini.
d. Peneliti menjelaskan ke responden tentang cara pengisian kuesioner.
e. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuesioner dan
memberikan kesempatan kepada responden untuk bertanya jika masih
ada yang belum jelas.
f. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuesioner dijawab, kemudian
peneliti mengumpulkan dan memeriksa kembali kelengkapan data.
36
g. Peneliti mengucapkan terima kasih kepada responden atas
partisipasinya.
2. Alat Pengumpulan Data
Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini
adalah kuesioner yang disesuaikan dengan tujuan penelitian dan mengacu
pada kerangka teori dan kerangka konsep yang telah dibuat. Kuesioner
terdiri dari tiga bagian, Bagian pertama tentang identitas responden,
meliputi : no. responden, nama, usia, jenis kelamin, angkatan atau
semester. Bagian kedua untuk tingkat pengetahuan mahasiswa mengenai
serat berisi 14 pertanyaan tertutup tentang jenis serat nomor 1-3, sumber
serat nomor 4-6, angka kecukupan serat nomor 7-8, manfaat serat nomor
9-11, dan dampak kurang serat nomor 12-14. Bagian ketiga tentang sikap
mahasiswa mengenai serat berisi 10 pernyataan, terdiri dari 5 pernyataan
positif dan 5 pernyataan negatif.
3. Teknik Uji Instrument Penelitian
Suatu instrument penelitian sebelum digunakan perlu diuji terlebih
dahulu agar data yang diperoleh valid dan reliable. Instrument yang
digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner maka kuesioner tersebut
perlu diuji validitas dan reliabilitasnya.
a. Uji Validitas
Suatu instrument dikatakan valid, jika instrumen tersebut
mampu mengukur apa yang seharusnya diukur menurut situasi dan
kondisi tertentu atau dapat dijadikan alat untuk mengukur apa yang
37
akan diukur. Uji validitas dapat menggunakan rumus Pearson Product
Moment (r).
rhitung
Keterangan :
rhitung = koefisien korelasi
n = jumlah responden
ΣXi = jumlah skor item
ΣYi = jumlah skor total (item)
Setelah dilakukan penghitungan dengan pearson product moment,
dilanjutkan dengan penghitungan menggunakan uji t untuk mengetahui
nilai t hitung. Rumus uji t, yaitu:
Keterangan:
t : nilai t hitung
r : koefisien korelasi hasil r hitung
n : jumlah responden
Jika nilai t hitung > t table berarti valid dan sebaliknya.
Uji validitas dilakukan pada bulan November 2011 pada
mahasiswa FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan jumlah
responden 30 orang. Dari hasil pengolahan data, Alpha Cronbach (α)
yang didapatkan sebesar 0,7 yang berarti pertanyaan pada kuesioner
dapat dikatakan reliable.
38
b. Reliabilitas
Reliabilitas instrumen adalah tingkat konsistensi hasil yang
dicapai oleh sebuah alat ukur, meskipun digunakan secara berulang-
ulang pada subjek yang sama atau berbeda. Reliabilitas adalah indeks
yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya
atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2007).
Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik Alpha Cronbach (α), dalam uji reliabilitas r hasil adalah alpha.
Suatu instrument dikatakan reliable jika r alpha > r tabel
(Notoatmodjo, 2007). Reliabilitas kuesioner pada penlitian ini,
memliki nilai yang berbeda-beda pada tiap bagian kuesioner.
Kuesioner bagian pengetahuan memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar
0,738. Kuesioner bagian sikap memiliki nilai Alpha Cronbach sebesar
0,793. Hal ini menunjukkan bahwa kuesioner tersebut reliable.
E. Teknik Pengolahan Data
Dalam melakukan analisis data terlebih dahulu harus diolah dengan
tujuan mengubah data informasi. Dalam statistik, informasi yang diperoleh
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan terutama dalam pengujian
hipotesis. Menurut Hidayat (2008), dalam proses pengolahan data terdapat
langkah-langkah yang harus ditempuh diantaranya :
1. Editing
Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data
yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap
pengumpulan data atau setelah data terkumpul.
39
2. Coding
Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
sangat penting bila pengolahan dan analisis menggunakan komputer.
Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan artinya dalam
satu buku (code book) untuk memudahkan kembali melihat lokasi dan arti
suatu kode dari suatu variabel.
3. Entry data
Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah
dikumpulkan kedalam master tabel atau data base computer, kemudian
membuat distribusi frekuensi sederhana atau bisa juga dengan tabel
kontigensi.
4. Cleaning data
Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data
yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak, sehingga data
siap untuk dianalisa.
F. Teknik Analisis Data
1. Analisis Univariat
Analisis ini digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari
variabel dependen (sikap mahasiswa tentang pentingnya serat) dan
independen (tingkat pengetahuan mahasiswa tentang pentingnya serat)
yang disajikan dalam bentuk tabel dan dilengkapi tekstular.
40
2. Analisis Bivariat
Analisis ini digunakan untuk melihat hubungan antara variabel
independen dan dependen menggunakan Rank Spearman Correlation Test
(uji korelasi Spearman). Uji korelasi spearman digunakan untuk mengukur
tingkat atau eratnya hubungan antara dua variabel yang berskala ordinal
(Hidayat, 2008).
G. Etika Penelitian
1. Prinsip-prinsip Etika Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian khususnya jika yang menjadi
subyek penelitian adalah manusia, maka peneliti harus memahami hak
dasar manusia. Manusia memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya,
sehingga peneliti yang akan dilaksanakan benar-benar menjunjung tinggi
kebebasan manusia. Beberapa prinsip penelitian pada manusia yang harus
dipahami antara lain:
a. Prinsip Manfaat
Prinsip aspek maka segala bentuk manfaat adalah segala bentuk
penelitian yang dilakukan diharapkan dapat dimanfaatkan untuk
kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakkan dengan
membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada
manusia, tidak menjadikan manusia untuk dieksploitasi. Penelitian yang
dihasilkan dapat memberikan manfaat dan mempertimbangkan antara
aspek risiko dengan aspek manfaat, bila penelitian yang dilakukan dapat
mengalami dilema etik.
41
b. Prinsip Menghormati Manusia
Manusia mempunyai hak dan merupakan makhluk yang mulia
yang harus di hormati, karena manusia berhak untuk menentukan
pilihan antara mau dan tidak untuk diikut sertakan menjadi subyek
penelitian.
c. Prinsip Keadilan
Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi keadilan
manusia dengan menghargai hak atau memberikan pengobatan secara
adil, hak menjaga privasi manusia dan tidak berpihak dalam perlakuan
terhadap manusia.
2. Masalah Etika Penelitian
a. Informed Consent
Merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.
Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan
dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.
Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud
dan tujuan penelitian, ,mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia,
maka mereka harus menandatangani lembar persetujuan. Jika
responden tidak bersedia, maka peneliti harus menghormati hak
pasien. Beberapa informasi yang harus ada dalam informed consent
tersebut antara lain: partisipasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan,
jenis data yang dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial
42
masalah yang akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang
mudah dihubungi, dan lain-lain.
b. Tanpa Nama (anonimity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang
memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara
tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar
alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data
atau hasil penelitian yang akan disajikan.
c. Kerahasiaan (confidentiality)
Masalah ini merupakan etika dengan memberikan jaminan
kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalak
lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan
dilaporkan pada hasil riset (Hidayat, 2008).
43
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti
kepada 15 orang mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
adalah kurangnya keinginan mahasiswa untuk mencari informasi tentang
gizi, sedangkan informasi tentang gizi hanya didapat ketika duduk di
bangku SMA, sehingga mahasiswa tidak ingat akan informasi tentang gizi
tersebut.
B. Hasil Analisis Univariat
1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Responden tentang Makanan
Berserat
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan tingkat pengetahuan
responden tentang makanan berserat adalah sebanyak 3 atau 5,8%
orang dengan kategori baik, kategori cukup sebanyak 21 atau 40,4%
orang dan kategori kurang sebanyak 28 atau 53,8% orang.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Mahasiswa
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tentang Makanan
Berserat Tahun 2011 (N=52)
Kategori Tingkat
Pengetahuan
Mahasiswa
Frekuensi Presentase (%)
Kurang 28 53,8
Cukup 21 40,4
44
Baik 3 5,8
Total 52 100
2. Gambaran Sikap Responden tentang Makanan Berserat
Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan sikap responden
tentang makanan berserat adalah sebanyak 11 atau 21,2% orang
dengan kategori negatif, sedangkan sebanyak 41 atau 78,8% orang
dengan kategori positif.
Tabel 5.2
Gambaran Sikap Mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tentang Makanan Berserat Tahun 2011
(N=52)
Kategori Sikap Mahasiswa
Frekuensi Presentase (%)
Negatif 11 21,2
Positif 41 78,8
Total 52 100
C. Hasil Analisis Bivariat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dan dependen, yaitu hubungan antara pengetahuan dengan
sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang
makanan berserat dengan menggunakan Spearman’s Test.
45
Tabel 5.4
Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Makanan
Berserat Tahun 2011 (N=52)
Pengetahuan Sikap
Total P
value Negatif Positif
Kurang 6 (21,4%) 22 (78,6%) 28 (100%)
0,812
Cukup 5 (23,8%) 16 (76,2%) 21 (100%)
Baik 0 (0%) 3 (100%) 3 (100%)
Total 11 (21,2%) 41 (78,8%) 52 (100%)
Tabel 5.4 menunjukkan, 6 atau 21,4% orang responden memliki
kategori pengetahuan kurang dengan sikap responden negatif tentang
makanan berserat, sedangkan 22 atau 78,6% orang responden dengan
sikap positif tentang makanan berserat. Sebanyak 5 atau 23,8% orang
responden memiliki kategori pengetahuan cukup dengan sikap responden
negatif tentang makanan berserat, sedangkan 16 atau 76,2% orang
responden dengan sikap positif tentang makanan berserat. Sebanyak 0 atau
0% orang responden memiliki kategori pengetahuan baik dengan sikap
responden negatif tentang makanan berserat, sedangkan 3 atau 100%
orang responden memiliki sikap yang baik tentang makanan berserat.
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan nilai p dari Spearman’s
Test sebesar 0,812, dimana nilai p lebih besar dari 0,005 (p>α), sehingga
H0 diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa, tidak ada hubungan antara
tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat pada tahun 2011.
45
BAB VI
PEMBAHASAN
Pada uraian di bawah ini, penulis akan menjelaskan beberapa variabel
yang meliputi pembahasan hasil penelitian tentang tingkat pengetahuan
mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat,
sikap mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan
berserat, dan hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa
psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat.
A. Gambaran Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta Tentang Makanan Berserat
Pengetahuan merupakan salah satu faktor yang diduga dapat
mempengaruhi perilaku seseorang dalam bertindak atau melakukan suatu hal.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa, pengetahuan mahasiswa Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat adalah sebagian besar
kurang baik, yaitu sebesar 53,8%, 40,4% dengan kategori cukup dan 5,8%
dengan kategori baik. Kondisi ini disebabkan karena kurangnya keinginan
mahasiswa untuk mencari informasi tentang gizi, sedangkan informasi tentang
gizi hanya didapat ketika duduk di bangku SMA, sehingga mahasiswa tidak
ingat akan informasi tentang gizi tersebut. Informasi tentang gizi dapat kita
peroleh dengan menggunakan fasilitas-fasilitas media massa yang tersedia di
kampus, seperti yang dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003), bahwa faktor-
faktor yang mempengaruhi pengetahuan salah satunya adalah fasilitas.
Fasilitas merupakan sarana dan prasarana dalam menunjang untuk
46
mendapatkan informasi. Dimana, informasi tentang makanan bergizi dapat
diperoleh melalui buku, majalah, koran, radio, televisi, termasuk internet.
B. Gambaran Sikap Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Tentang Makanan Berserat
Sikap yang dimaksud adalah respon atau reaksi responden terhadap
konsumsi makanan berserat. Sikap yang dimiliki oleh mahasiswa akan
mempengaruhi pola konsumsi makan mereka terhadap makanan berserat.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa, sikap Mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yaitu sebanyak 11 atau 21,2% orang bersikap negatif,
sedangkan sebanyak 41 atau 78,8% orang bersikap positif.
Penelitian yang dilakukan oleh Purnomo (2009) tentang identifikasi
sikap remaja terhadap konsumsi makanan berserat di kelas XII SMA Negeri 8
Malang, didapatkan hasil sikap lebih cenderung kearah positif terhadap
konsumsi makanan berserat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang
peneliti dapatkan, bahwa sikap remaja tentang makanan berserat cenderung ke
arah positif. Persamaan kedua penelitian ini dapat dilihat secara statistik,
bahwa kedua penelitian ini menggunakan Rank Spearman untuk menguji
analitik. Selain itu, dapat dilihat secara teoritis, berdasarkan tahap
perkembangan remaja, dimana kedua golongan responden di atas (siswa kelas
XII SMA dan mahasiswa) termasuk kedalam pembagian masa remaja akhir,
seperti yang dikemukakan oleh F.J. Monks bahwa, secara global, masa remaja
berlangsung antara 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun sebagai masa
remaja awal, 15-18 tahun sebagai pertengahan remaja, dan 18-21 tahun
sebagai masa remaja akhir.
47
C. Hubungan antara Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tentang Makanan Berserat
Dari hasil analisa bivariat, diketahui bahwa tidak terdapat hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat. Penelitian ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan oleh Badrialaily (2004), yaitu studi tentang pola
konsumsi serat pada mahasiswa di IPB, didapatkan hasil ada hubungan yang
signifikan antara tingkat pengetahuan dengan sikap (P<0,05). Tidak
berhubungannya antara tingkat pengetahuan dengan sikap tentang makanan
berserat mungkin disebabkan karena responden tidak memperoleh mata kuliah
mengenai gizi, sehingga mereka kurang memahami dan kurang mendapatkan
informasi tentang gizi. Seperti yang dikemukakan oleh mahasiswa-mahasiswa
IPB yang menjadi responden penelitian yang dilakukan oleh Badrialaily
(2004), bahwa mahasiswa tidak memperoleh mata kuliah yang berhubungan
dengan gizi pada masing-masing jurusan mereka.
Tidak berhubungannya antara tingkat pengetahuan dengan sikap
tentang makanan berserat, mungkin juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
seperti yang dikemukakan oleh Sunaryo (2004), yaitu : faktor internal seperti
daya pilihnya sendiri terhadap makanan, dimana remaja mulai dapat membeli
makanan dan mempersiapkan makanan untuk mereka sendiri dan biasanya
remaja lebih suka makan-makanan serba instan (fast food) yang didapat dari
luar rumah (Robert, 2000). Selain itu, faktor eksternal berupa stimulus untuk
mengubah sikap, stimulus dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan
individu, individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung,
48
melalui perantara, seperti alat komunikasi dan media massa, baik elektronik
maupun non elektronik.
D. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan-keterbatasan yang dapat
mempengaruhi hasil penelitian. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu :
1. Dari beberapa mahasiswa yang dilibatkan dalam penelitian ini, pada saat
mengisi kuesioner, mahasiswa tampak tidak serius dalam mengisi
kuesioner. Ini dibuktikan dalam waktu < 5 menit pengisian kuesioner
sudah selesai.
2. Pada pertanyaan dan pernyataan dalam kuesioner, peneliti banyak
menggunakan bahasa ilmiah (bahasa kedokteran).
49
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan,
maka dapat disimpulkan:
1. Sebagian besar tingkat pengetahuan mahasiswa Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat adalah kurang (53,8%),
sisanya (40,4%) dengan tingkat pengetahuan cukup dan (5,8%) dengan
tingkat pengetahuan baik.
2. Sebagian besar sikap mahasiswa psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang makanan berserat adalah positif (78,8%), sisanya (21,2%)
dengan kategori sikap negatif.
3. Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan dengan sikap mahasiswa
Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tentang makanan berserat.
B. Saran
1. Tempat Penelitian (Fakultas Psikologi)
Meningkatkan motivasi dan pengetahuan mengenai makanan berserat.
2. Peneliti Selanjutnya
Melakukan penelitian faktor-faktor yang berkontribusi dalam
pembentukan sikap.
26
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka
Utama. 2001.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta. 2010.
Badrialaily. (Skripsi) Studi tentang Pola Konsumsi Serat pada Mahasiswa. Bogor
: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. 2004.
Bangun, A.P. Vegetarian Pola Hidup Sehat Berpantang Daging. Jakarta :
Agromedia Pustaka. 2003.
Bazzano, L. A. J, He. L. G. Ogden. C. M, Loria & P. K, Wilton. Dietary Fiber
Intake and Reduce Risk of Coronary Heart Disease in US Men and
Women. Diakses pada tanggal 28 Juni 2011 dari
http://archinte.amaasn.org/cgi/content/abstract/163/16/1897. 2003.
Bisri, Hasan. Remaja Berkualitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 1995.
Boeckner, L. Dietary fiber. Diakses pada tanggal 3 Juli 2011 dari
http://ianpubs.unl.edu./foods/nf62.html. 1995.
Gibson, R.S. Nutritional Assesment A Laboratory Manual. New York : Oxford
University. 1993.
Harper, L.J., Deaton. J.A. Driskel. Pangan Gizi dan Pertanian. Jakarta : UI Press.
1985.
Hidayat, A. Aziz Alimul. Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis
Data. Jakarta : Salemba Medika. 2008.
Hurlock. Psikologi Perkembangan Edisi ke 5. Jakarta : Erlangga. 1993.
Jahari, A.B & I. Sumarno. Epidemiologi Konsumsi Serat di Indonesia. Gizi
Indonesia volume XXV. Persatuan Ahli Gizi Indonesia, Bogor. 2001.
Joseph. Manfaat Serat Makanan Bagi Kesehatan Kita. Makalah Falsafah Sains
(PPS/02). Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 2002.
Khomsan, Ali. Peranan Pangan dan Gizi untuk Kualitas Hidup. PT. Gramedia
Widiasarana Indonesia. Jakarta : PT. Radja Grafindo Persada. 2004.
Khumaidi, M. Gizi Masyarakat. Jakarta : BPK Gunung Mulia. 1994.
__________. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta : PT. Radja Grafindo
Persada. 2003.
Larsen. Fiber and Constipation. Diakses pada tanggal 10 Juli 2011 dari
http://www.dietitan.com/fiber/html. 2003.
Larsheslet. Kolesterol Yang Perlu Anda Ketahui. Jakarta : Megapoin. 1997.
Muchtadi, D. Kajian terhadap Serat Makanan dan Antioksidan dalam Berbagai
Jenis Sayuran untuk Pencegahan Penyakit Degeneratif. Bogor : Institut
Pertanian Bogor. 2001.
Monks, F.J. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University
Press. 2002.
Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
Cipta. 2007.
Nursalam. Konsep dan Penerapan Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
2003.
Peter, J.P. & J.CC. Olson. Consumer Behavior : Perilaku Konsumen dan Strategi
Pemasaran (edisi 4 jilid 1). Jakarta : Erlangga. 1999.
Pranata, Aria. Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat terhadap
Penyakit Menuar Seksual di Puskesmas Padang Bulan Medan. Sumatera
Utara : Universitas Sumatera Utara. 2010.
Rihana. Tingkat Pengetahuan Mahasiswa FKIK USU tentang Pentingnya Serat
untuk Mencegah Konstipasi. Sumatera Utara : Universitas Sumatera Utara.
2009.
Robert, B.S.W., Williams, S.R. Nutrition Troughout Life Cycle 4th
Edition.
Singapores : The McGraw-Hill Book Companies. Inc. 2000.
Santosa, Soegeng & Ranti, Anne Lies. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka
Cipta. 2004.
Sarwono, Sarlito W. Pengantar Umum Psikologi. Jakarta : Radja Grafindo
Persada. 2001.
Setiawan, B. Teknologi Pengolahan Pangan dan Mutu Serat Makanan. Makalah
yang disajikan dalam Seminar Ilmiah Pro & Kontra Manfaat Serat Bagi
Kesehatan. Jakarta, 20 April 2002.
Sherwood, Lauralee. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC. 2001.
Soekirman. Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk Keluarga dan Masyarakat. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional. 2000.
Sugiharto, S. Wasir dan Pengobatannya. Diakses pada tanggal 10 Juli 2011 dari
http://Pikiran Rakyat.com/cetak/0903lainnya03.html. 2002.
Suhardjo & Kusharto, Clara M. 1992. Prinsip-prinsip Ilmu Gizi. Yogyakarta :
Kanisius.
Sukardji, K. 1999. Bagaimanakah Perencanaan Pendidikan dan Kebudayaan.
Diakses pada tanggal 28 Maret 2011 dari http://www.who.go.org/
Sulistijani, A.D. 2002. Sehat dengan Menu Berserat. Jakarta : Trubus Agriwijaya.
Winarno, F.G. 1993. Pangan (Gizi, Teknologi, dan Konsumen). Jakarta : PT.
Gramedia Pustaka Utama.
_____________ 2007. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Wirakusumah, ES. Buah dan Sayur untuk Terapi. Jakarta : Penebar Swadaya.
2003.
Lampiran 1
INFORMED CONSENT
(LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN)
Identitas Peneliti :
Nama : Welly Anggun Nanka Limo
Jurusan : S1 Ilmu Keperawatan
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Saya bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui “Hubungan
Tingkat Pengetahuan dengan Sikap Mahasiswa Psikologi UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta tentang makanan berserat pada tahun 2011.
Untuk kepentingan pengumpulan data penelitian ini, kami mengaharapkan
kesediaan anda untuk berpartisipasi dalam mengisi kuesioner mengenai
pengetahuan dan sikap tentang pentingnya serat. Semua yang dicantumkan atau
dituliskan dalam penelitian ini dijamin kerahasiaannya dan tidak akan berdampak
negatif terhadap siapa pun. Bila selama berpartisipasi dalam penelitian ini
responden merasakan ketidaknyamanan, maka responden mempunyai hak untuk
berhenti.
Peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak responden dan
menjamin kerahasiaan identitas dan data yang diberikan. Responden dapat
mengundurkan diri sewaktu-waktu apabila menghendakinya.
Saya menyatakan bersedia / tidak bersedia
Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dari penjelasan yang telah
dilakukan oleh peneliti dan jawaban seluruh pertanyaan saya tentang penelitian
ini, maka saya dapat memahami tujuan dan manfaat penelitian. Saya juga
mengerti bahwa peneliti akan menghargai dan menjunjung tinggi hak-hak saya
sebagai responden.
Saya mengerti bahwa data-data yang diperoleh akan dilindungi dan
identitas saya pun akan dirahasiakan. Saya juga mempunyai hak untuk menolak
atau mengundurkan diri dari penelitian setiap saat tanpa ada sanksi apapun.
Saya menyatakan bahwa saya telah membaca pernyataan di atas dan
menyetujui untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan sukarela.
Jakarta, November 2011
Peneliti Responden
Welly Anggun Nanka Limo (…………………………)
Lampiran 2
Nomor Responden
KUESIONER
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP
MAHASISWA PSIKOLOGI UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
TENTANG MAKANAN BERSERAT
TAHUN 2011
Studi ini dilakukan oleh mahasiswa jurusan Ilmu Keperawatan untuk
mengumpulkan data sebagai bahan penyusunan tugas akhir (skripsi). Untuk itulah
saya mohon kiranya saudara/i (sebagai responden studi saya) dapat meluangkan
waktunya untuk mengisi kuesioner ini. Jawaban anda akan dijaga kerahasiaannya,
sehingga kejujuran anda dalam menjawab kuesioner ini akan sangat saya hargai.
Terima kasih banyak atas bantuan dan kerjasama anda untuk ikut sertanya dalam
studi saya ini.
Hormat Saya,
Welly Anggun Nanka Limo
Nomor Responden
LEMBAR KUESIONER
A. Identitas
1. No. responden : …………………………
2. Nama : …………………………
3. Usia : …………………………
4. Jenis kelamin : ………………………….
5. Angkatan/Semester : …………………………
B. Pengetahuan tentang Serat
No. Aspek Pertanyaan
Benar Salah
1. Menurut karakteristik dan pengaruhnya, serat dibagi
menjadi dua yaitu serat larut dalam air dan serat larut
dalam saluran pencernaan.
2. Serat kasar merupakan bagian dari pangan yang
tidak dapat dihancurkan oleh enzim-enzim
pencernaan.
3. Serat yang tidak dapat dicerna oleh tubuh bukan
hanya terdiri dari selulosa, tetapi juga lignin,
hemiselulosa, pentose, gum, dan senyawa pectin.
4. Sebagian besar serat makanan bersumber dari pangan
nabati.
5. Serat larut dalam air berasal dari buah-buahan,
seperti : apel dan jeruk.
6. Serat makanan larut dalam air tidak terdapat pada
semua buah-buahan, beberapa biji-bijian, dan
beberapa polong-polongan.
7. Penduduk Indonesia dianjurkan mengkonsumsi
makanan berserat sekitar 20-35 gram per hari.
8. Rata-rata penduduk Indonesia mengkonsumsi
makanan berserat sebanyak 17 gram per hari.
9. Melindungi kolon dari gangguan konstipasi, diare,
divertikulum, wasir, dan kanker kolon bukan
merupakan fungsi serat.
10.
Serat makanan dapat mencegah terjadinya gangguan
metabolisme dan penyakit degeneratif.
11.
Bentuk feses yang kecil dan tekstur yang keras tidak
menyebabkan konsentrasi pada zat karsinogenik di
dalamnya pekat.
12.
Jantung koroner merupakan salah satu penyakit yang
diakibatkan oleh kurangnya mengkonsumsi makanan
berserat.
13.
Rekomendasi asupan serat untuk penderita diabetes
sama dengan orang yang yang tidak diabetes.
14.
Konsumsi makanan tinggi serat terbukti dapat
meningkatkan kadar glukosa dan insulin.
Note :
Berikan tanda check list ( √ ) pada pilihan jawaban anda.
C. Sikap tentang Serat
No. Aspek Pernyataan
SS
S R TS STS
1. Makanan yang baik adalah yang mencakup 5
dasar gizi, yaitu : karbohidrat, protein, serat,
vitamin dan mineral.
2. Sayur mentah (lalapan) mempunyai gizi serat
yang lebih tinggi dibandingkan dengan
sayuran yang sudah diolah (dimasak).
3. Jika kita makan kacang-kacangan dan
polong-polongan, berarti membantu
menambah kebutuhan serat dalam tubuh.
4. Jika ada serat yang dapat larut dalam air,
akan lebih baik untuk dikonsumsi.
5. Seseorang yang memiliki badan lebih (over
weight) mempunyai kesulitan dalam proses
pencernaan dan pengeluaran zat makanan.
6. Mengkonsumsi makanan yang mengandung
serat sama sekali tidak dapat menurunkan
kadar kolesterol dalam darah.
7. Serat tidak dapat melancarkan BAB dan
menurunkan kolesterol.
8. Makanan cepat saji, praktis dan enak, tetapi
tidak memiliki kandungan gizi yang baik.
9. Mengkonsumsi makanan tinggi serat tidak
menyebabkan kadar glukosa dan insulin
dalam darah dapat meningkat.
10. Orang yang mengkonsumsi tinggi serat
belum tentu mempunyai tekanan darah lebih
rendah daripada orang yang tidak
mengkonsumsi serat.
Note :
Berikan tanda check list ( √ ) pada pilihan jawaban anda di kolom yang sesuai
pada : S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju
SS = Sangat Setuju R = Ragu-ragu TS = Tidak Setuju
Lampiran 3
Data Statistik Uji Validitas
Statistics
N Valid 30
Missing 0
Std. Deviation .509
Minimum 0
Maximum 1
Kategori Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang (0-7) 15 50.0 50.0 50.0
Cukup (8-11) 15 50.0 50.0 100.0
Total 30 100.0 100.0
Statistics
N Valid 30
Missing 0
Std. Deviation .430
Minimum 0
Maximum 1
Kategori Sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif (0-25) 7 23.3 23.3 23.3
Positif (26-50) 23 76.7 76.7 100.0
Total 30 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Katpeng * Katsik 30 100.0% 0 .0% 30 100.0%
Katpeng * Katsik Crosstabulation
Katsik
Total Negatif (0-25) Positif (26-50)
Katpeng Kurang (0-7) Count 4 11 15
% within Katpeng 26.7% 73.3% 100.0%
Cukup (8-11) Count 3 12 15
% within Katpeng 20.0% 80.0% 100.0%
Total Count 7 23 30
% within Katpeng 23.3% 76.7% 100.0%
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. T
b Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .079 .181 .418 .679c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .079 .181 .418 .679c
N of Valid Cases 30
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Katpeng
(Kurang (0-7) / Cukup (8-11))
1.455 .264 8.009
For cohort Katsik = Negatif
(0-25)
1.333 .358 4.965
For cohort Katsik = Positif
(26-50)
.917 .617 1.363
N of Valid Cases 30
Nonparametric Correlations
Correlations
Katpeng Katsik
Spearman's rho Katpeng Correlation Coefficient 1.000 .079
Sig. (2-tailed) . .679
N 30 30
Katsik Correlation Coefficient .079 1.000
Sig. (2-tailed) .679 .
N 30 30
Lampiran 4
Data Statistik Penelitian
Statistics
N Valid 52
Missing 0
Std. Deviation .610
Minimum 0
Maximum 2
Kategori Pengetahuan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang (0-7) 28 53.8 53.8 53.8
Cukup (8-11) 21 40.4 40.4 94.2
Baik (12-14) 3 5.8 5.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
Statistics
N Valid 52
Missing 0
Std. Deviation .412
Minimum 0
Maximum 1
Kategori Sikap
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif (0-25) 11 21.2 21.2 21.2
Positif (26-50) 41 78.8 78.8 100.0
Total 52 100.0 100.0
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
KatPeng * KatSik 52 100.0% 0 .0% 52 100.0%
KatPeng * KatSik Crosstabulation
KatSik
Total Negatif (0-25) Positif (26-50)
KatPeng Kurang (0-7) Count 6 22 28
% within KatPeng 21.4% 78.6% 100.0%
Cukup (8-11) Count 5 16 21
% within KatPeng 23.8% 76.2% 100.0%
Baik (12-14) Count 0 3 3
% within KatPeng .0% 100.0% 100.0%
Total Count 11 41 52
% within KatPeng 21.2% 78.8% 100.0%
Symmetric Measures
Value
Asymp. Std.
Errora Approx. T
b Approx. Sig.
Interval by Interval Pearson's R .055 .120 .393 .696c
Ordinal by Ordinal Spearman Correlation .034 .131 .239 .812c
N of Valid Cases 52
a. Not assuming the null hypothesis.
b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.
c. Based on normal approximation.
Risk Estimate
Value
Odds Ratio for KatPeng
(Kurang (0-7) / Cukup (8-11))
a
KatPeng * KatSik Crosstabulation
KatSik
Total Negatif (0-25) Positif (26-50)
KatPeng Kurang (0-7) Count 6 22 28
% within KatPeng 21.4% 78.6% 100.0%
Cukup (8-11) Count 5 16 21
% within KatPeng 23.8% 76.2% 100.0%
Baik (12-14) Count 0 3 3
% within KatPeng .0% 100.0% 100.0%
Total Count 11 41 52
a. Risk Estimate statistics cannot be
computed. They are only computed for a
2*2 table without empty cells.
Nonparametric Correlations
Correlations
KatPeng KatSik
Spearman's rho KatPeng Correlation Coefficient 1.000 .034
Sig. (2-tailed) . .812
N 52 52
KatSik Correlation Coefficient .034 1.000
Sig. (2-tailed) .812 .
N 52 52
Recommended