i
KERAGAMAN MORFOMETRIK KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN PESISIR BANTEN
SILVIANA NOVITA SARI
SKRIPSI
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul:
Keragaman Morfometrik Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir
Banten
adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi manapun. Semua sumber data dan informasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari
penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2010
Silviana Novita Sari C24062897
iii
RINGKASAN
Silviana Novita Sari. C24062897. Keragaman Morfometrik Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir Banten. Di bawah bimbingan M. Mukhlis Kamal dan Nurlisa A. Butet
Kerang darah dari kelas Bivalvia adalah salah satu hewan bentik bernilai ekonomis penting dan menjadi salah satu sumber bahan pangan yang mengandung protein tinggi dengan lemak yang rendah. Perairan Bojonegara dan Labuan memiliki wilayah pesisir yang diduga potensi perikanannya tinggi terutama sumberdaya kekerangan. Diduga telah terjadi penurunan populasi kerang darah pada perairan tersebut, yang disebabkan baik oleh tekanan lingkungan maupun karena tekanan penangkapan. Produksi kerang darah di Indonesia pada tahun 2003 adalah 495.50 ton dan meningkat pada tahun 2004 menjadi 496.30 ton (DKP 2004). Eksploitasi A. granosa yang telah dilakukan bertahun-tahun, belum diimbangi oleh upaya penelitian untuk memperoleh informasi biologi dan peranan ekologi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek morfometrik sehingga dapat memberikan gambaran mengenai ciri stok kerang darah (A. granosa) di perairan Bojonegara-Teluk Banten dan PLTU Labuan-Teluk Lada. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal mengenai status stok kerang darah di perairan Bojonegara dan Labuan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2009-Mei 2010 di Perairan Bojonegara dan Labuan, Banten. Alat dan bahan yang digunakan antara lain GPS, Van dorn Water Sampler, botol sample, Ekman grab, alat tangkap garok, ice box, kamera digital, termometer, refraktometer, reagen, kertas indikator pH, wadah, kaliper, dan timbangan digital. Parameter yang diamati meliputi panjang cangkang, tinggi cangkang, tebal cangkang, tinggi umbo, panjang ligament, berat total dan berat daging kerang darah. Analisis data mengenai korelasi morfometrik kerang darah dilakukan dengan metode Principal Component Analisis (PCA) menggunakan software STATISTIKA 6.
Selama pengamatan jumlah kerang darah yang ditemukan di perairan Bojonegara dan Labuan masing-masing sebanyak 493 individu dan 373 individu. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan diperoleh kerang darah di perairan Bojonegara dan Labuan memiliki persamaan hubungan panjang berat berturut-turut W = 0.022L1.812 dan W = 0.0007L2.786. Persentase rasio berat daging/berat total yang tertinggi di perairan Bojonegara pada selang kelas 36.8-39.9 mm yaitu 24.16% dan di Labuan pada selang kelas 11.2-14.3 mm yaitu 29.35 %. Ukuran panjang kerang darah yang diperoleh berkisar antara 1.12-4.55 cm. Kisaran ukuran morfometrik kerang darah di perairan Bojonegara umumnya lebih luas dibandingkan di perairan Labuan. Korelasi ciri morfometrik yang sangat erat di perairan Bojonegara dan Labuan ditunjukkan oleh hubungan berat daging (BD) dan berat total (BT). Perbandingan karakter antara panjang cangkang : tinggi cangkang (PC : TIC) dengan panjang cangkang : tebal cangkang (PC : TEC) di perairan Bojonegara memiliki korelasi positif tertinggi, sedangkan perbandingan karakter antara panjang
iv
cangkang : tebal cangkang (PC : TEC) dengan tinggi cangkang : tebal cangkang (TIC : TEC) di perairan Labuan memiliki korelasi positif tertinggi. Perbandingan ini dapat dijadikan sebagai penciri stok di perairan Bojonegara dan Labuan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hubungan panjang berat di perairan Bojonegara dan Labuan memiliki pola pertumbuhan allometrik negatif dan kerang darah pada kedua perairan ini berasal dari stok yang berbeda. Rencana pengelolaan yang dapat disarankan antara lain adalah pengaturan upaya penangkapan meliputi pengaturan ukuran mata jaring dan pengaturan ukuran tangkap.
v
KERAGAMAN MORFOMETRIK KERANG DARAH (Anadara granosa) DI PERAIRAN PESISIR BANTEN
SILVIANA NOVITA SARI C24062897
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
2010
vi
PENGESAHAN SKRIPSI
Judul : Keragaman Morfometrik Kerang Darah (Anadara granosa) di Perairan Pesisir Banten
Nama Mahasiswa : Silviana Novita Sari
Nomor Pokok : C24062897
Program Studi : Manajemen Sumberdaya Perairan
Menyetujui:
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc NIP. 132084932 NIP. 19651208 199011 2 001
Mengetahui: Ketua Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan,
Dr. Ir. Yusli Wardiatno, M.Sc NIP. 19660728 199103 1 002
Tanggal Lulus : 23 September 2010
vii
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul Keragaman Morfometrik Kerang Darah (Anadara granosa)
di Perairan Pesisir Banten; disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan
pada Desember 2009 hingga Mei 2010, dan merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc. selaku dosen pembimbing pertama dan Ir.
Nurlisa A. Butet, M.Sc selaku dosen pembimbing kedua serta Ir. Agustinus M.
Samosir, M.Phil selaku Komisi Pendidikan S1 yang telah banyak membantu dalam
pemberian bimbingan, masukan dan arahan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih banyak kekurangan, dikarenakan
keterbatasan pengetahuan penulis. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat untuk berbagai pihak.
Bogor, September 2010
Penulis
viii
UCAPAN TERIMA KASIH
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc dan Ir. Nurlisa A. Butet, M.Sc, masing-masing
selaku ketua dan anggota komisi pembimbing skripsi dan akademik yang telah
banyak memberikan arahan dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
2. Dr. Ir. Isdradjad Setyobudiandi, M.Sc selaku dosen penguji dan Ir. Agustinus M
Samosir, M.Phil selaku ketua komisi pendidikan program S1 serta Dr. Ir. Yunizar
Ernawati, MS selaku wakil dari komisi pendidikan program S1, atas saran,
nasehat, dan perbaikan yang diberikan.
3. Para staf Laboratorium Produktivitas Lingkungan (Bu Ana, Ka Budi, dan Mas
Adon) dan para staf Tata Usaha MSP yang sangat saya banggakan, terutama mba
Widar dan Mba Yani.
4. Keluarga tercinta, Empih, Mamah, Teh Lia, Teh Irni, A”Afan, A”Aji, A”Sahrul
serta Ananda Hafidz yang selalu memberikan semangat, doa, kasih sayang,
dukungan, dan motivasinya.
5. Moh. Sanjiva Refi Hsb atas kesabaran, dukungan, motivasi, bantuan, dan
pengertiannya selama menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi.
6. Anadara Team (Bu Wahyu, Kiki, Frida, Widya, Siti, Yuli, Intan, Yesti, Tyo, dan
Danang) atas suka duka, perjuangan, kekompakan, kerjasama, dan semangatnya.
7. Teman-teman MSP 43 (Dian, Friska, Elin, Danto, Suryani, Wahyu, Damora, dan
Pandu) dan Rumah Ijo (Novi Ariyanti, Nirmaladewi, Mumun, Dede, Melly dan
Nia) atas motivasi dan dukungan serta kasih sayang serta semangatnya.
8. Teman-teman MSP 41 (Irwan, Ipin, Titin), MSP 42 (Diana), MSP 44 (Ilman), dan
ITK 43 (Daniel) atas bantuan, doa dan dukungannya.
ix
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tangerang, pada tanggal 17 November
1987 dari pasangan Bapak Dada Suhanda dan Etin Mazini.
Penulis merupakan putri keenam dari tujuh bersaudara.
Pendidikan formal ditempuh di TK Pertiwi Tangerang (1994),
SDN 1 Batubantar (2000), SLTPN 2 Pandeglang (2003), dan
SMAN 6 Pandeglang (2006). Penulis lulus seleksi masuk ke
Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk
IPB (USMI), dan masuk di Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan pada tahun 2007.
Selama mengikuti kegiatan perkuliahan di Departemen Manajemen
Sumberdaya Perairan, penulis berkesempatan untuk menjadi asisten Mata Kuliah
Iktiologi (2008/2009 dan 2009/2010) dan Iktiologi Fungsional (2009/2010) serta
aktif sebagai anggota departemen Infokom dan Social And Environment (SAE)
pengurus Himpunan Mahasiswa Manajemen Sumberdaya Perairan (HIMASPER)
pada tahun 2008/2009 dan 2009/2010.
Untuk menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, penulis
melaksanakan penelitian yang berjudul ”Keragaman Morfometrik Kerang Darah
(Anadara granosa) di Perairan Pesisir Banten“.
x
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
1. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1 1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................ 2 1.3. Tujuan Penelitian ................................................................................ 3 1.4. Manfaat Penelitian .............................................................................. 3
2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4 2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kerang Darah ........................................... 4
2.1.1. Klasifikasi ................................................................................ 4 2.1.2. Morfologi ................................................................................. 4
2.2. Habitat Kerang Darah ......................................................................... 5 2.3. Morfometrik ........................................................................................ 6 2.4. Hubungan Panjang Berat .................................................................... 7 2.5. Parameter Fisika-Kimia Perairan bagi Kehidupan Kerang Darah ...... 8
2.5.1. Parameter fisika ....................................................................... 8 2.5.2. Parameter kimia ....................................................................... 10
2.6. Logam Berat ........................................................................................ 10 2.6.1. Timah hitam (Pb) ..................................................................... 10 2.6.2. Kadmium (Cd) ......................................................................... 11 2.6.3. Merkuri (Hg) ............................................................................ 12
3. METODE PENELITIAN ........................................................................ 14
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian .............................................................. 14 3.2. Metode Kerja ...................................................................................... 16
3.2.1. Pengambilan dan penanganan contoh air, substrat dan biota ..... 16 3.2.2. Pengukuran dan pengamatan ..................................................... 16
3.2.2.1. Pengukuran karakter morfometrik kerang darah ......... 16 3.2.2.2. Analisis kualitas air, sedimen dan daging .................... 17
3.3. Analisis Data ....................................................................................... 19 3.3.1. Analisis karakter morfometrik ................................................... 19 3.3.2. Hubungan panjang berat ............................................................ 20 3.3.3. Rasio berat daging/berat total .................................................... 21
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 22 4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian ...................................................... 22
4.1.1. Kondisi umum perairan Bojonegara-Teluk Banten ................... 22 4.1.2. Kondisi umum perairan PLTU Labuan-Teluk Lada .................. 23
4.2. Kondisi Habitat Kerang Darah Anadara granosa ............................... 24 4.2.1. Kualitas air ................................................................................. 24 4.2.2. Kondisi sedimen ......................................................................... 28
xi
4.3. Kandungan Logam Berat pada Kerang .............................................. 29 4.4. Hubungan Panjang Berat .................................................................... 31 4.5. Rasio Berat Daging/Berat Total ......................................................... 33 4.6. Analisis Karakter Morfometrik ........................................................... 34
4.6.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing lokasi penelitian ........................................................................ 36
4.6.2. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing lokasi penelitian ................................................ 38
4.6.3. Analisis korelasi karakter morfometrik dengan habitat ……….. 39 4.7. Rencana Pengelolaan Kerang Darah ................................................... 41
5. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………….. 43
5.1. Kesimpulan ........................................................................................ 43 5.2. Saran .................................................................................................. 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 45
LAMPIRAN .................................................................................................. 49
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Biomagnifikasi merkuri pada beberapa organisme anggota jala makanan pada ekosistem perairan ………................................................................. 12
2. Karakter morfometrik yang diukur ........................................................... 17
3. Perbandingan ukuran karakter morfometrik kerang darah ....................... 19
4. Parameter fisika, kimia, dan logam berat di perairan Bojonegara ............ 24
5. Parameter fisika, kimia, dan logam berat di perairan Labuan .................. 24
6. Kondisi sedimen di perairan Bojonegara .................................................. 28
7. Kondisi sedimen di perairan Labuan ........................................................ 28
8. Kandungan logam berat pada kerang darah .............................................. 30
9. Kisaran ukuran morfometrik pada kedua lokasi penelitian ...................... 34
10. Kisaran ukuran perbandingan karakter morfometrik pada kedua lokasi penelitian ................................................................................................... 35
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema perumusan masalah ....................................................................... 3
2. Kerang darah Anadara granosa (dokumentasi pribadi) ............................ 4
3. Lokasi penelitian perairan Bojonegara (google earth) . ............................. 14
4. Lokasi penelitian perairan Labuan (google earth) .................................... 15
5. Lokasi penelitian perairan Bojonegara dan Labuan (google earth) .......... 15
6. Karakter morfometrik yang diukur (google) ............................................. 17
7. Segitiga Millar (Brower et al. 1990) ......................................................... 18
8. Hubungan panjang berat kerang darah di perairan Bojonegara dan Labuan ....................................................................................................... 32
9. Rasio berat daging/berat total rata-rata kerang darah selama penelitian di perairan Bojonegara dan Labuan ……………………………………….... 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Peta lokasi penelitian di perairan Bojonegara dan Labuan ………........... 50
2. Foto alat-alat yang digunakan selama penelitian ...................................... 50
3. Foto Kerang darah Anadara granosa yang diukur . .................................. 51
4. Analisis regresi panjang berat kerang darah perairan Bojonegara ............ 52
5. Analisis regresi panjang berat kerang darah perairan Labuan ................... 53
6. Contoh perhitungan rasio berat daging/berat total ..................................... 54
7. Matriks korelasi karakter morfometrik perairan Bojonegara .................... 54
8. Grafik korelasi karakter morfometrik perairan Bojonegara ...................... 54
9. Matriks korelasi karakter morfometrik perairan Labuan ………………… 55
10. Grafik korelasi karakter morfometrik perairan Labuan ............................ . 55
11. Korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Bojonegara .......... 55
12. Grafik korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Bojonegara ................................................................................................ 56
13. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Labuan ... 56
14. Grafik korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Labuan ..... 57
15. Nilai korelasi karakter morfometrik di kedua lokasi penelitian ................ 57
16. Nilai korelasi perbandingan karakter morfometrik di kedua lokasi Penelitian ................................................................................................... 57
17. Nilai korelasi perbandingan karakter morfometrik dengan logam berat pada daging di perairan Bojonegara ......................................................... 58
18. Grafik korelasi karakter morfometrik dengan logam berat pada daging kerang darah di perairan Bojonegara ........................................................ 59
19. Nilai korelasi perbandingan karakter morfometrik dengan logam berat pada daging di perairan Labuan ................................................................ 60
20. Grafik korelasi karakter morfometrik dengan logam berat pada daging kerang darah di perairan Labuan ............................................................... 61
1
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perairan Bojonegara-Teluk Banten terletak di wilayah Kabupaten Serang,
sedangkan perairan PLTU Labuan-Teluk Lada terletak di wilayah Kabupaten
Pandeglang. Kedua Kabupaten ini memiliki wilayah pesisir yang diduga potensi
perikanannya tinggi terutama sumberdaya kekerangan. Kerang dari kelas Bivalvia
adalah salah satu hewan bentik bernilai ekonomis penting dan menjadi salah satu
sumber bahan pangan yang mengandung protein tinggi dengan lemak yang rendah.
Salah satu jenis kekerangan yang banyak terdapat di Kabupaten Serang dan
Kabupaten Pandeglang adalah kerang darah (Anadara granosa). Menurut Nurdin et
al. (2006), kerang ini hidup di perairan pantai yang memiliki substrat pasir
berlumpur pada ekosistem estuari, mangrove dan padang lamun.
Perairan Bojonegara dan Labuan menghadap Selat Sunda merupakan daerah
yang potensial bagi penangkapan kerang darah. Diduga telah terjadi penurunan
populasi kerang darah pada perairan tersebut, yang disebabkan baik oleh tekanan
lingkungan maupun karena tekanan penangkapan. Produksi kerang darah di
Indonesia pada tahun 2003 adalah 495.50 ton dan meningkat pada tahun 2004
menjadi 496.30 ton (DKP 2004). Eksploitasi A. granosa yang telah dilakukan
bertahun-tahun, belum diimbangi oleh upaya penelitian untuk memperoleh informasi
biologi dan peranan ekologi.
Menurut Mayunar et al. (1995), sejak tahun 1992 di sekitar pantai
Bojonegara telah berdiri beberapa pabrik kimia, plastik, industri perakitan dan
galangan kapal. Semua kegiatan tersebut akan menghasilkan berbagai limbah yang
dapat menyebabkan pencemaran. Pencemaran perairan dapat menyebabkan
toksisitas sehingga akan mempengaruhi perubahan bentuk tubuh, fisiologi dan
tingkah laku kerang sedangkan tekanan penangkapan dapat menurunkan kelimpahan
individu.
Salah satu upaya untuk membandingkan karakteristik morfologi kerang
darah pada dua lingkungan yang berbeda, maka diperlukan studi morfometrik.
Pengukuran morfometrik kerang darah (A. granosa) meliputi pengukuran panjang
2
cangkang, tinggi cangkang, tebal cangkang, tinggi umbo, panjang ligament, berat
total, dan berat daging. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan
sebagai ciri taksonomik yang berguna dalam hubungan kekerabatan dan penciri stok.
1.2. Perumusan Masalah
Perairan Bojonegara-Teluk Banten dan perairan PLTU Labuan-Teluk Lada
memiliki tingkat eksploitasi dan kondisi lingkungan perairan yang berbeda. Tingkat
eksploitasi perairan Bojonegara diduga relatif lebih rendah dibandingkan perairan
Labuan. Hal ini dapat diduga karena kerang darah di perairan Bojonegara ditangkap
dengan cara tradisional dengan menggunakan tangan, sedangkan di perairan Labuan
dengan menggunakan alat tangkap garok. Kondisi perairan Bojonegara dipengaruhi
oleh masukan bahan organik dan pencemar dari limbah domestik maupun limbah
industri. Industri-industri yang berkembang di Bojonegara meliputi pabrik kimia,
plastik, industri perakitan dan galangan kapal (Mayunar et al. 1995). Banyaknya
industri besar maupun kecil akan berdampak pada lingkungan perairan Bojonegara.
Hal ini berbeda dengan tingkat pencemaran di perairan Labuan yang hanya
dipengaruhi oleh industri skala kecil, PLTU, perkebunan kelapa sawit dan limbah
domestik dari pemukiman sehingga tingkat pencemaran di perairan Labuan diduga
relatif lebih rendah dibandingkan dengan perairan Bojonegara.
Organisme di lingkungan yang berbeda akan memberikan respon yang
berbeda. Respon ini diperlukan untuk beradaptasi, mempertahankan hidup dan
bereproduksi. Respon yang paling mudah dilihat adalah adanya keragaman
morfologi. Selain dapat mendeteksi pengaruh lingkungan, keragaman morfologi
juga dapat digunakan untuk melihat tingkat eksploitasi. Keragaman morfologi yang
akan dikaji pada penelitian ini adalah panjang cangkang, tinggi cangkang, tebal
cangkang, tinggi umbo, panjang ligament, berat total, dan berat daging. Informasi
dari keragaman morfologi diharapkan dapat dimanfaatkan untuk studi lanjutan
mengenai status taksonomi dan pengelolaan satuan stok A. granosa. Skema
perumusan masalah dapat dilihat pada Gambar 1.
3
Gambar 1. Skema Perumusan Masalah
1.3. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aspek-aspek morfometrik sehingga
dapat memberikan gambaran mengenai ciri stok kerang darah (A. granosa) di
perairan Bojonegara-Teluk Banten dan PLTU Labuan-Teluk Lada.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi awal mengenai
status stok kerang darah di perairan Bojonegara-Teluk Banten dan PLTU Labuan-
Teluk Lada.
Kerang darah (A. granosa)
Kondisi perairan
Bojonegara : Limbah industri dan limbah domestik
PLTU Labuan : PLTU, perkebunan kelapa sawit, dan limbah domestik
Tingkat Pencemaran Mobilitas rendah
Adaptasi morfologi
Strategi pengelolaan
Eksploitasi
Bojonegara : Tangan
Labuan : Garok
Penurunan populasi
Adaptasi fisiologi Adaptasi tingkah laku
4
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Kerang Darah
2.1.1. Klasifikasi
Klasifikasi kerang darah Anadara granosa menurut Broom (1985) adalah
sebagai berikut :
Filum : Mollusca
Kelas : Bivalvia
Famili : Arcidae
Sub famili : Anadarinae
Genus : Anadara
Spesies : Anadara granosa
Nama Umum : Blood cockle
Nama Lokal : Kerang darah
Gambar 2. Kerang darah Anadara granosa
(Dokumentasi pribadi)
2.1.2. Morfologi
Storer et al. (1977) in Erianto (2005), menyatakan bahwa kelas bivalvia
memiliki bentuk tubuh simetris bilateral dengan tubuh lunak yang memadati antara
dua cangkang lateral. Bivalvia tidak memiliki kepala dan memiliki kaki yang
berbentuk kampak. Cangkang yang melindungi tubuh berbentuk bulat yang ditandai
dengan garis lingkar yang berputar memusat ke arah tempat yang lebih besar (umbo)
dekat dengan ujung anterior bagian dorsal. Menurut Barnes (1987), garis lingkar ini
5
menunjukkan adanya pertumbuhan cangkang, umur kerang dan kondisi kerang
dimana kerang tersebut tumbuh.
Menurut Storer et al. (1977) in Erianto (2005), sendi ligamen menahan
cangkang bagian dorsal secara bersama-sama dan membentang untuk membuat
kedua belah cangkang berpisah secara ventral serta memiliki satu atau dua pasang
otot adduktor. Otot ini berperan dalam membuka cangkang dan menggerakkan
kakinya. Barnes (1987) menyatakan bahwa antara otot adduktor dan hinge ligament
ini bekerja secara otomatis. Hinge ligament merupakan pita elastik yang terdiri dari
bahan organik seperti zat tanduk (conchiolin).
Menurut Nybakken (1988), warna cangkang bivalvia dipengaruhi oleh warna
substrat dan tipe ekosistem seperti ekosistem air tawar, estuari dan laut. Dance
(1977) in Hery (1998) menyatakan bahwa kerang darah mempunyai cangkang yang
tebal, berbentuk agak ellips dan terdapat 20-21 garis vertikal pada permukaan yang
dimulai sampai dengan bagian dorsal.
Pada umumnya moluska bivalvia adalah pemakan deposit. Secara khusus
moluska bivalvia dapat beradaptasi sebagai pemakan suspensi, namun tidak dapat
menyaring air dengan baik pada tingkat padatan tersuspensi yang tinggi. Dengan
demikian, walaupun moluska bivalvia bersifat pemakan deposit tetapi cenderung
untuk menghindari wilayah yang bersubstrat lumpur halus karena di wilayah ini
terjadi proses pelarutan padatan partikel yang lebih kecil (Broom 1988 in Hery
1998).
2.2. Habitat Kerang Darah
Kehidupan moluska bentik secara umum dipengaruhi oleh kualitas
perairannya, antara lain jenis substrat tempat hidup, kekeruhan, pH, suhu, salinitas,
kandungan oksigen terlarut dan polutan (Nybakken 1988). Komunitas hewan bentik
yang banyak ditemukan di daerah estuari adalah krustasea, moluska dan polikaeta.
Menurut Kennis (1990) in Hery (1998), distribusi hewan bentik di daerah ini
ditentukan oleh faktor fisik yaitu gelombang, arus dan tipe sedimen. Nybakken
(1988) menyatakan bahwa penggali pemakan deposit cenderung melimpah pada
substrat lumpur dan substrat lunak yang merupakan daerah dengan kandungan bahan
organik yang tinggi, sedangkan pemakan suspensi terdapat lebih melimpah pada
6
substrat yang lebih mengandung pasir dengan kandungan bahan organik lebih
sedikit. Menurut Broom (1985), kerang darah dari populasinya terbesar umumnya
ditemukan pada daerah pasang surut berlumpur lunak berbatasan dengan hutan
bakau.
Squares et al. (1975) in Hery (1998) menyatakan bahwa Anadara spp.
banyak ditemukan pada lumpur halus atau kadang-kadang pada pasir berlumpur dan
berlindung atau berasosiasi dengan mangrove di sebagian besar daerah tropis.
Menurut Dharma (1988) in Prawuri (2005), moluska termasuk binatang yang sangat
berhasil menyesuaikan diri untuk hidup di beberapa tempat dan cuaca. Dharma
(1992) in Prawuri (2005) menyatakan bahwa keempat jenis kerang yaitu Anadara
antiquata, Anadara granosa, Barbatia decussata dan Scapharca pilula hidup pada
laut dangkal yang berlumpur dan mudah ditemukan dalam jumlah yang banyak.
Pathansali (1966) menyatakan bahwa Anadara granosa ditemukan juga pada
lumpur berpasir tetapi jumlah dan ukurannya tidak sebaik di lumpur halus. Menurut
Mzighani (2005), kerang darah hidup mengelompok dan umumnya banyak
ditemukan pada substrat yang kaya kadar organik. Distribusi kerang tersebut
meliputi Australia, Laut Merah, Laut China Selatan, Vietnam, China, Hongkong
(Xianggang), Thailand, Philipina, Jepang dan Indonesia yang tersebar di kawasan
pesisir pantai (OBIS 2006 in Nurdin et al. 2006).
2.3. Morfometrik
Morfometrik adalah ciri yang berkaitan dengan ukuran tubuh atau bagian
tubuh organisme. Ukuran ini merupakan salah satu hal yang dapat digunakan
sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi organisme. Ukuran yang dimaksud
adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain. Hasil pengukuran
biasanya dinyatakan dalam satuan millimeter atau centimeter, ukuran ini disebut
ukuran mutlak. Tiap spesies memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan
ini dapat disebabkan oleh umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi misalnya makanan, suhu, pH, dan salinitas. Faktor
lingkungan juga mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan organisme, sehingga
pada umur yang sama suatu spesies, ukuran mutlaknya dapat berbeda (Affandi et al.
1992).
7
Karakter morfometrik dapat membantu dalam menyediakan informasi untuk
pendugaan stok sebaran populasi dalam habitat atau lingkungan perairan tempat
hidupnya. Pada moluska, ciri morfometrik yang umumnya diamati meliputi panjang
cangkang, tinggi cangkang, tebal cangkang, tinggi umbo, panjang ligament, berat
total dan berat daging. Menurut Jolicoeur dan Worimann (1960) in Ramesha dan
Thippeswamy (2009), beberapa individu yang memiliki panjang yang sama dapat
memiliki ukuran lebar dan tebal yang berbeda dan memiliki bentuk yang bervariasi.
Lingkungan yang bervariasi dapat mempengaruhi bentuk cangkang bivalvia.
Berdasarkan penelitian Broom yang melakukan pengambilan contoh Anadara
granosa pada perairan yang alami selama enam bulan menemukan bahwa panjang
A. granosa dapat mencapai 4-5 mm, sedangkan pengambilan setelah satu tahun
panjangnya mencapai 30 mm. Hal tersebut dapat bervariasi tergantung dengan
kondisi lingkungannya (Broom 1982).
2.4. Hubungan Panjang Berat
Menurut Effendie (1997), pertumbuhan merupakan suatu proses biologis
yang dirumuskan sebagai pertambahan ukuran panjang dan berat tubuh dalam suatu
periode tertentu. Pertumbuhan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor dalam
(internal) dan faktor luar (eksternal). Faktor internal diantaranya adalah keturunan,
umur, parasit dan penyakit, sedangkan faktor eksternal adalah makanan dan suhu
(Effendie 1985). Analisa hubungan panjang-berat bertujuan untuk mengetahui pola
pertumbuhan dengan menggunakan parameter panjang dan berat. Berat dianggap
sebagai suatu fungsi dari panjang. Nilai dari hubungan panjang-berat ini dapat
memberikan keterangan mengenai pertumbuhan, kemontokan, dan perubahan
lingkungan terhadap organisme dapat diketahui (Effendie 1997).
Terdapat dua pola pertumbuhan organisme yaitu pertumbuhan isometrik
(b=3) dan allometrik (b≠3) (Effendie 1997). Pola pertumbuhan isometrik adalah
pertambahan panjang yang seimbang dengan pertambahan beratnya, sedangkan
pertumbuhan allometrik adalah pertambahan panjang yang tidak seimbang dengan
pertambahan beratnya. Pertumbuhan allometrik positif dinyatakan apabila nilai b>3
yang menandakan bahwa pertambahan berat lebih cepat dibandingkan dengan
pertambahan panjangnya, sedangkan pertumbuhan allometrik negatif dinyatakan
8
apabila nilai b<3 yang menandakan bahwa pertambahan panjang lebih cepat
dibandingkan pertambahan berat (Effendie 1997). Penelitian Ramesha dan
Thippeswamy pada tahun 2005 di sungai Kempuhole India, menunjukkan bahwa
pola pertumbuhan Parreysia corrugate pada bulan juni-juli 2005 bersifat allometrik
negatif (Ramesha dan Thippeswamy 2009).
2.5. Parameter Fisika-Kimia Perairan bagi Kehidupan Kerang Darah
2.5.1. Parameter fisika
Parameter fisika yang mempengaruhi kehidupan kerang darah diantaranya
adalah suhu, salinitas, arus, dan tekstur tanah. Suhu merupakan salah satu faktor
yang sangat penting dalam mengontrol kehidupan dan penyebaran organisme dalam
suatu perairan. Suhu akan mempengaruhi aktivitas metabolisme dan
perkembangbiakkan dari organisme tersebut (Nybakken 1988). Suhu air juga akan
menentukan kehadiran dari spesies-spesies akuatik, mempengaruhi pemijahan dan
penetasan serta aktivitas dan rangsangan yang dapat menghambat pertumbuhan
spesies (NTAC 1968 in Koesoebiono 1979).
Organisme akuatik memiliki kisaran suhu tertentu yang dapat mempengaruhi
pertumbuhannya (Effendi 2003). Hewan yang hidup di zona pasang surut dan sering
mengalami kekeringan, mempunyai daya tahan yang besar terhadap perubahan suhu
(Nontji 1987). Menurut Squares et al. (1975) in Hery (1998), Anadara spp selalu
berlindung pada mangrove dengan kisaran suhu dalam lumpur antara 26.0-37.5°C
disesuaikan dengan waktu dan puncak sinar matahari. Penelitian Boonruang dan
Janekarn pada tahun 1983 di Phuket Thailand, A. granosa dapat ditemukan pada
suhu 25-32.8°C (Broom 1985).
Nybakken (1988) mendefinisikan salinitas sebagai jumlah garam-garam yang
terlarut dalam satu kilogram air laut. Salinitas mempunyai peranan penting dalam
kehidupan organisme, misalnya dalam distribusi biota akuatik. Bervariasinya nilai
salinitas dapat mempengaruhi pola adaptasi dan kelimpahan hewan bentik
(Nybakken 1988). Nilai salinitas perairan tawar biasanya kurang dari 0.5‰, perairan
payau antara 0.5‰-30‰, dan perairan laut 30‰-40‰.
Sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola
sirkulasi air, penguapan, curah hujan, dan aliran sungai (Nontji 1987). Organisme
9
yang cukup adaptif dan mampu bertahan dengan baik terhadap perubahan adalah
organisme yang berasal dari kelas Polychaeta, Bivalvia, dan Crustacea (Nybakken
1988). Menurut Pathansali (1966) menyatakan bahwa A. granosa L. dapat
ditemukan di perairan yang memiliki salinitas 18-30‰.
Menurut Nontji (1987), arus merupakan gerakan mengalir suatu massa air
yang dapat disebabkan oleh tiupan angin, karena perbedaan dalam densitas air laut
atau disebabkan oleh gerakan gelombang. Nybakken (1988) menyatakan bahwa arus
mempengaruhi penyebaran organisme laut dan juga menentukan tipe substrat. Arus
yang kuat dapat menyebabkan ketidakseimbangan dasar perairan yang lunak seperti
dasar perairan berpasir atau berlumpur.
Nontji (1987) menyatakan bahwa arus yang disebabkan oleh pasang surut
biasanya lebih banyak terdapat di perairan pesisir dan estuari. Pergerakan air yang
cukup lambat di daerah berlumpur menyebabkan partikel-partikel halus mengendap
dan detritus melimpah. Menurut Mann (1982), pergerakan air pada daerah berpasir
cenderung besar sehingga fauna yang memanfaatkan daerah ini adalah filter feeder.
Odum (1993) menyatakan bahwa karakter dasar suatu perairan menentukan
penyebaran hewan bentik, dimana masing-masing tipe tekstur menentukan
komposisi jenis hewan bentik. Substrat didefinisikan sebagai campuran dari fraksi
lumpur, pasir, dan liat dalam tanah (Brower et al. 1990). Menurut Nybakken (1988),
jenis substrat dan ukurannya merupakan salah satu faktor ekologi yang
mempengaruhi kandungan bahan organik dan distribusi hewan bentik. Kemampuan
menjebak bahan organik dalam sedimen semakin meningkat seiring dengan semakin
halusnya substrat.
Jenis-jenis dari bivalvia dapat tumbuh dan berkembang pada sedimen halus,
karena memiliki alat-alat fisiologi khusus untuk dapat beradaptasi pada lingkungan
perairan yang memiliki tipe substrat berlumpur. Pathansali (1966) menyatakan
bahwa Anadara granosa dilihat dari habitatnya hidup pada substrat dengan
kandungan lumpur halus berukuran kurang dari 0.124 mm sebanyak dari 90% pada
hamparan pasang yang terlindung dari ombak dan terletak di muara atau di luar
dengan salinitas antara 18-30‰.
10
2.5.2. Parameter kimia
Parameter kimia yang mempengaruhi kehidupan kerang darah diantaranya
adalah oksigen terlarut (DO) dan pH. Nontji (1987) menyatakan bahwa ada lima
faktor yang mempengaruhi sebaran kandungan oksigen terlarut di laut yaitu suhu,
salinitas, kegiatan biologi, arus dan percampuran massa air.
A. granosa juga disebut Bloody Cockles karena terdapat kandungan
haemoglobin dalam eritrosit darahnya yang memungkinkan untuk dapat bertahan
hidup pada perairan yang mempunyai kadar oksigen terlarut rendah (Broom 1988 in
Hery 1998). Secara menyeluruh kerang darah mampu mengatasi kondisi “hypoxia”
dan “anoxia” yaitu dengan meningkatkan laju penyerapan oksigen sebanyak 2.8 kali
dari keadaan normal, sampai kandungan oksigen habitatnya menjadi normal kembali
(Davenport dan Wong in Prawuri 2005). Penelitian Setyobudiandi et al. di perairan
Marunda ditemukan bahwa kerang lamis dapat ditemukan pada perairan yang
memiliki kandungan oksigen 2.01-9.24 mg/l (Setyobudiandi et al. 2004).
Tebbut (1992) in Effendi (2003) menyatakan bahwa pH hanya
menggambarkan konsentrasi ion hidrogen. Sebagian besar biota akuatik sensitif
terhadap perubahan pH. Organisme perairan mempunyai kemampuan yang berbeda
dalam mentoleransi pH perairan. Sebagian besar spesies akuatik menyukai pH yang
mendekati nilai netral yaitu berkisar antara 7-8.5. Penelitian Setyobudiandi et al. di
perairan Marunda ditemukan bahwa kerang lamis dapat ditemukan pada perairan
yang memiliki kisaran pH antara 6.5-7.5 (Setyobudiandi et al. 2004).
2.6. Logam Berat
2.6.1. Timah hitam (Pb)
Kelarutan timah hitam (Pb) di perairan cukup rendah sehingga kadarnya di
perairan relatif kecil. Kadar dan toksisitas timah hitam dipengaruhi oleh kesadahan,
pH, alkalinitas, dan oksigen. Toksisitas Pb terhadap organisme akuatik berkurang
dengan meningkatnya kesadahan dan kadar oksigen terlarut. Pb dapat berasal dari
pupuk, insektisida, pestisida, produk kosmetik, dan asap rokok.
Di perairan laut, nilai Pb yang diperbolehkan untuk keberlangsungan hidup
organisme akuatik adalah 5.6 ppb (Laws 1993). Menurut KepMen LH No. 51 Tahun
2004, baku mutu Pb yaitu <0.001 mg/l. Timah hitam tidak termasuk unsur yang
11
esensial bagi makhluk hidup, bahkan unsur ini bersifat toksik bagi hewan dan
manusia karena dapat terakumulasi pada tulang.
Menurut Marasabessy dan Edward (2002), logam berat Pb yang terakumulasi
dalam tubuh biota akan terus meningkat dengan adanya proses biomagnifikasi di
badan perairan. Terjadinya kontaminasi zat beracun pada organisme perairan dapat
melalui 3 cara, yaitu melalui permukaan organisme, melalui respirasi atau ingesti
dari air dan melalui pengambilan makanan (zooplankton dan fitoplankton) yang
mengandung bahan pencemar kimia (Jardin 1993 in Suprapti 2008).
Kemampuan biota laut (ikan, udang dan moluska) dalam mengakumulasi
logam berat di perairan tergantung pada jenis logam berat, jenis biota, lama
pemaparan serta kondisi lingkungan seperti pH, suhu dan salinitas. Semakin besar
ukuran biota air, maka akumulasi logam berat semakin meningkat (Hutagalung 1991
in Buwono et al. 2005). Timah hitam dapat menutupi lapisan mukosa pada
organisme akuatik dan selanjutnya dapat mengakibatkan sufokasi. Menurut
Sukiyanti (1987) in Buwono et al. (2005), toksisitas logam berat dalam kerang yang
ditimbulkan akibat akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan
kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya.
Toksisitas akut Pb terhadap beberapa jenis avertebrata air tawar dan laut
berkisar antara 0.5-5.0 mg/liter (Effendi 2003). Menurut Hutagalung dan Sutomo
(1996), tingginya kadar Pb, Cd, Cu, dan Zn dalam sedimen di perairan Teluk Banten
dimungkinkan oleh sifat perairannya yang relatif tenang sehingga memperbesar
kesempatan senyawa logam berat tersebut untuk mengendap di dasar perairan.
2.6.2. Kadmium (Cd)
Kadmium (Cd) di dalam air terdapat dalam jumlah yang sangat sedikit dan
bersifat tidak larut dalam air. Sumber alami kadmium adalah berasal dari letusan
vulkanik, kebakaran hutan, pupuk yang mengandung Cd dan terbawa aliran sungai
(Laws 1993). Kadar kadmium pada perairan laut sekitar 0.0001 mg/liter (McNeely
et al. 1979 in Effendi 2003). Menurut KepMen LH No. 51 Tahun 2004, baku mutu
Cd yang ditetapkan yaitu <0.001 mg/l.
Menurut Lestari dan Edward (2004), Cd merupakan salah satu logam berat
yang bersifat racun dan merugikan bagi semua organisme hidup, bahkan juga
12
berbahaya untuk manusia. Untuk melindungi kehidupan pada ekosistem akuatik,
perairan sebaiknya memiliki kadar kadmium sekitar 0.0002 mg/l (Moore 1991 in
Effendi 2003).
Bila dibedakan menurut jenis kerang, terlihat bahwa kadar maksimum Cd
dalam kerang darah relatif lebih tinggi dibandingkan kadar Cd maksimum dalam
kerang yang lain, oleh karena itu kerang darah akan lebih baik bila dipakai sebagai
bioindikator dibandingkan kerang hijau dan kerang bulu (Inswiasri 1993).
Berdasarkan penelitian Aunurohim di kepulauan Kangen pada tahun 2004, diketahui
bahwa spesies A. scapha yang lebih besar atau berumur lebih tua mengakumulasi
logam berat lebih tinggi dibandingkan spesies yang berukuran kecil atau yang masih
muda (Aunurohim 2009).
2.6.3. Merkuri (Hg)
Senyawa merkuri (Hg) dapat mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi
pada biota perairan, baik secara langsung ataupun melalui jala makanan (food web).
Organisme yang berada pada rantai yang paling tinggi (manusia) memiliki kadar
merkuri yang lebih tinggi daripada organisme di bawahnya. Kadar merkuri dalam
berbagai organisme yang merupakan anggota jala makanan pada ekosistem perairan
ditunjukkan dalam Tabel 1.
Tabel 1. Biomagnifikasi merkuri pada beberapa organisme anggota jala makanan pada ekosistem perairan
Jenis Organisme Kadar Merkuri (µg/kg berat basah)
1. Sedimen 87-114 2. Fitoplankton 15 3. Tumbuhan tingkat tinggi 9 4. Zooplankton 13 5. Zoobentos herbivora 77 6. Zoobentos karnivora 83 7. Jenis ikan hebivora 332-500 8. Jenis ikan karnivora 604-1.510 9. Bebek/itik 240 10. Burung pemakan ikan 2.512-13.685
Sumber : Sarkka et al. (1978) in Effendi (2003)
13
Kadar merkuri pada perairan laut berkisar antara <10-30 ng/liter (Moore
1991 in Effendi 2003). Menurut KepMen LH No. 51 tahun 2004, baku mutu Hg
yaitu <0.008 mg/l. Senyawa merkuri bersifat sangat toksik bagi manusia dan hewan.
Berdasarkan Kep. Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/1989 dan FAO/WHO (1976) in
Buwono et al. (2005), kadar maksimum kandungan logam Hg pada biota laut yang
boleh dikonsumsi sebesar 0.5 ppm dan tidak boleh melebihi 0.2 mg per 70 kg berat
badan per minggu sebagai metil merkuri. Sifat toksik logam Hg dalam bentuk
senyawa HgCl2 dengan konsentrasi 0.027 ppm menyebabkan kematian pada larva
bivalvia (moluska) (Mulyaningsih 1998 in Buwono et al. 2005).
14
3. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di perairan Bojonegara-Teluk Banten dan perairan
PLTU Labuan-Teluk Lada, Banten selama lima bulan mulai bulan Desember 2009
hingga bulan Mei 2010. Perairan Bojonegara memiliki titik koordinat 5°59’37.8’’
LS dan 106°6’34.3’’ BT. Perairan ini termasuk dalam wilayah Desa Margarigi,
Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang. Perairan pesisir Labuan memiliki titik
koordinat 6°26'56.2" LS dan 105°49'14.3"BT. Perairan ini termasuk dalam wilayah
Kecamatan Labuan dan Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Jumlah
stasiun pada kedua lokasi berjumlah 3 stasiun. Lokasi penelitian dapat dilihat pada
Gambar 3, Gambar 4, dan Gambar 5.
Gambar 3. Lokasi penelitian perairan Bojonegara
(google earth)
15
Gambar 4. Lokasi penelitian perairan Labuan
(google earth)
Gambar 5. Lokasi penelitian perairan Bojonegara dan Labuan
(google earth)
16
3.2. Metode Kerja
3.2.1. Pengambilan dan penanganan contoh air, substrat dan biota
Pengambilan contoh air dilakukan menggunakan Van dorn Water Sampler.
Parameter yang diukur secara in situ meliputi suhu, salinitas, arus, DO, dan pH.
Contoh air yang diperoleh dimasukkan ke dalam botol sample yang telah diberi label
untuk dilakukan pengukuran secara ex situ di laboratorium yang meliputi logam
berat (Pb, Cd, dan Hg). Pengambilan contoh substrat dasar perairan dilakukan satu
kali pada setiap lokasi pengamatan menggunakan Ekman grab. Substrat yang
diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label untuk
dilakukan pengukuran secara ex situ di laboratorium.
Pengambilan kerang dilakukan dengan menggunakan alat tangkap garok
yang ditarik oleh kapal nelayan yang memiliki ukuran mesin sebesar 23 pk. Garok
adalah alat tangkap yang dioperasikan di dasar perairan. Pada penelitian ini mesh
size yang digunakan adalah 1 inchi dengan lebar bukaan mulut sebesar 70 cm.
Kerang yang diperoleh dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah diberi label
dan kemudian dimasukkan ke dalam ice box.
3.2.2. Pengukuran dan pengamatan
3.2.2.1. Pengukuran karakter morfometrik kerang darah
Kerang darah yang ditangkap kemudian diukur morfometriknya. Identifikasi
dan pengukuran morfometrik kerang darah (A. granosa) dilakukan di Laboratorium
Fisiologi Hewan Air, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor. Karakter morfometrik yang diukur adalah panjang cangkang, tinggi
cangkang, tebal cangkang, tinggi umbo, panjang ligament, berat total dan berat
daging. Pengukuran morfometrik kerang darah ini dilakukan dengan menggunakan
alat kaliper atau jangka sorong. Kerang yang telah diukur morfometriknya kemudian
diletakkan di wadah yang telah diberi label untuk dilakukan penimbangan bobot
total dan bobot daging.
Pengukuran berat total dan berat daging dilakukan dengan menggunakan
timbangan digital. Berat total kerang diukur dengan cara menimbang kerang secara
keseluruhan beserta cangkangnya, sedangkan untuk berat daging diukur dengan cara
menimbang daging kerang yang telah dipisahkan dari cangkangnya. Pemisahan
17
cangkang dari tubuhnya dilakukan dengan jalan memotong otot adduktornya.
Karakter morfometrik yang diukur dapat dilihat pada Tabel 2 dan Gambar 6.
Tabel 2. Karakter morfometrik yang diukur No. Karakter Morfometrik 1 Panjang cangkang Jarak dari bagian anterior sampai bagian posterior kerang 2 Tinggi cangkang Jarak dari bagian dorsal yaitu pada bagian umbo sampai
bagian ventral 3 Tebal cangkang Jarak terjauh antara cangkang kanan dan cangkang kiri 4 Tinggi umbo Tinggi cangkang dikurangi dengan tinggi dari ventral
sampai ligament 5 Panjang ligament Jarak antara anterior sampai posterior pada bagian dorsal
cangkang
Gambar 6. Karakter morfometrik yang diukur (google)
Keterangan :
PC = Panjang cangkang TIC = Tinggi cangkang TEC = Tebal cangkang TU = Tinggi umbo PL = Panjang ligament
3.2.2.2. Analisis kualitas air, sedimen dan daging
Pengukuran di laboratorium meliputi substrat dasar perairan dan logam berat
(Pb, Cd, dan Hg). Analisis kualitas air, sedimen dan daging kerang darah dilakukan
di Laboratorium Produktivitas Lingkungan, Departemen Manajemen Sumberdaya
Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
18
Analisis substrat dasar perairan dilakukan untuk mengetahui komposisi (%)
pasir, debu, dan liat. Penentuan tekstur substrat dilakukan dengan mencocokkan
persentase pasir, debu, dan liat dengan segitiga Millar. Segitiga Millar dapat dilihat
pada Gambar 7.
Gambar 7. Segitiga Millar
(Brower et al. 1990)
Langkah-langkah penentuan tekstur dasar perairan :
• Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat, misalnya fraksi pasir
69.14%, debu 18.35%, dan liat 12.51%.
• Menarik garis pada sisi persentase pasir di titik 69.14% sejajar dengan sisi
persentase debu. Untuk fraksi liat, garis ditarik dari titik 12.51% sejajar dengan
persentase pasir. Kemudian untuk fraksi debu, garis ditarik dari titik 18.35%
sejajar dengan sisi persentase liat.
• Hasil pertemuan ketiga titik berada pada tekstur lempung berpasir.
Analisis logam berat (Pb, Cd, dan Hg) pada air, sedimen, dan daging kerang
darah (A. granosa) dilakukan dengan cara langsung untuk contoh air dan cara kering
(pengabuan) untuk contoh sedimen. Kerang darah pada perairan Bojonegara
19
memiliki ukuran besar (>3 cm) dan ukuran kecil (<3 cm), sedangkan pada perairan
Labuan ukuran besar (>2.5 cm) dan kecil (<2.5 cm). Perbedaan ukuran ini
dikarenakan oleh perbedaan ukuran kerang darah yang tertangkap pada masing-
masing lokasi pengamatan. Penentuan kandungan logam berat terbagi atas beberapa
tahap, yaitu preparasi, ekstraksi dan injeksi. Tahap preparasi dilakukan pada
sedimen dan daging kerang darah. Sebelum dianalisis sedimen dan daging kerang
dikeringkan terlebih dahulu selama satu hari di dalam oven dengan suhu 105ºC.
Kemudian dilakukan penggerusan hingga halus agar homogen dengan menggunakan
mortar dan cawan petri. Setelah halus, sedimen dan kerang darah ditimbang
sebanyak 0.5 gram dan dilakukan pemanasan kembali dengan penambahan bahan
H2SO4 dan HNO3. Hasil dari pemanasan tersebut dilarutkan kembali dengan etanol
37%.
Tahap ekstraksi dilakukan pada ketiga contoh, yaitu air laut, sedimen dan
daging kerang (setelah tahap preparasi) dengan menggunakan bantuan alat corong
pemisah dengan penambahan larutan standar logam seperti Kalium Natrium
Tartarat, Hydroxylamin, dan KCN (Kalium Sianida) serta larutan ditizhon diaduk
hingga homogen. Setelah tahap ekstraksi selesai dilakukan tahap injeksi dengan
memisahkan supernatant dari larutan contoh untuk dianalisis menggunakan bantuan
alat spektrofotometer.
3.3. Analisis Data
3.3.1. Analisis karakter morfometrik
Dari tujuh karakter morfometrik yang diukur, dibuat perbandingan ukuran.
Perbandingan ukuran karakter morfometrik kerang darah dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Perbandingan ukuran karakter morfometrik kerang darah No. Perbandingan Ukuran 1 Panjang Cangkang : Tinggi Cangkang 2 Panjang Cangkang : Tebal Cangkang 3 Panjang Cangkang : Panjang Ligament 4 Tinggi Cangkang : Tebal Cangkang 5 Tinggi Cangkang : Tinggi Umbo
20
3.3.2. Hubungan panjang berat
Untuk menganalisis hubungan panjang-berat kerang darah digunakan rumus
sebagai berikut (Effendie 1997) :
W = aLb
Keterangan :
W = Berat total (gr) L = Panjang cangkang (mm) a = Intersep (perpotongan kurva hubungan panjang-berat dengan sumbu y) b = Penduga pola pertumbuhan panjang-berat
Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan
sebagai berikut:
Log W = Log a + b Log L
Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan log
W sebagai ‘y’ dan log L sebagai ‘x’, maka didapatkan persamaan regresi :
y = a + bx
Untuk menguji nilai b = 3 atau b ≠ 3 dilakukan uji-t, dengan hipotesis
(Effendie 1997) :
H0 : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik
H1 : b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu :
- Allometrik positif, jika b>3 (pertambahan berat lebih cepat
dibandingkan pertambahan panjang)
- Allometrik negatif, jika b<3 (pertambahan panjang lebih cepat
dibandingkan pertambahan berat
thitung = 1
01
Sbbb −
21
Keterangan :
b1 = Nilai b (dari hubungan panjang-berat) b0 = 3 Sb1 = Simpangan koefisien b
Bandingkan nilai thitung dengan nilai ttabel pada selang kepercayaan 95%.
Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan organisme, kaidah keputusan yang
diambil adalah :
thitung > ttabel : tolak hipotesis nol (H0)
thitung < ttabel : gagal tolak hipotesis nol (H0)
3.3.3. Rasio berat daging/berat total
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar persentase
daging yang terkandung dalam cangkangnya dari keseluruhan berat total. Hubungan
ini dilakukan dengan cara perbandingan berat daging dengan berat total dikalikan
100%. Menurut Prawuri (2005) rasio berat daging/berat total ini digunakan rumus
sebagai berikut:
Rasio Bd = (Bd/Bt) X 100%
Keterangan :
Bd = berat daging (gr) Bt = berat total (gr)
22
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Kondisi Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Kondisi umum perairan Bojonegara-Teluk Banten
Secara administratif perairan Bojonegara-Teluk Banten termasuk dalam
wilayah Desa Margarigi, Kecamatan Bojonegara, Kabupaten Serang, Provinsi
Banten. Wilayah Bojonegara menghadap langsung ke Teluk Banten dengan perairan
teluk yang tenang. Perairan Bojonegara memiliki batas-batas administratif yaitu :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Jawa
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kerang Kepuh
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Terate
- Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Banten
Berdasarkan hasil pengamatan Mayunar et al. pada tahun 1992, perairan
Bojonegara mempunyai pantai yang landai dengan dasar perairan yang terdiri dari
lumpur bercampur pasir yang kedalamannya tidak lebih dari 13 m (Mayunar et al.
1995). Kegiatan-kegiatan yang berada di sekitar Teluk Banten meliputi kegiatan
perikanan, suaka alam, dan industri. Di wilayah Bojonegara memiliki potensi
sumberdaya kelautan untuk pengembangan kegiatan penangkapan kerang. Kerang
yang terdapat di perairan Bojonegara diantaranya adalah kerang darah, kerang bulu,
kerang mencos dan kerang tahu. Kerang tersebut ditangkap dengan cara tradisional
dengan menggunakan tangan karena perairannya memiliki kedalaman yang dangkal.
Disekitar kawasan tersebut telah berdiri kawasan industri yang dikembangkan
adalah penambangan batu, PLTU Suralaya, industri plastik, pengeboran minyak
lepas pantai, galangan kapal palwa, industri logam dasar, kimia dasar, rekayasa dan
rancang bangun.
Beberapa sungai yang mengalir menuju Teluk Banten diantaranya adalah
Sungai Domas, Sungai Soge, Sungai Kemanyungan, Sungai Banten, Sungai
Pelabuhan, Sungai Baros, dan Sungai Wadas. Sungai-sungai ini melintasi daerah
perindustrian yang terdapat di sekitar Teluk Banten sehingga akan menghasilkan
berbagai limbah yang secara langsung maupun tidak langsung dapat masuk ke dalam
perairan (Mayunar et al. 1995).
23
Penelitian Mayunar et al. pada tahun 1992 di Teluk Banten, diperoleh bahwa
suhu di Teluk Banten berkisar antara 28.7-30.5°C, pH berkisar antara 7.2-8.2 dan
oksigen terlarut berkisar antara 4.2-6.6 mg/l. Kandungan kadmium (Cd) yang
terdapat di perairan Teluk Banten berkisar antara 0-0.20 mg/l dan nilai Merkuri (Hg)
berkisar antara 0.52-2.89 mg/l.
4.1.2. Kondisi umum perairan PLTU Labuan-Teluk Lada
Secara geografis Kabupaten Pandeglang terletak antara 6º21’-7º10’ LS dan
104º48’-106º11’ BT, memiliki luas wilayah 2.747 km2 (274.689.91 ha) atau sebesar
29.98% dari luas Provinsi Banten dengan panjang pantai mencapai 307 km. Secara
administratif dibagi menjadi 322 Desa, 13 Kelurahan dan 31 Kecamatan, dengan
batas-batas administrasi, yaitu:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Serang
- Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Sunda
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Samudra Indonesia
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Lebak
Perairan pesisir PLTU Labuan-Teluk Lada berada di wilayah Kecamatan
Labuan dan Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Perairan PLTU
Labuan-Teluk Lada dibatasi oleh Tanjung ketapang di sebelah timur dan Tanjung
Citereup di sebelah barat, sehingga daerah tersebut merupakan teluk kecil di dalam
Teluk Lada. Pada perairan ini berpotensi masuknya air buangan yang berasal dari
PLTU, perkebunan kelapa sawit, limbah domestik, industri skala kecil seperti
pengolahan produk perikanan, dan aktifitas perikanan yang meliputi perikanan
tangkap maupun perikanan budidaya.
Beberapa sungai yang mengalir menuju Teluk Lada diantaranya adalah
Sungai Ciliman, Sungai Bama dan Sungai Cibungur. Di wilayah Labuan memiliki
potensi sumberdaya kelautan untuk pengembangan kegiatan penangkapan kerang.
Kerang yang terdapat di perairan Labuan diantaranya adalah kerang darah, kerang
bulu, kerang mencos dan kerang tahu. Kerang tersebut ditangkap dengan
menggunakan alat tangkap garok.
24
4.2. Kondisi Habitat Kerang Darah Anadara granosa
4.2.1. Kualitas air
Parameter fisika yang mempengaruhi kehidupan kerang darah diantaranya
adalah suhu, salinitas, dan arus, sedangkan parameter kimia dan logam berat yang
mempengaruhi kehidupan kerang adalah oksigen terlarut (DO), pH, timah hitam
(Pb), kadmium (Cd), dan merkuri (Hg). Parameter fisika, kimia dan logam berat di
perairan Bojonegara dan Labuan selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 4 dan
Tabel 5.
Tabel 4. Parameter fisika, kimia, dan logam berat di perairan Bojonegara
Parameter Perairan Bojonegara Desember 2009 April 2010 Mei 2010
Suhu (°C) 26 ± 1.53 29 ± 0.52 30 ± 0.29 Salinitas (‰) 25 ± 7.07 22 ± 2.02 26 ± 1.89 Arus (cm/s) 14.71 ± 0.76 3.77 ± 1.86 11.04 ± 6.13 DO (mg/l) 4.12 ± 0.96 9.80 ± 5.34 5.60 ± 0.8 pH 8 ± 0.00 7.8 ± 0.29 7.2 ± 0.21 Pb (mg/l) 0.0530 ± 0.0042 0.0055 ± 0.0015 0.0004 ± 0.0000Cd (mg/l) 0.023 ± 0.003 0.007 ± 0.001 0.031 ± 0.009 Hg (mg/l) 0.0006 ± 0.0001 0.0003 ± 0.0001 0.0055 ± 0.0010
Tabel 5. Parameter fisika, kimia, dan logam berat di perairan Labuan
Parameter Perairan Labuan Desember 2009 Maret 2010 Mei 2010
Suhu (°C) 28 ± 0.58 29 ± 0.58 32 ± 0.58 Salinitas (‰) 35 ± 0.58 25 ± 0.58 32 ± 3.23 Arus (cm/s) 20.53 ± 13.72 2.81 ± 0.04 4.28 ± 0.71 DO (mg/l) 5.24 ± 1.32 5.41 ± 0.42 6.34 ± 0.30 pH 7.7 ± 0.29 7.3 ± 0.29 7.8 ± 0.29 Pb (mg/l) 0.0233 ± 0.0085 0.0120 ± 0.0044 0.0599 ± 0.0942Cd (mg/l) 0.005 ± 0.000 0.005 ± 0.000 0.018 ± 0.007 Hg (mg/l) 0.0005 ± 0.0004 0.0003 ± 0.0001 0.0004 ± 0.0001
Berdasarkan Tabel 4 dan Tabel 5, dapat dilihat bahwa suhu di perairan
Bojonegara mempunyai kisaran antara 26-30°C dan suhu di perairan Labuan
mempunyai kisaran antara 28-32°C. Suhu di perairan Labuan memiliki kisaran suhu
yang relatif lebih tinggi dibandingkan kisaran suhu di perairan Bojonegara. Hal ini
dapat disebabkan karena di perairan Labuan telah dipengaruhi oleh buangan limbah
25
cair panas dari PLTU ke dalam perairan. Penelitian Hidayat pada tahun 2004,
menyebutkan bahwa suhu yang berada di stasiun 1 di Perairan Pelabuhan Tanjung
Emas Semarang memiliki suhu yang lebih tinggi disebabkan adanya polutan yang
berupa limbah air panas sisa pendingin instalasi PLTU yang menyebabkan air
menjadi lebih panas mencapai 32.5°C (Hidayat et al. 2006).
Suhu pada kedua lokasi penelitian masih dapat mendukung pertumbuhan
kerang darah karena masih dalam batas suhu yang optimal bagi pertumbuhan kerang
darah. Berdasarkan penelitian Boonruang dan Janekarn pada tahun 1983 di Phuket
Thailand, A. granosa dapat ditemukan pada suhu 25-32.8°C (Broom 1985). Suhu
akan mempengaruhi aktivitas metabolisme dan perkembangbiakkan dari organisme
tersebut (Nybakken 1988). Suhu air juga akan menentukan kehadiran dari spesies-
spesies akuatik, mempengaruhi pemijahan dan penetasan serta aktivitas dan
rangsangan yang dapat menghambat pertumbuhan spesies (NTAC 1968 in
Koesoebiono 1979).
Salinitas di perairan Bojonegara mempunyai kisaran antara 22-26‰ dan
salinitas di perairan Labuan mempunyai kisaran antara 25-35‰. Kisaran salinitas di
perairan Bojonegara relatif lebih rendah dibandingkan perairan Labuan. Rendahnya
salinitas di perairan Bojonegara dapat disebabkan karena percampuran massa air
tawar yang dibawa Sungai Teratai dan Sungai Wadas. Menurut Nontji (1987),
sebaran salinitas di laut dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti pola sirkulasi air,
penguapan, curah hujan, dan aliran sungai. Salinitas di kedua lokasi masih dapat
mendukung pertumbuhan kerang darah karena masih dalam batas salinitas yang
optimal bagi pertumbuhan kerang darah. Pathansali (1966) menyatakan bahwa A.
granosa L. dapat ditemukan di perairan yang memiliki salinitas 18-30‰. Penelitian
Baquiero pada tahun 1980 di Mexico, menemukan A. tuberculosa dapat hidup pada
kisaran salinitas 30-40‰ (Broom 1985). Bervariasinya nilai salinitas dapat
mempengaruhi pola adaptasi dan kelimpahan hewan bentik. Organisme yang cukup
adaptif dan mampu bertahan dengan baik terhadap perubahan adalah organisme
yang berasal dari kelas Polychaeta, Bivalvia, dan Crustacea (Nybakken 1988).
Kecepatan arus di perairan Bojonegara mempunyai kisaran antara 3.77-14.71
cm/s dan kecepatan arus di perairan Labuan mempunyai kisaran antara 2.81-20.53
cm/s. Kisaran kecepatan arus di perairan Labuan memiliki kisaran yang lebih luas
26
dibandingkan perairan Bojonegara. Hal ini dapat disebabkan karena di perairan
Labuan dipengaruhi oleh gelombang air laut. Menurut Nontji (1987), arus
merupakan gerakan mengalir suatu massa air yang dapat disebabkan oleh tiupan
angin, karena perbedaan dalam densitas air laut atau disebabkan oleh gerakan
gelombang. Kecepatan arus pada perairan Bojonegara dipengaruhi oleh pasang surut
air laut yang berada pada muara Sungai Teratai dan muara Sungai Wadas. Nontji
(1987) menyatakan bahwa arus yang disebabkan oleh pasang surut biasanya lebih
banyak terdapat di perairan pesisir dan estuari. Menurut Nybakken (1988), arus
mempengaruhi penyebaran organisme laut dan juga menentukan tipe substrat.
Kandungan oksigen terlarut (DO) di perairan Bojonegara mempunyai kisaran
antara 4.12-9.80 mg/l dan kandungan oksigen terlarut di perairan Labuan
mempunyai kisaran antara 5.24-6.34 mg/l. Perairan Labuan memiliki kandungan
oksigen terlarut yang relatif lebih rendah dibandingkan perairan Bojonegara. Hal ini
dapat disebabkan karena suhu yang berada di perairan Labuan relatif lebih tinggi
dibandingkan perairan Bojonegara sehingga dapat mempengaruhi kandungan
oksigen terlarut di perairan. Menurut Effendi (2003), peningkatan suhu disertai
dengan penurunan kadar oksigen terlarut. Kandungan oksigen di kedua lokasi masih
dalam batas yang dapat ditoleransi oleh kerang darah dan masih dapat mendukung
pertumbuhan kerang darah. Pada penelitian Setyobudiandi et al. di perairan
Marunda ditemukan bahwa kerang lamis dapat ditemukan pada perairan yang
memiliki kandungan oksigen 2.01-9.24 mg/l (Setyobudiandi et al. 2004).
pH di perairan Bojonegara mempunyai kisaran antara 7.2-8 dan pH di
perairan Labuan mempunyai kisaran antara 7.3-7.8. Organisme perairan mempunyai
kemampuan yang berbeda dalam mentoleransi pH perairan. Nilai pH pada kedua
lokasi penelitian masih dapat mendukung pertumbuhan kerang darah karena masih
dalam batas pH yang optimal bagi pertumbuhan kerang darah. Menurut Tebbut
(1992) in Effendi (2003), sebagian besar spesies akuatik menyukai pH yang
mendekati nilai netral yaitu berkisar antara 7-8.5. Keanekaragaman bentos mulai
menurun pada pH 6-6.5 (Effendi 2003). Pada penelitian Setyobudiandi et al. di
perairan Marunda ditemukan bahwa kerang lamis dapat ditemukan pada perairan
yang memiliki kisaran pH antara 6.5-7.5 (Setyobudiandi et al. 2004).
27
Kandungan timah hitam (Pb) di perairan Bojonegara mempunyai kisaran
antara 0.0004-0.0530 mg/l dan kandungan Pb di perairan Labuan mempunyai
kisaran antara 0.0120-0.0599 mg/l. Kandungan Pb di perairan Bojonegara relatif
lebih kecil dibandingkan kandungan Pb di perairan Labuan. Kandungan Pb di
perairan Bojonegara dan Labuan telah melewati ambang batas yang telah
dikeluarkan KepMen LH No. 51 Tahun 2004 yaitu >0.001 mg/l. Hal ini menunjukan
bahwa air di Perairan Bojonegara dan Labuan telah terkontaminasi logam Pb.
Perairan Bojonegara berpotensi masuknya limbah buangan yang berasal dari pabrik
minyak kelapa, pabrik batu bara, dan pabrik gula. Pabrik-pabrik tersebut
mengeluarkan limbah berupa cairan maupun padatan yang mengandung bahan
organik, minyak dan lemak, Sulfida, timah hitam (Pb), Krom, dan Sianida. Perairan
Labuan berpotensi masuknya limbah buangan yang berasal dari pabrik, PLTU,
tambak, dan perkebunan kelapa sawit. Limbah-limbah yang dikeluarkannya berupa
cairan maupun padatan yang mengandung bahan organik dan pestisida. Menurut
Marasabessy dan Edward (2002), logam berat Pb yang terakumulasi dalam tubuh
biota akan terus meningkat dengan adanya proses biomagnifikasi di badan perairan.
Timah hitam dapat menutupi lapisan mukosa pada organisme akuatik dan
selanjutnya dapat mengakibatkan sufokasi.
Kandungan kadmium (Cd) di perairan Bojonegara mempunyai kisaran antara
0.007-0.031 mg/l dan kandungan Cd di perairan Labuan mempunyai kisaran antara
0.005-0.018 mg/l. Kandungan Cd di perairan Bojonegara lebih besar dibandingkan
kandungan Cd di perairan Labuan. Kandungan Cd di kedua perairan ini tergolong
cukup tinggi. Berdasarkan KepMen LH No. 51 Tahun 2004, kandungan Cd di kedua
perairan telah melewati ambang batas yang ditetapkan yaitu >0.001 mg/l. Hal ini
menunjukkan bahwa air di Perairan Bojonegara dan Labuan telah terkontaminasi
logam Cd.
Kandungan Merkuri (Hg) di perairan Bojonegara mempunyai kisaran antara
0.0003-0.0055 mg/l dan kandungan Hg di perairan Labuan mempunyai kisaran
antara 0.0003-0.0005 mg/l. Kandungan Hg di perairan Bojonegara lebih besar
dibandingkan kandungan Hg di perairan Labuan. Kandungan Hg di perairan
Bojonegara dan Labuan masih dapat ditolerir oleh kerang darah. Menurut Moore
(1991) in Effendi (2003), kadar merkuri pada perairan laut berkisar antara <10-30
28
ng/l. Berdasarkan Kep Men LH No. 51 tahun 2004, baku mutu Hg masih dibawah
ambang batas yang yaitu <0.008 mg/l.
4.2.2. Kondisi sedimen
Menurut Nybakken (1988), kehidupan moluska bentik secara umum
dipengaruhi oleh kualitas perairannya, antara lain jenis substrat tempat hidup,
kekeruhan, pH, suhu, salinitas, kandungan oksigen terlarut dan polutan. Kondisi
sedimen di kedua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 6 dan Tabel 7.
Tabel 6. Kondisi sedimen di perairan Bojonegara
Kondisi Sedimen Perairan Bojonegara Desember 2009 April 2010 Mei 2010
Pasir (%) 69.14 69.14 69.14 Debu (%) 18.35 18.35 18.35 Liat (%) 12.51 12.51 12.51 Pb (mg/l) 3.88 ± 1.30 0.56 ± 0.10 0.04 ± 0.01Cd (mg/l) 0.50 ± 0.00 0.73 ± 0.09 0.13 ± 0.04Hg (mg/l) 0.02 ± 0.00 0.02 ± 0.00 0.26 ± 0.02
Tabel 7. Kondisi sedimen di perairan Labuan
Kondisi Sedimen Perairan Labuan Desember 2009 Maret 2010 Mei 2010
Pasir (%) 92.73 92.73 92.73 Debu (%) 3.84 3.84 3.84 Liat (%) 3.43 3.43 3.43 Pb (mg/l) 0.90 ± 0.61 1.78 ± 0.39 0.02 ± 0.00Cd (mg/l) 0.50 ± 0.00 0.67 ± 0.21 0.26 ± 0.24Hg (mg/l) 0.24 ± 0.09 0.97 ± 0.81 0.24 ± 0.21
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 7, tekstur di perairan Bojonegara memiliki
fraksi pasir sebesar 69.14%, fraksi debu sebesar 18.35%, dan fraksi liat sebesar
12.51%. Berdasarkan hasil dari segitiga Millar didapatkan tipe substrat di perairan
Bojonegara memiliki tipe substrat lempung berpasir. Squares et al. (1975) in Hery
(1998), menyatakan bahwa Anadara spp. banyak ditemukan pada lumpur halus atau
kadang-kadang pada pasir berlumpur dan berlindung atau berasosiasi dengan
mangrove di sebagian besar daerah tropis.
29
Tekstur di perairan Labuan memiliki fraksi pasir sebesar 92.73%, fraksi debu
sebesar 3.84% dan fraksi liat sebesar 3.43%. Berdasarkan hasil dari segitiga Millar
didapatkan tipe substrat di perairan Labuan memiliki tipe substrat pasir. Hal ini
dapat diduga karena kerang darah dapat beradaptasi dengan tipe substrat pasir. Di
Phuket, Thailand, ditemukan bahwa populasi A. granosa mendiami substrat 70-80%
pasir (diameter >63 µm) (Broom 1988 in Hery 1998). Menurut Dharma (1988) in
Prawuri (2005), moluska termasuk binatang yang sangat berhasil menyesuaikan diri
untuk hidup di beberapa tempat dan cuaca.
Kandungan timah hitam (Pb) pada sedimen di perairan Bojonegara berkisar
antara 0.04-3.88 mg/l dan kandungan Pb pada sedimen di perairan Labuan berkisar
antara 0.02-1.78 mg/l. Kandungan kadmium (Cd) pada sedimen di perairan
Bojonegara berkisar antara 0.13-0.73 mg/l dan kandungan Cd pada sedimen di
perairan Labuan berkisar antara 0.26-0.67 mg/l. Kandungan merkuri (Hg) pada
sedimen di perairan Bojonegara berkisar antara 0.02-0.26 mg/l dan kandungan Hg
pada sedimen di perairan Labuan berkisar antara 0.24-0.97 mg/l. Kandungan Logam
berat (Pb, Cd, dan Hg) pada sedimen lebih tinggi dari kandungan logam berat pada
perairan di kedua lokasi. Penelitian Hutagalung di perairan Teluk Banten pada tahun
1993, menunjukkan bahwa di seluruh lokasi pengamatan kadar Cd, Cu, dan Zn yang
tertinggi selalu ditemukan dalam sedimen. Tingginya kadar Pb, Cd, Cu, dan Zn
dalam sedimen di perairan Teluk Banten dimungkinkan oleh sifat perairannya yang
relatif tenang sehingga memperbesar kesempatan senyawa logam berat tersebut
untuk mengendap di dasar perairan (Hutagalung dan Sutomo 1996).
4.3. Kandungan Logam Berat pada Kerang
Hutagalung (1991) in Buwono et al. (2005), menyatakan bahwa kemampuan
biota laut (ikan, udang, dan moluska) dalam mengakumulasi logam berat di perairan
tergantung pada jenis logam berat, jenis biota, lama pemaparan serta kondisi
lingkungan seperti pH, suhu, dan salinitas. Kandungan logam berat pada kerang
darah dapat dilihat pada Tabel 8.
30
Tabel 8. Kadungan logam berat pada kerang darah
Daging Perairan Bojonegara Perairan Labuan Kecil Besar Kecil Besar
Pb (mg/l) 0.2550 ± 0.1612 0.2000 ± 0.10420 0.1883 ± 0.0408 0.2642 ± 0.0323 Cd (mg/l) 0.2080 ± 0.1993 0.3000 ± 0.1417 0.1802 ± 0.0088 0.2125 ± 0.0209 Hg (mg/l) 0.1935 ± 0.2917 0.0540 ± 0.0547 0.0200 ± 0.0000 0.0233 ± 0.0052
Berdasarkan tabel 8, kandungan timah hitam (Pb) pada kerang darah ukuran
kecil dan besar di perairan Bojonegara berturut-turut sebesar 0.2550 mg/l dan 0.2000
mg/l. Kandungan kadmium (Cd) pada kerang darah ukuran kecil dan besar di
perairan Bojonegara berturut-turut sebesar 0.2080 mg/l dan 0.3000 mg/l. Kandungan
merkuri (Hg) pada kerang darah ukuran kecil dan besar di perairan Bojonegara
berturut-turut sebesar 0.1935 mg/l dan 0.0540 mg/l. Berdasarkan hasil yang
diperoleh dapat dilihat bahwa kandungan logam berat (Pb dan Hg) pada kerang kecil
lebih tinggi dibandingkan pada kerang besar. Hal ini diduga karena adanya efek
fisiologis dari kerang tersebut, seperti kemampuan untuk mengeliminasi logam,
kecepatan makan dan laju absorpsi. Namun, kandungan kadmium (Cd) pada kerang
besar lebih tinggi dibandingkan pada kerang kecil. Hal ini diduga karena akumulasi
kadmium yang dilakukan oleh kerang darah berukuran besar. Menurut Hutagalung
(1991) in Buwono et al. (2005), semakin besar ukuran biota air, maka akumulasi
logam berat semakin meningkat. Moluska bivalvia dapat mengakumulasi Cd sampai
352 kali lebih tinggi dari kadar Cd yang terdapat dalam airnya (LIPI 1991 in
Inswiasri et al. 1993).
Kandungan timah hitam (Pb) pada kerang darah ukuran kecil dan besar di
perairan Labuan berturut-turut sebesar 0.1883 mg/l dan 0.2642 mg/l. Kandungan
kadmium (Cd) pada kerang darah ukuran kecil dan besar di perairan Labuan
berturut-turut sebesar 0.1802 mg/l dan 0.2125 mg/l. Kandungan merkuri (Hg) pada
kerang darah ukuran kecil dan besar di perairan Labuan berturut-turut sebesar
0.0200 mg/l dan 0.0233 mg/l. Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dilihat bahwa
kandungan logam berat (Pb, Cd, dan Hg) pada kerang besar lebih tinggi
dibandingkan pada kerang kecil. Hal ini diduga karena akumulasi logam berat yang
dilakukan oleh kerang darah berukuran besar. Menurut Hutagalung (1991) in
31
Buwono et al. (2005), semakin besar ukuran biota air, maka akumulasi logam berat
semakin meningkat.
Senyawa merkuri (Hg) dapat mengalami bioakumulasi dan biomagnifikasi
pada biota perairan, baik secara langsung ataupun melalui jala makanan (food web).
Organisme yang berada pada rantai yang paling tinggi (manusia) memiliki kadar
merkuri yang lebih tinggi daripada organisme di bawahnya. Menurut Sukiyanti
(1987) in Buwono et al. (2005), toksisitas logam berat dalam kerang yang
ditimbulkan akibat akumulasi dalam jaringan tubuh mengakibatkan keracunan dan
kematian bagi biota air yang mengkonsumsinya. Berdasarkan Kep. Ditjen POM No.
03725/B/SK/VII/1989 dan FAO/WHO (1976) in Buwono et al. (2005), kadar
maksimum kandungan logam Hg pada biota laut yang boleh dikonsumsi sebesar 0.5
mg/l dan tidak boleh melebihi 0.2 mg per 70 kg berat badan per minggu sebagai
metil merkuri.
4.4. Hubungan Panjang Berat
Hubungan panjang berat diperoleh berdasarkan data-data morfometrik
panjang cangkang dan berat total kerang. Berdasarkan grafik hubungan panjang
berat kerang darah (A. granosa) diperoleh bahwa persamaan hubungan panjang berat
kerang darah di perairan Bojonegara-Teluk Banten secara keseluruhan adalah W =
0.022L1.812 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.610 dan koefisien
korelasi (r) sebesar 0.78. Dengan demikian, model memberikan sumbangan sebesar
61.0% terhadap keragaman berat dan memiliki hubungan panjang dan berat yang
sangat erat pada A. granosa di perairan Bojonegara. Jumlah kerang yang digunakan
dalam penentuan hubungan panjang berat adalah 493 individu.
Berdasarkan hasil yang diperoleh didapatkan nilai b kerang darah di perairan
Bojonegara adalah 1.812. Nilai b yang diperoleh tersebut menunjukkan bahwa
hubungan panjang dan berat adalah allometrik negatif (b<3). Artinya, pertambahan
panjang lebih cepat atau dominan dibandingkan pertambahan beratnya. Hal ini dapat
disebabkan karena kerang darah memanfaatkan energinya untuk pertumbuhan
panjangnya dibandingkan dengan pertumbuhan beratnya. Untuk membuktikan
bahwa hubungan panjang berat bersifat allometrik negatif, maka dilakukan
32
pengujian hipotesis dalam uji t, hasilnya adalah tolak H0 yaitu nilai b bersifat
allometrik negatif. Dimana thitung> ttabel.
Berdasarkan grafik hubungan panjang berat kerang darah (A. granosa)
diperoleh bahwa persamaan hubungan panjang berat kerang darah di perairan PLTU
Labuan-Teluk Lada adalah W = 0.0007L2.786 dengan nilai koefisien determinasi (R2)
sebesar 0.809 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0.90. Dengan demikian, model
memberikan sumbangan sebesar 80.9% terhadap keragaman berat dan memiliki
hubungan panjang dan berat yang sangat erat pada A. granosa di perairan Labuan.
Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa nilai b kerang darah di
perairan Labuan adalah 2.786. Nilai b yang diperoleh menunjukkan bahwa
hubungan panjang dan berat adalah allometrik negatif (b<3). Artinya, pertambahan
panjang lebih cepat atau dominan dibandingkan pertambahan beratnya. Untuk
membuktikan hubungan panjang berat bersifat allometrik negatif, maka dilakukan
pengujian hipotesis dalam uji t, hasilnya adalah tolak H0 yaitu bahwa nilai b bersifat
allometrik negatif. Dimana thitung> ttabel. Grafik hubungan panjang berat kerang darah
di perairan Bojonegara dan Labuan dapat dilihat pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan panjang berat kerang darah di perairan Bojonegara dan Labuan
33
4.5. Rasio Berat Daging/Berat Total
Perhitungan rasio berat daging/berat total adalah untuk mengetahui
persentase berat daging yang terdapat di dalam cangkang. Untuk kebutuhan
konsumsi, maka kualitas dan kuantitas daging kerang perlu dipertimbangkan.
Persentase dari rasio berat daging/berat total rata-rata kerang darah yang diamati
selama penelitian di perairan Bojonegara-Teluk Banten dan PLTU Labuan-Teluk
Lada dapat dilihat pada Gambar 9.
Gambar 9. Rasio berat daging/berat total rata-rata kerang darah selama penelitian di perairan
Bojonegara dan Labuan
Berdasarkan Gambar 9, dapat dilihat bahwa rasio berat daging/berat total
rata-rata kerang darah di perairan Bojonegara berkisar antara 22.75-24.16%. Rasio
berat daging/berat total rata-rata terbesar berada pada selang kelas 36.8-39.9 mm
yaitu sebesar 24.16% dari berat totalnya, sedangkan rasio berat daging/berat total
rata-rata yang terkecil berada pada selang kelas 14.4-17.5 mm yaitu sebesar 22.75%
dari berat totalnya. Hal ini dapat diduga karena kerang darah pada ukuran panjang
36.8-39.9 mm memanfaatkan energinya untuk pertumbuhan dan perkembangan
gonad sehingga berat daging akan mengalami peningkatan.
Rasio berat daging/berat total rata-rata kerang darah di perairan Labuan
berkisar antara 14.96-29.35%. Rasio berat daging/berat total rata-rata terbesar
berada pada selang kelas 11.2-14.3 mm yaitu sebesar 29.35% dari berat totalnya,
34
sedangkan rasio berat daging/berat total rata-rata yang terkecil berada pada selang
kelas 40.0-43.1 mm yaitu sebesar 14.96% dari berat totalnya. Hal ini dapat diduga
karena kerang darah pada ukuran panjang 11.2-14.3 mm memanfaatkan energinya
untuk pertumbuhan dan perkembangan gonad sehingga berat daging akan
mengalami peningkatan. Menurut Broom (1985), ukuran kerang darah pada fase
matang gonad berukuran 18-20 mm. Menurut Prawuri (2005), kerang darah (A.
granosa) memiliki persentase berat daging dan berat total yang lebih besar
dibandingkan dengan persentase berat daging dan berat total kerang bulu (A.
antiquata).
4.6. Analisis Karakter Morfometrik
Hasil pengukuran karakter morfometrik merupakan salah satu yang dapat
digunakan sebagai ciri taksonomik saat mengidentifikasi organisme. Setiap spesies
memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor umur,
jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya seperti makanan, suhu, pH, dan salinitas
(Affandi et al. 1992).
Faktor lingkungan mempunyai pengaruh besar terhadap pertumbuhan
organisme. Walaupun umur organisme dari suatu spesies yang sama, namun ukuran
mutlaknya dapat berbeda-beda. Oleh karena itu, standar dalam identifikasi ialah
ukuran perbandingannya (Affandi et al. 1992). Hasil pengukuran karakter
morfometrik dan hasil pengukuran perbandingan karakter morfometrik kerang darah
(Anadara granosa) pada kedua lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 9 dan
Tabel 10.
Tabel 9. Kisaran ukuran morfometrik pada kedua lokasi penelitian
Karakter Morfometrik Perairan Bojonegara Perairan Labuan Panjang cangkang (cm) 1.75 - 4.51 1.12 - 4.55 Tinggi cangkang (cm) 0.91 - 3.91 0.88 - 3.21 Tebal cangkang (cm) 0.98 - 3.52 0.52 - 2.60 Tinggi umbo (cm) 0.26 - 1.18 0.15 - 0.99 Panjang ligament (cm) 1.04 - 3.50 0.60 - 3.15 Berat total (gr) 2.2994 - 28.1913 0.7070 – 22.5451 Berat daging (gr) 0.4707 - 7.1445 0.1930 – 3.7504
35
Berdasarkan Tabel 9, terlihat adanya perbedaan kisaran nilai ukuran
morfometrik pada kedua lokasi penelitian. Umumnya kerang darah (Anadara
granosa) di perairan Bojonegara memiliki kisaran ukuran morfometrik yang lebih
luas dibandingkan di perairan Labuan. Namun, pada kisaran ukuran morfometrik
panjang cangkang (PC), tinggi cangkang (TIC), dan panjang ligament (PL) kerang
darah di perairan Labuan memiliki kisaran yang lebih luas dibandingkan di perairan
Bojonegara. Hal ini dapat terlihat karena ukuran kerang darah di perairan
Bojonegara relatif lebih beragam dibandingkan perairan Labuan. Perbedaan kisaran
ukuran karakter morfometrik pada kedua lokasi penelitian tersebut dapat disebabkan
adanya perbedaan umur, jenis kelamin dan tingkat eksploitasi yang berbeda di kedua
perairan. Pada perairan Bojonegara eksploitasi dilakukan dengan cara tradisional
menggunakan tangan, sedangkan pada perairan Labuan eksploitasi dilakukan dengan
menggunakan alat tangkap garok. Menurut Nybakken (1988), kehidupan moluska
bentik secara umum dipengaruhi oleh kualitas perairannya, antara lain jenis substrat
tempat hidup, kekeruhan, pH, suhu, salinitas, kandungan oksigen terlarut dan
polutan.
Pada perairan Bojonegara yang memiliki tekstur lempung berpasir sangat
menunjang bagi pertumbuhan kerang darah dibandingkan perairan Labuan yang
memiliki tekstur pasir. Hal ini sesuai dengan Pathansali (1966) menyatakan bahwa
Anadara granosa ditemukan juga pada lumpur berpasir tetapi jumlah dan ukurannya
tidak sebaik di lumpur halus. Terjadinya sebaran kerang A. granosa yang beragam
ini disebabkan oleh tingkah laku kerang tersebut dan juga kondisi habitat (Nurdin et
al. 2006).
Tabel 10. Kisaran ukuran perbandingan karakter morfometrik pada kedua lokasi penelitian
Perbandingan Morfometrik Perairan Bojonegara Perairan Labuan PC : TIC 0.9274 - 2.3404 0.8340 - 2.0261 PC : TEC 0.9353 - 2.5333 0.7617 - 2.7692 PC : PL 0.8927 - 2.4195 0.8333 - 3.7500 TIC : TEC 0.7138 - 1.7534 0.5257 - 1.9297 TIC : TU 2.0435 - 6.5556 2.0303 - 6.8000
Berdasarkan Tabel 10 di atas, terlihat adanya perbedaan kisaran
perbandingan ukuran morfometrik pada kedua lokasi penelitian. Umumnya kerang
36
darah (Anadara granosa) di perairan Labuan memiliki kisaran ukuran morfometrik
yang lebih luas dibandingkan di perairan Bojonegara. Hal ini dapat diduga karena
ukuran kerang darah di perairan Bojonegara lebih beragam dibandingkan perairan
Labuan. Perbedaan kisaran perbandingan ukuran karakter morfometrik pada kedua
lokasi penelitian tersebut dapat disebabkan adanya perbedaan umur, jenis kelamin,
dan tingkat eksploitasi. Menurut Nybakken (1988), kehidupan Moluska bentik
secara umum dipengaruhi oleh kualitas perairannya, antara lain jenis substrat tempat
hidup, kekeruhan, pH, suhu, salinitas, kandungan oksigen terlarut dan polutan.
4.6.1. Analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-masing lokasi penelitian
Analisis korelasi karakter morfometrik digunakan untuk melihat karakter-
karakter morfometrik yang memiliki keterkaitan antara satu karakter dengan
karakter lainnya. Tanda minus atau positif menunjukkan sifat korelasi negatif atau
positif antar karakter. Nilai positif yang mendekati satu menjelaskan hubungan yang
berbanding lurus antar karakter. Artinya, peningkatan satuan suatu karakter akan
diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain. Selain itu, nilai negatif yang
mendekati minus satu menjelaskan hubungan yang berbanding terbalik antar
karakter. Artinya, peningkatan satuan suatu karakter akan diikuti oleh penurunan
satuan dari karakter yang lain atau sebaliknya, penurunan satuan suatu karakter akan
diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi 2005).
Berdasarkan analisis korelasi data morfometrik kerang darah di perairan
Bojonegara, terlihat bahwa korelasi antar karakter memiliki kisaran yang relatif
cukup luas yaitu antara 0.483679 sampai 0.948791. Hubungan yang sangat erat
ditunjukkan oleh karakter berat daging (BD) dan berat total (BT) dengan nilai
korelasi sebesar 0.948791, sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh
karakter tinggi umbo (TU) dan berat daging (BD) dengan nilai korelasi sebesar
0.483679 (lampiran 7).
Karakter panjang cangkang (PC), tinggi cangkang (TIC), tebal cangkang
(TEC), tinggi umbo (TU), panjang ligament (PL), berat total (BT) dan berat daging
(BD) adalah karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain.
Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh salah satu karakter lain dapat diwakili
37
oleh salah satu dari karakter ini. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan satuan
suatu karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi
2005).
Berdasarkan analisis korelasi data morfometrik kerang darah di perairan
Labuan, terlihat bahwa korelasi antar karakter memiliki kisaran yang sempit yaitu
antara 0.595073 sampai 0.949073. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh
karakter berat daging (BD) dan berat total (BT) dengan nilai korelasi sebesar
0.949073, sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter tinggi umbo
(TU) dan berat daging (BD) dengan nilai korelasi sebesar 0.595073 (lampiran 9).
Karakter panjang cangkang (PC), tinggi cangkang (TIC), tebal cangkang
(TEC), tinggi umbo (TU), panjang ligament (PL), berat total (BT) dan berat daging
(BD) adalah karakter-karakter yang mempunyai hubungan erat dengan karakter lain.
Korelasi yang erat menunjukkan ukuran tubuh karakter lain dapat diwakili oleh
salah satu dari karakter ini. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan satuan suatu
karakter akan diikuti oleh peningkatan satuan dari karakter yang lain (Dewi 2005).
Berdasarkan hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada masing-
masing lokasi penelitian, memperlihatkan adanya beberapa karakter yang
berpengaruh terhadap karakter lainnya seperti karakter panjang cangkang (PC),
tinggi cangkang (TIC), tebal cangkang (TEC), tinggi umbo (TU), panjang ligament
(PL), berat total (BT) dan berat daging (BD). Namun, nilai-nilai dari masing-masing
karakter ini belum bisa dijadikan standar dalam mengidentifikasi kerang darah.
Analisis korelasi karakter morfometrik ini hanya menunjukkan karakter-karakter
yang memiliki hubungan saling terkait dengan karakter lainnya. Tiap spesies
memiliki ukuran mutlak yang berbeda-beda. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh
umur, jenis kelamin, dan lingkungan hidupnya. Faktor lingkungan yang
mempengaruhi misalnya makanan, suhu, pH, dan salinitas. Faktor lingkungan juga
mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan organisme, sehingga pada umur yang
sama suatu spesies, ukuran mutlaknya dapat berbeda (Affandi et al. 1992). Oleh
karena itu, standar dalam identifikasi ialah ukuran perbandingannya.
38
4.6.2. Analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada masing-masing lokasi penelitian
Untuk mengetahui keterkaitan antar perbandingan karakter morfometrik pada
masing-masing lokasi penelitian digunakan Analisis Komponen Utama (AKU) atau
Principal Components Analysis (PCA) dengan menggunakan software
STATISTIKA 6. Dari hasil yang diperoleh akan terlihat karakter perbandingan yang
memiliki keterkaitan dengan karakter perbandingan lainnya.
Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik A. granosa di
perairan Bojonegara memiliki kisaran yang luas yaitu berkisar antara 0.015284
sampai 0.597450. Perbandingan karakter antara panjang cangkang : tinggi cangkang
(PC : TIC) dengan panjang cangkang : tebal cangkang (PC : TEC) memiliki korelasi
positif tertinggi yaitu sebesar 0.597450, sedangkan perbandingan karakter antara
panjang cangkang : panjang ligament (PC : PL) dengan tinggi cangkang : tebal
cangkang (TIC : TEC) memiliki korelasi positif terendah yaitu sebesar 0.015284.
Perbandingan karakter antara panjang cangkang : tinggi cangkang (PC : TIC)
dengan tinggi cangkang : tebal cangkang (TIC : TEC) memiliki nilai korelasi negatif
tertinggi yaitu sebesar -0.394525, sedangkan perbandingan karakter antara panjang
cangkang : tinggi cangkang (PC : TIC) dengan tinggi cangkang : tinggi umbo (TIC :
TU) memiliki korelasi negatif terendah yaitu sebesar -0.156468 (lampiran 11).
Hasil analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik A. granosa di
perairan Labuan memiliki kisaran yang luas yaitu berkisar antara 0.124718 sampai
0.796363. Perbandingan karakter antara panjang cangkang : tebal cangkang (PC :
TEC) dengan tinggi cangkang : tebal cangkang (TIC : TEC) memiliki korelasi
positif tertinggi yaitu sebesar 0.796363, sedangkan perbandingan karakter antara
tinggi cangkang : tebal cangkang (TIC : TEC) dengan tinggi cangkang : tinggi umbo
(TIC : TU) memiliki korelasi positif terendah yaitu sebesar 0.124718. Perbandingan
karakter antara panjang cangkang : tinggi cangkang (PC : TIC) dengan tinggi
cangkang : tebal cangkang (TIC : TEC) memiliki nilai korelasi negatif tertinggi
yaitu sebesar -0.057673, sedangkan perbandingan karakter antara panjang cangkang
: panjang ligament (PC : PL) dengan tinggi cangkang : tebal cangkang (TIC : TEC)
memiliki korelasi negatif terendah yaitu sebesar -0.002996 (lampiran 13). Korelasi
yang rendah tingkat keeratannya dapat diartikan pengukuran karakter tersebut tidak
39
dapat diwakili oleh karakter lain karena tingkat keeratannya mendekati nol (antara -
0.5 hingga 0.5).
Hasil analisis korelasi karakter morfometrik pada kedua lokasi penelitian
memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara A. granosa di perairan Bojonegara dan
A. granosa di perairan Labuan memiliki nilai korelasi yang rendah yaitu sebesar
0.049841 dan korelasi negatif tertinggi yaitu sebesar -0.090401 (lampiran 15). Hasil
analisis korelasi perbandingan karakter morfometrik pada kedua lokasi penelitian
memperlihatkan bahwa nilai korelasi antara A. granosa di perairan Bojonegara dan
A. granosa di perairan Labuan memiliki nilai korelasi yang rendah dengan kisaran
0.036572-0.167830 dan korelasi negatif tertinggi sebesar -0.075684 serta korelasi
negatif terendah sebesar -0.048868 (lampiran 16). Hal ini menunjukkan bahwa A.
granosa di perairan Bojonegara dan A. granosa di perairan Labuan tidak memiliki
persamaan yang banyak dalam hal hubungan karakter dan perbandingan karakter
morfometrik. Dari hasil analisis perbandingan karakter morfometrik ini dapat
disimpulkan bahwa A. granosa di perairan Bojonegara dan A. granosa di perairan
Labuan merupakan stok yang terpisah. Dengan demikian, strategi pengelolaannya
tidak dapat disamakan.
4.6.3. Analisis korelasi karakter morfometrik dengan habitat
Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik kerang darah dengan
habitat di perairan Bojonegara, terlihat bahwa korelasi karakter morfometrik dengan
kondisi lingkungan memiliki kisaran yang luas yaitu berkisar antara 0.00544 sampai
0.999617. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter berat daging (BD)
dan kadmium (Cd) di sedimen dengan nilai korelasi sebesar 0.999617. Hal ini dapat
diduga karena adanya efek fisiologis dari kerang tersebut, seperti kemampuan
mengeliminasi logam, kecepatan makan dan laju absorpsi sehingga dapat
mempengaruhi pertumbuhan berat daging kerang darah. Korelasi terendah
ditunjukkan oleh karakter tinggi cangkang (TIC) dan suhu perairan dengan nilai
korelasi sebesar 0.005447, hal ini dapat diduga karena suhu di perairan Bojonegara
relatif homogen sehingga pengaruhnya relatif rendah terhadap karakter morfometrik
khususnya tinggi cangkang. Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik
kerang darah dengan kandungan logam berat pada daging kerang darah di perairan
40
Bojonegara, terlihat bahwa korelasi karakter morfometrik dengan kandungan logam
berat di daging kerang darah memiliki kisaran yang luas yaitu berkisar antara
0.093145 sampai 0.999582. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter
tebal cangkang (TEC) dan merkuri (Hg) dengan nilai korelasi sebesar 0.999582,
sedangkan untuk korelasi terendah ditunjukkan oleh karakter tebal cangkang (TEC)
dan timah hitam (Pb) dengan nilai korelasi sebesar 0.093145.
Berdasarkan analisis korelasi karakter morfometrik kerang darah dengan
habitat di perairan Labuan, terlihat bahwa korelasi karakter morfometrik dengan
kondisi lingkungan memiliki kisaran yang relatif cukup luas yaitu berkisar antara
0.070725 sampai 0.999989. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter
tebal cangkang (TEC) dan timah hitam (Pb) di perairan dengan nilai korelasi sebesar
0.999989. Hal ini dapat diduga karena adanya efek fisiologis dari kerang tersebut,
seperti kemampuan mengeliminasi logam, kecepatan makan dan laju absorpsi
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan tebal cangkang kerang darah. Korelasi
terendah ditunjukkan oleh karakter tinggi umbo (TU) dan salinitas perairan dengan
nilai korelasi sebesar 0.070725, hal ini dapat diduga karena salinitas di perairan
Labuan relatif homogen sehingga pengaruhnya relatif rendah terhadap karakter
morfometrik khususnya tinggi umbo. Berdasarkan analisis korelasi karakter
morfometrik kerang darah dengan kandungan logam berat pada daging kerang darah
di perairan Labuan, terlihat bahwa korelasi karakter morfometrik dengan kandungan
logam berat di daging kerang darah memiliki kisaran yang luas yaitu berkisar antara
0.075219 sampai 0.987103. Hubungan yang sangat erat ditunjukkan oleh karakter
panjang cangkang (PC) dan timah hitam (Pb) dengan nilai korelasi sebesar
0.987103, hal ini dapat diduga karena kandungan timah hitam (Pb) dalam daging
kerang darah lebih tinggi dibandingkan kandungan kadmium (Cd) dan merkuri (Hg)
sehingga dapat mempengaruhi pertumbuhan panjang cangkang. Korelasi terendah
ditunjukkan oleh karakter berat daging (BD) dan merkuri (Hg) dengan nilai korelasi
sebesar 0.075219, hal ini dapat diduga karena kandungan merkuri (Hg) dalam
daging kerang darah lebih rendah dibandingkan kandungan timah hitam (Pb) dan
kadmium (Cd) sehingga pengaruhnya relatif rendah terhadap karakter morfometrik
khususnya berat daging.
41
4.7. Rencana Pengelolaan Kerang Darah
Kerang darah dikonsumsi masyarakat sekitar Bojonegara dan Labuan dalam
bentuk segar. Semakin tingginya permintaan konsumen dikhawatirkan akan
berdampak pada meningkatnya upaya tangkap oleh nelayan. Selama ini, aspek
pengelolaan kerang darah masih dilakukan secara umum, padahal kerang darah
tersebut terdiri atas beberapa stok yang terpisah. Hal ini akan berpengaruh terhadap
pengelolaan setiap lokasi yang berbeda. Pengelolaan pada masing-masing lokasi
tidak dapat disamakan karena setiap lokasi memiliki karakter yang unik dan berbeda
satu sama lain, misalnya dalam hal ukuran mata jaring dan kondisi lingkungan
perairan. Jika pengelolaan kerang darah ini masih bersifat umum, maka
dikhawatirkan ada kerang darah yang dikelola dengan cara yang sama padahal
seharusnya memiliki pola pengelolaan yang berbeda.
Berdasarkan data dan informasi yang didapat dari penelitian ini, dapat dibuat
beberapa upaya pengelolaan terkait sumberdaya kerang darah di wilayah perairan
Bojonegara dan Labuan. Berdasarkan data ukuran yang tertangkap, kerang darah
yang tertangkap memiliki panjang antara 1.12-4.55 cm. Kerang darah yang
tertangkap tergolong kerang juvenil dan dewasa. Tertangkapnya kerang juvenil
dapat mengakibatkan penurunan populasi karena kerang tersebut belum matang
gonad dan bereproduksi. Menurut Broom (1985), ukuran kerang darah pada fase
matang gonad berukuran 1.8-2.0 cm. Hal ini didasarkan pada penelitian di Labuan
yang menggunakan alat tangkap berupa garok yang memiliki jaring berlapis akan
mengakibatkan ukuran yang tertangkap semakin kecil. Alat tangkap garok
merupakan alat tangkap yang tidak selektif sehingga ukuran mata jaring perlu
diperhatikan agar kerang yang masih muda mendapatkan kesempatan untuk
bereproduksi.
Untuk mengatasi penangkapan kerang muda oleh nelayan diperlukan adanya
suatu pengaturan upaya penangkapan berupa pengaturan ukuran mata jaring yang
digunakan oleh nelayan dan pengaturan ukuran tangkap. Dalam pengelolaan
perikanan pengaturan dan perubahan terhadap kondisi yang telah ada sangat sulit
dilakukan sehingga diperlukan suatu sosialisasi kepada nelayan. Tangkapan kerang
kecil yang diperoleh oleh nelayan sebaiknya dikembalikan ke alam, sehingga kerang
tersebut dapat tumbuh dan bereproduksi untuk menghasilkan individu-individu baru.
42
Kerang darah merupakan hewan bentik yang memiliki mobilitas yang rendah
sehingga akan beradaptasi dengan kondisi lingkungannya. Perairan Bojonegara dan
Labuan memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Berkembangnya industri di
kawasan Bojonegara dapat mengakibatkan lingkungan perairan menjadi tercemar
oleh limbah yang berasal dari industri. Kerang darah memiliki kemampuan
mengakumulasi logam berat yang berada dalam badan perairan sehingga dalam
tubuhnya mengandung logam berat tersebut. Hal ini akan berdampak pada kesehatan
orang yang mengkonsumsinya. Oleh karena itu, dibutuhkan instalasi pengolahan
limbah pada industri sekitar perairan Bojonegara sehingga limbah yang dihasilkan
tidak berbahaya bagi kesehatan masyarakat.
43
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Persamaan hubungan panjang berat kerang darah di perairan Bojonegara-
Teluk Banten adalah W = 0.022L1.812 dengan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar
0.610 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0.78. Persamaan hubungan panjang berat
kerang darah di perairan PLTU Labuan-Teluk Lada adalah W = 0.0007L2.786 dengan
nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.809 dan koefisien korelasi (r) sebesar 0.90.
Nilai b kerang darah di perairan Bojonegara dan Labuan memiliki nilai b<3
(allometrik negatif). Artinya, pertambahan panjang lebih cepat atau dominan
dibandingkan pertambahan beratnya. Rasio berat daging/berat total rata-rata pada
perairan Bojonegara berkisar antara 22.75-24.16%, sedangkan rasio berat
daging/berat total rata-rata pada perairan Labuan berkisar antara 14.96-29.35%.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan diperoleh bahwa nilai korelasi
antar karakter morfometrik kerang darah (A. granosa) di perairan Bojonegara
memiliki kisaran antara 0.483679 sampai 0.948791. Nilai korelasi antar karakter
morfometrik kerang darah (A. granosa) di perairan Labuan memiliki kisaran antara
0.595073 sampai 0.949073. Nilai korelasi perbandingan karakter morfometrik
kerang darah (A. granosa) di perairan Bojonegara memiliki kisaran antara 0.015284
sampai 0.597450. Perbandingan karakter antara panjang cangkang : tinggi cangkang
(PC : TIC) dengan tinggi cangkang : tebal cangkang (TIC : TEC) memiliki nilai
korelasi negatif tertinggi yaitu sebesar -0.394525. Nilai korelasi perbandingan
karakter morfometrik kerang darah (A. granosa) di perairan Labuan memiliki
kisaran antara 0.124718 sampai 0.796363. Perbandingan karakter antara panjang
cangkang : tinggi cangkang (PC : TIC) dengan tinggi cangkang : tebal cangkang
(TIC : TEC) memiliki nilai korelasi negatif tertinggi yaitu sebesar -0.057673. Dari
hasil analisis karakter morfometrik dapat disimpulkan bahwa A. granosa di perairan
Bojonegara dan A. granosa di perairan Labuan berasal dari stok yang terpisah.
44
5.2. Saran
Pada penelitian selanjutnya diperlukan adanya pengkajian penelitian
mengenai genetika molekuler sehingga dapat mengetahui jarak genetik sebagai dasar
penentuan hubungan kekerabatan.
45
DAFTAR PUSTAKA
Affandi R, Safei DS, Rahardjo MF, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi : suatu pedoman kerja laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas. Ilmu Hayat. Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aunurohim, Radenac G, dan Fichet D. 2009. Konsentrasi logam berat pada
macrofauna benthik di kepulauan Kangean, Madura. Barnes RD. 1987. Invertebrate zoology. 5 th Edition. Saunders Collage.
Philadelphia. 893p. Broom MJ. 1982. Analysis of the Growth of Anadara granosa (Bivalvia: Arcidae)
in Natural, Artificially Seeded and Experimental Populations. Jurnal. Department of Zoology, University of Malaya, Kuala Lumpur 22-1l. Malaysia.Vol.9:69-79.http://www.int-res.com/articles/meps/9/m009p069.pdf
Broom MJ. 1985. The biology and culture of marine bivalve molluska of the genus
Anadara. International Centre for Living Aquatic Resources Management. Manila. 37p.
Brower JE, Zar JH, dan Von Ende CN. 1990. Field and laboratory method for
general ecology, third edition. WmC. Brown Publisher. USA. Buwono ID, Lestari L, dan Suherman H. 2005. Upaya penurunan kandungan logam
Hg (merkuri) dan Pb (timbal) pada kerang hijau (Mytilus viridis linn.) dengan konsentrasi dan waktu perendaman Na2CaEDTA yang berbeda. Jurnal Bionatura. 7(3): 192-204.
Dewi L. 2005. Kelimpahan dan komposisi fitoplankton penghasil Geosmin dan MIB
(2-Metilisoborneol) penyebab citarasa lumpur pada ikan di Waduk Cirata. [skripsi]. Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
[Ditjen Tangkap-DKP] Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Dinas Kelautan dan
Perikanan Banten. 2004. Statistik Perikanan Tangkap Banten 2004. Banten. Effendi H. 2003. Telaah kualitas air. Kanisius. Yogyakarta. Effendie MI. 1985. Metoda biologi perikanan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian
Bogor. Effendie MI. 1997. Biologi perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta. 163
hal.
46
Erianto D. 2005. Analisis pengelolaan dan pengembangan budidaya kerang darah
(Anadara granosa) di Kecamatan Kuala Indragiri Kabupaten Indragiri Hilir Propinsi Riau. [tesis]. Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hery I. 1998. Struktur populasi Anadara spp. secara spasial dan hubungan dengan
gradient lingkungan di perairan pesisir Teluk Lada, Desa Mekarsari, Pandeglang, Jawa Barat. [skripsi]. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Hidayat JW, Baskoro K, dan Sopiany R. 2004. Struktur komunitas mollusca bentik
berbasis kekeruhan di perairan pelabuhan Tanjung Emas Semarang. BIOMA. 6(2): 53-56.
Hutagalung HP dan Sotomo. 1996. Kandungan Pb, Cd, Cu, Zn dalam air, sedimen
dan kerang darah di perairan Teluk Banten, Jawa Barat. Pusat penelitian dan Pengembangan Oseanologi. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.
Inswiasri, Lubis A, dan Tugaswati AT. 1995. Kandungan logam kadmium dalam
biota laut jenis kerang-kerangan dari Teluk Jakarta. Jurnal cermin dunia kedokteran. (103).
Kepmen LH. 2004. Keputusan menteri negara lingkungan hidup No. 51 tahun 2004
tentang baku mutu air laut. Deputi Menteri Lingkungan Hidup: Bidang Kebijakan dan Kelembagaan L.H. Jakarta. 11 hlm.
Koesoebiono. 1979. Dasar-dasar ekologi umum. Bagian IV (Ekologi Perairan).
Sekolah Pasca Sarjana. PSL. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 124p. Laws EA. 1993. Aquatic pollution. John Willey & Sons, Inc. New York. USA. Lestari dan Edward. 2004. Dampak pencemaran logam berat terhadap kualitas air
laut dan sumberdaya perikanan (studi kasus kematian massal ikak-ikan di Teluk Jakarta). Makara Sains. 6(2): 52-58.
Mann KH. 1982. Ecology of coastal water. A System Approach Blackwell Scientifik
Pub. London. 321p. Mayunar, Ismail A, dan Purwanto BE. 1995. Kondisi perairan Teluk Banten ditinjau
dari beberapa parameter fisika-kimia serta kaitannya dengan usaha budidaya. Prosiding perikanan pantai Bojonegara-Serang. 61-67 hal.
Marasabessy MD dan Edward. 2002. Kandungan logam berat Pb, Cd, Cu, dan Zn
dalam beberapa jenis kerang dan ikan di perairan Raha, pulau Muna Sulawesi Tenggara. Seminar Nasional Perikanan Indonesia.
47
Mzighani S. 2005. Fecundity and population structure of cockles, Anadara antiquata
l. 1758 (Bivalvia: Arcidae) from a Sandy/Muddy beach near dar es Salaam, Tanzania. Mar Science. 4(1): 77-84.
Nontji A. 1987. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta. 368p. Nurdin J, Marusin N, Izmiarti, Asmara A, Deswandi R, dan Marzuki J. 2006.
Kepadatan populasi dan pertumbuhan kerang darah Anadara antiquata L. (Bivalvia: Arcidae) di Teluk Sungai Pisang, Kota Padang, Sumatera Barat. Makara Sains. 10(2): 96-101.
Nybakken JW. 1988. Biologi laut suatu pendekatan ekologis, diterjemahkan oleh M.
Eikman, Koesoebiyono dan D.G Bengen. PT. Gramedia. Jakarta. 480p. Odum EP. 1993. Dasar-dasar ekologi. Edisi ketiga. Diterjemahkan oleh T.
Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 697 p. Pathansali D. 1966. Blood cockle. Notes on the biology of the cockle, Anadara
granosa L. Proc. Indo-Pacific Fish. Counc. 11:84-98 [terhubung berkala] http://www.en.wikipedia.org/wiki/Blood_cockle [25 November 2009].
Prawuri DV. 2005. Studi morfometrik kerang Anadara spp. di perairan Blanakan,
Kabupaten Subang, Jawa Barat. [skripsi]. Program Studi Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Ramesha MM dan Thippeswamy S. 2009. Allometry and condition index in the
freshwater bivalve Parreysia corrugata (Muller) from river Kempuhole, India. Asian Fisheries Science. (22): 203-214.
Setyobudiandi I, Soekendarsih E, Vitner Y, dan Setiawati R. 2004. Bio-ecologi
kerang lamis (Meretrix meretrix) di perairan Marunda. Jurnal ilmu-ilmu perairan dan perikanan Indonesia. 11(1): 61-66.
Suprapti NH. 2008. Kandungan chromium pada perairan, sedimen dan kerang darah
(anadara granosa) di wilayah pantai sekitar muara sungai Sayung, Desa Morosari Kabupaten Demak, Jawa Tengah. BIOMA. 10(2): 53-56.
www.google.co.id. Kerang Darah. [terhubung berkala].
http://images.google.co.id/imglanding?q=anadara%20granosa&imgurl.htm. [17 November 2009].
www.google.co.id. Bojonegara. [terhubung berkala].
http://images.google.co.id/imglanding?q=perairan%20bojonegara&imgurl.html. [17 November 2009].
48
www.google.co.id. Panimbang. [terhubung berkala]. http://images.google.co.id/imglanding?q=perairan%20panimbang&imgurl.html. [17 November 2009].
www.google.co.id. Banten. [terhubung berkala].
http://images.google.co.id/imglanding?q=perairan%20banten&imgurl.html. [17 November 2009].
49
LAMPIRAN
50
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian di perairan Bojonegara dan Labuan
Lampiran 2. Foto alat-alat yang digunakan selama penelitian
GPS Van dorn Water Sampler Botol Sample
Ekman grab Garok Ice Box
51
Kamera Digital Termometer Spektrofotometer
Kertas Indikator pH Reagen Jangka Sorong
Neraca digital
Lampiran 3. Foto Kerang darah Anadara granosa yang diukur
Keterangan : PC = Panjang cangkang TIC = Tinggi cangkang TEC = Tebal cangkang TU = Tinggi umbo PL = Panjang ligament
52
Lampiran 4. Analisis regresi panjang berat kerang darah perairan Bojonegara
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R 0.781224 R Square 0.610311 Adjusted R Square 0.609518 Standard Error 0.101691 Observations 493
ANOVA df SS MS F Significance F
Regression 1 7.95206 7.95206 768.98 1.5E-102 Residual 491 5.077455 0.010341Total 492 13.02952
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept -1.65569 0.098465 -16.8151 1.92E-50 -1.84916 -1.46223 -1.84916 -1.46223 X Variable 1 1.812211 0.065351 27.73049 1.5E-102 1.683809 1.940613 1.683809 1.940613
t hitung = 0654.0
812.13− = 18.1788, ttabel = t0.05(0.05,493)=1.9648→Tolak H0, Allometrik negatif
53
Lampiran 5. Analisis regresi panjang berat kerang darah perairan Labuan
SUMMARY OUTPUT
Regression Statistics Multiple R 0.89992 R Square 0.809855 Adjusted R Square 0.809343 Standard Error 0.143684 Observations 373
ANOVA df SS MS F Significance F
Regression 1 32.62239 32.62239 1580.145 8.6E-136Residual 371 7.659365 0.020645Total 372 40.28176
Coefficients Standard Error t Stat P-value Lower 95% Upper 95% Lower 95.0% Upper 95.0% Intercept -3.13619 0.097025 -32.3237 6.2E-110 -3.32698 -2.9454 -3.32698 -2.9454 X Variable 1 2.786716 0.070104 39.75104 8.6E-136 2.648864 2.924567 2.648864 2.924567
t hitung = 0701.0
786.23− = 3.0526, ttabel = t0.05(0.05,373)=1.9664→Tolak H0, Allometrik negatif
54
Lampiran 6. Contoh perhitungan rasio berat daging/berat total
Rasio Bd = (Bd/Bt) X 100%
= (4.8989/21.8504) X 100% = 22.4202%
Keterangan :
Bd = Berat daging Bt = Berat total
Lampiran 7. Matriks korelasi karakter morfometrik perairan Bojonegara
Variabel PC TIC TEC TU PL BT BD PC 1 TIC 0.846493 1TEC 0.828712 0.865970 1TU 0.500033 0.548475 0.562198 1PL 0.787711 0.782576 0.766879 0.522884 1BT 0.799522 0.804014 0.814618 0.536034 0.714894 1 BD 0.760189 0.752291 0.765428 0.483679 0.669134 0.948791 1
Lampiran 8. Grafik korelasi karakter morfometrik perairan Bojonegara
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
Active
njang Cangkangnggi Cangkangbal Cangkang
Tinggi Umbo
Panjang Ligament
Berat TotalBerat Daging
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Factor 1 : 76.48%
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Fact
or 2
: 9
.00%
55
Lampiran 9. Matriks korelasi karakter morfometrik perairan Labuan
Variabel PC TIC TEC TU PL BT BD PC 1 TIC 0.904243 1TEC 0.862866 0.906431 1TU 0.595224 0.702936 0.644917 1PL 0.833957 0.871329 0.817432 0.638523 1BT 0.908132 0.921371 0.886957 0.634485 0.842067 1 BD 0.882728 0.873655 0.866723 0.595073 0.810951 0.949073 1
Lampiran 10. Grafik korelasi karakter morfometrik perairan Labuan
Lampiran 11. Korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Bojonegara
Variabel PC : TIC PC : TEC PC : PL TIC : TEC TIC : TUPC : TIC 1 PC : TEC 0.597450 1PC : PL 0.351617 0.357188 1TIC : TEC -0.394525 0.485638 0.015284 1TIC : TU -0.156468 0.066405 0.076459 0.246213 1
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
Active
ang Cangkang
gi Cangkangbal Cangkang
Tinggi Umbo
anjang LigamentBerat Totalerat Daging
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Factor 1 : 83.97%
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Fact
or 2
: 7
.47%
56
Lampiran 12. Grafik korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Bojonegara
Lampiran 13. Matriks korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Labuan
Variabel PC : TIC PC : TEC PC : PL TIC : TEC TIC : TU PC : TIC 1 PC : TEC 0.547461 1PC : PL 0.459999 0.267759 1TIC : TEC -0.057673 0.796363 -0.002996 1TIC : TU 0.183687 0.207432 0.133343 0.124718 1
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
Active
PC : TIC
PC : TEC
PC : PL
TIC : TEC
TIC : TU
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Factor 1 : 37.78%
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Fact
or 2
: 30
.89%
57
Lampiran 14. Grafik korelasi perbandingan karakter morfometrik perairan Labuan
Lampiran 15. Nilai korelasi karakter morfometrik di kedua lokasi penelitian
PC TIC TEC TU PL BT BD Korelasi -0.056604 -0.022506 -0.090401 -0.028036 0.049841 -0.055363 -0.022621
Lampiran 16. Nilai korelasi perbandingan karakter morfometrik di kedua lokasi penelitian
Variabel PC : TIC PC : TEC PC : PL TIC : TEC TIC : TU Korelasi 0.036572 0.167830 0.131089 -0.048868 -0.075684
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
Active
PC : TIC
PC : TEC
PC : PL
TIC : TEC
TIC : TU
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Factor 1 : 43.50%
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0Fa
ctor
2 :
26.6
3%
58
Lampiran 17. Nilai korelasi perbandingan karakter morfometrik dengan logam berat pada daging di perairan Bojonegara
Variabel PC TIC TEC TU PL BT BD Pb (daging) Cd (daging) Hg (daging)
PC 1 TIC 0.950250 1 TEC 0.766506 0.528322 1 TU 0.425257 0.686021 -0.255308 1 PL 0.854734 0.650527 0.988522 -0.106311 1 BT 0.985000 0.882247 0.865830 0.262704 0.931480 1 BD 0.999298 0.937910 0.790034 0.391043 0.873585 0.990774 1 Pb (daging) -0.568048 -0.796142 0.093145 -0.986437 -0.058341 -0.417516 -0.536809 1 Cd (daging) -0.987511 -0.889306 -0.858119 -0.277350 -0.925839 -0.999884 -0.992721 0.431289 1 Hg (daging) 0.747609 0.503543 0.999582 -0.283167 0.983739 0.850995 0.771971 0.121905 -0.842909 1
59
Lampiran 18. Grafik korelasi karakter morfometrik dengan logam berat pada daging kerang darah di perairan Bojonegara
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
Active
Panjang Cang
Tinggi Cangkan
Tebal Cangkang
Tinggi Umbo
Panjang Ligame
Berat To
Berat Dag
Pb (Daging)
(Daging)
Hg (Daging)
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Factor 1 : 73.20%
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Fact
or 2
: 26
.80%
60
Lampiran 19. Nilai korelasi perbandingan karakter morfometrik dengan logam berat pada daging di perairan Labuan
Variabel PC TIC TEC TU PL BT BD Pb (Daging) Cd (daging) Hg (daging)PC 1 TIC 0.952217 1 TEC 0.557539 0.277350 1 TU 0.836113 0.628619 0.921551 1 PL 0.479872 0.188982 0.995871 0.882498 1 BT 0.548110 0.266461 0.999936 0.917098 0.996834 1 BD 0.614320 0.825962 -0.312529 0.080799 -0.397475 -0.323257 1
Pb (daging) 0.987103 0.891042 0.683243 0.913146 0.614132 0.674937 0.480081 1 Cd (daging) -0.119968 0.188982 -0.891042 -0.644902 -0.928571 -0.896121 0.709659 -0.277350 1 Hg (daging) -0.740613 -0.500000 -0.970725 -0.987829 -0.944911 -0.967945 0.075219 -0.838628 0.755929 1
61
Lampiran 20. Grafik korelasi karakter morfometrik dengan logam berat pada daging di perairan Labuan
Projection of the variables on the factor-plane ( 1 x 2)
Active
Panjang Cangkang
Tinggi Cangkang
Tebal Cangka
Tinggi Um
Panjang LigamBerat Tota
Berat Daging
Pb (Daging)
Cd (Daging)
(Daging)
-1.0 -0.5 0.0 0.5 1.0
Factor 1 : 68.36%
-1.0
-0.5
0.0
0.5
1.0
Fact
or 2
: 31
.64%