4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia
Kebakaran hutan dan lahan terjadi hampir setiap tahun di Indonesia
khususnya dimusim kemarau. Hal ini bukan hanya menjadi masalah nasional
bangsa tetapi juga telah menjadi masalah dunia, dimana Indonesia hampir secara
rutin setiap tahunnya menuai protes dan kecaman dari negara-negara lain terkait
kebakaran yang terjadi.
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan
Konservasi Alam Nomor: 22/KPTS/DJ-IV/2002 tanggal 13 September 2002
menegaskan bahwa dalam upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan di
beberapa wilayah Indonesia yang merupakan daerah rentan terjadinya bencana
kebakaran hutan dan lahan, yaitu Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi,
Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah maka perlu dibentuk Brigade
Pengendalian Kebakaran Hutan (Dephut, 2003).
Kalimantan Tengah merupakan salah satu provinsi terbesar di Indonesia
dengan luas areal gambut yang cukup besar. Adanya kegiatan mega proyek lahan
gambut sejuta hektar yang dilakukan pada tahun 1995, ternyata telah
menimbulkan dampak yang sangat besar terhadap kawasan gambut ini.
Pembukaan lahan yang dilakukan di areal gambut ini menyebabkan daerah ini
menjadi rentan terhadap bahaya banjir pada musim penghujan dan bahaya
kebakaran pada musim kemarau.
5
Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan terhadap aspek kehidupan
(Purbawaseso, 2004) yaitu :
1. Dampak terhadap Lingkungan Fisik
Dampak kebakaran hutan dan lahan terhadap lingkungan fisik mencakup
tanah, air dan udara.
a. Dampak terhadap tanah
Kebakaran akan memberikan dampak terhadap sifat fisik, kimia dan
biologi tanah dengan tahapan yang berbeda tergantung kepada beberapa
faktor, seperti : karakteristik tanah, intensitas dan lamanya kebakaran,
waktu dan intensitas hujan setelah terjadinya kebakaran serta sifat bahan
bakar (Amril, 2009).
b. Dampak terhadap air
Dampak yang terjadi menyebabkan terganggunya siklus hidrologi.
Hilangnya vegetasi penutup tanah, sehingga mengakibatkan fungsi
penghambat air hujan menurun. Akibat dari aliran permukaan yang besar
menyebabkan meningkatnya erosi dan sedimentasi (Purbawaseso, 2004).
c. Dampak terhadap iklim dan kualitas udara
Hilangnya vegetasi hutan karena terbakar akan menyebabkan
terganggunya iklim baik iklim makro maupun mikro. Dan akibat
kebakaran hutan juga menimbulkan asap, asap tebal yang menyebabkan
menurunnya kualitas udara/Polusi udara (Purbawaseso, 2004).
6
2. Dampak terhadap flora dan fauna
Kebakaran hutan akan memusnahkan berbagai macam jenis tumbuhan yang
merupakan sumber daya alam hayati. Dan juga mengakibatkan hilangnya
tumbuhan obat tradisional bagi masyarakat, dan musnahnya berbagai jenis
satwa liar baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi. Hal ini akan
menambah kelangkaan jenis satwa yang terancam punah, serta hilangnya
sumber mata pencaharian sebagian masyarakat.
3. Dampak terhadap sosial ekonomi dan kesehatan
a. Dampak terhadap sosial ekonomi
Kejadian kebakaran akan berdampak terhadap penurunan pendapatan,
hilangnya rasa keamanan, kebersatuan dan keharmonisan di dalam
masyarakat.
b. Dampak terhadap kesehatan
Kebakaran hutan selalu menimbulkan asap. Bahkan tidak jarang asap yang
muncul merupakan asap yang tebal atau pekat. Asap tebal menyebabkan
polusi udara. Gangguan kesehatan yang sering timbul akibat asap yang
tebal adalah Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA), Asma bronchial,
bronchitis, radang paru, iritasi mata dan kulit.
Melihat begitu besarnya kerugian yang ditimbulkan oleh manusia dalam
hal kebakaran hutan dan lahan secara sengaja atau tidak sengaja, maka diperlukan
sikap dan tindakan yang bijaksana dalam segala kegiatan yang berhubungan
dengan api.
7
Beberapa upaya penangganan kebakaran hutan (Syaufina, 2009) adalah :
1. Pencegahan Kebakaran Hutan
a. Sistem peringatan dini
Sistem peringatan dini sangat diperlukan baik untuk kegiatan pencegahan
maupun kegiatan pemadaman kebakaran hutan. Sistem peringatan dini
dikembangkan antara lain melalui penilaian bahaya kebakaran (fire
danger rating system). Ada tiga tingkat upaya pencegahan dan sarana
serta prasarana untu melakukan pemadaman (pra-pemadaman):
1). Tingkat Pusat
a). Mengumpulkan informasi tentang prakiraan awal dan lamanya
musim kemarau diseluruh Indonesia dari Badan Meteorologi dan
Geofisika (BMG), Pusat dan menyebarluaskan informasi
sehingga setiap unit pengelolaan hutan yang ada dapat
mempersiapkan upaya antisipasinya.
b). Melakukan penilaian bahaya kebakaran secara nasional dengan
sistem peringkat bahaya kebakaran (SPBK/FDRS), sehingga
setiap hari dapat diketahui daerah yang rawan kebakaran.
2). Tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota
a). Mengumpulkan informasi tentang prakiraan awal dan lamanya
musim kemarau dari kantor BMG setempat dan menyebarluaskan
informasi tersebut ke seluruh unit pengelolaan hutan yang ada di
wilayahnya dan seluruh masyarakat.
8
b). Melakukan penilaian bahaya kebakaran di tingkat
propinsi/kabupaten/kota dengan menggunakan SPBK dan
menyampaikannya secara harian ke setiap unit pengelolaan hutan.
c). Dalam jangka panjang pengembangan sistem peringatan dini
melalui pengembangan sistem-sistem penilaian bahaya kebakaran
lain, selain SPBK.
3). Tingkat Lapangan (unit pengelolaan hutan, daerah operasi dan
sebagainya)
a). Memanfaatkan informasi prakiraan awal dan lamanya musim
kemarau untuk upaya-upaya pencegahan dan persiapan
pemadaman kebakaran hutan.
b). Membuat tanda-tanda atau rambu-rambu atau papan peringatan
bahaya kebakaran hutan sesuai dengan peringkat bahayanya
sehingga dapat diketahui oleh seluruh pegawai, petugas
pemadaman kebakaran hutan dan seluruh masyarakat.
c). Membuat peta resiko kebakaran (fire risk map) melalui survei
lapangan dilokasi-lokasi dimana aktivitas manusia dapat
menimbulkan kebakaran hutan.
d). Memantau kondisi bahan bakar sebagai sumber bahaya (fire
hazard) terutama kadar airnya di daerah-daerah beresiko terjadi
kebakaran.
9
e). Melakukan segala macam aktivitas pencegahan dan persiapan
pemadaman sesuai dengan peringatan bahaya kebakaran yang
terjadi.
b. Penyusunan Rencana Pencegahan
Rencana pencegahan kebakaran hutan perlu disusun setiap tahun yang
secara umum berisi hal-hal sebagai berikut (Syaufina, 2009):
1). Data dasar perencanaan
a). Luas hutan yang harus dilindungi dari kebakaran, dirinci menurut
tipe hutan (hutan daratan, hutan gambut, hutan tanaman) dan
keadaan penutupan hutannya (hutan primer, hutan sekunder,
semak belukar dan sebagainya). Untuk areal HPH dilengkapi
dengan umur tegakan sejak tebang pilih (Logged Over Area) dan
untuk hutan tanaman disertai dengan umur tegakan.
b). Peta kejadian kebakaran
c). Statistik kebakaran hutan yang menguraikan bulan-bulan kejadian
kebakaran, tipe hutan yang terbakar, penyebab kebakaran, luas
areal yang terbakar dan lainnya.
d). Peta resiko kebakaran
e). Peta bahaya bahan bakar
f). Kondisi social ekonomi dan budaya masyarakat di sekitar hutan
(jumlah penduduk, pendidikan, agama, mata pencaharian, adat
istiadat dan sebagainya).
10
g). Peta-peta tematik lain (peta topografi, peta hidrologi, jaringan
jalan, peta lokasi, menara pengawas kebakaran).
2). Menetapkan tujuan pencegahan kebakaran hutan
3). Menyusun rencana kegiatan pencegahan kebakaran hutan yang
dilaksanakan melalui jalur :
a). Edukatif (pendidikan)
b). Yustisi/penegakan hukum
c). Keteknikan hutan yang mencakup pengelolaan bahan bakar,
tindakan silvikultur, penerapan pemanenan berdampak rendah,
menyusun rencana pemantauan dan evaluasi kegiatan pencegahan
kebakaran hutan.
c. Pelaksanaan pencegahan kebakaran hutan
Pencegahan kebakaran hutan seringkali dapat berhasil dengan memuaskan
apabila dilaksanakan dengan menggunakan kombinasi metodaa edukatif,
keteknikan dan penegakan hukum. Keberhasilan pencegahan kebakaran
ditentukan oleh :
1). Ketepatan pemilihan program kegiatan yang sesuai dengan sasarannya
2). Ketepatan pemilihan model pendekatan/metode dan penjadwalannya.
3). Sarana, prasarana dan dana yang memadai
4). Jumlah dan kualitas sumber daya manusia sebagai pelaksananya.
2. Pemadaman Kebakaran Hutan
a. Deteksi kebakaran hutan
11
Prinsip pemadaman kebakaran hutan adalah menemukan kebakaran
secara cepat/dini dan kemudian memadamkannya selagi api masih kecil.
Prinsip dasar dalam pemadaman kebakaran hutan adalah :
1). Capailah setiap lokasi kebakaran hutan secepat yang dapat dicapai
dengan selamat. Seranglah dengan kekuatan penuh, sehingga api
mengecil. Jaga hingga dapat dipastikan bahwa api benar-benar mati.
2). Buatlah ilaran lebih cepat dari penjalaran api.
3). Klasifikasi bahan bakar perlu diketahui untuk menentukan kecepatan
menjalar dan ketahanan untuk mengendalikan api.
4). Perencanaan pengendalian kebakaran hutan untuk kondisi kebakaran
yang paling buruk tetap diperlukan.
5). K